Teks -- Matius 14:20-36 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Mat 14:23 - BERDOA SEORANG DIRI.
Nas : Mat 14:23
Ketika berada di bumi, Yesus sering kali meluangkan waktu untuk
sendirian dengan Allah (bd. Mr 1:35; 6:46; Luk 5:16; 6:12; 9:18;
Lu...
Nas : Mat 14:23
Ketika berada di bumi, Yesus sering kali meluangkan waktu untuk sendirian dengan Allah (bd. Mr 1:35; 6:46; Luk 5:16; 6:12; 9:18; Luk 22:41-42; Ibr 5:7). Saat sendirian bersama Allah sangat penting bagi kesejahteraan rohani setiap orang percaya. Ketidakinginan untuk berdoa sendirian dan bersekutu dengan Bapa di sorga adalah suatu tanda yang jelas bahwa hidup rohani kita sedang mengalami kemunduran. Apabila hal ini terjadi, kita harus berbalik dari segala sesuatu yang tidak menyenangkan hati Tuhan serta memperbaharui penyerahan kita untuk tetap setia mencari Allah dan kasih karunia-Nya yang menyelamatkan
(lihat cat. --> Luk 18:1).
[atau ref. Luk 18:1]
Full Life: Mat 14:27 - JANGAN TAKUT.
Nas : Mat 14:27
Dalam hidup ini ada banyak hal yang dapat ditakuti, namun Yesus
ingin agar kita memandang Dia dan tidak takut lagi. Kata-kata-Nya y...
Nas : Mat 14:27
Dalam hidup ini ada banyak hal yang dapat ditakuti, namun Yesus ingin agar kita memandang Dia dan tidak takut lagi. Kata-kata-Nya yang membangkitkan semangat dilandaskan pada kuasa-Nya yang tidak terbatas serta kasih pribadi yang sangat kuat kepada semua orang yang benar-benar menjadi milik-Nya. Sering kali dalam Alkitab tercatat bahwa Allah dan Yesus memberi dorongan kepada umat-Nya dengan mengatakan, "Jangan takut." (lih. mis., Yos 1:9; 11:6; 2Raj 19:6; 2Taw 20:15; 32:7; Neh 4:14; Mazm 49:17; 91:5; Yes 10:24; 37:6; 44:8; Mat 17:7; 28:10; Mr 5:36; Luk 12:4; Yoh 14:1,27; Kis 18:9; 1Pet 3:14).
Jerusalem: Mat 14:13-21 - -- Lukas (Luk 9:10-17) dan Yohanes (Yoh 6:1-13) hanya sekali menceritakan bahwa Yesus memperbanyak roti, pada hal Matius (Mat 14:13-21; Mat 15:32-39) dan...
Lukas (Luk 9:10-17) dan Yohanes (Yoh 6:1-13) hanya sekali menceritakan bahwa Yesus memperbanyak roti, pada hal Matius (Mat 14:13-21; Mat 15:32-39) dan Markus (Mar 6:30-44; Mar 8:1-10) memuat dua cerita tentang Yesus yang mengerjakan mujizat itu. Tetapi agaknya peristiwa hanya satu, meskipun ada dua cerita yang pasti tua sekali, bdk Mat 16:9-10 yang menyinggung dua tradisi yang berbeda. Tradisi pertama nampaknya lebih tua dan agaknya berasal dari Palestina. Menurut tradisi itu peristiwa itu terjadi di pantai barat danau Galilea (lihat catatan yang berikut) dan berkata tentang dua belas bakul - jumlah suku Israel dan jumlah para rasul, Mar 3:14+. Tradisi kedua berasal dari kalangan Kristen yang bukan keturunan Yahudi. Menurut tradisi itu peristiwa terjadi di pantai timur danau - penduduk daerah itu bukan orang Yahudi - bdk Mar 7:31. Tradisi itu berkata tentang tujuh bakul (kata Yunani yang dipakai dalam Mat 16:10 lain dari yang dipakai dalam Mat 16:9)dan jumlah tujuh adalah jumlah bangsa-bangsa Kanaan, Ula 7:1; Kis 13:19, dan jumlah Diaken dari kalangan yang berbahasa Yunani, Kis 6:5; Kis 21:8. Kedua tradisi itu menggambarkan perbanyakan roti itu dengan ingat akan peristiwa serupa yang tercantum dalam Perjanjian Lama, khususnya akan nabi Elia yang memperbanyak minyak, 2Ra 4:1-7; 2Ra 4:42-44, dan akan cerita tentang burung puyuh, Kel 16; Bil 11. Yesus mengulang sambil meningkatkan mujizat-mujizat itu. Dengan jalan itu - sebagaimana juga dimengerti oleh tradisi tua itu - perbanyakan roti itu melambangkan makanan yang lebih unggul lagi di zaman terakhir, yaitu Ekaristi. Itulah yang mau ditonjolkan oleh cerita-cerita yang termaktub dalam Injil-injil sinoptik, bdk Mat 14:19; Mat 15:36 dengan Mat 26:26 dan wejangan tentang roti hidup, yang disajikan Yoh 6.
Jerusalem: Mat 14:23 - untuk berdoa Injil-injil, terutama Lukas, kerap kali memberitahukan bahwa Yesus berdoa seorang diri di tempat sunyi atau di malam hari, Mat 14:23 dsj; Mar 1:35; Lu...
Injil-injil, terutama Lukas, kerap kali memberitahukan bahwa Yesus berdoa seorang diri di tempat sunyi atau di malam hari, Mat 14:23 dsj; Mar 1:35; Luk 5:16, waktu makan, Mat 14:19 dsj; Mat 26:26-27 dsj, dan sehubungan dengan peristiwa-peristiwa penting; waktu dibaptis, Luk 3:21, sebelum memilih keduabelas rasul, Luk 6:12, sebelum mengajar doa "Bapa Kami", Luk 11:1; bdk Mat 6:5+, dan sebelum murid-murid mengakui Yesus sebagai Mesias, Luk 9:18; waktu Yesus dimuliakan di atas sebuah gunung, Luk 9:28-29, di kebun Getsemani, Mat 26:36-44, waktu di salib, Mat 27:46 dsj; Luk 23:46. Yesus mendoakan mereka yang menyalibkanNya, Luk 22:32, semua muridNya dan mereka yang menyusul, Yoh 17:9-24; Iapun mendoakan diriNya sendiri, Mat 26:39 dsj; bdk Yoh 17:1-5; Ibr 5:7. Doa-doa itu menyatakan bahwa Yesus terus menerus berhubungan dengan BapaNya, Mat 11:25-27 dsj, yang tidak pernah membiarkan Yesus seorang diri, Yoh 8:29, dan senantiasa mengabulkan doaNya, Yoh 11:22,42; bdk Mat 26:53. Dengan teladan dan ajaranNya Yesus mau menanamkan ke dalam hati pengikutNya baik perlunya berdoa maupun caranya, Mat 6:5+. Sekarang dalam kemuliaanNya Yesus terus mendoakan pengikut-pengikutNya, Rom 8:34; Ibr 7:25; 1Yo 2:1, sesuai dengan janjiNya, Yoh 14:16.
Jerusalem: Mat 14:24 - dari pantai Bdk Mar 6:47. Beberapa naskah tidak memuat: beberapa mil jauhnya dari pantai, bdk Yoh 6:19, sehingga teks berbunyi: perahu....sudah diombang-ambingkan...
Jerusalem: Mat 14:25 - jam tiga malam harafiah: pada penjagaan malam yang keempat. Ini menurut pembagian malam Yahudi, yang sesuai dengan jam tiga malam.
harafiah: pada penjagaan malam yang keempat. Ini menurut pembagian malam Yahudi, yang sesuai dengan jam tiga malam.
Jerusalem: Mat 14:28 - Petrus Ada tiga bagian mengenai Petrus, yaitu Mat 14:28-31; Mat 16:16-20 dan Mat 17:24-27, yang dengan sengaja disisipkan Matius ke dalam "buku kegerejaannya...
Ada tiga bagian mengenai Petrus, yaitu Mat 14:28-31; Mat 16:16-20 dan Mat 17:24-27, yang dengan sengaja disisipkan Matius ke dalam "buku kegerejaannya" (Mat 13:53-18:35).
Satu stadi kira-kira 200 meter.
Ini kira-kira djam 3 malam.
Ende: Mat 14:34 - Genasar Djuga disebut "Genesaret". Sebuah dataran subur disebelah barat
tasik, antara Kafarnaum dan Tiberias.
Djuga disebut "Genesaret". Sebuah dataran subur disebelah barat tasik, antara Kafarnaum dan Tiberias.
Ref. Silang FULL: Mat 14:27 - Tenanglah // jangan takut · Tenanglah: Mat 9:2; Kis 23:11
· jangan takut: Dan 10:12; Mat 17:7; 28:10; Luk 1:13,30; 2:10; Kis 18:9; 23:11; Wahy 1:17
· Tenanglah: Mat 9:2; Kis 23:11
· jangan takut: Dan 10:12; Mat 17:7; 28:10; Luk 1:13,30; 2:10; Kis 18:9; 23:11; Wahy 1:17
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Mat 14:13-21 - Lima Ribu Orang Diberi Makan Lima Ribu Orang Diberi Makan (14:13-21)
Kisah dalam perikop ini, mengenai Kristus yang memberi makan lima ribu laki-laki dengan lima roti dan dua i...
Lima Ribu Orang Diberi Makan (14:13-21)
- Kisah dalam perikop ini, mengenai Kristus yang memberi makan lima ribu laki-laki dengan lima roti dan dua ikan, dicatat oleh keempat penulis Injil, dan ini tidak biasanya, kalaupun ada, terjadi dengan mujizat-mujizat Kristus yang lain. Ini menunjukkan bahwa ada sesuatu di dalamnya yang patut mendapatkan ulasan khusus. Perhatikanlah:
- I. Orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti Kristus, ketika Dia hendak mengasingkan diri ke tempat yang sunyi (ay. 13). Dia menyingkir untuk menyendiri ketika Dia mendengar, bukan tentang kematian Yohanes, melainkan tentang pikiran Herodes mengenai Dia, bahwa Dia adalah Yohanes Pembaptis yang sudah bangkit dari antara orang mati, sehingga membuat Herodes begitu takut terhadap Dia sampai sangat membenci-Nya. Dia berangkat ke tempat yang lebih jauh, untuk keluar dari wilayah hukum Herodes. Perhatikanlah, pada saat-saat yang berbahaya, ketika Allah membukakan pintu bagi kita untuk menghindar, tidaklah salah bagi kita untuk menyelamatkan diri, kecuali kita mempunyai panggilan yang khusus untuk bertahan di situ. Saat Kristus belum tiba, dan oleh sebab itu Dia tidak mau menyerahkan diri ke dalam penderitaan. Dia bisa saja mengamankan diri-Nya dengan kuasa ilahi, tetapi karena hidup-Nya dimaksudkan sebagai suatu teladan, Dia melakukannya dengan kebijaksanaan manusia. Yesus menyingkir dengan perahu. Tetapi kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Ketika orang banyak mendengarnya, mereka mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari berbagai daerah. Betapa Kristus sangat dikasihi orang banyak itu, sampai-sampai ketika Dia mengundurkan diri dari mereka, hal itu hanya membawa mereka datang mencari-Nya dengan keinginan yang lebih besar lagi. Di sini, seperti yang sering kali terjadi, genaplah nas Alkitab, yang mengatakan bahwa kepadanya akan takluk bangsa-bangsa (KJV: "Kepadanyalah orang-orang akan datang berkumpul"). Sepertinya, semakin banyak saja orang yang datang berbondong-bondong mengikuti Kristus setelah kematian syahid Yohanes daripada sebelumnya. Kadang kala penderitaan orang-orang kudus dijadikan sebagai sarana untuk memajukan Injil (Flp. 1:12), dan "darah para martir adalah benih Gereja." Sekarang kesaksian Yohanes telah berakhir, namun kesaksiannya itu tetap dikenang, dan semakin dikenang dan dikenang. Perhatikanlah:
- . Apabila Kristus dan firman-Nya menjauh dari kita, alangkah baiknya bagi kita untuk mengikutinya sekalipun darah dan daging merasa berat. Dahulukan apa yang terbaik bagi jiwa kita daripada segala keuntungan duniawi apa pun. Sesudah tabut perjanjian diangkat, kamu harus berangkat dari tempatmu dan mengikutinya (Yos. 3:3).
- . Orang-orang yang sungguh-sungguh haus akan air susu yang murni dan yang rohani tidak akan dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan yang akan mereka jumpai. Sekalipun itu daerah gurun, hadirat Kristus dan Injil-Nya sanggup membuatnya bukan hanya menjadi tempat yang dapat diterima, melainkan juga yang selalu diidamkan; Ia mengubah padang belantara menjadi taman Eden (Yes. 51:3; 41:19-20).
- II. Rasa kasih yang lembut dari Yesus Tuhan kita terhadap orang-orang yang mengikuti-Nya itu (ay. 14).
- . Ia memperlihatkan diri dan tampil di antara mereka. Walaupun Ia menyingkir demi keamanan dan ketenangan-Nya sendiri, Ia bersedia keluar dari peristirahatan-Nya itu saat melihat orang banyak begitu rindu untuk mendengar-Nya. Ia bersedia bekerja keras dan menampakkan diri demi kebaikan jiwa-jiwa, karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri.
- . Ketika Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya. Perhatikanlah, dengan melihat orang yang banyak jumlahnya seperti itu, hati kita memang bisa tersentuh oleh rasa kasih. Bila melihat begitu banyak orang, dan merenungkan betapa banyaknya jiwa kekal yang berharga ini, wajar saja bagi kita untuk merasa takut berapa banyak di antara mereka yang terlantar dan segera akan binasa, dan ini sungguh mendukakan hati. Tidak ada orang yang begitu mengasihani jiwa-jiwa seperti Kristus; tidak habis-habis rahmat-Nya.
- . Ia tidak hanya mengasihani mereka, tetapi juga menolong mereka. Banyak dari antara mereka yang sakit, dan Ia, dalam belas kasihan-Nya kepada mereka, menyembuhkan mereka, sebab Ia datang ke dunia untuk menjadi Penyembuh yang agung. Tidak lama kemudian, mereka semua merasa lapar, dan Ia, dalam belas kasihan-Nya kepada mereka, memberi mereka makan. Perhatikanlah, dalam semua kemurahan hati yang ditunjukkan Kristus kepada kita, Ia selalu tergerak oleh belas kasihan (Yes. 63:9).
- III. Ajakan para murid untuk membubarkan kumpulan orang banyak itu, dan penolakan Kristus terhadap ajakan itu.
- . Karena hari sudah menjelang malam, para murid meminta Kristus menyuruh orang banyak itu pergi. Mereka berpikir mereka sudah menyelesaikan pekerjaan yang baik untuk hari itu dan sekarang tiba saatnya untuk bubar. Perhatikanlah, murid-murid Kristus sering kali lebih berusaha menunjukkan kehati-hatian mereka daripada menunjukkan semangat mereka dan perasaan kasih mereka terhadap hal-hal mengenai Allah.
- . Kristus tidak mau membubarkan orang banyak itu dalam keadaan lapar, atau menahan mereka lebih lama di sana tanpa makanan, atau menyuruh mereka bersusah payah membeli makanan sendiri. Sebaliknya, Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan makanan bagi orang banyak itu. Demikianlah, dibandingkan dengan murid-murid-Nya, Kristuslah yang selalu bersikap lembut terhadap orang banyak itu. Apalah artinya belas kasihan manusia yang paling bermurah hati sekalipun, dibandingkan dengan rahmat Allah dalam Kristus? Lihatlah, betapa enggannya Kristus berpisah dengan orang-orang yang bertekad untuk melekat pada-Nya! Tidak perlu mereka pergi. Perhatikanlah, orang-orang yang memiliki Kristus sudah memiliki segala sesuatu yang perlu untuk hidup, mereka tidak perlu pergi mencari-cari kebahagiaan dan penghidupan dari ciptaan. Kalau orang sudah mendapatkan apa yang diperlukannya, tidak perlu sibuk mencari-cari lagi. Kristus juga tidak akan membebani para pengikut-Nya dengan pengeluaran yang tidak perlu, Ia akan membuat biaya untuk mengikuti-Nya itu murah.
- Jika orang banyak itu merasa lapar, memang mereka harus pergi, sebab itu memang suatu keharusan yang tidak usah diatur oleh hukum lagi, tetapi kamu harus memberi mereka makan. Perhatikanlah, Tuhan adalah untuk tubuh; tubuh itu adalah buatan tangan-Nya, bagian dari kuasa-Nya. Dia sendiri terbungkus dalam tubuh, supaya Dia dapat mendorong kita untuk bergantung pada-Nya untuk keperluan kebutuhan-kebutuhan jasmani kita. Tetapi Dia memberikan perhatian khusus kepada tubuh ketika tubuh digunakan secara khusus untuk melayani jiwa. Jika kita mencari dahulu Kerajaan Allah dan menjadikannya perhatian utama kita, maka kita boleh mengandalkan Allah untuk menambahkan hal-hal lainnya kepada kita, sejauh itu sesuai dalam pandangan-Nya, dan kita dapat menyerahkan segala kekhawatiran kita mengenai hal-hal lainnya itu kepada-Nya. Orang banyak ini baru mencoba-coba mengikuti Kristus, semangat mereka baru muncul, namun Kristus tetap memerhatikan mereka. Karena itu, terlebih lagi Dia akan memelihara orang-orang yang mengikuti-Nya dengan sepenuh hati.
- IV. Sedikit persediaan yang tersedia bagi orang banyak ini, dan di sini kita harus membandingkan jumlah tamu yang diundang dengan daftar makanan yang tersedia.
- . Jumlah tamu yang hadir ada lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Mungkin saja jumlah wanita dan anak-anak itu sama banyaknya dengan jumlah kaum pria, kalau tidak lebih banyak. Sungguh besar jumlah pendengar yang mendengarkan khotbah Kristus, dan cukup beralasan untuk menduga bahwa mereka memang bersungguh-sungguh dalam mendengarkan Dia. Namun, sepertinya sebagian besar dari pengajaran-Nya tidak menghasilkan apa-apa, kendati dengan segala semangat dan kegigihan yang tampak pada mereka ini. Mereka pergi begitu saja dan tidak mengikuti-Nya lagi, sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih. Lebih baik penerimaan atas firman Tuhan itu diukur melalui pertobatan daripada melalui banyaknya orang yang mendengarkannya, meskipun ini juga merupakan suatu pemandangan dan pertanda yang baik.
- . Daftar makanan yang tersedia sangat tidak seimbang dengan jumlah tamu yang hadir, yakni hanya lima roti dan dua ikan. Bekal ini dibawa-bawa para murid untuk keperluan mereka sendiri, karena mereka berada di tempat yang sunyi. Kristus bisa saja memberi murid-murid-Nya itu makan dengan mujizat, tetapi untuk memberikan teladan bagi kita agar kita menyediakan makanan bagi keluarga kita sendiri, Ia mau mereka menyediakan makanan bagi mereka sendiri dengan cara yang biasa. Di sini kita melihat makanan yang tidak banyak, tidak beragam, dan tidak mewah. Sepiring ikan bukanlah makanan langka bagi mereka yang adalah para nelayan, namun itulah makanan yang cocok bagi kedua belas murid itu. Dua potong ikan untuk makan malam mereka, dan roti yang mungkin cukup untuk satu atau dua hari. Tidak ada anggur atau minuman keras di sini. Air jernih dari sungai-sungai di padang belantara itulah minuman terbaik yang harus mereka minum untuk menemani makanan mereka. Namun dari semuanya ini Kristus akan memberi makan orang banyak. Perhatikanlah, orang yang hanya mempunyai sedikit, ketika ada keperluan yang sangat mendesak, harus membantu melegakan orang lain dengan yang sedikit itu, sebab itulah cara untuk membuatnya lebih banyak. Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Ya, Dia sanggup, dan bila dihendaki-Nya, dengan sangat berlimpah.
- V. Makanan dibagi-bagikan dengan melimpahnya kepada orang banyak (ay. 18-19). Bawalah ke mari kepada-Ku. Perhatikanlah, bila kita ingin mendapatkan kenikmatan hidup, yang sungguh-sungguh nikmat, bawalah apa yang mau kita nikmati itu kepada Kristus, sebab segala sesuatu dikuduskan oleh firman-Nya dan melalui doa kepada-Nya. Itulah yang membuat kita sejahtera dan makmur, karena apa yang kita serahkan ke dalam tangan Yesus Tuhan kita, itu akan dipakai-Nya sesuai kehendak-Nya; dan ketika kita mengambilnya kembali, itu akan berlipat ganda manisnya bagi kita. Apa yang kita berikan dalam kasih harus kita bawa terlebih dulu kepada Kristus, agar Ia dapat menerimanya dengan senang hati dari tangan kita, dan memberkatinya dengan senang hati bagi orang-orang yang menerimanya. Inilah yang dinamakan perbuatlah itu seperti kepada Tuhan.
- Dalam perjamuan makan yang ajaib ini kita dapat melihat:
- . Bagaimana para tamu duduk (ay. 19). Disuruh-Nya orang banyak itu duduk, yang menyiratkan bahwa sewaktu Ia berkhotbah, mereka mendengarkan sambil berdiri, yang merupakan suatu sikap hormat dan kesiapan untuk bertindak. Tetapi bagaimana dengan kursi untuk mereka semua? Biarlah mereka duduk di rumput. Waktu raja Ahasyweros hendak memamerkan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak, dalam sebuah perjamuan bagi kaum bangsawan dan pembesar daerah, dipan atau balai-balai yang mereka duduki terbuat dari emas dan perak, yang ditempatkan di atas lantai pualam, marmar putih, gewang, dan pelinggam (Est. 1:6). Yesus Tuhan kita tidak memamerkan, dalam pesta ilahi itu, kekayaan-kekayaan kerajaan yang lebih mulia daripada itu, ataupun kebesaran yang lebih semarak, atau bahkan kedaulatan-Nya atas alam semesta sendiri. Di sini bahkan tidak ada kain yang dibentangkan sebagai alas, tidak ada piring atau serbet yang diletakkan, atau pisau dan garpu, malah tidak ada satu kursi pun untuk diduduki; seakan-akan Kristus memang sengaja hendak menyurutkan kembali dunia ke dalam kepolosan dan kesederhanaan, dan dengan demikian ke dalam kemurnian dan kebahagiaan, seperti yang dialami Adam di Taman Firdaus; begitulah, Ia menyuruh orang banyak itu duduk di rumput. Dengan melakukan segala sesuatu seperti ini, tanpa kemegahan atau semarak apa pun, Ia dengan jelas menunjukkan bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, juga datang tanpa tanda-tanda lahiriah.
- . Permohonan berkat. Kristus tidak menunjuk salah seorang murid-Nya untuk memimpin doa berkat, melainkan Ia sendiri menengadah ke langit dan mengucap berkat. Ia memuji Allah atas persediaan makanan yang ada pada mereka, dan berdoa kepada Allah agar memberkatinya bagi mereka. Dengan memohon berkat, Ia juga memerintahkan berkat; sebab, seperti halnya Ia berkhotbah, demikian pula Ia berdoa supaya terjadi, sebagai orang yang berkuasa untuk melakukan. Dalam doa dan ucapan syukur ini, dapat diduga, Ia secara khusus merujuk kepada pelipatgandaan makanan ini. Namun dengan cara demikian juga Ia mengajarkan kita kewajiban yang baik untuk meminta berkat dan mengucap syukur saat kita makan. Segala ciptaan Allah yang baik harus diterima dengan ucapan syukur (1Tim. 4:4). Samuel memberkati perjamuan (1Sam. 9:13; Kis. 2:46-47; 27:34-35). Ini adalah makan dan minum untuk kemuliaan Allah (1Kor. 10:31), mengucap syukur kepada Allah (Rm. 14:6), serta makan di hadapan Allah, seperti yang dilakukan Musa dan mertuanya (Kel. 18:12, 15). Ketika Kristus mengucap berkat, Ia menengadah ke langit, untuk mengajar kita bahwa di dalam doa kita harus memandang Allah sebagai Bapa yang di sorga; ketika kita menerima kenikmatan-kenikmatan lahiriah, kita harus memandang ke sana, bahwa kita mengambilnya dari tangan Allah dan bergantung pada-Nya dalam mendapatkan berkat.
- . Pembagian makanan. Tuan yang empunya perjamuan itu sendirilah yang membagi-bagikan makanan itu, sebab Ia memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. Dengan berbuat seperti itu Kristus bermaksud memberikan penghormatan kepada para murid-Nya, supaya mereka dihormati sebagai teman-teman sekerja. Hal ini juga menandakan dengan cara bagaimana makanan rohani dari firman Allah harus dibagi-bagikan kepada dunia, yaitu dari Kristus, sebagai Sumber aslinya, kemudian melalui para hamba-Nya. Apa yang dirancang Kristus bagi gereja-gereja, telah dinyatakan-Nya kepada hamba-Nya Rasul Yohanes (Why. 1:1,4). Mereka hanya menyerahkan apa yang telah mereka terima dari Tuhan, dan hanya itu saja (1Kor. 11:23). Hamba-hamba Tuhan tidak pernah bisa mengisi hati orang, kecuali bila Kristus terlebih dulu mengisi tangan mereka, dan apa yang telah diberikan-Nya, harus mereka berikan kepada orang banyak, sebab mereka adalah pengurus rumah, yang memberikan setiap orang makanan yang menjadi bagiannya (24:45). Terpujilah Allah, walaupun jumlah orang yang hadir begitu banyak, ada cukup makanan bagi semua, cukup untuk setiap orang.
- . Bertambah banyaknya makanan. Yang diperhatikan dan dicatat dalam perikop ini hanyalah hasil, dan bukan penyebab atau cara terjadinya pelipatgandaan roti dan ikan itu. Tidak disebutkan juga perkataan apa saja yang diucapkan Kristus untuk memperbanyak makanan itu. Tetapi, segala tujuan dan maksud pikiran serta kehendak-Nya akan terlaksana, walaupun tidak diucapkan. Namun, beginilah yang dapat dilihat, bahwa makanan itu berlipat ganda, bukan langsung bertumpuk-tumpuk, melainkan ketika dibagi-bagikan. Sama seperti minyak si janda yang bertambah banyak saat dituangkan keluar, begitu pula roti di sini saat dipecah-pecahkan. Demikianlah anugerah bertumbuh melalui tindakan, dan sementara hal-hal lain akan habis ketika dipakai, karunia-karunia rohani justru akan bertambah saat digunakan. Allah memberikan benih kepada penabur, dan Ia melipatgandakan benih yang bukan ditimbun, melainkan yang ditabur (2Kor. 9:10). Demikianlah ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya; yang menyebar akan bertambah.
- VI. Rasa puas yang tidak terkatakan dari para tamu atas persediaan makanan itu. Walaupun perbandingannya sangat tidak seimbang, ada cukup makanan dan bahkan sampai tersisa.
- . Ada cukup banyak makanan. Mereka semuanya makan sampai kenyang. Perhatikanlah, orang-orang yang diberi makan oleh Kristus akan dikenyangkan-Nya, demikianlah bunyi janji dalam Mazmur 37:19, mereka akan menjadi kenyang. Karena ada cukup banyak makanan bagi semua, mereka semuanya makan; jadi ada cukup untuk setiap orang, mereka menjadi kenyang. Meskipun hanya ada sedikit, tetapi cukup, malah sama baiknya seperti sebuah perjamuan pesta. Perhatikanlah, berkat Allah dapat mengubah yang sedikit menjadi sangat banyak; sebaliknya pula, jika Allah menghancurkan apa yang kita miliki, maka kita akan makan, tetapi tidak sampai kenyang (Hag. 1:6).
- . Masih terdapat sisa. Orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh, satu bakul untuk setiap rasul. Dengan demikian apa yang mereka berikan kembali lagi kepada mereka, bahkan dalam jumlah yang jauh lebih besar. Karena mereka tidak pilih-pilih, mereka mau menyimpan potongan-potongan roti yang tersisa ini untuk lain waktu, dan mereka bersyukur karenanya. Hal ini terjadi untuk menyatakan dan memperbesar mujizat itu, dan untuk menunjukkan bahwa penyediaan yang dibuat Kristus bagi orang-orang kepunyaan-Nya tidaklah hanya seadanya dan sedikit, melainkan bergelimang dan berlimpah, ada banyak makanan, dan berlimpah-limpah (Luk. 15:17), suatu kepenuhan yang melimpah ruah. Cara Elisa melipatgandakan roti agak mirip dengan ini, namun kalah jauh dibandingkan dengannya. Begitulah, orang akan makan, bahkan akan ada sisanya (2Raj. 4:43).
- Kuasa ilahi yang samalah, walaupun memakai cara biasa, yang melipatgandakan benih yang ditabur di tanah setiap tahun, dan yang membuat tanah memberi hasilnya, sehingga apa yang ditaburkan dalam beberapa genggam akan dibawa pulang dengan berberkas-berkas. Hal itu terjadi di pihak TUHAN. Oleh Kristuslah semua yang terjadi di alam semesta ini ada, dan dengan kuasa firman-Nyalah semuanya itu ditopang.
Matthew Henry: Mat 14:22-33 - Yesus Berjalan di atas Air Yesus Berjalan di atas Air (14:22-33)
Kita lihat di sini kisah lain tentang mujizat yang diadakan Kristus untuk menolong para sahabat dan pengikut-...
Yesus Berjalan di atas Air (14:22-33)
- Kita lihat di sini kisah lain tentang mujizat yang diadakan Kristus untuk menolong para sahabat dan pengikut-Nya, yakni datang kepada mereka berjalan di atas air. Dalam mujizat sebelumnya, Ia bertindak sebagai Tuhan alam semesta, dengan memakai segala kekuaan alam untuk memberi makan orang-orang yang lapar. Dalam mujizat ini, Ia bertindak sebagai Tuhan alam semesta dengan memperbaiki dan mengendalikan kekuatan alam itu untuk menolong orang-orang yang berada dalam bahaya dan kesukaran. Perhatikanlah:
- I. Kristus membubarkan para murid-Nya dan orang banyak, setelah memberi mereka makan dengan cara ajaib. Ia memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang (ay. 22). Rasul Yohanes memberikan alasan mengapa orang banyak ini dibubarkan dengan agak tergesa-gesa, yaitu karena begitu terkesan oleh mujizat roti itu sehingga mereka segera hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja (Yoh. 6:15). Untuk menghindari hal ini, Ia langsung membubarkan mereka dan menyuruh murid-murid-Nya pergi, jangan sampai mereka juga ikut-ikutan terpengaruh dengan khalayak ramai itu. Setelah itu Ia sendiri menyingkir (Yoh. 6:15).
- Setelah mereka duduk untuk makan dan minum, mereka tidak bangun dan bersukaria, melainkan sibuk dengan tugas masing-masing.
- . Kristus menyuruh orang banyak pulang. Terasa ada sukacita yang teduh ketika mereka dibubarkan. Ia menyuruh mereka pergi dengan berkat, dengan pesan-pesan perpisahan berupa peringatan, nasihat, dan penghiburan, yang akan menyertai mereka.
- . Ia memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu terlebih dulu, sebab selama mereka masih ada, orang banyak tidak akan mau pergi. Para murid enggan meninggalkan-Nya dan mereka tidak akan pergi seandainya Dia tidak memerintahkan mereka. Mereka enggan berangkat ke laut tanpa Dia. Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini (Kel. 33:15). Mereka enggan meninggalkan-Nya sendirian tanpa ditemani siapa pun atau tanpa perahu yang menanti-Nya, tetapi mereka melakukannya juga, semata-mata karena taat.
- II. Sesudah itu Kristus menyingkir (ay. 23). Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Perhatikanlah di sini:
- . Bahwa Ia sendirian. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan sendirian di situ. Meskipun masih banyak yang harus dilakukan-Nya bagi orang lain, kadang-kadang Ia memilih untuk berada sendirian untuk memberikan teladan kepada kita. Orang-orang yang tidak suka berada sendirian bukanlah pengikut Kristus. Mereka akan menikmati kesendirian mereka, walaupun tidak ada orang yang dapat diajak bicara dan bersenang-senang, karena ada Allah dan hati nurani mereka sendiri.
- . Bahwa Ia berdoa seorang diri. Itulah yang dilakukan-Nya di tempat yang sunyi ini, berdoa. Walaupun Kristus, sebagai Allah, adalah Tuhan atas segala sesuatu dan kepada-Nya doa dipanjatkan, namun sebagai Manusia, Ia mengambil rupa seorang hamba, seorang peminta-minta, dan berdoa. Di sini Kristus memberikan teladan kepada kita mengenai berdoa di tempat tersembunyi, sesuai aturan yang diberikan-Nya (6:6). Ada kemungkinan, di atas bukit itu tersedia tempat berdoa yang sesuai untuk keperluan itu, sebab ini hal yang lumrah di kalangan orang Yahudi. Perhatikanlah, ketika murid-murid pergi ke laut, Guru mereka pergi berdoa. Ketika Petrus ditampi seperti gandum, Kristus berdoa untuknya.
- . Bahwa Dia sendirian cukup lama. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ, dan sepertinya Dia berada di situ sampai menjelang pagi, yaitu kira-kira jam tiga malam. Ketika malam tiba, muncullah badai, namun Ia bertekun dalam doa. Perhatikanlah, sungguh baik, setidaknya sekali waktu, pada kesempatan tertentu ketika hati kita tergerak, untuk berdoa lama di tempat tersembunyi dan mengambil kesempatan sepenuhnya untuk mencurahkan isi hati di hadapan-Nya. Janganlah kita mengurangi rasa hormat atau doa (Ayb. 15:4).
- III. Keadaan murid-murid yang malang pada saat itu. Perahu mereka sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang (ay. 24). Di sini kita bisa melihat:
- . Bahwa mereka sudah berada di tengah laut ketika badai menerpa. Kita mungkin saja mengalami cuaca bagus di awal perjalanan, namun dihadang badai sebelum tiba di pelabuhan yang kita tuju. Oleh sebab itu, orang yang baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkannya, tetapi siap sedialah di saat teduh untuk menyambut badai sekiranya dia datang.
- . Murid-murid sekarang berada di tempat yang disuruhkan Kristus, namun ternyata mereka menghadapi badai. Seandainya saat itu mereka melarikan diri dari Sang Guru dan pekerjaan mereka, seperti yang dilakukan Yunus saat diterpa badai, sangat menakutkanlah jadinya. Namun, mereka telah mendapatkan perintah khusus dari Guru mereka untuk pergi ke laut pada saat itu, dan mereka sedang melaksanakan tugas. Perhatikanlah, bukan hal baru bagi murid-murid Kristus untuk menghadapi badai di tengah tugas, dan diutus ke laut ketika Guru mereka sudah tahu akan terjadi badai. Namun, semoga mereka tidak menerima semuanya ini dengan bersungut-sungut. Apa yang diperbuat-Nya mereka tidak tahu sekarang, tetapi mereka akan memahaminya kelak, bahwa melalui kejadian ini Kristus bermaksud menampakkan diri dengan anugerah yang semakin indah kepada dan bagi mereka.
- . Mereka sekarang sangat berkecil hati karena Kristus tidak berada bersama mereka, seperti yang pernah mereka alami ketika diterpa badai. Meskipun ketika itu Ia tertidur, Ia segera terbangun (8:24). Namun, sekarang Ia sama sekali tidak ada bersama mereka. Demikianlah Kristus pada awalnya memperhadapkan murid-murid-Nya kepada kesukaran yang lebih ringan, kemudian yang lebih besar, sehingga dengan demikian Ia melatih mereka secara bertahap agar hidup karena percaya, bukan karena melihat.
- . Meskipun sedang menghadapi angin sakal dan mereka diombang-ambingkan gelombang, namun karena diperintahkan Guru mereka untuk pergi ke seberang, mereka tidak mengubah haluan dan berlayar kembali, tetapi berusaha sekuat tenaga untuk tetap maju. Perhatikanlah, meskipun masalah dan kesulitan mengganggu pekerjaan kita, janganlah kita mundur tetapi tetap maju di tengah semua rintangan itu.
- IV. Kristus menghampiri mereka dalam keadaan ini (ay. 25), dan dalam hal ini kita melihat contoh:
- . Tentang kebaikan-Nya, sehingga Dia menghampiri mereka, sebagai seseorang yang memikul tanggung jawab atas kejadian yang menimpa mereka, dan memperhatikan mereka sebagai ayah terhadap anak-anaknya. Perhatikanlah, dalam keadaan yang sangat genting, gereja dan umat Allah memiliki kesempatan untuk dikunjungi oleh Kristus, di mana Dia akan menampakkan diri kepada mereka. Namun, Dia tidak datang sebelum jam tiga malam, sebab ketika itulah giliran jaga pagi dimulai. Pada waktu jaga pagi-lah Tuhan datang kepada orang Israel di Laut Teberau (Kel. 14:24), begitu pula pada kejadian ini. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Saat diperlukan, Ia akan berjalan di dalam gelap untuk menolong mereka dengan segera.
- . Mengenai kuasa-Nya, di mana Ia datang kepada mereka dengan berjalan di atas air. Ini adalah contoh yang baik sekali tentang kedaulatan Kristus atas semua makhluk ciptaan; semuanya berada di bawah kaki-Nya dan taat kepada perintah-Nya. Mereka akan melupakan sifat alaminya dan mengubah ciri-ciri khasnya yang mendasar. Kita tidak perlu mempertanyakan bagaimana hal ajaib ini terjadi, apakah dengan memadatkan permukaan air (bila mau, Allah mampu membuat air bah membeku di tengah-tengah laut (Kel. 15:8), atau menahan gaya tarik bumi atas berat badan-Nya yang bisa menjelma sesuai kehendak-Nya. Kejadian ini sudah cukup untuk membuktikan kuasa ilahi-Nya, sebab hanya Allah saja yang mempunyai kuasa istimewa untuk melangkah di atas gelombang-gelombang laut (Ayb. 9:8), seperti halnya melayang di atas sayap angin. Dia yang membuat laut yang dalam menjadi jalan, supaya orang-orang yang diselamatkan dapat menyeberang (Yes. 51:10), dalam peristiwa ini membuat mereka menjadi jalan bagi Sang Penebus itu sendiri. Dia, yang adalah Tuhan atas seluruh alam semesta, memperlihatkan diri dengan satu kaki di atas laut dan satu kaki di atas daratan (Why. 10:2). Kuasa yang samalah, yang membuat besi dapat mengapung (2Raj. 6:6), yang telah mengadakan mujizat ini. Ada apa, hai laut? (Mzm. 114:5). Semua ini terjadi di hadapan TUHAN. Melalui laut jalan-Mu (Mzm. 77:20). Perhatikanlah, Kristus mampu menggunakan jalan mana pun yang dipilih-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya.
- V. Berikut ini kita melihat apa yang terjadi di antara Kristus dengan sahabat-sahabat-Nya yang ketakutan melihat kedatangan-Nya.
- . Antara Dia dan semua murid-Nya, dikatakan:
- (1) Bagaimana mereka menjadi ketakutan (ay. 26). Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru, "Itu hantu!" -- phantasma esti -- Itu penampakan (seperti hantu); tafsiran ini mungkin lebih baik. Tampaknya, kehadiran dan penampakan roh-roh halus dipercayai secara umum, kecuali oleh orang Saduki, dan Kristus telah memperingatkan murid-murid-Nya agar berhati-hati terhadap pengajaran mereka. Namun, tidak diragukan lagi bahwa banyak hal yang dianggap sebagai penampakan itu sebenarnya hanyalah ketakutan dan khayalan manusia belaka. Murid-murid ini berkata, "Itu Tuhan," tidak mungkin Dia orang lain. Perhatikanlah:
- [1] Bahkan kemunculan dan datangnya pertolongan pun adakalanya dianggap sebagai peristiwa yang menyusahkan dan membingungkan bagi umat Allah yang kadang-kadang sangat ketakutan begitu mengalami penderitaan sedikit saja. Bahkan saat mereka sangat diberkati, seperti misalnya perawan Maria (Luk. 1:29; Kel. 3:6-7). Penghiburan yang diberikan Roh yang menjadikan kita anak Allah diperkenalkan melalui kengerian yang ditimbulkan oleh roh perbudakan (Rm. 8:15).
- [2] Penampakan roh atau khayalan mengenai hal itu, pasti akan terasa menakutkan dan membuat kita ngeri, karena jauhnya jarak dunia roh dari kita, perlawanan yang benar yang dilakukan roh-roh yang baik untuk kita, dan kebencian mendalam roh-roh jahat terhadap kita (Ayb. 4:14-15). Semakin kita mengenal Allah, Bapa segala roh, dan semakin tekun kita menjaga diri di dalam kasih-Nya, maka semakin mampu kita mengatasi ketakutan-ketakutan semacam itu.
- [3] Ketakutan yang membuat bingung dan gelisah orang-orang yang baik sebenarnya muncul dari kekeliruan dan kesalahpahaman mereka tentang Kristus, pribadi, tugas, dan pemeliharaan-Nya. Semakin jelas dan lengkap kita mengenal nama-Nya, semakin teguh kepercayaan kita terhadap-Nya (Mzm. 9:11).
- [4] Di tengah amukan badai, hal kecil sekalipun dapat membuat kita menjadi ketakutan. Ketika dari luar terjadi pertengkaran, tidak mengherankan bila dari dalam muncul ketakutan. Mungkin murid-murid mengira mereka melihat roh jahat yang menyebabkan terjadinya badai itu. Perhatikanlah, kebanyakan masalah-masalah lahiriah yang kita alami ditimbulkan oleh masalah yang ada di dalam batin kita.
- (2) Bagaimana ketakutan itu dilenyapkan (ay. 27). Kristus langsung melegakan hati mereka dengan mengungkapkan kekeliruan mereka. Ketika mereka sedang berjuang melawan gelombang, Dia menunda pertolongan-Nya beberapa waktu. Namun, Dia mempercepat pertolongan-Nya untuk melenyapkan ketakutan mereka yang sebenarnya justru lebih berbahaya. Dia langsung meredakan angin topan itu dengan perkataan-Nya, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
- [1] Dia meluruskan kekeliruan mereka dengan cara memperkenalkan diri kepada mereka, seperti yang dilakukan Yusuf terhadap saudara-saudaranya. Aku ini. Ia tidak menyebut nama-Nya seperti yang dilakukan-Nya kepada Paulus, Akulah Yesus, sebab ketika itu Paulus belum mengenal-Nya. Namun, kepada murid-murid ini, Dia cukup berkata, "Aku ini." Sebagai domba-domba-Nya, mereka mengenal suaranya (Yoh. 10:4), seperti Maria Magdalena (Yoh. 20:16). Mereka tidak perlu bertanya, "Siapakah Engkau, Tuhan? Kawankah engkau atau lawan?" Mereka dapat berkata bersama sang mempelai, "Dengarlah, kekasihku" (Kid. 2:8; 5:2). Orang-orang percaya yang sejati pasti mengetahuinya melalui suatu tanda yang baik. Tanda itu sudah cukup untuk membuat mereka tenang dan mengerti siapa yang mereka lihat itu. Perhatikanlah, pengetahuan yang benar membuka pintu bagi penghiburan yang sejati, terutama pengetahuan tentang Kristus.
- [2] Dia membesarkan hati mereka untuk melenyapkan rasa takut itu. Aku ini, dan oleh sebab itu,
- Pertama, Tenanglah!-- tharseite -- "Jangan takut, Besarkan hatimu, beranilah." Bila murid-murid Kristus merasa tidak tenang dalam badai itu, ini adalah salah mereka sendiri, sebab Dia sendiri ingin agar mereka tenang.
- Kedua, jangan takut! 1. "Jangan takut padaku setelah engkau tahu Akulah ini. Sudah barang tentu engkau tidak akan takut lagi, sebab engkau tahu Aku tidak akan menyakitimu." Perhatikanlah, Kristus tidak akan menakut-nakuti orang-orang yang kepadanya Ia menampakkan diri. Waktu mereka mulai mengenal-Nya dengan benar, ketakutan itu akan lenyap. 2. "Jangan takut pada badai, angin topan, dan gelombang, meskipun ribut dan sangat menakutkan. Jangan takut, sebab Aku sangat dekat denganmu. Akulah Dia yang memerhatikanmu dan tidak akan tinggal diam melihatmu binasa." Perhatikanlah, tidak ada yang perlu membuat takut orang-orang yang memiliki Kristus di dekat mereka, bahkan maut sekalipun.
- . Di antara Dia dan Petrus (ay. 28-31), kita melihat:
- (1) Keberanian Petrus, dan persetujuan Kristus atas permintaannya.
- [1] Betapa hebatnya Petrus karena memberanikan diri datang kepada Kristus dengan berjalan di atas air (ay. 28). Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu. Keberanian memang merupakan anugerah utama Petrus. Itulah yang membuatnya jauh lebih bersemangat dibanding yang lain dalam mengungkapkan kasihnya terhadap Kristus, meskipun murid-murid lain mungkin juga mengasihi Kristus seperti dia.
- Pertama, keinginan untuk datang kepada Kristus merupakan contoh kasih Petrus pada-Nya. Ketika melihat Kristus, yang di tengah badai itu pasti sangat diharapkan kehadiran-Nya, Petrus tidak sabar lagi untuk segera berada bersama-Nya. Petrus tidak berkata, "Suruhlah aku berjalan di atas air," seakan-akan ingin mengalami mujizat semata, melainkan, "Suruhlah aku datang kepada-Mu," seolah-olah menginginkannya demi kepentingan Kristus semata. "Suruhlah aku datang kepada-Mu, tidak peduli dengan cara apa." Perhatikanlah, pada saatnya ketika dipanggil, kasih sejati akan menerobos api dan air, untuk datang kepada Kristus. Ketika itu Kristus mendatangi mereka untuk menolong dan menyelamatkan mereka. Tuhan, kata Petrus, suruhlah aku datang kepada-Mu. Perhatikanlah, waktu Kristus datang kepada kita karena belas kasihan, kita harus melangkah maju menghampiri-Nya sebagai bentuk kewajiban. Dalam hal ini kita harus bersedia dan berani melangkah bersama dan bagi Dia. Orang-orang yang beruntung memiliki Kristus sebagai Juruselamat, harus datang kepada-Nya dengan iman. Sebelum peristiwa itu terjadi, cukup lama Kristus tidak ada bersama murid-murid-Nya, dan sekarang baru menjadi jelas mengapa Ia sengaja tidak bersama mereka. Ia memang seolah-olah mengundurkan diri supaya mereka semakin rindu akan kehadiran-Nya kembali, apalagi pada saat-saat yang tepat seperti itu, Ia akan semakin diterima lagi. Perhatikanlah, bila untuk beberapa saat Kristus meninggalkan umat-Nya, kedatangan-Nya kembali akan disambut dan diterima dengan penuh kasih sayang, ketika jiwa-jiwa yang setelah lama mencari-cari, akhirnya menemukan Kekasih mereka. Mereka memegang dan tak melepaskan dia (Kid. 3:4).
- Kedua, Petrus yang tidak mau datang tanpa diperintah, merupakan contoh sikap hati-hati dan ketaatannya pada kehendak Kristus. Ia tidak berkata, "Apabila itu benar Engkau, aku akan datang," melainkan, "Apabila Engkau itu, suruhlah aku datang." Perhatikanlah, bahkan mereka dengan semangat paling tinggi sekalipun harus menantikan panggilan untuk melakukan kegiatan yang berbahaya. Jadi, janganlah kita menyodorkan diri dengan gegabah serta pongah. Keinginan kita untuk melayani dan menderita tidak bisa diartikan sebagai suatu kesediaan, tetapi malah tindakan keras kepala, jika tindakan kita itu tidak sesuai dengan kehendak Kristus dan tidak diatur oleh panggilan dan perintah-Nya. Perintah luar biasa seperti yang diberikan kepada Petrus ini memang tidak kita harapkan akan terjadi pada masa sekarang, namun, kita harus melihat makna lain dari perkataan itu yang dapat diterapkan pada soal-soal tertentu dengan pertolongan petunjuk ilahi. Yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.
- Ketiga, keberanian berjalan di atas air ketika Kristus menyuruhnya, merupakan contoh iman dan ketetapan hati Petrus. Untuk meninggalkan perahu yang adalah tempat yang aman dan melompat masuk ke dalam jurang maut, serta mengabaikan gelombang menakutkan itu, dibutuhkan penyerahan diri yang sangat kuat pada kuasa dan perkataan Kristus. Kesukaran atau bahaya apakah yang mampu bertahan terhadap iman dan semangat yang sedemikian tingginya seperti ini?
- [2] Sikap Kristus sungguh ramah dan merendahkan diri karena menerima permintaan Petrus (ay. 29). Dia bisa saja mencela permintaan itu bodoh dan gegabah, serta menganggapnya sebagai suatu kesombongan. "Masakan Petrus berlagak sanggup melakukan apa yang dilakukan Gurunya?" Namun, Kristus tahu bahwa permintaan itu didorong oleh kasih sayang yang tulus dan penuh semangat pada-Nya, dan Ia menerimanya dengan murah hati. Perhatikanlah, Kristus senang pada ungkapan kasih umat-Nya, meskipun penuh dengan kelemahan, dan Ia akan menghasilkan yang terbaik dari semua itu.
- Pertama, Ia menyuruh Petrus datang. Ketika orang Farisi meminta tanda, mereka bukan saja menolak, tetapi juga mencela tanda itu, sebab mereka meminta tanda dengan tujuan untuk mencobai Kristus. Waktu Petrus meminta tanda, ia menerimanya, karena ia meminta dengan tekad ingin percaya kepada Kristus. Panggilan Injil adalah, "Datanglah, datanglah kepada Kristus, percayakan semuanya ke dalam tangan-Nya, dan serahkan pemeliharaan jiwamu kepada-Nya. Arungilah lautan yang bergelora dan dunia yang penuh kesusahan untuk datang kepada Kristus."
- Kedua, Ia menguatkan Petrus ketika dia benar-benar menghampiri-Nya. Petrus berjalan di atas air. Persekutuan orang percaya yang sejati dengan Kristus diwujudkan melalui bagaimana mereka dihidupkan bersama-sama dengan Kristus, dibangkitkan dan diberikan tempat bersama-sama dengan Dia (Ef. 2:5-6), serta disalibkan dengan Kristus (Gal 2:19). Sekarang, menurut saya, hal itu dinyatakan dalam kisah ini melalui berjalan di atas air bersama-Nya. Melalui kekuatan Kristus, kita diangkat tinggi mengatasi dunia, dimampukan untuk menginjak-injaknya, dijaga agar tidak tenggelam atau ditelan di dalamnya, dan mengalahkannya (1Yoh. 5:4), melalui iman dalam kemenangan Kristus (Yoh. 16:33), dan disalibkan bersama-Nya (Gal. 6:14). Bayangkan Paulus berjalan di atas air bersama Yesus, lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia, dan melangkah di atas air yang bergelora yang tidak dapat memisahkannya dari kasih Kristus (Rm. 8:35). Demikianlah gelombang dari dunia ini menjadi seperti lautan kaca yang seakan-akan beku hingga mampu menahan beban, dan mereka yang telah memperoleh kemenangan itu akan berdiri di atasnya sambil bernyanyi (Why. 15:2-3).
- Petrus berjalan di atas air bukan untuk bersenang-senang atau berlagak, melainkan untuk datang kepada Yesus. Dengan melakukan hal itu, ia telah ditopang dengan cara yang luar biasa. Perhatikanlah, jika jiwa kita melekat kepada-Nya, maka tangan kanan-Nya menopang kita. Ini adalah pengalaman Daud (Mzm. 63:9). Dukungan khusus dijanjikan dan boleh diharapkan hanya bila kita mengejar hal-hal rohani. Ketika Allah mendukung Israel di atas sayap rajawali, tujuan-Nya adalah untuk membawa mereka kepada-Nya (Kel. 19:4). Demikianlah, kita tidak akan pernah dapat datang kepada Yesus kecuali didukung oleh kuasa-Nya. Hanya dalam kuasa-Nya-lah kita bergumul bersama-Nya, meraih-Nya, berlari-lari kepada tujuan, dipelihara dalam kekuatan Allah. Pada kekuatan inilah kita harus megandalkan diri kita, seperti Petrus ketika ia berjalan di atas air, dan tidak ada bahaya akan tenggelam karena di bawah kita ada lengan-lengan yang kekal.
- (2) Di sini kita melihat kekecutan hati Petrus dan teguran serta pertolongan Kristus baginya. Kristus menyuruhnya datang, bukan saja supaya dia dapat berjalan di atas air sehingga dengan demikian mengenal kuasa Kristus, tetapi juga supaya ia tenggelam sehingga mengenal kelemahannya sendiri. Karena sama seperti Ia mendorong iman Petrus, begitu pula Ia juga memeriksa rasa percaya dirinya dan membuatnya malu karenanya. Kemudian perhatikanlah:
- [1] Ketakutan Petrus (ay. 30). Takutlah ia. Di dalam iman dan keberanian yang terkuat pun terdapat rasa takut. Orang-orang yang dapat berkata, "Tuhan, aku percaya," harus berkata, "Tuhan, tolonglah aku yang tidak percaya ini!" Tidak ada hal lain kecuali kasih yang sempurna yang dapat melenyapkan ketakutan. Sering kali orang-orang baik justru gagal dalam karunia-karunia yang merupakan keunggulan mereka, yang sudah mereka terapkan dengan baik, dan kegagalan ini menunjukkan kepada mereka bahwa mereka belum menguasainya. Pada mulanya, Petrus tampak gagah berani, namun belakangan, hatinya berubah kecut. Dalam perjalanan waktu, masa ujian akan mengungkapkan kelemahan iman.
- Di sini kita melihat,
- Pertama, penyebab rasa takut Petrus. Dirasakannya tiupan angin. Sementara Petrus memusatkan pandangan pada Kristus, pada perkataan, dan kuasa-Nya, ia mampu berjalan di atas air dengan cukup baik. Namun, ketika memerhatikan bahaya yang mengancamnya dan melihat bagaimana sungai-sungai mengangkat bunyi hempasannya, maka takutlah dia. Perhatikanlah, melihat kesukaran dengan mata perasaan, daripada melihat ajaran dan janji-janji-Nya dengan mata iman, merupakan dasar semua ketakutan kita, baik yang menyangkut persoalan umum maupun pribadi. Abraham memiliki iman yang kuat walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah (Rm. 4:19). Ia tidak memedulikan kemustahilan yang mengecilkan hati yang menutupi janji itu, tetapi tetap memusatkan pandangan pada kuasa Allah, sehingga sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, ia tetap berharap juga (Rm. 4:18). Petrus, ketika dirasakannya tiupan angin, seharusnya ingat pada apa yang telah dilihatnya (8:27), ketika angin dan laut menaati Kristus. Namun, itulah sebabnya kita terus gentar sepanjang hari, sebab kita melupakan TUHAN yang menjadikan kita (Yes. 51:12-13).
- Kedua, akibat rasa takutnya ini. Ia mulai tenggelam. Saat iman Petrus kuat, ia berada di atas air. Namun, saat imannya goyah, ia mulai tenggelam. Perhatikanlah, tenggelamnya roh kita disebabkan oleh lemahnya iman kita. Kita diangkat (sama dengan diselamatkan) karena iman (1Ptr. 1:5). Oleh sebab itu, ketika jiwa kita tertekan dan gelisah, jalan keluar terbaik adalah berharap kepada Allah (Mzm. 43:5). Barangkali Petrus yang dibesarkan sebagai nelayan, mampu berenang dengan baik (Yoh. 21:7), dan saat menceburkan diri ke dalam air, mungkin sebagian rasa percayanya didasarkan pada hal tersebut. Seandainya dia tidak mampu berjalan di atas air, ia masih bisa berenang. Namun, Kristus membiarkannya tenggelam untuk menunjukkan kepadanya bahwa tangan kanan dan lengan-Nya yang kudus itulah yang mampu menyelamatkannya, bukan keterampilannya sendiri. Karena belas kasihan Kristus yang besar terhadapnya, pada saat imannya goyah, Ia tidak membiarkannya tenggelam langsung ke bawah, tenggelam seperti batu (Kel. 15:5), melainkan memberinya waktu untuk berseru, "Tuhan, tolonglah aku!" Seperti itulah kepedulian Kristus terhadap orang-orang percaya, yang meskipun lemah, tidak dibiarkan tenggelam sepenuhnya. Seseorang tidak akan pernah tenggelam ke dasar, tidak pernah binasa, sampai ia berada di neraka. Petrus berjalan selama ia percaya. Baginya, dan juga bagi orang lain, pedoman ini tetap berlaku, Jadilah kepadamu menurut imanmu.
- Ketiga, jalan keluar yang menolongnya di tengah kesulitan ini. Jalan keluar yang diikuti Petrus ini sudah kuno, namun telah teruji dan terbukti manjur, yakni doa: ia berseru, "Tuhan, tolonglah aku." Perhatikanlah,
- . Caranya berdoa; doanya sungguh-sungguh dan mendesak. Ia berseru. Perhatikanlah, ketika iman sedang lemah, doa haruslah kuat. Tuhan Yesus telah mengajar kita untuk mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan (Ibr. 5:7). Kesadaran akan bahaya akan membuat kita menangis, tetapi kesadaran akan tugas dan ketergantungan kita pada Allah harus membuat kita menangis dan berseru kepada-Nya.
- . Isi doa Petrus berhubungan langsung dengan tujuannya. Ia berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Kristus adalah Juruselamat, Ia datang untuk menyelamatkan. Orang-orang yang ingin diselamatkan bukan saja harus datang kepada-Nya, melainkan juga berteriak kepada-Nya supaya diselamatkan. Namun, kita tidak pernah menyadari hal ini sampai kita mendapati diri mulai tenggelam. Rasa kebutuhan akan mendorong kita kepada-Nya.
- [2] Kemurahan hati Kristus kepada Petrus di tengah ketakutannya ini. Meskipun ada rasa sombong sebelum dia turun ke air dan kemudian ada rasa kurang percaya setelah itu, Kristus tidak mencampakkannya, karena:
- Pertama, Ia menyelamatkan Petrus. Ia menjawabnya dengan kemenangan oleh tangan kanan-Nya (Mzm. 20:7), sebab Ia langsung mengulurkan tangan-Nya, dan memegang dia. Perhatikanlah, Kristus datang menyelamatkan kita pada saat kita tenggelam (Mzm. 5-8), Ia menolong ketika air sudah mencapai hidung. Tangan Kristus masih terulur kepada semua orang percaya supaya mereka tidak tenggelam. Ia juga akan mengeluarkan dari air semua orang yang pernah dianggap-Nya sebagai milik-Nya dan yang pernah direnggut-Nya bagaikan puntung yang ditarik dari kebakaran. Meskipun Ia tampak seakan-akan melepaskan pegangan-Nya, sebenarnya Ia tidak melakukannya, sebab mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Nya (Yoh. 10:28). Jangan takut, Ia akan memegang milik-Nya. Pembebasan kita dari ketakutan yang bisa saja menyusahkan kita, adalah berkat tangan-Nya yang penuh kuasa dan anugerah. (Mzm. 34:5).
- Kedua, Ia menegur Petrus, sebab semua orang yang dikasihi dan diselamatkan-Nya akan dimarahi dan ditegur oleh-Nya. Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang? Perhatikanlah,
- . Pada mulanya, iman mungkin saja benar, namun lemah, seperti sebutir biji sesawi. Petrus memiliki cukup iman untuk membuatnya melangkah di atas air, namun, karena imannya itu belum cukup kuat untuk bisa terus melangkah, Kristus berkata bahwa dia kurang percaya.
- . Kebimbangan dan ketakutan kita membuat kita berkecil hati, dan ini diakibatkan oleh lemahnya iman kita. Kita bimbang karena kurang percaya. Imanlah yang melenyapkan kebimbangan, kebimbangan mata jasmani kita, pada saat badai. Imanlah yang menjaga kepala kita tetap berada di atas permukaan air. Semakin kita percaya, semakin berkurang pula kebimbangan kita.
- . Kelemahan iman kita dan kuatnya kebimbangan kita sangat tidak disukai Tuhan Yesus. Memang benar bahwa Dia tidak akan mencampakkan orang percaya yang lemah, namun sama benarnya bahwa Dia tidak menyukai iman yang lemah, terutama dalam diri orang-orang yang terdekat dengan-Nya. Mengapa engkau bimbang? Apa alasannya? Perhatikanlah, kebimbangan dan ketakutan kita akan segera lenyap begitu penyebabnya diteliti, sebab kalau semuanya dipertimbangkan, tidak ada alasan mengapa murid-murid Kristus harus merasa bimbang, bahkan di tengah badai sekalipun, sebab Ia sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
- VI. Angin topan diredakan (ay. 32). Setelah Kristus naik ke perahu, tidak lama kemudian mereka pun sampai di pantai. Kristus berjalan di atas air sampai Ia tiba di perahu, kemudian masuk ke dalamnya. Padahal, sebenarnya Ia bisa saja dengan mudah berjalan terus sampai tiba di pantai. Namun, jika sarana yang lazim memang tersedia, janganlah mengharapkan mujizat. Meskipun Kristus tidak membutuhkan sarana apa pun untuk melakukan pekerjaan-Nya, Ia senang menggunakannya. Perhatikanlah, waktu Kristus naik ke perahu, Petrus ikut masuk bersama-Nya. Orang yang menyertai Kristus dalam kesabaran-Nya, akan menyertai-Nya ke dalam kerajaan-Nya juga (Why. 1:9). Orang-orang yang berjalan bersama-Nya akan memerintah bersama-Nya. Orang-orang yang menghadapi bahaya dan menderita bersama-Nya akan berjaya bersama-Nya. Lalu mereka naik ke perahu dan angin pun redalah. Angin sudah selesai dengan tugasnya, yakni untuk menguji. Dia yang telah mengumpulkan angin dalam genggamnya dan membungkus air dengan kain, Dia juga yang telah naik dan yang telah turun; dan angin badai melakukan firman-Nya (Mzm. 148:8). Bila Kristus masuk di dalam hati seseorang, Ia akan meredakan gejolak yang mengamuk di dalamnya dan menyuruh datang damai sejahtera. Sambutlah Kristus, maka deru gelombang-gelombang akan segera diredakan. Cara supaya menjadi reda adalah dengan mengetahui bahwa Dialah Allah, TUHAN yang menyertai kita.
- VII. Pemujaan terhadap Kristus karena peristiwa itu (ay. 33). Orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya, "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." Melalui kesusahan dan penyelamatan itu, mereka belajar dua hal yang baik.
- . Peristiwa ini meneguhkan iman mereka terhadap Kristus, dan sangat meyakinkan mereka bahwa dalam Dialah berdiam seluruh kepenuhan ke-Allahan, sebab tidak seorang pun kecuali Sang Pencipta alam semesta yang mampu melipatgandakan roti, tidak seorang pun kecuali Sang Penguasa yang sanggup berjalan di atas air laut. Oleh sebab itu, dengan bukti tersebut mereka membuat pengakuan iman, "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." Sebelum itu mereka sudah tahu bahwa Dia adalah Anak Allah, tetapi sekarang mereka semakin yakin lagi. Kadang-kadang iman, setelah bertentangan dengan ketidakpercayaan, akan semakin tergugah, dan akan semakin kuat melalui latihan. Sekarang mereka tahu bahwa demikianlah halnya. Perhatikanlah, sungguh baik apabila kita semakin tahu bahwa segala sesuatu yang diajarkan sungguh benar (Luk. 1:4). Iman baru bertumbuh setelah sudah merasa yakin dengan sepenuhnya, sudah melihat dengan jelas, sampai bisa berkata, Sesungguhnya itu benar.
- . Mereka memakai peristiwa itu untuk memberi kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya. Mereka bukan saja mengakui kebenaran itu, namun sungguh tersentuh olehnya. Mereka menyembah Kristus. Perhatikanlah, ketika Kristus menyatakan kemuliaan-Nya pada kita, sepantasnyalah kita mengembalikan hal itu kepada-Nya (Mzm. 50:15). Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku. Penyembahan dan pemujaan mereka kepada Kristus diungkapkan dengan kata-kata, "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." Perhatikanlah, isi pengakuan iman kita boleh dan bahkan harus dijadikan isi pujian kita. Iman adalah dasar bagi penyembahan yang benar, sedangkan penyembahan adalah hasil murni yang sungguh keluar dari iman. Barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya, dan barangsiapa percaya pada Allah, ia akan datang kepada-Nya (Ibr. 11:6).
Matthew Henry: Mat 14:34-36 - Orang-orang Genesaret Datang Berbondong-bondong kepada Kristus Orang-orang Genesaret Datang Berbondong-bondong kepada Kristus (14:34-36)
Di sini diceritakan tentang banyak mujizat yang diadakan Kristus di seber...
Orang-orang Genesaret Datang Berbondong-bondong kepada Kristus (14:34-36)
- Di sini diceritakan tentang banyak mujizat yang diadakan Kristus di seberang danau, yakni di tanah Genesaret. Ke mana pun Kristus pergi, Ia selalu berbuat baik. Tanah Genesaret terletak di antara Betsaida dan Kapernaum, dan nama itu dipakai sebagai atau diambil dari nama laut yang dalam Lukas 5:1 disebut danau Genesaret yang berarti lembah percabangan. Perhatikanlah di sini:
- I. Kesigapan dan iman orang-orang di tempat itu. Mereka ini berasal dari keturunan yang lebih ningrat dibandingkan orang Gadara, tetangga mereka yang juga berbatasan dengan danau itu. Orang Gadara mendesak Kristus supaya Ia meninggalkan daerah mereka dan tidak memberi-Nya kesempatan. Orang-orang Genesaret mendesak-Nya untuk menolong mereka. Mereka membutuhkan Dia. Kristus menganggap sikap menggunakan pertolongan-Nya itu sebagai penghormatan terbesar yang bisa kita berikan kepada-Nya. Di sini kita diberi tahu:
- . Bagaimana orang-orang di tempat itu dibawa kepada Kristus. Yesus dikenal oleh mereka. Mungkin peristiwa ajaib mengenai Yesus berjalan di atas air, setelah disebarkan dengan giat oleh mereka yang pada waktu itu berada di atas perahu, telah membantu membuka jalan bagi-Nya untuk mengadakan banyak mujizat di daerah itu. Mungkin juga ini adalah satu hal yang diniatkan Kristus, sebab perbuatan-Nya selalu mempunyai maksud dan tujuan yang luas. Mereka tahu tentang hal ini, dan juga mujizat-mujizat lain yang diadakan Kristus, dan itulah sebabnya mereka berbondong-bondong datang kepada-Nya. Perhatikanlah, mereka yang mengenal nama Kristus akan menyampaikan permohonan kepada-Nya. Seandainya Kristus dikenal dengan lebih baik, Ia tidak akan diabaikan. Ia akan dipercayai sama seperti Ia dikenal. Ia dikenal oleh mereka. Artinya, Ia berada di antara mereka, dan Ia akan berada di tengah mereka untuk sementara waktu. Perhatikanlah, kemampuan melihat peluang adalah langkah yang baik untuk memanfaatkan peluang itu. Inilah hukuman terhadap dunia, bahwa Kristus telah ada di dalam dunia, tetapi dunia tidak mengenal-Nya (Yoh. 1:10). Yerusalem pun tidak mengenal-Nya (Luk. 19:42), kecuali beberapa orang yang ketika Dia berada bersama mereka, mengenal Dia. Lebih baik mengetahui bahwa sekarang sedang ada seorang nabi di tengah kita daripada hanya mengetahui bahwa dahulu pernah ada seorang nabi (Yeh. 2:5).
- . Bagaimana mereka membawa orang lain kepada Kristus, dengan cara memberi tahu para tetangga bahwa Kristus datang ke daerah itu. Mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Perhatikanlah, Orang-orang yang mengenal Kristus secara pribadi seharusnya melakukan apa saja untuk membawa orang lain berkenalan dengan-Nya juga. Janganlah kita menikmati sendiri makanan rohani ini. Di dalam Kristus ada cukup banyak bagi kita semua, jadi tidak ada gunanya memiliki-Nya untuk diri sendiri. Jika kita mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki jiwa, kita harus mengajak sebanyak mungkin orang untuk berbagi dengan mereka. Akan ada banyak orang, lebih dari perkiraan kita, yang akan mendapatkan peluang kalau saja mereka diajak. Mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu, sebab itu adalah daerah mereka sendiri, dan mereka menginginkan kesejahteraan bagi daerah mereka sendiri. Perhatikanlah, tidak ada cara yang lebih baik untuk menyatakan cinta kepada negeri selain dengan memajukan dan menyebarkan pengenalan akan Kristus. Lingkungan tetangga merupakan peluang untuk berbuat kebaikan yang harus terus ditingkatkan. Kita harus berusaha melakukan sesuatu bagi orang-orang yang dekat dengan kita, setidaknya melalui teladan kita, untuk membawa mereka kepada Kristus.
- . Urusan mereka dengan Kristus; bukan saja, atau bukan terutama untuk memperoleh pengajaran, melainkan supaya orang-orang sakit disembuhkan. Semua orang yang sakit dibawa kepada-Nya. Kalaupun kasih terhadap Kristus dan pengajaran-Nya tidak dapat membawa mereka kepada-Nya, cinta kepada diri sendiri ternyata dapat. Kalau kita mencari hal-hal yang benar untuk diri kita, yaitu hal-hal yang membawa ketenteraman dan kesejahteraan, carilah itu dari Kristus. Kita menghormati dan menyenangkan hati-Nya bila kita meminta anugerah dan kebenaran yang berasal dari-Nya. Perhatikanlah, Kristus adalah Pribadi yang cocok untuk didatangi kalau kita mau membawa orang sakit. Kepada siapa lagi mereka harus datang, kecuali kepada Sang Tabib, Sang Surya Kebenaran, yang mempunyai kesembuhan pada sayapnya?
- . Bagaimana mereka menyampaikan permohonan kepada-Nya. Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya (ay. 36). Mereka menyampaikan permohonan kepada-Nya:
- (1) Dengan sikap yang mendesak, mereka memohon kepada-Nya. Kita boleh memohon dengan sangat untuk disembuhkan, bila Allah melalui hamba-hamba-Nya menyatakan kepada kita bahwa kita akan disembuhkan. Perhatikanlah, perkenan dan berkat terbesar dapat diperoleh dari Kristus melalui permohonan yang sangat mendesak. Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.
- (2) Dengan rendah hati; mereka datang kepada-Nya sebagai orang yang merasakan betapa jauhnya mereka dari Dia, jadi mereka memohon kepada-Nya dengan rendah hati agar Dia mau menolong mereka. Keinginan mereka untuk menjamah jumbai jubah-Nya menyiratkan bahwa mereka menganggap diri tidak layak diperhatikan oleh-Nya, bahwa mereka merasa tidak layak kalau Dia mengeluarkan sepatah kata mengenai masalah mereka, apalagi sampai menjamah mereka supaya sembuh. Namun, mereka akan menganggapnya sebagai anugerah yang luar biasa bila Dia mengizinkan mereka menjamah jumbai jubah-Nya. Bangsa timur menunjukkan rasa hormat kepada raja-raja mereka dengan cara mencium ujung lengan atau jumbai jubah mereka.
- (3) Dengan penuh keyakinan akan kuasa-Nya yang sangat mencukupi, mereka tidak ragu sedikit pun bahwa mereka akan disembuhkan, meskipun hanya dengan menjamah jumbai jubah-Nya. Mereka akan menjalin hubungan dengan-Nya melalui tindakan sekecil apa pun seperti yang mereka lakukan itu. Mereka tidak mengharapkan Dia menggerakkan tangan-Nya ke atas bagian tubuh yang sakit seperti yang diharapkan Naaman (2Raj. 5:11). Mereka merasa yakin bahwa di dalam diri-Nya mengalir kepenuhan yang mampu menyembuhkan, sehingga mereka tidak akan gagal mendapat kesembuhan asal berada di dekat-Nya saja. Di daerah dan di sekitarnyalah perempuan yang menderita pendarahan itu telah disembuhkan dengan menjamah jumbai jubah-Nya, dan dipuji karena imannya itu (9:20-22). Setelah peristiwa perempuan itu mereka mungkin mengambil kesempatan untuk menyampaikan permohonan mereka itu. Perhatikanlah, pengalaman orang lain dalam mengikut Kristus bisa berguna, baik untuk mengarahkan maupun untuk mendorong kita agar mengikuti-Nya. Sungguh baik untuk menggunakan sarana dan cara yang telah sangat bermanfaat bagi mereka yang telah menggunakannya sebelum kita.
- II. Buah dan hasil permohonan mereka kepada Kristus. Sungguh tidak sia-sia bila anak cucu Yakub ini mencari Dia, sebab semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh. Perhatikanlah,
- . Penyembuhan yang dilakukan Kristus adalah penyembuhan yang sempurna. Mereka yang disembuhkan Kristus, disembuhkan-Nya dengan sempurna. Ia tidak pernah bekerja setengah-setengah. Walaupun kesembuhan rohani pada awalnya belum sempurna, tidak diragukan lagi bahwa Ia, yang memulai pekerjaan yang baik, akan meneruskannya sampai pada akhirnya (Flp. 1:6).
- . Dalam diri Kristus terdapat kuasa kesembuhan berlimpah bagi semua orang yang menyampaikan permohonan kepada-Nya, tidak peduli sebanyak apa pun. Minyak yang baik yang dituang ke atas kepala-Nya itu meleleh ke leher jubahnya (Mzm. 133:2). Bagian pada diri Kristus yang paling tidak penting sekalipun, seperti misalnya jumbai jubah-Nya, dilengkapi dengan kepenuhan anugerah-Nya yang berlimpah, dan Ia sanggup menyelamatkan dengan sempurna.
- . Kuasa kesembuhan dalam diri Kristus keluar demi kebaikan orang-orang yang telah menjamah-Nya dengan iman yang sejati dan hidup. Kristus berada di sorga, tetapi perkataan-Nya ada pada kita, begitu pula diri-Nya sendiri ada dalam perkataan itu. Bila kita menggabungkan iman dengan firman Allah, menerapkannya pada diri kita sendiri, mengandalkan diri padanya, dan berserah kepada pengaruh dan perintahnya, maka kita sudah menjamah jumbai jubah Kristus. Dan cukup dengan menjamah saja kita akan dipulihkan. Kesembuhan rohani ditawarkan Kristus berdasarkan persyaratan yang semudah itu, supaya orang dapat benar-benar mengatakan bahwa Ia menyembuhkan dengan cuma-cuma. Dengan demikian, jika jiwa kita mati karena luka-luka yang dideritanya, ini bukan disebabkan oleh Sang Tabib kita, bukan karena ketiadaan kemampuan atau kehendak dalam diri-Nya, melainkan sepenuhnya karena ulah kita sendiri. Dia mampu dan mau menyembuhkan kita, tetapi kitalah yang tidak mau disembuhkan; demikianlah, darah kita tertanggung di atas kepala kita sendiri.
SH: Mat 14:13-36 - Kepekaan dan pelayanan. (Rabu, 11 Maret 1998) Kepekaan dan pelayanan.
Yesus peka terhadap berbagai keadaan di sekitarnya. Kepekaan itu timbul dari belas kasih yang mendasar dalam diri Yesus. Ia m...
Kepekaan dan pelayanan.
Yesus peka terhadap berbagai keadaan di sekitarnya. Kepekaan itu timbul dari belas kasih yang mendasar dalam diri Yesus. Ia melayani orang banyak (ayat 14). Berbeda dengan para murid-Nya. Mereka tidak memiliki kepekaan akan sekitarnya. Tanpa belas kasih dan iman, mereka merasa tidak sanggup memberi makan orang banyak. Di mana saja ada belas kasihan, di situ ada kepekaan yang terwujud dalam pelayanan. Dan, di mana ada pelayanan, di situ ada berkat yang mengalir dengan limpah.
Tuhan Yesus yang peka dan menguasai serta mengatasi segala sesuatu. Dia tidak membiarkan para murid dipermainkan gelombang dan ketakutan. Ia mendatangi mereka, namun para murid yang tidak peka itu tidak mengenali-Nya, bahkan mengira-Nya hantu. Begitulah manusia bila dilepas dalam kondisi dirinya sendiri yang terbatas dan berdos, tanpa terang firman Tuhan kita tidak mampu membedakan Tuhan dan hantu. Tidak stabil iman dan pengharapannya.
Renungkan: Hanya belas kasihan dan kuasa Tuhan sajalah yang dapat memberi kita hati yang melihat dan memiliki kepekaan mengenal Dia dengan benar.
Doa: Tuhan Yesus, berilah kami kepekaan akan sekitar kami; dan biarlah berkat mengalir dari pelayanan kami.
SH: Mat 14:13-36 - Pemahaman awal yang membatasi pengenalan selanjutnya (Sabtu, 10 Februari 2001) Pemahaman awal yang membatasi pengenalan selanjutnya
Kadang-kadang pertemuan pertama dengan seseorang
memberikan penilaian tertentu dan tidak jarang...
Pemahaman awal yang membatasi pengenalan selanjutnya
Kadang-kadang pertemuan pertama dengan seseorang memberikan penilaian tertentu dan tidak jarang membuat kita malas mengadakan pertemuan selanjutnya. Sebaliknya bila pertemuan awal dengan seseorang memberikan kesan positif, membuat kita begitu antusias untuk mengadakan pertemuan demi pertemuan selanjutnya. Para murid telah bertemu dan bersama Yesus beberapa lamanya, tetapi masih memiliki pemahaman awal sehingga membatasi pengenalan selanjutnya. Para murid masih mengenal- Nya sebagai Guru, manusia biasa.
Yesus ingin para murid-Nya semakin mengenal-Nya, bukan hanya sebagai Guru, tetapi sebagai Anak Manusia dan Mesias yang dinantikan.
Pertama, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan bagi kebutuhan jasmani sehari-hari (ayat 17-21). Sebelumnya murid-murid mengenal-Nya sebagai Guru yang berkuasa atas segala penyakit. Mereka tidak pernah mengira bagaimana Yesus dapat melipatgandakan 5 roti dan 2 ikan sehingga memuaskan beribu-ribu orang. Pemahaman awal bahwa Yesus hanya sebagai Tabib telah membatasi para murid untuk menyerahkan 5 roti dan 2 ikan pada kuasa Yesus.
Kedua, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah yang berkuasa atas alam (ayat 25-33). Ketika mereka berada di tengah kegelapan malam, di tengah ombak angin sakal, mereka terkejut dan sangat ketakutan melihat Seorang berjalan di atas air. Pemahaman mereka bahwa setan yang biasa melakukan hal-hal yang supranatural telah membatasi pengenalan mereka akan Yesus. Tak seorang murid pun mengenali Yesus. Baru setelah Yesus menyatakan diri-Nya, maka semuanya tenang.
Ketiga, Yesus menyatakan bahwa hanya bersama Dia maka mereka dapat mengatasi ketakutan, kekuatiran, dan pergumulan hidup. Petrus mulai tenggelam ketika mengalihkan perhatiannya bukan lagi kepada Yesus tetapi kepada gelombang, sehingga merasakan bahwa ia sendirian menghadapi tiupan angin dan gelombang.
Pengenalan akan Yesus seharusnya merupakan proses yang dinamis, bila kita tidak membatasinya dengan pemahaman awal yang salah. Tidak ada sesuatu pun yang mustahil bagi-Nya dari dulu, kini, dan selama- lamanya. Ia adalah Allah yang dinamis, yang tidak terbatas, yang selalu baru, dan yang kekal. Renungkan: Pemahaman-pemahaman awal apakah yang seringkali membatasi pengenalan kita akan Dia?
SH: Mat 14:13-21 - Hati yang peka (Minggu, 6 Februari 2005) Hati yang peka
Yesus peka akan keadaan orang banyak. Mereka kekurangan makanan.
Timbullah belas kasihan Yesus. Jika pada Markus 6:34 belas
...
Hati yang peka
Yesus peka akan keadaan orang banyak. Mereka kekurangan makanan. Timbullah belas kasihan Yesus. Jika pada Markus 6:34 belas kasihan Yesus timbul karena orang banyak seperti domba tanpa gembala, di sini belas kasihan Yesus muncul karena kebutuhan fisik. Orang banyak tidak mempunyai makanan. Yesus juga peka akan pendengar-pendengar-Nya. Meski jumlah mereka banyak, Ia masih memiliki waktu dan kesempatan untuk berbicara dan melayani mereka secara pribadi.
Siapa yang harus memberi mereka makan? Yesus melibatkan para murid. Yesus berhati peka, dan Ia ingin para murid-Nya pun peka bahkan sedia memberi. Murid-murid hanya memiliki lima roti dan dua ikan. Jelas tidak cukup untuk lebih lima ribu orang (ayat 21). Masih dibutuhkan sedikitnya 5000 roti dan 5000 ikan. Jumlah yang mustahil. Akan tetapi, di hadapan Yesus bukan jumlah yang membuat mustahil atau tidak. Segala hal yang dipersembahkan kepada-Nya, diterima-Nya, diberkati, dilipatgandakan. Hasilnya? Lima roti dan dua ikan yang telah diberkati Yesus itu membuat semua orang kenyang. Bahkan ada sisa 12 bakul.
Tidak cukup kita memiliki Yesus, kita harus juga membagi keberkatan dalam Yesus itu kepada sesama kita yang berkekurangan. Terlibat dalam berbagai pelayanan rohani memang baik, tetapi itu tidak boleh membuat kita beralasan untuk mengabaikan kebutuhan dalam hal materiil yang dialami banyak orang di sekitar kita. Krisis berkepanjangan di Indonesia menyebabkan banyak saudara-saudara kita kekurangan gizi dan nutrisi. Berilah mereka makan. Caranya? Salah satunya adalah dengan memberikan pelatihan yang memberdayakan mereka sehingga terbuka kesempatan untuk mencari makanan sendiri. Tanpa pemberdayaan ini mereka akan terus kelaparan.
Renungkan: Masihkah ada potensi dan milik yang Anda genggam sendiri dan tidak rela Anda serahkan untuk Yesus pakai memberkati orang lain?
SH: Mat 14:13-21 - Berbelas kasihan (Rabu, 10 Februari 2010) Berbelas kasihan
"Belas kasihan", itulah yang membedakan Yesus dan para murid dalam
kisah ini. Belas kasihan adalah rasa simpati dan perhatian b...
Berbelas kasihan
"Belas kasihan", itulah yang membedakan Yesus dan para murid dalam kisah ini. Belas kasihan adalah rasa simpati dan perhatian bagi orang yang sedang membutuhkan. Suatu emosi mendalam yang tertuju pada orang yang sedang mengalami kesakitan, kemiskinan, atau keputusasaan.
Belas kasihan inilah yang menggerakkan Yesus untuk menyembuhkan orang sakit yang mendatangi Dia. Padahal waktu itu Ia bermaksud menyendiri. Belas kasihan pula yang membuat Yesus memberi makan lima ribu orang.
Namun bagaimana dengan para murid? Mereka melihat bahwa orang banyak itu perlu makan. Maka mereka meminta Yesus untuk menyuruh orang-orang itu pergi mencari makanan. Sekilas permintaan itu menyiratkan adanya perhatian pada orang lain. Namun jadi ironis karena mereka ingin orang banyak itu pergi, justru saat Yesus ingin menolong mereka. Para murid memang perlu memiliki belas kasihan terhadap orang lain. Mereka seharusnya meminta Yesus untuk melakukan sesuatu dan bukan menyuruh orang banyak itu pulang.
Tentu Yesus tidak mau menyuruh orang banyak itu pulang. Ia justru menyuruh para murid untuk memberi mereka makanan (ayat 16). Perhatian para murid terhadap kebutuhan orang memang baik, tetapi tak cukup sampai di situ. Lakukan sesuatu untuk memberi mereka makan! Sayang tak cukup makanan untuk memberi makan lima ribu orang lebih! Namun apa yang mereka miliki kemudian menjadi berkat bagi orang banyak ketika diserahkan ke tangan Yesus.
Sebagai murid Yesus di masa kini, hendaknya kita juga memiliki belas kasihan. Jika kita melihat yang miskin, yang lapar, atau yang butuh pertolongan, dan kita digerakkan oleh belas kasihan maka kita harus menolong mereka. Mungkin kita tidak punya banyak, tetapi seberapa pun itu pasti lebih banyak daripada yang dimiliki orang yang sedang membutuhkan itu. Jangan pernah terpikir oleh kita bahwa jika kita memberi maka orang itu akan jadi malas dan bergantung pada kita.
SH: Mat 14:13-36 - Hati yang peduli (Jumat, 8 Februari 2013) Hati yang peduli
Di tengah-tengah dunia yang individualistik, orang Kristen dipanggil untuk menyatakan kepedulian, meneladani Yesus. Sebenarnya Yesus...
Hati yang peduli
Di tengah-tengah dunia yang individualistik, orang Kristen dipanggil untuk menyatakan kepedulian, meneladani Yesus. Sebenarnya Yesus dan murid-murid ingin menenangkan diri di tempat yang sunyi. Namun, melihat antusias orang banyak, Yesus menunjukkan belas kasihan-Nya dan menyembuhkan mereka yang sakit (5, 34-36).
Yesus juga peduli terhadap kebutuhan jasmani orang banyak. Ia mendorong para murid untuk peduli dan bertindak. Saat para murid menganggap diri tidak mungkin melakukan sesuatu yang signifikan dengan sumber daya yang sangat sedikit (17), Yesus membuatnya menjadi mungkin. Mereka belajar menyerahkan yang sedikit itu ke dalam tangan Yesus yang berkuasa. Dia akan memberkati yang sedikit untuk kelimpahan bagi orang banyak. Para murid yang melayani pun mendapat bagian (20).
Yesus bisa memiliki hati peduli karena Ia hidup dekat dengan Bapa (23) dan mengerti tujuan misi-Nya. Ia bukan hanya peduli terhadap orang banyak, tetapi juga murid-murid-Nya yang sedang mengalami kesulitan karena angin badai dan gelombang. Ia menghampiri mereka dengan berjalan di atas air agar mereka tahu bahwa Ia juga berkuasa atas alam, sehingga mereka tidak perlu takut. Ia juga mengajar mereka untuk fokus kepada Dia, melalui mengizinkan Petrus ikut berjalan di atas air. Dengan fokus kepada-Nya mereka akan sanggup mengatasi gelombang kehidupan. Mereka akhirnya mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh Anak Allah (33).
Mari kita belajar meneladani Tuhan Yesus agar selalu peduli terhadap kebutuhan sesama kita. Bila kita merasa potensi dan kekuatan kita tidak seberapa untuk melakukannya, mari kita datang dan serahkan semua itu kepada Tuhan Yesus, maka Ia sanggup melipatgandakan dan memakai kita menjadi saluran berkat. Terlebih lagi, bila kita sendiri mengalami berbagai kesulitan, masalah, dan gelombang kehidupan, janganlah takut, tetapi serahkanlah kepada Tuhan Yesus, maka Ia yang berkuasa atas sakit penyakit dan alam akan menolong dan memberi jalan keluar kepada kita.
SH: Mat 14:13-21 - Tergerak oleh Belas Kasihan (Rabu, 15 Februari 2017) Tergerak oleh Belas Kasihan
Yesus pergi ke tempat sunyi. Untuk apa? Tentunya mencari keheningan. Bisa jadi untuk beristirahat sejenak, atau sembari m...
Tergerak oleh Belas Kasihan
Yesus pergi ke tempat sunyi. Untuk apa? Tentunya mencari keheningan. Bisa jadi untuk beristirahat sejenak, atau sembari merenungi kematian Yohanes Pembaptis yang masih kerabat-Nya. Namun, kondisi tiba-tiba berubah drastis karena banyak orang berbondong-bondong mendatangi Dia. Kira-kira 5.000 orang laki-laki, belum termasuk kaum perempuan dan anak-anak. Melihat orang sebanyak itu, hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Menyingkirkan permasalahan pribadi-Nya, Yesus menyembuhkan yang sakit, bahkan juga memikirkan kebutuhan jasmani orang-orang tersebut.
Pada sisi kemanusiaan-Nya, Yesus merasakan apa yang dirasakan oleh manusia pada umumnya. Dukacita atas meninggalnya Yohanes Pembaptis merupakan hal yang manusiawi. Tetapi, Yesus tidak membiarkan diri-Nya larut oleh perasaan-Nya. Dia tetap berkarya karena belas kasihan-Nya kepada orang banyak. Dia sungguh-sungguh mempraktikkan ajaran-Nya, yaitu menyangkal diri. Dia menyangkal keberadaan-Nya yang sedang butuh hiburan dan waktu untuk menyepi serta merenung. Dia memilih untuk berkarya bagi banyak orang.
Banyak jenis pekerjaan yang membutuhkan pengabdian dan kerelaan untuk menyingkirkan kepentingan diri sendiri, seperti: bidan, dokter, pemadam kebakaran, penanggulangan bencana, pejabat pemerintah, dan lainnya. Jabatan tersebut menuntut tanggung jawab yang besar. Contohnya, seorang wanita yang akan melahirkan tidak bisa ditunda oleh bidan maupun dokter. Rumah yang kebakaran harus segera dipadamkan apinya oleh petugas pemadam kebakaran (Damkar). Mereka harus siap sedia bekerja siang dan malam demi memenuhi tugas dan tanggung jawab mereka untuk melayani masyarakat.
Orang percaya dipanggil Allah untuk menjadi terang dan garam dunia. Adakah belas kasihan kita masih terasah saat melihat kondisi yang membutuhkan uluran tangan kita? Siapkah kita meninggalkan zona kenyamanan demi meneladani Kristus yang adalah sumber dan pusat hidup dari perbuatan baik kita. [THIE]
SH: Mat 14:13-36 - Kembalikan Fokus Kita! (Sabtu, 30 Januari 2021) Kembalikan Fokus Kita!
Banyak orang rela menempuh perjalanan darat demi bertemu dengan Tuhan Yesus. Alkitab mencatat bahwa mereka tiba lebih awal dar...
Kembalikan Fokus Kita!
Banyak orang rela menempuh perjalanan darat demi bertemu dengan Tuhan Yesus. Alkitab mencatat bahwa mereka tiba lebih awal daripada Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka berjalan dengan membawa berbagai harapan terhadap Yesus. Demikian pula yang terjadi di Genesaret.
Yesus tergerak hati-Nya oleh perjuangan dan harapan orang banyak, sehingga Dia kemudian menyembuhkan mereka yang sakit. Kekhawatiran pun muncul di tengah para murid. Hari yang mulai gelap dan tempat yang terpencil membuat para murid berpikir untuk menyuruh orang banyak itu pergi ke desa-desa terdekat. Bukannya menyuruh orang banyak itu pergi, Yesus justru menyuruh murid-murid-Nya untuk memberi mereka makan.
Yesus bukannya tidak mengetahui apa yang menjadi kekhawatiran para murid. Sesungguhnya, Yesus sedang mengembalikan fokus mereka kepada hal yang paling utama. Yesus menyadarkan para murid, dari yang semula khawatir menjadi lebih berfokus kepada kehendak Allah. Dengan demikian, mereka bisa lebih mengenal Yesus--Sang Anak Allah--dengan benar.
Ajaran Yesus kepada para murid juga berlaku untuk kita. Apa yang kita lakukan saat sedang khawatir? Apakah kita mencari kehendak Allah atau kita mengandalkan diri sendiri?
Kenyataannya, kita sering kali lebih mengandalkan dan memercayai apa yang dilihat oleh mata kita yang terbatas. Setelah indera penglihatan kita terpuaskan, baru kemudian kita datang kepada Tuhan. Jadi, sebenarnya kita datang bukan untuk mencari kehendak-Nya tetapi justru menyuruh Allah untuk melakukan sesuatu bagi kita. Dari hal yang tidak tepat inilah kita perlu bertobat.
Firman Tuhan kali ini mengingatkan kita bahwa kehendak Allah harus menjadi hal yang utama. Pada saat kekhawatiran mulai datang mengganggu kita, marilah kita kembali berfokus kepada kehendak Allah. Kita tidak lagi menyerah pada tuntutan-tuntutan yang memuaskan indera kita. Percayalah bahwa di balik setiap peristiwa ada kehendak Allah yang ingin dinyatakan di dalam perjalanan hidup kita. [MAR]
Baca Gali Alkitab 5
Matius memperlihatkan adanya hubungan antara kematian Yohanes Pembaptis dengan penolakan terhadap Tuhan Yesus. Matius bercerita menggunakan alur sorot-balik, yaitu menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi sebelum peristiwa yang sedang berlangsung. Jadi, ucapan Herodes pada ayat 2 menjadi latar belakang peristiwa kematian Yohanes Pembaptis yang diceritakan selanjutnya pada ayat 3-12.
Kematian Yohanes Pembaptis berkaitan dengan Herodias. Yohanes Pembaptis berani menegur Herodes. Kemudian, Herodias membuat permintaan setelah menari di hari ulang tahun Herodes. Permintaan Herodias muncul oleh karena hasutan ibunya. Setelah Yohanes Pembaptis meninggal dunia, murid-muridnya datang mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu, mereka memberitahukan peristiwa itu kepada Tuhan Yesus.
Apa saja yang Anda baca?
1. Berita tentang siapakah yang sampai kepada Herodes dan apa kata Herodes tentang Yohanes Pembaptis? (1-2)
2. Siapa yang memerintahkan untuk memenjarakan Yohanes Pembaptis dan apa alasannya? (3-4)
3. Sebutkan alasan-alasan yang menyebabkan kematian Yohanes Pembaptis? (5-11)
4. Bagaimana tanggapan para murid Yohanes Pembaptis setelah mengetahui kematian gurunya? (12)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apakah Anda pernah mengalami peristiwa difitnah oleh orang lain sehingga menjadi terancam? Uraikanlah!
2. Apakah Anda yakin mampu menyuarakan kebenaran meskipun dalam keadaan terancam? Bagaimana Anda menjelaskannya?
Apa respons Anda?
1. Bagaimana cara Anda mengelola amarah ketika menghadapi tekanan?
Pokok Doa:
Permohonan kepada Tuhan untuk mampu bertindak benar dalam kondisi dan situasi apa pun.
SH: Mat 14:22-36 - Kebutuhan untuk berdoa (Senin, 7 Februari 2005) Kebutuhan untuk berdoa
Yesus mengambil waktu untuk berdoa secara pribadi kepada Allah.
Yesus naik ke atas bukit seorang diri (ayat 23). Jika Yes...
Kebutuhan untuk berdoa
Yesus mengambil waktu untuk berdoa secara pribadi kepada Allah. Yesus naik ke atas bukit seorang diri (ayat 23). Jika Yesus merasa doa merupakan bagian penting dalam pelayanan-Nya, siapakah kita sehingga masih memandang remeh doa?
Murid-murid berada beberapa mil jauhnya dari pantai. Malam gelap. Meski berada di bukit tidak ada kemungkinan Yesus melihat dengan jelas situasi murid-murid. Tetapi, apakah Yesus tidak tahu keadaan murid-murid yang sedang diombang-ambing gelombang? Yesus tahu. Itulah sebabnya Ia segera mendatangi murid-murid yang sedang berjuang melawan gelombang. Ketika melihat ada manusia berjalan di atas air, wajar saja jika murid-murid berteriak hantu. Yesus menyatakan diri-Nya dengan ungkapan penting Allah dalam PL yakni `Inilah Aku' (ego eimi 27). Istilah ini bukan hanya identifikasi diri tetapi penyingkapan ke-Allah-an Yesus.
Untuk memastikan bahwa Yesuslah yang dilihat murid-murid, Petrus memberanikan diri menyapa-Nya (ayat 28). Petrus meminta Yesus memerintahkannya untuk datang kepada-Nya dengan berjalan di atas air. Permintaan Petrus dikabulkan Yesus (ayat 29), Petrus berjalan di atas air mengalami kuasa Yesus. Petrus berjalan di atas air bergelombang. Sesaat kemudian timbul ketakutannya. Petrus meragukan perintah Yesus dan kuasa Yesus yang sudah dialaminya, meski sesaat. Dalam situasi demikian tidak ada cara lain kecuali berteriak memohon pertolongan Yesus. `Tuhan, tolonglah aku!'
Inilah doa Petrus. Singkat dan mendesak. Uluran tangan Yesus menyelamatkan Petrus. Yesus menegur Petrus yang sesaat menjadi goyah iman (ayat 31), gelombang menjadi reda, murid-murid menyembah-Nya. Goncangan dan gelombang kehidupan adalah latihan iman dan kesempatan untuk berdoa. Tak satu kejadian pun dalam hidup kita luput dari perhatian dan kasih-Nya.
Renungkan: Dalam doa kita akan mengalami lebih nyata pengakuan iman bahwa `Yesus adalah Anak Allah'.
SH: Mat 14:22-36 - Yesus, Penguasa alam semesta (Kamis, 11 Februari 2010) Yesus, Penguasa alam semesta
Orang Israel menganggap laut/danau sebagai teritorial kuasa jahat.
Maka diombang-ambingkan badai ketika berada di d...
Yesus, Penguasa alam semesta
Orang Israel menganggap laut/danau sebagai teritorial kuasa jahat. Maka diombang-ambingkan badai ketika berada di danau saat malam gelap merupakan hal yang mengerikan. Seolah berhadapan dengan si jahat sendiri.
Namun yang lebih menakutkan adalah saat melihat sesosok tubuh berjalan di atas air mengamuk pada jam tiga pagi. Bayangkan air sedang bergejolak, tetapi ada orang yang berjalan dengan tenang di atasnya. Siapa yang tak akan takut? Tak heran bila para murid mengira sosok itu adalah hantu. Mereka tak mengira bahwa Yesus adalah Guru mereka, yang telah melakukan mukjizat penyembuhan dan memberi makan ribuan orang, ternyata bisa juga menunjukkan mukjizat berjalan di atas air yang dilanda badai. Maka begitu Yesus memberitahu siapa Dia, para murid pun menjadi tenang (ayat 27). Memang tidak ada alasan untuk takut bila Yesus hadir.
Penyataan Yesus membuat Petrus merespons dengan meminta Yesus membiarkan dia berjalan di atas air. Namun mengapa di tengah langkahnya menghampiri Yesus, ia mulai tenggelam? Karena fokus Petrus bergeser dari melihat kepada Yesus menjadi melihat kepada gelombang ganas yang ada di sekelilingnya. Syukur, di saat rasa takut mulai menguasai dirinya, ia berseru pada Sang Guru (ayat 30) sehingga segera di-tolong Yesus. Di sini kita belajar arti kata iman. Iman berarti percaya dan memercayakan diri pada Tuhan Yesus. Petrus memang sudah percaya, tetapi dalam peristiwa ini ia belajar memercayakan diri hanya kepada Yesus. Para murid pun belajar mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh Anak Allah.
Memang saat kita melihat lautan kehidupan yang bergelora, kita merasa kerdil dan tak berdaya. Pertahankan terus melihat kepada Yesus lewat doa dan firman. Jangan sekali-kali membiarkan diri dibelokkan perhatian kepada situasi dunia. Kalaupun sesaat kita goyah karena dunia ini, cepat-cepat berseru kepada-Nya agar Dia segera menolong. Sesungguhnya Dia adalah Penguasa alam semesta dan semua isinya. Bersandar pada Dia, pasti kita tidak akan kecewa.
SH: Mat 14:22-36 - Masalah Memburamkan "Penglihatan" (Kamis, 16 Februari 2017) Masalah Memburamkan "Penglihatan"
Sekitar jam tiga malam, di tengah angin sakal ada seorang manusia berjalan di atas air. Para murid Yesus sangat ket...
Masalah Memburamkan "Penglihatan"
Sekitar jam tiga malam, di tengah angin sakal ada seorang manusia berjalan di atas air. Para murid Yesus sangat ketakutan karena mereka menduga bahwa sosok itu adalah hantu. Namun, Yesus menenangkan mereka. Saat Petrus diberi kesempatan untuk berjalan di atas air, tiupan angin menyebabkan ia takut dan mulai tenggelam. Yesus menyebutnya sebagai orang yang kurang percaya.
Seharusnya para murid Yesus hafal wajah guru mereka, namun kondisi saat itu tidak memungkinkan mereka mengenali Yesus. Malahan mereka menduga sosok yang datang mendekat ke perahu mereka adalah hantu. Petrus tentu juga mengenal kuasa Yesus sehingga berani meminta diizinkan berjalan di atas air. Namun, tiupan angin membuat Petrus takut dan mulai tenggelam. Tampaknya kondisi yang berat "membutakan" para murid. Mereka tak mengenali Yesus di tengah angin sakal. Petrus seharusnya yakin karena dia berjalan menuju Yesus. Namun nyatanya, tiupan angin menggoyahkan imannya.
Setibanya di Genesaret, orang banyak mengenali Yesus dan banyak orang sakit yang datang kepada-Nya minta tolong untuk disembuhkan.
Permasalahan bisa membuat orang tak jernih dalam memandang kondisinya. Misalnya, Orang yang sedang berada di tengah permasalahan ekonomi bisa lupa akan karya Tuhan dalam hidupnya. Saat ekonomi terpuruk, bisa saja orang ini merasa bahwa Tuhan tidak mengasihi dia dan keluarganya. Hal yang sama dapat terjadi bagi orang yang menderita sakit menahun. Mereka bisa lupa bahwa Tuhan tidak tertidur dan tetap berkarya menguatkan dan meneguhkan mereka. Jika sudah lupa, orang tidak lagi punya semangat melanjutkan hidup, bisa jadi mencari jalan lain di luar kuasa Tuhan.
Bagaimana dengan pengalaman kita masing-masing? Apakah mata hati kita masih jernih sehingga dapat mengenali karya Tuhan? Ataukah permasalahan telah membutakan kita? Berdoalah supaya Tuhan memampukan kita memiliki kejernihan hati melihat hidup ini dan tidak takut menjalaninya. [THIE]
Topik Teologia: Mat 14:22 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Mujizat-mujizat sebagai Pemeliharaan Khusus dari Allah
Contoh Mujizat-mujizat
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Mujizat-mujizat sebagai Pemeliharaan Khusus dari Allah
- Contoh Mujizat-mujizat
- Mujizat di Dalam Alam
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Beribadah kepada Allah
- Contoh-contoh Beribadah
- Para Murid Beribadah kepada Allah
Topik Teologia: Mat 14:23 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Mujizat-mujizat sebagai Pemeliharaan Khusus dari Allah
Contoh Mujizat-mujizat
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Mujizat-mujizat sebagai Pemeliharaan Khusus dari Allah
- Contoh Mujizat-mujizat
- Mujizat di Dalam Alam
Topik Teologia: Mat 14:31 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Mujizat-mujizat sebagai Pemeliharaan Khusus dari Allah
Contoh Mujizat-mujizat
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Mujizat-mujizat sebagai Pemeliharaan Khusus dari Allah
- Contoh Mujizat-mujizat
- Mujizat di Dalam Alam
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Nasihat Terhadap Ketidakpercayaan
- Bimbang yang Ditegur
Topik Teologia: Mat 14:33 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Allah
Yesus Menerima Permohonan Do...
- Yesus Kristus
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
TFTWMS: Mat 14:15-21 - Yesus Memberi Makan Orang Banyak YESUS MEMBERI MAKAN ORANG BANYAK (Matius 14:15-21)
15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari...
YESUS MEMBERI MAKAN ORANG BANYAK (Matius 14:15-21)
15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." 16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." 17 Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." 18 Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." 19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. 20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. 21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
Satu-satunya mujizat Yesus yang dicatat dalam semua empat injil adalah pemberian makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan (14:15-21; Mrk. 6:35-44; Luk. 9:12-17; Yoh. 6:5-14). Hal ini menunjukkan pentingnya kejadian itu bagi para penulis injil. Pemberian makan empat ribu orang hanya disebut dalam Matius dan Markus (15:32-39; Mrk. 8:1-9).
Satu tradisi Yahudi tentang zaman mesianik mengantisipasi adanya orang-orang yang diberi makan dengan roti ajaib.3Dalam menggandakan roti, Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah Nabi yang dibicarakan oleh Musa (Ula. 18:15, 18; Yoh. 6:14). Pada zaman Musa, Allah memberi makan umat-Nya di padang gurun dengan manna, roti dari sorga (Kel. 16:1-36).4Yesus tidak hanya memberikan orang banyak itu roti lahiriah untuk dimakan, tapi Ia juga turun dari sorga sebagai roti hidup rohani. Tema ini dikembangkan dalam ceramah Yesus di dalam Injil Yohanes (Yoh. 6:26-59).
Roti dan ikan sering muncul dalam karya seni gereja mula-mula. Orang-orang Kristen itu tertarik dengan mujizat Yesus karena Allah telah memberi makan umat-Nya dengan manna di padang gurun, dan mereka sedang mengantisipasi perjamuan mesianik di akhir zaman (lihat Why. 2:17).5
Ayat 15. Alih-alih beristirahat dengan murid-murid-Nya sebagaimana yang sudah Ia rencanakan, Yesus malah menghabiskan hari itu dengan menyembuhkan orang-orang sakit dan mengajar orang banyak (14:14; Mrk. 6:34). Ketika menjelang malam, murid-murid itu meminta Yesus untuk menyuruh orang banyak itu pergi. Tempat di mana mereka berkumpul adalah tempat yang sunyi, yaitu, tidak berpenghuni (lihat komentar tentang 14:13). Selanjutnya, waktu itu sudah lewat jam makan malam. Orang banyak itu perlu membubarkan diri dan pergi ke pelbagai desa untuk membeli makanan bagi diri mereka sendiri. Kepedulian murid-murid terhadap orang banyak itu tampaknya tulus. Orang banyak itu mengikuti Yesus tanpa perencanaan dan mereka tidak membawa banyak makanan. Pada saat ini, mereka pasti lapar. Para murid itu sendiri pastinya lapar juga.
Ayat 16. Betapa terkejutnya murid-murid itu pastinya ketika Yesus berkata kepada mereka, "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." Menurut Injil Yohanes, Yesus bertanya kepada Filipus, "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" (Yoh. 6:5). Sebuah penjelasan disertakan: "Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya" (Yoh. 6:6). Filipus mungkin mengira-ngira jumlah orang dalam kerumunan itu dan menyimpulkan bahwa mereka tidak punya cukup uang untuk menyediakan makanan yang cukup bagi mereka semua (Yoh. 6:7). Menurut Markus 6:7, para murid itu berkata kepada Yesus, "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" "Karena satu dinar adalah upah sehari seorang pekerja (20:2), dua ratus dinar akan menjadi setara dengan gaji seorang pekerja untuk sekitar delapan bulan.
Sementara kekhawatiran Filipus mungkin bisa dibenarkan dan kecemasannya bisa dimengerti, namun kurangnya iman kepada Yesus tidak dapat dimaafkan. Tidak ada yang mustahil untuk Yesus lakukan.Meski murid-murid-Nya telah melihat bukti yang cukup untuk fakta ini, mereka masih ragu. Apa yang mereka lihat sebagai hambatan yang tidak dapat diatasi, Yesus lihat sebagai kesempatan untuk menunjukkan kuasa Allah dan kasih-Nya untuk orang banyak itu.
Ayat 17, 18. Yesus menanya rasul-rasul itu, "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" (Mrk. 6:38). Mereka memberitahu Dia bahwa mereka menemukan lima roti dan dua ikan. Yesus menjawab, "Bawalah ke mari kepada-Ku." Adalah "Andreas, saudara Simon Petrus," yang membawa kepada Yesus anak yang memiliki "lima roti jelai dan dua ikan." Namun begitu, ia ikut-ikutan ragu seperti Filipus, katanya, "Tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" (Yoh 6:8, 9).
Roti dan ikan merupakan makanan utama orang miskin di Galilea (7:9, 10); dua makanan ini bahkan disantap untuk sarapan (Yoh. 21:9-13). Dalam hal ini, roti anak itu terbuat dari jelai (Yoh. 6:9). Jelai dipanen di musim semi sebelum gandum (Rut 2:23). Jelai adalah biji-bijian kasar yang lebih murah daripada gandum (Why. 6:6), dan karena itu dimakan oleh sebagian besar orang yang sangat miskin. "Roti" ini sepertinya roti kecil, potongan roti yang bentuknya bulat. Ikan itu mungkin jenis kecil kecil yang ditangkap di Laut Galilea. Sementara Injil Sinoptik menggunakan kata yang umum untuk "ikan" (ijcqu÷ß, ichthus), Yohanes memiliki istilah untuk ikan yang sangat kecil (ojya÷rion, opsarion). Ikan biasanya diasinkan supaya awet.
Mujizat yang Yesus adakan itu tidak menyediakan masakan hidangan favorit, tidak ada buah eksotis, dan tidak ada anggur. Makanan yang Ia berikan menekankan pemeliharaan penyediaan Allah yang dapat diandalkan untuk memasok pelbagai kebutuhan pokok dalam keadaan tanpa harapan (lihat 6:25-34). Kejadian itu mengungkapkan bahwa Yesus, Sang Mesias, menyediakan bagi para pengikut-Nya makanan di padang gurun.6
Ayat 19. Yesus memerintahkan orang banyak itu duduk di rumput. Tugas mengatur ini dilakukan lewat tenaga murid-murid-Nya (Luk. 9:14, 15). "Duduk" (ajnakli÷nw, anaklinō) dapat lebih harfiah diterjemahkan "bersandar," seperti orang yang hendak makan (8:11). Rumput itu hijau (Mrk. 6:39), menunjukkan bahwa waktu itu adalah awal musim semi. Hal ini dikuatkan oleh fakta bahwa Paskah sudah dekat (Yoh. 6:4). Orang-orang itu "duduk … berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang" (Mrk. 6:40). Ungkapan yang Markus gunakan untuk "kelompok (prasiai prasiai÷, prasiai prasiai), secara harfiah" kelompok demi kelompok," menyiratkan bahwa kelompok seratus orang dan lima puluh orang diposisikan seperti rangkaian jalur yang teratur yang terlihat beda dengan rumput hijau.
Setelah orang-orang itu duduk di rumput, Yesus melayani sebagai tuan rumah yang menghidangkan makanan. Dalam penglihatan penuh orang-orang itu, Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu dengan tangan-Nya. Lalu, menengadah ke langit dan mengucap berkat. Melihat ke langit adalah postur umum berdoa di antara orang Yahudi (Maz. 121:1; 123:1, 2; 141:8; Luk. 18:13; Yoh. 11:41; 17:1). "Ia mengucap berkat" semata-mata berarti bahwa Yesus "mengucap syukur" (NIV) kepada Allah untuk makanan itu. Ia tidak mengubah substansi makanan itu; Ia hanya melipatgandakannya. Berkat tradisional Yahudi untuk roti adalah ini: "Terpujilah Engkau, ya Tuhan Allah kami, Raja alam semesta, yang menghasilkan roti dari bumi."7
Setelah memecah-mecahkan roti dan membagi-bagi ikan (Mrk. 6:41), Yesus memberikannya kepada murid-murid itu, dan murid-murid itu memberikannya kepada orang banyak. Penyampaian peristiwa itu sangat singkat sekali. Hanya beberapa kata yang digunakan untuk menggambarkan penggandaan roti dan ikan. William Hendriksen mengatakan, "Orang bahkan bisa mengatakan bahwa mujizat itu disiratkan ketimbang diungkapkan."8
Meskipun dalam konteks yang sangat berbeda, perkataan ("mengambil," "memberkati," "memecah-mecahkan," dan "memberikan") itu mirip dengan catatan penetapan Perjamuan Tuhan (26:26; Mrk 14:22; Luk. 22:19; 1 Kor. 11:23, 24). Tindakan Yesus itu mengingatkan kita kepada tindakan yang dilakukan setiap hari oleh ayah keluarga Yahudi. Ia akan mengambil roti, bersyukur kepada Allah atas anugerah makanan, memecah-mecahkan roti itu, dan memberikan sepotong roti kepada setiap orang yang hadir untuk dimakan.9
Ayat 20. Mereka semuanya makan sampai kenyang. Mereka bukan saja diberi cukup makanan, tapi bahkan dibuat kenyang. Ada kepercayaan umum di dunia Mediteranian kuno bahwa tuan rumah yang baik akan menyediakan makanan yang cukup sehingga tamunya tidak hanya akan makan cukup tapi juga akan masih ada makanan yang tersisa.10Yohanes 6:12 menambahkan, "Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: 'Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.'" "Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh." .
Kata yang digunakan untuk "bakul" (ko/finoß, kophinos) berbeda dari kata yang digunakan dalam kisah pemberian makan empat ribu orang (15:37). Kata yang digunakan di sini menunjukkan keranjang kecil yang digunakan oleh orang Yahudi untuk membawa roti pada perjalanan supaya mereka tidak membeli makanan dari orang-orang Kafir.11Kata yang digunakan untuk "bakul" (spuri÷ß, spuris) dalam kisah Yesus memberi makan empat ribu orang mungkin menyiratkan bakul yang cukup besar untuk menampung orang, seperti bakul yang dengannya orang-orang Kristen menurunkan Paulus dari tembok Damsyik (Kisah 9:25). Namun begitu, Leon Morris berpendapat bahwa perbedaan antara dua kata itu melibatkan bahan bakulnya ketimbang ukurannya. Penilaiannya adalah bahwa ko/finoß (kophinos) sangat kaku, mungkin seperti rotan, sedangkan spuri÷ß (spuris) terbuat dari rami atau bahan sejenisnya dan lebih lentur.12
Angka "dua belas" mengingatkan kita pada dua belas suku Israel dan dua belas rasul. Orang banyak di hadapan mereka dapat dianggap sebagai mewakili Israel yang baru. Sama seperti Allah sudah secara mujizatiah memberi makan orang Israel di padang gurun, maka Yesus juga memberi makan Israel yang baru di tempat terpencil ini. Makanan yang tersisa itu membuktikan kecukupan mujizat itu. Dengan menyuruh mereka untuk mengumpulkan makanan yang tersisa itu, Yesus mengajar para murid-Nya untuk tidak menyia-nyiakan berkat Allah (lihat Luk. 15:13).
Ayat 21. Ukuran kerumunan orang yang berkumpul pada hari itu sangatlah besar sekali: Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Sudah lazim di zaman kuno untuk menghitung orang laki-laki saja. Dalam kitab Bilangan, yang dihitung dalam sensus adalah kaum laki-laki yang berusia dua puluh tahun dan yang lebih tua—yang mampu bertempur dalam pasukan bersenjata (Bil. 1:2, 3). Yesus memberi makan lima ribu orang, yang hampir seukuran satu legiun Romawi. Orang-orang menafsirkan tindakan-Nya itu—memberi makan orang lapar dan menyembuhkan orang sakit—sebagai harta luar biasa dalam perang. Dengan pola pikir mereka, mereka bermaksud untuk "datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja" (Yoh. 6:15).
TFTWMS: Mat 14:22-23 - Yesus Berdoa Seorang Diri YESUS BERDOA SEORANG DIRI (Matius 14:22, 23)
22 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang,...
YESUS BERDOA SEORANG DIRI (Matius 14:22, 23)
22 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. 23 Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.
Ayat 22. Setelah memberi makan lima ribu orang, Yesus tampaknya segera menyuruh orang banyak itu pulang. Ia pasti khawatir terhadap keinginan mereka untuk menjadikan Dia raja mereka (Yoh. 6:14, 15). Karena Ia punya "kerajaan [yang] bukan dari dunia ini" (Yoh. 18:36), maka Ia tidak berminat memerintah di atas takhta lahiriah atau dalam memimpin mereka ke dalam pertempuran.
Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang. Kata kerja "memerintahkan" (ajnagka÷zw, anankazō) dapat berarti "memaksa," "mendorong," atau "mendesak dengan kuat." Yesus menggegas murid-murid-Nya naik ke perahu sambil Ia melindungi mereka agar tidak dihanyutkan oleh cita-cita kebangsaan orang banyak itu. Meski sudah ada pengajaran-Nya, namun murid-murid itu sering memiliki pandangan kedagingan atas kerajaan itu (20:20, 21; Kisah 1:6) dan dapat dengan mudah dipengaruhi oleh orang-orang itu. "Seberang" mengacu kepada sisi barat danau itu dari mana mereka awalnya berlayar (14:13) dan ke sanalah mereka akan kembali (14:34).
Ayat 23. Selain itu, Yesus menyuruh orang banyak itu pulang karena Ia ingin berdoa seorang diri. Empat injil itu setidaknya memuat lima belas kisah tentang doa Yesus, tetapi hanya dua dari mereka yang disebut dalam Matius. Yang satu dicatat di sini, dan yang lainnya adalah doa-Nya di Getsemani (26:36-44). Pada kesempatan ini, Yesus naik ke atas bukit (o¡roß, oros) atau "gunung" untuk berdoa. Pegunungan dan perbukitan sangat menonjol dalam injil Matius (4:8; 5:1; 8:1; 15:29; 17:1, 9; 21:1; 24:3; 26:30; 28:16). Berapa lama Yesus berdoa tidaklah pasti. Ia mulai di malam hari, mungkin setelah matahari terbenam. Pada waktu Ia berjalan di laut untuk menghampiri murid-murid-Nya, waktu itu adalah "waktu jaga malam keempat," yang pastinya akan setelah jam 3:00 pagi (14:25). Hal ini mungkin terlihat seperti waktu yang lama untuk berdoa, tetapi Yesus setidaknya pernah satu kali berdoa sepanjang malam (Luk. 6:12).
TFTWMS: Mat 14:24-27 - Yesus Berjalan Di Atas Air YESUS BERJALAN DI ATAS AIR (Matius 14:24-27)
24 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karen...
YESUS BERJALAN DI ATAS AIR (Matius 14:24-27)
24 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. 25 Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. 26 Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. 27 Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
Ayat 24. Pada waktu Yesus turun dari bukit itu, perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai. Ketimbang "beberapa mil," teks Yunaninya secara harfiah mengatakan "banyak stadia." Satu sta÷dion (stadion) adalah ukuran jarak Yunani-Romawi sekitar 185 meter. Injil Yohanes lebih spesifik, dengan menyatakan bahwa para murid itu telah mendayung "dua puluh lima atau tiga puluh stadia," yaitu, "sekitar tiga atau empat mil" (Yoh. 6:19). Markus mengatakan bahwa "perahu itu sudah di tengah danau" (Mrk. 6:47).1Bahasanya melenyapkan kemungkinan bahwa Yesus sedang berjalan di pantai di perairan yang dangkal atau di gundukan pasir.
Murid-murid di dalam perahu itu sedang diombang-ambingkan gelombang oleh angin sakal. Kata kerja Yunani yang diterjemahkan "diombang-ambingkan" (basani÷zw, basanizō) dapat mengacu kepada sedang "disiksa" atau "diganggu"; kata itu menunjukkan kesusahan yang besar (lihat komentar tentang 8:6). Angin sakal, berarti mereka sedang memaksa perahu itu menjauhi tujuan yang dimaksud. Satu-satunya cara para murid itu harus mengedalikannya adalah dengan mendayung, dan Markus 6:48 mengatakan bahwa mereka "mendayung karena angin sakal." Mereka berjuang melawan gelombang dan tidak membuat kemajuan sama sekali.
Ayat 25. Yesus tidak meninggalkan murid-murid-Nya di saat mereka kesulitan. Kira-kira jam tiga malam (waktu jaga keempat; NASB) datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Dengan "berjalan di atas air," Yesus sekali lagi menunjukkan kuasa-Nya atas air, membuktikan bahwa Ia memang Anak Allah (lihat komentar tentang 8:26, 27).
"Jam tiga malam" menunjukkan bahwa mereka telah di laut hampir sepanjang malam. Bangsa Romawi membagi waktu malam menjadi empat waktu jaga2supaya para prajurit yang sedang bertugas berjaga-jaga terhadap musuh yang datang mendekat dan untuk menjaga tahanan. Kata Yunani "jaga" (fulakh÷, phulakē) dalam pelbagai konteks lainnya diterjemahkan "penjara" (lihat 5:25; 14:3, 10). Jaga pertama adalah dari 18:00 sampai 21:00, yang kedua adalah dari 21:00 sampai 00:00, yang ketiga adalah 00:00 sampai 3:00, dan yang keempat adalah dari 3: 00:00 sampai 06:00.
Ayat 26. Ketika murid-murid yang sudah ketakutan itu melihat Yesus datang ke arah mereka di atas air, mereka bahkan lebih ketakutan. Markus memuat tulisan yang aneh bahwa "Ia hendak melewati mereka" (Mrk. 6:48). Para murid itu berseru, "Itu hantu!" lalu berteriak-teriak karena takut. Siapa lagikah yang bisa berjalan di atas air? Kata Yunani untuk "hantu" (fa¿ntasma, phantasma) mengacu kepada penampakan; itu adalah kata yang darinya "phantom (hantu)" berasal. Sebuah keyakinan populer saat itu menganggap laut sebagi tempat kediaman roh-roh jahat (lihat Why. 13:1). Murid-murid itu mungkin berpikir bahwa "hantu" itu bermaksud menyakiti mereka.3
Ayat 27. Yesus, karena menyadari ketakutan mereka, segera berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Dengan mengatakan, "Jangan takut," Tuhan sedang menawarkan kenyamanan kepada murid-murid-Nya (lihat 9:2, 22). Ia tidak menyangkal realitas krisis mereka, melainkan meyakinkan mereka bahwa—oleh karena kehadiran-Nya—ketakutan mereka bisa dilenyapkan.4"Aku ini" (ejgw eijmi, egō eimi) adalah pernyataan tegas ("Aku!) yang tidak hanya menyatakan kehadiran Yesus tetapi juga mengisyaratkan keilahian-Nya. Ungkapan yang sama muncul dalam Septuaginta tentang wahyu Allah tentang diri-Nya sendiri (Kel. 3:14; Yes. 43:10-13; 51:12).
Ungkapan itu sering ditemukan dalam Injil Yohanes dalam klaim Yesus sebagai Mesias ilahiyat.5FirmanNya di sini sesuai dengan perbuatan-Nya, karena hanya Allah yang bisa berjalan di atas laut (Ayub 9:8; Maz. 77:19; Ibr. 3:15).
TFTWMS: Mat 14:28-33 - Petrus Berjalan Di Atas Air Mendapatkan Yesus PETRUS BERJALAN DI ATAS AIR MENDAPATKAN YESUS (Matius 14:28-33)
28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah ak...
PETRUS BERJALAN DI ATAS AIR MENDAPATKAN YESUS (Matius 14:28-33)
28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." 29 Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. 30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" 31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" 32 Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. 33 Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."
Ayat 28. Petrus sekarang yakin bahwa itu adalah Yesus dan berkata, "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Perkataan Petrus itu adalah suatu pengakuan bahwa ia perlu izin Tuhan untuk berjalan di atas air. Ia tahu bahwa ia tidak bisa melakukan sebaliknya.
Peter memainkan peranan kunci dalam beberapa peristiwa yang dicatat dalam beberapa pasal berikutnya (14:28-31; 15:15; 16:17-19; 17:24-27; 18:21). Beberapa orang telah menafsirkan ini untuk menunjukkan keutamaan Petrus dalam gereja. Meski Petrus memiliki peran penting yang ia jalankan, namun hanya Kristus kepala atas gereja-Nya (Efe. 1:22, 23; Kol. 1:18). Dalam banyak kasus, kisah-kisah ini menggambarkan kelemahan Petrus (sebagai cerminan bagi semua murid).
Ayat 29. Matius adalah satu-satunya Catatan Injil yang memasukkan permintaan Petrus dan apa yang mengikutinya. Markus dan Yohanes mengatakan bahwa, setelah mengidentifikasikan diri-Nya kepada murid-murid itu, Yesus naik ke atas perahu bersama mereka (Mrk. 6:51; Yoh. 6:21). Hanya Matius yang mengungkapkan kisah dramatis Petrus berjalan di atas air. Yesus memberitahu dia, "Datanglah!" Petrus dengan segera turun dari perahu dan berjalan di atas laut yang menggelora. Ini pasti menjadi salah satu pengalaman terhebat dalam kehidupan Petrus. Ia benar-benar berjalan di atas danau Galilea di tengah-tengah badai yang ganas!
Ayat 30. Seraya Petrus berjalan di atas air, ia mengalihkan pandangannya dari Yesus. Ia melihat air bergolak di bawah kakinya, karena merasakan kekuatan angin, dan takutlah ia. Lalu, ketika mulai tenggelam ia berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" (lihat 8:25). Pada detik imannya goyah, pada detik ia berhenti percaya kepada Yesus, ia mulai tenggelam. Petrus tidak benar-benar sedang meragukan dirinya sendiri, karena ia pasti tahu bahwa ia tidak bisa berjalan di atas air. Sebaliknya, ia tiba-tiba berhenti percaya kepada Yesus. Yang hampir menyebabkan dia tenggelam adalah kurangnya iman kepada Tuhan
Ayat 31. Tuhan tidak ragu-ragu untuk menjangkau dan menyelamatkan Petrus dari air yang bergolak. Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia. Teks itu tidak mengatakan bahwa Yesus bergegas menuju ke Petrus dan memegang dia, atau bahwa Petrus bergegas menggapai Tuhan. Tampaknya posisi kedua orang itu dekat satu sama lain di atas air itu.
Setelah menyelamatkan Petrus, Yesus berkata kepadanya, "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Ungkapan "kurang percaya" diterjemahkan dari kata majemuk Yunani ojligo÷pistoß (oligopistos). Yesus kadang-kadang menggunakan istilah ini ketika Ia menegur murid-murid-Nya yang bimbang (6:30; 8:26; 16:8; lihat 17:20). Mereka yang "kurang percaya" tampak beda dengan orang-orang yang Yesus puji karena memiliki iman yang besar: perwira Romawi dan perempuan Kanaan (8:10; 15:28). Kata "bimbang" dalam konteks ini (dista¿zw, distazō) hanya ditemukan di sini dan dalam Matius 28:17. Secara harfiah berarti "dibagi dua." Petrus percaya kepada Yesus, tetapi—bahkan jika hanya untuk sesaat—ia ragu. Dengan R. T. France kita dapat mengatakan bahwa "iman sejati adalah memokuskan segenap pikiran kepada Yesus."6
Ayat 32. Dua mujizat lainnya terjadi dalam konteks ini. Segera setelah Yesus dan Petrus naik ke dalam perahu, angin itu reda. Kali ini Yesus meredakan badai tanpa berbicara sepatah kata (lihat 8:26). Mujizat kedua dicatat hanya dalam injil Yohanes: Ketika mereka naik ke dalam perahu, "seketika [itu] juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tuju" (Yoh. 6:21). Sesaat yang lalu mereka berada di tengah laut, dan sesaat kemudian mereka sudah berada di pantai. Ketika badai menguasai perahu murid-murid itu, mereka berada di laut. Dengan gelombang dan angin yang melawan dayungan mereka, diragukan bahwa mereka bisa berlayar lebih jauh pada saat Yesus mencapai mereka. Juga, karena angin itu melawan mereka, mereka mungkin menuju ke arah yang salah. Namun demikian, segera setelah Yesus naik ke dalam perahu itu, rombongan itu tiba di tempat tujuan yang dimaksud.
Ayat 33. Injil Markus mengatakan bahwa murid-murid itu "sangat tercengang dan bingung" oleh apa yang Yesus lakukan. Selain itu, "sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil" (Mrk. 6:51, 52). Setelah menyaksikan Yesus memberi makan lima ribu orang lebih dengan lima roti dan dua ikan kecil, seharusnya mereka tidak lagi tercengang terhadap apa yang Yesus bisa lakukan. Butuh waktu lama untuk menerima pelajaran bahwa "tidak ada yang mustahil bagi Allah"— atau bagi Anak-Nya.
Mereka menyembah Yesus, dan berkata, "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." Kata Yunani "menyembah" (proskune÷w, proskuneō) secara beragam diterjemahkan sebagai "menyembah," "berlutut," atau "bertiarap" (lihat komentar tentang 2:2). Ini adalah kali pertama dalam Kitab Suci Yesus diakui oleh para pengikut-Nya sebagai "Anak Allah"—sebuah gelar mesias (Maz. 2:7) yang menandakan ilah (26:63, 64). Tidak adanya kata sandang tentu Yunani dalam ungkapan "Anak Allah" (qeouv uiJo÷ß, theou huios) tidak menunjukkan bahwa itu harus diterjemahkan "seorang anak dari sesosok ilah." Murid-murid Yesus, yang adalah orang Yahudi, tidak akan membuat pernyataan seperti itu, dan itu tidak akan masuk akal bagi para pembaca Matius, yang adalah orang-orang Kristen Yahudi. Sebaliknya, ungkapan itu adalah contoh dari peraturan tata bahasa Yunani yang diusulkan oleh E. C. Colwell, yang menyatakan bahwa predikat definitif kata benda yang mendahului kata kerja biasanya tidak memiliki kata sandang.7Yesus adalah sang Anak Allah. Tema ke-Anakan Yesus yang ilahi terjalin di seluruh injil Matius.8
TFTWMS: Mat 14:34-36 - Pelbagai Penyembuhan Tambahan PELBAGAI PENYEMBUHAN TAMBAHAN (Matius 14:34-36)
34 Setibanya di seberang mereka mendarat di Genesaret. 35 Ketika Yesus dikenal oleh orang-orang di te...
PELBAGAI PENYEMBUHAN TAMBAHAN (Matius 14:34-36)
34 Setibanya di seberang mereka mendarat di Genesaret. 35 Ketika Yesus dikenal oleh orang-orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Maka semua orang yang sakit dibawa kepada-Nya. 36 Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamahNya menjadi sembuh.
Meski Yesus sering berfokus pada kebutuhan hidup orang banyak, Matius juga mencatat saat-saat, seperti saat ini, ketika Ia menyembuhkan orang banyak (4:23, 24; 8:16, 17; 9:35; 12:15; 14:34-36; 15:30, 31).
Ayat 34. Yesus dan murid-murid itu menyeberang dari sisi timur danau itu, tempat Ia telah memberi makan lima ribu orang, ke sisi barat (lihat 9:1). Perahu itu tiba di Genesaret, sebuah dataran yang kecil, indah antara Kapernaum dan Magdala (rumah Maria Magdalena). Nama "Genesaret" bisa berarti "taman pangeran" atau "taman kekayaan." Meski agak kecil, sekitar hampir lima kilometer panjangnya dan dua kilometer lebarnya, tempat itu sangat padat penduduknya.9Josephus menggambarkannya sebagai daerah yang subur yang menghasilkan beragam hasil bumi, seperti buah ara, zaitun, kenari, dan anggur.10Tempat itu demikian terkenalnya sehingga Danau Galilea juga disebut Danau Genesaret (Luk. 5:1).
Nama Genesaret telah dikaitkan tidak hanya dengan dataran itu tetapi juga dengan sebuah kota. Menurut tradisi Yahudi, Genesaret adalah ejaan Yunani untuk Kineret, sebuah kota yang disebut di dalam Perjanjian Lama (Yos. 19:35). Pada waktu itu, Danau Galilea dikenal sebagai Danau Kineret (Yos 13:27).
Ayat 35. Orang-orang Genesaret, yang mungkin pernah melihat Yesus mengadakan mujizat, kenal Dia dan mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu (termasuk kota-kota dan desa-desa) bahwa Yesus sudah kembali ke tempat itu. Akibatnya, banyak orang datang kepada Dia bersama semua orang yang sakit.
Ayat 36. Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Mereka mungkin pernah mendengar tentang perempuan yang sakit pendarahan yang menjamah jumbai jubah-Nya dan dengan seketika sembuh dari penyakitnya (lihat komentar tentang 9:20, 21). "Jumbai jubah-Nya" mungkin mengacu kepada jumbai dari punca baju yang dikenakan kaum laki-laki Yahudi sesuai dengan arahan hukum Taurat (Bil. 15:37-41; Ula. 22:12; lihat Mat. 23:5). Meski bukan jubah-Nya yang memiliki kuasa untuk menyembuhkan, Yesus tidak menegur mereka; sebaliknya, orang-orang yang beriman dan menjamah jubah-Nya menjadi sembuh.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PEMBERIAN MAKAN LIMA RIBU ORANG (Matius 14:15-21)
Beberapa sarjana pengritik mengklaim bahwa pemberian makan lima ribu dan empat ribu orang adalah du...
PEMBERIAN MAKAN LIMA RIBU ORANG (Matius 14:15-21)
Beberapa sarjana pengritik mengklaim bahwa pemberian makan lima ribu dan empat ribu orang adalah dua catatan dari satu cerita yang sama yang entah bagaimana rusak. Kajian yang cermat atas dua mujizat itu membuktikan klaim itu tidak benar.
- 1. Kesempatan yang berbeda. Meski kita tidak bisa memastikan berapa lama waktu telah berlalu antara dua mujizat itu, namun keduanya itu pasti merupakan kesempatan yang terpisah. Ketika memperingkatkan murid-murid-Nya tentang "ragi orang Farisi dan Saduki," Yesus dengan jelas membedakan dua peristiwa itu(16:9, 10).
- 2. Lokasi yang berbeda. Pemberian makan lima ribu orang terjadi dekat Betsaida (Luk. 9:10) dan sebagian besar melibatkan orang Yahudi dari Galilea. Pemberian makan empat ribu orang terjadi di Dekapolis (Mrk. 7:31; 8:1-9). Karena wilayah itu dihuni oleh orang-orang Kafir, kejadian ini kemungkinan besar melibatkan banyak orang non-Yahudi.
- 3. Durasi waktu yang berbeda. Lima ribu orang itu telah bersama Yesus selama satu hari (14:15, 23), sedangkan empat ribu orang itu telah bersama Dia selama tiga hari (15:32).
- 4. Jumlah makanan yang berbeda. Yesus mengadakan mujizat yang pertama dengan lima roti jelai dan dua ikan (Yoh. 6:9). Sebelum mujizat kedua, tujuh roti dan beberapa ikan kecil ditemukan (15:34). Juga, kita melihat perbedaan jumlah makanan yang terkumpul setelah semua orang makan. Setelah mujizat pertama, dua belas bakul kecil makanan terkumpul (14:20), tetapi setelah mujizat kedua, tujuh bakul besar makanan terkumpul (15:37).
Kitab Matius dan Markus menampilkan kedua mujizat itu. Mengapakah penulis itu mau mencatat kejadian yang sama dua kali? Karena mereka dibimbing oleh Roh Kudus, mereka menuliskan kebenaran tentang masing-masing mujizat ini.
Apakah Yang Harus Kita Lakukan? Apa yang dapat kita pelajari dari pemberian makan lima ribu orang oleh Yesus? Inilah empat pelajaran yang baik. (1) Kita harus menggunakan apa yang kita miliki. Lima roti dan dua ikan tidaklah banyak untuk orang banyak, tetapi Yesus menggunakan pasokan yang sangat sedikit ini untuk mengadakan mujizat-Nya yang paling terkenal. (2) Kita harus bersedia memberikan apa yang kita miliki untuk dipersembahkan. Andreas bertanya-tanya betapa sangat sedikitnya makanan yang mereka miliki untuk bisa memberi makan orang yang sangat banyak itu. Allah bisa menyediakan untuk setiap kebutuhan. Ketika kita berpikir tidak memiliki apa-apa, Allah mungkin sedang merencanakan sesuatu! Iman adalah mampu melihat yang tak terlihat, percaya kepada hal yang luar biasa, dan menerima apa yang mustahil. (3) Kita harus mematuhi perintah Tuhan kita bahkan jika kita tidak memahaminya. Mengingat jumlah makanan yang tersedia, murid-murid itu pasti menganggap aneh ketika Yesus menyuruh mereka untuk memerintahkan orang banyak itu duduk di tanah. Apa yang tampaknya tidak mungkin menjadi mungkin karena Allah. (4) Kita harus jangan membuang-buang berkat kita. Semua sisa dikumpulkan. Tidak ada yang dibuang. Jika Tuhan kita menganggap perlu untuk menyimpan yang tersisa, tidakkah kita seharusnya melakukan hal yang sama?
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pelayanan Sang Raja 14:13-21
Pemberian Makan Lima Ribu Orang
Memberi makan orang banyak menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil untuk Yes...
Matius: Pelayanan Sang Raja 14:13-21
Pemberian Makan Lima Ribu Orang
Memberi makan orang banyak menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil untuk Yesus lakukan. Meskipun murid-murid-Nya telah melihat bukti yang cukup tentang fakta ini, pada waktu itu mereka masih ragu. Apa yang mereka lihat sebagai hambatan yang tidak dapat diatasi, Yesus lihat sebagai kesempatan untuk menunjuk-kan kuasa Allah dan kasih-Nya untuk orang banyak itu.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Josephus Antiquities 18.2.1; Wars 2.9.1; 3.10.7; Life 72.
2 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Pe...
Catatan Akhir:
- 1 Josephus Antiquities 18.2.1; Wars 2.9.1; 3.10.7; Life 72.
- 2 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 142.
- 3 2 Baruch 29.8.
- 4 Beberapa kisah Perjanjian Lama yang paralel dengan pemberian makan lima ribu orang oleh Yesus mencakup penyediaan Allah bagi Elia (1 Raja 17:9-16) dan pemberian makan seratus orang oleh Elisa (2 Raja 4:42-44).
- 5 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 375.
- 6 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 166.
- 7 Mishnah Berakoth 6.1.
- 8 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 596.
- 9 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 246.
- 10 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 405; see Plutarch Moralia 279E; 702D-704B.
- 11 Juvenal Satires 3.14; 6.542; see Mishnah Sotah 2.1.
- 12 Leon Morris, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 345, n. 25.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pelayanan Sang Raja 14:22-36
Berjalan Di Atas Air
Dalam pelajaran ini, murid-murid itu disuruh berlayar ke seberang Danau Galilea. Kuasa Yes...
Matius: Pelayanan Sang Raja 14:22-36
Berjalan Di Atas Air
Dalam pelajaran ini, murid-murid itu disuruh berlayar ke seberang Danau Galilea. Kuasa Yesus ditunjukkan ketika murid-murid itu menghadapi masalah dan Ia datang kepada mereka di atas air dan meredakan badai.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Iman Petrus (Matius 14:22-33)
Sesuatu tentang Petrus menyebabkan sebagian besar dari kita bisa disamakan dengan dia. Apakah kita membayangkan dia sed...
Iman Petrus (Matius 14:22-33)
Sesuatu tentang Petrus menyebabkan sebagian besar dari kita bisa disamakan dengan dia. Apakah kita membayangkan dia sedang memancing, berkhotbah, membuat pengakuan, atau menolak, kita merasa mudah untuk menempatkan diri kita pada posisinya. Seperti kita, ia sering tersandung dan jatuh, namun ia naik ke puncak gunung iman. Kita suka berpikir bahwa jika Petrus bisa mengalami saat-saat iman yang hebat, kita juga bisa.
Ketika Petrus yakin bahwa Yesus adalah Pribadi yang sedang berjalan di atas air ke arah mereka, ia memohon, "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air" (14:28). Yang membuat takjub semua orang, bahkan mungkin Petrus itu sendiri, adalah bahwa ia meninggalkan perahu kecil itu dan melangkah di atas air yang sedang bergolak. Tatapannya terpaku pada Yesus. Namun begitu, ia merasakan angin dan melihat laut di bawahnya, ia takut dan mulai tenggelam dengan cepat. Selama ia bergantung pada kuasa Yesus, ia berjalan di atas air. Ketika ia mulai ragu, ia menjadi takut dan mulai tenggelam. Perbedaannya adalah iman.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Perkataan "Di tengah danau" muncul dalam Matius 14:24 dalam beberapa naskah kuno.
2 Livy History of Rome 36.24.1. Seca...
Catatan Akhir:
- 1 Perkataan "Di tengah danau" muncul dalam Matius 14:24 dalam beberapa naskah kuno.
- 2 Livy History of Rome 36.24.1. Secara tradisional, orang-orang Yahudi membagi malam hari menjadi tiga jam jaga: matahari terbenam sampai 22:00, 22:00 sampai 2:00, dan 2:00 sampai matahari terbit (Kel. 14:24; Hak. 7:19; 1 Sam. 11:11; Lam. 2:19).
- 3 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 423.
- 4 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 231-32. 238-39.
- 5 Yoh. . 4:26; 6:20, 35, 48, 51; 8:12, 18, 24, 28, 58; 10:7, 9, 11, 14; 11:25; 13:19; 14:6; 15:1, 5; 18:5, 6, 8.
- 6 France, 239.
- 7 E. C. Colwell, "A Definite Rule for the Use of the Article in the Greek New Testament," Journal of Biblical Literature 52 (1933): 12-21.
- 8 Mat. 1:23; 2:15; 3:17; 4:3, 6; 8:29; 11:27; 14:33; 16:16; 17:5; 24:36; 26:63; 27:40, 43, 54; 28:19.
- 9 William W. Buehler, "Gennesaret," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 2:443.
- 10 Josephus Wars 3.10.8.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi