Topik : Usia

17 Juni 2003

Harapan Orang Lanjut Usia

Nats : Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis (Mazmur 71:9)
Bacaan : Mazmur 71:9-18

Bagai sebatang lilin putih di tempat suci, demikianlah keindahan wajah tua." Sebaris puisi karangan Joseph Campbell ini ditujukan bagi mereka yang selama hidupnya melayani Tuhan dan masih menghasilkan buah di masa tuanya.

Di balik wajah tua seseorang yang telah lama mengikuti Kristus pasti tersimpan kenangan dari sanak saudara dan teman-teman. Kerutan menyiratkan segala kesungguhan dalam berdoa, perhatian yang penuh kasih, dan karya yang berguna selama puluhan tahun. Keelokan yang dimiliki bukan lagi pesona fisik semasa muda, tetapi indahnya kesaksian dari hidup yang dijalani dengan baik.

Sebagai seorang perawat di sebuah panti wreda, istri saya melayani beberapa orang tua. Mereka adalah orang-orang istimewa. Misalnya, ada se-orang pria di sana yang setia memberi laporan cuaca setiap malam saat istri saya bekerja. Selain itu ada juga beberapa wanita di sana yang setia melayani Allah melalui doa.

Sayangnya, para orang tua ini tidak selalu dihargai. Orang-orang yang tidak berperasaan memaksa mereka hidup dalam keadaan yang menyedihkan. Seorang politikus mengatakan bahwa mereka sebaiknya "mati dan menyingkir". Sebagian yang lain menyebut mereka beban yang tak berguna. Sebagai pengikut Kristus, kita harus menolak pandangan ini dan mengubahnya. Kebanyakan dari orang-orang yang berharga ini merasa ditolak dan dibuang.

Mari kita memperhatikan dan mencintai mereka dalam nama Yesus. Allah dapat memakai kita untuk memberi dorongan kepada orang-orang yang berdoa, "Janganlah membuang aku pada masa tuaku" --Dave Branon

16 Juni 2004

Bertumbuh di Usia Tua

Nats : Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar (Mazmur 92:15)
Bacaan : Mazmur 92:13-16

Kami memiliki sebuah pohon plum tua yang berlekuk-lekuk, yang sudah rusak di kebun belakang rumah kami. Kulit kayunya berwarna gelap dan berlipat-lipat di makan usia, dahannya sedikit dan kurus, serta tumbuh dengan kemiringan 45 derajat ke barat. Dua tahun yang lalu saya memotong beberapa dahan di satu sisinya, sehingga pohon itu menjadi tidak simetris.

Pada beberapa musim dingin yang lalu, saya mengira pohon itu akan mati karena suhu udara di bawah nol derajat. Bahkan orang yang menyemprotnya dengan insektisida pun yakin bahwa pohon itu sudah mati. Tetapi ternyata pohon itu hidup lagi pada musim semi dan terus tumbuh setiap tahunnya.

Setiap bulan April, tampaknya pohon tua ini tidak menghiraukan musim dingin, tetapi terus berbunga. Bunganya yang merah muda dan harum tumbuh sangat banyak, memperindah halaman kami. Ketika menulis artikel ini pun, saya dapat mencium keharumannya.

Pohon plum itu dapat bertahan karena akarnya tertanam dengan kokoh di dalam tanah. Pohon ini memperoleh kekuatan dan makanan dari sumber yang tersembunyi di dalam tanah.

Demikian juga halnya dengan kita. Kemampuan kita untuk bertahan -- bukan untuk bertumbuh -- tergantung pada seberapa dalam kita berakar di dalam Kristus. Orang yang membaca firman-Nya, merenungkan, dan mendoakannya di dalam hidupnya akan menghasilkan buah-buah Roh (Galatia 5:22,23), di usia tua sekalipun. Hal ini seperti yang dikatakan Mazmur 92:15, “Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar” —David Roper

16 Agustus 2004

Berjiwa Muda

Nats : Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru (Yesaya 40:31)
Bacaan : Yesaya 40:25-31

Dalam buku Geeks and Geezers (Kaum Muda dan Kaum Tua), pengarang Warren Bennis dan Robert Thomas memberikan pandangan menakjubkan tentang "bagaimana era, nilai, dan momen yang menentukan dapat membentuk para pemimpin" dari dua generasi yang sangat berbeda, yaitu kaum muda (usia 21-35) dan kaum tua (usia 70 lebih).

Salah satu penemuan mereka menyebutkan bahwa di antara kelompok "kaum tua", setiap orang yang mampu memainkan peran kepemimpinan adalah yang dapat mempertahankan sikap rasa ingin tahu, kejenakaan, antusiasme, keberanian, kehangatan, dan semangat. Mereka tidak ditaklukkan oleh waktu dan usia, tetapi "terbuka, bersedia mengambil risiko, haus akan pengetahuan dan pengalaman, berani, dan antusias menyambut setiap hari baru".

Sungguh sikap besar yang layak kita miliki. Namun, bagaimana orang kristiani dapat memiliki dan mempertahankan sikap itu? Alkitab berkata, kekuatan kita berasal dari hubungan yang penuh kepercayaan dengan Allah: "Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah" (Yesaya 40:31).

Lebih dari tubuh, pikiran dapat membuat kita hilang semangat dan menyerah. Tanpa terkecuali kaum muda, karena bahkan "orang-orang muda menjadi lelah dan lesu" (ayat 30). Allah memberikan kekuatan kepada kaum muda dan tua yang menaruh harapan kepada-Nya. Dia mengarahkan roh kita untuk berlari, berjalan, dan terbang tinggi ke arah-Nya --David McCasland

10 Februari 2005

Masa Pensiun

Nats : Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21)
Bacaan : Filipi 1:12-21

Ketika pesawat kami mendarat di bandara Charles de Gaulle di Paris, tepuk tangan meriah muncul dari antara sekelompok karyawan perusahaan penerbangan. Saya merasa hal itu agak tidak biasa terjadi, sampai akhirnya saya diberi tahu bahwa sang pilot baru saja menyelesaikan penerbangan yang terakhir dalam kariernya. Ia akan pensiun besok, dan saat itu rekan-rekannya mengungkapkan kebahagiaan mereka untuknya.

Bagi banyak orang, pensiun berarti mengerjakan apa yang selama ini selalu ingin mereka kerjakan—memancing, bermain golf, bepergian. Orang-orang yang lain bekerja keras agar dapat pensiun lebih awal, sehingga mereka dapat menikmati buah dari kerja keras mereka selagi masih muda dan sehat.

Orang kristiani melihat masa pensiun secara berbeda. Seorang teman yang sudah tua yang mengasihi Tuhan berkata, “Malam ini saya akan tidur. Besok pagi, jika Tuhan masih memberi saya kehidupan, saya akan bangun dan melayani-Nya.” Ia menganut cara pandang Paulus, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21). Tujuan Paulus satu-satunya adalah untuk memuliakan Kristus. Apa pun yang muncul dalam bentuk penderitaan, hukuman penjara, atau kesukaran adalah kesempatan yang lain untuk menyebarkan Injil dan hidup bagi-Nya.

Selalu ada pekerjaan yang dapat dilakukan bagi Tuhan. Sepanjang kita hidup, Kristus dapat bekerja di dalam dan melalui kita jika kita mengadopsi pandangan Paulus tentang kehidupan dan kematian. Baginya, tidak ada masa pensiun dalam melayani Tuhan —Albert Lee

5 Desember 2005

Secercah Kemuliaan

Nats : Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibarui dari sehari ke sehari (2 Korintus 4:16)
Bacaan : 2Korintus 4:16-18

Proses penuaan memiliki kesulitan sendiri-pendengaran dan penglihatan menurun, pikun, sakit punggung, atau encok di tangan. Inilah tanda bahwa kita semakin lemah. Namun, Paulus menegaskan bahwa secara batiniah kita “dibarui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya” (2 Korintus 4:16, 17). Bagaimana bisa demikian?

Proses penuaan dan kelemahan akan memusatkan pikiran kita kepada Allah. Kita belajar memusatkan pandangan kepada-Nya dan pada fakta-fakta yang tidak kelihatan; kita belajar membedakan antara hal-hal yang kekal dan hal-hal yang fana. Kita ditarik oleh kasih Allah untuk mengarahkan kasih kepada hal-hal di atas dan bukan kepada hal-hal yang ada di bumi.

Karena itu kita memusatkan pandangan pada hal-hal “yang tak kelihatan” (ayat 18). Pandangan kita harus melampaui kelemahan kita saat ini, dan mengarahkannya pada keberadaan kita nanti-makhluk-makhluk agung, yang memancarkan kecantikan yang bersinar dan energi yang tak terhingga!

Sebab itu “kami tidak tawar hati” (ayat 16). Kita dapat “bekerja sama” dengan penderitaan kita dan terus melayani, berdoa, mengasihi, bersikap peduli hingga akhir hidup kita. Kita dapat memiliki karakter yang kuat meskipun kemanusiaan kita lemah; kita dapat menunjukkan ketabahan dan kasih bagi orang lain di tengah kegelisahan kita. Meskipun kita memiliki kesulitan sementara, kita dapat terus melangkah maju, karena kita telah memandang secercah kemuliaan yang jauh melebihi semuanya itu -DHR

20 Februari 2006

Tongkat Saya

Nats : Karena iman ... Yakub ... menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya (Ibrani 11:21)
Bacaan : Mazmur 73:23-28

Rak antik di jalan masuk ke rumah kami menyimpan tongkat dari beberapa generasi di keluarga kami. Yang paling saya sukai adalah sebuah tongkat ramping dengan pegangan bulat berlapis emas berukir inisial "DHR". Tongkat itu milik kakek buyut istri saya Carolyn, Daniel Henry Rankin. Anehnya, inisialnya sama dengan inisial nama saya.

Di ruang belajar saya ada koleksi lain. Di antara barang-barang lainnya terdapat tongkat milik ayah saya yang terbuat dari kayu pohon apel yang dikelupas. Dan dalam sebuah tong kayu di garasi kami terdapat sejumlah peralatan: tongkat untuk bermain ski, tongkat kecil untuk berjalan di salju, dan tongkat untuk lintas alam yang telah saya kumpulkan selama bertahun-tahun. Kelak, saya tak lagi akan menggunakan tongkat-tongkat itu, dan menggantinya dengan tongkat penopang untuk berjalan. Saya akan selalu memerlukan sesuatu atau seseorang untuk bersandar.

Kemudian saya teringat pada Bapa Yakub tua. Dahulu ia kuat, tetapi kini ia rendah hati dan sungguh-sungguh bersandar pada Allah. Ketika ia sudah hampir meninggal, dengan iman ia "menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya" (Ibrani 11:21).

Ketika saya bertambah tua, saya belajar untuk lebih bersandar kepada Allah dan kesetiaan-Nya. Selama bertahun-tahun, Dia telah "memegang tangan kananku". Dia membimbing saya dengan nasihat-Nya, dan sesudah itu Dia akan "mengangkat aku ke dalam kemuliaan" (Mazmur 73:23,24).

Shakespeare menyatakan hal tersebut dengan baik: Allah merupakan "tongkat terbaik di usia tuaku, Dia adalah penyangga terbaikku" --DHR

17 November 2007

Tubuh Baru

Nats : Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia (Ibrani 12:2)
Bacaan : 1Korintus 15:42-49

Pada tahun 1728, Ben Franklin muda mengarang tulisan untuk batu nisannya sendiri:

Tubuh B. Franklin, si tukang cetak, ibarat sampul sebuah buku tua, lembaran buku itu sudah usang, hurufnya yang berwarna emas sudah terkelupas, terbaring di sini dan menjadi makanan cacing. Namun, karya dalam buku itu tidak akan hilang; karena, sebagaimana yang ia percayai, ia akan muncul sekali lagi, dalam edisi yang baru dan lebih cantik, sudah dikoreksi dan disempurnakan oleh Sang Pengarang.

Dalam tulisan batu nisan ini, si jenaka Franklin, manusia Renaissance kolonial, mengikuti kebenaran pandangan Alkitab mengenai kebangkitan. Tubuh yang sekarang ini kita miliki mudah termakan usia, mengalami kemunduran fisik, dan pada akhirnya mati. Akan tetapi, kebangkitan Yesus Kristus menjanjikan tubuh adikodrati baru yang dibangkitkan dalam kemuliaan. Rasul Paulus berkata kepada kita, "Tubuh yang ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Yang ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan" (1 Korintus 15:42,43).

Ketika kehidupan yang kita jalani menyusuri perjalanannya dalam proses menjadi tua, kita memiliki suatu harapan akan tubuh baru yang jauh lebih baik daripada tubuh kita yang semula. Di samping rasa sakit dan nyeri yang kita rasakan, ketetapan Tuhan bagi hidup kita aman di tangan "Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan" (Ibrani 12:2) --HDF

6 Mei 2008

Tetaplah Berpaut

Nats : Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau (Yesaya 49:15)
Bacaan : Yesaya 40:27-31

Puisi terkenal berjudul Foot Prints berkisah tentang seseorang yang tengah berjalan bersama Tuhan di sebuah pantai. Ketika menoleh ke belakang, ia melihat dua pasang jejak kaki; sepasang jejak kakinya, sepasang lagi jejak kaki Tuhan. Lalu ia menemukan, pada masa-masa berat dalam hidupnya, ternyata jejak kaki itu hanya tinggal sepasang. Ia pun memprotes, "Tuhan, pada masa-masa berat dalam hidupku, mengapa Engkau justru meninggalkan aku?" Tuhan menjawab, "Aku tidak pernah meninggalkanmu. Jejak kaki itu hanya sepasang karena Aku sedang menggendong kamu."

Umat Israel dalam bacaan kita juga tengah mengalami masa-masa yang berat. Mereka harus kehilangan tanah air dan hidup sebagai bangsa "buangan" di negeri asing. Begitu berat rasanya hidup yang mesti dijalani hingga mereka merasa, "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku" (ayat 27). Namun, benarkah Tuhan telah meninggalkan mereka? Tidak. Tuhan tidak pernah berhenti memerhatikan mereka (ayat 28); juga memberi kekuatan dan semangat (ayat 29). Kuncinya: tidak bersandar pada kekuatan sendiri (ayat 30), dan tetap berpaut kepada-Nya (ayat 31).

Jadi, apabila hidup kita menjadi sulit; beban hidup menekan hebat, kesusahan terus menghantam, dan kita seolah-olah berjalan di lorong gelap tak berujung, janganlah berkecil hati. Tetaplah berpaut kepada-Nya. Kasih-Nya melampaui kasih seorang ibu kepada anak kandungnya (Yesaya 49:15). Benar, Dia tidak selalu mengabulkan apa yang kita inginkan, tetapi Dia tidak akan pernah mengecewakan. Pasti -AYA

23 Juli 2008

Orangtua Sebagai Suporter

Nats : Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu (2Timotius 1:5)
Bacaan : 2Timotius 1:3-7

Andai kehidupan ini adalah sebuah arena pertandingan dan anak-anak adalah pemainnya, maka orangtua adalah suporter yang terutama. Peran orangtua akan sangat memengaruhi hasil yang akan dicapai anak-anaknya kelak. Pengalaman Patrick Hughes membuktikan hal itu. Sejak lahir, Patrick buta dan lumpuh, tetapi ia mempunyai prestasi yang sangat luar biasa: anggota band sekolah, pianis yang pernah menggelar konser di Kennedy Center, dan seorang artis rekaman. Ia juga mahasiswa dengan predikat "straight A" dan menerima Disney's Wide World of Sport Spirit Award 2006.

Faktor terpenting keberhasilan Patrick di tengah segala keterbatasannya adalah dukungan orangtua. Ibu dan kedua adik Patrick adalah suporter setianya dalam berbagai kesempatan. Ayahnya yang bekerja di perusahaan pengiriman, dengan sengaja mengambil kerja shift malam supaya pada siang hari ia dapat menjadi "mata" dan "kaki" buat Patrick di sekolah. Ketika Patrick menjadi anggota marching band berkursi roda pertama di universitasnya-sebagai peniup trompet-ayahnya turut serta dalam barisan; mendorong kursi rodanya, berputar mengikuti barisan, dan membentuk formasi.

Hal serupa juga terjadi dalam kehidupan rohani. Penghayatan iman orangtua yang tercermin dalam sikap hidup sehari-hari, sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan rohani anak-anak. Seperti Timotius. Pada usia muda ia telah menjadi pemimpin jemaat sekaligus rekan sekerja Paulus yang sangat diandalkan (2Timotius 3:10,11). Semua itu tidak dapat dilepaskan dari penghayatan iman ibunya, Eunike, dan neneknya, Lois (ayat 5) -AYA



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA