Teks -- Ezra 9:11-15 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
"Kecemaran", "kekejian", "kenajisan" adalah ciri-ciri pemujaan berhala.
Jerusalem: Ezr 9:15 - maha benar Artinya: maha adil. Tetapi keadilan Allah diperlunak oleh belas kasihanNya. Kalau tidak, tidak ada seorangpun yang terluput dan selamat. Itulah "keadi...
Ende: Ezr 9:1--10:17 - -- Peristiwa jang ditjeritakan disini baru terdjadi dalam bulan kesembilan tahun
tibanja Esra (Ezr 10:9). Ia tiba bulan kelima (Ezr 7:9) jaitu
th.458. Me...
ialah penjembahan dewata kafir.
Ende: Ezr 9:13 - sisa adalah istilah jang mulai dipakai oleh nabi Jesaja dan jang memuat
seluruh harapan Israil mengenai masa depan jang berbahagia.
Sesudah pembuangan isti...
adalah istilah jang mulai dipakai oleh nabi Jesaja dan jang memuat seluruh harapan Israil mengenai masa depan jang berbahagia.
Sesudah pembuangan istilah itu dikenakan pada umat jang baru itu. Karena itu orang peranakan tidak termasuk kedalam sisa itu, sebagaimana itu dinubuatkan oleh nabi2.
Endetn -> Ezr 9:13
Endetn: Ezr 9:13 - memperhitungkan diperbaiki menurut beberapa naskah Hibrani dan terdjemahan Syriah. Tertulis: "menjajangi".
diperbaiki menurut beberapa naskah Hibrani dan terdjemahan Syriah. Tertulis: "menjajangi".
Ref. Silang FULL: Ezr 9:11 - kamu masuki // yang cemar // segala kenajisan · kamu masuki: Ul 4:5
· yang cemar: Im 18:25-28; Im 18:25 s/d 28
· segala kenajisan: Ul 9:4; Ul 9:4; Ul 18:9; Ul 18:9; 1Raj 14:...
· kamu masuki: Ul 4:5
· yang cemar: Im 18:25-28; [Lihat FULL. Im 18:25] s/d 28
· segala kenajisan: Ul 9:4; [Lihat FULL. Ul 9:4]; Ul 18:9; [Lihat FULL. Ul 18:9]; 1Raj 14:24; [Lihat FULL. 1Raj 14:24]
Ref. Silang FULL: Ezr 9:12 - kebahagiaan mereka // menjadi kuat // hasil tanah // dan mewariskan · kebahagiaan mereka: Kel 34:15; Kel 34:15
· menjadi kuat: Ul 11:8
· hasil tanah: Kej 45:18; Kej 45:18
· dan mewariskan: M...
Ref. Silang FULL: Ezr 9:13 - yang jahat // menghukum setimpal · yang jahat: Kel 32:22; Kel 32:22
· menghukum setimpal: Ayub 11:6; 15:5; 22:5; 33:27; Mazm 103:10
· yang jahat: Kel 32:22; [Lihat FULL. Kel 32:22]
· menghukum setimpal: Ayub 11:6; 15:5; 22:5; 33:27; Mazm 103:10
Ref. Silang FULL: Ezr 9:14 - dan kawin-mengawin // sampai kami // yang tinggal · dan kawin-mengawin: Neh 13:27
· sampai kami: Ul 9:8; Ul 9:8
· yang tinggal: Ul 9:14
Ref. Silang FULL: Ezr 9:15 - maha benar // tahan berdiri // di hadapan-Mu · maha benar: Kej 18:25; Kej 18:25; 2Taw 12:6; 2Taw 12:6; Neh 9:8; Mazm 51:6; 129:4; 145:17; Yes 24:16; Yer 12:1; 23:6; 33:16; Rat 1:18; Dan 9:...
· maha benar: Kej 18:25; [Lihat FULL. Kej 18:25]; 2Taw 12:6; [Lihat FULL. 2Taw 12:6]; Neh 9:8; Mazm 51:6; 129:4; 145:17; Yes 24:16; Yer 12:1; 23:6; 33:16; Rat 1:18; Dan 9:7; Zef 3:5
· tahan berdiri: Mazm 76:8; 130:3; Mal 3:2
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ezr 9:5-15
Matthew Henry: Ezr 9:5-15 - Pembaharuan yang Dilakukan Ezra Pembaharuan yang Dilakukan Ezra (9:5-15)
Apa yang direnungkan Ezra sementara ia duduk tertegun selama beberapa jam, dapat kita perkirakan melalui p...
Pembaharuan yang Dilakukan Ezra (9:5-15)
- Apa yang direnungkan Ezra sementara ia duduk tertegun selama beberapa jam, dapat kita perkirakan melalui perkataan mulutnya ketika ia pada akhirnya berbicara dengan lidahnya. Dan sungguh menyedihkan perkataan yang disampaikannya kepada sorga pada kesempatan ini. Amatilah,
- 1. Waktu ketika ia menyampaikan perkataan ini – pada waktu korban petang (ay. 5). Pada masa itu (ada kemungkinan) orang-orang saleh biasa datang ke pelataran rumah Allah untuk menyemarakkan upacara korban dan mempersembahkan doa-doa mereka sendiri kepada Allah sejalan dengan korban itu. Ezra memilih membuat pengakuan ini dengan cara yang dapat didengar oleh mereka, agar mereka dapat disadarkan sebagaimana mestinya akan dosa-dosa bangsa mereka, yang sampai saat itu tidak mereka perhatikan atau telah mereka remehkan. Doa juga dapat menjadi khotbah. Korban, terutama korban petang, merupakan perlambang dari propisiasi agung, oleh Anak domba Allah yang terpuji itu, yang pada petang hari dunia ini menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dapat kita duga bahwa kepada pendamaian agung inilah Ezra mengarahkan mata imannya dalam perkataannya yang penuh penyesalan ini kepada Allah. Ia seakan-akan membuat pengakuan dengan meletakkan tangan ke atas kepala korban agung itu, yang melaluinya kita menerima pendamaian. Tentu Ezra mengetahui pesan yang beberapa tahun sebelumnya pernah disampaikan malaikat Gabriel kepada Daniel, pada waktu korban petang juga, yang seolah-olah merupakan penjelasan dari propisiasi agung itu, menyangkut Mesias Sang Raja (Dan. 9:21, 24). Dan mungkin Ezra memberikan perhatian terhadap kejadian itu dalam memilih waktu petang ini.
- 2. Persiapan Ezra untuk menyampaikan perkataannya ini.
- (1) Ia bangkit dan berhenti menyiksa dirinya, dan melepaskan diri dari beban dukacitanya sampai sejauh mungkin sehingga ia dapat mengangkat hatinya kepada Allah. Ia pulih dari rasa tertegunnya, berhasil membuat jiwanya yang bergejolak agak mereda, dan menenangkan rohnya untuk bersekutu dengan Allah.
- (2) Ia berlutut, mengambil sikap seorang petobat yang sedang merendahkan diri, dan seorang pemohon yang sedang meminta belas kasihan. Dalam kedua sikap ini, ia mewakili umat yang untuknya ia sekarang menjadi pengantara.
- (3) Ia menadahkan tangannya, sebagai orang yang perasaannya dipenuhi oleh apa yang hendak dikatakannya, dengan mempersembahkannya kepada Allah, sambil menanti, dan menggapai seakan-akan penuh pengharapan, untuk menerima jawaban yang penuh rahmat. Di dalam hal ini ia mengarahkan pandangan kepada Allah sebagai Tuhan, dan sebagai Allahnya, Allah yang berkuasa, namun juga Allah yang penuh anugerah.
- 3. Isi perkataan itu sendiri. Perkataan Ezra kurang tepat disebut doa, karena di dalamnya tidak terdapat kata permohonan sama sekali. Namun demikian, apabila kita memberikan kebebasan penuh kepada doa, maka doa berarti mempersembahkan perasaan yang penuh kesalehan dan ketakwaan kepada Allah. Dan sungguh penuh ketakwaan, penuh kesalehan, perasaan yang diungkapkan oleh Ezra di sini. Kata-katanya merupakan pengakuan dosa yang penuh penyesalan. Bukan dosanya sendiri, yang timbul dari hati nurani yang dibebani oleh kesalahannya sendiri dan yang merasa takut terhadap bahaya yang akan menimpanya, melainkan dosa bangsanya, yang timbul dari keprihatinan mendalam akan kehormatan Allah dan kesejahteraan Israel. Di sini ada gambaran yang hidup tentang pertobatan yang tulus. Amatilah dalam kata-katanya ini,
- 1. Pengakuan yang dibuat Ezra tentang dosa itu dan hal-hal yang memberatkannya. Hal ini ditegaskannya, supaya hatinya sendiri dan hati orang-orang yang bergabung bersamanya diliputi oleh dukacita, rasa malu, dan rasa takut yang kudus ketika merenungkan dosa itu, sehingga mereka dapat betul-betul merendahkan diri karenanya. Dan patut diperhatikan bahwa, meskipun Ezra sendiri sepenuhnya bersih dari kesalahan ini, namun ia menempatkan diri ke dalam golongan pendosa itu, sebab ia merupakan bagian dari masyarakat yang sama – dosa dan kesalahan kami. Mungkin ia sekarang mengingat dan merasa bersalah, bahwa ia sudah tinggal begitu lama bersama saudara-saudaranya di Babel, dan tidak segera memisahkan diri seperti seharusnya dari bangsa-bangsa di sana. Ketika kita sedang meratapi kejahatan orang fasik, bisa saja terjadi bahwa, jika kita betul-betul merenungkan diri kita dan memeriksa batin kita dengan jujur, kita akan mendapati kesalahan yang sama sifatnya, walau dalam tingkat yang lebih rendah. Bagaimanapun, Ezra berbicara tentang apa yang pernah, atau yang seharusnya, menjadi keluhan umum.
- 1. Ia mengakui bahwa dosa-dosa mereka sangatlah besar: “ Dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami (ay. 6). Kami akan segera binasa di dalamnya seperti di dalam air yang dalam.” Betapa dosa itu merajalela di mana-mana, begitu dahsyat kekuatannya, dan begitu mengancam dengan akibat-akibat yang sangat merusak. “Dosa telah bertumpuk sedemikian tinggi di antara kami hingga mencapai langit, begitu kurang ajar hingga menantang sorga, dan begitu menyulut murka hingga, seperti dosa Sodom, dosa itu berteriak kepada sorga menuntut pembalasan.” Tetapi hendaklah ini menjadi penghiburan bagi orang-orang yang benar-benar bertobat, bahwa meskipun dosa-dosa mereka mencapai langit, belas kasihan Allah sampai ke langit (Mzm. 36:6). Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.
- 2. Dosa mereka telah mereka lakukan dengan keras hati dalam waktu yang lama (ay. 7): Dari zaman nenek moyang kami sampai hari ini kesalahan kami besar. Contoh yang diperlihatkan oleh orang-orang yang telah mendahului mereka sama sekali tidak dianggap Ezra bisa dijadikan alasan untuk memaafkan kesalahan mereka, tetapi justru memberatkannya. “Kami seharusnya menerimanya sebagai peringatan untuk tidak tersandung batu yang sama. Kebobrokan itu bertambah begitu parah hingga berakar sangat dalam dan mulai perlu obat untuk menyembuhkannya. Namun melalui sarana ini kami mempunyai alasan untuk merasa takut bahwa takaran kejahatan itu sudah hampir penuh.”
- 3. Penghukuman berat dan menyakitkan yang telah dijatuhkan Allah ke atas mereka karena dosa-dosa mereka itu sangatlah memperparah dosa-dosa tersebut: “Karena dosa kami maka kami sekalian diserahkan ke dalam kuasa pedang dan penawanan (ay. 7), namun kami belum juga diperbaharui, belum berbalik dari jalan kami. Kami ditumbuk dalam lesung, namun kebodohan kami belum lenyap (Ams. 27:22), kami dihajar, tetapi tidak dibuat berbalik kembali.”
- 4. Belas kasihan Allah yang belakangan ini telah dicurahkan kepada mereka juga sangat memperparah dosa-dosa mereka. Hal ini sangat ditekankan Ezra (ay. 8-9). Amatilah,
- (1) Jangka waktu belas kasihan itu: Sekarang baru saja, yaitu, “Belum begitu lama ini kami memperoleh kebebasan, namun sepertinya hal itu tidak akan berlangsung lama.” Hal ini sangat memperparah dosa mereka, bahwa belum lama berselang mereka berada di dalam dapur api, dan mereka tidak tahu secepat apa mereka bisa saja kembali ke sana lagi. Lalu masih dapatkah mereka merasa aman?
- (2) Sumber belas kasihan itu: Kami alami kasih karunia dari pada TUHAN. Para raja Persia menjadi alat bagi kelepasan mereka. Tetapi Ezra beranggapan bahwa kelepasan itu berasal dari Allah dan anugerah-Nya, anugerah-Nya yang cuma-cuma, tanpa jasa mereka.
- (3) Aliran-aliran belas kasihan itu, bahwa di dalam perbudakan itu mereka tidak ditinggalkan, tetapi bahkan di Babel pun mereka melihat tanda-tanda kehadiran Allah. Bahwa mereka merupakan orang-orang Israel yang terluput, sedikit dari banyak orang yang dengan susah payah berhasil melepaskan diri dari tangan musuh-musuh mereka, berkat kebaikan raja-raja Persia. Dan terutama bahwa mereka diberi tempat menetap di tempatNya yang kudus, yaitu seperti yang dijelaskan di dalam ayat 9, bahwa mereka telah membangun rumah Allah. Mereka berhasil membereskan masalah agama mereka dan membuat ibadah di dalam rumah Allah berjalan dengan tetap. Kita harus menganggapnya sebagai penghiburan dan keuntungan yang besar apabila kita memiliki kesempatan-kesempatan yang tetap untuk menyembah Allah. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah Allah, seperti Hana yang tidak mau meninggalkan Bait Suci. Inilah tempat perhentianku selama-lamanya, kata jiwa yang beroleh anugerah.
- (4) Dampak-dampak dari semua belas kasihan ini. Belas kasih itu menerangi mata mereka, dan menghidupkan kembali hati mereka. Artinya, belas kasih ini sangat menghiburkan mereka, dan penghiburan itu semakin dapat dirasakan karena terjadi di dalam perhambaan mereka. Bagi mereka, belas kasih ini bagaikan hidup dari antara orang mati. Walaupun hanya sedikit kelegaan, itu merupakan perkenanan yang besar, mengingat bahwa mereka tidak pantas mendapatkannya sama sekali, dan hari peristiwa-peristiwa kecil adalah pertanda dari peristiwa-peristiwa yang lebih besar. “Sekarang,” kata Ezra, “betapa tidak tahu berterima kasihnya kita karena telah menyakiti hati Allah yang telah begitu baik kepada kita! Betapa kita tidak berpikir panjang karena telah bergaul dalam dosa bersama bangsabangsa yang dari mereka, dalam belas kasihan yang menakjubkan, kita telah dibebaskan! Betapa kita tidak bijaksana karena telah memperhadapkan diri kepada murka Allah ketika kita diuji dengan kembalinya perkenanan-Nya, dan seharusnya berperilaku baik supaya perkenanan itu dapat berlanjut!”
- 5. Dosa itu semakin parah karena melawan perintah yang jelas: Kami telah meninggalkan perintah-Mu (ay. 10). Tampaknya sudah menjadi hukum kaum keluarga Yakub sejak zaman dahulu untuk tidak berpasangan dengan kaum keluarga yang tidak bersunat (Kej. 34:14). Namun, di samping itu, Allah sendiri telah melarangnya dengan tegas. Ezra mengutip perintah itu (ay. 11-12). Sebab dosa tampak sebagai dosa, tampak luar biasa berdosa, apabila kita membandingkannya dengan hukum yang telah dilanggar olehnya. Tidak ada yang bisa lebih jelas lagi: Janganlah kamu memberikan anak-anak perempuanmu kepada anak lelaki mereka, ataupun mengambil anak-anak perempuan mereka untuk anak-anak lelakimu. Alasan yang diberikan adalah karena, apabila mereka berbaur dengan bangsa-bangsa itu, mereka akan mencemarkan diri mereka sendiri. Negeri itu najis, sedangkan mereka adalah umat yang kudus. Sebaliknya, apabila mereka tetap membedakan diri dari bangsa-bangsa itu, maka ini akan menjadi kehormatan serta keamanan bagi mereka, dan akan melestarikan kesejahteraan mereka. Nah, melanggar perintah yang begitu jelas, yang didukung oleh alasan-alasan yang begitu kuat, dan yang merupakan hukum utama dari pemerintahan mereka, sungguh merupakan perbuatan yang sangat menyulut murka Allah di sorga.
- 6. Bahwa dalam penghukuman-penghukuman yang telah membuat mereka menderita karena dosa-dosa mereka, Allah tidak menghukum setimpal dengan dosa mereka, sehingga Ia memandang mereka masih berutang hukuman atas perkara yang lama. “Astaga! Dan sekalipun demikian, masih jugakah kita menambah kesalahan yang baru? Bukankah Allah sudah memperlakukan kita dengan begitu lembut dalam menghukum kita? Masa kita menyalahgunakan perkenanan-Nya seperti itu dan membalas anugerah-Nya dengan berbuat sembarangan?” Di dalam anugerah dan belas kasihNya, Allah telah berfirman tentang pembuangan Sion, Ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya (Yes. 40:2). Tetapi Ezra, dalam kesadaran yang penuh pertobatan akan kejahatan besar yang terkandung dalam dosa mereka, mengakui bahwa meskipun hukuman itu sangat berat, itu belumlah setimpal.
- 2. Perasaan-perasaan yang penuh kesalehan yang bekerja dalam diri Ezra, dalam membuat pengakuan ini. Ketika berbicara tentang dosa,
- 1. Ia berkata-kata seperti orang yang merasa sangat malu. Ia memulai dengan berkata (ay. 6), Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, ya Allahku (demikianlah penempatan kata-kata itu), sehingga tidak berani menengadahkan mukaku kepada-Mu. Perhatikanlah,
- 1. Dosa adalah hal yang memalukan. Begitu orangtua pertama kita memakan buah terlarang, mereka malu akan diri mereka sendiri.
- 2. Rasa malu yang kudus dalam pertobatan yang sungguh-sungguh dan tulus merupakan unsur yang sama pentingnya seperti dukacita yang kudus.
- 3. Dosa-dosa orang lain haruslah membuat kita malu, dan kita harus merasa tercela untuk orang-orang bermuka tebal yang tidak merasakannya. Kita patut merasa malu bahwa kita mempunyai hubungan saudara dengan orang-orang yang begitu tidak tahu berterima kasih kepada Allah dan tidak bijak terhadap diri mereka sendiri. Inilah yang disebut membuktikan diri kita tidak bersalah di dalam perkara itu (2Kor. 7:11).
- 4. Orang-orang berdosa yang bertobat tidak pernah melihat alasan yang begitu kuat untuk merasa malu dan mendapat cela, seperti ketika mereka datang untuk menengadahkan muka kepada Allah. Perasaan alami menyangkut kehormatan kita sendiri yang telah kita nodai dengan melakukan kesalahan, akan membuat kita malu memandang wajah seseorang. Tetapi kepedulian yang penuh rahmat terhadap kehormatan Allah akan membuat kita jauh lebih malu memandang wajah-Nya. Pemungut cukai, ketika pergi ke Bait Allah untuk berdoa, menundukkan kepalanya lebih dalam daripada sebelumnya, sebagai orang yang merasa malu (Luk. 18:13).
- 5. Memandang Allah sebagai Allah kita akan sangat berguna bagi kita dalam melakukan pertobatan. Ezra memulai dengan berkata, ya Allahku, dan sekali lagi dalam tarikan napas yang sama, ya Allahku. Merenungkan hubungan kovenan kita dengan Allah sebagai Allah kita akan membantu merendahkan diri kita, dan menghancurkan hati kita atas dosa yang kita perbuat, karena kita telah melanggar baik perintah-perintah-Nya kepada kita maupun janji-janji kita kepada-Nya. Hal ini juga akan mendorong kita mengharapkan pengampunan pada saat kita bertobat. “Ia adalah Allahku, kendati dengan segala pelanggaran ini.” Dan setiap pelanggaran yang dilakukan di dalam kovenan tidak mengeluarkan kita dari kovenan itu.
- 2. Ezra berkata-kata seperti orang yang sangat tertegun (ay. 10): “Apa yang akan kami katakan sesudah semuanya itu? Aku sendiri tidak tahu harus berkata apa. Bila Allah tidak menolong kami, binasalah kami.” Menyadari kesalahan akan memicu rasa tertegun. Semakin kita merenungkan dosa, semakin buruk dosa terlihat. Kepelikan perkara itu mendorong rasa tertegun. Bagaimana kita akan memulihkan diri kita? Dengan cara apakah kita bisa berdamai dengan Allah?
- I. Orang-orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh akan kehilangan kata-kata. Apakah kita akan berkata, kami tidak berdosa, atau Allah tidak menuntut? Jika demikian, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Akankah kita berkata, bersabarlah terhadap kami, maka kami akan membayar seluruh utang kami kepada-Mu dengan ribuan domba jantan, atau anak sulung kami akan kami persembahkan karena pelanggaran kami? Allah tidak akan membiarkan diri-Nya dipermainkan seperti itu. Ia tahu bahwa kita tidak sanggup membayarnya. Akankah kita berkata, tidak ada harapan, dan biarlah terjadi apa pun yang akan terjadi atas diri kita? Hal itu justru akan memperburuk keadaan.
- II. Orang-orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh akan mempertimbangkan apa yang hendak dikatakan, dan seperti Ezra, harus memohon kepada Allah agar mengajari mereka. Apa yang harus kita katakan? Katakanlah, “Aku telah berdosa, aku telah bertindak bodoh. Kiranya Allah berbelas kasihan terhadapku, orang berdosa,” dan sejenisnya (lih. Hos. 14:3).
- 3. Ezra berkata-kata sebagai orang yang sangat takut (ay. 13-14). “Semua penghukuman telah dijatuhkan ke atas kami untuk membuat kami berbalik dari dosa, dan semua kelepasan telah diadakan bagi kami untuk membuat kami tergerak kepada Allah dan kewajiban. Setelah semuanya itu, jika kami kembali melanggar perintah-Mu, dengan kawin-mengawin dengan bangsa-bangsa yang keji ini dan mengikuti jalan-jalan mereka, apa lagi yang dapat kami harapkan selain bahwa Allah akan murka kepada kami sampai kami habis binasa, sehingga bahkan tidak ada yang tinggal hidup, atau terluput dari kehancuran?” Tidak ada tanda yang lebih pasti atau yang lebih menyedihkan akan kehancuran sebuah bangsa daripada pemberontakan bangsa itu dengan berbuat dosa, dengan berbuat dosa-dosa yang sama lagi, sesudah mengalami berbagai penghukuman yang berat dan pembebasan yang luar biasa. Orangorang yang tidak mau disadarkan oleh penghukuman yang berat ataupun pembebasan yang luar biasa memang pantas ditolak, seperti perak buangan, sebab sia-sia orang melebur terus-menerus.
- 4. Ezra berkata-kata sebagai orang yang sangat yakin akan keadilan Allah, dan membulatkan hati untuk menerima keadilan-Nya dan menyerahkan perkara itu kepada Dia yang hukuman-Nya berlangsung secara jujur (ay. 15): “Engkau maha benar, bijaksana, adil, dan baik. Engkau tidak akan menjahati kami ataupun berlaku keras terhadap kami. Oleh karena itu lihatlah, kami menghadap hadirat-Mu, kami bersimpuh di bawah kaki-Mu, sambil menantikan hukuman kami. Kami tidak mungkin tahan berdiri di hadapan-Mu, dengan menegaskan kebenaran kami sendiri, karena kami tidak mempunyai pembelaan yang akan mendukung atau membebaskan kami. Oleh sebab itu, kami jatuh tersungkur di hadapan-Mu, di dalam pelanggaran kami, dan berserah kepada belas kasihan-Mu. Lakukanlah kepada kami segala yang baik di mata-Mu (Hak. 10:15). Tidak ada suatu apa pun yang dapat kami katakan dan kami lakukan, selain memohon belas kasihan kepada yang mendakwa kami” (Ayb. 9:15). Demikianlah orang yang baik ini membawa kesedihannya ke hadapan Allah, dan kemudian menyerahkannya kepada Dia.
SH: Ezr 9:10-15 - Nikah campur adalah perbuatan dosa di hadapan Allah (Senin, 13 Desember 1999) Nikah campur adalah perbuatan dosa di hadapan Allah
Pernikahan adalah bentuk hubungan yang terpenting dan paling
berpengaruh dalam kehidupan ant...
Nikah campur adalah perbuatan dosa di hadapan Allah
Pernikahan adalah bentuk hubungan yang terpenting dan paling berpengaruh dalam kehidupan antarmanusia. Alkitab menjadikan hubungan nikah sebagai gambaran hubungan Allah dan umat-Nya yang timbal balik. Tuhan Allah melarang pernikahan campur dilakukan umat-Nya, supaya di dalam keluarga terpelihara kemurnian iman dalam satu dasar iman yang teguh. Tetapi umat melakukan hal yang bertolak belakang dengan yang Allah perintahkan bagi mereka. Selama berada di pembuangan Allah tidak meninggalkan umat, tetapi ketika kembali ke Yerusalem umat melakukan pernikahan campur.
Bergantung pada kemurahan Allah. Bila terlanjur nikah campur, apa yang harus dilakukan? Ezra menyadari keseriusan umat menyadari kesalahan tersebut. Mereka mengakui dan memohon belas kasihan Tuhan. Tuhan akan mengampuni dan mengubah hal yang salah itu. Tetapi untuk memperbaiki dibutuhkan usaha maksimal dan proses yang panjang. Janganlah mengulang dosa yang sama, meskipun tersedia pengampunan Allah.
Renungkan: Pengampunan disediakan bukan supaya kita bebas melakukan dosa, tetapi supaya menyadari bahwa pengampunan adalah kemurahan Allah.
SH: Ezr 9:1-15 - Allah tetap setia (Minggu 21 September 2008) Allah tetap setia
Bagaimana reaksi kita ketika melihat orang lain melakukan dosa?
Maklum karena berpendapat bahwa tiap manusia punya kelemahan?
...
Allah tetap setia
Bagaimana reaksi kita ketika melihat orang lain melakukan dosa? Maklum karena berpendapat bahwa tiap manusia punya kelemahan? Atau marah sekaligus berduka karena kesalahan yang dia perbuat?
Teks hari ini memperlihatkan reaksi Ezra terhadap dosa yang dilakukan oleh orang-orang buangan yang kembali ke Yerusalem dari Babel. Setelah beberapa bulan tinggal di Yerusalem, Ezra menerima laporan bahwa orang Israel menikah dengan orang kafir. Bahkan para imam, orang-orang Lewi, para pemuka, dan penguasa juga melakukan hal itu (ayat 1-2). Tragis bukan? Dapat dimengerti bila Ezra sungguh-sungguh berduka sehingga ia sampai merobek pakaiannya dan mencabut janggut serta rambut di kepalanya (ayat 3). Walaupun Ezra tidak ikut melakukan dosa itu, tetapi ia datang kepada Allah untuk mengakui segala kesalahan yang dilakukan bangsanya.
Kondisi spiritual komunitas pascapembuangan itu memang memprihatinkan. Inilah bukti kegagalan mereka dalam memisahkan diri dari para penyembah berhala yang mendiami tempat itu. Begitu parahkah akibat kawin campur hingga Ezra menunjukkan rasa prihatin yang luar biasa? Ya! Kawin campur mengakibatkan tidak ada lagi area dalam kehidupan umat Allah yang tidak dicampuri oleh para penyembah berhala ini: perdagangan, pemerintahan, kehidupan sosial, bahkan kehidupan keagamaan. Membiarkan kawin campur berarti membiarkan adanya kompromi di berbagai bidang. Ini bahaya! Dosa itulah yang menyebabkan Israel dibuang ke Babel! Itu sebabnya Ezra prihatin. Bagaimana mungkin mereka jatuh ke dalam kesalahan yang sama sampai dua kali?
Dosa kawin campur masih juga dilakukan oleh orang-orang yang mengaku Kristen sampai saat ini. Coba perhatikan apa yang terjadi pada diri mereka kemudian. Banyak dari antara mereka yang kemudian beralih iman. Namun yang pasti mereka tidak dapat hidup sebagai pelaku firman yang sejati. Tugas kita adalah tetap teguh di dalam iman dan ingatkan mereka yang menyimpang dari iman yang benar.
SH: Ezr 9:1-15 - Menanggung Persoalan Umat (Rabu, 28 Juni 2017) Menanggung Persoalan Umat
Pemimpin mengarahkan umat berpatokan pada visi dan misi yang didapat dari Tuhan. Cara menerima dan menyelesaikan persoalan ...
Menanggung Persoalan Umat
Pemimpin mengarahkan umat berpatokan pada visi dan misi yang didapat dari Tuhan. Cara menerima dan menyelesaikan persoalan umat menjadi pembeda antara pemimpin satu dengan yang lain.
Ezra mendengar laporan bagaimana orang Israel memperistri dari bangsa-bangsa lain (1-3). Kawin campur seperti ini merupakan pelanggaran serius (bdk.Ul. 7:3-4). Dalam hal ini, yang memberikan contoh yang tidak baik adalah para pemuka dan penguasa (2). Perkawinan dengan bangsa lain akan menjerumuskan umat Israel kepada penyembahan berhala. Padahal misi yang diemban Ezra tidak lain adalah menegakkan peribadahan kepada Tuhan dengan membangun kembali Yerusalem (7:12-26).
Kesalahan fatal yang dilakukan umat Israel mendorong Ezra berkabung dan memohon pengampunan Tuhan (3-5). Pada ayat 9-15 terlihat jelas ungkapan doa yang dipanjatkan Ezra yang mewakili bangsanya kepada Tuhan. Di awal doanya, secara pribadi Ezra mengakui kesalahan bangsanya, misalnya: ”Aku malu dan mendapat cela, dosa yang telah menumpuk dan membubung ke langkit” (6). Pengakuan pribadi dilanjutkan dengan pengakuan secara bersama-sama, seperti: ”dosa dan kesalahan kami”. Secara pribadi Ezra mengakui kesalahan umat, kemudian mengajak umat melihat betapa seriusnya perbuatan mereka.
Doa pengakuan Ezra ingin mengingatkan, mengajar, dan memurnikan semangat pembaruan sebagai umat pilihan. Di sini Ezra mengajar kita berpikir dari sudut pandang kebenarann dan kesucian Allah. Sebelum bertindak, seharusnya seorang pemimpin memikirkan risiko dan dampak yang akan diterima oleh rakyatnya. Jangan karena contoh yang tidak baik membuat rakyat ikut meniru perilaku yang buruk. Jika seorang pemimpin telah melakukan kesalahan, sepatutnya ia berani meminta maaf di hadapan rakyatnya. Bukannya berusaha menutupi aibnya dengan cara pencitraan. Mengaku dosa di hadapan Tuhan dan segenap bangsa adalah awal menyelesaikan persoalan. [YTP]
SH: Ezr 9:1-15 - Dosa dan Anugerah (Kamis, 29 Desember 2022) Dosa dan Anugerah
Ada dua ekstrem orang Kristen dalam menyikapi dosa. Pertama, mereka yang tidak peduli dengan dosa dan menganggap Tuhan sudah mengam...
Dosa dan Anugerah
Ada dua ekstrem orang Kristen dalam menyikapi dosa. Pertama, mereka yang tidak peduli dengan dosa dan menganggap Tuhan sudah mengampuni sehingga dosa tidak ada pengaruhnya. Kedua, mereka yang menyiksa diri karena perasaan bersalah, bahkan sampai meninggalkan gereja karena merasa tak layak.
Perikop kali ini membahas tentang dosa umat Israel pascaperbudakan di Persia. Allah memerintahkan agar mereka tidak menikah dengan bangsa-bangsa yang keji di hadapan Allah. Akan tetapi, umat Israel tidak mengindahkannya. Mereka menikah dengan bangsa-bangsa yang terlarang di hadapan Allah. Bahkan, pemimpin dan penguasa melakukannya terlebih dahulu (1-2). Padahal, umat Israel baru saja menerima kasih karunia Allah sehingga bisa pulang ke tanah mereka dan membangun kembali bait Allah (8-9).
Hal itu membuat Ezra sangat sedih. Dia mengoyakkan pakaiannya, mencabut rambutnya dan janggutnya. Selain itu, Ezra menyiksa dirinya sendiri (3). Hal itu dilakukannya bukan tanpa alasan. Yang menjadi masalah, nenek moyang mereka dahulu juga demikian. Karena berdosa, mereka diserahkan kepada raja-raja negeri lain, kemudian mereka mengalami penganiayaan, penjarahan, bahkan penghinaan di depan umum (7). Ezra sangat mengerti bahwa dosa pasti ada dampaknya dan hal itu membuat Ezra begitu sedih.
Meski dosa pasti membawa akibat, bukan berarti tidak ada harapan. Allah adalah pribadi yang penuh anugerah. Allah menghukum, namun ada batas waktunya (8); meskipun menghukum, Allah tetap menyertai (9); Allah tidak menghukum setimpal dengan dosa mereka (13); serta Allah memberi anugerah agar manusia bisa kembali berelasi dengan-Nya.
Dengan segala kemampuan, kita harus berusaha menjauhkan diri dari dosa. Karena Allah mahasuci dan mahamulia, maka sebagai umat-Nya, kita harus menghargai atribut Allah itu. Kalaupun gagal, kita tidak perlu menyiksa diri, sebab kita bukan manusia super. Ingat: Allah menghukum, Allah juga memberi anugerah! [YGM]
Topik Teologia: Ezr 9:11 - -- Dosa
Deskripsi tentang Dosa-dosa dan Pendosa
Karakter Para Pendosa
Para Pendosa Tidak Jujur
Ula 31:29 Ula 32:5 Hak 2:...
- Dosa
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan, dalam Anugerah Melalui Pengakuan Dosa
- Ezr 9:4-15 Neh 1:6-9 Neh 9:2-3 Ayu 9:20 Ayu 13:23 Ayu 39:37 Ayu 42:5 Maz 19:13 Maz 32:5 Maz 38:4-5,19 Maz 40:12-14 Maz 41:5 Maz 51:3-7 Maz 69:6 Maz 106:6 Maz 119:59-60 Maz 119:176 Maz 130:1-4 Ams 28:13 Yes 6:5 Yes 59:12-15 Yes 64:5-7 Yer 3:13,21-22,25 Yer 14:7,20-22 Yer 31:18-19 Rat 3:40-42 Dan 9:4-19 Luk 15:17-21 Yak 5:16 1Yo 1:9
Topik Teologia: Ezr 9:12 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Natur yang Terkait dari Umat Manusia
Israel sebagai Kesatuan yang Terkait
Pemeliharaan Garis Keturunan K...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Israel sebagai Kesatuan yang Terkait
- Pemeliharaan Garis Keturunan Keluarga di Israel
- Melalui Pernikahan Sedarah
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan, dalam Anugerah Melalui Pengakuan Dosa
- Ezr 9:4-15 Neh 1:6-9 Neh 9:2-3 Ayu 9:20 Ayu 13:23 Ayu 39:37 Ayu 42:5 Maz 19:13 Maz 32:5 Maz 38:4-5,19 Maz 40:12-14 Maz 41:5 Maz 51:3-7 Maz 69:6 Maz 106:6 Maz 119:59-60 Maz 119:176 Maz 130:1-4 Ams 28:13 Yes 6:5 Yes 59:12-15 Yes 64:5-7 Yer 3:13,21-22,25 Yer 14:7,20-22 Yer 31:18-19 Rat 3:40-42 Dan 9:4-19 Luk 15:17-21 Yak 5:16 1Yo 1:9
Topik Teologia: Ezr 9:15 - -- Allah yang Berpribadi
Atribut-Atribut Allah
Allah itu Mahabenar
Kej 18:25 Ezr 9:15 Ayu 4:17 Ayu 37:23 Maz 7:10 Maz 11:7 Maz 25:...
- Allah yang Berpribadi
- Atribut-Atribut Allah
- Keselamatan
- Pertobatan
- Natur Pertobatan
- Pertobatan Memimpin Kepada Keselamatan
- Pertobatan dan Pengakuan Dosa
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan, dalam Anugerah Melalui Pengakuan Dosa
- Ezr 9:4-15 Neh 1:6-9 Neh 9:2-3 Ayu 9:20 Ayu 13:23 Ayu 39:37 Ayu 42:5 Maz 19:13 Maz 32:5 Maz 38:4-5,19 Maz 40:12-14 Maz 41:5 Maz 51:3-7 Maz 69:6 Maz 106:6 Maz 119:59-60 Maz 119:176 Maz 130:1-4 Ams 28:13 Yes 6:5 Yes 59:12-15 Yes 64:5-7 Yer 3:13,21-22,25 Yer 14:7,20-22 Yer 31:18-19 Rat 3:40-42 Dan 9:4-19 Luk 15:17-21 Yak 5:16 1Yo 1:9
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Mengaku kepada Allah
- Pernyataan-pernyataan Pengakuan
- Pengakuan dalam Kehidupan Umat Allah
- Pengakuan Ezra
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ezra (Pendahuluan Kitab) Penulis : Ezra
Tema : Pemulihan Kaum Sisa
Tanggal Penulisan: 450-420 SM
Latar Belakang
Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah y...
Penulis : Ezra
Tema : Pemulihan Kaum Sisa
Tanggal Penulisan: 450-420 SM
Latar Belakang
Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah yang berkesinambungan dari orang Yahudi yang ditulis setelah masa pembuangan, terdiri atas 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, dan Nehemia. Dalam PL Ibrani, Ezra dan Nehemia semulanya satu kitab sebagaimana halnya 1 dan 2 Tawarikh. Para ahli Alkitab pada umumnya beranggapan bahwa sejarah yang disajikan dalam kitab-kitab ini pertama-tama merupakan karya yang terilham dari seorang pengarang pada masa pascapembuangan. Sekalipun penulisnya tidak pernah disebutkan dalam Alkitab, tetapi hampir semua sumber Yahudi dan Kristen, serta juga banyak ahli modern, percaya bahwa pengarangnya adalah Ezra, imam dan ahli Taurat itu. Untuk keterangan lebih terinci mengenai peran Ezra sebagai pengarang, Lihat "PENDAHULUAN 1TAWARIKH" 08053.
Menurut tradisi, Ezralah yang mengumpulkan semua kitab PL menjadi satu unit, memulai bentuk ibadah yang dipakai di sinagoge dan mendirikan Sinagoge Besar di Yerusalem di mana kanon PL akhirnya ditetapkan. Ezra adalah seorang pemimpin saleh dengan kesetiaan yang kokoh dan kasih yang mendalam kepada Firman Allah. Sejarahnya yang tertulis dalam 1 dan 2 Tawarikh serta Ezra dan Nehemia menekankan tema pengharapan, kebangunan, pembaharuan, dan pemulihan umat Allah. Seluruh sejarah ini ditulis pada parohan kedua abad ke-5 SM.
Kitab Ezra mencatat bagaimana Allah menggenapi janji nubuat-Nya melalui Yeremia (Ezr 29:10-14) untuk memulihkan orang Yahudi setelah 70 tahun pembuangan dengan membawa mereka kembali ke tanah air mereka (Ezr 1:1). Keruntuhan Yehuda dan pembuangan mereka ke Babel terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (605 SM), kalangan bangsawan muda Yehuda, termasuk Daniel, dibuang ke Babel; pada tahap kedua (597 SM) ada sekitar 11.000 orang buangan lagi, termasuk Yehezkiel; dan pada tahap ketiga (586 SM) penduduk Yehuda yang tersisa, kecuali Yeremia dan rakyat yang paling miskin, diangkut. Demikian pula, pemulihan kaum sisa buangan, sebagai penggenapan nubuat Yeremia, terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (538 SM) 50.000 orang kembali di bawah pimpinan Zerubabel dan Yesua (bd. Ezr 2:1-70); pada tahap kedua (457 SM) lebih dari 1.700 orang laki-laki (tambah wanita dan anak-anak, berjumlah 5.000-10.000 orang Yahudi) berangkat pulang di bawah pimpinan Ezra (bd. Ezr 8:1-14,18-21); dan pada tahap ketiga (444 SM) Nehemia memimpin kelompok lain lagi (bd. Neh 2:1-10). Perhatikan bahwa rombongan pertama pada tahun 538 kembali ke Yerusalem sekitar 70 tahun setelah pengangkutan pertama ke dalam pembuangan.
Sekitar dua tahun setelah kerajaan Babel dikalahkan dan diganti kerajaan Persia (539 SM), dimulailah pengembalian orang Yahudi ke tanah air mereka. Kitab Ezra mencatat tahap pertama dan kedua dari pemulihan itu, yang melibatkan tiga raja Persia (Koresy, Darius, dan Artahsasta) dan lima pemimpin rohani yang terkemuka:
- (1) Zerubabel, yang memimpin rombongan pertama untuk mendirikan kembali Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci;
- (2) Yesua, seorang imam besar saleh yang membantu Zerubabel;
- (3) Hagai dan
- (4) Zakharia, dua nabi Allah yang menasihatkan umat itu untuk menyelesaikan pembangunan Bait Suci; dan
- (5) Ezra, yang memimpin rombongan kedua ke Yerusalem dan yang dipakai Allah untuk memulihkan kerohanian dan moralitas umat itu.
Jikalau Ezra adalah penulis kitab ini, sesuatu yang sangat mungkin, ia menyusun catatan sejarah ini di bawah ilham Roh Kudus dengan merujuk kepada aneka dokumen dan surat yang resmi (mis. Ezr 1:2-4; Ezr 4:11-22; Ezr 5:7-17; Ezr 6:1-12), daftar keturunan (mis. Ezr 2:1-70), dan catatan pribadi (mis Ezr 7:27--9:15). Kitab ini ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali Ezr 4:8--6:18 dan Ezr 7:12-26 yang ditulis dalam bahasa Aram, bahasa resmi kaum buangan.
Tujuan
Kitab ini ditulis untuk menunjukkan pemeliharaan dan kesetiaan Allah dalam memulihkan kaum sisa Yahudi dari pembuangan mereka di Babel
- (1) dengan menggerakkan hati tiga raja Persia yang berbeda-beda agar membantu umat Allah untuk kembali ke negeri mereka, menetap kembali di Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci; dan
- (2) dengan menyediakan para pemimpin yang saleh dan andal untuk memimpin kaum sisa yang kembali dalam suatu kebangunan ibadah, komitmen kepada firman Allah, dan pertobatan dari ketidaksetiaan kepada Allah.
Survai
Ke-10 pasal kitab ini dengan sendirinya terbagi menjadi dua bagian:
- (1) Bagian pertama (pasal 1-6; Ezr 1:1--6:22) mencatat kembalinya rombongan pertama orang buangan Yahudi ke Yerusalem dan pembangunan kembali Bait Suci;
- (2) Bagian kedua (pasal 7-10; Ezr 7:1--10:443) menguraikan kembalinya rombongan kedua di bawah Ezra dan pembaharuan rohani yang mengikutinya.
- (1) Bagian pertama mulai di mana 2 Tawarikh berakhir -- dengan penahanan orang Yahudi dan pengumuman Raja Koresy dari Persia (538 SM) yang mengizinkan orang Yahudi kembali ke tanah air mereka (Ezr 1:1-11); pasal 2; Ezr 2:1-70 mencatat nama orang-orang yang ikut rombongan pertama. Pentinglah bahwa hanya sekitar 50.000 orang Yahudi di antara sejuta atau lebih yang terbuang berada dalam rombongan pertama yang kembali (Ezr 1:5; Ezr 2:64-65). Dalam pasal 3 (Ezr 3:1-13), Zerubabel (seorang keturunan Daud) dan Yesua (sang imam besar) mengerahkan umat itu untuk memulai pembangunan kembali Bait Suci yang rusak. Musuh-musuh yang lihai dari Yehuda mempergunakan sarana-sarana politik untuk menghentikan proyek ini selama beberapa waktu (pasal 4; Ezr 4:1-24), tetapi akhirnya pekerjaan dimulaikan kembali dan Bait Suci diselesaikan pada tahun 516 SM (pasal 5-6; Ezr 5:1--6:22).
- (2) Kesenjangan selama 60 tahun memisahkan pasal 6 (Ezr 6:1-22) dengan pasal 7 (Ezr 7:1-36). Selama itu Ester berkuasa sebagai ratu di Persia dengan Ahasyweros I. Ester menjadi ratu sekitar 478 SM (Lihat "PENDAHULUAN ESTER" 08069). Pasal 7-8 (Ezr 7:1--8:36) mencatat berbagai peristiwa sekitar 20 tahun kemudian ketika rombongan yang lebih kecil kembali dari Persia ke Yerusalem di bawah pimpinan Ezra. Sedangkan rombongan pertama berhasil membangun kembali rumah Allah, Ezra berusaha memulihkan Hukum Allah di dalam hati umat itu (bd. Neh 8:1-8). Ezra menjumpai kemerosotan rohani dan moral yang luas antara kaum pria Yehuda, yang tampak dari nikah campur dengan wanita kafir. Dengan kesedihan yang mendalam, Ezra mengakui dosa-dosa mereka kepada Allah dan mengadakan syafaat demi mereka (pasal 9; Ezr 9:1-15). Kitab ini berakhir dengan peristiwa Ezra memimpin para pria dalam pertobatan di depan umum dan pembatalan ikatan pernikahan dengan wanita kafir (pasal 10; Ezr 10:1-44).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Ezra-Nehemia adalah satu-satunya catatan sejarah dalam Alkitab mengenai pengembalian orang Yahudia pada masa pascapembuangan di Palestina.
- (2) Ciri yang menonjol dari kitab ini ialah bahwa di antara dua bagian utamanya (pasal 1-6, 7-10; Ezr 1:1--6:22; Ezr 7:1--10:44) terdapat kesenjangan sejarah sekitar 60 tahun. Seluruh kitab ini meliput sekitar 80 tahun.
- (3) Ezra menunjukkan dengan jelas bagaimana Allah menjaga firman-Nya sehingga pasti digenapi (bd. Yer 1:12; Yer 29:10); Allah mengarahkan hati para raja Persia bagaikan mengatur aliran sungai supaya mengembalikan umat-Nya ke negeri mereka (Ezr 1:1; Ezr 7:11-28; bd. Ams 21:1);
- (4) Tindakan Ezra terhadap para wanita kafir yang tidak percaya yang telah dinikahi laki-laki Yahudi (termasuk imam-imam) dengan melanggar perintah-perintah Allah melukiskan dengan nyata bagaimana Allah
- (a) menuntut agar umat-Nya hidup terpisah dari dunia kafir, dan
- (b) kadang-kadang memakai pembedahan radikal supaya menangani kompromi yang berbahaya dan rawan di antara umat-Nya. Tindakan Ezra dengan tegas mengingatkan umat perjanjian akan panggilan utama mereka untuk menjadi "kerajaan imam dan bangsa yang kudus" (Kel 19:6), bukan sekedar suatu kesatuan nasional campuran lainnya.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kembalinya kaum sisa Yahudi ke negeri mereka dan pembangunan kembali bait suci menyatakan bahwa Allah senantiasa ingin memulihkan umat-Nya yang menyeleweng. Jalan-jalan-Nya mencakup bukan saja hukuman karena kemurtadan, tetapi juga pemulihan dan harapan bagi kaum sisa yang percaya, yang melaluinya Allah mengarahkan aliran penebusan pada jalan akhirnya. Prinsip ini dilihat dalam PB, di mana suatu kaum sisa Yahudi yang percaya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Mesias mereka, sedangkan arus utama penebusan disalurkan kembali dari orang Yahudi yang tidak percaya kepada orang bukan Yahudi di gereja mula-mula.
Full Life: Ezra (Garis Besar) Garis Besar
I. Rombongan Pertama Orang Buangan yang Kembali ke Yerusalem
(Ezr 1:1-6:22)
A. Pengumuman dan Persediaan ...
Garis Besar
- I. Rombongan Pertama Orang Buangan yang Kembali ke Yerusalem
(Ezr 1:1-6:22) - A. Pengumuman dan Persediaan dari Koresy
(Ezr 1:1-11) - B. Daftar Orang Buangan yang Kembali
(Ezr 2:1-70) - C. Pemugaran Bait Suci Dimulai
(Ezr 3:1-13) - 1. Persembahan Korban Dimulai Kembali
(Ezr 3:1-6) - 2. Pembangunan Bait Suci Dimulai
(Ezr 3:7-13) - D. Pembangunan Bait Suci Terhenti Karena Perlawanan
(Ezr 4:1-24) - E. Pembangunan Bait Suci Dimulai Lagi dan Diselesaikan
(Ezr 5:1-6:18) - 1. Dorongan dari Para Nabi
(Ezr 5:1-2) - 2. Protes dari Bupati Tatnai
(Ezr 5:3-17) - 3. Darius Mengesahkan Pembangunan Bait Suci
(Ezr 6:1-12) - 4. Bait Suci Selesai Dibangun Lalu Ditahbiskan
(Ezr 6:13-18) - F. Perayaan Paskah
(Ezr 6:19-22) - II. Rombongan Kedua Orang Buangan Kembali ke Yerusalem di Bawah Pimpinan Ezra
(Ezr 7:1-10:44) - A. Misi Ezra Disahkan oleh Artahsasta
(Ezr 7:1-28) - B. Perjalanan Ezra dan Orang-Orang yang Menyertainya
(Ezr 8:1-36) - C. Berbagai Pembaharuan oleh Ezra di Yerusalem
(Ezr 9:1-10:44) - 1. Pengutukan Nikah Campur Dengan Orang Kafir
(Ezr 9:1-4) - 2. Pengakuan Dosa Ezra dan Syafaatnya bagi Umat Itu
(Ezr 9:5-15) - 3. Pertobatan dan Pembaharuan Umum
(Ezr 10:1-44)
Matthew Henry: Ezra (Pendahuluan Kitab)
Dalam kitab ini, jemaat Yahudi menampilkan wajah yang amat berbeda daripada sebelumnya. Keadaan mereka pada saat ini jauh lebih baik dan lebih berb...
- Dalam kitab ini, jemaat Yahudi menampilkan wajah yang amat berbeda daripada sebelumnya. Keadaan mereka pada saat ini jauh lebih baik dan lebih berbahagia dibandingkan dengan keadaan mereka terakhir di Babel, walaupun jauh lebih hina daripada keadaan mereka di masa lampau. Tulang-tulang kering itu kini hidup kembali, tetapi dalam rupa seorang hamba. Kuk perhambaan mereka telah ditanggalkan, tetapi bekas-bekas goresannya pada leher mereka yang lecet masih ada. Raja-raja tidak lagi kita dengar kisahnya, karena mahkota telah jatuh dari kepala mereka. Mereka diberkati dengan keberadaan para nabi, guna memandu mereka di dalam upaya membangun kembali negeri mereka. Tetapi setelah beberapa waktu lamanya, nubuatan pun berhenti di tengah-tengah mereka, sampai munculnya Sang Nabi Agung, dan seseorang yang memelopori kedatangan-Nya. Sejarah yang terdapat di dalam kitab ini merupakan penggenapan nubuatan Yeremia mengenai kembalinya orang Yahudi dari Babel di akhir masa tujuh puluh tahun, dan merupakan bayangan dari penggenapan nubuatan-nubuatan dalam Kitab Wahyu mengenai kelepasan jemaat Injili dari Babel Perjanjian Baru. Ezra menyimpan catatan mengenai peristiwa besar itu dan meneruskannya kepada jemaat dalam kitab ini. Nama Ezra berarti seorang penolong, dan memang demikianlah dirinya bagi bangsa itu. Kita akan membaca sepenggal catatan khusus tentang Ezra pada pasal 7, ketika ia sendiri turun tangan dan bertindak. Kitab ini mengisahkan kepada kita catatan mengenai,
- 1. Kembalinya bangsa Yahudi dari penawanan (ps. 1-2).
- 2. Pendirian Bait Suci, perlawanan yang dihadapi dalam pembangunannya, dan, kendati demikian, tuntasnya pembangunan itu pada akhirnya (ps. 3-6).
- 3. Kedatangan Ezra ke Yerusalem (ps. 7-8).
- 4. Pelayanan luhur yang dikerjakan Ezra di Yerusalem, dengan memerintahkan orang Israel yang telah mengawini perempuan-perempuan asing untuk menyuruh pergi istri-istri mereka itu (ps. 9-10).
Jerusalem: Ezra (Pendahuluan Kitab) KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja,...
KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja, masih ada sekelompok kitab-kitab sejarah lain dalam Perjanjian Lama. Bagian besar kitab-kitab ini mengulang sejarah yang termaktub dalam kitab-kitab sejarah yang dahulu, sedangkan sebagiannya melanjutkan sejarah itu. Termasuk ke dalam kelompok kitab-kitab sejarah yang lain itu kitab-kitab Tawarikh, kitab Ezra dan (menurut pendapat umum) kitab Nehemia. Kedua kitab Tawarikh aslinya hanya satu kitab saja. Kitab Ezra dan Nehemia tidak lain kecuali lanjutan dari kitab Tawarikh itu dan dikerjakan oleh pengarang yang sama. Sebab dalam kitab Ezra Nehemia tidak hanya ditemukan gaya bahasa dan gagasan-gagasan pokok yang sama, tetapi Ezr1 hanya mengulang akhir 2Taw 36. Ini cukup membuktikan, bahwa kitab Tawarikh dan kitab Ezra-Nehemia sejak awal mula dumaksudkan sebagai suatu kesatuan.
Maka Kitab-kitab Tawarikh (judul ini menterjemahkan judul Ibrani, dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, diberi judul: Paralipomena, artinya: [kitab-kitab yang memuat] apa yang terlupa atau dilewatkan) adalah sebuah karya yang berasal dari agama Yahudi di zaman belakangan, dari zaman sesudah pembuangan. Di zaman itu bangsa Israel tidak lagi mempunyai kemerdekaan politik, namun menikmati semacam otonomi yang diakui oleh para penguasa di kawasan timur. Bangsa yahudi langsung dipimpin oleh para imam dan hidupnya diatur oleh hukum agamanya sendiri. Hidup kebangsan berpusatkan Bait Allah serta upacara-upacara ibadatnya. tetapi kehidupan yang bertumpu pada hukum agama dan upacara itu dijiwai kesalehan pribadi, ajaran hikmat, kenangan- kenangan akan kejayaan dan kesalahan di masa yang lampau serta kepercayaan pada janji-janji yang disampikan para nabi dahulu.
Pengarang kitab Tawarikh (dan Ezra-Nehemia) adalah seorang dari kaum Lewi diYerusalem dan berlatar-belakang suasana dan lingkungan tsb. Ia menyusun kitabnya agak lama sesudah zaman Ezra dan Nehemia, sebab dengan caranya sendiri ia dapat menggabungkan sumber-sumber yang mengenai kedua tokoh itu. Dengan paling tepat kiranya karyanya dapat ditanggalkan pada awal zaman Yunani, sebelum thn 300 seb. Mas. Kemudian kitab Tawarikh masih diperluas dengan beberapa tambahan yang disisipkan oleh satu atau beberapa orang: silsilah-silsilah yang termaktub dalam @1Taw 2-9 diperluas; ditambah beberapa daftar nama, seperti mungkin sekali daftar nama pendukung raja Daud, 1Taw 12, yang sudah tua usianya, dan lagi daftar-daftar para imam dan kaum Lewi, 1Taw 15; akhirnya disisipkan juga tambahan panjang, 1Taw 23:3-27:34, yang menyebut para pejabat serta petugas ibadat dan administrasi kerajaan Daud.
Bagian-bagian tambahan itu memang sejalan dengan pikiran dan selera si Muwarikh dan boleh jadi diambil dari dokumen-dokumen yang bermutu.
Pengarang kitab Tawarikh khususnya memberi perhatian kepada Bait Allah. Dalam kitabnya kaum rohaniawan berperan utama. Ke dalam kalangan kaum rohaniawan itu tidak hanya termasuk para imam dan kaum Lewi, seperti halnya dalam kitab Ulangan dan dalam bagian-bagian Pentateuk yang berasal dari kalangan para imam, tetapi juga pejabat dan petugas ibadat yang lebih rendah kedudukannya, seperti para penunggu pintu Bait Allah dan para penyanyi. Sejak zaman Tawarikh mereka disamakan dengan Kaum Lewi. Pengudusan para rohaniawan merangkum juga awam. Mereka juga ikut serta dalam persembahan korban penghapusan dosa yang nilainya dahulu dipulihkan dalam Tawarikh. Persekutuan suci itu tidak hanya merangkum orang-orang Yahudi melulu. Dengan melewati kerajaan Israel yang murtad dan yang sesedikit mungkin dibicarakan, si Muwarikh kembali kepada kedua belas suku sebagaimana dipersatukanoleh raja Daud. Dan dengan melewati masa sekarang ia menantikan saatnya semua bani Israel bersatu kembali. bahkan orang-orang bukan Yahudi turut didoakan dalam ibadat Bait Allah. "Israel" dalam pandangan si Muwarikh ialah seluruh umat yang setia, yang dengannya Allah pernah mengikat perjanjian. Dan dalam diri Daud, allah membaharui perjanjian dengan umatnya itu. Justru di zaman pemerintahan Daud itulah syarat-syarat bagi pemerintahan Allah, ialah teokrasi, menjadi tewujud dengan cara yang paling sempurna. Maka jemaat harus hidup sesuai dengan semangat Daud dan senantiasa berusaha memnaharui dirinya dengan kembali kepada adat-istiadat zaman itu, agar supaya Allah tetap merelai umatNya dan menepati janjiNya.
Dalam kisah sejarah panjang yang termaktub dalam kitab si Muwarikh, perhatian seluruhnya berpusatkan Bait Allah di Yerusalem serta ibadatnya, mulai dengan persiapan-persiapan di zaman Daud sampai dengan pemulihannya yang dikerjakan oleh jemaat Israel yang kembali dari pembuangan.
Cita-cita penyusun kitab Tawarikh itupun menentukan susunan karyanya. Bab-bab pertama, 1Taw 1-9 menyajikan sejumlah silsilah yang secara khusus mengenai suku Yehuda, keturunan Daud, suku Lewi dan penduduk kota Yerusalem. Bagian ini merupakan [endahuluan bagi kisah mengenai Daud yang merangkum bagian terakhir 1Taw (10-29). Pertikaian-pertikaian Daud dengan raja Saud dengan raja Saul tidak disinggung sama sekali. Demikianpun dosa Daud dengan Batsyeba dan hal- ihwal keluarga Daud serta pemberontak-pemberontak yang harus dihadapinya tidak sampai disebut-sebut. Sebaiknyam nubuat natan, 1Taw 17, ditonjolkan dan perhatian khusus diberikan kepada lembaga-lembaga keagamaan: Tabut Perjanjian yang dipindahkan ke Yerusalem dan pengaturan ibadat di sana, 1Taw 13, 15-16, serta persiapan-persiapan bagi pembangunan Bait Allah, 1Taw 21-29. Daud sendiri sudah merencanakan pembangunan itu, mengumpulkan bahan dan sampai dengan hal-hal kecil mengatur tugas para pejabat ibadat. Pelaksanaan rencana itu dipercayakan kepada putera Daud, Salomo. Bagian terbesar dari kisah tentang raja Salomo, 2Taw 1-9, mengenai pembangunan Bait Allah, doa yang diucapkan raja pada hari pentahbisan Bait Allah dan janji-janji Allah yang merupakan balasan atas usaha Salomo. Setelah sejarah sampai kepada perpecahan dalam umat Israel, pengarang Tawarikh hanya berbicara tentang kerajaan Yehuda dan keturunan Daud saja. Para raja dinilai olehnya sesuai dengan kesetiaan atau ketidaksetiaan mereka pada syarat-syarat perjanjian dan sesuai dengan caranya mereka mendekati atau menjauhi contoh dan teladan mereka ialah Daud, 2Taw 10-36. Sepanjang sejarah itu masa kemerosotan dan masa pembaharuan silih berganti. Pembaharuan yang paling mendalam diusahakan oleh raja Hizkia dan raja Yosia. Para raja fasik yang mengganti Yosia hanya mempercepat kehancuran. Namun demikian kitab Tawarikh ditutup dengan berita mengenai izin yang diberikan oleh raja Persia, Koresy, diberikan untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Lanjutan kisah kitab Tawarikh ditemukan dalam kitab Ezra dan Nehemia.
Dalam menyusun karyanya di Muwarikh memanfaatkan terutama kitab-kitab yang sekarang termasuk Kitab Suci. Kitab Kejadian dan Bilangan dipergunakan untuk menyusun silsilah-silsilah dalam bagian pertama 1Tawarikh. untuk sejarah selanjutnya terutama dipakai kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Hanya kitab-kitab itu dipergunakan dengan bebas sekali. Pengarang memilih bahan sesuai dengan pandangan dan maksudnya sendiri dan iapun menambah bahan atau menghilangkan apa yang dianggap tidak sesuai. Akan tetapi pengarang Tawarikh tidak pernah menyebut kitab-kitab yang dapat kita selidiki. Sebaliknya, ia menyebut sejumlah karya lain sebagai sumber-sumbernya yaitu: Kitab Raja-raja Isarel, 1Taw 9:1; Kitab Raja-raja Yehuda dan Israel, 2Taw 16:11; Tafsiran (midrasy) Kitab Raja-raja, 2Taw 24:17; iapun menyebut Riwayat Samuel, Pelihat, dan Riwayat nabi Natan serta Riwayat Gad, Pelihat, 1Taw 29:29 dan lagi disebarkan Riwayat Semaya, nabi itu, dan Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, 2Taw 13:22, dll. Semua tulisan itu tidak kita kenal dan isi serta hubungan tulisan-tulisan itu satu sama lain dan dengan kitab-kitab yang kita kenal, menjadi pokok perbedaan pendapat para ahli Kitab. Tulisan-tulisan itu barangkali memberi laporan tentang pemerintahan beberapa raja dalam sorotan nabi-nabi yang tampil di zaman mereka. Dapat disangsikan apakah pengarang Tawarik juga memanfaatkan tradisi lisan.
Oleh karena penyusun Tawarikh, mempunyai sumber-sumber yang tidak kita kenal dan yang mungkin dapat dipercayai, maka tidak perlu mengambil sikap yang pada pokoknya mencurigai segala yang oleh penyusun ditambahkan pada berita-berita yang tercantum dalam kitab-kitab yang kita kenal, yaitu yang tercantum dalam Alkitab sendiri. Tiap-tiap tambahan dan perubahan perlu diselidiki satu demi satu. Penyelidikan-penyelidikan yang terbaru dalam banyak hal membenarkan pengarang Tawarikh dan membelanya terhadap keraguan dan rasa curiga yang terdapat pada sejumlah besar ahli Kitab. Tetapi jelas pulalah, bahwa Tawarikh kadang-kadang memberi informasi yang tidak dapat disesuaikan dengan apa yang disajikan dalam Kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Pengarang juga kadang-kadang dengan sengaja merubah apa yang dikisahkan dalam kitab-kitab tsb. Sudah barang tentu cara kerja semacam itu tidak dapat dibenarkan pada seorang ahli ilmu sejarah modern yang wajib menceriterakan peristiwa-peristiwa sambil menjelaskan hubungan timbal-balik antara peristiwa-peristiwa itu. Namun mengingat tujuan pengarang Tawarikh, cara kerjanya dapat diterima. Sebab ia bukan ahli ilmu sejarah tetapi ahli ilmy ketuhanan. Dalam cahaya pengalaman-pengalaman masa yang lampau, khususnya pengalaman di zaman Daud, pengarang memikirkan manakah syarat- syarat bagi sebuah kerajaan idiil. Ia menggabungkan masa yang lampau, masa sekarang dan masa depan menjadi suatu sintesa: seluruh ibadah yang rapih teratur sebagaimana dilihatnya di zamannya sendiri dibuatnya berasal dari raja Daud: segala sesuatu yang dapat merugikan gambaran pahlawannya itu dihilangkan. Meskipun dalam kitabnya ada informasi yang kebenarannya dapat diperiksa, namun karya si Muwarikh lebih berharga sebagai suatu gambaran tentang keadilan dan pikiran di zamannya sendiri dari pada sbagai rekonstruksi historis dari masa yang lampau.
Memanglah si Muwarikh menulis karyanya guna orang-orang sezamannya. Ia mengingatkan kepada mereka, bahwa eksistensi bangsa tergantung pada kesetiaannya kepada Allah dan bahwa kesetiaan itu menyatakan diri dalam ketaatan kepada hukum Taurat dan dalam ibadat yang secara teratur dijalankan dengan dijiwai kesalehan sejati. Ia ingin, bahwa bangsanya menjadi sebuah jemaat yang kudus, sehingga baginya janji-janji yang diberikan kepada Daud digenapi. Orang-orang Yahudi saleh yang hidup di zaman Kristus dijiwai semangat si Muwarikh, walaupun ada kalanya dengan penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan pengarang Tawarikh. Ajaran Tawarikh memang berharga dan bermutu bagi segala zaman. Ia mengajar, bahwa hidup rohani perlu diutamakan dan bahwa Allah membimbing segala kejadian di dunia. Malahan ajarannya itu khususnya perlu direnungkan di masa kini. Sebab rasa-rasanya dewasa ini semangat keduniaan menangguhkan ditegakkannya Pemerintahan Allah untuk waktu yang tidak tentu.
Kitab Ezra dan Kitab Nehemia dalam Alkitab Ibrani dan Yunani (Septuaginta) hanya satu kitab saja. Kitab itu berjudul: Kitab Ezra. Septuaginta juga memuat sebuah kitab Ezra apokrip. Kitab itu ditempatkan sebelum kitab Ezra-Nehemia dan karenanya disebut kitab 1Ezra, sedangkan kitab Ezra-Nehemia kita disebut Kitab 2 Ezra. Di zaman Kristen barulah kitab Ezra yang satu itu dibagi menjadi dua kitab Ezra. Pembagian itu dituruti dalam terjemahan Latin, Vulgata, juga. Kitab 1 Ezra ialah kitab Ezra dan kitab 2 Ezra ialah Kitab Nehemi. Kitab Ezra yang apokrip itu dalam Vulgata disebut kitab 3 Ezra. Adat menyebutkan kitab-kitab itu menurut nama tokoh utamanya, yakni Ezra dan Nehemia, berasal dari zaman kemudian. Dalam terbitab tercetak Alkitab Ibrani kedua nama itu juga dipakai.
Kitab Erza-Nehemia merupakan lanjutan kitab tawarikh, sebagaimana dikatakan di muka. Sesudah lima puluh tahun pembuangan di Babel yang tidak tersinggung sama sekali, kitab Ezra-Nehemia menyambung kisah tawarikh dengan memberitahu tentang maklumat raja Koresy yang dalam thn 538 seb. Mas. mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem guna membangun Bait Allah. Orang-orang Yahudi yang kembali segera mulai membangun Bait Allah, tetapi pekerjaan itu terpaksa dihentikan akibat perlawanan dari pihak orang-orang Samaria. Pekerjaan baru diteruskan di zaman pemerintahan raja Darius I. Pembangunan Bait Allah diselesaikan pada thn 515 seb. mas. Usaha membangun tembok-tembok kota Yerusalem selama setengah abad berikut diperlambat juga oleh orang-orang Samaria, Ezra 1-6. Di zaman pemerintahan Artahsasta pulanglah ke Yerusalem Ezra disertai serombongan kaum buangan yang baru. Ezra itu adalah seorang pejabat-penulis dan ahli Kitab yang di istana raja Persia menangani urusan bangsa Yahudi. Ia diberi surat kuasa raja untuk mewajibkan jemaat Yahudi mematuhi hukum Taurat yang diakui sebagai hukum negara. Terpaksa Ezra bertindak keras terhadap orang-orang Yahudi yang telah menikah dengan perempuan bangsa lain, Ezra 7-10. Kemudian Nehemia yang menjabat juru minuman di istana raja Astahsasta meminta, supaya diutus ke Yerusalem untuk mendirikan tembok kota. Dalam waktu singkat pekerjaan itu selesai, kendati perlawanan para musuh; lalu kota dihuni kembali, Neh 1:1-7:72a. Dalam pada itu Nehemia diangkat menjadi bupati di Palestina. Adapun Ezra mengadakan pembacaan hukum Taurat secara meriah, lalu Hari raya Pondok Daun dirayakan. Pada kesempatan itu umat mengadakan pengakuan dosa umum dan berjanji akan melaksanakan hukum Taurat yang dibacakan, Neh 7:72a-10:40. Kemudian masih menyusul beberapa daftar nama orang, beberapa tindakan pelengkap yang diambil Nehemia dan peresmian tembok Yerusalem, Neh 11;1-13:3. Lalu Nehemia sebantar kembali ke Persia, tetapi untuk kedua kalinya diutus ke Palestina untuk membereskan kekacauan yang merambat dalam jemaat Yahudi, Neh 13:4-31.
Melihat ringkasan tsb. jelaslah sudah betapa penting kitab Ezra-Nehemia itu guna mengenal sejarah pemulihan bangsa Yahudi di zaman sesudah pembuangan. Bab-bab pertama kitab itu melengkapi keterangan-keterangan yang dapat diambil dari kitab Hagai, kitab Zakharia dan kitab Maleakhi. Tetapi kitab Ezra-Nehemia merupakan satu-satunya sumber mengenai karya Ezra dan Nehemia. Kitab Ezra-Nehemia dikarang sebelum Tawarikh disusun dan menggunakan serta mengutip secara harafiah beberapa dokumen yang sezaman dengan peristiwa-peristiwa, yakni: daftar-daftar orang yang pulang dari pembuangan, daftar-daftar penduduk Yerusalem, keputusan dan penetapan raja-raja Persia, dan khususnya laporan yang dibuat Ezra mengenai pelaksanaan tugasnya serta Riwayat Nehemia yang ditulisnya dengan tangan sendiri.
Meskipun sumbernya banyak, namun penafsiran kitab Ezra-Nehemia mengalami banyak kesulitan. Sebab dokumen-dokumen yang dipakai tersusun secara tidak keruan. Daftar nama para imigran sampai dua kali ditemukan, Ezra 2 dan Nehemiah 7. Dalam bagian kitab Ezra yang ditulis dengan bahasa Aram, Ezr 4:6-6:18, peristiwa- peristiwa yang terjadi di zaman raja Darius diceriterakan segera sesudah peristiwa di zaman raja Koresy dan Artahsasta, meskipun terjadi lima puluh tahun sesudahnya. Dokumen-dokumen yang berasal dari Ezra dan Nehemia sendiri diuraikan dahulu, lalu dicampur-adukkan dan dipersatukan kembali. Dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk jelas yang terdapat di dalamnya maka laporan Ezra dapat direkonstruksikan sbb: Ezr 7:1-8:36; Neh 7:72b-8:18; Ezr 9:1-10:44; Neh 9:1-37.
Tetapi dokumen Ezra itu oleh penyusun kitab diolah. Bagian-bagian tertentu menjadi pemberitahuan tentang Ezra seolah-olah dia itu seorang lain dari penulis; ditambahkan daftar nama orang-orang yang bersalah, Ezr 10; 18, 20-44, doa-doa yang terdapat dalam Ezr 9:6-15, dan Neh 9:6-37. Riwayat Nehemia terdapat dalam Neh 1-2; 3:33-7:5; 12:27-13:31. Penyusun kitab menyusupkan ke dalamnya sebuah dokumen tentang pembangunan tembok kota, Ezr 3:1-32; daftar nama orang-orang yang kembali dari pembuangan, Neh 7;6-72a, diambil dari Ezra 2. bab 10 adalah sebuah dokumen lain yang berasal dari arsip dan yang mengesahkan keputusan yang diambil jemaat di mana jabatan Nehemia yang kedua, Nehemia 13. Kerangka bab 11 merupakan buah pena penyusun kitab sendiri, tetapi ditambahkan daftar penduduk Yerusalem dan Yehuda serta, dalam bab 12, daftar nama para imam dan kaum Lewi.
Jelaskan bahwa si Muwarikh bermaksud menyusun kitabnya sedemikian rupa sehingga memberikan suatu gambaran menyeluruh tentang salah satu persoalan. Dalam Ezr 1-6 perhatian dipusatkan pada pembangunan Bait Allah di zaman raja Darius. Oleh karenanya pengarang mengumpulkan di situ berita-berita mengenai kaum buangan yang berturut-turut kembali; ia mengaburkan peranan Sesbazar guna menampilkan peranan Zerubabel dan mengumpulkan apa saja yang bernada melawan orang-orang Samaria. Dalam bagan-bagian kitab yang berikut pengarang menonjolkan Ezra dan Nehemia sebagai dua tokoh yang bekerja sama dalam menangani usaha yang sama.
Cara kerja yang sedemikian itu menghadapkan para ahli ilmu sejarah pada persoalan-persoalan yang sukar dipecahkan. Soal yang paling ruwet dan paling diperdebatkan ialah urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu. Menurut urutan yang dipaparkan dalam kitab Ezra-Nehemia sendiri, maka Ezra datang ke Yerusalem pada thn 458 seb. Mas., yaitu dalam tahun kerujuh pemerintah Artahsasta !, Ezr 7:8. Nehemia menyusulnya dalam thn 445, yaitu dalam tahun kedua puluh pemerintahan raja yang sama, Neh 2:1 Nehemia tinggal di Yerusalem selama dua belas tahun, Neh 13:6, jadi sampai thn. 433. Lalu ia kembali ke Persia untuk waktu yang tidak pasti lamanya. Kemudian ia datang lagi ke Yerusalem untuk kedua kalinya, masih juga di masa pemerintahan Artahsasta I, yang baru meninggal dunia dalam thn 424 seb. Mas. Urutan tradisionil ini tetap dipertahankan oleh sejumlah ahli Kitab yang ternama. hanya mereka membatasi lamanya tugas Ezra menjadi satu tahun saja, sesuai dengan petunjuk-petunjuk jelas yang terjumpai dalam kitab itu sendiri. Mereka berpendapat, bahwa Ezra kembali ke Persia sebelum Nehemia datang ke Yerusalem. Ahli-ahli lain membalikkan urutan tradisionil itu. Mereka berpendapat, bahwa karya Ezra mengandaikan, bahwa karya Nehemia sudah selesai waktu Ezra datang ke Yerusalem. Tanggal-tanggal yang dalam kitab Ezra-Nehemia dihubungkan dengan Ezra sebenarnya tidak mengenal masa pemerintahan Artahsatra I, sebagaimana halnya dengan maa jabatan Nehemia, tetapi masa pemerintahan Artahsasta II. Ezra baru datang ke Yerusalem dalam thn 398 seb. Mas. Dengan menyetujui pendapat, bahwa Ezra datang ke Yerusalem sesudah Nehemia tetapi dengan menolak pendapat, bahwa ada penggantian raja di Persia (yang sekali-kali tidak tersinggung dalam Ezra-Nehemia), beberapa ahli baru-baru in menempatkan kedatangan Ezra ke Yerusalem antara kedua masa jabatan Nehemia. Untuk mempertahankan pendapat itu mereka terpaksa merubah Ezr 7:8 begitu rupa, sehingga Ezra tidak datang ke Yerusalem dalam tahun ketujuh pemerintahan Artahsasta I, tetapi dalam tahun ketiga puluh tujuh pemerintahannya, jadi dalam thn 428 seb. Mas.
Masing-masing pendapat dapat mengemukakan bukti-bukti yang masuk akan, walaupun tidak satupun pendapat terluput dari kesulitan. Maka masalahnya tetap terbuka. Hanya satu hal yang pasti, yakni: Nehemia berkarya di Yerusalem antara thn 445 dan 433 seb. Mas.
Kalau ditanyakan, mana makna keagamaan kitab Ezra-Nehemia, maka masalah-masalah seperti yang di atas hanya merupakan masalah sampingan saja. Sesuai dengan maksud penyusun, maka kitab Ezra-Nehemia menyajikan sebuah sintesa, suatu gambaran menyeluruh, tetapi tidak menipu mengenai pemulihan bangsa Yahudi sesudah masa pembuangan. untuk memahami pemulihan itu, maka gagasan dan cita- cita yangmenjiwainya lebih penting dari pada urutan peristiwa-peristiwa yang tepat. Berkat politik liberal yang dianut wangsa Akhimedes dalam wilayah kekuasaannya, amak orang-orang Yahudi dapat kembali ke Tanah yang dijanjikan. Mereka dapat memulihkan ibadat, membangun kembali Bait Allah dan mendirikan tembok Yerusalem. Mereka dapat hidup bermasyarakat dengan dipimpin oleh orang- orang sebangsanya dan sesuai dengan hukum Musa. Tentu saja mereka harus setia pada raja Persia. Tetapi kesetiaan itu tidak menjadi soal bagi mereka. Sebab pemerintah pusat tidak mengganggu adat-istiadat mereka sendiri. Semuanya itu merupakan suatu kejadian yang penting sekali, sebab ini tidak lain kecuali lahirnya agama Yahudi yang disiapkan melalui renungan-renungan di masa pembuangan yang lama dan didorong oleh usaha beberapa tokoh yang tampil tepat pada waktunya.
Zerubabel membangun kembali Bait Allah. Tokoh ini oleh pengarang Ezra-Nehemia tidak dianggap sebagai semacam Mesias, seperti dipandang oleh nabi Hagai dan Zakharia, Hag 2:23; Za 6:12. Kemudian Ezra dan Nehemia menjadi perintais pemulihan tsb. Bapa agama yahudi yang sebenarnya ialah Ezra oleh karena tiga gagasan pokok yang ditanamkannya dalam umat Yahudi, yaitu: Mereka adalah suatu bangsa terpilih: Bait Allah menjadi pusatnya: hukum Taurat menjadi pengaturannya. Ezra bersikap keras yang tidak kenal kompromi dalam melaksanakan pembaharuan dan ia memupuk partikularisme yang dibebankan olehnya kepada bangsanya. Hanya sikap itu dapat dipahami juga mengingat imannya yang hangat serta tugasnya menjaga kemurnian masyarakat yang baru dipulihkan. Ezralah yang merupakan moyang para ahli Kitab dan peranannya dalam tradisi Yahudi semakin meningkat. Nehemia mengapdikan diri kepada cita-cita yang sama, tetapi karyanya di bidang lain. Di Yerusalem yang dibangun kembali olehnya lalu dihuni kembali, Nehemia menciptakan syarat-syarat hidup bernegara dan memberi bangsanya semangat kebangsaan. melalui riwayatnya yang lebih pribadi dari pada laporan Ezra kita mengenal kepribadian Nehemia sebagai seseorang yang halus perasaannya dan berperikemanusiaan, sebagai seseorang yang tidak segan mengorbankan diri yang bijaksana dan teliti serta mengandalkan Allah sambil sering berdoa kepadaNya. Lama sekali tokoh ini dikenang dan Bin Sirakh mengangkat lagu pujian mengenai "dia yang membangun kembali tembok-tembok yang roboh" (Sir 49:13).
Tidak mengherankan, bahwa penyusun Ezra-Nehemia melihat cita-cita dipuji-pujinya dalam kitab Tawarikh terwujud dalam jemaat yang berpusatkan Bait Allah dan dipimpin oleh hukum Taurat. Sudah barang tentu si Muwarikh insaf, bahwa perwujudan itu kurang sempurna, sehingga masih perlu juga orang menantikan sesuatu yang lain. Tetapi lebih dari pada dalam kitab Tawarikh, si Muwarikh dalam kitab Ezra-Nehemia terikat pada dikumen-dokumen yang dipergunakannya. Maka ia mempertahankan nada pertikularisme yang dibenarkan oleh keadaan konkrit dan yang terdapat dalam dokumen-dokumen itu. Sesuai dengan dokumen-dokumen itupun ia tidak berbicara mengenai pengharapan akan Mesias, kelak yang tidak disuarakan oleh dokumen-dokumen itu oleh karena penulis-penulis merasa setia terhadap raja- raja Persia.
Pengarang Ezra-Nehemia menyusun karyanya itu dipertengahan abad ke 3-4 seb. Mas. Masa itu kita sangat kurang mengenalnya. Tetapi justru di zaman itu Yerusalem diam-diam membangun dirinya serta memperdalam kerohaniannya dalam suasana terpencil.
Ende: Ezra (Pendahuluan Kitab) KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja
dengan pelbagai kitab lainnja, barulah...
KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja dengan pelbagai kitab lainnja, barulah agak keterbelakangan dibagi mendjadi dua kita, rupa2nja karena alasan2 praktis dan bersandarkan Neh 1,1. baru dalam abad kelimabelas ses.Mas. pembagian muntjul dalam naskah2 Hibrani, sedangkan dalam terdjemahan2 kuno pembagian ini sudah diadakan terlebih dahulu.
Nama "Esra-Nehemia", jang sekarang ini lazim, bukanlah nama satu2nja. Di dalam terdjemahan2 kuno bahasa Junani kitab ini dinamakan "Kitab Esdras jang kedua". Sebab didahului oleh kitab jang tidak termasuk Kitab Sutji dengan itu terdiri atas beberapa bagian jang dipetik dari kitab "Esra-Nehemia" ditambah dengan suatu petikan agak pandjang, jang tidak ketahuan asal-usulnja. Karena kitab jang bukan Kitab Sutji itu mendapat banjak penghargaan didjaman kuno, maka buasanja ditjetak pada achir terdjemahan Latin dan terbitan2 Vulgata. Didalam Geredja Latin kitab2 Esra-Nehemia sudah dibagi djadi dua; dahulu disebut "Liber Esdras primus" dan "Liber Esdras secundus".
S.Hieronimus membuat terdjemahan Latin baru, dan karena ia ingin supaja kesatuan aseli itu diterima umum kembali, maka kitab2 itu dinamakannja: "Liber Ezrae et Nehemiae".
Ketika terdjemahan didjadikan resmi didalam Vulgata, maka orang kembali lagi kepembagian maupun nama Latin jang lama, dn kita2 itu dinamakan lagi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Esdrae secuntus". Didalam daftar resmi Kitab Sutji jang disusun Konsisli Trente, namanja mendjadi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Esdrea secundu, qui dicitur Nehemiae". Tetapi didalam tjetakan2 Vulgata dipilihlah nama: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Nehemiae, qui et Esdrae secundus dicitur".
Kitab Esra-Nehemia adalah kelandjutan dari kitab Tawarich, bahkan permulaannja mengulang penutup kitab Tawarich (Esr 1,1-3= II Taw.36,22-23). Kedua kitab itu bergandingan satu sama lain, bukan hanja mengenai isinja, sebab Esra-Nehemia melandjutkan kisah Tawarich, tetapi djuga mengeni bentuknja. Tjara mengarang dan menjusunnjapun sama seluruhnja. Makanja tidak sedikitlah ahli, jang berpendapat, bahwa kedua kitab tsb. sesungguhnja menurut aselinja merupakan satu keseluruhan jang berlangsung terus dan disusun oleh pengarang jang satu dan sama djua.
Bahwasanja Esra Nehemia dan Tawarich sungguh erat gandingannja, haruslah diterima, tetapi sebaliknja didalam tradisi tiada keterangan2 jang tjukup djelas, untuk memastikan, bahwa kitab itu dahulu sungguh pernah merupakan satu keseluruhan. Sedjauh dapat diselidiki, senantiasa terpisahlah kitab2 itu.
Isi kitab Esra-Nehemia adalah kisah fragmentaris tentang suatu masa pendek di dalam sedjarah Isjrail. Adapun jang dikisahkannja hanjalah pemulihan bangsa Jahudi sehabis pembuangan, dimulai dengan kembalinja dari Babel dalam tahun 539/538 dan berachir dengan masa kedua djabatan adipati Nehemia kira2 tahun 424. Djadi, kisah itu meliputi masa seabad lebih sedikit, sedangkan laporannja mengenai tahun 515-445 pun sangat singkat. Keterangan2 tambahan tentang masa itu terdapat dalam tulisan2 nabi2 Hagai dan Zakaria (+-520), dan Maleachi (+-430) dan dalam bagian terachir kitab Jesaja (pasal 56-66). Selandjutnja tersedia pula sumber2 di luar Kitab Sutji, jang menjoroti masa tsb., jakni sedjumlah naskah dari sebuah koloni Jahudu di Mesir, "Elephatine", jang diketemukan di Mesir sedjak th. 1898. Latar belakang sedjarah profan dari kitab Esra-Nehemia ialah sedjarah keradjaan Parsi, jang menggantikan keradjaan Babel. Sebab sesudah Juda diangkat kepembuangan (587) runtuhlah Babel dalam tempoh seumur hidup manusia. Dengan bantuan orang2 Media, Babel telah melenjapkan keradjaan Asjur (612) dan wilajahnja dibagi antara kedua pemenang itu. Tetapi didalam lingkungan keradjaan Media dengan ibukotanja Ekbatana, keradjaan taklukan Anzan mendapat perkembangan jang pesat. Lebih2 hal ini terdjadi dibawah pimpinan jang arif dari Cyrus, orang Parisi jang kemudian diberi bergelar "jang agung" (585-529). Keradjaan kerdil Anzan itu mendjadi keradjaan raksasa Parsi, menurut negeri asal-usul wangsa, jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. asal-usul wangsa, jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. 555 Dyrus memberontak lawan Astiage, tuannja di Ekbatana. Dengan direbutnja ibukota itu Cyrus mendjadi radja Media, jang untuk selandjutnja djuga disebut Parsi.
Karena maksud Cyrus seterusnja se-kali2 tidak disembunjikan, maka keradjaan2 dikelilingnja mengadakan persekutuan lawan dia. Adapun jang masuk dalam persekuruan itu ialah Croesus dari Lidia, Nabonides dari Babel, Amasi dari Mesir dan malahan Sparta jang djauh letaknja itu. Pertama2 Curus menjerbu Lidia, jang karena ditinggalkan sekutu2nja lalu direbutnja dan didjadikannja djadjahan dari keradjaan Parsi. Hingga tahun 540 Cyrus sibuk dengan suku2 ditumur, jang berturut2 ditaklukkannja. Kemudian ia berbelok ke selatan, ke Babel. Nabonides, radja jang memerintah disana, sangat tidak populer dan agak gila-agama, sehingga pemerintahan dipegang oleh puteranja, Belsjazar. Babel ternjata amat lemah, sehingga bukan tandingannja bagi Cyrus jang ulung itu. Dalam th 539 ibukotanja direbut tanpa perlawanan sedikitpun. Si pemegang bertindak amat lemah-lembut, sehingga ia tanpa banjak kesulitan dapat menggabungkan Babel kedalam keradjaannja. Dengan sendirinja semua negeri taklukan Babelpun djatuh kedalam genggaman Cyrus. Termasuk pula Palestina jang lalu mendjadi propinsi dan diperintah oleh pedjabat2 PLarsi. Keradjaan Cyrus meluas dari India sampai ke Mesir.
Dalam th. 529 Cyrus gugur dan digantikan oleh Kambises (529-522). Sesudah kekatjauan2 biasa pada pergantian tachta, Kambises lalu melandjutkan politik ekspansi Cyrus. Dalam th. 525 saingannja jang berat, jakni Mesir ditaklukkan. Suatu perlawatan lawan Libia di Afrika Utara dan lawan Etiopia disabelah selatan Mesir menemui kegagalan. Karena kerusuhan2 di Asia sendiri, maka Kambises pulang ber-gegas2, tetapi tewas ditengah perdjalan dengan tjara jang agak aneh. Para kepala keluarga bangsawan memilih seorang anggota lain dari wangsa Cyrus mendjadi penggantinja, jakni Darios I (522-485). Kerusuhan2 jang timbul dimana2 didalam keradjaan, ditumpas dalam tempo tudjuh tahun. Darios lalu mereorganisir keradjaannja, dengan membaginja djadi duapuluh satrapia. Akan kepala satrapia2 itu diangkatnja anggota2 keluarga keradjaan, jang diawasi dengan tadjamnja oleh pemerintah pusat. Satrapia2 itu meruapakan kesatuan2 administratif dan militer, jang tidak menghapus jang lama tapi mengkoodinirnja. Satrapia dibagi atas beberapa propinsi, dan para satrap lebih mirip pangeran2 daripada pendjabat pemerintahan.
Satrapia jang kelima dengan pusatnja di Damsjik, meliputi Palestina, Syriah, Fenesia dan Cyprus. Untuk keperluan2 militer dan administratif Darios menjuruh buat djaringan djalan2 dan mentjiptakan uang kesatuan untuk seluruh keradjaan jakni daricos (dirham). Dalam th 490 Darios mengadakan perlawatan lawan negeri jang ketjil diseberang laut, jakni Junani jang ada dibawah pimpinan Atena. Alasan untuk peperangan itu ialah bahwasanja orang Junani menjokong pemberontakan2 di Asia ketjil, dimana penduduk Junani jang sudah ditundukkan Parsi mentjoba peroleh kembali kebebasannja. Tetapi balatentara Parsi dipukul hebat didekat Maraton berkat siasat perang baru jang dilakukan Junani. Ditengah kesibukan persiapan besar2an untuk ekspedisi pembalasan mangkatlah Darios. Ini menjebabkan petjahnja pemberontakan2 baru. Penggantinja, Xerxes I (486-465), menumpas pemberontakan2 itu dengan kekedjaman jang tidak lazim bagi wangsanja.
Karena propokasi Junani jang haus perang dan karena tekanan panglima2nja maka Xerxes mengadakan perlawatan lawan Atena. Mula2 djalannja amat gemilang. Dalam th. 480 Atena diduduki, tetapi dua hari kemudian armada Parsi dipukul hebat didekat Salamis. Balatentara dan armada mulai mundur, tetapi dalam th. 472 armada Parsi dimusnahkan didekat Samos. Sesudah itu pasukan2 Parsi tidak dapat bertahan lagi. Perang masih dilandjutkan beberapa tahun lamanja, tetapi Junaji tidak terhampiri lagi oleh Parsi. Dasar bagi kebesaran Junani dan bagi kehantjuran Parsi sudah mulai diletakkan.
Dalam th. 465 Xerxes dibunuh dan digantikan oleh Artaxerxes I (465-423). Perebutan tachta kali ini berlangsung lama sekali dan amat sengitnja. Pemberontakan jang paling berbahaja datangnja dari Mesir, jang mendapat dukungan Junani. Satrap dari Syriah berhasil menundukkan negeri itu; tetapi sesudah itu ia sendiri memberontak dan berkuasa penuh. Ketika Artaxerxes mangkat, putera dan penggantinja dibunuh, tetapi si pembunuh jang menggantikannja mengalami nasib jang sama.
Pembunuhnja, jakni Darios II dapat bertahan (423-404). Tetapi ia adalah radja jang lemah, sehingga keradjaannja sebenarnja diperintah oleh Parisatides, permaisurinja jang litjin dan kedjam. Dalam pemerintahan putera Darios Artaxerxes OO (404-358) merontaklah satrap Cyrus jang muda, putera Parisatides, dengan mendapat sokongan ibunja. Pasukan Cyrus, jang terdiri pula atas suatu kesatuan Junani, berhasil merembes sampai kedjantung keradjaan Parsi, sebelum ia dialahkan.
Pengalaman2 Artaxerxes I dan Artaxerxes II menundjukkan betapa besarnja bahaja jang bisa datang dari pihak para satrap; hal mana ternjata sudah, ketika semua satrap dibarat memberontak lawan Artaxerxes, dengan mendapat dukungan Mesir jang sudah merdeka lagi dalam th. 404. Dengan timbulnja revolusi di Mesir, maka para satrap berdiri sendirian, sehingga Artaxerxes berhasil menundukkan mereka, lebih dengan siasat daripada dengan pertempuran.
Untuk memahami kitab Esra-Nehemia dengan tepat tidak perlulah pengetahuan tentang garis-besarnja keadaan bangsa Jahudi diwaktu muntjulnja keradjaan Parsi. Lebih tepat lagi: keadaan rakjat Juda. Sebab rakjat dari keradjaan utara tidak ada lagi. Golongan jang diangkut Asjur kepembuangan hampir seluruhnja sudah dilebur kedalam penduduk setempat. Sisanjapun sudah bertjampur dengan bangsa2 kafir, jang dipindahkan Asjur kedaerah Sjomron. Daripadanja terdjadilah bangsa tjampuran, jakni orang2 Samaria, jang dalam kitab Esra-Nehemia memainkan peranan jang amat penting sebagai lawan2 orang2 Jahudi jang kembali dari pembuangan.
Keadaan rakjat keradjaan selatan lama adalah djauh lebih baik. Lapisan2 atas sadja jang diangkut ke Babel (587,586,582) sedang lapisan2 bawah tinggal dinegeri itu dibawah pemerintahan pendjabat2 Babel. Bangsa2 kafir tidak dipindahkan ke Juda, sehingga Juda mendjadi tanah jang sedikit penduduknja dan lengang. Tetapi pelbagai kelompok dari bangsa2 kafir dikelilinginja memasuki tanah itu; boleh djadi dengan dukungan pedjabat2 Babel, jang oleh karenanja diperkuat kedudukannja. Orang2 asing itu berhasil memperoleh kedudukan jang agak kuat dan makmur. Ketika Babel mendjadi djadjahan Parsi, maka dengan sendirinjapun Juda mengalami nasib jang serupa. Dalam bidang keigamaan muntjul kembali syncretime lama, tetapi disamping itu Jahwe dipudja pula dan ibadah2nja dirajakan lagi seperti sediakala ditempat bait Sulaiman dahulu. Kaum buangan di Babel mula2 sangat sulit penghidupannja, entah sebagai buruh rodi entah sebagai petani ketjil jang setengah bebas. Sesudah mangkatnja Nebukadnezar keadaan mereka ber-angsur2 bertambah baik; hal mana ternjata pula dengan pengampunan radja Jojakin oleh pengganti Nebukadnezar, Evil-Merodak. Selaras dengan petundjuk nabi Jeremia, orang2 Jahudi menjesuaikan diri dengan keadaan mereka, dan tak lama kemudian mendjadi kelompok jang sedikit banjak makmur. Meskipun diadakan hubungan dengan penduduk kafir setempat, terutama dalam bidang ekonomis, namun kelompok2 Jahudi itu memelihara tjorak tersendiri jang agak memetjilkan dirinja. Ini a.l. berkat faktor2 keigamaan, jang mengadakan pemisahan antara orang Jahudi dengan orang kafir. ini muda dimengerti, djustru karena lapisan2 atas dengan sedjumlah imam dan levitalah jang diangkut, djadi djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat diangkut, djadi djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat dirajakan dengan semaraknja janglazim, karena intipati ibadahnja, jakni kurban, tidak mungkin diadakan. Tepat sebelum pembuangan itu mulai berlakukah hukum deuteronomis, jang hanja membolehkan kurban2 dibitullah Jerusjalem. Oleh karenanja perhatian dimasa pembuangan itu lebih ditudjukan kepada per-undang2an keigamaan serta tradisi2 dari masa sebelum pembuangan. Undang2 serta tradirisi2 itu dikumpulkan, diatur dan disusun dengan amat radjinnja. Daripadanja muntjullah kumpulan undang2 serta tradisi2, jang merupakan persiapan bagi Pentateuch sekarang ini. Bergandingan dengan itu pula muntjullah suatu lapisan baru dari pemimpin2 keigamaan, jakni para ahli kitab dan ulama. Keimaman kehilangan fungsinja jang chas, maka dengan sendirinja golongan tsb. menghasilkan banjak ahli kitab, lebih2 karena sedjak sediakala para imam itupun dipandang sebagai ahli Taurat dan pembela tradisi. Pengaruh terbesar atas hidup keigamaan kaum buangan datangnja lebih2 dari kalangan profetisme dimasa itu. Terutama nabi Jeheskiel, jang boleh djadi sudah tampil kemuka di Juda, sebelum ia pergi kepembuangan Babel, dan tokoh , jang meniggalkan sebagian besar dari djilid kedua kitab Jesja sebagai warisan, Nabi2 tsb. degan lingkungan tjarik2nja meng-hidup2kan pengharapan Israil, penharapan akan pemulihan setelah masa pendek penindasann dan pemurnian, sebagaimana jang dilihat dalam wahju oleh Jesaja dan Jeremia.
Pengharapan itu memandang mutjulnja Cyrus sebagai permulaan pemenuhannja. Bagi para nabi dan kaum buangan itu Cyrus merupakan alat pilihan Jahwe, untuk menepati djandjiNja. Dialah jang dipanggil Allah, untuk menebus umatNja, terangnja sisa ketjil dari rakjat, jang akan mendjadi permulaan dari umat Allah jang baru, sesuai dengan apa jang dilihat Jeremia dan Jesaja didalam penglihatan2nja (Jes 45,1;44,28). Bukan hanja orang2 Jahudi, tetapi bangsa2 lainnjapun, jang tertindas dan diangkut kepembuangan itu, memandang Cyrus sebagai pembebas mereka.
Ketika Cyrus menanamkan pemerintahannja di Babel, ia sungguh tidak mengetjewakan. Kalau orang2 Asjur dan Babel selau mendjalankan politik radikal dengan penindasan kedjam dan adikara, jang tidak menghiraukan perasaan2 nasional serta keigamaan, maka Cyrus dan djuga pengganti2 nja, kendati kurangan sedikit, menempuh djalan lain samasekali. Cyrus toleran sekali, dan dimana mungkin dari segi politik, ia menghormat perasaan2 nasional serta keigamaan dari bangsa2 jang ditakkllukkannja. Cyrus menghargai, bahkan menghormati para dewa bangsa2 lain dan membiarkan mereka memelihara ibadah masing2 serta pendjabat2nja, malahan tahu memberikan sokongan besar kepadanja, dan tidak meng-usik2 undang2 serta adat-istiadat mereka. Ia hanja minta kesetiaan politik; dan apabila kesetiaan itu terpelihara, maka orang2 asingpun boleh masuk istana dan memperoleh kedudukan2 jang tertinggi dan pangkat jang berpengaruh dan mendapat tugas jang penting.
Didalam suasana ini sangat dapat dimengerti, bahwa Cyrus memperkenankan kaula Jahudi pulang kenegerinja, untuk menjelenggarakan lagi ibadah mereka kepada Ilah mereka, Jahwe, didalam baitNja sendiri dan melandjutkannja dengan meriah. Dapat dimengerti pula, bahwa ia mengidjinkan mereka hidup menurut adat-istiadat mereka dan membentuk masjarakat mereka, bahkan dengan sebangsa otonomi sipil. Namun mereka termasuk dan harus tetap termasuk dalam propinsi Parsi dan membajar padjak mereka, tetapi selebihnja, dari pihak Cyrus sendiri, mereka boleh menempuh tjara hidup mereka sendiri.
Bahwasanja pedjabat2 Parsi dan orang2 jang berpengaruh di Palestina tidak selalu bersikap semurah hati radja mereka, tidak mengurangkan sedikitpun dalam kemurahan hati radja itu sendiri.
Kitab Esra-Nehemia mendjandjikan kisah fragmentaris tentang kembalinja kaum buangan didalam pemerintahan Cyrus dant tentang pembentukan masjrakat didjamannja dan didjaman para penggantinja. Menurut pandangan kitab itu pemulihan tadi berlangsung dalam tiga fase, jang djuga merupakan pembagian besar dari buku itu senriri. Bagian pertama (Esr 1-6) mendjandjikan ichtisar kembalinja mereka, jang terdjadi ber-angsur2 dan berkelompok2. Sesudah itu dilukiskanlah pemulihan ibadah di Jerusalem, jang mentjapai puntjaknja dalam pembangunan serta pentahbisan baitullah dengan perajaan Paska didalam rumah sutji jang dipulihkan itu. Masa jang berlangsung dari th.538 hingga 515 itu dipengaruhi oleh tiga tokoh. Perintis jang pertama ialah Sjesjbasar, seorang bangsawan Jahudi, jang rupa2nja berpangkat penting diistana keradjaan Parsi. Dialah jang merintis. Tetapi djauh melebihi dia ialah penggantinja, Zerubabel, seorang keturunan dari radja pudjaan, Dawud. Didalam pekerdjaannja ia didampingi oleh seorang keturunan dari Harun, jakni imam Jesjua' dan nabi2 Hagai dan Zakarja. Dalam pemerintahan Darios I permulaan pertama diselesaikan.
Puluhan tahun berlalu, hingga Esra, imam dan ahli kitab, tampil kedepan (Esr7- 10). Atas perintahArtaxerxes ia melaksanakan pembaharuan keigamaan dan mengorganisir segenap masjarakat sesuai dengan Taurat Jahwe seluruhnja. Leba tjapai itu dengan bertindak tegas terhadap perkawinan tjampuran.
Bagian ketiga menampilkan tokoh mulia Nehemia, seorang pendjabat tinggi dalam pemerintahan Artaxerxes I, jang diutusnja sebagai adipati ke Juda dan terutama mengorganisir hidup kemasjarakatan (Neh 1-13). Dengan persetudjuan radjanja ia membangun kembali tembok2 Jerusjalem dalam tempo jang singkat kendati tentangn hebat dari dalam maupun luar, dan ia menempatkan orang2 Jahudi sebagi penduduk kota itu. Keadaan2 sosial buruk, jang sudah mendarah-daging dan merintangi pekerdjaan2 pembangunan kembali disehatkan. Menurut susunan kitab itu sendiri, Nehemia bekerdja sama dengan Esra beberapa waktu lamanja. Adipati itu dipanggil kembali keistana atau pergi atas kemauannja sendiri untuk memberikan laporan, tetapi beberapa waktu kemudian ia diangkat lagi mendjadi adipati. Ia melandjutkan pekerdjaan itu, chususnja dengan mereorganisir ibadan dan lagi, menurut garis pekerdjaan Esra, dengan mengusahakan kemurnian bangsa dengan giatnja. Kegiatan Nehemia jang menghasilkan keadaan jang mulia itu berlangsung dari th.445 sampai th. 424.
Penjusun terachir kitab Esra-Nehemia, jang bukan saksi-mata dari peristiwa2 jang disadjikan, mengambil bahannja dari sedjumlah dokumen2 kuno. Bahwasanja karya itu tidak langsung ditulis tangan satu, kiranja djelaslah dari kenjataan jang agak aneh, bahwasanja kitab itu ditulis dalam dua bahasa, bahkan kesatuan2 tertentu ditulis dalam bahasa Hiberani, tetapi dua kutipan jang agak pandjang dalam bahasa Aram (Esr 4,8-6,18;7,12-26). Namun masih ada beberapa tanda lainnja jang menundjukkan dengan djelasnja, bahwa sedjumlah dokumen dikutip begitu sadja tanpa gubahan atau perubahan, sehingga kitab itu tidak banjak bedanja denan suatu kumpulan dokumen2, jang di-ganding2kan oleh sipenghimpun. Hanja bagian2 ketjil sadjalah, jang dari tangan penghimpun itu sendiri.
Kitab Nehemia dimulai dengan anakdjudul "Surat peringatan Nehemia" (1,1). Dalam sebagian besar kitab itu ia tampil sebagai pembitjara, jang memberikan laporan tentang usahan serta kegiatannja di Jerusalem (1,1-7,72; 11,1-.20.25; 12,27- 43;13,4-31). Sudah barang tentulah, disini kita bersua dengan tulisan Nehemia sendiri. Ini bukannja sebangsa laporan dari tindakan2nja sebagai adipati Parsi kepada pemberi tugas itu, tetapi lebih2 sebangsa pengakuan kepada Jahwe, tentang apa jang diperbuat Nehemia bagi Jahwe serta umat Nja, diluar djabatannja sebagai adaipati. Tetapi sipenjusun kitab menjisipkan beberapa kalimatnja sendiri (12,28-30.33-36.41-42) dan menambahkan pada surat peringatan Nehemia itu beberapa daftarm jang dikutipnja dari dokumen2 lainnja, untuk sebagian mungkin berasal dari arsip baitullah Jerusalem (Neh 3,1-32;11,3-19.21-24.25b-36;12,1- 9.10-11.12-26). Daftar orang2 jang dahulu kembali dari pembuangan (Neh 7,6-72) agaknja termasuk surat peringatan itu, meskipun Nehemia sendiri mengutipnja dari sumber lain, jang digubahnja seperlunja. Namun demikian, ada pula ahli2, jang kendati Neh 7,5b. toh berpendapat, bahwa wrang lainlah jang menjisipkan daftar itu. Dalam perkiraan ini kiranja aneh djuga, bahwa si penjusun kitab memasukkan daftar itu sampai dua kali (Esr 2,1-70). Pun laporan resmi dari pembaharuan perdjandjian dalam Neh 10, jang dalam susunan kitab itu dihubungkan dengan tampilnja Esra, kiranja termasuk surat peringatan Nehemia itu pula. Hanja 10,2- 28 dikutip si pengarang kitab dari sumber lain, mengingat kesukaannja akan nama2 dan daftar2.
Sama djelasnja dengan surat peringatan Nehemia itu nampakaalah sebuah dokumen serupa atas nama Esra (Esr 7,27-9,15). Esra sendiri jang angkat bitjara dan memberikan laporan tentang tugasnja di Jerusalem dan tindakannja disana. Bukan tidak mustahil, bahwa ini laporan resmi Esra kepada pemerintah Parsi dan kepada djemaah Jahudi di Babel. Kiranja termasuk dokumen ini pula penetapan Araxerxes jang disusun dalam bahasa Aram (Esr 7,12-26). Lebih sulitlah menentukan apa bagian berikut ini (Esr 10.1-17.18-44) dikutip pula laporan tadi. Disini bukan Esra sendiri lagi, jang angkat bitjra, tetapi orang lainlah jang bertjerita tentang Esra. Namun banjak ahli tjondong kepada pendapat, bahwa ini hanja mengenai saduran ketjil dari laporan si penjusun kitab dalam gubahannja. Pendahuluan, jang mengichtisarkan dokumen2 itu, teranglah dari tangan si penjusun sendiri.
Agak anehlah, bahwa dalam kitab Nehemia (8-9) tokoh Esra tampil lagi, dengan memutuskan sedjenak tjerita tentang kegiatan Nehemia. Inilah salah satu soal jang tersulit dalam seluruh kitab itu. Meskipun tidak begitu pasti, namun dapatlah diterima dengan alasan tjukup, bahwa pasal2 tsb. menurut aselinja termasuk laporan Esra itu. Imbuhan dari tangan si penjusun kitab ialah 9,3-5, karena ia hendak menitikberatkan peranan levita, seperti dilakukannja pula ditempat lain, dan djuga mazmur jang agak pandjang itu, 9,6-37. Mazmur ini tentulah dari waktu belakangan, tetapi tidak dapat ditentukan lebih ladjut waktunja. Djika Neh. 8-9 sungguh berasal dari Esra, maka si penjusun kitab Esra- Nehemia telah memperuraikan dokumen aselinja dan menjadurkannja dalam karyanja sendiri. Laporan Esra itu dalam bentuk aselinja tersusun sbb: Esr 7,1-8,36; Neh 7,72-8,18;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-2. Demikianlah kentara pula urut2an chronologis dari peristiwa2 itu, hal mana agak berbeda dari urut2an jang rupa2nja dikirakan kitab itu sendiri. Pentingnja hal ini kemudian akan kentara.
Lebih sulit lagi mendjawab pertanjaan, darimana berita2 dalam bagian pertama kitab itu (Esr 1-6) dikutib. Permulaannja (Esr 1,2-4) adalah gubahan dari berita dalam Esra 6,3-5. entah oleh si penulis sendiri, entah oleh pendahulu2nja atau tradisi. Berita, bahwa Cyrus djuga menjerahkan kembali perabot ibadah (Esr1,7-8) mungkinlah dikutib dari Esr 5,14-16, sedang daftar berikutnja (Esr 1,9-11) aselinja dari sumber Aram, jang diberikan terdjemahannja disini. Daftar dari orang2 jang kembali dari pembuangan dalam Esr 2,1-70 sangat boleh djadi berasal dari surat peringatan Nehemia (Neh 7,6-72) jang tentunja disana-sini digubah sedikit. Ataukah kedua dokumen itu dengan sedikit gubahan bersumber pada dokumen sama jang lebih tua?
Dalam Esr 4,8-6,18 si penjusun kitab mengutip beberapa dokumen Aram, jakni: suatu tuduhan musuh2 kaum Jahudi pada Artaxerxes (4,8-16) djawaban radja atas surat itu (4,17-22), suatu laporan pendjabat2 Parsi kepada Darios (5,6-17) dengan keputusan berikut dari Darios (6,3-15) dan dalam keputusan itu dikutip pula penetapan Cyrus (6,3-5). Dokumen2 tsb. mengenai pelbagai kedjadian, jang terdjadi dalam waktu jang berlainan. Kesemuanja itu mau melukiskan apa jang dikisahkan si pengarang sendiri dalam 3,1-4,5 tentang kesulitan2 pembangunan baitullah, meskipun dokumen2 terachir itu mengenai pembangunan tembok Jerusjalem, jang selesai dimasa Nehemia.
Urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu ialah sbb.: Esr5,1-6,18;4,6;4,7;4,8- 23. Bagian pertama (5,1-6,18) adalah landjutan dari 4,5 dan mengenai pembangunan baitullah serta penjelesaiannja. Ajat 4,5 diulang dalam 4,24 jang diselipkan oleh si pengarang sendiri dan kemudian diterdjemahkan dalam bahasa Aram. Bagian kedua (4,6-23) mengenai tentangan jang dialami pada pembangunan tembok Jerusjalem, dan kisah ini dilandjutkan kitab Nehemia. Karena kombinasi jang aneh ini, mungkinlah, si penjusun mendapati dokumen2 itu sebagai suatu kumpulan, jang diambil-alih begitu sadja dlam kitabnja. Mungkin djuglah penutup aselinja ditinggalkan dan diganti dengan beritanja sendiri tentang perajaan Paska pertama dalam tahun 515 (Esr 6,19-22), jang ditulis dengan bahasa Hibrani.
Susunan jang agak ber-belit2 dari kitab Esra-Nehemia jang dilukiskan diatas itu, menimbulkan pertanjaan tentang benar-tidaknja berita2 itu. Bahwasanja kedjadia2 itu sungguh terdjadi, haruslah diterima. Tetapi urut-urutan sesungguhnja dari kedjadian2 itu menurut waktunja adalah soal jang tak terpetjahkan, jang sudah lama diselidiki para ahli, tanpa memperoleh kepastian jang tetap. Si penjusun sendiri tidak mengatur dokumen2nja menurut asas chronologis, melainkan menurut asas jang berlainan sama sekali. Ia menjusun bahan2nja dikeliling dua peristiwa utama, jang hendak dilukiskannja, jakni pembangunan baitullah dan pembangunan tembok Jerusjalem dengan ichtisar tentang garis besarnja keadaan umat Jahwe jang dipulihkan itu. Dengan melintasi segala kesulitan, si penulils achirnja sampai kepenutup jang membahagiakan, berkat kegiatan Esra dan Nehemia.
Bukan hanja keinginan-athu penjelidik sedjarah sdja, tetapi djuga pentingnja perkara itu sendiri telah mendorong para ahli, untuk merekonstruir sebaik mungkin urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu. Kesulitan utama ialah soal: siapakah jang per-tama2 telah datang di Jerusjalem, Esra ataukah Nehemia, dan bila mereka itu telah datang disana. Kitab itu sendiri memberi kesan, bahwa Esralah jang per-tama2 datang disana dan bahwa Esra serta Nehemia bekerdja sama beberapa waktu lamanja. Inipun pendapat, jang lama diterima begitu sadja, kendati kesulitan2 jang bergandingan dengannja.
Rengrengan chronologis jang diterima ialah sbb.: Orang2 Jahudi kembali dalam th.538. Sjesjbasar dan Zerubabel membangun kembali baitullah dan memulihkan ibadah. Ini selesai dalam th.515. Kemudian datanglah Esra dalam tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 458, dan ia menjelenggarakan pembaharuan keigamaan. Dalam tahun keduapuluh pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 445, datanglah Nehemia sebagai adipati ke Jerusjalem dan membangun kembali temboknja. Kemudian Esra dan Nehemia bekerdja sama beberapa waktu lamanja, untuk mengorganisir masjarakat lebih landjut. Lalu pergi, tetapi untuk kedua kalinja ia mendjabat adipati sesudah th. 443.
Karena kesulitan2 jang bergandingan dengan rengrengan itu, maka belakangan orang mentjoba tundjukkan, bahwa Nehemia bekerdja di Jerusjalem sebelum Esra. Tahun2 tinggalnja Nehemia tetap sama, tetapi tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes II, jang th.398. Djadi agak lama sesudah masa Nehemia. Pendapat ini hingga kini masih banjak penganutnja.
Kami mengikuti suatu hypotese, jang mempunjai kemungkinan, tetapi tidak dapat memperoleh kepastian djua, jang mentjoba kombinir kedua pendapat itu. Nehemia dari satu pihak mendahului Esra, tetapi dari pihak lain djuga menjusulnja. Masanja pertama mendjadi adipati mendahului Esra, tetapi masanja kedua djatuh sesudahnja. Esra tampil diwaktu berselang. Keberatan besar terhadap hypotese ini ialah, bahwa tahun Esra 7,8 harus dikoreksi, dari "tahun ketudjuh" mendjadi "tahun keduapuluh tudjuh", tanpa dapat memberikan alasan bagi koreksi ini.
Menurut hypotese terachir ini kedjadian2 diatur seperti berikut,-tetapi dengan itu teks sendiripun mesti dibatja djuga dalam urut-urutan tertentu: Dalam tahun 538 Cyrus mengidjinkan orang2 Jahudi kembali ke Palestina dibawah pimpinan seorang "pengholu" Juda, jang bernama Sjesjbasar (Esr1,1-2.72). Dimulai lagi dengan ibadah dan pembangunan kembali baitullah dimulai pula (Esr3,1-13). Karena tentangan penduduk kota dan karena hilangnja semangat dikalangan Jahudi pekerdjaan itu dihentikan (Esr 4,,1-5.24). Sesudah th.529 Zerubabel memulai lagi pekerdjaan itu, dengan dukungan nabi2 Hagai dan Zakaria dan denan persetudjuan radja Parsi Darios. Pekerdjaan itu berhasil dan selesai, hingga dalam th.515 baitullah itu dapat ditahbiskan dan perajaan Paska dapat dilangsungkan (Esr 5,1- 6,22). Dari tahun 515-445 hanja diberikan beberapa berita singkat sadja. Orang2 Samaria mengadakan persekongkolan lawan usaha membangun kembali tembok Jerusjalem didalam pemerintahan Xerxes (486) dan berhasil dengan dilarangnja pembangunan itu oleh Artaxerxes I antara th.465 dan 445 (Esr 4,6-23).
Dalam th.445 Nehemia pergi ke Jerusjalem atas titah radja Artaxerxes I dan membangun kembali temboknja, kendati tentangan hebat dari lawan2 lama, jang mendapat sokongan dari beberapa orang Jahudi sendiri. Nehemia meramaikan kota itu dan mengorganisir masjarakatnja (Neh 1,1-4.17;6,1-7,72a;12,27-42;5). Dalam th. 433 Nehemia kembali ke Parsi.
Kemudian Artaxerxes I mengutus imam dan ahli-kitab Esra ke Jerusjalem, dan ia bekerdja disana tidak begitu lama (426-427?). Setjara tegas Esra mentjoba sehatkan masjarakat dalam bidang keigamaan dan lebih2 bertindak terhadap perkawinan tjampuran (Esr 7,1-8,36;Neh 7,72b-8,18;3;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-37). Pembaharuan ini mendapat hasil jang tetap dan Esra kembali lagi ke Parsi.
Sebelum th.424 Nehemia sudah kembali di Jerusjalem sebagai adipati, sehingga
achirnja masjarakat Jahudi diorganisir sesuai denan Taurat (
Mengenai si penjusun kitab Esra-Nehemia dan waktu terdjadinja kitab itu sukarklah menjebutkan nama atau tahun jang tepat. Karena kitab itu sangat erat hubungannja denan kitab Tawarich, kiranjja kitab itu terdjadi pula diwaktu dan dilingkungan jang sama, kendati bersandarkan dokumen2 jang lebih kuno. Lingkungan itu nampak besar minatnja kepada ibadah dan baitullah, kepada daftar2 nama dan silsilah para imam dan levita. Si penulis hendaknja ditjari djuga dikalangan rohaniwan di Jerusjalem, chususnja dikalangan levita. Pastilah kitab itu dalam bentuknja jang definitif, disusun sesudah th.300. Kadang2 ada jang mengundurkan sampai ke th.250 kebawah. Kiranja lebih baik dikatakan setjara umum, bahwa kitab itu disusun antara th.300 dan 200, tanpa memberikan perintjian lebih landjut.
Sebagai kitab keigamaan maka kitab Esra-Nehemiapun bersandarkan pendapat2 keigamaan tertentu dan bermaksud menjampaikan suatu wedjangan keigamaan kepada para pembatjanja. Pada galibnja kesemuanja itu segaris dengan latarbelakang keigamaan kitab Tawarich. Sebab kitab itu memberikan penutup sedjarah, jang disadjikan penulis dalam kitab Tawarich dari sudut tertentu. Esra-Nehemia membentangkan suatu perwudjudan dari theokrasi, kemana seluruh sedjarah itu ditudjukan. Si penjusun tahu sungguh2, bahwa perwudjudan itu bukan jang terachir dan paling sempurna, tetapi gagasan itu tidak begitu menondjol kemuka. A.l. itu terbawa djuga, karena si penjusun mengambil-alih dan menghimpun dokumen2nja tanpa banjak perubahan. Pengharapan djelas akan masa jang akan datang, pengharapan akan Al Masih, oleh karenanja hanja sedikitlah terdapat didalamnja. Disana sini hanja muntjul dilatarbelakang kisah itu. Kitab itu betul menjinggung dan mengandaikan Israil baru dari keduabelas suku bangsa, tetapi dalam kisah itu sendiri hanja Juda dan Binjaminlah jang ikut dalam pembangunan itu. Selandjutnja pembangunan itu tidak dipandang sebagai idam2an jang tertinggi, melainkan masih sebagai suatu masa penindasan dan pengharapan (Neh 9,36-37;Esr 10,2).
Namun demikian, pembangunan kembali itu adalah suatu pemenuhan djandji Allah dan hasil dari kesetiaanNja akan rahmat serta perdjandjian (Esr 1,1; Neh 9,32). Jahwe adalah penguasa sedjarah, jang membimbing dan menguasai segala sesuatu, pun pula radja2 dan bangsa2 asing (Esr 1,1;7,6.27-28). Sebelum pembuangan Jahwe telah mendjandjikan bahwa suatu sisa ketjil akan terpelihara sebagai bibit bagi umat Allah jang baru. Orang2 buangan jang kembali itu sadr, bahwa mereka itulah sisanja (Esr 9,8.13), jang direnggut dari kebinasaan, untuk mendjadi kelandjutan resmi dari Israil jang terpilih (Esr 10,2; Neh 9,8), jang sungguhpun binasa karena dosanja sendiri, tetapi tidak samasekali ditolak (Esr 9,13; Neh 1,9). Kembali mereka dipandang sebagai pengungsian jang baru, jang diwudjudkan dan diselesaikan oleh Jahwe. KeradjaannNja mendapat bentuknj jang baru didalam djemaah jang baru, jang diorganisir sesuai dengan TauratNa dan jang hidup untuk berbakti kepadaNja didalam baitullah jang dipulihkan, kediamanNja di-tengah2 umatnja. Umat itu adalah benih jang sutji dan masjarakat jang disendirikan, jang orang kafir atau setengah kafir tidak dapat mendjadi anggotanja. Anasir asing didjauhkan dan dikutjilkan karenanja. (Esr 9,1-15; Neh 13,23-30; Esr 4,3).
Dipandang sepintas lalu, gagasan universalistis tidak diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia. Disini nampaklah Israil lebih kuat lagi sebagai umat Jahwe satu2nja. Hanja beberapa djedjak sadja dari gagasan itu terdapat didalamnja, jakni bahwasanja orang2 kafir, tidak samasekali diketjualikan dari anugerah2 Jahwe. Kaum buangan berdoa untuk radja mereka jang kafir itu dan untuk kesedjahreaan keradjaannja. Dari sebangsa bentji terhadap orang2 asing hanja sedikit sadjalah terdapat didalamnja. Hanja dalam Neh 9 gagasan ini agak tampak. Kesadaran, bahwa Israil itu bangsa jang terpilih, toh menundjukkan suatu segi, jang membuat pengertian "Keradjaan Allah" mendapat tjorak jang lebih rohani. Sebelum masa pembuangan - lepas dari para nabi, dimasa itupun terdapat pula gagasan2 lainnja,- keradjaan Allah itu terlekat pada kedaulatan nasional dibawah pemerintahan wangsa Dawud jang bertjorak kenegaraan itu se-kali2 bukan sjarat mutlak lagi adanja. Betul Zerubabel menggandingkan masjarakat sesudah pembuangan itu dengan Dawud, tapi bukan lagi sebagai radja dalam arti politik.
Orang Jahudi tanpa banjak tentangan menerima kenjataan, bahwa mereka bergantung dari keradjaan Parsi dan mau mendjadi kaula jang taat-setia, meskipun mereka merasa dirinja sebagai satu2nja umat pilihan Jahwe dan warga keradjaanNja.
Betul partikularisme masih kuat, tetapi menundjukkan tjorak lain, jang dapat tumbuh dan berkembang lebih landjut mendjadi universalisme. Djustru dimasa itu ditengah bangsa Jahudi terdapatlah aliran2 unbersalistis, meskipun aliran2 itu tidak tampil kedepan didalam kitab Esra-Nehemia. Tetapi pada asasnja ikatan2 nasional dari keradjaan Allah sudah terlepaskan.
Dipandang didalam keseluruhan sedjarah-keselamatan maka masa jang diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia itu menduduki tempatnja sendiri. Sebab dari masjarakat Jahudi seperti jang tumbuh sesudah pembuangan itu datanglah fase terachir sedjarah keselamatan. Baitullah jang dibangun dimasa itu dimasuki Kristus dan telah menjaksikan kemuliaanNja, hal mana membuat bangunan sederhana itu melebihi baitullah bangunan Sulaiman. Jesus dari Nasaret mendjadi besar didalam suasana, jang berasal dari masa Esra-Nehemia, denan sudut2nja jang baik, tapi djuga dengan sudut2nja jang kurang baik. Kendati kesemuanja itu, maka dari "sisa", jang kembali dari pembuangan itu, sungguh telah berkembanglah umat Allah jang baru, walaupun melalui djalan jang agak berlainan dengan jang dibajangkan kitab Esra-Nehemia.
TFTWMS: Ezra (Pendahuluan Kitab) EZRA 9, 10: MEMULIHKAN KEMURNIAN — MENIKAH DENGAN ORANG SEIMAN
"… Orang-orang Israel dan para imam dan orang Lewi tidak memisahkan diri dari...
EZRA 9, 10: MEMULIHKAN KEMURNIAN — MENIKAH DENGAN ORANG SEIMAN
"… Orang-orang Israel dan para imam dan orang Lewi tidak memisahkan diri dari penduduk negeri, sesuai dengan kekejian mereka, … Karena mereka telah mengambil beberapa anak perempuan mereka sebagai istri bagi dirinya dan bagi anak-anak mereka, sehingga ras suci telah bercampur dengan penduduk negeri" (Ezra 9:1, 2).
Di dalam Ezra 9 dan 10 kita melihat Ezra bekerja. Tugasnya adalah mengajarkan hukum Allah (seperti yang terdapat di dalam hukum Musa) dan menegakkannya (7:10, 25, 26). Di dalam dua pasal ini, kita melihat dia menegakkan hukum itu.
Tidak ada petunjuk waktu yang diberikan di awal pasal 9, selain kalimat "sesudah semuanya itu terlaksana" (ay. 1). Ezra 10:9 mengindikasikan bahwa "langkah-langkah untuk menangani masalah kawin campur diumumkan pada hari ketujuh belas bulan kesembilan … atau empat setengah bulan setelah ketibaan [Ezra]."1
Beberapa bulan setelah Ezra tiba di Yerusalem, beberapa orang lain memberitahu dia fakta tentang dosa di antara umat itu (9:1, 2). baca,
DOSA APAKAH ITU?
Umat Allah itu mengambil isteri dari antara bangsa-bangsa di sekitar mereka. Kita "Orang-orang Israel awam, para imam dan orang-orang Lewi tidak memisahkan diri dari penduduk negeri, … Karena mereka telah mengambil isteri dari antara anak perempuan orang-orang itu untuk diri sendiri dan untuk anak-anak mereka, sehingga bercampurlah benih yang kudus dengan penduduk negeri, bahkan para pemuka dan penguasalah yang lebih dahulu melakukan perbuatan tidak setia itu" (Ezra 9:1, 2).
Ketika Ezra mendengar ini, ia marah dan menunjukkan rasa keterhinaan dan malunya dengan merobek pakaiannya dan menarik beberapa rambut dari kepala dan janggutnya. Ia "duduk tertegun sampai korban petang" dan kemudian memanjatkan doa di mana ia mengakui dosa Israel (9:3-6). Mengapakah ia begitu peduli? Dosa apakah yang telah dilakukan umat itu? Kawin campur dengan orang asing dilarang oleh hukum Taurat (Keluaran 34:11-16; Ulangan 7:3, 4). Umat Allah itu telah melanggar hukum Taurat!
Mengapakah Allah melarang kawin campur? Mengapakah Ezra (dan, kemudian, Nehemia dalam Nehemia 13:23-29) begitu peduli tentang masalah itu? Alasannya diberikan di dalam nas-nas yang melarang kawin campur dengan penduduk negeri itu: Menikah dengan orang non-Israel adalah sama dengan terikat oleh perjanjian dengan seorang penyembah berhala dan dengan demikian berada dalam bahaya digiring ke dalam penyembahan berhala. Ulangan 7:3, 4 mengatakan:
"Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera."
Masalah itu pernah terjadi dalam sejarah Israel: kegagalan Israel sebelumnya untuk mematuhi hukum Taurat dalam hal ini terbukti menimbulkan bencana bagi umat Allah.2
Dasar kepedulian Ezra adalah semangatnya untuk Firman Allah dan kasih bagi umat Allah. Orang-orang Yahudi itu sudah kembali dari penawanan selama tujuh puluh tahun—hukuman yang ditimbulkan, setidaknya sebagian, oleh fakta bahwa umat itu telah melakukan kawin campur dengan penduduk negeri itu dan telah menjadi penyembah berhala. Sekarang, oleh kasih karunia Allah, orang-orang yang tersisa telah pulang ke Tanah Perjanjian. Hal apakah yang mereka sedang lakukan? Mereka melakukan dosa yang sama yang telah menyebabkan Allah menghancurkan mereka seratus tahun sebelumnya! Ezra mencintai umat itu dan ingin memastikan mereka melaksanakan Taurat itu sehingga sejarah tidak akan terulang kembali. Ia mengambil langkah-langkah drastis untuk membasmi dosa itu sehingga tidak akan menyebar lebih jauh. (Belakangan, Nehemia melakukan hal yang sama.)
Penentangan Allah terhadap kawin campur di Israel bersifat keagamaan. Kepedulian utamanya bukan untuk menjaga "kemurnian" garis keturunan Israel. Selalu terbuka bagi orang non-Israel untuk bergabung menjadi orang Yahudi.3Dalam silsilah Yesus, misalnya, tiga orang perempuan non-Israel disebut : Tamar, Rahab, dan Rut (Matius 1:3, 5).
Di zaman Ezra juga, orang non-Yahudi bisa menjadi orang Yahudi. Oleh karena itu, apa yang tampaknya terjadi dengan orang-orang yang pulang itu adalah bahwa orang-orang Yahudi itu telah menikah dengan orang-orang non-Yahudi, tapi banyak dari orang-orang non-Yahudi itu (khususnya para wanita non-Yahudi) telah menolak untuk menjadi mualaf dan menyembah Allah sejati. Mereka tetap sebagai penyembah berhala dan dengan demikian menimbulkan ancaman bagi komunitas Yahudi. Adalah mungkin bahwa mereka akan menjauhkan suami mereka dari Allah. Akibatnya akan menjadi bencana bagi iman orang Israel. Ezra dan Nehemia, oleh karenanya, tidak peduli terhadap garis keturunan umat Allah itu, tetapi terhadap iman mereka.
Masalahnya bahkan lebih parah sebab pelaku utama yang kawin dengan perempuan-perempuan asing ini adalah para pemimpin Yahudi.4Kita bisa duga bahwa sisa jemaat itu tentunya mengikuti jejak mereka. Oleh karena itu, Yehuda memiliki masalah yang harus segera diberantas.
APAKAH OBATNYA?
Solusi bagi masalah itu disarankan kepada Ezra oleh para pemimpin Yahudi. Mereka mengusulkan agar orang-orang yang menikah dengan perempuan yang tak beriman menyingkirkan istri mereka yang tidak percaya itu, bersama dengan anak-anak dari para istri itu (10:2, 3). Selama beberapa bulan berikutnya, hal ini dilakukan. Pasal 10 berisi daftar orang-orang yang kawin dengan perempuan-perempuan asing dan mengusir mereka pergi.
Hal ini tampaknya sebagai langkah drastis yang diambil. Dengan membaca hal itu, kita cenderung berpikir, "Kasihan sekali para istri itu! Bagaimanakah mereka bertahan hidup?" Secara khusus, mengusir pergi anak-anak itu membuat kita bingung. Apa salahnya anak-anak itu? Mereka tidak melakukan kesalahan apa pun. Tanpa ayah, siapakah yang akan menjaga mereka? Bagaimanakah kita menanggapi pelbagai pertanyaan dan keberatan ini?
Kita harus akui bahwa kita tidak selalu bisa menjelaskan—pada kenyataannya, kita tidak pernah dapat menjelaskan sepenuhnya—apa yang Allah lakukan atau menyuruh umat-Nya lakukan. Ketika kita berusaha untuk menjelaskan apa yang bagi kita tampaknya sebagai tindakan Allah atau tindakan umat Allah yang aneh atau dapat dipertanyakan, kita sedang melakukan spekulasi. Penjelasan itu mungkin saja suatu dugaan yang cerdas, tetapi tetap saja itu adalah dugaan. Pada akhirnya, kita harus mengakui bahwa kita tidak bisa tahu lebih banyak tentang rencana, tujuan, atau alasan Allah daripada yang Ia sudah katakan kepada kita.
Kita tentu ingin percaya bahwa, ketika istri dan anak-anak itu diusir pergi, perbekalan tertentu disediakan untuk mereka oleh mantan suami dan ayah mereka. Mungkin mereka punya kerabat (non-Yahudi) dekat yang tinggal di dekat situ sehingga kepergian mereka itu tidak membahayakan mereka ke dalam kelaparan atau mati karena paparan cuaca. Adalah mungkin juga bahwa Allah menganggap mereka sangat merusak—dan suatu pengaruh yang sangat merusak—sehingga Ia tidak ingin orang-orang Yahudi itu mempedulikan kesejahteraan mereka setelah mereka pergi. Apa yang kita tahu dengan pasti adalah apa yang telah dilakukan.
Tindakan itu memang ekstrim, tapi efektif. Melalui upaya Ezra, dan belakangan Nehemia, orang-orang Yahudi itu diselamatkan, tampaknya untuk selamanya, dari kambuh lagi ke dalam penyembahan berhala.
HAL APAKAH YANG BISA KITA PELAJARI?
Hal apakah yang harus kita pelajari dari dosa khusus ini dan solusi yang ditemukan di dalam Ezra? Pertama, kita akan mempertimbangkan dua cara nas itu harus jangan diterapkan, dan kemudian satu cara nas itu harus diterapkan.
Tidak tepat untuk menerapkan nas ini terhadap perkawinan antar-ras Tidak di sini atau di tempat lain di Alkitab Allah melarang pernikahan antar-ras. Ia peduli tentang iman umat-Nya, bukan tentang warna kulit mereka.
Selanjutnya, nas itu pada prinsipnya tidak terkait dengan pernikahan yang dilakukan setelah perceraian telah terjadi. Meskipun beberapa orang Yahudi mungkin telah menceraikan istri-Yahudi mereka untuk menikahi istri-istri asing (seperti yang muncul sebagai kasus di dalam Maleakhi 2:10-16), Kitab Ezra tidak berfokus pada masalah perkawinan, perceraian, dan perkawinan kembali.
Akan terlalu jauh melangkah untuk mengatakan bahwa karena Ezra (dan Nehemia) meminta orang-orang Yahudi itu untuk mengusir pergi istri dan anak-anak mereka yang non-Yahudi, orang-orang Kristen dalam pernikahan tak Alkitabiah harus mengusir pergi istri-istri (atau suami-suami) dan anak-anak mereka. Sebuah prinsip yang berbeda terlibat ketika Ezra hidup. Allah sedang memelihara suatu umat beriman yang melalui siapa Mesias bisa datang. Oleh karena itu, langkah drastis ini diambil: orang-orang tidak percaya dilenyapkan dari antara umat Allah. Mereka itu tidak dilenyapkan oleh karena mereka terlibat di dalam situasi perceraian dan kawin lagi yang tak Alkitabiah, tetapi karena mereka itu penyembah berhala.
Alih-alih mencoba menerapkan nas ini kepada perkawinan antar ras-atau kepada pertanyaan perkawinan—dan—perceraian, kita mungkin bisa secara sah menerapkannya kepada masalah kawin campur secara keagamaan. Ezra peduli tentang umat Allah yang mengawini orang-orang kafir. Itu harus menjadi kepedulian gereja juga.
Adalah wajar untuk mengatakan bahwa Kitab Ezra menggambarkan sebuah prinsip yang berlaku sekarang ini—yaitu, bahwa umat Allah harus menikah dengan orang seiman lainnya sehingga hati mereka tidak akan dipalingkan dari Allah. Terlalu banyak orang Kristen telah menikah di luar iman dan, sebagai hasilnya, telah menjadi tidak setia kepada Allah. Bahkan ketika mereka tetap setia, mereka menemukan hambatan dalam pelayanan mereka untuk Kristus: Mereka sering merasa sulit untuk menghadiri perhimpunan ibadah secara teratur, memberi dengan berlimpah, atau menggunakan rumah mereka dan bakat mereka untuk melayani Allah. Mereka juga menghadapi perjuangan yang berat saat mereka mencoba untuk membesarkan anak-anak mereka dalam "didikan dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4).
Yang patut dihargai, banyak orang Kristen telah memenangkan pasangan mereka yang tidak percaya kepada Kristus. Namun begitu, banyak orang Kristen lainnya bermaksud untuk melakukan hal itu tapi belum berhasil. Kaum wanita muda Kristen harus ingat, ketika mereka berpikir untuk menikah dengan orang yang tak seiman, bahwa "ritualnya tidak akan membenarkan dia, dan mezbahnya itu tidak akan mengubah dia."5Anak-anak muda yang menghormati Allah harus menyadari bahwa prinsip yang sama berlaku untuk kaum perempuan. Selalu suatu ide yang baik bagi orang Kristen yang setia untuk menikah dengan orang Kristen yang taat.
Namun demikian, kita harus mengakui bahwa pengajaran Perjanjian Baru tentang masalah ini tidak sejelas hukum Musa dalam hal larangan, yang dengan jelas melarang menikah dengan orang-orang yang tidak percaya. Meskipun Paulus menulis bahwa kita tidak boleh "menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya" (2 Korintus 6:14), ia (dan yang lain-lainnya) juga membuat jelas bahwa bukan dosa bagi orang Kristen untuk menikah dengan orang yang tidak seiman. Ia megaskan bahwa ketidakpercayaan bukanlah alasan yang sah bagi seorang Kristen untuk menceraikan orang yang tidak percaya (1 Korintus 7:12-14; lihat 1 Petrus 3:1, 2). Instruksi ini sangat berbeda dengan desakan Ezra kepada orang-orang Yahudi untuk mengusir pergi istri-istri asing mereka.
Ajaran Perjanjian Baru membawa kita kepada empat kesimpulan:
(1) Tidak pernah menjadi gagasan yang baik bagi orang Kristen untuk menikah dengan orang non-Kristen, untuk alasan yang sama bahwa itu adalah dosa bagi Israel menikah dengan orang tak percaya—karena ada kemungkinan orang yang tidak percaya itu akan menyebabkan orang Kristen jatuh menjauh dari Allah.
(2) Orang Kristen dapat menikah dengan orang non-Kristen tanpa berbuat dosa (meskipun niscaya hal itu akan membuat kehidupan rohaninya lebih sulit).6Ini jelas dari kenyataan bahwa nas-nas Perjanjian Baru memberitahu apa yang harus dilakukan orang Kristen ketika mereka menikah dengan orang non-Kristen. (Lihat 1 Korintus 7:12, 13; 1 Petrus 3:1-6)
(3) Orang Kristen yang menikah dengan orang non-Kristen tidak berhak, atas dasar fakta itu, menceraikan pasangannya. Sebaliknya, Paulus secara khusus mengatakan bahwa orang Kristen harus jangan mengusir pergi pasangannya yang non-Kristen:
… kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu (1 Korintus 7:12, 13).
(4) Orang Kristen yang menikah dengan orang non-Kristen harus berusaha untuk hidup dengan pasangannya itu sedemikian rupa untuk menarik dia kepada Kristus. Petrus mengatakannya seperti ini:
Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman (1 Petrus 3:1-6).
Selalu berbahaya bagi orang Kristen untuk menikah dengan orang yang tak seiman. Namun demikian, ada banyak orang Kristen yang setia (termasuk ayah saya)—bahkan beberapa yang merupakan pemimpin di gereja—yang menjadi orang Kristen karena mereka menikah dengan istri Kristen yang setia. Allah memberkati orang-istri yang mengikuti instruksi Petrus dan, dengan perilaku mereka, memenangkan suami mereka kepada Tuhan!
Pesan utama kita harus tetap "Tidak pernah merupakan ide yang baik untuk menikah dengan orang tak seiman." Jika Anda berpikir sebaliknya, ingat kejahatan di zaman Nuh—kejahatan yang disebabkan oleh fakta bahwa "anak-anak Allah" menikah dengan "anak-anak perempuan manusia" yang cantik (Kejadian 6:2). Ingatlah bahwa kerajaan Salomo hancur oleh anak-anaknya karena istri-isteri asingnya memalingkan hatinya dari Allah (1 Raja 11:1-13). Akhirnya, ingat pengalaman mengerikan yang kita baca di dalam Ezra 9; 10. Bayangkanlah istri-istri dan anak-anak yang diusir ke luar dari rumah mereka—kesedihan mendalam, tangisan, kemarahan, sikap menyalahkan, rasa bersalah. Rumah tangga tercabik-cabik! Istri yang disayang disingkirkan! Anak-anak yang dikasihi diusir! Para suami dan ayah itu pasti ditinggalkan dengan hati yang hancur dan penuh rasa bersalah. Mengapa? Mereka telah dengan berdosa dan dengan tidak bijaksana melanggar hukum Allah dan menikah dengan orang-orang yang tidak percaya. Konsekuensi dari menikah dengan orang non-Kristen mungkin tidak begitu dramatis seperti apa yang terjadi pada orang-orang Yahudi itu, tapi rasa sakit dan kesedihan mendalam pasti akan menimpa orang Kristen mana saja yang menikah dengan orang yang tidak percaya.
KESIMPULAN
Kitab Ezra mengajarkan kita bahwa kawin campur agama menimbulkan masalah. Anda dapat dan harus menghindari masalah tersebut dengan bertekad untuk tidak menikah dengan siapa saja yang bukan orang Kristen yang taat.
TFTWMS: Ezra (Pendahuluan Kitab) EZRA 9, 10: BERTOBAT DARI DOSA — KETIKA GEREJA BERDOSA
"… Ya Allahku, … dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami ...
EZRA 9, 10: BERTOBAT DARI DOSA — KETIKA GEREJA BERDOSA
"… Ya Allahku, … dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke langit. Dari zaman nenek moyang kami sampai hari ini kesalahan kami besar.…
"'Tetapi sekarang, ya Allah kami, apa yang akan kami katakan sesudah semuanya itu? Karena kami telah meninggalkan perintah-Mu'" (Ezra 9:6-10).
Ada masalah dalam "gereja"1Allah; umat-Nya telah berbuat dosa! Mereka telah kawin campur dengan orang tak seiman, mungkin mulai lagi menyusuri jalan yang akan mengarah kepada kemurtadan penuh. Apakah yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah Israel? Di dalam jawabannya mungkin terdapat beberapa saran yang akan membantu para pemimpin gereja sekarang ini dalam memecahkan pelbagai masalah jemaat. Dari kisah di pasal 9 dan 10, kita akan melihat ada dua langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah dosa di dalam gereja.
GEREJA HARUS MENGAKUI DOSA ITU & BERTOBAT DARINYA
Marilah kita mempertimbangkan perlunya pengakuan dan pertobatan seperti yang diilustrasikan di zaman Ezra, dan kemudian ketika hal itu diterapkan kepada gereja.
Keadaan Israel
Ezra menyadari dosa itu ketika orang-orang memberitahu dia tentang hal itu:
"Orang-orang Israel awam, para imam dan orang-orang Lewi tidak memisahkan diri dari penduduk negeri …. Karena mereka telah mengambil isteri dari antara anak perempuan orang-orang itu untuk diri sendiri dan untuk anak-anak mereka, sehingga bercampurlah benih [ras] yang kudus dengan penduduk negeri …" (9:1, 2). Kemudian, atas nama bangsa itu, Ezra mengakui dosa itu:
Ketika aku mendengar perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku dan aku mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan duduklah aku tertegun. Lalu berkumpullah kepadaku semua orang yang gemetar karena firman Allah Israel, oleh sebab perbuatan tidak setia orang-orang buangan itu, tetapi aku tetap duduk tertegun sampai korban petang. Pada waktu korban petang bangkitlah aku dan berhenti menyiksa diriku, lalu aku berlutut dengan pakaianku dan jubahku yang koyak-koyak sambil menadahkan tanganku kepada TUHAN, Allahku, dan kataku: "Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke langit" (9:3-6).
Ezra melanjutkan doanya dengan cara yang sama ia memulainya. Ia mengakui bahwa Israel telah secara konsisten berbuat dosa (9:7) dan bahwa, meskipun mereka berdosa di masa lalu, Allah sudah bermurah hati terhadap mereka (9:8, 9). Ia kemudian mengakui bahwa mereka telah menunjukkan kurangnya rasa syukur atas rahmat Allah dengan tidak mentaati perintah jelas Allah (9:10-13). Selanjutnya, ia mengatakan bahwa mereka dapat memaklumi jika Allah murka terhadap mereka "sampai kami habis binasa, sehingga tidak ada yang tinggal hidup atau terluput" (9:14). Ia menyimpulkan, "Ya TUHAN, Allah Israel, Engkau maha benar, sebab kami masih dibiarkan tinggal sebagai orang-orang yang terluput, seperti yang terjadi sekarang ini. Lihatlah, kami menghadap hadirat-Mu dengan kesalahan kami. Bahwasanya, dalam keadaan demikian tidak mungkin orang tahan berdiri di hadapan-Mu" (9:15).
Doa ini dapat dijadikan contoh untuk sejumlah alasan:
(1) Ezra mengakui keberdosaan kaum itu dan membedakan pelanggaran mereka yang terus menerus dengan rahmat dan belas kasihan Allah.
(2) Ia tidak berdalih-dalih. Ia tidak mengatakan, "Kami memang berdosa, dan kami minta maaf, tapi kami punya alasan (atau dalih) yang baik atas perilaku kami itu."
(3) Karena Ezra adalah seorang pemimpin, doanya itu bisa dijadikan contoh karena ia mengaitkan dirinya sendiri dengan kaum itu. Ia tidak berkata, "Oh, Tuhan, kaum ini telah berdosa, tetapi aku tidak terlibat; hukumlah mereka tapi aku jangan."
Kita bisa yakin bahwa Ezra sendiri bukan salah satu di antara mereka yang menikah dengan orang kafir, tapi ia tetap mengakui dengan menggunakan kata ganti orang pertama: "Dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami … kesalahan kami besar, … kami telah meninggalkan perintah-Mu, … perbuatan kami yang jahat, dan oleh sebab kesalahan kami yang besar, … dosa kami." Mengapa? Ia adalah bagian dari komunitas itu, jemaat itu, dan ketika jemaat itu berdosa, ia merasa dirinya menjadi bagian dari keadaan itu; ia tidak bisa memisahkan dirinya dari saudara-saudaranya itu. Bagi Ezra, itu bukan "dosa mereka" dan "kesalahan mereka," tetapi "dosa kita" dan "kesalahan kita."
Sikap benar Ezra itu menular; hal itu menimbulkan pemikiran yang sama pada sisi umat itu. Oleh karena itu umat itu bertobat dari dan mengakui dosa. Ezra 10:1 mengatakan, "Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah Allah, berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel yang sangat besar jumlahnya, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Orang-orang itu menangis keras-keras." Demikianlah tindakan Ezra itu sudah membuat umat itu mengenali perilaku mereka yang berdosa dan kemudian berbalik, dalam dukacita menurut kehendak Allah, dari dosa mereka.
Keadaan Kita
Ketika gereja berdosa, sebelum hal lain apa saja dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi itu, para anggotanya secara jelas harus menyadari dosa mereka. Kemudian mereka harus bersedia bertobat dari dan mengakui dosa itu. Tantangan nyata bagi para pemimpin gereja adalah bagaimana membuat gereja sadar akan dosa dan kemudian menyuruh para anggotanya untuk bertobat dari dan mengakui dosa.
Beberapa pilihan tersedia. Yang paling sering kita gunakan adalah mengkhotbahkan masalah itu, mengutuk orang-orang berdosa, menyeru mereka untuk bertobat, dan kemudian duduk kembali dalam kepuasan dan pembenaran diri yang berlebihan (dengan sikap "lebih suci daripada kamu") sambil kita menunggu untuk melihat apakah mereka akan bertobat.
Mungkin, sebaliknya, kita harus mencoba metode Ezra. Kita bisa mulai dengan mengaitkan diri kita dengan orang-orang berdosa itu, tidak berbicara tentang "dosamu" dan "kesalahanmu" tetapi "dosa kita" dan "kesalahan kita." Mungkin kita bisa berfokus pada apa yang Allah telah lakukan untuk kita, betapa besar Ia telah mengampuni kita, dan betapa kita selalu terbukti tidak layak. Mungkin kita harus menunjukkan penyesalan dan kesedihan yang tulus bahwa umat Allah telah tenggelam begitu dalamnya dalam melanggar perintah Allah yang jelas meskipun kenyataannya Allah telah begitu baik kepada kita. Kemudian kita bisa mengakui dosa-dosa "kita"— dosa-dosa gereja—dengan kesungguhan dan ketulusan seperti itu mungkin, hanya mungkin, kita akan bisa menginspirasi penyesalan yang sama pada orang lain di dalam jemaat itu. Pendekatan ini mungkin saja berhasil; tentunya, hal itu layak dicoba.
GEREJA HARUS BERTINDAK MELENYAPKAN DOSA
Untuk diampuni, orang Kristen yang berdosa harus bersedia bertobat dari dosa dan mengakuinya. (Lihat Kisah 8:22; Yakobus 5:16; 1 Yohanes 1:9.) Jika suatu jemaat telah berdosa, jemaat itu juga harus bertobat dari dosa dan mengakuinya. Namun begitu, mungkin bukan semua itu saja yang diperlukan. Orang-orang di zaman Ezra, setelah mengungkapkan kesedihan mereka karena dosa mereka, masih harus melakukan sesuatu yang lain: Mereka harus bertindak memperbaiki keadaan itu.
Keadaan Israel
Ezra tidak mengetengahkan solusi bagi masalah itu, tetapi salah satu pemimpin Yahudi yang lainlah yang melakukannya, Sekhanya. Ia menyarankan bahwa orang-orang itu "mengikat perjanjian dengan Allah kita, bahwa kita akan mengusir semua perempuan itu dengan anak-anak yang dilahirkan mereka, menurut nasihat tuan dan orang-orang yang gemetar karena perintah Allah kita. Dan biarlah orang bertindak menurut hukum Taurat" (Ezr 10:3).
Ia kemudian mendesak Ezra untuk bangkit dan memimpin permasalahan ini (10:4). Rupanya, ia melihat Ezra sangat dirundung rasa bersalah dan rasa malu sehingga ia khawatir bahwa ia mungkin tidak bisa mengemban tugas itu. Dengan dorongan Sekhanya, Ezra bangkit dan mulai bekerja dengan membuat para pemimpin umat itu bersumpah untuk memastikan solusi ini tercapai (10:5).
Para pemimpin itu kemudian memanggil setiap orang untuk berkumpul di Yerusalem dalam tiga hari (10:7, 8). Ketika semua orang berkumpul bersama, Ezra lalu menantang mereka untuk memisahkan diri dari istri mereka yang tidak seiman (10:9-11). Mereka menanggapi secara positif, dengan mengatakan bahwa mereka akan melakukannya, tapi mereka meminta waktu untuk menuntaskan tugas itu (10:12-14). Setidaknya, waktu ini diminta karena waktu itu adalah musim hujan dan tidak masuk akal bagi kaum itu untuk berdiri di bawah guyuran hujan sementara proses investigasi dan pemisahan dilakukan.
Teks itu kemudian menyebut empat orang yang menentang rencana itu (10:15), seolah-olah untuk menunjukkan bahwa semua orang memiliki kesempatan untuk setuju atau tidak setuju. Catatan tentang suara "tidak" empat orang itu menunjukkan bahwa sisa kaum itu memilih "ya" berdasarkan kehendak bebas mereka sendiri.
Pekerjaan itu butuh waktu sekitar dua bulan untuk selesai (10:16, 17). Di dalam 10:18-44, kita menemukan daftar nama-nama orang yang mengusir pergi istri mereka. Bagaimanakah seharusnya kita memandang orang-orang yang terdaftar ini? Apakah mereka harus dipandang sebagai orang berdosa besar karena tidak mentaati Allah? Sebaliknya, marilah kita mengakui mereka sebagai contoh pertobatan! Mereka menunjukkan apa arti pertobatan sejati. Mungkin orang lain seharusnya mengusir pergi istri mereka tetapi tidak mau melakukannya. Orang-orang ini melakukan apa yang diminta untuk mereka lakukan, karena mereka bersedia menerima perintah Allah. Mereka mengenali dosa mereka, menyesali dosa mereka, mengakui dosa mereka, dan kemudian melakukan apa yang diperlukan untuk memperbaiki keadaan itu— meskipun perbaikan itu memerlukan beberapa perubahan drastis dalam kehidupan mereka.
Keadaan Kita
Ada kemungkinan bahwa di gereja sekarang ini, kita mungkin harus bertindak agak drastis, secara individual atau kolektif, untuk memperbaiki keadaan berdosa.
Sebagai Gereja. Kita dapat menerapkan ilustrasi ini ke atas kehidupan jemaat kita. Pikirkanlah kata-kata Yesus kepada ketujuh jemaat di Asia di dalam Wahyu 2 dan 3: Empat kali Ia berkata kepada pelbagai jemaat itu, "Bertobatlah" (Wahyu 2:5; 2:16; 3:3; 3:19). Bagi gereja yang mau bertobat, itu harus sebagai suatu tubuh yang bertobat dan mengakui dosanya; namun begitu, para anggota juga harus bertindak untuk memperbaiki apa saja yang salah.
Bayangkanlah, misalnya, bahwa suatu gereja telah menganut dan mengajarkan doktrin palsu, tetapi akhirnya yakin bahwa ajaran-ajaran itu salah. Apakah yang harus jemaat lakukan? Para anggota jemaat itu akan perlu mengakui fakta bahwa selama ini gereja itu telah mengajarkan doktrin palsu. Kemudian, mereka harus mulai mengajarkan kebenaran. (Jenis perubahan itu merupakan apa arti pertobatan.) Akhirnya, mereka harus melakukan yang terbaik untuk membatalkan pelbagai efek buruk dari doktrin lama yang salah itu.
Sebagai Individu. Kita juga dapat menerapkan contoh yang terdapat di dalam Ezra 10 kepada kehidupan kita sebagai individu. Kadang-kadang sulit untuk menyesali dosa dan mengakui dosa. Namun begitu, mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki keadaan yang terlibat di dalam dosa itu kemungkinan akan menjadi tantangan yang bahkan lebih berat. Pasti sulit bagi orang-orang Yahudi di zaman Ezra untuk mengusir pergi istri dan anak-anak mereka. Apakah mungkin tidak sulit juga bagi orang Kristen sekarang ini untuk melakukan kehendak Allah? Jika Anda berpikir mengusir pergi seorang istri adalah langkah drastis, pikirkanlah perkataan Jesus ini:
Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku (Lukas 14:26, 27).
Pada zaman Perjanjian Baru, dan dalam dua atau tiga abad kemudian, orang-orang Kristen menyerahkan tanah mereka, rumah mereka, keluarga mereka, teman-teman mereka—bahkan hidup mereka sendiri—demi Kristus. Apa yang orang-orang Yahudi lakukan di zaman Ezra adalah drastis, tetapi Yesus meminta kita untuk bersedia berkorban lebih drastis lagi!
Apakah yang kita harus rela lakukan untuk mengikut Kristus? Kita harus rela melakukan apa saja yang perlu—bahkan sesuatu yang tampaknya menyakitkan seperti mencongkel mata atau memotong tangan (Matius 5:29, 30).
Sebagai Pemimpin. Memungkinkan juga untuk menerapkan contoh Ezra ke atas peranan para pemimpin gereja yang bertanggung jawab untuk memecahkan masalah dosa di dalam gereja. Satu hal yang kita dapat pelajari dari contoh ini adalah bahwa, sebelum jemaat itu dapat bertindak sebagai satu unit, para pemimpin gereja harus berusaha mengembangkan konsensus pendapat. Semakin banyak orang yang para pemimpin itu libatkan dalam membuat keputusan mengenai solusi atas suatu masalah, semakin besar kemungkinan jemaat itu secara keseluruhan akan menerima dan berpartisipasi dalam solusi itu.
Kita juga dapat belajar bahwa para pemimpin gereja tidak perlu ragu untuk meminta para anggota membuat pilihan sulit jika pilihan-pilihan itu memang diperlukan untuk menghindari dosa atau untuk memperoleh pengampunan dosa. Orang tidak memperoleh manfaat dari respon yang lemah atas pertanyaan tentang masalah hidup dan mati.
Pada saat yang sama, kita harus belajar bahwa para pemimpin harus sabar terhadap umat dan harus merespon secara positif pelbagai permintaan yang wajar, sama seperti para pemimpin Yahudi itu merespon dengan tegas pelbagai permintaan yang wajar dari orang-orang Yahudi itu yang meminta waktu tambahan untuk menangani keadaan mereka. Para pemimpin Gereja tidak mendapatkan apa-apa, dan mungkin kehilangan banyak hal, dengan tampil sebagai orang yang tidak sabar dan tidak wajar di hadapan orang-orang yang mereka coba untuk pimpin. Sebagai pemimpin, kita harus ingat bahwa Yesus mengasihi orang berdosa dan kita juga harus begitu.
Kitab Ezra meninggalkan kita dengan pikiran-pikiran yang menyedihkan dan membahagiakan:
Kita sedih mengetahui Yehuda, meskipun bangsa itu sudah mempelajari pelbagai pelajaran yang telah dipelajari melalui Pembuangan, masih mampu berbuat dosa. Yang juga menyedihkan adalah pemikiran bahwa, dalam rangka untuk memperbaiki dosa, para pemimpin umat Allah ini harus dipermalukan di depan umum dan harus mengusir pergi istri mereka.
Di sisi lain, kita bisa bahagia bahwa umat Allah masih peka terhadap tuntutan Firman Allah. Mereka bersedia menangani dosa dalam jemaat itu, meninggalkan dosa itu, agar keadaan mereka baik kembali dalam pandangan Allah.
Kita mungkin berharap bahwa kaum Israel itu akhirnya mengambil manfaat dari pelajaran mereka, bahwa kemurtadan mereka adalah masa lalu dan bangsa pilihan Allah mulai dari hari itu seterusnya hidup hanya untuk memuliakan Dia. Namun begitu, ketika kita membaca kitab Nehemia dan Ezra kita ketahui bahwa reformasi Ezra tidak memiliki efek kekal. Dalam sepuluh tahun atau lebih, Nehemia harus berurusan dengan masalah yang sama lagi.
Ketika kita menggeleng-gelengkan kepala kita karena heran, kita bertanya-tanya, "Mengapa?" Mengapa bisa umat-Nya itu tidak pernah hidup dengan cara yang Allah minta untuk mereka jalani? Mengapa mereka selalu tersesat?
Bisa jadi jawaban untuk pertanyaan itu dekat dengan kita. Mengapa kita di gereja jatuh lagi dan lagi ke dalam sikap suam-suam kuku dan kemalasan? Mengapa kita cenderung terpecah-belah? Mengapa sepertinya doktrin-doktrin palsu yang baru sangat sering muncul untuk mengancam gereja dan menyesatkan beberapa anggota? Jawabannya pastilah bahwa umat Allah selalu tertatih-tatih di ambang kemurtadan.
KESIMPULAN
Apakah yang dapat kita lakukan terhadap kecenderungan untuk mengembara jauh dari Allah? Seseorang berkata, "Harga kebebasan adalah kewaspadaan terus menerus." Mungkin harga kesetiaan adalah kewaspadaan terus menerus—mengenali adanya bahaya kemurtadan yang terus menerus siap untuk campur tangan kapan saja gereja berdosa. Mungkin kita harus menerima kenyataan bahwa apa yang dibutuhkan gereja adalah reformasi terus menerus yang dipimpin oleh orang-orang seperti Ezra. Semoga Allah memberi kita orang-orang seperti itu!
Selain itu, kita harus menyadari bahaya kemurtadan yang terus menerus. Kita masing-masing harus lebih sensitif terhadap dosa di dalam hidup kita sendiri. Kita harus mengenali dosa, bertobat dari dosa, mengakui dosa, dan melakukan apa saja yang diperlukan untuk memperoleh pengampunan dosa! Satu kebenaran adalah pasti: Dosa di dalam gereja—di dalam hidup Anda atau saya—yang tak dikenali, tak ditobati, tak diakui, dan tak diampuni—akan menimbulkan kebinasaan kekal kita! ■
PELAYAN-PELAYAN BAIT SUCI
Di antara para tawanan yang pulang ke Yerusalem bersama Ezra pada tahun ketujuh pemerintahan Raja Artahsasta adalah para "imam, orang Lewi, penyanyi, penunggu pintu gerbang dan budak di bait Allah" (Ezra 7:7). Daftar serupa diberikan di dalam Ezra 2:70 dan 7:24. Siapakah orang-orang ini, dan mengapa mereka begitu penting bagi ibadah kepada Allah?
Perawatan bait suci dan pelayanannya adalah tanggung jawab keturunan Lewi, anak dari Yakub dan Lea (Bilangan 1:47-54; 8:14-19). Harun—seorang Lewi dan saudara Musa—dan anak-anaknya dipilih oleh Allah untuk menjadi imam bagi bangsa Israel (Keluaran 28:1; 29:7-9). Tugas mereka adalah memimpin bangsa itu dalam ibadah di bait suci. Orang-orang Lewi lainnya didedikasikan untuk berbagai aspek pelayanan bait suci itu. Di padang gurun mereka merawat Kemah Suci dan membawanya dari satu perkemahan ke perkemahan lainnya (Bilangan 1:47-53). Bani Lewi terdaftar di dalam silsilah orang-orang yang pulang dari pembuangan (Ezra 2:40-63). Ini termasuk para penyanyi, para penunggu pintu gerbang, para pelayan bait suci, dan para imam (Ezra 2:70; 7:7). Ezra 7:24 (NASB) menyebut Nethinim (Ibrani: nathan, "memberi"). Transliterasi dari bahasa Ibrani ini berarti "orang-orang yang diberikan" dan ini identik dengan "pelayan-pelayan." Harper's Bible Dictionary mengatakan bahwa mereka adalah "sekelompok orang yang diberikan atau ditunjuk untuk melakukan tugas-tugas rendahan dalam pelayanan Bait Suci, sejak dari zaman Daud" (Ezra 8:20)."1.
TFTWMS: Ezra (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Edwin M. Yamauchi, "Ezra-Nehemiah," in The Expositor's Bible Commentary, Frank E. Gaebelein, gen. ed., vol. 4 (Gran...
Catatan Akhir:
- 1 Edwin M. Yamauchi, "Ezra-Nehemiah," in The Expositor's Bible Commentary, Frank E. Gaebelein, gen. ed., vol. 4 (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1988), 662.
- 2 Baca Kejadian 6:1, 2 (sebelum air bah); Bilangan 25:1-3 (waktu Musa); Hakim 2:10-16 (zaman hakim-hakim); 1 Raja 11:1-8 dan Nehemia 13:26 (mengacu kepada zaman Salomo).
- 3 Lihat, misalnya, Keluaran 12:48. Pikirkanlah para muamalaf yang disebutkan di dalam Perjanjian Lama dan Baru.
- 4 Meskipun Ezra 9:1 berbicara tentang "orang-orang" serta "imam dan orang Lewi," ayat 2 berkata bahwa "bahkan para pemuka dan penguasalah yang lebih dahulu melakukan perbuatan tidak setia itu."
- 5 Permainan kata ini merupakan cara singkat untuk menekankan dan menekankan kembali bahwa pernikahan itu sendiri tidak mengubah manusia.
- 6 Seraya kita mempertimbangkan pertanyaan "Apakah dosa untuk menikah dengan orang non-Kristen?" kita bisa mengatakan bahwa itu adalah dosa berdasarkan 2 Korintus 6:14- "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya." Namun begitu, jika berdosa, itu tampaknya adalah dosa yang dapat diampuni karena orang dapat menikah dengan orang tak percaya tanpa berbuat dosa. Sebagian berpendapat bahwa pernikahan yang dibicarakan di dalam 1 Korintus dan 1 Petrus dilakukan sebelum salah satu pasangan itu menjadi seorang Kristen, tapi itu tidak dapat dibuktikan. Selain itu, persyaratan bagi janda yang beriman untuk menikah hanya dengan orang "di dalam Tuhan" (1 Korintus 7:39) tidak membuktikan bahwa itu adalah dosa bagi orang yang bukan janda untuk menikah dengan orang yang tidak percaya.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Ezra (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kata "gereja" yang digunakan di sini mengacu kepada umat Perjanjian Lama Allah, yang hubungannya dengan Allah pada waktu...
Catatan Akhir:
- 1 Kata "gereja" yang digunakan di sini mengacu kepada umat Perjanjian Lama Allah, yang hubungannya dengan Allah pada waktu itu bersifat serupa dengan hubungan gereja dengan Allah sekarang ini. Umat Allah di dalam Perjanjian Lama kadang-kadang diacukan sebagai "jemaat" atau "masyarakat," kata-kata yang secara kasar setara dengan arti dari kata Yunani untuk "gereja" di dalam Perjanjian Baru.
- 1 Madeleine S. and J. Lane Miller, Harper's Bible Dictionary (New York: Harper & Brothers, 1959), s.v. "Nethinim."
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Ezra (Pendahuluan Kitab) EZRA
PENGANTAR
Buku Ezra adalah lanjutan dari buku Tawarikh, dan menggambarkan keadaan
bangsa Yahudi sehabis masa pembuangan di Babel. Setelah sebag
EZRA
PENGANTAR
Buku Ezra adalah lanjutan dari buku Tawarikh, dan menggambarkan keadaan bangsa Yahudi sehabis masa pembuangan di Babel. Setelah sebagian dari orang- orang buangan itu pulang ke Yerusalem, kehidupan dan ibadat bangsa Yahudi dipulihkan.
Peristiwa-peristiwa itu disajikan dalam babak-babak berikut:
- 1. Kelompok pertama orang-orang buangan Yahudi pulang dari Babel ke Yerusalem, sesuai dengan perintah Kores, raja Persia.
- 2. Rumah TUHAN di Yerusalem dibangun kembali dan ditahbiskan, dan ibadat dipulihkan.
- 3. Bertahun-tahun kemudian kelompok Yahudi lain kembali ke Yerusalem di bawah pimpinan Imam Ezra, seorang ahli hukum Allah. Ezra membantu menyusun kembali kehidupan rakyat dalam bidang agama dan sosial, agar dapat melindungi warisan rohani Israel.
Isi
- Pemulangan pertama dari tempat pembuangan
Ezr 1:1-2:70 - Rumah TUHAN dibangun kembali dan ditahbiskan
Ezr 3:1-6:22 - Ezra kembali bersama-sama dengan para buangan lain
Ezr 7:1-10:44
Ajaran: Ezra (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat yakin bahwa baginya juga tersedia kasih dan kemurahan
Allah mengampuni dosa-dosa mereka, ketika melihat kasih dan kemur
Tujuan
Supaya anggota jemaat yakin bahwa baginya juga tersedia kasih dan kemurahan Allah mengampuni dosa-dosa mereka, ketika melihat kasih dan kemurahan Allah dalam Kitab Ezra kepada umat pilihan-Nya.
Pendahuluan
Penulis : Ezra.
Isi Kitab: Menurut urutan peristiwa yang tertulis dalam Kitab Ezra ini. Ezra ingin menjelaskan tentang, keadaan umat pilihan Allah dari pembuangan di Babel. Kitab ini terbagi atas 10 pasal.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ezra
Pasal 1-6 (Ezr 1:1-6:22).
Umat Allah kembali dari pembuangan di Babel dan membangun Dalam pasal-pasal ini, dijelaskan tentang raja Koresy, yang berkuasa pada waktu itu, mengijinkan umat Allah kembali ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ezr 1:1-4. Mengapakah raja Koresy menyuruh umat Allah kembali k Yerusalem? Hal ini berarti Tuhan lebih berkuasa dar raja-raja di dunia.
- Bacalah pasal Ezr 3:1-2,12-13. Bagaimanakah perasaan hati umat Allah pada saat selesa membuat mezbah dan meletakkan dasar bangunan Bait Allah? Mengapa demikian?
- Akhirnya pembangunan rumah ibadah selesa (pasal Ezr 6:16-17).
Pasal 7-10 (Ezr 7:1-10:44).
Pembaharuan oleh Ezra atas bangsa Israel
Ezra kembali ke Yerusalem dengan surat kuasa dari raja Artahsasta. Dan mulailah pembaharuan terjadi di Yerusalem.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ezr 9:1-5,15. Sebagai seorang hamba Tuhan, Ezra menunjukka keprihatinannya dan juga tanggung jawabnya atas uma Allah. Bagaimana sikap saudara, kalau menjadi pemimpin?
- Bacalah pasal Ezr 10:1-6. Ezra bukan saja menaruh perhatian, tetapi ia bertindak. Dan apakah akibat tindakan Ezra ini?
II. Kesimpulan/penerapan
Pemulihan kembali umat Allah dari pembuangan membuktikan bahwa Allah tetap setia dalam memberikan pengampunan kepada umat-Nya yang jatuh ke dalam dosa.
Dengan melihat pembangunan Rumah Tuhan oleh Ezra, jelaslah bahwa Allah berkenan kepada pembangunan rumah-rumah ibadah kepada-Nya.
Pernikahan anak-anak Tuhan dengan orang-orang yang tidak mengenal-Nya, merupakan dosa atau perzinahan di hadapan Allah.
Pemulihan kembali umat Allah dari pembuangan, merupakan penggenapan Allah terhadap Firman-Nya, melalui nubuatan nabi-nabi-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab ini?
- Mengapakah pembangunan rumah Tuhan mengalami penundaan?
- Apakah yang diberikan raja Artahsasta kepada Ezra?
- Dosa apakah yang dilakukan oleh bangsa pilihan Allah itu, sehingga Ezr mengajak melakukan pengudusan diri?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari Kitab Ezra?
Intisari: Ezra (Pendahuluan Kitab) Bangsa yang bangkit dari debu
LATAR BELAKANGYerusalem dihancurkan oleh tentara Babel pada tahun 587 S.M. dan bangsa Yehuda dibuang ke pengasingan. Pe
Bangsa yang bangkit dari debu
LATAR BELAKANG
Yerusalem dihancurkan oleh tentara Babel pada tahun 587 S.M. dan bangsa Yehuda dibuang ke pengasingan. Peristiwa itu terjadi hampir lima puluh tahun sebelum Kerajaaan Babel ditumbangkan oleh bangsa Persia. Penguasa mereka, Koresy, mengambil suatu kebijaksanaan baru dengan mengizinkan orang-orang buangan kembali ke tanah air mereka, memberikan segala bantuan yang diperlukan untuk membangun kembali rumah-rumah ibadah dan menyelenggarakan ibadah mereka kembali. Banyak orang Yahudi yang sudah betah tinggal di pengasingan dan mereka tidak ingin kembali ke tanah air mereka. Kitab Ezra dimulai dengan kembalinya orang-orang Yahudi kurang lebih tahun 538 S.M.. Pasal Ezr 1-6 menceritakan apa yang terjadi dua puluh dua tahun kemudian ketika di bawah pimpinan Zerubabel mereka menghadapi banyak kekecewaan, tetapi akhirnya mereka dapat menyelesaikan pembangunan kembali Rumah Tuhan. Ezra sendiri tidak diperkenalkan sampai pasal Ezr 7:1. Ia memimpin serombongan orang buangan kembali ke tanah air mereka pada tahun 458 S.M.. Pasal Ezr 7-10 menceritakan cara Ezra membangun kembali bangsa itu menjadi bangsa yang hidupnya berkenan kepada Allah. Perlu dicatat bahwa ada masa tenang selama hampir enam puluh tahun di antara pasal Ezr 6:22 dan Ezr 7:1.
KITAB ITU
Kitab Ezra merupakan bagian dari suatu kisah bersambung yang dimulai dari permulaan I Tawarikh sampai pada akhir Nehemia.
Perhatikan:
1. Ezra mungkin tidak menulis kitab itu sendiri, walaupun bagian kedua kisah itu diambil dari catatan hariannya.
2. Seringkali sukar untuk menentukan berbagai tahun kejadian. Kisah mengenai perlawanan di bawah Artahsasta (Ezr 4:7-24) menunjuk pada masa yang kemudian dibandingkan dengan apa yang terjadi pada bagian permulaan kitab ini.
3. Ezra bukanlah semata-mata catatan sejarah. Si Penulis menggunakan sejarah untuk mengajar kita bagaimana Allah menangani umat-Nya. Pengajaran-pengajaran itu masih berlaku sampai saat ini.
EZRA
Ezra adalah seorang terpelajar yang menjadi Menteri Negara urusan orang Yahudi dalam pemerintahan Artahsasta. Kehidupannya yang boleh jadi sangat mengesankan di hadapan raja ditandai dengan tiga sifat, yaitu: ia berdedikasi tinggi mempelajari kitab suci (Ezr 7:10); ia memperagakan keberanian untuk percaya kepada Allah (Ezr 8:21-23) dan ia dengan rendah hati menunjukkan solidaritas terhadap bangsanya (Ezr 9:6-15).
Pesan
1. Apa yang diajarkan Ezra mengenai AllahEzra berbicara mengenai Allah sebagai Tuhan penguasa langit dan bumi (Ezr 1:2; 5:11), namun demikian ia Allah yang dapat dikenal dan dipercayai oleh umat-Nya.
Allah yang:
o memenuhi janji-janji-Nya. Ezr 1:1
o menggenapi rencana-Nya. Ezr 1:1, 5
o menjaga kekudusan secara mutlak. Ezr 4:3, 9:15
o mengubah yang jelek menjadi baik. Ezr 5:3-6:12
o mengatur segala segi kehidupan manusia. Ezr 7:27, 28
o melindungi umat-Nya. Ezr 8:21-23
o menjawab doa-doa mereka. Ezr 8:23,31
o di atas segalanya, baik. Ezr 3:11
2. Apa yang diajarkan Ezra mengenai penyembahan
Pemulihan kembali tata ibadah penyembahan merupakan prioritas utama bagi mereka yang kembali dari pembuangan. Ezr 3:1-6
Pelaku ibadat:
o bersatu. Ezr 3:1
o penuh sukacita. Ezr 3:11-13; 6:16
o tidak mengenal kompromi. Ezr 4:1-3, 6:21
o bertobat. Ezr 6:17
o taat. Ezr 3:2; 6:18
3. Apa yang diajarkan Ezra mengenai dosa
o dosa harus ditangani dengan sungguh-sungguh. Ezr 9:3,4; 10:6
o dosa dapat berbentuk suatu kompromi yang tidak kelihatan. Ezr 4:1-3; 9:1-3
o dalam menangani dosa diperlukan pengakuan yang sungguh-sungguh tanpa mencoba untuk membela diri. Ezr 9:5-15
o pemulihan dosa hanya dapat terjadi dengan belas kasihan Allah. Ezr 9:13
o untuk menghalau dosa diperlukan langkah-langkah praktis. Ezr 10:7-17
Penerapan
1. Bagi para pemimpin duniao Allah mengatur segala masalah dunia.
o Allah akan memberkati mereka yang memperlakukan bangsa yang tertekan dengan adil.
o Allah akan menghargai mereka yang menepati janji.
2. Bagi gereja Kristen
o Uang harus diberikan untuk pekerjaan Allah dengan bebas dan dengan murah hati.
o Ibadah harus dipersembahkan kepada Allah dengan penuh sukacita.
o Persatuan dalam gereja adalah penting.
o Jagalah kemurnian penyembahan Anda: jangan membuang kekhasan ibadah Anda sebagai akibat kompromi dengan kepercayaan lain.
o Suatu perubahan sikap yang radikal -- meninggalkan cara hidup yang penuh dosa -- diperlukan jika Anda ingin Allah memberkati Anda.
3. Bagi pribadi-pribadi Kristen
o Jadikan ibadah kepada Allah sebagai prioritas utama.
o Jangan memandang enteng dosa.
o Pelajari Alkitab secara sungguh-sungguh.
o Taatilah Tuhan secara mutlak.
o Percayalah pada pemeliharaan Allah.
o Berilah persembahan dengan murah hati.
o Ambillah langkah-langkah praktis untuk bertambah-tambah dalam kesucian.
Tema-tema Kunci
Sejumlah tema dalam kitab Ezra mengundang orang Kristen untuk meninjau hubungan mereka dengan Allah.
1. Pengalaman Kristiani
Ezra menyadari bahwa Allah bekerja dalam hidupnya dan memimpin setiap langkahnya. Camkanlah khususnya ungkapan ini, "tangan Tuhan Allahnya berada di atasnya" (Ezr 7:6,9,28; 8:22,31). Pada saat-saat apa Anda merasakan kuasa Allah dalam hidup Anda?
2. Ambisi Kristiani
Kerinduan terbesar dalam kehidupan Ezra adalah firman Allah (Ezr 7:10). Ia mempelajarinya; menaati dan mengajarkannya. Belajar dan ketaatan seharusnya berjalan berdampingan. Lihatlah betapa erat hubungannya dengan Mazmur 119. Dengan cara bagaimana mempelajari Alkitab mempengaruhi hidup Anda?
3. Memberi secara Kristiani
Cara Anda menggunakan harta milik Anda merupakan suatu indikasi keadaan rohani Anda. Bangsa Yahudi yang baru kembali dari pembuangan memberi dengan spontan kepada Allah (Ezr 2:68,69). Tinjaulah kembali apa yang Anda berikan kepada Allah di bawah terang pengajaran yang terdapat dalam 2Korintus 8 dan 2Korintus 9, dan 1Korintus 16:2.
4. Kemurnian Kristiani
Tinjaulah hidup Anda dengan maksud untuk menemukan titik-titik rawan tempat Anda cenderung mengadakan kompromi dengan iman Anda. Langkah-langkah praktis apa saja yang dapat Anda ambil untuk memastikan bahwa Anda tidak mengadakan kompromi.
5. Kegagalan Kristiani
Pada waktu Anda mengalami kegagalan seperti yang dialami oleh bangsa Yahudi, apa yang telah Anda lakukan? Sebagian orang mencoba untuk melupakannya, tetapi Ezra (Ezr 9:1-10:44) mengajarkan bahwa kegagalan harus dihadapi, diakui, disesali dan diluruskan. Dengan jalan demikian pengampunan sejati dapat dirasakan.
6. Iman Kristiani
Tindakan Ezra untuk kembali ke Yerusalem tanpa dikawal oleh pasukan bersenjata merupakan tindakan yang sangat berani (Ezr 8:21-23). Mengapakah ia melakukan hal itu? Melalui perbuatan iman, baik kecil maupun besar, apakah Allah telah memanggil Anda dalam kehidupan kekristenan Anda? Sampai di mana pertumbuhan rohani bergantung pada perbuatan iman seperti itu.
Garis Besar Intisari: Ezra (Pendahuluan Kitab) [1] KEMBALI DARI PEMBUANGAN DI BAWAH PEMERINTAHAN KORESY Ezr 1:1-6:22
Pembangunan kembali Rumah Tuhan
Ezr 1:1-11Koresy mengizinkan orang Yahudi pu
[1] KEMBALI DARI PEMBUANGAN DI BAWAH PEMERINTAHAN KORESY Ezr 1:1-6:22
Pembangunan kembali Rumah Tuhan
Ezr 1:1-11 | Koresy mengizinkan orang Yahudi pulang ke negeri mereka |
Ezr 2:1-67 | Daftar orang-orang yang kembali dari pembuangan |
Ezr 2:68-70 | Apa yang pertama-tama dilakukan di Yerusalem |
Ezr 3:1-6 | Tata cara ibadat lama dipulihkan |
Ezr 3:7-13 | Peletakan pondasi pembangunan Rumah Tuhan |
Ezr 4:1-24 | Bangsa Yahudi menghadapi perlawanan |
Ezr 5:1-17 | Penyelidikan arsip |
Ezr 6:1-12 | Penganiayaan membuahkan berkat |
Ezr 6:13-22 | Rumah Tuhan selesai dibangun |
[2] KEMBALI DARI PEMBUANGAN DI BAWAH PEMERINTAHAN ARTAHSASTA Ezr 7:1-10:44
Pembangunan kembali bangsa Yahudi
Ezr 7:1-28 | Ezra diperintahkan untuk kembali ke negerinya |
Ezr 8:1-20 | Daftar orang yang kembali dari pembuangan |
Ezr 8:21-36 | Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Ezra |
Ezr 9:1-5 | Dosa ditunjukkan |
Ezr 9:6-15 | Doa pengakuan dosa Ezra |
Ezr 10:1-5 | Reformasi dimulai |
Ezr 10:6-15 | Perintah langsung dari Ezra |
Ezr 10:16-44 | Nama-nama mereka yang tidak menghormati perintah Tuhan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi