Teks -- Matius 21:22-46 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Mat 21:33-44 - PENGGARAP-PENGGARAP KEBUN ANGGUR.
Nas : Mat 21:33-44
Perumpamaan ini menggambarkan penolakan Anak Allah yang tunggal oleh
Israel (bd.
lihat cat. --> Mr 12:1;
[a...
Nas : Mat 21:33-44
Perumpamaan ini menggambarkan penolakan Anak Allah yang tunggal oleh Israel (bd.
lihat cat. --> Mr 12:1;
[atau ref. Mr 12:1]
Luk 20:9).
Full Life: Mat 21:43 - KERAJAAN ALLAH AKAN DIAMBIL DARIPADAMU.
Nas : Mat 21:43
Israel telah menolak Mesias dan kerajaan-Nya. Oleh karena itu,
Kerajaan Allah dan kuasa-Nya diberikan kepada orang lain, kepada mer...
Nas : Mat 21:43
Israel telah menolak Mesias dan kerajaan-Nya. Oleh karena itu, Kerajaan Allah dan kuasa-Nya diberikan kepada orang lain, kepada mereka yang menerima Injil, baik orang Yahudi atau bukan (1Pet 2:9). Prinsip ini masih berlaku. Kerajaan Allah dan kuasa-Nya akan diambil dari orang yang tidak setia kepada Kristus serta menolak cara-cara-Nya yang benar (Rom 11:19-22); sebaliknya, kerajaan itu akan diberikan kepada mereka yang bersedia untuk memisahkan diri dari dunia serta mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (lih. Mat 5:6; 6:33).
BIS -> Mat 21:28-31
BIS: Mat 21:28-31 - -- Dalam beberapa naskah kuno ada versi sebagai berikut: (Ayat 28-31) 28 "Sekarang bagaimana pendapatmu tentang hal ini?" kata Yesus selanjutnya. "Adalah...
Dalam beberapa naskah kuno ada versi sebagai berikut: (Ayat 28-31) 28 "Sekarang bagaimana pendapatmu tentang hal ini?" kata Yesus selanjutnya. "Adalah seorang ayah yang mempunyai dua anak laki-laki, ia datang kepada anaknya yang pertama dan berkata, 'Nak, pergilah bekerja di kebun anggur hari ini.' 29 Anak itu menjawab, 'Baik, Ayah!' Tetapi ia tidak pergi. 30 Lalu ayah itu datang kepada anaknya yang kedua dan mengatakan hal yang sama. Anak itu menjawab, 'Saya tidak mau,' tetapi kemudian berubah pikiran lalu pergi juga. 31 Dari antara kedua anak itu, yang manakah yang melakukan kehendak ayahnya?" "Yang kedua," jawab imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin Yahudi itu.
Jerusalem: Mat 21:23 - Engkau melakukan hal-hal itu Yaitu hal kurang lazim yang dikerjakan Yesus dalam Bait Allah: masuk sebagai Mesias pemenang, mengusir para pedagang, menyembuhkan orang-orang sakit.
Yaitu hal kurang lazim yang dikerjakan Yesus dalam Bait Allah: masuk sebagai Mesias pemenang, mengusir para pedagang, menyembuhkan orang-orang sakit.
Jerusalem: Mat 21:32 - jalan kebenaran Sebuah ungkapan alkitabiah. Yohanes melakukan dan mewartakan apa yang sesuai dengan kehendak Allah, ialah apa yang membuat manusia menjadi "benar".
Sebuah ungkapan alkitabiah. Yohanes melakukan dan mewartakan apa yang sesuai dengan kehendak Allah, ialah apa yang membuat manusia menjadi "benar".
Jerusalem: Mat 21:33-41 - -- Perumpamaan ini lebih-lebih suatu alegoria. Tiap-tiap unsur cerita ini mempunyai makna sendiri-sendiri: tuan tanah itu ialah Allah; kebun anggur tidak...
Perumpamaan ini lebih-lebih suatu alegoria. Tiap-tiap unsur cerita ini mempunyai makna sendiri-sendiri: tuan tanah itu ialah Allah; kebun anggur tidak lain kecuali bangsa terpilih, Israel, bdk Yes 5:1; hamba-hamba itu ialah para nabi, dan anaknya tidak lain kecuali Yesus, yang dibunuh di luar tembok Yerusalem; penggarap-penggarap kebun anggur yang membunuh-bunuh ialah orang Yahudi yang tak percaya; penggarap-penggarap lain yang menyewa kebun anggur itu ialah bangsa-bangsa lain, orang kafir.
Ende: Mat 21:28 - -- Putera pertama ialah ibarat orang Jahudi jang menganggap dirinja saleh dan jang
kedua mengibaratkan orang jang disebut orang berdosa, tetapi rela bert...
Putera pertama ialah ibarat orang Jahudi jang menganggap dirinja saleh dan jang kedua mengibaratkan orang jang disebut orang berdosa, tetapi rela bertobat.
Ende: Mat 21:32 - Dengan djalan kebenaran "Djalan" sering kali berarti "adjaran" didalam
bahasa Kitab Kudus. Joanes sendiri menempuh "djalan" itu dan menundjukkannja
kepada orang jang datang u...
"Djalan" sering kali berarti "adjaran" didalam bahasa Kitab Kudus. Joanes sendiri menempuh "djalan" itu dan menundjukkannja kepada orang jang datang untuk dipermandikan olehnja. Ingatlah disini pula, bahwa "kebenaran" berarti ketjotjokan hidup dengan kehendak Allah.
Ende: Mat 21:33-41 - -- Pemilik kebun, ialah Allah. Penjewa-penjewa kebun para nabi dan pemimpin umat
Israel. Putera ialah Kristus.
Pemilik kebun, ialah Allah. Penjewa-penjewa kebun para nabi dan pemimpin umat Israel. Putera ialah Kristus.
Ende: Mat 21:42 - Batu sendi Hubungan ajat-ajat ini dengan perumpamaan tadi dapat dianggap
seperti berikut: Putera itu memang dibunuh, tetapi akan bangkit hidup kembali.
Dan djust...
Hubungan ajat-ajat ini dengan perumpamaan tadi dapat dianggap seperti berikut: Putera itu memang dibunuh, tetapi akan bangkit hidup kembali. Dan djustru sebab Ia "dibuang" (dibunuh) Ia mendjadi batu sendi Keradjaan Allah., jang mereka harapkan, tetapi tidak masuk kedalamnja sebab tidak pertjaja, sedangkan bangsa-bangsa kafir akan pertjaja dan masuk.
· Dengan kuasa: Kis 4:7; 7:27
Ref. Silang FULL: Mat 21:31 - pemungut-pemungut cukai // perempuan-perempuan sundal · pemungut-pemungut cukai: Luk 7:29
· perempuan-perempuan sundal: Luk 7:50
Ref. Silang FULL: Mat 21:32 - jalan kebenaran // pemungut-pemungut cukai // perempuan-perempuan sundal // tidak menyesal · jalan kebenaran: Mat 3:1-12
· pemungut-pemungut cukai: Luk 3:12,13; 7:29
· perempuan-perempuan sundal: Luk 7:36-50
· tid...
· jalan kebenaran: Mat 3:1-12
· pemungut-pemungut cukai: Luk 3:12,13; 7:29
· perempuan-perempuan sundal: Luk 7:36-50
· tidak menyesal: Luk 7:30
Ref. Silang FULL: Mat 21:33 - tanah membuka // menara jaga // negeri lain · tanah membuka: Mazm 80:9
· menara jaga: Yes 5:1-7
· negeri lain: Mat 25:14,15
· menyuruh hamba-hambanya: Mat 22:3
· yang lain: 2Kor 24:21; Mat 23:34,37; Ibr 11:36,37
Ref. Silang FULL: Mat 21:38 - ahli waris // bunuh dia // supaya warisannya · ahli waris: Ibr 1:2
· bunuh dia: Mat 12:14; Mat 12:14
· supaya warisannya: Mazm 2:8
Ref. Silang FULL: Mat 21:41 - akan membinasakan // penggarap-penggarap lain · akan membinasakan: Mat 8:11,12
· penggarap-penggarap lain: Kis 13:46; Kis 13:46
· akan membinasakan: Mat 8:11,12
· penggarap-penggarap lain: Kis 13:46; [Lihat FULL. Kis 13:46]
· di mata: Mazm 118:22,23; Kis 4:11; [Lihat FULL. Kis 4:11]
· Dia nabi: Mat 21:11,26; [Lihat FULL. Mat 21:11]; [Lihat FULL. Mat 21:26]
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Mat 21:18-22 - Yesus Mengutuk Pohon Ara Yesus Mengutuk Pohon Ara (21:18-22)
Perhatikanlah:
I. Kristus kembali ke kota Yerusalem keesokan paginya (ay. 18).
Beberapa orang berpendap...
Yesus Mengutuk Pohon Ara (21:18-22)
- Perhatikanlah:
- I. Kristus kembali ke kota Yerusalem keesokan paginya (ay. 18).
- Beberapa orang berpendapat, Dia pergi ke luar kota pada malam sebelumnya karena tidak ada seorang pun dari sahabat-sahabat-Nya yang bersedia untuk menampung-Nya di Yerusalem, sebab mereka takut kepada para pembesar itu. Meski begitu, Dia tetap kembali ke sana karena masih harus mengerjakan tugas-Nya. Perhatikanlah, kejahatan musuh atau sikap dingin kawan tidak boleh membuat kita lantas mengabaikan kewajiban. Meskipun Ia tahu bahwa di kota itu penjara dan sengsara menunggu-Nya, tetapi semua itu tidak dihiraukan-Nya. Paulus pun mengikuti teladan-Nya waktu ia pergi ke Yerusalem sebagai tawanan Roh (Kis. 20:22).
- II. Dalam perjalanan-Nya itu, Ia merasa lapar. Dia juga seorang Manusia yang tunduk pada kelemahan sifat manusia. Dia seorang Manusia yang sangat sibuk dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan-Nya sampai-sampai tidak sempat memperhatikan bagaimana Ia makan, dan akhirnya berangkat tanpa makan, sebab cinta untuk rumah Allah menghanguskan-Nya, dan makanan dan minuman-Nya adalah melakukan kehendak Bapa-Nya. Dia adalah seorang yang miskin dan tidak membawa bekal. Dia bukan seorang yang gemar menyukakan diri-Nya sendiri, tetapi akan cukup puas dengan hanya memakan buah ara mentah sebagai sarapan-Nya, padahal Dia layak mendapatkan makanan yang lebih baik dari itu.
- Oleh sebab itulah, Kristus pun kemudian merasa lapar, supaya Ia berkesempatan untuk membuat mujizat ini, yaitu mengutuk dan membuat pohon ara yang tidak berbuah itu menjadi kering, sehingga dengan begitu Ia dapat menunjukkan keadilan dan kuasa-Nya pada kita, dan keduanya mengandung pengajaran.
- . Lihatlah keadilan-Nya (ay. 19). Dia menghampiri pohon itu dan mengharapkan buah di sana, sebab pohon itu rimbun dengan dedaunan. Akan tetapi, ketika tidak menemukan buah apa pun, pohon itu pun dikutuk-Nya supaya tidak pernah berbuah lagi. Sebagaimana mujizat-mujizat lainnya, mujizat-Nya ini juga mengandung makna. Sampai hari itu, semua mujizat yang telah dilakukan-Nya selalu mendatangkan kebaikan bagi manusia, dan membuktikan kuasa dari anugerah dan berkat-Nya (kecuali pengusiran roh-roh jahat ke dalam sekumpulan babi yang hanya menunjukkan izin-Nya). Semua yang telah dilakukan-Nya selalu mendatangkan keuntungan dan penghiburan bagi semua sahabat-Nya, dan tak ada satu pun yang diperbuat untuk menakut-nakuti atau menghukum musuh-Nya. Namun kini, akhirnya, untuk menunjukkan bahwa seluruh penghakiman telah diserahkan kepada-Nya dan bahwa Dia tidak hanya berkuasa untuk menyelamatkan, tetapi juga untuk membinasakan, Ia pun menampilkan kuasa-Nya yang memperlihatkan murka dan kutuk-Nya. Akan tetapi, yang menjadi korban bukanlah seorang laki-laki, perempuan, ataupun seorang anak, melainkan sebatang pohon yang tak bernyawa, yang dijadikan-Nya sebagai contoh, sebab hari besar murka-Nya belumlah tiba. Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara (24:32). Maksud perumpamaan ini sama dengan perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah dalam Lukas 13:6.
- (1) Kutuk yang menimpa pohon ara yang tidak berbuah ini melambangkan kemunafikan secara umum, sehingga hal ini mengajarkan kita:
- [1] Bahwa mengharapkan buah di pohon ara yang berdaun merupakan sesuatu yang layak dilakukan. Kristus mencari kuasa agamawi dari orang-orang yang mengaku bahwa mereka percaya kepada agama, Ia mencari belas kasihan dari orang-orang demikian. Ia mencari buah anggur dari pohon-pohon anggur yang ditanam di bukit yang subur. Dia lapar akan hal itu, jiwa-Nya mengingini hasil buah-buahan yang pertama.
- [2] Banyak hal yang diharapkan Kristus dari orang-orang percaya dewasa sering kali dipatahkan dan dikecewakan. Dia datang menghampiri banyak orang untuk mencari buah, namun hanya mendapati daun-daun saja. Ia pun mendapati mereka demikian. Banyak orang dikatakan hidup, padahal mati. Mereka hanya mengagungkan segala bentuk luar dari kesalehan, tetapi menyangkal kuasanya.
- [3] Dosa dari hidup yang tidak berbuah memang layak dihukum dengan kutuk menjadi mandul, Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya. Salah satu berkat pertama yang terbesar ialah, Berbuahlah, dan sebaliknya, salah satu kutuk yang paling menyedihkan adalah, Kau tidak akan pernah berbuah lagi. Demikianlah dosa kemunafikan pun menjadi hukuman atas mereka. Karena tidak mau berbuat baik, maka mereka pun tidak akan pernah melakukannya. Orang yang tidak berbuah biarlah begitu untuk seterusnya, sehingga mereka pun kehilangan kehormatan dan kebahagiaannya.
- [4] Mereka yang munafik dan hanya mengaku-ngaku percaya biasanya akan layu di dunia ini, dan itu disebabkan oleh kutuk Kristus tadi. Pohon ara yang tidak berbuah akan segera layu daun-daunnya. Orang-orang munafik memang kelihatan meyakinkan untuk beberapa waktu, akan tetapi, karena tidak punya pegangan hidup, mereka menjadi tidak berakar, dan pengakuan iman mereka pun tidak menghasilkan apa-apa. Karunia berhenti mengalir, berkat anugerah semakin berkurang, penghargaan atas pengakuan iman menurun dan tenggelam, lalu kepalsuan dan kebodohan orang yang berpura-pura pun akan terkuak di hadapan semua orang.
- (2) Perumpamaan itu juga secara khusus menggambarkan keadaan bangsa dan umat Yahudi. Sebagai umat Tuhan, mereka laksana sebuah pohon ara yang tertanam di jalan yang dilalui Kristus.
- Nah, perhatikanlah:
- [1] Bagaimana mereka mengecewakan Tuhan Yesus. Dia datang di antara mereka dengan harapan akan menemukan buah, sesuatu yang dapat menyenangkan-Nya. Dia lapar akan buah-buah mereka. Bukannya hati-Nya mengingini sebuah pemberian, Dia tidak membutuhkan itu. Yang dikehendaki-Nya adalah buah yang semakin berlimpah. Akan tetapi, harapan-Nya itu dipatahkan, karena tidak ada yang ditemukan-Nya selain dedaunan saja. Mereka memanggil Abraham sebagai Bapa mereka, namun tidak mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Mereka mengaku sebagai orang-orang yang menantikan Mesias yang telah dijanji-janjikan itu, tetapi saat Ia telah datang, mereka bahkan tidak mau menerima dan menyambut-Nya.
- [2] Hukuman yang Ia timpakan pada mereka, yaitu bahwa tidak ada buah yang akan dihasilkan oleh mereka atau dikumpulkan dari antara mereka, baik sebagai umat maupun sebagai bangsa, mulai sekarang sampai selama-lamanya. Setelah menolak Kristus, mereka (kecuali segelintir orang yang kemudian menjadi percaya) tidak akan pernah menghasilkan hal-hal baik. Sebaliknya, mereka malah akan menjadi semakin bobrok, kedegilan dan kebutaan menyergap mereka, dan mereka terus berada di dalamnya sehingga akhirnya kehilangan kedudukan sebagai umat dan bangsa. Mereka hancur lebur, sampai-sampai negeri dan bangsa mereka tercabut. Keindahan mereka terhapuskan, demikian pula hak-hak istimewa dan hiasan yang mereka miliki, Bait mereka dan jabatan imamat dan segala persembahan korban, hari-hari raya dan segenap kemuliaan umat dan bangsa mereka rontok seperti dedaunan di musim gugur. Betapa cepatnya pohon ara itu mengering, setelah mereka berkata, "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Atas hal ini Tuhan telah bertindak benar.
- . Lihatlah kuasa Kristus. Hal sebelumnya (keadilan-Nya) digambarkan melalui sebuah sosok dalam perumpamaan tersebut, yaitu pohon ara, tetapi kemudian terjadi perbincangan yang lebih mendalam mengenai kuasa-Nya. Melalui hal itu Kristus ingin membimbing para murid-Nya dalam memakai kuasa mereka.
- (1) Para murid mengagumi keampuhan kutuk Kristus (ay. 20). Tercenganglah mereka. Tak ada kuasa lain yang mampu melakukan hal tersebut selain kuasa Dia yang berfirman, lalu semuanya pun jadi. Mereka tercengang melihat hal yang tiba-tiba bisa terjadi begitu saja. Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering? Tidak ada suatu penyebab jelas yang bisa membuat pohon ara itu layu seketika, kecuali sebuah serangan rahasia, seekor cacing yang menggerogoti akar. Bukan saja daun-daunnya yang menjadi kering, tetapi juga batang pohonnya, yang layu dalam sekejap dan menjadi tak ubahnya sebatang tongkat kering. Kutuk-kutuk Injil, seperti dalam kisah ini, sangatlah menakutkan. Kutuk itu bekerja secara diam-diam tanpa terasa, dengan serangan api yang tidak tersembur, tetapi tetap saja ampuh.
- (2) Kristus memberi murid-murid-Nya kuasa melalui iman untuk berbuat hal serupa (ay. 21-22), seperti yang dikatakan-Nya, (Yoh. 14:12), Engkau akan melakukan bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu.
- Perhatikanlah:
- [1] Bagaimana iman yang mampu melakukan keajaiban itu digambarkan di sini. Jika kamu percaya dan tidak bimbang. Perhatikan, meragu-ragukan kuasa dan janji Allah merupakan faktor besar yang menghancurkan keampuhan dan keberhasilan iman. "Jika kamu memiliki iman dan tidak membantahnya" (ada juga beberapa orang yang mengartikannya demikian), "Janganlah kamu berbantahan dengan dirimu sendiri, janganlah berbantahan dengan janji Allah; jika kamu tidak bimbang terhadap janji Allah" (Rm. 4:20), sebab, jika kita meragukannya, iman kita menjadi lemah. Sepasti janji Allah, demikianlah seharusnya iman kita.
- [2] Kuasa dan keberhasilannya digambarkan dengan memakai kiasan. Jikalau kamu berkata kepada gunung ini, yaitu Bukit Zaitun, Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut!, hal itu akan terjadi. Mungkin ada alasan tertentu mengapa Dia mengatakan sesuatu tentang gunung itu (Bukit Zaitun), sebab ada nubuat, bahwa Bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem akan terbelah dua dan bergeser (Za. 14:4). Apa pun maksud perkataan-Nya itu, pengharapan iman haruslah demikian, tak peduli betapa mustahilnya hal ini bagi akal sehat. Hal ini juga mengandung suatu arti bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bagi Allah, dan karena itulah Dia akan menepati apa pun yang telah Ia janjikan, meskipun kelihatannya mustahil bagi kita. Dalam masyarakat Yahudi, ada sebuah peribahasa umum untuk memuji guru-guru mereka yang pandai, yaitu dengan menyebut mereka sebagai pemindah gunung, yang artinya, mampu menyelesaikan persoalan yang tersulit sekalipun. Hal serupa juga dapat dilakukan dengan iman terhadap firman Allah, yang akan mengakibatkan terjadinya sesuatu yang hebat dan menakjubkan.
- [3] Cara dan sarana untuk mempraktikkan iman ini, dan bagaimana melakukan hal-hal yang harus diperbuat. Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya. Iman bagaikan sebuah jiwa, dan doa adalah tubuhnya, keduanya memampukan manusia untuk melayani. Iman yang benar akan merangsang kehidupan doa, dan doa tidaklah benar jika tidak bersumber dari iman. Inilah hal yang menjadi syarat sebelum kita menerima sesuatu, yakni kita harus memintanya dalam doa dan percaya. Permintaan-permintaan yang dipanjatkan melalui doa tidak akan ditolak, dan pengharapan iman tidak akan dipatahkan. Untuk maksud ini, kepada kita telah diberikan banyak janji yang keluar dari mulut Tuhan kita Yesus, yang semuanya bertujuan untuk menumbuhkan iman, sebagai karunia yang terutama, dan juga doa, sebagai kewajiban utama bagi seorang Kristen. Kuncinya adalah meminta dan mempunyai, percaya dan menerima. Jadi, apa lagi yang kita harapkan? Perhatikanlah, betapa mudah dimengertinya janji itu -- apa saja yang kamu minta. Hal ini serupa dengan setiap pendahuluan dalam sebuah penyerahan sesuatu. Apa saja, secara umum, sedangkan yang (kamu minta), menjadikannya lebih khusus. Meskipun kata apa saja berarti juga termasuk segala yang kita minta, tetapi di sanalah letak kebodohan dari ketidakpercayaan kita, yaitu, meskipun kita pikir kita telah mengamini janji-janji secara umum, tetapi kita tiba-tiba mengubah haluan saat hal itu menyinggung hal-hal yang lebih khusus. Oleh karena itu, hal tersebut diungkapkan secara berlimpah-limpah dengan frasa apa saja yang (kamu minta), supaya kita dapat memiliki penghiburan yang kuat di dalamnya.
Matthew Henry: Mat 21:23-27 - Pertanyaan mengenai Kuasa Yesus Pertanyaan mengenai Kuasa Yesus (21:23-27)
Tuhan kita Yesus (seperti yang dilakukan Paulus setelahnya), memberitakan Injil-Nya dengan perjuangan be...
Pertanyaan mengenai Kuasa Yesus (21:23-27)
- Tuhan kita Yesus (seperti yang dilakukan Paulus setelahnya), memberitakan Injil-Nya dengan perjuangan berat. Perseteruan pertama yang harus dihadapi-Nya yaitu melawan para alim ulama di Bait Allah, saat Ia masih berumur dua belas tahun, dan kini, sesaat sebelum Ia mati, kita mendapati Dia sedang terlibat dalam sebuah pertentangan yang lain. Dalam hal ini, Dia serupa dengan Yeremia, seorang yang menjadi buah perbantahan; tidak mencederai seorang pun, tetapi malah hendak dicederai. Orang-orang yang paling ingin mencelakakan-Nya ialah para imam kepala dan tua-tua, hakim-hakim dari dua pengadilan yang berbeda. Imam kepala memiliki kewenangan dalam pengadilan agama, untuk menyelesaikan perkara-perkara keagamaan, sebagaimana mereka telah dipanggil, sedangkan tua-tua masyarakat merupakan hakim di pengadilan sipil yang menangani perkara-perkara yang bersifat duniawi. Mengenai tugas mereka, lihat 2
- Tawarikh 19:5, 8, 11. Mereka berkomplot menyerang Kristus dengan maksud untuk membuat-Nya terlihat jahat di hadapan kedua belah pihak tersebut. Lihatlah, betapa merosotnya para pembesar jemaat dan negeri. Mereka yang seharusnya menyokong Kerajaan Mesias malah menentang-Nya habis-habisan! Di sini kita menyaksikan bagaimana mereka mencoba mengganggu Kristus sewaktu Dia berkhotbah (ay. 23). Mereka bukan saja tidak mau menerima ajaran-Nya, tetapi juga tidak sudi membiarkan orang lain menerima ajaran tersebut.
- Perhatikanlah:
- I. Segera setelah masuk di Yerusalem, Dia langsung ke Bait Allah, di tengah-tengah musuh dan marabahaya, padahal sehari sebelumnya mereka baru saja menyerang Dia. Akan tetapi, Dia tetap saja pergi ke sana, sebab di tempat itu ada lebih banyak kesempatan untuk berbuat baik kepada orang-orang, daripada di tempat-tempat lain di Yerusalem. Meskipun Dia datang ke kota dengan perut kosong dan kecewa karena tidak bisa menemukan sarapan dari pohon ara yang tidak berbuah, akan tetapi, seperti terlihat di sini, Dia langsung saja pergi ke Bait Suci, sebagai seorang yang menghargai firman yang keluar dari mulut Allah, yaitu pekabaran firman, lebih daripada makanan untuk perut-Nya.
- II. Dia sedang mengajar di Bait Allah. Dia telah menyebutnya sebagai rumah doa (ay. 13), dan kini kita mendapati-Nya sedang mengajar di sana. Perhatikan, dalam perkumpulan khidmat orang-orang Kristen, doa dan khotbah harus selalu beriringan, tidak boleh saling mengalahkan atau bersaing satu sama lain. Saat bersekutu dengan Allah, kita tidak hanya harus berbicara kepada-Nya melalui doa, tetapi juga mendengar apa yang Ia katakan melalui firman-Nya. Para hamba Tuhan harus memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman (Kis. 6:4). Ketika Kristus mengajar di Bait Allah, firman pun digenapi (Yes. 2:3), Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya. Meskipun saat itu imam-imam sudah sering mengajarkan pengetahuan yang baik mengenai Tuhan di sana, orang belum pernah melihat seorang guru pun yang seperti Dia.
- III. Saat Kristus sedang mengajar orang banyak, datanglah imam-imam dan tua-tua, lalu mereka menantang-Nya untuk membuktikan wewenang-Nya. Tangan Iblis yang ingin menghambat pekerjaan-Nya turut campur dalam peristiwa ini. Perhatikanlah, tidak ada hal yang lebih menyusahkan seorang hamba Tuhan selain ketika ada yang mencoba mengalihkan perhatiannya dari khotbah yang sedang disampaikannya. Akan tetapi, sesuatu yang baik masih dapat dihasilkan dari peristiwa buruk ini, sebab di sini Kristus mendapat kesempatan untuk menolak segala keberatan yang dialamatkan kepada-Nya, dan membuat para pengikut-Nya merasa terhibur. Jadi, saat musuh-musuh-Nya berencana membungkam Dia dengan kuasa mereka, justru merekalah yang dibungkamkan oleh hikmat-Nya.
- Nah, dalam perselisihan-Nya dengan mereka itu, kita bisa melihat:
- . Bagaimana Dia dicecar dengan tidak sopan. Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu? Seandainya saja mereka telah memperhitungkan mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya dengan saksama, dan merenungkan tentang kuasa siapa yang Ia pakai untuk melakukan semua itu, tentunya mereka tidak perlu mengajukan pertanyaan seperti itu. Akan tetapi, mereka harus mengatakan sesuatu untuk menutupi kedegilan dan kekerasan hati mereka. "Engkau datang ke Yerusalem dielu-elukan, menerima sorakan hosana dari orang-orang, menguasai Bait Allah dengan mengusir para penjual yang sebenarnya sudah mendapat izin dari pembesar Bait Allah karena telah membayar uang sewa, menyebarkan ajaran baru di sini, siapa yang telah mengutus-Mu untuk melakukan semua ini? Kaisar, Imam Kepala, ataukah Allah? Katakanlah dari mana asal kuasa itu dan tunjukkan buktinya. Bukankah Engkau ini sudah berbuat keterlaluan?" Perhatikanlah, setiap orang hendaklah bertindak berdasarkan suatu wewenang. Ia sebaiknya bertanya pada diri sendiri, "Siapa yang memberi aku kuasa untuk ini?" Sebab, bila hati nurani orang tidak bersih dalam hal ini, maka ia tidak dapat bertindak dengan leluasa ataupun mengharapkan keberhasilan. Mereka yang bergiat tanpa diutus, bekerja tanpa berkat (Yer. 23:21-22).
- Kristus telah sering mengatakannya dan membuktikannya dengan jelas, dan Nikodemus, seorang guru besar di Israel pun mengakui-Nya sebagai guru yang diutus Allah (Yoh. 3:2). Akan tetapi, justru di saat seperti itulah, sewaktu semuanya telah begitu jelas, mereka datang kepada-Nya dengan pertanyaan tentang hal itu lagi.
- (1) Sebagai imam kepala dan tua-tua, mereka ingin menyombongkan diri dengan mempertunjukkan kuasa mereka bahwa mereka berwewenang meminta pertanggungjawaban dari Dia. Betapa angkuhnya mereka bertanya, "Siapa yang memberi kuasa ini pada-Mu?" Mereka ingin menegaskan bahwa Dia tidak bisa memiliki wewenang apa pun sebab mereka tidak memberikan hal itu kepada-Nya (1Raj. 22:24, Yer. 20:1). Perhatikan, orang yang menyalahgunakan wewenang biasanya merupakan orang yang paling teguh mempertahankannya, dan mereka gemar dan bangga sekali memamerkan wewenang mereka itu.
- (2) Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menjerat dan menjebak-Nya. Jika Ia menolak untuk menjawab, mereka akan memanfaatkan kesempatan itu untuk melawan Dia dengan dalih Nihil dicit -- Dia tidak mengatakan apa pun, dan hal ini akan mereka pakai untuk mendakwa Dia karena berdiam diri. Dengan cara ini mereka bisa menghasut orang banyak bahwa dengan berdiam diri, Dia secara tidak langsung telah mengakui diri-Nya sebagai pembohong. Tetapi, apabila Dia menyatakan bahwa wewenang-Nya berasal dari Allah, mereka pasti akan meminta sebuah tanda dari langit, seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya, atau menggunakan pembelaan-Nya itu sebagai senjata untuk melawan-Nya dengan menuduh Dia sebagai seorang penghujat.
- . Bagaimana Ia menjawab pertanyaan mereka dengan sebuah pertanyaan lain, yang akan membantu mereka menjawab pertanyaan mereka sendiri (ay. 24-25), Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Dia tidak mau memberi mereka sebuah jawaban langsung, sebab mereka pasti akan menggunakan hal itu sebagai alat untuk melawan-Nya. Sebaliknya, Ia balik mengajukan sebuah pertanyaan. Orang-orang yang seperti domba di tengah-tengah serigala, hendaklah cerdik seperti ular, sebab hati orang bijak menimbang-nimbang jawabannya. Kita harus mengemukakan pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada pada kita, bukan saja dengan kelemahlembutan, tetap juga dengan hormat (1Ptr. 3:15), dengan hati-hati dan bijaksana, jangan sampai kebenaran menjadi ternoda, atau membahayakan diri kita sendiri.
- Nah, pertanyaan yang diajukan Kristus adalah mengenai baptisan Yohanes, yaitu keseluruhan pelayanannya, baik dalam berkhotbah maupun dalam membaptis orang. "Apakah berasal dari sorga atau dari manusia? Jawabannya pasti adalah salah satu dari kedua hal tersebut, bahwa semua yang dilakukannya itu berasal dari Yohanes sendiri, atau dia memang benar-benar diutus Allah untuk melakukannya." Nasihat Gamaliel juga didasarkan atas hal tersebut (Kis. 5:38-39), maksud dan perbuatan orang-orang itu, jika tidak berasal dari manusia, pasti berasal dari Allah. Meskipun hal yang jelas-jelas jahat tidak mungkin berasal dari Allah, tetapi yang terlihat baik mungkin saja berasal dari manusia, bahkan dari Iblis, ketika ia menyamar sebagai malaikat terang. Jadi, pertanyaan ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengelak dari pertanyaan mereka, sebab:
- (1) Jika mereka menjawab pertanyaan ini, maka itu juga akan menjawab pertanyaan mereka sendiri. Jika mereka memilih untuk menentang hati nurani mereka sendiri dengan mengatakan bahwa baptisan Yohanes berasal dari manusia, maka mudah sekali menjawabnya, Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun (Yoh. 10:41), tetapi Kristus membuat banyak tanda. Tetapi jika mereka mengemukakan sebuah jawaban yang mau tidak mau harus mereka akui, bahwa baptisan Yohanes berasal dari sorga (seperti yang terdapat dalam pertanyaan yang mereka ajukan padanya dalam Yohanes 1:21, Apakah engkau ini Elia ataukah nabi yang akan datang?), maka terjawablah sudah pertanyaan mereka itu dengan sendirinya, sebab Yohanes memberitakan kesaksian mengenai Kristus. Perhatikan, kebenaran selalu menampakkan diri dengan begitu jelas, jika saja diperhatikan dengan baik-baik. Pemecahan atas pertanyaan-pertanyaan sebelumnya akan menjadi kunci jawaban bagi pertanyaan yang utama.
- (2) Jika mereka menolak untuk menjawab, maka itu menjadi alasan yang kuat mengapa Ia tidak perlu memberikan bukti atas kuasa yang Ia miliki kepada manusia yang berkeras hati melawan keyakinan yang paling kuat sekalipun, karena hal itu seperti melemparkan mutiara kepada babi. Dengan begitu, Ia telah menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya (1Kor. 3:19). Mereka yang tidak mau diyakinkan oleh kebenaran-kebenaran yang sudah jelas-jelas nyata, akan didakwa karena kejahatan yang sangat besar, pertama-tama terhadap Yohanes, dan kemudian terhadap Kristus, dan dengan demikian juga terhadap Allah.
- . Bagaimana mereka tersandung dan kalah. Mereka terperangkap dalam jerat yang telah mereka pasang sendiri terhadap Tuhan kita Yesus, sebab mereka tidak mau mengakui kebenaran yang telah mereka ketahui.
- Perhatikanlah:
- (1) Bagaimana mereka memperbincangkannya di antara mereka, bukan mengenai baik buruknya perkara tersebut, atau tentang bukti apa saja yang ada mengenai baptisan Yohanes yang berasal dari sorga. Bukan, bukan begitu. Akan tetapi, mereka hanyalah membicarakan tentang bagaimana caranya membela diri melawan Kristus. Ada dua hal yang mereka pertimbangkan dan perdebatkan dalam perbincangan di antara mereka itu, yakni gengsi dan keselamatan mereka sendiri, yaitu hal-hal yang selalu mereka kejar, sebagai orang-orang yang hanya mencari kepentingan mereka sendiri.
- [1] Mereka mementingkan gengsi yang harus mereka pertaruhkan jika mereka mengakui bahwa baptisan Yohanes itu berasal dari Allah, sebab kalau demikian Kristus pasti akan bertanya pada mereka di hadapan semua orang, kalau begitu, mengapa kamu tidak percaya padanya? Bila orang mengakui bahwa sebuah ajaran berasal dari Allah tetapi tidak mau menerima dan melakukannya, maka dia bisa dipersalahkan telah melakukan sebuah kefasikan dan pelanggaran paling besar. Banyak orang tidak merasa takut untuk mengabaikan dan menentang apa yang mereka ketahui benar dan baik. Namun, walaupun tidak merasa takut, mereka merasa malu untuk mengakui bahwa apa yang telah mereka abaikan itu memang merupakan hal yang baik dan benar. Dengan begitu, mereka pun telah menolak maksud Allah terhadap diri mereka, sebab mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes, dan membiarkan diri tanpa pengampunan.
- [2] Mereka mementingkan keselamatan diri mereka, karena bila mereka mengatakan bahwa baptisan Yohanes itu berasal dari manusia, hal itu akan memancing kemarahan orang banyak terhadap mereka. Kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.
- Jadi:
- Pertama, kelihatannya justru orang banyaklah yang memiliki firasat lebih benar mengenai Yohanes dibandingkan imam-imam kepala dan tua-tua itu, atau setidaknya, mereka lebih bebas dan setia dalam mengemukakan perasaan mereka. Orang banyak itu, yang dengan angkuhnya disebut oleh para imam kepala dan tua-tua sebagai orang yang tidak mengenal hukum Taurat dan terkutuk (Yoh. 7:49), sepertinya justru mengenal Injil, dan diberkati karenanya.
- Kedua, kenyataan bahwa para imam kepala dan tua-tua merasa gentar terhadap orang awam menunjukkan adanya ketidakberesan di antara mereka, dan memperlihatkan adanya kedengkian yang begitu besar satu terhadap yang lain, sehingga pemerintah pun dapat menjadi sasaran kebencian dan celaan orang banyak. Dengan begitu, firman Aku telah membuat kamu hina dan rendah (Mal. 2:8-9) pun tergenapi. Jika saja mereka selalu menjaga kejujuran dalam melaksanakan tugas mereka, mereka pasti akan dapat mempertahankan wewenang mereka dan tidak perlu takut pada orang banyak. Apalagi, tampaknya orang banyak itu juga terkadang takut terhadap mereka, dan inilah yang menjadi alasan mengapa orang banyak itu tidak berani mengakui Kristus (Yoh. 9:22; 12:42). Perhatikan, mereka yang hanya memikirkan bagaimana supaya ditakuti orang banyak pasti akan merasa takut juga terhadap orang banyak itu.
- Ketiga, memang sudah menjadi sifat umum orang banyak untuk selalu bersemangat mempertahankan kehormatan dari sesuatu yang mereka anggap sakral atau ilahi. Jika mereka telah menganggap Yohanes sebagai nabi, mereka pasti tidak akan tinggal diam mendengar pernyataan bahwa baptisannya berasal dari manusia. Demikianlah persaingan yang sangat sengit selalu terjadi mengenai hal-hal yang kudus.
- Keempat, para imam kepala dan tua-tua itu tidak jadi menyangkal kebenaran, sekalipun itu melawan keyakinan mereka sendiri, bukan karena rasa takut terhadap Allah, melainkan terhadap orang banyak. Jadi, sebagaimana takut kepada orang mendatangkan jerat bagi orang benar (Ams. 29:25), begitu pula hal itu terkadang mampu mencegah orang jahat menjadi terlalu fasik, supaya mereka tidak mati sebelum waktunya (Pkh. 7:17). Kalau tidak begitu, banyak orang jahat bahkan bisa menjadi lebih jahat lagi.
- (2) Bagaimana mereka menjawab pertanyaan Juruselamat kita, dan dengan begitu juga membatalkan pertanyaan mereka sendiri. Mereka mengakui begitu saja, "Kami tidak tahu," yang artinya, "Kami tidak akan mengatakannya"; ouk oi damen -- kami tidak pernah tahu. Hal tersebut semakin membuat mereka malu, sebab mereka terpaksa harus mengakui ketidaktahuan mereka karena tidak mau mengakui apa yang mereka ketahui, tepat di saat mereka berlagak menjadi pemimpin orang banyak, yang mengharuskan mereka mengetahui hal-hal semacam itu oleh karena jabatan yang mereka emban. Perhatikanlah, saat mereka berkata, "Kami tidak tahu," mereka juga sudah berdusta, sebab mereka tahu benar bahwa baptisan Yohanes berasal dari Allah. Perhatikanlah, banyak orang lebih takut terhadap rasa malu karena telah berbohong, daripada takut terhadap dosa, sehingga mereka pun tak segan untuk tutup mulut mengenai pemikiran, pemahaman, perasaan, dan maksud mereka yang tidak benar, atau mengenai hal-hal yang mereka ingat dan lupakan, sebab dengan berbuat demikian, mereka tahu bahwa tidak ada seorang pun yang dapat membuktikan kesalahan mereka.
- Demikianlah Kristus menghindar dari jerat yang mereka pasang terhadap Dia, dan membuktikan bahwa Ia benar dalam menolak menjawab mereka. Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Jika mereka memang begitu bebal dan rendah sampai-sampai tidak mau percaya atau mengakui bahwa baptisan Yohanes berasal dari sorga (padahal jelas-jelas baptisan itu mengharuskan pertobatan, yang merupakan kewajiban besar, dan memeteraikan Kerajaan Allah yang sudah dekat, janji-Nya yang besar itu), mereka pun tidak layak untuk diberikan pengetahuan mengenai kuasa Kristus, sebab orang-orang seperti itu tidak akan pernah percaya terhadap kebenaran, bahkan sebaliknya mereka akan menjadi gusar karenanya. Jadi, jika ia tidak mau tahu, biarkan ia demikian seterusnya. Perhatikan, orang yang mengubur kebenaran yang mereka ketahui di dalam kelaliman (dengan cara tidak mau mengakuinya atau tidak mau menerapkannya), tidak layak mengetahui kebenaran lain yang lebih dalam yang mereka tanyakan (Rm. 1:18-19). Ambillah talenta itu dari orang yang menguburkannya. Biarlah mereka yang tidak mau melihat, tidak akan melihat.
Matthew Henry: Mat 21:28-32 - Perumpamaan tentang Dua Orang Anak Perumpamaan tentang Dua Orang Anak (21:28-32)
Sebagaimana Kristus sering mengajar para murid-Nya melalui perumpamaan supaya lebih mudah dimengerti,...
Perumpamaan tentang Dua Orang Anak (21:28-32)
- Sebagaimana Kristus sering mengajar para murid-Nya melalui perumpamaan supaya lebih mudah dimengerti, demikian pula kadang-kadang Ia mencela para penentang-Nya melalui perumpamaan, yang membuat teguran-Nya itu lebih mengena, bahkan bisa menyebabkan manusia mencela diri mereka sendiri tanpa mereka sadari. Demikian pula Natan meyakinkan Daud dengan sebuah perumpamaan (2Sam. 12:1), lalu perempuan dari Tekoa juga mengejutkannya dengan cara yang serupa (2Sam 14:2). Perumpamaan yang mengandung celaan dapat menyadarkan orang yang bersalah dan menghakimi mereka berdasarkan pendapat yang keluar dari mulut mereka sendiri. Inilah yang dimaksudkan Kristus di awal perkataan-Nya (ay. 28), Tetapi apakah pendapatmu tentang ini?
- Dalam ayat-ayat di atas diceritakan mengenai perumpamaan tentang dua orang anak yang disuruh bekerja di kebun anggur, dan maksudnya adalah untuk menunjukkan bahwa orang yang tidak mengenal baptisan Yohanes sebagai baptisan yang berasal dari Allah bahkan dapat dipermalukan oleh pemungut cukai dan perempuan sundal yang mengetahui hal itu dan mengakuinya.
- Di sini terdapat:
- I. Perumpamaan itu sendiri yang melambangkan dua jenis manusia, yaitu mereka yang perkataannya lebih baik daripada kelakuannya, dilambangkan oleh anak pertama, dan satu lagi adalah mereka yang kelakuannya lebih baik daripada apa yang mereka katakan, digambarkan oleh anak yang kedua.
- . Keduanya memiliki seorang ayah yang sama, yang melambangkan bahwa Allah adalah Bapa bagi segenap umat manusia. Ada hal-hal baik yang semua orang terima dari-Nya dengan sama rata, tetapi ada juga kewajiban-kewajiban yang sama yang diharuskan oleh Dia kepada semua orang. Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Benar, namun ada perbedaan yang sangat besar di dalam tabiat manusia.
- . Keduanya disuruh melakukan hal yang sama, yaitu, Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Orangtua tidak boleh membiarkan anak-anak mereka bermalas-malasan. Tidak ada hal lain yang lebih menyenangkan dan sekaligus merusakkan anak muda selain kemalasan (Rat. 3:27). Allah menghendaki anak-anak-Nya untuk bekerja, meskipun mereka semua adalah ahli waris-Nya. Perintah ini telah diberikan kepada kita semua.
- Perhatikan:
- (1) Pekerjaan rohani yang melibatkan kita semua adalah pekerjaan di kebun anggur, yang terhormat, menguntungkan, dan menyenangkan. Oleh karena dosa Adam, kita semua terpaksa harus mengerjakan pekerjaan yang biasa, dan memakan tumbuh-tumbuhan di padang. Tetapi, berkat anugerah Tuhan kita Yesus, kita dipanggil lagi untuk bekerja di kebun anggur.
- (2) Panggilan Injil untuk bekerja di kebun anggur memerlukan ketaatan dengan segera. Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini, sebab akan datang malam dan tak seorang pun dapat bekerja. Kita tidak diutus ke dunia ini untuk berleha-leha, dan sinar matahari di waktu siang tidak diberikan kepada kita supaya kita hanya bisa bermain-main saja. Karena itulah, jika kita bermaksud untuk melakukan apa saja bagi Allah dan jiwa kita, kenapa tidak mulai dari sekarang saja? Kenapa tidak mulai hari ini?
- (3) Nasihat untuk pergi dan bekerja hari ini di kebur anggur diberikan kepada kita seperti kepada anak (Ibr. 12:5), Anakku, pergi dan bekerjalah. Itu adalah perintah dari seorang Bapa, yang mengandung kuasa dan kasih, seorang Bapa yang mengasihani anak-anak-Nya dan memperhitungkan kemampuan mereka sehingga tidak akan membebani mereka melebihi kemampuan mereka (Mzm. 103:13-14). Ia adalah seorang Bapa yang menyayangi anak-Nya yang melayani Dia (Mal. 3:17). Jika kita bekerja di kebun anggur milik Bapa kita, maka kita bekerja untuk keuntungan diri kita sendiri.
- . Perilaku mereka sungguh berbeda.
- (1) Salah seorang dari anak itu berkelakuan lebih baik daripada perkataannya, berbuat lebih baik dari apa yang dijanjikannya. Jawabannya memang buruk, tetapi perilakunya baik.
- [1] Inilah jawaban tidak pantas yang ia berikan kepada ayahnya. Dia berkata dengan jelas dan terus terang, "Aku tidak mau." Lihatlah betapa bobroknya sifat jahat manusia itu, sampai-sampai dia berani menjawab, "Aku tidak mau" terhadap perintah Bapanya. Mereka adalah anak-anak yang kurang ajar dan keras hati. Mereka yang tidak mau patuh biasanya juga tidak tahu malu. Jika saja mereka tahu diri, mereka tidak akan berani berkata, "Kami tidak mau" (Yer. 2:25). Mencari-cari alasan tidaklah baik, tetapi secara terang-terangan menolak untuk patuh bahkan lebih buruk lagi. Sayangnya, penolakan ketus seperti ini justru yang sering terjadi dalam menanggapi panggilan Injil.
- Pertama, beberapa orang menyukai kenyamanan hidup mereka dan tidak mau bekerja. Mereka ingin hidup di dunia ini seperti Lewiatan yang bermain-main di air (Mzm. 104:26). Mereka tidak suka bekerja.
- Kedua, hati mereka terpaut terlalu erat pada padang milik mereka, sehingga mereka tidak lagi peduli akan pekerjaan di kebun anggur Allah. Mereka lebih menyenangi perkara duniawi daripada hal-hal rohani. Jadi, yang menyebabkan orang tidak mau melakukan pekerjaan besar yang menjadi tugas mereka di dunia ini adalah kesenangan pribadi atau kesibukan duniawi, sehingga mereka pun menganggur saja sepanjang hari.
- [2] Setelah merenung kembali, dengan senang hati anak itu berubah pikiran dan sikap: Tapi kemudian ia menyesal dan pergi juga. Perhatikan, ada banyak orang yang pada mulanya jahat, keras hati, dan sama sekali tidak berguna, tetapi kemudian bertobat dan memperbaiki perilaku mereka, lalu menjadi pribadi yang berhasil. Beberapa orang pilihan Allah dibiarkan menjalani hidup hura-hura beberapa waktu lamanya, beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu (1Kor. 6:11). Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan contoh seluruh kesabaran Kristus (1Tim. 1:16). Kemudian ia menyesal. Pertobatan adalah metanoia -- suatu perenungan yang terjadi kemudian, dan juga metameleia -- tindakan yang terjadi kemudian. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Perhatikanlah, ketika anak itu menyesal, ia pun akhirnya pergi juga. Itulah buah yang sesuai dengan pertobatan. Satu-satunya bukti bahwa kita telah menyesali sikap ketidakpatuhan kita adalah dengan menurut dan langsung bekerja. Saat itulah, segala pelanggaran di masa lampau telah diampuni, dan segala sesuatu akan berjalan dengan baik. Lihatlah betapa baiknya Allah Bapa itu. Dia tidak terus mengungkit-ungkit dosa penolakan kita, walaupun Dia patut melakukannya. Orang yang terang-terangan menolak perintah ayahnya, layak dilempar keluar rumah dan dicoret sebagai ahli waris, tetapi Allah kita menanti-nantikan saat Ia menunjukkan kasih-Nya kepada kita, dan menerima kita dengan senang hati jika kita bertobat dan memperbaiki tingkah laku kita, tanpa memperhitungkan lagi perbuatan bebal yang kita pernah lakukan. Terpujilah Allah, sebab kita ada di bawah kovenan atau perjanjian yang menyisakan ruang pertobatan seperti itu.
- (2) Anak yang satu lagi berkata-kata lebih baik daripada kelakuannya, berjanji lebih manis daripada yang benar-benar ia laksanakan. Jawabannya baik, tetapi tindakannya buruk. Kepadanya sang ayah menyuruh hal serupa (ay. 30). Panggilan Injil memang bisa sangat berbeda-beda, tetapi pada hakikatnya sama saja bagi semua orang, sebab dilaksanakan dengan tujuan yang sama. Kita semua memiliki amanat, tugas, dan penghiburan yang sama, meskipun bagi sebagian orang hal itu merupakan bau kehidupan yang menghidupkan, sementara bagi yang lainnya merupakan bau kematian yang mematikan.
- Perhatikanlah:
- [1] Betapa santunnya anak ini berjanji. Jawab anak itu, "Baik, Bapa." Dia bahkan memanggil ayahnya dengan sebutan hormat, yaitu Bapa. Perhatikan, anak-anak memang sudah sepantasnya berbicara dengan sopan terhadap orangtua mereka. Hal itu merupakan salah satu bentuk penghormatan yang diperintahkan oleh hukum Allah yang kelima. Anak itu menyatakan ketaatannya saat itu juga. Dia berkata, "Baik, Bapa," yang berarti, aku pergi sekarang, dan bukan aku akan pergi setelah ini dan setelah itu, melainkan siap, Bapa, aku pergi sekarang, engkau bisa mengandalkan aku. Kita pun harus memberi jawaban seperti itu dengan segenap hati terhadap semua panggilan dan perintah dalam firman Allah (Yer. 3:22, Mzm. 27:8).
- [2] Bagaimana ia gagal melakukan apa yang dijanjikannya. Ia tidak pergi. Perhatikan, ada banyak orang yang mengatakan hal-hal baik dan mengucapkan janji dengan sungguh-sungguh dalam hal rohani demi kepentingan sesaat, namun hal itu hanya berlangsung sampai di situ saja, dan tidak ditindaklanjuti, sehingga tidak menghasilkan apa-apa. Mengatakan dan melakukan adalah dua hal yang berbeda, dan memang ada banyak yang hanya bisa berkata-kata saja tetapi tidak pernah bertindak. Hal ini terutama dituduhkan kepada orang Farisi (23:3). Banyak orang menyatakan kasih dengan mulut mereka, tetapi hati mereka malah sebaliknya. Mereka punya keinginan yang baik untuk menjadi saleh, namun mereka menghadapi sesuatu yang terlalu berat untuk dilakukan, atau sesuatu yang terlalu berharga untuk ditinggalkan, sehingga tujuan mereka pun menjadi sia-sia. Bagaimanapun, kuntum dan bunga itu bukanlah buah.
- II. Pertanyaan umum dari perumpamaan itu, Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya? (ay. 31). Keduanya tidak ada yang luput dari kesalahan, yang satu kurang ajar dan yang lainnya tidak menepati janji. Inilah kelakuan-kelakuan yang kadang didapati orangtua dalam diri anak-anak mereka yang memiliki sifat berbeda-beda, dan mereka memerlukan hikmat dan karunia yang besar untuk menangani keduanya dengan cara yang terbaik. Akan tetapi, pertanyaannya adalah, yang mana yang lebih baik dari kedua anak itu, yang mana yang paling kecil kesalahannya? Pertanyaan ini bisa langsung terjawab, yaitu anak yang terakhir, sebab tindakannya lebih baik daripada perkataannya, dan kesudahannya lebih baik dari permulaannya. Imam-imam kepala dan para tua-tua menjawab pertanyaan ini dengan benar, karena mereka bisa mempelajarinya menurut akal sehat manusia, yang biasanya lebih suka berurusan dengan orang yang berlaku lebih baik daripada perkataannya, daripada berhadapan dengan orang yang tidak suka menepati janji. Sesuai dengan maksud perumpamaan itu, mereka juga telah mengetahui ketetapan Allah mengenai penghakiman-Nya (Yeh. 18:21-24), bahwa jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya, ia akan diampuni, tetapi jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya, ia akan ditolak. Intisari keseluruhan firman memberi pengertian pada kita bahwa orang yang melakukan pelanggaran, tetapi kemudian menyesali dan memperbaikinya, akan dianggap telah melakukan kehendak Allah.
- III. Penerapan khusus dari perumpamaan itu pada perkara yang kini sedang diperdebatkan (ay. 31-32). Tujuan utama perumpamaan itu adalah untuk menunjukkan bagaimana para pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal, yang tidak pernah membicarakan Mesias dan Kerajaan-Nya, justru menyambut ajaran itu dan menyerahkan diri mereka untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, yaitu pendahulu-Nya, sementara para imam dan tua-tua yang menggembar-gemborkan pengharapan akan kedatangan Mesias dan kelihatannya paling siap untuk menyambut-Nya, justru merendahkan Yohanes Pembaptis dan menentang tujuan tugasnya. Akan tetapi, perumpamaan ini juga mengandung maksud yang lebih jauh lagi. Orang-orang bukan-Yahudi, seperti anak yang kedua itu, mereka terkadang tidak taat, sudah sejak dahulu menjadi anak-anak pembangkang (Tit. 3:3-4), namun, saat Injil diberitakan, mereka menaatinya dalam iman. Sebaliknya, orang-orang Yahudi yang berkata, "Baik, Bapa," dan berjanji untuk taat (Kel. 24:7; Yos. 24:24), malah tidak melakukannya. Mereka memperdaya Allah dengan mulut mereka (Mzm. 78:36).
- Dengan memakai perumpamaan ini, perhatikanlah:
- . Bagaimana Kristus membuktikan bahwa baptisan Yohanes berasal dari sorga, dan bukan dari manusia. "Jika kamu tidak bisa mengatakannya," kata Kristus, "setidaknya kamu dapat memperkirakannya":
- (1) Melalui maksud pelayanannya. Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu. Kalau kamu ingin mengetahui apakah Yohanes diutus oleh Allah, maka ingatlah kaidah pengujian ini, Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka, yaitu buah-buah dari ajaran mereka dan buah dari perilaku mereka. Perhatikan saja jalan mereka, maka kamu pun akan tahu arah dan kecenderungan mereka. Yohanes jelas-jelas datang menunjukkan jalan kebenaran. Dalam pelayanannya, dia mengajarkan orang untuk bertobat dan berbuat benar. Dalam perilakunya, ia menunjukkan teladan dalam menjalani hidup yang ketat, sungguh-sungguh, tidak mengindahkan kesenangan dunia, menyangkal diri dan berbuat baik kepada orang lain. Karena itulah, Kristus juga menyerahkan diri-Nya untuk dibaptis oleh Yohanes, sebab sudah menjadi tugas-Nya untuk menjalankan segala kebenaran. Nah, jika Yohanes jelas-jelas telah datang untuk menunjukkan jalan kebenaran, masakan mereka masih tidak mau tahu atau meragukan bahwa baptisannya berasal dari sorga?
- (2) Melalui keberhasilan pelayanannya. Para pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal pun percaya padanya. Dia melakukan banyak hal baik di antara orang-orang yang paling jahat sekalipun. Rasul Paulus membuktikan kerasulannya dengan meterai pelayanannya (1Kor. 9:2). Jika Allah tidak mengutus Yohanes Pembaptis, Ia tidak mungkin memberikan begitu banyak keberhasilan padanya, ataupun menjadikannya sebagai alat untuk membimbing banyak jiwa ke dalam pertobatan. Jika para pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal pun percaya pada apa yang dikatakannya, pastilah tangan Tuhan menyertai dia. Membaiknya kelakuan orang memberi kesaksian terbaik mengenai para hamba Allah.
- . Bagaimana Kristus mencela mereka karena sikap mereka yang merendahkan baptisan Yohanes, yang bahkan tidak berani mereka akui karena mereka takut terhadap orang banyak. Untuk mempermalukan mereka, Dia membeberkan iman, pertobatan, dan ketaatan para pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal, yang bertolak belakang dengan kedegilan dan kekerasan hati mereka. Dia menunjukkan (11:21), bahwa yang sepertinya tidak akan bertobat justru bertobat, dan hal itu kini benar-benar telah terjadi.
- (1) Para pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal itu seperti anak kedua dalam perumpamaan tersebut. Tidak banyak hal rohani yang dapat diharapkan dari diri mereka. Mereka tidak banyak menjanjikan hal-hal yang baik, dan orang lain yang mengenal mereka tidak banyak mengharapkan hal-hal baik dari mereka. Mereka biasanya bersikap kasar, dan berperilaku cabul dan kotor. Namun, banyak dari antara mereka yang disadarkan oleh pelayanan Yohanes, yang datang dengan roh dan kuasa Elia (Luk. 7:29). Hal ini secara tepat melambangkan kehidupan orang bukan-Yahudi, sebagaimana yang diamati Dr. Whitby bahwa orang Yahudi menyamakan pemungut cukai dengan orang kafir, bahkan, orang kafir itu digambarkan mereka sebagai perempuan sundal, yang dilahirkan dari zinah (Yoh. 8:41).
- (2) Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, imam kepala dan tua-tua, bahkan bangsa Yahudi secara umum, adalah seperti anak lainnya dalam perumpamaan itu, yaitu yang menjanjikan hal-hal baik. Mereka terlihat begitu rohani, tetapi saat Kerajaan Mesias ditunjukkan di hadapan mereka melalui baptisan Yohanes, mereka justru menghinanya dan menolaknya mentah-mentah, bahkan mengangkat tumit mereka terhadapnya. Seorang yang munafik lebih sulit disadarkan dan dipertobatkan daripada pendosa yang paling hina. Rupa kesalehan yang terlihat dari luar dapat menjadi salah satu benteng kekuatan Iblis, yang dipakainya untuk menentang kuasa kesalehan. Hal-hal yang memperparah ketidakpercayaan mereka adalah:
- [1] Kenyataan bahwa Yohanes adalah orang yang hebat, dan dia datang kepada mereka untuk menunjukkan jalan kebenaran. Semakin hebat sarana yang dipakai, semakin besar juga pertanggungjawaban yang dituntut, jika hal itu tidak dipakai untuk memperbaiki diri.
- [2] Saat mereka melihat para pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal mendahului mereka masuk ke dalam Kerajaan Sorga, mereka tidak juga lantas bertobat dan percaya. Kecemburuan rohani tidak bangkit dalam hati mereka (Rm. 11:14). Bagaimana mungkin para pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal itu saja bisa pergi dengan berkat anugerah dan kemuliaan sedangkan kita tidak mendapat bagian apa-apa sama sekali? Masakan orang-orang yang lebih buruk daripada kita bahkan menjadi lebih kudus dan berbahagia dibanding kita sendiri? Mereka tidak memiliki akal budi dan anugerah yang dimiliki Esau, yang tersentuh dan memperbaiki kesalahannya dengan mencontoh teladan adiknya (Kej. 28:6). Imam-imam sombong yang telah dijadikan pemimpin ini tidak sudi mengikuti para pemungut cukai, bahkan ke dalam Kerajaan Sorga sekalipun. Dengan batang hidung yang terangkat, mereka tidak mau mencari Allah, tidak mau mencari Kristus (Mzm. 10:4).
Matthew Henry: Mat 21:33-46 - Perumpamaan tentang Penggarap-penggarap Kebun Anggur Perumpamaan tentang Penggarap-penggarap Kebun Anggur (21:33-46)
Perumpamaan ini secara gamblang menyatakan dosa dan kebinasaan yang sedang melanda ...
Perumpamaan tentang Penggarap-penggarap Kebun Anggur (21:33-46)
- Perumpamaan ini secara gamblang menyatakan dosa dan kebinasaan yang sedang melanda bangsa Yahudi. Di sini, bangsa Yahudi beserta para pemimpinnya digambarkan sebagai para penggarap kebun anggur. Hukuman yang dijatuhkan kepada mereka disebutkan di sini supaya menjadi peringatan bagi semua orang yang menikmati hak-hak istimewa dalam gereja, agar mereka bersikap dengan penuh hormat dan tidak angkuh.
- I. Di sini diceritakan tentang hak-hak istimewa umat Yahudi, yang dilambangkan dengan peristiwa disewakannya kebun anggur kepada para penggarap itu. Mereka adalah para penyewa yang harus bertanggung jawab kepada Allah, Sang Tuan Tanah yang agung.
- Perhatikanlah:
- . Bagaimana Allah membangun jemaat-Nya sendiri di dunia ini.
- Kerajaan Allah di bumi ini adalah ibarat sebuah kebun anggur yang telah dilengkapi dengan segala sesuatu yang diperlukan untuk mengelolanya supaya berkembang dan memberi keuntungan.
- (1) Dia mengusahakan kebun anggur itu. Jemaat-Nya merupakan kebun yang diusahakan Tuhan (Yes. 61:3). Pembentukan jemaat itu sendiri merupakan suatu pekerjaan, seperti halnya penanaman kebun anggur yang memerlukan banyak uang dan perhatian. Kebun anggur itu ialah batang yang ditanam oleh tangan kanan-Nya (Mzm. 80:16), ditanami dengan pokok anggur pilihan (Yes. 5:2), dari benih yang sungguh murni (Yer. 2:21). Bumi ini sendiri menghasilkan duri dan semak belukar, tetapi untuk mendapatkan anggur, kita harus menanamnya terlebih dahulu. Keberadaan jemaat berutang kepada kemurahan hati Allah yang tiada taranya dan kepada kesediaan-Nya untuk menampakkan diri kepada beberapa dari jemaat-Nya. Keberadaannya tidak bergantung pada hal-hal lain selain itu.
- (2) Ia menanam pagar di sekeliling kebun anggur itu. Perhatikan, jemaat Allah di dunia ini dilindungi oleh-Nya dengan cara yang istimewa. Pagar itu mengelilingi kebun, seperti pagar yang ada di sekeliling Ayub (Ayb. 1:10), sebuah tembok berapi (Za. 2:5). Di mana pun jemaat Allah berada, mereka selalu ada dalam perlindungan-Nya. Perjanjian sunat dan tata aturan hukum merupakan pagar atau tembok pemisah di sekeliling umat Yahudi, dan ini telah diruntuhkan oleh Kristus dan telah digantikan-Nya dengan pagar jemaat-Nya yang berupa ketentuan Injil dan ketaatan terhadap-Nya. Dia tidak akan membiarkan kebun anggur-Nya tergeletak begitu saja sehingga orang-orang dari luar bisa masuk dengan seenaknya, tetapi juga tidak membiarkannya terlalu melimpah ruah sehingga orang-orang di dalamnya bisa bertindak dengan semena-mena. Ia membatasi daerah kebun anggur tersebut dengan hati-hati di sekitar gunung kudus-Nya.
- (3) Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Mezbah korban bakaran merupakan tempat memeras anggur, ke mana segala persembahan dibawa. Allah menetapkan ibadah dalam jemaat-Nya dengan tujuan untuk mengawasinya serta menyokongnya supaya berbuah. Semuanya sudah tersedia. Jadi, apa lagi yang dapat dibuat untuk membuat jemaat merasa nyaman?
- . Bagaimana Dia mempercayakan hak-hak istimewa jemaat-Nya kepada bangsa dan umat Yahudi, terutama kepada imam-imam kepala dan tua-tua mereka. Ia menyewakan kebun anggur itu kepada mereka, sebagai penggarap-penggarap-Nya, bukan karena Ia membutuhkan mereka seperti lazimnya seorang tuan tanah membutuhkan para penyewa, tetapi karena Ia hendak menguji mereka dan supaya mereka belajar menghormati-Nya. Saat Allah dikenal di Yehuda dan nama-Nya diagungkan, saat mereka diangkat Allah menjadi umat, menjadi ternama, menjadi terpuji (Yer. 13:11), saat Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub (Mzm. 147:19), saat perjanjian kehidupan dan sejahtera dibuat dengan kaum Lewi (Mal. 2:4-5), saat itu pulalah kebun anggurnya disewakan kepada mereka. Lihatlah ringkasan perjanjian sewa-menyewa dalam Kidung Agung 8:11-12. Pemilik kebun anggur itu hendak memperoleh seribu keping perak (bdk. Yes. 7:23), laba utamanya akan menjadi milik tuan tanah, sedangkan para penjaganya mendapat upah dua ratus perak, jumlah uang yang cukup besar dan menggiurkan. Kemudian, ia pun berangkat ke negeri lain. Setelah menegakkan umat Yahudi di Gunung Sinai dengan menampakkan diri-Nya, Allah menarik diri dari mereka. Mereka tidak lagi mendapat penampakan nyata seperti itu, tetapi hanya diberi firman tertulis. Atau, mereka mengira Ia telah berangkat ke negeri lain yang jauh sebagaimana yang dipikirkan orang Israel sewaktu mereka membuat lembu emas, karena menyangka Musa sudah pergi. Mereka menganggap jauh hari malapetaka.
- II. Apa yang diharapkan Allah dari hasil garapan para penggarap itu (ay. 34). Pengharapan Allah ini sah-sah saja, sebab siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Perhatikan, Allah mencari buah dari orang yang menikmati hak-hak istimewa gereja, baik itu para pelayan maupun jemaat.
- . Tuntutan-Nya tidak semena-mena. Dia tidak mengharuskan mereka membayar di muka, sekalipun Dia telah berkorban banyak. Akan tetapi, Ia sabar menunggu hingga hampir tiba musim petik, sebagaimana Yohanes memberitakan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat. Allah selalu penuh anugerah dan memberi kita waktu.
- . Tuntutan yang Ia ajukan tidak terlalu muluk. Dia tidak mengharuskan mereka menanggung beban yang terlalu berat seperti denda sewa jika mereka sampai harus menunggak, namun Dia mengirim hamba-hamba-Nya kepada mereka, untuk mengingatkan mereka akan kewajiban membayar sewa, serta membantu mereka memanen buah dan mengembalikan bagian milik-Nya. Hamba-hamba ini adalah para nabi pada zaman Perjanjian Lama yang kadang-kadang diutus secara langsung kepada bangsa Yahudi untuk menegur dan mengajar mereka.
- . Tuntutan-Nya tidaklah sulit. Ia hanya ingin menerima hasil yang menjadi bagian-Nya. Dia tidak meminta lebih dari yang mereka bisa berikan, tetapi hanya sebagian dari hasil yang telah Dia tanam sendiri, yaitu penerapan hukum dan ketetapan yang telah Ia berikan kepada mereka. Adakah hal lain yang lebih wajar daripada itu? Tetapi Israel adalah pokok anggur yang kosong, bahkan telah berubah menjadi pohon anggur yang tak dikenal, yang hanya menghasilkan buah anggur liar.
- III. Perlakuan jahat para penggarap yang semena-mena terhadap utusan yang dikirim kepada mereka.
- . Saat Ia mengutus hamba-hamba-Nya, para penggarap menyiksa mereka, sekalipun mereka itu mewakili pemilik kebun anggur dan bertindak atas nama-Nya. Perhatikan, panggilan dan teguran firman akan menjadi suatu hal yang menjengkelkan bagi mereka yang tidak mengindahkannya. Lihatlah di sini, apa yang telah begitu lama menjadi bagian para utusan Allah yang setia:
- (1) Penderitaan, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi, yang begitu dibenci oleh para penggarap itu. Mereka tidak hanya membenci dan menghina nabi-nabi itu, tetapi juga memperlakukan nabi-nabi itu layaknya penjahat-penjahat besar. Mereka memukuli, membunuh dan merajam nabi-nabi itu. Mereka memukul Yeremia, membunuh Yesaya, dan merajam Zakharia anak Yoyada di Bait Suci. Jika setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus saja akan menderita aniaya, apalagi mereka yang berusaha membawa orang lain kepada-Nya. Inilah perdebatan yang sudah lama berlangsung antara Allah dan umat Yahudi yang memperlakukan para nabi dengan semena-mena (2Taw. 36:16).
- (2) Sudah menjadi nasib mereka untuk menderita karena perbuatan para penggarap kebun tuan mereka sendiri. Para penggarap yang memperlakukan mereka seperti itu adalah para imam kepala dan tua-tua yang menduduki kursi Musa, yang mengaku-ngaku beragama dan berhubungan dengan Allah. Mereka justru menjadi musuh besar para nabi Tuhan, dengan mengucilkan dan membunuh mereka, seraya berkata, "Baiklah TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya" (Yes. 66:5; Yer. 20:1-2; 26:11).
- Nah, lihatlah:
- [1] Bagaimana Allah bersabar dalam menunjukkan kebaikan-Nya kepada mereka. Dia mengutus hamba-hamba-Nya yang lain, lebih hebat daripada yang pertama, sekalipun yang pertama itu tidak dihiraukan dan malah dianiaya. Dia mengutus Yohanes Pembaptis kepada mereka, dan ia pun dipancung oleh mereka. Lalu Ia mengutus lagi para murid-Nya untuk mempersiapkan jalan-Nya. Oh, betapa besar dan dalamnya kesabaran Allah dalam menanggung penderitaan dan penganiayaan yang harus dialami pelayanan gereja-Nya!
- [2] Bagaimana mereka tetap bertahan dalam kejahatan mereka. Mereka memperlakukan hamba-hamba itu sama seperti kawan-kawan terdahulunya. Satu dosa biasanya merambat menjadi dosa lain yang serupa. Mereka yang haus darah orang suci, menambah rasa haus mereka setiap kali mereka meminumnya, dan terus menjerit, "Beri, beri kami lebih lagi."
- . Akhirnya, Ia pun mengutus Anak-Nya kepada mereka. Kita telah melihat bagaimana besarnya kebaikan Allah yang terus-menerus mengutus hamba-hamba-Nya. Kita juga telah menyaksikan betapa jahatnya para penggarap itu terhadap para hamba-Nya. Akan tetapi, kebaikan-Nya dan kejahatan mereka semakin bertambah lagi pada kali berikutnya.
- (1) Tidak pernah ada anugerah yang begitu mulia selain yang terdapat dalam pengutusan Sang Anak. Hal ini dilakukan sebagai tindakan yang terakhir. Perhatikan, semua nabi adalah perintis dan pembuka jalan bagi Kristus. Kristus sendiri diutus belakangan, sebab jika usaha-usaha sebelumnya tidak berhasil, tentu seharusnya kali ini akan membawa hasil. Oleh sebab itulah, hal ini merupakan ratio ultima -- tindakan yang terakhir dilakukan. Anakku akan mereka segani, karena itulah Aku akan mengutus Dia. Perhatikan, wajar saja untuk berharap bahwa Anak Allah akan dihormati saat Ia datang kepada umat milik-Nya, dan rasa hormat terhadap Kristus akan menjadi dasar yang kuat dan bisa berhasil membawa orang taat dan berbuah bagi kemuliaan Allah. Jika mereka menghormati Sang Anak, maka masalahnya pun akan terselesaikan. Anakku akan mereka segani, sebab Ia datang dengan kuasa yang lebih besar daripada hamba-hamba-Ku. Karena penghakiman adalah milik-Nya, maka semua manusia akan menghormati Dia. Menolak Dia akan mendatangkan bencana yang lebih besar daripada merendahkan hukum Musa.
- (2) Tidak pernah ada dosa yang lebih keji daripada dosa penganiayaan terhadap-Nya, yang saat itu akan menimpa-Nya dalam dua atau tiga hari lagi.
- Perhatikanlah:
- [1] Bagaimana penganiayaan itu dirancangkan (ay. 38): ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya, yaitu ketika Dia, yang diakui dan diikuti orang banyak sebagai Mesias, datang untuk meminta bagian-Nya dari kebun anggur itu, atau menyita kebun-Nya. Hal ini membuat mereka merasa terancam, sehingga mereka pun bertekad untuk melakukan suatu tindakan nekad untuk mempertahankan kekayaan dan kemewahan mereka dengan cara menyingkirkan Dia, yang kini merupakan satu-satunya hambatan dan musuh mereka. Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Pilatus dan Herodes, penguasa dunia ini, tidak mengenal-Nya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia (1Kor. 2:8). Tetapi, imam kepala dan tua-tua, setidaknya sebagian dari mereka, tahu betul bahwa Ia adalah ahli waris, dan karena itulah, mari kita bunuh Dia. Banyak orang dibunuh karena apa yang mereka miliki. Hal utama yang membuat mereka dengki pada-Nya, dan membuat mereka benci sekaligus takut pada-Nya adalah ketertarikan orang banyak itu kepada-Nya dan sorakan hosana yang mereka tujukan kepada-Nya, yang sebenarnya ingin mereka peroleh seluruhnya apabila Ia sudah dilenyapkan. Mereka pura-pura berpendapat bahwa Dia harus mati daripada seluruh bangsa mereka dibinasakan oleh orang Romawi (Yoh. 11:50), padahal sebenarnya mereka ingin menyingkirkan Dia untuk mempertahankan kemunafikan dan kesewenang-wenangan mereka yang pasti akan dilenyapkan oleh pembaruan yang akan dibawa oleh Kerajaan Mesias yang telah lama dinantikan-nantikan itu. Dia mengusir orang-orang yang berjual beli di Bait Suci, karena itu mari kita bunuh Dia, dan supaya kebun itu dengan sendirinya akan menjadi milik kita, marilah kita ambil warisannya menjadi milik kita. Pikir mereka, jika mereka bisa melenyapkan Yesus, mereka pasti dapat menguasai gereja tanpa kendali dan bisa seenaknya menjalankan tradisi apa saja serta memaksa orang tunduk kepada apa pun yang mereka kehendaki. Dengan demikian, mereka bermufakat melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya, tetapi Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa melihat anak panah mereka meleset dari sasaran, sebab sementara mereka berencana membunuh dan mengambil harta warisan-Nya, Dia justru pergi dengan sukarela menghampiri takhta-Nya melalui kayu salib, sementara mereka diremukkan dengan gada besi dan hak waris mereka direnggut (Mzm. 2:2-3, 6, 9).
- [2] Bagaimana rencana mereka dijalankan (ay. 39). Mereka bertekad untuk membunuh-Nya demi menunaikan rencana mereka dalam mendapatkan dan mempertahankan harta dan kekuasaan, dan Dia sendiri pun telah bertekad untuk mati untuk menggenapi rencana-Nya dalam menaklukkan Iblis dan menyelamatkan orang-orang pilihan-Nya, sehingga tidaklah mengherankan bila mereka dapat menangkap dan membunuh-Nya dengan segera, saat waktu-Nya sudah tiba. Sekalipun yang menjatuhkan hukuman kepada-Nya adalah pemerintah Romawi, tanggung jawabnya tetap jatuh di atas pundak para imam dan tua-tua, sebab mereka tidak hanya menjadi pelakunya, tetapi juga otak utamanya, dan karena itu, dosa merekalah yang terbesar. Kamu telah membunuh (Kis. 2:23). Mereka bahkan menganggap-Nya tidak layak untuk hidup, sampai-sampai mereka pun melemparkannya ke luar kebun anggur, keluar dari jemaat kudus, yang mereka pikir telah mereka kuasai kuncinya, dan keluar dari kota kudus, sebab Dia disalibkan di luar pintu gerbang (Ibr. 13:12), seakan-akan Dia itu aib dan cela, padahal Dia adalah kemuliaan terbesar Israel, umat-Nya sendiri. Demikianlah mereka yang menganiaya para hamba, juga menganiaya Sang Anak. Kalau orang sudah memperlakukan para hamba Allah secara demikian, maka mereka pun pasti akan memperlakukan Kristus dengan cara yang sama, seandainya Ia juga ada di antara mereka.
- IV. Inilah petaka yang keluar dari mulut mereka sendiri (ay. 40-41).
- Dia menanyakannya kepada mereka, Apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu? Dia mengarahkan pertanyaan ini kepada mereka untuk lebih meyakinkan mereka lagi bahwa mereka lebih-lebih lagi tidak dapat diampuni, sebab mereka telah mengetahui sebelumnya penghakiman Allah terhadap orang-orang yang melakukan hal tersebut. Perhatikanlah, Allah selalu akan bertindak tegas sesuai dengan hukum-Nya, karena itu para pendosa sendiri menjadi bukti mengenai keadilan tindakan-Nya itu. Allah selalu berbicara benar. Mereka bisa menjawab pertanyaan itu dengan cepat, yaitu bahwa Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu. Perhatikan, banyak orang dapat meramalkan akibat buruk dari dosa orang lain, tetapi tidak bisa melihat apa yang akan diakibatkan oleh dosa mereka sendiri.
- . Juruselamat kita, dalam pertanyaan-Nya tadi, mengandaikan bahwa tuan kebun anggur tadi akan datang untuk membuat perhitungan dengan mereka. Allah adalah Tuan kebun anggur itu, dan tanah itu adalah miliknya. Ia hendak menyadarkan mereka yang sekarang tengah memerintah atas hal yang telah Ia percayakan kepada mereka itu, karena mereka bertingkah seakan-akan kebun anggur itu milik mereka sendiri. Tuan kebun anggur itu akan datang. Si penganiaya berkata dalam hati mereka, tuanku tidak datang-datang, Dia tidak melihat, Dia tidak akan menuntut. Akan tetapi, mereka akan mendapati bahwa sekalipun Ia panjang sabar terhadap mereka, Ia tidak akan selamanya membiarkan mereka berbuat sesuka hati seperti itu. Bagi orang-orang kudus dan para hamba Tuhan yang menderita aniaya, berbesar hatilah, Tuhan sudah dekat dan Sang Hakim sudah ada di ambang pintu. Saat Ia datang, apa yang akan diperbuat-Nya terhadap orang-orang yang hanya mengaku-ngaku percaya tetapi tetap berbuat dosa? Apa yang akan dilakukan-Nya terhadap para penganiaya yang kejam? Mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Mereka memang masih merajalela sekarang, tetapi Ia melihat bahwa hari-Nya sudah dekat.
- . Dari jawaban mereka sendiri, mereka yakin bahwa hukuman yang mengerikan akan dijatuhkan. Begitu jahatnya perbuatan itu, sampai-sampai Anda pun bisa merasa yakin:
- (1) Bahwa Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu. Kebinasaan adalah malapetaka yang akan menimpa mereka. Kakous kakōs apolesei -- Malos male perdet. Biarlah orang menjadi takut berbuat jahat supaya mereka pun selamat. Malapetaka itu menimpa bangsa Yahudi, saat mereka dibinasakan dengan hebat oleh bangsa Romawi sekitar empat puluh tahun kemudian. Bangsa mereka pun menjadi terpuruk dalam kehancuran yang menyedihkan dan tiada bandingannya. Hal yang sama akan menimpa semua orang yang meniru perbuatan jahat mereka. Neraka adalah kebinasaan yang kekal, dan akan menjadi kebinasaan yang paling mengerikan terutama bagi mereka yang telah menikmati bagian dalam hak-hak istimewa dari gereja Kristus tetapi tetap tidak mau berubah juga. Tempat terpanas di neraka akan menjadi bagian orang-orang munafik dan para penganiaya.
- (2) Bahwa Ia akan menyewakan kebun anggur-Nya kepada penggarap-penggarap lain. Perhatikan, Allah tetap akan membangun gereja-Nya di dunia ini, kendati banyak perlawanan dan penghinaan dari mereka yang menyalahgunakan hak-hak istimewa di dalamnya. Ketidakpercayaan dan kelancangan manusia tidak akan mengurangi keampuhan firman Allah. Jika yang seorang tidak mengindahkan-Nya, yang lainnya pasti tidak akan demikian. Apa yang telah dicampakkan bangsa Yahudi merupakan harta bagi orang bukan-Yahudi. Para penganiaya boleh membinasakan hamba-hamba Allah, tetapi mereka tidak akan mampu menghancurkan jemaat-Nya. Tentu saja bangsa Yahudi mengira bahwa merekalah umat pilihan itu, sehingga segala hikmat dan kekudusan pasti akan binasa juga jika mereka tiada. Mereka pikir, jika mereka dilenyapkan, apa yang bisa dilakukan Allah dengan gereja-Nya di dunia ini? Akan tetapi, saat Allah memakai manusia untuk menjadi duta-Nya, hal itu bukan karena Dia membutuhkan mereka atau berutang budi kepada mereka. Sekalipun kita sudah dihancurkan dan dibinasakan, Allah tetap dapat membangun gereja-Nya di atas reruntuhan kita, sebab Dia tidak akan pernah kehilangan akal untuk melakukan apa pun bagi kebesaran nama-Nya, tak peduli apa pun yang terjadi pada kita, pada negeri atau bangsa kita.
- V. Penggambaran dan penerapan selanjutnya oleh Kristus sendiri, dengan memberi tahu mereka bahwa hukuman yang mereka katakan itu benar.
- . Dia menggambarkannya dengan mengacu kepada firman yang digenapi oleh hal itu (ay. 42), Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci? Ya, tentu saja, mereka telah sering membaca dan menyanyikannya, tetapi tidak pernah merenungkannya. Kita kehilangan manfaat dari apa yang kita baca jika kita kurang merenungkannya. Firman yang dikutip-Nya itu adalah Mazmur 118:22-23, konteks yang sama yang dipakai untuk anak-anak yang menyorakkan hosana. Firman tersebut di satu pihak mendatangkan pujian dan penghiburan bagi sahabat-sahabat dan para pengikut Kristus, tapi di lain pihak justru mendatangkan penghukuman dan kegentaran bagi para musuh-Nya. Firman Allah memang seperti pedang bermata dua. Firman itu, Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru, menggambarkan perumpamaan sebelumnya, terutama bagian yang mengacu kepada Kristus.
- (1) Penolakan para tukang bangunan terhadap batu itu sama dengan perlakuan semena-mena para penggarap kebun anggur terhadap anak tuan tanah yang diutus kepada mereka. Para imam kepala dan tua-tua adalah tukang bangunan itu, yaitu orang-orang yang mengawasi gereja Yahudi sebagai bangunan kepunyaan Allah, tetapi mereka tidak sudi memberikan sebuah tempat pun kepada Kristus dalam bangunan itu dan tidak mau memasukkan pengajaran dan hukum-hukum-Nya dalam ketetapan mereka. Mereka justru menyingkirkan Dia seperti sebuah bejana hina yang sudah pecah, atau seonggok batu yang hanya pantas untuk diinjak-injak.
- (2) Selanjutnya, perubahan batu itu menjadi batu penjuru sama dengan peristiwa disewakannya kebun anggur itu kepada para penggarap lain. Dia yang telah ditolak oleh bangsa Yahudi, justru kemudian disambut baik oleh bangsa bukan-Yahudi. Bagi umat tersebut, di mana tidak ada perbedaan antara disunat atau tidak disunat, Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Kuasa-Nya atas gereja Injil dan pengaruh-Nya serta penguasaan-Nya atas gereja tersebut sebagai Kepala dan Pemersatu seperti layaknya sebuah batu penjuru, merupakan tanda besar dari keagungan-Nya. Oleh karena itu, dibagikan kepada-Nya orang-orang besar sebagai rampasan, dan Ia pun menerima Kerajaan-Nya, sekalipun kedengkian para imam dan tua-tua membuat mereka tidak sudi membiarkan Dia berkuasa atas mereka.
- (3) Campur tangan Allah dalam semuanya ini. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN. Bahkan, penolakan terhadap-Nya oleh tukang bangunan Yahudi juga ada dalam pertimbangan dan pengetahuan Allah. Dia mengizinkan dan mengalahkan semua itu. Tangan kanan dan lengan Allah yang kudus pulalah yang membuat batu yang terbuang itu berubah menjadi batu penjuru. Allah sendiri yang meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, dan hal itu merupakan suatu perbuatan ajaib di mata kita. Kefasikan orang Yahudi dalam menolak Dia juga merupakan hal yang mencengangkan sebab sungguh mengherankan bila manusia bisa berprasangka seburuk itu terhadap kepentingan mereka sendiri! (Yes. 29:9-10, 14). Penghormatan yang diberikan kepada-Nya oleh bangsa bukan-Yahudi, sekalipun orang-orang-Nya sendiri justru malah melecehkan-Nya, juga adalah sebuah keajaiban, yaitu bahwa Dia yang dihinakan dan dijijikkan orang justru dikagumi raja-raja! (Yes. 49:7). Tetapi hal itu memang terjadi dari pihak Tuhan.
- . Dia menerapkannya pada mereka, dan penerapan adalah hal yang menghidupkan suatu khotbah.
- (1) Dia menerapkan hukuman yang baru saja mereka lontarkan (ay. 41) dan membalikkannya kepada mereka sendiri. Bukan bagian sebelumnya dari itu, yakni mengenai kebinasaan menyedihkan yang akan dialami para penggarap (Dia tidak sampai hati membicarakan hal itu), melainkan bagian berikutnya, yaitu hal menyewakan kebun anggur itu pada penggarap-penggarap lain, sebab sekalipun hal itu terdengar buruk di telinga orang Yahudi, tetapi bagi orang bukan-Yahudi justru sebaliknya.
- [1] Bahwa umat Yahudi akan dihancurkan. Kerajaan Allah akan diambil dari padamu. Nasib para penggarap itu sama dengan petaka yang menimpa kebun anggur yang dirusak dan dibiarkan terinjak-injak (Yes. 5:5). Sejak dahulu bangsa Yahudi telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan (Rm. 9:4), kepada merekalah dipercayakan firman Allah (Rm. 3:2), dan juga penyataan agama serta tugas untuk memasyhurkan nama Allah di dunia ini (Mzm. 76:2-3), tetapi kini hal itu tidak lagi berlanjut. Mereka bukan saja tidak berbuah dalam hak-hak istimewa yang telah dipercayakan kepada mereka, tetapi juga telah menyelewengkannya untuk menentang Injil Kristus, sehingga hak-hak itu pun akan segera diambil dari mereka. Perhatikan, Allah bertindak benar dengan menghapuskan hak-hak istimewa gereja dari orang-orang yang bukan hanya berdosa terhadapnya, tetapi juga malah memakainya untuk berbuat dosa (Why. 2:4-5). Kerajaan Allah direnggut dari bangsa Yahudi bukan saja akibat penghakiman sementara yang menimpa mereka, tetapi juga oleh penghakiman rohani yang menguasai mereka, oleh kebutaan pikiran, kedegilan hati, dan murka mereka terhadap Injil (Rm. 11:8-10; 1Tes. 2:15).
- [2] Bahwa bangsa bukan-Yahudi akan dipanggil masuk. Allah tidak bergantung pada kita untuk membangun gereja-Nya di dunia ini. Meski tanaman anggur-Nya dicabut di suatu tempat, Dia akan selalu dapat menemukan tempat lain untuk menanamnya kembali. Dia akan memberikannya ethnei -- kepada bangsa bukan-Yahudi, yang akan menghasilkan buah. Bangsa yang tadinya bukan umat-Nya dan tidak memperoleh belas kasihan Allah, kini menjadi kesayangan sorga. Inilah misteri yang membuat Paulus sangat terharu (Rm. 11:30, 33), dan sangat dihinakan oleh orang Yahudi (Kis. 22:21-22). Pada awalnya, ketika Israel ditempatkan di Kanaan, kejatuhan bangsa bukan-Yahudi menjadi kekayaan bangsa Israel (Mzm. 135:10-11), tetapi sekarang, sewaktu bangsa Israel sendiri dimusnahkan, kejatuhan mereka pun menjadi kekayaan bagi bangsa bukan-Yahudi (Rm. 11:12). Jadi, semuanya itu akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. Perhatikan, jauh-jauh hari sebelumnya Kristus telah mengetahui siapa yang akan menghasilkan buah Injil dengan menggunakan sarana-sarana Injil, sebab semua keberhasilan kita dalam menghasilkan buah tidak lain adalah pekerjaan tangan-Nya sendiri, dan segala pekerjaan Allah telah diketahui-Nya sejak dari semula. Mereka akan menghasilkan lebih banyak buah daripada yang dihasilkan oleh bangsa Yahudi. Allah mendapatkan lebih banyak kemuliaan dari gereja-Nya di zaman Perjanjian Baru, dibandingkan dengan yang diperoleh-Nya dari umat-Nya di era Perjanjian Lama, sebab, saat Ia melakukan perubahan, hal itu tidak akan merugikan-Nya.
- (2) Dia menerapkan firman yang telah Ia kutip sebelumnya (ay. 42), untuk menimbulkan kegentaran di hati mereka (ay. 44). Batu ini, yang telah ditolak oleh tukang-tukang bangunan telah ditentukan untuk menjatuhkan banyak orang di Israel. Di sini, diceritakan pula petaka yang menimpa dua jenis orang, yang membuktikan bahwa Kristuslah yang memang telah ditentukan untuk menggenapi hal itu, melalui kejatuhan mereka.
- [1] Sebagian orang, karena ketidaktahuan mereka, tersandung oleh keadaan Kristus yang hina. Saat Batu itu tergeletak di tanah sesaat setelah para tukang bangunan itu mencampakkan-Nya, mereka pun tersandung karena-Nya, jatuh dan menimpa-Nya, lalu hancur, karena mereka buta dan ceroboh sehingga tidak dapat melihat-Nya. Penghinaan mereka terhadap Kristus tidak akan melukai-Nya, seperti juga orang yang tersandung batu tidak akan merusak batu yang membuatnya tersandung itu; sebaliknya, mereka sendirilah yang akan terluka. Mereka akan jatuh dan hancur, serta terjerat (Yes. 8:14; 1Ptr. 2:7-8). Ketidakpercayaan para pendosa akan berbalik menjadi kehancuran bagi mereka sendiri.
- [2] Yang lainnya tersandung karena kedengkian yang membuat mereka menentang Kristus dan melawan-Nya dalam keagungan-Nya, yaitu ketika Ia dijadikan batu penjuru. Batu ini akan menimpa mereka, sebab mereka memukulkan-Nya pada kepala mereka sendiri, seperti yang dilakukan bangsa Yahudi yang berteriak, Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami. Batu itu akan meremukkan mereka. Jenis kelompok orang yang pertama tadi sepertinya menggambarkan dosa dan kehancuran semua orang yang tidak percaya, tetapi yang kedua ini, dosa dan kehancurannya lebih besar lagi, karena berbicara mengenai penganiaya, yang keadaannya seperti orang yang menendang tembok dan melukai kaki mereka sendiri, tetapi terus saja melakukannya. Kerajaan Kristus akan menjadi batu yang amat berat bagi mereka yang berusaha menggulingkan atau menyingkirkannya dari tempatnya (Za. 12:3). Batu yang terungkit lepas dari gunung tanpa perbuatan tangan manusia ini akan menghancurluluhkan semua kuasa yang melawan-Nya (Dan. 2:34-35). Beberapa orang memakai hal ini untuk menyindir kebiasaan orang Yahudi yang suka merajam orang sampai mati. Para penjahat pertama-tama dilemparkan dengan kejam dari suatu tempat tinggi ke atas sebuah batu besar, yang membuat mereka biru lebam. Sesudah itu, orang-orang akan melemparinya dengan sebuah batu besar lagi, yang menghancurluluhkan tubuhnya. Kristus pun pasti akan menghancurkan semua orang yang berani melawan Dia, dengan cara-cara-Nya sendiri. Jika mereka masih saja berkeras hati karena belum hancur akibat terjatuh di atas batu, maka batu itu pun akan jatuh ke atas mereka dan meremukkan mereka. Dia akan meremukkan raja-raja sehingga mayat-mayat bergelimpangan di tempat itu (Mzm. 110:5-6). Tidak pernah ada orang yang mengeraskan hatinya terhadap Allah dan menjadi sejahtera.
- Terakhir, akibat percakapan Kristus dengan para imam kepala dan tua-tua yang mendengar kedua perumpamaan itu.
- . Mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya (ay. 45), dan bahwa dengan memberikan jawabannya, mereka sendiri telah mengatakan petaka yang akan menimpa mereka (ay. 41). Perhatikan, kalau hati nurani sudah merasa bersalah, orang lain tidak perlu menuduhnya lagi. Jadi, seorang hamba Allah tidak perlu susah-susah mengatakan, Kaulah orangnya. Mutato nomine, de te fabula narratur -- Ubahlah nama tokohnya, dan cerita itu akan berkisah tentang engkau. Firman Allah memang sangat dahsyat dan jitu dalam menyerang pikiran dan isi hati manusia, sehingga mudah saja bagi seorang yang jahat (jika hati nuraninya belum kering) untuk memahami bahwa dialah yang dimaksudkan oleh firman itu.
- . Mereka berusaha untuk menangkap Dia. Perhatikan, orang yang mendengar teguran firman dan memahami bahwa dialah yang dimaksudkan-Nya, akan tertusuk hatinya bila firman itu memang tidak mendatangkan kebaikan bagi dia. Hati mereka bisa saja tergugah oleh rasa bersalah dan penyesalan seperti yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 2:37, tetapi mungkin juga mereka malah merasa tertusuk dengan amarah dan murka seperti dalam Kisah Para Rasul 5:33.
- . Mereka tidak melakukannya sebab mereka takut kepada orang banyak yang menganggap Dia nabi, walaupun bukan sebagai Mesias. Namun hal itu cukup untuk membuat orang Farisi itu ketakutan sehingga tidak bisa melakukan apa-apa. Rasa takut mereka terhadap orang banyak membuat mereka tidak berani menjelek-jelekkan Yohanes (ay. 26), dan hal yang serupa kini terulang lagi, mereka tidak berani melakukan hal yang jahat terhadap Kristus. Perhatikan, Allah mempunyai banyak cara untuk menahan sisa panas hati orang, seperti mengubah panas hati menjadi puji-pujian bagi-Nya (Mzm. 76:11).
SH -> Mat 21:18-22; Mat 21:18-22; Mat 21:18-22; Mat 21:12-27; Mat 21:12-22; Mat 21:12-22; Mat 21:12-22; Mat 21:23-27; Mat 21:23-27; Mat 21:23-27; Mat 21:23-27; Mat 21:23-32; Mat 21:23-27; Mat 21:28-46; Mat 21:28-46; Mat 21:28-32; Mat 21:28-32; Mat 21:28-46; Mat 21:28-46; Mat 21:33-46; Mat 21:33-46; Mat 21:33-46
SH: Mat 21:18-22 - Siap setiap saat (Kamis, 24 Februari 2005) Siap setiap saat
Seorang mahasiswa yang merasa tidak siap mengikuti ujian,
meminta dosennya menunda ujian tersebut. Sang dosen menolak
kare...
Siap setiap saat
Seorang mahasiswa yang merasa tidak siap mengikuti ujian, meminta dosennya menunda ujian tersebut. Sang dosen menolak karena jadwal ujian sudah ditetapkan jauh hari sebelumnya. Siap atau tidak, mahasiswa tersebut harus mengikuti ujian.
Tindakan Yesus menjelang saat sengsara-Nya ditujukan untuk
mempersiapkan murid-murid-Nya. Karena lapar dalam perjalanan
(ayat 18), Tuhan Yesus ingin makan buah ara, tapi saat itu belum
musimnya. Maka la mengutuk pohon ara itu (ay. 19, band.
Tuhan Yesus mengajarkan dua hal kepada para murid-Nya. Pertama, Tuhan menuntut murid-murid-Nya senantiasa siap melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Dan apabila mereka tidak siap, Tuhan tidak segan mendisiplin. Sebagaimana seorang tukang periuk dapat menghancurkan hasil pekerjaannya yang dianggapnya tidak memenuhi syarat (band. Yer. 18:3-6). Demikian pula pohon ara dapat diubah oleh Tuhan Yesus menjadi kering. Bagi murid-murid hal ini adalah suatu peristiwa yang mustahil (ayat 20). Oleh karena itu, Tuhan Yesus masuk kepada pelajaran kedua. Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya tentang pentingnya memiliki iman. Dengan iman mereka dapat melakukan perkara yang besar bagi Kerajaan Surga (ayat 21-22).
Situasi di negara kita saat ini membuat sebagian orang Kristen memilih untuk tidak mengabarkan Injil. Mereka berdalih dengan mengatakan sekarang belum waktunya (Hag. 1:2) atau mustahil melakukannya. Sebagai murid Tuhan kita harus siap melayani Tuhan, baik atau tidak baik waktunya (ayat 2Tim. 4:2). Dengan iman, tidak ada yang mustahil untuk kita lakukan. Lagipula Tuhan berjanji untuk menyertai kita senantiasa.
Renungkan: Dunia yang semakin jahat memerlukan kehadiran anak-anak Tuhan. Karena itu, kita harus menjadi saksi-saksi Kristus agar banyak orang diselamatkan.
SH: Mat 21:18-22 - Penghukuman Tuhan (Jumat, 5 Maret 2010) Penghukuman Tuhan
Tidak ada satu hal pun yang Yesus lakukan yang demi untuk memuaskan
diri-Nya sendiri. Setiap hal yang Yesus lakukan adalah mel...
Penghukuman Tuhan
Tidak ada satu hal pun yang Yesus lakukan yang demi untuk memuaskan diri-Nya sendiri. Setiap hal yang Yesus lakukan adalah melakukan kehendak Bapa-Nya di Sorga. Demikian juga dalam peristiwa Yesus mengutuk pohon ara. Yesus seakan-akan melakukan suatu dosa yakni marah yang berlebihan sampai mengutuk sebuah pohon. Padahal sebenarnya bukan demikian.
Tindakan Yesus mengutuk pohon ara merupakan tindakan simbolis, serupa dengan perumpamaan Yesus mengenai pohon ara yang tidak berbuah di Luk. 13:6-7. Bangsa Israel, yang diwakili oleh orang banyak dan para pemuka agama bagaikan pohon ara yang tidak berbuah. Kehidupan mereka penuh kemunafikan. Hal itu bukan hanya terlihat saat beberapa kali konfrontasi Yesus dengan para pemuka agama, tetapi terlihat mencolok dari cara mereka memperlakukan Bait Allah. Mereka menajiskan dan menyalahgunakan Bait Allah dan tidak merasa hal itu sebagai sesuatu yang salah dan dibenci Tuhan. Itu hanyalah salah satu tanda kegagalan mereka. Penolakan mereka untuk bertobat setelah mendapat nasihat dan teguran keras Yesus membuktikan bahwa mereka layak dihukum!
Sayang para murid hanya terpukau pada mukjizat, tidak mampu melihat pengajaran penting di balik tindakan Yesus. Maka sekali lagi Yesus mengajarkan para murid pentingnya iman, bukan semata-mata untuk melakukan mukjizat, tetapi untuk melakukan kehendak Allah. Membuat pohon ara yang hidup menjadi mati dalam sekejap memerlukan kuasa Allah. Apalagi hidup menegakkan kebenaran dan hidup di dalamnya membutuhkan iman yang berani menyerahkan diri kepada Tuhan untuk diproses dan dibentuk Tuhan.
Apa bukti bahwa hidup kita seperti pohon ara yang berbuah? Adakah kemunafikan yang harus dibuang? Adakah teguran dan nasihat dari firman yang perlu diterima dan ditaati? Memang perlu keberanian iman untuk menyaksikan dan mempraktikkan kebenaran.
SH: Mat 21:18-22 - Kuasa karena Percaya (Selasa, 14 Maret 2017) Kuasa karena Percaya
Yesus mengajar betapa besar kuasa yang dapat dilakukan seseorang dengan imannya. Bukan kuasa manusia, melainkan kuasa Allah yang...
Kuasa karena Percaya
Yesus mengajar betapa besar kuasa yang dapat dilakukan seseorang dengan imannya. Bukan kuasa manusia, melainkan kuasa Allah yang tidak terbatas. Dengan berdoa, kita belajar menjaga hati yang percaya dan menyerahkan hidup dalam penyelenggaraan Tuhan.
Pohon ara merupakan tanaman yang sangat populer di Israel. Tanda bahwa pohon ara berbuah ialah tumbuhnya daun-daun sehingga dari jauh kerimbunannya sudah terlihat. Ternyata Yesus tidak mendapati buah, melainkan hanya daun-daunnya saja. Kekecewaan tidak mendapati buah diungkapkan dengan perkataan, "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" (19) Seketika itu juga keringlah pohon ara itu.
Kuasa Yesus sungguh nyata. Yang tidak berkenan kepada-Nya langsung layu mengering seketika. Peristiwa itu membuat para murid belajar untuk melatih iman dan kepercayaan tanpa keraguan kepada Allah. Namun, bukan manusia yang mengerjakannya, melainkan Tuhan sendiri.
Pohon buah dipelihara karena diharapkan buahnya. Bila pohon tumbuh besar dan rimbun, namun tidak berbuah tidak ada gunanya. Pohon ara mengering seketika karena Tuhan Yesus tidak mendapati buah padanya. Hidup manusia di dunia seperti pohon yang diharapkan buahnya, bila tidak berbuah lebih baik diganti pohon lain saja.
Peristiwa ini juga mengajar murid-murid Yesus bahwa perkataan yang keluar dari keyakinan memiliki kuasa yang besar. Karena itu, tidak boleh digunakan dengan sembarangan. Berdoa memampukan para murid semakin mengerti maksud dan kehendak Allah. Saat kepercayaan itu dinyatakan dalam ucapan maupun tindakan iman, sesuatu pasti terjadi.
Iman yang memiliki kuasa Allah haruslah digunakan untuk kebaikan. Kisah Yesus dan pohon ara yang kering menjadi pelajaran sekaligus peringatan bagi orang-orang percaya. Berbalikan dengan kuasa yang membawa kematian, kuasa yang harus diupayakan perwujudannya adalah kuasa yang membawa kehidupan dan keselamatan. [YTP]
SH: Mat 21:12-27 - Berubahkah Yesus? (Kamis, 26 Maret 1998) Berubahkah Yesus?
Agak sulit kita terima bahwa Yesus yang lemah lembut kini bertindak dengan garang. Yesus yang tadinya menunggang keledai dalam sika...
Berubahkah Yesus?
Agak sulit kita terima bahwa Yesus yang lemah lembut kini bertindak dengan garang. Yesus yang tadinya menunggang keledai dalam sikap yang menimbulkan kesan damai kini mengusir orang dari halaman Bait Allah, memutarbalikkan meja pedagang, mengutuk pohon ara. Berubahkah Yesus? Apa yang sebenarnya terjadi? Yesus tidak berubah! Kini, Ia sedang menyatakan siapa diri-Nya, segaris dengan sikap dan tindakan-Nya sebelumnya. Ia masih mengasihi orang lemah dan tak berdaya (ayat 14). Tetapi sebagai Yang Kudus, Ia bertindak membersihkan Bait-Nya dari penyimpangan.
Hak dan Kuasa Yesus. Sikap kebanyakan orang Yahudi waktu itu tercermin dalam sikap para pemimpin agama memperlakukan Bait Allah. Dengan mencemarkan Bait Allah sama juga mereka merendahkan Allah Bapa sendiri. Bila dalam Yohanes Ia menyebut "Rumah BapaKu" di sini ia menyebut "Rumah-Ku". Ini berarti Ia menyetarakan diri dengan Allah sendiri. Itu sebabnya Ia punya hak membersihkan Bait Allah itu dari kecemaran. Ia punya wewenang untuk menegur atau mengusir mereka yang salah. Ia punya hak untuk menghukum seperti yang dilambangkan dengan mengutuk pohon ara.
Renungkan: Waspadalah pada semangat dan bentuk ibadah yang berporoskan keinginan manusia dan bukan kehendak Allah.
SH: Mat 21:12-22 - Kegagalan rohani: hidup tapi mati! (Selasa, 27 Februari 2001) Kegagalan rohani: hidup tapi mati!
Di sebuah gereja,
ada pemudi Kristen yang sangat rajin beribadah dan
melayani Tuhan, sepertinya tidak sedikit pu...
Kegagalan rohani: hidup tapi mati!
Di sebuah gereja, ada pemudi Kristen yang sangat rajin beribadah dan melayani Tuhan, sepertinya tidak sedikit pun noda dalam pelayanannya. Banyak orang mengira bahwa ia adalah seorang Kristen yang dekat dengan Tuhan. Ternyata apa yang nampak di luar tidak selalu mencerminkan apa yang ada di dalam. Baginya terlebih penting melayani daripada persekutuan pribadi dengan Tuhan. Sekian tahun ia melayani, tetapi mengalami kegagalan rohani, karena ia hanya melayani dirinya sendiri.
Dua perikop yang kita baca mencerminkan betapa kerasnya Yesus menegur segala macam bentuk kegagalan rohani. Pertama, Bait Allah, tempat umat- Nya berdoa dan bertemu Allah, telah mereka jadikan tempat perdagangan yang menghasilkan untung. Mereka bukan sekadar menyalahgunakan fungsi Bait Allah sebagai tempat berdagang, tetapi kemarahan- Nya yang sedemikian meluap dikarenakan umat-Nya yang seharusnya menjaga kekudusan dan kekhidmatan rumah Allah telah menggeser: tujuan bagi Allah menjadi tujuan bagi manusia. Bait Allah adalah rumah yang disediakan bagi umat untuk memprioritaskan Allah, tetapi mereka telah menjadikan tempat untuk memprioritaskan materi. Dua respons yang bertolakbelakang: respons orang buta dan orang timpang, dan respons imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat (ayat 14-16) mencerminkan bagaimana keadaan saleh tampak luar tidak menjamin kemurnian hati mereka meresponi pekerjaan Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat hidup dalam kebenaran mereka sendiri, sehingga hati mereka dipenuhi kejengkelan menyaksikan mukjizat Allah.
Hal yang kedua, Yesus mengutuk pohon ara yang hanya menghasilkan daun-daun dan tidak menghasilkan buah. Apa gunanya daun tanpa buah? Manakah yang dinikmati orang: daun atau buah? Yesus menggunakan contoh ini untuk menegur orang-orang Yahudi yang mengaku sebagai umat Tuhan tetapi tidak mengalami persekutuan dengan Tuhan. Apa gunanya nampak saleh jikalau rohaninya mati? Jikalau Tuhan berkunjung ke rumah Kristen, ke gereja, ke kantor dimana Kristen berada, adakah Ia pun kecewa karena hanya menemukan daun dan bukan buah? Renungkan: Kristen yang tidak memprioritaskan persekutuan dengan Tuhan akan mengalami kegagalan rohani, walaupun nampaknya hidup, pada hakikatnya mati.
SH: Mat 21:12-22 - Ketegasan dan kasih Yesus (Jumat, 1 Maret 2013) Ketegasan dan kasih Yesus
Philip Yancey dalam bukunya "Bukan Yesus yang saya kenal" mengatakan bahwa semakin banyak ia mempelajari Yesus, semakin suk...
Ketegasan dan kasih Yesus
Philip Yancey dalam bukunya "Bukan Yesus yang saya kenal" mengatakan bahwa semakin banyak ia mempelajari Yesus, semakin sukar ia mengetahui siapa sebenarnya sosok Yesus itu. Yesus seringkali hanya digambarkan sebagai Pribadi yang penuh kasih dan kelemah-lembutan. Namun Kitab Suci memberikan gambaran yang utuh tentang Yesus sebagai pribadi yang tegas tetapi juga penuh kasih.
Ketegasan Yesus ditunjukkan dengan kemarahan-Nya, saat melihat para pedagang menyalahgunakan tempat ibadah dan memeras umat. Para imam menolak binatang kurban yang tidak dibeli di Bait Allah, sehingga para pendatang yang ingin mempersembahkan kurban, harus membeli binatang kurban di Bait Allah yang harganya sudah dinaikkan berlipat ganda. Juga, uang asing dinyatakan tidak berlaku, sehingga para pendatang harus menukarkan uangnya terlebih dahulu. Dari penukaran uang ini, mereka juga mengambil untung.Tepatlah kalau Yesus menyebut mereka sebagai penjahat.Ketegasan Yesus juga ditunjukkan dengan pengutukan pohon ara, sebagai simbol penghakiman Tuhan bagi para pemimpin agama yang dari luarnya terlihat bagus dan rapi, tetapi di dalamnya rusak dan tidak berbuah.
Di antara kisah tersebut, ada dua kisah yang menunjukkan kasih-Nya. Yesus menyembuhkan orang sakit (14) dan kesabaran-Nya terhadap kegagalan para murid dalam mengerti pengajaran-Nya. Dari komentar para murid mengenai pengutukan pohon ara (20), kita tahu bahwa mereka gagal mengerti arti simbol tersebut. Yesus bisa saja mengatakan bahwa mereka tidak perlu memedulikan pohon ara itu, karena hanya tindakan simbolis untuk menyatakan bagaimana imam-imam besar kelihatan hebat, tetapi sebetulnya tidak berbuah. Namun, Yesus menanggapi dengan memberi penjelasan lengkap akan doa dan percaya (21).
Bersyukurlah untuk ketegasan dan kasih-Nya.Ketegasan-Nya membuat kita semakin peka terhadap kehendak-Nya. Kasih-Nya membuat kita tidak pernah merasa sendiri dan diterima apa adanya.
SH: Mat 21:12-22 - Jengkel (Jumat, 17 September 2021) Jengkel
Satu di antara sekian banyak perasaan yang ada pada diri manusia adalah jengkel. Perasaan ini dapat muncul ketika orang tak mendapatkan apa y...
Jengkel
Satu di antara sekian banyak perasaan yang ada pada diri manusia adalah jengkel. Perasaan ini dapat muncul ketika orang tak mendapatkan apa yang diinginkannya. Rasa ini ada pada setiap orang, tua muda, besar kecil, kaya miskin, laki-laki atau perempuan. Aspek yang membedakan adalah respons orang tersebut ketika perasaan itu datang.
Bacaan kita hari ini memperlihatkan bahwa baik Yesus maupun para pemimpin umat dapat merasa jengkel. Yesus mengusir dan membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku penjual merpati di halaman Bait Allah (12-13). Tak mungkin orang mengatakan bahwa Yesus tak marah ketika Ia melakukan hal itu. Pada kesempatan lain, Yesus juga marah ketika ingin makan buah ara, namun tak mendapatinya. Ia mengutuk pohon itu sehingga seketika menjadi kering (19). Bukan hanya Yesus, para imam kepala dan ahli-ahli Taurat pun jengkel ketika mereka melihat apa yang dikerjakan Yesus (15).
Sebagaimana dinyatakan pada awal renungan ini bahwa jengkel adalah perasaan manusiawi yang dapat muncul pada siapa saja, maka terimalah dan kelolalah perasaan itu dengan baik. Tak perlu menyangkali atau berusaha menghilangkannya. Satu-satunya hal yang perlu diingat dan disadari adalah pengendalian diri yang baik ketika rasa jengkel itu muncul.
Yang pertama adalah mengendalikan ucapan. Bukan sekadar karena Yesus yang mengucapkan, tetapi karena ucapan mengandung kuasa. Jadi, berhati-hatilah dengan ucapan ketika sedang jengkel. Salah-salah, kita mengucapkan kutuk, bukannya berkat. Ingatlah bahwa Yesus tidak mengutuk manusia melainkan pohon ara.
Selanjutnya adalah upaya untuk mengendalikan sikap. Bila kita mampu mengendalikan ucapan, maka mengendalikan perilaku bisa menjadi lebih mudah.
Perasaan jengkel yang dibuahi dengan perkataan yang tidak membangun, serta tindakan kasar, keras, atau jahat, hanya akan membawa akibat buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Karena itu, kendalikanlah perasaan jengkel kita. [JCP]
SH: Mat 21:23-27 - Maju terus dalam kesesatan (Rabu, 28 Februari 2001) Maju terus dalam kesesatan
Ada seorang musafir yang
sedang menempuh perjalannya ke sebuah desa.
Beberapa orang telah mengingatkan bahwa jalan yang
...
Maju terus dalam kesesatan
Ada seorang musafir yang sedang menempuh perjalannya ke sebuah desa. Beberapa orang telah mengingatkan bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan menuju sebuah jurang, namun dengan penuh keyakinan diri dia tetap melangkah melewati jalan tersebut. Sama sekali ia tidak menghiraukan nasihat orang-orang, ia maju terus dalam kesesatan. Betapa malangnya ia, karena jurang di depan sedang menantikannya.
Kebebalan hati manusia tercermin dalam sikap tokoh- tokoh agama Yahudi, yakni imam-imam kepala dan tua- tua bangsa Yahudi, yang menanyakan apa hak Yesus membuat mukjizat dan siapa yang memberi-Nya kuasa. Mereka datang kepada Yesus pada saat Ia sedang mengajar di Bait Allah. Seharusnya mereka tidak perlu menanyakan hal ini (ayat 23) bila saja mereka mau mendengarkan pengajaran-Nya dan melihat kuasa-Nya membuat mukjizat. Namun kebebalan hati mereka membuat mereka maju terus melayani pikiran yang menyesatkan.
Tuhan Yesus tidak segera menjawab pertanyaan mereka, tetapi Ia justru mengajukan pertanyaan sebagai syarat jawaban-Nya (ayat 24-25). Yesus tidak dapat dijebak dengan cara apa pun, karena Dialah Allah yang menciptakan pikiran manusia. Mereka kebingungan menjawab pertanyaan Yesus, karena mereka tidak mau mengatakan kebenaran yang akan menjebak mereka untuk mengakui kebenaran perkataan Yohanes tentang siapakah Yesus. Jawaban hasil kesepakatan mereka adalah "tidak tahu", suatu jawaban yang tidak bertanggungjawab dan tidak berkualitas. Inilah akibatnya bila seorang tetap maju dalam kesesatan, dan kebebalan hati memotivasinya untuk tidak mau berbalik arah kepada kebenaran.
Mungkin banyak tokoh Kristen yang maju terus dalam kebenarannya sendiri, karena mempertahankan konsep kebenaran sendiri ke dalam kebenaran firman Tuhan, sehingga yang berotoritas bukan firman Tuhan tetapi kebenaran sendiri. Dapat kita bayangkan betapa berbahayanya bila kita sebagai pemimpin agama mengajar kaum awam, bukan dengan kebenaran firman Tuhan tetapi dengan kebenaran sendiri yang mengatasnamakan cuplikan ayat-ayat firman Tuhan.
Renungkan: Sikap maju terus memang sikap yang baik, tetapi tindakan maju terus membela ketidakbenaran akan menyesatkan diri sendiri dan orang lain.
SH: Mat 21:23-27 - Motivasi di balik pertanyaan (Jumat, 25 Februari 2005) Motivasi di balik pertanyaan
Orang yang mencari kebenaran tentu akan banyak bertanya. Ia akan
mencari jawab yang boleh memuaskan pikirannya, hat...
Motivasi di balik pertanyaan
Orang yang mencari kebenaran tentu akan banyak bertanya. Ia akan mencari jawab yang boleh memuaskan pikirannya, hatinya, dan akhirnya memutuskan untuk menerima atau menolak kebenaran itu.
Pertanyaan para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi tentang asal muasal kuasa Tuhan Yesus adalah pertanyaan masuk di akal. Tuhan Yesus tidak langsung menjawab pertanyaan mereka karena Ia mau menguji ketulusan mereka, apakah mereka bertanya karena mau percaya atau sedang mencari jalan menjebak Dia. Maka Ia balik bertanya.
Pertanyaan Tuhan Yesus kepada para pemimpin Yahudi ini (ayat 25a) ternyata tidak bisa mereka jawab. Lebih tepatnya mereka tidak mau menjawab. Mereka menghadapi dilema. Di satu sisi orang banyak mengagungkan Yohanes Pembaptis sebagai nabi (ayat 26). Kalau mereka menjawab baptisan Yohanes bukan dari surga, orang banyak akan kecewa dan meninggalkan mereka. Sebaliknya, kalau mereka mengakui baptisan Yohanes berasal dari surga maka jawaban itu menuding balik kepada mereka (ayat 25b). Kemunafikan mereka akan terbongkar. Jadi, mereka lebih baik menjawab, "Kami tidak tahu." (ayat 27a)
Sikap para pemimpin agama ini begitu munafik! Mereka mendengar, melihat, dan menyaksikan kebenaran di depan mereka. Namun, mereka menolak untuk memercayai-Nya. Mereka lebih memikirkan keselamatan status mereka daripada keselamatan rohani, yaitu dibenarkan oleh Tuhan Yesus.
Hari ini banyak orang yang hanya mencari selamat sendiri, bukan mencari kebenaran. Mereka tidak bersedia menanggung konsekuensi percaya dan menerima kebenaran karena hal itu bisa berarti kehilangan popularitas, karir, dan kenyamanan hidup. Terhadap orang-orang yang demikian, jawaban Tuhan Yesus kepada para pemimpin agama di atas memang sepantasnya: "Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu"(ayat 27b).
Renungkan: Bila kita tidak sungguh-sungguh percaya, maka ketidakpercayaan itu sudah menghakimi kita!
SH: Mat 21:23-27 - Otoritas Yesus (Minggu, 7 Maret 2010) Otoritas Yesus
Yesus tidak termasuk salah seorang dari para imam dan karena itu
tidak memiliki kuasa di Bait Suci. Kalau begitu, dari mana asal
...
Otoritas Yesus
Yesus tidak termasuk salah seorang dari para imam dan karena itu tidak memiliki kuasa di Bait Suci. Kalau begitu, dari mana asal otoritas (kuasa) Yesus untuk bisa membubarkan perdagangan dan penukaran uang di halaman Bait Suci? Pertanyaan ini muncul dari para pemuka agama saat itu (lih. Mar. 11:27) sebagai utusan resmi dari mahkamah agama Yahudi. Mereka merasa sebagai otoritas tertinggi dan berhak memberikan otoritas itu kepada pihak lain. Pertanyaan mereka bukan hendak mencari kebenaran, tetapi hendak menggugat Yesus.
Jawaban Yesus menunjukkan otoritas dan hikmat-Nya. Ia mengajukan pertanyaan balik dengan menggunakan sosok Yohanes Pembaptis yang diakui masyarakat memiliki otoritas dari Allah (ayat 26). Pertanyaan Yesus memperhadapkan kepada para pemuka agama ini konfrontasi langsung dengan kebenaran. Kalau mereka mengakui otoritas Yohanes Pembaptis, seharusnya mereka tidak mempertanyakan otoritas Tuhan Yesus karena Yohanes Pembaptis bersaksi mengenai Yesus dan otoritas-Nya (Yoh. 1:15, 29-34). Persoalannya bukan pada bagaimana membuktikan dari mana asal otoritas Yesus, tetapi mau atau tidak menerima kebenaran yang sudah terpampang di depan mata. Jawaban para pemuka agama jelas mengelak dari tuntutan kebenaran (ayat 27). Berarti, klaim mereka sebagai yang berhak menentukan siapa berotoritas atau tidak menjadi gugur. Maka Yesus pun tidak mau banyak bicara lagi.
Dari catatan Injil Matius, otoritas Ilahi dari Tuhan Yesus terpampang nyata baik melalui pengajaran-Nya (ayat 7:28-29) maupun dalam pelayanan-Nya. Banyak orang yang melihat bahkan tidak sedikit yang mengalami langsung otoritas Yesus. Persoalannya adalah ada orang-orang, dan di antaranya para pemuka agama, yang membutakan mata rohani mereka dari fakta tersebut. Mudah-mudahan Anda bukan termasuk salah seorang yang pura-pura tidak melihat dan bahkan yang menolak otoritas Tuhan Yesus.
SH: Mat 21:23-27 - Jangan Mengabaikan kebenaran (Sabtu, 2 Maret 2013) Jangan Mengabaikan kebenaran
Di dalam pengadilan, terdakwa atau saksi disumpah untuk mengucapkan kebenaran dan tak ada yang lain kecuali kebenaran. S...
Jangan Mengabaikan kebenaran
Di dalam pengadilan, terdakwa atau saksi disumpah untuk mengucapkan kebenaran dan tak ada yang lain kecuali kebenaran. Saat mereka mengabaikan kebenaran, hal itu berdampak buruk kepada diri sendiri juga orang lain. Para imam dan tua-tua Yahudi dalam bacaan hari ini telah mengabaikan kebenaran.Apa yang terjadi ketika kita mengabaikan kebenaran?
Pertama, kita menjadi tidak fokus terhadap hal yang esensial. Para pemuka Yahudi ini mendatangi Yesus saat Ia mengajar. Mereka mempertanyakan sumber kuasa Yesus di dalam menyembuhkan orang sakit (14), menyucikan Bait Allah (12-13), dan mengajar (23). Pertanyaan mereka menunjukkan bahwa mereka tidak memedulikan kebenaran.Mereka berkeras hati menolak kebenaran yang sudah nyata. Yesus mengajak mereka kembali membicarakan kebenaran. Ia tidak menjawab pertanyaan mereka secara langsung. Ia menjawab dengan memberikan pertanyaan tentang Yohanes Pembaptis karena Yohanes Pembaptis mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Kalau mereka mengakui bahwa Yohanes Pembaptis dari Allah, mereka harus mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, sehingga memiliki kuasa untuk melakukan apa yang Ia lakukan.
Kedua, kita bisa jatuh di dalam pragmatisme. Para pemuka Yahudi ini telah jatuh ke dalam pragmatisme, yang hanya mementingkan hasil akhir tanpa memedulikan benar tidaknya cara yang ditempuh. Tujuan mereka bukan mencari kebenaran, tetapi apa yang menguntungkan mereka. Orang yang lebih mementingkan keuntungan diri sendiri daripada prinsip, biasanya tidak akan menanyakan apakah sesuatu itu benar, tetapi hanya apa yang aman untuk dikatakan. Pragmatisme juga telah membuat mereka tidak takut kepada Allah, sehingga mereka berani berdusta (27), sekalipun mereka sebenarnya tahu apa yang benar yang harus dikatakan.
Marilah kita mengarahkan hidup kita pada kebenaran firman Tuhan dan menjauhkan diri kita dari pragmatisme, melihat setiap aspek kehidupan kita dari sudut pandang kebenaran firman Tuhan.
SH: Mat 21:23-32 - Perkataan dan Perbuatan Selaras (Rabu, 15 Maret 2017) Perkataan dan Perbuatan Selaras
Ciri khas orang benar terletak pada perkataan yang selaras dengan perbuatannya. Lebih daripada perkataan, perbuatan y...
Perkataan dan Perbuatan Selaras
Ciri khas orang benar terletak pada perkataan yang selaras dengan perbuatannya. Lebih daripada perkataan, perbuatan yang benar akan menjadi pembenaran atas perkataan salah yang telah diucapkan.
Sebagai guru dan pemimpin Israel, para imam kepala dan tua-tua Yahudi adalah tempat bagi bangsa Yahudi bertanya. Jawaban mereka menjadi rujukan bagi umat untuk mengatasi persoalan yang dihadapi, bahkan menjadi keputusan hukum yang mengikat untuk dilaksanakan. Penolakkan terhadap kuasa Yesus membuat mereka bersekongkol untuk menjebak Yesus melalui pertanyaan.
Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan pertanyaan balik. Ternyata mereka pura-pura menjawab tidak tahu daripada mengungkapkan pengakuan iman mereka atas Yohanes dan Yesus. Ketakutan mereka disebabkan oleh alasan politis, yaitu rasa takut terhadap orang banyak. Perumpamaan yang diceritakan Yesus semakin menelanjangi ketidakpercayaan dan kekerasan hati mereka.
Hal ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan para pemungut cukai dan perempuan sundal yang dianggap rendah statusnya dalam masyarakat saat itu.
Sama-sama sebagai anak yang disuruh bekerja di kebun oleh ayahnya, anak yang dianggap taat ternyata tidak pergi bekerja. Sedangkan anak yang dicap tidak taat ternyata menyesal dan mengerjakan perintah ayahnya. Yang ideal tentu saja bila perkataan dan perbuatannya selaras. Jauh lebih bisa diterima dan dibenarkan orang yang perkataannya salah, tetapi kemudian menyesal dan mengerjakan kewajibannya. Sebab itu, pengakuan itu harus diwujudkan dalam perbuatan nyata.
Sebagai pengikut Kristus, kita sudah mengikrarkan pengakuan iman dan kesediaan untuk hidup sebagai orang Kristen. Lebih dari pengakuan, buah kehidupan yang selaras dengan pengakuan kita menjadi tanda bahwa hidup kita sungguh-sungguh menjadi saksi Kristus. Jangan sampai kita didakwa oleh perbuatan yang tidak sesuai dengan perkataan kita! [YTP]
SH: Mat 21:23-27 - Tenang (Sabtu, 18 September 2021) Tenang
Di tengah situasi yang buruk, apa pun dan di mana pun, sikap yang paling dibutuhkan adalah tenang. Ini merupakan sikap yang dibentuk, bukan ba...
Tenang
Di tengah situasi yang buruk, apa pun dan di mana pun, sikap yang paling dibutuhkan adalah tenang. Ini merupakan sikap yang dibentuk, bukan bawaan. Artinya, untuk menjadi tenang, orang harus bersedia belajar dan dibentuk oleh banyak pengalaman.
Kita akan belajar juga dari Yesus, bagaimana Ia tetap tenang ketika berhadapan dengan para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan pertanyaan-pertanyaan mereka yang menjebak (23). Mereka tidak dapat melepaskan dan melupakan begitu saja apa yang sudah dilakukan oleh Yesus sehari sebelumnya dengan mengobrak-abrik lapak para pedagang di halaman Bait Allah. Tindakan Yesus adalah bentuk perlawanan terhadap para penguasa Bait Allah. Itu sebabnya, para imam kepala dan tua-tua mengajukan pertanyaan mengenai kuasa yang dipakai Yesus.
Bila saja Yesus tak bersikap tenang, bisa jadi Ia akan keliru memberi jawaban sehingga dapat berujung pada situasi yang buruk. Namun, karena Yesus tenang, maka Ia dapat menebak ke arah mana pertanyaan mereka. Dengan mengetahui hal tersebut, alih-alih memberikan jawaban yang hanya menimbulkan debat kusir, Yesus mengajukan pertanyaan balik dengan muatan yang sama (25). Yesus sadar bahwa Ia sedang dijebak dengan pertanyaan mereka berkait peristiwa Bait Allah dan pohon ara. Karena tenang, Yesus dapat memberi jawaban tepat.
Ada banyak perkara dalam hidup yang dapat kita gunakan sebagai kesempatan untuk belajar menjadi tenang. Dengan menjadi tenang, kita dapat mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi sehingga kita dapat menentukan tindakan yang tepat dan baik untuk kita lakukan. Dengan bersikap tenang, kita juga akan dihindarkan dari ucapan atau tindakan yang sangat emosional yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Dengan kita memberi diri, ada ruang dan kesempatan lebih besar untuk kita berpikir dan bertindak lebih bijaksana. Dan, dengan bersikap tenang, kita dimungkinkan untuk menyelesaikan persoalan secara berhasil guna dan berdaya guna. [JCP]
Baca Gali Alkitab 3
Apa yang ada di dalam hati manusia sulit untuk ditebak. Kadang berkata "A", tetapi sebenarnya maksud hatinya "B". Kadang yang diucapkan begitu manis, tetapi ternyata ada maksud jahat di baliknya. Kadang bertanya seolah ingin tahu, namun sebenarnya maksudnya adalah mencobai dan mencelakakan.
Memang kita harus pandai-pandai dalam menilai maksud orang lain, berhati-hati namun tidak berprasangka buruk juga. Karena itulah, Tuhan mengaruniakan kepada kita mata untuk melihat dengan jelas, telinga untuk mendengar dengan jelas, perasaan, dan juga hikmat untuk memahami dengan benar. Dan, yang paling utama adalah doa; dengan doa kita dapat bertanya kepada Tuhan tentang hati manusia, sebab Dia yang menciptakannya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dilakukan Yesus saat itu dan di mana? (23)
2. Mengenai hal apakah imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi bertanya kepada Yesus? (28)
3. Bagaimana Yesus merespons pertanyaan mereka? (24)
4. Apa yang Yesus tanyakan kepada mereka? (25)
5. Apa yang mereka pikirkan tentang pertanyaan Yesus? (25-26)
6. Apa jawaban mereka dan apa respons Yesus terhadap jawaban itu? (27)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Menurut Anda, mengapa Yesus tidak langsung saja menjawab pertanyaan imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi?
2. Mengapa Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan pertanyaan juga?
Apa respons Anda?
1. Bagaimana Anda seharusnya bersikap terhadap orang yang Anda tahu memiliki maksud terselebung terhadap Anda?
Pokok Doa:
Memohon agar diberikan kepekaan dalam menilai maksud hati manusia dan cara meresponsnya dengan tepat.
SH: Mat 21:28-46 - Lamban meresponi karunia Allah. (Jumat, 27 Maret 1998) Lamban meresponi karunia Allah.
Berulang kali Tuhan menegur orang Yahudi dan para pemimpinnya yang lamban mengakui Yesus sebagai kebenaran. Kini dua ...
Lamban meresponi karunia Allah.
Berulang kali Tuhan menegur orang Yahudi dan para pemimpinnya yang lamban mengakui Yesus sebagai kebenaran. Kini dua perumpamaan yang Tuhan ucapkan, sekaligus menyindir dan menegur keras kelambanan dan kedegilan hati mereka. Dalam perumpamaan dua orang anak, Tuhan menegur sikap keagamaan mereka yang hanya sebatas bibir. Justru orang kafir yang tidak terikat perjanjian Allah ternyata lebih responsif terhadap Yesus. Rupanya mereka itulah yang dalam bagian sebelumnya disebut Yesus sebagai yang terkemudian yang akan menjadi yang terdahulu.
Lamban akhirnya keras hati. Dalam perumpamaan kedua Tuhan bicara lebih tegas. Kini bukan lagi sindiran tetapi peringatan keras. Akan jadi buruk sekali keadaan mereka yang terus saja lamban menerima kebenaran Yesus. Karena dasar dari sikap lamban tersebut adalah penolakan, maka penolakan itu kelak akan memuncak dalam permusuhan. Tentu saja hanya kerugian besar dan kehancuran dahsyat akan menjadi bagian mereka yang menolak dan memusuhi Yesus (ayat 43, 44).
Renungkan: Orang yang telah mendengar tetapi menolak untuk taat kepada panggilan Allah, akan menjadi bebal.
Doa: Tolong kami untuk tanggap dan taat pada tiap kebenaran-Mu, Tuhan Yesus.
SH: Mat 21:28-46 - Menganggap diri 'benar' justru akan kehilangan kebenaran (Kamis, 1 Maret 2001) Menganggap diri 'benar' justru akan kehilangan kebenaran
Seorang pengembara asing begitu yakin dengan
pengamatannya sendiri yang dianggapnya paling ...
Menganggap diri 'benar' justru akan kehilangan kebenaran
Seorang pengembara asing begitu yakin dengan pengamatannya sendiri yang dianggapnya paling benar, sehingga ia tidak lagi mempedulikan nasihat orang-orang yang mengatakan bahwa ada seekor singa yang telah menelan banyak korban dalam hutan tersebut. Betapa terkejutnya ketika ia benar-benar berhadapan dengan seekor singa, suatu kebenaran yang tidak pernah dianggapnya benar. Selama ini ia mengandalkan kebenarannya sendiri, sehingga ia tidak mempercayai kebenaran yang sesungguhnya benar.
Perumpamaan dua orang anak (28-32) menggambarkan perbedaan sikap anak sulung (orang Yahudi) dan anak bungsu (orang tersisih) dalam menyambut Yesus. Orang Yahudi menganggap bahwa ritual agama yang dipertahankan sudah cukup membawa mereka kepada kebenaran. Inilah kebenaran yang mereka pertahankan sehingga mereka tidak percaya dan tidak mau menyambut Sang Kebenaran, yakni Yesus Kristus. Berbeda dengan orang-orang yang tersisih di mata orang beragama, karena mereka menyadari ketidakbenaran diri dan akhirnya menyambut kebenaran itu. Sesungguhnya orang yang merasa diri benar justru kehilangan kebenaran sejati dan orang yang merasa salah akan bertemu Kristus karena menyesali dan menyatakan kebutuhannya akan kebenaran.
Perumpamaan kedua tentang sikap para penggarap terhadap para utusan tuan tanah (33-48) menunjukkan betapa tertutupnya mereka terhadap segala cara pendekatan yang diusahakan tuan tanah, sampai anak kandung tuan tanahnya pun menjadi korban pembunuhan. Semua cara tidak dapat menembus kekerasan dan kebebalan hati mereka terhadap kebenaran. Mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah benar dan tidak perlu menanggapi pendekatan tuan tanah. Pilihan mereka menolak kebenaran berakibat fatal (43). Di akhir bacaan, kita melihat betapa ironisnya ketika para pemuka agama yang mengerti perumpamaan ini, namun mereka tetap pada kebenaran sendiri dan berusaha membungkam kebenaran (45-46).
Renungkan: Kebenaran yang terus diperdengarkan akan singgah dan menetap di hati yang penuh penyesalan dosa dan mau menyatakan kerinduan hadirnya Sang Kebenaran dalam hidupnya. Sudah saatnya menganggap sampah kebenaran diri yang berakibat hancur dan binasa.
SH: Mat 21:28-32 - Pemimpin yang buta (Sabtu, 26 Februari 2005) Pemimpin yang buta
Mana lebih baik, mengatakan "ya", tetapi tidak melakukannya atau
mengatakan "tidak", tetapi kemudian melakukannya? Itu yang T...
Pemimpin yang buta
Mana lebih baik, mengatakan "ya", tetapi tidak melakukannya atau mengatakan "tidak", tetapi kemudian melakukannya? Itu yang Tuhan Yesus tanyakan kepada para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Jawaban mereka menjadi dasar untuk Tuhan Yesus menghakimi mereka (ayat 31).
Para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi adalah pemimpin-pemimpin agama yang seperti anak sulung dalam kisah Tuhan Yesus tadi. Merekalah yang pertama-tama diberikan firman Tuhan. Tetapi sayang, mereka tidak menindaklanjutinya dengan memercayai lalu melakukan kehendak Surga. Akibatnya mereka tetap tinggal di luar Kerajaan Allah. Hal sebaliknya terjadi. Para pemungut cukai dan perempuan sundal adalah seperti anak kedua yang menyesali sikap berdosa mereka dan bertobat ketika Yohanes pembaptis menegor mereka. Contoh jelas kedua kelompok ini ternyata tidak membuat para pemimpin agama itu menyesali sikap mereka itu dan bertobat (ayat 32).
Mengapa para pemimpin agama ini begitu sulit untuk percaya dan bertobat? Pertama, mereka menganggap diri lebih tinggi daripada kebanyakan orang. Yang perlu bertobat adalah orang berdosa, bukan mereka. Kedua, para pemimpin agama ini dibutakan oleh status mereka. Mereka merasa bahwa sebagai pemimpin agama tidak mungkin mereka ditolak oleh Allah. Status menghalangi mereka untuk bertobat.
Masalah yang sama terjadi kini. Banyak pemimpin juga aktivis rohani yang tidak peka (baca: buta) akan kebutuhan pembaruan hidup dan ketaatan kepada firman. Mereka terlalu yakin dengan status mereka sehingga gagal untuk rendah hati menerima teguran. Akibatnya ganda. Mereka sendiri tidak masuk ke Kerajaan Surga dan menghalang-halangi orang lain untuk masuk (menjadi batu sandungan). Tuhan Yesus akan menghakimi mereka kelak, sama seperti Ia menghakimi para pemimpin agama bangsa Yahudi.
Camkanlah: Pertahankan gengsi, Anda akan kehilangan hidup. Lepas gengsi, hidup akan datang!
SH: Mat 21:28-32 - Menolak kebenaran (Senin, 8 Maret 2010) Menolak kebenaran
Lewat beberapa peristiwa yang dicatat dalam Matius pasal 21:1-22,
sebenarnya jelas sekali Yesus menyatakan otoritas-Nya dan
...
Menolak kebenaran
Lewat beberapa peristiwa yang dicatat dalam Matius pasal 21:1-22, sebenarnya jelas sekali Yesus menyatakan otoritas-Nya dan menyampaikan kritik-Nya terhadap para pemuka agama Yahudi yang munafik dan buta rohani. Lewat tiga perumpamaan berturut-turut (ayat 21:28-32, 33-46; 22:1-14) kritik ini dikumandangkan lebih gamblang.
Di sini Yesus membandingkan para pemuka agama Yahudi dengan orang-orang berdosa sebagai anak sulung dibandingkan anak bungsu. Sikap anak sulung yang pada akhirnya menolak memenuhi perintah ayahnya melambangkan para pemuka agama Yahudi yang menolak kebenaran Allah yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis. Sebaliknya orang-orang berdosa, seperti pemungut cukai dan perempuan sundal justru mau bertobat dari dosa mereka dengan percaya kepada pemberitaan kebenaran itu.
Mengapa para pemuka agama Yahudi bersikap seperti itu? Pada zaman itu agama Yahudi mempunyai struktur kepemimpinan, yaitu mahkamah agama yang terdiri dari para ahli Taurat dan imam-imam. Baik Yohanes Pembaptis, maupun Yesus, bukanlah orang yang termasuk dalam struktur kepemimpinan tersebut. Maka para imam dan tua-tua Yahudi tidak mau memercayai kebenaran yang disampaikan oleh Yohanes maupun Yesus. Mereka tidak mau kedudukan mereka diusik, termasuk oleh kebenaran sekalipun. Mereka tetap menolak kebenaran sekalipun mereka sudah menyaksikan pertobatan orang-orang berdosa di sekitar mereka.
Mewakili siapakah para pemuka agama Yahudi ini? Ternyata bisa saja terjadi, seseorang yang memiliki jabatan dan posisi dalam bidang kerohanian, ternyata bukan seorang Kristen sejati. Maka tidak heran bila orang-orang seperti itu tidak memiliki kepekaan rohani sama sekali. Sebaliknya mereka yang hidupnya bergumul dengan dosa, adalah orang-orang yang menyadari bahwa mereka membutuhkan anugerah. Maka ketika anugerah datang, merekalah yang memberi respons positif, yaitu dengan bertobat.
SH: Mat 21:28-46 - Kesadaran rohani (Senin, 4 Maret 2013) Kesadaran rohani
John Newton menyadari bahwa di sepanjang hidupnya ia menerima banyak anugerah Allah. Pada usia 80 tahun, John menjadi pikun. Namun i...
Kesadaran rohani
John Newton menyadari bahwa di sepanjang hidupnya ia menerima banyak anugerah Allah. Pada usia 80 tahun, John menjadi pikun. Namun ia berkata, "Tetapi ada dua hal yang saya tidak bisa lupa, bahwa saya adalah pendosa besar, dan bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat yang Besar."
Dari dua perumpamaan, kita akan belajar tentang dua kesadaran rohani yang harus dimiliki saat berhadapan dengan kebesaran anugerah Allah. Pertama, kesadaran bahwa kita dahulu adalah orang-orang yang pernah melawan Tuhan, tetapi kemudian sadar dan menyesali dosa-dosa kita. Sikap pemimpin Yahudi seperti anak sulung yang ketika diperintahkan oleh sang bapak bersikap seolah-olah menaati kehendak bapaknya, tetapi tidak melakukan. Meskipun anak sulung terlihat sopan dan hormat di luar, di dalam hatinya dia tidak hormat. Di sisi lain, Yesus menggambarkan sikap orang-orang berdosa sebagai anak bungsu (32). Ia terlihat kasar, tetapi dia jujur walaupun salah dan akhirnya menyesal/ bertobat. Yesus memperingatkan kita jangan sampai di luar kita terlihat taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan, tetapi hati kita jauh dari Tuhan.
Kedua, kesadaran akan betapa berdosanya kita dan betapa tidak terpahaminya kasih Allah kepada kita manusia yang berdosa. Yesus menegur kejahatan yang dilakukan umat Israel dan para pemimpin agama dengan mengambil gambaran tentang penggarap kebun anggur. Para penggarap kebun itu menyiksa dan membunuh hamba-hamba dari pemilik kebun, gambaran dari orang-orang Yahudi yang membunuh nabi-nabi.Mereka juga membunuh anak pemilik kebun, gambaran dari orang-orang Yahudi yang membunuh Yesus (37-38).Yesus sebenarnya sedang mengungkapkan kenyataan yang sepertinya tidak masuk akal, tetapi benar. Yesus sendiri adalah Anak Allah yang dikirim ke dalam dunia yang jahat, tetapi Ia mati disalib oleh karena kejahatan mereka.
Kesadaran rohani akan betapa berdosanya kita dulu dan betapa besarnya anugerah Allah kepada kita, akan memampukan kita hidup di dalam kerendahan hati dan ucapan syukur.
SH: Mat 21:28-46 - Belajar dari Dua Perumpamaan (Minggu, 19 September 2021) Belajar dari Dua Perumpamaan
Umat manusia adalah insan yang penuh dosa. Tidak satu pun dari kita bebas dari dosa. Karenanya, Allah-melalui Kristus Ye...
Belajar dari Dua Perumpamaan
Umat manusia adalah insan yang penuh dosa. Tidak satu pun dari kita bebas dari dosa. Karenanya, Allah-melalui Kristus Yesus-menganugerahkan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Permasalahannya adalah dalam kondisi berdosa, sering kali anugerah itu kita abaikan. Padahal, pertobatan dimulai dari kesadaran akan betapa berdosanya kita.
Pesan tersebutlah yang hendak disampaikan lewat dua perumpamaan dalam nas bacaan kita. Perumpamaan pertama tentang dua orang anak yang diperintahkan oleh bapa mereka untuk bekerja di kebun anggur (28). Anak sulung adalah penggambaran para pemimpin agama waktu itu yang hanya sibuk menampilkan kesalehan di depan orang lain, tetapi tidak pernah benar-benar melakukan kehendak Bapa (29).
Di sisi lain, ada anak bungsu yang pada awalnya menolak perintah bapanya, namun menyesal, lalu melakukan apa yang diperintahkan kepadanya (30). Anak bungsu mewakili para pendosa yang mendengar firman Allah, kemudian menyesal dan bertobat.
Kritik terhadap para pemuka agama tidak cukup sampai di situ. Melalui perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur, Yesus menunjukkan kebebalan mereka yang menolak dan bahkan membunuh orang-orang yang diutus Allah sebagai pemilik "kebun anggur". Itu tidak hanya ditujukan kepada para pemuka agama Yahudi, tetapi juga kepada bangsa Israel secara umum yang masih saja bebal dan menolak kebenaran firman Allah yang telah disampaikan dari zaman para nabi hingga ke kehadiran Yesus Sang Putra Allah.
Melalui kedua perumpamaan itu, mari kita melihat, jangan-jangan kita sering bersikap seperti para pemuka agama yang dikritik Yesus itu. Kita merasa diri benar, berlindung dalam jubah kesalehan yang semu, dan menolak undangan pertobatan dari Allah melalui firman-Nya yang kudus. Pilihan memang kembali kepada diri kita masing-masing, namun jika kita ingin menjadi pekerja yang baik bagi Allah dan merasakan sukacita sebagai hamba-Nya, marilah kita bertobat dan kembali ke jalan-Nya. [WDN]
SH: Mat 21:33-46 - Dihancurkan atau diperbarui? (Minggu, 27 Februari 2005) Dihancurkan atau diperbarui?
Peribahasa "sokong membawa rebah" berarti orang yang seharusnya
kuat memegang sesuatu aturan, melemahkan aturan itu...
Dihancurkan atau diperbarui?
Peribahasa "sokong membawa rebah" berarti orang yang seharusnya kuat memegang sesuatu aturan, melemahkan aturan itu. Peribahasa ini tepat untuk menggambarkan para penyewa kebun anggur dalam cerita Tuhan Yesus.
Tuan tanah membuka kebun anggur lengkap dengan semua fasilitas yang memadai. Kemudian ia menyewakannya kepada para penyewa untuk merawat dan mengelola kebunnya supaya menghasilkan buah anggur (ayat 33). Menjelang musim panen, si tuan tanah meminta bagiannya (ayat 34). Akan tetapi, bukan bagian yang didapatkan melainkan siksaan yang dialami para utusan (ayat 35-36). Tidak puas dengan siksaan, mereka pun membunuh ahli waris kebun anggur itu (ayat 37). Mereka kini menunjukkan sikap pemberontakan.
Apa kesalahan dari para penyewa kebun anggur? Pertama, tidak memenuhi tanggung jawabnya. Kedua, melakukan penganiayaan terhadap orang tak bersalah. Ketiga, membunuh anak tuan tanah. Siapa yang Tuhan Yesus maksud dengan para penyewa itu? Para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mengerti bahwa merekalah yang dimaksud (ayat 45). Apa maksud cerita Tuhan Yesus itu? Ia akan mengalihkan anugerah-Nya kepada orang-orang bukan Yahudi yang menyambut Injil dan hidup sesuai Injil (ayat 41, 43). Seharusnya imam kepala dan tua-tua agama berperan untuk membawa umat Allah mengenal Dia yang diutus Allah. Akan tetapi, mereka justru menyalibkan Tuhan Yesus (ayat 42). Injil keselamatan melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus akan membawa dua akibat: yang menolak akan binasa, yang menerima akan dirombak dan diperbarui (ayat 42-44).
Jangan merasa aman karena memiliki status dan melaksanakan simbol-simbol rohani. Tuhan menuntut buah kehidupan yang sepadan dengan pengakuan iman. Tanda kesejatian kerohanian adalah hidup yang menawarkan sifat dan kehendak Tuhan.
Renungkan: Tanpa buah-buah nyata, semua simbol-simbol, pengakuan dan status rohani kita tidak akan diperhitungkan.
SH: Mat 21:33-46 - Keselamatan bagi semua bangsa (Selasa, 9 Maret 2010) Keselamatan bagi semua bangsa
Sungguh kejam para penggarap anggur itu. Padahal mereka tidak
mengeluarkan uang untuk membangun kebun anggur itu, ...
Keselamatan bagi semua bangsa
Sungguh kejam para penggarap anggur itu. Padahal mereka tidak mengeluarkan uang untuk membangun kebun anggur itu, dan mereka pun tidak mengeluarkan tenaga sedikit pun dalam membangun kebun anggur tersebut, tapi mereka mau menguasai seluruh hasil dari perkebunan anggur yang mereka sewa tersebut. Mereka bahkan membunuh dan mengajar hamba-hamba yang diutus oleh tuan tanah tersebut, sampai akhirnya juga membunuh anaknya.
Arti dari perumpamaan ini jelas. Para imam dan orang Farisi pun mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan dengan para penggarap itu (ayat 45). Bangsa Yahudi telah membunuh para nabi mereka. Ada yang dilempari batu, digergaji, dibunuh dengan pedang dan sangat menderita (bdk. Ibr. 11:36-37). Malahan tak lama lagi mereka akan membunuh Anak yang diutus-Nya.
Karena itu, keselamatan yang datang pertama-tama pada bangsa Yahudi, akan diberikan kepada bangsa-bangsa lain. Yang dimaksudkan dengan kata-kata "Suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu" adalah Gereja yang akan menghasilkan buah pertobatan yang sejati (ayat 43). Gereja merupakan suatu bangsa yang tidak dibentuk karena keturunan daging, tetapi karena mewarisi iman yang sama.
Dalam perikop ini Yesus juga bernubuat mengenai diri-Nya sendiri. Bahwa Ia akan mati dibunuh oleh umat-Nya sendiri, dan dengan demikian Ia akan menjadi "batu penjuru" atau dasar keselamatan. Ia menjadi jalan keselamatan bukan hanya bagi orang Yahudi saja, tetapi bagi semua orang dari seluruh bangsa di muka bumi ini yang percaya kepada-Nya, termasuk bangsa Indonesia.
Kita patut bersyukur bahwa Tuhan juga telah membukakan jalan keselamatan bagi kita sebagai bangsa di luar Yahudi. Oleh anugerah-Nya kita diberi hak untuk menjadi warga negara Surga dan bukan Neraka. Jangan sia-siakan anugerah-Nya, Anda harus dengan rendah hati meneri-manya.
SH: Mat 21:33-46 - Tanggung Jawab Penggarap Kebun Anggur (Kamis, 16 Maret 2017) Tanggung Jawab Penggarap Kebun Anggur
Orang yang menggarap kebun milik orang lain berstatus sebagai penyewa. Mereka bertanggung jawab membagi hasil p...
Tanggung Jawab Penggarap Kebun Anggur
Orang yang menggarap kebun milik orang lain berstatus sebagai penyewa. Mereka bertanggung jawab membagi hasil pendapatan kebun anggur kepada pemiliknya. Penyewa yang ingin merampas hak milik garapannya adalah pengkhianat dan patut mendapat hukuman.
Para nabi Israel sering kali menyebut umat Allah sebagai kebun anggur Tuhan. Hamba-hamba yang diutus oleh Tuhan untuk menagih tanah yang digarap para penyewa itu adalah para nabi. Sejarah Israel menunjukkan bagaimana para nabi yang diutus Allah itu ditolak, dianiaya, dan dibunuh oleh umat Israel. Raja-raja yang tidak takut kepada Allah dan lebih memilih mendengar perkataan para nabi palsu merupakan kenyataan sejarah. Kekuasaan untuk memiliki dan mengatur hidup sendiri membuat manusia mengabaikan dan bahkan melawan Tuhan, Sang Pemilik kehidupannya.
Dalam sistem teokrasi yang dianut bangsa Israel, dewan tua-tua yang terdiri atas para imam kepala, orang Farisi, dan ahli Taurat merupakan pemimpin dan penguasa yang memiliki kewenangan untuk mengatur kehidupan bangsa. Sebab itu, mereka berupaya menguasai kebun anggur bukan untuk kepentingan Tuhan, melainkan untuk kepentingan pribadi.
Para imam kepala dan orang Farisi sadar bahwa merekalah yang dimaksud sebagai penggarap kebun anggur yang berkhianat. Mereka tidak dapat berdalih karena memang demikian adanya. Mereka berkeras hati melawan Yesus apa pun caranya. Rasa takut terhadap orang banyak yang mendukung Yesus sebagai nabi membuat mereka menjauh untuk sementara waktu. Kenikmatan mendapatkan penghormatan, status, dan fasilitas sebagai memimpin Israel membuat mereka lupa bahwa sesungguhnya itu harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Keinginan untuk memiliki dan berkuasa membuat orang lupa diri akan tugas serta tanggung jawab yang lebih utama. Sebab itu, masing-masing kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas hidup dan segala karunia yang telah kita terima. Semuanya itu milik Tuhan dan patut dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. [YTP]
Topik Teologia: Mat 21:22 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Beriman kepada Allah
Berdoalah dalam Iman
Maz 62:9 Maz 121:1-2 Mat 21:22 Yoh 15:7 Efe 3...
Topik Teologia: Mat 21:25 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Allah
Yesus Mengklaim Otoritas All...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Maim Yesus alas Keilahian
- Klaim yang Berkaitan dengan Allah
- Yesus Mengklaim Otoritas Allah
- Penyataan Umum
- Gereja
- Sakramen / Ketetapan Gereja
- Ketetapan Baptisan
- Natur Baptisan
- Baptisan adalah dari Surga
Topik Teologia: Mat 21:28 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Keselamatan
- Pertobatan
- Natur Pertobatan
- Pertobatan Diilustrasikan dalam Alkitab
- Ilustrasi Pertobatan dalam Perumpamaan
- Anak yang Bertobat
Topik Teologia: Mat 21:31 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerint...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Keselamatan
- Pertobatan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Nasihat Terhadap Ketidakpercayaan
- Peringatan Terhadap Ketidakpercayaan
- Ketidakpercayaan kepada Kristus
Topik Teologia: Mat 21:32 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Keselamatan
- Pertobatan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Nasihat Terhadap Ketidakpercayaan
- Peringatan Terhadap Ketidakpercayaan
- Ketidakpercayaan kepada Kristus
Topik Teologia: Mat 21:42 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Gereja
Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
Maz 118:2...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Gereja
- Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
Topik Teologia: Mat 21:43 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Allah
Yesus Mengklaim Otoritas All...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Maim Yesus alas Keilahian
- Klaim yang Berkaitan dengan Allah
- Yesus Mengklaim Otoritas Allah
- Penyataan Khusus
- Mat 5:18-20 Mat 5:21-22 Mat 5:26 Mat 5:27-28 Mat 5:31-32 Mat 5:33-35 Mat 5:38-39 Mat 5:43-44 Mat 6:2 Mat 6:25 Mat 6:29 Mat 7:22-23 Mat 8:11-12 Mat 10:15 Mat 10:23 Mat 10:42 Mat 12:6 Mat 12:36 Mat 13:17 Mat 17:12 Mat 17:20 Mat 18:3 Mat 18:13 Mat 18:18-20 Mat 19:9 Mat 19:23-24 Mat 21:31 Mat 21:43 Mat 23:36 Mat 24:2-3,34-35 Mat 25:12 Mat 25:40 Mar 3:28-29 Mar 5:41 Mar 8:12 Mar 9:1 Mar 9:41 Mar 10:15 Mar 10:29-31 Mar 11:23-25 Mar 12:43 Mar 13:30-32,37 Mar 14:9 Mar 14:18 Mar 14:25 Mar 14:30 Luk 4:24-27 Luk 6:27-28 Luk 7:28 Luk 7:47 Luk 10:24 Luk 1:19 Luk 12:4-5 Luk 12:8 Luk 12:37 Luk 12:43 Luk 13:23-24 Luk 13:35 Luk 16:9 Luk 23:43 Yoh 1:51 Yoh 3:3,5 Yoh 3:11 Yoh 5:19,24-25 Yoh 6:26 Yoh 6:32 Yoh 6:47 Yoh 6:53 Yoh 8:34 Yoh 8:51 Yoh 8:58 Yoh 10:1,7 Yoh 12:24-25 Yoh 13:16 Yoh 13:20 Yoh 13:21 Yoh 13:38 Yoh 14:12 Yoh 16:20,23 Yoh 21:18
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Kerajaan sebagai Kini
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
- Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
- Yesus Memakai Perjanjian Lama di Dalam Pembuktian Kesalahan (Refutasi)
- Kristus Menyalahkan Pemimpin Orang Yahudi dengan Perjanjian Lama
- Gereja
- Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
Topik Teologia: Mat 21:44 - -- Gereja
Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 ...
- Gereja
- Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
TFTWMS: Mat 21:18-22 - Mengutuk Pohon Ara19 MENGUTUK POHON ARA19(Matius 21:18-22)
18 Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. 19 Dekat jalan Ia melihat poho...
MENGUTUK POHON ARA19(Matius 21:18-22)
18 Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. 19 Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. 20 Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: "Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?" 21 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi. 22 Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."
Ayat 18. Awalnya, tampaknya ada kontradiksi antara catatan Matius dan Markus mengenai hari-hari dalam Minggu Sengsara; tapi masalah itu lenyap ketika kita sadar bahwa para penulis Injil mengambil pendekatan yang berbeda terhadap kisah ini. Markus bersifat kronologis dalam pendekatannya. Ia menulis bahwa bagian pertama dari pengutukan pohon ara itu terjadi pada hari Senin dan bagian keduanya pada hari Selasa, dengan penyucian bait suci terjadi pada hari Senin di antara kedua bagian ini (Mrk. 11:01, 12, 19, 20). Sebaliknya, Matius mengambil pendekatan topikal, dengan menceritakan keseluruhan kisah pohon ara itu secara sekaligus. Catatan Markus membuat jelas bahwa apa yang Matius tulis dalam 21:18, 19 terjadi pada hari Senin, dan bagian dalam 21:20-22 pada hari Selasa.20
Ketika Yesus meninggalkan Betania (21:17) dan kembali ke Yerusalem bersama murid-murid-Nya, Yesus merasa lapar. Pernyataan ini menekankan sisi kemanusiaan Tuhan, seperti halnya yang nas-nas lain katakan bahwa Ia lelah atau haus (Yoh. 4:6, 7; 19:28). Peristiwa ini terjadi pada pagi hari. Peristiwa ini mungkin terjadi dekat Betfage (21:1). Teks itu tidak mengatakan apakah Yesus sudah sarapan pagi.
Ayat 19. Ketika mereka berjalan, Yesus melihat pohon ara [di tepi jalan]. Ketika Ia mendekati pohon itu, Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Sudah umum bagi pohon ara mana saja, yang disebut taksh oleh orang Arab, untuk tumbuh bersama daun-daunnya pada bulan Maret. Buah pohon ini bisa dimakan, karena itu mereka dikumpulkan dan dijual di pasar. Namun begitu, panen atas buah ara yang matang terjadi belakangan pada musim panas. Itulah sebabnya Yesus mengharapkan pohon itu memiliki buah, meski secara teknis waktu itu bukanlah "musim buah ara" (Mrk. 11:13). R. K. Harrison mengatakan, "Ketika daun-daun muda muncul di musim semi, setiap pohon ara yang subur akan mengeluarkan beberapa taksh … Tetapi jika pohon yang berdaun lebat itu tidak menghasilkan buah, pohon itu tidak akan berbuah di sepanjang musim itu."21
Karena tidak menemukan buah di pohon itu, Yesus menyatakan, "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dalam Markus 11:14, Ia berkata, "Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!" Matius menekankan kuasa perkataan Yesus dengan mengungkapkan bahwa seketika itu juga keringlah pohon ara itu. Pohon ara ini, yang memiliki daun tetapi tidak memiliki calon buah, adalah simbol yang pas untuk banyak orang Yahudi yang tidak menghasilkan buah yang tepat untuk Allah (Mik. 7:1, 2; Mat 7:19). Mereka tidak bertobat pada waktu pemberitaan oleh Yohanes Pembaptis atau oleh Yesus (3:8, 10; 11:16-24). Ibadah mereka di bait suci telah rusak. Mereka telah menolak Mesias dan tak lama lagi akan menuntut kematian-Nya. Akibatnya, Yerusalem dan bait suci itu pada akhirnya akan dihancurkan (24:1, 2).
Ayat 20. Pada keesokan harinya (Mrk 11:20), ketika mereka sedang kembali ke Yerusalem, murid-murid itu melihat pohon ara itu dan sadar bahwa pohon itu sudah kering sampai ke akar-akarnya. Mereka tidak melihat pohon itu sedang mengering, tapi mereka melihat pohon itu setelah pohon itu mengering. Mereka tercengang sebab pohon itu mengering tidak secara perlahan-lahan, seperti yang biasa terjadi secara alami; satu hari setelah Tuhan mengutuknya, pohon itu benar-benar mati. Petrus teringat kepada tindakan Tuhan pada hari sebelumnya dan "berkata kepada Yesus:
'Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering'" (Mrk. 11:21). Murid-murid itu menganggap mujizat ini sangat menakjubkan. Orang pasti bertanya-tanya mengapa mereka takjub, bukankah mereka sudah menyaksikan banyak mujizat-Nya selama lebih dari tiga tahun. Pada waktu itu, mereka tampaknya tidak mengerti pesan yang dilambangkan oleh kejadian itu yang melambangkan kejatuhan Yerusalem.
Ayat 21. Yesus menjelaskan "bagaimana" mujizat itu, tanpa menyinggung "alasannya."22Ia memberitahu mereka, jika mereka memiliki iman sejati kepada Allah, tidak bimbang (lihat 14:31), mereka akan bisa melakukan hal-hal mengherankan yang lebih hebat daripada yang satu ini. Apa yang Ia katakan di sini adalah janji yang dijanjikan secara langsung kepada para rasul-Nya; Yesus tidak sedang menyatakan para pengikut-Nya akan bisa mengadakan pelbagai mujizat di sepanjang zaman.
Yesus memberitahu rasul-rasul itu bahwa mereka bahkan akan bisa memindahkan gunung ini, dan melemparkannya kedalam laut. Yesus tidak menghendaki murid-murid-Nya bisa memindahkan gunung harfiah dan melemparkannya ke laut.
Sebaliknya, Ia sedang menggunakan gaya bahasa kiasan. Pemindahan gunung adalah kiasan orang Yahudi untuk mencapai apa yang dianggap sangat sulit, jika bukan mustahil (lihat komentar tentang 17:20).
Ayat 22. Yesus lalu berkata, "Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." Meski ini adalah bagian dari instruksi-Nya yang Ia berikan kepada rasul-rasul-Nya, namun prinsip umumnya berlaku untuk semua murid: Ketika orang Kristen berdoa, mereka harus melakukannya dengan percaya bahwa Allah akan mendengar dan menjawab doa mereka (lihat 1 Pet. 3:12). Yakobus memperingatkan pembacanya untuk "memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang" (Yak. 1:6). Doa seperti itu harus jangan egois. Yohanes menginstruksikan orang Kristen untuk berdoa, memanjatkan permohonan "menurut kehendak [Allah]" (1 Yoh. 5:14, 15). Allah selalu menjawab doa anak-anak-Nya, tetapi Ia tidak selalu mengatakan, "Ya." "Tidak" adalah juga jawaban (lihat 2 Kor. 12:7-9).
TFTWMS: Mat 21:23-27 - Tantangan Terhadap Kuasa Yesus TANTANGAN TERHADAP KUASA YESUS (Matius 21:23-27)
23 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta ...
TANTANGAN TERHADAP KUASA YESUS (Matius 21:23-27)
23 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" 24 Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. 25 Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? 26 Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi." 27 Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesuspun berkata kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."
Ayat 23. Setibanya di Yerusalem, Yesus masuk ke bait Allah. Selama Minggu Sengsara itu, Ia memanfaatkan banyak peluang untuk mengajar orang-orang yang berkumpul untuk merayakan Paskah. Ia mungkin mengajar di serambi yang berada di tepi luar pelataran non-Yahudi. Salah satunya, Serambi Salomo di sisi timur, digunakan sebagai tempat pertemuan bagi gereja mula-mula (Kisah 3:11; 5:12; lihat Yoh. 10:23).
Sama seperti para pemimpin Yahudi itu pernah menanya Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:19-28), maka mereka juga menanya Yesus.23Dalam salah satu sesi pengajaran-Nya, mereka bertanya, "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Beberapa peristiwa mendapat perhatian orang-orang ini: masuk penuh kemenangan (21:1-11), penyucian bait suci (21:12, 13), penyembuhan orang buta dan lumpuh (21:14), dan pujian anak-anak kecil (21:15-17). Pada titik ini, Yesus bertindak sebagai seorang rabi, meski Ia belum ditahbiskan oleh salah otoritas keagamaan mana saja di Yerusalem. Otoritas-Nya berasal dari Bapa (lihat 7:28, 29; 9:6; 10:1; 28:18).
Ayat 24. Yesus memberitahu para pemimpin itu bahwa, jika mereka bersedia menjawab satu pertanyaan dari Dia, Ia akan menjelaskan sumber kuasa-Nya. Kristus sering menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lain. W. F. Albright dan C. S. Mann mencatat bahwa "metode menanya dan menanya balik mungkin, menurut cara pikir kita, terlihat seperti taktik menghindar, tapi itu adalah bentuk umum debat di zaman Yunani kuno dan belakangan di zaman rabi maupun dalam praktik orang Yunani di awal abad kelima S. M."24Jika para pemimpin itu jujur, jawaban mereka atas pertanyaan Yesus akan sudah (berdasarkan penalaran yang logis) menjawab pertanyaan mereka.
Ayat 25, 26. Yesus menanya imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi apakah baptisan Yohanes berasal dari sorga atau dari manusia. "Sorga" adalah kata ganti umum orang Yahudi untuk "Allah"; kata ini digunakan degan cara ini untuk menghindari penyalahgunaan nama ilahi (Kel. 20:7). Dari Allah atau dari manusia adalah dua pilihan yang satu-satunya, dan pilihan itu masing-masing bersifat eksklusif (lihat Kisah 5:38, 39).
Para pemimpin itu sadar bahwa mereka telah menempatkan diri mereka dalam posisi yang sulit. Jika Mereka menjawab, "Dari sorga," pikiran mereka dengan benar menalar bahwa Yesus akan menjawab, "Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?" Menerima Yohanes sebagai nabi akan memaksa mereka untuk menerima Yesus sebagai Mesias, sebab Yohanes telah bersaksi tentang identitas Yesus (Yoh. 1:29-34). Namun begitu, mereka telah menolak Yohanes (21:32). Jika Mereka menjawab, "Dari manusia," mereka takut orang banyak itu mungkin akan melakukan kerusuhan sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi (14:5).
Ayat 27. Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi itu lebih peduli melindungi jabatan kekuasaan mereka daripada mencari kebenaran. Orang-orang ini menanggapi Yesus dengan mengatakan, "Kami tidak tahu." Ketimbang menyatakan pandangan mereka, mereka memilih jalur netral yang secara politik benar. Akibatnya, Yesus menjawab, "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." Respon Tuhan itu "menyingkap kemunafikan mereka dan pada saat yang sama membuat sangat jelas bagi kaum itu bahwa kuasa-Nya adalah seperti kuasa yang Yohanes miliki."25
TFTWMS: Mat 21:28-32 - Perumpamaan Dua Anak PERUMPAMAAN DUA ANAK (Matius 21:28-32)
28 "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki, dan ia pergi kepada anak ...
PERUMPAMAAN DUA ANAK (Matius 21:28-32)
28 "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki, dan ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata, 'Nak, pergi dan bekerjalah hari ini di kebun anggur. 29 Dan anak itu menjawab: 'Aku tidak mau'; tetapi kemudian ia menyesal dan pergi. Orang itu pergi kepada anak yang kedua dan mengatakan hal yang sama; dan anak itu menjawab: 'Aku akan pergi, Yah'; tetapi ia tidak pergi. 31 Siapakah di antara kedua anak itu yang melakukan kehendak ayahnya?'" Mereka menjawab: "Anak yang sulung." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepada-mu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. 32 Sebab Yohanes datang kepadamu dalam jalan kebenaran dan kamu tidak percaya kepada dia; tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepada dia; dan kamu, meski melihat ini, bahkan tidak merasa menyesal setelahnya supaya percaya kepada dia" (NASB).
Cerita pertama, pada dasarnya, menjawab pertanyaan tentang kuasa dan memperjelas siapa yang benar-benar anak Allah. Orang-orang ini percaya bahwa mereka adalah juru bicara Allah, bahwa mereka sedang bicara dengan kuasa-Nya. Pertanyaan mereka menyiratkan bahwa Yesus tidak berbicara dengan kuasa Allah dan, karena itu, tidak bisa menjadi Anak Allah dan Mesias.
Ayat 28-30. Yesus memulai perumpamaan itu dengan pertanyaan, "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini?" Biasanya Ia melakukan ini untuk mencari perhatian para pendengar-Nya dan merangsang pemikiran mereka (17:25; 18:12; 22:42). Kisah itu mengenai seorang [yang] mempunyai dua anak laki-laki. Ia menghampiri keduanya dengan cara yang sama-sama baik dan sopan, meminta mereka pergi dan bekerja di kebun anggurnya. Kebun anggur adalah gambaran yang umum dalam Alkitab. Kadang-kadang itu digunakan untuk melambangkan umat atau kerajaan Allah (lihat komentar tentang 20:1).
Dalam budaya itu, anak laki-laki diharapkan menghormati dan mematuhi ayah mereka, terutama ketika mereka masih tinggal di rumah orang tua mereka.1Orang dalam cerita ini melambangkan Allah, sedangkan kedua anak itu menunjuk kepada dua macam orang Yahudi yang berbeda. Setelah ayah itu meminta, anak pertama dengan cepat merespon, "Aku tidak mau"; tapi belakangan ia berubah pikiran dan pergi bekerja di kebun anggur.2Anak ini melambangkan orang-orang Yahudi yang sudah memberontak terhadap Allah tetapi kemudian bertobat. Ketika ayah itu membuat permintaan yang sama kepada anaknya yang kedua, anak itu dengan segera berkata, "Aku akan pergi, Yah"; tapi [kemudian] ia tidak pergi. Anak ini melambangkan orang Yahudi yang mengaku menaati Allah tetapi nyatanya tidak (lihat 23:3).
Ayat 31. Setelah menceritakan perumpamaan itu, Yesus menanya orang-orang terpelajar itu dengan satu pertanyaan: "Siapakah di antara kedua anak itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Mereka dengan cepat dan benar menjawab, tanpa memikirkan kesalahan mereka sendiri: "Anak yang sulung."
Tuhan kemudian mengungkapkan maksud-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah." Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi itu tentunya geram dengan kata-kata yang menyalahkan mereka itu (21:45, 46). "Pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal" adalah pepatah untuk orang-orang jahat (lihat komentar tentang 5:46). Para pendosa seperti itu akan lebih dulu masuk ke dalam kerajaan Allah dibandingkan dengan para pemimpin Yahudi, yang hati sombongnya akan mencegah mereka untuk berubah. Penolakan degil mereka kepada Allah akan menghalangi pintu kerajaan membuka bagi mereka.
Ayat 32. Beberapa pemimpin Yahudi, seperti Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus, merendahkan hati mereka dan menjadi murid Yesus (27:57; Mrk. 15:43; Yoh. 19:38, 39); tetapi sebagian besar tidak mau. Berbeda dengan para pemimpin agama yang sombong ini, Yesus berkata pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan masuk ke dalam kerajaan sorga sebab mereka akan merendahkan hati mereka dan menerima injil kerajaan.3Sementara para pemimpin agama itu menolak berita dari Yohanes (dan berita dari Kristus sendiri), para pendosa ini siap menerima berita keselamatan. Bahkan menyaksikan sejumlah besar orang merespon seruan Yohanes kepada pertobatan dan baptisan bagi pengampunan dosa tidak melunakkan hati keras mereka.
TFTWMS: Mat 21:33-46 - Perumpamaan Pemilik Tanah Dan Kebun Anggur PERUMPAMAAN PEMILIK TANAH DAN KEBUN ANGGUR (Matius 21:33-46)
33 "Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka keb...
PERUMPAMAAN PEMILIK TANAH DAN KEBUN ANGGUR (Matius 21:33-46)
33 "Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. 34 Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. 35 Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. 36 Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. 37 Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. 38 Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. 39 Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. 40 Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?" 41 Kata mereka kepada-Nya: "Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya."
42 Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan Telah menjadi batu penjuru: Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, Suatu perbuatan ajaib di mata kita. 43 Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. 44(Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.)" 45 Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. 46 Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi.
Ayat 33. Yesus melanjutkan, " Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain." Ini adalah yang kedua dari tiga cerita yang Yesus sampaikan pada kesempatan ini (21:28-22:14). Dalam perumpamaan sebelumnya, Ia mendapat perhatian dari para pendengarnya dengan pertanyaan, "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini?" (21:28). Dalam kasus ini, Ia menggunakan bentuk perintah "dengarkanlah." Ia masih menyapa imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Israel (21:23, 28), dan sekali lagi perumpamaan itu ditujukan kepada mereka (21:45, 46).
Dalam menyajikan perumpamaan ini, Yesus sepertinya mengingatkan kepada perumpamaan yang sebelumnya diberikan oleh Yesaya (Yes. 5:1-7). Nabi itu membandingkan hubungan Allah dengan Israel dan Yehuda kepada hubungan seseorang dengan kebun anggurnya:
Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, Dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; Ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya Dan menggali lobang tempat memeras anggur;
Lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, Tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam (Yes. 5:2).
Salah satu perbedaan utama dalam perumpamaan ini terlihat: Dalam Matius 21, masalahnya ada pada para penggarap yang jahat (para pemimpin Yahudi), sedangkan dalam Yesaya 5, masalahnya ada pada anggur (orang-orang Israel dan Yehuda).
Namun demikian, kedua perumpamaan itu memiliki hasil mendasar yang sama—tidak ada buah bagi pemiliknya. Yesus membuka perumpamaan-Nya dengan mengatakan "Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur." Seperti pada perumpamaan lainnya, pemilik tanah melambangkan Allah (lihat komentar tentang 20:1), dan kebun anggur itu melambangkan umat atau kerajaan Allah (21:43). Pemilik tanah itu berbuat semampunya untuk membuat kebun anggur itu aman dan produktif. Daftar pelbagai persiapan menekankan kepedulian orang itu terhadap kebun anggurnya dan kepemilikannya yang mutlak atas kebunnya.
Pertama, pemilik tanah itu mendirikan dinding di sekeliling (NASB) kebun anggurnya. Istilah "dinding" (fragmo֧, phragmos) dapat berarti "pagar," "tembok," atau "pagar tanaman" Membangun dinding batu (Bil. 22:24; Amsal 24:30, 31) atau menanam pagar tanaman berduri (lihat Amsal 15:19;. Hos 2:6) sudah biasa dilakukan di sekitar kebun anggur seseorang untuk melindunginya dari binatang liar dan pencuri (Mzm. 80:12, 13).
Selanjutnya, orang itu menggali lobang tempat memeras anggur, untuk mengantisipasi musim panen. "Pemerasan anggur"(lhno÷ß, lēnos) digunakan untuk menginjak-injak anggur guna mengeluarkan jusnya. Biasanya, terdapat dua cekungan, satu di atas dan satu di bawah—dipahat dari batu padat hingga kedalaman 30 sampai 60 sentimeter. Jika batuan padat tidak tersedia, cekungan itu dibuat dengan mengeruk tanah, lalu dilapisi batu, dan kemudian diplester. Pada musim panen, menginjak-injak anggur dilakukan oleh laki-laki muda. Setelah anggur itu diinjak-injak di cekungan atas, jusnya akan mengalir melalui lubang menuju cekungan bawah. Kemudian, jus itu dimasukkan ke dalam kantong kulit untuk fermentasi. Menginjak-injak anggur adalah waktu sukacita besar dan perayaan (Yes. 16:10).
Akhirnya, pemilik tanah itu membangun menara yang dari situ penjaga bisa mengamati daerah sekitarnya untuk mencegah para pemangsa dan orang-orang yang akan mencuri buah anggur (2 Taw. 26:10; Kid. 2:15). "Menara" (pu÷rgoß, purgos) di sebuah kebun anggur biasanya berbentuk bulat dan tingginya tiga meter lebih. Bagian bawahnya dibangun dari batu dan digunakan sebagai tempat tinggal. Bagian atasnya dibuat dari cabang-cabang pohon.4Dari sana, para penjaga bisa melihat seluruh area kebun anggur itu. Para penjaga disewa untuk melindungi kebun anggur terus menerus selama musim panen.
Setelah membuat segala persiapan ini untuk kebun anggurnya, pemilik tanah itu menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Orang-orang ini bertanggung jawab menanami, memangkas, dan merawat tanaman anggur itu agar tanaman itu menghasilkan panen yang melimpah. Lahan pertanian yang besar adalah umum di Palestina selama periode ini. Lahan-lahan ini dimiliki oleh orang-orang Yahudi yang kaya atau orang asing dan disewakan kepada para petani Yahudi yang miskin.5Para penggarap dalam perumpamaan ini melambangkan para pemimpin Yahudi (21:45).
Ayat 34. Waktu panen (NASB) lebih harfiahnya adalah "musim petik" (KJV; TB). Ketika musim panen tiba, pemilik tanah menyuruh hamba-hambanya datang kepada para penggarap untuk menerima hasil ("buah"; KJV) yang menjadi bagiannya. Pengaturan ini hampir sama dengan sistem bertani bagi-hasil.
Praktik penggarap membayar pemilik tanah ditemukan dalam Kidung Agung:
"Salomo mempunyai kebun anggur di Baal-Hamon. Diserahkannya kebun anggur itu kepada para penjaga, Masing-masing memberikan seribu keping perak untuk hasilnya"(Kid. 8:11).
Dalam hal ini, buah anggur itu dijual dan uangnya diberikan kepada raja. Penggarap itu boleh mengambil dua ratus syikal untuk dirinya sendiri (Kid. 8:12). Sebagian besar keuntungan diberikan kepada pemilik tanah karena tanah itu adalah kebun anggurnya.
Dalam perumpamaan ini, orang itu berhak memungut hasil kebunnya. Jika ia tidak memungut hasilnya dalam waktu yang ditetapkan, ia berisiko kehilangan kepemilikan atas kebun anggur itu; para penggarap bisa mengakui kebun itu sebagai milik sah mereka. Menurut Mishnah, orang bisa menetapkan kepemi-likannya atas sebuah kebun anggur jika ia bisa membuktikan kepemilikan tanpa sanggahan selama tiga tahun atau tiga musim panen.6Proses ini diacukan sebagai hazakah. Namun begitu, dengan mengumpulkan buah dari para penggarap, pemilik tanah itu melenyapkan keraguan apa saja tentang kepemilikannya. Talmud mengata-kan, "Jika [penuntut atas sebidang tanah] membantu [orang yang memiliki tanah itu] mengangkat sekeranjang buah ke atas bahunya, ini langsung menciptakan anggapan [bahwa tanah itu milik orang yang ia bantu]."7Leon Morris menulis, Dalam kebun anggur yang baru tidak akan ada hasil panen yang sangat banyak sampai tahun keempat dan tidak ada keuntungan yang besar sampai tahun kelima.… Pemilik menetapkan kedudukannya dengan mengumpulkan uang sewa, bahkan jika jumlah uang sewa itu sangat sedikit, selama tahun-tahun kebun anggur itu sedang dirintis.8
Ayat 35. Para penggarap itu berbuat sebisa mereka untuk mengambil kepemilikan atas kebun anggur itu. Mereka menganiaya hamba-hamba pemilik tanah yang diutus untuk mengumpulkan buah: Mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Sebagaimana kita, kebrutalan para penggarap ini akan sudah membuat marah para pendengar Yesus. Pembunuhan atas utusan yang tidak bersalah, tak berdaya dipandang sebagai kebejatan moral.9Para hamba dalam perumpamaan ini melambangkan para nabi Perjanjian Lama yang telah diutus oleh Allah, untuk menyeru umat-Nya menghasilkan buah pertobatan (lihat Yes. 5:4). Bangsa Israel menolak untuk mendengarkan para nabi itu; mereka dilecehkan dan beberapa dari mereka bahkan dibunuh.10
Ayat 36. Dalam menunjukkan kasih karunia yang tidak biasa, pemilik tanah itu tidak segera mengirim pasukan untuk melenyapkan para penggarap itu. Sebaliknya, ia menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, untuk menerima apa yang menjadi haknya. Para penggarap yang jahat itu memperlakukan hamba-hamba itu dengan cara yang sama. Tindakan pemilik tanah itu melambangkan "belas kasih Allah yang penuh kesabaran dalam mengirimkan dari generasi ke generasi … nabi-nabi ke Israel."11
Ayat 37. Ketimbang mendatangkan penghakiman atas orang-orang jahat itu, pemilik tanah itu memutuskan untuk memberi mereka satu kesempatan terakhir untuk memenuhi kewajiban mereka kepada dia. Pemilik tanah itu mengirim anaknya, karena percaya bahwa para penggarap itu akan menyegani dia dan tidak membahayakan dirinya. Markus mengacukan dia sebagai "anaknya yang kekasih" (Mrk. 12:6). Dalam ayat 38, para penggarap itu menyebut dia "ahli waris." Anak ini melambangkan Yesus, "Anak kekasih" Allah (3:17; 17:05). Beberapa konsep penting dalam perumpamaan ini ditampilkan bersama dalam ayat-ayat pembukaan kitab Ibrani:
Di zaman dulu Allah berkali-kali bicara kepada nenek moyang kita melalui nabi-nabi dengan beragam cara, tetapi pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai ahli waris atas segala sesuatu, dan melaluinya Ia menjadikan alam semesta (Ibr. 1:1, 2; NIV; penekanan ditambahkan).
Ayat 38. Ketika para penggarap itu melihat anak si pemilik tanah, mereka mengakui bahwa ia adalah ahli waris kebun anggur itu. Mereka bermufakat jahat untuk membunuh dia dan merebut warisannya (NASB). Beberapa orang berpendapat bahwa pengidentifikasian mereka atas anak itu sebagai "ahli waris" berarti mereka menganggap ayahnya sudah meninggal atau ayahnya itu telah mewariskan kebun anggur itu kepada dia. Apapun alasannya, mereka memandang anak itu sebagai penghalang bagi kepemilikan mereka atas kebun anggur itu dan memutuskan untuk menghancurkan dia (lihat 1 Raja 21).
Dalam cara yang sama, para pemimpin Yahudi itu memandang Yesus sebagai ancaman terhadap posisi kepemimpinan mereka atas umat itu. Dalam Yohanes 11:47-53, mereka menalar bahwa jika mereka membiarkan Yesus terus melakukan tanda-tanda mengherankan, maka semakin banyak orang akan percaya kepada Dia. Reputasi Yesus sebagai Mesias akan mengundang invasi Romawi, yang akan menimbulkan kehancuran bangsa mereka. Mereka menganggap lebih bijaksana jika satu orang mati daripada seluruh bangsa menanggung kekalahan. Mereka tidak bisa mengambil risiko kehilangan kekuasaan mereka atas umat itu, jadi mereka bermufakat jahat untuk membunuh Dia.
Ayat 39. Para penggarap itu menangkap anak si pemilik tanah, dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Markus 12:8 membalik urutan itu; mereka membunuh anak itu dan kemudian melemparkan dia keluar dari kebun anggur. Urutan dalam Matius mungkin mencerminkan cara di mana awalnya Yesus menceritakan perumpamaan itu.12Setidaknya ada dua penjelasan yang masuk akal ada untuk urutan kejadian itu. Pertama, melempar keluar anak itu dari kebun anggur sebelum membunuh dia mencerminkan kepedulian terhadap kebersihan.
Morris berpendapat bahwa jika para penggarap itu menumpahkan darah anak itu di kebun anggur itu, tempat itu akan menjadi najis. Akibatnya, anggurnya juga akan menjadi najis, sehingga sulit dijual.13Gagasan yang kedua adalah bahwa urutan itu mencerminkan Yesus yang digiring keluar Yerusalem sebelum penyaliban-Nya (Yoh. 19:17, 20) Ia "menderita di luar pintu gerbang "(Ibr. 13:12).
Kristus sudah secara jelas menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia akan segera mati (16:21; 17:22, 23; 20:18, 19). Pada kesempatan ini, Ia menyampaikan kebenaran yang sama kepada musuh-musuh-Nya; namun begitu, berita tentang kematian-Nya yang akan datang itu diselimuti oleh perumpamaan.
Ayat 40, 41. Di akhir perumpamaan itu, Yesus menanya para pemimpin Yahudi itu apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu terhadap para penggarap yang membunuh anaknya. Para pemimpin itu menjawab, "Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya." Kemarahan para pemimpin itu terhadap ketidakadilan para penggarap itu jelas terlihat dari pengulangan kata Yunani dalam ayat itu: "… akan membinasakan orang-orang jahat itu…"(kakou÷ß kakwvß, kakous kakōs). Sungguh menakjubkan bahwa para penggarap dalam cerita itu tidak mempertimbangkan kemungkinan pemilik kebun itu akan kembali dan melakukan pembalasan kepada mereka. Menurut kebiasaan orang Romawi, setiap kali majikan dibunuh oleh seorang budak, semua budaknya itu harus dihukum mati.14Para penggarap itu seharusnya sudah mengantisipasi tidak kurang daripada itu ketika mereka bersekongkol untuk membunuh anak si pemilik tanah.
Sekali lagi, para pemimpin Yahudi menjawab dengan benar tanpa memahami implikasi jawaban mereka (21:31; lihat 2 Sam 12:5-7). Karena tidak bisa melihat bagaimana perumpamaan ini terkait dengan mereka, mereka menunjukkan ketidaklayakan mereka untuk berkuasa atas umat Allah. Mereka telah mencoba merebut posisi kepemilikan dan kekuasaan Allah atas kerajaan-Nya. Mereka telah membunuh nabi-nabi-Nya, dan akhirnya akan membunuh Anak-Nya. Namun demikian, Allah akan membalas mereka atas pemberontakan dan kekerasan mereka itu. Penghakiman ini muncul sekitar empat puluh tahun kemudian dengan kehancuran Yerusalem dan bait suci pada tahun 70 Masehi.
Ayat 42. Tuhan memulai penerapan-Nya atas perumpamaan itu dengan bertanya, "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci …? Ia sering menggunakan jenis bahasa ini yang umum digunakan dalam perdebatan dan diskusi para rabi (12:3, 5; 19:4; 21:16; 22:31). Pertanyaan ini pasti memalukan mereka, karena Yesus tidak secara formal belajar di sekolah-sekolah mereka.
Yesus melanjutkan dengan mengutip Mazmur 118:22, 23:
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan Telah menjadi batu penjuru: Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, Suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Maksud-Nya adalah jelas: Yesus sendiri adalah "batu penjuru," tetapi para pemimpin Yahudi itu telah menolak Dia. Meski ditolak oleh mereka, Ia masih akan menjadi "batu penjuru" di gedung baru milik Allah.
Kata-kata dari nas Perjanjian Lama ini dalam teks Matius bahasa Yunani dikutip kata demi kata dari Septuaginta. Bagian ini tampaknya penting dalam gereja mula-mula. Tidak hanya kata-kata itu muncul dalam kitab-kitab Injil (21:42; Mrk. 12:10, 11; Luk. 20:17), tetapi juga ditemukan dalam Kisah 4:11 dan 1 Petrus 2:7. Ini adalah kali kedua Mazmur 118 dikutip dalam pasal ini (lihat komentar tentang 21:09).
Ayat 43. Yesus memberitahu para pemimpin Yahudi itu bahwa, karena mereka sudah bersikap tidak setia, Kerajaan Allah akan diambil dari mereka. Kerajaan itu kemudian akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. Ironisnya, keputusan-Nya itu sejalan dengan penilaian mereka sendiri (21:41). "Bangsa" baru ini adalah acuan kepada semua orang yang dengan rendah hati mau menerima undangan ramah Tuhan, apakah ia itu Yahudi atau non-Yahudi (1 Pet. 2:9, 10).
Ayat 44. Karena beberapa naskah kuno tidak berisi ayat ini, kemungkinan ayat itu disisipkan dari Lukas 20:18 oleh seorang juru tulis. Namun begitu, meski sama, dua ayat itu tidak serupa dalam bahasa Yunaninya. Selain itu, tidak adanya ayat itu dapat disebabkan oleh mata juru tulis yang melompat dari akhir ayat 43 (aujthvß, autēs) kepada akhir ayat 44 (aujto÷n, auton).15
Gambaran batu diteruskan dari ayat 42. Secara umum, barangsiapa jatuh ke atas batu itu, mungkin mengacu kepada orang yang datang kepada Kristus dalam iman dan ketaatan. Pertobatannya meminta dia hancur. Namun demikian, ia akan diperbaiki dan disembuhkan oleh Kristus. Sebaliknya, orang yang ke atasnya batu itu jatuh akan ditumbuk menjadi remuk. Orang ini akan dihakimi. Pepatah ini memiliki penerapan khusus bagi para pendengar Yesus: Orang-orang Yahudi yang menolak Kristus mengalami kehancuran mereka ketika tentara Romawi pimpinan Jenderal Titus menghancurkan Yerusalem pada tahun 70 Masehi dan mengakhiri negara Yahudi.
Ayat 45, 46. Meski para pemimpin Yahudi itu tidak sepenuhnya memahami implikasi perumpamaan-perumpamaan ini, namun akhirnya mereka sadar bahwa Yesus mengarahkan pelajaran itu kepada mereka.Mereka sudah bertekad bahwa Ia harus dibinasakan, tetapi pada waktu itu mereka takut kepada orang banyak. Musuh-musuh Yesus telah menyaksikan peristiwa masuk penuh kemenangan, dan mereka sudah melihat bagaimana banyak orang percaya bahwa Ia adalah seorang nabi. Orang-orang itu sangat menghormati Yesus, sama seperti mereka menghormati Yohanes Pembaptis (21:26).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) David Stewart Pohon Yang Mati dan Batu Yang Ditolak (Matius 21:18-46)
Dalam Matius 21:18-46, Yesus menentang orang-orang Yahudi yang tidak setia di z...
David Stewart Pohon Yang Mati dan Batu Yang Ditolak (Matius 21:18-46)
Dalam Matius 21:18-46, Yesus menentang orang-orang Yahudi yang tidak setia di zaman-Nya yang memberontak terhadap Allah.
- 1. Pohon Ara Yang Tidak Berbuah (21:18-22). Tuhan kecewa terhadap pohon ara itu sebab dari kejauhan pohon itu tampaknya memiliki buah, tapi setelah diperiksa dengan cermat ternyata tidak ada buahnya. Pohon itu merupakan simbol yang tepat bagi banyak umat Allah pada waktu itu. Mereka memiliki Taurat dan seharusnya menghasilkan buah yang baik, tetapi mereka tidak berbuah. Yesus mengutuk pohon ara untuk melambangkan azab yang akan datang atas Yerusalem. Meski murid-murid itu tidak mengerti mengapa Yesus melakukan ini, mereka dikejutkan oleh cara Ia melakukannya. Tuhan mengambil kesempatan ini untuk mengajar mereka tentang iman.
- 2 Umat Yang Tak Beriman (21:23-32). Para pemimpin Yahudi itu tidak akan mau percaya kepada Yesus, meski Ia telah mengadakan banyak mujizat. Sebaliknya, mereka mempertanyakan sumber kuasa-Nya dalam melakukan hal-hal ini. Daripada mencari kebenaran, mereka mencoba untuk memfitnah Yesus. Dalam perumpamaan dua orang anak, Ia menyingkap ketidaktaatan mereka.
- 3. System Yang Gagal (21:33-46). Dalam perumpamaan pemilik kebun dan kebun anggur, Yesus menyatakan bahwa para pemimpin Yahudi sudah sering menolak kehendak Allah. Melalui Sejarah mereka, mereka pernah mencoba merebut kuasa-Nya atas kerajaan itu. Mereka telah membunuh nabi-nabi yang Ia telah utus untuk meminta mereka bertobat. Pada akhirnya, mereka akan membunuh Anak-Nya. Oleh karena itu, mereka akan dihukum, dan Allah akan membentuk umat beriman yang baru—gereja.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:12-27
Di Yerusalem
Yesus tahu bahwa Ia sedang memasuki kota yang tidak bersahabat, sebab para penguasanya membe...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:12-27
Di Yerusalem
Yesus tahu bahwa Ia sedang memasuki kota yang tidak bersahabat, sebab para penguasanya membenci Dia. Matius 21:8-11 menceritakan masuknya Dia dengan kerumunan orang yang antusias menyambut Dia pada waktu Paskah. Apakah yang pertama kali Yesus lakukan?
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Josephus Antiquities 15.11.1. Herodes mulai memerintah pada 37 S. M., dan pekerjaan pada bait suci itu mulai "pada tahun kede...
Catatan Akhir:
- 1 Josephus Antiquities 15.11.1. Herodes mulai memerintah pada 37 S. M., dan pekerjaan pada bait suci itu mulai "pada tahun kedelapan belas dari pemerintahannya" (19 S. M.).
- 2 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 300.
- 3 Psalms of Solomon 17:21, 30.
- 4 Untuk keserakahan para imam pada waktu abad pertama, lihat Josephus Antiquities 20.8.8; 20.9.2.
- 5 Mishnah Shekalim 1.1-3.
- 6 Ibid., 4.8, 9.
- 7 Mishnah Bekhoroth 8.7; Talmud Kiddushin 11a.
- 8 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 526.
- 9 Mishnah Kerithoth 1.7.
- 10 Mishnah Berakoth 9.5.
- 11 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 601.
- 12 Josephus Antiquities 15.11.5; Wars 5.5.2; 6.2.4.
- 13 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 130.
- 14 Mishnah Hagigah 1.1.
- 15 Hagner, 601. See Messianic Rule 2.
- 16 Morris, 528-29.
- 17 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 502.
- 18 2 Maccabees 7:27.
- 19 Lihat Mrk. 11:21, yang mengacu kepada Yesus "mengutuk" pohon ara.
- 20 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 773.
- 21 R. K. Harrison, "Fig; Fig Tree," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 2:302.
- 22 Keener, 505.
- 23 Setelah gereja didirikan, Petrus dan Yohanes juga ditanyai hal yang sama (Kisah 4:5-7).
- 24 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 260.
- 25 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 183.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) David Stewart Baptisan Yohanes (Matius 21:23-27)
Kata kerja Yunani bapti÷zw (baptizō) selalu mengandung makna membenamkan, atau ditenggelamkan sepe...
David Stewart Baptisan Yohanes (Matius 21:23-27)
Kata kerja Yunani bapti÷zw (baptizō) selalu mengandung makna membenamkan, atau ditenggelamkan sepenuhnya. Itu memang benar terlepas dari media ke dalam mana seseorang dibaptis. Perjanjian Baru mengacu kepada lima baptisan yang berbeda. Salah satunya adalah baptisan penderitaan (Mrk. 10:38, 39). Dua baptisan lainnya disebutkan dalam Matius 3:11: baptisan Roh Kudus dan baptisan api (acuan kepada orang-orang berdosa yang dilempar ke dalam api kekal neraka; lihat komentar di 3:11, 12). Dua baptisan lainnya yang disebut adalah baptisan Yohanes Pembaptis dan baptisan Amanat Agung (28:19, 20).
Meski Yohanes membaptis dengan "baptisan pertobatan," yang berarti mereka yang dibaptis diminta untuk bertobat dari dosa-dosa mereka (3:8), namun baptisan itu juga "untuk pengampunan dosa" (Mrk. 1:4). Mereka Dibaptis dengan mengantisipasi kedatangan Kristus dan penumpahan darah-Nya. Kita tidak menemukan catatan bahwa orang yang menerima baptisan Yohanes sebelum Kristus mati dibaptiskan kembali. Pernyataan bahwa tiga ribu orang yang dibaptis pada hari Pentakosta membuat "jumlah mereka bertambah" (Kisah 2:41; NIV; huruf miring ditambahkan) menyiratkan bahwa beberapa orang telah dimasukkan ke dalam kerajaan itu. Dua belas orang di Efesus yang dibaptis ulang oleh Paulus pernah dibaptis dengan baptisan Yohanes setelah kematian Kristus dan setelah penetapan baptisan Amanat Agung (Kisah 19:1-7). Jika darah Kristus bisa menutupi dosa mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, darah itu juga tentunya bisa menutupi mereka yang dibaptis dengan baptisan Yohanes sebelum penyaliban-Nya (Ibr, 9:15).
VERSI-VERSI ALKITAB YANG DIGUNAKAN DALAM PELAJARAN INI
AB — Amplified Bible
ASV — American Standard Version
JNT — Jewish New Testament
KJV — King James Version
NASB — New American Standard Bible, edisi terbaru
NCV — New Century Version
NEB — New English Bible
NIV — New International Version
NJB — New Jerusalem Bible
NKJV — New King James Version
NRSV — New Revised Standard Version
REB — Revised English Bible
RSV — Revised Standard Version
TEV — Today's English Version
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:28-22:14
Rangkaian Perumpamaan
Karena tidak mendapat jawaban yang jelas dari para pemimpin Yahudi itu terhadap ...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:28-22:14
Rangkaian Perumpamaan
Karena tidak mendapat jawaban yang jelas dari para pemimpin Yahudi itu terhadap pertanyaan-Nya tentang baptisan Yohanes, Yesus lalu merespon dengan menghadirkan rangkaian tiga perumpamaan (21:28-22:14).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Perumpamaan Dua Anak (Matius 21:28-32)
Yesus menghendaki para pengikut-Nya untuk berorientasi pada tindakan. Kita dipanggil untuk menjadi pekerja di ...
Perumpamaan Dua Anak (Matius 21:28-32)
Yesus menghendaki para pengikut-Nya untuk berorientasi pada tindakan. Kita dipanggil untuk menjadi pekerja di kebun anggur Allah. Tiga kata berikut ini harus menjadi karakter kita sebagai pelayan.
"Siap dipakai." Kemampuan terbesar kita adalah menjadi orang yang siap dipakai. Ibadah dan pelajaran Alkitab adalah penting.
"Peka." Kita harus peka terhadap orang di sekitar kita. Kadang-kadang kita perlu diingatkan untuk menunjukkan kepedulian kepada "yang bahkan paling hina" (25:40, 43).
"Bertanggung jawab." Daniel Webster menulis, "Pikiran yang paling penting yang pernah merasuki pikiran saya adalah tanggung jawab pribadi saya saya kepada Allah."31Masing-masing dari kita bertanggung jawab kepada Allah.
Dimanakah Anda dalam kaitannya dengan kerajaan Allah? Apakah Anda siap dipakai, peka, dan bertanggung jawab?
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 507.
2 Untuk...
Catatan Akhir:
- 1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 507.
- 2 Untuk kesulitan tekstual dalam ayat-ayat ini, lihat Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament , 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 44-46.
- 3 Matius sendiri pernah menjadi salah satu dari para pengumpul pajak ini, tapi ia telah meninggalkan segalanya untuk mengikut Yesus (9:9).
- 4 Lihat contoh dari Samaria dalam Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 133.
- 5 Ibid., 132.
- 6 Mishnah Baba Bathra 3.1.
- 7 Talmud Baba Bathra 35b.
- 8 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 540-41.
- 9 Keener, 512.
- 10 Lihat 1 Kings 18:4; 2 Chron. 24:20, 21; Neh. 9:26; Jer. 7:25, 26; 20:1, 2; 25:4; 26:21-23; Mt. 23:37; Lk. 13:34; Heb. 11:32-38.
- 11 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 620-21.
- 12 Lukas 20:15 sejalan dengan Matius 21:39. Beberapa naskah kuno membalik urutan itu dalam injil Matius, sesuai dengan urutan Markus. (Metzger, 47.)
- 13 Morris, 542.
- 14 Tacitus Annals 14.42.
- 15 Metzger, 47.
- 16 Perumpamaan yang mirip namun berbeda dicatat dalam Lukas 14:15-24. Yesus menceritakan kisah itu sambil makan di rumah orang Farisi yang terkemuka (Luk. 14:1). Literatur rabi yang belakangan juga berisi perumpamaan terkait.(Talmud Shabbath 153a.)
- 17 Diodorus of Sicily 16.91.4-92.1; Pliny Letters 10.116.
- 18 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 205.
- 19 Papirus menjadi saksi kebiasaan ganda dalam menyampaikan undangan di kalangan kelas atas dan kelas bawah. (Keener, 519.) Dalam literatur rabi, beberapa orang tidak mau menghadiri perjamuan kecuali ia diundang dua kali untuk memastikan tidak ada kesalahan yang telah dibuat. (Lamentations Rabbah 4.2.) Esther mengundang raja dan Haman ke perjamuan, dan para pejabat kerajaan datang Haman datang keesokan harinya ketika persiapan telah dibuat (Ester 5:8; 6:14).
- 20 Ini bukan untuk mengatakan bahwa utusan seperti itu tidak pernah dianiaya. Josephus melaporkan bahwa kaum Israel mengejek utusan Raja Hizkia, menertawai mereka dengan menghina dan mengejek mereka sebagai orang bodoh. (Josephus Antiquities 9.13.2.)
- 21 Yos. 6:24; 8:28; 11:11, 13; 1 Sam. 30:1; 1 Raja 9:16; 2 Raja 25:9; 2 Taw. 36:19; Neh. 1:3; 2:17; 4:2; P s. 74:7, 8; Yes. 1:7; 64:11; Yer. 38:23; 39:8; 46:19; 52:13; Amos 1:7, 10, 12.
- 22 Untuk catatan tentang kehancuran Yerusalem dan Bait Allah oleh Titus, lihat Josephus Wars 5, 6.
- 23 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 244. The AB has "the thoroughfares where they leave the city."
- 24 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 438.
- 25 Talmud Shabbath 152b.
- 26 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 302-3.
- 27 Gambaran tentang pakaian tambahan muncul dalam kitab Wahyu. Orang-orang kudus "telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" (Why. 7:14). Mereka yang "tidak mencemarkan pakaiannya; … akan berjalan dengan [Kristus] dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu" (Why. 3:4). Orang "yang menang, ia akan dikenakan pakaian putih" (Why. 3:5). Kristus mendorong umat-Nya untuk mendapatkan pakaian putih dari Dia untuk dipakai oleh mereka (Why. 3:18).
- 28 Lihat Bauer, 901.
- 29 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 252.
- 30 Morris, 552.
- 31 Elizabeth Armstrong Reed and Graeme Mercer Adam, Daniel Webster: A Character Sketch (Chicago: H. G. Campbell Publishing Co., 1903), 123.
- 32 Charlotte G. Homer, "Come to the Feast," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 33 D. L. Moody, The Overcoming Life, ed. Gene Fedele (Orlando, Fla.: Bridge-Logos Publishing, 2007), 216, 273.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi