Teks -- Hakim-hakim 8:32-35 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: Hak 6:1--9:57 - -- Kisah panjang mengenai Gideon ini mengumpulkan berbagai tradisi yang berasal dari suku Manasye. Penyusun kitab Hakim menemukan tradisi-tradisi itu sud...
Kisah panjang mengenai Gideon ini mengumpulkan berbagai tradisi yang berasal dari suku Manasye. Penyusun kitab Hakim menemukan tradisi-tradisi itu sudah dipersatukan, lalu menyadurnya sedikit. Ada beberapa tradisi mengenai tindakan-tindakan kemiliteran yang dilakukan Gideon melawan orang Midian, baik di wilayah bangsa Israel maupun di luar daerah seberang sungai Yordan. Pada tradisi-tradisi tsb ditambah tradisi-tradisi lain yang bersangkutan dengan ibadat, yaitu tentang sebuah mezbah di Ofra yang disahkan, tentang sebuah mezbah guna dewa baal dan tentang tanda guntingan bulu domba. Ceritera-ceritera itu cukup penting oleh karena memperlihatkan kemerosotan agama di Israel yang disebabkan kenyataan bahwa orang Israel mulai menetap di negeri Kanaan dan berkenalan dengan ibadat setempat kepada dewa Baal; ceritera-ceritera itupun memperlihatkan kekacauan di bidang politik yang menyatakan diri dalam ditawarkannya jabatan raja kepada Gideon dan dalam pengalaman yang menyedihkan dengan raja Abimelekh.
Jerusalem: Hak 8:30-32 - -- Ayat-ayat ini mirip dengan catatan-catatan mengenai "Hakim-hakim kecil", bdk Hak 10:1-5; 12:8-15. Hak 8:29 yang memakai nama Yerubaal sebaik-baiknya d...
Ayat-ayat ini mirip dengan catatan-catatan mengenai "Hakim-hakim kecil", bdk Hak 10:1-5; 12:8-15. Hak 8:29 yang memakai nama Yerubaal sebaik-baiknya ditempatkan sesudah Hak 6:25-32.
Jerusalem: Hak 8:33 - Baal-Berit Baal-Berit atau El-Berit adalah dewa perjanjian yang dipuji penduduk Sikhem yang berbangsa Kanaan, Hak 9:46. Di Sikhem juga diikat perjanjian dengan T...
Ende -> Hak 8:29-32
Tjatatan ini menjediakan kisah mengenai Abimelek.
Ref. Silang FULL: Hak 8:33 - para Baal // membuat Baal-Berit // menjadi allah · para Baal: Hak 2:11,13,19; Hak 2:11; Hak 2:13; Hak 2:19
· membuat Baal-Berit: Hak 9:4
· menjadi allah: Hak 9:27,46
· para Baal: Hak 2:11,13,19; [Lihat FULL. Hak 2:11]; [Lihat FULL. Hak 2:13]; [Lihat FULL. Hak 2:19]
· membuat Baal-Berit: Hak 9:4
· menjadi allah: Hak 9:27,46
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Hak 8:29-35
Matthew Henry: Hak 8:29-35 - Kembalinya Israel pada Penyembahan Berhala Kembalinya Israel pada Penyembahan Berhala (8:29-35)
Kita mendapati dalam perikop ini penutup dari kisah Gideon.
1. Ia hidup di rumah sendir...
Kembalinya Israel pada Penyembahan Berhala (8:29-35)
- Kita mendapati dalam perikop ini penutup dari kisah Gideon.
- 1. Ia hidup di rumah sendiri (ay. 29). Ia tidak menjadi sombong oleh kehormatan-kehormatannya yang besar, tidak mendambakan istana atau puri untuk tinggal, tetapi menarik diri ke rumah yang sudah didiaminya sebelum pengangkatannya. Demikian pula halnya dengan orang Romawi yang pemberani itu, yang dipanggil secara mendadak dari pekerjaan membajak untuk memimpin pasukan. Dan ketika pekerjaan itu telah usai, ia kembali untuk membajak lagi.
- 2. Keluarga Gideon bertambah banyak. Ia mempunyai banyak istri, dalam hal ini ia melanggar hukum Taurat. Dari istri-istri itu ia mempunyai tujuh puluh anak laki-laki (ay. 30), tetapi dari seorang gundik ia mempunyai seorang anak yang dinamainya Abimelekh yang berarti, ayahku seorang raja, yang ternyata menjadi kehancuran bagi keluarganya (ay. 31).
- 3. Gideon meninggal dalam kehormatan, dalam usia tua yang baik, setelah ia hidup sepanjang waktu ia mampu melayani Allah dan negerinya. Dengan keadaan begitu siapa yang ingin hidup lebih lama lagi? Ia dikuburkan dalam kubur ayahnya.
- 4. Setelah kematiannya, orang Israel menjadi rusak, dan membuat semuanya menjadi sia-sia. Segera setelah Gideon meninggal, yang sudah membuat mereka tetap dekat dengan penyembahan kepada Allah Israel, mereka mendapati diri tidak berada di bawah kekangan. Dan kemudian mereka berjalan serong dengan mengikuti para Baal (ay. 33). Mereka berjalan serong pertama-tama dengan mengikuti efod lain (ay. 27). Untuk pelanggaran itu, Gideon sendiri telah memberi mereka terlalu banyak peluang. Sekarang mereka berjalan serong dengan mengikuti allah lain. Penyembahan-penyembahan palsu membuka jalan bagi ilah-ilah palsu. Mereka sekarang memilih allah baru (5:8), allah dengan nama baru, Baal-Berit, seorang dewi, menurut sebagian penafsir. Berit, menurut pendapat sebagian penafsir, adalah Beritus, tempat di mana orang Fenisia menyembah berhala ini. Nama itu berarti tuhan dari sebuah perjanjian. Mungkin ia disebut demikian karena para penyembahnya menggabungkan diri dengannya melalui perjanjian, dengan meniru Israel yang mengikat perjanjian dengan Allah. Sebab Iblis suka meniru Allah. Dalam pemberontakan Israel kepada penyembahan berhala ini, mereka menunjukkan,
- (1) Sikap yang sangat tidak tahu berterima kasih kepada Allah (ay. 34): Orang Israel tidak ingat kepada TUHAN, yang tidak hanya telah menyerahkan mereka ke dalam tangan musuh-musuh mereka, untuk menghukum mereka atas penyembahan berhala mereka, tetapi juga yang telah melepaskan mereka dari tangan semua musuh mereka, untuk mengundang mereka kembali untuk beribadah kepada-Nya. Baik penghakiman maupun belas kasihan dilupakan, dan kesan-kesan yang ditanamkannya menghilang.
- (2) Sikap yang tidak tahu berterima kasih kepada Gideon (ay. 35). Segala yang baik telah dilakukannya kepada orang Israel, sebagai bapak dari bangsa itu, yang untuk itu mereka seharusnya memperlakukan keluarganya dengan baik setelah ia tiada. Sebab itu adalah satu cara bagi kita untuk menunjukkan rasa terima kasih kita kepada teman-teman kita dan orang-orang yang sudah berbuat kebaikan kepada kita. Dan dengan cara itu, kita bisa membalas kebaikan mereka ketika mereka sudah terbaring dalam kubur. Tetapi Israel tidak menunjukkan kebaikan ini kepada keluarga Gideon, seperti yang akan kita dapati dalam pasal berikutnya. Tidak heran jika orang-orang yang melupakan Allah mereka, juga melupakan teman-teman mereka.
SH: Hak 8:1-35 - Waspadai jerat (Jumat, 25 April 2008) Waspadai jerat
Saat kita lengah, dengan mudah kita akan terperangkap ke dalam
jerat. Jerat awalnya bisa berupa hal sepele, hal kecil, atau hal
...
Waspadai jerat
Saat kita lengah, dengan mudah kita akan terperangkap ke dalam jerat. Jerat awalnya bisa berupa hal sepele, hal kecil, atau hal yang biasa-biasa saja. Bentuknya pun tidak selalu menakutkan bahkan seringkali bisa menarik hati. Namun jerat bisa membawa kita kepada situasi yang berbahaya. Itulah yang dialami Gideon dan umat Israel setelah kemenangannya yang gemilang mengalahkan musuh-musuhnya.
Waktu menghadapi suku Efraim yang sangat tersinggung karena merasa tidak dilibatkan sejak awal peperangan, Gideon dengan bijaksana meredakan kemarahan mereka (ayat 1-3). Namun saat mengalami kelelahan oleh karena mengejar musuh, Gideon lengah dengan pengendalian dirinya sehingga dikuasai oleh amarah. Ia bertindak kejam dan melakukan pembalasan dendam yang tidak pada tempatnya kepada mereka yang menolak membantu dia dalam mengalahkan musuh (ayat 4-9, 13-17).
Setelah kemenangan besar, kerendahan hati Gideon sungguh nyata dengan menolak permintaan rakyat untuk menjadikan dia raja untuk memerintah atas mereka. Gideon menunjukkan pemahaman iman yang benar bahwa hanya Tuhanlah yang berhak dan layak menjadi RAJA atas umat-Nya, Israel (ayat 23). Namun ia lengah dengan keinginan menjadi orang dihormati. Harta rampasan yang begitu melimpah membuat hati Gideon ternggiurkan hatinya (ayat 24-26). Dari harta tersebut ia membuat efod. Efod adalah jubah imam yang bisa dipakai untuk mencari kehendak Tuhan (lih. Kel. 28:28-30). Gideon tidak memiliki hak untuk membuat apalagi memakainya. Akhirnya efod itu menjadi berhala yang menyimpangkan Israel dari Tuhan (ayat 27).
Hidup anak Tuhan memang selalu melawan arus dunia yang mencari kenikmatan sementara dan penghormatan semu. Semua hal itu bisa menjadi jerat yang membawa kita jatuh dalam dosa. Hanya satu cara untuk menangkalnya, yakni fokuskan hidup kita pada Tuhan dan kehendak-Nya.
SH: Hak 8:22-35 - Maunya Allah dan maunya manusia (Selasa, 14 Oktober 1997) Maunya Allah dan maunya manusia
berbeda, sejauh beda teokrasi dan dinasti. Dalam potensi yang sangat berbeda itu, Gideon, hamba Allah menjadi hakim.
...
Maunya Allah dan maunya manusia
berbeda, sejauh beda teokrasi dan dinasti. Dalam potensi yang sangat berbeda itu, Gideon, hamba Allah menjadi hakim.
Dinasti serong. Orang Israel minta agar Gideon membuat dinasti. Mereka mengutamakan keamanan diri. Pokoknya aman dan hidup enak. Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan nepotisme dan semacamnya? Keinginan serong rohani itu ternyata manusiawi dan disukai Iblis. Iblis memakai kecenderungan untuk serong itu bagi usaha penyesatan. Baju imam (efod) yang dipergunakan dalam usaha mencari tahu kehendak Allah (">
Teokrasi dan kendali. "Tuhan yang memerintah kamu" (ayat 23b). Ini teokrasi. Masa kini juga, dalam sistem politik bagaimana pun, haruslah kita izinkan Tuhan memerintah secara rohani dan mutlak. Haruslah kita izinkan Kristus dan Allah Bapa memegang pemerintahan (
SH: Hak 8:22-35 - Sehari-hari bukan sesekali (Sabtu, 31 Agustus 2013) Sehari-hari bukan sesekali
Kemenangan supranatural yang dialami Israel melalui kepemimpinan Gideon membuat orang Israel menyanjung dia. Bahkan mereka...
Sehari-hari bukan sesekali
Kemenangan supranatural yang dialami Israel melalui kepemimpinan Gideon membuat orang Israel menyanjung dia. Bahkan mereka ingin mengangkat Gideon dan anak cucunya menjadi raja atas mereka (22). Dengan bijaksana, Gideon menolak tawaran mereka karena bagi Dia, hanya Tuhanlah yang layak menjadi Raja untuk memerintah bangsanya (28).
Akan tetapi, tampaknya mabuk dalam sanjungan sedikit melanda Gideon. Ia memutuskan untuk membuat efod (lihat Kel. 28:6-35) dari perhiasan emas yang merupakan jarahan dari orang Midian (24). Karena masih dalam suasana sanjungan terhadap Gideon, maka dengan senang hati, orang Israel menyumbangkan perhiasan emas mereka hingga kemudian terkumpul dalam jumlah yang cukup besar (25-26). Gideon tidak menyadari bahwa efod ini kemudian akan menjadi perangkap bagi Israel. Benar saja, setelah efod itu jadi dan ditempatkan di Ofra, banyak orang datang dan menyembah efod itu (27). Gideon tidak lagi mempertimbangkan kehendak Allah dalam pembuatan efod itu.
Selain itu, Gideon tampak menikmati buah dari tindakan heroiknya dalam sisa hidupnya. Tampaknya ia cukup kaya untuk membiayai hidup banyak istri yang melahirkan tujuh puluh anak laki-laki bagi dia serta gundik yang melahirkan seorang anak laki-laki (30-31). Meskipun Gideon menolak untuk menjadi raja Israel, tetapi sikapnya seperti raja-raja di wilayah sekitar yang mengawini banyak istri dan gundik serta memiliki banyak anak (bdk. Ul. 17:17). Ia mengikuti tradisi orang-orang yang tidak mengenal Allah dan mengabaikan kehendak Allah (Kej. 2:24).
Melihat kehidupan Gideon, dapat disimpulkan bahwa lebih mudah menaati Allah dalam suatu tindakan heroik daripada menaati Dia secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Gideon yang lulus dalam ujian iman ternyata tidak lulus dalam ujian kesuksesan dan kemakmuran. Hal yang sama juga dapat terjadi pada kita. Ingatlah bahwa yang Tuhan inginkan bukanlah taat sesekali, tetapi taat sehari-hari. Dan itu bisa kita lakukan, bila tiap hari kita hidup berpaut pada Tuhan.
SH: Hak 8:22-35 - Bertindak dengan Benar (Sabtu, 25 Juli 2020) Bertindak dengan Benar
Hiasan berbentuk salib pasti sering kita lihat. Benda itu kerap terlihat menempel di dinding rumah atau dikenakan sebagai perh...
Bertindak dengan Benar
Hiasan berbentuk salib pasti sering kita lihat. Benda itu kerap terlihat menempel di dinding rumah atau dikenakan sebagai perhiasan. Awalnya, hiasan salib dibuat untuk mengingat karya keselamatan Kristus bagi dunia. Sayangnya, banyak orang salah memaknainya. Bahkan, ada yang menjadikan hiasan salib sebagai jimat keramat.
Hal serupa terjadi pada efod pada zaman Gideon. Efod adalah pakaian seorang imam yang dikenakan ketika memimpin ibadah di tempat kudus (bdk. Kel. 28:5-35; 39:2-26; Im. 8:7-8). Pada saat Gideon meminta emas untuk membuat efod, mungkin ia bermaksud baik. Ia ingin menjadikannya sebagai pengingat bahwa Tuhan menolong mereka mengalahkan bangsa Midian.
Maksud baiknya juga terlihat dalam ayat 22. Ketika orang Israel meminta Gideon menjadi raja, ia menolaknya. Baginya, Tuhanlah yang terutama dan yang berhak memerintah atas mereka.
Namun, maksud baik Gideon dipahami dengan cara yang salah oleh orang Israel. Bukannya menjadi pengingat, sebaliknya, mereka menjadikan efod sebagai berhala dan menyembahnya. Alkitab mengatakan inilah yang menjadi jerat bagi Gideon dan seisi rumahnya. Hal ini tentunya juga berdampak kepada orang Israel sebab mereka tidak lagi menyembah hanya kepada Tuhan.
Hal yang menyedihkan hari ini adalah banyak anak Tuhan berangkat dari motivasi baik dalam mengambil keputusan. Akan tetapi, hasil akhir dari keputusan itu malah menjadi salah. Mungkin hal itu bisa terjadi karena mereka tidak berpikir panjang dan kritis terhadap risiko yang mungkin ada. Oleh sebab itulah, dalam setiap perencanaan dan keputusan, kita harus meminta hikmat dari Tuhan.
Mari kita memohon agar kepekaan rohani kita dilatih-Nya serta dibukakan hati dalam menerima masukan. Dengan demikian, setiap keputusan dan tindakan kita menjadi berkat bagi orang lain dan nama Tuhan dimuliakan. Di dalam hikmat Tuhan, biarlah niat baik kita menjadi tindakan yang dikenan-Nya. Mari kita terus-menerus menilik batin kita supaya jernih dalam bertindak. [STG]
Baca Gali Alkitab 4
Gideon mungkin salah satu hakim Israel yang paling agung. Pernyataannya bahwa dia tidak akan menjadi raja atas Israel (8:23) menyatakan ia tidak memiliki ambisi pribadi ketika memimpin umat Israel mengalahkan Midian. Di pasal 6 ini kita membaca permulaan pelayanannya yang ditandai dengan pergumulan untuk memercayakan dirinya pada Tuhan yang mengutusnya. Tuhan menjawab pergumulannya dengan tanda-tanda yang sangat jelas.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang terjadi lagi pada Israel? (1-7) Apa penyebab keadaan mereka yang begitu sengsara? (8-10)
2. Bagaimana Tuhan akan menyelamatkan mereka? (11-16)
3. Apa yang diminta Gideon dari Tuhan sebagai tanda penyertaan-Nya atas kepemimpinannya? (17-24; 36-40)
4. Apa tanda yang Tuhan tunjukkan kepada Gideon dan orang Israel yang masih hidup dalam penyembahan kepada Baal bahwa Dia akan membebaskan mereka dari penjajahan Midian? (25-32)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa salah satu penyebab penderitaan orang percaya?
2. Bagaimana cara Tuhan mempersiapkan hamba-Nya untuk dapat dipakai-Nya dalam pelayanan?
3. Apa tanda yang dapat meyakinkan bahwa pelayanan Anda disertai Tuhan?
Apa respons Anda?
1. Apa yang perlu Anda persiapkan untuk dapat dipakai Tuhan menjadi alat dalam pelayanan-Nya?
2. Tanda apa yang pernah Anda lihat atau alami yang telah menguatkan Anda bahwa Tuhan menyertai pelayanan Anda?
Pokok Doa:
Penyertaan Tuhan yang nyata bagi umat-Nya yang sedang tertekan agar imannya tetap teguh dalam mengikuti firman Tuhan.
Topik Teologia: Hak 8:32 - -- Eskatologi
Kematian
Fakta Kematian
Contoh-contoh Fakta Kematian
Gideon
Hak 8:32
- Eskatologi
- Kematian
- Fakta Kematian
- Contoh-contoh Fakta Kematian
- Gideon
Topik Teologia: Hak 8:33 - -- Dosa
Dosa-dosa Terhadap Allah
Dosa-dosa Ketidakpercayaan
Melupakan Allah
Ula 8:11-14 Ula 32:18 Hak 3:7-8 Hak 8:33-34 1Sa 12:9 Ayu ...
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Allah
- Dosa-dosa Ketidakpercayaan
Topik Teologia: Hak 8:35 - -- Dosa
Dosa-dosa Terhadap Sesama
Dosa-dosa Kebencian
Mengubah Kebaikan Menjadi Kejahatan
Hak 8:35 1Sa 23:5,9-12 1Sa 25:21-22 Maz 35:...
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Kebencian
- Mengubah Kebaikan Menjadi Kejahatan
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kit...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kitab Hakim-Hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Para hakim (berjumlah 13 dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Samuel, yang pada umumnya dipandang sebagai hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.
Penulis kitab ini tidak jelas. Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat penulisannya:
- (1) penulisannya terjadi setelah tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hak 18:31; Hak 20:27; bd. 1Sam 4:3-11);
- (2) penulis yang sering menyebut masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hak 17:6; Hak 18:1; Hak 19:1; Hak 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah berdiri ketika kitab ini ditulis;
- (3) Yerusalem belum direbut dari suku Yebus (Hak 1:21; bd. 2Sam 5:7). Ketiga petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM). Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini dengan Samuel.
Yang pasti ialah: kitab ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (mis. Hak 2:1-5). Musa sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari perjanjian (Ul 28:25,33,48). Kitab Hakim-Hakim menggarisbawahi kenyataan nubuat tersebut dalam sejarah.
Tujuan
Dari segi sejarah, Hakim-Hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel. Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan mulai mengikuti berhala dan kebejatan.
Survai
Hakim-Hakim terbagi atas tiga bagian utama.
- (1) Bagian pertama (Hak 1:1--3:6) mencatat kegagalan Israel untuk menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah kematian Yosua.
- (2) Bagian kedua (Hak 3:7--16:31) merupakan bagian utama kitab ini. Bagian ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing, perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya. Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (bd. Ibr 11:32).
- (3) Bagian ketiga (Hak 17:1--21:25) menutup dengan kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel. Kitab ini mengingatkan kita bahwa satu-satunya pelajaran yang kita tarik dari sejarah ialah bahwa kita tidak belajar dari sejarah.
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini mencatat aneka peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan permulaan zaman kerajaan.
- (2) Kitab ini menggarisbawahi tiga kebenaran yang sederhana namun mendalam:
- (a) menjadi umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
- (b) dosa selalu menghancurkan umat Allah; dan
- (c) ketika umat Allah merendahkan diri mereka, berdoa, dan berbalik dari cara hidup mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (bd. 2Taw 7:14).
- (3) Kitab ini menekankan bahwa setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" ; bd. Hak 17:6).
- (4) Kitab ini menyatakan beberapa pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua perjanjian:
- (a) jika umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan;
- (b) Allah panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas; dan
- (c) para pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati, watak, atau kebenaran.
- (5) Keenam siklus utama dalam kitab ini yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (mis. Hak 2:11; Hak 3:7).
- (6) Kitab ini menyatakan bahwa Allah memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat daripada umat-Nya sendiri untuk menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan kebangunan rohani. Hanya campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab Hakim-Hakim menyatakan suatu prinsip ilahi yang abadi: ketika Allah memakai orang dengan luar biasa dalam pelayanan-Nya, Roh Tuhan turun ke atasnya (Hak 3:10; bd. Hak 6:34; Hak 11:29; Hak 14:6,19; Hak 15:14). Pada permulaan pelayanan Yesus, Roh Kudus turun keatas-Nya ketika Ia dibaptis (Mat 3:16; Luk 3:21-22). Sebelum naik kepada Bapa, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menantikan karunia yang dijanjikan Bapa -- yaitu, Roh Kudus (Kis 1:4-5); alasan yang diberikan-Nya ialah bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun atas mereka (Kis 1:8; bd. Hak 4:33). Di bawah kedua perjanjian, cara Allah untuk mengalahkan musuh dan memajukan kerajaan-Nya ialah dengan memakai daya, kekuatan, dan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui bejana-bejana manusiawi yang berserah dan taat kepada-Nya.
Full Life: Hakim-hakim (Garis Besar) Garis Besar
I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6)
A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
...
Garis Besar
- I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6) - A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
(Hak 1:1-2:5) - B. Israel Mengalami Kemerosotan
(Hak 2:6-3:6) - II. Sejarah Penindasan Israel dan Pembebasan oleh Hakim-Hakim
(Hak 3:7-16:31) - A. Penindasan Aram-Mesopotamia/Pembebasan oleh Otniel
(Hak 3:7-11) - B. Penindasan oleh Moab/Pembebasan oleh Ehud
(Hak 3:12-30) - C. Penindasan oleh Filistin/Pembebasan oleh Samgar
(Hak 3:31) - D. Penindasan oleh Kanaan/Pembebasan oleh Debora-Barak
(Hak 4:1-5:31) - E. Penindasan oleh Midian/Pembebasan oleh Gideon
(Hak 6:1-8:35) - F. Masa-masa Sulit di Bawah Abimelekh, Tola, dan Yair
(Hak 9:1-10:5) - G. Penindasan oleh Amon/Pembebasan oleh Yefta
(Hak 10:6-12:7) - H. Hakim-Hakim Kecil: Ebzan, Elon, dan Abdon
(Hak 12:8-15) - I. Penindasan oleh Filistin/Kehidupan Simson
(Hak 13:1-16:31) - 1. Kelahiran dan Panggilan Simson
(Hak 13:1-25) - 2. Pernikahan Simson dengan Orang Tidak Beriman
(Hak 14:1-20) - 3. Perbuatan-Perbuatan Gagah Simson
(Hak 15:1-20) - 4. Kejatuhan dan Pemulihan Simson
(Hak 16:1-31) - III.Berbagai Ilustrasi Kekacauan Rohani, Moral, dan Sosial di Israel
(Hak 17:1-21:25) - A. Penyembahan Berhala
(Hak 17:1-18:31) - 1. Contoh Penyembahan Berhala Pribadi
(Hak 17:1-13) - 2. Contoh Penyembahan Berhala Kesukuan
(Hak 18:1-31) - B. Kebejatan
(Hak 19:1-30) - 1. Contoh Kebejatan Pribadi
(Hak 19:1-9) - 2. Contoh Kebejatan Kesukuan
(Hak 19:10-30) - C. Sengketa Antara Suku
(Hak 20:1-21:25)
Matthew Henry: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih dipe...
- Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih diperinci dan disebut sebagai Kitab Hakim-hakim dari Anak-anak Israel. Oleh karena penghakiman-penghakiman atas bangsa itu bersifat khusus, maka demikian pula dengan hakim-hakimnya, yang tugas jabatannya jauh berbeda dari tugas jabatan para hakim bangsa-bangsa lain. Septuaginta hanya memberinya judul Kritai, yang artinya Hakim-hakim. Kitab ini berisi sejarah kewargaan Israel, pada masa pemerintahan hakim-hakim mulai dari Otniel hingga Eli, sebanyak yang dipandang Allah patut untuk diteruskan kepada kita. Menurut perhitungan Dr. Lightfoot, di dalamnya termuat riwayat selama 299 tahun. Mulai dari Otniel dari suku Yehuda yang menjadi hakim selama empat puluh tahun. Lalu Ehud dari suku Benyamin selama delapan puluh tahun. Barak dari suku Naftali selama empat puluh tahun. Gideon dari suku Manasye selama empat puluh tahun. Abimelekh putra Gideon selama tiga tahun. Tola dari suku Isakhar selama dua puluh tiga tahun. Yair dari suku Manasye selama dua puluh dua tahun. Yefta dari suku Manasye selama enam tahun. Ebzan dari suku Yehuda selama tujuh tahun. Elon dari suku Zebulon selama sepuluh tahun. Abdon dari suku Efraim selama delapan tahun, hingga Samson dari suku Dan selama dua puluh tahun. Jadi, seluruhnya berjumlah 299 tahun. Mengenai tahun-tahun perhambaan Israel, mengingat Eglon dikatakan menindas mereka selama delapan belas tahun dan Yabin selama dua puluh tahun, dan begitu pula dengan beberapa raja lain, tahun-tahun perhambaan mereka itu terhitung dalam sebagian tahun kepemimpinan para hakim atau sebagian tahun yang lain. Hakim-hakim itu tampak berasal dari delapan suku yang berbeda-beda. Demikianlah kehormatan itu tersebar, sampai pada akhirnya berpusat pada Yehuda. Eli dan Samuel, dua hakim yang tidak tercantum di dalam kitab ini, berasal dari suku Lewi. Tampaknya tidak ada hakim yang berasal dari suku Ruben, Simeon, Gad, atau Asyer. Riwayat hakim-hakim ini secara berurutan dikisahkan di dalam kitab ini sampai akhir pasal 16. Kemudian dalam lima pasal terakhir, kita mendapati penjelasan tentang sejumlah peristiwa tertentu yang patut diingat, yang terjadi, seperti halnya kisah Rut (Rut 1:1), pada zaman para hakim memerintah, tetapi tidak pasti pada zaman hakim yang mana. Namun demikian, peristiwa-peristiwa tersebut dikumpulkan bersama-sama pada akhir kitab ini, agar jalannya sejarah itu secara umum tidak terputus. Nah, mengenai keadaan seluruh rakyat Israel pada masa itu,
- I. Mereka dalam kitab ini tidak terlihat mempunyai tabiat yang seagung atau sebaik seperti yang mungkin diharapkan orang untuk bangsa yang istimewa seperti itu, yang diperintah oleh hukum-hukum yang baik seperti itu dan diperkaya oleh janji-janji yang luhur seperti itu. Kita mendapati mereka menjadi bobrok secara menyedihkan, dan ditindas secara mengenaskan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka. Dan dalam seluruh kitab ini, entah itu dalam peperangan atau pemerintahan, sama sekali tidak dijumpai tindakan mereka yang menonjol yang sepadan dengan masuknya mereka secara gilang-gemilang ke Kanaan. Apa tanggapan kita mengenai hal ini? Allah dengan ini hendak menunjukkan kepada kita ketidaksempurnaan yang patut disesalkan dari semua orang dan segala sesuatu yang ada di bawah matahari, supaya kita dapat menantikan dengan penuh pengharapan kekudusan dan kebahagiaan yang utuh di dunia yang lain, dan bukan di dunia ini. Namun demikian,
- II. Kita dapat berharap bahwa, walaupun penulis kitab ini sebagian besar berbicara panjang lebar tentang tindakan-tindakan bangsa Israel yang menyulut murka Allah dan kesusahan-kesusahan mereka, namun wajah agama tetap terpelihara di negeri itu. Dan, meskipun ada beberapa di antara mereka yang terseret ke dalam penyembahan berhala, namun ibadah di Kemah Suci menurut hukum Musa tetap terjaga, dan ada banyak orang yang mengikutinya. Para penulis sejarah tidak banyak mencatat tentang jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari dalam suatu bangsa, sebab mereka menerimanya begitu saja, tetapi hanya menuliskan tentang peperangan dan kekacauan yang terjadi. Tetapi pembaca harus memberi perhatian pada jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari itu, untuk mengimbangi hitamnya peperangan dan kekacauan tersebut.
- III. Tampak bahwa pada masa ini tiap suku memiliki pemerintahannya masing-masing, dan bertindak sendiri-sendiri tanpa ada satu pemimpin atau badan pemerintahan bersama, sehingga timbul banyak perbedaan di antara mereka sendiri, dan membuat mereka sulit untuk menjadi atau berbuat sesuatu yang luar biasa.
- IV. Pemerintahan para hakim tidak berlangsung secara terus-menerus, melainkan hanya sekali-sekali. Ketika dikatakan bahwa setelah kemenangan Ehud amanlah tanah itu delapan puluh tahun lamanya, dan setelah kemenangan Barak empat puluh tahun lamanya, tidak jelas apakah keduanya hidup, apalagi memerintah, selama tahun-tahun tersebut. Tetapi mereka dan para hakim yang lain telah dibangkitkan dan digerakkan oleh Roh Allah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu bagi rakyat Israel ketika ada kebutuhan untuk itu, yakni untuk membalaskan dendam Israel kepada musuhnya dan membersihkan Israel dari penyembahan berhala. Inilah dua perkara yang terutama dimaksudkan ketika dikatakan bahwa mereka memerintah sebagai hakim atas Israel. Namun demikian Deborah, sebagai seorang nabiah, sudah didatangi oleh segenap orang Israel yang hendak berhakim kepadanya, sebelum ada kebutuhan bagi keterlibatannya dalam perang (4:4).
- V. Selama masa pemerintahan para hakim, Allah menjadi raja Israel secara lebih istimewa. Demikianlah yang dikatakan Samuel kepada bangsa Israel ketika mereka menetapkan hati untuk menanggalkan bentuk pemerintahan ini (1Sam. 12:12). Allah hendak menguji apakah hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya sendiri akan membuat bangsa Israel tetap hidup menurut aturan, dan terbukti bahwa ketika tidak ada raja di antara orang Israel, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Oleh karena itu, mendekati penghujung masa ini, Allah membuat pemerintahan hakim-hakim lebih berkesinambungan dan mencakup segala sesuatu daripada waktu pertama kali, dan pada akhirnya memberi mereka Daud, seorang raja yang berkenan di hati-Nya. Pada masa pemerintahan Daud, dan tidak sebelumnya, Israel mulai berkembang pesat. Kenyataan ini harus membuat kita sangat bersyukur atas kehadiran para pemimpin, baik itu pemimpin tertinggi maupun bawahannya, karena mereka adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Empat dari hakim-hakim Israel dimasukkan ke dalam daftar orang-orang beriman (Ibr. 11:32), yaitu Gideon, Barak, Simson, dan Yefta. Cendekiawan Uskup Patrick berpendapat bahwa nabi Samuel adalah penulis kitab ini.
Ende: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam
kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedj...
HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedjak dulu kala kata Hibrani jang menjatakan nama mereka itu, diterdjemahkan dengan kata ”hakim2”; tetapi sebutan ini tidak seluruhnja sesuai dengan fungsi jang mereka djalankan. Selain tokoh nabiah Debora (4, 4-5), “hakim2” itu tidak mempunjai tugas resmi dalam hal peradilan. Mereka adalah terutama pedjuang dan pahlawan perang dan disebut pula dengan istilah “penjelamat” (2, 16; 3, 9. 15), hal mana sesungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan , jang dimainkan mereka. Didalam sungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan, jang dimainkan mereka. Didalam keadaan2 darurat mereka itu dipanggil langsung oleh Allah dan diilhami serta dibimbing oleh roh dan kekuatanNja, untuk menjelamatkan Israil atau sebagian dari penindas2. Tokoh Sjimsjon jang agak gandjil itu tampilseorang diri benar2 dan sama sekali tidakdapat dinamakan pemimpin rakjatdalam arti manapun djua. Namun demikian, iapun adalah seorang “hakim” (16, 31).dari seluruh kitab itu djelaslah kiranja, bahwa tokoh2 tersebut tidak disebut “hakim” dalam arti kata jang lazim. Mereka itu terutama adalah utusan Jahwe jang berkarunia, untuk bertindak atas namaNja. Dalam banjak hal mereka sama dengan para nabi. Tetapi kalau nabi2 itu diutus untuk berbitjara atas nama Jahwe, maka “hakim2” itu diutus untuk bertindak atas namaNja. Karunia atau charisma inilah jang merupakan tjiri chasnja. Si perebut kekuasaan, Abimelek tidak disebut “hakim”, tetapi “penguasa” (9, 22). Sebaliknja, beberapa tokoh dari antara mereka itu (Gide’on, Jeftah), memperlihatkan suatu ketjondongan jang amat kuat, untuk beralih dari panggilan charismatisnja kesuatu kekuasaan jang stabil, hal mana dengan sendirinja mengandung suatu peradilan jang teratur. Tetapi unsur ini rupa2nja tidak tertjantum dalam djabatan “hakim” menurut logat kitab Hakim2. Namun demikian, “hakim” sebagai utusan Jahwe memberikan keadilan kepada umatNja, dengan membebaskannja dari penindasan, hal mana berarti “hukuman” bagi para penindas. Perhubungan2 hukum antara umat dan Jahwe serta antara Israil dan musuh2nja, jang diperkosa itu dipulihkan oleh mereka dan dalam arti demikian pengertian “hakim”tidaksamasekali asing pada fungsi charismatis mereka. Boleh djadi dengan alasan itu terpilihlah kata itu bagi mereka.
“Hakim2” itu tampil didjaman antara kematian Josjua’sampai ke Sjemuel. Tetapi tokoh Sjemuel (I Sjem.. 7, 15-17) dan djuga “Eli (I Sjem. 4, 18) termasuk djaman itu dipandang dari sudut historis dan theologis. Djuga tokoh Sjemuel pada permulaan tampilnja (I Sjem. 11, 5-11) masih kelihatan banjak persesuaiannja dengan hakim2 itu. Dalam diri Sjaul hasratakan keradjaan,jangdahulu sudah ada, mendapat perwudjudannja jang tetap, sehingga dengan itupun sesungguhnja djaman hakim2 itu berachir setjara definitif. Bagian pertamakitab Sjemuel (p. 1-12) bolehlah dari segi kesusasteraan dipandang sebagai kelandjutan langsung dari kitab Hakim2. Makanja ada ahli jang berpendapat, bahwa pasal2 permulaan Sjemuel itu memang tadinja termasuk dalam kitab Hakim2 dan baru kemudian dilepaskan daripadanja. Namun tiada bukti2 luaran bagi anggapan itu, bahwasanja kedua kitab itu dahulu pernah merupakan satu keseluruhan.
Dalam menentukan lebih landjut djaman Hakim2 setjara chronologis, sedjauh itu disebutkan dalam kitab tersebut, orang terbentur pada kesulitan2 jang tidak ketjil. Ini bergandingan pula dengan kesulitan2 sematjam itu berkenaan dengan kitab Josjua’. Kelihatannja sadja kitab itu sendiri memberikan petundjuk2 jang amat teliti, sehingga rupa2nja sangat mudahlah menentukan lamanja waktu itu dengan tepat. Djika semua keterangan dikumpulkan (3, 8. 11. 14. 30; 4, 3; 5, 31; 6, 1; 8, 28; 9, 2; 10, 2. 3. 8; 12, 7. 9. 11. 14; 13, 1; 15, 20; 16, 21) maka sampailah kedjumlah 410 tahun, hal mana dibenarkan pula oleh 11, 26. Tetapi apabila hal ini dibandingkan dengan keterangan2 lain, timbullah keberatan2 jang tak teratasi. Meurut I Rdj. 6, 1 antara keluarnja Israil dari Mesir dan pembangunan baitullah oleh Sulaiman ada djarak waktu 480 tahun. Sudah temasuk didamnja waktu empatpuluh tahun digurun – pada dirinja angka ini agak di-buat2, - djaman Josjua’, para Hakim, ‘Eli, Sjemuel, Sjaul, Dawud dan keempat tahun permulaan pemerintahan Sulaiman. Djadi tidak mungkinlah djumlah 410 tahun itu bagi djaman para Hakim. Orang boleh mentjoba petjahkan soal ini dengan menempatkan beberapa Hakim pada waktu jang sama, - hal mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana angka empatpuluh (_satu angkatan), sebagian atau lipatnja, memainkan peranan jang menjolok. Tetapi melalui djalan ini orang masih belum smpai kehasil jang memuaskan. Hampir semua ahli oleh karenanja melepskan sama sekali keterangan2 kitab Hakim2, untuk lalu membuat perhitungan mereka dengan menggunakan keterangan2 lain. Dengan kemungkinan jang tjukup besar dapatlah diterima, bahwa keluarnja Israil dari Mesir terdjadi sekitar tahun 1259. Naiknja Dawud diatas tachta dapat ditanggalkan sekitar th. 1012. Djika itu dikurangi dengan empatpuluh tahun digurun, djaman Josjua’ dan Djaman ‘Eli, Sjemuel dan Sjaul, maka djaman para Hakim berlangsung dari sekitar th. 1200 sampai l.k. th. 1040, djadi 160 – 180 tahun lamanja.
Untuk melukiskan lebih landjut djaman sedjarah Israil tersebut maka diluar kitab Hakim2 itu sendiri hanja tersedialah keterangan sedikit sadja. Namun keterangan jang sedikit itu tjukuplah untuk membuat kembali suatu gambaran global jang agak teliti. Didjaman itu ditada keradjaan2 besar jang berkuasa, sehingga dalam kitab Hakim2 mereka tidak memainkan peranan sedikitpun. Israil datang dari gurun, dimana suku2 itu hidup dan susunannja sama seperti semua suku bedawi. Pada waktu tampilnja Mohammad belum banjak perubahannja dalam hal itu. Dari segi ekonomis penghidupan digurun itu sangat miskin. Palestina, jang pada hakikatnja bukannja salah satu tanah jang tersubur, bagi suku2 itu tampaknja seperti tanah susu dan madu. Adapun susunan kemasjarakatan suku2 digurun terdiri atas beberapa tingkatan dan taraf. Intipati keseluruhan dan sebetulnja satu2nja kesatuan jang kuat ialah keluarga. Keluarga terdiri atas bapak dengan isteri2 mereka. Melihat keturunan2nja sampai ke angkatan jang keepat adalah idam2an jang sangat diharapkan. Bapak keluarga adalah sungguh penguasa satu2nja jang mutlak dan kepala jang menentukan se-gala2nja. Beberapa keluarga sedemikian itu dari asal jang sama merupakan marga, jang terikat satu sama lain agak erat karena kesadaran akan asal jang sama itu. Achirnja beberapa marga karena asal jang sama merupakan suku inilah sebenarnja kestuan tertinggi, jang dikenal kalangan bedawi. Tidak djaranglah, marga2 jang sebetulnja asing, dimasukkan dalam suku lain, tetapi dalam hal itu asal jang sama lalau di-angan2kan. Proses inipun tidak djarang terdjadi pula di israil. Dengan pelbagai suku israil itu terdjadilah kenjataan jang aneh, bahwasanja mereka itu merupakan kesatuan jang lebih tinggi, bukannja berdasarkan asal-usul, melainkan agama. Mereka dipersatukan satu sama lain karena iman jang sama akan Allah jang Esa, Jahwe, dengan ibadah umum jang bersesuaian dengan itu dan tempat sutji pusat, jang sungguhpun bukan satu2nja tapi toh jang utama adanja. Digurun tempat itu ialah Kadesj. Iman jang satu dan penghajatannja itu tidak pernah membiarkan rasa persatuan fundamentil melenjap dari tengah2 Israil.
Suku2 primitif itu merembes ke Palestina didjaman Josjua’ dan djuga sesudahnja; hal mana lambat-laun mengakibatkan perombakan umum. Mereka menduduki sebagian negerr itu, baik dengan djalan damai maupun dengan djalan kekerasan, chususnja daerah2 pegunungan. Kota2 dan dataran2 untuk sebagian terbesar sementara tiu masih berada ditangan peduduk aseli. Pendahuluan pertama kitab Hakim2 menjadjikan gambaran jang agak boleh dipertjajai dari perembesan itu. Bangsa2 Kena’an, jang ada hubungan damainja dengan suku2 Israil, memiliki kebudajaan jang lebih tinggi tarafnja, hal mana njata sudah dari pemakaian besi. Mereka bukan bangsa2 pengembara, melainkan penduduk jang menetap sebagai petani, jang pusat kemasjarakatannja ialah kota dengan kebudajaan jang lebih tinggi dan kemakmuran jang agak besar. Agama mereka polytheistis, jang bersesuaian dengan penghidupan mereka sebagai petani. Dewa2 dan dewi2 mereka adalah dewa2 kesuburan, jang harus menanggung kesuburan tanah, manusia dan ternak. Pemudjaan dewa-dewi itu sangat bertjorak indriawi dan erotis. Tiap2 pusat ekonomis dan kemasjarakatan mempunjai Ba’alnja (Tuhan) sendiri dan Asjtarte (‘Asjtoret), djodohnja. Terhadap dewa2 dan dewi2 jang konkrit dengan pemudjaan jang mewah dan tjarut itu sangat menjoloklah Allah Israil, jang sungguhpun kuasa tapi toh agak abstrak dan amat susila, dan jang lebih sesuai dengan hidup keras digurun jang kersang daripada dengan hidup jang indah-sedap ditanah pertanian dan kemewahan kebudajaan-kota.
Israil harus mengikat perang lawan situasi tiu. Dari segi militer dan kebudajaan, mereka djauh terbelakang. Djarang sekali mereka berhasil menduduki kota2 dan menetap disitu. Dan djika mereka mula2 berhasil, tidak djarang mereka tak lama kemudian dipukul mundur oleh penduduk aseli. Namun demikian, dimanapun djuga ada kesempatan, suku2 Israil itu menetap disitu setelah beberapa lama mengembara. Hal itu per-tama2 membawa akibat ini, bahwasanja persatuan antara suku jang toh sudah rumit itu diperlemah lagi dan didjaman para Hakim tidak djarang berubah mendjadi persaingan, perengketaan dan peperangan antara mereka sendiri. Karena kurang kukuhnja persatuan itu, maka tidak djaranglah penduduk aseli berhasil menaklukkan salah satu suku Israil, sedangkan suku2 dari urun dapat meluaskan pendjarahannja, dengan tak banjak perlawanan, sampai ke-daerah2 jang diduduki Israil. Kesulitan2 terbesar datang dari pihak Felesjet. Orang2 Felesjet menetap di-pantai2 Kena’an, kira2 waktu Israil merembes dari timur. Dari sana mereka merembes kepedalaman dan dengan sendirinja berbentrok dengan suku2 Israil. Dalam djaman para Hakim jang belakangan orang2 Felesjet jang lebih unggul dalam bidang militer menaklukkan sebagian besar wilajah Israil. Riwajan Sjimson dan Sjemuel memberikan buktinja jang djelas. Karena kenjataan, bahwasanja Israil berubah dari suku 2 pengembara mendjadi petani2 tetap, haruslah djuga terdjadi perubahan total dalam hal susunan masjarakatnja. Tentu sadja hal ini terdjadi dalam prosed lambat-laun, tetapi proses ini toh mendapatkan suatu kemadjuan jang mentjelakakan. Israil melihat susunan jang disesuaikan dari penduduk aseli. Pusat persatuan bukannja marga, melainkan kota, tempat ber-bagai2 marga tinggal ber-sama2. Karena hubungan Israil dengan penduduk negeri lebih bertjorak damai daripada perang, maka terdjadi djuga pertjampuran antara Israil dan orang2 Kena’an, lebih2 di-kota2. Kisah Abimelek dalam kitab Hakim2 adalah gambaran jang djelas dari perubahan susunan itu. Abimelek bukanlah seorang Sjeik atas suatu marga atau suku, melainkan radja suatu kota, dimana orang2 Israil tinggal bersama dengan orang2 Kena’an.
Akan tetapi dalam bidang keigamaanlah Israil hanja dapat bertahan dengan banjak susah-pajah dan memelihara hidupnja sendiri. Agama dan ibadah bangsa2, dengan mana mereka berhubungan itu, mempunjai pengaruh jang tak terelakkan atas suku2 primitf itu. Betul mereka tak akan melepaskan Allah mereka sendiri: Jahwe tetap adalah Allah segala suku Israil. Tetapi Ba’al2 serta ‘Asjtoret2 setempat, jang telah memberkati umat mereka sendiri, tidak boleh dimurkakan, karena suku2 pengembara jang mendjadi penetap itu harus memperolah penghidupannja dari tanah jang sama djua. Budjukan, utnuk mengharapkan kesuburan dari dewa2 itu, terlalu besar. Maka menurut kenjataannja sampailah sebagian Israil pergi meudja Ba’al2 dan ‘Asjtoret2 disamping dan bersama dengan Allah mreka. Mereka mangambil-alih ibadah penduduk aseli dan malahan menirunja dalam ibadah mereka sendiri kepada jahwe. Di-mana2 timbullah pertjampur-adukan keigamaan, jang hendak memperdamaikan Ba’al dengan Jahwe. Betul, Jahwe adalah jang terbesar dari antara dewa2, jang dimintai pertolongan didalam keadaan darurat, tetapi bagi keperluan2 hidup sesehari Ba’al dan ‘Asjtoret lebih pentinglah adanja. Masih lama Jahwe harus berdjuang lawan Ba’al, sebelum Ba’al dikalahkan setjara definitif.
Ditengah syncretisme jang umum itu tidak pernahlah Jahwe kehilangan pemudja2 sedjatiNja. Mereka itu memelihara tetap berkobarnja njala-api agama jang murni, sekalipun itu sering kali tertimbun abu. Tiap2 kali keadaan darurat sampai kepuntjaknja, maka tampillah dari kalangan mereka itu orang2 jang menjelamatkan baik agama maupun bangsa dari keruntuhan. Dari tengah2 mereka itu dipanggillah para Hakim, jang selain pahlawan perang djuga senantiasa raksasa2 dalam iman jang utuh kepada Jahwe adanja. Tetapi pemudja2 Jahwe jang sedjati, seperti Gide’on, Jeftah dan Sjimson-pun tidak selalu tahu menark kesimpulan2 susila dari iman mereka.
Sebab keruntuhan keigamaan dibarengi dengan anarki susila jang tidak kurang ketjilnja. Dalam hal inipun djaman para Hakim dalam sedjarah Israil itu merupakan “abad besi” pula. Walaupun senantiasa ada suatu djarak antara iman keigamaan dan penghajatan susilanja. Namun tidak pernahlah di Israil djarak tadi sebesar dan kurang diinsjafi seperti didjaman itu. Tambahan kedua pada kitab Hakim2, jang melukiskan kebedjatan susila Gibe’on, jang dilindungi satu suku tertentu, sungguhpun suatu keterlaluan, namun menunjdjukkan suatu gedjala bagi keseluruhannja. Para Hakim sendiri bukanlah selalu tjontoh kesusilaan, hal mana bagi kita mungkin mendjadi batu sandungan. Djika sudah demikian halnja dengan pembesar2, maka dapatlah sedikit banjak dibajangkan, bagaimana keadaannja dengan rakjat djelata. Gambaran total djaman para Hakim adalah gambaran keprimitifan, kebiadaban, keliaran dan anarki jang besar, dalam mana ikatan suku2pun hanja sangat lemah adanja. Kendati demikian, arus-bawah jang kuat dari iman akan Jahwe tetap ada dan didjaman itupun tidak sampai lenjap. Dalam saat2 berkarunia arus itu sampai kepermukaan, untuk membuat Israil ttetap jakin akan kewadjiban2 susilanja maupun atas keastuan fundamentilnja dalam Allah jang kudus, Jahwe.
Dari djaman tersebut kitab Hakim2 memelihara sedjumlah petilan bgi angkatan kemudian, jakni kisah jang pandjang atau pendek sekitar keenam tokoh, jang oleh karenanja lazim disebut “Hakim2 besar”, jaitu ‘Otniel, adik Josjua’, Ehud, Barak (Debora_, Gide’on, Jeftah dan Sjimsjon. Di-tengah2nja tersisiplah tjatatan2 jang santat singkat tentang enam tokoh lainnja, “Hakim2 ketjil”, jaitu Sjamgar, Tola’ Jair, Ibsan Elon dan Abdon, hal mana sesungguhnja tidak begitu djelas, apa mereka itu menurut sedjarah termasuk dalam djaman itu. Kisah pandjang-lebar tentang Abimelek adalah kelandjutan dan sematjam timbalan terhadap kisah Gide’on. Adapun Hakim2 besar itu tidak boleh dipandang begitu sadja sebagai pahwalan2 bangsa, sebab njaris dapat dikatakan adanja suatu “bangsa”, tetapi Israil lebih merupakan suatu kumpulan suku2. Djadi, mereka itu lebih tepat dikatakan pahwalan2 suku atau marga, jang perbuatan2 kedjajaannja di-sandjung2. Lepas dari bingkai jang merangkum tokoh2 itu dalam kitab Hakim2, maka njatalah mereka itu hanja sematjam pahlawan setempat sadja. Tiba2 mereka itu tampil kedepan ditengah suku ini atau itu lawan bahaja2 jang mengantjam dari luar atau penindasan dari pihak penduduk Kena’ an. Mereka menjerukan perang pembebasan, jang kemudian mereka selesaikan dengan hasil jang gemilang. Kadang2 beberapa suku lainnja, jang menghadapi bahaja atau penindasan jang sama, menggabungkan diri dengannja. Ehud adalah pahlawan suku Binjamin; ‘Otniel melakukan tugas itu bagi beberapa marga Juda dibagian selatan negeri itu. Debora dan Barak memimpn pemberontakan suku Efraim, jang diikuti suku2 Naftali, Zebulun, Isakar, Binjamin dan Menasje, sedangkan suku2 Rubed, Gad dan Asjer tetap lepas tangan. Gide’on adalah pahlawan marga Abi’ezer dari suku Menasje, jang berhasil mengikut- sertakan suku2 Asjer, Zebulun, dan Naftali dalam perang pembebasar. Isakar mempunjai pahlawannja dalam diri Tola’, sedang Menasje dapat membaggakan Jair. Gilead (Gad) diseberang timur Jarden me-mudji2 Jeftah dan suk Dan menurunkan raksasa Sjimsjon jang terpentjil, jang meluaskan petulangan2nja sampai kewilajah Juda. Efraim mempunjai tokoh sekundernja dalam diri ‘Abdon disamping Debora dan Barak. Suku Juda sama sekali tidak diketemukan dalam kitab Hakim2, tetapi kitab Sjemuel akan mengisahkan pahlawan, jakni Dawud, jang akan mengetjilkan semua tokoh lainnja.
Kisah jang pandjang atau pendek itu merupakan bagian pokok kitab tersebut (5, 6- 16, 31). Itu didahului fua pendahuluan (1, 1-2, 5; 2, 6-3, 5) dan keseluruhannja dikuntji dengan dua tambahan jang satu tentang tempat sutji suku Dan (17) dan jang lain mengisahkan keruntuhan suku Binjamin sebagai hukuman atas kedurdjanaan kota Gibe’a (19-21). Di-tengah2 terdapat pula suatu penahuluan (10) jang mendahlui kisah2 tentang Jeftah dan Sjimsjon. Tiap2 kisah hakim selandjutnja ditempatkan dalam rangka jang serupa, jang perumusannja hanja merupakan ulangan singkat dari gagasan, jang dirumuskan dengan pandjang-lebar dalam pendahuluan adjaran jang kedua (3, 7.11; 4, 12.30; 4, 1-3.23.24; 5, 51c; 6, 1-2.7-10; 10, 6- 15; 12, 7; 13, 1; 15, 200; 16, 31b). dari itu njatalah, bahwa kisah2 tersebut gunanja untuk mendjelaskan gagasan jang dirumuskan dalam pendahuluan.
Dari ichtisar ini djelaslah sudah, bahwa kitab Hakim2 tersusun dari ber-bagai2 unsur, jang terang berbeda satu sama lain. Kisah itu diambil dari sumber2 jang lebih kuno dan baru diolah mendjadi suatu kesatuan oleh penjuun dan lagi seakan2 dibubuhi dennga beberapa tjatatan. Kisah2 itu diluar dan sebelum tersusunnja kitab tersebut sudah ada tersendiri. Kisah2 itu sudah beredar didalam tradisi suku masing2, dan ketika achirnja dimasukkan dalam kitab, maka kisah2 itu hampir2 tidak dioleh lebih landjut, tapi diambil begitu sadja sebagaimana adanja. Pastilah kisah2 itu sudah lama ada didalam tradisi lisan se-mata2, sebelum kemudian dituliskan. Tetapi sangat boleh djadi kisah2 itu bukan baru dalam kitab Hakim2 itu terdapat bentuk tulisannja. Hanja tentang tjatatan2 ketjil mengenai hakim2 ketjil bolehlah kiranja diterima, bahwa itu dirumuskan oleh penjusun kitab itu, tetapi toh berdasarkan tradisi2 jang samar2. Djuga pendahuluan pertama jang bertjorak historis itu, se-tidak2nja mengenai isinja, berasal dari tradisi. Tetapi haruslah diterima, bahwa kisah2 itu sendiri terdjadi tak lama semudah peristiwa2 jang dikisahkan itu sendiri an segera mendapat bentuknja jang kurang lebih tetap. Dapat djuga dikirakan, bahwa didalam tradisi lisan itu pelbagai kisah tentang orang jang sama dan tentang peristiwa jng sama ditjampuradukkan.
Asal kuno kisah2 jang tidak dapat disangkal ini merupakan djaminan pula bagi nilah sedjarahnja. Kalaupun dalam tradisi itu ditambahkan beberapa unsur, -pun pula unsur2 jang lebih bertjorak fokloristis, namun intipati dan perintjian2 umum kisah itu bersesuaian dengan kenjataan. Disini kita tidak bersua dengan dongengan, legenda atau mythos, melainkan dengan peristiwa2 dari masa kono Israil. Betul, kisah2 tu terlalu fragmentaris tjoraknja, untuk dapat menggambarkan kembali djaman para hakim dengan segala hal-ihwalnja jang ketjil2 tetapi bagan2 it mempunjai dasar jang sungguh2.
Pada umumnja disetudjui, bahwa kitab Hakim2 dalam bentuknja jang sekarang tidak terdjadi dan tidak tersusun sekali djadi. Kitab itu boleh dikata berkembang setjara ber-angsur2. dengan itu tidaklah dimaksudkan, bahwa kisah2 itu tadinja sudah ada sendiri2, melainkan bahwa pengumpulannja berdjalan dalam beberapa tingkatan. Tetapi dalam menentukan lebih landjut tingkatan masing2, timbullah pendapat jang ber-lain2an antara para ahli. Ada ahli, jang berpangkal pada tradisi lisan sampai kelima tingkatan. Tingatan2 itu tidak selalu redaksi jang ber-turut2, tetapi djuga kumpulan2 jang sedjadjar djalannja dan kemudian dilebur djadi suatu kesatuan. Lebih umum ialah pendapat bahwasanja tjukup dua redaksi sadja, untuk sampai kebentuknja jang sekarang. Redaksi pertapa agaknja memuat kisah2 dari 5, 12-9, 57 bersama dengan pendahuluan jang bertjorak historis, 1, 1-2, 5. redaksi kedua, jang lebih bersifat theologis, telah menambahkan jang lain2 kepada redaksi pertama itu dan memperkaja bahan2 jang sudah ada dengan keterangan2 baru. Dari pengumpul belakangan ini berasallah pendahuluan kedua (2, 6-3, 6) dan kedua tambahan (17-18; 19-21). Menurut beberapa ahli kedua tambahan itu merupakan gantinja I Sjem. 1-12, jang katanja mula2 termasuk dalam kitab Hakim2. Tetapi rupanja tiada tjukup alasan, untuk menerima hubungan dengan I Sjem itu. Selandjutnja dapat dikirakan djuga adanja imbuhan2 ketjil dikemudian hari, jang tidak dapat merubah sedikitpun pada keseluruhannja.
Djuga soal, bila kitab itu mendapat bentuknja jang definitif, djawabja sangat ber-beda2. sebagaimana halnja dengna kitab Jasjua’, demikian kitab Hakim2 oleh banjak ahli di-hubung2-kan dnegan Pentateuch (kelima kitab Musa), sedangkan dewasa ini lebih banjak ahli meng-hubung2kannja dnegan kitab Ulangtutur. Soal ini sudah dibitjarakan berkenaan dengan kitab Josjua’, dan apa jang dikatakan disana dapatlah diulang disini. Lebih baiklah kiranja dilepaskan sadja dari karja2 lainnja. Untuk menanggalkan kibtab itu melalui djalan lain. Tak seorangpun menjangkal, bahwa kitab Hakim2pun didukung oleh gagasan2 keigamaan jang sama seperti Ulangtutur, tetapi hal ini tidak berarti dengan mutlaknja, bahwasanja kitab tersebut bergantung dari padanja mengenai waktu terdjadinja. Dari sebab itu lebih baiklah penentuan waktu itu didasarkan atas keterangan2 dari kitab itu sendiri. Dari 18, 30-31 agaknja dapat disimpulan, bahwa si redaktor menjusun karjanja sesudah tahun 733 atau 722, keitik keradjaan utara Israil diangkut kepembuangan oleh Asyria. Tetapi tidak sedikitlah ahli jang menganggap ajat2 tersebut sebagai imbuhan belakangan, sendangkan ahli2 lainnja mau memperbaiki teks itu, sehingga bukan penduduk negeri itu melainkan peti Jahwelah jang diangkut ketempat lain, hal mana di-hubung2kan dengan penghantjuran tempat sutji di Silo didjaman Sjemuel oleh orang2 Felesjet. Rumus jang di-ulang2 sadja dalam bagian2 terachir: “tiada radja di Israil” (17, 6; 18, 15; 19, 1; 21, 25) sebagai pendjelasan adanja kebedjatan susila, mengandaikan pengetahuan tentang keradjaan di Israil, malahan sebagai faktor tatatertib dan kesedjahteraan. Tetapi keradjaan belakangan dalam hal itu ternjatalah bukan suatu berkah, karena ketika itu terutama dikeradjaan utara tidak djaranglah keradjaan itu mendjadi sebab musababnja keruntuhan keigamaan dan susila. Redaktor terachir, jang membuat tjatatan2 itu, mestilah hidup pada awal keradjaan, jang mengachiri kekatjauan djaman para hakim. Djadi didjman Sjaul atau Dawud, sekitar th. 1050-950. bahwasanja dalam kitab itu ada ketjondongan2 anti-radja (Gibe’on, Abimelek) dapatlah diterangkan dari sumber2 jang digunakan, dan djustru pda awal keradjaan ketjondongan2 serupa itu masih lama berpengaruh. Pun kenjataan, bahwasanja kisah2 itu dilandjutkan dengan djiwa jang sama dalam kitab Sjemuel dapatlah dipandang sebagai suatu pembenaran penanggalan tersebut diatas. Bagaimanapun djua, pendapat jang hendak menanggalkan kitab itu (dalam redaksinja jang pertama) sesudah terdjadinja Ulangtutur sekitar tahun 632 atau (dalam redaksinja jang kedua) sedudah waktu pembugann tidak mempunjai alasan tjukup, untuk diterima sebgai pasti. Untuk memebrikan penanggalan kemudian, dikemukakan pula ktjaman terhadap tempat sutji di Dan, salah satu tempat sutji dikeradjaan utara, kritik mana terselip dalam pasal 17-18. Tetapi tjelaan tersebut sudah tjukup didjelaskan dnegna kenjataan, bahwa tempat sutji tersebut didirikan oleh orang2 jang sama sekali tak berwenang dan setjara se-wenang2 dan tanpa petundjuk satupun dari pihak Jahwe. Djuga didjaman kuno sekali tjara serupa itu tidak dapat dibenarkan oleh kalangan2 agama, dan kisah itu pada dirinja menerangkan keruntukhan besar dalam bidang keigamaan didjaman para hakim. Dalam seluruh kitab itu tidak terdapat petundjuk2 adanja perpisahan atanra Juda dan keradjaan-utara, tetapi Israil malahan dipandang sebagai suatu kesatuan. Dan hal ini njatalah dapat dimengerti didjaman sebelum perpisahan. Betul dapatlah diterima, bahwa belakanganpun masih ada perubahan dan imbuhan ketjil2an, karena tiada kitab satupun dari Perdjandjian Lama dipandangn sebgai sesuatu, jang tidak boleh diubah lagi. Sikap tersebut baru dari waktu djauh belakangan.
Pada hakikatnja sukarlah, jah malahan tidak mungkinlah menjebut nama2 para penjusun kitab Hakim2. Dikalangan Jahudi dan djuga dikalangan Kristern lamalah Sjemuel dianggap sebagai pengarangnja dan itupun oleh beberapa ahli masih dianggap mungkin. Tetapi achirnja kesemuanja itu hanja bersandarikan perkiraan sadja dan tetap sukar dibuktikan. Maka itu lebih baiklah tidak menebut nama2 sadja. Satu2nja, jang dapat diketahui dari kitab itu sendiri. Ialah bahwasanja para penjususnnja adalah orang2 jang berkeigamaan, jang hidup dari gagasan2 jang djuga tampak dalam kitab Ulangtutur. Si atau para penjusun haruslah ditjari dikalangan Levita dan imam. Lebih dari itu tidak dapat.
Gagasan-pokok keigamaan, untuk mana seluruh kitab itu telah ditulis, ialah keadilan Allah jang berbelaskasihan. Semua kisah dimaksudkan, untuk memperlihatkan dalam bentuk jang konkrit, bahwa betapapun djua tidak-setianja umat kepada Jahwe, Allah toh tidak pernah melupakan umatNja. Segala kedjadian ditudjukanNja, untuk memperingatkan umat akan kesetiaan, agar dnegna itu terdjamnlah kebahagiaan dan kesedjahteraan. Bahkan terus adanja bangsa2 kafir di Kena’an adalah suatu tanda kerelaan Jahwe. Rangka jang berulang kembali dari kitab itu ialah sbb.: Umat meninggalkan Jahwe, bukannja per-tama2 karena tingkah-laku susilanja, melainkan lebih2 karena ketidak-setiaan keigamaan, jang berupa pemudjaan serta kepertjajaan pada berhala2 negeri itu. Ketidak-setiaan ini dihukum Jahwe dengna penindasan oleh pihak musuh. Tetapi hkukman itu tidak dimaksudkan untuk menolak umat, melainkan lebih untuk menginssjafkan umat agar berbalik kepada Jahwe. Apabila umat berpaling dari berhala dan berbali k kepada Jahwe, maka Jahwe segera mengutus seorang penjelaman. Si penjelamat tidak mengambil inisiatif, melainkan dipanggil oelh Allah, untuk memenuhi tugas penjelamatan atas namaNja. Bahwasanja Jahwe jang bertindak, sangatlah djelas digambarkan oelh riwajat Gide’on, jang harus mengurangi lasjkarnja sampai djumlah jang se-ketjil2nja (7, 1-8), jang maksudnja dirumuskan dengan tegas (7, 2). Kebebasan dan kesedjahteraan berlangsung selama mat tetap setia. Apabla umat kemudian tidak setia lagi, maka proses jang sama berulang kembali. Tetapi dalam kitab Hakim2 samasekali tidak dinjatakan, bahwa ketidak-setiaan, jang ber-ulang2 itu akan memuntjak djadi penolakan definitif,sebagaimana jang dinjatakan dlam kitab Radja2. Sebaliknja; kendati ketidaktetapan umat, kepertjajaan akan Jahwe dan harapan akan kerelaannNja, adalah faktor jang tetap: kerelaan Allah adalah lebih besar daripada kedurhakaan umat. Kepertjajaan ini adalah kekuatan jang menjelamatkan dan diperorangkan dalam tokoh2 para hakim. Mereka tidak ragu2 mengikuti panggilan Jahwe, karena mereka tahu, bahwa Jahwe adalah berbelaskasihan dan selalu akan mengampuni kedjahtan umat jang bersesal dan akan melepaskannja dari penindasan .itupun jang dipudji oleh surat kepada orang2 Hibrani pada tokoh2 tersebut. (Hbr. 11, 32). Dan inilah artinja jang tetap dari sedjarah para hakim, bahwasanja kepertjajan akan Allah serta kerelaanNja mendatangkan penjelamatan dalam diri Hakim jang terbesar. Penjelamat definitif dari segala penindasan dan bahkan dari akarnja, dosa, ialah: Jesus Kristus. Tetapi sedjarah para hakim adalah djuga suatu peringatan jang tetap akan sesal dan tobat, sjarat bagi penebusan dan penjelamatan.
TFTWMS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) SETIALAH KEPADA ALLAH
"SEANDAINYA SAJA .…"
(HAKIM-HAKIM 8)
Setelah suku Efraim menguasai tempat-tempat penyeberangan di Sungai Yordan dan...
SETIALAH KEPADA ALLAH
"SEANDAINYA SAJA .…"
(HAKIM-HAKIM 8)
Setelah suku Efraim menguasai tempat-tempat penyeberangan di Sungai Yordan dan membunuh dua orang pemimpin bangsa Midian, Oreb dan Zeeb, mereka lalu mendatangi Gideon dengan kritikan pedas. Mengapa ia tidak memanggil mereka sebelum ia maju bertempur? Suku Efraim sebelumnya memang pernah berperang bersama Ehud dan Barak, tetapi Gideon memandang tidak tepat untuk memanggil mereka memerangi bangsa Midian. Mungkin mereka merasa malu. Mungkin mereka merasa harga diri mereka terluka. Mungkin mereka benar-benar rakus terhadap harta jarahan yang tidak mereka peroleh. Apapun alasannya, mereka itu marah sebab mereka tidak diikutsertakan di dalam pengerahan militer tersebut.
Gideon memperlihatkan ketrampilan seorang diplomat dalam menjawab orang-orang Efraim yang gusar itu. Sambil menjawab dengan kerendahan hati yang bukan main, ia bertanya, "Apa perbuatanku dalam hal ini, jika dibandingkan dengan kamu? Bukankah pemetikan susulan oleh suku Efraim lebih baik hasilnya dari panen buah anggur kaum Abiezer?" (8:2). Ketika ia mengecilkan makna pencapaiannya dan memuji mereka atas penangkapan Oreb dan Zeeb, kemarahan para prajurit yang tidak diikutsertakan itu pun reda.
PERTEMPURAN BERLANJUT
Setelah percekcokan antar-suku bisa dibereskan, Gideon dan tiga ratus pasukannya bergerak mengejar dua raja Midian, Zebah dan Salmuna, dan sisa-sisa pasukan mereka yang dulunya pernah sangat berkuasa. Setelah pasukan Gideon menyeberangi sungai Yordan, tibalah mereka di kota Sukot. Karena lapar dan kelelahan, mereka minta makanan dari penduduk kota itu. Meskipun 120 ribu pasukan Midian sudah dibunuh (8:10), namun jumlah mereka masih lebih banyak daripada pasukan Gideon, 15.000 banding 300. Akibatnya, penduduk Sukot menolak permintaan Gideon dan memberitahu dia untuk kembali lagi setelah mereka berhasil menangkap dua raja yang sedang mereka kejar. Gideon sangat marah dengan respon itu dan berjanji untuk kembali lagi dan "akan menggaruk tubuh mereka" (8:7). Setelah meninggalkan Sukot, mereka mencoba mengajukan permohonan yang sama di kota Pnuel yang terpaut sekitar 10 kilometer jauhnya. Namun begitu, permohonan mereka di Pnuel mendapat jawaban yang sama, sehingga memancing Gideon untuk mengancam mereka juga dengan kehancuran.
Cerita tentang pertempuran terakhir antara Gideon dan bangsa Midian adalah singkat dan memberi sedikit konflik yang spesifik. Gideon mengambil jalan yang tidak diduga, mengepung dan menyerang secepat kilat orang-orang Midian yang merasa sudah aman, dan "seluruh tentara itu diceraiberaikannya" (8:12). Setelah persoalan dengan bangsa Midian selesai, Gideon kemudian kembali ke Sukot, dimana ia menghukum tua-tua kota itu dengan "duri padang gurun dan onak" (8:16). Pnuel bahkan menerima hukuman yang lebih keras ketika Gideon merobohkan menara mereka dan membunuh penduduk kota itu.
Satu-satunya rincian yang tersisa tentang operasi militer Gideon adalah yang melibatkan dua raja Midian yang ia tangkap. Pada salah satu serangan mereka sebelumnya, kedua raja itu kelihatannya telah membunuh Gideon punya saudara. Ketika Gideon menanyakan mereka tentang hal itu, mereka mengaku telah membunuhnya, dan Gideon menghukum mati mereka. Karena ingin memberikan kematian secara nista kepada Zebah dan Salmuna, maka Gideon menyuruh anak laki-lakinya yang masih muda untuk membunuh mereka. Namun begitu, anak yang masih muda itu belum sanggup melakukannya, maka "bangunlah Gideon, dibunuhnya Zebah dan Salmuna" (8:21).
KEGAGALAN ROHANI
Tugas kemiliteran Gideon berakhir dengan keberhasilan penuh, namun peperangan rohaninya merupakan suatu kegagalan yang bukan main. Setelah bangsa Midian itu dikalahkan dan juga disapu bersih dari negeri itu, bangsa Israel mencoba menjadikan Gideon raja mereka. Mereka berkata kepada Gideon, "Biarlah engkau memerintah kami, baik engkau baik anakmu maupun cucumu, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami dari tangan orang Midian" (8:22). Untungnya, Gideon menolak tawaran mereka dan menolaknya untuk alasan yang tepat. "Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi TUHAN yang memerintah kamu," jawabnya (8:23). Namun begitu, Gideon membuat satu permintaan yang fatal. Dari harta jarahan perang yang diambil oleh orang-orang itu, ia minta setiap orang menyumbangkan satu anting, yang dengan sangat senang hati mereka berikan. Sikap terima kasih yang tulus itu kelihatannya menjadi bukti keruntuhan Gideon dan orang-orangnya. Dengan mendapat 1.700 syikal emas, "Gideon membuat efod dari semuanya itu dan menempatkannya di kotanya, di Ofra. Di sanalah orang Israel berlaku serong dengan menyembah efod itu; inilah yang menjadi jerat bagi Gideon dan seisi rumahnya" (8:27).
Efod adalah baju rompi khusus yang dibuat untuk para imam. Efod Gideon yang bertahtakan permata yang banyak hiasannya dan mewah itu, kemungkinan dijadikan obyek pemujaan. "Gideon si penghancur berhala" tanpa disadari menjadi "Gideon si pembuat berhala!" Mungkin daya tarik khusus yang dimiliki sebuah efod bagi Gideon adalah keterkaitannya dengan tutup dada imam besar (Keluaran 28:2-30). Efod imam besar yang berhiaskan taburan permata itu memiliki Urim dan Tumim, yang berfungsi sebagai batu undian yang sakral dalam mencari tahu kehendak Allah. Gideon tampaknya masih mencari tanda dari Allah! Berjalan dengan iman tidak pernah sejalan dengan dia, obsesinya untuk mengetahui masa depan telah selama-lamanya menodai pusakanya.
Di balik dosa Gideon itu, Israel benar-benar menikmati kedamaian selama empat puluh tahun sisa hidup Gideon. Namun begitu, kesimpulan tragis dari kisah itu, sekali lagi meninggalkan Israel dalam kemerosotan moral.
Setelah Gideon mati, kembalilah orang Israel berjalan serong dengan mengikuti para Baal dan membuat Baal-Berit menjadi allah mereka; orang Israel tidak ingat kepada TUHAN, Allah mereka, yang telah melepaskan mereka dari tangan semua musuhnya di sekelilingnya (Hakim-hakim 8:33, 34).
Penyembahan Baal menyediakan satu set penopang awal dan akhir yang cocok bagi karir Gideon. Tindakannya yang pertama sebagai pemimpin Israel adalah menghancurkan mezbah Baal ayahnya, dan hasil akhir kepemimpinannya adalah kembali menyembah Baal. Kelihatannya hanya ada sedikit perubahan, dan di dalam perubahan itulah terdapat tantangan kisah ini.
Ketika malaikat Allah itu muncul kepada Gideon di tempat pemerasan anggur, semua Israel menangis minta dibebaskan dari penindasan bangsa Midian. Jika pada waktu itu ada satu orang yang menyelidiki bangsa itu untuk mencari tahu apa yang mereka utamakan di dalam daftar doa mereka, 100 persen akan menjawab, "Pembebasan dari orang Midian!" Seandainya saja gangguan dari penindas asing itu dihilangkan, mereka tahu bahwa kehidupan mereka akan menjadi baik. Setelah mendengar permohonan mereka, Tuhan memakai Gideon untuk mengusir ke luar bangsa Midian dan memberi mereka 40 tahun masa kedamaian. Namun begitu, pada akhirnya, pembebasan itu tidak mengatasi persoalan mereka yang paling besar. Bangsa Midian boleh jadi sudah pergi, tetapi penyembahan Baal masih ada di sekitar situ. Israel masih memiliki hati untuk penyembahan berhala! Pengalaman mereka membuktikan bahwa persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi. "Seandainya saja" adalah kata-kata yang menginfeksi jiwa kita dan menyuramkan pandangan kita. "Seandainya saja" mendorong kita untuk menghayati kehidupan orang lain daripada kehidupan kita sendiri. "Seandainya saja" membolehkan kita untuk lari dari tanggung jawab atas tindakan kita dan menjadi korban kehidupan lainnya. "Seandainya saja" bisa mencuri tahun-tahun kehidupan kita dan tidak memberi kita apa-apa selain penyesalan. Apakah ada salah satu dari "seandainya saja" ini yang terdengar familiar bagi Anda?
"Seandainya saja … aku sudah dewasa!" Sering dipakai oleh anak-anak belasan tahun yang menginginkan kekuasaan untuk mengendalikan hidup mereka sendiri, "seandainya saja" jenis ini menawarkan ilusi bahwa orang dewasa bisa mengendalikan dunia mereka sendiri. "Seandainya saja aku sudah dewasa, aku bisa melakukan hal-hal yang hebat untuk Allah." Orang dewasa mengenang kembali keinginan itu dan melihat bahwa kehidupan tidak pernah secara penuh berada di dalam kendali kita dan persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi.
"Seandainya saja … saya masih muda!" "Seandainya saja" jenis ini merupakan obsesi dalam masyarakat yang berorientasi pada kaum muda. Kaum muda menawarkan prospek enerji yang lebih besar, kesehatan yang lebih baik, dan kegagalan yang lebih sedikit. "Seandainya saja saya masih muda, saya bisa melakukan hal-hal yang hebat untuk Allah." Kaum muda bisa memandang ilusi sederhana itu dan memperingatkan kita bahwa persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi. "Seandainya saja ... saya kawin!" Jeritan dari banyak orang yang masih sendiri, "seandainya saja" jenis ini hanya melihat pelbagai keuntungan kehidupan orang kawin: tidak merasakan lagi kesepian, ada teman dalam melayani Tuhan, tidak ada lagi perasaan "diasingkan" di dalam gereja yang mendorong perkawinan. "Seandainya saja saya kawin, saya bisa melakukan hal-hal yang hebat untuk Allah." Mereka yang kawin tahu dengan sangat baiknya bahwa keadaan mereka memiliki pergumulannya sendiri dan ingin memberitahu teman-teman mereka yang masih sendiri bahwa persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi.
"Seandainya saja … saya sendiri!" Sekarang masalah perkawinan ada pada sisi yang berbeda. Karena memandang dengan iri kebebasan orang-orang yang belum kawin dalam menggunakan waktu dan uang mereka yang semau mereka tanpa harus mempertimbangkan akibatnya terhadap suatu keterikatan, orang-orang yang sudah kawin kadang-kadang berpikir, "Seandainya saja saya masih sendiri, saya bisa melakukan hal-hal yang hebat untuk Allah." Mereka membayangkan bisa pergi ke pelbagai kampanye penginjilan dan memberi lebih banyak uang untuk pelbagai kebutuhan khusus seandainya mereka tidak memiliki pasangan dan anak-anak untuk dipikirkan. Mereka dipenuhi dengan sikap "seandainya saja." Meskipun begitu, orang-orang yang belum kawin itu bisa melihat bahwa saudara dan saudari mereka yang sudah kawin semata-mata telah lupa bahwa kebebasan memiliki harganya sendiri. Sekali lagi, persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi.
"Seandainya saja … saya punya anak!" Saya punya banyak kawan yang menderita luka dalam karena tidak punya anak. Rasa pedih atas kosongnya tempat tidur bayi sudah pasti menimbulkan pergumulan rohani dan sering berdampak pada pandangan mereka terhadap kegunaan mereka di dalam kerajaan Allah. "Seandainya saja saya punya anak, saya bisa melakukan hal-hal yang hebat untuk Allah." Meskipun mereka tidak memiliki anak sendiri untuk dibelai dan dimomong, tetapi ada banyak orang di sekeliling mereka, tua dan muda, yang sedang kelaparan akan kasih sayang yang mereka harus berikan. Persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi.
"Seandainya saja … saya berpendidikan tinggi!" Karena hidup di dalam kota perguruan tinggi, maka saya dikelilingi oleh orang-orang yang haus akan pendidikan. Namun begitu, masalah dalam belajar adalah semakin banyak Anda tahu, semakin banyak Anda tahu betapa banyaknya yang tidak Anda tahu. Pengetahuan, berdasarkan sifatnya sendiri, tidak bisa memuaskan; namun begitu angan-angan akan "satu gelar lagi" sulit untuk dihindari. "Seandainya saja saya punya satu lagi gelar, saya bisa melakukan hal-hal yang hebat untuk Allah." Mereka yang sudah menyandang gelar yang sebenarnya yang mungkin kita dambakan akan memberitahu kita bahwa gelar itu berpengaruh sedikit dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi.
"Seandainya saja … saya punya pekerjaan yang lebih baik!" Pekerjaan menyita begitu banyak kehidupan kita sehingga pekerjaan yang kurang enak bisa membuat kita sengsara (dan merasa sengsara kemana saja kita pergi). Kita berpikir, "seandainya saja" bos lebih toleran, pekerjaan tidak begitu menekan, dan gaji lebih baik, maka kehidupan saya akan menjadi baik. "Seandainya saja saya punya pekerjaan yang lebih baik, saya bisa melakukan hal-hal yang hebat untuk Allah." Orang lain bisa melihat bahwa setiap orang harus tunduk kepada seseorang, bahwa setiap pekerjaan memiliki jenis tekanannya sendiri, dan kita tidak akan pernah memperoleh uang atau pengakuan sebanyak yang kita pikir kita layak menerimanya untuk pekerjaan yang kita kerjakan. Persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi.
"Seandainya saja … saya punya banyak uang!" Kita bisa selalu melihat pekerjaan baik yang ingin kita lakukan jika kita memiliki uang. Dengan miliaran rupiah di tangan, kita bisa mengutus para misionaris, memberi makan orang lapar, merawat anak-anak yang terabaikan, dan mendukung pendidikan Kristen. "Seandainya saja saya punya uang banyak, saya bisa melakukan hal-hal yang hebat untuk Allah." Yesus sendiri mengingatkan kita bahwa Ia lebih tertarik dengan apa yang kita lakukan dengan "kesedikitan" kita daripada dengan berapa banyak kesedikitan yang harus kita berikan. Memang indah bahwa kita akan menjadi begitu mulia dengan miliaran rupiah di tangan jika kita memilikinya, tetapi apakah yang akan kita lakukan dengan jumlah uang yang sekarang kita miliki? Persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi.
"Seandainya saja … saya memiliki sekolah/gereja/ lingkungan/bangsa/mayarakat/keluarga yang lebih baik!" Jelas sekali, daftar itu tidak ada habis-habisnya. Yang penting adalah menghadapi apa saja yang sudah kita lakukan terhadap "seandainya saja" itu. Pengalaman Gideon meminta kita untuk mengambil yang mana saja dari "seandainya saja" kita itu dan mengingat bahwa persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi
KESETIAAN VS. KEADAAN
Di akhir Injil Yohanes dicatat sebuah kejadian antara Yesus dan Petrus yang mencerminkan kebenaran ini (Yohanes 21:18-22). Hanya beberapa saat sebelum kejadian itu, Yesus berbicara kepada Petrus dan memperlihatkan bahwa dosa penyangkalannya pada malam Yesus diadili sudah diampuni. Lalu Ia memperingatkan pengikut-Nya yang menyesal itu tentang adanya penderitaan dan mati martir di masa depan dan mengatakan kembali panggilan untuk Petrus yang pada awalnya pernah Ia berikan kepada semua murid-Nya: "Ikutlah Aku!" Mungkin karena takut terhadap apa yang Yesus sudah nubuatkan, Petrus lalu melihat ke sekeliling, lalu menunjuk rasul Yohanes dan berkata, "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?"
"Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.’"Yohanes 21:22
Tidakkah hal itu terdengar seperti cara lain lagi dalam mengatakan, "Persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi"? Pada akhirnya, kesehatan, telenta, kesempatan, dan persoalan yang relatif di antara murid-murid itu tidaklah penting. Apa yang penting adalah ketaatan mereka kepada perintah "Ikutlah Aku!" dimana saja mereka berada dan apa saja yang mereka hadapi.
KESIMPULAN
Steve Farrar, dalam bukunya Standing Tall, menceritakan kisah seorang bekas pejuang yang mengalami kejadian yang luar biasa sewaktu bertugas sebagai seorang penerbang pada Perang Dunia II. Pada suatu misi, pesawat B-17nya ditembaki oleh meriam penangkis serangan udara Nazi. Tangki bahan bakarnya tertembak; namun, ajaibnya, tangki itu tidak meledak. Awak pesawat itu menyelesaikan penerbangannya dan kembali ke pangkalan dengan selamat. Esok paginya, kepala awak itu mendatangi mekanik dan meminta "tangki keberuntungannya" yang luar biasa itu sebagai cindera mata. Ia lalu diberitahu bahwa tangki bahan bakar itu tidak hanya ditembak satu kali, tetapi sebelas kali! Sebelas meriam telah menghajar pesawatnya, dan tidak satu pun yang meledak. Ketika diteliti, sebagian besar meriam itu kedapatan tidak ada bahan peledaknya, sepertinya seseorang lupa mengisikan bahan peledak ke dalamnya. Lalu, di dalam salah satu meriam itu mereka menemukan secarik kertas bertuliskan bahasa Ceko. Ketika mereka menemukan seseorang di pangkalan itu yang bisa membaca bahasa itu, tahulah mereka bahwa tulisan ceker-ayam pada kertas itu berbunyi, "Hanya inilah yang sekarang bisa kami lakukan untuk kalian."1 Kita hanya bisa membayangkan kondisi mengerikan dimana penulis surat itu bekerja. Tetapi kita mengetahui satu fakta tentang orang-orang itu. Mereka berbuat semampu mereka, mengingatkan kita bahwa persoalan besar dalam kehidupan bukanlah keadaan; tetapi kesetiaan kita kepada Allah dalam keadaan apa saja yang kita hadapi!
TFTWMS: Hakim-hakim (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Steve Farrar, Standing Tall (Sisters, Ore.: Multnomah, 1994), 159.
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for To...
Catatan Akhir:
- 1 Steve Farrar, Standing Tall (Sisters, Ore.: Multnomah, 1994), 159.
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel
sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah za
HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah zaman antara pendudukan Kanaan dan berdirinya kerajaan Israel. Kisah-kisah tersebut adalah mengenai hal-hal yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan bangsa. Mereka lazimnya disebut hakim, tetapi kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah pemimpin-pemimpin militer, dan bukan hakim menurut arti yang biasa. Salah seorang dari para pahlawan itu, yang sangat terkenal, ialah Simson. Kisahnya terdapat dalam Pasal 13-16 (Hak 13:1-16:31).
Ajaran utama dari buku ini ialah bahwa hanya dengan setia kepada Tuhan, umat Israel dapat bertahan terus; tetapi bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka selalu mendapat kesukaran besar. Namun dalam masa yang demikian pun Allah selalu bersedia menolong umat-Nya apabila mereka bertobat dari dosa-dosa mereka dan beribadat kepada Allah.
Isi
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai pada kematian Yosua
Hak 1:1-2:10 - Pemimpin-pemimpin Israel
Hak 2:11-16:31 - Berbagai-bagai peristiwa
Hak 17:1-21:25
Ajaran: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan
kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup d
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup dalam perbuatan dosa. Dan sekaligus melihat keadilan Allah dalam menghukum perbuatan-perbuatan dosa.
Pendahuluan
Penulis : Penulis kitab Hakim-hakim tidak disebutkan dengan jelas, tetapi ada kemungkinan penulisnya adalah Samuel.
Isi Kitab: Kitab Hakim-hakim terdiri dari 21 pasal. Kitab Hakim-hakim menceritakan keadaan umat Allah yang hidup dengan menuruti kemauannya sendiri dan memperlihatkan keadaan umat-Nya yang melupakan Dia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Hakim-hakim
Pasal 1-3 (Hak 1:1-3:4).
Keadaan bangsa Israel sesudah kematian Yosua Dalam bagian pertama ini terlihat suatu putaran yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini. Mereka berbuat dosa sehingga Tuhan memberikan hukuman. Di dalam penderitaan mereka berteriak minta tolong, maka Tuhan menjawab doa mereka dengan mengutus hakim-hakim untuk memimpin dan melindungi mereka. Tetapi setelah hakim itu mati, mereka berbuat jahat lagi. Oleh karena itu Tuhan memberi hukuman lagi supaya mereka harus tetap menurut jalan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 2:6-14. Mengapakah bangsa Israel dihukum oleh Allah? Dan apakah hukumannya?
- Bacalah pasal Hak 2:16-19. Apakah maksud Tuhan dengan memberikan hakim-hakim pada umat-Nya? Dan bagaimanakah perbuatan umat Allah ini setelah Haki tersebut mati?
Pasal 3-16 (Hak 3:5-16:31).
Riwayat Hakim-hakim dan pekerjaannya
Hakim-hakim yang diutus oleh Tuhan berjumlah 12 orang. Ada 6 hakim besar yaitu yang menghasilkan banyak kemenangan. Mereka itu adalah Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson. Ada juga 6 hakim kecil yang menghasilkan kemenangan tapi tidak banyak yang tertulis mengenai mereka. Mereka itu adalah Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 6:14. Melalui panggilan Gideon ini, apakah pekerjaan yan ditugaskan oleh Allah kepada Hakim-hakim?
- Apakah persoalan yang menjadi dasar bangsa Israe menderita? (Hak 8:33-34).
Pasal 17-21 (Hak 17:1-21:25).
Dua contoh kehidupan umat Allah, dalam perbuatan yang bejat
Bagian ini menjelaskan tentang: pertama, perbuatan Mikha dengan patungannya, yang mengakibatkan bangsa Israel menyembah berhala.
Dan kedua, dosa perzinahan yang sangat keji dari suku Benyamin, yang mengakibatkan terjadi perang saudara di antara bangsa Israel.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 18:24,31. Berilah pendapat saudara terhadap perkataan pemili patung dalam pasal Hak 18:24.
- Bacalah pasal Hak 20:1-11. Apakah perbuatan dosa itu? Dan apakah akibatnya?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Hakim-hakim mengajarkan kegagalan umat Allah dalam mentaati perjanjiannya kepada Allah dan akibat yang harus mereka alami dari ketidaktaatan itu.
Walaupun Allah melihat umat-Nya gagal dalam berjalan mengikut Dia karena ketidaktaatan, tetapi Dia tetap mengasihi umat-Nya dengan memberi penyelamatan untuk berdiri dari kejatuhannya.
Penderitaan kadang kala merupakan cara Allah mengajar umat-Nya yang tidak mau taat kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis kitab Hakim-hakim?
- Apakah isi kitab Hakim-hakim?
- Siapakah nama Hakim-hakim umat Allah?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari kita Hakim-hakim?
Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIMHakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Is
Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIM
Hakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Israel masuk ke Kanaan, dengan Saul, Daud dan raja-raja Israel lainnya. Selama masa hakim-hakim, Israel lambat laun belajar untuk menjadi suatu bangsa dan bukan lagi sebagai dua belas suku yang berdiri sendiri-sendiri.
PENULISNYA
Kita tidak tahu siapa penulis kitab itu. Mungkin juga dikumpulkan dari catatan-catatan pada masa itu dan lama sesudahnya baru diterbitkan. Tiga kali dinyatakan dalam kitab itu bahwa "pada masa itu Israel tidak mempunya raja" (Hak 17:6; 18:1; 21:25), hal ini mengisyaratkan bahwa kitab itu diterbitkan beberapa waktu sesudah kerajaan dibentuk.
SIAPA HAKIM-HAKIM ITU?
Judul kitab itu agak membingungkan, karena kedua belas "hakim-hakim" itu tidak semata-mata mengurusi masalah hukum; mereka adalah para pangeran yang diilhami oleh Roh Kudus untuk memberikan semacam kepemimpinan karismatis pada saat-saat diperlukan. Ada dua belas hakim, dan yang menarik ialah bahwa Yefta menyebut Allah sebagai "Tuhan, Hakim" (Hak 11:27), memakai panggilan yang sama seperti yang diberikan kepada para hakim. Mereka menyadari bahwa mereka dipimpin oleh kuasa ilahi dan bukan semata-mata pilihan manusia.
LINGKARAN DOSA
Kitab ini terdiri dari pendahuluan (Hak 1:1-2:5) dan lampiran (Hak 17:1-21:25), dan sisanya berisi kisah dari kedua belas hakim dan enam masa penindasan. Lingkaran peristiwa yang terjadi:
1. Rakyat hidup sejahtera. Tidak ada keperluan khusus dengan Allah. Oleh karena itu, Allah ditinggalkan dan ilah-ilah dari negara tetangga yang kafir mengambil alih kedudukan Allah.
2. Penindasan. Allah meninggalkan mereka menurut kemauan mereka sendiri. Allah membiarkan mereka mengurus diri mereka sendiri! Moab dan Amon, bangsa Filistin dan orang Midian semuanya berbalik menyerang Israel.
3. Pertobatan. Israel mengakui kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah, memohon pengampunan. Setiap kali Allah selalu bersedia mengampuni dan memulihkan mereka.
4. Pembebasan. Seorang hakim muncul untuk membebaskan umat Allah. Setiap kali jelas bahwa Allahlah yang menyelamatkan melalui hakim itu.
5. Rakyat kembali hidup sejahtera... lingkaran dosa berulang kembali.
Pesan
Lingkaran dosa digambarkan dalam Hak 6:1-8:35
1. Tujuh tahun di bawah penindasan.
Perhatikan bagaimana kondisi bangsa Israel yang merosot tajam, hidup bagaikan orang gua di gunung-gunung sebelum mereka bersedia memohon pertolongan Allah. Hak 6:1-6
2. Tugas tanpa pamrih
Para hakim mendapatkan kemuliaan sebagai penyelamat dan menerima pernyataan terima kasih dari umat Allah. Nabi yang tak bernama ini mendapat tugas tidak enak untuk menyampaikan pesan Allah tentang penghakiman. Tetapi, ia melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hak 6:7-10
3. Tuhan menampakkan diri kepada Gideon
Apabila Allah menyelamatkan, hal itu harus dianggap sebagai penyelamatan Allah, bukan manusia (lihat Ula 7:6-11), dan oleh karenanya Allah memilih seorang yang tidak terkenal, Gideon, seorang yang dapat dipakai-Nya, yang tidak akan memegahkan dirinya. Hak 6:11-24
4. Suatu keputusan yang amat penting
Gideon masih harus menyatakan siapa dirinya. Dia harus membuat langkah yang pantang surut: ia menantang Baal dan berpihak kepada Allah. Perhatikan bagaimana pembelaan ayahnya ketika penduduk kota akan menghukum Gideon karena telah menghancurkan altar Baal: "Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang!". Tetapi, ia tidak dapat melakukannya karena ia bukan Allah. Hak 6:25-32
5. Peletakan guntingan bulu domba
Tetapi, dapat dimengerti jika Gideon mempunyai keraguan. Lihatlah betapa sabar Allah terhadapnya, dan dorongan semangat yang diperlukan Gideon. Hak 6:33-40
6. Orang Midian dikalahkan
Prajurit mereka seperti belalang banyaknya (Hak 7:12). Gideon hanya mempunyai 32.000 tentara. Jumlah ini cukup besar bagi pasukan Israel. Dikurangi hingga menjadi 10.000 ketika orang-orang yang takut pulang. Dikurangi lagi sampai mencapai 300 ketika mereka yang tidak waspada dikirim pulang. Tetapi, 300 tentara disertai Allah sudah cukup. Hak 7:1-25
7. Gideon menghadapi lebih banyak masalah
Suku Efraim ingin diikutsertakan dalam kemenangan (meskipun mereka mungkin tidak terlalu bersemangat sebelum pertempuran dimulai). Catatlah bagaimana Gideon mengendalikan reaksinya terhadap provokasi langsung itu. Dan, orang Sukot tidak membantu Gideon. Mereka ingin memastikan hasil peperangan sebelum memihak kepada salah satu pasukan. Oleh karena itu, Gideon berjuang tanpa mereka. Tetapi, mereka kehilangan kesukaan berada di pihak yang menang. Hak 8:1-21
8. Gideon menjadi masalah
Tragedi: kemenangan telah memalingkan kepalanya. Ataukah emas yang telah memalingkan kepalanya; emas yang merebut kedudukan Allah? Hak 8:22-27
9. Kematian Gideon.
Rakyat kembali menyembah Baal. Hak 8:28-35
Penerapan
1. Kelemahan manusia yang tidak ditopang
Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode selama kurang lebih 400 tahun. Dalam jangka waktu yang relatif singkat ini dua belas orang penyelamat harus dicari untuk menyelamatkan bangsa Israel dari akibat perbuatan mereka. Mereka bukannya tidak tahu fakta sejarah. Mereka seharusnya tahu apa yang selalu terjadi apabila mereka meninggalkan Allah. Namun demikian, berkali-kali mereka menjalani rute yang sama, yaitu rute pemberontakan. "Yang kita pelajari dari sejarah ialah bahwa kita tidak pernah belajar apa pun dari sejarah". Secara rohani, hal ini rupanya benar. Manusia tanpa Allah tidak berdaya. Orang Kristen tanpa Roh Allah tidak dapat menguasai keadaan. Kitab Hakim-hakim memberikan kepada kita suatu pelajaran yang tidak dapat disangkal, yang menunjukkan betapa kita memerlukan seorang Penyelamat.
2. Anugerah Allah yang tidak layak kita terima.
Pelajaran penting kedua yang kita dapat dari Hakim-hakim ialah bahwa Allah selalu dan dengan tanpa syarat siap untuk mengampuni dan menyelamatkan orang bertobat (Yes 65:1-3). Tetapi, pelajaran kedua ini juga merupakan peringatan kepada kita bahwa kita diharapkan untuk menunjukkan kemurahan yang sama kepada sesama. Lebih dari itu jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak dapat berharap untuk diampuni (Mat 6:15).
3. Para pemimpin perlu bersikap rendah hati
Pelajaran penting ketiga dari Hakim-hakim ialah bahwa Allahlah yang menghakimi dan menyelamatkan, bukan manusia. Mudah bagi para pemimpin untuk menganggap bahwa Allah memerlukan mereka, atau gereja memerlukan mereka; dan bahwa mereka sangat dibutuhkan. Perhatikan bagaimana Allah memilih Gideon, orang yang paling tidak diindahkan dalam keluarganya dan yang paling tidak dianggap dalam sukunya. Allah ditambah dengan orang tidak terkenal berarti kuasa!
Tema-tema Kunci
1. Bahaya sinkretisme
Sinkretisme berarti mencampurbaurkan segala sesuatu; yang baik dan yang jahat. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah dengan yang manusiawi. Ketika bangsa Israel memasuki Kanaan, mereka menemukan banyak agama yang dapat mereka pilih. Tampaknya dewa-dewa orang Kanaan dapat membantu mereka untuk bertani dengan baik dan bertempur dalam peperangan. Tetapi, tata ibadah mereka sungguh-sungguh melanggar kesusilaan. Orang Kanaan tetap tinggal di situ dan bekerja pada orang Israel (Hak 1:28, 30, 33, 35). Tetapi, agama orang Kanaan lambat laun memperlemah bangsa Israel, dan merampas mereka dari Allah. Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat 6:24). Pelajari pengajaran Alkitab mengenai penyelewengan (misalnya: 1Ko 5; 2Ko 6:14-18; 1Yo 2:15-17).
2. Keputusan yang amat penting.
Orang Kristen diubahkan dari suatu cara hidup yang lama kepada cara hidup yang lain. Sering kali perubahan ini menyebabkan krisis. Kita tahu bahwa setelah diubahkan tidak ada jalan untuk berbalik. Ini dapat berarti melakukan sesuatu yang baru, misalnya pergi ke gereja. Mungkin juga hal itu berarti membagi-bagikan harta. Bagi Gideon ini berarti meruntuhkan sebuah patung dewa. Tidak mungkin hanya mencoba-coba menjadi Kristen untuk melihat apakah sesuai dengan keinginan kita. Seperti halnya Gideon yang membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri lalu menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, demikian juga halnya dengan kita ketika kita datang kepada Kristus. Pelajari beberapa keputusan penting yang ada dalam Alkitab. Perhatikan para tukang sihir yang membakar buku-buku sihir mereka (Kis 19:19); Rut yang tinggal bersama ibu mertuanya (Rut 1:1-18); dan Rahab yang memutuskan untuk memberikan perlindungan kepada mata-mata Yosua (Yos 2:1-21); Yos 6:22-25). Keputusan penting apa saja yang dapat Anda pikirkan bagi orang yang menjadi Kristen dewasa ini?
3. Pertobatan
Pertobatan merupakan satu-satunya syarat bagi pembebasan bangsa Israel. Tetapi, apakah sebenarnya pertobatan? Gunakanlah konkordansi untuk mempelajari tema yang sangat penting di dalam Alkitab ini. Berikut ini beberapa ayat untuk memulai telaah Anda: Mat 21:28-32; Luk 15:3-7, 17-20; 2Sa 12:7-17; Maz 51; 1-10; Kis 8:20-22; 2Ko 7:9-11.
Garis Besar Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) [1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21Yehuda dan Simeon merintis jalan
Hak 1:22-25Yusuf mengikuti jejak mereka
Hak 1:26-36Keberhasilan yang
[1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21 | Yehuda dan Simeon merintis jalan |
Hak 1:22-25 | Yusuf mengikuti jejak mereka |
Hak 1:26-36 | Keberhasilan yang terbatas: akibat kompromi |
Hak 2:1-5 | Hari depan yang terbatas: respons Tuhan terhadap kompromi |
[2] PEMERINTAHAN KEDUA BELAS HAKIM Hak 2:6-16:31
Hak 2:6-9 | Penjelasan: kematian Yosua |
Hak 2:10-23 | Lingkaran dosa dijelaskan |
Hak 3:1-6 | Lingkungan yang tidak ramah akibat kompromi |
Hak 3:7-11 | Hakim pertama, Otniel |
Hak 3:12-14 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 3:15-25 | Hakim kedua, Ehud |
Hak 3:26-30 | Keadaan damai selama delapan puluh tahun |
Hak 3:31 | Hakim ketiga, Samgar |
Hak 4:1-3 | Berada dalam penindasan selama dua puluh tahun |
Hak 4:4, 5 | Hakim keempat, Debora |
Hak 4:6-10 | Barak di bawah perintahnya |
Hak 4:11-24 | Sisera, komandan tentara Kanaan dibunuh oleh seorang wanita |
Hak 5:1-31 | Sebuah duet |
Hak 6:1-6 | Berada dalam penindasan selama tujuh tahun |
Hak 6:7-24 | Hakim kelima, Gideon |
Hak 6:25-32 | Tantangan kepada Baal |
Hak 6:33-40 | Peletakan guntingan bulu domba |
Hak 7:1-25 | Orang Midian dikalahkan |
Hak 8:1-21 | Masalah yang dihadapi Gideon bertambah |
Hak 8:22-27 | Gideon menjadi masalah |
Hak 8:28-35 | Kematian Gideon |
Hak 9:1-57 | Anak laki-laki Gideon mengambil alih pimpinan |
Hak 10:1-2 | Hakim keenam, Tola |
Hak 10:3-5 | Hakim ketujuh, Yair |
Hak 10:16-18 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 11:1-33 | Hakim ke delapan Yefta |
Hak 11:34-40 | Akibat yang luar biasa dari sumpah yang diucapkan dengan tergesa-gesa |
Hak 12:1-7 | Keluhan suku Efraim |
Hak 12:8-15 | Tiga hakim kecil: Ebzan, Elon dan Abdon |
Hak 13:1-25 | Hakim kedua belas, Simson |
Hak 14:1-20 | Perkawinannya, dan suatu tipu muslihat |
Hak 15:1-20 | Pembalasan Simson |
Hak 16:1-22 | Simson dan Delila |
Hak 16:23-31 | Kematian Simson |
[3] BUNGAI RAMPAI SEJARAH Hak 17:1-21:25
Hak 17:1-18:31 | Mikha dan suku Dan |
Hak 19:1-21:25 | Perang saudara |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi