Teks -- Markus 1:36-45 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
BIS: Mrk 1:40 - berpenyakit kulit yang mengerikan berpenyakit kulit yang mengerikan: Menurut peraturan agama Yahudi, penyakit ini menyebabkan penderitanya tidak layak menyembah Allah di tempat ibadat ...
berpenyakit kulit yang mengerikan: Menurut peraturan agama Yahudi, penyakit ini menyebabkan penderitanya tidak layak menyembah Allah di tempat ibadat (lihat kamus).
kasihan: beberapa naskah kuno: marah.
Jerusalem -> Mrk 1:38
Jerusalem: Mrk 1:38 - telah datang Harafiah: keluar. dalam konteksnya berarti: keluar dari Kapernaum, Mar 1:35. Tetapi barangkali ada arti lebih mendalam, sehingga apa yang dimaksudkan ...
Harafiah: keluar. dalam konteksnya berarti: keluar dari Kapernaum, Mar 1:35. Tetapi barangkali ada arti lebih mendalam, sehingga apa yang dimaksudkan ialah: keluar dari hadirat Allah, Yoh 8:42; Yoh 13:3; Yoh 16:27 dst, Yoh 16:30. Bdk Luk 4:43. Arti mendalam itu disarankan oleh terjemahan: Aku telah datang.
Ref. Silang FULL: Mrk 1:39 - rumah-rumah ibadat // mengusir setan-setan · rumah-rumah ibadat: Mat 4:23; Mat 4:23
· mengusir setan-setan: Mat 4:24; Mat 4:24
· sambil berlutut: Mr 10:17
Ref. Silang FULL: Mrk 1:44 - kepada siapapun // kepada imam // untuk pentahiranmu · kepada siapapun: Mat 8:4; Mat 8:4
· kepada imam: Im 13:49
· untuk pentahiranmu: Im 14:1-32
· kepada siapapun: Mat 8:4; [Lihat FULL. Mat 8:4]
· kepada imam: Im 13:49
· untuk pentahiranmu: Im 14:1-32
Ref. Silang FULL: Mrk 1:45 - di tempat-tempat // segala penjuru · di tempat-tempat: Luk 5:15,16
· segala penjuru: Mr 2:13; Luk 5:17; Yoh 6:2
· di tempat-tempat: Luk 5:15,16
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mrk 1:29-39; Mrk 1:40-45
Matthew Henry: Mrk 1:29-39 - Kristus Menyembuhkan Banyak Orang Sakit Kristus Menyembuhkan Banyak Orang Sakit (1:29-39)
Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang:
I. Sebuah mujizat yang dilakukan Kristus, yaitu peny...
Kristus Menyembuhkan Banyak Orang Sakit (1:29-39)
- Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang:
- I. Sebuah mujizat yang dilakukan Kristus, yaitu penyembuhan ibu mertua Petrus yang sakit demam. Kita telah membaca perikop ini sebelumnya dalam Injil Matius. Perhatikanlah:
- . Setelah melakukan perkara yang membuat nama-Nya terkenal ke segala penjuru, Ia tidak lalu duduk diam saja seperti yang dipikirkan sebagian orang, bahwa mereka bisa bersantai di tempat tidur setelah nama mereka terkenal. Tidak, Ia terus berbuat baik, sebab itulah tujuan-Nya, bukan untuk mencari kehormatan-Nya sendiri. Tidak, mereka yang sudah mempunyai nama baik perlu tetap sibuk dan berhati-hati untuk mempertahankannya.
- . Sekeluarnya dari rumah ibadat, tempat Ia telah mengajar dan menyembuhkan dengan kuasa ilahi, Ia tetap bercakap-cakap akrab dengan para nelayan miskin yang menyertai-Nya, dan Ia tidak menganggap hal ini sebagai sesuatu yang merendahkan diri-Nya. Biarlah pikiran rendah hati ini juga berada dalam diri kita yang ada di dalam-Nya.
- . Ia masuk ke rumah Petrus, mungkin diundang ke situ dengan apa adanya seperti yang bisa disajikan nelayan miskin, dan Ia menerima ajakan itu. Para rasul meninggalkan segala sesuatu demi Kristus; apa yang mereka miliki, sejauh tidak menghalangi mereka untuk berada bersama-Nya, akan dipakai untuk Dia.
- . Ia menyembuhkan ibu mertua Petrus yang sedang sakit. Ke tempat mana pun Kristus datang, Ia datang untuk berbuat baik dan memastikan untuk membalas sambutan yang diterima-Nya dengan limpah. Perhatikanlah, betapa sempurnanya kesembuhan itu. Ketika lenyap demamnya, penyakit itu, seperti yang biasa terjadi, tidak membuatnya lemah. Tangan yang sama yang menyembuhkannya, juga menguatkannya, sehingga dia mampu melayani mereka. Kesembuhan dimaksudkan agar kita cukup sehat untuk bekerja, supaya kita bisa melayani baik Kristus maupun mereka yang menjadi milik-Nya demi Dia.
- II. Berbagai kesembuhan yang dilakukan-Nya -- penyakit-penyakit disembuhkan, dan setan-setan diusir. Semua ini terjadi menjelang malam hari Sabat, sesudah matahari terbenam. Boleh jadi ada banyak orang yang berkeberatan membawa orang sakit kepada-Nya; mereka biasanya menunggu sampai hari Sabat telah berlalu. Tetapi, dengan sakit mereka, tidak bisa disalahkan jika mereka datang kepada-Nya. Meskipun Ia membuktikan bahwa diperbolehkan untuk menyembuhkan orang pada hari Sabat, namun kalaupun ada yang tersandung dengan hal ini, mereka dipersilakan datang lain waktu. Sekarang perhatikanlah:
- . Betapa banyaknya orang sakit yang datang. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu, bagaikan pengemis yang mengharapkan sedekah. Peristiwa kesembuhan di rumah ibadat itu menyebabkan orang-orang ini berkerumun mencari-Nya. Seharusnya kita merasa lebih terdorong lagi untuk semakin mencari Kristus begitu melihat orang lain mengalami damai sejahtera bersama Dia. Sekarang akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya, kepada-Nyalah akan takluk bangsa-bangsa. Perhatikanlah, bagaimana Kristus dikerumuni banyak orang, baik di rumah tinggal maupun di rumah ibadat. Di mana pun Ia berada, biarlah baik para hamba-Nya maupun orang sakit juga berada. Pada malam Sabat, ketika acara ibadah sudah usai, kita harus terus mengiringi Yesus Kristus. Sebagaimana yang diajarkan Rasul Paulus, Ia menyembuhkan secara umum dan dari rumah ke rumah.
- . Betapa berkuasanya sang Penyembuh itu. Ia menyembuhkan semua orang yang dibawa kepada-Nya, tidak peduli sebanyak apa. Kristus bukan sekadar menyembuhkan satu jenis penyakit, melainkan bermacam-macam penyakit, sebab perkataan-Nya adalah panpharmacon -- obat bagi setiap penyakit. Malam itu, mujizat yang dilakukan di rumah ibadat itu diulang-Nya kembali di rumah itu; sebab Ia mengusir banyak setan, dan tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab Ia membuat mereka mengenal Dia, dan hal itu membungkamkan mereka. Atau bisa juga dikatakan bahwa, Dia tidak memperbolehkan mereka untuk mengatakan bahwa mereka mengenal Dia; Ia tidak mau mengizinkan mereka mengatakan lagi apa yang telah mereka ucapkan sebelumnya (ay. 24), "Aku tahu siapa Engkau."
- III. Ia pergi untuk berdoa secara pribadi (ay. 35). Ia berdoa, seorang diri, untuk memberikan teladan kepada kita mengenai berdoa secara diam-diam. Meskipun sebagai Allah Ia menerima doa, sebagai manusia Ia memanjatkan doa. Meskipun Ia memuliakan Allah dan berbuat baik melalui pekerjaan-Nya di depan umum, Ia masih menyediakan waktu untuk menyendiri bersama Bapa-Nya. Karena demikianlah sepatutnya Ia menggenapkan seluruh kehendak Allah. Sekarang amatilah:
- . Saat ketika Kristus berdoa.
- (1) Ia berdoa pagi-pagi benar, pagi setelah hari Sabat. Perhatikanlah, ketika hari Sabat telah berlalu, janganlah berpikir bahwa kita boleh menghentikan saat teduh kita sampai hari Sabat berikutnya. Tidak, meskipun kita tidak pergi ke rumah ibadat, kita harus datang ke takhta anugerah, setiap hari sepanjang minggu; terutama pada pagi hari setelah hari Sabat, agar kita dapat melestarikan kesan-kesan baik dari hari Sabat itu. Pagi itu adalah hari pertama dalam minggu itu, yang dikuduskan-Nya dan dibuat-Nya luar biasa dengan cara bangun pagi-pagi benar.
- (2) Hari masih pagi, jauh sebelum siang. Ketika yang lain masih terlelap di tempat tidur, Ia berdoa, sebagai seorang Anak Daud sejati yang mencari Allah pagi-pagi benar, yang mengangkat doa di pagi hari dan terjaga di tengah malam untuk menaikkan syukur. Ada ungkapan kuno yang mengatakan, Pagi hari adalah sahabat bagi Muses [dewa-dewa seni dan ilmu pengetahuan -- pen.] -- Aurora Musis amica. Ungkapan ini berlaku juga terhadap Anugerah. Saat roh kita berada dalam keadaan paling segar dan hidup, kita harus mengambil waktu untuk melakukan ibadah saat teduh. Dia yang terutama dan terbaik patut mendapatkan yang terutama dan terbaik pula.
- . Tempat di mana Ia berdoa. Ia pergi ke tempat yang sunyi, entah di luar kota, taman, atau jauh terpencil di luar rumah. Walaupun Ia tidak mungkin lagi diganggu atau dicobai untuk mencari kemuliaan yang sia-sia, Ia tetap mengasingkan diri, untuk memberikan teladan tentang peraturan-Nya bagi kita, Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu. Doa diam-diam haruslah dinaikkan secara diam-diam pula. Orang-orang yang teramat sibuk bekerja dengan orang banyak dan melakukan tugas yang terbaik sekalipun tetap sekali-sekali harus sendirian bersama Allah. Kita harus keluar dari lingkungan orang banyak dan menyendiri untuk bercakap-cakap dengan Allah dan terus memelihara persekutuan dengan-Nya.
- IV. Kembalinya Kristus ke pekerjaan-Nya di tengah orang banyak. Para murid menyangka mereka telah bangun pagi-pagi benar, namun ternyata mereka mendapati Guru mereka telah bangun mendahului mereka. Mereka bertanya-tanya ke arah mana Ia pergi, menyusul Dia ke tempat yang sunyi, dan menemukan Dia sedang berdoa (ay. 36-37). Mereka memberitahukan bahwa Dia sedang dicari-cari dan bahwa ada sangat banyak orang sakit yang menanti-Nya. Semua orang mencari Engkau. Mereka merasa bangga bahwa Guru mereka sudah begitu terkenal, dan menginginkan Ia tampil di hadapan publik, apalagi di tempat itu, sebab itulah kota asal mereka. Kita juga lebih cenderung menjadi bagian dari tempat-tempat yang telah kita kenal dan menarik bagi kita. "Tidak," sahut Kristus, "Kapernaum tidak boleh memiliki sendiri semua khotbah dan mujizat Mesias. Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil dan melakukan mujizat, karena untuk itu Aku telah datang, yaitu bukan untuk menetap di satu tempat, melainkan berjalan berkeliling dan berbuat baik." Bahkan orang-orang di pedusunan Israel ... akan menyanyikan perbuatan TUHAN yang adil (Hak. 5:11). Perhatikanlah, mata Kristus tetap tertuju pada tujuan kedatangan-Nya, dan mengejarnya dengan cermat. Ia juga tidak mau dipengaruhi oleh desakan atau bujukan sahabat-sahabat-Nya untuk mundur dari tujuan-Nya itu. Karena itu, Ia pergi ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka (ay. 39), dan untuk mempertegas dan meneguhkan pengajaran-Nya, Ia mengusir setan-setan. Perhatikanlah, pengajaran Kristus adalah kehancuran Iblis.
Matthew Henry: Mrk 1:40-45 - Kesembuhan Seorang yang Sakit Kusta Kesembuhan Seorang yang Sakit Kusta (1:40-45)
Di sini diceritakan tentang Kristus yang menyembuhkan seorang yang sakit kusta, yang telah kita baca ...
Kesembuhan Seorang yang Sakit Kusta (1:40-45)
- Di sini diceritakan tentang Kristus yang menyembuhkan seorang yang sakit kusta, yang telah kita baca sebelum ini dalam Matius 8:2-4. Cerita ini mengajarkan kepada kita:
- . Bagaimana menyerahkan diri kita kepada Kristus, yaitu datang sebagaimana yang dilakukan orang kusta ini.
- (1) Dengan sangat rendah hati, orang kusta itu datang sambil berlutut di hadapan-Nya, memohon bantuan-Nya (ay. 40). Kita punya pilihan untuk memberikan penghormatan ilahi kepada-Nya sebagai Allah atau memberi-Nya penghormatan yang lebih rendah sebagai seorang nabi besar; namun cerita ini mengajarkan kepada kita bahwa kalau kita mau menerima anugerah dan belas kasihan dari Kristus, maka kita harus mengembalikan kehormatan dan kemuliaan kepada Kristus dan menghampiri-Nya dengan rendah hati dan sikap hormat yang kudus.
- (2) Dengan keyakinan kuat akan kuasa-Nya, Engkau dapat mentahirkan aku. Walaupun penampilan lahiriah Kristus hanya biasa-biasa saja, namun orang ini menaruh percaya akan kuasa-Nya, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa Ia diutus dari Allah. Orang itu percaya kepada Yesus dengan meminta sesuatu, dan bukan sekadar meminta secara umum saja, Engkau sanggup melakukan segala sesuatu (seperti dalam Yoh. 11:22), melainkan bahwa Engkau dapat mentahirkan aku. Perhatikanlah, apa yang kita percayai tentang kuasa Kristus harus kita terapkan pada kasus tertentu yang kita hadapi, Engkau sanggup melakukan ini bagiku.
- (3) Dengan tunduk kepada kehendak Kristus, Tuhan, kalau Engkau mau. Sikap tunduk ini tidak menunjukkan bahwa orang ini seolah-seolah meragukan kesediaan Kristus untuk menolong mereka yang menderita, tetapi ia hanya mau meminta perhatian khusus untuk masalahnya sendiri dengan sikap sederhana sebagai seorang pemohon yang malang.
- . Apa yang bisa diharapkan dari Kristus; bahwa sesuai dengan iman kita, hal itu akan terjadi. Permintaan orang kusta itu bukanlah dalam bentuk doa, namun Kristus menanggapinya juga sebagai suatu permintaan. Perhatikanlah, permohonan yang paling manjur untuk mendapatkan belas kasihan dari Kristus adalah permohonan yang berupa pengakuan iman dan penyerahan diri kepada Kristus yang keluar dari hati yang terdalam.
- (1) Kristus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan. Dalam Injil Markus, hal ini ditambahkan untuk menunjukkan bahwa kuasa Kristus digerakkan oleh belas kasihan-Nya untuk membebaskan jiwa-jiwa yang malang; bahwa alasan-alasan tindakan-Nya berasal dari diri-Nya sendiri, dan kita tidak memiliki apa pun dalam diri kita yang bisa kita tawarkan supaya bisa memperoleh belas kasihan-Nya. Penderitaan kitalah yang menimbulkan belas kasihan-Nya. Tambahan lagi, apa yang dilakukan-Nya bagi kita dikerjakannya dengan penuh kelembutan.
- (2) Ia mengulurkan tangan-Nya, dan menjamah orang itu. Ia menyalurkan kuasa-Nya dan mengarahkannya kepada orang ini. Dalam menyembuhkan jiwa, Kristus menjamah mereka (1Sam. 10:26). Ketika seorang raja menjamah orang sakit, ia berkata, "Aku menjamah, Allah menyembuhkan" [Hal itu menjadi kebiasaan pada zaman dulu di Inggris -- pen.]. Namun, Kristus menjamah sekaligus menyembuhkan.
- (3) Ia berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Kuasa Kristus bekerja di dalam dan melalui perkataan, untuk menunjukkan dengan jalan apa Kristus biasanya akan menyembuhkan jiwa-jiwa. Disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka (Mzm. 107:20; Yoh. 15:3; 17:17). Orang kusta yang malang itu memakai kata kalau pada kehendak Kristus, Kalau Engkau mau; namun keraguannya itu langsung dihapus dengan perkataan Aku mau. Kristus dengan senang hati memberikan kemurahan bagi mereka yang bersedia menyerahkan diri kepada kehendak-Nya. Orang ini yakin akan kuasa Kristus, "Engkau dapat mentahirkan aku." Kristus bersedia menunjukkan sejauh mana kuasa-Nya akan bertindak karena iman umat-Nya, dan oleh karena itu Ia mengucapkan perkataan sebagai seseorang yang memiliki otoritas, Jadilah engkau tahir. Kuasa menyertai perkataan ini, dan kesembuhan itu langsung terjadi dengan sempurna. Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan bekasnya pun tidak ada (ay. 42).
- . Apa yang harus dilakukan bila kita telah menerima belas kasihan Kristus. Kita harus menerima perintah-Nya bersama kemurahan-Nya. Setelah Kristus menyembuhkannya, Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras. Perkataan itu sangat jelas, embrimēsamenos -- graviter interminatus -- melarang dengan ancaman. Saya cenderung berpikir bahwa peringatan ini tidak merujuk kepada perintah yang diberikan-Nya untuk merahasiakan kesembuhan itu (ay. 44), sebab perintah untuk merahasiakan itu disebutkan tersendiri. Sebaliknya, ini adalah perintah seperti yang diberikan-Nya kepada laki-laki lumpuh yang telah disembuhkan-Nya itu (Yoh. 5:14), jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk; sebab pada umumnya penyakit kusta merupakan hukuman yang dijatuhkan ke atas orang-orang tertentu yang berdosa, seperti misalnya dalam kasus Miryam, Gehazi, dan Uzia. Sekarang, ketika Kristus menyembuhkannya, Ia memberikan peringatan keras kepadanya, Ia mengancamnya dengan akibat mematikan seandainya ia jatuh ke dalam dosa kembali. Ia juga menyuruhnya agar:
- (1) memperlihatkan dirinya kepada imam, agar dengan menilai sendiri orang kusta itu, si imam bisa menjadi saksi bagi Kristus, bahwa Dia adalah Mesias ( Mat. 11:5).
- (2) Sebelum melakukan hal itu, ia tidak boleh memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun. Ini adalah tanda kerendahan hati dan penyangkalan diri Kristus, bahwa Ia tidak mencari kehormatan bagi diri-Nya sendiri, dan tidak akan berteriak atau menyaringkan suara (Yes. 42:2). Hal ini menjadi teladan bagi kita, agar tidak mencari kemuliaan bagi diri kita sendiri (Ams. 25:27). Ia tidak boleh memberitakannya, sebab hal ini akan semakin memperbanyak kerumunan orang yang mengikuti Kristus, yang menurut-Nya sudah terlampau banyak. Bukan berarti bahwa Ia tidak bersedia berbuat baik kepada semua orang, kepada semua orang yang datang, tetapi Ia ingin melakukannya tanpa membuat kegaduhan, supaya Ia tidak menjadi perhatian pemerintah, tidak menimbulkan gangguan atas ketenteraman masyarakat, tidak melakukan apa pun yang bisa tampak seperti berlagak, atau memancing tempik sorak berisi pujian. Saya tidak tahu harus berpikir apa tentang tindakan orang kusta yang justru memberitakan peristiwa itu, dan menyebarkannya ke mana-mana. Menutupi sifat-sifat dan hasil pekerjaan yang baik dari orang-orang berbudi lebih cocok bagi mereka daripada bagi teman-teman mereka. Kita juga tidak selalu mau terikat oleh perintah-perintah yang diberikan oleh orang-orang yang rendah hati. Orang kusta itu seharusnya memperhatikan perintah-Nya. Walaupun begitu, tidak dapat diragukan lagi bahwa ia memberitakan kesembuhan itu dengan niat yang baik, dan dampaknya tidak lebih dari bertambahnya jumlah orang yang mengikuti Kristus sampai Ia tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota, bukan karena mengkhawatirkan aniaya (ketika itu bahaya ini belum ada), namun karena kerumunan orang begitu banyak hingga jalan-jalan akan penuh sesak. Hal ini memaksa-Nya masuk ke padang gurun, dan ke atas bukit (3:13), serta ke tepi danau (4:1). Hal ini menunjukkan betapa bergunanya hal ini bagi kita, bahwa Kristus pergi dan mengutus Penghibur itu, sebab kehadiran-Nya secara lahiriah hanya memungkinkan Dia berada di satu tempat pada satu saat; dan mereka yang datang kepada-Nya dari segala penjuru tidak punya kesempatan mendekat. Namun, dengan kehadiran-Nya dalam Roh, Ia berada bersama umat-Nya di mana pun mereka berada, dan datang kepada mereka di segala penjuru.
SH: Mrk 1:35-39 - Prioritas Hamba Allah: berdoa (Sabtu, 7 Januari 2012) Prioritas Hamba Allah: berdoa
Dalam bacaan kemarin kita melihat bagaimana Yesus begitu sibuk melayani Allah dan manusia. Mulai saat ia mengajar di Ba...
Prioritas Hamba Allah: berdoa
Dalam bacaan kemarin kita melihat bagaimana Yesus begitu sibuk melayani Allah dan manusia. Mulai saat ia mengajar di Bait Allah, mengusir roh jahat dari orang yang dirasuki, menyembuhkan ibu mertua Petrus, sampai menyembuhkan orang-orang sekota yang sakit dan kerasukan, yang mendatangi Dia di rumah Petrus.
Namun Yesus tidak menghabiskan waktunya selama dua puluh empat jam hanya untuk melayani manusia saja. Pagi-pagi benar, Yesus memulai hari-Nya dengan berdoa (35). Simon yang bangun pagi-pagi benar tidak menemukan Yesus karena ketika orang masih tidur, Yesus pergi keluar rumah mencari tempat untuk Ia dapat menyendiri dengan Bapa-Nya (36-37). Adalah menarik untuk melihat bahwa di hari sebelumnya Yesus melayani orang-orang yang membutuhkan Dia sampai jauh malam. Meski begitu, kesibukan-Nya hingga larut malam itu tidak menghalangi Dia untuk menyediakan waktu bersekutu dengan Bapa-Nya pagi-pagi benar. Tindakan Yesus ini seolah menyatakan bahwa berdoa merupakan satu persiapan penting yang harus Dia lakukan sebelum Ia memulai hari-Nya. Dan ketergantungan kepada Bapa melalui doa membuat Ia dimampukan untuk melayani dengan maksimal, seperti yang kita lihat pada bacaan sebelumnya.
Jika Yesus merasa perlu memiliki waktu untuk bersendiri dengan Bapa dan berdoa, maka kita pun butuh waktu seperti itu. Ini bukan hanya bagi mereka yang melayani secara khusus di gereja atau bekerja dalam bidang kerohanian. Siapa pun kita yang meyakini bahwa segala yang kita lakukan sesungguhnya merupakan pelayanan, seharusnya menggali kekuatan kita melalui doa. Jangan sampai kita terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu untuk bersendiri dengan Allah dan berdoa. Sebagai orang-orang yang hidup melayani Tuhan, kita harus berdisiplin menyediakan waktu untuk berdoa dengan tidak terburu-buru. Bila kita tidak menyediakan waktu untuk berdoa maka akan ada hal-hal lain yang mengisi waktu kita, dan bisa saja itu menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan hati Tuhan.
SH: Mrk 1:35-39 - Doa dan Kerja (Kamis, 7 Januari 2016) Doa dan Kerja
Ignatius dari Loyola pernah menuliskan, "Berdoalah seperti segalanya bergantung kepada Allah, dan bekerjalah seperti segalanya bergantu...
Doa dan Kerja
Ignatius dari Loyola pernah menuliskan, "Berdoalah seperti segalanya bergantung kepada Allah, dan bekerjalah seperti segalanya bergantung kepadamu." Dalam kehidupan kristiani, doa dan kerja tidak dapat dipisahkan. Tidak ada yang satu dianggap lebih penting daripada yang lain.
Dalam pelayanan-Nya, Yesus memperlihatkan harmonisasi antara doa dan kerja . Yesus pasti sangat sibuk dan lelah dalam pelayanan- Nya. Saking sibuknya, sering kali Yesus dan murid-murid-Nya tidak memiliki waktu untuk beristirahat karena terus diikuti oleh orang banyak, atau ada orang yang memanggil-Nya untuk dilayani. Meski begitu, Yesus selalu menyediakan waktu untuk berdoa hingga saat- saat terakhir pelayanan-Nya.
Pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, Yesus sudah pergi untuk berdoa di tempat sunyi (35). Doa memampukan Yesus untuk fokus pada tugas dan misi- Nya (36-37). Karena itu Yesus tidak menanggapi kalimat dari Simon dan kawan-kawan yang mengikuti-Nya. Setelah berdoa, Yesus mengajak para murid-Nya bekerja memberitakan Injil di seluruh Galilea.
Meski Yesus adalah Allah, Ia tetap berdoa kepada Bapa sebelum melakukan pelayanan-Nya. Dalam berdoa, Ia memperoleh kekuatan baru untuk melayani. Melalui doa, Yesus fokus menjalankan tugas pemberitaan Injil, bukan menikmati perhatian atau kerumunan orang banyak. Yesus meluangkan waktu terbaik-Nya untuk berkomunikasi dengan Bapa dalam doa di pagi hari. Di tempat sunyi itu Ia berdoa dan disegarkan untuk melakukan pelayanan-Nya. Tidak heran apabila Ia begitu bersemangat memberitakan Injil ke berbagai kota di Galilea, mengajar di rumah-rumah ibadat, dan mengusir setan-setan (38-39).
Dalam konteks masa kini, hidup kita mungkin penuh dengan berbagai kesibukan pelayanan, pekerjaan, studi, dan lainnya. Namun sebagai anak-anak Tuhan, adakah kita menyediakan waktu untuk berdoa dan menikmati relasi dengan-Nya? Melalui doa, kita dapat bekerja dan melayani dengan fokus dan benar demi kemuliaan-Nya. [MFS]
SH: Mrk 1:35-39 - Bangunlah dan Berdoalah (Sabtu, 13 Januari 2018) Bangunlah dan Berdoalah
Sering kali kita mendengar kalimat yang berbunyi seperti ini: "Ayo bangun pagi, jangan kesiangan... nanti rezekimu dipatok ay...
Bangunlah dan Berdoalah
Sering kali kita mendengar kalimat yang berbunyi seperti ini: "Ayo bangun pagi, jangan kesiangan... nanti rezekimu dipatok ayam." Kalimat ini lucu, tetapi kata-kata ini memotivasi orang-orang untuk bangun lebih awal pada pagi hari. Bangun pagi adalah gambaran dari awalnya sebuah perencanaan hidup. Dengan bangun pada pagi hari, apa yang kita pikirkan dan rencanakan sebelumnya (di malam hari) dapat kita lakukan. Dengan bangun pada pagi hari, bakal ada rezeki yang kita dapatkan dengan melakukan aktivitas keseharian kita. Lantas yang menjadi pertanyaan adalah: Apa yang pertama kali kita lakukan saat kita bangun pagi? Apakah kita langsung melipat jari jemari kita untuk berdoa? Apakah kita langsung mengerjakan pekerjaan yang tertunda kemarin?
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Tuhan Yesus bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana (35). Dalam hal ini, selaku Tuhan yang tahu apa yang akan Dia lakukan di hari ini, yang tahu apa yang bakal terjadi dalam hidup-Nya hari ini, ternyata Ia pun bangun lebih awal dan langsung berkomunikasi dengan Bapa-Nya dan mohon bimbingan-Nya untuk melakukan misi-Nya dalam dunia ini. Kata "Marilah kita ke tempat lain" adalah ungkapan Yesus setelah Ia berdoa. Artinya, Allah Bapa yang membimbing dalam perjalanan hidup Yesus.
Kehidupan Yesus dalam dunia ini sepenuhnya menjadi contoh bagi kita orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kita adalah makhluk yang lemah, yang tidak tahu apakah yang akan kita lakukan berdampak baik atau buruk dalam kehidupan kita. Kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita selanjutnya. Karena itu, berkomunikasi dengan Sang Pemilik Kehidupan merupakan keniscayaan.
Doa pagi hari-sebelum melakukan segala sesuatu- merupakan tindakan strategis untuk merancangkan kegiatan yang hendak kita lakukan pada hari itu. Doa pagi hari merupakan saat kita menata hati dan waktu untuk setiap pikiran, kata, dan tindakan yang akan kita lakukan. Jadi, bangun dan berdoalah! [KFT]
Baca Gali Alkitab 1
Dalam bagian ini, Markus mencatat tiga kisah pelayanan Yesus di Kapernaum yang memperlihatkan otoritas Yesus yaitu pengajaran dan penyembuhan yang Yesus lakukan di rumah ibadat, penyembuhan ibu mertua Petrus, dan berbagai kisah penyembuhan yang lain. Semua peristiwa ini terjadi dalam satu hari saja. Inilah tipikal pelayanan Yesus sehari-hari.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apakah yang membuat orang-orang di Bait Allah takjub melihat Yesus (22, 27)?
2. Apakah maknanya mengajar dengan kuasa (22)?
3. Apa perbedaan pengusiran setan di ayat 25 dan penyembuhan penyakit ibu mertua Simon di ayat 31?
4. Apakah elemen pelayanan Yesus yang ditekankan Markus (39)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa Yesus menyuruh roh jahat diam ketika ia menyebut Yesus "Yang kudus dari Allah" (24)?
2. Bagaimanakah sifat kuasa Yesus? Dan dari mana kuasa itu berasal?
3. Keesokan harinya, pagi-pagi benar, setelah melakukan berbagai mukjizat penyembuhan, Yesus pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Menurut Anda, mengapa Ia melakukan hal itu (35)?
4. Bagaimana hal ini berhubungan dengan keputusan Yesus kemudian (38-39)?
Apa respons Anda?
1. Banyak orang sakit yang dibawa kepada Yesus dan Ia menyembuhkan mereka. Dapatkah kita mengharapkan kesembuhan dari Yesus juga pada masa sekarang ini?
2. Dalam pengalaman Anda, seberapa besar doa berpengaruh dalam keputusan dan tindakan Anda?
Pokok Doa:
Agar kuasa Yesus atas penyakit dan roh-roh jahat tetap dinyatakan pada zaman sekarang ini.
SH: Mrk 1:35-39 - Menyisih (Sabtu, 13 Januari 2024) Menyisih
Pada hari sebelumnya, Yesus baru saja melakukan pelayanan panjang dengan menyembuhkan orang-orang yang sakit dan kerasukan setan. Kemudian, ...
Menyisih
Pada hari sebelumnya, Yesus baru saja melakukan pelayanan panjang dengan menyembuhkan orang-orang yang sakit dan kerasukan setan. Kemudian, Injil Markus mengarahkan pembaca kepada perbuatan Yesus yang sekilas terkesan biasa, tetapi berdampak besar.
Di kala sebagian besar orang masih beristirahat-barangkali sedang tidur-Yesus memilih untuk bangun dan pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa kepada Bapa-Nya.
Pertanyaannya, mengapa catatan ini perlu dimasukkan ke dalam rentetan pelayanan awal Yesus? Karena Markus ingin menunjukkan satu aspek penting dari kehidupan Yesus, yaitu Ia menyisih untuk berdoa, menyingkir sejenak dari ramainya kerumunan dan padatnya pelayanan. Catatan ini menunjukkan pilihan Yesus yang tidak didikte oleh keadaan (bdk. Mrk. 6:31-32; 46; 14:32-36).
Buahnya terlihat dalam kesadaran Yesus akan siapa diri-Nya dan untuk apa Ia hadir (38), serta bagaimana Ia harus menuntaskan misi-Nya di tengah dunia (39). Ia bahkan meninggalkan penduduk Kapernaum yang mencari-cari Dia (37).
Menyisih adalah salah satu praktik rohani yang patut dilakukan para murid Yesus. Di tengah kepadatan aktivitas, kebisingan dunia, dan kecepatan ritme hidup, menyisih merupakan tekad yang perlu dimiliki. Sama seperti Yesus, kita perlu memprioritaskan waktu untuk menyisih. Kita harus berani untuk berhenti dan menarik diri dari kesibukan kita yang terus ada tanpa henti.
Kita perlu menyisih untuk berdoa agar kita mendapat kekuatan dari Allah dan dikuatkan bagi Allah. Ini adalah ruang yang kita berikan kepada Allah untuk menemui kita dan sebaliknya. Hanya dengan menyisih, kita makin menyadari akan siapa kita, untuk apa kita hadir di tengah lingkungan kita, dan bagaimana kita sepatutnya menjalani kehidupan ini.
Karena itu, pilihlah satu waktu terbaik untuk menghentikan ritme pekerjaan, upaya pencapaian hidup, dan kegiatan pelayanan untuk menikmati relasi dengan Tuhan dalam doa dan pembacaan firman-Nya yang tenang. Lakukanlah mulai hari ini! [JMH]
Baca Gali Alkitab 2
Bolehkah kita mengunjungi orang yang menderita penyakit menular seperti penyakit kulit? Bagaimana seandainya kita tertular, lalu kita menularkannya kepada orang lain juga? Ketakutan demikian juga dialami oleh orang-orang Yahudi pada masa Perjanjian Baru.
Pada masa itu penderita penyakit kulit akan diasingkan dan disingkirkan dari lingkungannya. Mereka biasanya tinggal di luar perkotaan atau perkampungan. Hal itu karena mereka dipandang najis secara jasmani maupun rohani, dan juga karena penyakitnya memang menular. Namun, Yesus dalam pelayanan-Nya beberapa kali bersentuhan dengan para penderita penyakit kulit. Ia justru menerima orang-orang itu tanpa perasaan takut atau jijik.
Apa saja yang Anda baca?
1. Siapa yang datang kepada Yesus dan apa permohonannya? (40)
2. Apa yang dilakukan Yesus, dan mengapa? (41)
3. Apa yang terjadi pada orang itu? (42)
4. Apa perintah Yesus kepadanya setelah dia sembuh? (43-44)
5. Apa yang kemudian dilakukan orang itu? (45)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Bagaimana seorang yang lemah dan tak berdaya sepatutnya bersikap ketika ia datang kepada Tuhan?
2. Tindakan apa yang Yesus ajarkan seandainya kita berhadapan dengan sesama yang membutuhkan pertolongan, misalnya penderita penyakit menular?
Apa respons Anda?
1. Bagaimana Anda akan berdoa untuk memohon kesembuhan dari Tuhan?
2. Apa yang dapat Anda lakukan untuk meringankan penderitaan orang yang terkena penyakit menular?
Pokok Doa:
Memohon agar Tuhan memberikan hati yang mengasihi dan keberanian untuk bersentuhan dengan orang yang menderita.
SH: Mrk 1:29-39 - Pelayanan dan doa (Jumat, 17 Januari 2003) Pelayanan dan doa
Dalam pelayanan-Nya, Yesus tidak hanya mengajar banyak orang.
Yesus juga menyembuhkan banyak orang, termasuk ibu mertua Simon,...
Pelayanan dan doa
Dalam pelayanan-Nya, Yesus tidak hanya mengajar banyak orang. Yesus juga menyembuhkan banyak orang, termasuk ibu mertua Simon, yang menderita sakit demam (ayat 30). Lazimnya orang yang baru sembuh dari sakit, badan terasa lemah, karena itu diperlukan waktu beberapa lama untuk beristirahat dan mengembalikan kondisi tubuh. Tetapi, tampaknya ini tidak berlaku bagi ibu mertua Simon. Segera setelah disembuhkan ia langsung melayani Yesus (ayat 31). Ini memberi indikasi bahwa penyembuhannya segera dan sempurna. Tidak hanya orang sakit, orang-orang yang kerasukan setan pun dibawa kepada Yesus untuk disembuhkan dan dilepaskan dari cengkeraman setan (ayat 32,34). Menarik untuk dicatat bahwa Yesus tidak memperbolehkan setan-setan untuk berbicara meski mereka mengenal Yesus.
Dalam 1:24, setan bahkan menyapa Yesus sebagai 'Yang Kudus dari Allah'. Tetapi, Yesus membentaknya untuk tidak bicara. Yesus menolak kesaksian setan dan roh-roh jahat, karena kesaksian mereka tidak lahir dari kesadaran dan suka rela. Mereka mengenal siapa Yesus, tetapi mereka tidak mau hidup taat terhadap Yesus. Inilah iman model ala setan (Yak. 2:19): mengenal Yesus bahkan beribadah di rumah ibadat, tetapi tidak mau taat kepada kehendak Yesus; percaya pada Yesus, tetapi hidup menurut kehendak sendiri.
Di tengah kesibukan pelayanan, Yesus berdoa (bdk. 6:46 dan 14:35). Mengapa Yesus harus berdoa? Doa adalah komunikasi dengan Allah. Melalui doa, Yesus menyatakan dua hal. Pertama, relasi-Nya dengan Allah sangat intim. Kedua, Yesus menyatakan ketergantungan-Nya kepada Allah.
Rahasia kesuksesan pelayanan-Nya terletak pada ketergantungan-Nya pada Allah, dan doa merupakan ekspresi ketergantungan pada Allah.
Renungkan: Apakah iman pada Yesus memberi warna terhadap perilaku dan moralitas hidup sehari-hari? Apa hambatannya?
SH: Mrk 1:29-45 - Cari dulu kehendak Tuhan (Rabu, 31 Desember 2008) Cari dulu kehendak Tuhan
Popularitas disukai banyak orang. Seorang artis baru akan melakukan
banyak cara agar dia bisa populer dan menjadi laris...
Cari dulu kehendak Tuhan
Popularitas disukai banyak orang. Seorang artis baru akan melakukan banyak cara agar dia bisa populer dan menjadi laris. Orang yang bukan artis senang juga bila bisa populer. Seorang pendeta pun pasti senang bila terkenal dan banyak diminta untuk berkhotbah di mana-mana. Namun Yesus menunjukkan bahwa popularitas bukanlah segalanya, bila itu tidak sesuai dengan tujuan Allah dalam hidup-Nya.
Peristiwa di Bait Allah rupanya menjadi buah bibir di Kapernaum. Akibatnya, menjelang malam, seluruh penduduk kota berkerumun di depan pintu rumah Simon dan Andreas. Mereka membawa orang-orang yang sakit dan kerasukan setan (ayat 32). Bila seluruh penduduk kota minta dilayani, bisa dibayangkan berapa jam waktu yang diperlukan Yesus untuk menangani mereka. Penyembuhan yang Yesus lakukan lahir dari belas kasih terhadap mereka yang menderita. Ia mengusir setan karena setan tak berhak mendominasi hidup manusia atau membuat manusia menderita.
Sampai keesokan pagi, orang Kapernaum masih mencari-cari Yesus. Murid-murid yang takjub dengan antusiasme penduduk kota jadi bersemangat mencari Yesus. Dengan antusias pula mereka memberitahu tentang orang banyak yang mencari-cari Dia. Namun respons Yesus di luar dugaan. Saat itu Yesus malah mengajak mereka pergi ke kota lain (ayat 38). Para murid tampaknya belum memahami misi Yesus di dunia ini: bukan untuk memenuhi keinginan orang banyak melainkan untuk menggenapkan rancangan Allah.
Kehilangan orientasi hidup dapat terjadi bila kita menja-dikan kepuasan orang lain sebagai tujuan hidup. Mungkin saja dengan begitu kita jadi disukai orang banyak dan populer. Namun apakah dengan jalan demikian kita sudah menyenangkan Allah? Lalu bagaimana cara agar kita tetap berjalan di jalur yang benar? Lihat apa yang Yesus lakukan. Ia menyediakan waktu untuk bersendiri dengan Allah guna mencari kehendak-Nya. Memasuki tahun yang baru, mari kita bertekad menyediakan waktu bagi Allah tiap hari.
SH: Mrk 1:38 - Yesus sebagai Nabi (Sabtu, 21 Februari 2009) Yesus sebagai Nabi
Siapakah nabi itu? Seperti apa penampilannya? Mengapa perannya
penting? Masihkah kita membutuhkan nabi untuk zaman modern ini...
Yesus sebagai Nabi
Siapakah nabi itu? Seperti apa penampilannya? Mengapa perannya penting? Masihkah kita membutuhkan nabi untuk zaman modern ini?
Nama-nama seperti Samuel, Elia, Elisa, Yesaya, Yehezkiel, Daniel yang melayani dalam zaman berbeda-beda, tidak asing bagi orang Israel. Sebagian dari mereka tampil seperti sesama mereka manusia biasa. Sebagian lagi sewaktu-waktu tampil agak unik sebab cara penampilan itu menjadi semacam pesan simbolis dari Tuhan yang harus mereka peragakan. Itu pernah dilakukan misalnya oleh Yehezkiel, atau oleh Yohanes Pembaptis. Apa yang mereka sampaikan baik secara lisan atau secara simbolis itu menjadikan peran mereka penting bagi zamannya. Mereka menyampaikan pesan Allah bagi manusia zaman mereka. Arahan, janji, teguran, evaluasi Tuhan untuk manusia datang melalui para nabi sejati itu.
Kita patut bersyukur bahwa Allah bicara melalui para nabi. Jika Allah tidak bicara, kita tidak mungkin mengenal Dia. Allah yang tidak berbicara, entah adalah berhala yang mati atau allah yang tidak sudi berelasi dengan manusia ciptaan-Nya. Dan jika demikian, akan gelaplah seluruh kehidupan manusia. Allah bicara, menyatakan Ia rindu kita mengenal Dia, dan bersahabat dengan-Nya.
Syukurlah Allah tidak hanya mengutus para nabi, Ia datang di dalam Yesus Kristus. Yesus adalah Nabi atas segala nabi. Hidup-Nya sepenuhnya serasi dan menggenapi firman Allah. Ia sejujurnya dan sepenuhnya menyatakan ajaran, harapan, janji, dan teguran Allah. Itulah yang membuat kata-kata-Nya, ajaran-Nya sangat berkuasa lebih dari kata-kata para nabi, apalagi kata-kata manusia yang seringkali bicara salah dan kosong. Yesus adalah wujud dari panggilan, arahan, sapaan, teguran, ungkapan kasih, penggenapan janji keselamatan Allah bagi manusia. Itulah maksudnya dikatakan bahwa Ia memberitakan Injil. Ia sendiri adalah Kabar Baik dari Allah, sebab kita akan kenal Allah, dipimpin oleh-Nya, hidup sesuai kebenaran-Nya jika kita dengar-dengaran akan Yesus! Dengan merenungkan hidup dan ajaran Yesus Kristus, kita mendengar apa isi hati dan rencana Allah bagi kita.
SH: Mrk 1:40-45 - Menentang tradisi (Sabtu, 18 Januari 2003) Menentang tradisi
Pada masa Yesus hidup, sudah merupakan tradisi bila orang yang
berpenyakit kusta diasingkan masyarakat. Selain takut tertular ...
Menentang tradisi
Pada masa Yesus hidup, sudah merupakan tradisi bila orang yang berpenyakit kusta diasingkan masyarakat. Selain takut tertular - - menurut hukum Musa -- orang kusta itu najis dan dikutuk Allah (bdk. Im. 13:45-46). Bagaimana sikap Yesus ketika berhadapan dengan orang kusta? Yesus tidak mengusir atau menjauh. Yesus justru menggerakkan tangan-Nya ke arah orang kusta itu lalu menyentuhnya. Dapat kita bayangkan kegemparan yang terjadi karena reaksi orang-orang yang melihat perbuatan ini. Mengapa Yesus mau menyentuhnya? Karena belas kasihan (ayat 41). Belas kasihan Yesus menyembuhkan dan mengalahkan segala-galanya.
Ketika orang kusta sembuh Yesus memberikan dua bentuk perintah padanya. Pertama, ia harus melakukan hukum Musa, yaitu menghadap imam agar imam dapat menyatakannya sebagai orang sehat. Tanpa pernyataan resmi ini sulit baginya diterima masyarakat. Kemudian, ia harus memberikan persembahan syukur seperti yang diatur hukum Musa (Im. 14:1-32). Kedua, Yesus melarangnya untuk memberitakan kesembuhannya kepada orang lain. Sebenarnya orang yang mengenalnya, tanpa diberitahu pun menyadari perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Selain itu melakukan ritus seperti yang dituntut hukum Musa, sebenarnya merupakan pernyataan terbuka bahwa ia telah sembuh dan tahir. Jadi, mengapa harus dilarang? Karena Yesus tidak ingin dikenal sebagai tabib penyembuh. Yesus adalah Mesias dan Anak Allah. Namun, orang kusta ini tidak taat. Akibatnya pekerjaan dan pelayanan Yesus menjadi terhalang. Ketidaktaatan selalu menghambat pelayanan Yesus. (ayat 45).
Renungkan: Belas kasihan Yesus membawa orang-orang pinggiran ke tengah- tengah peradaban manusia. Tanpa memiliki belas kasihan Yesus kita tidak akan pernah menyentuh orang-orang yang terbuang dan terasing oleh masyarakat.
SH: Mrk 1:40-45 - Maksud baik yang tidak baik (Senin, 9 Januari 2012) Maksud baik yang tidak baik
Berdasarkan peraturan agama Yahudi, orang kusta dianggap tidak tahir. Orang kusta dalam bacaan hari ini meminta kepada Ye...
Maksud baik yang tidak baik
Berdasarkan peraturan agama Yahudi, orang kusta dianggap tidak tahir. Orang kusta dalam bacaan hari ini meminta kepada Yesus bukan dengan anggapan bahwa ia layak disembuhkan. Ia berkata, "Kalau Engkau mau.." (40). Ini memperlihatkan bahwa si orang kusta ini tidak meragukan kuasa Yesus sedikit pun. Bagi dia, kesembuhannya bukan tergantung pada apakah Yesus berkuasa atau tidak, melainkan apakah Yesus mau atau tidak.
Markus mencatat bahwa hati Yesus tergerak oleh belas kasihan (41). Lalu Ia menjamah orang kusta itu dan menyembuhkan dia. Kata 'menjamah' merupakan kata yang penting dalam kisah ini. Mengapa? Kita tahu bahwa begitu orang ketahuan mengidap penyakit kusta maka ia dilarang mengadakan kontak fisik dengan orang lain.Sebenarnya Yesus bisa saja menyembuhkan orang kusta itu tanpa menyentuh dia. Namun dengan menyentuh, terlihat bahwa Yesus berkuasa atas penyakit kusta dan si orang kusta yang dilarang kontak fisik dengan orang lain dipulihkan harga dirinya sebagai manusia.
Namun sayang, si orang kusta yang telah disembuhkan itu tidak mematuhi perintah Yesus agar tidak memberitahu orang lain tentang apa yang Yesus telah lakukan bagi dia. Mungkin dia menganggap bahwa apa yang dia lakukan akan membuat nama Yesus terkenal. Sayangnya, dia tidak memahami dampaknya. Seharusnya Yesus melayani lebih banyak orang, tetapi tindakan si orang kusta membuat Yesus tidak dapat masuk kota secara terang-terangan dan harus tinggal di tempat-tempat yang sepi (45).
Tindakan orang kusta ini memang tidak lantas menggagalkan rencana Allah, tetapi ada masalah yang muncul sebagai akibat tindakannya itu: pelayanan Yesus jadi tidak efektif! Kisah ini memperingatkan kita: kadang-kadang kita tidak mematuhi Allah karena mengira kita tahu yang lebih baik atau bertujuan baik. Padahal manusia tidak pernah lebih tahu dari Allah! Ketidakpatuhan si orang kusta kiranya mengajar kita untuk mematuhi perintah Tuhan dan tidak 'mengacaukan' rencana Tuhan dengan mengira bahwa kita lebih tahu dari Tuhan.
SH: Mrk 1:40-45 - Kalau Engkau Mau... (Jumat, 8 Januari 2016) Kalau Engkau Mau...
Beberapa tahun belakang ini muncul fenomena doa "mengklaim" janji Tuhan. Model doa ini terkesan seperti "memaksa" Tuhan. Ironisny...
Kalau Engkau Mau...
Beberapa tahun belakang ini muncul fenomena doa "mengklaim" janji Tuhan. Model doa ini terkesan seperti "memaksa" Tuhan. Ironisnya, tidak sedikit orang Kristen melakukan hal ini. Tidak demikian dengan orang sakit kusta yang dikisahkan di dalam bacaan hari ini.
Dalam konteks zaman itu, kusta adalah penyakit yang belum ada obatnya dan melambangkan dosa serta kenajisan. Karena itu, orang kusta harus dikucilkan dari masyarakat. Jika seseorang berjumpa dengan orang yang sakit kusta, ia menjauhinya dan berteriak "najis, najis." Menyadari akan sakit yang diidapnya, orang kusta itu datang dan berlutut di hadapan Yesus memohon agar disembuhkan. Ia tahu Yesus dapat menyembuhkannya. Tapi pertanyaannya, apakah Yesus mau? Bukankah orang kusta ini adalah orang yang dikucilkan dari masyarakat? Bukankah ia mengidap penyakit yang dianggap najis oleh orang sekitarnya?
Dalam permintaannya kepada Yesus, orang kusta ini tidak bertanya, "Jika Engkau bisa...", melainkan "Jika Engkau mau..." (40). Artinya, ia tidak meragukan kuasa Tuhan untuk menyembuhkannya, tetapi ia juga tidak memaksa Tuhan. Ia cukup tahu diri dengan keberadaannya. Tak diduga, ternyata Yesus meresponinya dengan begitu indah. Dengan belas kasihan-Nya, Yesus menjamah orang kusta itu dan menyembuhkannya (41-42). Yesus meminta orang itu tidak memberitahukan kesembuhannya kepada siapapun. Ia menyuruhnya pergi kepada imam untuk memperoleh pernyataan resmi atas kesembuhannya dan memberikan persembahan (43-44). Karena tidak dapat menahan diri, orang kusta itu menyebarkan berita kesembuhannya oleh Yesus (45).
Dalam permohonan dan doa yang kita panjatkan, sesungguhnya kita tidak perlu "memaksa" Tuhan. Ia tahu segala yang kita butuhkan. Ia juga tahu kapan memenuhinya. Berserah pada otoritas-Nya dan katakan, "Jika Engkau mau, ya Tuhan..." [MFS]
SH: Mrk 1:40-45 - Kalau Engkau Mau (Minggu, 14 Januari 2018) Kalau Engkau Mau
Seorang yang berpenyakit kusta datang kepada Yesus dan berlutut di hadapan-Nya. Orang kusta itu memohon bantuan-Nya, "Kalau Engkau m...
Kalau Engkau Mau
Seorang yang berpenyakit kusta datang kepada Yesus dan berlutut di hadapan-Nya. Orang kusta itu memohon bantuan-Nya, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku" (40).
Kita tak mengenal orang tersebut. Penulis Injil Markus tak merasa perlu mencantumkan namanya. Bisa jadi, dia kesulitan memperolehnya. Lagi pula, apalah arti sebuah nama bagi penderita kusta. "Kusta" yang dimaksud bukanlah penyakit yang disebabkan Micobacterium leprae-sebagaimana kita kenal. Tetapi, semacam penyakit akibat jamur yang membuat kulit melepuh merah.
Dalam masyarakat Yahudi waktu itu, penderita kusta dianggap najis. Orang yang bersentuhan dengan penderita akan menjadi najis. Karena itu, mereka harus tinggal di luar kota agar masyarakat tidak tertular kenajisan. Mereka orang buangan.
Penderita kusta tak ubahnya mayat hidup. Secara jasmaniah hidup, namun dianggap mati. Lebih tepat, dimatikan masyarakatnya. Bahkan, mereka tidak diizinkan mengikuti ibadah karena dianggap tidak bersih. Dengan kata lain, penderita kusta tak pernah beribadah.
Oleh karena itu, orang yang menemui Yesus bisa dikatakan anomali, kekecualian. Jika para penderita kusta lainnya telah patah arang, tinggal tunggu matinya; dia tak mau diam berpangku tangan. Dia ogah dimatikan oleh situasi dan kondisi masyarakat. Dia ingin hidup. Tak hanya lahir, juga batinnya.
Tanpa mengindahkan aturan, dia mendatangi Yesus. Tindakan yang bukan tanpa risiko. Biasanya orang akan menyingkir bila berpapasan dengan penderita kusta. Dia siap ditolak. Tekadnya satu: hidup lahir batin. Dan dia percaya bahwa Yesus sanggup menolongnya. Hanya persoalannya ada pada mau tidaknya Yesus menyembuhkan dirinya.
Penderita kusta itu tak bertepuk sebelah tangan. Yesus ternyata tidak mengindahkan aturan saat itu. Ia sengaja menjamah penderita kusta itu sembari berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir" (41). Belas kasihan Yesus lebh besar dari apa pun. Lalu, masihkah kita berharap kepada-Nya? [KFT]
SH: Mrk 1:40-45 - Berkuasa dan Bersedia (Minggu, 14 Januari 2024) Berkuasa dan Bersedia
Salah satu penyakit yang mengerikan dan mudah menular adalah penyakit kulit yang menajiskan. Orang yang mengalaminya harus bert...
Berkuasa dan Bersedia
Salah satu penyakit yang mengerikan dan mudah menular adalah penyakit kulit yang menajiskan. Orang yang mengalaminya harus berteriak, "Najis! Najis!" agar orang lain tidak menjadi najis karena bersentuhan dengannya (Im. 13:45).
Ketika orang itu memohon, "Kalau Engkau mau, ...", ia tahu akan kuasa Yesus, tetapi ia juga mengakui bahwa kesembuhannya bergantung pada kerelaan Yesus.
Penyakit kulit pada masa itu berkaitan dengan hukum agama, yakni hukum tahir dan najis. Seorang berpenyakit kulit dianggap dan menganggap dirinya najis sehingga dia tidak bisa melakukan ritual ibadah dan juga dikucilkan secara sosial (lih. Im. 13). Dia dipisahkan dari Allah dan sesama. Itulah mengapa ia menggunakan kata "tahir" dan bukan "sembuh." Ia memohon agar ia bisa diperbolehkan beribadah lagi dan kembali ke komunitas sosialnya.
Yesus mampu dan mau. Yesus menjamah orang itu karena Ia tergerak oleh belas kasihan (41). Dalam Injil Markus, kata "belas kasihan" muncul dalam keadaan kritis yang hanya Yesus dapat mengatasinya (bdk. Mrk. 6:34; 8:2). Orang yang sakit kulit itu tahir. Ia tidak hanya sembuh, tetapi ibadah dan relasi sosialnya juga dipulihkan. Yesus memintanya supaya ia datang kepada imam agar ia dinyatakan tahir secara resmi dan status sosialnya direhabilitasi (43-44; lih. Im. 14).
Kisah ini mengajarkan bahwa Yesus berkuasa dan bersedia mengatasi masalah kritis manusia. Kuasa dan kerelaan-Nya yang besar dapat menyembuhkan semua penyakit serta memulihkan relasi manusia dengan Allah dan sesama.
Ini bukan hanya undangan bagi penderita penyakit kritis, tetapi juga bagi orang yang sedang mengalami masa-masa kritis. Mungkin kita merasa sendirian tanpa ada yang peduli. Namun, kebenaran firman hari ini berkata sebaliknya. Allah tidak pernah meninggalkan kita. Bahkan, Ia telah memberi diri-Nya sehingga yang terkucilkan disambut dalam kerajaan-Nya.
Maka, mari kita hampiri takhta kasih karunia Allah. Nikmatilah kesembuhan dan pemulihan dari Dia yang berkuasa dan bersedia! [JMH]
Utley -> Mrk 1:35-39; Mrk 1:40-45
Utley: Mrk 1:35-39 - --NASKAH NASB (UPDATED): Mr 1:35-3935 Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di ...
NASKAH NASB (UPDATED): Mr 1:35-39
35 Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. 36 Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; 37 waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." 38 Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." 39 Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.
Mr 1:35 "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap" Ini merujuk pada periode penjaga malam yang terakhir yaitu antara jam 3:00-6:00 pagi.
□ "berdoa di sana" Ini adalah IMPERFECT TENSE yang menunjukkan kehidupan doa Yesus yang teratur. Dalam Injil Lukas penekanan ini sering diulang. Dalam Markus hanya ada tiga contoh Yesus berdoa: di sini, saat memberi makan lima ribu orang (lih. Mr 8:6), dan di Getsemani (lih. Mr 14:32-42).
Mr 1:37-39 Orang-orang mencari Yesus karena Ia menyembuhkan mereka, bukan karena pengajaran-Nya (lih. Luk 4:43). Yesus terus berjalan karena (1) Ia ingin semua orang mendengar berita-Nya dan (2) Misinya disalahpahami.
- NASB "untuk itu Aku telah datang"
- NKJV "karena untuk maksud tujuan inilah Aku muncul"
- NRSV "karena hal itu adalah apa yang harus Aku lakukan"
- TEV, NJB ―karena itulah penyebab kedatanganKu
Yesus sungguh-sungguh merasa bahwa Ia telah diutus (lih. Luk 4:43) untuk memberitakan Injil Allah (cf. Mr 1:14-15). Ia merasa bahwa Ia tidak dikirim sebagai pembuat mukjizat atau penyembuh, tetapi sebagai pendiri dari suatu hari yang baru, suatu hubungan yang baru dengan Bapa, peresmian Kerajaan Allah! Sentralitas dari orang-Nya, isi berita-Nya, tindakan penebusan-Nya, dan kebangkitan serta kenaikan-Nya yang mulia adalah fokus pesan-Nya. Rahasia Mesianik Markus adalah cara kesastraan untuk menyatakan bahwa hal-hal ini tidak akan sepenuhnya dipahami atau dinyatakan sampai beberapa tahun ke depan.
Mr 1:39 Ada variasi kenaskahan dalam ay. Mr 1:39. Beberapa naskah kuno Yunani kuno menuliskan "pergilah Ia" (lih. א, B, L, Syriac Palestina, dan terjemahan Koptik, juga NASB, NRSV, TEV, NJB), sedangkan naskah kuno berhuruf besar Yunani A, C, D, W, Vulgata, dan terjemahan Peshitta serta juga naskah Yunani yang digunakan oleh Agustinus menuliskan "Ia (adalah)" (lih. NKJV). Komentari Kenaskahan atas Perjanjian Baru Yunani oleh Bruce Metzger, hal. 75-76, menegaskan bahwa penyalin merubah "pergilah Ia" untuk mencocokkan dengan Luk 4:44. Ini adalah contoh yang baik dari kenyataan bahwa kebanyakan variasi naskah kuno Yunani tidak membuat perbedaan teologis atau historis yang berarti atas makna keseluruhan dari catatn tersebut.
Utley: Mrk 1:40-45 - --NASKAH NASB (UPDATED): Mr 1:40-4540 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: ...
NASKAH NASB (UPDATED): Mr 1:40-45
40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." 41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." 42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. 43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: 44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." 45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana- mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Mr 1:40 "Seorang yang sakit kusta" Ini adalah diparaleli dalam Mat 8:2-4 dan Luk 5:12-16. Yudaisme melihat kusta sebagai penyakit yang ditimbulkan oleh Allah (lih. 2Taw 26:16-21). Kontak dengan penderita kusta akan membuat seseorang menjadi najis secara formalitas. Penyakit ini berarti pengucilan sosial secara total! Secarakultural sangatlah mengejutkan bahwa orang yang secara sosial dikucilkan ini mendekati Yesus dan bahwa Yesus mau menjamah-Nya (lih. ay. Mr 1:41). penyakit PL yang disebut lepra, dibahas dalam Im 13; 14, yang menjabarkan tentang berbagai jenis penyakit kulit, yang semuanya mengecualikan seseorang dari ibadah.
□ "berlutut" Dalam Luk 5:12 dikatakan ia jatuh bersujud di hadapan Yesus. Yesus tidak seperti para rabi lainnya. Dia mengambil waktu untuk merawat yang terbuang dan dikucilkan.
□ Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.― Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang berarti tindakan potensial. Dia tidak meragukan kuasa Yesus (yakni, si kusta menyebut Yesus "Tuhan" dalam Mat 8:2.), tetapi keinginan-Nya untuk bertindak.
Mr 1:41 "tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan" Yesus peduli pada umat manusia yang diciptakan menurut gambar Allah. Naskah-naskah Barat, MS D, mengandung kata "geram," tapi MSS א, A, B, dan C memiliki kata"kasihan." Kata-kata ini serupa dalam bahasa Aram. Meskipun naskah tertua dan terbaik menuliskan "kasihan", pembacaan yang paling tidak umum adalah "geram" atau "marah." Lihat Lampiran Dua tentang Kritik Kenaskahan. Ada beberapa tempat lainnya dalam Markus mana kemarahan Yesus dicatat dalam konteks yang tidak terduga (lih. Mr 1:43; 3:5; 10:14; juga satu dalam Yoh 11:33,38). Kemarahan-Nya mungkin diarahkan pada penyakit atau kejahatan dari zaman ini.
Markus menggambarkan Yesus sebagai manusia sepenuhnya, berperasaan dan mengekspresikan berbagai macam emosi manusia, bagi diriNya sendiri serta orang lain.
- 1. kasihan atau marah (Mr 1:41; 3:5)
- 2. kelaparan jasmani (Mr 2:25)
- 3. desahan mendalam (Mr 7:34; 8:12)
- 4. kegeraman /tegas (Mr 10:14) 5. kasih (Mr 10:21)
- 5. kesedihan / gundah (Mr 10:33-34)
- 6. desersi (Mr 15:34) 8. haus (Mr 15:36)
□ "menjamah orang itu" Ini adalah larangan keras secara formal! Yesus yang menjamah orang-orang adalah kejadian yang umum dalam Injil (lih. Mr 7:33; 8:22; 10:13; juga beberapa kali orang menyentuh Yesus, misalnya Mr 3:10; 5:22-28,30,31; 6:56) sebagai tanda kepedulian dan perhatian pribadi.
□ "jadilah engkau tahir" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE IMPERATIVE. Yesus menyembuhkan dengan kuasa pribadi yang sama dengan yang digunakanNya untuk mengusir setan.
Mr 1:43 "dengan peringatan keras" Secara harfiah ini adalah "mendengus," yang berarti erangan yang sukar dikatakan. Hal ini mencerminkan Rahasia Mesianik Markus. Injil belum selesai, beritanya masih belum lengkap. Yesus tidak ingin dikenal sebagai pembuat mukjizat.
□ "Segera Ia menyuruh orang itu pergi" Ini adalah kata keras yang sama yang digunakan Roh untuk menyingkirkan Yesus ke padang belantara (lih. Mr 1:12).
Mr 1:44 "persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa" Persyaratan ini berkaitan dengan penyembuhan kusta (lih. Im 13; 14; Ul 24:8.). Yesus tidak menolak PL (lih. Mat 5:17-19.), tetapi tradisi lisan yang telah berkembang di dalam Yudaisme (lih. Mat 5:21-48). Mungkin hal ini juga sebagai kesaksian bagi para imam.
Mr 1:45 "memberitakan" Ini adalah sebuah PRESENT INFINITIVE. Hal ini merupakan ketidaktaatan secara langsung terhadap permintaan yang keras dari Yesus (lih. ay. Mr 1:43-44.).
□ "tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi" Ini merujuk pada padang rumput yang tak berpenghuni seperti v. 3.
Topik Teologia: Mrk 1:38 - -- Yesus Kristus
Yesus Datang untuk Menyatakan Allah
Mar 1:14 Mar 1:38 Luk 10:2 Luk 14:7-11,23-24 Yoh 5:17 Yoh 6:38 Yoh 7:16-1...
- Yesus Kristus
- Yesus Datang untuk Menyatakan Allah
- Mar 1:14 Mar 1:38 Luk 10:2 Luk 14:7-11,23-24 Yoh 5:17 Yoh 6:38 Yoh 7:16-18 Yoh 8:26,38,42 Yoh 12:49-50 Yoh 15:15 Yoh 16:25,28
- Dia Seorang Pengkhotbah
Topik Teologia: Mrk 1:39 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
Yesus Sangat Cerdas
Dia Seorang Pengkhotbah...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
- Yesus Sangat Cerdas
- Dia Seorang Pengkhotbah
Topik Teologia: Mrk 1:44 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
Kristus Menegaskan Historitas Perjanjian Lama
Historitas T...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
- Kristus Menegaskan Historitas Perjanjian Lama
- Historitas Tokoh-tokoh Perjanjian Lama
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Markus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M
Latar Belakang
Di antara keempat Injil, Injil Marku...
Penulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M
Latar Belakang
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat tentang "permulaan Injil tentang Yesus" (Mr 1:1). Sekalipun nama penulis tidak disebut dalam kitab itu sendiri (berlaku bagi semua Injil), dengan suara bulat gereja yang mula-mula memberi kesaksian bahwa Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kis 12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik karena berhubungan dengan pelayanan tiga orang rasul PB: Paulus (Kis 13:1-13; Kol 4:10; File 1:24), Barnabas (Kis 15:39) dan Petrus (1Pet 5:13). Menurut Papias (sekitar 130 M) dan beberapa bapak gereja abad kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana menetapkan tanggalnya sekitar tahun 50-60 M; mungkin Injil ini yang pertama-tama ditulis.
Tujuan
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh masyarakat dan banyak di antaranya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu terdapat Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai suatu antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.
Survai
Dalam suatu kisah yang bergerak dengan cepat, Markus memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang disusul oleh peristiwa pemuliaan Yesus (Mr 8:27--9:10), ketika identitas dan misi penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya. Bagian pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat luar biasa yang dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi, di Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid bahwa Dia harus "menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari" (Mr 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan sebagai harga kemuridan (mis. Mr 3:21-22,30; Mr 8:34-38; Mr 10:33-34,45; Mr 13:8,11-13). Namun setelah mereka menderita karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia berkenan kepada mereka, sebagaimana ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai Injil Markus:
- (1) Injil ini penuh kegiatan, yang lebih menekankan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan oleh-Nya (Markus mencantumkan 18 mukjizat Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya);
- (2) Injil ini khususnya untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat-istiadat Yahudi, meniadakan semua daftar keturunan Yahudi dan kisah kelahiran, penggunaan istilah Latin dan menerjemahkan kata-kata dalam bahasa Aram;
- (3) Injil ini bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode yang satu kepada episode yang lain, dengan menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani yang diterjemahkan dengan "seketika itu juga".
- (4) Injil ini ditulis dengan hidup, seraya menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan tepat, dengan gamblang dan dengan keahlian dari seorang pujangga.
Full Life: Markus (Garis Besar) Garis Besar
I. Persiapan untuk Pelayanan Yesus
(Mr 1:1-13)
A. Pelayanan Yohanes Pembaptis
(Mr 1:2-8)...
Garis Besar
- I. Persiapan untuk Pelayanan Yesus
(Mr 1:1-13) - A. Pelayanan Yohanes Pembaptis
(Mr 1:2-8) - B. Pembaptisan Yesus
(Mr 1:9-11) - C. Pencobaan Yesus
(Mr 1:12-13) - II. Pelayanan yang Mula-Mula di Galilea
(Mr 1:14-3:6) - A. Empat Murid yang Pertama
(Mr 1:14-20) - B. Hari Sabat di Kapernaum
(Mr 1:21-34) - C. Perjalanan Pelayanan yang Pertama
(Mr 1:35-45) - D. Pertentangan dengan Orang Farisi
(Mr 2:1-3:6) - III.Pelayanan yang Kemudian di Galilea
(Mr 3:7-7:23) - A. Menyingkir ke Pantai
(Mr 3:7-12) - B. Pengangkatan Dua Belas Murid
(Mr 3:13-19) - C. Sahabat dan Musuh
(Mr 3:20-35) - D. Mengajar dengan Perumpamaan
(Mr 4:1-34) - E. Mengajar Melalui Mukjizat
(Mr 4:35-5:43) - F. Yesus di Nazaret
(Mr 6:1-6) - G. Pengutusan Dua Belas Murid
(Mr 6:7-13) - H. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Mr 6:14-29) - I. Berbagai Mukjizat dan Pengajaran di Sekitar Danau Galilea
(Mr 6:30-56) - J. Pertentangan dengan Tradisi
(Mr 7:1-23) - IV. Pelayanan di Luar Galilea
(Mr 7:24-9:29) - A. Penyembuhan Dua Orang Bukan Yahudi
(Mr 7:24-37) - B. Mukjizat-Mukjizat Lagi
(Mr 8:1-26) - C. Episode Kaisarea Filipi
(Mr 8:27-9:1) - D. Episode Pemuliaan
(Mr 9:2-29) - V. Menuju ke Yerusalem
(Mr 9:30-10:52) - A. Melalui Galilea
(Mr 9:30-50) - B. Pelayanan di Perea
(Mr 10:1-52) - VI. Minggu Penderitaan
(Mr 11:1-15:47) - A. Minggu: Memasuki Yerusalem dengan Jaya
(Mr 11:1-11) - B. Senin:
- 1. Mengutuk Pohon Ara
(Mr 11:12-14) - 2. Menyucikan Bait Allah
(Mr 11:15-19) - C. Selasa:
- 1. Iman dan Ketakutan
(Mr 11:20-33) - 2. Perumpamaan dan Pertentangan
(Mr 12:1-44) - 3. Khotbah di Betania
(Mr 13:1-37) - 4. Pengurapan di Betania
(Mr 14:1-11) - D. Kamis: Perjamuan Akhir
(Mr 14:12-25) - E. Jumat:
- 1. Yesus di Taman Getsemani
(Mr 14:26-52) - 2. Pengadilan Yahudi
(Mr 14:53-72) - 3. Pengadilan Romawi
(Mr 15:1-20) - 4. Penyaliban dan Penguburan
(Mr 15:21-47) - VII.Kebangkitan
(Mr 16:1-20) - A. Penemuan Kebangkitan
(Mr 16:1-8) - B. Penampilan-Penampilan Pasca-Kebangkitan
(Mr 16:9-18) - C. Kenaikan dan Penugasan Para Rasul
(Mr 16:19-20)
Matthew Henry: Markus (Pendahuluan Kitab) Kita telah mendengar bukti yang diberikan oleh saksi pertama mengenai ajaran dan mujizat Yesus Tuhan kita. Sekarang di sini hadir saksi lain lagi yang...
Kita telah mendengar bukti yang diberikan oleh saksi pertama mengenai ajaran dan mujizat Yesus Tuhan kita. Sekarang di sini hadir saksi lain lagi yang perlu kita perhatikan. Makhluk yang kedua berkata, “Mari!” (Why. 6:3, KJV: “Mari dan lihatlah”). Mari kita selidiki sejenak:
- I. Tentang saksi ini. Ia bernama Markus. Markus adalah sebuah nama Romawi, dan sangat umum. Walau demikian, tidak ada alasan lagi yang bisa menyangkal bahwa ia terlahir dari keturunan Yahudi. Namun, sama seperti Saulus, ketika ia pergi ke antara berbagai bangsa dan menggunakan nama Romawi Paulus, begitu pula halnya dengan Markus, yang menurut Grotius mungkin mempunyai nama Yahudi Mardocai. Kita membaca tentang Yohanes yang memiliki nama keluarga Markus, putra saudara perempuan Barnabas, yang kurang begitu disukai Paulus (Kis. 15:37-38). Namun, belakangan Paulus bersikap sangat baik kepadanya, sehingga bukan saja ia memerintahkan gereja-gereja untuk menerimanya (Kol. 4:10), tetapi juga meminta orang menjemputnya untuk menjadi asistennya, disertai pujian yang berbunyi, “Pelayanannya penting bagiku” (2Tim. 4:11). Paulus juga memperhitungkannya sebagai rekan sekerja (Flm. 1:24). Kita membaca tentang Markus yang disapa Paulus sebagai anaknya, karena melalui pelayanannya, Markus telah bertobat (1Ptr. 5:13). Memang tidak jelas apakah kedua Markus ini orang yang sama, dan jika tidak, siapa dari antara keduanya yang menulis Injil ini. Namun, sudah menjadi tradisi yang sangat umum di kalangan penulis pada zaman dahulu, bahwa Markus menulis Injil ini di bawah petunjuk Petrus, dan diperkuat melalui wewenangnya. Demikian halnya seperti yang tertulis dalam Hieron. Catal. Script. Eccles.: Marcus discipulus et interpres Petri, juxta quod Petrum referentem audierat, legatus Roma à fratribus, breve scripsit evangelium – Markus, murid dan penerjemah Petrus, yang diutus dari Roma oleh saudara-saudara seiman, menulis sebuah Injil yang ringkas. Tertullian berkata menurut Marcion (vol. 4, bab 5) demikian: “Marcus quod edidit, Petri affirmetur, cujus interpres Marcus” – Markus, penerjemah Petrus, menyampaikan secara tertulis hal-hal yang telah dikhotbahkan Petrus. Namun kita juga perlu memperhatikan anjuran yang sangat baik dari Dr. Whitby, yaitu, “Mengapa kita harus mencari wewenang Petrus untuk mendukung keabsahan Injil ini? Mengapa kita mencari dukungan seperti yang dikatakan St. Jerome bahwa Petrus menyetujui dan merekomendasikan tulisan Markus ini melalui wewenangnya agar dibaca oleh gereja? Bukankah Markus, walaupun bukan seorang rasul, toh tidak dapat disangkal terhitung juga bersama dengan Lukas di antara ketujuh puluh murid yang senantiasa datang berkumpul dengan para rasul?” (Kis. 1:21) Ia mempunyai jabatan yang sama seperti yang dimiliki para rasul (bdk. Luk. 10:19 dengan Mrk. 16:18). Kemungkinan besar, ia juga menerima Roh Kudus pada saat yang sama dengan mereka (Kis. 1:15; 2:1-4). Oleh sebab itu, bukankah hal ini sama sekali tidak mengecilkan keabsahan atau nilai Injil ini meskipun Markus bukanlah salah seorang dari kedua belas rasul seperti halnya Matius dan Yohanes? St. Jerome berkata bahwa setelah menulis Injil ini, Markus pergi ke Mesir, dan merupakan orang pertama yang mengabarkan Injil di Aleksandria, tempat dia mendirikan gereja dan menjadi teladan besar mengenai hidup dalam kesucian. Constituit ecclesiam tantâ doctrinâ et vitæ continentiâ ut omnes sectatores Christi ad exemplum sui cogeret – Melalui pengajaran dan kehidupannya, ia begitu menghiasi gereja yang didirikannya, sehingga teladannya mempengaruhi semua pengikut Kristus.
- II. Tentang kesaksian ini. Injil Markus,
- . Singkat, jauh lebih singkat daripada Injil Matius, dan tidak begitu terperinci dalam mencatat khotbah-khotbah Kristus dibandingkan catatan Matius. Injil ini terutama menitikberatkan pada mujizat-mujizat-Nya.
- . Kesaksiannya sangat mirip dengan yang kita baca di dalam Injil Matius. Banyak kejadian luar biasa yang dibubuhkan pada kisah-kisah yang diceritakan di sana, namun tidak banyak hal yang baru.
Jerusalem: Markus (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Jerusalem: Markus (Pendahuluan Kitab) Injil Karangan Markus
Rangka Mrk adalah paling tidak sistematik. Pembukaan injil merangkum pewartaan oleh Yohanes Pembaptis, baptisan Yesus dan pencob...
Injil Karangan Markus
Rangka Mrk adalah paling tidak sistematik. Pembukaan injil merangkum pewartaan oleh Yohanes Pembaptis, baptisan Yesus dan pencobaanNya di padang gurun, Mrk 1:1-13; kemudian beberapa petunjuk tentang karya Yesus di Galilea, Mrk 1:14-7:23; menyusullah perjalanan Yesus bersama murid-muridNya ke daerah Tirus dan Sidon, ke Dekapolis, di kawasan Kaisarea Filipi, lalu Yesus kembali ke Galilea, Mrk 7:24 - 9:50. Akhirnya sebuah perjalanan lain melalui daerah Perea dan kota Yerikho menuju Yerusalem hendak menempuh sengsara dan kebangkitan, Mrk 10:1-16:8. Tanpa berkata tentang urutan kejadian-kejadian secara terperinci nampaklah rangka tersebut agak dibuat-buat. Sebab mungkin sekali, sebagaimana dibuktikan injil keempat, bahwa Yesus beberapa kali pergi ke Yerusalem sebelum Paskah-sengsara. Namun demikian garis-garis besar Mrk memperlihatkan suatu perkembangan yang perlu dipertahankan, baik karena nilai historisnya maupun karena makna teologisnya. Mula-mula Yesus disambut baik oleh rakyat yang semangatnya berkobar-kobar; lalu martabatNya sebagai Mesias yang sederhana dan rohani belaka mengecewakan harapan rakyat yang semangatnya menjadi kendor; Lalu Yesus meninggalkan daerah Galilea mencurahkan perhatian untuk mendidik sekelompok kecil murid-murid yang setia; tanpa syarat mereka akhirnya mengakui Yesus sejak pernyataan Petrus di Kaisarea Filipi; ini titik yang memutuskan; semenjak itu segala sesuatunya diarahkan ke Yerusalem; akibat perlawanan yang semakin menjadi maka di Yerusalem; akibat; akibat perlawanan yang semakin menjadi maka di Yerusalem terlaksanalah drama sengsara, yang akhirnya dimahkotai oleh tanggapan Allah yang menang, yakni kebangkitan.
Injil kedua ini terutama menaruh perhatiannya pada Yesus sebagai sebuah paradoks : oleh manusia Ia tidak diterima, bahkan ditolak, meskipun diutus oleh Allah dan oleh karena Allah, akhirnya menang juga. Mrk tidak begitu berminat terhadap pengajaran Yesus, sehingga hanya sedikit perkataan Yesus dimuatnya. Pokok utamanya ialah : pernyataan Mesias yang disalibkan. Dari satu pihak Mrk memperlihatkan Yesus sebagai Anak Alah yang diakui oleh Bapa sendiri, Mrk 1:11; 9:7, oleh setan-setan, Mrk 1:24; 3:11; 5:7, dan bahkan oleh manusia, Mrk 15:39; sebagai Mesias yang menghaki sebuah martabat ilahi, 14:62, dan melebihi malaikat, 13:32; yang menganggap diriNya berkuasa untuk mengampuni dosa, Mrk 2:10, sebagaimana dibuktikanNya dengan membuat mujizat, Mrk 1:31; 4:41 dll, mengusir roh-roh jahat, Mrk 1:27; 3:23; dll. Tetapi di lain pihak mengejek Yesus dan kesal hati terhadapNya, Mrk 5:40; 6:2 dst; permusuhan dari pihak pemimpin-pemimpin Yunani, Mrk 2:1-3:6; dll; bahkan murid-murid tidak sampai memahami Yesus, Mrk 4:13+; perlawanan yang membawa ke penghinaan salib. Justru batu sandungan itulah yang ingin dijelaskan oleh Mrk, tidak hanya dengan memperlawankannya dengan kemenangan terakhir dalam kebangkitan, tetapi juga dengan memperlihatkan bahwa haruslah terjadi demikian, menurut rencana rahasia Allah. Haruslah Kristus menderita untuk menebus manusia, Mrk 10:45; 14:24; demikianlah dinubuatkan oleh Alkitab, Mrk 9:12; 14:21, 49, dan Yesus sendiri juga menandaskan bahwa jalan perendahan dan sengsara harus ditempuh baik oleh Yesus sendiri, Mrk 8:31; 9:31; 10:33 dst, maupun oleh pengikut-pengikutNya, Mrk 8:34 dst; 9:35; 10:15, 24 dst, Mrk 39; 13:9-13. Hanya pengharapan Yahudi akan seorang Mesias pejuang dan pemenang kurang siap untuk menerima keterangan- keterangan semacam mengenai penderitaan dan penyangkalan diri. Itulah sebabnya maka Yesus untuk menghindarkan timbulnya semangat yang kurang tepat menyembunyikan mujizat-mujizatNya, Mrk 5:43; dll, dan diriNya sendiri Mrk 7:24; 9:30. Dari sebutan Mesias, Mrk 8:29 dst. yang terlalu berpautan dengan kemuliaan manusiawi. Yesus mengutamakan sebutan lebih sederhana dan lebih sama-sama, yaitu "Anak Manusia", 2:10, dll; bdk Mat 8:20+. Itulah yang disebutkan sebagai "rahasia Mesias", Mrk 1:34+. Memang benar juga "rahasia" itu dijadikan oleh Mrk sebagai pokok utama injilnya. Tetapi ini bukan buah daya khayalnya sendiri. Sebaliknya Markus telah menyelami kenyataan terdalam dalam jalan hidup Yesus yang penuh sengsara. Dan justru kenyataan itulah yang dibentangkan Mrk di hadapan kita dengan disinari cahaya iman yang secara depinitip diteguhkan oleh kemenangan Paskah.
Ende: Markus (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MARKUS
KATA PENGANTAR
Tentang Pengarang
Jang dari semula terkenal sebagai pengarang "Indjil kedua", ialah Markus,
jang d...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MARKUS
KATA PENGANTAR
Tentang Pengarang
Jang dari semula terkenal sebagai pengarang "Indjil kedua", ialah Markus, jang djuga disebut Joanes. Ia berasal dari Jerusalem dan masih muda sekali ketika Jesus, mengadjar dan bersengsara disitu. Ia agaknja kemudian murid Petrus, sebab Petrus menjebutnja "anakku" dalam suratnja I Petr. 5:19. Rumah ibunja digunakan oleh umat sebagai tempat perkumpulan mereka. Waktu Petrus ditahan dalam pendjara oleh Herodes Kis. Ras. (12:4-19), banjak orang berkumpul dalam rumah itu untuk berdoa. Dan setelah Petrus dibebaskan oleh Malaekat, ia terus pergi "kerumah Maria, ibu Joanes jang djuga dinamakan Markus" Kis. Ras. (12:12). Joanes tentu nama aslinja, dan baru kemudian oleh umat-umat Junani dan Romawi ia dinamakan Markus. Ia kemanakan Barnabas jang telah kita kenal sedikit dari Kis. Ras. 4:36, dan kemudian beberapa kali lagi kita temui sebagai pengadjar Indjil jang ulung. Markus turut serta pada perdjalanan Barnabas dan Saul (Paulus) ke pulau Siprus dan Asia-Ketjil, tetapi di Perge meninggalkan mereka dan pulang ke Jerusalem. Pada perdjalanan Paulus jang kedua, Barnabas ingin Markus ikut serta, tetapi Paulus tidak setudju, karena pengalamannja pada perdjalanan jang pertama. Hal itu mendjadi alasan bahwa Barnabas kembali ke Siprus dan Markus turut serta. Tetapi kira-kira sepuluh tahun berselang Markus ada bersama dengan Paulus kembali, jaitu di Roma waktu tahanan Paulus jang pertama disitu. Dalam suratnja kepada umat Kolose (4:10) ia menjampaikan salam Markus kepada umat itu dan minta mereka menjambut Markus dengan baik. Rupanja ia dikirim oleh Paulus untuk bertugas disitu. Dan ketika Paulus dalam tahanan kedua di Roma, ia minta Timoteus (II Tim. 4:9,11) lekas datang dan membawa serta Markus, sebab bantuannja sangat berharga untuk pekerdjaannja. Lain kabar tentang Markus tidak terdapat dalam karangan-karangan Kitab Kudus.
Dalam tradisi Markus hanja dikenal sebagai pembantu dan djurubahasa Petrus. Menurut buku-buku dari abad kedua dan ketiga, Markus menulis Indjil atas dorongan umat Roma, maka ditulisnja dengan teliti apa jang didengarnja dari Rasul Petrus dalam pengadjarannja kepada umat disitu. Dan memang sebagai djurubahasa Petrus, ia dapat mengetahui dengan teliti, baik isinja, maupun tjoraknja jang chas. Menurut pendapat jang tjukup umum dari Para sardjana, Indjil ini ditulis di Roma sebelum tahun 60.
Berita bahwa Indjil ini ditulis bagi umat Roma, dibenarkan oleh tjiri-tjiri karangan sendiri. Terang sekali bahwa ia ditudjukan kepada orang jang bukan Jahudi. Pengarang mengelakkan utjapan-utjapan dan peristiwa jang hanja penting atau berharga bagi orang-orang Jahudi, atau jang tidak dapat dimengerti oleh orang-orang Jahudi, ataupun dapat menjinggung mereka. Kata-kata bahasa Jahudi diterdjemahkan atau didjelaskannja. Bahasa karangan agak bertjorak Romawi.
Karangan Markus berdasarkan Katechese Petrus
Berita-berita bahwa Markus telah "menulis dengan teliti apa jang didengarnja dari, Petrus" tjotjok dengan sifat-sifat karangan. Tjara pengungkapan agak mirip dengan tjara bitjara Petrus dalam Kis. Rasul-Rasul. Gaja bertjeritera sebagian besar hanja mungkin berasal dari seorang jang menjaksikan segalanja dengan matanja sendiri dan berminat luar biasa, lagipun sendiri mengalami dan menghajatinja sehingga berkesan dalam. Tak mungkin bahwa Markus adalah penjaksi mata, sebab ia bukan murid Jesus. Gaja bertjeritera itu sederhana tetapi hidup, seperti tjotjok dengan kepribadian Petrus jang kita kenal. Suasana seluruhnja bernafaskan kedjiwaan dan semangat Petrus. Kedjudjuran dalam menondjolkan karangan-karangan para Rasul. dan chususnja Petrus sendiri menundjuk pula kepada Petrus sebagai sumbernja. Kalau kita mengingat segala kenjataan itu, tentu tak salah kalau dikatakan, bahwa Indjil Markus sebenarnja Indjil Petrus. Hal ini hanja meninggikan mutu karangan ini lagi.
Karangan sebagai tjiptaan Markus
Sungguhpun Indjil kedua dapat disebut Indjil Petrus, namun karangannja semata-mata karangan Markus. Bentuk seluruhnja, susunan dan bahasa adalah tjiptaan Markus, bukan sekedar terdjemahan dari perkataan Petrus. Apa jang didengarnja dari Petrus berulang-ulang kali, sangat meresap dalam ingatan dan hati-sanubari Markus, sehingga bukan sadja menentukan isi, melainkan djuga sedikit banjak tjorak dan suasana karangan ini.
Karangan Markus lama dipandang sebagai serangkaian tjeritera-tjeritera sadja, jang memang sedap dibatja, tetapi hanja merupakan satu ringkasan dari karangan-karangan Indjil jang lain, tanpa suatu gagasan jang istimewa, dan sebab itu kurang diperhatikan. Hal itu berubah sedjak muntjulnja sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa karangan Markus adalah paling asli. Lukas menggunakannja sebagai sumber utama karangannja, dan karangan Mateus dalam bentuknja jang kita punjai, sangat dipengaruhi olehnja. Dan minat terhadap karangan ini bertambah besar pula, sedjak seorang ahli menemukan suatu gagasan istimewa dalam susunannja. Dalam susunan itu Markus menggambarkan bagaimana Jesus, mulai dengan samar-samar, perlahan-lahan, selangkah demi selangkah, makin lama makin djelas menjatakan diri sebagai Mesias dan serentak dengan itu menundjukkan hakekat Keradjaan Allah jang dimaklumkannja. Kalau kita membatja karangan ini sambil memperhatikan djalan perkembangan itu, kita melihatnja sebagai rentjana Jesus jang sengadja dipilihnja, dan dalam pada itu kita mengerti sebabnja pula. Pokoknja ialah anggapan orang-orang Jahudi tentang Mesias jang didjandjikan dalam Kitab Sutji. Mereka tidak menangkap arti rohani kiasan-kiasan dan perbandingan-perbandingan jang digunakan para nabi untuk menggambarkan keagungan Mesias dan kemuliaan keradjaannja. Akibatnja, mereka membajangkan Mesias sebagai seorang radja turunan David, gemilang dan gagah perkasa, jang pertama-tama memerdekakan umat Israel, kaum terpilih, dari pendjadjahan kaum kafir dan memulihkan keradjaan David jang djaja dan makmur. Memang jang serentak djuga mengamalkan hukum taurat dengan sempurna. Lagipun bahwa Keradjaan Allah baru itu, dengan keradjaan Jahudi sebagai pusatnja akan menguasai segala bangsa.
Seandainja Jesus pada muntjulNja segera memaklumkan bahwa Ia adalah Mesias jang diharapkan kedatanganNja, tentu sadja orang ketjewa, sebab mereka mengenalNja hanja sebagai tukang kaju dari Nasaret. Dan bila kemudian mereka terpesona oleh mukdjizat-mukdjizat gilang-gemilang jang dikerdjakannja, maka mungkin sekali terdjadi apa jang dichawatirkan Jesus sesudah perbanjakan roti (Jo. 6:15), jaitu bahwa orang dengan ramai akan memproklamirkanNja sebagai Mesias-Radja dan membawaNja ke Jerusalem untuk dilantik dengan resmi. Dan kalau itu terdjadi, nasibNja tentu sadja sama dengan beberapa mesias-mesias palsu jang berpolitik dan telah dihukum mati sebagai pemberontak.
Perlu sekali dengan daja pikir dan intuisi mereka sendiri, orang lama- kelamaan insjaf, bahwa Jesus datang dari Allah, mengadjar dan bertindak betul- betul atas nama Allah, dan kuasa Allah sendiri bekerdja didalamnja. Kepertjajaan bahwa Ia betul-betul Mesias dan Putera Allah harus timbul dari pengertian mereka sendiri dan demikian djadi berakar pasti dalam batin mereka. Dan serentak dengan itu harus bertumbuh keinsjafan bahwa Ia sedikitpun tidak bertjita-tjita politik, melainkan kemuliaan KeradjaanNja serba rohani dan surgawi, dan tjita-tjitanja tepat bertentangan dengan tjita-tjita jang serba duniawi.
Susunan karangan
Rentjana Jesus jang tampak dalam susunan karangan dapat dibagi atas dua babak. Titik peralihan dari jang satu kepada jang lain terletak dalam pengakuan Petrus (8:29).
Babak pertama
Dalam babak pertama Jesus terutama bergerak diantara rakjat djelata, sambil diiringi oleh sekelompok murid-muridNja dan para rasul. Ia memaklumkan Keradjaan Allah dan menerangkan sifat-sifat, tuntutan-tuntutan dan tjita-tjitanja, tetapi masih setjara terselubung. la menjatakan kuasa IlahiNja dalam mukdjizat- mukdjizat jang dibuatNja melulu untuk menolong orang dalam kesusahannja. Dan demikian Ia menundjukkan keluhuran hatiNja dan tjinta IlahiNja sebagai pernjataan tjinta Allah. Tetapi dalam pada itu Ia tidak mengingatkan orang kepada nubuat-nubuat para nabi jang ditepati padaNja, pun tidak menamakan Diri dengan suatu gelaran atau sebutan jang terkenal sebagai gelaran Mesias.
Sebab hatinja jang masih murni, maka murid-murid Jesus, chususnja para rasul, tetapi djuga rakjat djelata, tjukup berintuisi untuk makin lama makin mengerti. Mereka mulai meraba-raba; mungkin Ia Joanes Pemandi jang hidup kembali, atau Elias ataupun nabi utama jang ditunggukan sebagai pelopor Mesias (8:28). Mereka sudah mulai berpikir lebih djauh lagi, seperti terkandung dalam tjetusan- tjetusan ketakdjuban dalam 1:27: Apakah itu? Sabda penuh kekuasaan. Roh djahat malahan takluk kepadanja. Bandinglah Mt. 8:27 dan Lk. 4:36, jang agak lebih terang lagi. Tetapi mereka belum sampai mengenalNja dengan agak njata sebagai Mesias atau berani menjebutnja dengan suatu gelaran jang menundjuk kepada Mesias.
Kalangan-kalangan atasan, chususnja para ahli taurat dan parisi tjukup tjerdik untuk mengerti bahwa Ia menjatakan Diri dan bertindak sebagai Mesias, tetapi mereka membungkem suara hatinuraninja, karena kesombongan dan tjita-tjita duniawinja. Mereka tetap tidak mau mengerti, dan memang sukar masuk akal baginja, bahwa mungkin seorang tukangkaju dari rakjat djelata jang tak berminat terhadap tjita-tjita politik umat Allah, dan jang tjita-tjitaNja serba rohani, adalah Mesias, jang diharapkan. Akibatnja mereka makin lama makin lebih menentang dan membentjiNja.
Rasul-rasul jang bekas murid Joanes Pemandi telah mendengar dia menjebut Jesus Anak-domba jang mengambil dosa dari dunia. Dan Andreas berkata kepada saudaranja Simon: kami telah menemukan Mesias. Dan utjapan Pilipus kepada Natanael lebih njata lagi. Batjalah Jo.1:35-51. Meski demikian mereka tentu belum mengerti hakekat utjapan-utjapan itu. Djuga bagi mereka Jesus masih tetap misteri penuh rahasia. Tentu mereka tjukup berintuisi dan menduga-duga, tetapi belum berani mengutjapkan dugaannja. Sampai pada suatu ketika tertentu.
Saat peralihan
Pada suatu hari didaerah Sesarea Pilipi Jesus bertanja kepada para rasul: Orang menjebut Aku siapa? Djawab mereka: Joanes Pemandi, lain orang Elias, jang lain pula salah seorang dari antara para nabi. Lalu Jesus bertanja: Tetapi kamu ini, kamu menjebut Aku siapa? Petrus mendjawab: Engkau Mesias. (Mk. 8:27-29). Berita ini dalam karangan Mt. lebih luas dan tegas. Baiklah batja Mt. 16:13-20. Jesus masih melarang beritahukan itu begitu djelas kepada orang banjak. Dan sedjak itu Jesus menarik Diri dari keramaian orang banjak di Galilea, untuk chususnja mengadjar dan mendidik murid-muridNja, teristimewa para rasul.
Babak jang kedua
Pada tingkatan kepertjajaan murid-murid jang pasti itu, dapatlah Jesus membentuk pengertian jang lebih tinggi dan mendalam tentang hakekat tugasNja sebagai Mesias dan tentang tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang agak sukar masuk akal bagi manusia kodrati. Dan segera Jesus "mulai mengadjar mereka" (8:31) bahwa "Putera manusia" perlu menderita banjak, dan dibuang (sebagai batu sendi) oleh mahkamah agung dan dihukum mati, diserahkan kepada orang-orang kafir untuk dibunuh, dan dalam pada itu Ia akan dihinakan, diludahi, dan didera. Tetapi djuga bahwa Ia akan bangkit pula pada hari jang ketiga. Pernjataan itu diberikan tiga kali. Kali pertama segera sesudah pengakuan Petrus (8:31). Petrus terkedjut dan membantah. Jesus menegur: "Undurlah, hai penggoda, engkau berpikir setjara manusia, bukan setjara Allah. Kedua kalinja sesudah la menampakkan Dirinja dalam kemuliaanNja diatas gunung (9:31). Murid-murid tidak mengerti dan diam sadja. Ketiga kalinja, ketika Ia naik ke Jerusalem, dan Ia berdjalan dimuka. (10:52-34). Mereka terkedjut dan semua orang jang mengikuti pada takut.
Dan berselang-selang dengan pernjataan itu Jesus menjatakan tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang sukar masuk akal bagi manusia jang berketjenderungan djasmani dan duniawi. Siapa jang hendak masuk keradjaan Allah harus mendjual harta-bendanja dan mengikut Jesus dalam kemiskinan. Hampir tak mungkin orang-orang kaja masuk. Siapa ingin mendjadi besar didalam Keradjaan Allah harus merendahkan diri dan melajani semua orang sebagai hambanja. Siapa ingin duduk dekat pada Jesus dalam Keradjaan itu, harus sanggup minum piala sengsara jang diminum Jesus, dan dipermandikan dengan permandian seperti jang diterima Jesus, jaitu ditenggelamkan dalam sengsara. Jang hendak mengikut Jesus kedalam kemuliaanNja harus menjangkal diri, memikul salibnja tiap-tiap hari, malah bersedia menjerahkan njawanja demi Jesus dan Indjil, untuk menjelamatkan njawanja, jaitu untuk memperoleh hidup abadi. Nasib pengikut Jesus tak lain dari nasib Jesus sendiri (13:9).
Sedjak pengakuan Petrus, Jesus menamakan diri "Putera manusia", suatu gelaran bagi Mesias jang terdapat dalam nubuat Daniel (Dan. 7:15-14). Ia membiarkan orang memanggiINja "Jesus Putera David" (10:47) gelaran mana lazim bagi Mesias. la membiarkan pula orang mengelu-elukannja ke Jerusalem sebagai "Putera David jang datang atas nama Allah". la menundjukkan kewibawaanNja sebagai Mesias atas rumah Allah, (menurut Jo. 2:16 sebagai Putera Allah atas rumah BapaNja), dengan mengusir para pendjual dari kenisah. Kewibawaan jang sama ditundjukkanNja kepada para penentang dengan mempersalahkan salah paham dan salah sikap mereka. Mereka mengerti amat baik, bahwa dengan segalanja itu Ia menjatakan Diri sebagai Mesias dan Putera Allah. Banjak orang pertjaja dan semakin mereka memuliakan Jesus semakin naiklah irihati dan kebentjian para atasan. Achirnja, didepan mahkamah agung, atas pertanjaan imam agung sebagai hakim jang resmi, apakah Ia "Mesias, Putera Allah", dengan terus terang Jesus membenarkannja dan ditambahNja lagi, bahwa mereka akan melihatNja duduk disebelah kanan Allah jang Mahakuasa dan bahwa Ia akan datang kembali diatas awan-awan langit. Dan sebab Ia memberi djawab jang benar atas pertanjaan jang resmi itu Ia dihukum mati. Riwajat sengsara dan kebangkitan Jesus dalam Markus ringkas sekali. Ketenangan bahasanja agak menggambarkan ketenangan dan penjerahan para murid djuga. Dari segala pernjataan Jesus dan dari sikapNja terhadap para penentangNja, mereka sudah mengerti bahwa la menempuh djalan sengsaraNja dengan penuh kebebasan kehendakNja dan rela hati, pun dalam kesadaran akan kemenanganNja kelak, Pernjataan Jesus, bahwa Putera manusia datang untuk menjerahkan njawaNja untuk penebusan banjak orang (10:45) dan bahwa darahNja akan ditumpahkan bagi banjak orang (14:24), lagi pula bahwa la akan bangkit pada hari ketiga, tentu sadja berkesan pada mereka djuga, biarpun kabur-kabur sadja, sebab memang sukar untuk bertahan. Biarpun mereka melarikan diri sebab terkedjut, tetapi tentu untuk sementara sadja. Petrus dan Joanes menjusul sampai diistana imam agung, Joanes sampai dikaki salib. Jang lain barangkali ada diantara mereka jang berdiri memandang dari djauh (15:40). Itu tentu terkandung dalam Lk. 23:40: "Segala kenalanNja, diantaraNja wanita-wanita jang mengikutiNja dari Galilea, berdiri memandang dari djauh". Dan sesudah wafatnja Jesus, Rasul-Rasul dan murid-murid jang lain tinggal terus bersama-sama di Jerusalem, tentu sebab dalam lubuk hati mereka hidup pengharapan akan kebangkitan Jesus djuga, meskipun tidak tahu bagaimana membajangkannja. Baru sesudah kebangkitan Jesus segala-galanja mendjadi njata bagi mereka.
BIS: Markus (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MARKUS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Markus dimulai dengan pernyataan: "Inilah Kabar Baik
tentang Yesus Kristus, A
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MARKUS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Markus dimulai dengan pernyataan: "Inilah Kabar Baik tentang Yesus Kristus, Anak Allah". Dalam Kabar Baik itu Yesus ditampilkan sebagai seorang yang banyak bertindak dan yang berwibawa. Kewibawaan-Nya nyata dalam cara Ia mengajar, dalam kuasa-Nya terhadap roh-roh jahat, dan dalam mengampuni dosa. Yesus menampilkan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang memberikan nyawa-Nya supaya manusia dibebaskan dari dosa.
Cerita tentang Yesus dalam buku ini disampaikan secara hidup dan terus terang. Perbuatan-perbuatan-Nya lebih banyak ditekankan daripada perkataan dan ajaran-Nya. Setelah kata-kata pendahuluan yang singkat mengenai Yohanes Pembaptis dan mengenai baptisan Yesus serta cobaan terhadap diri-Nya, buku Markus ini langsung menceritakan pelayanan Yesus, khususnya tentang penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan-Nya dan tentang pengajaran-Nya. Pasal-pasal terakhir memuat cerita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada minggu terakhir dalam hidup Tuhan Yesus di dunia ini, terutama tentang penyaliban diri-Nya dan kebangkitan-Nya dari kematian.
Kedua bagian akhir dari buku Markus, yang dimasukkan dalam tanda kurung besar, umumnya dianggap bukan tulisan penulis buku Markus, melainkan seorang yang lain.
Isi
- Pendahuluan
Mr 1:1-13 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat di Galilea
Mr 1:14-9:50 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mr 10:1-52 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mr 11:1-15:47 - Kebangkitan Yesus
Mr 16:1-8 - Penampakan dan terangkatnya Yesus ke surga
Mr 16:9-20
Ajaran: Markus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi kitab Injil Markus orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi kitab Injil Markus orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Markus.
Tahun : Sekitar tahun 50 Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen dari bangsa bukan Yahudi. (Dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Injil Markus terdiri dari 16 pasal. Injil Markus menunjukkan bagaimana Yesus Kristus, sebagai hamba yang setia, sibuk dengan pelayanan-Nya. Dalam Injil ini Tuhan Yesus dilukiskan sebagai hamba yang setia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Markus
Pasal 1-10 (Mr 1:1-10:52).
Hamba yang setia ini melaksanakan tugas pelayanannya
- Bacalah pasal Mr 1:35. Nats ini menceritakan bagaimana Hamba itu memulai pelayanan/tugas-Ny dengan berdoa. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang percay selalu memulai tugas dan pekerjaannya dengan memohon pimpinan Tuha atau berdoa. _Tanyakan_: Apakah saudara sering berdoa/sudahkah anda berdoa?
- Bacalah pasal Mr 10:45. Nats ini menyatakan bahwa Hamba itu datang bukanlah untuk dilayani tetapi untuk melayani dengan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusa dosa manusia. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang Kristen untu memberikan pelayanan kepada Allah, yaitu dengan memberitakan Injil da melayani di dalam gereja.
Pasal 11-15 (Mr 11:1-15:47).
Hamba yang setia memberikan dirinya mengalami penderitaan dan kematian dalam melaksanakan tugasnya
Nats ini menjelaskan bagaimana Hamba itu melayani dengan penuh kesetiaan, walaupun harus mengalami penderitaan bahkan sampai kematian.
Pendalaman
- Bacalah pasal Mr 14:32-41. (Khususnya ayat 36). Ayat ini menceritakan bagaimana Hamba yang setia itu berdoa dan memohonkan keinginan-Nya, tetapi akhirnya Ia mengatakan agar kehendak yang mengutus-Nya saja yang jadi. Ini mengajarkan kepada setiap orang yang percaya, agar dalam doanya selalu meminta kehendak Allah saja yang jadi. _Tanyakan_: Bagaimanakah doa saudara kepada Allah?
- Tuhan Yesus setia melayani kehendak Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib dan bangkit dari kematian. Teladan apakah yang harus ada pada kita sebagai murid-murid-Nya?
Pasal 16 (Mr 16:1-20). Hamba yang setia dipermuliakan Nats ini menceritakan tentang Hamba yang setia itu memperoleh kemuliaan melalui kebangkitan-Nya dari kematian.
Pendalaman
Bacalah pasal Mr 16:1-19. Nats ini menjelaskan tentang Hamba yang setia itu membuktikan kebangkitan-Nya. Ini mengajarkan kepada orang percaya bahwa Yesus Kristus benar-benar bangkit dari kematian-Nya.
_Tanyakan_: Kepada siapakah Tuhan Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Markus dibuktikan bahwa Yesus Kristus adalah Hamba Allah yang memberikan diri-Nya sebagai korban atas dosa-dosa manusia.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Markus?
- Apakah pokok pengajaran Injil Markus?
- Untuk apakah Yesus Kristus datang ke dunia ini?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dar mempelajari Injil Markus?
Intisari: Markus (Pendahuluan Kitab) Buku pegangan guru Kristen
SIAPAKAH YOHANES MARKUS?1. Dia adalah kemenakan Barnabas (Kol 4:10).2. Dia tinggal di Yerusalem bersama ibunya, Maria (Kis
Buku pegangan guru Kristen
SIAPAKAH YOHANES MARKUS?
1. Dia adalah kemenakan Barnabas (Kol 4:10).
2. Dia tinggal di Yerusalem bersama ibunya, Maria (Kis 12:12). Jemaat berkumpul di rumahnya.
3. Dia pergi bersama Paulus dan kemenakannya pada perjalanan misi yang pertama (Kis 13:5).
4. Markus meninggalkan teman-temannya setelah beberapa waktu berada di Siprus (tanah kelahiran Barnabas, Kis 4:36), mungkin karena ia tidak setuju atas tindakan Paulus yang mengambil alih pimpinan.
5. Dia kembali ke Yerusalem (Kis 13:13).
6. Di Yerusalem ia memperoleh banyak kesempatan untuk berbicara dengan Petrus.
7. Kemungkinan besar Petruslah yang membuat Markus percaya kepada Yesus; Petrus menyebutnya 'Markus anakku', dalam 1Petrus 5:13.
8. Secara umum diakui bahwa Markus menulis kabar baik tentang Yesus sesuai dengan apa yang didengarnya dari Petrus.
9. Ada yang berpendapat bahwa Markus adalah anak muda yang disebut-sebut dalam Markus 14:51, 52, tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
WAKTU PENULISAN.
Injil Markus mungkin merupakan Injil yang paling awal ditulis, yaitu antara tahun 65 dan 70 M, sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan. Tampaknya baik Matius maupun Lukas telah memakai Injil Markus untuk penulisan Injil mereka.
MISTERI INJIL MARKUS.
Markus memperlihatkan pada kita Yesus yang mempunyai rahasia. Dalam Injil Markus kita mendapatkan Yesus tanpa publisitas...
1. Roh jahat diperintahkan-Nya untuk diam (Mar 1:25, 34; 3:12).
2. Mereka yang sudah disembuhkan oleh Yesus dilarang menceritakan pengalaman mereka (Mar 1:44; 5:43; 7:36).
3. Pengikut Yesus sendiri diperintahkan untuk tidak menceritakan ke pada orang lain bahwa Ia adalah Mesias (Mar 8:30).
4. Dan Yesus memberitahukan para pengikut-Nya secara pribadi tentang 'rahasia Kerajaan Allah' (Mar 4:10-12).
Lalu, bagaimana kita menafsirkan maksud rahasia ini? Masalah yang dihadapi Yesus ialah bahwa orang Yahudi mempunyai pemahaman yang salah mengenai Mesias. Karena Yesus menentang pemahaman mereka yang salah, maka kita:
1. Tidak menerima pemahaman tersebut, karena pendapat umum tentang Mesias bersifat politis dan manusiawi, bukannya spiritual dan Ilahi.
2. Tidak menolak, karena Yesus benar-benar adalah Mesias; banyak mukjizat dilakukan-Nya (paling tidak ada 17 mukjizat yang dicatat oleh Markus) merupakan bukti kebenaran ini.
3. Tetapi, merumuskan kembali pemahaman tersebut, karena Yesus harus menunjukkan kepada mereka bahwa Ia adalah Mesias yang melayani, menyelamatkan dan menderita, yang sepenuhnya manusia tetapi juga sepenuhnya Allah.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Ini adalah Injil terpendek, padat dan ringkas. Markus mengetengahkan hal-hal penting yang dapat dipakai sebagai bahan acuan langsung. Kata 'segera' ditulis lebih dari empat puluh kali dan rupanya untuk memacu kita dari satu kisah menarik ke kisah menarik berikutnya.
Pesan
1. Yesus: Anak Allah. Markus mulai dengan kata-kata: 'Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.' Mar 1:1
2. Yesus: Anak Manusia. o Markus juga menunjukkan kepada kita kemanusiaan Yesus: o Ia berdukacita. Mar 3:5 o Ia berbelas kasihan terhadap orang banyak. Mar 6:34 o Ia takut dan gentar. Mar 14:33 o Markus memakai sebutan 'Anak Manusia' empat belas kali; sebutan yang paling disukainya untuk Yesus.
3. Kata-kata yang benar-benar diucapkan Yesus. Markus mencatat bagi kita apa yang diingat
Petrus tentang beberapa kata dari bahasa Aram yang dikatakan Yesus:
o 'Talita kum!', Hai anak, bangunlah!' Mar 5:41 o 'Efata!', 'Terbukalah!' Mar 7:34 o 'Eloi, Eloi, lama sabakhtani?', 'Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?' Mar 15:34
4. Kebaikan Yesus. Markus mencatat apa yang diingat oleh Petrus mengenai kebaikan Yesus yang istimewa kepadanya dan kesadaran Petrus bahwa ia tidak layak menerima semua itu. Petrus membuat Markus tidak menulis ucapan Yesus tentang Petrus sebagai batu karang, karena Petrus ingat saat ia tidak bersikap dianggap sebagai batu karang. (Lihat Mat 16:18, 19).
Penerapan
Markus menunjukkan kepada kita:1. Pentingnya ajaran yang benar.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari roh-roh jahat, bahkan mereka harus takluk
kepada kuasa-Nya.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari mereka yang telah disembuhkan, walaupun
mereka sungguh bersyukur.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari para rasul, sampai mereka sungguh-sungguh
diperlengkapi.
Ajaran Kristen bukan suatu pengetahuan, tetapi kebijaksanaan Ilahi.
2. Mukjizat merupakan hal yang biasa bagi Allah.
o Markus tidak pernah merasa aneh terhadap mukjizat dan tidak pernah mencoba untuk meremehkannya.
o Mukjizat Yesus menunjuk pada sifat-Nya. Singkirkan mukjizat, maka Anda akan meragukan ketuhanan-Nya.
o Mukjizat selalu dan akan selalu mengagumkan. Berkali-kali Markus mengakhiri suatu kisah tentang mukjizat dengan pengamatannya tentang orang banyak yang menjadi'kagum', 'dipenuhi dengan rasa takjub'.
o Perhatikanlah dengan saksama sejumlah mukjizat dalam pasal 5 yang menunjukkan kuasa Yesus atas
- roh-roh jahat (1-20)
- penyakit (24-34)
- kematian (35-43)
3. Tantangan sering datang dari orang yang taat beragama.
o Para ahli Taurat Mar 2:6
o Orang-orang Farisi Mar 2:24
o Orang-orang Herodian Mar 3:6
o Para imam kepala Mar 11:18
o Orang-orang Saduki Mar 12:18
Tema-tema Kunci
1. Mukjizat Yesus. Buatlah daftar mukjizat yang dicatat dalam Injil Markus. Bandingkanlah daftar ini dengan jumlah perumpamaan yang ditulis dalam Injil Markus. Mengapa Markus sangat menekankan mukjizat Yesus? Mengapa Yesus melakukan Mukjizat? Coba temukan paling sedikit tiga alasan yang jelas.
2. Tanggapan orang banyak. Carilah ayat-ayat yang merupakan komentar Markus tentang kekaguman orang banyak ketika mereka menyaksikan mukjizat Yesus (misalnya Mar 1:27; 2:12; 4:41; 5:15; 6:50 dan seterusnya). Tulislah berbagai reaksi orang banyak dan jelaskan mengapa mereka memberikan reaksi yang berbeda-beda.
3. Sebutan istimewa bagi Yesus. Telitilah dalam Injil Markus dan catatlah sebutan-sebutan istimewa bagi Yesus yang dicatat oleh Markus. Berapa kali ia menggunakan sebutan Anak, Anak-Ku, Anak Allah, Anak Manusia? Siapa yang menggunakan sebutan Anak Manusia? Mengapa? (Pelajarilah Dan. Mar 7:13-28 dengan saksama).
4. Kuasa Yesus. Pelajarilah dengan saksama semua pasal yang menunjuk pada kuasa Yesus: Mar 1;22; 1:27; 2:10; 3:15; 6:7;11:27-33 dan Mar 13:34. Perhatikan secara khusus acuan terakhir ini: 'Sama seperti seorang yang bepergian: Ia meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya'. Ungkapan terakhir ini berarti 'memberikan kuasa kepada hamba-hambanya'.
Garis Besar Intisari: Markus (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Mar 1:1-13
Mar 1:1-11 Yohanes dan Sungai Yordan; Yesus dan Roh Kudus
Mar 1:12-13Pencobaan selama empat puluh hari
[2]
[1] PENDAHULUAN Mar 1:1-13
Mar 1:1-1 | 1 Yohanes dan Sungai Yordan; Yesus dan Roh Kudus |
Mar 1:12-13 | Pencobaan selama empat puluh hari |
[2] PULANG DAN PERGI KE GALILEA Mar 1:14-7:23
Mar 1:14-20 | Pengikut-pengikut Yesus yang pertama |
Mar 1:21-45 | Mukjizat-mukjizat kesembuhan |
Mar 2:1-3:6 | Lima peristiwa pertentangan |
Mar 3:7-35 | Guru dan murid-murid-Nya |
Mar 4:1-34 | Selalu dengan perumpamaan |
Mar 4:35-41 | Siapa gerangan orang ini? |
Mar 5:1-43 | Roh-roh jahat, penyakit dan kematian |
Mar 6:1-6 | Akibat ketidakpercayaan |
Mar 6:7-13 | Kuasa yang menyertai ketaatan |
Mar 6:14-29 | Herodes membunuh Yohanes Pembaptis |
Mar 6:30-44 | Lima roti, dua ikan, lima ribu orang |
Mar 6:45-56 | Berjalan di atas air: mukjizat yang mendahului banyak mukjizat lain |
Mar 7:1-23 | Yang di luar dan yang di dalam |
[3] YESUS DI DAERAH UTARA Mar 7:24-9:50
Mar 7:24-30 | Ke pantai: Tirus dan Sidon |
Mar 7:31-37 | Kesepuluh Kota |
Mar 8:1-13 | Tujuh roti, beberapa ikan dan empat ribu orang |
Mar 8:14-21 | Murid-murid yang bebal |
Mar 8:22-26 | Di Betsaida lagi |
Mar 8:27-9:1 | Lebih ke utara: Kaisarea Filipi |
Mar 9:2-13 | "Kami melihat kemuliaan-Nya": pemuliaan |
Mar 9:14-29 | Tanpa doa berarti tanpa kuasa |
Mar 9:30-50 | Yang besar dan yang kecil |
[4] PERJALANAN KE SELATAN Mar 10:1-13:37
Mar 10:1-16 | Pernikahan, perceraian, anak-anak |
Mar 10:17-31 | Bahaya kemakmuran |
Mar 10:32-45 | Apa artinya menjadi seperti Yesus |
Mar 10:46-52 | Bartimeus Buta di Yerikho |
Mar 11:1-19 | Yesus di Yerusalem: Bait Allah dipersiapkan untuk upacara kurban |
Mar 11:20-26 | Kutuk terhadap pohon yang tidak berbuah |
Mar 11:27-12:44 | Permusuhan: Imam-imam kepala, Ahli Taurat, Tua-tua, orang Farisi, orang Herodian, orang Saduki |
Mar 13:1-37 | Nubuat: sekilas tentang tujuan akhir |
[5] PUSAT SEJARAH Mar 14:1-16:8
Mar 14:1-11 | Di Betania: Domba kurban diurapi |
Mar 14:12-25 | Perjamuan Tuhan |
Mar 14:26-42 | Taman Getsemani: sekilas tentang penderitaan |
Mar 14:43-15:15 | Ditangkap dan diadili |
Mar 15:16-47 | 'Disalibkan, mati dan dikuburkan' |
Mar 16:1-8 | 'Bangkit kembali dari antara orang mati' |
[6] PENUTUP 16:9-20
Mar 16:9-20 | Misi ke seluruh dunia diamanatkan dan dimulai |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi