Teks -- Efesus 5:1-25 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Ef 5:5 - INGATLAH INI BAIK-BAIK.
Nas : Ef 5:5
Rasul Paulus, seperti halnya jemaat Efesus, tahu dengan pasti bahwa
semua orang (baik anggota gereja maupun tidak) yang cabul, tidak k...
Nas : Ef 5:5
Rasul Paulus, seperti halnya jemaat Efesus, tahu dengan pasti bahwa semua orang (baik anggota gereja maupun tidak) yang cabul, tidak kudus, atau serakah (yaitu, lebih mengasihi materi daripada Allah) dilarang masuk Kerajaan Kristus. Hal ini diajarkan dengan keyakinan kuat oleh nabi PL
(lihat cat. --> Yer 8:7;
lihat cat. --> Yer 23:17;
lihat cat. --> Yeh 13:10)
[atau ref. Yer 8:7; 23:17; Yeh 13:10]
dan para rasul dan gereja PB
(lihat cat. --> 1Kor 6:9;
lihat cat. --> Gal 5:21).
[atau ref. 1Kor 6:9; Gal 5:21]
Orang yang melakukan dosa-dosa tersebut memberikan bukti yang jelas bahwa mereka tidak diselamatkan, tidak memiliki hidup Allah, dan terpisah dari hidup kekal
(lihat cat. --> Yoh 8:42;
lihat cat. --> 1Yoh 3:15).
Full Life: Ef 5:6 - DISESATKAN.
Nas : Ef 5:6
Paulus tahu ada guru yang akan mengajar jemaat Efesus bahwa mereka
tidak perlu takut akan murka Allah atas kebejatan mereka. Karena it...
Nas : Ef 5:6
Paulus tahu ada guru yang akan mengajar jemaat Efesus bahwa mereka tidak perlu takut akan murka Allah atas kebejatan mereka. Karena itu dia menasihati, "Janganlah kamu disesatkan orang". Jelas di sini bahwa orang dapat saja ditipu untuk percaya bahwa orang yang amoral dan tidak suci hidupnya mempunyai bagian di dalam Kerajaan Kristus
(lihat art. GURU-GURU PALSU).
Full Life: Ef 5:11 - PERBUATAN-PERBUATAN KEGELAPAN.
Nas : Ef 5:11
Orang yang setia kepada Kristus tidak mungkin bersikap netral atau
berdiam diri terhadap "perbuatan-perbuatan kegelapan dan kebejatan...
Nas : Ef 5:11
Orang yang setia kepada Kristus tidak mungkin bersikap netral atau berdiam diri terhadap "perbuatan-perbuatan kegelapan dan kebejatan" (ayat Ef 5:3-6). Mereka harus selalu siap membeberkan, menegur, dan menentang semua bentuk kejahatan. Dengan sungguh-sungguh menentang ketidakbenaran berarti membenci dosa (Ibr 1:9), memihak kepada Allah dalam menentang kejahatan (Mazm 94:16), dan tetap setia kepada Kristus yang juga menyingkapkan perbuatan-perbuatan jahat (Yoh 7:7; 15:18-20; bd. Luk 22:28).
Full Life: Ef 5:18 - ANGGUR.
Nas : Ef 5:18
Kepenuhan Roh Kudus tergantung pada tanggapan orang percaya terhadap
kasih karunia yang diberikan kepada mereka untuk mencapai dan me...
Nas : Ef 5:18
Kepenuhan Roh Kudus tergantung pada tanggapan orang percaya terhadap kasih karunia yang diberikan kepada mereka untuk mencapai dan memelihara pengudusan. Maksudnya, seseorang tidak mungkin "mabuk oleh anggur" dan pada saat yang sama "penuh dengan Roh." Paulus mengingatkan semua orang percaya tentang perbuatan sifat berdosa -- bahwa mereka yang melakukan hal itu "tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah" (Gal 5:19-21; bd. Ef 5:3-7). Lagi pula, mereka "yang melakukan hal-hal yang demikian" (Gal 5:21) tidak akan mendapat bagian dalam kehadiran dan kepenuhan Roh Kudus. Dengan kata lain, tidak memiliki "buah Roh" (Gal 5:22-23) berarti kehilangan kepenuhan Roh
(lihat cat. --> Kis 8:21).
[atau ref. Kis 8:21]
Full Life: Ef 5:18 - PENUH DENGAN ROH.
Nas : Ef 5:18
"Hendaklah ... penuh" (bentuk waktu ini pasif-imperatif) dalam
bahasa Yunani mengandung arti "dipenuhi berkali-kali." Anak-anak Allah...
Nas : Ef 5:18
"Hendaklah ... penuh" (bentuk waktu ini pasif-imperatif) dalam bahasa Yunani mengandung arti "dipenuhi berkali-kali." Anak-anak Allah harus senantiasa mengalami pembaharuan (Ef 3:14-19; 4:22-24; Rom 12:2) dengan berkali-kali dipenuhi Roh Kudus.
- 1) Orang Kristen harus dibaptis dengan Roh Kudus setelah pertobatan
(lih. Kis 1:5; 2:4), namun mereka perlu berkali-kali dipenuhi dengan
Roh untuk menyembah, melayani, dan bersaksi(lihat cat. --> Kis 4:31;
lihat cat. --> Kis 4:33;
lihat cat. --> Kis 6:3).
[atau ref. Kis 4:31-33; 6:3]
- 2) Orang percaya mengalami kepenuhan Roh berkali-kali dengan memelihara iman yang hidup pada Yesus Kristus (Gal 3:5), dipenuhi dengan Firman Allah (Kol 3:16), berdoa, mengucap syukur dan memuji Tuhan (ayat Ef 5:19-20; 1Kor 14:15), melayani sesama (ayat Ef 5:21), dan melakukan apa yang diinginkan oleh Roh Kudus (Ef 4:30; Rom 8:1-14; Gal 5:16 dst; 1Tes 5:19).
- 3) Beberapa akibat dari hal penuh dengan Roh adalah:
Full Life: Ef 5:19 - BERNYANYI ... BAGI TUHAN.
Nas : Ef 5:19
Semua lagu rohani kita baik di gereja maupun secara pribadi, harus
terutama diarahkan kepada Allah sebagai doa ucapan syukur atau per...
Nas : Ef 5:19
Semua lagu rohani kita baik di gereja maupun secara pribadi, harus terutama diarahkan kepada Allah sebagai doa ucapan syukur atau permohonan (bd. Mazm 40:4; 77:7).
- 1) Kidung pujian atau nyanyian rohani lainnya dapat merupakan manifestasi Roh Kudus (ayat Ef 5:18 dst; 1Kor 14:14 dst.).
- 2) Menyanyikan lagu-lagu rohani merupakan sarana peneguhan, ajaran, ucapan syukur dan doa (Kol 3:16).
- 3) Nyanyian Kristen merupakan ungkapan sukacita (ayat Ef 5:19).
- 4) Tujuan dari menyanyikan lagu-lagu rohani bukanlah hiburan atau kesenangan pribadi, melainkan penyembahan dan pemujian Allah (Rom 15:9-11; Wahy 5:9-10).
Full Life: Ef 5:21 - RENDAHKANLAH DIRIMU SEORANG KEPADA YANG LAIN.
Nas : Ef 5:21
Saling merendahkan diri di dalam Kristus adalah suatu prinsip rohani
yang umum. Prinsip ini harus diterapkan pertama-tama dalam kelua...
Nas : Ef 5:21
Saling merendahkan diri di dalam Kristus adalah suatu prinsip rohani yang umum. Prinsip ini harus diterapkan pertama-tama dalam keluarga Kristen. Ketundukan, kerendahan hati, kelembutan, kesabaran, dan toleransi harus merupakan ciri khas dari setiap anggota keluarga Kristen. Istri harus tunduk (yaitu, tunduk di dalam kasih) kepada tanggung jawab suaminya selaku pemimpin dalam keluarga
(lihat cat. --> Ef 5:22 selanjutnya).
[atau ref. Ef 5:22]
Suami harus tunduk kepada kebutuhan istrinya dengan sikap kasih dan pengorbanan diri
(lihat cat. --> Ef 5:23).
[atau ref. Ef 5:23]
Anak-anak harus tunduk kepada kekuasaan orang-tua di dalam ketaatan
(lihat cat. --> Ef 6:1).
[atau ref. Ef 6:1]
Dan orang-tua harus tunduk kepada kebutuhan anak-anak dan membina mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan
(lihat cat. --> Ef 6:4).
[atau ref. Ef 6:4]
Full Life: Ef 5:22 - ISTERI, TUNDUKLAH.
Nas : Ef 5:22
Istri memperoleh tugas yang diberikan Allah untuk membantu dan
tunduk kepada suaminya (ayat Ef 5:22-24). Kewajibannya kepada suami
me...
Nas : Ef 5:22
Istri memperoleh tugas yang diberikan Allah untuk membantu dan tunduk kepada suaminya (ayat Ef 5:22-24). Kewajibannya kepada suami meliputi kasih (Tit 2:4), hormat (ayat Ef 5:33; 1Pet 3:1-2), bantuan (Kej 2:18), kesucian (Tit 2:5; 1Pet 3:2), sikap tunduk (ayat Ef 5:22; 1Pet 3:5), pengembangan roh yang lembut dan tenang (1Pet 3:4), dan menjadi seorang ibu (Tit 2:4) dan pengatur rumah tangga yang baik (1Tim 2:15; 5:14; Tit 2:5). Tunduknya seorang istri kepada suaminya dilihat oleh Allah sebagai bagian dari ketaatannya kepada Yesus, "seperti kepada Tuhan" (juga
lihat cat. --> Gal 3:28;
lihat cat. --> 1Tim 2:13;
lihat cat. --> 1Tim 2:15;
lihat cat. --> Tit 2:4).
[atau ref. Gal 3:28; 1Tim 2:13-15; Tit 2:4]
Full Life: Ef 5:23 - SUAMI ... KEPALA.
Nas : Ef 5:23
Allah telah menetapkan keluarga sebagai kesatuan dasar sebuah
masyarakat. Setiap keluarga harus memiliki seorang pemimpin. Oleh karen...
Nas : Ef 5:23
Allah telah menetapkan keluarga sebagai kesatuan dasar sebuah masyarakat. Setiap keluarga harus memiliki seorang pemimpin. Oleh karena itu, Allah telah menyerahkan kepada suami tanggung jawab menjadi kepala istri dan keluarga (ayat Ef 5:23-33; 6:4). Kepemimpinannya itu harus dilaksanakan di dalam kasih, kelembutan, dan tenggang rasa terhadap istri dan keluarganya (ayat Ef 5:25-30; 6:4). Tanggung jawab suami yang diberikan Allah sebagai "kepala istri" meliputi:
- (1) penyediaan kebutuhan rohani dan kebutuhan rumah tangga bagi keluarganya (ayat Ef 5:23-24; Kej 3:16-19; 1Tim 5:8);
- (2) kasih, perlindungan, dan perhatian untuk kesejahteraannya sebagaimana Kristus mengasihi gereja (ayat Ef 5:25-33);
- (3) hormat, pengertian, penghargaan, dan perhatian (Kol 3:19; 1Pet 3:7);
- (4) kesetiaan mutlak terhadap ikatan pernikahan (ayat Ef 5:31; Mat 5:27-28).
terang: beberapa naskah kuno: Roh Allah.
BIS: Ef 5:14 - Sebab semua yang dapat dilihat dengan jelas, adalah terang Sebab semua yang dapat dilihat dengan jelas, adalah terang: atau sebab teranglah yang memperlihatkan segala sesuatu dengan jelas.
Sebab semua yang dapat dilihat dengan jelas, adalah terang: atau sebab teranglah yang memperlihatkan segala sesuatu dengan jelas.
Var: untuk kamu.
Jerusalem: Ef 5:5 - orang serakah, artinya penyembah berhala Keserakahan yang tak terkendali memberi hormat kepada makhluk, khususnya kepada uang, sebagaimana yang hanya diberikan kepada Allah. Maka keserakahan ...
Keserakahan yang tak terkendali memberi hormat kepada makhluk, khususnya kepada uang, sebagaimana yang hanya diberikan kepada Allah. Maka keserakahan seolah-olah membuat makhluk itu menjadi berhala.
Jerusalem: Ef 5:13 - adalah terang Dengan senang hari berbicara tentang keburukan semacam itu (Efe 5:11) dan membiarkannya dalam kegelapan yang mencurigakan memanglah buruk juga, Efe 5:...
Dengan senang hari berbicara tentang keburukan semacam itu (Efe 5:11) dan membiarkannya dalam kegelapan yang mencurigakan memanglah buruk juga, Efe 5:3; tetapi membicarakannya dengan maksud memperbaikinya dan begitu membukakannya untuk umum adalah suatu pekerjaan baik. Dengan jalan itu terang mengenyahkan kegelapan, sebab terang itu tidak lain kecuali terang Kristus (akhir Efe 5:13).
Jerusalem: Ef 5:14 - -- Kutipan ini agaknya merupakan nyanyian jemaat purba. Contoh lain: 1Ti 3:16. Mengenal baptisan yang disebut sebagai "cahaya", bdk Ibr 6:4; 10:32 (bdk R...
Kutipan ini agaknya merupakan nyanyian jemaat purba. Contoh lain: 1Ti 3:16. Mengenal baptisan yang disebut sebagai "cahaya", bdk Ibr 6:4; 10:32 (bdk Rom 6:4+)
Var: kamu akan menyentuh Kristus.
Jerusalem: Ef 5:22-23 - -- Ayat-ayat ini membandingkan perkawinan dengan persatuan Kristus dan Gereja. Kedua titik perbandingan saling menjelaskan: Kristus dapat dikatakan ister...
Ayat-ayat ini membandingkan perkawinan dengan persatuan Kristus dan Gereja. Kedua titik perbandingan saling menjelaskan: Kristus dapat dikatakan isteri Gereja oleh karena merupakan Kepalanya dan mengasihinya seperti tubuhNya sendiri, sama seperti halnya suami isteri, setelah diterima, maka perbandingan itu pada gilirannya menyodorkan persatuan Kristus dengan Gereja sebagai contoh perkawinan manusia. Perlambang itu berakar dalam Perjanjian Lama, yang kerap berkata tentang Israel sebagai isteri Yahwe, Hos 1:2; Yes 1:21-26; Yer 2:2; 3:1,6-12; 23; Yes 50:1; 54:6-7.
Ende: Ef 5:5 - Termasuk pemudjaan berhala Si loba mendewa-dewakan harta duniawi. Menurut
Mat 6:24 dan Luk 16:16 ia berbakti kepada mamon.
jang tetap menolak Indjil.
Ende: Ef 5:8 - Dahulu kamu kegelapan jaitu semata-mata diliputi dan diresapi kegelapan,
tanpa pengertian, tanpa tudjuan hidup pasti jang memberi harapan dan
menggembirakan, tersesat dalam...
jaitu semata-mata diliputi dan diresapi kegelapan, tanpa pengertian, tanpa tudjuan hidup pasti jang memberi harapan dan menggembirakan, tersesat dalam kedjahilan kelam, tanpa melihat suatu djalan keluar, seluruh suasana lahir dan batin suram dan murung belaka.
Ende: Ef 5:8 - Berdjalanlah sebagai putera tjahaja Tjara hidup anak-anak Allah, harus sesuai
dengan martabat dan kemuliaan batin mereka, menurut petundjuk-petundjuk dan
tjita-tjita Indjil.
Lagi pula tj...
Tjara hidup anak-anak Allah, harus sesuai dengan martabat dan kemuliaan batin mereka, menurut petundjuk-petundjuk dan tjita-tjita Indjil.
Lagi pula tjahaja itu djangan disembunjikan dalam batin, melainkan harus bersinar pada wadjah dan dalam segala perkataan dan tingkah-laku, supaja dapat menjinari mereka jang berdjalan dalam kegelapan, supaja kiranja merekapun mendjadi insjaf.
Ajat ini merupakan djudul atau ringkasan atjara fasal ini bersama fasal berikut.
Ende: Ef 5:23 - Sebagai penjelamat tubuh Dengan kalimat ini Paulus rupanja hendak
memperingatkan para suami, bahwa mereka harus mendjadi sekedar penjelamat,
jaitu pelindung dan pemelihara ist...
Dengan kalimat ini Paulus rupanja hendak memperingatkan para suami, bahwa mereka harus mendjadi sekedar penjelamat, jaitu pelindung dan pemelihara isterinja. Sebabnja akan lebih lebih luas dipaparkan dalam Efe 5:25-28.
Ref. Silang FULL: Ef 5:1 - penurut-penurut Allah // seperti anak-anak · penurut-penurut Allah: Mat 5:48; Luk 6:36
· seperti anak-anak: Yoh 1:12; Yoh 1:12
Ref. Silang FULL: Ef 5:2 - mengasihi kamu // untuk kita // bagi Allah · mengasihi kamu: Yoh 13:34; Yoh 13:34
· untuk kita: Ef 5:25; Gal 1:4; Gal 1:4; Gal 2:20
· bagi Allah: Ibr 7:27
Ref. Silang FULL: Ef 5:3 - Tetapi percabulan // atau keserakahan · Tetapi percabulan: 1Kor 6:18; 1Kor 6:18
· atau keserakahan: Kol 3:5
Ref. Silang FULL: Ef 5:4 - yang kosong // ucapkanlah syukur · yang kosong: Ef 4:29
· ucapkanlah syukur: Ef 5:20; Ef 5:20
Ref. Silang FULL: Ef 5:5 - penyembah berhala // mendapat bagian // dan Allah · penyembah berhala: Kol 3:5
· mendapat bagian: Kis 20:32; Kis 20:32
· dan Allah: Mat 25:34; Mat 25:34
Ref. Silang FULL: Ef 5:6 - kamu disesatkan // mendatangkan murka // orang-orang durhaka · kamu disesatkan: Mr 13:5; Mr 13:5
· mendatangkan murka: Rom 1:18; Rom 1:18
· orang-orang durhaka: Ef 2:2
Ref. Silang FULL: Ef 5:8 - Memang dahulu // anak-anak terang · Memang dahulu: Ef 2:2; Ef 2:2
· anak-anak terang: Yoh 8:12; Luk 16:8; Luk 16:8; Kis 26:18; Kis 26:18
Ref. Silang FULL: Ef 5:9 - hanya berbuahkan // kebaikan · hanya berbuahkan: Mat 7:16-20; Gal 5:22
· kebaikan: Rom 15:14
· hanya berbuahkan: Mat 7:16-20; Gal 5:22
· kebaikan: Rom 15:14
Ref. Silang FULL: Ef 5:11 - perbuatan-perbuatan kegelapan · perbuatan-perbuatan kegelapan: Rom 13:12; 2Kor 6:14
· oleh terang: Yoh 3:20,21
Ref. Silang FULL: Ef 5:14 - yang tidur // orang mati // atas kamu · yang tidur: Rom 13:11
· orang mati: Yes 26:19; Yoh 5:25
· atas kamu: Yes 60:1; Mal 4:2
Ref. Silang FULL: Ef 5:16 - pergunakanlah waktu // adalah jahat · pergunakanlah waktu: Kol 4:5
· adalah jahat: Ef 6:13
Ref. Silang FULL: Ef 5:18 - oleh anggur // dengan Roh · oleh anggur: Im 10:9; Ams 20:1; Yes 28:7; Rom 13:13
· dengan Roh: Luk 1:15; Luk 1:15
Ref. Silang FULL: Ef 5:19 - dan nyanyian · dan nyanyian: Mazm 27:6; 95:2; Kis 16:25; 1Kor 14:15,26; Kol 3:16
· dan nyanyian: Mazm 27:6; 95:2; Kis 16:25; 1Kor 14:15,26; Kol 3:16
Ref. Silang FULL: Ef 5:20 - Ucaplah syukur · Ucaplah syukur: Ef 5:4; Ayub 1:21; Mazm 34:2; Kol 3:17; Ibr 13:15
Ref. Silang FULL: Ef 5:22 - kepada suamimu // kepada Tuhan · kepada suamimu: Kej 3:16; 1Kor 14:34; Kol 3:18; 1Tim 2:12; Tit 2:5; 1Pet 3:1,5,6
· kepada Tuhan: Ef 6:5
· kepada suamimu: Kej 3:16; 1Kor 14:34; Kol 3:18; 1Tim 2:12; Tit 2:5; 1Pet 3:1,5,6
· kepada Tuhan: Ef 6:5
Ref. Silang FULL: Ef 5:25 - kasihilah isterimu // diri-Nya baginya · kasihilah isterimu: Ef 5:28,33; Kol 3:19
· diri-Nya baginya: Ef 5:2; Ef 5:2
· kasihilah isterimu: Ef 5:28,33; Kol 3:19
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Ef 5:1-2 - Nasihat untuk Hidup dalam Kasih
Di bagian akhir pasal sebelumnya kita telah membaca beberapa nasihat penting, dan nasihat-nasihat itu dilanjutkan di dalam pasal ini, secara khusu...
- Di bagian akhir pasal sebelumnya kita telah membaca beberapa nasihat penting, dan nasihat-nasihat itu dilanjutkan di dalam pasal ini, secara khusus:
- I. Di sini kita membaca sebuah nasihat perihal kasih satu sama lain dan perbuatan kasih (ay. 1-2).
- II. Nasihat terhadap segala bentuk kecemaran, disertai dengan alasan-alasan yang tepat dan jalan keluar yang dianjurkan untuk melawan dosa-dosa semacam itu. Lebih lanjut ditambahkan juga beberapa peringatan serta kewajiban-kewajiban lain yang dianjurkan (ay. 3-20).
- III. Rasul Paulus menasihati supaya kewajiban-kewajiban terhadap sesama di dalam keluarga dilakukan dengan penuh kesadaran hati nurani (ay. 21 dan seterusnya sampai bagian awal pasal berikutnya).
Nasihat untuk Hidup dalam Kasih (5:1-2)
- Di sini kita temukan nasihat mengenai saling mengasihi atau kasih Kristen. Rasul Paulus telah menegaskan hal ini di dalam pasal sebelumnya, khususnya di dalam ayat-ayat terakhir pasal tersebut, yang ditunjukkan dengan penggunaan kata sebab itu yang digunakan sebagai kata sambung untuk menghubungkan apa yang telah ia katakan di dalam pasal sebelumnya dengan apa yang terkandung di dalam ayat-ayat di atas ini, “Sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu, sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, atau penurut-penurut teladan-Nya (TL).” Begitulah arti yang dimaksudkan oleh kata itu. Orang-orang saleh harus meneladani Allah yang mereka sembah, sepanjang Ia telah menyatakan Diri-Nya sebegitu rupa supaya dapat mereka tiru atau teladani. Mereka harus menyelaraskan diri dengan teladan-teladan-Nya, dan memperbarui kembali gambar Allah di atas diri mereka. Hal ini dapat mendatangkan kehormatan bagi hidup beragama kita, bahwa agama itu meneladani Allah. Kita harus menjadi kudus, sama seperti Allah yang kudus, bermurah hati sama seperti Dia yang murah hati, menjadi sempurna seperti Dia yang sempurna. Tetapi tidak ada satu pun sifat Allah yang lebih dianjurkan untuk kita teladani selain kebaikan-Nya. Jadilah kamu penurut-penurut Allah, atau berusahalah menyerupai Dia dalam setiap anugerah, khususnya di dalam kasih-Nya serta di dalam kebajikan-Nya dalam mengampuni. Allah adalah kasih, dan barang siapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah, dan Allah di dalam dia. Dengan demikian Ia telah menyatakan nama-Nya, yaitu Pengasih dan penyayang, dan berlimpah kasih setia. Seperti anak-anak yang kekasih, seperti anak-anak (yang biasa dikasihi dengan berlimpah-limpah oleh orangtua mereka) biasanya menyerupai orangtua mereka di dalam raut muka dan air muka wajah mereka, dan di dalam kecenderungan hati serta sifat-sifat pemikiran mereka. Atau menjadi seperti anak-anak Allah yang dikasihi dan disayangi oleh Bapa sorgawi mereka. Anak-anak diharuskan untuk meneladani orangtua mereka dalam hal yang baik, khususnya ketika anak-anak itu sangat dikasihi oleh mereka. Watak anak-anak Allah yang kita sandang mengharuskan kita untuk dapat menyerupai Dia, khususnya di dalam kasih dan kebaikan-Nya, di dalam belas kasihan dan kesediaan untuk mengampuni. Dan hanya mereka yang menyerupai Dia di dalam hal-hal inilah yang pantas menjadi anak-anak yang kekasih. Selanjutnya dikatakan, dan hiduplah di dalam kasih (ay. 2). Sifat-sifat menarik yang bersifat ilahi ini harus memimpin dan memengaruhi keseluruhan tingkah laku hidup kita, artinya kita harus berjalan di dalamnya. Harus menjadi asas yang mendasari semua tindakan kita, harus memimpin kita menuju tujuan yang ingin kita capai. Kita harus lebih berhati-hati dalam membuktikan ketulusan kasih kita satu sama lain. Sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kita. Di sini Rasul Paulus mengarahkan kita kepada Kristus sebagai contoh yang harus diteladani oleh orang-orang Kristen. Di dalam Dia kita mendapati contoh kasih yang tanpa pamrih dan paling melimpah yang pernah ada, yakni kasih-Nya yang agung yang dengannnya Ia telah mengasihi kita. Kita semua mengambil bagian bersama di dalam kasih itu, dan mendapat bagian dari penghiburan kasih itu. Dan itulah sebabnya mengapa kita harus saling mengasihi satu sama lain, karena Kristus telah mengasihi kita semua dan telah memberikan teladan kasih-Nya yang seperti itu kepada kita. Sebab, Dia telah menyerahkan diri-Nya untuk kita. Rasul Paulus sengaja memperluas pokok bahasan ini, sebab perkara apa lagi yang lebih dapat membawa sukacita ketika direnungkan selain ini? Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk mati bagi kita, dan kematian Kristus merupakan korban penebusan yang agung: sebagai persembahan dan korban bagi Allah. Suatu persembahan, bahkan korban, korban pendamaian, untuk menebus kesalahan kita, yang telah dilambangkan sebelumnya di dalam persembahan dan korban yang sah menurut hukum Taurat. Dan korban-Nya itu adalah persembahan dan korban yang harum. Beberapa orang berpendapat bahwa persembahan untuk penghapus dosa itu tidak pernah dikatakan berbau harum, tetapi ini yang dikatakan, yaitu tentang Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Ketika Ia mempersembahkan diri-Nya dengan suatu maksud supaya dapat diterima oleh Allah, maka Allah menerima-Nya, senang dan dipuaskan dengan korban itu. Perhatikanlah, sebagaimana korban Kristus berhasil untuk diterima oleh Allah, maka begitu jugalah teladan-Nya akan membawa hasil bagi kita, dan kita harus meneladani-Nya dengan hati-hati.
Matthew Henry: Ef 5:3-20 - Perlindungan terhadap Kecemaran Perlindungan terhadap Kecemaran (5:3-20)
Ayat-ayat ini memuat sebuah peringatan terhadap segala bentuk kecemaran dengan disertai jalan keluar dan a...
Perlindungan terhadap Kecemaran (5:3-20)
- Ayat-ayat ini memuat sebuah peringatan terhadap segala bentuk kecemaran dengan disertai jalan keluar dan alasan-alasan tepat yang diajukan. Lebih lanjut, ditambahkan pula beberapa peringatan serta beberapa kewajiban lain yang dianjurkan. Hawa nafsu yang cemar harus dikalahkan, supaya dapat mendukung kasih yang kudus. Hiduplah di dalam kasih, dan hindarilah percabulan dan rupa-rupa kecemaran. Percabulan adalah kebodohan yang dilakukan di antara orang-orang yang belum menikah. Rupa-rupa kecemaran meliputi segala jenis hawa nafsu yang cemar, yang sudah terlampau biasa dilakukan di antara bangsa-bangsa kafir. Atau keserakahan, yang demikian berkaitan dengan kejahatan lainnya, dan dikatakan sebagai suatu hal yang disebut saja pun jangan. Beberapa orang memahaminya sebagai penggunaan dalam gaya bahasa murni kitab suci tentang hawa nafsu yang tidak wajar. Ada juga yang memahami hal itu dengan akal yang lebih sehat, yaitu hasrat yang kuat untuk memperoleh keuntungan atau cinta yang tidak pernah terpuaskan akan kekayaan. Hal seperti ini dianggap sebagai perzinahan rohani. Karena dengan dosa keserakahan ini, jiwa yang sebenarnya telah dipertunangkan dengan Allah, kemudian menjadi tersesat dan meninggalkan Dia, serta mendekap dada perempuan asing. Itulah sebabnya mengapa orang-orang yang sangat tertarik kepada perkara-perkara duniawi dan mementingkan perkara-perkara jasmaniah disebut sebagai orang-orang yang berzinah: Hai kamu yang disifatkan seperti orang berzinah, tiadakah kamu ketahui bahwa persahabatan dengan dunia ini, ialah perseteruan dengan Allah? (Yak. 4:4b, TL). Nah, dosa-dosa seperti ini harus diwaspadai dengan sangat dan dibenci sejadijadinya. Disebut saja pun jangan di antara kamu, harus ditolak dengan rasa jijik, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus, orang-orang suci, yang dipisahkan dari dunia ini dan dipersembahkan kepada Allah. Rasul Paulus tidak saja memperingatkan tentang perbuatan-perbuatan dosa yang besar, tetapi juga dosa-dosa yang cenderung dianggap remeh dan dapat dimaafkan. Demikian juga perkataan yang kotor (ay. 4), yang dapat diartikan sebagai berbagai bentuk isyarat badan dan tingkah laku yang tidak pantas. Yang kosong atau yang sembrono, yaitu percakapan yang cabul dan kotor, atau yang lebih umum dilakukan orang adalah semacam percakapan sia-sia yang menunjukkan banyak kebodohan dan kesembronoan, dan jauh dari mendidik. Kata Yunani yang dipakai, yaitu eutrapelia adalah kata yang sama seperti yang digunakan oleh Aristoteles di dalam karyanya Ethics, yaitu membuat percakapan yang menyenangkan dan bermoral. Tidak diragukan lagi yang tidak dilarang Rasul Paulus di sini adalah senda gurau yang baik dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Sebagian orang beranggapan bahwa yang dimaksud Rasul Paulus adalah kata-kata yang tidak senonoh dan kasar yang cenderung membeberkan keadaan orang lain supaya tampak menggelikan. Ini ada benar juga, tetapi dari konteks di sini tampaknya artinya dibatasi pada senda gurau yang kotor dan cabul, yang juga disebutkan oleh Rasul Paulus sebagai percakapan yang kotor, atau buruk dan busuk (4:29). Mengenai hal-hal ini ia berkata, karena hal-hal ini tidak pantas. Memang percakapan demikian banyak tidak pantasnya di situ, bahkan sangat jahat. Percakapan-percakapan itu jauh dari menguntungkan sehingga malah mencemari dan meracuni orang-orang yang mendengarkan. Tetapi yang dimaksudkan sebenarnya adalah, hal-hal itu tidak patut bagi orang-orang Kristen, dan sangat tidak cocok dengan pengakuan iman dan watak mereka. Orang-orang Kristen diperbolehkan bergembira dan bersenang-senang, namun mereka harus bersuka ria dengan bijaksana. Rasul Paulus menambahkan, tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Biarlah kegembiraan orang Kristen dijauhkan sejauh mungkin dari kejenakaan yang bersifat cabul dan tidak senonoh, supaya ia dapat menggembirakan pikirannya serta membuat dirinya bersuka ria dengan tetap ingat untuk berterima kasih atas kebaikan dan belas kasihan Allah kepadanya, dan memuji dan membesarkan Dia atas hal-hal ini. Perhatikanlah,
- 1. Kita harus menggunakan semua kesempatan untuk memberi ucapan syukur dan pujian kepada Allah atas kebaikan dan kemurahan-Nya kepada kita.
- 2. Merenungkan kasih karunia dan kebaikan Allah kepada kita, dengan maksud untuk menggairahkan rasa syukur kita kepada-Nya, sangat baik untuk menyegarkan dan menggembirakan pikiran orang Kristen dan membuatnya bersukacita. Dr. Hammond (pujangga gereja di Inggris abad ketujuh belas – pen.) berpendapat bahwa eucharistia umumnya dapat berarti percakapan yang mulia, saleh, dan rohaniah, yang berlawanan dengan apa yang dicela oleh Rasul Paulus itu. Kegembiraan kita tidak boleh meledak menjadi sesuatu yang sia-sia dan penuh dosa serta menodai nama Allah, tetapi harus tampak seperti yang seharusnya menjadi ciri orang Kristen dan dapat memberi kemuliaan bagi-Nya. Apabila orang lebih dipenuhi oleh ungkapan-ungkapan yang baik dan saleh, dengan sendirinya mereka tidak akan mudah mengucapkan kata-kata yang menyakitkan dan tidak pantas. Sebab, bukankah berkat dan kutuk, ketidaksenonohan dan ucapan syukur, keluar dari mulut yang sama?
- I. Untuk membentengi kita terhadap dosa-dosa kecemaran dan sebagainya, Rasul Paulus menegaskan beberapa alasan dan memberikan beberapa penangkal, sebagai berikut,
- 1. Ia mendesakkan beberapa alasan, seperti
- (1) Ingatlah bahwa dosa-dosa ini menutup pintu sorga bagi orang-orang yang melakukannya: Karena itu ingatlah ini baik-baik, dan seterusnya (ay. 5). Mereka telah mengetahuinya, karena mereka telah diberi tahu sebelumnya melalui pengajaran agama Kristen. Mengenai orang serakah, beberapa orang memahaminya sebagai orang yang tak bermoral yang penuh nafsu birahi, yang memperturutkan hatinya di dalam hawa nafsu kotor yang biasanya dikaitkan dengan perbuatan orang kafir dan penyembah berhala. Sebagian orang lain lagi memahami perkataan orang serakah itu sesuai apa yang diartikan secara umum. Orang seperti itu dianggap sebagai penyembah berhala karena pada dirinya ada penyembahan berhala secara rohani yang berupa perbuatan mengasihi dunia ini. Sebagaimana orang rakus yang suka makan minum menjadikan perutnya sebagai ilah, begitu jugalah orang yang tamak menjadikan uang sebagai ilahnya. Hati dan perasaannya terpatri pada uang, dan ia menaruh pengharapan, kepercayaan, dan kegembiraan di dalam barang duniawi, yang seharusnya ditujukan hanya kepada Allah saja. Bukannya menyembah Allah, orang-orang seperti itu malah menyembah Mamon. Mengenai orang-orang demikian dikatakan bahwa mereka tidak mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah, artinya, Kerajaan Kristus, yang adalah Allah, atau kerajaan yang pada hakikatnya adalah milik Allah, dan milik Kristus, sebab Dia menjadi Pengantara, yang telah dibeli Kristus dengan pengorbanan-Nya dan yang telah dianugerahkan Allah kepada-Nya. Di sini (seperti juga sering di tempat lain dari Kitab Suci) sorga digambarkan seperti sebuah kerajaan berkenaan dengan keunggulan dan kemuliaannya, kepenuhan dan kecukupannya, dan seterusnya. Di dalam kerajaan ini, orang-orang kudus dan hamba-hamba Allah memiliki bagian harta warisan. Sebab harta itu adalah bagian orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Namun, orang-orang yang tidak mau bertobat, dan membiarkan diri mereka tetap tinggal di dalam nafsu kedagingan atau cinta akan dunia ini, sesungguhnya bukanlah orang-orang Kristen, sehingga mereka tidak menjadi milik kerajaan kasih karunia itu, dan sama sekali tidak akan pernah masuk ke dalam kerajaan kemuliaan itu. Oleh karena itu, marilah kita dengan penuh semangat berjaga-jaga terhadap dosa-dosa yang dapat mencegah dan menghalangi kita masuk ke dalam sorga.
- (2) Dosa-dosa ini mendatangkan murka Allah ke atas orang-orang yang bersalah karena melakukannya: “Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, dan seterusnya (ay. 6). Jangan biarkan siapa pun juga memperdaya kamu, seakan-akan hal-hal seperti itu dapat diterima dan diperbolehkan di antara orang-orang Kristen, atau seakan-akan hal-hal seperti itu tidak terlampau menggusarkan dan menyakiti hati Allah, atau seakan-akan kamu dapat memperturutkan hatimu di dalam dosa-dosa itu serta dapat meluputkan diri dan bebas dari hukuman. Semua ini adalah kata-kata hampa.” Amatilah, orang-orang yang menyesatkan diri sendiri dan orang lain dengan harapan dapat membebaskan diri dari hukuman dosa, hanyalah menipu diri sendiri dan orang lain. Dengan cara demikianlah Iblis memperdayai orangtua pertama kita dengan kata-kata hampa ketika ia berkata kepada mereka, Sekali-kali kamu tidak akan mati. Sungguh, itu adalah kata-kata hampa. Sebab siapa yang mempercayai kata-kata itu akan mendapati dirinya diperdayakan secara menyedihkan, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Mungkin yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus dengan orang-orang durhaka itu adalah bangsa-bangsa kafir yang tidak percaya dan menolak untuk menaati dan menyerahkan diri kepada Injil, atau dalam pengertian yang lebih umum, yaitu orang-orang berdosa yang tegar tengkuk, yang tidak mau diperbaiki, tetapi lebih suka menjadi orang-orang durhaka. Kedurhakaan itu merupakan kejahatan dari dosa itu sendiri. Dan menurut ungkapan Ibrani, orang-orang berdosa seperti itu disebut sebagai orang-orang durhaka, dan orang-orang semacam itu memang sudah demikian adanya sejak masa kanak-kanak mereka, tersesat segera setelah dilahirkan. Murka Allah datang ke atas mereka, akibat dosa-dosa mereka. Adakalanya murka itu datang dalam kehidupan di dunia ini, namun lebih khusus lagi murka itu akan mereka alami di dalam kehidupan yang akan datang. Jadi, masih beranikah kita menganggap ringan hal-hal yang akan membawa kita berada di bawah murka Allah? Oh, jangan. Janganlah kamu berkawan dengan mereka (ay. 7). “Jangan mengambil bagian dengan mereka di dalam dosa-dosa mereka, supaya kamu tidak mendapat bagian di dalam hukuman mereka.” Kita berkawan dengan orang lain di dalam dosa-dosa mereka, tidak saja ketika kita hidup di dalam dosa yang sama seperti mereka, menyetujui dan mengikuti godaan dan ajakan mereka untuk berbuat dosa, tetapi juga ketika kita mendukung mereka dalam dosa-dosa mereka, mendorong mereka berbuat dosa, dan tidak menghalangi dan menghindari mereka, sejauh kita memiliki kemampuan untuk melakukannya.
- (3) Perhatikan baik-baik bagaimana orang-orang Kristen harus hidup dengan cara yang berbeda dari yang dilakukan oleh orang-orang berdosa semacam itu: Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang, dan seterusnya (ay. 8). Artinya, “Perbuatan-perbuatan semacam itu sangat tidak cocok dengan keadaanmu sekarang, sebab dahulu, sebagai bangsa-bangsa yang belum dilahirbarukan keadaanmu dipenuhi dengan kegelapan, tetapi sekarang kamu telah mengalami suatu perubahan besar.” Rasul Paulus menggambarkan keadaan mereka sebelumnya secara kiasan sebagai kegelapan, untuk menyatakan kegelapan besar yang menyelimuti mereka. Mereka menjalani kehidupan yang jahat dan duniawi, tidak mempunyai terang pengajaran, tanpa pencerahan, dan kasih karunia Roh yang mulia di dalam diri mereka. Perhatikan baik-baik, keadaan dosa adalah keadaan kegelapan. Orang-orang berdosa, dapat disamakan seperti orang-orang yang tengah berada di dalam kegelapan, mereka tidak tahu harus pergi ke mana serta tidak tahu harus berbuat apa. Namun, kasih karunia Allah menghasilkan perubahan yang dahsyat di dalam jiwa mereka: Sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan, diterangi oleh firman dan Roh Allah supaya selamat. Sekarang, begitu kamu percaya kepada Kristus dan menerima Injil, Hiduplah sebagai anak-anak terang. Menurut kebudayaan Ibrani, yang dimaksud dengan anak-anak terang adalah orang-orang yang berada di dalam keadaan terang, dilengkapi dengan pengetahuan dan kekudusan. “Sekarang, sesudah kamu menjadi seperti itu, hendaklah perilakumu sesuai dengan keadaan dan kehormatanmu, serta hiduplah sesuai dengan kewajibanmu, seturut pengetahuan dan hak-hak istimewa yang kamu nikmati, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan (ay. 10), dengan memeriksa dan mencari dengan rajin apa yang telah dinyatakan Allah sebagai kehendak-Nya, dan tunjukkanlah bahwa kamu menyetujuinya dengan menyesuaikan diri dengan keadaan itu.” Perhatikan baik-baik, kita tidak boleh hanya merasa gentar dan menghindari apa yang tidak disukai Allah saja, tetapi harus menyelidiki dan memperhatikan juga apa yang berkenan kepada-Nya, dengan menyelidiki Kitab Suci dengan pandangan seperti itu, sehingga kita terus menjauhkan diri dari dosa-dosa ini.
- 2. Rasul Paulus menguraikan beberapa penangkal untuk melawan dosa-dosa itu. Seperti,
- (1) Jika kita tidak mau dijerat oleh hawa nafsu kedagingan, kita harus mengeluarkan buah-buah Roh (ay. 9). Hal ini diharapkan dari anak-anak terang, bahwa dengan dicerahkan, mereka juga dikuduskan oleh Roh, dan kemudian mengeluarkan buah-Nya, yaitu buah kebaikan, kecenderungan untuk berbuat baik serta menunjukkan belas kasihan, dan keadilan, yang menunjukkan keadilan di dalam semua urusan. Jadi, dengan ketat mereka diharapkan demikian. Tetapi, pada umumnya agama seluruhnya memang menyangkut kebaikan dan keadilan, dan di dalamnya dan dengannya harus ada kebenaran, atau ketulusan dan kelurusan hati.
- (2) Kita tidak boleh bersekutu dengan dosa dan orang-orang berdosa (ay. 11). Perbuatan-perbuatan dosa merupakan perbuatan-perbuatan kegelapan. Perbuatan-perbuatan itu berasal dari kegelapan pengabaian. Perbuatan-perbuatan itu mencari kegelapan persembunyian, dan kemudian perbuatan-perbuatan itu akan membawa kepada kegelapan neraka. Perbuatan-perbuatan kegelapan ini tidak berbuahkan apa-apa. Dalam jangka panjang tidak ada yang dapat diperoleh dari perbuatan-perbuatan ini, apa pun keuntungan yang sepertinya ditawarkan oleh dosa, sama sekali tidak akan dapat mengimbangi kerugiannya, sebab perbuatan-perbuatan itu mendatangkan kehancuran dan kebinasaan sepenuhnya bagi orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat. Oleh karena itu, kita tidak boleh turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan yang tidak berbuahkan apa-apa ini. Sebagaimana kita tidak boleh melakukannya sendiri, kita juga tidak boleh memberikan dukungan kepada orang lain dalam melakukan perbuatan-perbuatan ini. Ada banyak cara untuk turut mengambil bagian di dalam dosa-dosa orang lain, yaitu dengan memberikan pujian, nasihat, persetujuan, atau menyembunyikannya. Dan, jika kita turut mengambil bagian di dalam dosa-dosa mereka, kita juga akan turut mengambil bagian di dalam kutukan yang mereka terima. Bahkan, jika kita terus-menerus mengambil bagian bersama mereka, tidak lama lagi kita akan berada dalam bahaya sepenuhnya bertindak seperti mereka. Karena itu, dari pada turut mengambil bagian bersama mereka, lebih baik kita mengecam perbuatan-perbuatan itu, yang menyiratkan bahwa jika kita tidak mengecam dosa-dosa itu, maka orang akan bersekutu dengan mereka. Kita harus bertindak bijaksana di dalam kedudukan kita untuk bersaksi melawan dosa-dosa orang lain dan berusaha untuk berbicara dan menginsafkan mereka atas keberdosaan mereka bila ada kesempatan yang cocok dan tepat pada waktunya. Namun, yang utama adalah melalui kekudusan hidup dan tingkah laku kita yang saleh. Kita mengecam dosa-dosa mereka dengan berbuat saleh secara berlimpah-limpah. Salah satu alasan yang diberikan adalah, sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan (ay. 12). Perbuatan-perbuatan mereka itu begitu kotor dan menjijikkan sehingga menyebutkan saja sudah memalukan, kecuali untuk maksud menegur, apalagi sampai turut mengambil bagian bersama mereka. Perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan di tempat-tempat tersembunyi. Tampaknya di sini Rasul Paulus berbicara tentang penyembah-penyembah berhala yang berasal dari bangsa-bangsa lain, dan mengenai rahasia-rahasia mereka yang mengerikan, yang dipenuhi dengan kejahatan-kejahatan yang menjijikkan, di mana tidak seorang pun yang boleh membocorkannya sampai mati. Amatilah, seorang yang benar akan merasa malu berbicara tentang perbuatan-perbuatan yang biasa dilakukan oleh banyak orang jahat tanpa merasa malu. Namun, sejauh kejahatan itu muncul, orang benar harus menelanjanginya. Selanjutnya ada alasan lain untuk menegur kejahatan semacam itu: Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak (ay. 13). Bagian ini dapat diartikan sebagai berikut: “Semua perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, yaitu perbuatan-perbuatan yang harus kamu telanjangi itu, akan terungkap dan tampak jelas dalam warna yang sebenarnya bagi orang-orang berdosa itu sendiri, yaitu melalui terang ajaran firman Allah yang ada di mulutmu, yang merupakan penegur-penegur yang setia, atau melalui terang yang mengandung pengajaran yang terpancar dari kekudusan kehidupanmu dan melalui jalan hidupmu yang patut diteladani.” Amatilah, terang firman Allah dan peneladanannya di dalam perilaku hidup orang Kristen, merupakan alat yang tepat untuk menginsafkan orang-orang berdosa akan dosa-dosa dan kejahatan mereka. Selanjutnya dikatakan, sebab semua yang nampak adalah terang, artinya, terang itulah yang menemukan apa yang sebelumnya disembunyikan di dalam kegelapan. Dan sesuai dengan itu, mereka yang menjadi anak-anak terang, yaitu mereka yang adalah terang di dalam Tuhan itu wajib menyingkapkan kepada orang lain akan dosa-dosa mereka, serta berusaha menginsafkan mereka dari kejahatan dan bahaya dosa mereka. Dengan demikian mereka bercahaya sebagai terang di dalam dunia. Lebih jauh lagi Rasul Paulus menekankan kewajiban ini dari contoh Allah atau Kristus: Itulah sebabnya dikatakan, dan seterusnya (ay. 14). Seolah-olah ia berkata, “Dalam melakukan hal ini, kamu meneladani Allah yang Agung, yang telah menyediakan diri untuk membangunkan orang-orang berdosa dari tidur mereka dan membangkitkan mereka dari kematian dosa, supaya mereka dapat menerima cahaya dari Kristus.” Ia berfirman. Secara terus-menerus Tuhan bersabda di dalam firman-Nya apa yang secara lebih khusus dinyatakan di dalam 1. Atau Kristus, yang terus-menerus memanggil orang-orang berdosa melalui hamba-hamba-Nya yang memberitakan Injil yang kekal: Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati. Hal yang sama di dalam pokok bahasan Rasul Paulus dituangkan oleh ungkapan-ungkapan yang berbeda ini. Ungkapan-ungkapan itu dimaksudkan untuk mengingatkan kita atas kebodohan besar dan rasa aman yang menyedihkan dari orang-orang berdosa, betapa mereka tidak menyadari bahaya yang mengancam mereka dan tidak sadar akan gerakan, perasaan hati, dan tindakan-tindakan yang bersifat rohaniah. Ketika Allah meminta mereka bangun dan bangkit, Ia bermaksud supaya mereka berhenti berbuat dosa dengan cara bertobat dan menjalani suatu ketaatan yang kudus. Allah juga mendorong mereka untuk berusaha sekuat tenaga melakukan hal itu berdasarkan janji yang indah itu, Dan Kristus akan memberikan cahaya kepadamu, atau Kristus akan menerangi kamu, atau akan bercahaya atas kamu. “Ia akan membawa kamu kepada pengetahuan, kekudusan, dan penghiburan. Ia membantumu dengan kasih karunia-Nya, menyegarkan pikiranmu dengan sukacita dan damai sejahtera di dalam dunia ini, serta pada akhirnya menghadiahi kamu dengan kemuliaan yang kekal.” Perhatikan baik-baik, ketika kita berusaha keras untuk menginsafkan orang-orang berdosa dan memulihkan hidup mereka dari dosa-dosa yang mereka perbuat, berarti kita sedang meneladani Allah dan Kristus di dalam hal tersebut, yang merupakan rancangan besar-Nya di seluruh Injil. Sebagian orang memang memahami hal ini sebagai panggilan kepada orang-orang berdosa dan orang-orang kudus. Seruan untuk bertobat dan berbalik kepada orang-orang berdosa, serta panggilan untuk menjalankan kewajiban dengan penuh semangat kepada orang-orang kudus. Orang-orang berdosa harus bangkit dari kematian rohaniah mereka, dan orang-orang kudus harus bangun dari tidur rohaniah mereka.
- (3) Penangkal lainnya untuk melawan dosa adalah hidup dengan sikap saksama, peduli, dan penuh kehati-hatian (ay. 15): Karena itu perhatikanlah dengan saksama, dan seterusnya. Hal ini dapat dipahami dalam kaitan kedua panggilan yang telah disebutkan sebelumnya, “Jika kamu ingin menegur orang lain akan dosa-dosa mereka dan ingin tetap setia kepada kewajibanmu untuk menegur mereka, maka kamu harus memperhatikan baik-baik keadaan dirimu sendiri, dan juga dengan perilaku serta perbuatanmu.” (Dan memang, orang-orang yang pantas untuk menegur orang lain adalah mereka yang benar-benar hidup dengan sikap yang saksama dan penuh perhatian dengan diri mereka sendiri). Inilah yang saya anggap sebagai maksud dari Rasul Paulus, yaitu mustahil dapat menjaga kemurnian serta kekudusan hati dan kehidupan tanpa disertai sikap saksama dan kepedulian yang besar. Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, atau sebagaimana arti perkataan ini, hidup dengan teliti, tepat, dengan cara yang benar, dan supaya dapat melakukan ini, kita harus sering-sering melihat kembali peraturan dan petunjuk yang kita miliki dalam firman yang kudus. Janganlah seperti orang bebal, yang hidup sembarangan saja dan tidak memahami kewajibannya maupun berharganya jiwanya. Orang demikian, karena kelalaian, kemalasan, dan masa bodoh, jatuh di dalam dosa dan menghancurkan diri sendiri. Tetapi hiduplah seperti orang arif, sebagai orang-orang yang telah diajar oleh Allah dan dilengkapi dengan hikmat yang dari sorga. Hidup dengan saksama merupakan buah dari hikmat yang sejati, tetapi hidup yang sebaliknya merupakan akibat dari kebebalan. Selanjutnya dikatakan, pergunakanlah waktu yang ada (ay. 16). Secara harfiah ini berarti, mengambil kesempatan. Ungkapan ini berasal dari kaum saudagar dan pedagang yang dengan rajin mengamati dan memanfaatkan musim-musim untuk berdagang. Merupakan suatu bagian besar dari hikmat orang Kristen untuk memanfaatkan waktu. Orang-orang Kristen yang baik harus menjadi bendahara yang baik atas waktu mereka, dan dengan berhati-hati memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan yang terbaik, dengan mewaspadai godaan-godaan, dengan berbuat baik kalau hal itu ada dalam kekuasaannya, dan mengisinya dengan pekerjaan yang tepat. Ini merupakan suatu pelindung istimewa terhadap dosa. Mereka harus menggunakan dengan sebaik mungkin masa-masa kasih karunia sekarang ini. Waktu kita merupakan sebuah talenta yang diberikan Allah kepada kita untuk digunakan mencapai suatu tujuan yang baik. Waktu itu akan diboroskan dengan sia-sia serta hilang kalau tidak digunakan sesuai dengan rancangan-Nya. Jika sebelum ini kita telah kehilangan begitu banyak waktu, kita harus berusaha keras untuk menebusnya kembali dengan melipatgandakan kerajinan dalam melaksanakan kewajiban kita di kemudian hari. Alasan yang diberikan di sini adalah karena hari-hari ini adalah jahat, oleh karena kejahatan orang-orang yang hidup di hari-hari tersebut, atau tepatnya “karena waktu-waktu tersebut sangat menyusahkan dan berbahaya bagi kamu yang hidup di dalamnya.” Ada masa-masa penganiayaan ketika Rasul Paulus menulis sebagai berikut: Orang-orang Kristen selalu ada dalam bahaya setiap waktu. Ketika hari-hari merupakan hari yang jahat, kita mempunyai satu alasan tambahan untuk memanfaatkan waktu, khususnya karena kita tidak tahu berapa lama lagi waktu akan berubah menjadi lebih buruk daripada sekarang. Orang sangat condong mengeluhkan hari-hari yang buruk, dan itu lebih baik jika dapat mendorong mereka untuk memanfaatkan waktu. “Sebab itu,” kata Rasul Paulus (ay. 17), “karena buruknya waktu itu, janganlah kamu bodoh, jangan masa bodoh dengan kewajibanmu dan tidak peduli dengan jiwamu, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Pelajari, pertimbangkan, dan kenali lebih jauh kehendak Allah bagi dirimu sendiri, sebagai kewajibanmu.” Amatilah, mengabaikan kewajiban kita dan tidak peduli dengan keadaan jiwa kita, merupakan bukti kebodohan terbesar, sedangkan mengenal kehendak Allah dan peduli untuk menaatinya, membuktikan hikmat yang terbaik dan sejati.
- II. Di dalam tiga ayat berikutnya, Rasul Paulus memperingatkan tentang beberapa dosa khusus dan menegaskan beberapa kewajiban lain,
- 1. Ia memperingatkan tentang dosa kemabukan: Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur (ay. 18). Dosa ini adalah dosa yang sangat sering dilakukan di antara para penyembah berhala, khususnya pada hari-hari raya dewa-dewa mereka, dan lebih khusus lagi di dalam pesta mabuk-mabukan mereka yang sangat riuh rendah, di mana mereka terbiasa merangsang diri sendiri dengan air anggur, dan segala jenis hawa nafsu yang rendah akan bermunculan dari situ. Itulah sebabnya Rasul Paulus menambahkan kata, karena, atau di dalam keadaan mabuk, akan mendatangkan percabulan (TL). Kata asōtia dapat berarti kemewahan atau kesenangan hawa nafsu yang berlebihan. Dapat dipastikan bahwa kemabukan tidak mungkin bersanding dengan pengekangan hawa nafsu cabul dan kesucian hidup, dan hampir sepenuhnya mengandung semua jenis hawa nafsu yang berlebihan, serta membawa orang kepada kesenangan daging yang tidak senonoh dan kejahatan yang sangat besar. Perhatikan baik-baik, kemabukan merupakan dosa yang sangat jarang berjalan sendiri, tetapi sering melibatkan orang dalam berbagai jenis kesalahan lain. Dosa itulah yang sangat membangkitkan murka Allah, dan menjadi halangan besar bagi kehidupan rohaniah. Rasul Paulus tampaknya ingin menunjukkan bahwa segala jenis hawa nafsu berlebihan yang tidak terkendali itu bertolak belakang dengan perilaku sadar dan berhati-hati yang ia maksudkan di dalam nasihatnya, yaitu untuk mempergunakan waktu sebaik-baiknya.
- 2. Daripada mabuk oleh anggur, Rasul Paulus menasihati supaya mereka penuh dengan Roh. Orang-orang yang mabuk oleh anggur tidak mungkin dipenuhi dengan Roh. Itulah sebabnya nasihat ini dipertentangkan dengan dosa yang telah disebutkan sebelumnya. Maksud nasihat ini adalah supaya manusia berusaha dipenuhi oleh kasih karunia Roh, yang akan memenuhi jiwa mereka dengan sukacita, kekuatan, dan keberanian besar, yaitu hal-hal yang diharapkan oleh orang-orang duniawi itu dari pengaruh air anggur mereka. Kita tidak berdosa bila kita berusaha untuk mendapatkan hal-hal demikian dari Roh secara berlebihan, bahkan kita tidak boleh merasa puas dengan kasih karunia yang sedikit dari Roh, melainkan harus mengharapkan kasih karunia itu sepenuh-penuhnya. Nah, dengan demikian, inilah yang dimaksudkan dengan supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Sebab, Roh Allah diberikan sebagai Roh hikmat dan pengertian. Dan karena orang-orang yang dipenuhi dengan Roh akan dituntun ke dalam segala perbuatan saleh, maka Rasul Paulus menasihati,
- 3. Supaya mereka bernyanyi bagi Tuhan (ay. 19). Orang-orang yang mabuk biasa menyanyikan lagu-lagu yang bersifat cabul dan tidak senonoh. Orang-orang Romawi dahulu ketika sedang berpesta pora dan bermabuk-mabukan dalam pesta Dionysus, biasanya mengumandangkan lagu-lagu pujian kepada Dewa Dionysus, yang mereka anggap sebagai dewa anggur. Seperti itulah mereka mengungkapkan rasa sukacita mereka. Tetapi, sukacita orang Kristen haruslah kidung puji-pujian kepada Allah mereka. Melalui puji-pujian ini, mereka berkata-kata seorang kepada yang lain di dalam perkumpulan-perkumpulan jemaat dan pertemuan-pertemuan mereka, untuk saling membangun. Yang dimaksudkan dengan mazmur adalah mazmur-mazmur Daud, atau komposisi sejenisnya yang cocok dinyanyikan dengan alat musik. Yang dimaksud dengan kidung pujipujian atau himne adalah sejenis nyanyian yang dibatasi dalam lingkup puji-pujian, seperti kidung oleh Zakharia, Simeon, dan lain-lain. Sedangkan nyanyian rohani mengandung isi, pengajaran, nubuat, sejarah, dan lain-lain yang lebih beragam. Amatilah di sini,
- (1) Melantunkan mazmur dan kidung puji-pujian merupakan ketetapan Injil. Ketetapan itu berasal dari Allah, dan ditujukan untuk kemuliaan-Nya.
- (2) Walaupun Kekristenan merupakan musuh bagi hura-hura duniawi, namun Kekristenan juga mendorong umatnya untuk bersukacita dan bergembira, dan semacamnya. Umat Allah mempunyai alasan untuk bersukacita dan bernyanyi-nyanyi karena sukacita. Mereka harus bernyanyi dengan segenap hati, bukan saja dengan suara mereka, melainkan juga dengan hati mereka. Dengan begitu perbuatan mereka ini akan menyenangkan hati Allah dan berkenan kepada-Nya, sebagaimana musik memberikan kesenangan kepada kita. Dan nyanyian itu harus dinyanyikan dengan maksud untuk menyenangkan Dia dan membesarkan kemuliaan-Nya, supaya nyanyian itu berkenan kepada Tuhan.
- 4. Ucapan syukur merupakan kewajiban lain yang dinasihatkan Rasul Paulus kepada mereka (ay. 20). Kita diperintahkan untuk menyanyikan mazmur dan seterusnya, untuk mengungkapkan rasa terima kasih kita kepada Allah. Namun, walaupun tidak selalu bernyanyi, janganlah kita lalai dalam kewajiban mengucap syukur ini, karena kita tidak pernah kehilangan alasan untuk mengucap syukur. Kita harus mengucap syukur senantiasa sepanjang umur hidup kita, dan kita harus mengucap syukur atas segala sesuatu, tidak saja untuk berkat-berkat rohaniah yang telah dinikmati (yang sudah ada di tangan kita) dan perkara-perkara yang kekal yang diharapkan (yang kita miliki dalam pengharapan), tetapi juga untuk berbagai belas kasihan yang sementara sifatnya. Tidak saja untuk penghiburan-penghiburan, tetapi juga untuk segala penderitaan yang menguduskan kita. Tidak saja untuk berkat-berkat langsung untuk diri kita sendiri, tetapi juga atas kebaikan dan karunia yang diterima orang lain. Menjadi kewajiban kita untuk mengucap syukur atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita. Kepada Allah sebagai Bapa Tuhan kita Yesus Kristus dan Bapa kita di dalam Dia, yang di dalam nama-Nya kita menaikkan semua doa, pujian, dan ibadah rohani kita, supaya semua itu dapat berkenan kepada Allah.
Matthew Henry: Ef 5:21-33 - Kewajiban-kewajiban Suami dan Istri Kewajiban-kewajiban Suami dan Istri (5:21-33)
Di sini Rasul Paulus mulai memberikan nasihat-nasihatnya mengenai kewajiban-kewajiban dalam hubungan ...
Kewajiban-kewajiban Suami dan Istri (5:21-33)
- Di sini Rasul Paulus mulai memberikan nasihat-nasihatnya mengenai kewajiban-kewajiban dalam hubungan satu sama lain. Sebagai dasar umum untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban ini, ia menyatakan peraturan itu (ay. 21). Orang-orang Kristen berutang untuk saling merendahkan diri, merendahkan hati untuk saling menanggung beban, tidak meninggikan diri di atas orang lain, juga tidak saling ingin menguasai. Rasul Paulus menjadikan dirinya sebagai teladan watak seorang Kristen yang sejati, sebab ia telah menjadi segala-galanya bagi semua orang. Kita harus memiliki roh yang tunduk dan rendah hati, dan siap menjalankan semua tugas sesuai tempat dan tugas masing-masing yang telah ditetapkan Allah bagi kita di dalam dunia ini. Di dalam takut akan Allah, yaitu, sepanjang itu selaras dengan takut akan Allah demi kepentingan-Nya, dan dengan kesadaran hati nurani kepada-Nya. Dengan ini kita dapat membuktikan bahwa kita sungguh-sungguh takut kepada-Nya. Di mana ada kerendahan hati dan rasa tunduk satu terhadap yang lain, maka semua kewajiban dari segala hubungan dengan sesama akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Dari ayat 22 sampai ayat terakhir Rasul Paulus berbicara mengenai kewajiban suami dan istri. Ia membicarakan hal ini sesuai dengan tata aturan Kristen, dengan menempatkan jemaat sebagai contoh ketaatan istri, dan Kristus sebagai teladan kasih bagi suami.
- I. Kewajiban yang ditentukan bagi kaum istri adalah tunduk kepada suami mereka masing-masing di dalam Tuhan (ay. 22). Ketundukan istri termasuk menghormati dan menaati suami, yang didasarkan atas kasih kepadanya. Mereka harus melakukan hal ini sebagai ketaatan kepada kekuasaan Allah, yang memerintahkannya, supaya mereka melakukannya seperti kepada Tuhan. Hal itu juga dapat dipahami sebagai suatu kiasan perbandingan dan persamaan, sehingga pengertiannya dapat menjadi, “Sebab dengan beribadah kepada Allah, engkau menundukkan diri kepada suami.” Dari pengertian yang pertama, kita dapat melihat bahwa dengan melaksanakan segala kewajiban kita dengan sungguh-sungguh kepada sesama makhluk ciptaan, maka itu berarti kita mematuhi dan menyenangkan hati Allah. Dari pengertian kedua, kita melihat bahwa Allah tidak saja menghendaki dan menuntut kewajiban yang dapat mendatangkan kehormatan secara langsung kepada-Nya, tetapi juga mendatangkan rasa hormat kepada sesama kita. Rasul Paulus memberikan alasan mengapa kaum istri harus tunduk kepada suami: Karena suami adalah kepala istri (ay. 23). Kiasan ini diambil dari kepala tubuh jasmani manusia, yang menjadi tempat dari berbagai alasan, hikmat, dan pengetahuan, serta sumber dari segala macam pengertian dan gerakan, serta merupakan anggota tubuh yang lebih unggul dibandingkan dengan anggota tubuh selebihnya. Melalui penciptaan, Allah telah menganugerahkan keunggulan dan hak untuk mengatur dan menguasai, dan di dalam hukum hubungan dengan sesama yang mula-mula dikatakan bahwa, engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu. Ketidaknyamanan apa pun yang timbul akibat hukum ini merupakan akibat dari dosa yang masuk ke dalam dunia ini. Lagi pula, pada umumnya laki-laki (yang seharusnya demikian) memiliki keunggulan dalam hal hikmat dan pengetahuan. Itulah sebabnya mengapa ia menjadi kepala, sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Terdapat kemiripan dari kekuasaan Kristus atas jemaat dalam hal keunggulan dengan kepemimpinan yang telah ditetapkan Allah bagi suami. Rasul Paulus menambahkan bahwa, Dialah yang menyelamatkan tubuh. Kekuasaan Kristus digunakan atas jemaat untuk menyelamatkannya dari yang jahat, dan untuk memenuhinya dengan semua yang baik. Sama dengan itu, suami harus menjadi tempat perlindungan dan penghiburan bagi pasangannya. Dan itulah sebabnya mengapa istri harus menundukkan diri dengan lebih riang gembira kepada suaminya. Begitulah yang dikatakan berikutnya, Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus (ay. 24), dengan penuh sukacita, dengan kesetiaan, dan dengan kerendahan hati, demikian jugalah istri tunduk kepada suami dalam segala sesuatu, dalam segala sesuatu sejauh jangkauan batas kekuasaan mereka yang pantas, dalam segala sesuatu yang diperbolehkan dan sesuai dengan kewajiban kepada Allah.
- II. Di lain pihak, kewajiban suami adalah mengasihi istri (ay. 25). Sebab tanpa ini mereka akan menyalahgunakan keunggulan dan kepemimpinan mereka, dan hal ini harus dilakukan sebagaimana seharusnya, karena akan mempengaruhi kewajiban-kewajiban lainnya dalam hubungan suami-istri, sebab perasaan kasih tersebut memang sangat khusus dan istimewa yang dikehendaki bagi sang istri. Kasih Kristus kepada jemaat dikemukakan sebagai teladan untuk hal ini, di mana kasih-Nya merupakan kasih sayang yang tulus, murni, bergairah, dan tetap, walaupun adakalanya jemaat bersalah karena ketidaksempurnaan dan kegagalan mereka. Kebesaran kasih-Nya terhadap jemaat tampak ketika Ia memberikan diri-Nya sampai mati. Perhatikan baik-baik, sebagaimana ketundukan kasih jemaat kepada Kristus dikemukakan sebagai hal yang patut dicontoh oleh para istri, begitu jugalah kasih Kristus kepada jemaat dikemukakan sebagai teladan bagi para suami. Sementara contoh-contoh tersebut diberikan kepada suami dan istri, dan begitu banyak yang dituntut dari masing-masing pihak, tidak ada alasan untuk mengeluhkan keputusan ilahi itu. Kasih yang dituntut Allah dari pihak suami untuk kepentingan istrinya, akan mendatangkan ketundukan yang Ia tuntut dari sang istri kepada suaminya. Dan sebaliknya, ketundukan dari sang istri akan mendatangkan balasan yang berlimpah dari kasih sang suami yang ditetapkan Allah sebagai hak sang istri. Setelah Rasul Paulus menyebutkan kasih Kristus kepada jemaat dan membicarakannya secara panjang lebar, ia memberikan alasan mengapa Kristus menyerahkan diri-Nya bagi jemaat, yaitu supaya Ia dapat menguduskannya di dalam dunia ini, dan mempermuliakannya kelak di dalam sorga: Untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman (ay. 26), yaitu supaya Ia dapat memberkati seluruh umat-Nya dengan dasar kekudusan serta melepaskan mereka dari kesalahan, pencemaran, dan kekuasaan dosa. Alat-alat pembantu yang terpengaruh dengan hal itu adalah sakramen-sakramen yang dilembagakan, khususnya permandian melalui baptisan dan pemberitaan serta penerimaan Injil. Supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya, dan seterusnya (ay. 27). Dr. Lightfoot (pujangga gereja di Inggris abad ketujuh belas – pen.) berpendapat bahwa Rasul Paulus di sini menyinggung kecermatan luar biasa pada orang-orang Yahudi dalam hal pembasuhan untuk pentahiran. Mereka begitu berhati-hati hingga menjaga agar kerut pun jangan sampai menghalangi tubuh dari air, dan supaya tidak ada cacat dan kotoran yang tidak terbasuh seluruhnya. Sebagian orang lain berpendapat bahwa Rasul Paulus menyinggung tentang sepotong jubah yang baru diterima dari seorang tukang binatu. Jubah itu dibersihkan dari segala cacat, diregangkan dari segala kerut. Yang pertama adalah cacat karena baru berkerut, dan yang berikutnya kerut karena rentang waktu yang panjang dan kebiasaan. Supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya, supaya Ia dapat mempersatukan jemaat dengan diri-Nya secara sempurna pada hari yang mulia itu, sebuah jemaat yang cemerlang, sempurna dalam pengetahuan dan kekudusan, tanpa cacat atau kerut, atau yang serupa dengan itu, tanpa ada kelainan bentuk atau pencemaran yang tertinggal, tetapi seluruhnya indah dan menyenangkan di pemandangan-Nya, kudus dan tidak bercela, bebas dari sisa-sisa dosa sekecil apa pun. Jemaat pada umumnya dan orang-orang percaya pada khususnya, tidak akan tanpa cacat atau kerut sampai mereka tiba pada kemuliaan. Secara bersama-sama, dari ayat ini dan ayat yang sebelumnya, kita dapat memperhatikan bahwa pemuliaan jemaat ada di dalam pengudusannya, dan bahwa mereka, dan hanya mereka saja yang dikuduskan sekarang, yang akan dimuliakan dalam kehidupan yang akan datang. Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri, dan seterusnya (ay. 28). Istri menjadi satu dengan suaminya (bukan secara daging, tetapi secara hukum dan dalam hubungan), inilah alasan mengapa suami harus mengasihi istrinya di dalam kasih sayang yang sebaik dan sehangat mungkin, sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri (ay. 29) – (tidak ada orang yang berpikiran sehat akan membenci dirinya sendiri, betapa pun cacatnya, atau betapa tidak sempurnanya dia). Sama sekali bertentangan dengan itu, ia mengasuhnya dan merawatinya. Ia memperlakukan dirinya dengan penuh perhatian dan kelembutan, dan dengan rajin ia mencukupi dirinya dengan semua hal yang menyenangkan atau baik baginya, dengan makanan dan pakaian, dan sebagainya. Sama seperti Kristus terhadap jemaat, artinya, sama seperti Tuhan mengasuh dan merawat jemaat-Nya, di mana Ia melengkapinya dengan semua hal yang Ia pandang berguna atau baik baginya, dengan segala sesuatu yang penting bagi kebahagiaan dan kesejahteraan kekalnya. Rasul Paulus menambahkan, karena kita adalah anggota tubuh-Nya, dari daging dan tulang-Nya (ay. 30, KJV). Ia menunjukkan hal ini sebagai alasan mengapa Kristus mengasuh dan merawat jemaat-Nya, yaitu karena semua yang ada di dalam jemaat adalah anggota dari tubuh-Nya, yakni anggota dari tubuh rohani-Nya. Atau, kita ini adalah anggota yang adalah bagian dari tubuh-Nya. Segala kasih karunia dan kemuliaan yang dimiliki jemaat berasal dari Kristus, sama seperti Hawa yang diciptakan dari laki-laki itu. Namun, ada yang berpendapat bahwa, perkataan ini merupakan suatu cara dalam tulisan-tulisan suci untuk mengungkapkan tubuh yang rumit dengan cara menyebutkan beberapa bagian anggotanya, seperti halnya orang menyebut langit dan bumi untuk menggambarkan dunia, petang dan pagi untuk menggambarkan hari. Jadi, di sini, yang dimaksud dengan tubuh, daging, dan tulang, dapat kita artikan dengan Tuhan sendiri, sehingga arti dari ayat itu adalah bahwa kita adalah anggota-anggota tubuh Kristus. Sebab itu (karena mereka satu, sama seperti Kristus adalah satu dengan jemaat-Nya) laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya. Rasul Paulus menunjuk kepada kata-kata Adam, ketika Hawa diberikan kepadanya sebagai penolong yang sepadan (Kej. 2:24). Kita tidak boleh mengartikan bahwa dengan perkawinan ini, maka kewajiban seorang laki-laki untuk hubungan-hubungan dengan sesama lainnya menjadi batal. Sebaliknya, yang dimaksud adalah bahwa hubungan ini lebih diutamakan daripada semua hubungan lainnya, karena di dalamnya ada persatuan yang lebih akrab antara kedua pribadi ini daripada dengan orang lain, sehingga laki-laki lebih rela memilih meninggalkan orang lain daripada meninggalkan istrinya. Sehingga keduanya itu menjadi satu daging, artinya, berdasarkan atas ikatan perkawinan itu. Rahasia ini besar (ay. 32). Kata-kata Adam yang baru disebut oleh Rasul Paulus, dikatakan secara harfiah mengenai sebuah perkawinan, namun juga mengandung arti rohani yang tersembunyi, yaitu berkaitan dengan persatuan antara Kristus dan jemaat-Nya, yang dilambangkan oleh persatuan melalui perkawinan antara Adam dan ibu dari kita semua. Walaupun tidak dilembagakan atau ditetapkan oleh Allah untuk makna ini, namun ini merupakan sesuatu perlambang yang bersifat wajar dan memiliki kemiripan di dalamnya, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Sesudah semua ini, Rasul Paulus menutup bagian pembicaraannya ini dengan sebuah ringkasan pendek mengenai kewajiban suami dan istri (ay. 33). “Bagaimanapun juga (walaupun ada arti rohani yang bersifat rahasia, namun arti harfiahnya jelas berkaitan dengan kamu semua), bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri, dengan kasih sayang yang tulus, istimewa, luar biasa, dan kukuh, seperti yang kamu perbuat bagi dirimu sendiri. Dan istri hendaklah menghormati suaminya.” Menghormati mengandung rasa kasih dan rasa hormat, yang menghasilkan keinginan untuk menyenangkan dan juga rasa takut, yang membangkitkan sebuah peringatan supaya jangan sampai menyakiti hati. Bahwa istri menghormati suaminya merupakan kehendak Allah dan hukum dari hubungan suami dan istri.
SH: Ef 4:25--5:2 - Berani tampil beda (Senin, 10 November 2003) Berani tampil beda
Jika sekali waktu Anda mengunjungi mal, cobalah untuk mengamati
gerak-gerik dan penampilan ABG (Anak Baru Gede). Perhatikan
...
Berani tampil beda
Jika sekali waktu Anda mengunjungi mal, cobalah untuk mengamati gerak-gerik dan penampilan ABG (Anak Baru Gede). Perhatikan atribut yang dipakai mulai dari baju, pernak-pernik sampai tingkah lakunya. Kita akan menyimpulkan bahwa atribut itu merupakan upaya mereka untuk mempublikasi identitas dirinya dengan harapan orang memahami siapa dirinya. Mereka mencari identitas dengan ikut “tren”. Paulus menginginkan agar jemaat Efesus berani tampil beda dalam kehidupannya. Tujuannya adalah agar mereka menjadi berbeda dengan orang di luar Kristus. Oleh karena itu Paulus memberikan beberapa penekanan, yaitu: [1] moralitas bagi kehidupan orang Kristen, di antaranya tidak berkata dusta, mampu mengendalikan diri dalam keadaan marah, tidak emosional, dan menjaga tutur kata sehingga tidak berkata kotor (ayat 25-31); [2] landasan kehidupan yang telah diletakkan oleh Kristus, yaitu kasih-Nya yang dalam untuk umat-Nya sehingga Ia rela menyerahkan diri sebagai persembahan kurban yang harum bagi Allah (ayat 5:2). Paulus menegaskan agar jemaat mempraktikkan pola kasih Kristus ini dalam kehidupan mereka, bukan saja sebagai suatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau bentuk keunikan dalam kehidupan Kristen. Di zaman sekarang ini, sulit menemukan orang atau keluarga Kristen yang memiliki pola hidup seperti ini. Artinya, tidak semua orang Kristen dapat mempraktikkan prinsip mengasihi dan mengampuni seperti anjuran Paulus. Akan tetapi jangan kita mengartikan kesulitan itu sama dengan tidak mungkin. Yesus Kristus telah mencontohkan hal tersebut, dan Ia mampu. Karena Kristus telah melakukannya untuk kita, maka hal-hal yang tidak mungkin bagi kebanyakan orang menjadi mungkin bagi kita.
Renungkan: Maukah Anda mendasarkan hidup Anda pada semangat untuk saling mengasihi dan saling mengampuni, sehingga keunikan kita nyata dalam dunia ini?
SH: Ef 5:1-21 - Hidup sebagai anak terang (Rabu, 16 Oktober 2002) Hidup sebagai anak terang
Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus yang meneladani Allah demik...
Hidup sebagai anak terang
Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus yang meneladani Allah demikian juga umat-Nya. Paulus juga mendorong orang percaya untuk meneladani Kristus (ayat 2). Hidup dalam kasih merupakan bukti nyata meneladani Kristus. Secara khusus, anak-anak terang harus menjauhi perbuatan seksual. Seks adalah pemberian Tuhan dan hanya boleh dinikmati dalam konteks pernikahan. Sehingga setiap perbuatan seks di luar pernikahan harus dihindari.
Tidak hanya perbuatan seks yang dibuang, juga perkataan vulgar dan kotor (ayat 4). Mengapa? Ada 4 alasan.
1. Orang yang amoral dan vulgar akan dihukum. Segera bertobat untuk menerima pengampunan.
2. Berkaitan dengan hakikat sebagai anak-anak terang (ayat 8-14). Anak-anak terang tidak pantas berlaku amoral dan vulgar (ayat 11). Menjauhi perbuatan jahat tidak berarti membuang orang yang melakukannya. Jika orang percaya menjauhi orang jahat, bagaimana ia bisa percaya pada Yesus dan diperbarui? Jika tidak ada yang mengasihi orang yang amoral dan vulgar, siapa yang akan menelanjangi perbuatan tersebut? Perbuatan dan orang yang berbuat adalah dua hal yang berbeda. Perbuatannya harus ditelanjangi agar orangnya bertobat dan datang pada Yesus untuk menerima pengampunan.
3. Anak-anak terang memiliki hikmat untuk hidup sebagai anak-anak terang (ayat 15-17). Menjadi orang berhikmat berarti mengutamakan kehendak Allah di dalam seluruh hidup (ayat 17). Perbuatan amoral dan vulgar bukan kehendak Allah.
4. Berhubungan dengan Roh Kudus (ayat 18-21). Anak-anak terang telah dipenuhi Roh. Ini berakibat lahirnya suatu persekutuan dimana pujian dominan. Dipenuhi Roh berarti dipenuhi ucapan syukur.
Renungkan: Hakikat menentukan fungsi. Artinya, tentara hidup sebagai tentara, atlit hidup sebagai atlit, dan dokter hidup sebagai dokter. Terlihat aneh jika artis hidup sebagai tentara. Adalah tidak benar bila anak-anak terang hidup sebagai anak-anak gelap.
SH: Ef 5:1-6 - Meniru Allah (Rabu, 9 November 2011) Meniru Allah
"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya", demikian kata sebuah pepatah yang bermakna bahwa karakter, kebiasaan, atau hidup seorang anak tak a...
Meniru Allah
"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya", demikian kata sebuah pepatah yang bermakna bahwa karakter, kebiasaan, atau hidup seorang anak tak akan jauh berbeda bila dibandingkan dengan karakter, kebiasaan, atau hidup orang tuanya.
Di ayat 1, Paulus mengingatkan jemaat Efesus bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Sebagai anak, orang percaya berbagian dalam natur keilahian Allah. Paulus mengajarkan bahwa orang percaya harus meniru Allah dengan menunjukkan kasih seperti yang Kristus telah nyatakan (2). Kita tahu bahwa Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk dikurbankan bagi umat-Nya. Itulah wujud kasih Allah bagi umat-Nya. Inilah wujud kasih orang Kristen seharusnya yaitu menyatakan kasih dengan sebuah tindakan pengurbanan, baik bagi Allah maupun manusia. Kasih orang Kristen tidak akan pernah dinyatakan dalam tindakan yang bersifat amoral, sebab amoral bukanlah karya Roh Kudus melainkan buah kedagingan.
Karena itu ada hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang percaya, yaitu percabulan, kecemaran atau keserakahan, juga perkataan kotor (3). Jangankan untuk dilakukan, untuk dibicarakan saja tidak pantas! Maka topik-topik semacam itu bukanlah subjek yang pantas untuk dijadikan bahan obrolan oleh orang-orang tebusan Kristus. Sebab itu dilakukan bukan atas dasar kasih Kristen sejati, melainkan kedagingan, yaitu hawa nafsu dan kesenangan diri.
Perhatikan perkataan Paulus: semua itu harus dihindari bukan supaya umat menjadi kudus, melainkan karena umat adalah kudus maka umat harus hidup sebagaimana seharusnya orang kudus hidup. Jika kerajaan Allah hidup di dalam diri mereka, maka sebuah transformasi hidup niscaya akan terjadi sehingga mereka tidak lagi hidup untuk melakukan hal-hal itu. Patut diingat bahwa orang yang melakukan percabulan, kecemaran atau keserakahan, dan orang-orang yang berkata-kata kotor tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Meniru Allah berarti meniru Kristus. Yaitu meniru kasih, kekudusan, kebajikan, dan sikap-Nya memuliakan Allah.
SH: Ef 5:1-21 - Tetap Terbatas (Jumat, 20 Desember 2019) Tetap Terbatas
Hidup manusia baru yang telah mengalami penebusan Kristus adalah kehidupan dalam terang. Terang itu tampak dan terlihat mata. Terang i...
Tetap Terbatas
Hidup manusia baru yang telah mengalami penebusan Kristus adalah kehidupan dalam terang. Terang itu tampak dan terlihat mata. Terang itu juga meniadakan kegelapan. Di mana ada terang, di situ tidak ada kegelapan. Sebaliknya, terang dan gelap tidak dapat bersatu dalam satu tempat secara bersamaan.
Paulus mengingatkan hidup anak-anak terang harus berbeda dari hidup anak-anak gelap (3-6). Ia mengakui: "Memang kamu dahulu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang" (8). Orang Kristen memiliki kisah lama, tetapi ia hidup dengan status yang baru.
Paulus berkata, "Jangan kamu berkawan dengan mereka" (7), yang berarti "ambil bagian (partakers)". Ayat ini bukan berarti bahwa orang Kristen tidak boleh berteman sama sekali dengan orang yang berbeda iman. Hal yang hendak Paulus katakan adalah mendorong orang Kristen menjadi terang yang menghasilkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran (9), yang mencerminkan karakter Yesus Kristus (2), yakni hidup yang mengucap syukur (4), dengan mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani atas nama Tuhan Yesus (19-20).
Kehidupan anak gelap berbeda dengan kehidupan anak terang. Karena itu, kita tidak boleh bergaul atau ambil bagian dengan mereka (7). Kita tidak boleh turut melakukan perbuatan mereka, antara lain: percabulan, kecemaran, keserakahan, perkataan kotor, perkataan hampa, perkataan semborono (3-4). Mereka akan dimurkai dan tidak mendapatkan bagian dalam kerajaan Allah (5-6).
Melalui Paulus, Allah begitu tegas menyatakan bahwa hidup orang Kristen sudah seharusnya dalam terang. Tidak bermain-main dengan dosa. Menyebut dosa mereka saja pun sudah memalukan (11-12), apalagi terlibat. Hal itu sangat mendukakan Allah. Jika ada orang Kristen yang menikmati dosa, ia bukanlah manusia baru. Apakah sebagai orang Kristen kita berjuang melawan dosa, atau kita justru sangat menikmatinya?
Doa: Tolong kami hidup sebagai anak terang dan membenci dosa. [MT]
SH: Ef 5:3-20 - Catatan waktu (Selasa, 11 November 2003) Catatan waktu
“Waktu” adalah kata yang sulit untuk di definisikan. Akan
tetapi, waktu adalah pencatat tercepat yang ada di dunia ini.
W...
Catatan waktu
“Waktu” adalah kata yang sulit untuk di definisikan. Akan tetapi, waktu adalah pencatat tercepat yang ada di dunia ini. Waktu mencatat detik demi detik setiap peristiwa sekecil apa pun yang dikerjakan oleh anak-anak terang atau anak-anak gelap. Dengan kesadaran waktu yang sangat tinggi, Paulus memberikan perbandingan kontras antara anak-anak terang dan anak-anak gelap berkaitan dengan moral dan etika mereka yaitu hidup dalam percabulan dan pencemaran dengan hidup sebagai orang kudus (ayat 3); Hidup dalam berbagai perkataan kotor dengan hidup penuh ucapan syukur (ayat 4); Hidup seperti orang bebal dengan hidup seperti orang arif (ayat 15); Hidup dalam pengaruh anggur yang memabukkan dengan hidup yang penuh dengan Roh (ayat 18). Melalui perbandingan ini Paulus memberitahukan bahwa orang-orang durhaka atau anak-anak yang hidup dalam kegelapan mendapatkan murka Allah, dan anak-anak terang mendapatkan bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah (ayat 5-6). Apakah tujuan dari perbandingan ini? Pertama, Paulus tidak ingin jemaat di Efesus tercatat oleh waktu sebagai anak-anak terang yang hidup dalam kegelapan. Kedua, Paulus ingin agar jemaat Efesus menebus waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Yaitu, dalam pengertian menggunakan waktu dengan efisien dan efektif untuk pekerjaan dan pelayanan Tuhan, bukan untuk hidup dalam berbagai kecemaran dosa yang menyesatkan dan membawa kepada kebinasaan.
Waktu terus berjalan. Ingatlah bahwa apa yang telah kita perbuat pasti tercatat dalam waktu dan tidak mungkin dapat dihapus oleh siapapun juga.
Renungkan: Apa yang sedang dan akan Anda perbuat atau kerjakan dalam hidup kini? Mintalah kepada Tuhan agar Anda dibimbing-Nya ke arah hidup yang bijaksana sehingga Anda dapat mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan Anda.
SH: Ef 5:7-14 - Transformasi radikal (Kamis, 10 November 2011) Transformasi radikal
Terang jelas berbeda dengan gelap, sebab itu terang tidak dapat bersatu dengan gelap. Ketika terang datang maka gelap akan sirna...
Transformasi radikal
Terang jelas berbeda dengan gelap, sebab itu terang tidak dapat bersatu dengan gelap. Ketika terang datang maka gelap akan sirna karena terang akan menyingkapkan apa yang ditutupi oleh kegelapan.
Paulus menjelaskan bahwa orang yang telah diselamatkan karena iman kepada Kristus bukan sekadar mengalami perbaikan, melainkan sebuah transformasi radikal dari gelap menjadi terang (8). Transformasi radikal ini seharusnya berdampak radikal pula pada perilaku orang yang sudah diselamatkan. Orang percaya seharusnya tidak lagi ambil bagian dalam perbuatan kegelapan (7, 11) sebab perubahan kondisi dari gelap menjadi terang seharusnya berbanding lurus dengan perubahan hidup. Oleh karena itu perbuatan kegelapan seharusnya ditelanjangi (11, 12-13) agar orang lain pun tahu dan kemudian menghindarinya.
Yesus Kristus adalah terang dunia, siapa saja yang menyebut diri pengikut Kristus harus hidup di dalam terang. Karakter terang akan nyata melalui kebaikan, keadilan, dan kebenaran (9) yang muncul sebagai buahnya. Hidup sebagai anak terang juga berarti selalu mencari apa yang berkenan bagi Tuhan yang telah menganugerahkan keselamatan (10).
Hidup sebagai anak terang adalah panggilan utama kita sebagai pengikut Kristus. Ini harus berdampak pada perilaku, pola pikir, dan nilai-nilai hidup yang kita anut. Kita tidak boleh sama lagi seperti sebelum kita mengenal Kristus. Kita telah menjadi ciptaan baru maka bila dibandingkan perilaku dan pola pikir kita sebelum dan sesudah mengenal Kristus, semua itu harus seperti perbedaan siang dan malam.
Lihatlah hidup kita, sudahkah berbeda antara masa sebelum kenal Kristus dan masa sesudah kita dilahirkan kembali? Bila belum, bangunlah dari tidur yang berkepanjangan dan mintalah cahaya Kristus menerangi Anda. Bila sudah, terangi dunia di sekitar Anda dengan terang Kristus. Dengan demikian kita menyenangkan hati Tuhan dan Injil dinyatakan. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat. 5:16).
SH: Ef 5:15-21 - Arif atau bebal? (Jumat, 11 November 2011) Arif atau bebal?
Begitu berharganya waktu sehingga lahirlah ungkapan Time is money (waktu adalah uang). Tiap menit bahkan tiap detik dihargai dengan ...
Arif atau bebal?
Begitu berharganya waktu sehingga lahirlah ungkapan Time is money (waktu adalah uang). Tiap menit bahkan tiap detik dihargai dengan nilai uang, sehingga waktu yang terbuang percuma dapat dinilai sama dengan pemborosan uang yang seharusnya dapat dihasilkan di dalam waktu yang terbuang itu.
Berdasarkan perkataan Paulus, kita melihat dua jenis orang, yaitu orang bebal dan orang arif. Penggolongan ini dilihat berdasarkan cara hidup, yaitu berdasarkan pemanfaatan waktu. Karena orang percaya telah menerima terang maka orang percaya harus berjalan sesuai terang itu. Hidup sesuai terang berarti seperti orang arif dan bukan seperti orang bebal (15). Bagaimanakah hidup orang arif? Ia memanfaatkan waktu semaksimal mungkin bagi kemuliaan Tuhan (16). Mengapa kearifan dikaitkan dengan pemanfaatan waktu? Setiap hari bersifat jahat, kita bisa saja tergoda memanfaatkannya untuk kesenangan diri, bukan kesenangan Tuhan. Oleh sebab itu orang perlu hikmat sejati agar memahami kehendak Allah (17), terutama dalam pemanfaatan waktu.
Orang arif dipenuhi Roh Kudus. Ini bukan terjadi sekali seumur hidup, tetapi secara berkelanjutan setelah orang mengalami transformasi. Orang yang dipenuhi Roh tidak akan membiarkan dirinya mabuk oleh alkohol (18). Mabuk merupakan kesia-siaan dalam pemanfaatan waktu yang seharusnya dipersembahkan bagi Kristus. Karena alkohol membuat orang kehilangan kesadaran, pengendalian diri, dan juga hikmat, serta dikuasai hawa nafsu. Hal sebaliknya akan terjadi bila orang dikuasai Roh Kudus karena Ia bekerja dalam diri setiap orang yang percaya Kristus, untuk menghasilkan hal-hal terbaik dalam hidupnya bagi kemuliaan Tuhan
Orang arif juga akan saling melayani dalam kasih (19-21). Bila kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan memiliki hasrat untuk menyembah Allah dan mendorong orang lain untuk menyembah Allah juga. Orang yang dipenuhi Roh akan dipenuhi dengan ucapan syukur dan bersikap rendah hati terhadap satu sama lain dan ini terjadi karena rasa takut akan Tuhan bukan pada manusia. Apakah Anda sudah arif?
SH: Ef 5:21-33 - Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat (Rabu, 12 November 2003) Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat
Zaman di mana jemaat Efesus hidup adalah zaman yang sangat
meninggikan kedudukan laki-laki. Aki...
Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat
Zaman di mana jemaat Efesus hidup adalah zaman yang sangat meninggikan kedudukan laki-laki. Akibatnya, para suami bebas bertindak sewenang-wenang terhadap isteri karena tidak ada hukum yang akan menjeratnya. Akan tetapi, keluarga Kristen tidak menganut sistem ini, karena sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran yang diyakini. Untuk mengantisipasi keadaan ini, Paulus memberikan dasar hubungan bagi suamiâ€â€isteri, yaitu: pertama, suami isteri harus saling merendahkan diri (ayat 21). Kedua, isteri harus tunduk dan taat terhadap suami, karena suami adalah kepala (ayat 22-23). Hubungan suami isteri ini Paulus jadikan analogi untuk menjelaskan tentang hubungan Kristus dengan jemaat. Sebagai Kepala, Kristus tidak bertindak sewenang-wenang terhadap tubuh-Nya, tetapi justru memelihara dan memberikan pertumbuhan hingga menjadi dewasa. Ketiga, Suami, sebagai kepala haruslah mengasihi isteri (ayat 25). Oleh karena kasih-Nya kepada mempelai-Nya, Kristus rela mengurbankan diri-Nya.
Dari penjelasan ini, kita menemukan hal menarik, yaitu bahwa Paulus tidak berbicara masalah otoritas atau kekuasaan tetapi berbicara tentang cinta kasih suami terhadap isteri. Paulus tetap mengarahkan para suami untuk menjadikan salib Kristus sebagai patokan untuk bertindak; dan bagi para isteri Paulus mengingatkan untuk tunduk dan hormat pada suami yang mengasihinya. Jika setiap pasangan suami isteri Kristen memberlakukan prinsip ini dalam rumah tangganya, dapat dipastikan bahwa tidak ada suami yang menindas isteri dan tidak ada isteri yang tidak tunduk dan tidak hormat kepada suami, karena mereka saling memperlakukan dengan penuh kasih sayang dan hormat.
Renungkan: Pernikahan Anda menggambarkan relasi Anda dengan Kristus. Jadikanlah nasihat Paulus ini sebagai pedoman dalam rumah tangga Anda.
SH: Ef 5:22-33 - Relasi umat Allah sebagai istri dan suami (Kamis, 17 Oktober 2002) Relasi umat Allah sebagai istri dan suami
Relasi gender lain dari relasi fungsi. Perempuan sering direndahkan dan dilecehkan oleh laki-laki. Relasi p...
Relasi umat Allah sebagai istri dan suami
Relasi gender lain dari relasi fungsi. Perempuan sering direndahkan dan dilecehkan oleh laki-laki. Relasi perempuan dan laki-laki yang demikian tidak benar. Di hadapan Allah, laki-laki dan perempuan sama kedudukan dan haknya. Perempuan dan laki-laki memiliki relasi yang setara dan sederajat. Namun, relasi istri dan suami bukan relasi gender melainkan relasi fungsi. Di dalam keluarga, perempuan berfungsi sebagai istri, sementara laki-laki berfungsi sebagai suami. Kata kunci yang mengatur relasi fungsi suami-istri adalah kata ‘tunduk’. Istri tunduk kepada suami, sementara suami tunduk pada istri (ayat 21). Istri tunduk denganmenerima prinsip penciptaan bahwa suami adalah kepala istri. Juga seperti Kristus adalah kepala jemaat, demikian juga suami adalah kepala istri (ayat 23). Istilah ‘sama seperti’ penting artinya (ayat 22-25; 28,29,33). Istri tunduk pada suami bukan karena adat-istiadat, melainkan karena relasi Kristus-jemaat.
Bentuk tunduk suami kepada istri diwujudkan dengan kasih. Sama seperti Kristus mengasihi jemaat demikian juga suami mengasihi istri (ayat 25). Tiga kali Paulus menekankan kasih suami kepada istri (ayat 25,28,33). Paulus harus mengulanginya berkali-kali karena mudah sekali suami menyalahgunakan fungsinya sebagai kepala istri. Model kasih suami tidak bersumber dari kasih yang berlaku dalam suatu budaya masyarakat, bukan kasih sentimental yang murahan seperti banyak didendangkan dalam lagu-lagu pop. Kasih suami kepada istri sama seperti kasih Kristus kepada jemaat. Kristus mengasihi jemaat, menyerahkan diri untuk jemaat (ayat 25). Kristus berkorban untuk jemaat karena jemaat begitu berharga di mata Kristus. Dalam kehidupan praktis, bagaimana kasih suami kepada istri terungkap? Suami memelihara dan merawat istri seperti ia mengasihinya. Artinya, jika suami tidak mengasihi, maka istri tidak perlu tundik kepada suami.
Renungkan: Tunduk dan kasih, dalam Kristus serasi adanya. Tunduk adalah karena kasih, kasih yang memimpin terekspresi dalam bentuk tunduk yang berkorban.
SH: Ef 5:22-33 - Tunduk dan mengasihi (Sabtu, 12 November 2011) Tunduk dan mengasihi
Merendahkan diri terhadap orang lain bukan perkara mudah, karena itu berarti mengikis ego dan gengsi. Paulus menganjurkan jemaat...
Tunduk dan mengasihi
Merendahkan diri terhadap orang lain bukan perkara mudah, karena itu berarti mengikis ego dan gengsi. Paulus menganjurkan jemaat Efesus agar hidup merendahkan diri, seorang kepada yang lain (Ef. 5:21). Bukan karena takut kepada orang yang derajat atau pangkatnya lebih tinggi, karena bila demikian kita tidak akan melakukannya terhadap orang yang kita sebut berstatus lebih rendah. Sebab itu kondisi yang Paulus anjurkan adalah kondisi ‘di dalam takut akan Kristus’.
Paulus kemudian mengambil konteks pernikahan untuk memberikan contoh situasi bagaimana orang percaya harus merendahkan diri satu sama lain. Pernikahan Kristen memiliki komitmen, kewajiban, dan tugas bagi dua pihak yang terikat dalam lembaga itu. Lembaga pernikahan sebenarnya merupakan perlambang dari hubungan antara Kristus dan gereja-Nya. Seorang istri harus tunduk kepada suaminya sebagai kepala dalam pernikahan mereka. Artinya, ia harus menempatkan diri di bawah kepemimpinan suaminya. Gambaran tentang tunduknya istri kepada suami adalah tunduknya gereja kepada Yesus, yang adalah Kepala gereja. Maka sang suami harus menggambarkan kepemimpinan Kristus atas gereja dengan menunjukkan kasih dan pengurbanan diri (25). Kita tahu bahwa Kristus mengurbankan diri-Nya di salib bagi keselamatan dan pengudusan umat, yaitu gereja (26-27).
Maka Paulus menyebutkan bahwa kasih suami kepada istri harus sama seperti kasihnya kepada tubuhnya sendiri (28). Paulus menegaskan bahwa kasih suami terhadap istri seharusnya merefleksikan kesatuan Kristus dan gereja-Nya. Karena itu kepemimpinan suami harus bersifat melayani, bukan otoriter atas nama statusnya sebagai pemimpin.
Maka suami dan istri harus merendahkan diri satu sama lain dalam takut akan Tuhan. Suami dan istri harus melihat keberadaan mereka bukan dari sudut pandang yang individualistis, tetapi sebagai satu kesatuan. Kiranya Tuhan menolong setiap suami dan istri dalam rumah tangga Kristen untuk berperan dengan penuh kasih dan tanggung jawab.
SH: Ef 5:22-33 - Rahasia Hidup Suami Istri (Sabtu, 21 Desember 2019) Rahasia Hidup Suami Istri
Keharmonisan hidup suami istri dalam rumah tangga menjadi suatu hal yang sangat langka, mengingat maraknya perceraian di ma...
Rahasia Hidup Suami Istri
Keharmonisan hidup suami istri dalam rumah tangga menjadi suatu hal yang sangat langka, mengingat maraknya perceraian di mana-mana. Alkitab mengungkapkan kunci dalam memelihara keharmonisan rumah tangga ini.
Suami istri yang harmonis sangat ditentukan oleh bagaimana pasangan itu mendasarkan perkawinannya dalam kasih Tuhan. Dalam perkawinan, suami adalah kepala bagi istrinya. Karena itu, istri harus tunduk kepada suaminya, seperti kepada Tuhan (22). Mengapa istri harus tunduk kepada suami? Dalam ayat selanjutnya dikatakan bahwa karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat (23).
Hal yang setara dengan itu, suami tidak boleh semena-mena terhadap istrinya. Suami harus mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaat (25-27). Suami pun harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri. Artinya, tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri (28-29).
Wujud kasih seorang suami terhadap istrinya bukan hanya menyediakan kebutuhan materi saja, tetapi juga menuntun dan membimbing istri dalam kehidupan rohaninya agar taat dalam beribadah kepada Tuhan.
Sebagai orang percaya, mari kita membina rumah tangga atas dasar kasih Kristus agar berkat Tuhan berupa kebahagiaan dan keharmonisan yang penuh dengan damai sejahtera. Paulus menyebut hal itu sebagai rahasia yang besar. Ini menunjukkan, kunci kebahagiaan setiap keluarga Kristen ada dalam prinsip yang diuraikan Paulus di atas.
Hal ini tampak sederhana, tetapi untuk menjalankannya tidaklah mudah. Kekuatan dan sukacita Allahlah yang akan meneguhkan setiap keluarga.
Berkat di balik rahasia ini juga besar, yaitu keindahan tertinggi dalam hidup adalah keluarga yang berbahagia dalam Tuhan. Inilah kunci keharmonisan keluarga Kristen. Adakah engkau bahagia dan puas dengan keluargamu? Sudahkah rahasia besar ini terbentuk dan hadir dalam keluargamu?
Doa: Tuhan, berkati rumah tangga kami oleh kasih-Mu yang memberi bahagia. [MT]
Baca Gali Alkitab 8
Relasi adalah karunia Allah. Allah menghargainya. Allah menciptakan manusia sejak awal untuk menikmati relasi, baik dengan diri-Nya atau pun dengan sesama. Akan tetapi, relasi ini telah dirusak oleh dosa. Allah hendak membawa tujuan dan dasar relasi ini pada yang seharusnya. Di sanalah keindahan dan kebahagiaan sejati hadir.
Ada beberapa relasi yang sangat fundamental dalam hidup manusia, yaitu relasi suami dan istri; orang tua dan anak; tuan dan hamba. Semua relasi ini berkaitan dengan relasi antara manusia dan Allah. Jadi, betapa pentingnya relasi suami istri. Sebab, Allah memberikan porsi dalam Perjanjian Baru. Melalui para rasul-Nya, Allah membangun dasar relasi suami istri Kristen.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang Allah ingin seorang istri lakukan (22-24)?
2. Apa yang Allah ingin seorang suami lakukan (25-30)?
3. Apakah yang menjadi rahasia besar hubungan suami dan istri (31-33)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apakah Anda mengasihi dan menghormati pasangan Anda seturut rencana Allah dan firman-Nya?
2. Bagaimanakah Anda dapat mengaitkan keluarga Anda dengan Kristus?
3. Mengapa Anda perlu melibatkan kehadiran Allah dalam kehidupan pernikahan Anda?
Apa respons Anda?
1. Sudahkah Anda menghadirkan Kristus dalam keluarga Anda?
2. Bagaimana Anda mempertahankan keluarga yang diperkenan Allah?
Pokok Doa:
Kiranya Allah senantiasa memberkati keluarga Kristen dalam kebenaran dan karunia-Nya.
Utley: Ef 5:1-2 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:1-21 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih 2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kr...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:1-2
1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih 2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.
Ef 5:1 "jadilah penurut-penurut Allah," Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) IMPERATIVE. Kata "mimik/meniru" berasal dari akar kata Yunani ini. Dalam Ef 4:32; 5:2 adalah seorang peniru Tuhan didefinisikan sebagai seseorang yang (1) mengampuni dan (2) hidup dalam kasih dan tidak mementingkan diri sendiri seperti Yesus. Tindakan-tindakan ini membangun dan memelihara kesatuan (lih. Ef 4:2-3). Orang percaya harus berjuang untuk kebaikan bersama dari tubuh, bukan hak-hak individu, hak istimewa, atau kebebasan (lih. Ef 4:3).
□ "seperti anak-anak yang kekasih" Orang-orang percaya dipanggil oleh sebutan teologis yang sama signifikannya seperti Yesus (lih. Ef 1:6). Orang percaya dikasihi karena Ia dikasihi. Mereka harus mencerminkan karakteristik keluarga dari Bapa. Yesus dan Roh memulihkan gambar Allah dalam manusia yang rusak dalam kejatuhan Kej 3.
Ef 5:2 "hiduplah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE, yang merupakan metafora alkitabiah dari gaya hidup (lih. Ef 4:1,17; 5:2,15). Kekristenan adalah sebuah keputusan awal yang diikuti oleh pemuridan gaya hidup. Merupakan sebuah titik dalam waktu, proses melalui waktu, dan puncak di luar waktu! Lihat Topik Khusus: Bentuk Kata Kerja Yunani untuk Keselamatan di Ef 1:7.
□ "sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu" Naskah kuno Yunani berbeda antara "kami/kita" dan "kamu." "Kami/kita" ada dalam P46, □a, D, G, dan K; "Kamu" ada dalam א, A, dan B. "Kamu" tampaknya yang terbaik dalam konteks. Yesus adalah teladan kita (lih. 1Yoh 4:11).
□ "menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban… bagi Allah" Ini menunjuk pada penebusan, penggantian Kristus (lih. Yes 53; Mr 10:45; Rom 5:8; 8:32; 2Kor 5:21; Fili 2:6-11; 1Tes 5:9). K ATA DEPAN Yunani huper dengan GENITIVE ( ABLATIF) ini hampir identik dengan makna KATA DEPAN Yunani "anti" yang berarti "bukannya/selain dari pada." Bukti manuskrip Yunani untuk "kamu" bukannya "kami/kita" dalam frasa ini sangat luar biasa: "kamu" terdapat dalam P46, P49, א, A, D; "kamu/kita" hanya ada di B.
□ "yang harum" Ini adalah metafora korban PL bagi penerimaan Tuhan akan suatu korban (lih. Kej 8:21; Kel 29:18; Im 1:9,13; Yeh 20:41; 2Kor 2:14; Fili 4:18). Saat korban yang dibakar ada asap yang dihasilkan yang naik ke atas. Hal ini dipindahkan dari alam terlihat ke tak terlihat, dari dunia fisik ke alam Tuhan.
Utley: Ef 5:3-5 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:3-53 Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatut...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:3-5
3 Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. 4 Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal ini tidak pantas — tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. 5 Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.
Ef 5:3 "percabulan" Ini adalah istilah Yunani (porneia), dari mana kita mendapatkan kata "pornografi." Dalam PB ini berbicara tentang melampaui pedoman seksual yang diterima. Itu bisa menunjuk pada
- 1. amoralitas seksual (lih. Mat 21:31-32; Mr 7:21, Kis 15:20,29)
- 2. perzinahan (lih. Mat 5:32; 19:9)
- 3. perzinahan antar saudara (lih. 1Kor 5:1)
- 4. kemesuman (lih. Rom 1:29)
Dalam PL ada perbedaan yang ditandai antara istilah "perzinahan," dimana satu pihak sudah menikah, dan "percabulan" yang merujuk pada aktivitas seksual pra-perkawinan. Perbedaan ini hilang dalam bahasa Yunani PB dimana ini menunjuk pada aktivitas seksual yang tidak pantas dalam bentuk apapun (di luar nikah, pra-nikah, homoseksual, atau dengan binatang).
□ "rupa-rupa kecemaran" Ini adalah istilah Yunani "bersih" dengan ALPHAPRIVATE yang menegatifkan kata yang diawalinya. Ketiga istilah dalam ay. Ef 5:3 ini, "amoralitas, kenajisan dan keserakahan," semua berhubungan dengan (1) kegiatan guru-guru palsu (lih. 2Tim 3:6), dan / atau (2) budaya kafir dari mana asal orang-orang yang bertobat ini, di mana aktivitas seksual sering dikaitkan dengan ibadah kafir.
□ "keserakahan" Istilah ini menyampaikan gagasan "lebih dan lebih bagi saya atas resiko apapun." Karena ini ada dalam daftar dosa seksual mungkin ini berkaitan dengan eksploitasi seksual yang egois (lih. Kol 3:5).
□ "disebut sajapun jangan di antara kamu" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses. Dosa-dosa ini terjadi di gereja. Orang percaya harus waspada terhadap dosa-dosa, dan rumor / kecurigaan dosa (lih. 1Tes 5:22). Kita harus meniru serta mewartakan Injil.
□ "sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus" Ini berparalel dengan "yang tidak pantas" dalam ay. Ef 5:4. Lihat Topik Khusus: Orang Kudus di Kol 1:2.
Ef 5:4 Orang percaya harus berhati-hati dalam pembicara mereka. Ini mengungkapkan siapa mereka sesungguhnya (lih. Mar7:15, 18-23; Kol 3:18; Ef 4:19; Yak 3:1-12). Lihat Topik Khusus pada Kol 3:8. Ini adalah kelompok kedua dari dosa-dosa yang disebutkan dalam pasal Ef 5. Kedua kelompok ini memiliki tiga unsur. Hal ini mirip dengan Ef 4:17-32.
□ "tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur" Orang percaya sejati diungkapkan oleh hati bersyukur mereka yang tidak berhubungan dengan situasi (lih. Ef 5:20; Kol 3:17; 1Tes 5:18). Lihat Topik Khusus: Ucapan Syukur di Kol 4:2.
Ef 5:5 "Karena ingatlah ini baik-baik:" Frasa ini sangatlah tegas. Frasa ini memiliki dua bentuk dari dua KATA KERJA Yunani "tahu": (1) bentuk PERFECT ACTIVE INDICATIVE atau IMPERATIVE dari oida dan (2) bentuk PRESENT ACTIVE PARTICIPLE dari gnōskō. Para guru palsu mengklaim memiliki sepenuhnya, pengetahuan rahasia tentang Allah, tetapi orang percaya harus mengerti bahwa gaya hidup seseorang mengungkapkan pengetahuan dan hikmat yang benar (lih. Mat 7).
□ "tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah" Semua istilah ini diulang dari ay. Ef 5:3 "tidak bermoral" (porneia). Ini adalah bentuk MASKULIN istilah dalam ay. Ef 5:3, ini mungkin merupakan rujukan kepada pelacur laki-laki, orang sodom, atau kegiatan seksual dari guru-guru palsu.
□ "artinya penyembah berhala" paralelnya adalah dalam Kol 3:5. Sebuah pernyataan yang sama ditemukan dalam 1Yoh 5:21. Ketika seks menjadi titik pusat kehidupan kita, ini akan menjadi tuhan kita! Ketika uang menjadi titik fokus dari hidup kita, itu juga menjadi berhala (lih. Mat 6:24). Beberapa pengamat melihat frase ini sebagai menunjuk pada semua dosa-dosa yang disebutkan dalam konteks (ayat Ef 5:3-5).
□ "yang mendapat bagian" Gaya hidup orang percaya menunjukkan siapa bapa mereka, Tuhan atau si jahat (Mat 7; 1Yoh 3:6,9).
□ "di dalam Kerajaan Kristus dan Allah" Struktur ketatabahasaan dan GENITIVE ARTICLE menghubungkan Kristus dan Allah sebagai satu (lih. Luk 22:29; Kol 1:13). Ini adalah salah satu cara penulis PB menegaskan Ketuhanan Kristus.
"Kerajaan" adalah topik berulang dan sentral dalam pemberitaan Yesus. Hal ini menunjuk pada pemerintahan Allah dalam hati manusia sekarang yang akan satu hari nanti akan disempurnakan atas seluruh bumi (lih. Mat 6:10). Suatu hari semua manusia dan malaikat akan mengakui Kristus sebagai Tuhan (lih. Fili 2:10-11), Tetapi hanya manusia yang telah bertobat dan percaya Injil sajalah yang akan menjadi bagian dari kerajaan kekal-Nya (Dan 7:13; 1Kor 15:27-28).
Utley: Ef 5:6-14 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:6-146 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah a...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:6-14
6 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. 7 Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka. 8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, 9 karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, 10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. 11 Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. 12 Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. 13 Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. 14 Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu."
Ef 5:6 "Janganlah kamu disesatkan" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses. Hal ini menunjuk pada pesan dan gaya hidup guru-guru palsu, yang merupakan campuran kaum Gnostik libertine dan legalis Yahudi (yang sepertinya sangat tidak cocok). Ada begitu banyak kita, kaum modern tidak tahu tentang bidat-bidat abad pertama ini.
□ "dengan kata-kata yang hampa" Ini mungkin merujuk pada ajaran-ajaran Gnostik atau libertine bahwa dosa seks tidak mempengaruhi kehidupan rohani. Bagi mereka keselamatan ditemukan dalam pengetahuan rahasia dari tingkatan malaikat. Mereka benar-benar memisahkan pembenaran dari pengudusan. Ajaran sesat ini masih hidup dan sehat saat ini!
□ "mendatangkan murka Allah" Ini adalah sebuah PRESENT TENSE. Hal ini bisa menunjuk pada (1) penghakiman jasmani sementara (lih. Yoh 3:36; Rom 1:18-32; 2:8-9; 9:22; Kol 3:6 1Tes 2:16); dan / atau (2) penghakiman eskatologis masa depan (lih. Mat 25:31 ff; Rom 5:9; 1Tes 1:10; 5:9). Murka Allah sama-sama mengandung perwahyuan sebagimana kasih Tuhan.
Sementara masih pada pokok bahasan murka Allah ini, ijinkan saya menjelaskan pemahaman saya akan implikasinya. Pertama menekankan secara berlebihan atau kurang menekankan kebenaran ini merupakan suatu tragedi teologis. Allah marah terhadap cara manusia memperlakukan firman-Nya, dunia-Nya, kehendak-Nya, dan satu sama lain. Ini bukanlah dunia seperti yang diinginkan Allah! Semua manusia akan memberikan pertanggung- jawaban kepada Allah atas bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka (lih. Gal 6:7; 2Kor 5:10). Namun demikian, pentinglah untuk mengenali perspektif alkitabiah mengenai doktrin ini. Ul 5:9 dibandingkan dengan Ef 5:10 menetapkan polanya. Bila penghakiman berlaku sampai ke generasi ketiga dan keempat, kasih dan kesetiaan Allah berlaku untuk ribuan generasi. Dalam Yes 28:21 penghakiman disebut pekerjaan "ganjil" dari Tuhan (lih. Rat 3:32-33; Mazm 103:8-14). Penghakiman diperlukan dalam alam semesta moral, tapi ini tidak menyenangkan bagi Allah. Neraka adalah luka terbuka yang berdarah di hati Tuhan yang tidak akan pernah sembuh. Ia mengasihi semua manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya (lih. Kej 1:26-27; 5:1; 9:6). Ia ingin menebus semua manusia dan Dia telah berjanji untuk melakukannya bagi semua yang akan bertobat dan percaya di dalam Dia (lih. Kej 3:15; Yeh 18:23,32; 1Tim 2:4; 2Pet 3:9).
□ "orang-orang durhaka" Ini adalah suatu ungkapan Ibrani (lih. Ef 2:2; Kol 3:6). Ketaatan perjanjian merupakan karakteristik dari anak-anak Allah. Ketidaktaatan merupakan karakteristik dari para pengikut Setan.
Ef 5:7 "janganlah kamu berkawan dengan mereka." Ini secara harfiah adalah "sesama-pemegang." Ini adalah sebuah PRESENT IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan tindakan yang sudah dalam proses. Paulus menggunakan suatu majemuk dengan syn sini seperti yang ia lakukan di Ef 2:5-6; 3:6. Frasa yang sama ini diulangi dalam ayat Ef 5:11. Orang percaya tidak saja harus menjauhkan diri dari keterikatan dalam dosa atau bahkan penampilan dosa, mereka juga harus secara berhati-hati memilih teman-teman dan rekan mereka. Teman-teman dekat yang kita pilih, seperti kata-kata yang kita ucapkan, mengungkapkan hati kita.
Ef 5:8-9 "kegelapan... terang" Ini sangat mirip dengan dualisme Yohanes (lih. Ef 1:4-5,7-8; 3:19). Istilah-istilah yang kontras ini merupakan simbol universal untuk kebaikan dan kejahatan yang mendahului dan sangat umum dalam sastra Gulungan Kitab Laut Mati, yang merupakan komunitas gurun separatis Yahudi.
KATA KERJA IMPERFECT ACTIVEnya dalam kalimat pertama menggambarkan kehidupan mereka sebelumnya yaitu terus menerus berbuat dosa (lih. Kej 6:5,11-12; 8:21; Mazm 14:3; 58:3; Yer 12:9).
Ef 5:8 "tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan" Sungguh suatu kontras yang kuat (lih. Mat 5:19; Yoh 8:12).
□ "hiduplah sebagai anak-anak terang" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE (lih. Yoh 3:19-21; 1Yoh 1:7). Ucapan, gaya hidup, dan prioritas orang percaya mengungkapkan siapa mereka!
□ "anak-anak" Ini adalah suatu ungkapan Ibrani untuk "karakteristik," sebagaimana "anak-anak" dalam ay. Ef 5:6. Pertobatan dibuktikan dengan kehidupan yang berubah. Hal ini dijabarkan dalam ay. Ef 5:9. Tanpa buah, berarti tidak ada akarnya (lih. Mat 5; 6; 7; Yak, dan I Yoh).
Ef 5:9 "terang hanya berbuahkan" KJV menuliskan "buah Roh," yang terdapat dalam manuskrip Yunani kuno, P46 Dc, dan I. Namun, P49, א, A, B, D, G, P dan konteks langsungnya (ay. Ef 5:8), menuntut "buah terang." Bahkan NKJV menuliskan hal ini. KJV mengikuti naskah Yunani keluarga Barat yang mengasimilasikan kata-kata dari Gal 5:22.
□ "kebenaran" Lihat Topik Khusus di Ef 4:24.
- NASB "ujilah"
- NKJV "buktikanlah"
- NRSV "selidikilah"
- TEV "ujilah"
- NJB "selidikilah"
Istilah Yunani (dokimazō) "membuktikan" (lih. Rom 12:2; 2Kor 8:8,22; 13:5, Gal 6:4; 1Tes 5:21; I Tim 8:10; Ibr 3:9) atau "mencoba" (lih. 1Kor 3:13; 1Tes 2:4; 1Pet 1:7; 1Yoh 4:1) ini memiliki konotasi "menguji dengan pandangan menuju persetujuan." Ini adalah istilah metalurgi yang digunakan dalam pengujian akan keaslian koin. Lihat Topik Khusus Fili 2:22.
Ef 5:11 "Janganlah turut mengambil bagian dalam" Ini secara harfiah adalah "sesama-sepersekutuan." Ini adalah satu lagi majemuk syn. Kata ini adalahk sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan tindakan yang sudah dalam proses. Hal ini menunjuk pada
- 1. kontak sosial yang intim
- 2. latarbelakang ibadah kafir
- 3. pertemuan-pertemuan guru-guru palsu (lih. ay. Ef 5:12)
□ "telanjangilah perbuatan-perbuatan itu" Ini adalah satu lagi PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Bagaimana orang percaya menelanjangi kejahatan? Karena ay. Ef 5:12, frasa ini sepertinya berarti "menelanjangi oleh gaya hidup saleh kita sendiri" atau dengan proklamasi Injil. Terang tidak dapat hidup berdampingan dalam persekutuan dengan kegelapan (lih. Yoh 3:17-19).
Ef 5:14 "Bangunlah, hai kamu yang tidur... Kristus akan bercahaya atas kamu" Ini bisa merupakan satu kutipan lepas dari Yes 29:19 atau mungkin Yes 51:17; 52:1; 60:1 atau sebuah himne Kristen mula-mula (lih. Fili 2:6-11; 1Tim 3:16; 2Tim 2:11-13). Ini berbentuk puitis. Paulus menggunakan bahan liris dari
- 1. PL (dari beberapa terjemahan)
- 2. Himne-himne Kristen
- 3. kredo Kristen
- 4. bahkan para penulis kafir
□ "kamu yang tidur... mati" Ini menunjuk pada kebutaan rohani, dan kematian rohani dari orang-orang kafir (lih. Ef 2:1; 2Kor 4:4).
□ "Kristus akan bercahaya atas kamu" Yesus digambarkan di sini sebagai bintang fajar yang mulia (lih. Yes 9:1-2; 59:8; 60:1, Luk 1:78-79), kebalikan dari Lusifer, (lih. Yes 14:12). Cahaya merupakan simbol kuno dari penyembuhan, kesehatan, kebenaran, pengetahuan, dan kebaikan (lih. Mal 4:2).
Utley: Ef 5:15-21 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:15-2115 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti oran...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:15-21
15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, 16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. 17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. 18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, 19 dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. 20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita 21 dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.
Ef 5:15 "perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE, bukan PRESENT ACTIVE IMPERATIVE yang lain. Ini adalah pernyataan fakta, bukan perintah. "Hidup" adalah metafora alkitabiah untuk gaya hidup (lih. Ef 4:1,17; 5:2).
□ "janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif" Hikmat terungkap dalam kehidupan yang saleh (lih. Kol 4:5), bukan dalam pengetahuan atau kebebasan yang tak bertuhan dari guru-guru palsu.
Ef 5:16 "pergunakanlah waktu yang ada" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE PARTICIPLE. Ini adalah suatu istilah pemasaran yang berarti "membeli sesuatu seluruhnya (memborong)" pada waktu atau harga yang baik. Orang-orang percaya harus memanfaatkan setiap kesempatan rohani (lih. Kol 4:2-6; 1Pet 3:15) karena kita tahu bahwa malam akan datang ketika tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Ada sebuah jendela yang terbuka dalam waktu untuk Injil. Kita harus merebut kesempatan ini!
Ef 5:17 "janganlah kamu bodoh" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses. Mereka masih bodoh.
□ "kehendak Tuhan" Tidak ada ARTICLE dalam "kehendak," Oleh karena itu, ini adalah sebuah kehendak Allah. Keseluruhan kehendak Allah adalah bahwa kita percaya di dalam Kristus (lih. Yoh 6:29,40), lalu ada beberapa "wasiat/kehendak" bagi orang percaya. Lihat Topik Khusus: Kehendak Allah di Ef 1:9.
Ef 5:18 "janganlah kamu mabuk" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses (lih. Ams 23:30-31). Alkohol dan obat-obatan sering digunakan untuk mempromosikan pengalaman-pengalaman religius. Hal-hal tersebut juga merupakan contoh dari sesuatu yang mengendalikan dan membentuk kehidupan seseorang namun harus secara sengaja diulang untuk bisa berpengaruh (kecanduan). Sama seperti alkohol yang harus diulang untuk berpengaruh, demikian juga, "pengisian" Roh diulang untuk berpengaruh. Sebagai orang percaya yang mau menerima Kristus untuk keselamatan, mereka harus mau dan secara berulang-ulang ( PRESENT PASSIVE) membuka diri untuk bimbingan dan kendali Roh yang sedang dan terus berlangsung (harian).
□ "tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE yang berarti "kamu harus terus diisi dengan Roh" atau "senantiasa penuh dengan Roh." Ini adalah perintah, bukan pilihan! Ini adalah keadaan normal untuk semua orang percaya, bukan pengecualian. Frasa ini berarti bahwa orang percaya harus bersedia, sensitif, dan taat kepada Roh Kudus yang membentuk Kristus dalam kehidupan sehari-hari mereka (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19; Ef 1:4; 2:10; 4:13; Kol 1:28). Orang percaya tidak dapat mengisi diri sendiri, tetapi harus mengijinkan Roh Kudus untuk memiliki kebebasan dan pengaruh. Kinerja manusia bukanlah kunci bagi kehidupan yang efektif tapi Roh (lih. Gal 3:1-3). Namun demikian, orang percaya harus mau membuka diri untuk pimpinan dan kendali Roh secara berulang-ulang.
Istilah "dipenuhi" sering digunakan dalam PB untuk apa yang memotivasi dan membentuk kehidupan seseorang. Orang percaya memiliki pilihan atas apa yang mengisi hidup mereka. Dalam Kisah Para Rasul "dipenuhi" dengan Roh berhubungan dengan penginjilan. Petrus "dipenuhi" beberapa kali dalam Kis 2:4; 4:8,31. Pemenuhan adalah kebutuhan dan pengalaman yang berkelanjutan.
Persamaan strukturalnya (Kolose & Efesus didasarkan pada garis besar yang hampir sama) dalam Kol 3:16 mengubah "senantiasa penuh dengan Roh" dengan "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu," Kedua hal ini merujuk kepada penyerahan diri secara sukarela setiap hari kepada Roh yang memproduksi keserupaan dengan Kristus, terutama yang berkaitan dengan hal berurusan dengan orang. Yesus mati untuk orang-orang. Orang-orang adalah prioritasnya; orang-orang adalah kekal.
Ef 5:19 "berkata-katalah... bernyanyi... bersoraklah" Ini adalah tiga yang pertama dari empat PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang menggambarkan kehidupan yang dipenuhi Roh. Tiga yang pertama ini harus berhubungan dengan bernyanyi atau mengutip Mazmur. Roh telah menempatkan sebuah lagu dalam hati orang percaya bagi Allah (lih. Kol 3:16). Pujian bagi Tuhan mendobrak maju!
Ayat ini sangat membantu dalam berurusan dengan pilihan kesukaan musik yang berbeda di gereja-gereja. Perhatikan berbagai kategori musik yang disebut. Musik dalam ibadah adalah masalah selera pribadi, bukan satu bentuk yang benar versus bentuk yang tidak tepat. Ini adalah sikap hati, bukan telinga. Teologianyayang diungkapkanlah yang menjadi suatu kepedulian, sementara bentuk musiknya selalu bersifat sekunder. Beraninya kita mengusik gereja Allah gara-gara pilihan kesukaan pribadi! Ibadah adalah masalah hati, bukan irama! Silakan baca Rom 14:01-15:13 berulang-ulang.
□ "hati" Lihat Topik Khusus pada Kol 2:2.
Ef 5:20 "Ucaplah syukur senantiasa" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang keempat. Pengucapan syukur adalah bukti lain dari hidup yang dipenuhi Roh (lih. Ef 5:4; Fili 4:6; 1Tes 5:18). Ini adalah pandangan dunia alkitabiah yang melaluinya orang percaya dapat bersyukur dalam "segala hal" (lih. Rom 8:29-30.). Orang percaya yang dipenuhi Roh tahu bahwa Allah ada di pihak mereka dan bahwa keadaan bukanlah sumber dari sukacita dan damai sejahtera. Sebuah buku yang telah sangat membantu hidup saya di bidang ini adalah karya Whithall Hannah Smith Rahasia Orang Kristen Untuk Hidup yang Berbahagia! Lihat Topik Khusus: Pujian, Doa, dan Ucapan Syukur Paulus di Ef 3:20.
- NASB NRSV "rendahkanlah dirimu"
- NKJV "menunduklah"
- TEV "menundukkan dirimu"
- NJB "berikan jalan"
Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE atau PASSIVE PARTICIPLE (lihat Ef 5:22). Ini membentuk sebuah transisi dari ay. Ef 5:1-20 ke 22-31 dan konteksnya terus sampai Ef 6:9. Kelima PARTICIPLE ini menentukan apa artinya menjadi dipenuhi Roh Kudus. Bagian paralelnya dalam Kol 3:16 menunjukkan bahwa ini merujuk kepada keserupaan dengan Kristus setiap hari.
Di zaman kita "penyerahan" adalah suatu istilah negatif, diskriminatif secara seksual. Awalnya ini adalah istilah militer yang berkaitan dengan ketaatan berdasarkan rantai komando. Tapi dalam PB kata ini sering digunakan untuk sikap Yesus terhadap orang tua duniawi-Nya (Luk 2:51) dan Bapa surgawi-Nya (1Kor 15:28). Paulus menyukai istilah ini dan menggunakannya 23 kali. Ayat Ef 5:21 adalah prinsip rohani universal tentang penyerahan timbal balik di antara orang percaya yang berkaitan dengan hidup yang dipenuhi Roh. Penyerahan bertentangan dengan pola pikir- berfokus pada individu barat, budaya kita. Keegoisan dan dominasi secara budaya sangatlah begitu mendarah daging, tapi secara Alkitabiah tidaklah pantas (lih. Rom 12:10; Gal 5:13; Fili 2:3; 1Yoh 4:11)!
Ayat ini menekankan penyerahan timbal balik di sisi semua orang percaya. Hal ini tidak diarahkan terhadap satu kelompok. Perlulah ditegaskan kembali bahwa konteks ini (ay. Ef 5:22-31) berkaitan dengan hubungan dalam keluarga antara suami Kristen dan istri Kristen, bukan laki-laki dan perempuan pada umumnya. Perempuan tidak lebih rendah secara rohani dalam pengertian apapun (lih. Kis 2:16-21; Gal 3:28).
Lihat topik khusus PENYERAHAN/KEPATUHAN (HUPOTASSŌ)
"seorang kepada yang lain" Saling tunduk adalah prinsip universal yang berhubungan dengan semua orang percaya, tetapi yang hanya dapat dicapai melalui berserah pada Roh (yaitu, kehidupan yang mematikan-diri). Ini adalah bukti pembalikan dari Kejatuhan.
- NASB, NKJV "dalam takut akan Kristus"
- NRSV "karena menghormati Kristus"
- TEV "karena rasa hormatmu bagi Kristus"
- NJB "dalam ketaatan kepada Kristus"
"Takut" adalah sebuah konsep PL kagum karena hormat. Kesucian dan keunikan YHWH, atau bahkan hadirat alam rohani (kemalaikatan), menyebabkan reaksi yang kuat dalam kemanusiaan yang jatuh!
Hubungan interpersonal orang percaya dipengaruhi oleh komitmen iman mereka kepada Kristus. Menghormati Dia memberikan rasa hormat kepada semua manusia kepada siapa Ia memberikan nyawa-Nya (lih. Rom 14:1; 15:13). Orang-orang percaya menunjukkan kasih mereka bagi Kristus dengan bagaimana mereka mengasihi orang lain (lih. 1Yoh 4:20).
Utley: Ef 5:22-24 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:22-2422 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Krist...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:22-24
22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. 24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Ef 5:22 "Hai istri, tunduklah" Tidak ada KATA KERJA dalam teks Yunani dari ay. Ef 5:22 ini. Hal ini dipasok dari ay. Ef 5:21 (yang merupakan salah satu dari lima PRESENT PARTICIPLE yang menggambarkan kehidupan yang penuh dengan roh). Dalam konteks ini bukanlah suatu perintah, tetapi sebuah PRESENT MDDLE atau PASSIVE PARTICIPLE. Satu- satunya perintah diarahkan suami dalam ay. Ef 5:25 ( PRESENT ACTIVE IMPERATIVE)! Suami harus bertindak dalam kasih yang berkorban, memberi diri mereka terhadap istri mereka, yang kemudian secara sukarela menyerahkan diri.
Namun demikian ada beberapa bagian paralel yang mendesak penyerahan istri terhadap suami:
- 1. suatu PRESENT PASSIVE IMPERATIVE dalam Kol 3:18
- 2. sebuah PRESENT PASSIVE PARTICIPLE dalam Tit 2:5 yang digunakan sebagai sebuah IMPERATIVE
- 3. satu lagi PRESENT PASSIVE PARTICIPLE dalam 1Pet 3:5 yang digunakan sebagai IMPERATIVE
Bagian-bagian paralel ini memaksa penafsir untuk menganggap PARTICIPLE dalam Ef 5:21 sebagai PRESENT PASSIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai IMPERATIVE (lih. 1Pet 3:1). Masihlah berarti penting walau bentuknya PASIF. Istri harus mengijinkan Roh Kudus untuk melakukan tugas ini dalam hidup mereka.
Baik Perjanjian Baru Yunani Analitis oleh Barbara dan Timotius Friberg maupun Suatu Analisis dari Perjanjian Baru Yunani oleh Max dan Mary Grosvenor Zerwick menyebut KATA KERJA ini sebuah PASSIVE VOICE, tetapi Leksikon Yunani Analitis yang di Revisi, yang diedit oleh Harold K. Moulton; Firman yang Di Gambarkan Dalam Perjanjian Baru oleh A.T. Robertson, dan "Efesus" dalam Komentari Alkitab Anchor oleh Markus Barth menyebutnya VOICE MIDDLE. Bahasa Yunani Koine sedang dalam proses menggabungkan kedua BENTUK ini menjadi satu.
Paulus menggambarkan kehidupan yang dipenuhi Roh dengan menggunakan tiga anggota skenario keluarga Yunani-Romawi yang tidak memiliki hak—istri, anak, dan budak. Ia menunjukkan bagaimana Roh merubah hubungan budaya menjadi hubungan spiritual, hak kepada tanggung jawab.
□ Jika PARTICIPLE ini adalah MIDDLE, ini menekankan partisipasi sukarela istri dalam penyerahan diri dalam perkawinan untuk manfaat yang dihasilkan dari seorang pasangan yang mempercayai, mengasihi, dan penuh damai. Jika PARTICIPLE ini adalah PASSIVE, ini menunjukkan perlunya istri untuk membiarkan Roh Kudus melakukan pekerjaan-Nya di dalam hatinya (lih. Ef 5:18) yang mempengaruhi baik suami dan anak-anak, serta juga budak keluarga.
□ "seperti kepada Tuhan" Orang harus membandingkan Kol 3:18, "di dalam Tuhan." Ini bukan berarti bahwa suami adalah otoritas yang tertinggi, tetapi bahwa istri harus menghormati suami mereka karena hubungan mereka sendiri kepada Kristus. Yesus menetapkan pola baik untuk tunduk pada otoritas (yaitu, selalu merupakan kehendak Bapa) dan pelaksanaan otoritas (yaitu, atas gereja, lih ay. Ef 5:25).
Ef 5:23 "suami adalah kepala… seperti Kristus adalah kepala" Kristus digambarkan sebagai suami dan gereja sebagai mempelai wanita (lih. Wahy 19:7; 21:2,9). Suami perlu untuk bertindak dalam posisi kepemimpinan mereka yang diberikan Tuhan sebagaimana Kristus bertindak. Ia telah memberikan diri-Nya bagi gereja. Ini bukan masalah kendali, tetapi masalah memberikan diri.
Kepemimpinan pria adalah masalah yang sangat kontroversial di masyarakat modern Barat kita. Hal ini karena beberapa alasan:
- 1. kita tidak memahami kepemimpinan hamba
- 2. kita tidak menyukai masyarakat yang dikuasai laki-laki karena penekanan kesetaraan modern kita pada nilai individu
- 3. kita bingung dengan cara paradoks Alkitab dalam menegaskan kepemimpinan laki-laki di beberapa bagian dan kesetaraan pada orang lain
Menurut pendapat saya jawabannya terletak pada contoh yang diberikan oleh Yesus tentang kepemimpinan yang benar dalam hubungan dengan gereja dan kehambaan sejati (penyerahan) kepada Allah Bapa. Penyerahan ini sama sekali tidak mengungkapkan kesenjangan, tapi merupakan desain fungsional administratif. Kepemimpinan pria membahas jenis kepemimpinan yang melayani kebutuhan orang lain dengan cara memberikan diri. Masyarakat modern kita menolak otoritas, namun mencari kekuasaan!
Saya pribadi bisa menerima kepemimpinan laki-laki sebagai akibat dari kejatuhan (lih. Kej 3:16; 1Tim 2:12-14). Saya juga dapat menegaskannya sebagai konsep alkitabiah dalam terang kepemimpinan Yesus atas gereja (lih. Ef 5:22-33). Tapi apa yang sulit untuk saya terima adalah mandat patriarkal (yaitu, masyarakat yang didominasi laki-laki) sebagai rencana Allah yang dinyatakan untuk setiap zaman dan masyarakat (lih. Rom 3:27; 1Kor 12:7,13; Gal 3:28-29; Kol 3:11). Apakah mutualitas begitu jelas dalam Kej 1:27; 2:18 dan yang hilang dalam pemberontakan Adam dan Hawa (lih. Kej 3:16), kembali dalam keselamatan? Apakah kutukan dosa dan sikap tunduk keduanya ditangani dalam penebusan Yesus? Sementara zaman baru masuk ke dalam kehidupan orang percaya sekarang, apakah pemulihan persekutuan yang lengkap dengan Allah sebagai di Eden juga mulai sekarang?
Saya juga ingin membuat suatu pandangan hermeneutis. Sebagai penerjemah dari apa yang saya yakini sebagai perwahyuan-diri Allah yang esa dan benar dan Kristus-Nya, saya terkejut dengan aspek kebudayaan dari Kitab Suci. Kita melihat sangat jelas hal ini dalam PL (sunat, hukum makanan, hukum lepra, dll) Tapi jauhlah lebih sulit bagi kita sebagai orang Kristen modern untuk melihatnya dalam PB. Saya yakin ini adalah (1) karena kasih dan rasa hormat kita pada Alkitab dan (2) kecenderungan kita terhadap literalisme proposisional.
Kedua hal yang menonjol bagi saya yang memiliki aspek-aspek budaya yang jelas (1) masyarakat yang didominasi laki-laki (patriarki) dan (2) perbudakan. PB tidak pernah mencoba untuk mengatasi ketidakadilan pilar budaya ini kepada dunia kuno. Mungkin karena melakukannya akan berarti penghancuran keKristenan. Namun Injil dari waktu ke waktu menghapuskan keduanya! Kebenaran Allah tidak pernah berubah, tapi masyarakat berubah. Adalah merupakan kesalahan besar bagi kita untuk mencoba mengubah abad budaya Yunani-Romawi pertama menjadi kehendak Allah bagi semua orang di semua tempat dan tentu saja hal yang sama berlaku juga untuk kebudayaan Israel. Ke masing-masing mereka Allah telah mengungkapkan diriNya dengan cara yang kuat dan permanen. Tugas sebenarnya adalah bagaimana mengeluarkan absolut-absolut yang kekal ini dari kulit budaya. Sebuah buku bagus yang membahas masalah yang sama ini adalah Fee dan Stuart, Bagaimana Membaca Alkitab Untuk Mendapatkan Semua Manfaatnya.
Salah satu cara untuk mencoba menentukan apa yang kekal, dan karenanya, mengikat semua orang percaya dalam semua periode dan apa yang bersifat kebudayaan atau preferensi pribadi adalah dengan melihat apakah Alkitab (PL & PB) memberikan pesan yang seragam atau apakah Alkitab merekam adanya keragaman pendapat (lih. Fee dan Stuart Bagaimana membaca Alkitab Untuk Mendapatkan Semua Manfaatnya).
Ketakutan saya adalah bahwa saya mungkin akan mengijinkan pelatihan denominasi, kepribadian, budaya dan preferensi pribadi saya membungkam atau mengurangi suatu kebenaran yang diungkapkan! Otoritas utama saya adalah Allah dan wahyu-Nya (yaitu, dalam Putra-Nya dan dalam catatan tertulis, Alkitab). Tapi saya menyadari Ia mengungkapkan diriNya kepada periode sejarah tertentu, pada suatu budaya tertentu dan segala sesuatu dalam budaya tersebut bukanlah kehendakNya. Namun, Allah harus berbicara kepada orang-orang dari budaya tersebut dalam istilah dan kategori yang bisa mereka pahami. Alkitab kemudian menjadi sebuah dokumen sejarah. Saya tidak berani mengabaikan aspek supranatural atau aspek budayanya.
Lihat topik khusus KEPALA (KEPHALĒ)
Ef 5:24 "Karena itu sebagaimana jemaat tunduk" Bentuk dari KATA KERJA ini bisa PRESENT PASSIVE atau PRESENT MIDDLE INDICATIVE (lihat catatan pada paragraf empat pada Ef 5:22). Sebagaimana istri tunduk kepada suaminya untuk (2) kepentingan terbaiknya sendiri ( MIDDLE VOICE) atau (2) karena ia dimampukan oleh Roh Allah ( PASSIVE VOICE), demikian juga, gereja harus tunduk kepada Kristus.
□ "jemaat" Lihat catatan pada Ef 3:10 dan Topik Khusus pada Kol 1:18.
□ "dalam segala sesuatu" Kristus, bukan suami, harus menjadi otoritas tertingginya (lih. Mat 10:34-39). Ayat ini tidak merantaikan istri yang beriman kepada seorang suami yang suka menganiaya ataupun memaafkan kelakuan jahat atau perbuatan-perbuatan yang dituntut oleh suami yang otoriter.
Utley: Ef 5:25--6:3 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:25-6:325 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 2...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:25-6:3
25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. 29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya. 31S EBAB ITU LAKI- LAKI AKAN MENINGGALKAN AYAHNYA DAN IBUNYA DAN BERSATU DENGAN ISTERINYA, SEHINGGA KEDUANYA ITU MENJADI SATU DAGING. 32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. 33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya. 1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. 2 HORMATILAH AYAHMU DAN IBUMU — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: 3 SUPAYA KAMU BERBAHAGIA DAN PANJANG UMURMU DI BUMI.
Ef 5:25 "Hai suami, kasihilah isterimu" Ini adalah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE yang merupakan satu-satunya IMPERATIVE dalam paragraph ini. Suami harus menetapkan suasana rohani di rumah dengan terus mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja. Ini adalah pernyataan yang secara radikal positif dalam jamannya, tetapi di zaman kita seluruh bagian ini tampaknya negatif karena ini mencerminkan konsep teologis tentang kepemimpinan laki-laki di rumah (lih. Kej 3:16; 1Kor 11:3; 2Tim 2:13). Namun demikian, suami Kristen adalah pemimpin hamba, bukan para bos.
□ "menyerahkan diriNya baginya" K ATA DEPAN Yunani huper ini berarti "atas nama." Ini menunjuk pada penebusan penggantian, perwakilan Kristus. Ini juga merupakan jenis kasih yang memberi diri yang dituntut dari para suami.
Ef 5:26 "untuk menguduskannya" Kedua KATA KERJA utama dalam Ef 5:26,27 berbentuk AORIST ACTIVE SUBJUNCTIVE (lih. Yoh 17:17-19; Tit 2:14; Ibr 10:10,14,29; 13:12). Kata menguduskan berasal dari akar "suci." Tujuan dari pembenaran adalah pengudusan (lih. Ef 1:4; Rom 8:29-20). S UBJUNCTIVE MOODnya menambahkan suatu catatan ketergantungan. Sebagaimana gereja harus bekerja sama, demikian juga, istri.
- NASB "setelah menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman."
- NKJV "menyucikannya dengan memandikannya dengan air oleh firman"
- NRSV "dengan menyucikannya dengan memandikannya dengan air oleh firman"
- TEV "oleh firman-Nya, setelah menyucikannya dengan memandikannya dalam air"
- NJB "Ia menyucikannya dengan memandikannya di air dengan sebentuk firman"
Ini mungkin adalah sebuah metafora PL untuk penyucian (lih. Yoh 15:3; Tit 3:5). Ini mungkin merujuk kepada
- 1. liturgi baptisan (lih. Mat 28:19-20; Kis 2:38; Tit 3:5)
- 2. pengakuan iman kepada publik pada saat baptisan (lih. Kis 22:16; 1Kor 6:11)
- 3. kelanjutan dari citra perkawinan, suatu pemandian ritual pengantin sebelum upacara, sebagai simbol budaya kemurnian
"Firman" ini mungkin tidak merujuk pada Alkitab, tetapi untuk kata-kata dari penyelenggara baptisan atau pengakuan iman calon yang akan dibaptis.
Ef 5:27 "Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya" Ini adalah satu lagi AORIST ACTIVE SUBJUNCTIVE, yang menyajikan unsur ketergantungan. Hal ini tampaknya merujuk pada Perjamuan Kawin Anak Domba (lih. Wahy 19:6-9). Sama seperti kasih Yesus bagi gereja yang merevolusi gereja, demikian juga, kasih suami untuk istrinya harus menstabilkan dan memberkati keluarga Kristen.
□ "cacat" Ini secara harfiah adalah "tanpa ketidak-murnian."
□ "kerut" Secara harfiah ini berarti "tidak ada tanda-tanda penuaan."
□ "kudus" Ini berasal dari akar yang sama dengan "pengudusan" dalam ay. Ef 5:26 (lih. Ef 1:4). Lihat Topik Khusus: Kudus pada Ef 1:4.
□ "tidak bercela" Ini adalah istilah korban Perjanjian Lama (lih. 1Pet 1:19). Konsep yang sama disebutkan sebagai kehendak Allah bagi gereja di Ef 1:4. Lihat Topik Khusus: Tak Bercacat pada Kol 1:22.
Bobot kumulatif dari semua istilah ini adalah bahwa Tuhan menginginkan kesucian yang lengkap dari umat- Nya (Ef 1:4). Sasaran dari keKristenan adalah keserupaan dengan Kristus (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:14). Gambar Allah dalam manusia akan dipulihkan!
Ef 5:28 "seperti tubuhnya sendiri:" Ketika suami Kristen mengasihi istri Kristen mereka, mereka mencintai diri sendiri karena dalam Kristus mereka adalah "satu daging" (lih. Kej 2:24). Karena Gereja merupakan perpanjangan dari Kristus, suami dan istri merupakan perpanjangan dari satu sama lain.
Ef 5:29 "mengasuh" Ini adalah metafora burung yang berarti "memberi makan hingga dewasa." Ini digunakan untuk membesarkan anak-anak di Ef 6:4.
□ "merawati" Ini adalah satu lagi metafora burung, "untuk menghangatkan." Kedua istilah ini harus memotivasi tindakan setiap suami Kristen yang dewasa terhadap istrinya. Suami adalah pengelola atas karunia dari istri (dan anak-anak) mereka sama seperti milik mereka sendiri! Pemimpin rohani dari rumah tangga harus mencari kedewasaan setiap anggota keluarga di dalam Kristus.
Ef 5:30 "kita adalah anggota tubuh-Nya" Gereja sebagai suatu tubuh fisik adalah salah satu metafora kebersamaan Paulus yang menekankan kesatuan di tengah-tengah keanekaragaman (lih. 1Kor 12:12-27).
Ef 5:31 Ini adalah kutipan dari Septuaginta (LXX) dari Kej 2:24. Sebagaimana keluarga Kristen merupakan sebuah unit organik, demikian pula gereja dan Kristus. Keluarga harus menjadi satu unit yang tak terpisahkan, sama seperti gereja dan Tuhannya yang adalah (lih. Yoh 17:11,21-22) satu tubuh (lih. 1Kor 12). Kebenaran ini menolak eksklusivisme dari guru-guru palsu pada zaman itu dan setiap hari.
Ef 5:32 "rahasia" Terjemahan Vulgata Latin menuliskan "sakramen," tapi ini adalah sebuah penyisipan naskah mengikuti sakramentalisme Katolik Romawi. Paulus menggunakan istilah "rahasia" beberapa kali mungkin karena itu adalah istilah favorit dari guru-guru palsu Gnostik. Paulus menggunakannya dalam beberapa cara. Di sini berkaitan dengan perbandingan metaforis antara suami dan istri / Kristus dan gereja. Untuk diskusi lengkapnya lihat Ef 1:9; 3:3.
Ef 5:33 "kasihilah... menghormati" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dan PRESENT MIDDLE (deponent) SUBJUNCTIVE. Suami diperintahkan untuk terus mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri (satu daging, ay. Ef 5:31) dan istri dipanggil untuk tunduk pada dan menghormati suami mereka, yang akan meningkatkan dan memperkuat ikatan kasih di antara mereka. Ini adalah pernyataan ringkasan dari seluruh bagian (ay. Ef 5:21-33).
Topik Teologia: Ef 5:1 - -- Dosa
Sikap Allah Terhadap Dosa
Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz...
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
- Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz 98:2-3 Maz 111:9 Maz 130:7 Yes 12:2 Yes 41:14 Yes 63:16 Yer 30:17 Yeh 37:23 Luk 2:38 Yoh 3:16-17 Yoh 6:39 Kis 20:28 Rom 1:16 Rom 3:22-26 Rom 6:23 1Ko 1:30 1Ko 7:23 2Ko 5:18 Gal 1:3-4 Gal 2:20 Gal 4:4-5 Efe 1:3-7 Efe 4:30 Efe 5:1-2 Kol 1:19-22 1Te 5:9 2Te 2:13,16 1Ti 2:3-6 2Ti 1:8-9 Tit 1:2-3 Tit 2:11,13-14 Ibr 9:11-15 1Pe 1:18-21 1Yo 4:9-10 1Yo 5:11 Wah 5:9-10 Wah 7:10 Wah 9:1
- Keselamatan
- Terang dalam Tuhan
- Kematian Kristus adalah Cukup dan Tidak Kekurangan Apa pun
- Yoh 1:7,9 Yoh 3:14-17 Yoh 4:13-14 Yoh 6:35 Yoh 7:37-38 Yoh 11:25-26 Yoh 15:1,5-6 Rom 7:24-26 1Ko 1:18 1Ko 6:11 Efe 5:1-2,14 Kol 1:20-22 1Te 5:8-10 1Ti 1:13-16 Tit 3:3-7 Ibr 7:24-25 Wah 21:6
- Adopsi
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Kasih
- Rom 5:5 Rom 8:28 1Ko 8:1 1Ko 14:1 Gal 5:6 Gal 5:13 Gal 5:22 Efe 4:15 Efe 5:1-2 Fili 1:9 Kol 3:12-14 1Te 3:12 1Te 4:9 1Ti 1:5 Ibr 10:24 1Pe 1:22 1Pe 4:8 1Yo 2:10 1Yo 3:11-23 1Yo 4:7-21 1Yo 5:1-3 Lihat: juga
- Kita Harus Menjadi Peniru Allah Sekarang
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mengasihi Sesama
- Tugas Kita untuk Mengasihi Sesama
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
Topik Teologia: Ef 5:2 - -- Dosa
Sikap Allah Terhadap Dosa
Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz...
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
- Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz 98:2-3 Maz 111:9 Maz 130:7 Yes 12:2 Yes 41:14 Yes 63:16 Yer 30:17 Yeh 37:23 Luk 2:38 Yoh 3:16-17 Yoh 6:39 Kis 20:28 Rom 1:16 Rom 3:22-26 Rom 6:23 1Ko 1:30 1Ko 7:23 2Ko 5:18 Gal 1:3-4 Gal 2:20 Gal 4:4-5 Efe 1:3-7 Efe 4:30 Efe 5:1-2 Kol 1:19-22 1Te 5:9 2Te 2:13,16 1Ti 2:3-6 2Ti 1:8-9 Tit 1:2-3 Tit 2:11,13-14 Ibr 9:11-15 1Pe 1:18-21 1Yo 4:9-10 1Yo 5:11 Wah 5:9-10 Wah 7:10 Wah 9:1
- Keselamatan
- Terang dalam Tuhan
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Kita Harus menjadi Saksi-saksi Allah
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Kasih
- Rom 5:5 Rom 8:28 1Ko 8:1 1Ko 14:1 Gal 5:6 Gal 5:13 Gal 5:22 Efe 4:15 Efe 5:1-2 Fili 1:9 Kol 3:12-14 1Te 3:12 1Te 4:9 1Ti 1:5 Ibr 10:24 1Pe 1:22 1Pe 4:8 1Yo 2:10 1Yo 3:11-23 1Yo 4:7-21 1Yo 5:1-3 Lihat: juga
- Kita Harus Menjadi Peniru Allah Sekarang
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mengasihi Sesama
- Tugas Kita untuk Mengasihi Sesama
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
Topik Teologia: Ef 5:3 - -- Dosa
Tamak dan Rakus
Kel 20:17 Ula 5:21 Maz 10:3 Maz 119:36 Ams 1:18-19 Ams 15:27 Ams 27:20 Pengk 4:8 Pengk 5:9 Yes 5:8-10 Yes ...
- Dosa
- Tamak dan Rakus
- Kel 20:17 Ula 5:21 Maz 10:3 Maz 119:36 Ams 1:18-19 Ams 15:27 Ams 27:20 Pengk 4:8 Pengk 5:9 Yes 5:8-10 Yes 57:17 Yer 8:10 Yer 22:17 Mik 2:1-2 Hab 2:9-10 Mat 16:26 Mar 7:22-23 Luk 12:15 Luk 16:13-15 Rom 7:7 Rom 13:9 1Ko 5:11 1Ko 6:9-10 Efe 5:3,5 Fili 2:4 Kol 3:5 1Ti 6:9-10 Ibr 13:5 2Pe 2:14-15 Yud 1:11
- Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Umat Kudus
- Gereja adalah Kudus
- Ula 14:2 Yes 62:12 Mat 5:48 Yoh 17:17-19 Rom 12:1 1Ko 1:2 1Ko 3:10-11,16-17 1Ko 6:19 Efe 2:19-21 Efe 5:3 Efe 5:25-27 1Te 3:13 2Te 1:10 2Te 2:13 Ibr 10:10,14 1Pe 2:4-5 Wah 19:7-8 Wah 21:9-10
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
- Rom 13:13 Gal 5:16-21 Efe 4:25-31 Efe 5:3-4 Fili 2:3 Fili 2:14 Kol 3:5-9 2Ti 3:1-9 1Pe 2:1,11 1Pe 4:1-3 Wah 3:1-3 Wah 3:15-18
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
Topik Teologia: Ef 5:4 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Memuliakan Allah
Mengucap Syukur kepada Allah
Ciri-ciri Ucapan Syukur
Pen...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
- Rom 13:13 Gal 5:16-21 Efe 4:25-31 Efe 5:3-4 Fili 2:3 Fili 2:14 Kol 3:5-9 2Ti 3:1-9 1Pe 2:1,11 1Pe 4:1-3 Wah 3:1-3 Wah 3:15-18
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
Topik Teologia: Ef 5:5 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Disejajarkan dengan Allah
Kerajaan adal...
- Yesus Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Dosa
- Dosa Menyebabkan Keterpisahan dari Allah
- Kej 3:22-24 Ula 25:16 Ula 31:16-18 2Ta 24:20 Ayu 35:12-13 Maz 5:5-7 Maz 11:5 Maz 66:18 Maz 78:58-61 Ams 1:28-29 Ams 10:29-30 Ams 15:8-9,29 Yes 1:15 Yes 43:24 Yes 59:1-2 Yes 64:7 Hos 9:10,12 Amo 3:2 Mik 3:4 Ibr 1:13 Zak 8:17 Mat 7:23 Luk 16:15 Yoh 9:31 Rom 8:7 1Ko 6:9-10 Efe 2:1,3-5,12 Efe 4:18 Efe 5:5 Ibr 12:14 Yak 4:3-4 Wah 21:23,27
- Tamak dan Rakus
- Kel 20:17 Ula 5:21 Maz 10:3 Maz 119:36 Ams 1:18-19 Ams 15:27 Ams 27:20 Pengk 4:8 Pengk 5:9 Yes 5:8-10 Yes 57:17 Yer 8:10 Yer 22:17 Mik 2:1-2 Hab 2:9-10 Mat 16:26 Mar 7:22-23 Luk 12:15 Luk 16:13-15 Rom 7:7 Rom 13:9 1Ko 5:11 1Ko 6:9-10 Efe 5:3,5 Fili 2:4 Kol 3:5 1Ti 6:9-10 Ibr 13:5 2Pe 2:14-15 Yud 1:11
- Dosa-dosa Seksual yang Dihukum
- Kej 12:15,17-19 Kej 20:2-3,6-7,9 Kej 49:4 Ima 18:24-29 Ima 20:10-22 Bil 5:12-13,15,19,27 Ula 22:22-29 Ula 23:2 Ula 23:18 2Sa 12:4-10 Ayu 24:15,17,19 Ayu 31:9-12 Ams 5:3-6,8-11,20-23 Ams 6:24-29 Ams 6:32-35 Ams 7:6-27 Ams 22:14 Ams 31:3 Pengk 7:26 Yer 5:7-9 Yer 7:9-11,15 Yer 8:16-17,21 Yer 9:2 Yer 13:26-27 Yer 23:10 Yer 29:21-23 Yeh 22:11,15 Yeh 23:11,14-21,27-30 Hos 4:2-3,13-14 Hos 7:4-7 Mal 3:5 Mat 5:17-18,27-29 Rom 1:21,24,26-28 1Ko 5:1,9-11 1Ko 6:9-10 Efe 5:5 Kol 3:5 1Ti 1:9-10 Ibr 13:4 2Pe 2:13-14 Yud 1:7-8 Wah 21:8 Wah 22:14-15
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
- Eskatologi
- Surga
Topik Teologia: Ef 5:6 - -- Allah yang Berpribadi
Natur Allah sebagai Pribadi
Allah adalah Satu Pribadi
Allah Berperasaan
Kej 6:6 Kel 20:5-6 Ula ...
- Allah yang Berpribadi
- Dosa
- Ketidaktaan atau Penolakan Hukum Allah
- Kel 23:21 Ima 26:40 Bil 14:41-42 Ula 21:18 Maz 78:8,57 Yes 1:2 Yer 2:29 Yeh 2:3 Yeh 15:8 Mal 2:11 Mat 18:17 Luk 1:17 Yoh 3:36 Kis 14:2 Rom 5:19 2Ko 10:6 Efe 5:6 2Te 2:3 1Ti 4:1 Ibr 2:2-3 Ibr 3:18 Ibr 11:31 1Pe 2:8 1Pe 4:17
- Para Pendosa adalah Orang-orang Durhaka
- Secara Negatif, Sikap Allah: Murka
- Kel 22:22-24 Kel 32:9-10 Bil 12:9 Ula 9:8,22 Yos 7:1 Yos 23:16 Hak 2:12-15 1Sa 28:18 2Sa 22:1,8-16 1Ra 11:9 2Ra 22:13 2Ta 30:8 Ayu 20:23 Maz 7:12 Maz 69:25 Maz 74:1 Maz 76:8 Maz 90:11 Maz 106:23,29,32,40 Maz 110:5 Ams 6:16-19 Ams 17:15 Yes 5:24-25 Yes 30:27-28 Yes 57:16-17 Yes 63:3-6 Yes 66:15-16 Yer 4:4 Yer 10:10 Yer 21:12-13 Rat 4:11 Yeh 5:13-15 Dan 9:16 Hos 13:11 Nah 1:2-3,6 Mat 22:2,7,13-14 Rom 1:18 Rom 2:5 Efe 5:6 Kol 3:6 Ibr 3:7-11 Yak 4:4 Wah 6:16-17 Wah 14:9-11 Wah 16:19 Wah 19:15 Lihat:
Topik Teologia: Ef 5:8 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Buah Roh
Kebaikan
Gal 5:22 Maz 23:6 Rom 8:28 Rom 15:14 Efe 5:8-9 I...
- Roh Kudus
- Dosa
- Dosa adalah Kecenderungan Moral pada Kejahatan
- Kej 6:5 Kej 8:21 Ayu 14:4 Ayu 15:14-16 Maz 5:10 Maz 14:1-3 Maz 51:7,9-10,12 Maz 94:11 Maz 143:2 Pengk 7:20,29 Pengk 9:3 Yes 1:5-6 Yes 64:6 Yer 13:23 Yer 17:9 Yeh 36:25-27 Mik 7:2-4 Mat 7:17-19 Mat 15:17-19 Luk 6:45 Yoh 3:19 Rom 1:21-32 Rom 5:12-14 Rom 6:12-14 Rom 7:14-26 Rom 8:5-8 1Ko 2:14 Gal 3:10 Efe 2:1-2 Efe 4:17-24 Efe 5:8 Kol 2:13 Tit 1:15-16 Yak 1:14-15 Yak 2:10 1Pe 2:9 1Yo 1:8 1Yo 5:19
- Para Pendosa seperti Kegelapan
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan Menyediakan Faedah bagi Orang-orang Percaya
- Terang dalam Tuhan
- Pengudusan
- Kita Memiliki Terang di dalam Kristus
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Topik Teologia: Ef 5:9 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Buah Roh
Kebaikan
Gal 5:22 Maz 23:6 Rom 8:28 Rom 15:14 Efe 5:8-9 I...
- Roh Kudus
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
Topik Teologia: Ef 5:10 - -- Pengudusan
Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
Sarana Pertumbuha...
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
Topik Teologia: Ef 5:14 - -- Keselamatan
Kematian Kristus adalah Cukup dan Tidak Kekurangan Apa pun
Yoh 1:7,9 Yoh 3:14-17 Yoh 4:13-14 Yoh 6:35 Yoh 7:37-38 Y...
- Keselamatan
- Kematian Kristus adalah Cukup dan Tidak Kekurangan Apa pun
Topik Teologia: Ef 5:15 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
Hikmat
...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Hikmat
- Mat 37:30; Rom 16:19 1Ko 3:18 Efe 5:15 Yak 3:13-17
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
Topik Teologia: Ef 5:16 - -- Gereja
Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
Orang Kristen Berusaha untuk M...
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
Topik Teologia: Ef 5:17 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Disejajarkan dengan Allah
Kita Hidup ol...
- Yesus Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
Topik Teologia: Ef 5:18 - -- Roh Kudus
Roh yang Memenuhi
Kel 31:3 Kis 2:1-4 Kis 4:31 Kis 9:17 Kis 13:9 Kis 13:52 Efe 5:18
Ibadah dan Penyembahan
...
- Roh Kudus
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
Topik Teologia: Ef 5:19 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Gereja
Roh Pelayanan di dalam Gereja
Roh dan Sakramen
Ibadah dan Penyembahan
Ef...
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Gereja
- Roh Pelayanan di dalam Gereja
- Roh dan Sakramen
- Ibadah dan Penyembahan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Gereja
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
- Efe 5:1-5,15-21
- Misi, Pelayanan dan Aktivitas Gereja
Topik Teologia: Ef 5:20 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Kebapaan Allah
Kebapaan Ilahi
Gal 1:1 Gal 1:4 Efe 1:2 Efe 5:20 Kol 1:12 1Te 1:3 1...
- Allah yang Berpribadi
- Yesus Kristus
- Nama Kristus
- Orang-orang Percaya Mengalami Banyak Hal di dalam Nama Yesus
- Orang-orang Percaya Bersyukur dalam Nama-Nya
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Gereja
- Roh Pelayanan di dalam Gereja
- Roh dan Sakramen
- Ibadah dan Penyembahan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Gereja
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
- Penyembahan dalam Gereja
- Neh 8:7 Neh 9:3 Maz 5:8 Maz 22:23 Maz 24:3-6 Maz 29:2 Maz 35:18 Maz 89:8 Maz 95:6-7 Maz 100:1-4 Maz 107:31-32 Maz 122:1 Maz 132:7-18 Maz 149:1-5 Maz 150:1-6 Yes 2:3 Yes 12:4-6 Yes 25:9 Yes 30:29 Yes 38:20 Yes 52:9 Yer 31:11-14 Yoh 4:23-24 Kis 2:46-47 Kis 13:2 Efe 5:19-20 Fili 3:3 Ibr 12:28 1Pe 2:5 Wah 4:10-11 Wah 5:14 Wah 7:11 Wah 11:1 Wah 19:4
Topik Teologia: Ef 5:21 - -- Yesus Kristus
Yesus Menerima Permohonan Doa, Pujian dan Penyembahan
Kis 3:16 Kis 7:59-60 Kis 22:16 Rom 1:7 Rom 10:9-12 1Ko 11:2...
- Yesus Kristus
- Yesus Menerima Permohonan Doa, Pujian dan Penyembahan
- Kis 3:16 Kis 7:59-60 Kis 22:16 Rom 1:7 Rom 10:9-12 1Ko 11:24-25 2Ko 12:8-9 Gal 1:3-5 Gal 6:18 Efe 5:21 Fili 2:10-11 2Te 2:16-17 1Ti 1:2,12 2Ti 4:18,22 Ibr 1:6 Ibr 13:20-21 1Pe 3:15 2Pe 3:18 Wah 5:14 Wah 7:9-10 Wah 15:3-4
- Kristus
- Mat 1:16 Mat 16:20 Mar 14:61 Luk 2:11 Luk 9:20 Luk 23:2 Luk 23:35,39 Yoh 1:41 Yoh 12:34 Kis 2:31,36 Kis 3:18 Kis 5:42 Rom 5:8 Rom 9:5 Rom 10:4 Rom 14:9 1Ko 1:23-24 1Ko 2:16 1Ko 3:23 1Ko 12:27 2Ko 2:17 Gal 3:13 Efe 5:21,23-25,29,32 Fili 1:21 Kol 3:15 File 1:6 Ibr 3:6 Ibr 9:15 1Pe 5:10,14 1Yo 5:1 Wah 11:15
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Gereja
- Roh Pelayanan di dalam Gereja
- Roh dan Sakramen
- Ibadah dan Penyembahan
- Pengudusan
- Berkat Berupa Takut akan Kristus
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Tindakan Positif
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Menaati Sesama
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Meniru Allah
Topik Teologia: Ef 5:22 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Natur yang Terkait dari Umat Manusia
Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
Orang Percaya sebagai Penga...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
- Orang Percaya sebagai Pengantin Wanita Kristus
- Umat Manusia: Wanita
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Istri Terhadap Suami
- Istri Harus Tunduk Kepada Suami
- Gereja
- Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
Topik Teologia: Ef 5:23 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Umat Manusia Pada Umumnya
Natur yang Terkait dari Umat Manusia
...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
- Orang Percaya sebagai Pengantin Wanita Kristus
- Umat Manusia: Wanita
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan adalah Tindakan Allah Tritunggal
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Istri Terhadap Suami
- Istri Harus Tunduk Kepada Suami
- Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
- Gereja Diteguhkan di Dalam Pribadi dan Karya Kristus
Topik Teologia: Ef 5:24 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Kristus
Mat 1:16 Mat 16:20 Mar 14:61 Luk 2:11 Luk 9:20 Luk 23:2 Luk 23:3...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Kristus
- Mat 1:16 Mat 16:20 Mar 14:61 Luk 2:11 Luk 9:20 Luk 23:2 Luk 23:35,39 Yoh 1:41 Yoh 12:34 Kis 2:31,36 Kis 3:18 Kis 5:42 Rom 5:8 Rom 9:5 Rom 10:4 Rom 14:9 1Ko 1:23-24 1Ko 2:16 1Ko 3:23 1Ko 12:27 2Ko 2:17 Gal 3:13 Efe 5:21,23-25,29,32 Fili 1:21 Kol 3:15 File 1:6 Ibr 3:6 Ibr 9:15 1Pe 5:10,14 1Yo 5:1 Wah 11:15
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
- Orang Percaya sebagai Pengantin Wanita Kristus
- Umat Manusia: Wanita
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Gereja
- Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
Topik Teologia: Ef 5:25 - -- Yesus Kristus
Yesus Menyucikan Orang-orang Percaya
1Ko 1:30 Efe 5:25-27 Ibr 2:11 Ibr 13:12
Kristus
...
- Yesus Kristus
- Yesus Menyucikan Orang-orang Percaya
- Kristus
- Mat 1:16 Mat 16:20 Mar 14:61 Luk 2:11 Luk 9:20 Luk 23:2 Luk 23:35,39 Yoh 1:41 Yoh 12:34 Kis 2:31,36 Kis 3:18 Kis 5:42 Rom 5:8 Rom 9:5 Rom 10:4 Rom 14:9 1Ko 1:23-24 1Ko 2:16 1Ko 3:23 1Ko 12:27 2Ko 2:17 Gal 3:13 Efe 5:21,23-25,29,32 Fili 1:21 Kol 3:15 File 1:6 Ibr 3:6 Ibr 9:15 1Pe 5:10,14 1Yo 5:1 Wah 11:15
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
- Orang Percaya sebagai Pengantin Wanita Kristus
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Wanita Dalam Pernikahan
- Istri Harus Dikasihi oleh Suaminya
- Keselamatan
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Kesempurnaan Moral Secara Total
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengasihi Allah
- Ilustrasi Mengenai Kasih
- Kasih dalam Keallahan
- Kasih Kristus Terhadap Jemaat
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Para Suami Terhadap Para lstri
- Suami Harus Mencintai Istri
- Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
- Eskatologi
- Surga
- Manfaat Surga bagi Orang Percaya
- Keserupaan dengan Kristus
TFTWMS -> Ef 5:1-2; Ef 5:1-7; Ef 5:3-6; Ef 5:7-10; Ef 5:8-13; Ef 5:11-13; Ef 5:14; Ef 5:14-18; Ef 5:15-16; Ef 5:17; Ef 5:18-21; Ef 5:19-20; Ef 5:21; Ef 5:22-33; Ef 5:22-24; Ef 5:22-24; Ef 5:25-33; Ef 5:25-33
TFTWMS: Ef 5:1-2 - Meniru Kasih Allah Dan Kristus MENIRU KASIH ALLAH DAN KRISTUS (Efesus 5:1, 2)
1 Oleh karena itu jadilah peniru Allah, sebagai anak-anak yang kekasih, 2 dan hiduplah dalam kasih, se...
MENIRU KASIH ALLAH DAN KRISTUS (Efesus 5:1, 2)
1 Oleh karena itu jadilah peniru Allah, sebagai anak-anak yang kekasih, 2 dan hiduplah dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga mengasihi kamu dan memberikan diri-Nya untuk kita, suatu persembahan dan pengorbanan kepada Allah sebagai bau-bauan yang harum (NASB).
Ayat 1, 2. Instruksi untuk "berjalan/hidup" dengan cara tertentu membentuk bagian penerapan Paulus di surat Efesus (pasal 4-6). Perkataan Oleh karena itu di 5:1 menunjukkan bahwa nasihat ini terkait dengan yang Paulus baru saja tulis. Pikiran yang diperbaharui dan manusia baru di pasal 4 harus diperlihatkan dengan meniru Allah.
Peniru adalah terjemahan dari mimhtai« (mimētai), yang darinya kita mendapat kata "mimik [meniru]" Orang Kristen harus "meniru" Allah seraya kita berjalan di dalam kasih. Konsep menjadi "peniru Allah" adalah gagasan Perjanjian Lama, meski bahasa imitasi sebenarnya tidak ditemukan di sana. Umat Perjanjian Lama Allah diberitahu, "Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus" (Imamat 19:2b). Ini adalah perintah untuk meniru Allah. Di dalam Perjanjian Baru, Yesus berkata, "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Yesus juga mengajarkan, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matius 5:48). Orang Kristen, sebagai anak-anak Allah yang kekasih, harus tumbuh menjadi seperti Dia. Sebelumnya di dalam surat ini, Paulus menggambarkan orang Kristen sebagai telah diadopsi ke dalam keluarga Allah (lihat 1:5). Di dalam 5:1, ia mengatakan bahwa kita harus menjadikan diri kita menyerupai keluarga kita dengan menjadi seperti Bapa kita yang pengasih. Tindakan Allah dalam berhubungan dengan manusia harus menjadi standar yang dengannya anak-anak-Nya bergaul dengan manusia.
Di dalam 4:24, Paulus menunjukkan bahwa orang Kristen, dalam mengenakan manusia baru, harus menjadi seperti Allah dalam kebenaran dan kekudusan. Di dalam 4:32, ia menunjukkan bahwa kita juga harus menjadi seperti Allah dalam menunjukkan pengampunan dan kelembutan hati. Pola kita untuk "hidup dalam kasih" (5:2a) adalah Allah, yang "sangat mengasihi dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal" (Yohanes 3:16a; NASB), dan Kristus, yang "memberikan diri-Nya untuk kita" (5:2b). Pergeseran dari Allah kepada Kristus di ayat 1 dan 2 sekedar menekankan fakta bahwa Allah menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan Kristus, sementara Kristus mengasihi kita dan memberikan diri-Nya untuk kita.
Penyebutan meniru kasih Allah dan kasih Kristus mengarahkan Paulus untuk menggambarkan bagaimana kasih ini ditunjukkan kepada kita: Kristus … memberikan diri-Nya untuk kita. "Memberikan diri-Nya" mengacu kepada "penyerahan diri-Nya sampai mati,"1dan "bagi kita" berarti "oleh karena," atau "untuk kepentingan," semua orang yang menerima karunia keselamatan-Nya.2Paulus sering menyajikan pokok pikiran ini di dalam surat-suratnya (Roma 4:25; 8:32; Galatia 2:20; Efesus 5:25).
Ungkapan suatu persembahan dan pengorbanan menjabarkan tujuan kematian Kristus. Ia mati untuk menggenapi persembahan dan pengorbanan Perjanjian Lama, dan oleh darah-Nya yang dicurahkan Ia mendatangkan kepuasan bagi dan pengampunan dosa (lihat Ibrani 10:14-18; 1 Yohanes 2:2; 4:10). Selanjutnya, meski dosa telah menghancurkan hubungan antara Allah dan manusia, kematian Kristus mendatangkan rekonsiliasi (lihat Roma 5:11; 2 Korintus 5:18, 19). Ketika Paulus menggambarkan persembahan dan pengorbanan Kristus sebagai bau-bauan yang harum, ia mungkin merefleksikan pernyataan Perjanjian Lama tentang pengorbanan sebagai korban apiapian yang baunya menyenangkan bagi Allah (lihat Kejadian 8:21; Imamat 1:9, 13, 17). Ia mengatakan bahwa Allah berkenan kepada pengorbanan Kristus. Paulus mema- kai bahasa yang sama di dalam Filipi 4:18 dalam mengacukan korban uang yang saudara-saudara itu telah kumpulkan untuk dia. above all Jemaat Efesus harus meniru Allah dan Kristus dalam mengungkapkan kasih kepada orang lain. "Tentunya pengorbanan orang terhadap kepentingannya sendiri demi kesejahteraan orang lain adalah sifat yang melebihi semua hal yang menimbulkan keharmonisan di dalam masyarakat."3Kasih yang Paulus bicarakan adalah suatu keputusan.; itu bukan sekedar perasaan, tapi pilihan yang orang buat. Selain itu, kasih ini aktif. Itu dinyatakan dalam perbuatan yang dilakukan, bukan hanya kata-kata yang diucapkan. Akhirnya, kasih seperti ini adalah tanpa syarat. Kasih itu tidak ditentukan oleh apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pihak yang dikasihi, tapi oleh hati orang yang mengasihi. Kasih Allah di dalam Kristus—yang adalah kasih pilihan, kasih tindakan, dan kasih tanpa syarat—adalah jenis kasih yang orang Kristen harus tiru.
TFTWMS: Ef 5:1-7 - Kemurnian Hidup KEMURNIAN HIDUP (Efesus 5:1-7)
Sebuah laporan terkini tentang masalah seks di Amerika berisi berita baik dan berita buruk. Berita baiknya adalah bahw...
KEMURNIAN HIDUP (Efesus 5:1-7)
Sebuah laporan terkini tentang masalah seks di Amerika berisi berita baik dan berita buruk. Berita baiknya adalah bahwa gambaran media tentang budaya Amerika sebagai kancah seksualitas yang panas bukanlah gambaran yang benar. Sebagian besar orang dewasa Amerika "secara mengejutkan bersikap konservatif." John H. Gagnon, seorang profesor sosiologi di State University of New York, melaporkan bahwa 85 persen kaum wanita yang menikah dan lebih dari 75 persen kaum pria yang menikah berkata bahwa mereka selama ini setia kepada pasangan mereka.1Itulah berita baiknya.
Berita buruknya adalah bahwa 1 dari 4 suami dan 1 dari 6 isteri pernah bersikap tidak setia kepada pasangan mereka. Separuh kaum pria Amerika pernah memiliki lebih dari enam pasangan seksual sepanjang umur mereka, yang terdiri dari isteri-isteri mereka yang sekarang, bekas isteri-isteri mereka, dan pacar-pacar mereka. Separuh kaum wanita Amerika berkata bahwa mereka pernah berhubungan intim dengan lebih dari dua pria yang berbeda. Hanya 26 persen orang dewasa Amerika yang dilaporkan hanya memiliki satu pasangan seumur hidup mereka. 2
Simaklah apa yang Firman Allah katakan tentang kemurnian seksual:
Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.
Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono—karena hal-hal ini tidak pantas—tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.
Saya pernah membaca tentang seekor binatang yang seperti cerpelai yang hidup di Eropa utara. Dalam musim panas cerpelai ini memiliki bulu berwarna coklat. Dalam musim dingin warna bulunya itu berubah menjadi putih salju. Binatang ini sangat bangga terhadap bulu putihnya itu. Ia akan melakukan apa saja untuk menjaga bulunya itu tetap bersih.
Pada kenyataannya, ketika para pemburu mendapatkan sarang seekor cerpelai, mereka tahu apa yang harus dilakukan. Mereka mengoleskan ter hitam yang lengket di sekeliling mulut sarang itu, lalu mereka menggunakan anjing untuk melacak binatang itu dan menggiring kembali ke sarangnya. Ketika cerpelai itu melihat ter itu, ia tidak mau masuk ke dalam sarangnya, sebab ia tidak mau mantel bulunya menjadi kotor. Dalam keadaan terjepit, binatang itu akan menghadapi anjing-anjing dan para pemburu itu. Cerpelai bermantel putih itu menghargai kemurnian lebih tinggi daripada nyawanya sendiri. Hal yang sama haruslah seperti itu bagi semua orang yang mengenakan nama Kristus.
Mengapakah kemurnian seksual kita sangat penting bagi Allah? Renungkanlah jawaban ini:
Pada intinya, kemurnian merupakan cerminan dari karakter dan keberadaan Allah di dalam hidup kita. Pada tingkatan dimana kita hidup dalam kemurnian seksual, kita mencerminkan kepada seluruh dunia bahwa Allah sedang bekerja di dalam diri kita, membentuk keinginan, pilihan, dan perbuatan kita dengan lebih daripada sekedar hormon.
… Dalam menyerukan kita untuk hidup murni secara seksual, Allah meminta kita untuk menyontoh kesetiaan-Nya kepada umat-Nya (lihat Efesus 5:29-32). Ketika kita melewati garis-batas yang Allah sudah gariskan untuk kebaikan kita, maka kita memilih jalan yang, meskipun kadang-kadang menyenangkan untuk sejenak, meremehkan keyakinan kita kepada Allah dan berkata kepada Dia bahwa kita tidak benar-benar percaya Ia mengetahui apa yang terbaik untuk kita.3
Dalam 5:1-7, Paulus mengharuskan orang Kristen mengikuti rencana Allah bagi kemurnian hidup. Lalu ia menggambarkan pelbagai akibat dari kegagalan mengikuti rencana tersebut.4
PERMINTAANNYA
Paulus meminta orang Kristen untuk "menjadi peniru Allah" (5:1; NASB). Menjadi seperti Allah. Bertindak seperti Allah. Saya menyukai para penghibur yang kita sebut peniru orang. Sebagian besar dari mereka adalah pelawak. Mereka mempelajari pola bicara dan prilaku orang-orang terkenal, dan mereka berusaha meniru mereka. Di hadapan mata kita mereka itu hampir menjadi orang yang mereka tiru.
Paulus berkata, "Orang Kristen, engkau perlu bersungguh-sungguh dalam hal meniru Allah." Alasannya apa Paulus?
"Sebab engkau adalah anak-anak Allah yang sangat dikasihi," tulisnya secara tidak langsung. "Engkau milik Dia. Engkau mengenakan nama keluarga, jadi hormatilah nama itu melalui cara hidupmu. Tirulah Allah." Perkataan Paulus itu memberi kita pola yang untuk diikuti dalam hal menghormati dan meniru Allah.
POLANYA
Dalam 5:2 Paulus memberi contoh kasih yang murni: "Dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." Pola kita untuk meniru Allah adalah kasih penuh pengorbanan dari Anak Allah sendiri. Di dalam Yesus tidak ada petunjuk adanya egoisme. Yesus tidak pernah bersikap mengasihi diri sendiri. Ia tidak pernah memperalat manusia untuk kesenangan-Nya sendiri. Yesus mengasihi manusia. Bagi Yesus, manusia lebih penting daripada kepentingan-Nya sendiri. Hasrat-Nya adalah melayani manusia, bukan mendapatkan apa yang bisa Ia dapatkan dari mereka dan kemudian menyingkirkan mereka.
Kebejatan seksual mengetengahkan kebalikannya. Tidak ada yang lebih egois daripada memperalat orang lain sebagai barang mainan semata-mata. Hawa nafsu menyebabkan kita memperalat manusia ketimbang mengasihi mereka.
PENYIMPANGANNYA
Kebejatan seksual merupakan penyimpangan kasih Allah yang dirancang bagi suami dan isteri. Dalam ayat 3 Paulus beralih dari contoh pengorbanan diri yang sempurna kepada contoh mencari kesenangan sendiri yang sangat buruk. Ia menggunakan tiga kata yang buruk. "Kebejatan" seksual atau percabulan (Yun.: porneia) yang mengacu kepada semua dosa seksual, termasuk percabulan, perzinahan, homoseksualitas, biseksualitas, dan semua bentuk hubungan seksual di luar perkawinan. "Kecemaran" (Yun.: akatharsia) mengacu kepada kekotoran. Kata itu mengandung gagasan kemesuman moral. Kata yang sama terdapat di dalam Matius 23:27 untuk menggambarkan kebusukan sebuah tubuh yang sedang rusak di dalam lubang kubur. "Keserakahan" (Yun.: pleonexia) menyiratkan keinginan, mencari kesenangan sendiri, dan memperalat orang lain.
Pemikiran Paulus mengenai seksualitas tidak ia batasi pada perbuatan kita saja. Ia juga menyertakan perkataan kita: "Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono—karena hal-hal ini tidak pantas— tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur" (5:4). Allah tidak ingin kita merendahkan seks. Seks merupakan karunia-Nya bagi para suami dan isteri. "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah" (Ibrani 13:4). Kita harus jangan pernah membuat gurauan tentang apa yang Allah sudah berikan kepada kita. Kebanyakan humor di televisi dan filem-filem menjadikan seks sebagai gurauan. Itu berarti menertawakan sesuatu yang Allah anggap sangat serius.
HUKUMANNYA
Kita baca, "Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, … yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka" (5:5, 6). Bagaimanakah sikap Allah terhadap jenis kecemaran ini? Dosa seksual mendatangkan murka-Nya dalam kekuatan penuh. Dosa itu benar-benar berlawanan dengan sifat Allah.
RENCANANYA
Dalam filem The Right Stuff, para pilot penguji selalu menguji batas kemampuan mereka untuk mengetahui seberapa cepat mereka bisa terbang, seberapa tinggi mereka bisa naik, dan seberapa jauh mereka bisa menekan diri mereka dan pesawat mereka. Para pilot yang punya keberanian untuk melewati garis yang oleh orang lain dianggap tidak bisa dilewati—dan yang masih hidup untuk bisa menceritakannya—dianggap sebagai pilot yang memiliki "kemampuan yang baik."
Melihat betapa dekatnya kita bisa berbuat dosa tanpa mendapat bencana bukanlah "kemampuan yang baik" bila tiba pada masalah seksualitas. Melihat betapa dalamnya seorang gadis bisa bercumbu dan masih tetap perawan bukanlah apa yang ada di dalam pikiran Allah. Orang yang sudah menikah tidak mengenal apa yang disebut "cumbu-cumbuan yang tidak berbahaya." Bagi orang Kristen, persoalannya bukanlah berapa banyak kecemaran yang bisa Anda lihat dan baca tanpa terpengaruh olehnya. Apa yang penting adalah apa yang menyukakan Allah.
Kita perlu menyikapi prinsip ini dengan sungguh-sungguh: Jangan bermain-main dengan kecemaran.
Prinsip kedua adalah ini: Hormatilah perkawinan. Jika Anda belum kawin, tetaplah jaga kemurnian diri Anda sampai hari perkawinan. Jika Anda sudah kawin, tetaplah setia kepada suami atau isteri Anda, dan jangan hanya bersikap "setia secara tekhnis." Cintailah teman hidup Anda itu. Bahagiakanlah pasangan Anda itu. Hiduplah dalam suatu cara yang mencerminkan betapa berharganya pasangan Anda itu bagi Anda. Semakin banyak upaya yang Anda lakukan, akan semakin kuatlah ikatan perkawinan Anda itu. Semakin kuat ikatan perkawinan Anda, maka kemungkinan besar semakin berkurang Anda akan melanggar ikrar perkawinan Anda.
KESIMPULAN
Ada dua hal yang memprihatinkan saya. Pertama, bagaimanakah seseorang bisa membaca perkataan Paulus tentang kemurnian hidup dan menganggap perkataan itu tidak ada sangkut-pautnya? Apakah kita sedang melupakan orang-orang Kristen yang kita kenal yang sudah dinistakan oleh dosa ini? Dahulu pernah terjadi ketika kebanyakan dari mereka beranggapan, "Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Aku tidak akan pernah membahayakan perkawinanku. Aku tidak akan pernah memiliki hubungan seperti itu dengan seseorang di luar perkawinan." Kita baca, "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan" (Amsal 16:18). Kita harus tidak membiarkan diri kita lengah—tidak di dalam dunia dimana kita hidup sekarang ini.
Saya juga punya keprihatinan ini: Beberapa orang yang sudah jatuh beranggapan bahwa sudah sangat terlambat bagi mereka untuk meminta bantuan Allah. Sebenarnya tidaklah begitu. Gereja Allah tidaklah terdiri dari orang-orang yang sudah menjalani kehidupan yang sempurna, melainkan terdiri dari orang-orang yang sudah diampuni:
Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita (1Korintus 6:9-11; huruf miring oleh saya).
Gereja Tuhan Yesus merupakan tempat terbaik bagi orang-orang yang bejat secara seksual untuk minta bantuan. Jika Anda sudah berbuat dosa seksual, kedatangan Anda ditunggu di gereja tersebut untuk bergabung dengan para mantan penipu, pendusta, dan pendosa lainnya yang sudah menemukan pengampunan di dalam Yesus. Kedatangan Anda ditunggu untuk bergabung dengan mereka yang membutuhkan kekuatan-Nya untuk meletakkan dosa kita di belakang kita.
Anda tidak bisa membatalkan masa lalu, namun Anda bisa diampuni. Anda tidak bisa menjadi perawan kembali, namun Anda bisa diampuni dan menghormati Allah dengan tetap hidup murni sampai hari perkawinan Anda. Anda tidak bisa menghapus kenyataan ketidaksetiaan Anda terhadap pasangan Anda, namun Anda bisa diampuni dan menghormati Allah dengan menjalani kehidupan penuh kasih pengorbanan mulai dari sekarang hingga seterusnya. Anda tidak bisa merubah perkataan kotor yang pernah Anda ucapkan di masa lalu, namun Anda bisa diampuni dan menghormati Allah dalam segala hal yang Anda katakan di masa yang akan datang.
Allah akan mengampuni Anda. Ia akan memberi Anda kekuatan. Allah ingin Anda hidup murni.
TFTWMS: Ef 5:3-6 - Menjalani Gaya Hidup Penuh Ketaatan MENJALANI GAYA HIDUP PENUH KETAATAN (Efesus 5:3-6)
3 Tetapi percabulan atau kecemaran apa saja atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu...
MENJALANI GAYA HIDUP PENUH KETAATAN (Efesus 5:3-6)
3 Tetapi percabulan atau kecemaran apa saja atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus; 4dan harus jangan ada perkataan kotor atau konyol atau gurauan kasar, yang tidak pantas, tetapi sebaliknya mengucap syukur. 5Karena kamu tahu dengan pasti hal ini, bahwa tidak ada orang sundal atau orang cemar atau orang serakah, yang adalah penyembah berhala, yang memiliki warisan di dalam kerajaan Kristus dan Allah. 6Jangan ada orang yang menipu kamu dengan kata-kata yang hampa, sebab oleh karena hal-hal ini murka Allah turun ke atas anak-anak yang tidak taat (NASB).
Di dalam 5:3-6, Paulus menyajikan penerapan prinsip kasih yang ia sudah perkenalkan di dalam 5:1, 2. Paulus menunjukkan bahwa ketika seseorang mengasihi seperti Allah mengasihi dan seperti Kristus mengasihi, ia akan menjauhkan diri dari segala pikiran dan perbuatan berdosa. Orang yang mencoba untuk meniru Allah dan Kristus akan menghindari keinginan untuk dan tindakan perilaku seksual, serta perkataan yang busuk, kecabulan, omongan fasik, dan kata-kata jahat yang mungkin timbul bersama perilaku ini.
Ayat 3. Pertama, Paulus menjelaskan percabulan. Kata Yunani untuk ini adalah pornei÷a (porneia), "istilah yang luas, menandakan kemesuman seksual secara umum khususnya perzinahan dan hubungan seksual dengan pelacur."4Kata ini diterjemahkan "persundalan" di dalam Alkitab KJV, dan Alkitab NASB menggunakan terjemahan itu di dalam Yohanes 8:41 dan Kisah 15:20, 29; 21:25.
Meski "perzinahan" (moicei÷a, moicheia) digunakan untuk menyatakan hubungan terlarang dengan istri/suami orang lain, "persundalan" mencakup semua hubungan seksual terlarang, seperti inses, homoseksual, dan perzinahan. Yudas 7 bicara tentang Sodom dan Gomora (lihat Kejadian 19:1-11) sebagai kota yang penduduknya menyerahkan diri mereka kepada "percabulan yang menjijikkan." Yudas menggunakan istilah Yunani e˙kporneu/w (ekporneuō) untuk menggambarkan dosa kota-kotai ini. Juga, Kejadian 19 menunjukkan bahwa kaum laki-laki Sodom ingin memiliki hubungan seksual dengan dua orang yang adalah utusan Tuhan. Setelah memeriksa penggunaan Alkitab atas kata-kata yang sedang dibahas ini, tampaknya tepat untuk menganggap "perzinahan" sebagai dosa seksual yang dilakukan antara manusia ketika satu atau keduanya sudah menikah dengan orang lain, dan "persundalan" sebagai mencakup semua dosa seksual, termasuk (namun tidak terbatas pada) perzinahan. "Perzinahan" dan "persundalan" kadang-kadang disebutkan bersama-sama di dalam nas yang sama (lihat Matius 15:19; 19: 9 [KJV]; Markus 7:21; Ibrani 13:4).
Alkitab NIV menerjemahkan porneia sebagai "kemesuman seksual," yang menekankan sifat luas kata itu. Itu mencakup aktivitas seksual apa saja yang dilarang oleh Allah, apakah itu seks antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami isteri, antara manusia dan binatang (Keluaran 22:19), antara laki-laki dan laki-laki, atau antara perempuan dan perempuan (Roma 1:26, 27).
Kedua, Paulus melarang kecemaran apa saja. Kata benda Yunani yang digunakan di sini, aÓkaqarsi÷a (akatharsia), berarti secara moral "cemar dalam pikiran dan kehidupan."5Akatharsia di dalam teks ini dan di dalam pelbagai acuan lain (lihat 2 Korintus 12:21; Galatia 5:19; Kolose 3:5; 1 Tesalonika 4:3, 7) dikaitkan dengan dosa seksual). Paulus ingin jemaat Efesus tidak hanya menjauhkan diri dari tindakan dosa seksual, tetapi bahkan dari memikirkan hal itu.
Ketiga, Paulus menyinggung keserakahan ("ketamakan"; KJV). "Keserakahan" (pleonexi÷a, pleonexia) adalah "keinginan untuk memiliki lebih banyak atau untuk apa ia tidak miliki."6Kata ini mengidentifikasi masalah yang darinya "percabulan" dan "kecemaran" ("kenajisan"; KJV) timbul. Meski "ketamakan" dapat mengacu kepada keinginan untuk memiliki lebih banyak harta, dalam konteks ini itu mungkin mengacu kepada sikap serakah terhadap perilaku seksual. Dalam teks-teks lainnya Perjanjian Baru menggunakan pleonexia bersama dengan porneia, yang menunjukkan bahwa ketamakan yang dimaksud adalah lebih daripada keinginan untuk memiliki harta (lihat 1 Korintus 6:9, 10; Kolose 3:5).
Disebut saja pun jangan di antara kamu mengantisipasi apa yang rasul itu tulis di ayat 12: "Sebab memang memalukan bahkan menyebutkan hal-hal yang dilakukan oleh mereka secara diam-diam." Larangan di ayat 3 diperkenalkan oleh kata Yunani negatif yang kuat dan tegas mhde÷ (mēde). Penalaran Paulus pastilah bahwa membahas dosa-dosa ini akan "menciptakan suasana di mana dosa-dosa itu ditoleransi dan yang bahkan secara tidak langsung dapat mempromosikan praktik mereka."7
Sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus memberi motivasi untuk menghindari dosa seksual. Orang-orang kudus Allah hidup dengan standar yang berbeda dengan dunia. Sebagai peniru Allah dan Kristus, kita harus "kudus dan tak bercacat" (1:4). "Sepatutnya" (pre÷pw, prepō) berkaitan dengan hidup kudus orang Kristen. (Lihat penggunaan bentuk kata ini oleh Paulus di Titus 2:1) Paulus membedakan kemesuman seksual dengan hidup suci orang Kristen di 1 Tesalonika 4:3-7 dan 1 Timotius 2:10.
Ayat 4. Kotor adalah terjemahan dari ai˙scro/thß (aischrotēs), yang berarti "tak tahu malu, perilaku mesum pada umumnya"8; tapi karena kata itu digunakan dalam kaitannya dengan perkataan konyol dan gurauan kasar, maka kata itu pasti mengacu kepada perkataan cabul pada khususnya. (Lihat Kolose 3:8, di mana Paulus menggunakan ai˙scrologi÷a [aischrologia], yang berarti "cacian" atau "bahasa kotor" [NIV]) "perkataan konyol" adalah terjemahan dari mwrologi÷a (mōrologia), kata majemuk yang terdiri dari mwro/ß (mōros, "bodoh") dan lo/goß (logos, "perkataan"),9yang di sini mengacu kepada perkataan bodoh yang berkaitan dengan dosa seksual. Paulus menggabungkan larangan terhadap "gurauan kasar," terjemahan dari eujtrapeli÷a (eutrapelia), yang di dalam teks ini berarti "gurauan cabul"10tentang aktivitas seksual. Paulus tidak ingin jemaat Efesus membuat lelucon tentang dosa seksual. Bersikap seperti itu terhadap dosa-dosa ini akan menciptakan atmosfir untuk toleransi atau keterlibatan di dalamnya. Paulus menyatakan bahwa dosa lisan ini tidak pantas, atau tidak patut bagi orang-orang kudus Allah.
Apa yang pantas bagi orang-orang kudus adalah mengucap syukur. Mengucap syukur adalah mengenal Allah sebagai pemberi yang baik hati dan mengakui Allah sebagai Pribadi yang di dalam kehadiran-Nya kita hidup dan kepada siapa kita bertanggung jawab sebagai orang-orang kudus-Nya. Mengucap syukur adalah penangkal bagi hidup di dalam atau bergurau tentang dosa. Mereka yang hidup di dalam dosa tidak memikirkan Allah dan, di antara hal-hal lain, tidak tahu berterima kasih.
Ayat 5. Sebagai motivasi lanjutan, Paulus mengetengahkan peringatan yang keras kepada semua orang yang akan berpartisipasi di dalam pelbagai kejahatan yang baru saja ia cantumkan: Karena kamu tahu dengan pasti hal ini, bahwa tidak ada orang sundal atau orang cemar atau orang serakah, yang adalah penyembah berhala, yang memiliki warisan di dalam kerajaan Kristus dan Allah. Di sini, ia menambahkan gagasan bahwa orang-orang yang tamak adalah penyembah berhala. Menjadi serakah terhadap dosa seksual, baik terhadap orang yang dengan siapa dosa itu dipraktikkan atau terhadap tindakan itu sendiri, bisa menjadi penyembahan berhala. Sebuah berhala adalah apa saja yang lebih penting daripada Allah, dan dalam teks ini berhala itu adalah dosa seksual. Mereka yang jadi penyembah berhala dengan cara ini tidak punya "warisan di dalam kerajaan Kristus dan Allah." Paulus sebelumnya pernah bicara tentang warisan orang-orang kudus (1:14, 18), dan peringatan ini adalah untuk orang-orang kudus agar mereka menghindari praktik apa saja yang akan menghapus kita dari warisan kita. Kemungkinan penghapusan dari kerajaan yang disebut juga di tempat lain di dalam 1 Korintus 6:9 dan Galatia 5:21 adalah untuk memotivasi hidup kudus pada sisi orang Kristen. Mereka yang hidup di dalam dosa yang Paulus gambarkan itu adalah orang-orang yang hidup di luar peraturan Allah dan Kristus—yang adalah kerajaan—dan yang melenyapkan warisan apa saja di dalam kerajaan kekal itu.
Ayat 6. Setelah peringatannya itu, Paulus berkata, Jangan ada orang yang menipu kamu dengan kata-kata yang hampa, sebab oleh karena hal-hal ini murka Allah turun ke atas anak-anak yang tidak taat. Jemaat Efesus harus jangan membolehkan siapa saja menipu mereka dengan pikiran bahwa perilaku mesum seharusnya diberi hati atau ditoleransi. Manipulasi seperti itu bisa dilakukan dengan kata-kata yang sia-sia yang timbul dari hati mereka yang mengabaikan datangnya murka Allah ke atas "anak-anak yang tidak taat." Sering kali di dalam Kitab Suci, orang yang memiliki sifat yang jelas disebut "anak" atau "keturunan" dari sifat itu (Markus 3:17; Kisah 4:36). Di dalam 2:3, Paulus menyebutkan bahwa jemaat Efesus pernah menjadi "anak-anak yang dimurkai" sebelum menjadi orang Kristen karena mereka telah menjadi milik lapisan masyarakat yang ditandai sebagai menerima murka Allah. Di dalam ayat 6, Paulus bicara tentang "anak-anak yang tidak taat." Orang-orang di abad pertama yang percaya dan mengajarkan bahwa tidak akan ada penghakiman Allah atas orang-orang yang melakukan dosa seksual dicirikan dengan ketidaktaatan (lihat Roma 1:18-32).
Mengapa Paulus menggunakan diskusi tentang dosa seksual untuk menggambarkan bahwa kita harus meniru Allah dan Kristus dengan hidup di dalam kasih? Jawaban sederhananya adalah bahwa mengasihi, seperti Allah dan Kristus mengasihi, adalah mengupayakan kebaikan untuk orang lain—untuk membantu dia dan tidak melukai dia, untuk mengangkat dia dan tidak menghancurkan dia. Dosa-dosa seksual memiliki efek sebaliknya; mereka tidak menunjukkan kasih Alkitab, tetapi menunjukkan penghinaan terhadap manusia sebab memperalat mereka untuk kepuasan pribadi. Allah menciptakan seksualitas, dan itu adalah indah ketika dinikmati dalam konteks maksud Allah. Rancangan Allah bagi seks sudah selalu antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, dalam pernikahan, dalam kasih, dan dalam komitment seumur hidup. Laki-laki dan perempuan yang menikmati seks di luar pernikahan adalah sama dengan mencari hak-hak pernikahan tanpa komitmen dan tanggung jawab perkawinan. Melakukan seks di luar nikah adalah sama dengan memperalat manusia, dan itu bukan mengasihi mereka. Bahkan jika seks ini suka sama suka, itu memperalat orang lain untuk kepuasan pribadi tanpa komitmen yang harus menyertai hubungan seperti itu. Dosa seksual bukan masalah tentang mengasihi seseorang terlalu besar sehingga kemesuman tidak dapat dilawan. Sebaliknya, itu adalah masalah tentang mengasihi orang terlalu sedikit untuk menerima tanggung jawab. Jika seseorang tidak mau berkomitmen terhadap tanggung jawab perkawinan, maka orang itu tidak punya hak untuk menikmati hak-hak istimewa yang Allah lekatkan pada perkawinan. Seks di luar pernikahan adalah salah karena Allah mengatakan itu (Ibrani 13:4), tetapi itu juga salah karena manusia harus dikasihi dan tidak untuk diperalat.
TFTWMS: Ef 5:7-10 - Menghasilkan Buah Terang MENGHASILKAN BUAH TERANG (Efesus 5:7-10)
7 Oleh karena itu janganlah kamu ikut ambil bagian dengan mereka, 8karena kamu sebelumnya adalah kegelapan, ...
MENGHASILKAN BUAH TERANG (Efesus 5:7-10)
7 Oleh karena itu janganlah kamu ikut ambil bagian dengan mereka, 8karena kamu sebelumnya adalah kegelapan, tapi sekarang kamu adalah Terang di dalam Tuhan; hiduplah sebagai anak-anak Terang 9(karena buah Terang berisi semua kebaikan dan kesalehan dan kebenaran), 10dengan mencoba mempelajari apa yang berkenan kepada Tuhan (NASB).
Ayat 7. Ayat ini, dengan kata penghubung Oleh karena itu, secara jelas memiliki pokok pikiran sebelumnya. Namun begitu, para penerjemah Alkitab NASB memulai kalimat baru dengan perkataan itu, dan kalimat itu berlanjut terus sampai ayat 10. Karena murka Allah dicurahkan ke atas orang-orang yang terlibat dalam dosa seksual, maka Paulus memperingatkan jemaat Efesus untuk mengingat siapa mereka dahulunya. Ia memberitahu mereka untuk meniru Allah dan Kristus dengan mengasihi orang lain. Instruksi ini diikuti oleh kata-kata jangan ikut ambil bagian dengan mereka.
Di sini di dalam surat Efesus itu konteksnya membuat jelas bahwa apa yang terlibat bukanlah penjauhan diri secara umum dari semua aspek kehidupan dalam dunia orang non-Yahudi tetapi secara khusus pemisahan diri dari pelbagai aspek mesumnya. Para pembaca itu harus jangan menjadi rekan orang non-Yahudi yang tidak patuh dalam dosa-dosa mereka dan dengan demikian juga dalam penghakiman yang akan turun ke atas mereka.1
Ayat 8. Teks itu memberikan alasan positif untuk menolak menjadi pengambil bagian dalam dosa-dosa orang non-Yahudi: Karena kamu sebelumnya adalah kegelapan, tapi sekarang kamu adalah Terang di dalam Tuhan; hiduplah sebagai anak-anak Terang. Umat Kristen merupakan sesuatu yang berbeda dibandingkan siapa mereka sebelum menjadi anak-anak Allah. Perbedaan antara siapa mereka sebelumnya dan siapa mereka setelah berada di dalam Kristus telah dijelaskan sebelumnya di dalam surat itu (lihat 2:1-22). Perbedaan antara terang (kehidupan Allah yang dinikmati di dalam keselamatan dari dosa) dan kegelapan (Iblis dan kematian yang ditimbulkan oleh dosa) sering terlihat baik di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.2Terang dan kegelapan dibedakan sehubungan dengan perubahan hidup (Kolose 1:12, 13; 1 Petrus 2:9). Di dalam surat Efesus, kegelapan melambangkan kebodohan (4:18) dan kemesuman (5:3-14), sedangkan terang melambangkan kebenaran dan pengetahuan (lihat 1:18) dan apa yang menyukakan Allah (5:10).
Paulus tidak mengatakan bahwa jemaat Efesus berada di dalam Terang, tetapi mereka adalah Terang. Mereka pernah berada di dalam kegelapan, tapi rasul itu berkata, "… sekarang kamu adalah Terang di dalam Tuhan." "Di dalam Tuhan" atau " di dalam Kristus" bicara tentang perubahan hidup mereka, karena mereka telah dibaptis ke dalam Kristus (Roma 6:3; Galatia 3:27). Paulus menasihati mereka untuk berperilaku sesuai dengan siapa mereka di dalam Kristus, yaitu, "hidup sebagai anak-anak terang." Sebagaimana orang tak percaya telah menjadi begitu identik dengan ketidak-tataan sehingga mereka disebut "anak-anak yang tidak taat" (5:6), begitu juga jemaat Efesus sudah begitu teridentifikasi dengan Terang sehingga mereka disebut "anak-anak terang."
Ayat 9. Sambil ia melanjutkan menjelaskan apa arti "hidup sebagai anak-anak terang," Paulus menulis, (karena buah Terang berisi semua kebaikan dan kesalehan dan kebenaran). Pernyataan di dalam tanda kurung ini menggambarkan Terang sebagai tanah yang subur atau pohon yang baik, dalam hal ini ia menghasilkan "buah."
Buah Terang, yang berbeda dengan "perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak ber- buahkan apa-apa" (5:11), termasuk "kebaikan" (aÓgaqwsu/nh, agathōsunē), secara khusus berarti "kebaikan" moral.3Gagasan ini adalah cerminan dari 2:10, di mana Paulus berkata, "Karena kita ini adalah buatan-Nya, diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik, yang Allah sudah persiapkan sebelumnya sehingga kita akan hidup di dalamnya." " Kebaikan "adalah bagian dari buah Roh (Galalatia 5:22) dan hanya digunakan oleh Paulus di dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan kegiatan orang Kristen dalam hubungannya dengan orang lain. (Untuk kegunaan lain, lihat Roma 15:14; 2 Tesalonika 1:11.)
"Kesalehan" (dikaiosu/nh, dikaiosunē) adalah melakukan apa yang benar dalam kaitannya dengan Allah dan manusia dengan mengikuti standar yang ditetapkan oleh Allah. "Kebenaran" (alh/qeia, alētheia) berarti "integritas," "kebalikan dari kebohongan."4"Kebenaran" adalah juga Firman Allah (Yohanes 17:17). Ketika Paulus mendesak jemaat Efesus untuk mengatakan "kebenaran di dalam kasih" dan "berkatalah benar masing-masing dari kamu dengan sesamanya," ia sedang menekankan kedua gagasan ini (4:15, 25). "Masing-masing dari tiga kebajikan ini [di 5:9] sangat umum dalam jangkauannya dan sebenarnya bisa mewakili seluruh kehidupan Kristen."5
Ayat 10. Dengan mencoba mempelajari apa yang berkenan kepada Tuhan dipahami sebagai penjelasan lebih lanjut tentang "hidup sebagai anak-anak Terang." Paulus belakangan berkata, "Pahamilah apa itu kehendak Allah" (5:17). "Mencoba mempelajari," dokima¿zonteß (dokimazontes), arti tepatnya "mencoba, membuktikan, memahami, membedakan."6Menguji atau membuktikan apa yang menyukakan Allah dan memahami kehendak-Nya membutuhkan standar. Standar itu adalah Firman Allah. Di dalam Kolose 1:9, 10, Paulus berdoa semoga orang Kristen dipenuhi dengan pengetahuan tentang kehendak Allah, bisa memiliki hikmat untuk memahaminya, dan bisa hidup dengan cara yang akan menyukakan Allah. Pertama, ada pengetahuan; kedua, ada pemahaman; dan ketiga, ada penyukaan Allah. Paulus mendorong jemaat Filipi untuk hidup "secara sepadan dengan Injil Kristus" (Filipi. 1:27), yaitu, untuk belajar dan untuk hidup dengan standar Firman Allah.
Rasul Yohanes memberitahu para pembacanya untuk "ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah" (1 Yohanes 4:1). Ujian ini menyiratkan suatu standar, dan standar itu adalah wahyu Allah. Ketika seseorang menguji setiap pemikiran, setiap kata, dan setiap perbuatan dengan kehendak Allah yang diungkapkan, maka—dan barulah maka—ia bisa tahu apa yang menyukakan Allah. Paulus mengatakan bahwa orang-orang Yahudi kuno mengetahui kehendak Allah karena mereka telah diajar berdasarkan Taurat (Roma 2:18). Ketika orang tahu kehendak Allah yang diungkapkan, ia tahu apa yang menyukakan Allah. Seraya ia merespon situasi kehidupan dengan standar Firman, ia bisa tahu bahwa ia sedang menyukakan Allah. Dalam konteks ayat 10, hidup sebagai anak-anak Terang dalam kebaikan, kesalehan, dan kebenaran berarti mengetahui apa yang menyukakan Allah dan, pada kenyataannya, melakukan apa yang diperlukan untuk menyukakan Dia.
TFTWMS: Ef 5:8-13 - Anak-anak Terang "ANAK-ANAK TERANG" (Efesus 5:8-13)
Sejak mereka masih kecil sekali, anak-anak di banyak jemaat di Amerika sudah menikmati nyanyian "Th...
"ANAK-ANAK TERANG" (Efesus 5:8-13)
Sejak mereka masih kecil sekali, anak-anak di banyak jemaat di Amerika sudah menikmati nyanyian "This little light of mine, I'm going to let shine (Cahayaku yang kecil ini akan kubiarkan bersinar)." Namun begitu, nyanyian tersebut jauh lebih daripada sekedar lagu anak-anak; syair lagu itu memberikan wawasan kehidupan yang akurat. Kehidupan merupakan pergumulan moral antara kegelapan dan terang. Sebagai orang Kristen, kita berada di tengah-tengah pergumulan tersebut.
Firman Allah meminta kita untuk hidup secara berbeda—untuk menjadi terang di dalam dunia yang gelap. Di dalam Efesus 5 Alkitab mencirikan umat Kristen sebagai "anak-anak terang":
Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang.
Simaklah kembali apa yang ayat 8 katakan: "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." Paulus mengganggap ada manfaatnya dalam menyinggung keadaan kehidupan masa lalu kita. Ia tidak ingin umat Kristen melupakan keadaannya di masa lalu yang tanpa Kristus. Nas ini menyimpulkan kehidupan lama kita dengan satu kata— "kegelapan." Kita bukan hanya hidup dalam kegelapan; kita sendiri dahulunya adalah kegelapan. Firman Allah menggambarkan kegelapan ini.
HIDUP DALAM KEGELAPAN
Kegelapan sangat senang dalam melakukan kesalahan dan bersukacita dalam tipu muslihat yang dihasilkan oleh kejahatan (Amsal 2:14). Kegelapan merupakan jalan orang jahat (Amsal 4:19). Kegelapan memutar-balik ketetapan Allah, menyebut kejahatan sebagai "kebaikan" dan kebaikan sebagai "kejahatan" (Yesaya 5:20). Kegelapan memenjarakan manusia (Yesaya 42:7).
Kita diberitahu bahwa kegelapan punya kuasa untuk menyebar ke seluruh tubuh (Matius 6:23). Alkitab menyatakan bahwa di dalam pengadilan nanti orang berdosa akan dicampakkan ke dalam kegelapan (Matius 8:12). Alkitab juga mengatakan bahwa orang-orang menolak Yesus karena mereka mengasihi kegelapan daripada terang (Yohanes 3:19). Di dalam kegelapan, manusia berada di bawah kekuasaan Iblis (Kisah 26:18). Kenyataannya, kegelapan itu sendiri merupakan kekuatan—sebuah kekuatan yang tidak bisa kita lepaskan dengan kekuatan kita sendiri (Kolose 1:12, 13). Kegelapan bisa membutakan manusia (1Yohanes :2:11). Belakangan di dalam surat kiriman untuk jemaat Efesus, kita baca bahwa "Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan" (6:12).
Hampir di dalam seratus nas di Alkitab, kita bisa menemukan kejahatan dan kerusakan yang ditimbulkan oleh kegelapan moral. Saya rasa umat Kristen tidak memahami betapa gelapnya kegelapan dunia itu sesungguhnya. Kita tidak suka membayangkan hal itu. Kita mungkin lebih suka membayangkan menjadi anak-anak terang, tetapi kita harus tidak boleh melupakan bahaya kegelapan tersebut.
Kegelapan ada di belakang setiap statistik kejahatan yang kita baca di dalam koran. Kegelapan merupakan kekuatan yang sudah bekerja di dalam setiap perbuatan dosa yang pernah terjadi. Kegelapan menghancurkan perkawinan; menghasilkan kecanduan narkoba; menghasilkan kebencian. Kegelapan menyediakan tempat berkembang biak bagi hawa nafsu, dan mengompori kekejaman dan kejahatan. Kegelapan mendorong terjadinya iri hati, menimbulkan pertikaian, dan menyebabkan suburnya egoisme. Kegelapan menggerakkan manusia melakukan tindakan yang tidak terpikirkan. Alkitab membuat jelas hal ini:
Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap .…Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan (Roma 1:21, 28-31).
Di hadapan Kristus, kita ini dahulunya bukan hanya dalam kegelapan. Kita ini dahulunya adalah kegelapan.
HIDUP DALAM TERANG
Meskipun kita dahulu pernah menjadi kegelapan, namun sekarang ini kita adalah terang di dalam Tuhan (5:8). Paulus meminta umat Kristen untuk "hidup sebagai anak-anak terang." Simaklah apa yang Firman Allah katakan tentang terang.
1. Terang berbuahkan kebaikan. "(Karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran)" (5:9). "Kebaikan" (Yun.: agathosune) memiliki kaitan dengan keunggulan moral. Kita bukan hanya mengetahui kebenaran; lebih daripada itu kita menghayati kebenaran itu. Terang menghasilkan buah. Terang memperoleh ungkapannya yang paling penuh dalam melayani secara sukarela dan penuh pengorbanan untuk kebaikan orang lain. "Kebaikan" (Yun.: dikaiosune) adalah "memberikan kepada manusia dan Allah apa yang menjadi hak mereka."1 Artinya bersikap terhadap Allah dan manusia dengan cara yang sepatutnya kita bersikap terhadap mereka. "Kebenaran" (Yun.: aletheia) bukanlah ditekankan pada sesuatu yang kita ketahui, melainkan pada sesuatu yang kita kerjakan. Terang membuat kita cukup kuat tidak hanya untuk mengetahui kebenaran, tetapi untuk menghayatinya.
2. Terang menemukan apa yang menyukakan Allah (5:10). Kata yang diterjemahkan "ujilah" (Yun.: dokimazo) bisa juga diterjemahkan "para penemu." Kata itu berasal dari pasar-pasar di Timur Kuno. Toko-toko kecil di dalam pasar-pasar itu jarang memiliki jendela. Toko-toko itu dalamnya gelap. Barang-barang dagangan sulit untuk dilihat. Pemeriksaan yang cermat terhadap barang-barang yang ingin dibeli hampir mustahil bisa dilakukan. Orang biasanya akan mengambil kendi, pakaian, atau apa saja yang mereka ingin beli, dan membawanya ke luar untuk diteliti didalam terang. Lalu barulah mereka bisa melihat adanya kecacatan, keretakan, atau noda yang tidak bisa mereka lihat di dalam toko yang gelap itu.
Hidup dekat Yesus bisa melakukan hal itu untuk kita. Terang-Nya membantu kita untuk melihat seperti apakah motif, tindakan dan perkataan kita sebenarnya. Terang-Nya membantu kita untuk melihat apa yang ada di dalam diri kita yang bisa menyukakan Yesus, maupun cacat moral dan dosa apakah yang ada di dalam diri kita dan perlu disingkirkan dari kehidupan kita.
3. Terang menelanjangi kejahatan. "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang" (5:11-13). Cara untuk menelanjangi kejahatan adalah dengan menyorotkan cahaya kebenaran ke dirinya Musim panas yang lalu keluarga saya mengunjungi Gua Besar Longhorn di Texas tengah. Pada suatu saat di dalam perjalanan di dalam gua itu, si pemandu mematikan semua lampu. Ia memberi kami kesempatan untuk mengalami kegelapan total. Kegelapan itu sepertinya menyelimuti diri kami, bahkan hampir menelan kami. Saya tidak bisa melihat apapun juga di dalam kegelapan itu. Ketika si pemandu itu menekan kembali tombol lampu itu, maka dalam sekejap kegelapan itu lenyap. Terang menang atas kegelapan. Hal itu benar di dalam gua di Texas tengah, dan hal itu juga benar di dalam kehidupan rohani kita. Terang Yesus menang atas kegelapan.
Setiap orang yang menjadi milik Yesus dan merupakan anak Allah melalui injil Yesus Kristus adalah kesaksian yang hidup bahwa terang menang atas kegelapan. Dahulu kita pernah menjadi kegelapan, namun sekarang kita ini adalah terang di dalam Tuhan. Yesus cukup merawat kita agar kita bisa menyinarkan terang-Nya ke dalam hidup kita—untuk menghalau kegelapan dan membawa kita kepada terang.
KESIMPULAN
Marilah kita hidup sebagai anak-anak terang. Pergilah ke sekolah pada minggu ini dan ingatlah bahwa Anda adalah terang di tempat itu. Pergilah bekerja pada minggu ini dan jadilah terang bagi orang-orang disekitar Anda. Jadilah terang bagi orang-orang di dalam rumah Anda. Biarlah mereka melihat Yesus ketika mereka melihat Anda.
Jika Anda bukan orang Kristen, berpalinglah kepada Kristus segera, bertobatlah dari kehidupan Anda yang gelap. Berbaptislah untuk pengampunan dosa-dosa Anda. Tinggalkanlah kegelapan menuju kepada terang.
TFTWMS: Ef 5:11-13 - Menolak Dan Menelanjangi Perbuatan Kegelapan MENOLAK DAN MENELANJANGI PERBUATAN KEGELAPAN (Efesus 5:11-13)
11 Janganlah ambil bagian dalam pelbagai perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-...
MENOLAK DAN MENELANJANGI PERBUATAN KEGELAPAN (Efesus 5:11-13)
11 Janganlah ambil bagian dalam pelbagai perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi malah sebaliknya telanjangilah mereka; 12sebab membicarakan hal-hal yang dilakukan oleh mereka secara diam-diam adalah memalukan. 13 Tetapi segala sesuatu menjadi bisa terlihat ketika ditelanjangi oleh terang, karena segala sesuatu yang bisa terlihat adalah terang (NASB).
Ayat 11, 12. Dengan berfokus pada perbedaan antara gaya hidup orang benar dan orang jahat, Paulus menasihati orang Kristen untuk janganlah ambil bagian dalam pelbagai perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi malah sebaliknya telanjangilah mereka (5:11). Sebagai anak-anak Allah, kita adalah Terang, kita hidup sebagai anak-anak terang, dan kita menghasilkan buah Terang (5:8, 9). Sebaliknya, mereka yang tidak mengenal Dia adalah kegelapan (5: 8), anak-anak yang tidak taat (5:6), dan ditandai dengan "pelbagai perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa."
"Anak-anak Terang" harus jangan ambil bagian dalam pelbagai perbuatan kegelapan, tetapi harus secara aktif "menelanjangi mereka." "Menelanjangi" adalah terjemahan dari kata multifaset e˙le÷gcw (elenchō), yang berarti "menghukum," "menegur,"
"mendisiplinkan."7Di dalam 5:11-13, penekanannya adalah tentang mengungkapkan pelbagai perbuatan kegelapan sebagaimana adanya mereka. Orang Kristen harus jangan secara pasif menenggang kegelapan; ia perlu secara aktif menelanjangi itu. Meski kata itu digunakan di dalam Perjanjian Baru untuk menasihati sesama orang Kristen (1 Timotius 5:20; Titus 1:9, 13), konteksnya di sini bicara tentang orang-orang yang menjadi milik kegelapan—orang-orang yang belum diselamatkan.
Ungkapan Yunani yang diterjemahkan "tetapi malah sebaliknya telanjangilah mereka" mengandung nasihat yang kuat. Itu menyatakan bahwa orang Kristen harus jangan ambil bagian di dalam pelbagai perbuatan kegelapan, melainkan harus menegur kegelapan secara terbuka, baik dalam perkataan dan perbuatan. Beberapa ekspositor beranggapan bahwa menelanjangi kegelapan itu harus hanya dengan gaya cara orang Kristen. Mereka mendasarkan pandangan mereka pada kata-kata dari ayat 12: sebab membicarakan hal-hal yang dilakukan oleh mereka secara diam-diam adalah memalukan.8Namun begitu, penggunaan kata elenchō oleh Paulus di beberapa tempat lain mengacu kepada teguran secara lisan (lihat 2 Timotius 4:2; Titus 2:15).
"Membicarakan" menunjukkan tindakan terus-menerus atau diulang-ulang. Dosa kegelapan bukan hal yang orang Kristen harus terus-menerus bicarakan di antara mereka sendiri atau bahkan di hadapan orang-orang yang tidak percaya. Namun demikian, orang Kristen dapat dan harus menghadapi perilaku seperti itu. Dalam budaya sekarang ini orang Kristen harus jangan terlampau banyak memperhatikan dosa-dosa kegelapan dengan terus-menerus membicarakannya dengan sesama orang Kristen tentang betapa buruknya hal-hal itu; tetapi harus bicara lantang menentang penganiayaan, penyimpangan, aborsi, dan dosa-dosa lainnya. Tentu saja, orang Kristen harus menerapkan gaya hidup yang berbeda dengan kegelapan dan yang menegur kegelapan, tapi ada juga waktu dan tempat untuk bicara lantang menentang kegelapan. Kekuatan kehidupan yang benar tidak bisa ditekankan berlebihan, namun kekuatan kata-kata dapat menelanjangi kegelapan (lihat Roma 1:18-32). S. D. F, Salmond mengulas, Kerahasiaan pelbagai perbuatan yang sedang dibahas menjadi alasan mengapa perbuatan-perbuatan itu perlu ditegur secara terbuka; dan intinya adalah ini— orang kafir melakukan secara diam-diam pelbagai kejahatan yang sangat keji bahkan untuk disebutkan; teguran secara terbuka bahkan lebih diperlukan ketimbang pengabaian tanpa kata-kata.…9
Ayat 13. Terang mengungkapkan apa yang kegelapan sembunyikan. Di mana terang bersinar, segala sesuatu menjadi bisa terlihat. Ketika perbuatan kegelapan ditelanjangi oleh terang, maka segala sesuatu yang bisa terlihat adalah terang. Ketika orang Kristen menelanjangi sifat jahat perbuatan kegelapan, mereka sedang menawarkan orang-orang di dalam kegelapan kesempatan untuk menjadi "terang." Yesus berkata, Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah (Yohanes 3:19-21).
Ia menyebut kebenaran sebagai terang dan kejahatan sebagai kegelapan. Ketika manusia menyukai kejahatan dari kegelapan dan membenci terang, maka mereka berada terus di dalam kegelapan yang mengarah kepada penghakiman. Mereka yang mencintai kebaikan dari kebenaran datang kepada sang "Terang" dan diyakinkan bahwa perbuatan mereka direstui oleh Allah.
TFTWMS: Ef 5:14 - Berjaga-jaga BERJAGA-JAGA (Efesus 5:14)
14 Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur, Dan bangkitlah dari antara orang mati, Dan Kristus aka...
BERJAGA-JAGA (Efesus 5:14)
14 Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur, Dan bangkitlah dari antara orang mati, Dan Kristus akan bercahaya atas kamu" (NASB).
Ayat 14. Paul mengakhiri bagian tentang "anak-anak Terang" ini dengan mengutip tiga bait puisi: "Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara orang mati, dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Ia membuka puisi itu dengan Itulah sebabnya dikatakan, sebuah ungkapan yang mirip dengan yang ia gunakan sebelum kutipan Kitab Suci di 4:8. Namun begitu, bait-bait ini tidak muncul di tempat lain di dalam Alkitab.Pernyataan Perjanjian Lama yang paling menyerupai ayat ini ditemukan di dalam Yesaya 60:1; tapi di ayat itu, Yesaya sedang bicara tentang memuji Allah karena mendatangkan terang kepada umat-Nya. Paulus yang menyajikan puisi ini sebagai tantangan dan janji kepada para pembacanya.
Beberapa ekspositor berpendapat bahwa Paulus sedang mengutip satu atau lebih ayat-ayat dari Perjanjian Lama. Membicarakan kebebasan dengan pelbagai kutipan adalah hal biasa bagi para penulis Perjanjian Baru, dan baik Perjanjian Lama maupun Baru menyiratkan latar belakang bagi ungkapan seperti itu. Terang dikaitkan dengan kedatangan Allah untuk melayani umat-Nya (lihat Ulangan 33:2; Mazmur 50:2; 80:1-3, 7, 19), dan Kristus sering digambarkan sebagai terang (lihat Lukas 2:32; Yohanes 1:4-9; 3:19-21; 8:12; 9:5; 12:46; Wahyu 1:16).
Yang lainnya berpendapat bahwa Paulus sedang mengutip dari sumber yang tidak terilham (seperti dalam Kisah 17:28b), mungkin tulisan apokrifa, sebuah himne Kristen awal, atau pernyataan Yesus yang tidak tercatat.10Meski kita tidak bisa tahu dengan pasti asal puisi itu, namun penggunaan puisi itu oleh Paulus tampak jelas. Mereka yang menerima pesan Kristus, meski selama ini mereka berada dalam tidur kematian rohani, dijanjikan kebangkitan. Hidup dan Terang Kristus (lihat Yohanes 8:12; Roma 6:1-4) menantikan mereka yang mau berpaling dari perbuatan gelap mereka dan bergabung dengan orang-orang yang "hidup sebagai anak-anak terang" (5:8).
Penulis itu ingin para pembacanya sadar bahwa Gereja harus hidup berdasarkan nilai-nilai yang secara radikal berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat seperti terang berlawanan dan tidak sesuai dengan kegelapan … Ketimbang dirusak oleh kegelapan di sekitarnya, orang-orang percaya didesak untuk menggunakan pengaruh mereka atas kegelapan itu. Para pembaca harus tidak boleh kurang selain menjadi komunitas yang perilakunya bercahaya sebagai mercusuar bagi orang lain, menerangi bagaimana kehidupan seharusnya dijalani … sehingga terang itu bisa mengubah kegelapan di sekitarnya. Dalam konfliknya dengan terang, kegelapan pada akhirnya tidak bisa menang, karena terang itu memiliki Kristus yang sudah bangkit sebagai sumbernya.11
TFTWMS: Ef 5:14-18 - Waktu Untuk Bangun WAKTU UNTUK BANGUN (Efesus 5:14-18)
Banyak dari kita tidak peduli untuk membuat terang kita bercahaya sebagaimana seharusnya orang Kristen. Sepertiny...
WAKTU UNTUK BANGUN (Efesus 5:14-18)
Banyak dari kita tidak peduli untuk membuat terang kita bercahaya sebagaimana seharusnya orang Kristen. Sepertinya kita sedang tidur dalam kegelapan. Kita memiliki modal dan kesempatan yang sangat banyak untuk membawa berita injil kepada dunia dan untuk melayani manusia dalam nama Yesus; namun begitu, kelihatannya kita ini sedang berjalan sambil tidur. Kita sepertinya hanya memiliki sedikit pengertian tentang arah. Kita hanya menunjukkan sedikit kesadaran tentang siapa dan apa diri kita. Kita tidak memperlihatkan rasa keterdesakan terhadap tugas yang Allah sudah berikan kepada kita.
Sebagai contoh, dimanakah rasa keterdesakan kita terhadap penginjilan? Allah memberi kita perintah untuk bergerak: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Matius 28:19, 20a). Dimanakah kita bisa menemukan bukti keterdesakan untuk menunaikan tugas itu? Hal apakah yang bisa membangunkan kita dari tidur kita?
Hal apakah yang sudah membangunkan umat Kristen mula-mula ketika mereka jatuh tertidur dalam pengabdian mereka? Mereka pernah tidur sejenak secara rohani. Dalam Efesus 5 Paulus memberi mereka seruan untuk bangun:
"Bangunlah, hai kamu yang tidur Dan bangkitlah dari antara orang mati Dan Kristus akan bercahaya atas kamu" (ay. 14).
Paulus membangunkan orang-orang yang tidur dengan pesan ini:
Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh" (5:15-18).
Perkataan Paulus itu bisa memberi kita beberapa gagasan.
GUNAKANLAH HIKMAT
Seruan bangun dari Paulus adalah seruan kepada hikmat: "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat" (5:15, 16).
Dalam abad ini manusia sudah membuat lebih banyak penemuan dan memperoleh lebih banyak pengetahuan dibandingkan dengan gabungan semua sejarah dunia sebelumnya. Kita memiliki kelebihan fakta dan figur yang tersedia daripada yang bisa kita pergunakan secara baik, namun dunia kita kekurangan hikmat. Arti hikmat lebih daripada sekedar mengetahui fakta-fakta. Hikmat terkait dengan cara pandang—dengan suatu pendekatan kepada kehidupan yang terfokus pada Allah.
Salomo pernah mengalami "krisis usia paruh baya." Ia berpaling dari Allah dan berusaha mendapatkan kebahagiaan tanpa Allah. Ia memiliki keinginan, uang, waktu, tenaga, dan kesempatan untuk mencoba apa saja yang ia anggap bisa menyuntikkan gairah ke dalam kehidupannya. Salomo memilih menjadi orang bodoh daripada orang bijak. Pencariannya terhadap kebahagiaan tanpa Allah meninggalkan dia dalam keadaan patah semangat, tertekan, dan kecewa. Kini kita memiliki kitab Pengkhotbah sebagai jurnal pelbagai upaya Salomo yang gagal menemukan kepuasan tanpa Allah.
Perkataan Paulus di atas mengingatkan kita terhadap pengalaman Salomo itu. Paulus berkata, "Janganlah seperti orang bebal." Seandainya sekarang ia ada di sini, Paulus mungkin akan berkata,
Engkau pikir engkau akan mendapat kebahagiaan dengan memperoleh banyak uang?
Janganlah seperti orang bebal.
Engkau pikir engkau akan menemukan kebahagiaan dengan membeli rumah yang sangat engkau inginkan?
Janganlah seperti orang bebal.
Engkau pikir engkau akan mendapat kebahagiaan jika engkau bisa pacaran dengan pemuda yang tampan atau pemudi yang cantik itu?
Janganlah seperti orang bebal.
Engkau pikir engkau akan mendapat kebahagiaan jika engkau bisa mendapatkan pekerjaan itu?
Janganlah seperti orang bebal.
Engkau pikir engkau akan mendapat kebahagiaan dengan minum minuman keras atau memakai narkoba?
Janganlah seperti orang bebal.
Engkau pikir engkau akan mendapat kebahagiaan dengan menolak semua otoritas dan melakukan apa yang engkau inginkan saja?
Janganlah seperti orang bebal.1
Hanya ada satu jalan kepada kehidupan, hanya ada satu cara untuk memaksimalkan setiap kesempatan— hidup untuk Allah. Apa saja yang kita upayakan tanpa Allah, kita tidak akan menemukan kepuasan.
Bangun dimulai dengan hikmat.
GUNAKANLAH PENGERTIAN
Bangun juga terkait dengan pengertian tentang betapa pentingnya kehendak Allah: "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan" (5:17). John Stott berkomentar, "Tidak ada yang lebih penting di dalam kehidupan selain menemukan dan melakukan kehendak Allah."2
Inilah saatnya bagi umat Kristen untuk bangun dan mengakui pentingnya kehendak Allah. Kita harus menyadari bahwa kita hidup di dalam dunia yang tidak sejalan dengan kehendak Allah. Dunia ini menentang Allah. Dunia ini menolak untuk menyesuaikan diri dengan kehendak Allah.
Pelbagai berita membombardir kita setiap hari, berita-berita yang menentang kehendak Allah, dan berita-berita itu mempengaruhi umat Kristen dalam segala usia. Kita semua merasakan tekanan sebuah budaya yang tidak sejalan dengan kehendak Allah. Beberapa dari kita perlu untuk bangun dan mempertimbangkan sumber-sumber hiburan kita. Kita perlu bangun untuk mempertimbangkan buku-buku yang kita baca, tempat-tempat yang kita kunjungi, dan cara kita menghabiskan waktu kita. Kita perlu bangun demi kehendak Allah.
GUNAKANLAH KUASA
Kunci ketiga untuk membangunkan mereka yang tertidur secara rohani adalah kuasa. Kuasa bagi gereja hanya datang dari satu sumber: Roh Kudus yang dari Tuhan. Efesus 5:18 berkata, "Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh."
Ketika seseorang mabuk, kita katakan orang itu berada "di bawah pengaruh" alkohol. Efek Alkohol itu mengendalikan dirinya. Orang yang mabuk jalannya berbeda, bicaranya berbeda, cara pikirnya berbeda, dan perlakuannya terhadap orang lain berbeda dibandingkan jika ia berada dalam keadaan tidak mabuk. Ketika seseorang mabuk, ia menjadi orang yang berbeda.
Paulus menghimbau umat Kristen untuk menjadi orang yang berbeda—untuk berada di bawah pengaruh Roh Kudus yang dari Allah. Roh Kudus berusaha untuk memenuhi hidup kita melalui Firman Allah. Namun begitu, dosa kita, kedegilan kita, dan penolakan untuk bertobat bisa merampok kuasa Roh Kudus dari diri kita. Bila kita terbuka bagi Allah dan taat kepada Firman-Nya, maka Roh Kudus akan memenuhi diri kita. Kuasa-Nya akan mengalir ke dalam hidup kita.
Lalu, bagaimanakah caranya kita bisa dipenuhi dengan Roh Kudus? Pertama, berkeinginan untuk dipenuhi. Roh Kudus tidak akan memampukan hidup kita jika kita tidak memiliki keinginan terhadap kuasa-Nya. Kita baca,
Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya (Yohanes 7:37b- 39a).
Bangun bagi kuasa Roh Kudus dalam hidup kita bermula dengan perasaan dahaga terhadap apa yang Yesus tawarkan—kesempatan untuk menjadi seperti Dia. Membuat kita seperti Yesus merupakan keahlian Roh Kudus melalui Firman, namun Ia hanya melakukan hal ini jika kita menginginkannya.
Kedua, kita harus memperhatikan seruan untuk dipenuhi Roh Kudus dengan membiasakan diri dengan Firman Allah: "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara [di dalam; NASB] kamu" (Kolose 3:16). Efesus 5:18 memberitahu kita untuk membiarkan Roh Kudus memenuhi diri kita. Roh Kudus dan Firman berjalan seiring. Dipenuhi dengan Roh Kudus meminta kita untuk mengetahui Firman dan Firman itu menetap di dalam diri kita. Memiliki Roh Kudus yang memenuhi hidup kita menyebabkan Firman Allah menjadi hidup dalam diri kita. Roh Kudus dan Firman berkarya bersama-sama.
Ketiga, supaya dipenuhi dengan Roh Kudus, kita harus menyerahkan gaya hidup kepada Yesus. Kunci untuk dipenuhi dengan Roh Kudus terdapat dalam kata-kata sebuah lagu yang sering kita nyanyikan, "Kuserahkan semua kepada Yesus." Begitu perkataan itu menjadi tujuan hidup kita dari jam demi jam dan saat demi saat, maka Roh Kudus akan memenuhi hidup kita. Kita akan berhenti berjalan sambil tidur. Kita akan benar-benar terbangun, dalam langkah dengan Roh Kudus, dan menjadi kuat dalam kuasa-Nya.
KESIMPULAN
Apakah Anda orang Kristen yang berjalan sambil tidur? Berpalinglah kepada hikmat, kepada pengertian, dan kepada kuasa yang dipenuhi Roh Kudus. Inilah saatnya menggunakan hikmat dari atas, untuk memahami dan menaati kehendak Allah, untuk mencari dan menerima kuasa yang datang karena dipenuhi Roh Kudus. Allah ingin gereja-Nya benar-benar terbangun.
Jika Anda bukan orang Kristen, inilah saatnya bagi Anda untuk bangun bagi apa yang Kristus sudah perbuat untuk Anda. Berpalinglah kepada Dia, bertobatlah dari kehidupan lama Anda, dan berbaptislah untuk menyucikan dosa-dosa Anda. Bangkitlah dari air baptisan untuk menyinarkan terang Kristus kepada dunia.
TFTWMS: Ef 5:15-16 - Manfaatkan Waktumu "Manfaatkan Waktumu" (Efesus 5:15, 16)
15 Oleh karena itu berhati-hatilah bagaimana kamu hidup, bukan sebagai orang yang tidak berhikmat te...
"Manfaatkan Waktumu" (Efesus 5:15, 16)
15 Oleh karena itu berhati-hatilah bagaimana kamu hidup, bukan sebagai orang yang tidak berhikmat tetapi sebagai orang yang berhikmat, 16 manfaatkan waktumu, karena hari-hari ini adalah jahat (NASB).
Ayat 15, 16. Tiga nasihat pertama kepada jemaat Efesus mengenai hidup mereka, atau cara hidup, adalah harus hidup "dengan cara yang sepadan" dengan panggilan mereka, hidup "dalam kasih," dan hidup sebagai "anak-anak Terang." Nasihat keempat adalah berhati-hatilah [Ing.: be careful] bagaimana kamu hidup. Imperatif Yunani yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan "be" adalah ble÷pete (blepete). Bentuk kata kerja yang Paulus gunakan melibatkan "tindakan yang terus menerus atau diulang-ulang."1Artinya adalah "membedakan secara mental, mengamati, memahami, mempertimbangkan, merenungkan, melihat kepada dalam arti mengurusi, memperhati- kan"2" Hati-hati "adalah terjemahan dari aÓkribw◊ß (akribōs) dan terkait dengan apa yang "membutuhkan perhatian, perawatan, dan ketekunan yang besar" dan "akurat" dan "tepat."3Orang percaya harus terus-menerus memberikan perhatian untuk hidup di dalam kerangka Firman Allah. Nasihat ini seperti perintah yang diberikan oleh Allah kepada Yosua ketika Ia berkata, "Bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum … janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri" (Yosua 1:7). Dalam konteks hidup berhikmat, petunjuk rasul itu mengingatkan kepada perkataan Yesus ketika Ia berkata, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu" ( Matius 7:24).
"Berhati-hatilah bagaimana kamu hidup" adalah sama dengan menghindari kebodohan orang yang tidak berhikmat dan hidup sebagai orang yang berhikmat dengan memanfaatkan waktumu. Partisip Yunani e˙xagorazo/menoi (exagorazomenoi, bentuk dari e˙xagora¿zw, exagorazō) berarti "membeli untuk diri sendiri"4dan menyiratkan tindakan untuk "menggunakan secara bijaksana dan sakral setiap kesempatan untuk berbuat baik, sehingga semangat tinggi dan perbuatan baik bagaikan uang tebusan yang dengan itu kita menjadikan waktu itu milik kita sendiri."5
Insentif yang diberikan untuk memanfaatkan waktu kita adalah karena hari-hari ini adalah jahat. Sebelumnya, Paulus mengacukan fakta bahwa dunia yang jahat hidup di bawah kekuasaan "penguasa kekuatan udara … roh yang sekarang sedang bekerja di antara anak-anak ketidaktaatan" (2:2). Di dalam dunia yang jahat ini, kita sebagai orang Kristen harus menjalani hidup yang untuknya Allah telah memanggil kita. Kita harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk melakukan perbuatan baik, "karena kita ini adalah buatan-Nya, diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik, yang Allah sudah persiapkan sebelumnya sehingga kita akan hidup di dalamnya" (2:10). Waktu terbatas, peluang untuk berbuat baik berlimpah, dan kejahatan merebak; sehingga orang Kristen harus memanfaatkan diri mereka dan fungsi mereka sebaik mungkin selama mereka bisa.
Berikutnya, Paulus menunjukkan bahwa, untuk hidup dengan hati-hati dalam hikmat, orang Kristen harus memahami kehendak Allah (5:17) dan dipenuhi dengan Roh-Nya (5:18).
TFTWMS: Ef 5:17 - Memahami Kehendak Allah "Memahami Kehendak Allah" (Efesus 5:17)
17 Jadi jangan bodoh, tapi pahamilah apa itu kehendak Allah (NASB).
Ayat 17. Umat Kristen di Efesu...
"Memahami Kehendak Allah" (Efesus 5:17)
17 Jadi jangan bodoh, tapi pahamilah apa itu kehendak Allah (NASB).
Ayat 17. Umat Kristen di Efesus harus memahami apa itu kehendak Allah. Agar orang dapat memanfaatkan kesempatannya untuk berbuat baik di dunia yang jahat ini, ia harus tahu apa yang Allah inginkan untuk ia lakukan. Untuk berhikmat ketimbang bodoh, ia harus mengetahui ajaran Allah. Apa yang Paulus ajarkan kepada jemaat Efesus di dalam surat ini dirancang untuk memperkenalkan mereka dengan "kehendak Allah." Doa Paulus untuk jemaat Kolose adalah semoga mereka "menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna" (Kolose 1:9). Ia ingin jemaat Kolose, serta jemaat Efesus, mengetahui kebenaran Allah, memahaminya, dan memiliki hikmat untuk menerapkannya dengan benar kepada kehidupan mereka sehari-hari.
Orang Kristen sekarang ini menemukan apa yang Allah harapkan dari mereka dengan bertekun dalam mempelajari Kitab Suci. Hidup dengan hati-hati dalam hikmat sudah selalu menjadi tindakan untuk mengetahui, memahami, menerapkan, dan menghayati Firman itu.
TFTWMS: Ef 5:18-21 - Dipenuhi Dengan Roh "Dipenuhi Dengan Roh" (Efesus 5:18-21)
18 Dan janganlah mabuk anggur, karena itu menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu dipenuhi den...
"Dipenuhi Dengan Roh" (Efesus 5:18-21)
18 Dan janganlah mabuk anggur, karena itu menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu dipenuhi dengan Roh, 19 dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani, bernyanyi dan membuat melodi dengan hatimu kepada Tuhan; 20 selalulah mengucap syukur untuk segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah, yaitu Bapa 21 dan tundukkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus (NASB).
Paulus selanjutnya memberi perintah untuk "dipenuhi dengan Roh." Di dalam 5:19-21 ia menunjukkan beberapa hasil dari melakukan hal itu dengan menggunakan tiga partisip. Orang Kristen yang dewasa dalam iman memuji Allah dalam lagu, bersyukur kepada Dia dalam segala sesuatu, dan saling merendahkan diri dalam kepedulian dan kerjasama persaudaraan.
Ayat 18. Hidup dengan hati-hati dalam hikmat melibatkan keadaan dipenuhi dengan Roh. Paulus memulai dengan yang negatif: Jangan mabuk anggur. Kemabukan adalah gaya hidup orang bodoh, tidak berhikmat. Meski mereka yang menjadi milik kegelapan mungkin saja mabuk, namun mereka yang menjadi milik Terang harus berpikiran sehat (lihat Roma 13:12, 13; 1 Tesalonika 5:6-8). Kemabukan, Paulus menegaskan, menimbulkan hawa nafsu (aÓswti÷a, asōtia). Kata Yunani itu terkait dengan sw¿ˆzw (sōizō, "menyelamatkan," "menolong," "melestarikan");6tetapi dengan awalan negatif a atau alpha. Asōtia menunjukkan gagasan tentang "pemborosan" atau "penelantaran yang sembrono." Paulus sedang mengatakan bahwa di dalam kemabukan tidak ada kebajikan, kecuali hanya "penelantaran, kerusakan moral,"7di luar kendali, dan hidup sia-sia. Orang dikendalikan oleh apa yang paling penting dalam pikirannya. Jika ia berfokus pada meminum anggur, maka ia sedang menuntun kehidupan orang yang tidak bisa diselamatkan. Sebaliknya, orang yang "dipenuhi dengan Roh" menjalani hidup yang saleh.
"Dipenuhi" (plhro/w, plēroō) memberikan gagasan tentang mengambil semua ruang yang tersedia," seperti jaring dengan ikan (Matius 13:48), seperti rumah dengan bau minyak wangi (Yohanes 12:3); menguruk, seperti suatu lembah (Lukas 3:5)."8
Perbedaan antara hidup secara berhikmat atau secara bodoh, secara hati-hati atau secara ceroboh, bisa ditemukan dalam sikap menerima untuk "dipenuhi dengan Roh." "Dipenuhi dengan Roh" dibedakan dengan "mabuk anggur." Apa yang mengisi pikiran seseorang mengontrol tindakannya, apakah untuk baik atau jahat. Orang Kristen harus tetap terbuka untuk "dipenuhi dengan Roh." Pemenuhan dengan sifat Roh ini berbeda dari "karunia Roh Kudus" yang diterima pada saat baptisan (Kisah 2:38). Karunia Roh adalah Roh itu sendiri, yang diberikan kepada dan menetap di dalam diri orang percaya (Kisah 5:32;. 1 Korintus 6:19). Karunia ini, menurut apa yang Paulus katakan sebelumnya kepada jemaat Efesus, untuk tujuan memperkuat batin manusia dengan kekuatan melalui Roh (3:16). Kuasa Roh dalam kehidupan orang Kristen diaktifkan oleh keinginannya untuk dan kepercayaannya kepada Roh yang membantu dia untuk berada di bawah kendali Allah. Sementara pemabuk menyerah- kan dirinya kepada kendali anggur, orang Kristen menyerahkan kecerdasannya, emosinya, dan keinginannya kepada kehendak Allah. Kemudian Roh dapat membantu dia untuk berada di bawah kendali Allah.
Ayat 19. Bukti tentang seorang Kristen sedang dipenuhi dengan Roh bukanlah pekerjaan tanda-tanda mujizatiah, melainkan pilihan yang ia buat. Pertama, mereka yang "dipenuhi dengan Roh" adalah orang-orang yang menyembah. Menyanyi pasti mengacu kepada perhimpunan orang-orang kudus, karena Paulus mengatakan berkata-katalah seorang kepada yang lain. Ini bukan kebaktian pribadi, tetapi sesuatu yang harus dilakukan bersama orang lain.
Nyanyian itu harus terdiri dari mazmur (yalmo/ß, psalmos), kidung pujian (u¢mnoß, humnos), dan lagu-lagu rohani (wÓˆdh/, ōidē). Tujuannya adalah untuk mengajar, mendidik, dan saling menasihati satu sama lain. (Lihat Kolose 3:16, di mana Paulus bicara tentang "mengajar dan mengingatkan satu sama lain.") "Berkata-kata" dan "mengajar dan menasihati" harus dilakukan dengan "mazmur." Dengan "mazmur," sangat mungkin yang Paulus maksudkan adalah mazmur Perjanjian Lama yang ditulis untuk dinyanyikan. Banyak dari mazmur-mazmur itu telah diatur untuk musik dan digunakan oleh gereja sekarang ini. "Kidung pujian," puisi agama yang diatur untuk musik, ditujukan kepada Allah atau tentang Allah. Lagu-lagu "rohani" (pneumatiko/ß, pneumatikos) berisi tema-tema keagamaan ketimbang sekuler dan bisa mengajar, menyemangati, membesarkan hati, atau mendorong ketaatan. Sulit untuk menunjukkan perbedaan yang jelas antara "mazmur" dan "kidung pujian" dan "lagu-lagu rohani." Meski Paulus menyantumkan mereka secara terpisah, ia mungkin hanya sedang menggunakan hal-hal yang sinonim. Tiga istilah ini paling sering digunakan di dalam Mazmur di LXX untuk lagu-lagu keagamaan dan digunakan secara bergantian.9
Sejarawan Yahudi abad pertama Flavius Josephus mengaitkan "kidung pujian" dengan "mazmur" dan "lagu-lagu rohani" dalam pelbagai tulisannya.10Meski definisi pelbagai istilah ini bervariasi, namun semua setuju bahwa apa yang harus dinyanyikan, sesuai dengan instruksi Paulus, berkaitan dengan Allah dan ibadah kita kepada Dia.
Tujuan bernyanyi ada dua. Pertama, pada tataran horizontal untuk mengajar, menegur, dan berkata-kata satu sama lain. Kedua, pada tataran vertikal untuk memberikan ucapan syukur kepada Allah (lihat Kolose 3:16). Menyanyi dirancang untuk "mengajar," atau instruksi,11dan untuk "menasihati"—yaitu, "memperingatkan, mendorong … (memberi) dukungan, (atau) teguran."12
Kata untuk membuat melodi dalam bahasa Yunani adalah ya¿llonteß (psallontes), bentuk dari ya¿llw (psallō). Kontroversi besar pernah muncul mengenai makna tepatnya. Setelah mengutip pelbagai definisi yang diberikan oleh tujuh belas leksikon bahasa Yunani-Inggris, M. C. Kurfees menyimpulkan bahwa selama berabad-abad psallō telah digunakan dalam lima pengertian yang berbeda:
(1) menjambak rambut; (2) menarik tali busur; (3) mengedut tali sipat tukang kayu; (4) menyentuh akord alat musik, yaitu, membuat musik instrumental; dan (5) menyentuh akord hati manusia, yaitu, menyanyi, merayakan dengan kidung pujian.13
Kurfees mengeluarkan tiga penggunaan pertama kata psallō sebagai tidak memiliki kaitan dengan ibadah. Ia lalu melanjutkan untuk menunjukkan dengan pelbagai leksikon bahwa di dalam Perjanjian Baru kata itu berarti menyanyikan pujian tentang Allah dalam lagu.14Dalam bukunya Kurfees meneliti penggunaan psallō oleh bapak-bapak gereja (para pemimpin gereja yang hidup dalam beberapa ratus tahun pertama setelah para rasul), penggunaannya dalam terang perintah khusus dan umum, dan penggunaannya di dalam Perjanjian Baru. Ia menyimpulkan bahwa musik gereja abad pertama selalu dan hanya berbentuk vokal.
Perintah untuk menyanyi di dalam Perjanjian Baru tidak ada kaitannya dengan apa yang sudah terjadi di Perjanjian Lama, dengan apa yang akan terjadi di sorga, atau dengan apa yang menarik banyak orang. Perintah itu punya segala sesuatu yang berkaitan dengan apa yang Allah telah minta untuk dilakukan di dalam ibadah oleh umat-Nya yang hidup di bawah perjanjian baru, dan itu adalah menyanyi. Jika seseorang hidup dengan hati-hati dan dengan hikmat, ia akan melakukan secara tepat apa yang Allah telah minta.
Membuat melodi dengan hatimu kepada Tuhan menempatkan penekanan pada aspek vertikal ibadah, karena ibadah harus dipersembahkan "kepada Tuhan." Di dalam Ibrani 13:15, penulis itu mengatakan bahwa melalui Kristus kita harus "senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." Ibadah menguntungkan komunitas tubuh Kristus, tetapi itu dipersembahkan kepada Allah oleh masing-masing individu di dalam perhimpunan itu. Instrumen yang harus dipetik adalah hati. Nasihatnya adalah "menyanyi," yang tentu saja melibatkan mulut; tetapi alat untuk psallō adalah hati. Sama sekali tidak ada bukti dari Kitab Suci atau dari sejarah gereja bahwa gereja abad pertama menggunakan alat musik mekanis apa saja di dalam ibadah. Sebaliknya, semua bukti menyiratkan bahwa musik dalam ibadah gereja adalah vokal.
Pendapat bahwa kita dapat menggunakan musik instrumental di dalam ibadah, dengan berkata, "Alkitab tidak berkata jangan menggunakan musik itu" adalah benar-benar tidak sah. Ketika Allah memberitahu kita apa yang harus dilakukan, ia tidak harus menyebutkan setiap alternatif yang memungkinkan dan berkata, "Jangan lakukan itu." Firman Allah adalah inklusif, mencakup apa yang Ia perintahkan dan apa pun yang diperlukan untuk melaksanakan perintah-perintah itu, serta eksklusif, tidak termasuk apa saja yang berbeda dari apa yang Ia perintahkan. Para penyembah harus menyanyi dan membuat melodi dengan hati mereka "kepada Tuhan." Di mana Kristus dan kepenuhan Allah menetap, maka hati penuh sukacita dari orang-orang yang dipenuhi dengan Roh memiliki pujian yang berkelimpahan untuk Allah.
Ayat 20. Bukti kedua tentang "dipenuhi dengan Roh" adalah ucapan syukur. Paulus tidak menyuruh untuk bersyukur atas beberapa hal pada waktu tertentu, tapi ia menyuruh mengucap syukur untuk segala sesuatu dan selalu mengucap syukur. Di dalam 1 Tesalonika 5:18, ia menulis, "Mengucap syukurlah dalam segala hal." Orang Kristen dapat mengucap syukur atas segala hal yang baik. Ia bahkan bisa bersyukur ketika hal-hal buruk terjadi, sebab tahu bahwa Allah "turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia" (Roma 8:28).
Jemaat Efesus harus mengucap syukur dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, sebab tahu bahwa kita menghampiri Allah melalui Dia (lihat Yohanes 14:13; 1 Timotius 2:5; Ibrani 13:15) dan melalui Dia kita punya "akses … dalam satu Roh kepada Bapa" (2:18). Ucapan syukur kita diarahkan kepada Allah, yaitu Bapa, Pribadi yang Yakobus sebut ketika ia berkata, "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang" (Yakobus 1:17).
Ayat 21. Bukti ketiga tentang orang-orang Kristen "dipenuhi dengan Roh" adalah bahwa mereka harus [me]nundukkan … diri … seorang kepada yang lain. Nasihat ini menandai akhir dari satu bagian surat Paulus, tetapi itu juga menandai awal bagian yang lain. Rasul itu menggunakan gagasan tentang merendahkan diri seorang kepada yang lain untuk memperkenalkan bagian panjang surat itu yang membahas masalah keluarga dan perbudakan. Paulus ingin orang-orang Kristen di Efesus hidup dalam kesatuan. Untuk melakukan hal itu mereka harus menyerahkan diri kepada Allah dan menunjukkan kerendahan hati, memiliki kesabaran, toleransi, dan kasih kepada satu sama lain (4:2, 3). Selain itu, mereka harus menghindari untuk tidak mendukakan Roh Kudus dengan berjaga-jaga terhadap kata-kata dan perbuatan yang tidak bijaksana yang akan mengganggu keharmonisan gereja (4:25-32). Mereka akan mengetahui saling merendahkan diri kepada satu sama lain sebagai kunci untuk hidup harmonis.
"Menundukkan diri" (uJpota¿ssw, hupotassō) menggabungkan "di bawah" (uJpo, hupo) dan "memerintah" (ta¿ssw, tassō).15Tassō digunakan di dalam bahasa Yunani klasik dalam konteks militer untuk menyusun pasukan atau kapal di bawah seorang komandan; itu melibatkan ketundukan satu orang kepada orang lain. Dalam ayat ini, kata kerja itu berarti "menundukkan diri sendiri kepada, mentaati."16Di tempat lain dalam tulisan-tulisan Paulus, konsep ketundukan hanya digunakan "untuk sikap kelompok-kelompok tertentu—kaum perempuan (1 Korintus 14:34; Kolose 3: 18; 1 Timotius 2:11; Titus 2: 5), anak-anak (1 Timotius 3:4), dan para budak (Titus 2:9)—atau untuk sikap orang percaya kepada negara (Roma 13:1, 5; Titus 3:1)"17(huruf miring ditambahkan).
Dalam takut akan Kristus menunjukkan bahwa mereka yang memuliakan dan menghormati Kristus juga akan memperlakukan orang lain dengan sikap memuliakan dan menghormati. Alkitab NIV mengatakan, "Tunduklah kepada satu sama lain oleh karena sikap hormat untuk Kristus," sedangkan Alkitab KJV bicara tentang "takut akan Allah." Menunjukkan sikap rendah hati dan menganggap kebutuhan orang lain lebih penting daripada kebutuhan kita sendiri adalah sama dengan mengikuti teladan Kristus (lihat Filipi 2:3-8).
Setelah Paulus meletakkan aturan umum di dalam 5:21, ia membuat penerapan khusus kepada para suami dan para istri, orang tua dan anak-anak, dan kepada para tuan dan para budak di 5:22-6:9.
TFTWMS: Ef 5:19-20 - Para Pembuat Lagu PARA PEMBUAT LAGU (Efesus 5:19, 20)
Saya teringat satu malam yang dingin, kering sewaktu saya di sekolah dasar dan sedang jauh dari rumah di Camp Blu...
PARA PEMBUAT LAGU (Efesus 5:19, 20)
Saya teringat satu malam yang dingin, kering sewaktu saya di sekolah dasar dan sedang jauh dari rumah di Camp Blue Haven di gunung New Mexico. Tempat itu akan menjadi sangat gelap sekali ketika matahari sudah terbenam. Kami sedang menggunakan senter sewaktu kami menuruni jalan kecil yang sempit. Perjalanan kami melalui hutan berakhir di sebuah tanah terbuka, dimana para pembimbing kami sudah menyalakan api unggun. Kami semua duduk mengelilingi api unggun itu dan memperhatikan lidah api yang terbang ke langit dan lenyap dalam asap. Saya menengadah dan melihat lebih banyak bintang daripada yang pernah saya lihat pada satu waktu, dan saya mendengar suara air mengalir di dekat situ. Bau segar yang menakjubkan dari pohon cemara memenuhi udara, dan saya masih bisa mendengar sebuah lagu yang kami nyanyikan pada malam itu.
Bila kulihat bintang gemerlapan Dan bunyi guruh riuh kudengar Ya Tuhanku tak putus aku heran Melihat ciptaan-Mu yang besar Maka jiwaku pun memuji-Mu Sungguh besar Kau Allahku Maka jiwaku pun memuji-Mu Sungguh besar Kau Allahku1
Saya masih bisa mengingat bahwa saya sedang memikirkan diri saya ketika lagu itu keluar dari mulut saya pada malam itu, "Saya merasa berada di rumah." Padahal waktu itu saya berada di sisi gunung di New Mexico utara yang jaraknya berkilo-kilometer dari Midland, Texas, jauh terpisah dari segala macam pemandangan dan suara yang saya kenal baik dari masa kanak-kanak saya. Namun begitu, saya tahu di dalam hati saya—di dalam bagian diri saya yang benar-benar diri saya—bahwa entah bagaimana di dalam nyanyian lagu itu, saya merasa berada di rumah.
Anak perempuan saya, Sarah, sikapnya seperti kebanyakan anak perempuan usia belasan tahun. Ia punya upacara pagi hari untuk membuat dirinya terlihat rapi oleh dunia. Suatu pagi sewaktu saya sedang sarapan, Sarah tampak sedang merapikan rambutnya. Suara alat pengering rambut terdengar berisik sekali, namun ada suara lain yang membuat saya berhenti sarapan dan hanya mendengarkan suara itu. Itu merupakan suara yang sebening kristal—sebuah hati yang terbuka bagi Allah. Anak perempuan saya itu sedang menyanyikan syair "Yesus, Engkaulah Anak Domba Allah. Nama-Mu Sungguh Terpuji."
Saya mendengarkan nyanyian anak perempuan saya itu dan berpikir, "Ini terasa berada di rumah." Saya punya perasaan itu bukan karena saya sedang duduk di dapur saya atau bahkan karena seluruh keluarga saya ada bersama saya. Perasaan itu terkait dengan lagu tersebut—dengan musik yang mengalir keluar dari hati yang terbuka bagi Allah.
Dahulu sekali, pada tengah malam, ada dua orang berada dalam satu sel penjara. Siang hari sebelumnya musuh-musuh mereka telah memfitnah mereka dan memukuli mereka. Kedua orang itu merasa lapar dan dahaga. Meskipun waktu itu sudah larut malam, namun mereka tidak bisa tidur oleh karena luka-luka mereka yang sangat parah. Kita bisa membaca tentang kedua orang itu di dalam Kisah Para Rasul: "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka" (Kisah 16:25). Dalam kesakitan mereka dan dalam keadaan sekitarnya yang menyedihkan, mereka menyanyi. Mereka memuji Allah, sementara tahanan lainnya mendengarkan dan merasa heran betapa besarnya sukacita yang bisa ditemukan di dalam sebuah penjara yang gelap itu. Saya membaca tentang Paulus dan Silas dan membayangkan, "Mereka merasa berada di rumah pada malam itu—berada di rumah dalam lagu-lagu yang dipersembahkan kepada Allah."
Merasa berada di rumah dalam nyanyian kepada Allah memang masuk akal ketika kita membaca Firman Allah: "Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh" (5:18). Bila orang Kristen terbuka bagi Allah dan taat, maka Roh Kudus akan memenuhi dirinya. Keberadaan-Nya menguatkan dan mengubah kita. Itulah arti dari menetapnya Roh Kudus dalam diri kita.
Apakah yang terjadi sebagai akibat dari menetapnya Roh Kudus itu? Salah satu efeknya yang jelas terlihat adalah menyanyi dari hati bagi Tuhan. Paulus menulis,
Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita (5:18-20).
Dibuat "penuh oleh Roh" artinya menjadi seorang pembuat musik—seseorang yang merasa berada di rumah dalam lagu-lagu yang dipersembahkan kepada Allah.
Efesus 5:19, 20 bicara tentang nyanyian. Perhatikanlah apa yang ayat-ayat ini katakan secara umum tentang masalah ibadah dalam lagu.
IBADAH DALAM LAGU
Ibadah dalam lagu bersifat rohaniah. Ibadah itu timbul sebagai hasil dari menetapnya Roh Allah. Ibadah itu timbul sebagai akibat dari Roh Allah yang menyentuh roh kita. Menyanyi tidak tergantung pada mengetahui pelbagai aspek tekhnis teori musik. Nyanyian rohani tidak mensyaratkan kemampuan untuk membaca not lagu atau bahkan membawakan nada. Ibadah dalam lagu terjadi karena Roh Allah sedang bekerja di dalam diri kita.
Ibadah dalam lagu juga bersifat perasaan. Alkitab memberitahu kita untuk menyanyi dan membuat musik di dalam hati kita untuk Tuhan. Jika perasaan kita tidak ikut terlibat ketika kita menyanyi, maka ada sesuatu yang salah. Ibadah dalam lagu menambahkan banyak hal dibandingkan pengalaman intelektual. Ibadah itu melibatkan perasaan kita yang paling kuat.
Ibadah dalam lagu bersifat sukacita. Kita tidak bisa membaca perkataan Paulus dalam Efesus 5 tanpa merasakan adanya sukacita, keriangan, dan perayaan yang melingkupi nyanyian itu. Mazmur 145: 7 berkata, "Peringatan kepada besarnya kebajikan-Mu akan dimasyhurkan mereka, dan tentang keadilan-Mu mereka akan bersorak-sorai."
Kita punya banyak hal untuk dirayakan dalam Kristus! Ia mengajarkan hal ini dalam perumpamaan anak yang hilang. Sang bapak menjelaskan kepada abang anak itu alasan diadakannya perayaan itu setelah anak yang hilang itu pulang lagi ke rumah: "Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali" (Lukas 15:31, 32).
Perayaan kita harus penuh hormat dan rendah hati di hadapan Allah yang mengagumkan. Namun begitu, penghormatan ini tidak untuk disamakan dengan penolakan antusiasme. Allah kita adalah hidup! Tuhan kita hidup di dalam gereja-Nya! Roh Kudus memenuhi hidup kita! Marilah kita bersukacita dan bergembira! Ibadah dalam lagu memang penuh sukacita.
Ibadah dalam lagu bersifat ekspresif. Ibadah itu menghormati Allah. Lagu kita melantunkan puji-pujian bagi Allah. Roh kita menggapai Roh-Nya.
Ibadah dalam lagu bersifat kelompok. Kita punya hak istimewa berbagi lagu dengan orang Kristen lainnya, "berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani." Nyanyian menawarkan kita kesempatan untuk menggabungkan hati dan suara kita dengan orang lain. Ada sesuatu yang terjadi ketika kita menyanyi bersama yang tidak terjadi ketika kita menyanyi sendirian. Saya selalu menyanyi dalam ibadah pagi hari saya dengan Tuhan—hanya saya saja. Saya mungkin menyanyikan, "Aku Mengasihi-Mu, Tuhan," dan lagu itu mencerminkan beberapa hal dalam diri saya kepada Allah. Ketika saya bergabung dengan sesama orang Kristen dalam nyanyian, lagu itu memberikan sebuah dimensi baru, meneguhkan bahwa saya adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar daripada diri dan dunia saya sendiri. Saya menjadi milik persekutuan orang Kristen yang berbagi iman yang saya miliki.
Akhirnya, ibadah dalam lagu bersifat ucapan syukur. Orang yang galak, berprilaku negatif kemungkinan besar tidak suka menyanyi. Ketika Roh Allah menggapai ke bawah ke dalam diri kita untuk merubah hati kita, maka hasilnya adalah lagu sukacita dan ucapan syukur.
Perkataan Paulus mengajar kita tentang ibadah dalam lagu. Renungkanlah perkataan itu dan ibadah dalam lagu milik Anda sendiri. Apakah kata "rohaniah," "perasaan," "sukacita," "ekspresif," dan "ucapan syukur" menggambarkan ibadah Anda dalam lagu? Sepatutnya begitu.
IBADAH DARI HATI YANG DIPENUHI ROH
Simaklah beberapa hasil khusus dari kepenuhan Roh seraya kita beribadah dalam lagu. Pertama, menghasilkan pelayanan bagi orang lain. Ayat 19 berkata, "Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani." Orang Kristen tidak hidup sendirian. Saya memerlukan Anda, dan Anda memerlukan saya. Saat-saat kita berbagi lagu mengingatkan kita akan hal ini. Menyatukan suara kita bersama merupakan satu cara dimana saya melayani Anda dan Anda melayani saya. Saya bergabung dengan Anda dalam menyanyikan lagu-lagu yang mengungkapkan iman Anda, dan Anda bergabung dengan saya dalam menyanyikan pesan yang hati saya rindukan untuk dipanjatkan kepada Allah. Saling melakukan hal itu bisa dikatakan sama dengan mengosongkan diri, melakukan pelayanan Yesus untuk melayani orang lain.
Kedua, menghasilkan ibadah kepada Tuhan Yesus. Ayat 19b berkata, "Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati." (Huruf miring oleh saya.) Kita perlu keseimbangan di dalam nyanyian kita. Banyak lagu memiliki kata-kata dan pesan yang diarahkan kepada orang lain di sekeliling kita. "Kata-kata marah! O jangan pernah keluar dari salah ucap yang tidak terkendali" bukanlah kata-kata yang kita nyanyikan kepada Allah; kita menyanyikan kata-kata itu kepada satu sama lainnya. Allah ingin kita melakukan hal itu, namun kita juga memerlukan beberapa pujian seperti "Aku Memerlukan Dikau, Tuhan" dan "Pada Lutut Yang Bertelut," yang dengannya kita membuat lagu di dalam hati kita kepada Tuhan.
Ketiga, menghasilkan ucapan syukur kepada Allah atas segala sesuatu. Ayat 20 berkata, "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu…kepada Allah dan Bapa kita." Max Anders menulis tentang ucapan syukur:
Seandainya kita mengerti betapa berbahayanya hidup kita yang tergantung dalam timbangan seraya kita ke sana ke mari menjalani kehidupan kita … Seandainya kita mengerti betapa kuatnya peperangan rohani di sekeliling kita … Seandainya kita mengerti betapa beruntungnya kita memiliki makanan di atas meja dan atap di atas kepala kita … Seandainya kita memahami betapa tergantungnya kita pada kasih karunia umum Allah dan kebaikan orang lain bagi kebutuhan dasar kita dalam kehidupan ... kita akan menjadi orang yang bersyukur. Bersyukur atas apa yang kita miliki, daripada tidak bersyukur atas apa yang tidak kita miliki.
Bagaimanakah Anda menggambarkan kualitas hidup Anda? Apakah Anda seorang pengeluh atau seorang pembuat lagu? Apakah Anda lebih suka mengeluhkan sesuatu di dalam pelayanan ibadah ataukah berbagi lagu dengan seorang saudara atau saudari? Apakah hati Anda sudah membeku, ataukah menjadi hangat oleh lagu-lagu untuk Tuhan?
KESIMPULAN
"Hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita." Marilah kita menyanyikan pujian yang mengalir dari hati yang dipenuhi dengan Roh. Marilah kita menyanyikan lagu-lagu yang membagi iman kita dengan orang lain. Marilah kita menyanyikan musik yang membawa kita dekat kepada hati Allah dan memberi kita perasaan bahwa kita berada di rumah.
TFTWMS: Ef 5:21 - Saling Merendahkan Diri SALING MERENDAHKAN DIRI (Efesus 5:21)
Dahulu sekali, saya pernah mengajar sebuah kursus yang berjudul "Hermeneutik Alkitab," yang merupakan...
SALING MERENDAHKAN DIRI (Efesus 5:21)
Dahulu sekali, saya pernah mengajar sebuah kursus yang berjudul "Hermeneutik Alkitab," yang merupakan nama keren untuk ilmu menafsirkan isi Alkitab. Ilmu ini mengajarkan para murid cara untuk memahami apa yang Alkitab katakan, apa maknanya, dan bagaimanakah yang Alkitab katakan itu berlaku ke atas mereka. Beberapa bagian Alkitab hanya butuh sedikit usaha untuk memahaminya. Contoh, perintah "jangan mencuri" adalah jelas. Kita tidak memerlukan kursus hermeneutik untuk memahami artinya.
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita semua mempraktikkan penafsiran. Beberapa di antaranya adalah sederhana. Membaca rambu berhenti tidak memerlukan banyak penafsiran; dengan segera kita tahu apa maksud rambu itu. Beberapa situasi lainnya menuntut upaya yang lebih banyak dari kita. Membaca dan memahami buku pelajaran tentang fisika nuklir akan memerlukan upaya yang lebih banyak.
Marilah sekarang kita memikirkan satu ayat, 5:21. Ayat ini tidak sulit untuk dipahami. Tantangannya bukan dalam hal memahami, melainkan dalam menghayati ajaran ini.
Ayat ini muncul dalam konteks nasihat Paulus agar orang Kristen "dipenuhi dengan Roh." Dalam 5:18 Paulus berkata, "Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh." Paulus kemudian menggambarkan beberapa akibat dari menjalani kehidupan yang dipenuhi Roh.
Pertama, kehidupan yang dipenuhi Roh membawa kepada persekutuan saling berkata-kata secara rohani. Seraya kita menyanyi, kita "berkata-kata seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani" (5:19a). Akibat yang kedua melibatkan pembuatan musik di dalam hati bagi Tuhan. Yang ketiga adalah ucapan syukur kepada Allah atas segala sesuatu (5:20), dan akibat yang keempat terdapat di dalam ayat 21. Akibat yang keempat ini seperti rambu berhenti; tidak diperlukan banyak upaya untuk memahaminya. Akibat yang keempat ini terdiri dari sebelas kata yang jelas: "Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus."
PERINTAH YANG SEDERHANA
Paulus menegaskan bahwa hidup yang dipenuhi dengan Roh Kudus membuat kita bersedia untuk mematikan keinginan kita sendiri demi untuk kepentingan orang lain. Kata Yunani untuk "rendahkanlah," atau "serahkanlah" (NIV),1merupakan terjemahan dari apa yang aslinya merupakan sebuah istilah militer. Artinya "menempatkan diri di bawah." Orang Kristen yang dipenuhi dengan Roh saling menempatkan diri mereka di bawah satu dengan yang lainnya. Mereka memilih untuk tidak membuat persoalan tentang memaksakan kehendak mereka.
Kita semua tahu apa makna hal itu. Salah satu tantangan yang kita hadapi adalah mempraktikkan hal itu, sebab kita hidup di dalam dunia yang terus-menerus memukuli kepala kita dengan gagasan untuk mempertahankan hak kita. Kita diberitahu untuk mengambil semua yang bisa kita ambil sebelum orang lain mengambilnya.
Saya tidak pernah tinggal di daerah pertanian, namun Anda mungkin pernah tinggal di situ. Jika Anda memelihara ayam, Anda tentu tahu bahwa di halaman gudang terdapat urutan kekuasaan. Ayam kelas atas bisa mematuk ayam mana saja tanpa merasa kuatir akan pelbagai akibatnya. Ayam kelas bawah tidak bisa mematuk ayam mana saja tanpa menimbulkan pelbagai akibat yang serius. Entah bagaimana semua ayam itu, antara ayam kelas atas dan ayam kelas bawah, berbaris dalam suatu urutan kekuasaan. Jika di antara dua ayam terdapat butiran jagung yang tergeletak di atas tanah, maka yang mendapat butiran jagung itu adalah ayam yang kelasnya lebih tinggi di dalam urutan kekuasaan itu. Jika ayam yang lain berusaha mengambilnya, maka pecahlah pertarungan. Ketika pertarungan sudah selesai, sang pemenang tetap mempertahankan kedudukannya di dalam urutan kekuasaan itu atau bahkan naik pangkat.
Apa yang terjadi di halaman gudang antara para ayam itu bisa juga terjadi setiap hari antara manusia. Saya ingat ketika tim sepak bola (Amerika) World Champion Dallas Cowboys mendapat pelatih kepala yang baru. Di tempat latihan dilaporkan bahwa para pembantu pelatih itu mulai kasak-kusuk mengincar kedudukan, mereka berusaha untuk mengetahui siapakah yang akan menjadi pembantu utama. Hal ini terus-menerus terjadi di tempat kerja, dan kita bisa menemukan hal yang sama di sekolah—manusia dorong-dorongan untuk mendapat kedudukan yang berpengaruh supaya mereka bisa lebih sering menjalankan cara mereka sendiri.
Paulus ingin kita memahami bahwa umat Kristen memilih untuk tidak hidup seperti itu. Kita tidak merencanakan dan melakukan manuver untuk menyesuaikan apa saja agar sesuai dengan cara yang kita inginkan. Umat Kristen menolak untuk memainkan permainan itu. Dua murid Yesus pernah mencoba hal itu:
Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!" Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?" Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu" (Markus 10:35-37).
Yakobus dan Yohanes ingin menempatkan diri mereka di atas yang lainnya. Mereka ingin menjadi ayam-ayam kelas atas di dalam kerajaan yang akan datang. Mereka menginginkan semua hal yang bisa mereka peroleh. Yesus harus menunjukkan kepada mereka suatu pendekatan baru kepada kehidupan:
Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:42b-45).
Yesus memberitahu mereka, "Cara ini tidak akan berjalan di dalam kerajaan itu. Hal itu memang sudah berjalan seperti itu di masa lalu, namun kerajaan itu berbeda. Di dalam kerajaan itu, memberi lebih penting daripada memperoleh."
Manusia yang dipenuhi dengan Roh Kudus tidak bersikeras untuk memaksakan kehendak mereka. Mereka pertama kali akan melihat dahulu ke orang lain. Mereka itu "saling merendahkan diri."
Bacalah kembali 5:21. Simaklah motif sederhana bagi saling merendahkan diri itu: "di dalam takut akan Kristus" Secara harfiah, kalimat itu mengatakan "dari rasa takut untuk Kristus." Phobos adalah kata Yunani yang diterjemahkan "takut." Dari kata itu muncul kata Inggris "phobia." Rasa takut lebih berbobot daripada "rasa hormat." Salomo berkata, "Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (Pengkhotbah 12:13b). Takut kepada Allah sama dengan menerima Allah dengan sungguh-sungguh. Artinya kita merenungkan siapa Allah dan siapa diri kita, dan hal itulah yang membuat kaki kita bertelut. Hal itu menjabarkan cara menerima Allah dengan sungguh-sungguh. Pada dasarnya Paulus memberitahu kita, "Engkau menunjukkan bahwa engkau menerima Kristus dengan sungguh-sungguh ketika engkau saling merendahkan diri."
Di dalam segala bentuk hubungan kita dengan orang lain, sikap merendah memang diperlukan. Apakah Anda seorang pelayan di dalam rumah Anda? Apakah orang-orang di tempat kerja atau di sekolah Anda menganggap Anda sebagai orang yang lebih menekankan prinsip membantu orang lain daripada menyusahkan orang lain? Bagaimanakah mengenai keadaan di dalam gereja lokal? Apakah Anda berada di situ karena ada yang bisa Anda peroleh darinya? Apakah Anda mempertimbangkan pelbagai kebutuhan, keprihatinan, dan perasaan para saudara dan saudari Anda?
Gereja merupakan tempat pelatihan bagi sikap saling merendahkan diri. Allah membawa segala jenis manusia ke dalam gereja. Kita belajar menghargai, menghormati, dan saling menyerahkan diri. Sikap paling buruk yang bisa kita bawa ke dalam gereja adalah cara berpikir duniawi bahwa "Lebih baik aku jalankan kehendak/caraku sendiri, kalau tidak aku tidak akan bahagia." Sikap itu mencerminkan sikap dunia ini, bukan sikap Kristus.
TAFSIR PRIBADI
Tafsir terbaik tentang 5:21 terdapat dalam Filipi 2. Kitab Filipi ditulis oleh Paulus tidak lama setelah ia menulis kitab Efesus. Jelas sekali, gereja mula-mula, seperti yang kita lakukan, bergumul dengan masalah hubungan, pergaulan dengan orang lain dan memiliki sikap memberi daripada sikap mengambil. Paulus menulis,
Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga (Filipi 2:3, 4).
Nas itu menjelaskan konsep saling merendahkan diri. Sekarang simaklah motif di belakang ketundukkan itu. Sikap itu terkait dengan Kristus.
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Filipi 2:5-11).
Saling merendahkan diri datang bersama kerendahan hati. Yesus menunjukkan kepada kita apa itu kerendahan hati. Sikap itu merupakan tanda kehidupan yang dipenuhi dengan Roh Kudus. Tanpa kerendahan hati, hubungan kita dengan orang lain tidak akan pernah menjadi seperti yang Allah inginkan. Sikap itu menjaga kita tetap pada jalur yang benar. Sikap itu menjaga kita untuk tidak bersikap dogmatik dan berpikiran sempit. Kerendahan hati membuat kita peka terhadap perasaan orang lain. Sikap itu membantu kita untuk bersabar dengan kekurangan orang lain dan membebaskan kita dari pelbagai cara kita untuk kepentingan pribadi. Kerendahan hati memampukan kita untuk menjadi orang yang bisa didekati dan tidak bersifat defensif dengan satu sama lainnya.
Sifat itu juga menyebabkan kita menganggap orang lain dalam sikap kasih karunia ketimbang mencari-cari setiap kesalahan dan kelemahan yang bisa kita dapatkan di dalam diri mereka. Kerendahan hati mendorong kita untuk saling mencari yang terbaik, dan sikap itu menjauhkan kita dari spekulasi, gosip, dan kasak-kusuk mengejar kedudukan. Kerendahan hati adalah saling merendahkan diri karena hormat kepada Kristus. Kita perlu memperlihatkan kerendahan hati di dalam rumah tangga kita, di dalam pergaulan kita setiap hari dengan orang lain, dan di dalam gereja.
PERTIMBANGAN PRAKTIS
"Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus" (5:21). Maknanya jelas, bukan? Perkataan itu lebih mudah dipahami daripada dipraktikkan. Marilah kita pertimbangkan tiga gagasan yang mungkin bisa menolong kita untuk menghayati perkataan itu dengan lebih baik setiap hari.
1. Tandailah keinginan untuk melaksanakan kemauan Anda sendiri seperti apa adanya, yaitu—cara berpikir duniawi yang bertentangan dengan pengajaran Yesus. Kemungkinan besar kita akan selalu membenarkan sikap untuk mendukung cara kita sendiri selama kita tidak melihat apakah sebenarnya sikap itu.
2. Masuklah ke dalam setiap pergaulan dengan menanyakan satu pertanyaan: "Apakah yang Yesus ingin berikan kepada orang ini melalui saya?"
3. Datanglah ke hadapan Tuhan dalam doa harian dengan permintaan ini: "Tunjukkanlah kepadaku dimana aku tidak merendahkan diri kepada orang lain seperti yang Engkau inginkan untuk aku lakukan." Biarlah Yesus menolong Anda untuk melihat dimana Anda perlu membuat beberapa perubahan dalam bergaul dengan orang lain.
KESIMPULAN
Hubungan yang paling penting di dalam kehidupan adalah hubungan yang kita miliki dengan Allah. Kita ini harus takut kepada Allah dan memelihara segala perintah-Nya. Allah sudah menyatakan tentang siapa Yesus, "Inilah Anak-Ku; dengarkanlah Dia." Allah ingin kita mendengar dan menaati Yesus. Tidak ada satupun hubungan lain dalam kehidupan ini akan pernah menjadi seperti yang diinginkan kecuali hidup kita dengan Yesus adalah benar .
Berikanlah hidup Anda kepada Yesus. Ia menawarkan pengampunan dosa dan sebuah awal baru dalam kehidupan. Dengarkanlah Dia dan taatilah Dia. Yesus berkata, "Barangsiapa percaya dan dibaptis akan diselamatkan" (band. Markus 16:15, 16). Sudahkah Anda tunduk kepada perintah-Nya?
Sebagai orang Kristen, Anda mungkin pernah dinyatakan bersalah oleh ayat 21 dimana Anda tidak memperlihatkan rasa hormat kepada Kristus. Mungkin baru-baru ini Anda sudah bersikeras untuk melaksanakan kehendak Anda dan tidak peduli dengan orang lain. Itu merupakan pertempuran. Kita semua bergumul dengan keegoisan. Mintalah Tuhan dalam doa untuk menguatkan Anda dan pergumulan pribadi Anda. "Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus." Itu terjadi ketika orang dipenuhi dengan Roh Kudus.
TFTWMS: Ef 5:22-33 - Menghormati Hubungan Sebagai Suami Dan Istri MENGHORMATI HUBUNGAN SEBAGAI SUAMI DAN ISTRI (Efesus 5:22-33)
Di Efesus 5, seperti yang ia lakukan di Kolose 3, Paulus bicara tentang hubungan antara...
MENGHORMATI HUBUNGAN SEBAGAI SUAMI DAN ISTRI (Efesus 5:22-33)
Di Efesus 5, seperti yang ia lakukan di Kolose 3, Paulus bicara tentang hubungan antara suami dan istri di dalam gereja. Ia memulai dan mengakhiri instruksi ini dengan bicara kepada kaum istri, tetapi sebagian besar dari apa yang ia katakan diarahkan kepada kaum suami. Penekanan ini dibalik di dalam 1 Petrus 3:1-7.
TFTWMS: Ef 5:22-24 - Istri: Tunduklah Istri: "Tunduklah" (Efesus 5:22-24)
22 Hai istri, tunduklah kepada suamimu sendiri, seperti kepada Tuhan. 23 karena suami adalah kepala ist...
Istri: "Tunduklah" (Efesus 5:22-24)
22 Hai istri, tunduklah kepada suamimu sendiri, seperti kepada Tuhan. 23 karena suami adalah kepala istri, sebagaimana Kristus juga adalah kepala gereja, Ia sendiri yang menjadi Juruselamat tubuh itu. 24 Tapi sebagaimana gereja tunduk kepada Kristus, demikian juga seharusnya para istri kepada suami mereka dalam segala sesuatu (NASB).
Ayat 22. Istri diperintahkan tunduk kepada suami[nya]. Satu kata kerja (dari uJpota¿ssw, hupotassō) dipakai bersama oleh ayat 21, dalam konteks ketundukan orang Kristen kepada satu sama lain, dan ayat 22, tentang para istri yang tunduk kepada suami mereka. "Tunduklah" dicetak miring di dalam ayat 22 di sebagian besar Alkitab untuk menunjukkan bahwa kata kerja itu tidak terdapat di dalam teks aslinya tetapi dimasukkan oleh para penerjemah karena gagasan itu tersirat. Secara harfiah, Paulus berkata, "Tunduklah kepada satu sama lain … para istri kepada suami mereka." Kemudian, di ayat 24, Paulus dengan jelas menyatakan bahwa para istri harus tunduk kepada suami mereka.
Perintah untuk para istri ini mencakup ketaatan dan kepatuhan kepada suami mereka (lihat 1 Petrus 3:1, 6), serta menghormati mereka (Efesus 5:33). Model bagi ketundukan seorang istri kepada suaminya adalah ketundukan gereja kepada Kristus (5:24). Kesimpulan Paulus itu pasti sudah diperkuat oleh cara budaya Efesus abad pertama memahami ajarannya. Dalam pengertian umum, suami dan istri harus saling tunduk kepada satu sama lain; tapi dalam arti tertentu, para istri harus "tunduk" kepada suami mereka.
Seperti kepada Tuhan menunjukkan bahwa istri harus tunduk kepada suaminya "bahkan seperti, dengan cara yang sama seperti"18(w˚ß, hōs) ia tunduk kepada Yesus. Dengan mentaati suaminya, istri itu taat kepada Kristus. Gagasan yang sama disajikan dalam Kolose 3:18, di mana Paulus menulis, "Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan." Ketundukan istri kepada suami tidak ada hubungannya dengan keberhargaan (suami tidak lebih berharga daripada istri) atau dengan kedudukan di hadapan Allah (laki-laki dan perempuan memiliki status yang sama di hadapan Allah; Galatia 3:28). Sebaliknya, ketundukan berkaitan sepenuhnya dengan peranan berbeda yang Allah telah berikan kepada kaum suami dan kaum istri. Istri harus tunduk kepada suaminya dan tunduk kepada Kristus.
Ayat 23. Selanjutnya, Paulus menjelaskan alasan istri harus tunduk kepada suaminya. "Karena" adalah terjemahan dari konjungsi o¢ti (hoti) dan sesuai dengan kata Inggris "sebab."19Paulus berkata, karena suami adalah kepala isteri sebagaimana Kristus adalah kepala gereja. Ia sedang menarik analogi antara suami dan istri, dan Kristus dan gereja. Gereja adalah mempelai perempuan Kristus. Peran suami di dalam keluarga adalah mirip dengan peran Kristus di dalam gereja. Peran ini digambarkan sebagai "kepala," terjemahan dari kefalh/ (kephalē), dengan arti "pemimpin atau penguasa."20Sebelumnya, Paulus menggunakan kata ini untuk menggambarkan Kristus sebagai kepala gereja, "yang adalah tubuh-Nya" (1:23). Yang ada di dalam pikirannya, tidak diragukan lagi, adalah kuasa Kristus sebagai pemimpin dan penguasa (lihat Matius 28:18). Dengan cara yang sama, suami memiliki wewenang untuk memimpin dan memerintah. Pola Allah di dalam keluarga mengikuti pola-Nya di dalam gereja. Memiliki wewenang ini harus jangan terlalu dilihat sebagai pemegang kendali, tetapi sebagai seorang pemimpin. Fakta ini terlihat dalam instruksi yang Paulus berikan kepada para suami dalam ayat-ayat berikutnya.
Ia sendiri yang menjadi Juruselamat tubuh itu, tentu saja, adalah acuan kepada Kristus. Paulus tidak sedang mengatakan bahwa suami adalah juruselamat istri, kecuali dalam arti memimpin dia kepada Kristus. Ia menambahkan kata-kata ini sebagai gambaran lebih lanjut tentang Kristus, kepala gereja.
Jemaat Efesus pernah pada satu waktu hidup dalam kondisi yang belum diselamatkan (2:1-3). Mereka terpisah dari Allah di dalam dosa mereka. Allah dengan kasih karunia telah bertindak untuk menyelamatkan mereka melalui karya pendamaian Kristus (2:4-22). Di dalam Kristus mereka telah diperdamaikan dengan Allah "dalam satu tubuh" (2:16), gereja (1:22, 23). Oleh karena itu, mereka telah menjadi tubuh Kristus yang sudah didamaikan dan diselamatkan. Ini adalah pengertian di dalam mana Paulus bicara tentang Kristus sebagai "Juruselamat tubuh." Kata kerja e˙stin (estin), diterjemahkan "menjadi," menunjukkan sesuatu yang sedang terjadi pada saat ini. Ini memverifikasi fakta bahwa gereja tidak hanya akan diselamatkan oleh Kristus dalam kekekalan, tetapi juga terdiri dari orang-orang yang sekarang diselamatkan.
Ayat 24. Paulus kembali kepada analoginya. Seorang komentator menulis, Jika orang bertanya apa yang menurut penulis itu terlibat di dalam ketundukan Gereja kepada Kristus, maka orang dapat mencari jawabannya dengan melihat kepada cara dia menggambarkan hubungan Gereja kepada Kristus di sisa isi surat itu. Gereja menerima karunia Allah berupa Kristus sebagai kepala atas segala sesuatu atas namanya (1:22). Dalam kiasan bangunan di 2:20, 21 Gereja memandang Kristus sebagai batu [penjuru] bangunannya dan Pribadi yang menyatukan bersama semuanya. Gereja membuka dirinya sendiri kepada kehadiran-Nya yang terus-menerus (3:17) dan mengenal kasih-Nya yang melampaui segalanya (3:19). Gereja menerima pemberian-Nya dalam bentuk kasih karunia (4: 7) dan pemberian-Nya dalam bentuk pelayan-pelayan untuk membangun gereja itu sendiri (4:11, 12). Gereja tumbuh ke arah kepalanya dan menerima dari Dia segala sesuatu yang diperlukan untuk pertumbuhan seperti itu (4:15, 16), termasuk ajaran tentang Dia (4:20, 21). Gereja meniru kasih Kristus (5:2) dan mencoba untuk mengetahui apa yang berkenan kepada Dia (5:10) dan memahami kehendak-Nya (5:17). Gereja bernyanyi memuji Dia (5:19) dan hidup dalam takut akan Dia (5:21). Ketundukan Gereja, kalau begitu, berarti memandang kepada kepalanya untuk mendapatkan pengaturan-Nya yang bermanfaat, hidup berdasarkan norma-norma-Nya, mengalami kehadiran dan kasih-Nya, menerima dari Dia pelbagai pemberian yang akan memampukan pertumbuhan kepada kedewasaan, dan merespon kepada Dia dengan ucapan syukur dan kekaguman. Kepada sikap seperti itulah istri itu sedang didorong untuk mengembangkannya dalam hubungannya dengan suaminya.21
Paulus menyatakan bahwa istri harus tunduk kepada suami dalam segala sesuatu, sama seperti gereja tunduk kepada Kristus. Ia tidak membuat pengecualian atau menempatkan pembatasan apa saja pada ketundukan istri, menyiratkan bahwa suami bisa saja meminta sesuatu dari istrinya yang akan menimbulkan konflik dengan ketaatan kepada Kristus. Sebaliknya, Paulus berasumsi bahwa suami, karena mendasarkan perilakunya menurut Kristus, hanya akan meminta dari istrinya apa yang akan menyu- kakan Kristus dan bermanfaat bagi dia. Karena tidak ada hubungan yang sempurna yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan manusia, maka keadaan ideal ini mungkin tidak akan pernah tercapai. Namun, tujuannya adalah agar para istri dan para suami merespon satu sama lain dalam kasih dan tidak egois. Ayat-ayat setelah ini mendukung tujuan ini.
TFTWMS: Ef 5:22-24 - Pesan Kepada Para Isteri PESAN KEPADA PARA ISTERI (Efesus 5:22-24)
Miami Herald pernah melaporkan suatu kejadian aneh dimana satu pasangan Inggris memutuskan untuk bercerai s...
PESAN KEPADA PARA ISTERI (Efesus 5:22-24)
Miami Herald pernah melaporkan suatu kejadian aneh dimana satu pasangan Inggris memutuskan untuk bercerai sementara resepsi pernikahan mereka tengah berlang-sung. Perdebatan yang sangat sengit pecah ketika mempelai perempuan melihat mempelai laki-laki sedang berbicara dengan bekas pacarnya, dan perkawinan itu berakhir sebelum benar-benar dimulai. Saya sudah mengenal banyak orang yang perkawinannya tidak berlangsung sangat lama, namun ini merupakan yang pertama kali saya mendengar perkawinan yang berakhir pada waktu resepsi pernikahannya tengah berlangsung.
Allah ingin perkawinan bertahan seumur hidup. Ia bisa menunjukkan kepada kita caranya asal saja ada sepasang suami-isteri yang mau menempatkan diri mereka pada rencana-Nya itu. Bagian akhir Efesus 5 memperlihatkan beberapa rencana-Nya itu. Bagian ini memberikan beberapa unsur penentu untuk merancang sebuah perkawinan sebagaimana yang Allah kehendaki. Dalam kenyataannya, jika para suami dan para isteri mau sungguh-sungguh mempraktikan apa yang Paulus katakan, maka perceraian akan lenyap. Paulus memulainya dengan sebuah pesan kepada para isteri:
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu (5:22-24).
Paulus menjelaskan bahwa tanggung jawab isteri terhadap suaminya mencakup sikap tunduk terhadap kepemimpinan suaminya. Isteri tidak boleh terlalu egois sehingga ia menuntut kehendaknya dituruti. Ini bukanlah tempat bagi isteri untuk mengendalikan bersama hidup mereka. Rencana Allah adalah meminta isteri menuruti kepemimpinan suaminya dengan sukarela. Bila isteri melakukannya maka ia menghormati Kristus.
Para suami juga memiliki tanggung jawabnya sendiri di dalam rencana Allah. Pada kenyataannya, Paulus dua kali lebih banyak berbicara kepada para suami dibandingkan kepada para isteri. Jika para suami dan para isteri mau menerima rencana Allah dengan sungguh-sungguh, maka para penasihat hukum perceraian akan dipaksa mencari cara lain untuk mendapatkan penghasilan mereka. Marilah kita lebih cermati rencana Allah itu. Di dalam pelajaran ini kita akan melihat rencana Allah bagi para isteri. Setelah itu, kita akan berfokus pada para suami.
PANGGILAN UNTUK TUNDUK
Paulus mengeluarkan perintah yang sederhana kepada para isteri: "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan." Tidak ada yang tersembunyi. Tidak ada yang ditulis dengan huruf kecil yang sulit dibaca—hanya kebenaran yang sederhana. Di zaman yang menekankan hak-hak pribadi, "menjadi dirimu sendiri," dan pembebasan kaum perempuan, seruan untuk tunduk memang tidak menarik bagi banyak perempuan. Carol Mayhall mengungkapkan hal ini di dalam bukunya Mar- riage Takes More Than Love:
Ketundukan! Betapa saya membenci kata itu. Ketika kata itu melintas dalam pikiran saya, satu-satunya hal yang terlintas adalah orang yang tidak berarti, semacam perempuan penurut yang tidak berarti. Saya tidak mau hanya menjadi cerminan orang lain.
… Namun di sini saya dihadapkan dengan perintah Allah yang terus-terang dan sederhana, "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan" (Efesus 5:22). Saya pernah berdebat dengan Allah dan dengan setiap orang lain bahwa ayat ini tidak bisa diartikan seperti apa adanya; bahwa ayat itu sesungguhnya merupakan pernyataan budaya yang hanya memiliki makna untuk era Alkitab. Upaya selanjutnya adalah merekonstruksi ayat itu sehingga terbaca, "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, APABILA SUAMIMU BERTINDAK SEPERTI TUHAN." Namun saya tahu ayat itu tidak bermakna seperti itu.
Seraya saya menyelidiki Firman itu pada tahun kelima perkawinan kami, saya harus simpulkan bahwa ayat ini bermakna bahwa saya harus menundukkan diri saya kepada Jack dalam cara yang sama bebasnya dan "tidak ada yang ditahan-tahan" seperti saya ingin tunduk kepada Yesus Kristus.
Hingga pada poin itu saya sudah merasakan bahwa perkawinan merupakan tawaran 50/50, dan jika Jack mau menyumbang 50% maka saya pun akan ikut menyumbang 50%. Namun begitu, kelihatannya kami seringkali nyaris bertengkar untuk menentukan giliran siapakah yang sekarang harus memberikan yang 50% itu. Namun saya harus belajar bahwa perkawinan alkitabiah yang bahagia adalah perkawinan yang menawarkan 100% dengan masing-masing pasangan rela untuk memberi 100%.1
Allah meminta para isteri untuk tunduk. Allah ingin isteri mengikuti kepemimpinan suaminya. Ketika isteri itu melakukannya, sikap itu membuktikan rasa hormatnya kepada Kristus. Itu menunjukkan kepercayaannya kepada rencana Allah. Seorang isteri yang tidak mau tunduk kepada suaminya tidak bisa dikatakan isteri yang percaya kepada Tuhan.
Jika Anda seorang isteri, apakah Anda tunduk kepada suami Anda? Berusahalah untuk melihat perkawinan Anda seperti seorang pengamat. Lihatlah seperti anak-anak Anda melihatnya. Apakah sering terjadi perbantahan? Apakah percakapan Anda bercirikan keluhan, menyalahkan orang lain, atau omelan? Apakah Anda membangun suami Anda atau menghancurkannya? Apakah Anda ingin mengendalikan persoalan, atau apakah Anda membiarkan suami Anda yang memimpin? Apakah Yesus merestui cara Anda mengikuti kepemimpinan suami Anda?
MOTIVASI UNTUK TUNDUK
Pertimbangkanlah motif yang Paulus singgung dimana para isteri diminta menundukkan diri mereka kepada suami mereka: "Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat" (5:23a). Motif itu terkait dengan rencana Allah dimana kaum suami menjadi kepala keluarga. Kedudukan laki-laki di dalam rumah tangga yang sesuai dengan maksud Allah adalah sebagai pemimpin. Ini tidak ada kaitannya dengan kebiasaan sosial atau tradisi budaya.
Istilah "kepala" (Yun.: kephale) mengacu kepada seorang pengelola; istilah itu menekankan otoritas dan tujuan. Istilah itu tidak menyiratkan seorang diktator atau seorang tiran yang memperalat orang lain untuk mendapatkan apa yang bisa ia peroleh dari orang itu. Sebaliknya, istilah itu menunjuk kepada seseorang yang memegang kendali dengan sikap yang menaruh peduli. Ia mengelola manusia untuk kebaikan mereka. Tujuannya adalah pengaturan yang sesehat mungkin bagi orang-orang yang berada di bawah pengawasannya.
Katakanlah DPR-RI mengeluarkan sebuah undang-undang yang membuat masalah pengaturan apa saja di dalam rumah tangga menjadi keputusan individu. Undang-undang itu akan melenyapkan peranan tradisi kepemimpinan suami. Setiap anggota keluarga akan terbebas dari bimbingan suami atau ayah. Akankah pengaturan seperti itu berjalan baik? Bisakah sebuah keluarga berfungsi tanpa kepemimpinan?
Bagaimanakah jika Kapolda di tempat Anda tinggal mengeluarkan sebuah peraturan yang mengatakan bahwa polisi tidak lagi punya kuasa untuk memberitahu cara mengemudikan kendaraan? Katakanlah masalah itu diserahkan kepada warga negara saja. Bayangkanlah ada orang yang mematikan semua lampu lalu-lintas, mencabut semua rambu-rambu batas kecepatan. Akankah hal itu berjalan baik? Tidak, hal itu akan menimbulkan kekacauan dan penderitaan. Maukah Anda mengemudikan kendaraan untuk mengelilingi kota seperti itu?
Kita memerlukan kepemimpinan bagi masyarakat, gereja, dan rumah tangga. Di dalam rumah tangga, Allah sudah memberikan peranan kepemimpinan kepada para suami. Para isteri, ingatlah hal-hal berikut ini:
1. Ketundukkan tidak berarti kehinaan. Lai-laki dan perempuan sama-sama diciptakan dalam gambar rupa Allah. Mereka itu setara dalam nilai dan harga di hadapan Allah (Galatia 3:28).
2. Seorang isteri perlu tunduk untuk memperoleh sukacita yang penuh di dalam kehidupan dan perkawinannya. Seorang isteri bisa mengetahui sukacita sejati hanya ketika ia tunduk kepada Kristus dan kehendak-Nya untuk kehidupan-nya.
3. Kegagalan seorang isteri untuk tunduk bisa memaksa seorang suami mengambil peranan yang tidak pernah Allah inginkan untuk dia. Sikap isteri itu bisa mendorong suaminya untuk berusaha keras memegang kendali dan menjadi seorang diktator, atau bisa juga menyebabkan dia menjadi seorang pria penurut di dalam rumah tangganya sendiri.
4. Ketundukan tidak berarti kepatuhan yang membabibuta. Tidak ada suami yang punya hak untuk membuat isterinya menerima perlakuan kejam atau pelbagai tindakan yang berlawanan dengan kehendak Allah.
5. Ketundukan tidak berarti sang isteri tidak bisa berperan di dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarga atau dalam mendisiplinkan anak-anak. Sang suami tidak akan kehilangan peran kepemimpinannya bila duduk bersama isterinya dan secara bijaksana membahas sebuah keputusan yang melibatkan keluarga. Mereka harus mampu menghasilkan sebuah keputusan bersama. Jika kasusnya tidak begitu, sang isteri tetap harus percaya kepada kepemimpinannya suaminya.
KESIMPULAN
Jika Allah tidak bermaksud untuk menekankan perlunya para isteri mematuhi kepemimpinan suami mereka, saya pikir Paulus tidak akan sudah membandingkan hal itu dengan Kristus dan gereja-Nya. Paulus sedang bicara tentang hubungan yang sangat penting antara suami dan isteri. Allah memberitahu kita bahwa melalui kehidupan mereka bersama, kehidupan suami dan isteri menggambar-kan kehidupan Kristus dan gereja-Nya.
Hai isteri-isteri, kalian memiliki kesempatan untuk memperlihatkan kepada dunia, khususnya kepada anak-anak, dan cucu-cucu kalian, suatu gambaran kasih dan ketundukan antara kalian dan para suami kalian yang bisa membantu anak-anak dan cucu-cucu itu memahami hubungan antara Kristus dan gereja-Nya. Apa yang mereka amati dalam diri Anda bisa membuat mereka ingin menjadi milik Kristus.
Inilah tiga saran praktis untuk para isteri:
Pertama, mintalah Tuhan untuk menunjukkan kepada Anda seberapa bagus Anda sedang tunduk kepada suami Anda.
Kedua, carilah pelbagai kesempatan untuk meneguhkan peran kepemimpinan yang saleh dari suami Anda.
Lakukanlah sebisa Anda untuk memperlihatkan apa yang terbaik dalam dirinya. Seraya Anda membantu dia, apa yang Anda lakukan itu akan juga memperlihatkan yang terbaik yang ada dalam diri Anda.
Ketiga, hormatilah suami Anda dengan pikiran yang positif tentang dia. Sandra Woodroof Milholland menuliskan pemikiran ini, yang dicetak oleh majalah Upreach:
Para wanita, berhati-hatilah terhadap acara "ngobrol-ngobrol sambil minum kopi" dengan para gadis di lingkungan rumah Anda atau pada waktu Anda istirahat minum kopi di kantor. Saya sudah memperhatikan bahwa para suami sering kali tersate, termasak dan termakan di perkumpulan-perkumpulan tersebut (tentunya secara kiasan), dan waktu ngobrol jam sepuluh pagi bisa memberikan pengaruh yang tak kentara namun sangat kuat tentang bagaimana seorang isteri akan memperlakukan suaminya di malam harinya. Susi mengeluhkan suaminya, Gina mengeluhkan juga suaminya dan yang lainnya ikut bergabung dengan keluhan yang sama. Semuanya setuju bahwa "semua laki-laki sama saja," setiap orang menelan keluhan dari setiap orang lainnya.
Saya ingin menantang kita semua untuk mematahkan lingkaran yang sangat kejam itu. Mulailah dengan meluangkan waktu untuk memikirkan gagasan-gagasan yang penuh kasih sayang tentang suami Anda, dan lain waktu teman-teman Anda itu mau mengolok-olok "Bukankah Suami Itu Memang Jelek," biarlah respon Anda itu merupakan respon yang positif saja. Angkatlah citra suami Anda itu di mata orang lain.
Marilah bergabung dengan saya dalam doa ini: "Ya Allah, terima kasih untuk rencana-Mu untuk rumah tangga. Terima kasih untuk semua kaum perempuan yang menghormati Engkau sebab mereka telah memilih untuk mengikut Yesus. Mereka itu menjadi kekuatan bagi kami. Terima kasih untuk para isteri yang menuruti kepemimpinan suami mereka. Berikanlah mereka sukacita yang datang bersama ketaatan kepada Firman-Mu. Buatlah rumah tangga kami kuat. Bangkitkanlah kaum pria yang akan menjadi pemimpin dan berkat rohani bagi isteri dan anak-anak mereka. Terima kasih untuk Yesus dan kehormatan berada di dalam gereja-Nya dan mengenal Dia sebagai Juruselamat. Dalam nama-Nya, Amin."
TFTWMS: Ef 5:25-33 - Suami: Kasihilah Suami: "Kasihilah" (Efesus 5:25-33)
25 Hai suami, kasihilah isterimu, sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan menyerahkan diri-Nya b...
Suami: "Kasihilah" (Efesus 5:25-33)
25 Hai suami, kasihilah isterimu, sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan menyerahkan diri-Nya bagi dia, 26supaya Ia boleh menguduskan dia, sesudah Ia menyucikan dia dengan memandikan dia dengan air dan firman, 27supaya Ia boleh menghadirkan gereja itu kepada diri-Nya sendiri dalam segala kemuliaannya, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu; tetapi supaya ia menjadi kudus dan tak bercacat. 28Demikian juga suami harus mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri: Orang yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri; 29sebab tidak ada orang yang pernah membenci tubuhnya sendiri, melainkan memupuk dan merawatinya, seperti yang Kristus perbuat terhadap gereja, 30karena kita adalah anggota tubuh-Nya. 31Oleh sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan harus bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu tubuh. 32Misteri ini besar; tetapi aku sedang bicara dengan mengacu kepada Kristus dan gereja. 33Namun demikian, masing-masing di antara kamu juga harus mengasihi istrinya seperti ia mengasihi dirinya sendiri, dan istri harus memastikan hal itu sehingga ia menghormati suaminya (NASB).
Ayat 25a. Dengan mengubah fokusnya dari istri kepada suami, Paulus menulis, suami, kasihilah isterimu. Perintah bagi ketundukan istri kepada suaminya diseimbangkan dengan tanggung jawab suami kepada istrinya di dalam ayat 25 sampai 32. Bagian ini terbagi sendiri menjadi dua bagian. Bagian pertama mendorong suami untuk mengasihi istrinya. Paulus menunjukkan bagaimana ini harus dilakukan dengan mengetengahkan potret kasih Kristus bagi gereja (5:25-27). Bagian kedua memperluas kasih suami untuk istrinya. Di sini, Paulus menunjukkan bahwa suami harus memperlakukan istrinya sebagaimana ia akan memperlakukan dirinya sendiri, sama seperti Kristus peduli terhadap gereja (5:28-32).
Kasih bukanlah konsep baru di dalam surat ini. Paulus sebelumnya menyinggung kasih Allah (2:4) dan kasih Kristus (3:19; 5:22). Belakangan, ia bicara lagi tentang kasih jemaat Efesus, serta kasih Allah dan Kristus (6:23, 24). Di dalam nas yang sedang dibahas ini, Paulus sedang bicara tentang kasih suami untuk istrinya dalam konteks kasih Kristus untuk gereja.
Perintah "Hai suami, kasihilah isterimu" bisa saja disalahpahami sebagai kasih romantis atau kasih emosional semata. Namun begitu, Paulus menjelaskan jenis kasih yang ada di dalam pikirannya dengan menggunakan bentuk aÓgapa¿w (agapaō, "kasih, niat baik") di seluruh bagian ini (lihat 5:1, 2). Kasih yang suami harus miliki untuk istrinya adalah hasil dari keputusan untuk mencari yang terbaik bagi dia. Ini adalah keputusan untuk membantu dan bukan untuk menyakiti, untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan, untuk membesarkan hati dan bukan untuk mengecilkan hati.
Ayat 25b. Kasih suami untuk istri harus mencontoh kasih Kristus untuk gereja: Sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan menyerahkan diri-Nya bagi dia. Kasih suami bukan hanya harus menjadi keputusan, tetapi harus menjadi pengorbanan diri. Ketika Kristus menyerahkan diri-Nya di kayu salib untuk dosa dunia, Ia membeli gereja dengan darah-Nya (lihat Kisah 20:28). Pengorbanan kematian-Nya adalah sikap ketundukan terbesar yang dunia pernah ketahui. Untuk mewujudkan gereja, untuk memelihara pertumbuhannya, dan akhirnya untuk membawanya ke sorga, Yesus "menyerahkan diri-Nya bagi dia." Analogi ini menggambarkan gereja sebagai mempelai perempuan Kristus, dan tidak ada yang Kristus tidak akan korbankan untuk kesejahteraan mempelai perempuan-Nya. Dengan cara yang sama, suami yang menyerahkan dirinya untuk istrinya. Saling menghormati antara suami dan istri membuat hubungan mereka selaras dengan rencana Allah bagi keluarga. Dalam visi Paulus tentang perkawinan, istri memberikan "ketundukan yang sepenuhnya kepada kasih yang sepenuhnya"22yang diterima dari suaminya. Kenneth S. Wuest menambahkan catatan penting bagi ayat 25:
Suami memiliki tiga jenis kasih yang lain untuk istrinya, kasih gairah (eros), kasih kecukupan dan kepuasan (stergo), dan kesukaan atau kasih sayang (phileo). Semua ini dijenuhkan dengan kasih agapao dari suami yang dipenuhi dengan Roh, yang dimurnikan dan dijadikan sorgawi dalam karakternya.23
Ayat 26. Di dalam ayat 26 dan 27, Paulus selanjutnya menjelaskan tiga alasan mengapa Kristus menyerahkan diri-Nya dalam kasih pengorbanan untuk gereja. Setiap alasan yang diberikan dimulai dengan iºna (hina), yang berarti "supaya."
Pertama, Kristus menyerahkan diri-Nya untuk gereja supaya Ia boleh mengudus-
kan dia, sesudah Ia menyucikan dia dengan memandikan dia dengan air dan firman.
"Menguduskan" (bentuk kata kerja dari a'gioß [hagios, "kudus"]) artinya "dipisahkan untuk penggunaan yang sakral."24Kata ini digunakan secara berbeda dengan kata Yunani lainnya, koino/ß (koinos), yang tidak digunakan di dalam konteks ini, tetapi berarti "najis, umum, cemar."25Supaya bisa dikuduskan, orang harus menarik diri atau memisahkan diri dari apa yang najis—yaitu, dunia—dan dipisahkan untuk maksud kudus Allah. Gereja terdiri dari orang-orang yang jiwanya dimurnikan oleh darah Kristus (1 Petrus 1:22) dan yang adalah "umat kepunyaan Allah sendiri … yang telah memanggil [mereka] keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib"(1 Petrus 2:9). Gereja sudah dipanggil keluar dari dunia dan dikhususkan untuk maksud kudus Allah. Kekudusan umat Allah sering ditekankan di dalam surat ini. Paulus bicara tentang orang-orang Kristen sebagai "orang-orang kudus," atau "suci" (lihat 1:1, 4, 15, 18; 2:19; 3:18; 4:12; 5:3). "Orang-orang kudus" adalah terjemahan dari istilah Yunani hagios. (Lihat "Untuk Kajian Lebih Lanjut: Pengudusan Gereja [5:26]" yang dimulai di halaman 40.)
"Dengan firman" adalah terjemahan dari e˙n rJh/mati (en rhēmati), secara harfiah "dalam kata." Pemandian gereja itu dicapai melalui air baptisan "dengan firman." "Firman" bisa mengacu kepada firman injil yang diberitakan dan yang mengarahkan orang-orang kepada baptisan untuk penyucian. Hal ini mengingatkan kita kepada kata-kata yang diucapkan pada saat pembaptisan, misalnya, "Dengan kuasa Kristus saya membaptis saudara dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus untuk pengampunan dosa dan supaya saudara dapat menerima karunia Kudus Roh"(lihat Matius 28:18, 19; Kisah 2:38). Mungkin itu juga mencakup janji keselamatan yang terkait dengan baptisan (Markus 16:16). Di dalam 6:17, "firman" itu adalah "firman Allah" dan "pedang Roh" yang harus diberitakan (lihat Roma 10:8, 17; Ibrani 6:5; 1 Petrus 1:25). Firman-Nya memiliki kuasa penyucian dan pemurnian (lihat Yohanes 15:3; 17:17), sehingga pengudusan gereja harus sudah terjadi ketika Kristus menyucikan dia dengan baptisan bersama dengan Firman. Air dan Firman terlibat.
Ayat 27. Penggunaan kedua iºna (hina) dan tujuan kedua yang untuknya Kristus menyerahkan diri-Nya untuk gereja ditemukan di dalam ayat 27a: Supaya Ia boleh menghadirkan gereja itu kepada diri-Nya sendiri dalam segala kemuliaannya, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu. Kristus menghadirkan gereja kepada diri-Nya sendiri sebagai mempelai perempuan-Nya yang murni. Di dalam 2 Korintus 11:2, Paulus bicara tentang dirinya sendiri sebagai ayah dari mempelai perempuan atau teman dari mempelai laki-laki yang akan menghadirkan gereja Korintus kepada Kristus sebagai mempelai perempuan yang murni. Namun begitu, di dalam teks Efesus, Kristus dikatakan menghadirkan gereja itu kepada diri-Nya sendiri "dalam segala kemuliaannya." "Kemuliaan," terjemahan dari e¶ndoxoß (endoxos), adalah istilah yang digunakan dalam mengacukan gereja di tempat lain di dalam surat ini, yang mengandung "kemegahan."26Gereja memiliki warisan yang mulia (1:18), dan gereja mendatangkan kemuliaan bagi Allah (3:21). Di dalam ayat 27, "kemuliaan" menambahkan gambaran gereja sebagai mempelai perempuan Kristus yang murni yang berpakaian "kesempurnaan moral."27
"Tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu," dibedakan dengan "kemuliaan" dalam kalimat sebelumnya, menekankan bahwa mempelai perempuan Kristus adalah tanpa cela moral, kecemaran, atau kecacatan. Sesuai dengan praktik perkawinan kuno, mempelai laki-laki akan datang ke rumah mempelai perempuan, membayar mas kawin, dan kembali ke rumahnya dengan maksud datang lagi untuk dinikahkan dengan mempelai perempuannya yang tanpa cela. Dengan cara yang sama, Kristus sudah datang dan "menyerahkan diri-Nya" (5:25) sebagai mahar, kembali ke sorga, dan akan datang kembali untuk mempelai perempuan-Nya yang tanpa cela. Penghadiran gereja kepada diri-Nya sendiri akan terjadi pada akhir zaman. Ini setuju dengan kata-kata Paulus di dalam 2 Korintus 11:2 dan dengan gambaran perjamuan kawin di dalam Wahyu 19.
Tetapi supaya ia menjadi kudus dan tak bercacat. Ini adalah penggunaan ketiga iºna (hina) dan alasan ketiga Kristus "menyerahkan diri-Nya" bagi gereja. "Kudus dan tak bercacat" digunakan sebelumnya oleh Paulus (1:4) untuk menunjukkan maksud Allah dalam memilih jemaat Efesus di dalam Kristus "sebelum dunia dijadikan." Ia ingin mereka menjadi "kudus dan tak bercacat di hadapan Dia." Kecemaran dan cela adalah ciri-ciri dari orang-orang yang tidak mengenal Allah, tapi kekudusan dan tanpa cela menjadi sifat gereja. Sekarang gereja "kudus dan tak bercacat" oleh karena penyucian yang dimungkinkan oleh darah Kristus yang ditumpahkan di kayu salib ketika Ia "menyerahkan diri-Nya untuk dia." Gereja terus-menerus "kudus dan tak bercacat" dengan hidup di dalam Terang dan disucikan oleh darah yang sama (1 Yohanes 1:7). Ketika Kristus datang kembali, Ia akan menghadirkan mempelai perempuan yang murni kepada diri-Nya. Karena gereja telah disucikan oleh darah, maka gereja dapat dilihat sebagai "kudus dan tak bercacat." Sebagai anggota gereja Kristus—tubuh-Nya dan mempelai perempuan-Nya—kita harus hidup berdasarkan pelbagai nasihat yang Paulus sajikan di dalam surat ini.
Ayat 28a. Ketika Paulus memperkenalkan kewajiban suami terhadap istrinya, ia menggunakan kasih Kristus bagi gereja sebagai ilustrasi tentang bagaimana suami harus merawat istrinya. Ia berkata, Demikian juga suami harus mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri. "Demikian juga" adalah terjemahan dari ou¢twß (houtōs) dan menunjukkan bahwa apa yang muncul kemudian berkaitan dengan fakta bahwa suami harus mengasihi istrinya "sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan menyerahkan diri-Nya bagi dia" (5:25). "Harus" adalah terjemahan dari ojfei÷lw (opheilō), kata yang berarti "berutang berdasarkan kewajiban moral atau pribadi"28(lihat Yohanes 13:14). "Seperti tubuhnya sendiri" (5:28) berarti bahwa suami harus "mengasihi istrinya seperti ia mengasihi dirinya sendiri" (5:33). S. D. F Salmond berkomentar, Ini harus jangan dikecilkan menjadi "seperti diri mereka" …; kata wJß [hōs, "secara"] di sini juga tidak semata-mata berarti "seperti," seolah-olah semua yang dimaksudkan adalah bahwa kasih suami untuk istrinya harus serupa dengan kasihnya untuk tubuhnya sendiri. Kata wJß memiliki kekuatan kualitatifnya, = "seakan-akan," "sebagaimana." Kristus dan suami masing-masing adalah kepala, seperti yang sudah Paulus katakan, dan sebagaimana Gereja adalah tubuh-Nya dalam kaitannya dengan Kristus, begitu juga istri dalam kaitannya dengan suami. Karena itu, suami, sang kepala, harus mengasihi istrinya sebagaimana tubuhnya, bahkan seperti Kristus mengasihi Gereja yang merupakan tubuh-Nya. Gagasan tentang suami dan istri sebagai satu tubuh mungkin juga dalam dalam pertimbangan.29
Ayat 28b, 29. Alam menunjukkan bahwa, sebagai aturan umum, manusia tidak membenci daging atau tubuhnya sendiri. Oleh karena itu, alam harus memberitahu suami untuk mengasihi istrinya, karena ia menjadi bagian penting dari suaminya. Suami adalah kepala istrinya seperti Kristus adalah kepala tubuh-Nya, gereja. Dengan memperhatikan kesamaan ini, Paulus menyiratkan bahwa suami mempertahankan kepemimpinan atas istrinya. Dengan begitu, suami dalam mengasihi istrinya, mengasihi juga dirinya sendiri. Sebagaimana suami memupuk dan merawat tubuhnya, ia harus "memupuk dan merawat" istrinya, seperti yang Kristus perbuat terhadap gereja.
"Memupuk" adalah terjemahan dari e˙ktre÷fw (ektrephō), kata majemuk yang terdiri dari e˙k (ek , "dari") dan tre÷fw (trephō, "untuk membuat tebal, atau gemuk, dengan memberi makan; dengan begitu, memberi makan, merawat, memupuk").30
Akar kata yang sama diterjemahkan di dalam 6: 4 sebagai "mendidik mereka," di mana itu berada dalam konteks melatih anak-anak. Sebagaimana Kristus telah menyediakan pengudusan dan pemandian gereja melalui baptisan dan Firman (lihat 5:26), dan sebagaimana Ia telah menyediakan untuk membawa gereja kepada kedewasaan (4:11-16), begitu juga para suami harus menolong membantu istri mereka dalam perkembangan mereka.
"Merawat" (qa¿lpw, thalpō) berkaitan dengan panas atau kehangatan.31Kata yang sama digunakan di dalam 1 Tesalonika 2:7 untuk mengatakan tentang ibu menyusui yang merawat anak-anaknya sendiri. "Memupuk" menggambarkan kelembutan Kristus dalam merawat gereja dan mengingatkan kaum suami bahwa mereka harus dengan lembut dan penuh kasih sayang meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan istri mereka.
Ayat 30. Karena kita adalah anggota tubuh-Nya mengacu kepada fakta bahwa orang Kristen memiliki hubungan kasih sayang dengan kepala mereka, Yesus Kristus, yang memelihara mereka dan memberi mereka apa yang mereka butuhkan sebagai tubuh-Nya. Selain itu, Kristus memelihara gereja seperti suami yang penyayang dan pengasuh menyediakan kebutuhan istrinya. Setiap anggota adalah bagian penting dari tubuh Kristus, yang Tuhan kita "… peroleh … dengan darah Anak-Nya sendiri" (Kisah 20:28). Tubuh itu sangat berharga bagi Kristus dan merupakan bagian dari Kristus. Ia secara tak terpisahkan menyatu dengan tubuh itu dan dengan demikian memenuhi pelbagai kebutuhan tubuh itu. Dengan cara yang sama, para suami harus menghargai istri mereka dan berbuat sebisanya untuk memelihara dan menghormati mereka dengan penuh kasih sayang.
Ayat 31. Oleh sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan harus bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu tubuh. Kutipan dari kitab Kejadian 2:24 ini berfungsi sebagai pengingat terakhir bagi orang Kristen mengenai kesatuan antara suami dan istri. Paulus bicara tentang suami yang mengasihi istrinya "seperti tubuhnya sendiri" dan tentang suami yang mengasihi istrinya seperti ia mengasihi "dirinya sendiri" (5:28). Juga, Paulus berkata bahwa "tidak ada orang yang pernah membenci tubuhnya sendiri" (5:29). Pernyataan dari kitab Kejadian itu menekankan bahwa suami dan istri, pada kenyataannya, "satu tubuh."
Ayat 32. Paulus menyimpulkan bagian ini dengan mengingatkan bahwa ia sedang bicara secara kiasan. Melalui misteri perkawinan, Allah menjadikan suami dan istri "satu tubuh." Kesatuan yang misterius ini membantu kita untuk memahami gereja. Allah menjadikan Kristus kepala gereja, mempelai laki-laki dari mempelai perempuan. Orang Kristen adalah tubuh Kristus dan mempelai perempuan Kristus.
Ayat 33. Misteri hubungan Kristus dengan gereja memiliki arti praktis dalam hubungan suami/istri. Ketika Paulus menulis, Namun demikian (plh/n, plēn ), ia pada dasarnya sedang mengatakan, "Izinkan saya kembali kepada maksud yang saya sampaikan tentang suami dan istri." Lalu ia menekankan kebenaran bahwa tidak ada suami yang dikecualikan dari pedoman ini. Rasul itu mengatakan, masing-masing … harus mengasihi istrinya. Demikian juga, setiap istri tercakup di dalam perintah istri harus memastikan bahwa ia menghormati suaminya. "Menghormati" adalah terjemahan dari kata kerja Yunani fobe÷w (phobeō). Meski artinya adalah "takut,"32namun itu bukan takut seorang budak tapi "takut karena hormat"33yang merupakan "respon [yang tepat] terhadap kepemimpinan suaminya yang dilakukan dalam kasih yang mengorbankan diri."34
TFTWMS: Ef 5:25-33 - Menjadi Seorang Suami MENJADI SEORANG SUAMI (Efesus 5:25-33)
Setelah memerintahkan para isteri untuk tunduk kepada suami mereka (5:22), Paulus lalu menyapa para suami, men...
MENJADI SEORANG SUAMI (Efesus 5:25-33)
Setelah memerintahkan para isteri untuk tunduk kepada suami mereka (5:22), Paulus lalu menyapa para suami, mendorong mereka untuk mengasihi isteri mereka dan mencukupi kebutuhan mereka. Sebenarnya apakah yang seorang isteri perlukan? Pikirkanlah jawaban ini:
Hal apakah yang diinginkan oleh sebagian besar kaum wanita dalam hubungan mereka dengan kaum pria? Peluang yang sama di tempat kerja? Martabat di dalam rumah tangga? Pada akhir abad dua puluh, siapa saja di dunia barat hampir tidak akan mengatakan bahwa yang seharusnya adalah sebaliknya … Namun begitu bagi banyak wanita, semakin kuat benteng hak-hak dan kesempatan mereka semakin banyak keinginan mereka terhadap pencapaian di tempat kerja dan di dalam rumah tangga yang tidak tercapai. Karir sering tidak bisa memuaskan. Perkawinan dan kehidupan rumah tangga tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Apapun juga bentuk hubungan sehari-hari mereka dengan kaum pria, banyak wanita merasakan bahwa sesuatu yang penting, sesuatu yang mendasar, sedang hilang dalam kehidupan mereka.
Jika ditanya, sedikit wanita—sebenarnya, sedikit pria— yang bisa menunjukkan persoalannya. Kita semua begitu sangat bebasnya dalam tahun 90an—dan begitu sangat sekularnya dalam pemikiran kita ... Siapakah yang akan pernah menebak bahwa apa yang sebagian besar wanita inginkan, tetapi hanya sedikit wanita yang menemukannya, adalah kepemimpinan rohani laki-laki?1
Efesus 5:25-33 tidak berisi perkataan khusus tentang "kepemimpinan rohani laki-laki," namun itu merupakan apa yang Paulus sedang singgung di dalam nas ini. Seraya isteri memperlihatkan sikap tunduknya kepada Tuhan dengan menuruti kepemimpinan suaminya, suami itu menunjukkan sikap tunduk juga kepada Tuhan ketika ia menjalankan kepemimpinannya secara benar dan tepat.
Seorang suami memimpin dengan benar ketika ia dengan sungguh-sungguh menerima perintah ini: "Hai suami, kasihilah isterimu" (5:25a). Perintah ini menjabarkan kepemimpinan rohani laki-laki. Hal itu terkait dengan pelayanan yang penuh kasih dan perhatian yang lemahlembut daripada hanya ingin menjadi "majikan."
Bacalah perintah Paulus kepada para suami:
Hai suami, kasihilah isterimu sepenuh-penuhnya, seperti Kristus telah mati bagi gereja-Nya—kasih yang ditandai dengan memberi, bukan mengambil. Kasih Kristus membuat gereja menjadi sempurna. Perkataan-Nya mengingatkan kita akan keindahan gereja-Nya. Segala sesuatu yang Ia lakukan dan katakan dirancang untuk memperlihatkan yang terbaik dari gereja-Nya, untuk mengenakan sutera putih yang menakjubkan ke atas gereja-Nya, yang memancarkan cahaya kekudusan. Dan begitulah seharusnya cara suami mengasihi isteri mereka. Mereka benar-benar melakukan kebaikan untuk diri sendiri—karena mereka sudah menjadi "satu" dalam perkawinan.
Tidak seorang pun merusak tubuhnya sendiri, bukan? Benar, ia memberi makan dan memanjakan tubuhnya. Begitulah Kristus memperlakukan kita, gereja-Nya, karena kita merupakan bagian dari tubuh-Nya. Dan itulah sebabnya laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan menyukakan isterinya. Bukan lagi dua orang, mereka sudah menjadi "satu daging." Ini merupakan rahasia yang sangat besar, dan aku tidak berpura-pura bisa memahami semua rahasia itu. Tetapi apa yang paling jelas bagiku adalah cara Kristus memperlakukan gereja-Nya. Dan itu memberikan gambaran yang baik tentang bagaimana setiap suami harus memperlakukan isterinya, mengasihi dirinya sendiri dengan mengasihi dia, dan bagaimana setiap isteri harus menghormati suaminya (5:25-33; TM).
Perkataan Paulus tersebut mengajarkan kebenaran mendasar ini: Seorang suami menunjukkan kesungguhannya menerima Kristus ketika ia menggunakan kepemimpinannya untuk memelihara isterinya dengan lemah-lembut.
MENYAKSIKAN PEMELIHARAAN YANG LEMAH-LEMBUT
Apakah arti menjadi seorang suami? Artinya menjadi pemimpin yang penuh kasih. Ayat 25 berkata, "Hai suami, kasihilah isterimu, .…" Kedengarannya sederhana, bukan? Apa yang membuat masalahnya rumit adalah cara kita menyalahgunakan kata "kasih" di zaman kini. "Kasih" sering datang dengan syarat: Bagi beberapa orang, kasih adalah memperlakukan isteri dengan baik selama isteri itu baik kepada Anda, bersikap ramah kepada isteri demi untuk anak-anak, atau mencukupi kebutuhan isteri sebagai balasan atas jerih-payahnya membereskan rumah dan membesarkan anak-anak.
Paulus tidak memberi kita ruang untuk menyantumkan definisi apapun juga yang kita sukai terhadap konsep kasih itu. Paulus menawarkan dua analogi untuk membantu kita memahami apa yang ada dalam pikirannya.
Perbandingan pertama yang Paulus buat secara jelas mengatakan, "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya" (5:25). Contoh utama bagi hubungan yang harus dimiliki para suami dan para isteri terdapat di dalam Kristus dan gereja-Nya. Itu merupakan perbandingan yang sangat kuat! Di sepanjang kitab Efesus, Paulus menekankan kesatuan yang sangat penting antara Kristus dan gereja-Nya. Kristus adalah kepala gereja yang dimuliakan (1:22; 4:15). Kristus mengasihi dan sudah menyerahkan diri-Nya sendiri bagi gereja-Nya (3:19; 5:2). Kristus mendatangkan keselamatan gereja-Nya dengan kematian-Nya sendiri (1:7, 13; 2:5, 6; 2:14-18). Ia memperhatikan segala kebutuhan dan pertumbuhan gereja-Nya (4:11-16), dan Ia menetap di dalam hati orang-orang yang menjadi milik gereja-Nya (3:17). Kristus juga menyediakan pertumbuhan dan kesejahteraan bagi gereja-Nya (4:15, 16).
Paulus sudah mengatakan semua itu. Sekarang, dalam pasal 5, Paulus memperlihatkan hubungan yang luar biasa antara Kristus dan gereja-Nya sebagai contoh bagi kualitas kasih yang seorang suami harus miliki untuk isterinya. Bahwa Paulus berani menggunakan perbandingan seperti itu menunjukkan betapa seriusnya ia terhadap cara saya berhubungan dengan istri saya dan bagaimana Anda melihat hubungan Anda dengan isteri Anda.
Dalam Pasal 5 Paulus menyajikan pengungkapan tahap demi tahap dari komitmen kasih Kristus bagi gereja-Nya. Ini memberi kita rasa simpati terhadap keseluruhan kasih Kristus.
Pertama, Kristus mengasihi gereja-Nya. Ini membawa kita ke belakang kepada kekekalan masa lalu. Sebelum penciptaan, Kristus sudah mengasihi gereja-Nya. Bahkan ketika gereja itu hanya baru berupa gagasan di dalam pikiran Allah, Kristus sudah mengasihinya.
Kedua, Kristus menyerahkan diri-Nya untuk gereja-Nya. Ia meninggalkan sorga, datang ke dunia, menjadi manusia, dan mati untuk membuat gereja itu menjadi kenyataan. Tidak ada yang Ia sembunyikan. Ia memberikan semua milik-Nya.
Ketiga, Kristus menyediakan penyucian bagi gereja-Nya dengan air pembasuh melalui Firman. Paulus sudah mengetahui hal ini sejak pengalaman yang ia rasakan sendiri. Sebagai orang berdosa yang belum menjadi milik gereja Kristus, ia sudah diberitahu apa yang perlu ia lakukan untuk diselamatkan dan ditambahkan kepada gereja itu. Ia sudah mendengar perkataan ini: "Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!" (Kisah 22:16). Bagian dari apa yang membuat gereja-gereja Kristus terpisah dari banyak denominasi adalah kepercayaan ini: Seraya orang datang dengan iman kepada Firman Allah untuk dibaptis dalam air, orang itu secara rohani telah disucikan, bukan oleh air lahiriah, tetapi oleh kuasa Kristus. Kristuslah yang menyucikan gereja-Nya.
Keempat, Kristus memperlihatkan kasih-Nya bagi gereja-Nya di dalam upaya-Nya untuk membuat gereja itu kudus. Keterangan waktu dari kata kerja ini meringkas segala hal yang Kristus sedang coba lakukan. Ia ingin membuat gereja-Nya itu kudus dalam sifat dan prilakunya: "Segala sesuatu yang Ia lakukan dan katakan dirancang untuk memperlihatkan yang terbaik dari gereja-Nya" (5:27; TM).
Akhirnya, Kristus mengasihi gereja-Nya, dan di akhir zaman nanti Ia akan mengambil sendiri gereja itu sebagai gereja yang berkilauan. Kata Yunani yang diterjemahkan "berkilauan," endoxos, secara harfiah artinya "mulia." "Kemuliaan" di dalam Kitab Suci mengacu kepada karakter Allah yang bercahaya, berkilauan yang terlihat mata. Suatu hari nanti kasih Kristus akan membawa gereja-Nya itu kepada titik kemilauan, keindahan yang saleh. Yohanes, seorang rasul yang lain, memberi kita pandangan sekilas tentang akan seperti apakah gereja itu nantinya:
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya (Wahyu 21:1, 2).
Berusaha memahami kasih Kristus bagi gereja-Nya memang di luar kemampuan kita. Akan lebih mudah bagi kita menghitung dengan tepat jumlah butir-butir pasir di semua pantai di seluruh dunia daripada kita mengukur kasih sejati yang Kristus miliki untuk gereja-Nya. Kasih-Nya itu merentang dari kekekalan masa lalu hingga sekarang, dan berlanjut terus hingga kekekalan yang akan datang.
Apakah yang bisa kita lakukan dengan kasih yang tidak terselami ini? Hai suami-suami, kita harus membiarkan kasih itu membuat kita berlutut. Kita harus membiarkan kasih itu melenyapkan keangkuhan buruk yang membuat perkawinan kita tidak berjalan seperti yang Allah kehendaki. Kita harus membiarkan kasih itu mengakhiri keegoisan yang membuat kita tidak mau menjadi pelayan isteri kita.
Kristus menunjukkan kepada saya bahwa apa yang isteri saya perlukan adalah seorang pemimpin yang mau melayani. Ia memerlukan seorang suami yang mengasihi dia, yang mau memberi daripada yang selalu mau mengambil, yang selalu memperlihatkan yang terbaik dalam dirinya, dan yang ingin dia itu menjadi apa yang ada di dalam pikiran Allah sebagai anak-Nya.
MENGALAMI PEMELIHARAAN YANG LEMAH-LEMBUT
Paulus memberikan analogi kedua untuk membantu kita memahami kasih yang harus kita miliki untuk isteri kita. Analogi itu berasal dari pengalaman pribadi kita sendiri: "Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya" (5:28, 29a). Jika ada sesuatu yang saya pahami, maka itu adalah memelihara diri saya sendiri. Sewaktu saya lapar, saya memberi makan diri saya. Sewaktu saya kelelahan, saya istirahat. Sewaktu saya terluka, saya berbuat sebisanya untuk mengurangi rasa sakit itu.
Perkawinan itu menakjubkan sebab—karena kita berdua adalah satu daging—sebagaimana saya mengasihi isteri saya, saya juga memperlihatkan kasih itu kepada diri saya. Pemeliharaan saya untuk dia adalah pemeliharaan saya untuk diri saya juga.
Lalu, apakah yang seharusnya kita perbuat untuk isteri kita? Daftar di bawah ini bisa membuat kita memulainya. Para suami harus melakukan hal-hal berikut ini:
Berikanlah waktu Anda … isteri Anda adalah prioritas nomor satu; Berikanlah kehadiran Anda … baik kehadiran fisik maupun emosi Anda; Berikanlah kebenaran … jalankanlah kepemimpinan rohani di dalam rumah tangga, pastikanlah isteri dan keluarga Anda mempelajari kebenaran itu;Berikanlah kasih Anda … untuk mencukupi kebutuhannya; Berikanlah doa Anda … kepada Bapa atas pemeliharaannya yang lemah-lembut; Berikanlah pengampunan Anda … untuk memulihkan hubungan; Berikanlah kepemimpinan Anda … untuk rumah tangga dan keluarga; Berikanlah harta Anda … berbagi dengan dia semua yang Anda miliki.2
MEMPRAKTIKKAN PEMELIHARAAN YANG LEMAH-LEMBUT
Pesan Allah kepada para isteri adalah "tunduklah" (5:22). Pesan Allah kepada para suami adalah "kasihilah" (5:25). Teman, izinkan saya membuat hal ini menjadi praktis. Renungkanlah kasih yang engkau miliki untuk isterimu. Nilailah dirimu sendiri dari 1 sampai 10, dimana angka 1 artinya "aku sangat lemah dalam mengasihi isteriku" dan angka 10 artinya "aku sangat kuat bila tiba pada masalah mengasihi isteriku."
"Aku tidak pernah meninggalkan isteriku."
"Aku lebih memperdulikan isteriku daripada diriku sendiri."
"Aku tidak pernah mengharap lebih banyak darinya daripada apa yang sanggup ia berikan."
"Aku tidak pernah menuntut untuk menjadi 'boss' di dalam rumah tanggaku."
"Harga diriku tidak pernah menimbulkan persoalan di dalam perkawinanku."
"Aku tidak pernah memaksa dia untuk melakukan segala hal dengan caraku."
"Aku tidak pernah meminta dia untuk 'utamakan aku.'"
"Aku tidak pernah marah besar terhadap dia."
"Aku tidak menghitung-hitung kesalahannya."
"Aku memaafkan dia bila ia berbuat salah."
"Aku sangat senang melihat dia bertumbuh secara rohani."
"Aku akan bersabar terhadap dia dalam hal apa saja."
"Aku akan mengikuti rencana Allah bagi hidupnya."
"Aku akan selalu memikirkan yang terbaik tentang dirinya."
"Aku tidak akan pernah menyesali komitmen yang kubuat untuk dia."
"Aku akan menjaga komitmenku untuk membantu dia menjadi wanita yang Allah kehendaki."
"Cintaku untuk dia tidak akan pernah mati."
KESIMPULAN
Hai suami, Allah tidak mengharapkan Anda untuk menjadi sempurna, namun Ia memang mengharapkan Anda untuk memberikan semua milik Anda untuk menunjukkan kasih dan pemeliharaan yang lemahlembut yang isteri Anda butuhkan dari Anda.
Lihatlah kepada Yesus. Ia siap untuk menolong Anda. Mengapa tidak meluangkan waktu sejenak dan memberikan kembali diri Anda menjadi suami yang Allah kehendaki? Allah akan menepati janji-Nya untuk menguatkan dan menolong Anda.
"Hai suami, kasihilah isterimu …."
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Efesus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu pu...
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).
Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
- (1) bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan
- (2) bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.
Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.
- (1) Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).
- (2) Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
- (1) Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4), "menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
- (2) Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.
- (3) Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef 6:10-20).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
- (2) "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam Kristus".
- (3) Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
- (4) Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
- (5) Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).
Full Life: Efesus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Ef 1:1-2)
I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21)
A. Keuta...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Ef 1:1-2) - I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21) - A. Keutamaan Kristus dalam Penebusan
(Ef 1:3-14) - 1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa
(Ef 1:3-6) - 2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya
(Ef 1:7-12) - 3. Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus
(Ef 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani
(Ef 1:15-23) - B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus
(Ef 2:1-3:21) - 1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru
di Dalam Kristus
(Ef 2:1-10) - 2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan
(Ef 2:11-15) - 3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga
(Ef 2:16-22) - 4. Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja
(Ef 3:1-13)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani
(Ef 3:14-21) - II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya
(Ef 4:1-6:20) - A. Hidup Baru Orang Percaya
(Ef 4:1-5:21) - 1. Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja
(Ef 4:1-16) - 2. Hidup Baru yang Kudus
(Ef 4:17-5:7) - 3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang
(Ef 5:8-14) - 4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh
(Ef 5:15-21) - B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya
(Ef 5:22-6:9) - 1. Suami dan Istri
(Ef 5:22-33) - 2. Anak-Anak dan Orang-Tua
(Ef 6:1-4) - 3. Hamba dan Tuan
(Ef 6:5-9) - C. Peperangan Rohani Orang Percaya
(Ef 6:10-20) - 1. Sekutu Kita -- Allah
(Ef 6:10-11a) - 2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya
(Ef 6:11-12) - 3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah
(Ef 6:13-20) - Penutup
(Ef 6:21-24)
Matthew Henry: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan kar...
- Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan karena suatu hal salinan yang dikirimkan kepada jemaat Efesus diambil untuk dimasukkan ke dalam kanon, dan karena itu surat ini akhirnya dipandang sebagai suatu tulisan khusus. Pendapat ini dibuat berdasarkan kesimpulan bahwa surat ini merupakan satu-satunya surat dari semua surat kerasulan Paulus yang tidak menyinggung secara khusus keadaan atau masalah yang terjadi di jemaat Efesus. Sebaliknya, surat ini banyak memuat kepentingan yang bersifat umum bagi semua orang Kristen, khususnya bagi semua orang yang dahulu berasal dari bangsa-bangsa lain dan kemudian bertobat memeluk agama Kristen. Namun, di lain pihak, dapat pula diamati bahwa dalam surat kerasulan ini tertulis dengan jelas, kepada orang-orang kudus di Efesus (1:1), dan di bagian penutupnya, Rasul Paulus memberi tahu orang-orang kudus tersebut bahwa ia telah mengutus Tikhikus kepada mereka, yang dikatakan di dalam surat 2 Timotius 4:12, bahwa ia telah mengutusnya ke Efesus. Surat ini adalah sepucuk surat kerasulan yang ditulis dari dalam penjara. Beberapa orang memperhatikan bahwa apa yang ditulis oleh Rasul Paulus dari dalam penjara ketika ia masih menjadi orang tahanan ini mengandung perasaan senang dan sukacita dalam perkara-perkara Allah. Ketika kesesakannya bertambah-tambah, penghiburannya pun lebih melimpah lagi. Dari situ kita dapat mengamati bahwa cobaan-cobaan yang dialami umat Allah, dan khususnya oleh para pelayan-Nya, sering kali malah mendatangkan kebaikan bagi orang lain, di samping bagi kebaikan mereka sendiri. Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini adalah untuk membangun kehidupan anggota jemaat di Efesus di dalam kebenaran, dan untuk itu, membawa mereka mengenal rahasia Injil lebih jauh. Di bagian awal surat ini, ia menunjukkan hak istimewa agung yang dimiliki oleh para anggota jemaat di Efesus, yaitu mereka yang di masa lampau adalah penyembah-penyembah berhala, namun sekarang mereka telah memeluk Kekristenan dan diterima dalam kovenan bersama Allah. Hal ini ia gambarkan dari sudut pandang keadaan kehidupan mereka yang tercela sebelum pertobatan mereka (pasal 1-3). Di bagian terakhir (yang dapat kita baca di dalam pasal keempat, kelima, dan keenam), ia mengajarkan kewajiban-kewajiban utama beribadah, baik yang sifatnya pribadi maupun keluarga. Ia juga menasihati dan menyemangati mereka supaya menjalankan kewajiban-kewajiban itu dengan setia. Zanchy (tokoh reformasi abad keenam belas dari Italia – pen.), mengamati bahwa di dalam surat ini kita memiliki sebuah ringkasan dari seluruh ajaran Kristen, serta dari hampir semua pokokpokok utama mengenai keilahian.
Jerusalem: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini
di Geredja purba, te...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini di Geredja purba, tetapi tidak terdapat pada segala surat naskah tertua jang ditemukan. Menilik isi dan tjoraknja sangat disangsikan bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada umat itu. Ia lebih bersifat surat edaran umum, bagi umat-umat muda jang baru-baru bertobat dan tidak didirikan oleh Paulus sendiri, seperti umat Kolose. Ada sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa surat inilah dimaksudkan dalam Kol. 4:16, sebagai "surat dari Laodisea" jang harus dibatjakan di Kolose djuga. Bagaimanapun djuga, soal itu bagi kita tidak begitu penting untuk dibitjarakan lebih landjut disini.
Kesamaan surat ini dengan surat kepada umat Kolose menjolok, baik mengenai atjara pokok, isi umum, maupun gajanja. Kita beroleh kesan-kesan bahwa ia merupakan suatu landjutan dan pelengkapan dari surat kepada orang-orang Kolose itu. la rupanja ditulis dalam waktu jang hampir sama, lagi diantar oleh tokoh jang sama, ialah Tichikus. Atjara pokok kedua surat ialah Misteri Kristus dan misteri rentjana penjelamatan seluruh bangsa manusia dalam Kristus. Surat kepada umat Kolose lebih menggambarkan dan menondjolhan martabat dan kedudukan Kristus diatas segala machluk, termasuk para Malaekat, sebagai Putera Allah jang setara dengan Allah dalam segalanja, turut mentjiptakan segala machluk dan berkuasa mutlak atasnja. Pernjataan-pernjataan itu merupakan dasar segala uraian dalam Ef. djuga, tetapi tidak diuraikan lagi, harus disentuh dan itu sering dengan memperlihatkan segi-segi baru jang indah dan penting. Chususnja ia membitjarakan misteri penjelamatan kita, jang disorotinja dari pelbagai sudut dan puntjaknja ialah adjaran tentang umat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Kedua surat mulai dengan madah-pudjian jang padat dan dalam isinja, indah gajanja dan bernada tinggi. Nada tinggi itu dipertahankan sepandjang seluruh surat, djuga dalam bagian jang merupakan peringatan-peringatan jang agak sungguh-sungguh, malah sampai bertjorak tuduhan. Kol. jang berlandasan pada salah paham dan bahaja- bahaja jang mengantjam dalam umat, masih bertjorak surat perdjuangan, tetapi Ef. semata-mata bersuasana kegembiraan atas kerahiman dan tjinta Allah, dalam merentjanakan dan melaksanakan penjelamatan segala bangsa manusia dalam Kristus. Mengenai alasan untuk menulis surat ini kita mendapat kesan-kesan atau dapat kita bajangkan, bahwa Paulus sesudah menjelesaikan suratnja kepada umat Kolose tidak merasa puas. Barangkali ia hemudian teringat bahwa umat Kolose dan umat- umat lainpun jang belum pernah dikundjunginja, tentu belum mendapat peladjaran jang agak luas dan mendalam tentang adjaran-adjaran jang hanja dengan ringkas diuraikan ataupun disentuhnja sadja dalam surat pendek kepada orang-orang Kolose itu. Sedangkan djustru adjaran-adjaran itu merupakan adjaran-adjaran dasar dan inti hakekat Indjil, mengenai tudjuannja dan kemuliaan martabat para beriman serta hubungan erat-mesra mereka dengan Kristus. Kalau itu benar djalan pemikiran Paulus, maka kita dapat mengerti bagaimana perasaan tak puas mendorongnja untuk memberi pengadjaran tulisan jang lebih luas kepada umat-umat tersebut. Dan karena kegembiraan hatinja, bahwa umat-umat itu dipanggil oleh Allah dan menerima Indjil, dan telah dipenuhi dengan segala rahmat dan berkat surgawi (Ef. 1:3-6), dan kepertjajaan umat-umat serta tjinta kasihnja dapat dipudji (1:15), maka seluruh surat diliputi suasana kegembiraan berdasarkan sjukur dan pudjian kepada Allah.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) "Hidup Dalam Kasih Dengan Mengikuti Teladan Kristus" (Efesus 5:1-6)
"Berjalan" atau "hidup" digunakan lagi di pasal 5. ...
"Hidup Dalam Kasih Dengan Mengikuti Teladan Kristus" (Efesus 5:1-6)
"Berjalan" atau "hidup" digunakan lagi di pasal 5. Dengan menggunakan Kristus sebagai contoh, Paulus mendesak umat Kristen di Efesus untuk "hidup dalam kasih" dan untuk hidup dengan cara yang sepadan dengan orang-orang kudus yang memiliki warisan di dalam kerajaan Kristus dan Allah.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) HIDUP DALAM KASIH (5:1-6)
Di dalam 5:1-6, Paulus membahas bagian kedua dari empat cara orang Kristen harus "berjalan/hidup" sebagai anggota...
HIDUP DALAM KASIH (5:1-6)
Di dalam 5:1-6, Paulus membahas bagian kedua dari empat cara orang Kristen harus "berjalan/hidup" sebagai anggota gereja yang mulia. Pada bagian surat ini, Paulus mengatakan bahwa kita harus "hidup dalam kasih."
"Peniru Allah." Kita "hidup dalam kasih" untuk menjadi "peniru Allah" dan untuk mengikuti Kristus. Paulus sebelumnya telah menunjukkan bahwa segala sesuatu yang Allah telah lakukan bagi orang berdosa timbul dari motivasi kasih (lihat 2:1-10). Sebagai anak-anak Allah, kita harus menyerupai keluarga-Nya dengan mengasihi seperti Ia mengasihi (5:1).
Karunia Kristus berupa diri-Nya untuk kita sebagai korban yang sempurna untuk dosa, korban yang diterima oleh Allah, dibuat karena Ia mengasihi kita. Kristus adalah pola hidup kita (lihat Roma 8:29; 1 Petrus 2:21), dan kita meniru Kristus dengan mengasihi orang lain (5:2).
"Orang-orang Kudus" atau "Orang-orang Berdosa." Kita "hidup dalam kasih" untuk menjalani perbedaan dalam gaya hidup antara "orang-orang kudus" (5:3) dan "anak-anak yang tidak taat" (5:6). Paulus memakai contoh dosa seksual untuk menggambarkan tidak adanya kasih sejati di dalam kehidupan "anak-anak yang tidak taat" (5:3-5).
"Orang-orang Kudus" harus dicirikan dengan kasih terhadap orang lain. Kita harus menghormati mereka sebagai manusia dan mengupayakan yang terbaik untuk mereka. Mereka yang melakukan dosa seksual adalah tidak sedang mengasihi; mereka sedang memperalat orang lain bagi kesenangan mereka sendiri.
"Hidup dalam kasih" adalah bersikap dengan cara yang "pantas" untuk orang-orang kudus. Kita "hidup dalam kasih" dengan "mengucap syukur" (5:3, 4) dan dengan berjaga-jaga terhadap gaya hidup yang menipu yang bertentangan dengan kehendak Allah (5:6).
Perilaku orang Kristen dipolakan sesuai dengan kasih Allah dan Kristus. Gaya hidup ini lebih mulia daripada gaya hidup yang pernah kita jalani dan gaya hidup yang dunia ini masih jalani.
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Gran...
Catatan Akhir:
- 1 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 3:350.
- 2 Ibid.
- 3 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 312.
- 4 Ibid., 321.
- 5 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph Henry Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 21; see also Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 34.
- 6 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1991), 948.
- 7 Lincoln, 322.
- 8 Salmond, 352.
- 9 Zodhiates, 938.
- 10 Ibid., 918.
Pengarang: Jay Lockhart
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 "Sex Study Reveals America to be Hotbed of Monogamy," Fort Worth Star Telegram (7 October 1994): 1a.
2 Ibid.
3 Jer...
Catatan Akhir:
- 1 "Sex Study Reveals America to be Hotbed of Monogamy," Fort Worth Star Telegram (7 October 1994): 1a.
- 2 Ibid.
- 3 Jerry Kirk, "God's Call to Sexual Purity" dalam Seven Promises of a Promise Keeper, ed. Al Janssen (Colorado Springs, Colo.: Focus on the Family Publishing, 1994), 92-93.
- 4 Garis besar untuk bagian berikut ini disadur dari John MacArthur, Jr., Ephesians, The MacArthur New Testament Commentary (Chicago, Ill.: Moody Press, 1986), 193-203.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) BERJALAN DI JALAN YANG BENAR (2:1-10; 4:1, 17; 5:2, 8, 15)
"Berjalan" adalah kiasan bagi hidup. Sebagai orang Kristen, kita harus berhati-h...
BERJALAN DI JALAN YANG BENAR (2:1-10; 4:1, 17; 5:2, 8, 15)
"Berjalan" adalah kiasan bagi hidup. Sebagai orang Kristen, kita harus berhati-hati bagaimana kita berjalan dan dengan siapa kita berjalan.
Kita harus jangan berjalan menurut dunia (2:2a). Mereka yang berjalan menurut dunia adalah sesat; mereka menjadi milik dunia yang sementara ini, dunia yang terasing dari Allah. Mereka adalah bagian dari kerajaan yang menentang Kerajaan Allah.
Kita harus jangan berjalan menurut Iblis (2:2b). Jiwa-jiwa yang sesat sejalan dengan Iblis, "penguasa kekuatan udara" dan "roh yang sekarang sedang bekerja di antara anak-anak ketidaktaatan" Kehidupan mereka diperintah oleh pemberontakan.
Kita harus jangan berjalan menurut hawa nafsu daging (2:3a). Mereka yang sesat hidup menurut hawa nafsu mereka sendiri, ketimbang menurut cara yang Allah ingin mereka hidup dengannya.
Kita harus jangan berjalan sebagai anak-anak yang dimurkai (2:3b). Mereka yang sesat hidup menurut sifat Adam, "sifat manusia" yang berdosa dan menjadi sasaran murka Allah. Roma 1:18 memperingatkan, "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman."
Kita harus berjalan dengan cara yang sepadan (4:1). Paulus mendesak orang Kristen untuk hidup sesuai "dengan panggilan yang dengannya [kita] telah dipanggil." Kita telah menerima panggilan Allah yang kudus untuk hidup sesuai dengan kasih karunia dan kemuliaan-Nya (lihat 1 Tesalonika 2:12; 2 Timotius 1:9). Kita harus jangan hidup dengan pikiran yang sia-sia (4:17). Orang sesat hidup tanpa arah rohani. Kristus hidup dengan tujuan, dan kita akan diberkati jika kita mengikuti teladan-Nya (lihat 1 Petrus 2:21; 3:9).
Kita harus berjalan dalam kasih (5:2). Allah adalah kasih (1Yohanes 4), dan tujuan terbesar kita adalah mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran kita. Selain itu, kita harus mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri (lihat Matius 22:37-39).
Kita harus berjalan seperti anak-anak terang (5:8). Kita tidak lagi berjalan di dalam "kegelapan," sebab kita sekarang adalah "Terang di dalam Tuhan."
Kita harus berjalan seperti orang berhikmat (5:15, 16). Kita harus menghabiskan hari-hari kita dengan melayani Allah, selagi kita mampu melakukannya (lihat Yohanes 9:4).
KEHIDUPAN YANG DIPENUHI DENGAN ROH (5:18-21)
Di dalam Perjanjian Lama, Allah memiliki bait suci untuk umat-Nya; di dalam Perjanjian Baru, Allah memiliki umat untuk bait suci-Nya. Pada saat lahir barunya (baptisan), setiap orang Kristen menjadi bait suci Allah yang hidup. Pada hari Pentakosta, Petrus berkata, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kita akan menerima karunia Roh Kudus"(Kisah 2:38). Jika kita telah dilahirkan kembali, maka kita menampung satu Pribadi—Roh Kudus Allah. Proses ilahi ini hanya dimulai saat pembaptisan; orang Kristen hidup sehari-hari dengan Roh Allah.
Paulus menasihati jemaat Efesus untuk "dipenuhi dengan Roh" (5:18). Ini bukan pilihan; itu adalah perintah. Dipenuhi dengan Roh bukan sesuatu yang kita lakukan jika kita ingin menjadi super-rohani; itu adalah tanggung jawab setiap anak Allah yang sudah dilahirkan kembali. Kita harus dipenuhi dengan Roh.
Bagaimanakah kita bisa tahu jika kita sedang melaksanakan kewajiban ilahi ini? Apakah tanda-tanda mereka yang secara progresif sedang dipenuhi dengan Roh? Ayat 18 memberi kita perintah, dan ayat-ayat selanjutnya memberi kita tiga ciri-ciri yang mengidentifikasi orang percaya yang dipenuhi dengan Roh. Di dalam teks asli Yunani mereka diperlihatkan sebagai partisip, kata-kata yang menunjukkan tindakan yang berkelanjutan.
Apa sajakah tiga tanda petunjuk tentang kehidupan yang dipenuhi dengan Roh?
"Berkata-kata" Seorang Kepada Yang Lain Dengan Memuja. "Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani, bernyanyi dan membuat melodi dengan hatimu kepada Tuhan"(5:19).
Nyanyian kita mencerminkan kasih kita untuk Tuhan Allah; itu adalah ungkapan pemujaan kita. Itu adalah bagian dari ibadah yang penuh sukacita. Sukacita kita akan meluap dalam pujian kepada Allah. Jiwa kita ingin berseru keras dalam pemujaan dan ucapan syukur kepada Allah, Penebus kita.
Paulus mengatakan "berkata-kata" ini akan dilakukan dalam "mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani." Kita harus jangan menekan terlalu jauh perbedaan dalam istilah-istilah itu, namun pasti ada perbedaan tertentu. "Mazmur" adalah mazmur dari Perjanjian Lama, satu-satunya kitab nyanyian gereja mula-mula. Perintah Paulus adalah memuji Allah dengan kitab pujian-Nya sendiri yang terilham. Apapun suasana hati kita, apapun kesedihan atau sukacita kita, apapun masalah kita, kita dapat menemukan mazmur untuk mengungkapkan perasaan kita.
"Kidung pujian" adalah lagu pujian yang diarahkan kepada Allah. Kidung pujian adalah produksi khas Kristen, sedangkan mazmur masuk ke dalam gereja dari agama Yahudi.
"Lagu-lagu rohani" mungkin lagu-lagu yang kurang formal yang mengungkapkan kepercayaan, sukacita, dan ucapan syukur kita. Ini jauh lebih bersifat pribadi dibandingkan kidung pujian dan mazmur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Kita harus menyanyi dan membuat melodi dengan hati kita kepada Tuhan. Kata Yunani yang diterjemahkan "membuat melodi" sebenarnya berarti menyentuh akord hati ketika kita menyembah. Hati kita adalah sarana untuk memberikan pujian yang murni kepada Allah.
Motif kita untuk ibadah terlihat di dalam kata-kata "kepada Tuhan." Menyanyi bukan untuk meninggikan diri kita sendiri atau untuk melihat bagaimana indahnya kita dapat menyatukan bersama suara kita. Motif utama kita dalam berkata-kata dalam mazmur, kidung pujian, dan lagu-lagu rohani adalah untuk mendatangkan sikap hormat yang murni dan pujian kepada Penebus kita.
"Mengucap Syukur" Kepada Allah Dalam Penghargaan. "Selalulah mengucap syukur untuk segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah, yaitu Bapa" (5:20).
Sebagaimana menyanyi menunjukkan bagaimana kita berhubungan dengan Allah, ucapan syukur mencerminkan bagaimana kita berhubungan dengan keadaan kita. Ketika kita dipenuhi dengan Roh, kita akan bersyukur dalam segala hal.
Jenis ucapan syukur apakah ini? Ini adalah ucapan terima kasih yang arahnya benar: "Mengucap syukur … kepada Allah, yaitu Bapa." Meski beberapa orang berkata, "Saya beruntung hari ini," kita harus memberi pujian kepada Allah. Kita harus bersyukur, "selalu mengucap syukur . . . ."
Paulus melanjutkan, " … untuk segala sesuatu." Kita dapat dengan mudah berterima kasih kepada Allah untuk hal-hal yang baik yang terjadi dalam hidup kita. Bagaimana dengan kesulitan hidup? Kita mungkin tidak mengerti mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi seperti itu, tapi kita masih bisa percaya bahwa entah bagaimana kebaikan dapat timbul dari mereka.
Tundukkanlah Dirimu Seorang Kepada Yang Lain Dalam Hormat. "Tundukkanlah dirimu seorang kepada yang lain dalam hormat untuk Kristus" (5:21; NIV).
"Tunduk" melibatkan hubungan kita dengan satu sama lain. Ketika Paulus menulis, "tunduk" digunakan sebagai istilah militer. Secara harfiah itu berarti orang yang sederajat menempatkan dirinya di bawah orang lain yang sederajat. Itu tidak mengandung konotasi lebih rendah. Allah Anak tunduk kepada Allah Bapa. Ia sepenuhnya sama dengan Allah Bapa, tetapi Ia secara sukarela tunduk.
Para istri harus tunduk kepada suami mereka—tapi itu hanya tampilan luar dari prinsip itu. Mereka bukan satu-satunya yang diajarkan untuk mempraktikkan ketundukan. Ketundukan adalah untuk setiap orang Kristen. Pada tingkatan di mana kita dengan rendah hati tunduk kepada saudara-saudari kita di dalam Kristus, itu adalah tingkatan yang sama yang untuk itu kita dipenuhi dengan Roh. Beberapa saudara goyah dalam kehidupan Kristen mereka karena mereka menuntut hak-hak mereka. Selama seseorang menuntut hak-haknya sendiri, ia tidak dapat berserah kepada kendali Roh. Kita telah mati terhadap diri sendiri (lihat Galatia 2:20). Hak apakah yang orang mati miliki?
Mengapakah orang Kristen bersedia menempatkan dirinya di bawah kuasa orang Kristen lainnya? Untuk melayani dia. Beberapa orang ingin dirinya dipenuhi dengan Roh tetapi tidak ingin mengalami kesulitan dalam membantu orang lain dalam nama Yesus. Paulus berkata, "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (2 Korintus 4:5). Kita harus saling melayani satu sama lain dalam kasih.
Paulus berkata, "Tundukanlah dirimu seorang kepada yang lain dalam hormat untuk Kristus" (NIV). Kita saling menundukkan diri oleh karena Yesus. Ia melayani orang lain; Ia menetapkan pola. Dipenuhi dengan Roh-Nya adalah sama dengan menjadi seperti Dia.
Kesimpulan. Ketika kita dipenuhi dengan Roh, dunia melihat siapa yang yang mendominasi dan menguasai kita. Kita bisa membiarkan mereka melihat ini melalui perkataan, ucapan syukur, dan ketundukan kita.
Chris Bullard
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) "Hidup Sebagai Anak-Anak Terang" (Efesus 5:7-14)
Untuk ketiga kalinya di dalam pasal 4 sampai 6, Paulus menginstruksikan jemaat Efesus untu...
"Hidup Sebagai Anak-Anak Terang" (Efesus 5:7-14)
Untuk ketiga kalinya di dalam pasal 4 sampai 6, Paulus menginstruksikan jemaat Efesus untuk "berjalan/hidup" dengan cara tertentu di 5:7-14. Ia mengakhiri diskusinya tentang hidup orang Kristen dalam kasih dengan kesimpulan yang juga memperkenalkan bagian berikutnya. Dengan membedakan agama Kristen dengan gaya hidup lama jemaat Efesus, ia menantang mereka berbalik dari kegelapan untuk hidup sebagai anak-anak terang.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) ANAK-ANAK TERANG (5:7-14)
Paulus, di dlaam 5:7-14, membuat pernyataan ketiga tentang bagaimana orang Kristen harus "hidup," dengan mendesak...
ANAK-ANAK TERANG (5:7-14)
Paulus, di dlaam 5:7-14, membuat pernyataan ketiga tentang bagaimana orang Kristen harus "hidup," dengan mendesak para pembacanya untuk "hidup sebagai anak-anak terang" di dalam ayat 8.
Perbedaan. Alkitab menyajikan perbedaan antara "terang" dan "kegelapan." "Terang" melambangkan Allah, jalan Allah, kuasa-Nya, dan umat Kristen. "Kegelapan" melambangkan Iblis, cara dunia, kuasanya, dan orang-orang yang sesat.12"Terang" dan "kegelapan" melambangkan Kristus dan kejahatan (Yohanes 1:1-5, 9; 3:19-21; 8:12; 12:35, 36). Selanjutnya, kaitan dengan "terang" dan "kegelapan" membedakan orang Kristen yang setia dengan orang yang tidak setia (1 Yohanes 2:4-11).
Jaminan. Hidup dalam Terang menjamin orang Kristen memiliki hubungan yang benar dengan Allah dan pembasuhan terus menerus dari dosa (1 Yohanes 1:5-9).
Pengetahuan. Orang Kristen tahu bahwa mereka sedang hidup dalam "Terang" ketika mereka menghasilkan buah Terang (5:9), menemukan apa yang menyukakan Allah (5:10), dan menelanjangi segala perbuatan kegelapan (5:11-14). Seraya orang Kristen menyerahkan hidup mereka kepada Allah dan hidup sebagai umat-Nya, Ia menolong mereka untuk menghasilkan jenis buah yang tepat. Mereka menemukan apa yang menyukakan Allah dengan mempelajari Kitab Suci. Ketika orang Kristen hidup dengan benar dan bicara lantang dengan ketegasan dan kebaikan melawan kejahatan, dampaknya terhadap masyarakat adalah besar.
"Terang di dalam Tuhan." Paulus menyifatkan jemaat Efesus sebagai "Terang di dalam Tuhan" (5:8). Ketika orang dibaptis ke dalam Kristus, ia diperdamaikan kepada Allah, ditebus dari dosa, dan menjadi penerima segala berkat rohani; ia menjadi terang bagi dunia (lihat 1:3-14; 2:13-16; Matius 5:16).
Kesimpulan. Orang Kristen berada di dunia, namun bukan dari dunia. Gereja tidak merangkul dunia, tetapi menghadapi dunia sebagaimana terang menembus kegelapan.
PENIRU ALLAH (5:1-14)
Salah satu sifat anak-anak di seluruh dunia adalah bahwa mereka selalu meniru orang-orang yang mereka cintai. Ketika ditanya oleh ibunya apa yang ingin ia makan, seorang anak mungkin berkata, "Aku ingin apa yang Ayah makan." Anak-anak tidak peduli untuk menjadi pelopor; mereka jauh lebih peduli untuk menjadi seperti model yang mereka sukai.
Sebagai anak-anak Allah, kita diberitahu untuk menjadi "peniru Allah" (5:1). Jika kita ingin menjadi seperti Allah, bagaimanakah kita harus hidup? Di dalam 5:1-14, Paulus mengatakan bahwa "peniru Allah" akan menjadi seperti Dia dalam dua cara.
1. Anak-Anak Kasih (5:1-7). "Oleh karena itu jadilah peniru Allah, sebagai anak-anak yang kekasih, dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga mengasihi kamu dan memberikan diri-Nya untuk kita …" (5:1, 2).
Kunci untuk memahami sifat yang pertama terdapat di dalam kata "oleh karena itu." Kata itu mendorong kita kembali kepada prinsip yang tercantum di dalam 4:32: "32Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, berhati lembut, saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus juga telah mengampuni kamu." Allah digambarkan sebagai Pengampun yang penuh kasih. Cara terbaik kita untuk memenuhi perintah Paulus untuk meniru Allah adalah ketika kita menjadi pengampun penuh kasih bagi diri kita sendiri. Kita harus baik hati; kita harus lembut hati; tidak kasar, tidak dingin, tidak acuh tak acuh. Kita harus memaafkan. Itu adalah kasih yang dibuat nyata, karena kasih yang tidak bisa memaafkan adalah bukan kasih sejati.
Di dalam Matius 18, kita menemukan komentari Yesus sendiri tentang prinsip ini. Petrus bertanya kepada Tuhan berapa kalikah orang harus mengampuni saudaranya. Para rabi Yahudi telah mengajarkan bahwa orang harus memaafkan seseorang hanya tiga kali saja; setelah itu, ia bebas dari kewajibannya. Petrus, mungkin ingin mengesankan Tuhan dengan betapa ia telah dewasa di bawah bimbingan-Nya, menjawab pertanyaannya sendiri dengan menyarankan tujuh kali. Yesus menjawab, "Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali" (Matius 18:22). Intinya adalah bukan mengingat-ingat catatan, tapi tentang sikap. Sikap memaafkan adalah penting untuk meniru kasih Allah.
Pernahkah kita berbuat salah kepada Allah? Tentu saja kita pernah! Kita pernah memberontak terhadap Dia, merendahkan Dia, membenci Dia, menolak Dia. Namun, Ia telah mengampuni kita. Kematian Kristus di kayu salib adalah jelas, pengampunan yang tak patut kita terima sudah Allah berikan (Roma 5:8). Itulah tepatnya jenis pengampunan yang kita harus tampilkan.
Hal apakah yang mendorong adanya pengampunan seperti itu? Kasih. Ingatlah apa yang Paulus ajarkan di dalam pasal 2. Ia mengatakan bahwa dahulu kita mati di dalam dosa; kita mengikuti gaya hidup dunia ini. Kita tidak taat; kita berperilaku atas dasar hawa nafsu daging kita. "Tetapi Allah, yang kaya dalam rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar yang dengannya Ia mengasihi kita. Bahkan ketika kita mati dalam pelanggaran-pelanggaran kita, menjadikan kita hidup bersama dengan Kristus …" (2:4, 5).
Salib menjadikan pengampunan suatu kenyataan, tetapi kasih Allah menjadikan salib suatu kenyataan. Itulah yang ada di balik nasihat Paulus untuk saling memaafkan sebagaimana Allah di dalam Kristus mengampuni kita. Itulah sebabnya Paulus memohon, "Oleh karena itu jadilah peniru Allah, … dan hiduplah dalam kasih …" (5: 1, 2).
Paulus menantang kita untuk bergerak maju dalam kasih untuk mengampuni siapa saja yang telah bersalah kepada kita. Itu hal yang sulit untuk dilakukan karena sangat mudah untuk memendam gerutuan dan membiarkan itu bercokol di dalam diri kita. Kesediaan Allah untuk mengampuni adalah standar kita.
(1) Teladan untuk ditiru. Allah tahu bahwa kita butuh lebih daripada sekedar dorongan untuk menjadi seperti Dia; kita butuh teladan yang bisa kita tiru. Teladan untuk setiap orang Kristen itu adalah Yesus Kristus, Allah yang sudah menjadi manusia. Apakah Anda ingin tahu seperti apakah Allah itu? Apakah Anda ingin tahu bagaimana Allah mengasihi?Kemudian melihat kepada Yesus. Ia "mengasihi kamu, dan menyerahkan diri-Nya untuk kita." Ini adalah apa yang membuat kasih bekerja: kemampuan untuk berkata tidak kepada diri sendiri dan menyerahkan diri untuk orang lain. Kasih sejati, yang ditunjukkan oleh Tuhan kita, adalah kerelaan yang tidak mementingkan diri sendiri, yang memberi, yang berkorban, yang rendah hati untuk menyerahkan hak-hak kita sendiri supaya orang lain boleh diberkati.
Tentu saja, itu bukan pola kasih yang dunia kita terapkan. Pola dunia adalah ini: "Selama Anda memenuhi kebutuhan saya, Anda boleh tinggal di sini." Jenis kasih yang dunia praktikkan tergantung pada obyeknya. Itu berkata, "Aku mencintaimu karena kamu membuat aku merasa baik"; "Aku mencintaimu karena kamu tidak melakukan hal-hal yang menyinggungku atau menyakiti perasaanku."
Kasih Allah tidak seperti itu. Jenis kasih Allah berkata, "Jika kamu menghina-Ku, teman-Ku, apapun yang kau lakukan, kamu akan mendapat kasih sebagai balasannya!" Bagi Allah, kasih tidak pernah dikendalikan oleh obyek. Kasih mengalir dari Allah karena sifat Allah adalah mengasihi.
(2) Kejahatan Ditolak. Jika kita harus meniru Allah, kita harus menolak beberapa bentuk kasih yang menyimpang (5:3, 4).
Dunia punya pemahaman yang menyimpang tentang kasih. Pemahamannya itu bersifat egois, seperti yang ditunjukkan oleh masing-masing dosa yang Paulus sebutkan di sini. Misalnya, kemesuman seksual mencakup setiap bentuk dosa seksual dan intinya adalah pemuasan diri. Pertimbangkanlah suami yang tidak setia kepada istrinya. Ia tidak mungkin melakukan apa yang menjadi kepentingan terbaik istrinya. Apa yang benar-benar sedang ia lakukan adalah berusaha memuaskan keinginan dan hawa nafsunya sendiri. Itu bukan teladan yang Yesus berikan untuk kita ikuti.
"Keserakahan" pada awalnya terlihat tidak pada tempatnya di dalam daftar yang Paulus berikan. Pada kenyataannya, itu juga hanyalah bentuk penyimpangan kasih. Perintah kesepuluh berbunyi, "Jangan mengingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya …"(Ulangan 5:21). Kemesuman seksual dapat melibatkan keinginan, atau hasrat, suatu hubungan yang tentunya tidak pantas. Dalam kasus seperti itu, keinginan dapat menyebabkan orang bertindak berdasarkan kepentingannya sendiri, bukan kepentingan sesamanya. Ini adalah bentuk kasih egois dan, akibatnya, kasih yang terdistorsi. Tidak heran Paulus menyatakan pelbagai tindakan ini "tidak pantas" (5:4) bagi umat Allah.
Tidak hanya kita harus menahan diri dari melakukan pelbagai perbuatan seperti itu, tapi kita bahkan harus jangan membicarakan hal-hal itu. Kita tidak boleh bicara dengan kata-kata kotor. (Dalam konteks ini, kita secara khusus berpendapat tentang perkataan yang berkaitan dengan seksual.) Kita juga tidak boleh terlibat di dalam pembicaraan yang bodoh, percakapan yang mengejek dan mengolok-olok standar Allah yang tinggi bagi umat-Nya. "Gurauan kasar" adalah dari istilah Yunani yang berarti "bisa berubah dengan mudahnya." Beberapa orang bisa mengubah apa saja yang dikatakan atau dilakukan menjadi sesuatu yang vulgar. Semua perkataan yang busuk merusak kehidupan orang yang akan meniru Allah. Orang tidak bisa mengasihi seperti Allah mengasihi namun juga memiliki mulut busuk yang meremehkan apa yang Allah hargai.
Kitab Suci memberikan peringatan yang keras kepada mereka yang terus menjalani kehidupan kasih menyimpang: Karena kamu tahu dengan pasti hal ini, bahwa tidak ada orang sundal atau orang cemar atau orang serakah, yang adalah penyembah berhala, yang memiliki warisan di dalam kerajaan Kristus dan Allah.
Jangan ada orang yang menipu kamu dengan kata-kata yang hampa, sebab oleh karena hal-hal ini murka Allah turun ke atas anak-anak yang tidak taat. Oleh karena itu janganlah kamu ikut ambil bagian dengan mereka, (5:5-7).
Dunia kita sedang memberitahu kita, "Kamu punya hak untuk melakukan apapun yang kamu inginkan! Seks pranikah tidaklah salah." Orang-orang yang mengaku memegang keyakinan itu hanya tertarik untuk memuaskan keinginan tubuh mereka sendiri. Paulus memperingatkan agar jangan ditipu oleh filsafat dunia. Orang dunia bicara tentang kebebasan dan kelepasan dari pelbagai hambatan, tetapi semua pemikiran tersebut bersifat egosentris. Paulus berkata, "Jangan percaya kepada omongan seperti itu. Murka Allah pada akhirnya akan turun ke atas semua orang yang hidup dengan kasih yang terdistorsi—bahkan orang-orang yang mengaku. Tetaplah berjalan dalam pola kasih ilahi yang Yesus telah tunjukkan kepadamu."
2. Anak-Anak Terang (5:8-14). "Karena kamu sebelumnya adalah kegelapan, tapi sekarang kamu adalah Terang di dalam Tuhan; hiduplah sebagai anak-anak Terang … dengan mencoba mempelajari apa yang berkenan kepada Tuhan" (5:8-10). Terang adalah simbol kebenaran. Pada suatu waktu hidup kita pernah ditandai dengan segala hal yang bukan terang (5:8). Kita hidup dalam kegelapan rohani dan melakukan pelbagai perbuatan yang melawan segala hal yang Allah representasikan. Sekarang, dengan mengikuti Yesus, kita sudah membuka mata kita; kita hidup dalam kebenaran. Kami dapat mendeteksi nilai-nilai dan filosofi palsu yang mengandaskan perkawinan, hubungan, dan karir. Kita tidak lagi berkata, "Saya tidak melihat apa salahnya dengan melakukan hal ini," karena mata kita melihat dosa seperti apa adanya. (1) Sifat Kita (5:9). Tiga sifat menandai hidup kita sekarang bahwa kita telah dipindahkan dari kegelapan kepada terang. Yang pertama adalah "kebaikan." Ketimbang dipenuhi kejahatan (4:31), hidup kita sekarang dipenuhi dengan kebajikan yang aktif. Kita mencari tahu dan memenuhi kebutuhan hidup orang lain. Kedua, "anak-anak Terang" juga ditandai dengan "kesalehan." Kita melakukan apa yang benar karena hal itu memuliakan Allah. Sekarang kita bisa melihat seperti Allah melihat dan bisa menilai sebagaimana Ia menilai, kita harus hidup seperti yang Ia inginkan. Buah ketiga dari Terang adalah "kebenaran." Kehidupan lama kita adalah penuh kemunafikan dan kebohongan. Sekarang, kita harus menjalani kehidupan yang berintegritas, dapat dipercaya, jujur, dan dapat diandalkan.
Kami tidak menjadi anak-anak Terang dengan berbuat amal. Itu malah sebaliknya. Beberapa orang memiliki pengertian yang salah bahwa jika mereka melakukan kebaikan yang cukup mereka akan diselamatkan. Yang benar adalah bahwa kita pertama-tama harus menjadi anak-anak Terang dan lalu mengembangkan buah kebaikan, kesalehan, dan kebenaran. Ini adalah hasil dari diselamatkan, bukan penyebabnya.
(2) Perintah Kita. "Janganlah ambil bagian dalam pelbagai perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa" (5:11a). Dua kali, Paulus mencantumkan perbuatan sia-sia yang orang Kristen diperintahkan untuk hindari (4:17-31; 5:3, 4). Kita tidak bersekutu dengan orang-orang dalam kegelapan.
Alasan kita harus menghindari perbuatan seperti itu karena mereka "tidak berbuahkan apa-apa." Perbedaan dari Paulus ini bukan antara satu jenis buah dan jenis buah lainnya. Itu antara ada buah dan tidak ada buah. Perbuatan kehidupan lama adalah tandus dan mandul. Tidak ada perdamaian atau kepuasan yang kekal dalam hidup seperti itu. Perbuatan yang sia-sia tidak membantu kita hidup hingga mencapai potensi kita. Pelbagai perbuatan berdosa tampaknya menjanjikan banyak hal, tapi waktu menelanjangi mereka sebagai kantong-kantong yang berisi janji-janji kosong semata.
Perintahnya adalah jelas: Kita harus jangan ada hubungan apapun dengan sistem kegelapan. Sebagai peniru Allah, kita harus terus hidup dalam terang yang kita sudah terima.
(3) Tugas Kita. "Tetapi malah sebaliknya telanjangilah mereka; sebab membicarakan hal-hal yang dilakukan oleh mereka secara diam-diam …"(5:11b-13). Dalam menarik diri dari perbuatan kegelapan, kita harus jangan mengasingkan diri dari dunia. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk menerangi pelbagai perbuatan gelap dunia. Dunia tidak tahu bagaimana berfungsi dengan baik karena ia hidup dalam kegelapan. Kita ditugaskan untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa hal-hal itu bekerja seperti itu, mengungkapkan maksud akhir Allah bagi ciptaan-Nya.
Melaksanakan tanggung jawab kita melibatkan berbicara dengan orang-orang tentang kesalahan apa yang mereka sedang lakukan, yang tentunya tidak pernah mudah. Yohanes mengatakan, "Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang … Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak" (Yohanes 3:19, 20).
Kesimpulan. Kita dipanggil untuk menjadi peniru Allah dalam dunia yang fasik. Itu berarti menjadi agen terang dan kasih kepada orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang kedua hal itu. Kita tidak sedang bicara tentang mengembangkan sikap "lebih suci daripada kamu" terhadap orang lain. Sebaliknya, kita bicara tentang menyampaikan kebenaran di dalam kasih, menelanjangi dosa sedemikian rupa sehingga orang mau bertobat. Ketika kita melakukan itu, kita benar-benar menjadi seperti Bapa kita di sorga.
Chris Bullard
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 326.
2 Yesaya 9:2; 60:1, 2; Yohanes....
Catatan Akhir:
- 1 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 326.
- 2 Yesaya 9:2; 60:1, 2; Yohanes. 1:4-9; 3:19-21; 8:12; 9:5; 12:35-46; 1 Yohanes. 1:5; 2:8.
- 3 Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament (London: Samuel Bagster and Sons, n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, Regency Reference Library, 1975), 338.
- 4 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1991), 884, 904.
- 5 Lincoln, 328.
- 6 Zodhiates, 906.
- 7 Lincoln, 329.
- 8 Ibid., 330.
- 9 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 3:358.
- 10 Ibid., 360.
- 11 Lincoln, 335.
- 12 Lihat Yesaya 9:2; 10:17; 42:6, 7, 16; 47:5; 60:1-3 untuk pelbagai perbedaan Perjanjian Lama mengenai keselamatan Allah dan penghakiman-Nya. Lihat Kisah 26:18; Kolose 1:12, 13; 1 Petrus 2:9, 10 untuk pelbagai perbedaan Perjanjian Baru mengenai kuasa Allah dan kuasa Iblis dan umat Allah dan mereka yang bukan milik-Nya.
Pengarang: jay Lockhart
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 William Barclay, The Letters to the Galatians and Ephesians, The Daily Study Bible Series, rev. ed. (Philadelphia: Westminster Pre...
Catatan Akhir:
- 1 William Barclay, The Letters to the Galatians and Ephesians, The Daily Study Bible Series, rev. ed. (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 164.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Max Anders, The Good Life: Living With Meaning in a "Never-Enough" World (Dallas: Word Publishing, 1993), 147-48.
2 J...
Catatan Akhir:
- 1 Max Anders, The Good Life: Living With Meaning in a "Never-Enough" World (Dallas: Word Publishing, 1993), 147-48.
- 2 John R. W. Stott, The Message of Ephesians: God's New Society, The Bible Speaks Today, gen. ed. John R. W. Stott (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1979), 203.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) "Hidup Dalam Hikmat," 1 (Efesus 5:15-33)
Di dalam bagian besar terakhir kitab Efesus (5:15—6:20), rasul Paulus menyajikan pelbagai rencan...
"Hidup Dalam Hikmat," 1 (Efesus 5:15-33)
Di dalam bagian besar terakhir kitab Efesus (5:15—6:20), rasul Paulus menyajikan pelbagai rencana khusus untuk mempertahankan hubungan Kristen yang baik dan untuk berdiri teguh dalam pertempuran melawan kejahatan. Perintah keempat dan terakhir surat ini untuk "hidup" dengan cara tertentu diberikan di dalam 5:15.
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1991), 869.
2 Kenneth ...
Catatan Akhir:
- 1 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1991), 869.
- 2 Kenneth S. Wuest, Wuest's Word Studies from the Greek New Testament for the English Reader: Ephesians and Colossians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1953), 126.
- 3 Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament (London: Samuel Bagster and Sons, n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, Regency Reference Library, 1975), 154.
- 4 Wuest, 126.
- 5 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph Henry Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 220.
- 6 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 982.
- 7 Wuest, 127.
- 8 Zodhiates, 948.
- 9 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 346.
- 10 Josephus Antiquities 7.12.3.
- 11 Bullinger, 761.
- 12 Wuest, 227.
- 13 M. C. Kurfees, Instrumental Music in the Worship (Nashville: Gospel Advocate Co., 1950), 16. Studies of singing written by Owen D. Olbricht, Hugo McCord, and Jack P. Lewis are included in "Worship," Truth for Today (March 2003): 27-31 and "The Question of Instrumental Music," Truth for Today (March 2008).
- 14 Kurfees, 48.
- 15 Zodhiates, 964.
- 16 Wuest, 129.
- 17 Lincoln, 365.17
- 18 Wuest, 130.
- 19 Zodhiates, 942.
- 20 Lincoln, 368.
- 21 Ibid., 372.
- 22 Ibid., 373.
- 23 Wuest, 131.
- 24 Ibid., 132.
- 25 Zodhiates, 928.
- 26 Lincoln, 377.
- 27 Ibid.
- 28 Zodhiates, 942.
- 29 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 3:370-71.
- 30 Bullinger, 537.
- 31 Ibid., 146.
- 32 Ibid., 279.
- 33 J. A. Robinson, St. Paul's Epistle to the Ephesians, 2d ed. (London: Macmillan & Co., 1904), 127.
- 34 Lincoln, 385.
- 35 Alexander Campbell, The Christian System (St. Louis: Christian Publishing Co., 1835), 231.
- 36 Eusebius Pamphilus The Life of the Blessed Emperor Constantine 4.62.
- 37 Campbell, 232.
- 38 William Shakespeare Much Ado About Nothing 3.5.
Pengarang: Jay Lockhart
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 "Ajaiblah Tuhan," diambil dari "Nyanyian Kemenangan Iman," Yayasan Kalam Hidup, Bandung 40112.
Pengarang: Ru...
Catatan Akhir:
- 1 "Ajaiblah Tuhan," diambil dari "Nyanyian Kemenangan Iman," Yayasan Kalam Hidup, Bandung 40112.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) UCAPAN SYUKUR KITA (5:20)
Ketika kita membaca 5:20, kita melihat sebuah pedoman yang sangat lengkap untuk ucapan syukur kita: Benar dalam Arah : &quo...
UCAPAN SYUKUR KITA (5:20)
Ketika kita membaca 5:20, kita melihat sebuah pedoman yang sangat lengkap untuk ucapan syukur kita: Benar dalam Arah : "Mengucapa syukur … kepada Allah, yaitu Bapa." Berkelanjutan dalam Durasi : "Selalulah mengucap syukur . . . . " Lengkap dalam Dimensi : ". . . untuk segala sesuatu . "
Chris Bullard
PERKAWINAN YANG LUAR BIASA (5:21-33)
Mengapakah begitu banyak perkawinan mengalami kesulitan? Mengapakah, di antara mereka yang tetap dalam ikatan perkawinan, memberikan persentase yang mencemaskan tentang pasangan yang tidak menganggap pernikahan mereka "bahagia"? Itu bukan cara Allah merencanakan laki-laki dan perempuan berbagi hidup mereka. Ia ingin setiap perkawinan menciptakan suatu lingkungan di mana suami dan istri merasa bahagia dan menjadi orang Kristen terbaik yang bisa mereka wujudkan.
Di dalam 5:21-33, Paulus memberikan wawasan yang dapat membantu kita masing-masing untuk memiliki hubungan yang bahagia dengan pasangan hidup kita. Rencana Allah bagi suami, sebagai kepala istri, adalah untuk menjadi pemimpin yang penuh kasih; dan cara-Nya untuk istri adalah harus menjadi pengikut yang setia.
Kepemimpinan Allah Untuk Kaum Suami.
1. Suami adalah kepala (5:23). Ketika Paulus bicara tentang ketundukan istri, ia tidak membuat satu pernyataan tentang suami menguasai istrinya. Ia tidak pernah menulis, "Hai suami, buatlah istrimu mematuhimu! Kuasailah mereka!" Paulus tidak menulis apa-apa yang bahkan nyaris mirip dengan itu.
Apakah artinya bagi suami untuk menjadi "kepala istri"? Ia harus menjadi pemimpin. Suami mana saja yang tidak memahami dengan benar posisinya di dalam keluarga akan mengalami kesulitan. Suami yang mencoba mengintimidasi istrinya agar tunduk perlu mencari tahu bagaimana Kristus membuat mempelai perempuan-Nya, gereja, tunduk. Ia membuat gereja tunduk dengan mengasihi gereja dan mati bagi gereja, bukan dengan memberi perintah dengan suara kasar. Seorang suami yang menginginkan perkawinan yang hebat dengan istrinya harus mengikuti teladan Kristus.
Hak suami di dalam rumah tangga sangat mirip dengan hak-haknya dalam lalu lintas. Kadang-kadang, misalnya, ia harus jangan menuntut hak jalan saat mengemudi. Meski lampu lalu lintas di persimpangan jalan dapat menunjukkan bahwa itu adalah gilirannya untuk melaju, ia tidak boleh menuntut untuk menggunakan haknya itu jika sebuah truk besar datang mendekat dari samping dan tidak menunjukkan tanda-tanda melambat!
Beberapa suami salah dalam menuntut hak-hak mereka. Mereka percaya bahwa mereka harus berkuasa, bahwa mereka harus bersikap jantan dan menggunakan kuasa mereka untuk memaksakan kemauannya sendiri. Hasilnya adalah bahwa mereka merusak perkawinan mereka. Kedudukan suami yang diberikan di dalam rumah tangga bukan harus menjadi diktator, tetapi harus menjadi pemimpin yang penuh kasih.
2. Suami adalah kepala seperti Kristus adalah kepala (5:23). Bagaimanakah seharusnya suami itu memimpin di dalam rumah tangganya jika tidak secara diktator?
"Seperti Kristus" memimpin gereja. Jangan abaikan kata kecil "seperti." Itu adalah kuncinya. Para suami yang bertanggung jawab atas rumah tangganya harus jangan menggunakan Alkitab sebagai alat pukul, dengan mengatakan kepada istrinya, "Tunduklah!"
Apakah Yesus pernah memaksakan ketundukan terhadap mempelai perempuan-Nya? Andaikan pernah, maka gereja pasti akan berbeda. Sebenarnya, banyak anggota gereja tidak tunduk kepada Dia. Bagaimanakah Yesus memimpin mempelai perempuan-Nya? Ia menghimbau dia dan mati untuk dia; Ia mengasihi dia. Menurut 5:24, sebagaimana gereja tunduk kepada Kristus, seorang istri harus tunduk kepada suaminya dalam segala sesuatu. Itu memungkinkan ketika suami membentuk kepemimpinannya atas istrinya sendiri menurut kepemimpinan Yesus atas gereja-Nya.
3. Suami harus mengasihi seperti Kristus mengasihi (5:25)
Kasih yang tanpa pamrih. Bagaimanakah Kristus mengasihi mempelai perempuan-Nya, gereja? Ia mengasihi dia tanpa pamrih, karena Ia menyerahkan diri-Nya bagi dia. Kristus tidak mengutamakan keinginan dan kebutuhan-Nya. Andaikan tidak seperti itu, Ia tidak akan pernah meninggalkan jalan kemuliaan yang keemasan. Sebaliknya, Yesus mendahulukan kebutuhan mempelai perempuan-Nya. Ia dengan cara paling baik mengungkapkan kasih-Nya yang tanpa pamrih Nya ketika Ia berkata, "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:45).
Ketika seorang laki-laki menikah, ia melenyapkan hak untuk berfokus pada kebutuhannya sendiri. Ia menikah dengan istrinya dan menjadi satu tubuh dengan dia. Ia tidak lagi bisa membuat keputusan berdasarkan hanya pada apa yang ia ingin lakukan. Kristus menyerahkan diri-Nya untuk gereja, dan suami harus menyerahkan dirinya untuk istrinya. Kesejahteraan istrinya harus menjadi inti setiap keputusan yang ia buat. Ia harus mengasihi istrinya tanpa pamrih.
Kasih yang berkorban. Suami harus mengasihi istrinya dengan pengorbanan, karena Alkitab mengajarkan bahwa Kristus mati bagi gereja. Ia melakukan itu secara harfiah, sungguhan, dan menyeluruh. Suami tidak mengasihi istrinya seperti Yesus mengasihi mempelai perempuan-Nya kecuali ia telah "mati" bagi istrinya. Artinya, ia harus mati untuk dirinya sendiri. Ia harus mati dalam memaksakan caranya sendiri.
Yesus tidak hanya mati bagi gereja, tapi sebelum gereja bisa menjadi gereja, para anggota harus mematikan diri mereka sendiri dan menjadi hidup bagi Kristus. Apakah yang kebanyakan rumah tangga butuhkan? Mereka butuh dua pemakaman dan satu perkawinan! Seorang istri mematikan dirinya; seorang suami juga mematikan dirinya . Seorang suami bersedia mengasihi istrinya dengan berkorban. Ia berkata, "Tidak ada yang terlalu berharga bagi saya untuk menyerahkan istri saya!"
Kasih yang menguduskan. Masih ada banyak lagi. Yesus juga mengasihi mempelai perempuan-Nya dengan kasih yang menguduskan: "… sesudah Ia menyucikan dia dengan memandikan dia dengan air dan firman, 27supaya Ia boleh menghadirkan gereja itu kepada diri-Nya sendiri dalam segala kemuliaannya, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu; tetapi supaya ia menjadi kudus dan tak bercacat" (5:26, 27).
Untuk apakah pekerjaan yang Kristus lakukan? Untuk memurnikan dan mempercantik mempelai perempuan-Nya. Apakah pekerjaan suami yang dipenuhi dengan Roh yang ingin menjadi seorang pemimpin yang pengasih. Ia membuat istrinya menjadi orang cantik yang berseri-seri.
Suami adalah menguduskan istrinya seraya ia memimpin dia, mengajar dia, dan melindungi dia secara rohani. Ia tidak akan pernah menempatkan dia dalam situasi kompromis yang akan memprovokasi dia untuk mendebat atau menjadi marah dan berdosa. Ia akan melakukan apa pun yang bisa mencemarkan istrinya. Ia tidak akan pernah mengekspos dia kepada apapun yang akan mendatangkan kenajisan ke dalam hidupnya. Ia mengasihi istrinya dengan kasih pengudusan.
Kasih yang memuaskan. Ia juga harus mengasihi istrinya dengan kasih yang memuaskan: "Demikian juga suami harus mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri" (5:28a).
Apakah yang manusia lakukan terhadap tubuhnya sendiri? Ia mencoba untuk memuaskan keinginannya. Ketika haus, ia minum air. Ketika tubuhnya lapar, ia memberi dia makan. Ketika terluka, ia merawatnya. Itulah cara suami harus mengasihi istrinya. Tidak banyak perempuan yang akan memberontak terhadap ketundukan kepada suami yang melakukan itu, yang seluruh perkawinannya dibangun di atas sikap memuaskan setiap kebutuhan istrinya.
Masalah dalam beberapa perkawinan adalah bahwa suami tidak memandang istrinya sebagai perpanjangan dari tubuhnya sendiri, melainkan sebagai miliknya. Ketika miliknya itu menjadi tua, ia ingin sesuatu yang baru. Sebaliknya, seraya suami Kristen bertambah tua dengan istrinya, ia melihat kecantikan batin meningkat dan bahkan ia lebih mengasihi dan mempedulikan dia. Suami yang tidak memenuhi kebutuhan istrinya adalah suami yang melakukan bunuh diri rohani karena ia satu tubuh dengan dia.
Kasih yang sepenuhnya. Akhirnya, dalam menjalankan perkawinan, suami harus mengasihi istrinya sepenuhnya: "Oleh sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan harus bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu tubuh" (5:31).
Ikatan perkawinan manusia harus lebih utama dibandingkan dengan semua ikatan duniawi lainnya. Hubungan antara suami dan istrinya dibandingkan oleh Paulus dengan hubungan Kristus dan gereja, yang merupakan hubungan rohani yang paling tinggi. Ikatan manusia yang paling tinggi bukanlah antara ibu dan anaknya, tapi antara suami dan istrinya.
Jalan Allah Untuk Kaum Istri.
1. Persyaratan: "Hai istri, tunduklah kepada suamimu sendiri, …"(5:22).
"Tunduklah" berarti menempatkan diri di bawah kuasa orang lain secara sukarela. Jika seorang istri memiliki pikiran duniawi, ia akan memberontak terhadap prinsip ini yang menyuruh dia tunduk kepada suaminya. Semakin banyak ia berpikir seperti dunia berpikir, semakin keras ia akan menolak untuk tunduk.
Orang yang dipenuhi Roh memiliki kerelaan untuk tunduk kepada orang-orang diberi kuasa oleh Allah. Ayat 21 mengatakan, "Tundukanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus." Ketundukan tidak hanya untuk kaum perempuan; itu untuk semua orang Kristen. Alkitab mengatakan bahwa, di dalam rumah tangga, istri harus tunduk kepada suaminya sendiri.
Shakespeare menulis, "Jika dua orang naik kuda, yang seorang harus duduk di belakang."38Ini bukan soal kedudukan rendah dalam menunggang kuda tapi soal kebutuhan praktis. Begitu juga halnya, di dalam rumah tangga, itu bukan soal ketimpangan atau kedudukan rendah; itu adalah soal kebutuhan praktis. Allah telah menetapkan bahwa istri adalah orang yang harus "duduk di belakang."
Istri belum tunduk kepada suaminya jika yang tunduk hanya lahiriahnya saja. Ketundukan Alkitab mencakup bentuk lahiriah dan sikap batiniah. Itu saja yang memenuhi persyaratan Allah.
2. Alasannya: "Karena suami adalah kepala isteri, sebagaimana Kristus juga adalah kepala gereja, Ia sendiri yang menjadi Juruselamat tubuh itu" (5:23). Mengapakah Allah menetapkan persyaratan seperti itu untuk istri di rumah tangganya? Alasan istri harus tunduk adalah bahwa Allah telah memilih suami untuk menjadi kepala istri (lihat Kejadian 3:16b). Ini bukan untuk hukuman, tapi untuk tujuan. Allah, dalam hikmat-Nya yang besar, tahu bahwa tanpa jenis keteraturan tertentu—baik di masyarakat, pemerintah, atau rumah tangga—kekacauan akan segera meletus. Rumah tangga dengan dua tuan akan segera berbalik melawan dirinya sendiri, terpecah-belah, dan kemudian hancur. Allah sudah memilih suami sebagai kepala rumah tangga. Paulus menulis, "Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah" (1 Korintus 11:3). Ini adalah "rantai komando" Allah.
Allah Anak adalah sederajat dengan Allah Bapa. Filipi 2:5-7 mengatakan, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba …." Anak Allah secara sukarela tunduk kepada Allah Bapa—bukan karena adanya ketidaksetaraan tertentu, tapi karena itu diperlukan dalam rantai komando Allah untuk kesuksesan penebusan manusia.
Seorang istri yang tidak mau tunduk kepada suaminya akan mengalami banyak masalah dalam hidupnya. Pertama, ia akan memiliki masalah serius dengan Allah. Ketika seorang istri menolak untuk tunduk di bawah pimpinan suaminya, masalahnya yang sebenarnya bukan dengan suaminya. Itu dengan Allah, yang menyuruh dia untuk tunduk. Oleh karena itu, ia akan mengalami masalah rohani: masalah dalam kehidupan doanya, dalam mempelajari Alkitab, dan bagaimana ia bergaul dengan Allah Bapa.
Istri yang tidak mau tunduk, juga akan memiliki pelbagai kesulitan dengan suaminya. Ketika seorang istri menolak untuk menghormati kuasa suaminya, ia tidak lagi menjadi pelengkap tapi menjadi pelumpuh suaminya. Ia membuat frustrasi keinginan suaminya untuk melaksanakan peran yang Allah berikan kepada dia sebagai pemimpin di rumah tangganya. Suami tidak bisa memimpin jika istri tidak mau mengikuti.
Anak-anaknya juga akan memberi dia masalah. Seorang istri yang menolak berada di bawah pimpinan suaminya tidak akan pernah memiliki sikap hormat yang baik dari anak-anaknya. Alkitab mengajarkan bahwa anak-anak harus mentaati orang tua mereka, tapi jenis ibu seperti apakah yang mereka harus taati? Anak-anak harus mentaati ibu yang dipenuhi dengan Roh yang berserah kepada suaminya yang juga dipenuhi dengan Roh. Jika ibu itu memberontak dan bersikeras untuk mandiri, maka anak-anaknya akan melihat itu dan mungkin akan merespon dengan cara yang sama. Ia tidak bisa menuntut dari mereka apa yang ia sendiri tidak mau berikan.
Istri seperti itu juga akan memiliki masalah dengan dirinya sendiri. Ia akan tahu bahwa ia menentang peranan yang Allah berikan. Pengetahuan tentang fakta itu akan menghantui jiwanya. Selanjutnya, istri itu memiliki kebutuhan tertentu yang tidak akan sepenuhnya terpenuhi sampai ia membebaskan suaminya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan tunduk terhadap kepemimpinannya.
3. Hasilnya: "Tapi sebagaimana gereja tunduk kepada Kristus, demikian juga seharusnya para isteri kepada suami mereka dalam segala sesuatu" (5:24). Banyak perempuan meradang terhadap petunjuk Paulus itu. Istri yang memiliki sikap seperti itu telah mengabaikan prinsip besar dalam kehidupan: Ketundukan tidak melenyapkan kebebasan; itu malah memberikan kebebasan sejati. Bagaimanakah jika suami itu bukan orang yang beriman atau secara terang-terangan melanggar ajaran Allah? Apakah tunduk "dalam segala sesuatu" mencakup hal itu juga? Berikut ini adalah prinsip penuntun yang sederhana: Istri harus tunduk dalam segala sesuatu kecuali hal itu melanggar kehendak Allah. Perintah itu tidak tergantung pada kesepakatan dia dengan keputusan suaminya; itu bukan masalah ketundukan hanya apabila ia menyukai apa yang suaminya perintahkan kepada dia untuk dilakukan. Satu-satunya prinsip yang membebaskan dia dari tanggung jawab untuk tunduk kepada suaminya adalah jika suaminya itu mengarahkan dia untuk bertindak dengan cara yang bertentangan dengan standar kudus Allah.
Petrus memberitahu para pemimpin agama pada zamannya yang ingin ia berhenti memberitakan Yesus, "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar" (Kisah 4:19, 20). Ketika ketaatan kepada kuasa manusia berkonflik dengan ketaatan kepada perintah Allah, maka orang Kristen harus lebih menghormati otoritas Allah.
Petrus mengarahkan istri Kristen untuk tunduk kepada pimpinan suaminya yang non-Kristen (1 Petrus 3:1, 2). Namun begitu, Petrus tidak menambahkan kalimat "dalam segala sesuatu." Ia menghilangkan kalimat itu, sebab tahu bahwa suami non-Kristen mungkin meminta istri Kristen untuk melakukan hal-hal yang tak mau ia taati Di dalam 5:24, ketika Paulus mengatakan kaum isteri harus tunduk kepada suami mereka "dalam segala sesuatu," konteksnya jelas. Ia sedang memberitahu istri yang dipenuhi dengan Roh tentang akan seperti apa hubungannya dengan suaminya yang juga dipenuhi dengan Roh. Suami seperti itu tidak akan menyebabkan istrinya melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah. Oleh karena itu, istri yang dipenuhi dengan Roh dapat dan harus tunduk kepada suaminya "dalam segala sesuatu." Hanya dengan melakukan itu ia dapat menemukan kepuasan dan keamanan sejati sebagai penyempurna suaminya.
Kesimpulan. Kasih suami kepada istrinya bukan bersifat pilihan. Jika seorang suami mau berusaha dengan tekun untuk mengasihi istrinya seperti Yesus mengasihi gereja-Nya, maka ia akan menemukan ikatan emosional yang baru dan segar terhadap istrinya. Jika istri itu kemudian mau berusaha untuk tunduk, keduanya akan memiliki perkawinan luar biasa yang sesuai dengan rencana Allah.
Chris Bullard
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kata Yunaninya adalah hupotasso. Dalam penerapan secara militer, kata ini mengacu kepada ketundukan kepada seorang perwira yang le...
Catatan Akhir:
- 1 Kata Yunaninya adalah hupotasso. Dalam penerapan secara militer, kata ini mengacu kepada ketundukan kepada seorang perwira yang lebih tinggi. Kata itu juga memiliki penerapan kepada para budak dan para tuan mereka. Kata itu mengandung penyerahan hak atau kehendak seseorang.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Carol Mayhall, dikutip dalam Max Anders, The Good Life:Living With Meaning in a "Never-Enough" World (Dallas: Word Publi...
Catatan Akhir:
- 1 Carol Mayhall, dikutip dalam Max Anders, The Good Life:Living With Meaning in a "Never-Enough" World (Dallas: Word Publishing, 1993), 177.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) PERANAN SUAMI (5:23-31)
Menurut 5:23-31, suami menunjukkan sikap hormat dan penghargaan yang benar untuk istrinya dalam tiga cara: Ia harus memberika...
PERANAN SUAMI (5:23-31)
Menurut 5:23-31, suami menunjukkan sikap hormat dan penghargaan yang benar untuk istrinya dalam tiga cara: Ia harus memberikan kepemimpinan rohani bagi istrinya (5:23). Fakta bahwa suami adalah "kepala" istrinya berarti ia adalah pemimpin dan harus menerima peranannya sebagai pemimpin rohani.
Ia harus mengasihi isterinya (5:25) dengan kasih yang mengorbankan diri, "sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan menyerahkan diri-Nya bagi dia." Ia harus lebih peduli tentang kebutuhan istrinya dibandingkan dengan kebutuhannya sendiri.
Kasih ini adalah kasih yang abadi (5:26, 27). Suami harus membangun dan menyemangati istrinya. Sama seperti anggota gereja bisa tumbuh karena kasih Kristus, begitu juga istri menjadi orang yang lebih baik dibandingkan apa yang akan sudah terjadi pada dia bila tanpa suaminya.
Kasih ini adalah kasih yang memupuk dan menghargai (5:28-30). Kata "menghargai" bicara tentang nilai dan perasaan hangat (lihat 1 Tesalonika 2:7). "Memupuk" bicara tentang perawatan yang terlibat dalam membuat sebuah taman bertumbuh. Sebagaimana tukang taman, menanam, menyuburkan, dan menyirami tamannya, begitu juga suami harus menyuburkan kesejahteraan istrinya. Ketika suami memupuk dan merawat istrinya, maka istri itu berusaha untuk memahami suami dan menghormati dia (lihat 1 Petrus 3:7). Suami harus menemukan cara untuk menunjukkan kepada istrinya betapa penting istrinya itu.
Suami harus setia kepada istrinya (5:31). Suami dan istri sudah menjadi "satu tubuh."
Kesetiaan mereka adalah kepada satu sama lain seumur hidup mereka.
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 F. LaGard Smith, What Most Women Want: What FewWomen Find (Eugene, Oreg.: Harvest House Publishers, 1992), 7-8.
2 Max Anders, T...
Catatan Akhir:
- 1 F. LaGard Smith, What Most Women Want: What FewWomen Find (Eugene, Oreg.: Harvest House Publishers, 1992), 7-8.
- 2 Max Anders, The Good Life: Living With Meaning in a"Never-Enough" World (Dallas: Word Publishing, 1993), 191.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah
agar "Seluruh alam, baik
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (Ef 1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Allah supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Allah itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Allah Bapa telah memilih umat-Nya, bagaimana Allah melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Allah itu dijamin oleh Roh Allah. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun agar kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Allah sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang istri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Allah melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.
Isi
- Pendahuluan
Ef 1:1-2 - Kristus dengan gereja-Nya
Ef 1:3-3:21 - Kehidupan yang baru sebagai orang Kristen
Ef 4:1-6:20 - Penutup
Ef 6:21-24
Ajaran: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh
Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah orang-orang pilihan Allah, atau kelompok orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Efesus. (Dan juga jemaat-jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Efesus terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian tentang arti Gereja yang benar.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Efesus
Pasal 1-3 (Ef 1:1-3:21).
Pengajaran tentang keselamatan orang-orang percaya
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa keselamatan orang-orang percaya sudah berada dalam rencana Allah, yaitu terhadap orang-orang yang dipilih-Nya dan orang-orang yang mau menerima anugerah-Nya di dalam Kristus dengan iman.
Pendalaman
Pasal 4-6 (Ef 4:6-6:9).
Pengajaran tentang kesatuan orang percaya dan cara-cara kehidupan sebagai orang percaya
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa setiap orang percaya sudah menjadi saudara karena dipersatukan di dalam Tuhan Yesus. Juga Paulus menjelaskan bagaimana orang-orang Kristen harus hidup di dalam gereja, keluarga dan masyarakat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ef 4:2-3,25-26,28-29,31-32. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan oleh orang percaya menurut nats ini?
- Bacalah pasal Ef 5:8-21. _Tanyakan_: Apakah yang membuktikan bahwa saudara anak-anak terang?
Pasal 6 (Ef 6:10-24). Pengajaran tentang perlengkapan rohani orang Kristen dalam mengikut Yesus
Pendalaman
- Mengapakah orang Kristen perlu menggunakan perlengkapan rohani yan Allah berikan?
- Siapakah musuh-musuh orang Kristen?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Efesus, jelaslah kita lihat bahwa orang-orang percaya adalah Gereja yang disebut juga Tubuh Kristus. Dan melalui Kitab ini juga dijelaskan tentang cara-cara kehidupan Gereja itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab Efesus?
- Siapakah yang dikatakan sebagai orang-orang percaya?
- Mengapakah orang (manusia) tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan usah atau perbuatannya?
Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untu
Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?
Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untuk gereja di Efesus saja. Surat ini mungkin semacam surat edaran yang ditulis untuk digunakan oleh berbagai kelompok Kristen di daerah Efesus dan sekitamya. Apa yang ditulis Paulus dalam surat ini dapat diterapkan oleh umat Allah pada umumnya dan tidak ditujukan untuk suatu gereja tertentu. Tidak ada salam pribadi. Mungkin surat ini sebenarnya yang dimaksud oleh Rasul Paulus dalam Kolose 4:16 sebagai 'surat dari Laodikia'. Tikhikus dipercayakan untuk menyampaikan surat ini kepada alamat yang dituju. (Efe 6:21, 22). Surat ini, seperti surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dan Kolose, ditulis dari dalam penjara dan tema utamanya ialah sifat, ciri-ciri dan tujuan dari gereja Kristen, yaitu terciptanya apa yang disebut 'masyarakat Allah yang baru'.
GEREJA DI EFESUS.
Paulus tinggal di Efesus selama 3 tahun (Kis 19:8, 10; 20:31). Efesus merupakan suatu kota yang banyak menyediakan sarana untuk penyembahan berhala. Kuil Dewi Diana (Artemis) terletak di kota itu. Di sana banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan ilmu sihir. Namun, waktu kita membaca surat ini kita tidak perlu mengetahui latar belakang gereja yang menjadi tujuan surat ini, karena isinya bersifat umum.
PESAN.
Surat ini tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang khusus, tetapi tujuannya adalah untuk meninggikan nama Yesus Kristus dan untuk menunjukkan pentingnya gereja Kristen sebagai alat Allah di dunia ini. Seperti halnya dengan surat-surat Paulus lainnya, doktrin yang diberikan disusul dengan penerapan praktis. Iman Kristen dan kehidupan Kristen harus berjalan secara seimbang. Surat ini ditutup dengan peringatan bahwa Kristen selalu berada dalam konflik yang terus-menerus dengan setan dan kuasa kejahatan, tetapi Allah telah memberikan senjata yang diperlukan untuk memampukan Kristen bertahan dalam menghadapi semua serangan musuh.
Pesan
1. Warisan kekayaan untuk dinikmati.o Tiga Pribadi Keallahan yang berperan dalam penyelamatan kita:
- Allah Bapa. Efe 1:4-6
- Allah Putra. Efe 1:7-12
- Allah Roh Kudus. 1: 13, 14
o Perhatikan permohonan doa Paulus bagi orang-orang Efesus
- untuk penerangan guna mengetahui sampai seberapa luas warisan kita. Efe 1:17-19
- untuk kuasa guna mengetahui sampai seberapa besar keagungan Allah. Efe 1:19-21
2. Kasih karunia dan damai sejahtera untuk dialami.
o Dari keadaan apa kita diselamatkan. Efe 2:1-3, 11, 12
o Oleh siapa kita diselamatkan. Efe 2:4-9, 13-18
o Untuk apa kita diselamatkan. 2:10, 19-22
3. Sumber-sumber rohani untuk dijajaki.
o Kekayaan yang tidak dapat dicari. Efe 3:8-13
o Kekuatan Ilahi. Efe 3:14-21
4. Persatuan rohani yang harus dipelihara.
o Sikap yang benar itu penting. Efe 4:1-3
o Dasar yang sama itu penting. Efe 4:4-6
o Persatuan dalam keanekaragaman harus dihadapi. 4:11
o Kedewasaan Kristen diharapkan. 4:13
5. Hubungan harmonis yang harus diusahakan.
o Terang sebagai ganti kegelapan. Efe 5:3-6
o Hikmat sebagai ganti kebodohan. Efe 5:15-17
o Kerohanian sebagai ganti hawa nafsu.Efe 5:18-20
o Kepatuhan sebagai ganti perdebatan.Efe 5:21-33
6. Senjata rohani untuk dipakai.
o Musuh yang kita hadapi. Efe 6:10-12
o Perlengkapan senjata yang kita punyai.Efe 6:13-20
Penerapan
Efesus mengajar kita tentang:
1. Betapa murah hati Allah
o dalam memberi kita seorang Penyelamat
o dalam mengirim kepada kita Roh Kudus
o dalam memberi jaminan kepada kita rumah surgawi
2. Betapa besar hak kita
untuk menjadi anggota keluarga Allah untuk mendapat bagian dalam Kerajaan Allah
3. Betapa kita perlu tenggang rasa
o dalam sikap kita terhadap orang lain
o dalam hubungan kita dengan orang lain
4. Betapa praktisnya kekristenan dalam hal
o perkawinan
o kedudukan sebagai orang-tua
o pekerjaan
5. Betapa nyatanya setan dalam
o pengaruhnya
o kegiatannya
6. Bagaimana kita perlu bersiap-siap
o dengan perlengkapan senjata Allah
o dengan doa
Tema-tema Kunci
1. Kasih karunia.
Kasih karunia merupakan kata kunci dalam Alkitab, sebab hal itu memperlihatkan sifat Allah yang memungkinkan adanya keselamatan bagi kita. Oleh karena dosa manusia, jika tidak ada kasih karunia, tidak akan ada pengharapan. Kasih karunia berarti hadiah yang diberikan cuma-cuma. Respons manusia terhadap kasih karunia ialah iman, tetapi ini pun diberikan oleh Allah kepada kita. Lihatlah khususnya Efe 2:1-10. Perhatikan bahwa kasih karunia selalu dipertentangkan dengan hukum Taurat (Rom 6:14). Pembenaran dimungkinkan oleh dua alasan, yaitu kasih karunia Allah (Rom 3:24) dan kematian Kristus (Rom 5:9).
2. Keesaan.
Paulus telah menjelaskan bahwa umat Allah di bawah perjanjian baru mengikutsertakan baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, dan sekarang ia menekankan perlunya kita memelihara keesaan sejati ini. Sebagai Kristen kita tidak dapat menciptakan keesaan oleh karena hal ini adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi kita diminta untuk memeliharanya. Kesatuan yang kita punyai tidaklah sama dengan keseragaman. Ada keanekaragaman karunia di antara umat Allah, tetapi hanya ada satu dasar kesatuan. Lihat juga pada perikop lain yang terbaik yang menekankan pentingnya kesatuan - Yohanes pasal 17.
3. Hubungan.
Kita tidak hidup di dalam suatu ruangan hampa, tetapi di dalam serentetan hubungan - di dalam rumah, dalam pekerjaan, di dalam gereja dan di dalam masyarakat pada umumnya. Iman Kristen kita terutama menyangkut hubungan-hubungan tersebut. Kita sering menemukan bahwa pada suatu saat, standar kehidupan menurut ajaran Alkitab bertentangan dengan standar kehidupan yang sementara ini diterima dalam masyarakat. Dalam kasus seperti itu kita harus lebih menaati Allah daripada manusia. Bandingkan perikop dalam Efesus tentang masalah ini dengan ayat-ayat yang serupa dalam Kolose. Juga perhatikan bagaimana dalam memilih pemimpin Kristen, masalah hubungan kekeluargaan sangat mendapat perhatian (1Tim 3:1-5; Tit 1:6-8).
4. Konflik.
Paulus menyebut seorang Kristen sebagai prajurit (2 Tim. 2:3, 4). Baginya selalu berlangsung peperangan, dan Kristen benar-benar terlibat di dalamnya. Alkitab tidak pernah meragukan keberadaan setan. Setan begitu nyata dalam pengalaman Tuhan Yesus,dan nyata juga bagi para murid.Dalam Efesus Paulus mengingatkan kita tentang kecerdikan musuh itu.Kita tidak dapat menghadapinya tanpa senjata atau tanpa perlindungan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan Iblis yang ditunjukkan oleh Kristus - Matius 4:1-11; 12:24; 13:39; 25:41; Lukas 8:12; 10:18; Yohanes 8:44.
Garis Besar Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) [1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2
[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:
[1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:22
Efe 1:3-6 | Dipilih untuk suatu maksud |
Efe 1:7-14 | Diselamatkan untuk suatu maksud |
Efe 1:15-23 | Diterangi untuk suatu maksud |
Efe 2:1-10 | Dihidupkan untuk suatu maksud |
Efe 2:11-22 | Didamaikan untuk suatu maksud |
[3] SUATU MISTERI YANG DISINGKAPKAN Efe 3:1-21
Efe 3:1-6 | Orang-orang yang bukan Yahudi juga diikutsertakan |
Efe 3:7-12 | Pelayanan Paulus yang strategis |
Efe 3:13-21 | Pengertian penuh sangat penting |
[4] SIFAT GEREJA Efe 4:1-32
Efe 4:1-6 | Dipersatukan di dalam Roh |
Efe 4:7-12 | Diberkati dengan karunia-karunia Roh |
Efe 4:13-16 | Diperlengkapi untuk bertumbuh |
Efe 4:17-24 | Diperbarui ciri-cirinya |
Efe 4:25-32 | Diubahkan penampilannya |
[5] CIRI-CIRI, TINGKAH LAKU DAN KONFLIK KRISTEN Efe 5:1-6:24
Efe 5:1-20 | Mengikut Kristus |
Efe 5:21-6:9 | Hidup dengan sesama |
Efe 6:10-24 | Menghadapi musuh |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi