Teks -- Ulangan 12:22-32 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Ul 12:1--26:15; Ul 12:13-28
Jerusalem: Ul 12:1--26:15 - -- Bagian Ulangan ini memuat "Kitab Hukum Ulangan", Ia merupakan sebuah kumpulan tak keruan pelbagai hukum yang asal usulnya berbeda-beda. Sejumlah hukum...
Bagian Ulangan ini memuat "Kitab Hukum Ulangan", Ia merupakan sebuah kumpulan tak keruan pelbagai hukum yang asal usulnya berbeda-beda. Sejumlah hukum ini agaknya berasal dari kerajaan utara (Israel) dan sesudah direbutnya Samaria dalam th 721 seb Mas diresmikan dalam kerajaan selatan (Yehuda). Kitab Hukum Ulangan ini memperhatikan perkembangan yang sudah ditempuh bangsa Israel di bidang hidup kemasyarakatan dan keagamaan. Ia dimaksudkan sebagai pengganti Kitab Perjanjian. Pada pokoknya bagian Ulangan ini sama dengan kitab hukum Taurat yang ditemukan dalam bait Allah di masa pemerintahan raja Yosia, 2Ra 22:8 dst.
Jerusalem: Ul 12:13-28 - -- Oleh karena hanya ada satu tempat untuk mempersembahkan korban maka dibedakan penyembelihan hewan untuk keperluan manusia dan penyembelihan binatang k...
Oleh karena hanya ada satu tempat untuk mempersembahkan korban maka dibedakan penyembelihan hewan untuk keperluan manusia dan penyembelihan binatang korban Yang pertama boleh diadakan di mana-mana sedangkan yang kedua hanya diizinkan di tempat kudus yang terpilih saja. Ima 17:3 dst tidak tahu akan perbedaan semacam itu, Ima 17:4+. bdk juga 1Sa 14:32 dst.
Ende: Ul 12:30 - -- Disini dengan djelas dilukiskan bagaimana sikap kebanjakan orang-orang Israel
sesudah menduduki negeri Kanaan dan lebih-lebih sesudah merebut kota ban...
Disini dengan djelas dilukiskan bagaimana sikap kebanjakan orang-orang Israel sesudah menduduki negeri Kanaan dan lebih-lebih sesudah merebut kota bangsa-bangsa Kanaan pada djaman monarki.
Ref. Silang FULL: Ul 12:23 - memakan darahnya // dengan daging · memakan darahnya: Im 7:26; Im 7:26
· dengan daging: Yeh 33:25
Ref. Silang FULL: Ul 12:25 - baik keadaanmu // yang benar · baik keadaanmu: Ul 4:40; Ul 4:40
· yang benar: Ul 12:28; Kel 15:26; Ul 13:18; 1Raj 11:38; 2Raj 12:2
· korban nazarmu: Ul 12:17; [Lihat FULL. Ul 12:17]; Bil 5:9-10
Ref. Silang FULL: Ul 12:27 - korban bakaranmu // boleh kaumakan · korban bakaranmu: Im 1:13; Im 1:13
· boleh kaumakan: Im 3:1-17
· baik keadaanmu: Ul 4:40; Pengkh 8:12
Ref. Silang FULL: Ul 12:29 - telah melenyapkan // di negerinya · telah melenyapkan: Yos 23:4
· di negerinya: Ul 6:10; Ul 6:10
Ref. Silang FULL: Ul 12:30 - kena jerat // berlaku begitu · kena jerat: Kel 10:7; Kel 10:7
· berlaku begitu: Ul 12:4; Ul 12:4
Ref. Silang FULL: Ul 12:31 - yang dibenci-Nya // anak-anaknya lelaki // bagi allah · yang dibenci-Nya: Im 18:25; Im 18:25
· anak-anaknya lelaki: Im 18:21; Im 18:21
· bagi allah: 2Raj 3:27; 2Raj 3:27
Ref. Silang FULL: Ul 12:32 - engkau menambahinya · engkau menambahinya: Ul 4:2; Ul 4:2; Wahy 22:18-19
· engkau menambahinya: Ul 4:2; [Lihat FULL. Ul 4:2]; Wahy 22:18-19
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ul 12:5-32
Matthew Henry: Ul 12:5-32 - Di mana Korban-korban Harus Dipersembahkan, Tata Laksana Upacara Ibadah, Peringatan terhadap Tata Ibadah Penyembahan Berhala Di mana Korban-korban Harus Dipersembahkan, Tata Laksana Upacara Ibadah, Peringatan terhadap Tata Ibadah Penyembahan Berhala (12:5-32)
Tidak ada sa...
Di mana Korban-korban Harus Dipersembahkan, Tata Laksana Upacara Ibadah, Peringatan terhadap Tata Ibadah Penyembahan Berhala (12:5-32)
- Tidak ada satu perintah tertentu sejauh yang saya ingat, dalam seluruh hukum Musa yang sedemikian ditekankan dan ditanamkan seperti perintah ini. Oleh perintah itu semua orang Israel diwajibkan untuk membawa korban-korban mereka ke mezbah yang satu itu, yang didirikan di pelataran Kemah Suci, dan di sana mereka harus melaksanakan semua upacara keagamaan mereka. Sebab, mengenai ibadah yang bersangkut-paut dengan perbuatan-perbuatan baik, pada waktu dulu, tidak diragukan lagi seperti juga sekarang, orang boleh berdoa di mana saja, sebagaimana orang Yahudi melakukannya di tempat ibadah mereka. Perintah untuk membawa korban ke mezbah ini, dan larangan untuk meninggalkannya, di sini diulangi berkali-kali, seperti ketika kita mengajari anak-anak. Dan sekalipun demikian, kita yakin bahwa tidak ada pengulangan yang sia-sia dalam Kitab Suci. Tetapi perintah ini sedemikian ditekankan,
- 1. Karena kecenderungan yang mengherankan yang ada dalam hati bangsa itu terhadap penyembahan berhala dan takhayul, dan bahaya bahwa mereka akan terpikat oleh banyak godaan yang akan mengelilingi mereka.
- 2. Karena manfaat besar yang akan mereka peroleh dengan menjalankan ketetapan ini, baik untuk mencegah masuknya kebiasaan-kebiasaan yang bobrok ke dalam ibadah mereka maupun untuk memelihara persatuan dan kasih persaudaraan di antara mereka. Dengan begitu, dengan bertemuanya mereka semua di satu tempat, mereka dapat terus satu tingkah langkah dan satu hati.
- 3. Karena pentingnya ketetapan ini. Mereka harus tetap bertemu di satu tempat, sebagai tanda kepercayaan mereka akan dua kebenaran agung itu, yang kita dapati bersama-sama (1Tim. 2:5), bahwa Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia. Ketetapan ini tidak hanya berguna untuk memelihara kepercayaan tentang Allah yang satu, tetapi juga merupakan isyarat bagi mereka, meskipun mereka tidak dapat menangkap isyarat itu dengan baik akan satu-satunya jalan untuk mendekat kepada Allah dan bersekutu dengan-Nya, di dalam dan melalui sang Mesias.
- Sekarang mari kita memilah pesan yang panjang ini ke dalam pokok-pokok bahasan yang sesuai.
- I. Di sini dijanjikan bahwa ketika mereka sudah menetap di Kanaan, ketika mereka telah dikaruniai keamanan dari segala musuh mereka, dan diam dengan tenteram, Allah akan memilih suatu tempat tertentu, yang akan ditetapkan-Nya sebagai pusat kesatuan mereka, dan ke sanalah mereka harus membawa semua persembahan mereka (ay. 10-11). Amatilah,
- 1. Apabila mereka diikat hanya pada satu tempat, mereka tidak akan dibiarkan dalam keraguan mengenai tempat itu, tetapi pasti akan tahu tempat apa itu. Seandainya Kristus berniat, di bawah Injil, untuk membuat satu tempat menjadi pusat kekuasaan seperti yang diaku-aku oleh Roma, maka kita pasti tidak akan dibiarkan tanpa petunjuk seperti ini mengenai tempat yang ditentukan itu.
- 2. Allah tidak menyerahkan kepada mereka untuk memilih tempatnya, supaya jangan sampai suku-suku itu bertengkar mengenai hal ini, masing-masing berusaha, untuk keuntungan duniawi mereka, supaya tempat itu ada di tengah-tengah suku mereka. Tetapi Allah menyimpan pilihan ini bagi diri-Nya sendiri, seperti yang dilakukan-Nya dalam menetapkan sang Penebus dan mendirikan ketetapan-ketetapan kudus.
- 3. Allah tidak menetapkan tempatnya sekarang, sebagaimana Ia telah menetapkan gunung Gerizim dan gunung Ebal, untuk mengucapkan berkat dan kutuk (11:29), tetapi menundanya untuk kemudian hari. Dengan begitu, mereka dapat dibuat menantikan petunjuk-petunjuk lebih lanjut dari sorga, dan pimpinan ilahi, sesudah Musa tiada. Tempat yang akan dipilih Allah dikatakan sebagai tempat di mana Ia akan menegakkan nama-Nya, yaitu, tempat yang akan Ia sebut sebagai kepunyaan-Nya, di mana kemuliaan-Nya akan berdiam. Tempat di mana Ia akan menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya, dan membuat diri-Nya dikenal, sebagaimana orang dikenal dengan nama mereka. Dan tempat di mana Ia akan menerima berbagai aduan, yang melaluinya nama-Nya akan dipuji-puji dan diserukan. Tempat itu akan menjadi kediaman-Nya, di mana, sebagai Raja Israel, Ia akan menjadi hakim, dan dapat ditemui oleh semua orang yang mencari-Nya dengan hormat. Tabut perjanjian merupakan tanda kehadiran Allah, dan di mana tabut itu diletakkan, di sanalah Allah menegakkan nama-Nya, dan itulah tempat kediaman-Nya. Tabut itu berisi dua loh batu yang bertuliskan hukum Allah. Sebab tidak ada yang boleh berharap menerima perkenanan-perkenanan dari tangan Allah selain mereka yang mau menerima apa yang diajarkan mulut-Nya. Tempat yang pertama-tama dipilih Allah sebagai kediaman tabut adalah Silo. Setelah tempat itu berdosa dan kehilangan kehormatan-kehormatannya, kita mendapati tabut berada di Kiryat-Yearim dan tempat-tempat lain. Tetapi pada akhirnya, pada zaman Raja Daud, tabut itu tetap tinggal di Yerusalem. Dan Allah berfirman tentang bait suci Salomo, secara lebih jelas daripada yang pernah Ia katakan mengenai tempat-tempat lain, telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan (2Taw. 7:12). Bandingkan dengan 2 Tawarikh 6:5. Sekarang, di bawah Injil, kita tidak memiliki bait suci yang menguduskan emas, tidak ada mezbah yang menguduskan persembahan, tetapi hanya ada Kristus. Mengenai tempat-tempat penyembahan, para nabi menubuatkan bahwa di setiap tempat akan dibakar dan dipersembahkan korban rohani (Mal. 1:11). Juruselamat kita telah menyatakan bahwa yang diterima sebagai penyembah-penyembah yang benar adalah mereka yang menyembah Allah dalam ketulusan dan kebenaran, tanpa memandang gunung ini ataupun Yerusalem (Yoh. 4:23)
- II. Mereka diperintahkan untuk membawa semua korban bakaran dan korban sembelihan mereka ke tempat yang akan dipilih Allah ini (ay. 6, 11): Ke sanalah harus kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu. Di sanalah harus kaupersembahkan korban bakaranmu (ay. 14). Daging dan darahnya harus diolah di atas mezbah TUHAN, Allahmu (ay. 27). Dan untuk korban keselamatan mereka, yang di sini disebut sebagai korban sembelihan, meskipun dagingnya boleh mereka makan, namun darahnya harus dicurahkan ke atas mezbah. Melalui hal ini mereka diajar bahwa korban dan persembahan tidaklah diinginkan Allah, atau diterima-Nya, demi korban dan persembahan itu sendiri, tidak pula karena suatu nilai hakiki yang ada padanya, sebagai ungkapan alami untuk memberikan penghormatan dan pemujaan. Sebaliknya, korban dan persembahan itu menjadi bernilai semata-mata karena mezbah yang di atasnya keduanya dipersembahkan, sebab mezbah itu melambangkan Kristus. Sementara doa-doa dan puji-pujian, sebagai sesuatu yang jauh lebih penting dan berharga, harus dipersembahkan setiap hari oleh umat Allah di mana saja mereka berada. Seorang Israel yang taat bisa saja menghormati Allah, tetap bersekutu dengan-Nya, dan mendapatkan belas kasihan dari-Nya, meskipun ia tidak memiliki kesempatan, mungkin selama berbulan-bulan, untuk membawa korban ke mezbah-Nya. Tetapi ini melambangkan kewajiban yang mengikat kita sebagai orang-orang Kristen untuk mempersembahkan segala persembahan rohani kita kepada Allah di dalam nama Yesus Kristus, dengan mengharapkan perkenanan hanya berdasarkan perantaraan-Nya (1Ptr. 2:5).
- III. Mereka diperintahkan untuk mengenyangkan diri dengan persembahan-persembahan kudus mereka di hadapan Tuhan, dengan sukacita yang kudus. Mereka tidak hanya harus membawa ke mezbah akan korban-korban sembelihan yang harus mereka persembahkan kepada Allah, melainkan juga semua hal yang harus mereka makan dan minum sesuai dengan ketentuan hukum, untuk menghormati Allah, sebagai tanda persekutuan mereka dengan-Nya (ay. 6). Persembahan persepuluhan mereka, dan persembahan khusus mereka, yaitu hasil-hasil pertama mereka, korban nazar mereka, dan korban sukarela mereka, dan yang sulung dari hewan ternak mereka, segala sesuatu yang harus dipakai untuk keperluan ibadah, baik oleh diri mereka sendiri maupun oleh para imam dan orang Lewi, harus dibawa ke tempat yang akan dipilih Allah. Sama halnya seperti semua pendapatan negara, dari segala penjuru kerajaan, dibawa ke perbendaharaan: Di sanalah kamu makan di hadapan TUHAN, dan bersukaria dalam segala usahamu (ay. 7, 12). Kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, kamu ini, anakmu laki-laki dan anakmu perempuan. Cermatilah di sini,
- 1. Bahwa apa yang kita lakukan untuk melayani Allah dan bagi kemuliaan-Nya akan membawa keuntungan bagi kita, kalau bukan karena kesalahan kita sendiri. Orang-orang yang mempersembahkan korban kepada Allah diundang untuk makan di hadapan-Nya, dan mengenyangkan diri dengan korban-korban mereka: Ia makan bersama-sama dengan kita, dan kita bersama-sama dengan Dia (Why. 3:20). Apabila kita memuliakan Allah, kita membangun diri kita sendiri, dan mengembangkan pikiran kita, melalui anugerah Allah, dengan bertambahnya pengetahuan dan iman kita, berkobarnya perasaan-perasaan yang saleh, dan diteguhkannya kebiasaan-kebiasaan dan ketetapan-ketetapan hati yang penuh rahmat. Dengan demikian jiwa menjadi sehat dan terpelihara.
- 2. Bahwa pekerjaan bagi Allah harus dikerjakan dengan sukacita yang kudus dan hati yang riang. Kamu akan makan dan bersukaria (ay. 7), dan lagi (ay. 12) dan (ay. 18).
- (1) Sekarang, ketika mereka sedang berada di hadapan Tuhan, mereka harus bersukaria (ay. 12). Allah menghendaki agar kita melayani-Nya dengan hati yang gembira. Tidak ada orang yang mendukakan hati-Nya lebih daripada mereka yang menutupi mezbah-Nya dengan air mata (Mal. 2:13). Lihatlah betapa baiknya Tuan yang kita layani, yang telah menjadikan kewajiban bagi kita untuk bernyanyi dalam pekerjaan kita. Bahkan anak-anak dan hamba-hamba harus bersukaria bersama-sama dengan mereka di hadapan Allah, supaya ibadah bisa menjadi kesenangan bagi mereka, dan bukan suatu tugas atau pekerjaan yang membosankan.
- (2) Mereka harus membawa serta kenikmatan yang penuh syukur dari kesukaan yang mereka dapatkan dalam bersekutu dengan Allah. Mereka harus bersukaria dalam segala usaha mereka (ay. 7). Sebagian dari penghiburan itu haruslah mereka bawa bersama mereka ke dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Dan, setelah jiwa mereka dikuatkan seperti itu, apa saja yang mereka lakukan haruslah dilakukan dengan sepenuh hati dan riang. Sukacita yang kudus di dalam Allah dan kebaikan-Nya ini, yang dengan sukacita itu kita harus bersukaria untuk selamanya, akan menjadi pelindung terbaik melawan dosa dan jerat dari kegirangan jasmani yang sia-sia, dan penawar bagi dukacita yang dari dunia ini.
- IV. Mereka diperintahkan untuk berbaik hati kepada orang Lewi. Adakah mereka berpesta dengan sukacita? Orang Lewi harus berpesta bersama mereka, dan bersukaria bersama mereka (ay. 12), dan lagi (ay. 18). Dan sebuah peringatan umum diberikan (ay, 19), hati-hatilah, supaya jangan engkau melalaikan orang Lewi, selama engkau ada. Ada orang-orang Lewi yang melayani di mezbah sebagai pendamping para imam, dan mereka ini tidak boleh dilalaikan, yaitu, pelayanan yang mereka jalankan harus senantiasa disokong. Tidak boleh ada mezbah lain yang didirikan selain mezbah yang ditentukan Allah, sebab hal itu berarti melalaikan orang Lewi. Tetapi yang tampak dibicarakan di sini adalah orang-orang Lewi yang tersebar di seluruh negeri untuk mengajarkan hukum Allah kepada umat, dan untuk mendampingi mereka dalam ibadah-ibadah mereka. Sebab kepada orang Lewi yang di dalam tempat merekalah mereka di sini diperintahkan untuk berbaik hati. Sungguh merupakan belas kasih yang besar jika ada orang Lewi tinggal di dekat kita, di dalam tempat kita, sehingga kita bisa meminta pengajaran dari mulut mereka, dan supaya mereka bisa menjadi pengendali dalam pesta-pesta kita, untuk menahan kita dari perbuatan-perbuatan yang berlebihan. Sudah menjadi kewajiban umat untuk berbaik hati kepada hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka, yang memberi mereka pengajaran-pengajaran dan teladan yang baik. Selama kita hidup, kita akan membutuhkan pelayanan mereka, sampai kita tiba di dunia di mana ketetapan-ketetapan ibadah akan digantikan. Oleh sebab itu, selama kita ada, kita tidak boleh melalaikan orang Lewi. Alasan yang diberikan (ay. 12) adalah karena orang Lewi tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama kamu, sehingga ia tidak dapat menjadi kaya dengan beternak atau berdagang. Oleh sebab itu, biarlah dia berbagi denganmu dalam penghiburan yang engkau peroleh dari kekayaanmu. Mereka harus memberikan persembahan persepuluhan mereka dan persembahan khusus mereka kepada orang Lewi, yang ditetapkan bagi mereka oleh hukum Taurat, sebab orang Lewi tidak memiliki penghidupan lain.
- V. Mereka diizinkan untuk memakan daging biasa, namun bukan daging persembahan-persembahan mereka, di dalam rumah mereka sendiri, di mana pun mereka tinggal. Apa saja yang dipersembahkan kepada Allah, tidak boleh mereka makan di dalam rumah (ay. 13, 17). Tetapi apa yang tidak dipersembahkan seperti itu boleh mereka sembelih dan makan sesuka hati (ay. 15). Izin ini diulangi lagi pada ayat 20-22. Sepertinya selama mereka berada di padang gurun, mereka tidak memakan daging dari jenis-jenis binatang yang digunakan dalam korban, selain apa yang disembelih di pintu Kemah Pertemuan, dan sebagian darinya dipersembahkan kepada Allah sebagai korban keselamatan (Im. 17:3-4). Tetapi ketika mereka sampai di Kanaan, di mana mereka harus tinggal sangat jauh dari Kemah Pertemuan, mereka boleh menyembelih yang mana saja yang mereka inginkan untuk keperluan mereka dari lembu sapi dan kambing domba mereka, tanpa membawa sebagiannya ke mezbah. Pemberian izin ini sangat jelas, dan diulangi, supaya jangan sampai Iblis mengambil kesempatan dari hukum yang melarang mereka memakan korban mereka di rumah mereka sendiri, untuk menanamkan ke dalam diri mereka, seperti yang ditanamkannya kepada orangtua pertama kita, pikiran-pikiran yang keras tentang Allah. Seolah-olah Ia menggerutu kepada mereka: Engkau boleh makan daging sesuka hatimu. Ada nafsu makan yang alami dan teratur, yang boleh dipuaskan sambil mengendalikan diri dan menguasai perasaan, dengan tidak terlalu berlebihan dalam menikmati kepuasan itu, tidak pula merasa gelisah jika nafsu makan itu tidak terpuaskan. Orang najis, yang tidak boleh memakan persembahan-persembahan kudus, boleh memakan jenis daging yang sama hanya ketika daging itu dipakai sebagai makanan biasa. Pembedaan antara orang tahir dan orang najis adalah hal yang suci, dan dirancang untuk menjaga kehormatan perayaan-perayaan kudus mereka. Oleh sebab itu, pembedaan itu tidak boleh dibawa ke dalam makanan mereka sehari-hari. Izin ini memiliki batasan ganda:
- 1. Mereka harus makan sesuai dengan berkat yang telah diberikan Allah kepada mereka (ay. 15). Perhatikanlah, berhikmatlah bagi kita, dan sudah menjadi kewajiban kita, untuk hidup sesuai dengan penghasilan kita, dan tidak menghabiskan lebih daripada yang kita miliki. Sama seperti, pada satu sisi, tidak adil untuk menyimpan apa yang seharusnya dikeluarkan, demikian pula, pada sisi lain, jauh lebih tidak adil untuk mengeluarkan lebih daripada yang kita miliki. Sebab apa yang bukan milik kita, pasti merupakan milik orang lain, yang dengan demikian terampas dan tertipu. Dan ini, saya katakan, jauh lebih tidak adil, sebab lebih mudah untuk membagikan apa yang sudah disimpan dengan tidak semestinya, dan dengan begitu membuat semacam ganti rugi, daripada untuk membayar kembali kepada anak istri, dan orang-orang yang memberikan pinjaman, apa yang telah dipakai dengan tidak semestinya. Di antara kedua hal yang berlebihan ini, biarlah hikmat menemukan jalan tengahnya, lalu biarlah kehati-hatian dan ketetapan hati menjaga jalan tengah itu.
- 2. Mereka tidak boleh makan darah (ay. 16, dan lagi, ay. 23): Tetapi jagalah baik-baik, supaya jangan engkau memakan darahnya (ay. 23), janganlah engkau memakannya (ay. 24), dan janganlah engkau memakannya, supaya baik keadaanmu. Apabila mereka tidak dapat membawa darahnya ke mezbah, untuk mencurahkannya di sana di hadapan Tuhan, sebagai milik-Nya, mereka harus mencurahkannya ke bumi, sebagai sesuatu yang bukan milik mereka, sebab darah ialah nyawa. Oleh karena itu, sebagai pengakuan, darah adalah milik Dia yang memberikan nyawa, dan, sebagai tebusan, darah adalah milik Dia yang dari-Nya nyawa dihilangkan. Uskup Patrick berpendapat bahwa satu alasan mengapa mereka dilarang untuk memakan darah secara ketat seperti itu adalah untuk mencegah bentuk-bentuk takhayul dari para penyembah berhala pada zaman dulu mengenai darah korban-korban mereka, yang menurut mereka disukai oleh setan-setan, dan dengan memakannya, mereka berkhayal bahwa mereka bersekutu dengan setan-setan itu.
- VI. Mereka dilarang untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang bobrok dari mereka sendiri di padang gurun ataupun kebiasaan-kebiasaan yang bobrok dari para pendahulu mereka di tanah Kanaan.
- 1. Mereka tidak boleh memelihara kebiasaan-kebiasaan tidak patut yang sudah mereka lakukan di padang gurun itu, dan yang diabaikan mengingat keadaan mereka yang belum menetap pada saat ini (ay. 8-9): Jangan kamu melakukan apa pun yang kita lakukan di sini sekarang. Belum pernah ada pemimpin yang lebih baik daripada Musa. Dan orang akan berpikir, tidak pernah ada kesempatan yang lebih baik daripada sekarang untuk menjaga tata tertib di antara bangsa Israel, ketika mereka tinggal begitu dekat satu sama lain dalam perkemahan di bawah pengawasan pemimpin mereka. Namun demikian, tampak ada banyak kesalahan dan ketidakberesan yang menjalar di tengah-tengah mereka. Janganlah kita berharap untuk menemukan suatu masyarakat yang murni dan benar secara sempurna, dan seperti yang seharusnya, sampai kita tiba di Kanaan sorgawi. Mereka memiliki korban-korban dan ibadah, badan-badan pengadilan dan pemerintahan rakyat. Dan, dengan merajam orang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat, tampaknya mereka sangat ketat dalam menjaga perkara-perkara hukum yang paling berat. Akan tetapi, karena sering berpindah-pindah, dan selalu berada dalam ketidakpastian,
- (1) Tak seorang pun dari mereka dapat mengadakan perayaan-perayaan, dan upacara-upacara pembasuhan, dengan ketepatan seperti yang dituntut oleh hukum Taurat. Dan,
- (2) Sebagian di antara mereka yang cenderung berbuat salah mendapat kesempatan untuk melakukan kesalahan itu tanpa diketahui orang lain, sebab dengan berpindah-pindah, penegakan keadilan menjadi sering terganggu. Akan tetapi (kata Musa), ketika kamu tiba di Kanaan, jangan kamu melakukan seperti yang kita lakukan di sini. Perhatikanlah, ketika umat Allah berada dalam keadaan yang tidak menetap, mereka dapat dimaklumi dan dibiarkan melakukan apa yang sama sekali tidak akan diizinkan pada waktu lain. Perkara-perkara dalam keadaan terpaksa harus dipertimbangkan selama keadaan itu berlanjut. Tetapi apa yang dilakukan di padang gurun, tidak boleh dilakukan di Kanaan. Ketika sebuah rumah sedang dibangun, banyak kotoran dan sampah dibiarkan berserakan di sekitarnya, tetapi semuanya itu harus dibuang ketika rumah itu selesai dibangun. Musa sekarang akan menyerahkan nyawanya dan kepemimpinannya, dan sebuah pengiburan baginya untuk dapat melihat bahwa bangsa Israel akan menjadi lebih baik pada masa kepemimpinan berikutnya dibandingkan pada masa kepemimpinannya.
- 2. Mereka tidak boleh menyembah Tuhan dengan tata ibadah atau upacara yang telah digunakan oleh bangsa-bangsa Kanaan dalam beribadah kepada ilah-ilah mereka (ay. 29-32). Mereka bahkan tidak boleh menanyakan tentang tata cara dan bentuk-bentuk penyembahan berhala. Apa gunanya bagi mereka untuk mengetahui seluk-beluk Iblis? (Why. 2:24). Yang terbaik adalah tidak tahu apa-apa tentang sesuatu yang dapat membuat kita tertular. Mereka tidak boleh membawa masuk kebiasaan-kebiasaan para penyembah berhala,
- (1) Karena tidak masuk akal untuk menjadikan orang-orang itu sebagai panutan mereka, sementara Allah telah menjadikan orang-orang itu sebagai budak dan tawanan mereka, yang dilenyapkan dan dihancurkan di hadapan mereka. Orang Kanaan tidak menjadi begitu berkembang dan makmur dengan beribadah kepada ilah-ilah mereka, hingga orang Israel harus merasa terpanggil untuk mengikuti kebiasaan-kebiasaan mereka. Sungguh bebal dan mengenaskan orang-orang yang mau berjalan di jalan para pendosa, setelah mereka melihat kesudahan para pendosa.
- (2) Karena sebagian dari kebiasaan-kebiasaan orang Kanaan sungguh teramat biadab dan tidak manusiawi, dan begitu rupa hingga menginjak-injak bukan hanya terang dan hukum alam, melainkan juga kasih sayang alamiah itu sendiri, seperti membakar anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka dengan api bagi allah mereka (ay. 31). Menyebutkannya saja sudah cukup menimbulkan perasaan benci kepadanya, dan membuat kita diliputi rasa ngeri terhadapnya.
- (3) Karena kebiasaan-kebiasaan orang Kanaan dalam menyembah berhala merupakan kekejian bagi Tuhan. Dan jika kebiasaan-kebiasaan itu dimasukkan ke dalam penyembahan kepada-Nya, maka bahkan penyembahan itu sendiri akan menjadi kekejian dan penghinaan bagi-Nya, padahal melalui penyembahan itu mereka seharusnya menghormati Dia, dan berharap untuk mendapat perkenanan-Nya. Perkaranya sudah benar-benar buruk, apabila korban itu sendiri telah menjadi suatu kekejian (Ams. 15:8). Itulah sebabnya Musa menyimpulkan (ay. 32) dengan peringatan yang sama mengenai penyembahan terhadap Allah, yang sudah dia berikan sebelumnya mengenai firman Allah (4:2): “Janganlah engkau menambahi ciptaan-ciptaanmu sendiri, dengan berdalih untuk membuat ketetapan ibadah itu menjadi lebih berarti atau lebih megah. Ataupun menguranginya, dengan berdalih untuk membuatnya menjadi lebih mudah atau tidak merepotkan, atau mengesampingkan apa yang bisa dilepaskan. Tetapi lakukanlah dengan setia semua, dan semua itu saja, yang telah diperintahkan Allah.” Kita boleh berharap mendapat perkenanan ilahi dalam ibadah kita, hanya jika kita menjalankan ketetapan ilahi dengan setia. Allah ingin supaya pekerjaan-Nya dilakukan dengan cara-Nya sendiri.
SH: Ul 12:20-32 - Tentang ibadah (Rabu, 14 Mei 2003) Tentang ibadah
Allah menciptakan kita agar kita beribadah kepada-Nya. Dengan
demikian, sikap dan tindakan ibadah merupakan bagian tak
terpi...
Tentang ibadah
Allah menciptakan kita agar kita beribadah kepada-Nya. Dengan demikian, sikap dan tindakan ibadah merupakan bagian tak terpisahkan dari kemanusiaan kita. Ibadah juga tidak terpisahkan dari hubungan antara kita dengan Allah. Kita dapat mengatakan bahwa ibadah adalah sebuah barometer dari kehidupan rohani seseorang. Bagaimana ia beribadah kepada Allah menunjukkan kualitas dari kehidupan spiritualnya.
Bangsa Israel telah diminta untuk memperhatikan bahwa mereka hanya boleh memberikan kurban persembahan di satu tempat -- ibadah telah disentralisasikan. Ini menjadi amat penting khususnya nanti ketika zaman raja-raja bangsa Israel terus-menerus jatuh ke dalam kesalahan yang sama, menyembah Allah bukan di tempat yang seharusnya. Dalam konteks zaman raja-raja, kita bisa mengatakan bahwa Allah menetapkan Silo dan kemudian Yerusalem sebagai tempat pusat ibadah.
Kini Musa berbicara lagi secara mendetail mengenai penyembelihan yang sifatnya bukan korban. Jikalau bangsa Israel sudah memiliki wilayah yang lebih luas, maka akan sulit bagi mereka untuk datang menyembelih hewan makanan ke satu tempat sentral. Maka, mereka boleh menyembelih hewan untuk dimakan di daerah mereka masing-masing, namun peraturan mengenai darah tetap diberlakukan. Peraturan tentang darah ini menunjukkan bahwa manusia harus menghargai kehidupan dan mengakui bahwa mereka tidak layak mengambil kehidupan dari diri seseorang.
Di bagian akhir pasal ini, kita melihat bahwa sekali lagi bangsa Israel diingatkan agar tidak terjerat ke dalam perangkap penyembahan berhala. Umat Israel harus beribadah dengan cara dan motivasi yang ditetapkan Allah. Ibadah kepada Allah harus tepat 100%.
Renungkan: Seberapa seriuskah ibadah bagi Anda? Jika hidup ini adalah ibadah, seberapa akuratkah Anda mempersembahkan diri di hadapan Allah?
SH: Ul 12:15-28 - Hal yang Boleh dan Tidak (Sabtu, 30 April 2016) Hal yang Boleh dan Tidak
Kondisi tempat dan situasi bangsa Israel pada masa itu tidak luput dari perhatian TUHAN. TUHAN tidak semena-mena dalam membe...
Hal yang Boleh dan Tidak
Kondisi tempat dan situasi bangsa Israel pada masa itu tidak luput dari perhatian TUHAN. TUHAN tidak semena-mena dalam memberi perintah kepada mereka, bahkan menyangkut tempat ibadah dan syukur yang mereka rayakan bersama. Dalam beberapa situasi, seperti menyembelih dan makan daging, mereka tidak harus melakukannya di tempat ibadah. Mereka tidak perlu mengadakan pemisahan antara orang najis dan tahir. Semua umat tanpa perbedaan dapat merayakan persekutuan di tempat masing-masing (15, 20-22). Dalam konteks Israel, memang ada larangan memakan darah berhubungan dengan karya penebusan yang belum mereka alami pada masa itu (16, 23-25). Yang utama adalah yang berkaitan dengan korban persembahan, nazar, sukarela atau khusus hanya boleh dilakukan di tempat yang TUHAN tunjukkan. Mereka harus merayakan ibadah ini bersama seluruh orang Israel yang ada, termasuk orang Lewi. Korban itu harus diolah dan dipersembahkan di atas mezbah, sementara dagingnya boleh mereka makan (17-18, 26-27). Israel diingatkan untuk tidak lalai memerhatikan dan mencukupi kebutuhan orang Lewi yang melayani TUHAN di tempat mereka (19). Semua aturan ini harus mereka perhatikan dan lakukan dengan baik. Ini menjadi syarat untuk membuat orang Israel dan keturunannya dapat menjalani kehidupan mereka dengan baik dan benar (28).
Dalam segala kegiatan, ibadah atau keseharian; TUHAN menekankan pentingnya kebersamaan di antara orang percaya. TUHAN juga menekankan pentingnya memperhatikan hamba-hambaNya yang ada di sekitar umat. Hamba-hamba TUHAN perlu diajak dalam kebersamaan dan didukung dalam kebutuhan hidupnya. Hal ini mengingat keterpisahan mereka dari keluarganya bahkan warisannya karena fokus kepada pelayanan TUHAN.
Renungkan: Lakukan ibadah dan persekutuan dalam keseharian dengan baik dan benar di hadapan TUHAN. Perhatikan hamba-hamba TUHAN! [JH]
SH: Ul 12:15-28 - Di Balik Boleh dan Tidak Boleh (Selasa, 22 November 2022) Di Balik Boleh dan Tidak Boleh
Umat beragama sering kali diperhadapkan pada hal yang "boleh" dan "tidak boleh" menurut Kitab Suci. Dua aspek tersebut...
Di Balik Boleh dan Tidak Boleh
Umat beragama sering kali diperhadapkan pada hal yang "boleh" dan "tidak boleh" menurut Kitab Suci. Dua aspek tersebut meliputi segala sesuatu di dalam kehidupan manusia, tak terkecuali orang Kristen.
Perihal "boleh" atau "tidak boleh" tentu tidaklah salah. Namun, jika kita hanya berfokus pada kedua hal ini, maka kelak cara beragama kita akan menjadi penuh kekangan dan ketegangan. Umat beriman yang seharusnya dapat hidup dalam sukacita atas anugerah-Nya, justru akan terpaku pada hukum tanpa mencoba memahami apa yang ada di balik hukum itu.
Berkaitan dengan hal itu, pembaca pada masa kini akan sangat mudah menafsirkan perikop kali ini dan mengerucutkannya pada hal yang "boleh" atau "tidak boleh" semata. Padahal, ada maksud Tuhan yang lebih luas yang dapat kita renungkan dengan lebih mendalam.
Perikop kali ini kembali membahas ketetapan yang harus dijalankan oleh bangsa Israel saat nanti memasuki tanah yang dijanjikan (15). Mereka diperkenan mengonsumsi ternak di mana pun mereka tinggal. Semuanya boleh memakannya dengan catatan darah dari ternak tersebut tidak boleh mereka makan (16, 23).
Perintah tidak boleh mengonsumsi darah ini sejatinya berkaitan dengan pemahaman bahwa darah adalah lambang dari kehidupan, hanya Tuhan saja yang berkuasa untuk menciptakan atau mengakhiri kehidupan. Dalam rangka menghormati kehidupan itulah, darah tidak boleh dikonsumsi.
Persembahan persepuluhan dari hasil pertanian mereka juga tidak boleh dikonsumsi (16). Itu karena hasil pertanian digunakan untuk menciptakan persaudaraan di tengah bangsa tersebut, dan mengingat suku Lewi yang hidup berdasarkan hasil persembahan itu karena mereka tidak punya tanah.
Rupanya ada prinsip mendasar di balik apa yang "boleh" dan "tidak boleh". Pada bacaan kali ini, prinsip yang hendak dibangun adalah penghargaan atas kehidupan dan keadilan. Maka dari itu, kita memerlukan hikmat Tuhan untuk menemukan prinsip tersebut dan mengaplikasikannya dalam hidup kita sehari-hari. [WDN]
SH: Ul 12:29-32 - Cukup Lakukan Perintah-Nya! (Senin, 2 Mei 2016) Cukup Lakukan Perintah-Nya!
TUHAN telah menolong bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Ia menyertai mereka melalui padang gurun hingga memasuki Tana...
Cukup Lakukan Perintah-Nya!
TUHAN telah menolong bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Ia menyertai mereka melalui padang gurun hingga memasuki Tanah Perjanjian. Umat Israel dapat mendiami tanah-tanah yang telah diberikan TUHAN, bukan karena kekuatan atau teknik perangnya. Semua hanya karena pertolongan dan campur tangan TUHAN (29).
TUHAN tahu kecenderungan hati Israel yang mudah terpengaruh. Mereka menempati Tanah Perjanjian, namun penduduk sekitar adalah penyembah allah-allah lain.Mungkin saja sebagian besar umat TUHAN merasa keberatan karena harus memenuhi terlalu banyak tuntutan. Sementara bangsa lain bebas berbuat sesukanya. Israel dapat mencari tahu tentang allah bangsa lain itu bahkan ingin beribadah kepadanya (30). Israel seharusnya mengerti bahwa perbuatan dan peribadatan bangsa lain tidak menyenangkan, bahkan melawan TUHAN. Kenyataan bahwa mereka mempersembahkan anak-anak mereka, baik lelaki maupun perempuan, merupakan kekejian di mata TUHAN (31). Israel seyogianya hanya melakukan apa yang TUHAN perintahkan. Cukup itu dan jangan ditambahkan atau dikurangi (32).
TUHAN sangat mengasihi kita sebagaimana Israel pada masa itu. Ketika TUHAN memberi aturan untuk ditaati, itu terjadi setelah Dia memberi berkat, menunjukkan cinta kasih, dan penyertaan-Nya. Aturan-Nya menyenangkan, tidak perlu ditambahkan dengan ritual atau hal-hal yang menyakitkan seperti ibadah kepada allah-allah lain yang membakar anak-anaknya dalam api (32). TUHAN mengerti hati umat-Nya dan kelemahan yang dapat timbul dalam hati kita. TUHAN tahu kecenderungan manusia yang suka membanding-bandingkan keadaan dan tuntutan yang harus dipenuhinya. Ketidakmengertian manusia membuat dirinya terlalu kreatif menambah atau mengurangi aturan hidupnya.
Segala perintah TUHAN cukup bagi kita. Lakukan! Jangan banding-bandingkan situasi orang lain yang belum percaya. Bersandar dan percaya kekal kepada-Nya. [TNT]
SH: Ul 12:29-32 - Prinsip Hidup yang Tak Dapat Ditawar (Rabu, 23 November 2022) Prinsip Hidup yang Tak Dapat Ditawar
Orang Kristen sering kali harus siap menjadi berbeda dari orang atau dunia di sekelilingnya. Prinsip-prinsip hid...
Prinsip Hidup yang Tak Dapat Ditawar
Orang Kristen sering kali harus siap menjadi berbeda dari orang atau dunia di sekelilingnya. Prinsip-prinsip hidup yang dilahirkan dari iman kepada Allah menempatkan kita menjadi orang yang senantiasa membawa terang di tengah-tengah kegelapan. Demikianlah identitas kita sebagai umat percaya.
Tugas perutusan tersebut tidaklah mudah, terlebih bila kita melihat dunia di sekeliling kita. Rasanya begitu banyak orang yang justru dengan bebasnya serta tanpa beban melakukan apa yang kita hindari. Tepat di sinilah ujian kita sebagai umat Tuhan. Apakah kita mampu mempertahankan prinsip di tengah-tengah dunia yang berkompromi dengan dosa?
Komitmen untuk hidup dalam prinsip seturut firman Tuhan menjadi fokus pembahasan dalam Ulangan 12:29-32 hari ini. Tuhan memperingatkan bangsa Israel bahwa bilamana Ia telah membawa mereka menuju ke Tanah Perjanjian, maka haruslah mereka waspada terhadap cara hidup bangsa-bangsa lain yang ada di tanah tersebut (29-30).
Bangsa-bangsa yang ada di Timur Tengah kuno pada masa itu memiliki kepercayaan yang berbeda dari bangsa Israel. Allah Israel adalah Allah yang esa dan tidak disembah melalui berhala-berhala. Sementara itu, bangsa-bangsa lain memiliki banyak allah yang direpresentasikan dalam serangkaian berhala. Belum lagi prinsip hidup serta pengajaran yang amat berbeda dengan iman bangsa Israel. Allah tidak ingin umat Israel menduakan-Nya dan mengikuti cara hidup yang tidak diperkenan oleh-Nya. Allah ingin bangsa Israel tetap mengikat perjanjian dengan-Nya dan setia menaati-Nya.
Sebagai umat-Nya, kita pun senantiasa diikat oleh perjanjian dengan Tuhan. Selama kita mengaku percaya, kita adalah umat-Nya dan Tuhan adalah Allah kita, maka kita hidup di dalam prinsip dan ketetapan dari Tuhan. Oleh sebab itu, orang Kristen haruslah berbeda dari dunia. Saat dunia menormalisasi kecurangan dan ketidakadilan, maka kita harus hadir menyatakan keadilan. Apabila dunia tidak mengenal kasih, maka kita harus hadir mewartakan dan melakukan kasih! Itulah prinsip yang tak dapat lagi ditawar [WDN]
Utley: Ul 12:20-27 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ul 12:20-2720 Apabila TUHAN, Allahmu, telah meluaskan daerahmu nanti, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu dan engkau berpikir:...
NASKAH NASB (UPDATED): Ul 12:20-27
20 Apabila TUHAN, Allahmu, telah meluaskan daerahmu nanti, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu dan engkau berpikir: Aku mau makan daging, karena engkau ingin makan daging, maka bolehlah engka. makan daging sesuka hatimu. 21 Apabila tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk menegakkan nama-Nya di sana, terlalu jauh dari tempatmu, maka engkau boleh menyembelih dari lembu sapimu dan kambing dombamu yang diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang kuperintahkan kepadamu, dan memakan dagingnya di tempatmu sesuka hatimu. 22 Tetapi engkau harus memakan dagingnya, seperti memakan daging kijang atau daging rusa; baik orang najis maupun orang tahir boleh memakannya. 23 Tetapi jagalah baik-baik, supaya jangan engkau memakan darahnya, sebab darah ialah nyawa, maka janganlah engkau memakan nyawa bersama-sama dengan daging. 24 Janganlah engkau memakannya; engkau harus mencurahkannya ke bumi seperti air. 25 Janganlah engkau memakannya, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, apabila engkau melakukan apa yang benar di mata TUHAN. 26 Tetapi persembahan kudusmu yang ada padamu dan korban nazarmu haruslah kaubawa ke tempat yang akan dipilih TUHAN; 27 engkau harus mengolah korban bakaranmu, daging dan darahnya, di atas mezbah TUHAN, Allahmu, dan darah korban sembelihanmu haruslah dicurahkan ke atas mezbah TUHAN, Allahmu, tetapi dagingnya boleh kaumakan. 28 Dengarkanlah baik-baik segala yang kuperintahkan kepadamu, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian untuk selama-lamanya, apabila engkau melakukan apa yang baik dan benar di mata TUHAN, Allahmu."
Ul 12:20 "Aku mau makan daging" KATA KERJA ini (BDB 37, KB 46) diulang tiga kali:
- 1. Qal COHORTATIVE
- 2. Qal INFINITIVE CONSTRUCT
- 3. Qal IMPERFECT
Jika mereka ingin makan daging di Tanah Perjanjian mereka pasti dapat melakukannya:
- 1. jenis daging yang tepat (ay. 17,22)
- 2. disembelih di tempat yang tepat (ay. Ul 12:15,18,21,27)
- 3. disembelih dengan cara yang benar (ay. Ul 12:16,23-25)
Ul 12:23 "jagalah" KATA KERJA ini (BDB 304, KB 302, Qal IMPERATIVE) berarti "menjadi kuat" (lih. Ul 31:6,7,23) dalam arti secara tegas menahan diri dari sesuatu (lih. 1Taw 28:7).
Ul 12:26 "persembahan kudusmu" Ini menunjuk pada hal-hal yang disebutkan dalam ay. Ul 12:17.
Ul 12:28 "Dengarkanlah baik-baik" KATA KERJA ini (BDB 1036, KB 1581, Qal IMPERATIVE) digunakan berulang kali dalam Ulangan (lih. Ul 4:9,15,23; 6:12; 8:11; 11:16; 12:13,19,28,30; 15:9; 24:8) untuk mendorong ketaatan kepada perjanjian YHWH.
□ "supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian untuk selama-lamanya," KATA KERJA (BDB 405, KB 408, Qal IMPERFECT) digunakan beberapa kali dalam Ulangan (lih. Ul 4:40; 5:16,29,33; 6:3,18; 12:25,28; 22:7) dan di Yeremia (lih. Ul 7:23) dan menunjuk kepada kehidupan yang sehat, diberkati, bahagia, dari umat YHWH. Sekali lagi, ketaatan perjanjian terkait dengan berkat dan umur panjang di tanah tersebut. Ketaatan total ini dinasihatkan untuk generasi-generasi selanjutnya yaitu, selamanya). Lihat Topik Khusus: Selamanya ('Olam) di Ul 4:40.
□ "apabila engkau melakukan apa yang baik dan benar"
- 1. "Baik" BDB 373 II
- a. di mata Allah, Ul 6:18; 13:18; 2Taw 14:2
- b. di mata manusia, Yos 9:25; Hak 19:24; Yer 26:14
- 2. "Benar" BDB 449, sama seperti di atas, tetapi juga Ul 12:25; 13:18, 1Raj 11:38; 14:8; 15:11; 22:43; 2Raj 12:2 (untuk sebuah paralel dengan 1. b. di atas, lihat Ul 12:8).
Utley: Ul 12:29-31 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ul 12:29-3129 "Apabila TUHAN, Allahmu, telah melenyapkan dari hadapanmu bangsa-bangsa yang daerahnya kaumasuki untuk mendudukin...
NASKAH NASB (UPDATED): Ul 12:29-31
29 "Apabila TUHAN, Allahmu, telah melenyapkan dari hadapanmu bangsa-bangsa yang daerahnya kaumasuki untuk mendudukinya, dan apabila engkau sudah menduduki daerahnya dan diam di negerinya, 30 maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Akupun mau berlaku begitu. 31 Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu; sebab segala yang menjadi kekejian bagi TUHAN, apa yang dibenci-Nya, itulah yang dilakukan mereka bagi allah mereka; bahkan anak-anaknya lelaki da. anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi allah mereka.
Ul 12:29 "TUHAN, Allahmu, telah melenyapkan dari hadapanmu bangsa-bangsa" KATA KERJA ini (BDB 503, KB 500, Hiphil SEMPURNA) berarti YHWH menghilangkan orang dengan membunuh mereka (lih. Ul 19:1; Yos 23:4; 2Sam 7:9; Yer 44:8). Hal ini menunjukkan bahwa YHWH bertempur untuk Israel.
Ul 12:30 "hati-hatilah," Lihat catatan pada ay. Ul 12:28.
□ "jangan engkau kena jerat" KATA KERJA ini (BDB 669, KB 723, Niphal SEMPURNA), di batang Qal-nya, secara harfiah berarti, "membawa turun (menjatuhkan) dengan tongkat" (lih. Mazm 9:16). Batang Niphal-nya, digunakan hanya di sini, adalah suatu perluasan metaforis yang menyiratkan "melemparkan suatu tongkat ke suatu target."
□ "jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka" KATA KERJA ini (BDB 205, KB 233, Qal SEMPURNA) berarti "mencari":
- 1. YHWH di Ul 12:5; 4:29; Yer 10:21; 29:13
- 2. Dewa-dewa Kanaan di Ul 12:30; 2Taw 25:15,20; Yer 8:2
Ul 12:31 YHWH dengan jelas mengatakan kepada Israel bahwa jika mereka melakukan upacara kesuburan keji yang sama, Dia akan menghapusnya dari tanah perjanjian (lih. Ul 7:4; Im 18:24-30) seperti yang Ia lakukan kepada orang Kanaan (lih. Kej 15:16-21). YHWH "membenci" (BDB 971, KB 1338, Qal PERFECT) penyembahan berhala (lih. Ul 12:31; 16:22; lihat Topik Khusus: Allah Digambarkan sebagai Manusia [Bahasa antropomorfis] di Ul 2:15). Lihat Topik Khusus di bawah ini.
Utley: Ul 12:32 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ul 12:3232 Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun mengura...
NASKAH NASB (UPDATED): Ul 12:32
32 Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.
Ul 12:32 "janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya." Allah serius tentang ketaatan kepada firman-Nya (lihat catatan pada Ul 4:2). Namun demikian, Ulangan menunjukkan beberapa adaptasi dari hukum periode gurun. Kita harus menerapkan kebenaran Alkitab untuk setiap zaman dan budaya baru. Allah mengungkapkan diriNya kepada suatu budaya tertentu pada waktu tertentu. Beberapa darinya hanyalah terkait dengan waktu dan orang tersebut (misalnya, perang suci, poligami, perbudakan, penaklukan perempuan), tetapi banyak darinya adalah kebenaran abadi yang harus diterapkan untuk setiap zaman (untuk pembahasan bagaimana membedakan antara yang kekal dan budaya, lihat Fee dan Stuart, Bagaimana Membaca Alkitab Untuk Semua Manfaatnya, hal 149-164 dan Gordon Fee, Injil dan Roh, hal 1-36).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ulangan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Musa
Tema : Pembaharuan Perjanjian
Tanggal Penulisan: Sekitar 1405 SM
Latar Belakang
Kitab ini berisi amanat perpisa...
Penulis : Musa
Tema : Pembaharuan Perjanjian
Tanggal Penulisan: Sekitar 1405 SM
Latar Belakang
Kitab ini berisi amanat perpisahan Musa yang dalamnya ia mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan Israel demi angkatan Israel yang baru. Mereka kini sudah mencapai akhir dari pengembaraan di padang gurun dan siap masuk ke Kanaan. Sebagian besar angkatan ini tidak mengingat Paskah yang pertama, penyeberangan Laut Merah, atau pemberian Hukum di Gunung Sinai. Mereka memerlukan pengisahan kembali yang bersemangat mengenai perjanjian, hukum Taurat, dan kesetiaan Allah, dan suatu pernyataan baru mengenai berbagai berkat yang menyertai ketaatan dan kutuk yang menyertai ketidaktaatan. Berbeda dengan kitab Bilangan yang mencatat pengembaraan "angkatan keluaran" bangsa Israel yang suka memberontak selama 39 tahun, kitab Ulangan meliputi masa yang pendek sekitar satu bulan pada satu tempat di dataran Moab sebelah timur Yerikho dan Sungai Yordan.
Ulangan ditulis oleh Musa (Ul 31:9,24-26; bd. Bil 4:44-46; Bil 29:1) dan diwariskan kepada Israel sebagai dokumen perjanjian untuk dibacakan seluruhnya di hadapan seluruh bangsa setiap tujuh tahun (Ul 31:10-13). Musa mungkin menyelesaikan penulisan kitab ini menjelang kematiannya sekitar tahun 1405 SM. Bahwa Musa menulis kitab ini ditegaskan oleh
- (1) Pentateukh Samaria dan Yahudi,
- (2) para penulis PL (mis. Yos 1:7; 1Raj 2:3; 2Raj 14:6; Ezr 3:2; Neh 1:8-9; Dan 9:11),
- (3) Yesus (Mat 19:7-9; Yoh 5:45-47) dan penulis PB yang lain (mis. Kis 3:22-23; Rom 10:19),
- (4) para cendekiawan Kristen zaman dahulu,
- (5) cendekiawan konservatif masa kini, dan
- (6) bukti di dalam kitab Ulangan sendiri (mis. kesamaan susunan dengan bentuk-bentuk perjanjian yang ditulis pada abad ke-15 SM). Kisah kematian Musa (pasal 34; Ul 34:1-12) sudah pasti ditambahkan segera sesudah peristiwa itu terjadi (sangat mungkin oleh Yosua) sebagai penghargaan yang layak bagi Musa, hamba Tuhan itu.
Tujuan
Sebelum menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua untuk penaklukan Kanaan, maksud Musa mula-mula ialah untuk menasihati dan mengarahkan angkatan Israel yang baru tentang
- (1) perbuatan-perbuatan perkasa dan janji-janji Allah,
- (2) kewajiban mereka bertalian dengan perjanjian untuk beriman dan taat, dan
- (3) perlunya mereka menyerahkan diri untuk takut kepada Tuhan, hidup di dalam kehendak-Nya, serta mengasihi dan menghormati Dia dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan mereka.
Survai
Sebagai dokumen pembaharuan perjanjian, Ulangan disusun sesuai dengan perjanjian antar dua kerajaan ketika itu:
- (1) pengantar (Ul 1:1-5);
- (2) pendahuluan bertalian dengan sejarah (Ul 1:6--4:43);
- (3) syarat-syarat utama (Ul 4:44--26:19);
- (4) berbagai kutukan dan berkat (Ul 27:1--30:20); dan
- (5) berbagai ketetapan mengenai kesinambungan perjanjian itu (Ul 31:1--33:39).
Dengan segala kesungguhan yang dimilikinya, Musa mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan Israel terutama melalui tiga amanat yang bersemangat.
- (1) Amanat Musa yang pertama membahas kembali sejarah dan kegagalan Israel sejak Gunung Sinai serta menantang angkatan yang baru itu untuk takut akan Allah dan taat kepada-Nya (Ul 1:6--4:43).
- (2) Amanat Musa yang kedua mengulas dan menerapkan banyak hukum perjanjian berhubungan dengan soal-soal seperti melaksanakan Sabat, penyembahan, kaum miskin, hari raya tahunan, warisan, hak milik atas harta benda, kebejatan seks, perlakuan hamba-hamba, dan pelaksanaan kehakiman (Ul 4:44--26:19).
- (3) Amanat Musa yang ketiga bernubuat tentang berkat dan kutukan yang akan menimpa Israel sesuai dengan ketaatan atau ketidaktaatan mereka (Ul 27:1--30:20). Pasal-pasal yang sisa termasuk pengangkatan Yosua oleh Musa sebagai penggantinya serta kesaksian mengenai wafatnya Musa (Ul 31:1--34:12).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri khas menandai Ulangan.
- (1) Ulangan menyediakan bagi angkatan Israel yang baru (yang sebentar lagi akan masuk Kanaan) landasan dan motivasi yang diperlukan untuk mewarisi tanah yang dijanjikan dengan memusatkan perhatian kepada tabiat Allah dan perjanjian-Nya dengan Israel.
- (2) Ulangan merupakan "Kitab Hukum Kedua" karena di dalamnya Musa, pemimpin Israel yang berusia 120 tahun, menyatakan kembali dan merangkum (dalam bentuk khotbah) sabda Tuhan yang terdapat di dalam keempat kitab sebelumnya.
- (3) Ulangan merupakan "Kitab Kenangan." Nasihat yang khas dari Ulangan ialah, "Ingatlah ... dan jangan melupakan." Daripada mengemukakan usaha untuk mencari "kebenaran baru," Ulangan menasihati Israel untuk mempertahankan dan menaati kebenaran yang sudah dinyatakan Allah sebelumnya dalam Firman-Nya yang mutlak dan tidak berubah.
- (4) Dasar pikiran yang penting dalam kitab ini adalah rumusan "iman-tambah-ketaatan." Israel dipanggil untuk mempercayai Allah dengan segenap jiwa raga dan menaati perintah-perintah-Nya dengan tekun. Iman-tambah-ketaatan akan memungkinkan mereka mewarisi janji-janji berkat Allah yang penuh; ketiadaan iman dan ketaatan, pada pihak lain, akan mengakibatkan kegagalan dan hukuman.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ketika Yesus dicobai oleh Iblis, Ia menanggapinya dengan mengutip ayat-ayat dari Ulangan (Mat 4:4,7,10 mengutip Ul 8:3; Ul 6:16; Ul 6:13). Ketika Yesus ditanya tentang hukum mana yang paling besar, Ia menjawab dari Ulangan (Mat 22:37; bd. Ul 6:5). Kitab-kitab PB mengutip atau mengacu kepada Ulangan hampir sebanyak 100 kali. Sebuah nubuat Mesianis yang jelas (Ul 18:15-19) disebutkan dua kali dalam Kisah Para Rasul (Ul 3:22-23; Ul 7:37). Sifat rohani Ulangan merupakan landasan dari penyataan PB.
Full Life: Ulangan (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Ul 1:1-5)
I. Wejangan Musa I:
Menceritakan Kembali Sejarah Israel yang Baru Mereka Alami
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Ul 1:1-5) - I. Wejangan Musa I:
Menceritakan Kembali Sejarah Israel yang Baru Mereka Alami
(Ul 1:6-4:43) - A. Meninggalkan Gunung Sinai
(Ul 1:6-18) - B. Ketidakpercayaan di Kadesy-Barnea
(Ul 1:19-46) - C. Pengembaraan di Padang Gurun
(Ul 2:1-15) - D. Menuju Dataran Moab
(Ul 2:16-3:29) - E. Nasihat Musa untuk Taat
(Ul 4:1-43) - II. Wejangan Musa II: Kewajiban-Kewajiban Utama Perjanjian
(Ul 4:44-26:19) - A. Kesepuluh Hukum
(Ul 4:44-5:33) - B. Shema dan Perintah-Perintah yang Penting
(Ul 6:1-25) - C. Berbagai Perintah, Janji, dan Peringatan Praktis
(Ul 7:1-11:32) - D. Berbagai Perintah Mengenai Penyembahan
(Ul 12:1-32) - E. Berbagai Perintah Mengenai Nabi-Nabi Palsu
(Ul 13:1-18) - F. Berbagai Perintah Mengenai Makanan, Persepuluhan,
dan Tahun Sabat
(Ul 14:1-15:23) - G. Berbagai Perintah Mengenai Hari Raya Tahunan
(Ul 16:1-17) - H. Berbagai Perintah Mengenai Pemimpin-Pemimpin
(Ul 16:18-18:22) - I. Berbagai Hukum Perdata dan Sosial
(Ul 19:1-26:19) - III.Wejangan Musa III: Memperbaharui dan Mengesahkan Perjanjian
(Ul 27:1-30:20) - A. Musa Memperingatkan Israel dengan Serius
(Ul 27:1-26) - B. Berkat-Berkat yang Dijanjikan untuk Ketaatan dan Kutukan-Kutukan
yang Dikenakan untuk Ketidaktaatan
(Ul 28:1-68) - C. Menguraikan Kembali Perjanjian dan Berbagai Nasihat
yang Berhubungan
(Ul 29:1-30:20) - IV. Berbagai Kegiatan Musa yang Terakhir dan Kematiannya
(Ul 31:1-34:12) - A. Musa Memperingatkan Israel dan Menahbiskan Yosua
(Ul 31:1-29) - B. Nyanyian Musa
(Ul 31:30-32:47) - C. Perintah Allah Bagi Musa
(Ul 32:48-52) - D. Musa Memberikati ke-12 Suku
(Ul 33:1-29) - E. Kematian dan Penguburan Musa, Ringkasan Terakhir
(Ul 34:1-12)
Matthew Henry: Ulangan (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini adalah pengulangan dari banyak sejarah maupun hukum-hukum yang termuat dalam ketiga kitab sebelumnya. Pengulangan itu disampaikan Musa ke...
- Kitab ini adalah pengulangan dari banyak sejarah maupun hukum-hukum yang termuat dalam ketiga kitab sebelumnya. Pengulangan itu disampaikan Musa kepada Israel (baik secara lisan, supaya dapat membuat hati tergerak, maupun secara tulisan, supaya bisa tetap ada) tidak lama sebelum kematiannya. Tidak ada sejarah baru di dalamnya selain tentang kematian Musa pada pasal terakhir. Juga tidak ada pewahyuan baru kepada Musa, sejauh yang tampak, dan karena itu gaya penulisannya di sini tidak diawali dengan, seperti sebelumnya, Tuhan berfirman kepada Musa. Sebaliknya, hukum-hukum sebelumnya diulangi dan ditafsirkan, dijelaskan dan diperluas, dan beberapa perintah tertentu ditambahkan kepadanya, dengan berbagai macam alasan untuk menegaskannya. Dalam hal ini Musa ini mendapat ilham dan pertolongan ilahi, sehingga ini benar-benar merupakan firman Tuhan melalui Musa, sama seperti apa yang dikatakan kepadanya dengan suara yang terdengar dari dalam Kemah Pertemuan (Im. 1:1). Para penafsir Yunani menyebutnya Deuteronomy, yang berarti hukum kedua, atau cetakan kedua dari hukum Taurat, tanpa perubahan, sebab tidak perlu ada perubahan apa pun, tetapi dengan penambahan-penambahan, untuk membimbing umat lebih jauh lagi dalam berbagai macam persoalan yang tidak disebutkan sebelumnya. Nah,
- I. Terutama untuk menghormati hukum ilahilah bahwa hukum itu diulangi dalam kitab ini. Betapa besar perkara-perkara hukum yang diajarkan di sini, dan betapa tidak dapat dimaafkan orang-orang yang menganggapnya sebagai sesuatu yang asing! (Hos. 8:12).
- II. Pastilah ada alasan tertentu untuk menyebut kembali hukum itu sekarang. Angkatan yang pertama kali hukum itu diberikan sudah mati semuanya. Dan kini angkatan yang baru telah muncul, dan kepada mereka Allah ingin supaya hukum itu diulangi oleh Musa sendiri, supaya, sedapat mungkin tertanam dalam diri mereka selamanya. Sekarang mereka hendak mengambil alih kepemilikan tanah Kanaan, jadi Musa harus membacakan butir-butir kesepakatan kepada mereka, supaya mereka tahu dengan syarat dan ketentuan apa mereka harus menduduki dan menikmati tanah itu. Dan juga, supaya mereka memahami bagaimana harus hidup di sana.
- III. Akan sangat bermanfaat bagi angkatan yang baru muncul itu jika bagian-bagian hukum yang langsung berkaitan dengan hidup dan tata perilaku mereka dikumpulkan jadi satu. Sebab hukum-hukum yang menyangkut para imam dan orang-orang Lewi, dan pelaksanaan jabatan-jabatan mereka, tidak diulangi. Bagi mereka hukum-hukum imamat itu cukup disampaikan satu kali. Tetapi, dalam belas kasihan terhadap kelemahan umat itu, hukum-hukum yang lebih menyangkut kepentingan umum disampaikan dua kali. Harus diberikan perintah demi perintah, dan aturan demi aturan (Yes. 28:10, KJV). Kebenaran-kebenaran Injil yang agung dan yang sangat diperlukan itu harus sering ditekankan kepada jemaat oleh hamba-hamba Kristus. Menuliskan hal ini lagi kepadamu, kata rasul Paulus, (Flp. 3:1) tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu. Apa yang sudah difirmankan Allah satu kali, perlu kita dengar dua kali, perlu kita dengar berkali-kali. Dan sungguh baik jika, sesudah semuanya itu, firman itu dipahami dan diindahkan sebagaimana mestinya. Dalam tiga hal Kitab Ulangan ini diagungkan dan dibuat menjadi terhormat:
- 1. Raja yang diangkat atas mereka akan menuliskan salinannya dengan tangannya sendiri, dan membaca isinya seumur hidupnya (ps. 17-19).
- 2. Hukum itu harus ditulis di atas batu-batu besar yang dikapur, pada saat mereka menyeberangi sungai Yordan (Ul. 27:2-3).
- 3. Hukum itu harus dibaca di depan semua orang setiap tahun ketujuh, pada hari raya Pondok Daun, oleh para imam, dengan didengar oleh seluruh orang Israel (Ul. 31:9, dst.). Injil adalah sejenis Kitab Ulangan, hukum kedua, hukum penyembuh, hukum rohani, hukum iman. Melalui Injil kita berada di bawah hukum Kristus, dan Injil adalah hukum yang menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
- Kitab Ulangan ini dimulai dengan sebuah ulangan singkat tentang peristiwa-peristiwa yang paling luar biasa yang terjadi di antara orang Israel sejak mereka datang dari gunung Sinai. Dalam pasal keempat kita mendapati ajakan yang penuh kesungguhan hati untuk berlaku taat. Dalam pasal kedua belas, dan seterusnya sampai pasal kedua puluh tujuh, diulangi banyak hukum tertentu, yang ditegaskan (ps. 27 dan 28) dengan janji-janji dan ancaman-ancaman, berkat-berkat dan kutuk-kutuk, yang disatukan menjadi sebuah perjanjian (ps. 29 dan 30). Semua hal ini diusahakan agar diingat terus di antara bangsa itu (ps. 31), khususnya melalui sebuah lagu (ps. 32), lalu Musa menutup dengan sebuah berkat (ps. 33). Semuanya ini disampaikan oleh Musa kepada orang Israel dalam bulan terakhir hidupnya. Seluruh kitab ini hanya memuat sejarah selama dua bulan. Bandingkan pasal 1:3 dengan Yosua 4:19, di mana kita dapati hari-hari terakhir dari masa dua bulan ini bangsa Israel berkabung bagi Musa. Lihatlah betapa sibuknya orang besar dan baik itu berusaha berbuat baik ketika ia tahu bahwa waktunya sudah singkat. Betapa cepat langkahnya ketika ia sudah mendekati tempat peristirahatannya. Demikian pula halnya, kita mempunyai lebih banyak catatan tentang apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Juruselamat kita yang terpuji dalam minggu terakhir hidup-Nya daripada dalam waktu-waktu lain. Kata-kata terakhir dari orang-orang yang terkemuka menimbulkan, atau akan menimbulkan, kesan-kesan yang mendalam. Amatilah, bagi kehormatan kitab ini, bahwa ketika Juruselamat kita menjawab godaan-godaan Iblis dengan perkatan Ada tertulis, Ia mengambil semua kutipan-Nya dari kitab ini (Mat. 4:4, 7, 10).
Jerusalem: Ulangan (Pendahuluan Kitab) PENGANTAR
JUDUL-JUDUL, PEMBAGIAN DAN ISI
Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan suatu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama "Hukum&...
PENGANTAR
JUDUL-JUDUL, PEMBAGIAN DAN ISI
Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan suatu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama "Hukum", Torah, yang dalam bahasa Arab menjadi Taurat. Bukti yang pasti dan pertama tentang nama ini dapat kita jumpai dalam kata pembukaan kitab Bin Sirakh. Istilah Taurat lazim dipakai pada permulaan tarikh Masehi dan juga dalam Perjanjian Baru, Mat 5:17, Luk 10:26; bdk Luk 24:44.
Karena ingin mempunyai naskah-naskah yang dapat ditangani, maka orang-orang yahudi membagi-bagikan Kitab yang terlalu tebal in menjadi lima gulungan yang hampir sama besarnya. Pembagian ini menyebabkan bahwa kitab Taurat, di kalangan orang berbahasa Yunani, diberi judul: he pentateuchos (biblos), artinya: "Kitab berjilid lima", yang dalam bahasa Latin disalin dengan judul Pentateuchus (liber). Sedangkan orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani menyebutkannya juga "Seperlima kitab Taurat".
Adanya pembagian atas kelima kitab ini sebelum tarikh Masehi terbukti oleh terjemahan Yunani Septuaginta. Septuaginta menyebut jilid-jilid itu menurut isinya: Kejadian (yang dimulai dari asal mula dunia), Imamat (yang memuat peraturan-peraturan para imam dari suku Lewi), Bilangan (judul ini dikarenakan bilangan-bilangan dalam bab 1-4). Ulangan ("Hukum yang kedua", menurut salah satu tafsiran Yunani atas Ul 17:18). Nama-nama dari terjemahan Yunani itu menjadi lazim dalam Gereja. Namun dalam bahasa Ibrani, orang-orang Yahudi dulu dan sampai sekarang menyebut masing-masing kitab itu menurut kata pertamanya atau dengan kata penting pertama yang terdapat dalam teksnya.
Kitab Kejadian dapat dibagi atas dua bagian yang tidak sama panjangnya. Sejarah permulaan, Kej 1:1-11:32, merupakan semacam-macam serambi terbuka menuju sejarah penyelamatan yang akan diceritakannya dalam seluruh Kitab Suci. Sejarah itu dimulai dengan ceritera tetntang awal jadinya dunia dan menyangkut seluruh umat manusia. Dikisahkan didalamnya penciptaan alam semesta dan manusia, dosa pertama dan akibat-akibatnya, lalu kemerosotn moril yang makin hari makin bertambah besar dan yang akhirnya diberi hukuman melalui air bah. Mulai dari Nuh, bumi mulai dihuni kembali oleh bangsa manusia, namun daftar-daftar silsilah semakin dipersempit dan akhirnya terpusat perhatiannya pada Abraham, bapa bangsa terpilih. Sejarah para bapa bangsa, Kej 12:1-50:26, menampilkan tokoh-tokoh leluhur bangsa Israel. Abraham ialah seorang beriman; ketaatannya diganjar Allah dengan janji, bahwa dia sendiri akan memperoleh keturunan dan keturunannya akan mendapat Tanah Suci, Kej 12:1-25:18. Yakub berwatak penipu; ia berhasil menyingkirkan Esau, kakaknya, dengan licik memperoleh berkat bapanya Ishak dan dalam hal menipu melebihi pamannya, Laban. Namun segala kepandaiannya itu tidak akan berguna, seandainya Allah sendiri tidak mengutamakan Yakub sejak kelahirannya dari Esau dan tidak mengulagi janji perjanjian yang dahulu diberikanNya kepada Abraham, Kej 25:19-36:43. Dibandingkan dengan Abraham dan Yakub, maka Ishak seorang tokoh yang kurang menonjol. Riwayat hidupnya hanya diceritakan demi kehidupan ayahnya, Abraham, dan anaknya yaitu Yakub. Kedua belas anak Yakub adalah leluhur kedua belas suku Israel. Riwayat salah seorang di antaranya dikisahkan pada seluruh bagian terakhir kitab Kejadian; bab 37-50 (kecuali 38 dan 49) adalah kisah Yusuf, orang berhikmat. Kisah tersebut berbeda sifatnya dengan kisah-kisah yang mendahuluinya. tidak ada campur tangan langsung dari Allah atau pewahyuan baru. Seluruh kisah itu berupa suatu pengajaran: kebaikan orang berhikmat mendapat ganjarannya dan Penyelenggaraan Ilahi memanfaatkan kedosaan manusia untuk tujuan yang baik.
Kitab Kejadian merupakan suatu kisah yang utuh dan lengkap, yaitu riwayat para leluhur. Ketiga kitab yang berikut merupakan kesatuan tersendiri. Dalam rangka kehidupan Musa, diceritakan di dalamnya pembentukan umat terpilih serta diberinya hukum sosial dan agama umat itu.
Kitab Keluaran berkisar pada dua tema pokok: pembebasan dari Mesir, Kel 1:1- 15,21 dan Perjanjian di gunung Sinai, Kel 19:1-40:38. Kedua tema itu dihubungkan satu sama lain oleh suatu tema tambambahan yaitu perjalanan di padang gurun, Kel 15:22-18:27. Dalam bagian ini, Musa yang di gurun Allah telah menerima wahyu nama Yahwe mengantar orang-orang Israel dari perbudakan di negeri Mesir sampai ke gunung yang sama. Di sana dalam penampakan yang mendahsyatkan Allah mengikat perjanjian dengan umatNya serta memaklumkan hukum- hukum-Nya kepadanya Perjanjian baru saja diadakan itu, dibatalkan oleh bangsa Israel dengan menyembah lembu emas. Akan tetapi Allah mengampuni umatNya, lalu membaharui perjanjian itu. Suatu rangkaian peraturan mengatur ibadat bangsa Israel di padang gurun.
Kitab Imamat yang hampir berisikan peraturan melulu, menghentikan untuk sementara kisah peristiwa-peristiwa Kitab ini berisikan: peraturan untuk upacara korban, Im 1:1-7:38; upacara pentahbisan para imam yang dijalani Harun serta anak- anaknya, Im 8:1-10:20; peraturan tentang tahir dan najis, Im 11:1-15:33, serta upacara ibadat hari raya Pendamaian, 16. Lalu menyusul "Hukum Kekudusan", Im 17:1-26:46, yang memuat juga suatu penanggalan liturgis, 23, dan berakhir dengan berkat- berkat dan kutukan-kutukan, 26. Sebagai tambahan, bab 27 merumuskan syarat- syarat tebusan bagi manusia, hewan dan barang yang dikuduskan bagi Yahwe.
Kitab Bilangan menyambut kembali tema perjalanan di padang gurun. Keberangkatan dari gunung Sinai didahului oleh cacah jiwa, Bil 1:1-4:49, dan persembahan dalam jumlah besar buat pentahbisan Kemah Suci, 7. Sesudah merayakan Paskah untuk kedua kalinya, bangsa Israel meninggalkan gunung Sinai, Bil 9:1-10:36, dan lambat laun mendekati Kadesy. Dari situ diadakan suatu percobaan memasuki negeri Kanaan bagian Selatan yang akhirnya gagal, Bil 11:1-14:45. Sesudah tinggal di Kadesy selama beberapa waktu, bangsa Israel berangkat lagi dan tiba di padang Moab, di seberang kota Yerikho, Bil 20:1-25:18. Bangsa Midian dikalahkannya dan suku-suku Gad dan Ruben menetap di seberang Yordan, Bil 31:1-32:42. Suatu daftar meringkaskan tahap-tahap perjalanan di gurun, Bil 33. Ditengah cerita-cerita yang disebut tadi dapat kita jumpai beberapa kumpulan perundangan yang melengkapi perundangan Sinai atau menyiapkan pendudukan Tanah Kanaan,Bil 5:1-6:27; 8:15-19; 26-30; 34-36.
Kitab Ulangan mempunayi susunan khas, sebab merupakan semacam buku undang- undang sipil dan agama, Ul 12:1-26:15, yang disisipkan ke dalam wejangan panjang Musa Ul 5-11 dan Ul 26:16-28:68 Kumpulan ini sendiri didahului oleh wejangan Musa pertama, Ul 1-4, disusul oleh wejangan yang ketiga, Ul 29-30, lalu dilengkapi dengan beberapa berita mengenai akhir kehidupan Musa: pengangkatan Yosua, nyanyian dan berkat Musa serta kematiannya, Ul 31-34. Undang-undang kitab ini mengulangi sebagian undang yang diumumkan di padang gurun. Wejangan-wejangan yang kita jumpai dalam kitab ini mengingatkan peristiwa-peristiwa besar di saat keluaran, di gunung Sinai dan permulaan perebutan tanah yang dijanjikan; wejangan-wejangan tersebut mengungkapkan arti religius peristiwa-peristiwa itu, menekankan makna perundangan dan mengajak bangsa Israel supaya tetap setia kepada Allah.
KOMPOSISI DAN GAYA SASTRA
Setidak-tidaknya sejak permulaan tarikh Masehi, Musa dianggap sebagai penyusun kumpulan yang besar ini. Kristus dan para rasul menuruti pendapat tersebut, Yoh 1:45; 5:45-47; Rom 10:5. Namun tradisi yang paling tua tidak pernah dengan tegas membenarkan pendapat, bahwa Musa adalah penyusun seluruh Pentateukh. Apabila di dalam Pentateukh sendiri terdapat (jarang sekali) kalimat: "Musa menulis", maka ungkapan ini menyangkut bagian-bagian tertentu saja. Sebenarnya penyelidikan ilmiah dan modern terhadap kitab-kitab tersebut, menampilkan perbedaan-perbedan gaya bahasa, pengulangan dan kekacauan dalam cerita, yang menjadi penghalang untuk memandang kumpulan ini sebagai sebuah karya yang seluruhnya dikerjakan oleh seorang pengarang saja. Sesudah banyak penyelidikan yang dilakukan dengan hati-hati, para kritikus yang hidup pada akhir abad ke-19, khususnya di bawah pengaruh karya-karya Graf dan Wellhause, mencetuskan teori begini: pentateukh adalah kumpulan yang terdiri dari empat buah dokumen yang berlain-lainan usia dan lingkungan asalnya, namun semuanya berasal dari zaman sesudah Musa. Aslinya ada dua dokumen berisikan ceritera yakni Yahwista (J), yang mulai dari kisah penciptaan mempergunakan nama Yahwe, yaitu nama Allah yang diwahyukan kepada Musa, dan Elohista (E), yang menyebut Allah dengan nama umum yaitu Elohim. Dokumen Yahwista, menurut teori ini, mendapat bentuk tertulis dalam abad ke-9 di Yehuda, sedangkan Elohista sedikit kemudian mendapat bentuknya di Israel. Sesudah musnahnya Kerajaan Utara, kedua dokumen itu dilebur menjadi satu (JE). Sesudah raja Yosia, kitab Ulangan (D) ditambahkan kepada gabungan tadi (JED). Sehabis Pembuangan, Kitab Hukum Para Imam (P), yang terutama berisikan peraturan-peraturan dan beberapa ceritera, disatukan dengan kumpulan tadi dan menjadi rangka dan bingkainya (JEDP).
Teori dokumen yang klasik ini , yang juga dihubungkan dengan suatu gagasan tentang evolusi paham-paham keagamaan bangsa Israel, karena kali dipersilahkan. Dewasa inipun seluruh teori tersebut masih ditolak oleh sebagian para ahli. Sejumlah ahli lain menerimanya dengan perubahan-perubahan yang cukup penting. Tidak ada dua orang ahlipun yang seluruhnya sependapat dalam menentukan bagian- bagian Pentateukh manakah yang termasuk ke dalam masing-masing dokumen. Terutama di masa sekarang ini para ahli sependapat, bahwa penyelidikan dari segi bahasa saja tidak cukup menerangkan cara digubahnya Pentateukh. Penyelidikan bahasa itu masih perlu dilengkapi dengan studi tentang bentuk sastra dan tradisi lisan atau tertulis yang mendahului pengubahan sumber-sumber Pentateukh. Masing-masing dokumen, bahkan yang paling mudapun (P), memuat unsur-unsur yang sangat tua. Kesusastraan kuno di Timur Dekat yang ditemukan kembali serta kemajuan ilmu arkheologi dan sejarah, yang membuka pengetahuan baru tentang kebudayaan- kebudayaan dan bangsa-bangsa yang bertetangga dengan Israel, membuktikan, bahwa sebagian besar undang atau peraturan yang terdapat dalam Pentateukh sangat serupa dengan undang atau peraturan di luar Kitab Suci dan lebih tua usianya dari pada yang ditetapkan buat "dokumen-dokumen"tadi. Ternyata pula sejumlah ceritera Kitab Suci mengadaikan lingkungan lain dan lebih tua dari pada lingkungan tempat "dokumen-dokumen" itu disusun. Macam-macam tradisi dari zaman dahulu, baik hukum maupun ceritera, terpelihara di tempat-tempat suci atau turun-temurun diceriterakan oleh ahli-ahli ceritera di kalangan rakyat. Tradisi- tradisi itu dikumpulkan menjadi kumpulan-kumpulan lebih kurang besar, lalu dituliskan atas desakan kalangan-kalangan tertentu atau oleh seorang tokoh yang berperan penting. Hanya penggubahan-penggubahan itu bukanlah tahap terakhir. Sebaliknya kumpulan-kumpulan tradisi itu disadur kembali, ditambah dan akhirnya digabungkan satu sama lain menjadi Pentateukh yang kita miliki. "Sumber-sumber" tertulis dari Pentateukh merupakan tahap-tahap penting dalam perkembangan yang lama. Aliran-aliran tradisi yang lebih tua seolah-olah tersimpul di dalamnya, lalu mengalir terus dan berkembang.
Banyaknya aliran tradisi tersebut merupakan kenyataan yang menjelaskan adanya ceritera dobel, pengulangan dan pertentangan-pertentangan yang mengherankan pembaca mulai dari halaman-halaman pertama kitab Kejadian; dua kisah mengenai penciptaan, Kej 1:1-2:4a dan Kej 2:4b-3:24; dua silsilah Kain-Keni-Kenan, Kej 4:17 dst dan Kej 5:12-17; gabungan dua kisah tentang air bah, Kej 6-8. dalam riwayat para bapa bangsa, perjanjian Abraham diceriterakan sebanyak dua kali, Kej 15 dan Kej 17; dua kali Hagar diusir, Kej 16 dan Kej 21; ada tiga ceritera tentang nasib malang isteri seorang Bapa Bangsa di negeri asing, Kej 12:10-20; 20; 26:1-11; gabungan dua ceritera tentang Yusuf dan saudara- saudaranya, yang terdapat dalam bab-bab terakhir kitab Kejadian. Terdapat pula dua kisah tentang panggilan Musa, Kej 3:1-4; 17 dan Kej 6:2-7:7, dua mujizat air di Meriba, Kej 17:1-7 dan Bil 20:1-13; dua teks Dekalog, Kej 20:1-17 dan Ul 5:6-21; empat penanggalan liturgis, Kej 23:14-19; 34:18-23; Im 23; Ul 16:1-16. Dapat dikemukakan banyak contoh lain lagi. Berdasarkan kesamaan bahasa, gaya bahasa dan gagasan-gagasan bagian-bagian tertentu dari Pentateukh dapat dikelompokkan, sehingga tampillah kesatuan-kesatuan (ceritera-ceritera dan hukum-hukum) yang berbeda satu sama lain dan yang l.k. utuh-lengkap. Dengan demikian ditemukan empat aliran tradisi.
Tradisi "Yahwista" (disebut demikian karena mulai dengan kisah penciptaan mempergunakan nama Allah yang khusus yaitu Yahwe) mempunyai gaya bahasa yang hidup dan berwarna-warni; melalui bahasa penuh gambar dan berkat bakat berceritakan yang mengagumkan, tradisi ini menjawab secara mendalam pertanyaan- pertanyaan serius yang dimbul dalam hati setiap manusia; ungkapan-ungkapan manusiwi yang dipakainya dalam berceritera tentang Allah, menyembunyikan suatu rasa keagamaan yang bermutu tinggi. Sebagaimana pengantar ke dalam sejarah para leluhur Israel, disajikannya sebuah ringkasan sejarah umat manusia sejak penciptaan pasangan manusia pertama. Tradisi in berasal dari Yehuda dan barangkali bagiannya yang terpenting dicatat di zaman pemerintahan raja Salomo. Dalam kumpulan teks yang dikatakan termasuk tradisi ini, kadang-kadang ditemukan sebuah tradisi sejalan, yang asal-usulnya sama juga, tetapi memantulkan gagasan- gagasan yang kadang-kadang lebih kuno dan kadang-kadang berbeda-beda dengan yang lazim dalam Yahwista; kepada tradisi itu diberi tanda Y 1(Yahwista yang pertama) atau L (sebab berasal dari kalangan kaum awam) atau N (sebab berasal dari suku- suku Badui). Pembedaan ini tampaknya dapat dibenarkan, namun sukar menentukan, apakah di sini terdapat suatu tradisi yang berdiri sendiri ataukah hanya beberapa unsur saja yang diambil-alih oleh tradisi Yahwista dengan mengindahkan coraknya yang asli.
Tradisi "Elohista" yang ciri khas lahiriahnya ialah penggunaan nama umum bagi Allah (Elohim), berbeda dengan tradisi Yahwista, karena gaya bahasanya lebih sederhana dan juga kurang menarik, lagi pula karena dalam hal kesusilaan lebih banyak tuntutannya dan karena usahanya mempertahankan jarak yang memisahkan manusia dengan Allah. Dalam tradisi ini tidak terdapat ceritera- ceritera tentang asal jadinya dunia; ia mulai dari Abraham. Barangkali tradisi ini lebih muda dari pada tradisi Yahwista dan biasanya dikatakan berasal dari suku-suku Utara. Beberapa ahli tidak menyetujui adanya tradisi Elohista terpisah. Mereka menganggap hipotesa tentang pelengkapan, penyempurnaan atau penyadaran yang diadakan terhadap karya Yahwista sebagai hipotesa yang sudah cukup memuaskan. tetapi teori tentang adanya suatu tradisi dan penulisan tradisi E, yang mula-mula berdiri sendiri, tidak hanya didukung oleh ciri-ciri khas pada gaya bahasa dan ajaran tetapi juga oleh perbedaan dengan J dalam asal-usulnya. Teori ini didukung pula oleh kenyataan, bahwa mulai dari Abraham sampai dengan ceritera-ceritera tentang wafatnya Musa, kisah E yang sejalan dengan kisah J, cukup lengkap sambil berbeda dengan J.
Maka satu hal penting perlu diperhatikan. Kendati corak-corak yang membeda- bedakannya, namun ceritera-ceritera Yahwista dan Elohista pada kahekatnya mengisahkan sejarah yang sama. Jadi kedua tradisi ini mempunyai titik-pangkal yang sama. Suku-suku Israel di Utara dan di Selatan mempunyai tradisi yang sama. Tradisi itu menertibkan kenangan-kenangan bangsa Israel dalam hal sejarahnya, ialah: urutan ketiga bapa bangsa Abraham, Ishak dan Yakub, keluaran dan Mesir yang digabungkan dengan penampakan Allah di gunung Sinai, pengikatan Perjanjian di gunung Sinai yang dihubungkan dengan pendudukan daerah Trans-Yordania, yang menjadi tahap terakhir sebelum direbutnya Tanah Terjanji. Tradisi bersama ini mulai terbentuk secara lisan dan mungkin juga secara tertulis sejak zaman para Hakim, yakni sejak Israel mulai menjadi suatu bangsa.
Tradisi Yahdisi maupun Elohista memuat hanya sedikit teks berupa hukum; yang paling berarti ialah Kitab Hukum Perjanjian yang akan dibicarakan nanti. Padahal sebaliknya, hukum-hukum merupakan urat tradisi Para Imam. Hukum-hukum itu khususnya mengenai Bait Suci, korban-korban dan hari-hari raya, pribadi dan tugas Harun serta keturunannya. Tetapi di samping bagian-bagian yang berisikan hukum atau yang mengenai lembaga-lembaga keagamaan itu, tradisi Para Imam memuat juga cerita. Cerita-cerita itu khususnya menjadi terperinci mana kala dapat mengungkapkan perhatian khusus yang diberikan oleh tradisi Para Imam kepada hukum dan ibadat. Tradisi in menggemari angka-angka dan silsilah-silsilah. Karena perbendaharaan kata yang khas dan gaya bahasanya yang abstrak, tradisi itu mudah dikenal Inilah tradisi para imam Bait Suci di Yerusalem. Walaupun di dalamnya terpelihara macam-macam unsur kuno, namun tradisi ini baru terwujud di masa pembuangan Israel dan baru umum diterima dan mulai beredar setelah Israel kembali dari pembuangan. Di dalamnya dibeda-bedakan beberapa lapisan atau tahap penggubahan. Selebihnya sulit ditentukan, apakah tradisi in pernah berdiri sendiri sebagai sebuah karya tertulis. Agaknya lebih mungkin, bahwa seseorang atau beberapa orang yang mewakili tradisi para imam di Yerusalem itu memungut bahannya dan tradisi-tradisi yang sudah ada, lalu menggubah dan menerbitkan Pentateukh seperti sekarang ada.
Dalam kitab Kejadian garis-garis ketiga tradisi tersebut, yakni Yahwista, Elohista dan Para Imam, agak mudah diikuti. Sehabis kitab Kejadian tradisi Para Imam gampang saja dipisahkan dari kedua tradisi lain, terutama dalam bagian terakhir kitab Keluaran, seluruh kitab Imamat dan bagian-bagian besar dari kitab Bilangan. Tetapi sehubungan dengan bahan lain dalam ketiga kitab itu sukar ditentukan mana termasuk tradisi Yahwista dan mana termasuk tradisi Elohista. Sehabis kitab Bilangan, ketiga tradisi tersebut menghilang sama sekali sampai muncul kembali dalam bab 31 dan 34 dari kitab Ulangan. Ketiga tradisi tersebut diganti dengan tradisi lain, yakni tradisi Ulangan(D). Tradisi ini dapat dikenal melalui bahasa yang khas, yaitu bahasa berlebih-lebihan dan berupa seni berpidato, di mana sering terulang ungkapan-ungkapan yang tetap sama; dapat dikenal melalui ajaran yang terus-menerus ditegaskan kembali, yaitu bahwa dari antara segala bangsa, Allah telah berkenan memilih Israel sebagai umatNya. Tetapi pilihan itu dan perjanjian yang telah mengukuhkannya bersyarat kesetiaan Israel kepada Hukum Allahnya dan kepada Ibadat resmi yang harus diadakan bagiNya dalam satu Bait Suci saja. Kitab Ulangan merupakan tahap terakhir sebuah tradisi yang berdekatan dengan tradisi Elohista dan dengan gerakan para nabi. Tetapi suara tradisi D itu sudah terdengar dalam beberapa bagian Kitab Suci yang agak tua. Bagian inti kitab Ulangan boleh jadi memuat adat-istiadat Kerajaan Utara yang oleh orang-orang Lewi dibawa ke Yehuda sesudah kerajaan Samaria musnah. Kitab hukum yang barangkali sudah diberi kerangka sebuah wejangan Musa itu disimpai dalam Bait Suci di Yerusalem. Di zaman raja Yosia ditemukan kembali, lalu diumumkan untuk mendukung pembaharuan agama di Yehuda. Kitab itu diterbitkan kembali (dengan tambahan atau saduran) pada awal masa pembuangan.
Berpangkal pada kumpulan-kumpulan tradisi yang berbeda-beda itu, kitab Pentateukh bertahap-tahap tumbuh dan digubah. Tetapi sukar menentukan waktunya masing-masing tahap dikerjakan. Tradisi Yahwista dan Elohista digabungkan di Yehuda pada akhir zaman kerajaan, barangkali di masa pemerintahan Hizkia, sebab berdasarkan Ams 25:1 kita ketahui, bahwa di zaman itu karya-karya sastra kuno dikumpulkan. Menjelang akhir masa Pembuangan, kitab Ulangan, yang dianggap sebagai kitab hukuman yang diberikan oleh Musa di padang Moab, sididipkan antara bagian terakhir kitab Bilangan dan ceritera-ceritera tentang pengangkatan Yosua dan kematian Musa, Ul 31 dan 34. Bisa jadi , bahwa tidak lama kemudian pada kitab ini ditambahkan tradisi Para Imam, atau, jikalau ini lebih disukai, bahwa para penggubah pertama dari kalangan para imam mulai menangani kitab itu. Tetapi bagaimanapun juga "Taurat Musa", yang dibawa dari Babel oleh Ezra, rupa-rupanya adalah kitab Pentateukh yang bentuknya sudah mendekati bentuk yang paling akhir.
Hubungan antara Pentateukh dengan kitab-kitab Alkitab berikut menjadi sebab timbulnya pelbagai hipotesa yang saling bertentangan. Sejak lama sementara ahli Kitab bicara tentang "Heksateukh", yaitu tentang sebuah kitab yang berjilid enam, yang mencakup juga kitab Yosua dan bagian pertama kitab Hakim-hakim. Mereka menemukan di dalamnya lanjutan ketiga sumber Pentateukh, yakni J, E dan P. Mereka menekankan, bahwa tema janji yang begitu sering muncul dalam ceritera- ceritera Pentateukh menuntut adanya dalam tradisi itu ceritera-ceritera yang mengisahkan pula pelaksanaan janji-janji tersebut, ialah perebutan Tanah Terjanji. Menurut pendapat mereka, kitab Yosua baru kemudian dipisahkan dari kesatuan itu, lalu menjadi kitab pertama dari kitab-kitab sejarah. Sebaliknya, pengarang-pengarang yang lebih baru bicara mengenai "Tetrateukh", yakni tentang kitab yang berjilid empat, yang tidak mencakup kitab Ulangan. Menurut mereka, kitab Ulangan mula-mula dipakai sebagai pendahuluan sebuah kitab sejarah yang berlangsung sampai dengan akhir masa para raja(karenanya kita Sejarah itu diistilahkan sebagai kitab "Sejarah Ulangan"). Kemudian kitb Ulangan dipisahkan dari kitab sejarah tersebut, waktu orang ingin mengumpulkan di dalam satu karya - yaitu Pentateukh kita - segala sesuatunya yang menyangkut diri Musa serta karyanya. Pendapat yang kedua inilah yang dalam terbitan Kitab Suci ini akan dituruti dalam kata pengatar bagi masing-masing kitab sejarah dan diandaikan dalam beberapa catatan, walaupun di sana-sini pendapat itu akan dirubah seperlunya. Hanya perlu tetap diingat, bahwa semuanya hanya berupa hitopesa. Tetapi juga pendapat dahulu mengenai Heksateukh berupa hipotesa saja.
Sudah jelaslah kiranya, bahwa ketidak-pastian yang sama menyangkut sejumlah besar persoalan yang ditimbulkan oleh caranya Pentateukh digubah. Memang kitab itu digubah selama sekurang-kurangnya enam abad dan ia mencerminkan perubahan- perubahan yang dialami hidup kebangsaan dan keagamaan Israel. Namun kendati pasang surut yang dialaminya itu, perkembangan Pentateukh pada pokoknya nampaklah homogen. Sudah dikatakan di atas, bahwa tradisi-tradisi yang berupa ceritera berasal dari zaman terbentuknya bangsa Israel. Dengan memperhatikan seperlunya perbedaan, maka hal yang sama boleh dikatakan tentang bagian-bagian Pentateukh yang berisikan hukum. Bagian-bagian itu memuat hukum sipil dan agama yang berkembang bersama dengan masyarakat yang dipimpin olehnya, tetapi asal- usul hukum itu bercampur dengan asal-usul bangsa itu sendiri. Ada kintinuitas dalam perkembangan dan kontinuitas itu mempunyai dasar keagamaan: iman akan Yahwelah yang mempersatukan bangsa itu dan iman akan Yahwe itu dibayangi oleh pribadi Musa. Dialah pangkal hidup keagamaan bangsanya dan diapun sebagai yang pertama memberi hukum dan undang-undang kepada bangsanya. Tradisi-tradisi sebelumnya yang terarah kepada Musa dan kenangan akan kejadian-kejadian yang dipimpin olehnya, akhirnya menjadi kisah sejarah terbentuknya bangsa Israel. Untuk seterusnya agama Musalah yang menentukan kepercayaan dan adat-istiadat keagamaan Israel. Sebab hukum Musa tetap menjadi pedoman bagi bangsa itu. Penyesuaian-penyesuaian yang dituntut oleh perubahan-perubahan zaman diadakan menurut jiwa dan semangat Musa dan ditempatkan di bawah kewibawaannya. Tidaklah penting, bahwa kita tidak dapat dengan pasti menentukan satu bagianpun dari Pentateukh sebagai karya Musa sendiri, sebab dialah yang menjadi tokoh utama bagi seluruh kitab itu. Oleh karenanya tidak kelirulah tradisi Yahudi yang menyebut Pentateukh sebagai Kitab Taurat Musa.
CERITERA-CERITERA DAN SEJARAH
Tidaklah bijaksana, jikalau dari pada tradisi-tradisi yang merupakan pusaka yang hidup bagi suatu bangsa dan yang membangun rasa persatuannya dan melandaskan kepercayaannya, akan kita tuntut apa yang dapat dituntut dari pada ahli ilmu sejarah dalam arti modern. namun tidaklah adil juga menyangkal adanya kebenaran di dalamnya hanya karena tidak adanya norma-norma ilmu sejarah modern.
Kesebelas bab pertama kitab Kerajaan perlu diperhatikan secara tersendiri. Secara populer diceriterakan di dalamnya awal-mula bangsa manusia; dengan gaya bahasa yang sederhana dan penuh gambar, yang dengan mentalita bangsa yang kurang beradab, diungkapkannyalah kebenaran-kebenaran pokok yang menjadi pangkal seluruh tata keselamatan, yaitu: Allah menciptakan dunia pada awal mula; Allah terlibat langsung dalam penciptaan pria dan wanita; persatuan manusia; dosa leluhur pertama; kemerosotan dan hukuman turun-temurun yang dijatuhkan kepadanya. Akan tetapi kebenaran-kebenaran ini yang menyangkut dogma dan diperkuat oleh kewibawaan Kitab Suci, sekaligus merupakan fakta. apabila kebenaran-kebenaran ini memang pasti, maka di dalamnya diandaikan fakta-fakta riil, walaupun kita tidak mampu menentukan dengan tepat hal-ihwalnya, sebab terselubung dalam bungkusan mitos yang dipakaikan padanya sesuai dengan mentalita masa dan lingkungan yang bersangkutan.
Sejarah para bapa bangsa adalah sejarah keluarga; dikumpulkan di dalamnya kenangan-kenangan yang masih terpelihara mengenai para leluhur, yaitu Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf. Sejarah itu bersifat populer: ia gemar akan peristiwa- peristiwa yang menyangkut pribadi bapa-bapa bangsa dan diceriterakan dengan memakai daya khayal yang menyegarkan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk menghubungkan ceritera-ceritera itu dengan sejarah umum. Selebihnya sejarah itu sejarah keagamaan; segala kejadian yang menentukan, disertai campur tangan Allah, sehingga tampaknya sebagai sejarah yang diatur oleh Penyelenggaraan Ilahi. Pendekatan ini secara teologis memang tepat, tetapi tidak peduli akan pengaruh sebab-sebab di luar Allah. Lagi pula semua peristiwa dikemukakan, dijelaskan dan dikumpulkan untuk membuktikan suatu kebenaran keagamaan, yaitu: ada satu Allah yang membentuk satu umat dan yang memberikan kepadanya satu negeri. Allah itu ialah Yahwe, umat itu tidak lain dari Israel dan negeri itu ialah Tanah Suci. Akan tetapi ceritera-ceritera itu adalah sejarah, sejauh dengan caranya sendiri mengisahkan peristiwa-peristiwa riil dan sejauh memberi gambaran tepat mengenai asal-usul dan pengembaraan leluhur Israel, mengenai ikatan-ikatan geografis dan etnis serta mengenai kelakuan moril dan religius mereka. Kesangsian-kesangsian yang dikemukakan tentang ceritera-ceritera itu seharusnya dijauhkan, mengingat bahwa ceritera-ceritera itu didukung oleh bukti- bukti yang dihasilkan oleh penemuan-penemuan terbaru di bidang sejarah dan arkheologi di negeri-negeri Timur Dekat.
Sesudah jangka waktu lama yang tidak ada beritanya kitab Keluaran maupun kitab Bilangan, yang masih bergema dalam bab-bab pertama kitab Ulangan, menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak kelahiran sampai dengan kematian Musa yaitu: keluaran Israel dari Mesir, perhentian di daerah gunung Sinai, perjalanan menuju Kadesy, perjalanan melalui daerah Trans-Yordania dan menerapkannya Israel di padang Moab. Seandainya kebenaran historis peristiwa- peristiwa tersebut maupun pribadi Musa hendak disangkal, maka mustahillah menjelaskan kelanjutan sejarah Israel, kesetiaannya kepada Yahwe serta terlekatnya bangsa itu pada hukum Taurat. Namun perlu diingat, bahwa pentingnya kenangan-kenangan tersebut kehilangan bangsa Israel dan gemanya dalam ibadat memberi ceritera-ceritera itu ciri kisah kepahlawanan (misalnya penyeberangan laut) dan kadang-kadang rupa ibadat (Paskah). Setelah menjadi bangsa, Israel tampil di panggung sejarah umum. Walaupun tiada satu dokumen kunopun yang menyinggung Israel, kecuali satu tulisan pada tugu Firaun Merneptah yang tidak jelas maksudnya, namun apa yang diceriterakan oleh Kitab Suci tentang Israel, dalam garis-garis besarnya sesuai dan cocok dengan apa yang diberitahukan oleh teks-teks dan arkheilogi mengenai masuknya kelompok-kelompok bangsa Semit ke Mesir, mengenai tata negara di Delta Nil dan mengenai keadaan politik di wilayah di seberang sungai Yordan.
Tugas ahli ilmu sejarah modern ialah membandingkan berita-berita Kitab Suci dengan fakta-fakta sejarah umum. Dengan sikap hati-hati yang dikarenakan kurangnya petunjuk-petunjuk Kitab Suci serta ketidak-pastian khronologi kejadian-kejadian yang tidak termasuk Kitab Suci, dapat dikatakan: Abraham hidup di negeri Kanaan sekitar thn. 1850 seb. Masehi; Yusuf mencapai kedudukan menjalankan tugasnya di Mesir tidak lama sehabis thn. 1700; pada waktu yang sama "anak-anak Yakub" lainnya bergabung dengannya. Untuk menentukan waktu keluaran tidak dapat kita percaya petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam 1Rj 6:1 dan Hak 11:26, sebab petunjuk-petunjuk tersebut dimasukkan dan berasal dari perhitungan yang dibuat-buat. Walaupun demikian, Kitab Suci memberi satu petunjuk yang pasti; menurut teks kuno Kel 1:11, orang-orang Ibrani ikut membangun kota-kota bandar (perniagaan)Pitom dan Raamses. Maka peristiwa keluaran terjadi sesudah Firman Ramses II yang mendirikan kota Raamses itu naik takhta. Karya-karya besar itu dimulai pada awal pemerintahannya dan mungkin sekali kelompok di bawah pimpinan Musa meninggalkan Mesir di pertengahan pertama atau di sekitar pertengahan pemerintahannya yang amat lama (1290-1224), katakanlah di sekitar thn. 1250 seb Masehi atau sedikit sebelumnya. apabila kita perhatikan tradisi Kitab Suci mengenai Israel dipadang gurun yang berlangsung selama masa kehidupan satu keturunan, maka pendudukan daerah di seberang Yordan terjadi kurang lebih pada thn. 1225 seb. Masehi. Tanggal tersebut cocok dengan keterangan-keterangan dari ilmu sejarah umum tentang tempat kediaman para Firman dar wangsa ke-XIX di Delta Nil, tentang mundurnya kuasa negara Mesir di Siria-Palestina pada akhir pemerintahan Ramses II, dan tentang kerusuhan-kerusuhan yang pada akhir abad ke- 13 timbul di seluruh wilayah Timur Dekat, Tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari arkheologi mengenai awal Zaman Besi yang bersamaan waktunya dengan menetapkan orang-orang Israel di Kanaan.
PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam Kitab Suci Yahudi, Pentateukh disebut Taurat; dan memang sesungguhnya terdapatlah di dalamnya kumpulan peraturan yang mengatur kehidupan moral, sosial dan agama bangsa Israel. Bagi kita yang berpandangan modern, ciri yang paling menarik dalam hukum tersebut ialah sifat keagamaannya. Ciri ini dapat dijumpai juga dalam beberapa kitab hukum dari daerah Timur di zaman dahulu. Tetapi tidak ada satupun yang di dalamnya unsur profan dan unsur sakral bercampur baur dan saling meresapi dengan cara seperti yang terjadi dalam hukum Taurat Israel. Di Israel hukum didiktekan oleh Allah; hukum itu mengatur kewajiban-kewajiban terhadap Allah; undang-undangnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keagamaan. Hal ini dengan sendirinya dapat dipahami buat peraturan-peraturan moral Dekalog atau buat hukum-hukum ibadat yang terdapat dalam kitab Imamat, akan tetapi jauh lebih berarti, bahwa dalam kumpulan yang sama bercampur-baurlah hukum-hukum perdata dan pidana serta perintah-perintah agama dan bahwa semuanya itu dikemukakan sebagai piagam perjanjian dengan Yahwe. Karena demikian halnya, maka pemakluman hukum-hukum itu secara wajar dihubungkan dengan ceritera- ceritera tentang peristiwa-peristiwa di padang gurun, di mana perjanjian itu diadakan.
Oleh karena hukum dibuat untuk dilaksanakan, maka timbullah keharusan menyesuaikannya dengan keadaan dan dengan zaman yang berubah-ubah. Dengan demikian menjadi jelas, mengapa dalam kumpulan-kumpulan yang nanti akan kita kupas, sekaligus dapat ditemukan unsur-unsur kuno maupun kaidah-kaidah ataupun peraturan-peraturan yang membuktikan adanya keperluan-keperluan baru. Di lain pihak, tidak dapat tidak Israel dalam hal in bergantung pada tetangga- tetangganya. Penetapan-penetapan tertentu dalam Kitab Hukum Perjanjian atau kitab Ulangan, mirip sekali dengan Kitab-kitab Hukum dari Mesopotamia, Kumpulan Hukum dari Asyur dan Kitab Hukum bangsa Het. Bukan pinjaman langsung, namun kesamaan-kesamaannya itu dapat diterngkan oleh pengaruh hukum asing atau oleh hukum adat yang sebagian merupakan milik bersama bangsa-bangsa Timur Dekat di zaman dahulu kala. Selebihnya sesudah keluarga dari Mesir dan perebutan negeri Kanaan, pengaruh Kanaan dalam peristiwa undang dan bentuk-bentuk ibadat sangat terasa sekali.
Dekalog ialah "Kesepuluh Firman" yang tergores di atas loh-loh batu di gunung Sinai. Ia memuat undang-undang dasar, baik di bisang kesusilaan maupun di bidang agama. Dekalog itu merupakan undang-undang dasar perjanjian. ia disajikan sebanyak dua kali, Kel 20:2-17 dan Ul 5:6-18, dengan perbedaan- perbedaan yang cukup besar. Kedua nas tersebut berasal dari sebuah bentuk Dekalog yang lebih tua dan lebih singkat. Bahwa Dekalog yang asli itu berasal dari Musa tidak dapat dibantah oleh argumen apapun.
Kitab Hukum (Elohista) Perjanjian, Kel 20:22-23:33(atau 20:24-23:9) disisipkan antara Dekalog dan ceritera tentang diikatnya perjanjian di gunung Sinai. Tetapi Kitab Hukum itu sesungguhnya berlatar-belakang suatu keadaan masyarakat di zaman kemudian dari zaman Musa. Kitab itu berisikan hukum-hukum dari suatu masyarakat kaum tani dan peternak. Perhatian khusus yang diberikan kepada ternak, perumahan, pekerjaan di ladang dan di kebun anggur mengandaikan bahwa Israel sudah lama menetap di negeri Kanaan. Baru di zaman itulah Israel dapat mengenai dan melaksanakan hukum adat, yang dari padanya Kitab Hukum tersebut mengambil bahannya. Hukum adat itupun dapat menerangkan, mengapa Kitab Hukum Perjanjian sampai dengan hal terperinci sangat serupa dengan kitab-kitab hukum dari daerah Mesopotamia. Namun Kitab Hukum Israel itu dijiwai oleh agama Yahwe dan karenanya kerap kali menantang peradaban negeri Kanaan. Dengan tidak mengatur dan menyusunnya dengan rapih, Kitab Hukum Perjanjian mengumpulkan berbagai kelompok perintah-perintah. Perintah-perintah itu berbeda baik isinya maupun perumpamaannya. Ada yang berupa syarat: Kalau hal ini atau itu terjadi, dilakukan, maka harus diperbuat begini begitu; maka perintah-perintah macam itu tidak mempunyai nada mutlak. Ada juga hukum-hukum yang berupa perintah/larangan dan yang secara mutlak berlaku. Kumpulan hukum-hukum itu mula-mula berdiri sendiri dan mendahului adanya kitab Ulangan. Sebab Kitab Ulangan memang memanfaatkan Kitab Hukum Perjanjian. Oleh karena kitab itu tidak menyinggung jabatan raja, maka boleh disimpulkan, bahwa berasal dari zaman para Hakim. Sebelum kitab Ulangan disusun, Kitab Hukum Perjanjian sudah disisipkan ke dalam ceritera-ceritera mengenai peristiwa-peristiwa di gunung Sinai.
Kitab Hukum yang tercantum dalam kitab Ulangan, Ul 12:1 - 26:13, merupakan bagian inti kitab Ulangan, yang ciri-ciri khasnya dan sejarahnya telah diuraikan di muka. Kitab Hukum ini meminjam sebagian hukum dari Kitab Hukum Perjanjian, tetapi menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata ekonomi dan sosial Israel. Sebagai contoh bandingkan soal penghapusan hutang dan status para budak, Ul 13:1-11 dan Kel 23:10-11; Ul 13:12-18 dan Kel 21:2-11. akan tetapi, mulai dari perintahnya pertama. Kitab Hukum ini langsung bertentangan dengan Kitab Hukum Perjanjian dalam satu hal penting: kitab Hukum Perjanjian membenarkan adanya banyak tempat suci, Kel 20:24, padahal kitab Ulangan menetapkan sebagai hukum bahwa hanya ada satu tempat ibadat saja, Ul 12:2-12. Pemusatan ibadat ini menyebabkan perubahan-perubahan dalam peraturan- peraturan lama yang menyangkut korban-korban, bagian sepersepuluh dan hari-hari raya. Kitab Hukum Ulangan memuat juga peraturan-peraturan yang tidak terdapat dalam Kitab Hukum Perjanjian dan yang kadang-kadang bercorak ketuaan. Peraturan- peraturan itu berasal dari sumber-sumber yang tidak dikenal. Apa yang menjadi milik kita Kitab Kudus Ulangan dan yang menunjukkan perubahan zaman ialah usaha untuk melindungi orang-orang yang lemah, peringatan yang berulang-ulang tentang hak-hak Allah atas negeriNya dan umatNya, serta nada ajakan yang meresapi peraturan-peraturan hukum itu.
Walaupun kitab Imamat baru mendapatkan bentuknya yang definitip sesudah masa Pembuangan, namun terdapatlah di dalamnya unsur-unsur yang sangat kuno, mis. larangan-larangan tentang makanan, 11, atau peraturan-peraturan tentang ketahiran, Im 13-15. Upacara ibadat hari raya Pendamaian, 16, yang berasal dari zaman belakangan,menggabungkan suatu pengertian sangat dalam mengenai dosa dengan upacara pentahiran yang kuno sekali. Bab-bab 17-26 merupakan suatu keseluruhan yang disebut "Hukum Kekudusan" dan mula-mula terpisah dari Pentateukh. Hukum itu mengumpulkan berbagai-bagai unsur. Beberapa di antaranya dapat dikembalikan pada masa suku-suku Israel masih Badui (demikian halnya dengan bab 18), padahal hukum-hukum lain berasal dari zaman sebelum Pembuangan dan yang lain lagi dari zaman kemudian. Untuk pertama kalinya hukum-hukum itu dikumpulkan di Yerusalem menjelang masa Pembuangan dan kumpulan pertama itu barangkali dikenal oleh Yehezkiel, sebab bahasa serta isi kitab Yehezkiel menunjukkan banyak kesamaan dengan "Hukum Kekudusan" itu. Akan tetapi "Hukum Kekudusan" itu baru diumumkan di masa Pembuangan, sebelum dimasukkan ke dalam Pentateukh oleh penyusun-penyusun pentateukh dari kalangan para Imam yang menyesuaikannya dengan bahan lain yang mereka kumpulkan.
ARTI KEAGAMAAN
Agama Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru adalah agama historis: dasarnya ialah wahyu yang diberikan Allah kepada manusia-manusia tertentu, di tempat-tempat tertentu, dalam keadaan-keadaan tertentu; landasan ialah campur tangan Allah pada saat-saat tertentu dalam perkembangan umat manusia. Pentateukh yang menguraikan sejarah hubungan Allah dengan dunia itu, merupakan dasar agama Yahudi dan telah menjadi Kitab Suci utamanya; ia telah menjadi hukum baginya.
Orang Israel menemukan di dalamnya keterangan tentang tujuan hidupnya. Bukan hanya di bagian pertama kitab Kejadian dapat dijumpai olehnya jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bercokol dalam hati setiap manusia tentang dunia dan kehidupan, penderitaan dan kematian, melainkan dijumpainya pula jawaban atas persoalan yang khusus, persoalan Israel, yaitu: mengapa Yahwe yang Esa adalah Allah Israel, mengapa Israel adalah umatNya yang terpilih di antara segala bangsa di bumi? Jawabannya ialah: sebab Israel telah menerima janji. Memang. Pentateukh adalah kitab janji: kepada Adam dan Hawa, sesudah jatuhnya ke dalam dosa, diberitakan keselamatan yang akan datang (Pra-Injil); kepada Nuh, sehabis air bah, diberi jaminan akan datangnya "orde baru" di dunia; khususnya janji itu diberikan kepada Abraham. janji yang diberikan kepadanya diperbaharui oleh Allah bagi Ishak dan Yakub dan mencakup seluruh bangsa yang akan menjadi keturunan mereka itu. Janji itu secara langsung terarah pada pendudukan negeri yang pernah didiami oleh para bapa bangsa, yaitu Tanah Terjanji, tetapi di dalamnya tercakup lebih dari itu, yakni: janji itu menjadi tanda akan adanya hubungan istimewa dan yang tiada bandingannya antara Israel dan Allah para leluhur.
Sebab Yahwelah yang telah memanggil Abraham. Panggilan itu menjadi pralambang terpilihnya Israel. Yahwehlah yang membuat mereka menjadi satu bangsa, lalu satu bangsa itu menjadi umatNya sendiri. Semuanya berdasarkan pilihan bebas dari pihak Allah dan berurat-berakar dalam sebuah rencana penuh kasih yang dimulai sejak saat penciptaan dan berlangsung terus, kendati segala ketidak- setiaan dari pihak manusia.
Janji serta pilihan itu terjamin dalam perjanjian. Pentateukh adalah kitab pelbagai perjanjian. Ada perjanjian yang, walaupun tersembunyi, sudah diadakah oleh Allah dengan Adam; lalu perjanjian itu menjadi kentara dalam perjanjian dengan Nuh, dalam perjanjian dengan Abraham dan akhirnya dalam perjanjian yang diikat dengan seluruh bangsa dengan perantaraan Musa. Perjanjian itu bukannya sebuah kontrak antara pihak-pihak yang sama dengannya, sebab Allah tidak membutuhkannya dan justru Dialah yang memprakarsainya. Walaupun demikian Allah telah melibatkan diri di dalamnya, ia mengikatkan diri dengan cara tertentu melalui janji-janji yang diberikanNya. Akan tetapi dari pihak umatNya dituntut olehNya kesetiaan; penolakan dari pihak Israel, dosanya, dapat memusnahkan ikatan yang sudah terjalin oleh cinta-kasih Allah.
Allah sendiri menggariskan syarat-syarat kesetiaan itu. Ia memberi hukum Taurat kepada umat yang dipilihNya. Hukum itu memberi petunjuk-petunjuk tentang tugas kewajiban umat mengatur tingkah-lakunya sesuai dengan kehendak Allah dan dengan mempertahankan perjanjian menyiapkan pemenuhan janji-janji Allah.
Tema-tema: Janji, Pilihan, Perjanjian dan Hukum Taurat, merupakan benang mas yang bersilang-silang di sepanjang kitab-kitab Pentateukh dan dapat dijumpai dalam seluruh Perjanjian Lama. Sebab Pentateukh bukannya sebuah karya yang selesai/tertutup: ia mengemukakan janji tetapi ia tidak bicara tentang pelaksanaannya; karena kisahnya berhenti sebelum masuknya bangsa Israel ke Tanah Suci. Pentateukh haruslah tinggal terbuka bagaikan sebuah harapan dan ancaman: harapan akan janji yang tampaknya terpenuhi dengan penaklukan Kanaan, Yos 23, lalu tergantung oleh dosa-dosa umat terpilih, akhirnya disadari kembali oleh kaum buangan di Babel; ancaman yang tercantum dalam hukum yang selalu menekan dan di Israel selalu menjadi saksi melawan mereka, Ul 31:26.
Keadaan demikian akan berlangsung sampai kedatangan Kristus yang menjadi tongkat batasnya; kepadaNyalah secara samar-samar tertuju sejarah keselamatan itu, ia memberi kepadanya arti yang sebenarnya. paulus membuka dan menguraikan rahasianya, terutama dalam Gal 3:15-29. Kristus mengadakan Perjanjian Baru yang telah dilambangkan dalam perjanjian-perjanjian dahulu kala dan Ia mengikut- sertakan di dalamnya orang-orang Kristen yang berkat imannya menjadi pewaris- pewaris Abraham. Adapun Hukum Perjanjian Lama diberi untuk menjaga janji-janji; peranannya dapat dibandingkan dengan seorang pendidik yang mengatur kepada Kristus, pemenuhan janji-janji tersebut.
Orang Kristen tidak lagi tunduk kepada kekuasaan pendidikan itu; ia sudah dibebaskan dari kewajiban menjalankan Hukum Taurat, namun ia tetap wajib menjalankan ajaran moral dan agama Hukum Taurat. Oleh sebab Kristus tidak datang untuk menghapus melainkan untuk menyempurnakan, Mat 5:17, maka Perjanjian Baru tidak bertentangan dengan Perjanjian Lama; ia merupakan kelanjutannya saja. Dalam peristiwa-peristiwa penting di masa para bapa bangsa dan Musa, dalam perayaan hari-hari raya dan dalam upacara-upacara di padang gurun (pengorbanan Ishak, penyeberangan Laut Merah, Paskah, dst). Gereja memang menemukan realita- realita Hukum Baru (korban Kristus, baptisan, Paskah Kristen). Akan tetapi ini tidak cukup. Iman kristen menuntut sikap hati yang sama yang dituntut dari pada orang-orang Israel oleh ceritera-ceritera dan peraturan-peraturan Pentateukh. Malahan lebih dari itu: dalam perjalanannya kepada Allah, setiap manusia mengalami tahap-tahap yang sama, yaitu: pelepasan, percobaan, pembersihan, yang dialami pula oleh umat terpilih. Setiap manusiapun dapat menemukan petunjuk- petunjuk yang berguna baginya di dalam pelajaran-pelajaran yang telah diberikan kepada umat terpilih.
Orang Kristen yang ingin membaca Pentateukh, sebaiknya memperhatikan urutan yang berikut: kitab Kejadian, yang sesudah memperlawankan kebaikan Allah Pencipta dengan ketidak-setiaan manusia yang berdosa, memperlihatkan dalam diri para bapa bangsa ganjaran yang dilimpahkan kepada mereka, yang percaya; kitab Keluaran adalah semacam gambaran penebusan dalam garis-garis besar; kitab Bilangan memgisahkan masa percobaan, di mana Allah mendidik dan memperbaiki tingkah-laku anak-anakNya dan dengan demikian disiapkanNya sebuah himpunan para terpilih. Kitab Imamat akan lebih bermanfaat, kalau dibaca bersamaan dengan bab- bab terakhir kitab Yehezkiel atau sesudah kitab-kitab Ezra dan Nehemia; korban tunggal Kristus memang sudah membuat peribadatan di Bait Suci Perjanjian Lama menjadi usang dan tidaj berguna lagi, namun tuntutan-tuntutannya mengenai kebersihan dan kesucian dalam pengabdian kepada Allah merupakan pengajaran yang tetap berlaku. Bacaan kitab Ulangan sebaiknya diadakan bersamaan dengan kitab Yeremia, nabi yang paling dekat padanya, baik karena ia hidup di masa yang sama, maupun karena kitab Ulangan diresapi semangat yang sama.
Ende: Ulangan (Pendahuluan Kitab) ULANGTUTUR
KATA PENDAHULUAN
Salah satu diantara kitab-kitab kumpulan hukum jang terpenting dari Israil ialah
Kitab Ulangtutur. Kitab ini terkenal deng...
ULANGTUTUR
KATA PENDAHULUAN
Salah satu diantara kitab-kitab kumpulan hukum jang terpenting dari Israil ialah Kitab Ulangtutur. Kitab ini terkenal dengan nama Deuteronomium atau 'hukum jang kedua' berkat terdjemahan Hunani Septuaginta dalam Ul. 17,18.
Tetapi sebenarnja naskah-naskahnja ditempat itu tidak berbitjara tentang suatuhukum kedua, melainkan tentang salinan dari kode hukum jang termuat dalam kitab Ulangtutur. Namun karena nama Deuteronomium sudah umum diterima dan djuga agak tepat menundjukkan maksud kitab ini, maka dipertahankan pula dalam bahasa Indonesia dengan terdjemahan: Ulangtutur atau Ulangan.
Isi
Kitab ini ditulis dalam bentuk chotbah perpisahan nabi Musa digurun Moab, jangdisampaikan tak lama mendjelang kematiannja. Didalamnja diumumkan kepada umat hukum dan perintah-perintah jang diberikan allah kepada Musa selama hidupnja.
Gambaran bahwa peraturan-peraturan itu disampaikan oleh Musa sendiri, itu hanjalah tjiptaan penjusun buku ini. Dalam kenjataannja rumusan hukum menurut bentuknja seperti jang terdapat didalam kitab ini, baru disusun dikemudian hari.
Adapun maksud penulis tiada lain ialah untuk menandaskan, bahwa rumusan hukum tersebut sungguh-sungguh bertumpu pada dasar-dasar jang telah terbentang pada zaman Musaa, berhubungan dengan Perdjandjian jang diikat digunung Sinai. Gunung itu di oleh pengarang Kitab Ulangtutur selalu disebut denang nama Horeb. Disamping itu kode hukum ini ditempatkan pada zaman Musa supaja dapat mendjadi landasan jang menguraikan makna dari sedjarah Israel mulai dari Josjua (lihat keterangan-keterangan dibawah).
Berita-berita mengenai perdjalanan umat Israel kegurun Moab dan mengenai wafat Musa disana, memang berdasarkan atas tradisi-tradisi kuno (lihat Tj. DJ. 21 dsl.). Tetapi tentang diadakannja upatjara pembaharuan-perdjandjian disana, tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Meskipun kumpulan hukum-hukum jang tertjantum dalam Kitab Ulangtutur bersumber pada tradisi-tradisi dan rumusan-rumusan hukum kuno (lihat ump. kesamaan dengan naskah perdjandjian dalam Peng. 34,10-26), namun banjak pula dimasukkan kedalamnja perluasan-perluasan dan penjesuaian-penjesuaiannja dari zaman jang lebih kemudian. Dalam kenjataan kitab hukum itu dimaksudkan untuk bangsa Israil jang hidup pada zaman monarki. Hal itu djelas dari banjak ketetapan-ketetapan jang ada sangkut-pautnja dengan tjara hidup menetap dalam lingkungan kota ataupun desa; apalagi njata dari hukum bagi radja (17,14 sld) dan kaum levita (18,1-8), serta dari ditekankannja sentralisasi atau pemusatan kultus disatu tempat.
Kewadjiban-kewadjiban jang diuraikan didalam kitab ini disusun dalam bentuk gaja andjuran, sebagai sematjam pewartaan. Djadi buku ini adalah lebih daripada sebuah kumpulan peraturan-peraturan belaka. Hal inipun memberikan petundjuk mengenai asal-usul tradisi-tradisi jang diolah didalamnja.
Pembagian Fas. 1-11: Pengantar sedjarah
1,6 - 4,40 chotbah pertama: Kedjadian-kedjadian sedjak dari Horeb sampai tiba diseberang jarden (1-3). mempermaklumkan hukum Sinai; kutuk dan berkat (4).
5 - 11 chotbah kedua: Mempermaklumkan hukum Sinai (Dekalog)(5). andjuran supaja taat pada hukum berdasarkan atas perbuatan-perbuatan jahwe jang lampau dan atas berkat dan kutuk dihari depan (6-11).
Fas. 12-26: Perumusan hukum dan pengumumannja (Inti kitab)
Hukum bagi sentralisasi kultus dan hukum-hukum lainnja bagi ibadah (12-16).
Hukum mengenai para petugas (16,18-18). Hukum penduduk dan hukum perang (19-25). Hukum-hukum bagi upatjara ibadat (26).
Fas. 27-30: Pengikatan Perdjandjian
27-28 chotbah penutup jang pertama: penetapan setjara tertulis dan kurban (27,1- 10). maklumat berkat dan kutuk (27,11-28)
29-30 chotbah penutup jang kedua: pengikatan Perdjamuan resmi dengan kutunja (29). berkat (30).
Fas. 31: Penutup sedjarah
Pengangkatan josjua; penulis naskah hukum; upatjara pembaharuan-perdjandjian; penetapan hukum didalam tempat sutji.
Fas. 32-34: Tambahan-tambahan
Mazmur kebidjaksanaan (32) peribahasa berkat (33) tjerita tentang wafat Musa dan peralihan historis kepada kitap Josjua (34).
Sedjarah terdjadinja kitab
Kitab ini dengan djelas menundjukkan tjiri-tjiri kumpulan petuah-petuah jang telah ada. Chotbah-chotbah hukum itu sangat boleh djadi diambil dari pengedjaran-hukum para levita (torah), seperti halnja jang disampaikan kepada umat pada tempat-tempat ibadah, terutama dalam rangka upatjara 'Pembaharuan- Perdjandjian'.
Ikatan perdjandjian atau pembaharuan Perdjandjian itu mempunjai struktur atau skema tertentu, jang berpadanan dengan bentuk perdjandjian-perdjandjian internasional seperti berlaku pada bangsa-bangsa lainnja. Hal itu kita lihat chususnja dalam perdjandjian-perdjandjian antara kaum penguasa keradjaan- keradjaan besar dan radja-radja serta bangsa-bangsa jang ditahklukkannja,. Skema perdjandjian itu tersusun dalam bagian-bagian seperti berikut:
a) pengantar sedjarah, jang mengingatkan bantuan dan kemurahan-hati penguasa terhadap rakjat jang dipersekutukannja,
b) diundangnja kewadjiban-pokok terhadap maharadja: pengakuan sebagai satu- satunja penguasa dan kesanggupan untuk tidak berhubungan dengan radja besar lainnja.
c) beberapa ketentuan konkrit sebagai kelandjutan dari perdjandjian itu.
d) dimeteraikannja perdjandjian: naskahnja disusun setjara tertulis; permaklumkannja kepada chalajak ramai dengan perintah untuk membatjakannja pada saat tertentu selaku peringatan diwaktu kemudian; naskah ditaruh didalam kuil.
e) berkat dan kutuk sebagai sangsi terhadap kepatuhan atau pengingkaran terhadap perdjandjian itu, lazimnja dengan penjebutan para dewa sebagai saksi.
Struktur serupa itu kita djumpai pula pada perajaan-perajaan perdjandjian bangsa Israil. Adapun soalnja disini menjangkut ikatan-perdjandjian antara Jahwe dan umatNja. Dalam pembaharuan-Perdjandjian sematjam itu jang menurut Ul. 31,10 dilangsungkan pada tiap-tiap 7 tahun, kaum Levita memainkan peranan utama.
Adapun tugasnja ialah: mengumumkan Perdjandjian itu sekali lagi atas kuasa musa
sendiri, serta menghidupkan kembali diantara umat. Untuk itu dibuatnja uraian
kewadjiban-kewadjiban perdjandjian (Hukum), jang sekaligus disesuaikan dengan
masalah-masalah dan keadaan jang aktuil. Hal itu mereka lakukan dalam bentuk
chotbah atau adjakan, jang menggerakkan hati-nurani para pendengarnja dan
melibatkan mereka kedalam peristiwa-peristiwa itu setjara pribadi (lihat
Adapun wedjangan-wedjangan kitab Ulangtutur itu dalam susunannja djelas menundjukkan djedjak-djedjak dari perajaan-Perdjandjian sematjam itu.Chotbah- chotbah kaum Levita tidaklah merupakan suatu wedjangan bebas,berdasarkan ichtisar ataupun perumusan-perumusan buatan sendiri, melainkan terikat sekali pada bentuk tradisionil jang berlaku untuk liturgi Perdjandjian. Bentuk itu mendjamin suatu keagamaan resmi jang mendjadi tuntutan ibadat, serta menandaskan kuasa sipengchotbah itu.
Seperti telah dikatakan, unsur penting dalam perajaan-ibadah dan chotbah-chotbah adalah: menghadirkan lagi tindakan-tindakan jahwe serta sabda-sabdaNja dan tuntutan-tuntutanNja untuk rakjat jang berkumpul ditempat sutji.Hal itu dapat kita saksikan didalam wedjangan-wedjangan kitab Ulangtutur. Disitu ditekankan, bahwa kata-kata Allah 'pada hari ini' (hayyom) disampaikan kehadapan umat (lepan'eyka) dan diutjapkan dimuka telinga (be-ozneykem), pun pula bahwa mereka sendiri melihat perbuatan keadjaiban-keadjaiban Allah. Sedangkan orang Israil jang berkumpul sekali lagi dihadapkan pada pilihan, baik setjara bersama maupun setjara perorangan, untuk mengikuti Jahwe atau menolakNja, untuk mematuhi perintah-perintahnja ataupun melanggarnja (lihat: Ul. 5,1-3;11,26;30,11-20 dan seruan "Dengarkanlah, hai Israil "jang mungkin mempunjai kedudukan didalam liturgi).
Djika kitab Deuteronomium itu merupakan kumpulan chotbah, uraian sjaratsjarat perdjandjian, jang telah berkembang dalam rangka ibadat. Chotbah-chotbah itu lebih-lebih telah berkembang didalam keradjaan utara, sebab disana banjak terdapat tempat-tempat ibadat jang paling terkenal. Sedjak djatuhnja kota Samaria pada tahun 721 rupa-rupanja banjak orang-orang israil, diantaranja djuga orang-orang Levit, menjingkir ke Juda. Demikianlah maka banjak pula tradisi- tradisi utara jang terbawa keselatan.
Penjusun kitab ini telah menseleksinja, dan wedjangan-wedjangan itu selandjutnja didjadikan rangka jang melindungi kode hukum sendiri. Begitu fas.5 - 11 dan 27 - 28 merupakan bingkai bagi rumusan-hukum dalam fas. 12-26. Lihat penutupnja dalam Ul. 28,69.
Kemudian diterbitkan lagi-paling sedikit satu kali- dan ditambah dengan fas. 1-4 dan 29-30; 34. Mungkin sekali, bahwa semuanja itu ditambahkan oleh seorang pengarang jang bermaksud mengaitkan kitab Ulangtutur dengan buku-buku Josjua- Hakim-Sjemuel dan Radja. Didalam fasal-fasal itu ternjata rangka sedjarah lebih ditekankan. Mengenai fas. 31, sulit ditentukan asal-usulnja. Kiranja fasal itu terdiri dari unsur-unsur jang tua dan lebih muda, jang didjalin antara lain untuk dapat memasukkan madah dari fasal 32. Begitu pula fasal \a 33 dirangkaikan kedalam keseluruhannja diwaktu kemudian.
Namun itu tidak berarti, bahwa bagian-bagian jang ditambahkan kemudian,baru disusun diwaktu itu djuga. Begitu misalnja uraian peristiwa-peristiwa sedjarah jang lebih luas itu diambilkan dari ringkasan-ringkasan sedjarah jang sudah ada.
Keseluruhan kitab Ulangtutur itupun kemudian ditempatkan kedalam skema pembaharuan-Perdjandjian. Tetapi bagian-bagian masing-masing djuga telah disusun menurut skema itu, suatu hal jang menerangkan adanja timbunan bahan jang serupa, terutama dalam uraian-uraian sedjarah dan dalam rumusan-rumusan jang berisikan berkat dan kutuk.
Achirnja perlu ditjatat, bahwa tak mungkin menguraikan segala lapisan redaksi buku ini dengan pasti. Diantara para ahli belum ditjapai persetudjuan dalam hal itu. Pemakaian bentuk tunggal dan djamak setjara tertjampur misalnja, tidak membuktikan dengan pasti adanja sumber-sumber jang berlainan.
Pengarang dan waktu
Dalam 2 Radja 22 dan 2 Kronik (Twr) 34 dikisahkan bahwa dalam tahun pemerintahan jang ke-18 dari radja Josjijahu dari Juda (640-609), jakni pada tahun 621, diketemukan kitab hukum didalam kenisah di Jerusalem. Mendengar isi kitab itu radja dan rakjatnja merasa sangat terharu, sehingga kitab itu mengakibatkan suatu pembaharuan religius.
Pada umumnja diterima, bahwa kitab tersebut adalah kitab hukum Deuteronomium dalam bentuk intinja (paling sedikit fas. 12-26). Adapun jang mendjadi alasannja ialah, bahwa terdapat banjak persamaan antara gagasan-gagasan jang dikemukakan didalam kitab Ulangtutur itu dan pokok-pokok pembaharuan religius jang dilantjarkan oleh josjijahu, lebih-lebih jang menjangkut soal pemurnia dan pemusatan ibadat. Demikianlah kiranja inti dari kitab kita ini dipakai sebagai naskag-hukum liturgis dalam pembaharuan-Perdjandjian jang dilakukan olejh Josjijahu.
Namun demikianlah aliran kerohanian jang menjebabkan kitab hukum ini disusun, sudah muntjul sebelumnja, mungkin sedjak zaman pemerintahan Hizkia (715-687; lihat: 2Radja 18). Djika tidaklah mustahil bahwa kumpulan hukum-hukum dalam bentuk deuteronomistis telah tersusun pada zaman itu, akan tetapi kesempatannja jang baik untuk menjiarkan isi kitab tersebut baru terdjadi pada zaman pemerintahan josjijahu.
Adapun penulis-penulisnja kiranja berasal dari lingkungan kaum Levita didaerah utara, sedangkan penjusunan karangan terdjadi didaerah selatan. Djelaslah pula bahwa (para) penjusun mendapat pengaruh dari para nabi, dan disamping itu dipengaruhi djuga oleh aliran 'kebidjaksanaan'.
Seperti telah diutarakan diatas, intinga aseli dari kitab hukum ini kemudian masih diolah lagi dan diperbanjak. Para redaktur dari zaman selandjutnja djuga membubuhkan kisah tentang sedjarah israil sesudah musa sampai dengan buku 2 Radja, jang diselesaikan selama waktu pembuangan. Maka kitab Ulangtutur disambungkan padanja sebagai titik-pangkal. Pandangan teologis dari aliran deuteronomistis terhadap sedjarah dapat dikenal kembali didalam kitab-kitab sedjarah itu, chususnja dalam hal ini: kesetiaan terhadap Perdjandjian membawakan berkat,kedurhakaan mendatangkan kutuk, dan umat dapat diselamatkan lagi dengan bertobat dan kembali kepada Jahwe.
Kebanjakan orang berpendapat bahwa redaksi terachir dari kitab Ulangtutur sendiri terdjadji pada achir zaman monarki, namun demikian diperkirakan masih ada beberapa tambahan dari zaman pembuangan.
Maksud kitab
Kitab ini timbul dari aliran pembaharuan rohani, sebagai reaksi terhadap kemerosotan religius pada zaman monarki. Semangat keagamaan jang dahulu dimiliki oleh bangsa ketjil jang berhasil menduduki wilajah jang besar, pada umumnja sudah sangat mundur. Begitu pula kesadaran akan pertolongan Jahwe jang tak ada henti-hentinja telah pudar djuga. Berkat perkembangan politik dan ekonomi pada zaman radja-radja, maka muntjullah kepertjajaan akan kekuatas sendiri. Terutama karena telah berhasil menguasai negeri Kanaan, orang merasa sudah mentjapai segala sesuatu jang telah didjadikan Jahwe kepada mereka. Maka lenjaplah sudah keinsafan, bahwa orang masih berada diperdjalanan,lenjaplah pula pendengaran terhadap tuntutan-tuntutan kepemimpinan Jahwe.
Dari sebab itu timbul bahaja bahwa Jahwe, jang menuntun pada djalan jang menudju kearah keselamatan, bagi massa rakjat mendjadi sematjam dewa-alam,jang wadjib melimpahkan kemakmuran kepada manusia. Maka Iapun dipandangnja sebagai Allah bumi jang mendjamin kesuburan dan kedamaian, apabila pada saat-saat tertentu Ia diberi persembahan korban. Demikianlah maka Allah Israil sedikit banjak dipersembahkan dengan dewa-dewa bangsa Kanaan, sedangkan gambarNjapun dipersempit ataupun dibolak-balikkan samasekali.
Kemerosotan itu lebih-lebih dapat terlihat dalam sinkretisme (pertjampuran) dibidang agama dan kultus. Hal itu terdjadi karena bangsa Israil telah menaklukkan sisa-sisa penduduk bangsa Kanaan. Dengan demikian maka sikap permusuhan jang sengit telah mengundur dan orangpun mulai tjenderung kearah toleransi. Hal jang serupa itu terdjadi pula dalam hubungannja dengan bangsa- bangsa lain jang ada disekitarnja. Antara lain karena alasan-alasan politik, dibuatlah berbagai hubungan dengan mereka itu. Demikianlah perkawinan radja- radja dengan wanita-wanita dari lain negeri kerapkali mempunjai tudjuan politik.
Maka akibatnja ialah bahwa dalam lapangan keagamaan, orang mengambil alih pengertian-pengertian jang salah dan membiarkan dirinja terseret oleh praktek- praktek kultus atau bahkan jang asusila. Ketjuali itu ibadat Israel itu sendiri kerapkali merosot mendjadi formalitas lahir, tanpa adanja penghajatan jang sungguh-sungguh akan Perdjandjian dengan Jahwe. Sementara itu sedjumlah imam dan nabi-nabi mendjadi terlalu bergantung pada radja dan hanja berminat untuk memenuhi apa jang mendjadi kehendak radja.
Sudah tak ajal lagi, bahwa keruntuhan kekuasaan Israel dibagi utara membengkitkan refleksi jang baru terhadap panggilan Israel jang sesungguhnja. Dari sebab itu maka gerakan deuteronomistis itupun dapat berkembang. Gerakan itu mengungkapkan kembali gambaran bangsa Israel kuno sebagai pengembara, jang dalam ketaatanja kepada pimpinan Jahwe menaklukkan negeri dan memisahkan diri dari lingkungannja jang kafir. Karenanja maka bangsa Israel dari zaman jang lebih kemudian harus mengenali kembali dirinja sebagai ,umat Jahwe jang terpilih', jang tetap menpunjai tugas djuga dizamannja sendiri dan untuk hari depan. (Bandingkan: istilah "mengikuti Jahwe" atau "menempuh djalan-djalan jahwe").
Tekanannja terletak pada Jahwe sebagai satu-satunja Allah jang memimpin sedjarah bangsa Israel dan membawa umat itu masuk kenegerinja sendiri. Maka hal itupun ada sangkut-pautnja dengan penolakan terhadap banjak tempat-ibadat jang mudah mendjerumuskan kedalam praktek-praktek tahjul, pun pula dengan pembatasan upatjara-upatjara ibadat disatu-satunja tempat jang sjah, jang akan ditundjukkan sendiri oleh Allah.
Kitab Ulangtutur itupun djuga hendaknja membakar semangat perdjuangan umat, dan mengetjam toleransi jang sudah keterlaluan, apalagi menjeret kedalam sikap atjuh tak atjuh terhadap agama.
Djadi gerakan pembaharuan seperti jang terungkapkan dalam kitab-kitab ini hendak menghidupkan kembali gagasan perdjandjian dan ketaatan terhadap hukum kuno, dalam bentuk jang sesuai dengan tuntutan serta bahaja-bahaja pada zamannja sendiri. Adapun jang diperdjuangkan ialah bukan pengalaman hukum sadja, melainkan kepatuhan sebagai tanda dari ikatan umat jang erat dengan Jahwe. Disini kitapun melihat adanja usaha mengintegrasikan tradisi perdjandjian Dawud (2 Sjem.7) dan institut monarki kedalam faham perdjandjian dan Hukum Musa jang klasik. Seorang radja hanja merupakan alat Allah bagi keselamatan umat, apabila ia taat kepada hukum ilahi (Ul. 17,14-20).
Adapun tjiri-tjiri jang paling utama dari kitab Ulangtutur dapatlah kami ringkaskan sebagai berikut:
a) Pengakuan bahwa Jahwe adalah satu-satunja Allah jang benar dan jang menjelamatkan umatNja. ADapun Israel adalah bangsa jang dipilih mendjadi milikNja jang chas.
b) Oleh sebab itu pengabdian kepadaNja meliputi manusia seluruhnja dan penghajatan perdjandjian setjara batin dengan sepenuh hati dan djiwa. hal itu harus mendorongnja untuk memenubi hukum-Perdjandjian dalam hidup sehari-hari dengan spontan dan tjermat.
c) Pemusatan ibadat disatu tempat, dimana allah jang satu sungguh-sungguh memperkenalkan DiriNja.
d) Larangan untuk bertjampur dengan bangsa-bangsa asing. Untuk itu dikemukakan lagi faham ,perang sutji', ialah jang mengingatkan kepada zaman ketika bangsa Israel sedang dalam perdjalanan untuk menduduki kanaan.
Ketjenderungan kearah sentralisasi ibadat pasti sudah timbul di keradjaan utara sebagai raeksi terhadap pengaruh dari kuil-kuil setempat. Dengan adanja pembatasan tempat-tempat kultus jang resmi maka besarlah djaminan bagi kemurnian agama. Kemudian satu-satu tempat jang sjah adalah kenisah dikota Jerusalem. Kota itulah jang dalam kitab Ulangtutur dimaksudkan apabila dipakainja istilah, tempat jang ada ditundjukkan oleh Jahwe'.
Masih ada satu hal lagi jang menjolok dalam kitab ini, ialah perhatiannja bagi para pembimbing rakjat: para radja, para Levita dan para nabi. Tekanan pada kedudukan dan tugas kaum Levita dan para nabi. Tekanan pada kedudukan dan tugas kaum Levita tidak mengherankan kalau diingat, bahwa buku ini kiranja berasal dari kalangan mereka. Dalam hal radja nampaklah reaksi terhadap penjalahgunaan kekuasaannja. Djurstru untuk menandaskan sifat karismatis para radja, maka penulis melukiskan keadaan israel pada zaman musa, jakni ketika Jahwe sendiri memimpin umatNja dengan perantaraan tokoh-tokoh para nabi seperti Musa dan Josjua. Achirnja orang diperingatkan terhadap nabi-nabi palsu, jang dengan sandjungan-sandjungannja hendak mengambil hati para radja dan penguasa sampai dengan menjesatkan rakjat.
Dari tjiri-tjiri sematjam itu njatalah, bahwa kitab ini mengandung unsur-unsur profetif. Misalnja ada persamaan dengan chotbah-chotbah nabi Hosea dan Jeremia. Ada reaksi jang sama, jakni reaksi terhadap ibadat kosong, jang dipergunakan untul mengisis kekurangan akan penghajatan hukum jang sungguh-sungguh serta untuk menutup kesalahan sikap terhadap Allah dan sesama manusia.Deuteronomium pun hendak mempertalikan ibadah dengan kehidupan jang konkrit (lihat ungkapan: shamar (le-asoth) = memelihara hukum, djuga diluar suasana ibadat, supaja terlaksana dalam praktek hidup). Staf profetis laindari kitab ini ialah: usaha humanisasi terhadap hubungan-hubungan manusiawi,misalnja hormat kepada kaum wanita, djanda, anak jatim-piatu, kaum fakir-miskin dan orang-orang asing, dan selandjutnja adanja ketentuan-ketentuan jang mendjamin peradilan jang objektif.
Demikianlah didalam Ulangtutur mendjadi djelas, bahwa hukum Israel tidak hanja merupakan perumusan resmi jang mendjamin kesatuan nasional, jang pada upatjara- upatjara resmi dimaklumkan sebagai lambang belaka. Djustru dipatuhinja ketetapan-ketetapan hukum djuga diluar upatjara ibadat, dalam sikap hidup dan tngkah laku seseorang, itulah jang menentukan haluan sedjarah Israel. Itu pulalah jang mendjadi tema dasar dari buku-buku lainnja jang berasal dari aliran deuteronomistis, seperti Josjua, Hakim-hakim etc.
Dalam bentuknja jang semula kitab Ulangtutur dimaksudkan kiranja sebagai dasar perumusan pembaharuan-Perdjandjian jang resmi, seperti jang terdjadi pada zaman radja Josjijahu. Orang diingatkan kembali akan tradisi-iman jang kuno, tradisi dari sebelum zaman para radja, jakni zaman perserikatan suku-suku.
Radja Josjijahu adalah tokoh religius, jang berusaha mengadakan pemurnian agama rakjat. Mungkin terdjadi pula, bahwa tekanan pada gagasan "perang sutji" seperti jang dikemukakan dalam hukum Ulangtutur itu, kebetulan sesuai djuga dengan tjita-tjita politiknja merebut kembali daerah keradjaan utara, jang didjadikan oleh bangsa Asiria. Dengan memberikan tjorak religius pada ekspedisinja, maka lebih mudahlah baginja untuk mengikut-sertakan seluruh rakjat. namun pada achirnja gagasan perang sutji itu sebagaian besar melulu tinggal teori belaka.
Sebagai perumusan baru bagi pembaharuan-Perdjandjian, hukum Deuteronomium mau mengumpulkan perumusan-perumusan jang lebih tua dalam bentuk jang lengkap dan sesuai. Lebih dahulu Dekalog diulangi oleh redaktur dari fas. 5, karena itulah pokok dari sistem-hukum Israel. Begitudjuga tertjantum didalamnja saduran dari "Kitab Perdjandjian' (Peng. 20,22-23,19),jang berasal dari zaman permulaan tinggal ditanah kanaan dan menurut beberapa ahli merupakan naskah dari perdjandjian di Sichem pada zaman Josjua (Jos.24). lagipula terlihat didalamnja unsur-unsur dari perumusan hukum seperti jang terdapat dalam Peng. 34,10-26.
Meskipun ada berbagai peraturan jang diambil alih olehnja, namun sifatnja jang baru ternjata djelas misalnja dari beberapa perubahan ketjil dalam teks Dekalog, lalu kesatuan tempat ibadat dibandingkan dengan banjaknja tempat-tempat sutji jang dalam Kitab Pengungsi masih dianggap biasa (Peng. 20-24-26;34,23-24). Selanjutnja djelas pula dari pemberitaan, bahwa jahwe tidak menjampaikan kepada rakjat apapun ketjuali kesepuluh sabda (Dekalog) sadja (Ul. 5,22 dan 28,69). Baru pada achir hajatnja Musa mempermaklumkan peraturan-peraturan jang telah diwahjukan kepadanja setjara pribadi, dan jang dituliskan didalam kitab Ulangtutur. Djika dengan demikian maka ,Kitab Perdjandjian' beserta kumpulan- kumpulan-hukum lainnja, jang menurut tradisi diundangkan selama hidup Musa, dilampaui dan diganti oleh hukum Deuteronomium.
Sudah kami katakan bahwa kode Deuteronomium, menurut gambaran penjusun kitab, digeser kezaman Musa untuk menjatakan bahwa isinja berdasarkan inspirasi dinamis Perdjandjian digunung Horeb (Sinai). Tetapi penggeseran itu mau menjarankan pula, bahwa hukum Allah ini telah diketahui oleh orang-orang Israel sebelum mereka masuk ketanah kanaan. Begitu Deuteronomium dapat didjadikan titik-pangkal bagi sedjarah selandjutnja serta kuntji untuk menafsirkan sedjarah itu. Segala peristiwa jang dialami israel mulai dari zaman josjua sampai dengan pembuangan, dengan kemuliaan dan kemerosotannja, dipersangkutkan dengan kitab Ulangtutur dan disoroti olehnja.
Namun kitab seperti jang kita kenal dalambentuknja jang telah diperluas itu sukar dipandang sebagai naskah jang dipergunakan dalam upatjara pembaharuan- Perdjandjian. Kitab itu lebih merupakan kumpulan dari berbagai chotbah pengadjaran hukum (toroth), jang dikumpulkan dan disusun pada zaman ketika chotbah lisan mulai lenjap (bdk. 2 Rdj. 22,13.17;23,22). Meskipun sebagian besar daripadanja berdasarkan tradisi-kultus, namun ini lebih banjak merupakan kitab batjaan, jang memberi tempat labih luas kepada kenangan-kenangan akan perbuatan- perbuatan Allah jang bersedjarah serta menguraikan hal-hal jang dialami oleh umat, dalam rangka sedjarah jang kontinu.
Demikian bagian hukum itupun ditempatkan dalam rangka sedjarah, meskipun struktur-ibadat disini nampak paling menondjol. Dari sebab itu kitab hukum ini kemudian dapat dirangkaikan dengan naskah-naskah jang telah ada mengenai sedjarah jang paling awal dari bangsa israel, mendjadi kelandjutan dari karja- karja jahwistis dan Elohistis (lihat: Taurat musa I, kata pendahuluan). Begitu maka kitab ini pada abad VI atau V, dibubuhkan sebagai kitab jang terachir pada kelima buku Musa (Pentateuch).
BIS: Ulangan (Pendahuluan Kitab) ULANGAN
PENGANTAR
Buku Ulangan terdiri dari serangkaian pidato-pidato yang diucapkan Musa di
depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab.
ULANGAN
PENGANTAR
Buku Ulangan terdiri dari serangkaian pidato-pidato yang diucapkan Musa di depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab. Mereka berhenti di situ sesudah mengakhiri perjalanan panjang lewat padang gurun dan sebelum masuk ke Kanaan untuk menduduki negeri itu.
Beberapa pokok yang penting dari buku ini ialah:
- 1. Musa mengingatkan bangsa Israel akan peristiwa-peristiwa besar selama 40 tahun yang terakhir. Ia mohon kepada bangsa Israel supaya mereka ingat bagaimana Allah memimpin mereka melalui padang gurun dan karena itu mereka harus taat dan setia kepada Allah.
- 2. Musa mengulangi Sepuluh Perintah Allah, dan ia menekankan arti Perintah yang Pertama. Ia minta dengan sangat supaya orang Israel beribadat kepada TUHAN saja. Lalu ia mengulangi beberapa hukum dan perintah yang mengatur kehidupan bangsa Israel di tanah yang sudah dijanjikan.
- 3. Musa mengingatkan bangsa Israel akan arti ikatan perjanjian Allah dengan mereka. Ia mendorong bangsa itu supaya membaharui kesediaan mereka untuk memenuhi kewajiban-kewajiban mereka.
- 4. Yosua ditunjuk sebagai pengganti Musa untuk memimpin umat Allah. Sesudah menyanyikan sebuah lagu pujian bagi kesetiaan TUHAN, dan mengucapkan berkat atas suku-suku Israel, Musa meninggal di Moab, di sebelah timur Sungai Yordan.
Tema pokok buku ini ialah bahwa Allah sudah menyelamatkan dan memberkati umat pilihan-Nya, bangsa yang dikasihi-Nya. Jadi bangsa Israel tak boleh lupa akan hal itu. Mereka harus mentaati Allah, supaya mereka tetap hidup dan terus diberkati.
Ayat-ayat yang paling penting dalam buku ini ialah Ul 6:4-6. Ayat- ayat ini memuat kata-kata yang oleh Yesus disebut hukum yang terbesar, "Cintailah TUHAN Allahmu dengan sepenuh hatimu: Tunjukkan itu dalam cara hidupmu dan dalam perbuatanmu."
Isi
- Pidato yang pertama
Ul 1:1-4:49 - Pidato yang kedua
Ul 5:1-26:19 - a. Sepuluh Perintah Allah
Ul 5:1-10:22 - b. Hukum-hukum, peraturan-peraturan, dan nasihat-nasihat
Ul 11:1-26:19 - Petunjuk-petunjuk untuk memasuki negeri Kanaan
Ul 27:1-28:68 - Perjanjian dibaharui
Ul 29:1-30:20 - Kata-kata terakhir
Ul 31:1-33:29 - Kematian Musa
Ul 34:1-12
Ajaran: Ulangan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat pengalaman umat Allah di Padang Gurun, yang diceritakan
dalam Kitab Ulangan, setiap anggota jemaat mengerti kebesaran k
Tujuan
Supaya dengan melihat pengalaman umat Allah di Padang Gurun, yang diceritakan dalam Kitab Ulangan, setiap anggota jemaat mengerti kebesaran kasih setia Allah dalam memelihara dan mengampuni umat-Nya.
Pendahuluan
Penulis : Musa.
Isi Kitab: Kitab Ulangan terdiri dari 34 pasal dan berisi khotbah Musa kepada umat Allah.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ulangan
Pasal 1-4 (Ul 1:1-4:49).
Khotbah kesatu Musa, tentang sejarah perjanjian Allah dengan umat-Nya Dalam khotbah yang pertama, Musa mengingatkan bangsa Israel akan segala pemeliharaan Tuhan, mulai mereka berangkat dari gunung Horeb. Di bagian ini Musa mengingatkan pula, bahwa bangsa Israel sejak keluar dari tanah Mesir selalu bersungut-sungut dan memberontak. Oleh karena itu Musa memberikan suatu perintah yang besar mengenai kehidupan yang berkenan kepada Allah, yaitu taat kepada Taurat dan mengasihi Allah dengan sepenuh hati.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ul 1:3; 4:1-6,39-40. Siapakah yang berkhotbah (berbicara) di bagian ini? Dan apakah ringkasan isi khotbahnya?
Pasal 5-28 (Ul 5:1-28:68).
Khotbah kedua Musa, tentang syarat-syarat kehidupan umat Allah.
Dalam khotbah kedua ini, Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah. Oleh karena itu mereka harus hidup memuliakan Allah, dengan hidup menurut hukum Tuhan. Intisari dari hukum itu adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati supaya diberkati.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ul 5:1-22. Apa yang diajarkan Musa?
- Bacalah pasal Ul 10:12-17. Apakah tanggapan yang diharapkan dari umat Alla terhadap Firman Allah?
- Bacalah pasal Ul 28:1-6,8-10. Apakah janji Tuhan atas umat-Nya yang setia?
- Bacalah pasal Ul 28:15-19. Apakah tindakan Tuhan atas umat-Nya yang tidak setia? Apakah sebab lain yang membuat umat Tuhan menderita? (Ul 28:47-48).
Pasal 29-34 (Ul 29:1-34:12).
Khotbah ketiga Musa, yaitu tentang persiapan terakhir dan perpisahan.
Khotbah yang ketiga dari Musa berisi ajakan kepada bangsa Israel untuk memperhatikan semua hukum Tuhan, agar dapat memiliki hidup yang penuh berkat. Pada bagian yang terakhir sebagai persiapan, juga Musa mengangkat Yosua sebagai pengganti (pasal Ul 31:7) dan para imam untuk mengajar. Sebelum Musa meninggal dunia dia sempat memuji Tuhan dengan menyanyi (pasal Ul 32:1-43) serta membagi berkat kepada tiap-tiap suku Israel. Kemudian Musa naik ke atas bukit Nebo untuk melihat tanah Kanaan yang dijanjikan itu, karena dia sendiri tidak diperkenankan masuk ke Kanaan. Akhirnya Musa meninggal dunia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ul 29:10-13. Apakah isi ajakan Musa?
- Bacalah pasal Ul 30:1-3. Apakah jalan keluarnya agar tidak dikutuk?
- Bacalah pasal Ul 31:7-8,23. Siapakah yang menggantikan Musa, untuk memimpin bangs Israel masuk ke dalam tanah perjanjian?
- Bacalah pasal Ul 34:1-5. Apakah teladan yang dapat saudara ambil dari seluru kehidupan Musa?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Ulangan menceritakan riwayat bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah, yang hanya dapat hidup melalui kuat kuasa Allah.
Hidup dengan mengasihi Allah dengan segenap hati, kekuatan dan akal budi merupakan jalan satu-satunya untuk mengalami kuasa dan kasih Allah.
Hidup yang mengasihi Allah dengan segenap hati, kekuatan dan akal budi berarti hidup dengan menjauhkan diri dari penyembahan berhala dan keinginan diri sendiri.
Kitab Ulangan mengajarkan kasih setia Allah dalam kehidupan umat-Nya, baik pengampunan-Nya maupun keadilan-Nya untuk kehidupan di masa yang akan datang.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ulangan?
- Apakah isi Kitab Ulangan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari Kita Ulangan?
Intisari: Ulangan (Pendahuluan Kitab) Suatu tantangan bagi umat Allah
NAMANama Ibrani untuk Kitab Ulangan dirangkum dalam baris pembukaan yang berbunyi "inilah perkataan-perkataan itu". N
Suatu tantangan bagi umat Allah
NAMA
Nama Ibrani untuk Kitab Ulangan dirangkum dalam baris pembukaan yang berbunyi "inilah perkataan-perkataan itu". Nama Ulangan diambil dari kata Yunani yang berarti "hukum kedua" yang merupakan terjemahan yang sedikit kurang tepat dari "salinan dari hukum ini" (Ula 17:18).
STRUKTUR KITAB ULANGAN
Dalam Ulangan kita membaca pengulangan dan penekanan kembali dari perjanjian yang dibuat antara Allah dan bangsa Israel di Sinai. Bentuk perjanjian dibuat sesuai dengan pola umum naskah perjanjian di daerah Asia Timur Dekat kuno yang terdiri dari latar belakang historis, daftar kewajiban, uraian mengenai berkat dan kutuk, serta pengaturan untuk menyimpan dan membaca dokumen perjanjian. Dalam Ulangan pola ini ditampilkan dalam bentuk tiga pidato Musa di depan bangsa Israel sebelum ia wafat untuk mengingatkan mereka apa artinya menjadi umat Allah.
PENULIS DAN WAKTU PENULISAN
Tidak ada alasan untuk meragukan bahwa sebagian besar bahan didapat langsung dari Musa sendiri. Pendapat bahwa seluruh kitab ini dibuat selama masa reformasi Hizkia atau Yosia, atau bahkan setelah masa pengasingan tidak dapat didukung, karena tidak ada isi kitab yang berhubungan dengan tradisi Raja Daud atau Bait Allah; kedua fakta ini amat penting di kemudian hari. Pada kenyataannya pola hidup yang digambarkan cocok dengan latar belakang kehidupan bangsa Israel sebelum adanya kerajaan. Namun demikian, rupanya telah terjadi beberapa penyuntingan dan penyusunan kembali sehingga sangat sukar untuk menentukan kapan akhirnya kitab itu diterbitkan. Contoh-contoh perjanjian dan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Keluaran seringkali dikemukakan secara berbeda di dalam Ulangan. Mungkin hal ini dilakukan untuk memenuhi situasi yang berbeda, tetapi andaikata uraian itu disesuaikan untuk kebutuhan zaman yang kemudian, itu tidak berarti bahwa tidak seluruh isi kitab didasarkan pada bahan-bahan dari Musa.
MENGAPA ULANGAN DITULIS?
Tujuan utama dari pidato-pidato Musa ialah untuk meyakinkan bangsa Israel sebagai umat Allah sebelum ia menyerahkan tampuk pimpinan kepada Yosua dan bangsa itu berjuang melawan orang Kanaan. Secara keseluruhan Ulangan mengajarkan isi dan arti agama Israel, menantang mereka untuk melaksanakan peraturan-peraturannya dan mendorong bangsa itu untuk menyerahkan diri sekali lagi pada pelayanan kepada Allah. Kitab itu menggambarkan "kehidupan berbahagia" dalam persekutuan dengan Allah sambil menikmati segala berkat-Nya, dan membandingkannya dengan akibat yang akan terjadi jika mereka melalaikan perjanjian. Kitab itu hampir dapat digambarkan sebagai suatu kitab "undang-undang" bagi bangsa Israel dan bukan hanya sebagai buku pegangan bagi para pemimpin mereka.
Pesan
1. Allah perjanjianAllah merupakan pusat pesan Ulangan. Oleh karena Dia adalah Dia, maka perjanjian itu ada.
o Dialah satu-satunya Allah. Ula 4:35; 6:4
o Dia adil dan benar. Ula 16:18; 32:4
o Dialah penguasa yang berdaulat. Ula 10:17
o Dia pencemburu dan tidak ingin disaingi. Ula 5:9; 6:15
o Dia lemah lembut dan murah hati. Ula 6:24; 28:1-14
o Dia adalah Bapa orang Israel. Ula 1:31; 32:6
2. Kewajiban-kewajiban dalam perjanjian
Jika Israel ingin mengadakan hubungan dengan Allah, maka mereka harus mengakui kedaulatan-Nya dan menjadi bangsa yang kudus, sehingga layak bagi Allah yang kudus. Ini berarti melaksanakan tuntutan Allah.
o Ketaatan mutlak dalam segala bidang. Ula 8:1, 11; 11:1
o Kasih yang bulat dan teguh. Ula 6:5
o Percaya penuh hanya kepada Allah. Ula 6:13; 13:1-18
o Selalu ingat kepada Allah -- siapa Dia, apa yang telah dilakukan-Nya, dan apa yang diharapkan dari umat-Nya. Ula 11:18-20
o Pendidikan bagi anak-anak. Ula 4:9; 11:19
3. Berkat bagi yang taat kepada perjanjian
o Kemakmuran bangsa termasuk kemenangan atas musuh-musuh. Ula 7:22; 28:1, 7, 13
o Kemakmuran negeri -- termasuk kesuburan tanaman dan ternak serta keadaan cuaca yang baik. Ula 28:3, 5, 11, 12
o Kemakmuran bagi keluarga -- mereka akan mempunyai banyak anak-anak sehat. Ula 28:4, 11; 7:14
o Kemakmuran bagi tiap orang -- termasuk kesehatan yang baik dan panjang umur. Ula 5:16; 7:15
4. Akibat-akibat dari ketidaktaatan pada perjanjian
o Malapetaka bagi bangsa. Mereka akan menderita banyak kekalahan dan pada akhirnya dimusnahkan. Ula 28:20, 25; 4:26
o Malapetaka bagi negeri. Akan terjadi kekeringan yang dahsyat dan tanaman serta binatang akan binasa. Ula 28:22-24; 28:38-40
o Malapetaka bagi rakyat. Akan terjadi epidemi yang menakutkan, keluarga akan terpecah-belah dan tidak ada keamanan. Ula 28:21, 22, 28, 32, 42
Hubungan dengan Allah tidak boleh dilaksanakan dengan sewenang-wenang. Daftar berkat dan kutuk menekankan kesungguhan dari perjanjian dengan Allah. Ulangan menegaskan bahwa Allah sungguh-sungguh mempunyai kuasa untuk mendatangkan semua berkat dan kutuk itu.
Penerapan
Ulangan mengajar kita tentang:
1. Hubungan kita dengan Allaho Hubungan itu harus pribadi. Menjadi rakyat suatu bangsa atau keluarga yang mengikut Allah tidaklah cukup. Setiap pribadi harus mempunyai pengalaman langsung dan mutakhir dengan Allah.
o Hubungan itu harus hidup. Perjanjian itu lebih dari sekadar perjanjian kontrak. Allah menginginkan persekutuan dengan umat-Nya dan kasih dari mereka, dengan ketaatan yang terbit dari kasih itu.
o Hubungan itu harus menyeluruh. Allah menginginkan kita mengikuti Dia, tidak hanya satu hari dalam seminggu atau dalam situasi-situasi tertentu, tetapi setiap saat -- Dia menaruh perhatian pada apa yang kita kerjakan dalam setiap segi kehidupan kita.
2. Ibadah kita kepada Allah
o Ibadah kita harus murni dan tidak dinodai atau dirusak dengan memasukkan pengajaran dan adat istiadat orang-orang di sekeliling kita.
o Ibadah kita harus sesuai dengan pola yang sudah digariskan oleh Allah.
o Ibadah kita harus diresapi dan tidak semata-mata hanya terikat pada suatu bentuk peribadatan tertentu. Ibadah itu harus menyenangkan.
Tema-tema Kunci
1. Kekuasaan Allah
Allah tidak hanya dipandang sebagai Tuhan perjanjian yang berdaulat atas seluruh bangsa Israel, tetapi juga sebagai Allah umat manusia, berkuasa atas seluruh dunia, yang berkuasa atas bangsa-bangsa dan alam semesta. Dia mempunyai kuasa untuk melaksanakan janji-janji-Nya. Buatlah sebuah daftar mengenai cara-cara Allah menunjukkan kuasa-Nya dalam pasal Ula 4 dan Ula 30.
2. Kesetiaan Allah
Salah satu hal yang memungkinkan bangsa Israel melihat perjanjian itu sebagai dasar dari kehidupan bangsa mereka adalah pengetahuan bahwa Allah dapat diandalkan sepenuhnya. Baca pasal Ula 32 dan catat semua cara yang berbeda dalam menggambarkan Allah.
3. Kasih
Dasar utama dari perjanjian adalah kasih. Kasih Allahlah yang memulai perjanjian itu dan memungkinkan kelanjutannya. Tuntutan pertama terhadap manusia ialah bahwa ia harus mengasihi Allah. Tanpa kasih, hubungan dengan Allah tidak mungkin terwujud. Bacalah Ula 4:37; 5:10; 6:5; 7:9, 13; 10:12-19; 11:1, 13, 22; 13:3; 19:9; 23:5; 30:16, 20.
4. Penyerahan
Yang Allah inginkan dari umat-Nya ialah penyerahan total, kesetiaan yang utuh, dan pengabdian dengan sepenuh hati. Semua ini berarti mengikuti kehendak Allah dalam setiap segi kehidupan seperti diatur dalam perintah-perintah di dalam perjanjian. Bacalah Ula 5:1-21; 6:4-9; 10:12-22. Semua ayat ini dapat dianggap sebagai ringkasan dari keseluruhan hukum Allah.
Garis Besar Intisari: Ulangan (Pendahuluan Kitab) [1] PIDATO MUSA YANG PERTAMA Ula 1:1-4:43
Sejarah mengenai seberapa jauh karya Allah bagi bangsa Israel
Ula 1:1-5Pendahuluan -- Musa mulai berpida
[1] PIDATO MUSA YANG PERTAMA Ula 1:1-4:43
Sejarah mengenai seberapa jauh karya Allah bagi bangsa Israel
Ula 1:1-5 | Pendahuluan -- Musa mulai berpidato |
Ula 1:6-8 | Firman Allah di Horeb |
Ula 1:9-18 | Hakim-hakim yang diangkat untuk membantu Musa |
Ula 1:19-25 | Penyelidikan pertama ke Kanaan |
Ula 1:26-46 | Bangsa itu tidak taat kepada Allah |
Ula 2:1-18 | Pengembaraan di padang gurun -- 38 tahun |
Ula 2:19-3:17 | Perebutan daerah sebelah timur Sungai Yordan |
Ula 3:18-29 | Musa harus menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua |
Ula 4:1-40 | Jalan Allah sudah dipersiapkan -- ikutilah! |
Ula 4:41-43 | Penunjukan kota-kota suaka |
[2] PIDATO MUSA YANG KEDUA Ula 4:44-11:32
Perjanjian dengan Allah
Ula 4:44-49 | Pendahuluan |
Ula 5:1-22 | Sepuluh Perintah |
Ula 5:23-33 | Respons bangsa Israel |
Ula 6:1-25 | Kasihi, percayai dan taati Allah |
Ula 7:1, 2 | Rebutlah negeri itu... |
Ula 7:3-26 | Tetapi, bukan adat-istiadat dan dewa-dewanya |
Ula 8:1-10 | Ketaatan akan membawa berkat |
Ula 8:11-20 | Ketidaktaatan akan membawa malapetaka |
Ula 9:1-6 | Mereka tidak layak memasuki negeri itu |
Ula 9:7-29 | Bangsa Israel umat berdosa |
Ula 10:1-22 | Perjanjian diperbarui |
Ula 11:1-32 | Berkat atau kutuk? |
[3] PIDATO MUSA YANG KEDUA Ula 12:1-26:19
Peraturan-peraturan terperinci
Ula 12:1-32 | Petunjuk-petunjuk untuk peribadatan |
Ula 13:1-18 | Nabi dan guru-guru palsu harus binasa |
Ula 14:1-29 | Peraturan mengenai makanan dan persepuluhan |
Ula 15:1-18 | Tahun pembebasan para budak |
Ula 15:19-23 | Anak sulung ternak adalah milik Allah |
Ula 16:1-22 | Hari-hari raya tahunan |
Ula 17:1-20 | Peraturan bagi para hakim dan raja-raja |
Ula 18:1-8 | Hak orang Lewi |
Ula 18:9-22 | Peraturan mengenai nubuatan |
Ula 19:1-21 | Apa yang harus dilakukan terhadap pembunuh? |
Ula 20:1-20 | Peraturan tentang perang |
Ula 21:1-25:19 | Peraturan tentang kehidupan |
Ula 26:1-19 | Persembahan kepada Allah |
[4] PESAN DARI PARA PEMIMPIN Ula 27:1-28:68
Ula 27:1-3 | Ingatlah pada perjanjian |
Ula 27:4-10 | Dirikanlah mezbah di Gunung Ebal |
Ula 27:11-26 | Kutuk bagi mereka yang tidak taat |
Ula 28:1-14 | Berkat bagi mereka yang taat |
Ula 28:15-68 | Akibat-akibat karena berpaling dari Allah |
[5] PIDATO MUSA YANG KETIGA Ula 29:1-30:20
Ula 29:1-17 | Engkau telah melihat apa yang telah diperbuat Allah |
Ula 29:18-29 | Engkau akan melihat apa yang akan diperbuat Allah |
Ula 30:1-10 | Pertobatan membawa pemulihan |
Ula 30:11-14 | Perintah-perintah Allah tidak terlalu sukar |
Ula 30:15-20 | Allah layak dipatuhi! |
[6] HARI-HARI TERAKHIR MUSA Ula 31:1-34:12
Ula 31:1-8 | Yosua akan menjadi pemimpin baru |
Ula 31:9-29 | Persiapan pengambilalihan |
Ula 31:30-32:52 | Nyanyian perpisahan Musa |
Ula 33:1-29 | Berkat terakhir |
Ula 34:1-12 | Musa meninggal dunia |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi