JEHESKIEL
PENDAHULUAN
Diantara para tokoh kenabian di Israil Jeheskiel (artinja: Allah menguatkan,
ataupun: Semoga Allah mengguatkan, jakni anak ini) merupakan seseorang jang ada
tjorak-tjirinja sendiri. Ajahnja bernama Buzi (1,3) dan ia sendiri termasuk
kelangan imam di Israil. Nabi itu beristeri (24,2) dan ia njata menjtinta
isterinja, kesukaan matanja, sehingga kematian isterinja (24,16-18) ketika
Jerusjalem dikepung dialaminja sebagai bentjana jang menjedihkan, sekalipunia
dilarang oleh Jahwe untuk berkabung karenanja. Tiada dikatakan Jeheskiel
beranak, tapi hal itu kiranja boleh diterima djuga. Diantara para nabi, jang
nubuat2nja terpelihara bagi kita, Jeheskiel bersama dengan Jeremia menggabungkan
didalam dirinja dua djabatan, jakni imam dannabi. Tapi Jeremia kiranja termasuk
kalangan imam, di Anatot (Jr.1,1), jang tidak diidjinkan oleh para imam di
Jerusjalem untuk ikut serta dalam ibadah di Bait Allah, sehinga Jeremia tak
pernah mendjabat sebagai imam di Jerusjalem. Ia njata terus-menerus berbentrokan
dengan imam2 itu dan mereka tidak suka apabila Jeremia muntjul dalam Bait Allah.
Lain halnja dengan Jeheskiel. Agaknja ia berasal dari kalangan keimanan di
Jerusjalem dan pernah mendjabat disitu. Dalam seluruh kitabnja ia menaruh
perhatian chas pada Bait Allah serta ibadahnja lagi suka akan perundingan para
imam (8;10;18;20;4,14;44,7;45,1-6;48,9-10). Ada orang jang menjangka, bahwa
kitab para imam, jakni Levita pas. 19-26 adalah hasil dari nabi Jeheskiel serta
murid2nja, jangkemudian mentjiptakan kitab itu sesuai dengan adjaran dan
pandangan gurunja, Jeheskiel. Anggapan itu tentu sadja mem-besar2kan halnja
melewati batas. Sekalipun kitab Levita baru disusun didjalam sesudah Jeheskiel
dan walaupun ada kesamaan njata antara kitab Jeheskiel dan kitab Levita (Jehesk.
11,20;20,19-20;36,27 = Lv. 26,3; Jehesk. 5,12;6,11-12;7,15 = Lv. 26,25-26;
Jehesk. 45,10 = Lv. 19,36; Jehesk. 46,7 = Lv. 14,22.30), namun hal itu belum
djuga membuktikan, bahwa Levita bergantung pada Jeheskiel. Sebab sebagian kitab
Levita tentu sadja berasal dari djaman dahulu. Tapi kesamaan antara Kitab
Jeheskiel dengan kitab Levita tjukup menjatakan bahwa Jeheskiel termasuk
kalangan imam2 jang menghasilkan kitab Levitika, sebagaimana Jeremia termasuk
golongan orang2 jang menelurkan kitab Ulang-tutur. Nabi Jeheskiel demikian kuat
dan besar tjorak keimamannja, sehingga ia tidak mampu membajangkan djaman
keselamatan dankebahagiaan kelak selain dengan gambaran dan gagasan2 keimaman
(pas. 40-48).
Menurut keterangan kitabnja sendiri (1,1) Jeheskiel, kiranja masih agak muda,
dibawa ke Babel masuk pembuangan bersama dengan radja Jojakin serta kaum
terkemuka dari negeri Juda (tahun 598/597). Dengan demikian dapat dipahami
djuga, bahwa nabi Jeremia dan nabi Jeheskiel sungguhpun orang sedjaman, namun
rupa2nja tidak saling mengenal. Sudah lima tahun Jeheskiel di Babel ketika dalam
tahun 593 ia dipanggil mendjadi nabi. Panggilan itu terdjadi dalam sebuah
penglihatan adjaib dekat sebuah terusan pengairan di Babel, Kebar namanja (1,3)
dekat pada kota Nippur. Tempat tinggalnja serta rumahnja kiranja jang sudah lama
runtuh). Disitu ia mempunjai hubungan tetap dengan kaum buangan Jahudi di negeri
Babel.
Selain keterangan2 tersebut tidak ada banjak dari riwajat hidup nabi itu jang
diketahui. Masih ada berita lain jang kemudian muntjul tapi berita2 itu tidak
boleh dipertjajai. Dalam tahun 571 ia masih hidup dan bekerdja sebagai nabi
(29,17), tapi tidak diketahui dan dimana ia meninggal.
Tapi diri nabi Jeheskiel lebih baik dikenal berkat bahan jang terkumpul dalam
kitabnja. Ia sungguh2 seorang nabi sedjati dan ia diangkat Jahwe mendjadi
penindjau umatNja (3,17;33,7). Maka dari itu sudah barang tentu ia sedikit
banjak mirip nabi2 jang mendahuluinja. Itu chususnja berkenaan dengan tugas jang
diserahkan kepadanja. Seperti nabi2 lain ia mengantjam atas nama Jahwe serta
menubuatkan bentjana jang akan menimpa Jerusjelam erta bangsanja karena dosa
jang dilakukan, teristimewanja penjembahan berhala dan pelanggaran hukum
keigamaan. Nabi Jeremia sampai runtuhnja Jerusjalem masih terus berharap dan
mengadjak agar Jerusjalem bertobat dan dengan demikian meluputkan diri dari
hukuman jang mendekat. Demikianpun nabi Jesaja. tapi pengharapan jang serupa itu
pada Jeheskiel tidak terdapat. Ia menubuatkan keruntuhan umat Jahwe jang tak
terelakkan lagi. Itu pasti akan datang dan tak terhindari (pas. 1-24). Iapun
seperti nabi2 lain menelah keselamatan dan pemulihan umat Jahwe kelak (11,14-21;
pas.34-39). Masa depan jang bahagia itu sama pasti seperti keruntuhan dulu. Akan
tetapi nabi Jeheskiel toh sangat berbeda dengan nabi2 lain pula. Wataknja
sendiri tidak dirobohkan oleh anugerah kenabian dan watak itu nampak di-mana2
dalam tjaranja ia menjampaikan kabarnja. Nabi Jeremia adalah tokoh jang amat
halus perasaaannja. Ia sendiri sangat menderita karena kabarnja jang berat. Nabi
Hoseapun amat halus perasaan hatinja dan amat mesra tjintanja kepada Jahwe dan
umatNja. Jesaja punja sifat keakalan jang menjelami serta memikirkan persoalan
dan mengeluarkan pikirannja dalam bahasa sastera jang indah sekali. Para nabi
jang mendahului Jeheskiel membawakan kabarnja dengan perkataan jang singkat dan
padat. Pepatah dan ungkapan tegang jang menumbuk hati para pendengar laksana
pukulan palu. Jang paling penting baginja ialah sabda Jahwe jang diterima
mereka langsung dari Tuhannja dan itu diilhamkan kepada hatinja tanpa banjak
gedjala ekstatis, penglihatan dan penampakan. Lain halnja dengan Jeheskiel.
Perasaan halus hampir tidak ada padanja. Ia merupakan tokoh jang agak dingin
wataknja. Antjaman2 dan djandji dikeluarkannja dengan hebatnja tapi dengan
hampir tidak tersinggung hatinja sendiri. Keterharuan jang menggelorakan hati
tidak ada padanja. Hanja satu kali ia berdoa untuk bangsanja jang akan binasa
(9,8;11,13). Pikiran2 jangmendalam pertjuma sadja ditjari dalam kitabnja. Memang
pada nabi2 pendahuluannja kita menemukan penglihatan dan ekstase (Js. 6; Jr.1).
Tetapi dalam keseluruhan hal itu kurang penting dan tidak memegang peranan jang
besar. Jeheskiel tidak suka akan pepatah dan ungkapan singkat-padat. Daja
chajalnja terlalu kuat untuk merasa puas dengan itu. Sebalikja, Jeheskiel suka
menggambarkan dan melukiskan segala sesuatu dengan pandjang sampai hal jang
ketjil2 dan dengan sangat terperintji. Dan apa jang dikatakannja tidak sadja
didengarnja dari Jahwe tapi dilihatnja dahulu dalam penglihatan2 jang
diterimanja dalam ekstase (1-3;8-11;40-48). Ekstase, jangdapat berlangsung
sampai tjudjuh hari lamanja (3,15) itu, memang peranan amat besar dalam hidup
Jeheskiel (1,3;2,2;3,14.22-23;8,1;33,22;37,1;40,1). Dalam ekstase itu ia membuat
perdjadjian sampai ke Jerusjalem, seperti kemudian Muhammat (3,22-24;37,1-2;8,1-
9,11;11,24-25;40,2). Dalam hal2 ini, jakni penglihatan dan ekstase Jeheskiel
merupakan perintis djalan dan pendahuluan untuk apa jang kemudian berkembang
dalam sastera jang disebut "apokaliptik", sebagaimana terdapat misalnja dalam
kitab Zakarja dan Daniel. alat wahju dalam kitab2 itu ialah penglihatan. Karena
sifatnja jang kuat daja chajalnja Jeheskiel djuga suka akan gambaran2 kiasan
jang disadjikan dengan pandjang lebar dan dengan agak terperintji
(15;16;19;23;13,10-16;34). Chususnja ia senang dengan nubuat2 dalam perbuatan,
perbuatan jang merupakan lambang. Memang djuga nabi Jeremia menggunakan alat itu
(Jr. 13,1-11;18,1-12;19,1-15;27-28;32;35;51,63) dan itupun tidak asing sama
sekali bagi nabi2 lain pula (Js. 7,15;8,1-4;20,1-10; Hos.1), tapi pada nabi2
lain perbuatan2 itu agak sedikit sadja dan sabda jang menjertainja selalu djauh
lebih penting daripada perbuatan sendiri. Tapi Jeheskiel berpendapat bahwa
perbuatan2 itu sendiri djauh lebih terang dan bermakna daripada perkataan sadja.
Seringkali alat itu digunakan da setjara terperintji semua ditjeritakannja,
meskipun tidak selalu terang apakah ada penglihatan atau perbuatan jang njata
(2,8;4,9-17;5;12,3-16;3,25-27;4,1-3.4-8;21,23-29;24,1-14.15-17;37,15-28). Ia se-
akan2 memainkan didepan mata para menontonnja apa jang akan terdjadi dimasa
depan. Dan perbuatan2 itu sesungguhnja lebih penting daripada keterangan jang
menjertainja. Karena kesukaannja akan bahasa kiasan dan lambang2 itupun
Jeheskiel karib dengan sastera apokaliptik jang djuga penuh denganlambang2 aneh
dan sukar dipahami. Jeheskiel sendiri mentjeritakan apa jang dilihatnja dan
diperbuatnja dan demikianpun para apokaliptisi sendiri mentjeritakan semuanja.
Maka itu tidaklah mengherannkan bahwa dalam kitab Jeheskiel terdapatlah suatu
apokalips belaka, jakni nubuat tentag Gog dari Magog (Pas. 38-39). Dengan
demikian nabi Jeheskiel se-akan2 berdiri diantara para nabi jang mendahuluinja
dan para apokaliptisi jang kemudian tampil kemuka. Sifat2 dari kedua2nja
terdapat pada Jeheskiel.
Berdampingan dengan ekstase beberapa gedjala aneh lain lagi memegang peranan
dalam riwajat hidup nabi Jeheskiel. Ber-hari2 lamanja ia tetap berbaring dengan
tidak dapat bergerak sedikitpun; beberapa lamanja ia tidak dapat berbitjara
selain atas perintah Jahwe sendiri (3,15.25-27;4,8;24,27); dari kedjauhan ia
melihat hal tertentu terdjadi di Jerusjalem (11,13). Beberapa ahli pernah
mengambil kesimpulan, bahwa nabi itu sesungguhnja kena panjakit djiwa; bahkan
ada jang tahu akan nama penjakit itu, jakni epilepsi. Tapi ekstase, djuga
ekstase dalam mana orang dipindahkan ketempat lain, belum djuga menudnjukkan
suatu penjakit djiwa dan mengingat bahwa Jeheskiel suka akan perbuatan
beribarat, maka keanegan2 lain itu sama sekali tjotjok dengan sifatnja itu.
Kiranja tidak ada dasar untuk menernagkan nabi itu seseorang jang miring otaknja
dan tidak sehat djiwa dan urat-sarafnja. Memang seorang nabi sedjatipun dapat
menderita penjakit djiwapun pada dirinja dapat dibarengi dengan anugerah
kenabian. Tapi apa jang kita tahu tentang diri Jeheskiel tidak mengidjinkan
kesimpulan jang sedemikian itu. Kita djuga tahu hanja sedikit sekali tentang
tjaranja anugerah kenabian dapat bekerdja.
Walaupun Jeheskiel ada daja chajal jang kuat padanja, namun ia bukan seorang
sasterawan. Beberapa nabi lain meninggalkan karja sastera jang termasuk kedalam
jang paling bagus dan paling indah. Tapi karja Jeheskiel tidak boleh dihitung
diantaranja. Ada bagian2 dalam kitabnja jang betul bagus (26,2-14;27,8-9.25-36),
tapi umumnja gaja bahasanja tidak meninggalkan kesan jang mendalam. Djang ia
pakai puesi, biasanja prosa sadjaBahasanja sedikit banjak membosankan. Ia
terlalu berpandjang kalam, sering mengulang jang sama dan bahasa kiasnja agak
ruwet. Ia miskin akan perkataan jang sesungguhnja hanja sedikit djumlahnja dan
susunan kalimatnja sering sama sadja. Sebagai sasterawan Jeheskiel adalah
seorang dari antara para pengarang Perdjandjian Lama jang paling lemah. Gaja
bahasanja sangat serupa dengan gaja bahasa para imam jang menelurkan kitab2
undang, seperti Levitika. Dan kitab hukum tentu sadja bukan sastera jang dibatja
dengan senang hati.
Rangka djangka waktu riwajat hidup Jeheskiel dengan baik2. Sebab dalam kitabnja
banjak tanggal tertjatat (1,1-
3;3,16;8,1;20,1;24,1;26,1;29,1;29,17;30,20;31,1;32,17;38,21;40,1). Sungguhpun
naskah Hibrani tidak selalu amat djelas dan dalam terdjemahan Junani kadang2 ada
perbedaan tanggal (8,1;20,1;29,1;32,1;33,21), kalau dibandingkan dengan naskah
Hibrani, namun ada tjukup kepastian untuk menanggalkan djangka waktu pekerdjaan
Jeheskiel sebagai nabi. Menurut 1,2-3 ia dipanggil dalam "tahun kelima
pembuangan radja Jojakin," djadi dalam tahun 593 seb.Maseh. Nubuat terachir
diutjapkannja dalam tahun Keduapuluh tudjuh" (29,17), jakni tahun keduapuluh
tudjuh radja Jojakin, ialah tahun 571. Dengan demikian djangka waktu pekerdjaan
Jeheskiel adalah duapuluh dua tahun mulai dari tahun 593.
Riwajat hidup Jeheskiel dengan demikian terang2 dibagi atas dua bagian besar,
jakni sebelum keruntuhan Jerusjalem (tahun 587) dan sesudahnja. Peristiwa itu
memang maha penting baik untuk sedjarah Israil maupun untuk tjorak pekerdjaan
Jeheskiel.
Djaman itu adalah djaman jang memutuskan bagi Israil, baik dibidang kenegaraan
maupun dibidang keigamaan. Keadaan politik dan keigamaan bangsa Israil pada masa
itu sudah digambarkan dalam pendahuluan untuk Kitab Radja2. Si pembatja
hendaknja membatja kembali. Pengetahuan tentang keadaan di Palestina itu memang
perlu sekali untuk mengerti Kitab Jeheskeil. Sebab nubuat2nja diutjapkan dilatar
belakang itu serta terus menjindirnja.
Akan tetapi nabi Jeheskiel tidak bekerdja dinegeri Juda melainkan diantara kaum
buangan di Babel-demikianlah keterangan kitab sendiri dan pendapat jang lebih
umum dianuti para ahli. Maka itu perlu kiranja disini dilukiskan keadaan kaum
buangan di negeri Babel itu. Keadaan itupun adalah latar belakang pekerdjaan
Jeheskiel.
Sebagaimana dari kaum buangan Jahudi oleh radja Babel dikerdjakan dalam
perusahaan2 negara sebagai pekerdja paksa atau rodi. Negeri Babel kan barusan
sadja mengalami banjak kerusakan, oleh sebab direbut dan dibinasakan oleh radja
Asjur Sanherib (688) dan radja Asjurbanipal 9648). Radja2 baru (Nebupolassar,
Nebukadnezar) sekuat tenaga berusaha untuk memulihkan semuanja serta memadjukan
kemakmuran negaranja. Maka itu mereka membutuhkan banjak orang. Orang2 Babel
sendiri sering dipaksa tapi chususnja bangsa2 jang ditaklukkan dan lalu
dipindahkan ke Babel, antara lain sebagian dari bangsa Juda. Dari keadaan itu
kiranja datang berita tentang penganiajaan jang dialami orang2 Jahudi jang
disiksa oleh orang Babel (Jr. 29,22; Neh.5,8; Js. 42,22;49,9;52,2).Keadaan itu
tidak selalu sama buruknja. banjak bergantung pada radja jang berkuasa serta
sikapnja terhadap orang2 Jahudi.
Kebanjikan orang Jahudi dipergunakan untuk membangun negeri pada umumnja. Maka
mereka ditempatkan dipedalaman, dalam kota2 dn desa2 jang sudah runtuh dengan
maksud agar mereka membangun kota2 dan desa itu serta mengerdjakan tanah,
sehingga itu mendjadi subur kembali. Dengan demikian kelompok2 orang2 Jahudi,
lebih kurang besar, tersebar, diseluruh negeri. Orang mendapat kesan, bahwa
koloni2 itu mendapat kesempatan untuk berkembang dan madju dalam pertania (Jr.
29,5-6) dan djuga dalam perdaganga. Rupa2nja koloni itu boleh hidup dengan
tjukup tenang dan malah menikmati sedikit kebebasan untuk mengurus dirinja
sendiri. Dalam kitab Jeheskiel berulang kali muntjullah "kaum tua2" Israil
(8,1;14,1;20,1), kepala2 orang2 Jahudi, meski kedudukannja tidak mendjadi amat
djelas sekalipun. Djadi keadaan orang2 Jahudi tidak amat buruk. Waktu radja
Parsi, Cyrus, kemudian mengidjinkan mereka untuk pulang ketanah airnja, maka
banjak tidak mau pergi oleh sebab merasa tjukup senang di Babel dan terlalu
terikat pada miliknja disitu (Esr. 1,6). Dalam Kitab Jeheskiel orang2 Jahudi ada
rumahnja sendiri (3,24) dan mereka berpakaian tjukup baik (24,17). Tak pernah
muntjullah pegawai Babel atau gangguan dari pihak negara. Si nabi dapat bergerak
bebas tanpa diusik oleh instansi Babel. Dan ia tentu sadja "berchptbah" diantara
kaum buangan dan tidak hanja diam2 menulus nubuat2nja supaja dengantjuri
dibatja.
Keadaan keigamaan kaum buangan memang lebih penting untuk memahami Kitab
Jeheskiel. Menurut pendapat Jeheskiel, sebagaimana djuga anggapan Jeremia
(Jr.24), kaum buangan di Babel lebih baik dari pada orang2 Juda jang masih di
Jerusjelam (11,16-20). Mereka itu menganggap dirinja lebih baik daripada kaum
buangan jang njata ditolak dan dihukum oleh Jahwe karena dosa2 nja
(11,5.3;33,24), akan tetapi kebalikannja jang benar. Tapi lain pendapat kaum
buangan sendiri. Mereka masih membawa anggapannja dahulu. Jerusjalem adalah
kediaman Jahwe jang meradja hanja disitu. Hanja dikota sutji itu Ia boleh
dihormati semestinja denga ibadah meriah dan gemilang dalam BaitNja disitu. Maka
itu orang2 jang tertinggal di jerusjalem sesungguhnja orang jang bahagia dan
kaum buangan sungguh orang buangan Jahwe (11,15). Dinegeri asing, Babel, mereka
merasa diri malang dan sangat ingin pulang ketanah airnja (24,21-25). Mereka
jakin, bahwa tidak dapat meninggalkan Jerusjelam dan membiarkan kota sutjiNja
binasa. Ia pasti akan menjelamatkan Jerusjalem dan membinasakan musuhnja, jakni
Babel. Setelah waktu hukuman dan pertjobaan sudah lewat - sudah barang tentu
lekaslah itu akan terdjadi - maka Israil akan dipulihkan. Kaum buangan dapat
kembali dan berbakti kepada Jahwe dalam BaitNja jang sutji. Hati kaum buangan
sungguh ada di Jerusjelam. Pendiriannja itu masih dikuatkan oleh nabi2 palsu di
Babel (13,1-16). Tetapi ada djuga orang jang sedikit putus harapan. Dinegeri
jang asing itu mereka tidak dapat berbakti kepada Jahwe, jang njata lebih lemah
daripada dewata kafir (36,20). Karena itu mereka merentjanakan untuk berbakti
kepada dewata itu dan meninggalkan Allahnja sendiri (20,32). Ibarat kafir di
Babel membudjuk hatinja (Bar.6,3-6). Ilmu sihirpun subur berkembang diantara
mereka (13,17-23). Dahulu ditanah airnja sudah begitu, tapi dengan melihat
adatistiadat di Babel mereka lebih tertarik lagi.
Jeheskiel merasa diri dipanggil untuk atas nama Jahwe menentang pendapat dan
pendirian tersebut. Bagian pertama kabarnja terus-menerus menekan, bahwa
sesungguhnja Jerusjalem jang buruk sekali. Penduduknja sama sekali tidak
bertobat dari djalannja jang djahat kendati nasib kota dalam tahun 597. Mereka
pertjaja sadja pada Bait Allah dan perlindungannja dan serentak berbakti kepada
matjam2 dewa2 asing, bahkan di Bait Allah sendiri (8). Nabi Jeheskiel berusaha
mejakinkan kaum buangan, bahwa Jerusjalem pasti dan lekas akan runtuh sama
sekali serta binasa lenjap karena dosanja itu (7,9;8,18;5,11;9,10). Tidak ada
harapan lagi bagi penduduknja jang djahat. Karena itu pengharapan kaum buangan
sia2 belaka, tanpa dasar apapun djua. Akan ganti berharap lebih baiklah mereka
menjediakan dirinja untuk menerima keruntuhan kota sutji sebagai hukuman jang
adil (14,22-23). Tetapi kaum buangan tidak suka mendengarkan kabar Jeheskiel
jangkeras itu. Mereka mengedjek dan menentang nabi itu (12,21.26;33,30;2,6).
Karena itulah mereka disebut "bangsa degil" oleh Jeheskiel (2,3.6.7;4,7-8;12,2
dan seterusnja).
Setelah antjaman nabi terhadap Jerusjalem terlaksana dan kota sutji sesungguhnja
binasa sesuai dengan nubuatnja, maka ada bahaja bahwa kaum buangan sama sekali
berubah sikapnja. akan ganti optimisme tanpa dasar dan tanpa alasan, suatu
pessimisme jang terlalu mengantjam kaum buangan. Sekarang mereka berpendapat,
bahwa Jahwe sama sekali tidak berkuasa lagi, bahwa harapan Israil lenjap sama
sekali (37,11). Jahwe njata tidak mampu menjelamatkan. Ia sudah menolak umatNja.
Berhadapan denganpessimisme itu Jeheskiel terpaksa mengambil sikap jang
kebaikannja dari kabarnja dahulu. Kini ia menekan, bahwa Jahwe tentu sadja akan
menjelamatkan sisa umatNja di masa depan (11,17-19); bahwa Allah memang setia
pada djandjiNja (20,42;16,60) dan tidak menolak umatNja. Ia pasti akan
menjelamatkan (37,1-14.15-27;34,12) dan membinasakan musuh2 (25-32;38-39).
Sebagaimana kaum buangan (6,8;20,37-38) akan pulang ketanahairnja dan disitu
lalu akan hidup dengan sutji, tenang dan bahagia (34,11-16.25-31;36,1-38). Masa
depan jang bahagian itu sekarang digambarkan oleh si nabi sebagaimana ia dahulu
melukiskan keruntuhan Jerusjelam. Dan seperti Jahwe dahulu melaksanakan
antjamanNja demikianpun sekarang Ia akan berteguh pada djandjiNja.
Adapun kedua bagian perkabaran Jeheskiel jang termuat dalam kedua bagian
kitabnja (1-24;25-48) itu terikat satu sama lain se-erat2nja. Kabarnja jang
dahulu bermaksud melindungi kaum buangan terhadap kepertjajaan jang sia2 pada
Jerusjalem dan perlindungan Jahwe. Dengan demikian mereka mungkin tidak hilang
pengharapan dan kepertjajaannja apabila Jerusjalem punah. Setelah nasib itu
menimpa kota itu, nabi itu lalu bekerdja tenaga untuk menguatkan iman kaum
buangan jang tergontjang oleh peritiwa itu. Sekali lagi Jeheskiel menundjukkan
kekuasaan Jahwe jang dahulu njata dalam hukuman tapi jang pasti akan njata pula
dalam penjelamatan djuga. Pengalaman buruk jang sudah mendjadi djaminan untuk
masa depan jang bahagia.
Kitab Jeheskiel tentu sadja memberikan kesan, bahwa nabi itu tampil dan bekerdja
sebagai nabi hanja di Babel sadja. Banjak ajat dari kitabnja menundjuk kepada
hal itu dengan kentara (1,1-3;3,11,10,22;8,3;11,24;14,22;20,34-
38.42;21,6;24,26;33,21;40,1-2). Dalam gambaran jang diatas ini kami sadjikan itu
kesan tersebut diterima sadja sebagai kebenaran. Ber-abad2 lamanja orang begitu
sadja menerima hal itu jang tak pernah di-ragu2kan. Baru dalam abad kita ini,
muntjul ahli2 jang menjerang dan menolak anggapan umum itu. Ada orang jang
sampai mempertahankan, bahwa Jeheskeil tidak pernah ada di Babel, bahkan kaum
buangan Jahudi di Babel tak pernah ada. Kesemuanja itu merupakan dongengan
belaka. Jeheskiel - kalau2 ia sungguh seorang nabi jang pernah hidup-bekerdja
hanja di Jerusjalem sadja. Tentu Kitab Jeheskiel menempatkannja di Babel, akan
tetapi itu merupakan hasil dan akibat susunan kitab jang sekarang ada dan jang
dibuat oleh orang jang ingin menempatkannja disitu, manapun djua sebabnja.
Semuanja ajat jang memuat keterangan2 itu merupakan tambahan belaka dari tangan
si penjusun kitab itu dan tidaklah berasal dari Jeheskiel sendiri. Pandangan
jang radikal itu tidak ada banjak ahli jang menerimanja.
Tapi beberapa ahli jang penting menerima bahwa Jeheskiel dahulu bekerdja di
Jerusjalem, Kemudian pindah ke Babel dan meneruskan pekerdjaan kenabiannja
disitu. Bagian pertama kitabnja (1-24), jang memuat antjaman lawan Jerusjalem
(adapun djandji2 jang terdapat disitu tidak ada pada tempatnja) diutjapkan nabi
dalam kota itu sendiri. Bagian kedua dibawakannja di Babel, jakni djandji2
keselamatan. Ada orang jang berpendapat, bahwa Jeheskiel bernubuat di Jerusjalem
sampai tahun 597. Dengan pembuangan pertama ia pergi ke Babel.Orang lain
mengira, bahwa Jeheskiel dalam tahun 597 dibuang ke Babel tapi lalu kembali ke
Jerusjalem ia kembali ke Babel untuk melandjutkan pekerdjaannja ditengah kaum
buangan disitu. Orang lain achirnja berpendapat, bahwa nabi terus tinggal di
Jerusjalem sampai tahun 587. Dalam itu djuga ia dibuang ke Babel dan
melangsungkan tugas kenabiannja disitu hingga tahun 571. Kesan jang sekarang
ditinggalkan oleh kitabnja sendiri, jakni Jeheskiel di Babel sadja merupakan
hasil dari susunan kitab, jang dibuat orang lain sesudah Jeheskiel. Si penjusun
menaruh panggilan Jaheskiel mendjadi nabi di Babel pada ambang kitabnja, sebagai
pembukaan. Maka itu si pembatja jang tidak hati2 mendapat kesan, bahwa Jeheskiel
terus sadja di Babel. Djikalau panggilan itu dipindahkan ketempat lain dalam
kitabnja,maka dalam bagian pertama kitab itu orang sama sekali tidak mendugai,
bahwa nabi itu tinggal di Babel, melainkan di Jerusjalem.
Memang tidak dapat disangkal, bahwa kitab Jeheskiel melahirkan beberapa
kesulitan, djikalau diterima bahwa nabi itu bekerdja hanja di Babel sadja.
Kesulitan jang paling besar ialah: nubuat2 jang terkumpul dalam bagian pertama
kitabnja berbitjara tentang Jerusjalem melulu. Dosa2 penduduknja dilukiskan
dengan pandjang lebar dan hukumnja digambarkan setjara terperintji. Kesemuanja
itu dimengerti baik2 seandainja Jeheskiel berbitjara di Jerusjalem dan kepada
penduduknja. Akan tetapi sedikit sukar dipahami makna dan maksudnja,djikalau
diterima bahwa ia ada di Babel dan berbitjara kepada kaum buangan disitu.
Mengapa ia tidak pernah berbitjara tentang kaum buangan sendiri dan sama sekali
tidak memperhatikan keadaan serta keperluan mereka?
Akan tetapi untuk mempertahankan dirinja, anggapan tersebut harus sangat
menjentuh teks kitab Jeheskiel sebagaimana jang terdapat dalam kitab Sutji.
Banjak ajat dan bagaimana harus dipindahkan ketempat lain atau harus dihapus
sebagai tambahan dari tangan si (para) penjusu. Ajat2 lain lagi harus
ditafsirkan dengan tjara jang sedikit aneh jang dengan sukar dapat dipaksakan
kepada teks itu. Maka dari itu pendapat jang baru itu menemui banjak
pertentangan dari pihak ahli2 jang terus membela anggapan tradisional kendati
kesulitan jang memang ada.
Adapun pendapat tradisional sungguh2 bersandar pada keterangan kitab Jaheskiel
sendiri. Kalaupun diterima bahwa 1-3 tidak ada pada tempatnja ataupun tjampuran
dua panggilan tersendiri, namun dalamkitab itu masih ada banjak keterangan lain
jang mendukung pendapat itu. Ajat2 diatas ini dikutip hampir atau sama sekali
tidak dapat dipahami, seandainja nabi itu tidak di Babel, melainkan di
Jerusjalem. Manghapus semua atau menafsirkannja begitu rupa, sehingga dapat
dikenakan pad Jeheskiel di Jerusjalem, tentu sadja tidak amat menjakinkan.
Jeheskiel dalam bagian pertama kitabnja sesungguhnja berbitjara hanja tentang
Jerusjalem. Tapi hal itu tidak begitu aneh bagi nabi, jang djuga berbitjara
tentang bangsa2 kafir, bahkan kepada mereka (25,3;27,3;28,12;31,2;32,2). Tidak
ada seorangpun jang lalu mengambil kesimpulan, bahwa ia djuga hidup di-tengah2
bangsa2 itu serta berpidato kepada mereka. Demikianpun halnja dengan nubuat2
tentang Jerusjalem dan untuk penduduknja. Kalau keadan batin kaum buangan
sesungguhnja ada sebagaimana diatas ini kami gambarkan, maka nubuat2 tentang
keruntuhan Jerusjalem tentu bermakna bagi mereka djuga: kepertjajaan jang sia2
dan jang berbahaja harus digojangkan. Maka itu kami menuruti sadja anggapan
tradisionil, jakni: nabi Jeheskiel tampil dan bekerdja di-tengah2 kaum buangan
di Babel. Pendapat ini memang harus berusaha menerangkan beberapa ajat jang
rupa2nja menjatakan ia di Jerusjalem, seperti 12,22;14,2-8;18,1;20,30-
31;23,23;44,6-9. Dan keterangan sedemikian itu memang tidak gampang djuga.
Kitab Jeheskiel merupakan kitab jang baik sekali susunannja, lebih baik teratur
dari pada kitab2 nabi lainnja, jang kadang2 meninggalkan kesan kekatjauan. Kitab
Jeheskiel boleh dibagikan sebagai berikut: Panggilan si nabi (1,1-3,21). Bagian
pertama (3,22-24,27): Nubuat2 perihal Juda dan Jerusjalem sebelum kota itu
dikepung, sebuah kumpulan nubuat dan perbuatan beribadat jang menelah keruntuhan
Jerusjalem jang terachir. Terdapatlah dalam bagian ini: Beberapa perbuatan
beribadat (4,1-5,7); antjaman2 (5,5-7,27); penglihatan Bait Allah (8,1-11,25);
beberapa perbuatan beribadat lagi (12,1-20); nabi benar dan nabi2 palsu (12,21-
14,11); adjaran tentang pembalasan pribadi (14,12-23); empat gambaran kiasan
(15,1-17,24); pembalasan pribadi dan pertobatan (18,1-32); lagu ratap (19,1-14);
kedjahatan Israil (20,1-44); pedang Jahwe (21,1-37); dosa2 Jerusjalem (22,1-31);
dan gambaran kiasan (23,1-31).
Bagian kedua (25,1-32); Nubuat2 lawan bangsa2 kafir jang ikut meruntuhkan umat
Jahwe atau jang merasa senang karena kebinasaannja.
Bagian ketiga (33,1-39,29) Nubuat2 jang dibawakan Jeheskiel waktu Jerusjalem
dikepung hingga binasa dan nubuat2 jang diutjapkannja sesudahnja. Dalam
nubuat2nja ini ia menelah kebinasaan Israil tapi chususnja pemulihanja kelak.
Bagian jang paling penting ialah: Gambaran kiasan tentang para gembala Israil
jang buruk dan Gembala jang baik (31,1-31); penglihatan tulang2 jang dihidupkan
kembali oleh roh Jahwe (37,1-14); nubuat tentang Gog dan Magog (38,1-39,20).
Bagian keempat dan terakhir dari kitab Jaheskiel 940,1-48,35) menggambarkan masa
bahagia jang akan datang. Keradjaan Allah jang baru ditjiptakan: Bait Allah jang
baru, pusat negeri dan sumber sesuburan adjaib (40,1-47,12); pembagian tanah
kepada keduabelas suku Israil (47,13-48,35).
Kesatuan kitab dan susunannja jang djitu rupa2nja kentara sekali. Ada orang jang
membajangkan nabi itu sendiri duduk menjusun kitabnja dengan tenang hati
dikamarnja kerdjanja dan rentjana dan rangka danjang ditetapkan sebelumnja.
Jeheskiel nampak bukannja sebagai nabi pengchotbah jang dengan hangat
mengutjapkan nubuat2nja dan melakukan lambangnja, melainkan nabi pengarang dan
pengubah jang lebih suka menerbitkan kitab daripada tampil dimuka orang banjak.
Akan tetapi denganmembatja kitabnja dengan teliti dan saksama kesanjang pertama
itu hilang. Maka mendjadi njata bahwa Jeheskiel adalah seorang nabi seperti jang
lain2 jang tampil kedepan kaum sebangsa, bukan sebagai sasterawan melainkan
sebagai pengchotbah. Njata djuga, bahwa susunan kitabnja tidak begitu baik dan
teratur. Tidak terdapatlah bagian jang sedjadjar tapi dengan perbedaan ketjil
(3,16b-21 = 33,7-9;18,25-29 = 33,17-20;11,16-21 = 36,16-18;1,3-28 = 10,1-22).
Orang berkesan, bahwa bagian2 itu aselina satu dan sama djua tapi dalam tradisi
mendapat bentuk jang sedikit berbeda, bahkan agak berbeda djuga, oleh sebab jang
aseli disadur oleh siapapun djua. Ada djuga bagian jang memutuskan djalan
pikiran, seperti misalnja 3,16b-21 jang diselipkan kedalam kesatuan aseli,
sehingga 3,22 meneruskan 3,16b. Djuga 2,1-3,9 kiranja dimaksudkan kedalam
penglihatan kereta Jahwe ditepi sungai Kebar. Lagi 11,1-21 memutuskan djalan
pikiran dari 10-22 jang diteruskan 11-22. Demikianpun 4-10-11 aseli kiranja
bersambung dengan 4,16-17 sehingga 4,12-15 tidak ada pada tempatnja disitu. ada
djuga bagian2 jang memberikan kesan, bawha kemudian ditambahkan enatah oleh nabi
itu sendiri entah oleh orang lain, misalnja: 6,8-10;16,30-34;22,23-31;40,38-
43;41,15b-26 dll. Maka itu harus dikatakan,bahwa kitab Jeheskiel tidak dengan
sekaligus sadja dikarang oleh Jeheskiel sendiri. Sebagaimana halnja dengan kitab
nabi2 lain, kitab Jeheskielpun merupakan suatu kumpulna nubuat2 jang aselinja
setjara lisan (mungkin djuga salah satu bagian dengan tulisan sadja) dibawakan
oleh nabi itu. Baru kemudian dikumpulkan dan disusun dalam satu kitab.
Maka itu dengan sendirinja muntjul pertanjaan ini: Siapa penjusun kitab itu dan
adakah kitab itu, sekurang2nja isinja berasal dari tokoh kenabian jang bernama
Jeheskiel dan jang bekerdja pada kaum buangan Israil di Babel? Memang ada ahli2
jang sama sekali menjangkal, bahwa seorang nabi dari pembuangan adalah asal-usul
kitab ini. Kata ahli2 itu: Kitab Jeheskiel adalah karangan agak belakangan jang
hanja ditaruh dalam mulut seorang tokoh kenabian dari pembuangan, jang
sesungguhnja buah chajal belaka. Kitab Jeheskeil dikatakan berasal dari
Jeheskiel seperti misalnja kitab Kebidjaksanaan atau Madah Agung berasal dari
radja Sulaiman. Tetapi pendapat itu pasti djauh melewati batas dan berakar dalam
prasangka tertentu. Tidak ada alasan sjah untuk memungkiri, bahwa Jeheskiel
sungguh seorang nabi sedjati dari djaman pembuangan. Analysa kitabnja tjukup
membuktikan bahwa bagian besar sungguh berasal dari orang jang satu dan sama,
jang hidup dan bekerdja sebagai nabi waktu pembuangan. Antara lain bukti
terdapat djuga bahasa jang dipakai dalam kitab ini. Bahasa Hibrani sangat
dipengaruhi bahasa Babel. Gedjala itu lebih baik diterangkan, djikalau nabi
sungguh hidup di Babel. Kitab Jeheskiel djuga berulang kali menjindir peristiwa2
jang terdjadi pada djaman itu di Palestina dan diluar Palestina. Seseorang jang
hidup dan mengarang didjaman kemudian tak mungkin menulis begini. Maka dari itu
kebanjakan ahli mempertahankan berita dari kitab itu sendiri, jakni: umumnja
kitab itu berasal dari seorang nabi jang bernama Jeheskiel.
Akan tetapi hal itu belum berarti, bahwa segala sesuatu jang terdapat dalam
kitab itu berasal dari orang jang satu dan sama itu djua. Diatas ini sudah
ditundjukan beberapa jang kiranja berasal dari tangan lain dan tidak dari
Jeheskiel sendiri. Hal jang sedemikian itu terdjadi pada pelbagai kitab
Perdjandjian Lama jang dalam sedjarahnja mengalami perobahan dan saduran ketjil-
besar dan djuga tambahan2 diselipkan kedalam naskah jang aseli. Itupun tidak
mengurangi harga Kitab Sutji, oleh sebab djuga bagian2 itu dikarang dan
dimasukkan kedalam Kitab Sutji atas dorongan Allah sendiri. Maka itu tidak ada
keberatan untuk menerima tambahan2 pada kitab Jeheskiel jang aseli, asal
dibuktikan setjukupnja. Lalu pemeriksaan isi dan bahasa kitab menjatakan dua hal
jakni: Bagian terbesar dari satu orang sadja; tapi djuga ada bagian2 ketjil jang
pasti dikarang orang lain atau jang keaseliannja boleh diragukan.
Ada beberapa ahli jang menerima, bahwa Jeheskiel sendiri menjusun, kitabnja.
Sekalipun seluruh kitab itu tentu sadja tidak dikarang dengan sekaligus, namun
menurut ahli2 tersebut nabi itu sediri kemudian mengumpulkan nubuat2 jang pernah
diutjapkan dan berita tentang perbuatan beribarat jang pernah dilakukannja.
Mungkin sekali ia mentjatat dahulu nubuat danberita itu tersendiri dan bahan
jang dengan demikian tersedia kemudian disusunnja dalam satu kumpulan besar,
jakni kitab Jeheskiel. Bahkan ada hli jang menjangka mereka sanggup menundjukkan
tanggannja kitab selesai. Dalam 1,1 terdapat tanggal: "dalam tahun ketigapuluh".
Sudah barang tentu tangal itu suatu teka-teki, akan tetapi menurut ahli2
tersebut tanggal itu menundjukkan ke tahun ketigapuluh pembuangan radja Jojakim,
sehingga mendjadi tahun 586 seb. Mas.,maksud tjatatan itu ialah: dalam tahun itu
kitab Jeheskiel selesai disusun dan diterbitkan dan itupun oleh nabi itu
sendiri. Memang boleh diterima, menurut ahli2 itu, bahwa kemudian kitab jang
sudah selesai itu masih disadur sedikit dan disana sini ditambahi oleh orang
lain, tapi umumnja kitab itu disusun dan diterbitkan oleh nabi Jeheskiel
sendiri.
Adapun pendapat tersebut sukar dipertahankan djika kitab Jeheskiel dipeladjari.
Susunan kitab disana-sini agak katjau dan kekatjauan itu sukar dipahami,
seandainja nabi sendiri menggubah kitabnja. Diatas ini beberapa tjontoh sudah
disadjikan dan boleh ditambahkan lagi misalnja: Nubuat tentang Edom (pas 35)
lebih pada tempatnja diantara nubuat2 tentang bangsa2 kafir dalam pasal 25. Lagu
tentang Tyrus djalannja oleh daftar pedagang (27,9-24). 3,22-27 kiranja harus
dihubungkandengan24,24-27 dan 33,21-22. Dipasal 3 pasti tidak pada tempatnja,
oleh sebab sukar diterima, bahwa nabi baru sadja menerima tugasnja, lalu segera
dilarang untuk berbitjara. 34,23-24 merupakan bagian tersendiri dan memutuskan
djalan pikiran: 34,22 diteruskan 34,25. Demikianpun 12,12-15 merupakan tambahan
pada 12,8-11. Bagian2 lain lagi dari kitab Jeheskiel memberikan kesan
kekatjauan.
Mungkin kedjadian kitab Jeheskiel kira2 sebagai berikut. Jeheskiel sendiri
mengutjapkan nubuat2nja, mentjeritakan penglihatan2 danperbuatan2nja. Lalu
ditjatat oleh Jeheskiel sendiri. Kemudian tjatatan2 itu dikumpulkan oleh
tjanterik2 nabi. Lebih terdahulu muntjul beberapa kumpulan ketjil, misalnja
sebuah kumpulan berita tentang penglihatan2 dan ekstase nabi; kumpulan
perbuatan2 beribarat; sebuah kumpulan nubuat2nja tentang bangsa kafir dan
kumpulan lain perihal kebinasaan Jerusjalem dan lagi sekumpulan berkenaan dengan
pemulihan umat Allah. Mungkin sekali bahwa Jeheskiel sendiri kadang2 menambahkan
tjatatan2nja ataupun menjadurnja sedikit, tapi rupa2nja ia sendiri tidak ikut
mengumpulkan tjatatan2nja mendjadi kumpulan2 ketjil. Kesemuanja,baik kumpulan2
ketjil itu maupun seluruhnja merupakan hasil usaha murid2 Jeheskiel.
Kapan kitab lalu selesai dalam bentuknja sekarang sukar sekali untuk ditetapkan.
Sudah barang tentu kitab seluruhnja digubah sesudah tahun 571 seb. Mas. (nubuat
terachir jang diberi bertanggal), tapi selandjutnja tidak ada banjak kepastian
lagi. tapi tentu sadja kelirulah orang jang berpendapat, bahwa kitab Jeheskiel
baru dikarang pada djaman Parsi (440-400) atau pada djaman Iskandar Agung (330-
300) atau bahkan sesudah tahuan 262. Orang2 jang berpegang pada anggapan itu
memang tidak menerima, bahwa kitab Jeheskiel bagaimanapun djua berasal dari
seorang nabi jang bekerdja dipembuangan dan jang bernama Jeheskiel. Dengan
tjukup pasti boleh dikatakan, bahwa kitab Jeheskiel seesai disusun sebelum
pembuangan berachir (538). Sebab dalam seluruh kitab itu tidak ad sindiran
sedikitpun, bahwa orang2 Israil sudah pulang ketanah-airnja. Itu memang sukar
dipahami, andaikata si (para) penjusun tahu, bahwa nubuat2 Jeheskiel terpenuhi.
Maka itu boleh diambil kesimpulan, bahwa kitab Jeheskiel disusun dari bahan jang
sudah ada dan jang bagian besar berasal dari nabi itu sendiri antara tahun 571
dan 538, sekalipun boleh diterima, bahwa kemudian masih diselipkan tambahan
chususnja dalam pasal 40-48.
Adapun adjaran kitab Jeheskiel umumnja sama dengan adjaran nabi2 lain, tapi ada
perbedaan djuga. Gagasan Jeheskiel ad sifat danseginja sendiri. Allah Jeheskiel
adalah Allah jang mahamulia, jang mahabesar. Manusia harus berbakti dan mengabdi
kepada Allah jang mahasutji itu. Kerahiman, belaskasihan, tjintakasih Allah pada
Jeheskiel tidak amat penting. Allah jang marah (5,13;7,14), jang tjemburu
(15,13) dan jang menghukum dosa manusia, lebih ditekan. Allah jang mahatinggi
dan jang mengatasi segala sesuatu bertindak dan berlaku bukanlah karena manusia,
melainkan demi untuk diriNja sendiri, karena namaNja jang kudus
(20,9.14.22;36,22), baik apabila Ia berbelaskasihan maupun bila Ia menghukum,
meskipun Ia tidak menginginkan kematian si pendosa (18,23.33;33,11). Manusia
jang ketji memang harus mentaati Allah jang mahabesar itu dan kepatuhan itu
sangat ditekankan oleh Jeheskiel (5,13;2,5;5,16;11,20;20,40). Tapi manusia jang
mentjari Jahwe, jang pertjaja padaNja, jang berlindung dibawah naungan
sajap2Nja, apabila jang mentjintai Allah, manusia itu hampir tidak dikenal oleh
Jeheskiel. Sekalipun orang melewati batas dengan berkata, bahwa Jeheskiel
merupakan bapak paham Jahudi kemudian hari, sebagaimana jang terdapat didjaman
Kristen, namun sedikit benar djuga anggapan itu. Jeheskiel sungguh seorang
perintis bagi tanggapan Jahudi tentang Allah jang mahatinggi dan mahabesar, jang
boleh dan harus diabdi oleh manusia hamba dan budakNja. Kemesraan dalam hubungan
manusia dengan Allahnja sudah hilang. Dan itupun tidak terdapat pada nabi
Jeheskiel.
Nabi Jeheskiel, seperti nabi2 lain, menekan dosa2 Israil jang tidak berdjawab
kepada Allah sesuai dengan pilihannja. Tapi Jeheskiel sangat sekali
menitikberatkan kedjahatan Israil itu. Sedangkan nabi2 lain, seperti Jeremia,
Jesaja dan Hosea masih memperhatikan kemungkinan untuk bertobat, sehingga
hukuman dosa masih dapat ditjegahkan, maka Jeheskiel djarang sekali
memperhatikan kemungkinan itu (18,30-32;16,61-63,33,11). Ia tidak mengadjak
Jerusjalem, agar ia bertobat, melainkan ia menubuatkan hanja hukuman jang tak
terhindarkan lagi (6,1-7;7,1-5;9,10;23,14). Pertobatan masing2 orang sadjalah
jang menarik perhatian nabi ini (18,21-28;3,19-21). Memang ia menelah djuga
keselamatan dimasa depan dan mendjandjikannja atas nama Jahwe dan, seperti
halnja dengan nabi2 lain, iapun membuatkan keselamatan itu hanja untuk "sisa"
bangsanja (6,9;9,4). Tapi ia tidak memperhatikan, bahwa keselamatan itu bukan
hanja hasil belaskasihan Jahwe, tetapi bersandarkan pertobatan umat Jahwe. Allah
menjelamatkan Israil demi tjemburunNja (36,2.5.6). Israil dan Jahwe memang suatu
kesatuan. Israil adalah umatNja dan Jahwe adalah Allah Israil
(34,30;20,5;27,24). Dahulu demikian adanja dan demikianpun halnja kelak. Itulah
dasarnja maka Jahwe memulangkan Israil (36,8;37,16-32), sisa Israil dari
pembuangan. Ia akan mentjutjikan umatNja (37,23.27), memberinja hati dan roh
jang baru (36,26;37,14;39,29). Tapi kesemuanja itu demi untuk Allah sendiri dan
kekudusan Jahwe (20,44;36,21-23.32;39,21.25).
Jahwe memang Allah Israil, tapi Iapun berkuasa atas bangsa2 lain, tetangga
Israil, bahkan Mesir tidak terluput dari kuasaNja (25-32). Sekalipun Bait Allah
di Jerusjelam kediamanNja jang sutji, namun Ia tidak terikat pada tempat itu
atau pada tempat manapun djua. Penglihatan jang didapati si nabi tentang kereta
tachta Jahwe maksudnja ialah: menjatakan, bahwa Allah dapat bergerak, bahwa
Iapun hadir di Babel dan lebih berkuasa daripada dewata disitu. Dalam seluruh
kitabnja penglihatan itu berulang kali kembali (1,4-28;3,25;8-10;43,k2-4;21,22-
25), sehingga gagasan jang dirumuskan olehnja penting sekali bagi Jeheskiel.
Jahwe jang tidak terikat itu memang menghibur bagi kaum buangan, jang umumnja
berpendapat, bahwa Jahwe hanja hadir dan berkuasa di Jerusjalem sadja. tapi nabi
itu sama sekali lain pendapatnja. Jahwe tidak terikat pada Jerusjalem dan Ia
bahkan meninggalkan kota sutji itu akan hukuman dosa umatNja (11,22-25).
Berkenaan dengan adjaran susila Jeheskiel membawa suatu gagasan jang baru betul
di Israil. Umumnja berlangsung "asa solidarita", artinja: kesatuan jang penting:
ialah bukan orang masing2, melainkan kollektivita sadja. Keluarga, marga, suku,
bangsa itulah jang diperhatikan. Maka dari itu masing2 orang dihukum dan
digandjari dalam kollektivita sadja. Apabila bangsa pada umumnja berdoa, maka
seluruh bangsa dihukum, termasuk jang baik; apabila bangsaumumnja setia, semua
lalu diselamatkan, djuga jang djahat. Asas itu sesungguhnja sudah pernah
ditentang (Ul.24,16;II Rdj. 14,6) dan Jeremiapun membantahi (Jr. 12,1;31,29-30).
Akan tetapi sampai dalam kitab Jeheskiel sendiri terdapat asa solidarita itu
(21,3-5). Namun demikian dalam penglihatan tentang Jerusjalem jang akan musnah
(pas.8-11) hanja orang djahat sadja dihukum dan jang baik diberi bertanda, agar
mereka selamat dari kebinasan kota. Lalu Jeheskiel mengembangkan adjarannja jang
djelas sekali; tak pernah sedjelas itu diulang lagi dalam Perdjadjian Lama:
Masing2 orng diperlakukan sekedar perbuatannja sendiri (18;33,1-20). Adjaran itu
sukar dipertahankan selama pandangan orang terbatas pada dunia fana ini,
sebagaimana masih halnja dengan Jeheskiel sendiri. Kebenaran adjaran itu
menuntut dunia baka, tempat asas itu se-utuh2nja akan dikenakan. Adjaran
Jeheskiel mendjadi pangkalan untuk perkembangan kedjurusan itu. Tapi baru
dikemudian hari (kitab Daniel, II Makabe) akan dirumuskan, hingga diambil alih
serta disempurnakan oleh Perdjadjian Baru.
Kebanjakan nubuat Jeheskiel perihal keselamatan umat Jahwe dimasa depan
sungguhpun menganai pemulihan sesudah pembuangan, namun pandangan nabi melajang
lebih djauh djuga sampai keachir djaman. Tokoh jang aneh dari pasal 38-39, jakni
Gog, tentu seorang jang memegang peranannja diachir djaman. Nubuat2 lainpun
demikian sifatnja, sehingga tidak terlaksana se-penuh2 nja dimasa sesudah
pembuangan itu. Chususnja "Gembala" Israil jang baru (34,23-24) bukan radja
politik lagi, melainkan seorang gembala jang menggembalakan umat Jahwe jang
sutji dengan keadilan dan kelurusan. Mungkin gembala itu bukan al-Masih,
sebagaimana jang ditelah oleh misalnja nabi Jejasa,jaitu seorang jang membawa
keselamatan terachir sebagai utusan jahwe. Sabeb menurut Jeheskiel Jahwe
sendirilah jang mewudjudkan keselamatan umatNja,lalu mengangkat sebagai wakilNja
gembala jang baik itu. Namun demikian Jesus dengan menggambarkan dirinja sebagai
Gembala sedjati pasti bersandar pada gagasan Jeheskiel. Gembala jang dinubuatkan
oleh nabi itu terlaksana maupun diatas oleh Gembala jang muntjul dalam Indjil
Johanes itu (Jh. 10).
Jeheskiel dalam nubuat2nja itu merumuskan kepertjajaan seluruh perdjandjian Lama
akan keselamatan dimasa depan, walaupun ia belum tahu dengan terang2an bagaimana
keselamatan itu sifatnja dan pelaksananja. Dalam lukisannja tentang masa depan
Jeheskiel terikat pada pikirannja sendiri, sehingga dilukiskan seteru gagasan2
Perdjanjian Lama: Tanah Sutji dengan Bait Allah ditengahnja; dan situ Allah
memberkati umatNja dan membuat tanah itu subur sekali dan lagi mengangkat
wakilNja untuk memerintahkan umatNja (40-48).Tapi gambaran Jeheskiel itu
memberikan lowongan untuk sesuatu jang djauh melebihi gambaran kepertjajaan dan
pengharapan itu. Dengan demikian Jeheskiel sungguh2 menjiapkan Perdjandjian Baru
dengan Radja-gembala jang mengalahkan segenap harapan dulu.