Topik : Kekuatan Untuk Hidup

23 November 2002

Pengaruh Doa

Nats : Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16)
Bacaan : Yakobus 5:13-20

Bertahun-tahun para peneliti berusaha menyelidiki apakah doa berpengaruh terhadap penyembuhan fisik. Seorang profesor pembantu di Fakultas Kedokteran Universitas George Washington mengatakan bahwa "usaha pembuktian pengaruh doa terhadap kesehatan secara ilmiah hampir tidak mungkin dilakukan".

Bahkan orang-orang kristiani yang percaya pada kuasa penyembuhan Allah memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai bagaimana, kapan, dan mengapa Dia melakukannya. Kita mengalami pergumulan untuk memahami mengapa Tuhan menyembuhkan sebagian orang, sementara yang lainnya tetap sakit, bahkan meninggal dunia.

Yakobus membahas masalah ini dengan sangat hati-hati dan penuh perhatian. Ia membahas masalah penyembuhan dalam konteks persekutuan orang-orang percaya dan berkata, "Hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yakobus 5:16).

Yakobus tak bertujuan menciptakan kontroversi atau membuktikan secara ilmiah. Sebaliknya, ia memusatkan perhatian pada keistimewaan dan kekuatan doa. Saat membahas penyembuhan fisik, ia pun mengikutsertakan panggilan untuk memulihkan kesehatan rohani melalui pertobatan dan pengakuan dosa (ayat 15).

Ilmu pengetahuan berusaha mencari pembuktian hukum sebab-akibat. Namun, iman mengarahkan kita untuk memohon kekuatan dari Allah yang penuh kasih, yang rencananya sulit kita pahami tetapi selalu dapat kita percayai –David Mc Casland

1 Desember 2002

Manfaat Perjamuan Kudus

Nats : Hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu (1Korintus 11:28)
Bacaan : 1Korintus 11:17-34

Perjamuan Tuhan. Perjamuan Kudus. Apa pun sebutannya, tak ada ibadah lain yang sekhidmat dan sepenting Perjamuan Kudus.

Kita bisa saja mengikuti Perjamuan tanpa memusatkan pikiran kepada Allah. Namun dengan begitu, Perjamuan Kudus akan menjadi semacam ritual yang penuh aksi tapi tanpa makna. Jika kita membiarkannya, kita akan kehilangan kesempatan untuk bersyukur dan bersekutu. Selain itu, kita juga kehilangan berkat yang semestinya kita terima saat kita melakukan introspeksi diri yang sungguh-sungguh terhadap kondisi rohani kita (1 Korintus 11:28).

Pada suatu Minggu pagi, saya merasa agak jengkel dengan istri saya. Alasan detailnya tidak perlu saya utarakan di sini, tetapi yang jelas karena kesalahan sayalah maka pagi itu kami tidak merasakan indahnya hidup sebagai pasangan suami-istri. Sementara saya pergi ke gereja bersama anak-anak, Sue bertugas di panti wreda, tempat ia bekerja dengan amat rajin. Saat roti dan anggur perjamuan dibagikan, saya sadar bahwa saya harus minta maaf kepadanya. Sikap buruk saya telah melukai hatinya, sekaligus mengganggu hubungan saya dengan Tuhan (Matius 5:23,24). Maka seusai kebaktian saya mampir ke tempat kerjanya dan meminta maaf kepadanya.

Perjamuan Kudus adalah saat yang khidmat untuk mengintrospeksi diri di hadapan Allah, serta mengingatkan tangggung jawab kita untuk memeriksa sikap hati kita. Perjamuan Kudus juga membantu kita untuk memperbaiki kesalahan kita di masa lalu. Pastikan diri Anda memperoleh manfaat dari Perjamuan Kudus –Dave Branon

18 Juni 2003

Sesuatu untuk Dikatakan

Nats : Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu (Yesaya 50:4)
Bacaan : Yesaya 50:4-10

Suatu kali Einstein diminta untuk men-jadi pembicara utama dalam acara makan malam di Swarthmore College. Ketika tiba saatnya untuk berbicara, ia mengejutkan hadirin dengan berdiri dan mengatakan, "Tak ada yang hendak saya sampaikan." Lalu ia duduk kembali.

Beberapa detik kemudian ia berdiri dan menambahkan, "Apabila ada hal yang ingin saya sampaikan, saya akan kembali dan menyampaikannya." Enam bulan ke-mudian ia menulis surat kepada pemimpin perguruan tinggi tersebut, "Kini ada hal yang ingin saya sampaikan." Lalu diadakanlah sebuah acara makan malam dan ia menyampaikan pidatonya.

Anda mungkin pernah mendapat kesempatan untuk "memberi semangat baru" kepada orang yang letih lesu (Yesaya 50:4), tetapi Anda merasa tidak ada yang patut dikatakan. Jika demikian, ikutilah teladan Hamba Tuhan, Mesias yang dijanjikan, yang kisah-Nya telah kita baca dalam Yesaya 50:4-10. Karena Dia mendengar dan menuruti apa yang didengar-Nya, maka Dia punya berita untuk disampaikan kepada orang lain.

Bukalah firman Allah dengan kerinduan untuk mempelajari dan melaksanakan apa yang Dia perintahkan. Bayangkan Allah hadir dan sedang berbicara kepada Anda, mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan-Nya. Renungkanlah kata-kata-Nya, sehingga Anda tahu apa yang Dia katakan.

Kemudian, sebagai Hamba yang ditetapkan, pada saatnya Allah akan memberi Anda "lidah seorang murid" (ayat 4). Jika Anda mendengarkan Allah, maka akan ada hal-hal berarti yang dapat dikatakan --David Roper

28 Oktober 2003

Orang Menyenangkan

Nats : Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia (Lukas 2:52)
Bacaan : Lukas 2:41-52

Surat kabar lokal memberitakan kematian seorang pelempar bola bisbol semi-profesional yang selalu saya kagumi saat saya remaja. Namanya Elmer "Si Kidal" Nyenhouse. Ia adalah seorang kristiani yang menyenangkan. Artikel tersebut menceritakan bahwa ia aktif di gerejanya, dan merupakan anggota yang dihormati di dalam komunitasnya hingga kematiannya pada usia 88 tahun.

Dalam beberapa kesempatan saya menonton lemparan "Si Kidal" melawan tim semi-profesional terbaik, Chickie Giants. Mengetahui bahwa Elmer adalah seorang kristiani yang saleh, sebagian lawannya berusaha memancing emosinya (seperti saat tim Elmer ketinggalan angka). Mereka berlutut di tempat duduk dan berteriak, "Lebih baik engkau berlutut dan berdoa, Elmer!" "Si Kidal" tetap tenang. Mereka yang mengejek dia sebenarnya menghormatinya.

Saat Yesus tumbuh dewasa, Dia "makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Lukas 2:52). Orang-orang datang kepada-Nya. Kasih mereka kepada-Nya tentu saja membuat gelisah para ahli Taurat yang membenci Dia karena pengajaran-Nya, dan mereka "mencari jalan, bagaimana mereka dapat membunuh Yesus, sebab mereka takut kepada orang banyak" (Lukas 22:2).

Saat ini, seperti biasa, ada sebagian orang yang membenci Anda karena Anda terang-terangan mengikuti Yesus. Namun, pastikan bahwa kebencian mereka bukan karena sifat Anda yang tidak menyenangkan, penuh kritik, dan sulit diajak bergaul. Menjadi orang yang menyenangkan berarti menjadi seperti Yesus --Herb Vander Lugt

29 Juli 2004

Listrik yang Padam

Nats : Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban (2 Timotius 1:7)
Bacaan : 2 Timotius 1:6-12

Kesunyian membangunkan saya pada pukul 5.30 di suatu pagi. Tidak ada deru sepoi-sepoi baling-baling kipas angin, tidak ada dengungan lemari es yang menenangkan di lantai bawah. Sekilas pandangan ke luar jendela mempertegas bahwa listrik yang padam telah membuat semua orang di lingkungan kami tidak nyaman tepat ketika mereka bersiap-siap untuk berangkat bekerja.

Saya sadar jam alarm tidak akan berbunyi, dan tidak akan ada berita televisi. Mesin pembuat kopi, pemanggang roti, pengering rambut, dan banyak telepon tidak dapat digunakan. Memulai hari tanpa listrik sebenarnya hanya sekadar ketidaknyamanan dan gangguan rutinitas, tetapi jadi terasa bagaikan bencana.

Kemudian saya sadar betapa seringnya saya terburu-buru memasuki hari tanpa kekuatan rohani. Saya menggunakan lebih banyak waktu untuk membaca surat kabar daripada Alkitab. Mendengarkan Roh digantikan dengan mendengarkan siaran radio. Saya menghadapi orang-orang dan situasi sulit dengan roh ketakutan, bukannya dalam roh “kekuatan, kasih, dan ketertiban” yang telah Allah berikan bagi kita (2 Timotius 1:7). Pastilah saya kelihatan tidak rapi secara rohani, seperti orang yang berpakaian dan berdandan dalam gelap.

Peristiwa listrik yang padam itu hanya sebentar, tetapi pelajarannya tetap tinggal, yaitu mengingatkan saya akan kebutuhan saya untuk memulai hari dengan mencari Tuhan. Kekuatan-Nya bukan demi kesuksesan atau kesejahteraan saya, melainkan supaya saya dapat memuliakan Kristus dengan tinggal di dalam kuasa-Nya —David McCasland

4 September 2004

Mari Bertumbuh!

Nats : Bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus (2Petrus 3:18)
Bacaan : Mazmur 1

Beberapa tahun yang lalu, ketertarikan saya akan bunga menjadikan rumah saya seperti kebun yang berisikan tanaman yang baru bertumbuh. Saya sangat menikmati kehadiran tanaman yang sedang bertumbuh itu. Setiap hari saya mengamati pertumbuhan mereka, dan dari teman-teman hijau mungil itu saya mendapatkan suatu cara baru untuk menghargai sukacita dan pentingnya proses pertumbuhan yang baik.

Sebagai orang kristiani, kita ini mirip tanaman. Kita harus menancapkan akar-akar kita, berjuang menembus tanah, merentangkan ranting-ranting, dan berbunga. Akan tetapi, pertumbuhan yang sepesat itu tidak selalu terjadi di dalam hidup kita. Dengan mudahnya kita menjadi bosan dan lesu dalam menjalani rutinitas yang tidak menggairahkan dalam aktivitas sehari-hari. Acap kali kita hanyalah terpaku dan sekadar hidup tanpa bertumbuh ke arah kedewasaan serta menghasilkan buah.

Pada masa-masa seperti itu kita mengalami stagnasi rohani sehingga harus mengizinkan Yesus Sang "Surya Kebenaran" (Maleakhi 4:2) untuk menghangatkan hati kita kembali dengan kasih-Nya. Kita harus menancapkan akar dalam-dalam di dalam firman Allah dengan merenungkannya siang dan malam (Mazmur 1:2). Maka kita akan seperti pohon yang menghasilkan buah dan ditanam di tepi aliran air hidup. Ranting-ranting kita akan menjalar keluar, memengaruhi dan menjadi kesaksian yang terus berkembang. Ranting-ranting itu akan dipenuhi kuncup bunga yang memancarkan keindahan cara hidup yang saleh.

Jika kita mulai terlelap, marilah kita bertumbuh! --Mart De Haan

29 September 2004

Jaringan Relasi

Nats : Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu (Markus 12:30)
Bacaan : Yohanes 15:1-14

Seorang profesor Harvard Business School menulis sepucuk surat terbuka kepada semua sarjana secara nasional. Ia berkata kepada mereka bahwa dalam hal tertentu, mereka perlu melupakan apa yang telah mereka pelajari di sekolah. Ia mengatakan bahwa sekolah cenderung terlalu menekankan gagasan bahwa keberhasilan dapat diraih bila kita lulus ujian. Profesor itu menekankan bahwa keberhasilan di tempat kerja terutama tergantung pada cara kita belajar untuk berhasil, yang ia sebut dengan "jaringan relasi", yakni kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan menjadi sebuah tim yang efektif.

Kebenaran ini juga berlaku saat kita menjalani kehidupan kristiani. Kita sering berpikir bahwa kedewasaan dan keberhasilan rohani merupakan hasil dari seberapa banyak kita mengetahui berbagai prinsip dan fakta di dalam Alkitab.

Namun, Yesus menunjukkan kepada kita bahwa keberhasilan sejati berasal dari hal lain, yakni sikap saling mengasihi seperti Dia mengasihi kita. Dia memperjelasnya dengan mengatakan bahwa kita dapat melakukannya jika kita "tinggal" di dalam Dia (Yohanes 15:7). Ini berarti bahwa kita harus selalu dekat dengan Dia melalui doa, dan bersedia menaati segala perintah-Nya (ayat 10). "Jaringan relasi" kita, pertama-tama harus dikembangkan kepada Allah, kemudian kepada sesama kita.

Rahasia keberhasilan rohani itu tidak hanya dalam hal mendapatkan pengetahuan pribadi, tetapi mengombinasikan pengetahuan tersebut dengan kasih di dalam segala jenis relasi kita --Mart De Haan

1 November 2004

Serangga Penggerek Daun

Nats : Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air (Yeremia 17:8)
Bacaan : Yeremia 17:1-10

Pada musim panas 1992, api menghanguskan hutan seluas 1.296,4 ha, kira-kira 56 km sebelah utara Atlantic City. Seorang pemilik rumah menyaksikan sebuah bola api setinggi 18 m berkobar dari rumahnya ke jalanan, sebelum api itu berubah arah. Associated Press mengutip ucapan pria itu: “Saya sudah tinggal di tempat ini selama 25 tahun. Membayangkan bahwa rumah yang Anda tinggali akan habis terbakar hanya dalam waktu 10 menit, membuat Anda bertahan untuk menyaksikannya hingga menit terakhir.”

Kebakaran itu sulit dipadamkan karena kondisi udara yang kering. Sekalipun ada hujan, hutan tetap kering. Kekeringan itu juga disebabkan sejenis serangga yang disebut serangga penggerek daun, yangmembuat pohon-pohon gundul.

Kekeringan pohon-pohon yang menyebabkan kebakaran di New Jersey ini mirip dengan sejarah bangsa Israel. Yeremia mengatakan bahwa kaum sebangsanya menjadi seperti semak bulus di padang belantara, bukan seperti pohon yang tertanam di tepi aliran air (17:6-8). Bahkan yang lebih mengkhawatirkan, Yeremia mengatakan bahwa bangsa Israel telah menyalakan api murka Allah (ayat 4) dengan mengandalkan manusia dan menjauhi Tuhan (ayat 5). Bagi umat kristiani saat ini, ujian kehidupan yang seperti ancaman kobaran api akan menghanguskan jiwa jika kita mengandalkan kekuatan sendiri.

Bapa, ampuni kami karena telah membuat hidup kami “kering” dan “tidak berdaun”. Tanpa belas kasih-Mu, kami akan terbakar oleh api yang akan datang. Ajari kami untuk menambatkan akar di tepi sungai kelimpahan-Mu —Mart De Haan

19 Mei 2005

Melakukan Bagian Kita

Nats : Telah Kudengar doamu ... sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari ketiga engkau akan pergi ke rumah Tuhan (2Raja-raja 20:5)
Bacaan : 2Raja-raja 20:1-7

Seorang pelari dalam perlombaan sekolah melewati garis akhir satu langkah mendahului pesaingnya. Melihat bibir pelari tersebut berkomat-kamit selama detik-detik terakhir, seorang penonton bertanya-tanya apa yang ia lakukan. Ia kemudian bertanya kepadanya. "Saya berdoa," jawab pelari tersebut. Sambil menunjuk ke arah kakinya, ia pun berkata, "Saya katakan, ‘Angkatlah kaki ini Tuhan, dan aku yang akan menurunkannya.’" Atlet itu berdoa memohon bantuan Allah, tetapi ia juga melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menjawab doanya sendiri.

Apabila kita memohon pertolongan kepada Allah, kita harus mau melakukan apa pun yang bisa kita lakukan, menggunakan sarana apa pun yang Dia berikan. Ketika Hizkia mendengar bahwa ia akan mati, ia kemudian berdoa memohon mukjizat, dan Allah berjanji untuk memperpanjang hidupnya lima belas tahun lagi. Kemudian Yesaya memerintahkan untuk menaruh kue ara pada barah (2 Raja-raja 20:5-7). Allah memberikan kesembuhan, tetapi menggunakan usaha manusia dan sarana-sarana alami.

Suatu pagi, ada dua orang anak berjalan menuju sekolah. Tiba-tiba mereka sadar bahwa apabila mereka tidak bergegas, maka mereka akan terlambat. Salah satu dari mereka mengajak berhenti sejenak dan berdoa supaya mereka tidak terlambat masuk sekolah. "Tidak," jawab yang lain, "ayo kita berdoa sambil lari secepat mungkin."

Apabila kita memohon kepada Allah agar Dia mengerjalan sesuatu bagi kita, maka kita pun harus siap untuk melakukan bagian kita —RWD

21 Mei 2005

Pendek dan Buruk

Nats : Jawab Yakub kepada Firaun, "... Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya" (Kejadian 47:9)
Bacaan : Kejadian 47:1-10

Kehidupan Yakub penuh pencobaan. Demikian pula hidup kita. Hidup menekan dan membatasi kita, menimpakan beban yang tidak ingin kita pikul. Akan tetapi penderitaan yang paling tidak adil, paling tidak layak kita terima, paling sia-sia, adalah kesempatan bagi kita untuk menanggapinya dengan cara yang dapat digunakan oleh Tuhan untuk mengubah kita menjadi serupa dengan-Nya. Kita dapat bersukacita dalam pencobaan yang kita hadapi, karena kita tahu bahwa kesulitan membuat kita "sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun" (Yakobus 1:3,4). Tetapi ini perlu waktu.

Kita menginginkan hasil yang cepat, tetapi tidak ada jalan pintas menuju tujuan akhir yang Allah tentukan bagi kita. Satu-satunya cara untuk bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus adalah dengan tunduk setiap hari pada kondisi yang Allah sediakan bagi hidup kita. Apabila kita menerima kehendak-Nya dan tunduk pada jalan-Nya, maka kekudusan-Nya akan menjadi milik kita. Perlahan-lahan tetapi pasti, Roh Allah mulai mengubah kita menjadi manusia yang lebih baik, lebih lembut hati, lebih tegar, lebih kuat, lebih kokoh dan lebih bijak. Prosesnya misterius dan tidak bisa dipahami, tetapi demikianlah cara Allah melimpahi kita dengan rahmat dan keindahan. Kita pasti mengalami kemajuan.

Ruth Bell Graham mengatakan, semoga Allah memberi kita rahmat "untuk memikul panasnya api pembersihan, supaya beban kita tidak terasa semakin berat, tetapi kita dapat ikut memikul bagian penderitaan kita dan beban kita tetap ringan, dalam nama Yesus" —DHR

31 Mei 2005

Tersentuh Orang Asing

Nats : Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara (Roma 12:10)
Bacaan : Roma 12:3-16

Marsha Burgess benar-benar orang asing bagi kami, sehingga kami sangat tersentuh oleh surat yang ia kirimkan. Ia mengenal ibu suami saya, Carl, yang baru saja meninggal. Ia sering melihat ibu mertua saya itu ketika mengunjungi ibunya sendiri di panti jompo setempat.

Maka ketika Carl kehilangan ibunya, Marsha menyisihkan waktu untuk berbagi kenangannya dengan kami. Ia menutup suratnya dengan kata-kata demikian: "Ibu Anda selalu tersenyum lebar dan ia selalu senang melihat kami. Betapa indahnya memiliki kenangan seperti ini! Kami mengasihi ibu Anda. Kami tidak akan pernah melupakannya." Marsha adalah seorang kristiani, dan kata-katanya membawa penghiburan di tengah-tengah suasana dukacita yang masih kami rasakan. Surat yang ia tulis secara khusus itu mengingatkan kami akan sukacita sebagai bagian dari tubuh Kristus (Roma 12:5).

Setiap orang percaya telah diberi karunia khusus oleh Allah untuk membangun orang lain—bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, berbagi, memimpin, dan menunjukkan kemurahan (ayat 6-8). Namun kita semua harus "saling mengasihi sebagai saudara" (ayat 10) dan bersukacita dengan orang yang bersukacita, serta menangis dengan orang yang menangis (ayat 15).

Kadang-kadang kita ragu untuk menjangkau orang yang tidak kita kenal. Kita bertanya-tanya apakah tindakan itu pantas dilakukan atau apakah hal itu berarti bagi orang tersebut. Tetapi surat dari Marsha mengingatkan kita betapa besar arti sentuhan dari orang asing —AMC

6 Juni 2005

Penglihatan yang Mengubah

Nats : Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar (2Korintus 3:18)
Bacaan : 2Korintus 3:7-18

Dalam salah satu versi mitos kisah Raja Arthur, diceritakan raja muda itu sedang bersembunyi di atas sebuah pohon. Ia merasa gelisah menunggu tunangannya. Setelah jatuh dari pohon, ia merasa harus menjelaskan tentang dirinya kepada sang putri. Jadi, ia menceritakan kembali kisah bagaimana ia secara misterius berhasil menarik sebuah pedang dari sebongkah batu, sehingga ia diangkat menjadi raja.

"Begitulah aku menjadi raja," kata Arthur. "Aku tidak pernah bercita-cita jadi raja. Tapi sekarang aku sudah menjadi raja, dan aku tidak nyaman dengan mahkota yang kupakai—sampai aku jatuh dari pohon dan melihatmu. Mendadak, untuk pertama kalinya aku merasa bahwa aku menjadi raja. Aku senang menjadi raja. Dan yang paling mengherankan, aku ingin menjadi raja yang terbijak, paling berani, dan paling agung daripada semua raja mana pun." Hanya dengan memandang orang yang dicintainya, karakter dan tujuannya pun berubah.

Saat kita bercermin pada Pribadi yang kita kasihi, yaitu Tuhan Yesus, kita pun berubah. Paulus menulis, "Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar" (2 Korintus 3:18).

Dengan memandang Tuhan di halaman-halaman Kitab Suci, dan dengan berserah kepada Roh Kudus, kita akan menjadi pribadi yang berbeda. Kita ingin semakin menyerupai Dia. Dan hasrat kita yang terbesar adalah untuk menyenangkan-Nya —HDF

30 Desember 2005

Memperbaiki Bentuk Tubuh

Nats : Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan … kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya (2 Korintus 3:18)
Bacaan : 2Korintus 3:7-18

Seorang wanita mengunjungi sebuah pusat diet untuk menurunkan berat badan. Sang pimpinan membawanya ke sebuah cermin setinggi badan. Di cermin itu ia menggambar sebuah bentuk badan dan berkata kepada wanita itu, “Saya ingin Anda terlihat seperti ini pada akhir program.”

Hari-hari dengan diet ketat dan olahraga pun diikuti, dan setiap minggu wanita itu akan berdiri di depan cermin. Ia patah semangat karena bentuk tubuhnya tidak sesuai dengan standar sang pimpinan. Namun ia terus melakukannya, dan akhirnya suatu hari tubuhnya menjadi seperti gambaran yang didambakannya.

Jika kita meletakkan diri kita di samping karakter Kristus yang sempurna, kita akan melihat betapa buruknya “bentuk tubuh” kita. Diubah ke dalam gambaran-Nya tidak berarti kita mencapai kesempurnaan tanpa dosa. Hal itu berarti kita menjadi lengkap dan dewasa.

Allah kerap kali bekerja melalui penderitaan untuk merealisasikan hal ini (Yakobus 1:2-4). Kadang kala Dia menggunakan akibat yang menyakitkan dari dosa kita. Pada kesempatan lain, kesulitan-kesulitan kita mungkin tidak disebabkan oleh sesuatu dosa, namun kita tetap menjalani proses yang menyakitkan untuk belajar menaati kehendak Bapa.

Apakah Anda terluka? Mungkin saat ini sedang berlangsung sebuah proses pembentukan tubuh pada diri Anda. Yesus itu sempurna, namun Dia tetap harus belajar untuk taat melalui hal-hal yang diderita-Nya (Ibrani 5:8).

Jika Anda terus memercayai Yesus, Anda akan terus bertambah di dalam gambaran keindahan-Nya -DJD

12 Januari 2006

Nama Anda Aman

Nats : Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya (Wahyu 2:17)
Bacaan : Wahyu 2:12-17

Ada sebuah ungkapan lama yang berbunyi, "Kayu dan batu dapat meretakkan tulang saya, namun perkataan orang tidak pernah dapat melukai saya." Itu tidak benar. Perkataan dapat melukai kita lebih dari apa pun.

Bagi saya, kata yang melukai adalah "Si Tulang Kurus", sebuah nama yang diberikan kepada saya saat kelas empat SD. Sekarang saya tertawa saat memikirkan hal itu kini tidak ada seorang pun yang akan memanggil saya "Si Tulang Kurus". Namun saat itu, nama itu melukai perasaan saya. Nama itu menjadi cara yang saya pakai untuk memandang diri sendiri.

Walaupun demikian, ayah dan ibu saya memiliki anugerah dan hikmat dengan memberi saya sebuah nama lain, David, yaitu nama yang berarti "terkasih" di dalam bahasa Ibrani. Walaupun diolok-olok di sekolah, saya menyadari bahwa saya dikasihi di rumah.

Mungkin Anda adalah salah satu dari anak-anak yang diejek orang: "Bodoh", "Idiot", "Gendut", atau julukan jahat lainnya. Mungkin orang-orang masih mengolok-olok Anda atau menghina nama Anda. Saya percaya bahwa suatu hari nanti Allah akan memberi Anda sebuah nama baru, sebuah panggilan sayang yang hanya diketahui oleh Anda dan Bapa surgawi (Wahyu 2:17). Suara-Nya akan memancarkan kelembutan, kasih, dan penerimaan. Nama Anda berharga bagi-Nya.

Sebagaimana pernah dikatakan oleh seorang anak kecil, "Saat seseorang mengasihi Anda, cara mereka mengucapkan nama Anda itu lain. Nama Anda aman di mulut mereka."

Anda dan nama Anda aman bersama Allah --DHR

28 Januari 2006

Pilihan Ada di Tangan Kita

Nats : Pikirkanlah hal-hal yang di atas (Kolose 3:2)
Bacaan : Kolose 3:1-17

Pada suatu sore di musim panas, saya mendaki bukit di dekat rumah saya. Saat sampai di puncak, saya berbaring dan meregangkan tubuh saya di atas rumput.

Saat memalingkan kepala saya ke satu sisi, mata saya terpusat kepada beberapa lembar rumput yang hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajah saya. Fokus jarak pendek ini tidak hanya menegangkan mata saya, tetapi juga mengaburkan pandangan terhadap hal-hal lain di depan hidung saya. Maka saya mulai mengubah fokus saya, sehingga kota yang jauh pun terlihat. Saya mendapati bahwa saya dapat mengubah pandangan saya dari jarak dekat ke jarak yang jauh sesuka hati saya. Pilihan itu ada di tangan saya.

Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menekankan bahwa para pengikut Kristus perlu menjaga agar kekekalan dalam jangkauan pandangan mereka. Ia menulis, "Pikirkanlah hal-hal yang di atas, bukan yang di bumi" (Kolose 3:2). Kita dapat memilih ke mana kita mengarahkan fokus kita.

Kita dapat menyerah kepada pikiran-pikiran yang egois dan duniawi, dan mengaburkan pandangan kita akan hal-hal lain di depan hidung kita. Atau kita dapat menatap menembus suasana yang penuh dosa ini dan memusatkan perhatian kepada hal-hal yang di atas, di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah dan kita bersama Dia! Hanya dengan cara demikianlah kita dapat berada pada posisi yang tepat untuk melihat hal terpenting dalam hidup kita.

Hanya pikiran yang diarahkan pada hal-hal yang di ataslah yang dapat berkata "tidak" kepada dosa dan "ya" kepada kekudusan. Pilihan itu ada di tangan kita --JEY

30 Maret 2006

Merintih Dulu

Nats : Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, akan menghasilkan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya (2Korintus 4:17)
Bacaan : Roma 8:16-30

Saya pernah mendengar sebuah seminar kristiani yang berjudul, "Bagaimana Hidup Tanpa Stres". Harapan yang tidak realistis seperti itu langsung membuat saya stres! Memang kita semua rindu untuk terlepas dari banyak tekanan hidup.

Teman kristiani saya, yang keluarganya mengalami masa-masa sulit, mengaku merasa dikecewakan oleh Allah. Ia berkata, "Saya telah berdoa, menderita, dan memegang janji-janji Allah, tetapi tidak ada perubahan. Yang lebih menjengkelkan adalah saya tahu bahwa Dia sebenarnya punya kuasa untuk melepaskan kami dari masalah ini. Saya telah melihat Dia melakukannya sebelumnya, tetapi kini Dia diam."

Larry Crabb, dalam bukunya Inside Out, menekankan bahwa satu-satunya pengharapan kita untuk mengalami kelepasan yang sempurna dari kesusahan adalah kembali ke surga bersama Yesus. "Sebelum saat itu tiba," katanya, "kita akan tetap merintih atau berpura-pura semua baik-baik saja." Ia menambahkan, "Namun kekristenan modern justru berusaha membelokkan kita agar terhindar dari pengalaman berkeluh-kesah yang tidak menyenangkan."

Teman saya berkeluh-kesah dan ia tidak tidak menutup-nutupinya. Seperti kebanyakan kita, ia pun ingin segalanya berubah. Namun kenyataannya, memang ada yang berubah -- ia berubah!

Paulus meyakinkan kita dalam 2 Korintus 4:17 bahwa penderitaan kita yang sekarang adalah penderitaan ringan dan singkat bila dibandingkan dengan perubahan penting dan kekal yang diakibatkannya dalam hidup kita. Kita saat ini berkeluh-kesah, namun kelak ada kemuliaan di bagi kita (Roma 8:18) --JEY

22 Juni 2006

Jutaan!

Nats : Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Lukas 12:34)
Bacaan : Lukas 12:13-34

Film buatan Inggris berjudul Millions (Jutaan) mengisahkan secara menarik mengenai dua orang kakak beradik yang menemukan sekantong penuh uang, yang tidak jelas siapa pemiliknya. Si bungsu ingin menggunakannya untuk menolong orang miskin, sementara si sulung melihat uang itu sebagai jalan menuju popularitas dan hidup yang enak. Film itu membandingkan secara kontras kebebasan dari roh yang murah hati dengan kefrustrasian dari tangan yang menggenggam.

Saat berkhotbah dari Kejadian 3, pendeta saya berkata, "Kejatuhan manusia ke dalam dosa telah membuat tangan kita menggenggam kuat." Ajaran Yesus tentang iman dan kemurahan hati menuntun kita untuk membuka tangan. Dia berkata, "Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (Lukas 12:32-34).

Kata-kata Tuhan mungkin terdengar begitu radikal, sehingga sulit bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara mempraktikkannya. Namun, jika kita benar-benar mencari tuntunan-Nya, Dia akan menuntun setiap langkah kita dan menjaga hati kita dari kekhawatiran.

Saya yakin, anak yang murah hati di dalam film itu telah memiliki tangan yang terbuka jauh sebelum jutaan uang jatuh ke tangan mereka --DCM

21 Agustus 2006

Kekuatan Regang

Nats : Cukuplah anugerah-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna (2Korintus 12:9)
Bacaan : 2Korintus 12:7-10

Ketika pembangunan sebuah jalan raya lingkar di West Michigan sedang dalam taraf penyelesaian, ditemukan sebuah bahaya. Tiang-tiang jembatan itu dirancang untuk menahan bebannya sendiri-bukan beban lalu-lintas yang harus ditanggungnya. Karena itu, sebelum jalan raya tersebut dapat dibuka, beberapa jembatan harus dirancang dan dibangun kembali.

Para insinyur harus secara khusus memerhatikan kekuatan regangan bahan yang diperlukan dalam rancangan konstruksi bangunan, agar dapat menahan sejumlah besar tekanan yang berat. Kekuatan regangan adalah regangan maksimum yang dapat ditahan oleh suatu bahan sebelum putus. Apabila insinyur tersebut salah perhitungan, maka bangunan itu dapat runtuh karena menahan terlalu berat.

Apabila kita berada di bawah tekanan dan kesulitan, kita mungkin bertanya-tanya apakah Tuhan, yang merancang kita, telah salah memperhitungkan "kekuatan yang dapat kita regangkan". Kita merasa yakin bahwa kita akan runtuh di bawah tekanan penderitaan-penderitaan tersebut, tetapi Pencipta kita tahu benar bahwa kita dapat menanggungnya karena kasih karunia-Nya. Dia mengetahui batas kekuatan kita dan tidak akan pernah memperkenankan kita untuk menanggung lebih dari yang dapat kita pikul. Seperti yang dikatakan oleh pengajar Alkitab, Ron Hutchcraft, "Allah dapat mengirimkan beban, tetapi Dia tidak akan pernah mengirimkan beban yang berlebihan!"

Dengan dikuatkan kembali oleh tiang baja pemeliharaan Allah, kekuatan regang kita tidak akan rusak -WEC

28 Agustus 2006

Kodok dan Katak

Nats : Seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan ke-benaran (Yesaya 61:11)
Bacaan : Yesaya 61:10,11

Salah satu buku anak-anak yang saya sukai adalah Frog and Toad Together (Kodok dan Katak Bersama-sama) karya Arnold Lobel. Kodok mempunyai kebun yang dikagumi oleh Katak, sehingga Katak ingin memilikinya juga. Lalu Kodok berkata kepadanya, "Memang kebun itu indah, tetapi kamu harus bekerja keras." Ketika Kodok memberikan beberapa benih bunga kepada Katak, Katak pun segera pulang dan menanamnya.

"Ayo benih-benih," kata Katak, "bertumbuhlah sekarang." Ia berusaha keras membuat kebunnya berbunga. Ia berteriak kepada benih-benih itu, membacakan cerita-cerita panjang, dan menyanyikan lagu-lagu, tetapi benih-benih itu tidak kunjung tumbuh.

"Apa yang harus kulakukan?" teriak Katak. "Tinggalkanlah benih-benih itu sendirian," kata Kodok. "Biarkanlah matahari menyinari, dan hujan menyiraminya. Nanti benih-benihmu akan mulai tumbuh." Lalu suatu hari, tanaman-tanaman hijau kecil muncul. "Akhirnya," teriak Katak, "benih-benihku tidak takut lagi untuk tumbuh! Kamu benar, Kodok. Ini memang pekerjaan yang sangat keras."

Banyak orang berpikir bahwa sulit sekali bertumbuh dalam kebenaran. Kita harus menyediakan waktu untuk membaca firman Tuhan, berdoa, dan menumbuhkan iman kita dengan berada bersama orang-orang beriman lainnya. Namun, kemajuan kita dalam kesucian tetap tergantung kepada Allah. Ketika Dia menyinarkan wajah-Nya kepada kita dan mencurahkan kasih-Nya dalam hidup kita, kita akan bertumbuh. Lalu kebenaran akan mulai tumbuh (Yesaya 61: 11). Jangan putus asa apabila pertumbuhan itu lambat. Sebentar lagi Anda akan memiliki kebun -DHR

12 Oktober 2006

Kekuatan yang Dijanjikan

Nats : [Allah] menambah semangat kepada yang tiada berdaya (Yesaya 40:29)
Bacaan : Yesaya 40:10,11,28-31

Pada usia 6 tahun, Jonah Sorrentino sangat terluka saat orangtuanya bercerai. Akibatnya, ia menyimpan kepahitan dan kemarahan hebat. Puji Tuhan, pada usia 15 tahun Jonah mengenal kasih Allah baginya dan menjadi orang percaya.

Jonah, yang juga penyanyi KJ-52, mengaku terbiasa menjadi korban lingkungan. Saat diwawancara Christianity Today, ia menjelaskan pemulihannya, "Anda harus mengakui kondisi buruk Anda."

Ia menambahkan, "Anda juga harus sampai ke titik di mana Anda akan berkata, 'Aku tak mau tinggal di masa lalu ... dalam kemarahan, kepahitan, atau luka batin. Aku mau berjalan maju karena Allah akan memberiku kekuatan.'" Allah menolongnya untuk mengampuni orangtuanya. Ia pun menulis lirik lagu ini untuk menguatkan orang lain:

Kau akan selalu menemukan kekuatan dalam Kristus;
Allah memiliki rencana dalam setiap sisi hidupmu
Mungkin ini sulit dipahami saat engkau susah
Namun ke mana pun kau melangkah,
Dia hadir dengan lengan terbuka lebar.

Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana kita dapat hidup ber-sama masa lalu yang menyakitkan. Allah dapat mengenyahkan ke-pedihan kita seketika dan selamanya, jika Dia menghendaki. Namun, Dia kerap memulihkan kita secara perlahan hingga bekas luka itu tetap ada. Dia menggendong kita dan dengan hati-hati menuntun kita seperti gembala yang mengurus kawanannya (Yesaya 40:11).

Mungkin kita tak dipulihkan seutuhnya dalam hidup sekarang ini, tetapi kita dapat mengandalkan janji Allah. Dia memberi "kekuatan kepada yang lemah" dan menambah semangat mereka (ayat 29) -AMC

25 Agustus 2007

Pertempuran di Dalam

Nats : Keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh (Galatia 5:17)
Bacaan : Galatia 5:16-23

Dokter mendapati sebuah noda kecil di permukaan kulit saya -- sebuah noda yang menurutnya perlu mendapatkan perhatian khusus. Noda itu merupakan masalah kecil yang harus diobati supaya tidak berkembang menjadi sesuatu yang lebih buruk. Sebelum saya diberi tahu, saya tidak pernah menyadari masalah itu.

Dokter itu kemudian menulis resep krim khusus, yang apabila dioleskan pada kulit bisa memacu sel yang sehat dalam tubuh saya supaya menuju noda itu dan melawan sel yang sakit. Dengan kata lain, obat tersebut menyebabkan pertempuran kecil antara sel yang sakit dan sel yang sehat.

Ada pertempuran semacam itu yang berlangsung dalam kehidupan kita masing-masing sebagai orang percaya. Pertempuran itu berjalan seperti ini: Pikiran yang penuh dosa tinggal di dalam diri kita. Pikiran itu perlu diobati oleh Roh Kudus, yang akan membantu kita melawan berbagai pikiran jahat yang diberi makan oleh daging kita. Kedagingan kita mengenalkan berbagai hal; seperti pikiran yang amoral, kenajisan, perselisihan, serta kecemburuan (Galatia 5:19,20). Akan tetapi, jika kita meminta Roh Kudus untuk datang menyelamatkan kita, Dia melawan pikiran-pikiran itu dengan buah Roh: "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (ayat 22,23).

Apakah Anda sedang "menjalani perawatan" yang dapat meminta Roh Kudus supaya berjuang melawan daging? Begitulah cara kita memenangkan pertempuran yang ada di dalam diri kita --JDB

30 September 2007

Jangan Mendayung

Nats : Supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan kamu dengan kuasa melalui Roh-Nya di dalam batinmu (Efesus 3:16)
Bacaan : Efesus 3:14-21

Selama acara piknik pada hari yang sangat panas di sebuah danau di Wisconsin, tunangan Ole, yaitu Bess, mengutarakan betapa nikmatnya es krim di hari sepanas itu. Karena itu, imigran Norwegia yang masih belia ini dengan senang hati menempuh perjalanan memutar sejauh 8,5 kilometer dengan perahu dayung untuk membeli es krim bagi tunangannya. Ketika ia kembali dengan satu kontainer es krim yang telah meleleh, Ole berkata pada dirinya sendiri bahwa pasti ada cara yang lebih baik daripada ini. Ia mengerahkan kemampuannya di bidang mesin, dan setahun kemudian, tahun 1907, Ole Evinrude menguji mesin kecilnya yang dapat dipasang di perahu-perahu kecil. Ia menikahi Bess, dan ketika motor-motor tempel itu diproduksi untuk dipasarkan, Bess menulis sebuah slogan promosi: "Jangan Mendayung! Buang Dayung Anda!"

Ole Evinrude bukan pria pemalas, tetapi ia tahu batas kekuatan manusia. Kini kita sering memakai mesin untuk pekerjaan sehari-hari. Namun, kita kerap dengan keras kepala bersandar pada kekuatan diri sendiri saat mencoba melayani Allah. Dalam Efesus 3, Rasul Paulus menulis tentang cara yang lebih baik, "Supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan kamu dengan kuasa melalui Roh-Nya di dalam batinmu" (ayat 16). Bukannya bersandar pada kekuatan sendiri, Paulus justru mendorong orang kristiani menemukan kekuatan dalam "Dia yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita" (ayat 20).

Jangan mendayung! Terima dan gunakanlah kekuatan Allah --DCM

10 Maret 2008

Mengampuni Seperti Mawar

Nats : Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, perbuatlah juga demi (Kolose 3:13)
Bacaan : Kolose 3:1-17

Banyak pasangan bercerai, salah satunya karena kurangnya pengampunan. Katakata kasar menembus sampai ke hati, sehingga pribadi yang terluka sulit memaafkan. Banyak keluarga juga mengalami keretakan relasi, karena antara orangtua dan anak atau antarsaudara sulit untuk saling memaafkan kesalahan. Banyak kolega dalam pekerjaan juga terpisahkan karena pengampunan sulit diberikan.

Alkitab menyatakan bahwa pengampunan sejati diberikan oleh Tuhan Yesus. Bahkan, Yesus memberikan pengampunan tanpa batas kepada kita yang menanggung banyak dosa. Oleh pengampunan-Nya, kita dibebaskan dari hukuman atas dosa. Bacaan firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk bersikap sabar dan suka mengampuni seorang terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kita (Kolose 3:13). Inilah salah satu ciri manusia baru.

Sebuah kalimat bijak berkata, "Pengampunan seperti mawar yang memancarkan keharuman bagi orang yang menginjaknya." Yesus telah memberi teladan yang sempurna dalam hal ini. Dia rela memberikan diriNya disalibkan dan dihina, namun Dia "memancarkan keharuman" yang menuntun kita kepada keselamatan kekal. Inilah prinsip yang Yesus ajarkan. Dan, sebagai manusia baru yang terus-menerus diperbarui hingga serupa dengan Dia (ayat 10), kita perlu mengedepankan pengampunan, bahkan jika kita tak berada dalam posisi salah sekalipun!

Mari kita mempraktikkan pengampunan dalam hidup kita. Mengampuni seperti Tuhan Yesus, mengampuni orang yang bahkan menurut ukuran dunia tidak pantas diampuni -MZ

23 Agustus 2008

Kebahagiaan Sejati

Nats : Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! (Mazmur 128:1)
Bacaan : Matius 5:1-12

Dalida adalah ratu kecantikan Mesir tahun 1955. Ia kemudian hijrah ke Paris. Di sana ia berhasil menjadi penyanyi dan pemain film terkenal. Kariernya sukses, kekayaannya berlimpah. Namun, toh Dalida merasa hidupnya sangat malang. Suaminya, Lucien Morisse, meninggal karena bunuh diri. Begitu juga Luigi Tenco, kekasihnya. Kenyataan itu membuat Dalida sangat terpukul. Akhirnya di tengah ketenaran dan kekayaannya, ia memutuskan untuk bunuh diri. Ia menulis sepucuk surat: "Beban hidup sungguh tak tertanggungkan." Begitulah, keberhasilan lahiriah bukan jaminan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak diukur oleh seberapa besar kekayaan dan popularitas yang kita miliki.

Bacaan hari ini merupakan bagian dari khotbah Yesus di bukit (Matius 5-7) di bawah judul Ucapan Bahagia. Berulang-ulang dikatakan "berbahagialah", yang dalam bahasa Yunaninya: makarios, yaitu kebahagiaan yang lengkap, utuh, sempurna. Itulah kebahagiaan sejati. Bagaimana meraihnya?

1. Hidup sepenuhnya mengandalkan kekuatan Allah (ayat 3).

2. Selalu bersedia peduli dan berbagi dengan sesama (ayat 4, 7).

3. Rendah hati dan panjang sabar (ayat 5).

4. Gigih berjalan dalam kebenaran, apa pun risiko yang harus ditanggung (ayat 6,10).

5. Menjaga hati, menjauhi sikap bermusuhan dan pikiran buruk terhadap orang lain (ayat 8,9).

Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada hal-hal di luar diri, seperti kekayaan, popularitas, dan jabatan. Kebahagiaan sejati bersemi dalam hati, dan memancar keluar; dalam tindakan dan ucapan -AYA

6 September 2008

Melihatnya Dalam Gelap

Nats : Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan (Roma 5:3)
Bacaan : Roma 5:1-6

Suatu malam, sebuah gereja yang ada di desa mengadakan kebaktian penyegaran iman dan mereka mengundang seorang pendeta untuk berkhotbah. Desa tersebut baru saja mendapat sambungan aliran listrik sehingga ruang kebaktian gereja mendapat penerangan dari lampu pijar. Ketika sang pendeta tengah berkhotbah, tiba-tiba listrik mati. Ruangan ibadah pun menjadi gelap gulita. Sang pendeta bingung; harus terus berkhotbah atau menunggu listrik menyala. Tiba-tiba seorang anggota majelis berbisik, "Teruslah berkhotbah, Pak Pendeta. Kami masih bisa melihat Yesus di dalam gelap."

Hidup bisa tiba-tiba menjadi gelap saat kita menghadapi kesengsaraan; kehilangan orang terkasih, sakit-penyakit, kegagalan bisnis. Semua itu membuat hari-hari tampak suram. Ibarat mati lampu, keadaan di sekeliling menjadi tampak gelap. Namun, orang yang beriman pada Kristus dapat tetap berdiri, bahkan bermegah. Mengapa? Sebab ada pengharapan. Kita yakin, di tengah gelapnya hidup, Yesus beserta. Kita bisa melihat Dia dalam gelap. Oleh sebab itu, kesengsaraan tidak perlu menjatuhkan iman, tetapi menguji iman kita untuk naik setingkat lebih tinggi. Pengalaman membuktikan, hari-hari gelap justru merupakan saat di mana Tuhan mendekat; saat di mana kita merasakan pertolongan dan kuasa-Nya secara istimewa.

Apakah jalan di depan Anda tampak gelap? Jangan takut, apalagi sampai kehilangan kegembiraan hidup. Percayalah, semakin sulit jalan hidup Anda, semakin nyata Tuhan menyertai Anda. Seperti orangtua yang memberi perhatian khusus saat anaknya sakit, Tuhan pun begitu. Di topan gelap, Anda didekap -JTI



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA