SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan
dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi maupun gaja-bahasanja,
meskipun pelbagai bagiannja mempunjai tjoraknja sendiri. Tradisi Hibrani kuno
djuga selalu memandangnja sebagai suatu kesatuan. Didalam terdjemahan Junani
(k.l. th. 250 sebelum Mas.) kitab tadi dibagi djadi dua bagian jang hampir sama
tebalnja, dan agaknja melulu karena alasan2 praktis. Baru dalam abad ke-15 Mas.
pembagian itu dimasukkan kedalam naskah Hibrani.
Tambahan pula terdjemahan Junani mempertalikan erat2 kitab Sjemuel itu dengan
kedua Radja2. Keseluruhannja dinamakan: "Kitab2 keradjaan2" atau
"pemerintahan2", dan di-bagi2" djadi empat djilid tersendiri. Ini diikuti oleh
terdjemahan Latin (Vulgata), meskipun Hironimus sendiri mengenal nama Hibraninja
dan memakainja sebagai djudul kedua. Tetapi nama "keradjaan2" diubahnja djadi
nama jang lebih tepat, jakni Radja2. Hingga sekarang tradisi ini masih diikuti,
sehingga kitab2 itu dikutip sebagai: I dan II Radja2 (=I dan II Sjemuel, menurut
tradisi Hibrani) dan III dan IV Radja2 (=I dan II Radja 2 menurut kebiasaan umum
Hibrani. Terdjemahan2 modern pada umumnja mengikuti kebiasaan Hibrani, hal mana
diikuti pula dalam terdjemahan ini.
Nama "kitab2 Sjemuel" ini lebih menurut tradisi daripada tepat. Betul, beberapa
lama adalah pendapat Jahudi, jang berdasarkan salah tafsir dari I Twr. 29,29,
bahwasanja Sjemuel mendjadi pengarangnja. Tetapi hal ini tidak dapat diterima
bagi suatu kitab, jang untuk sebagian besar mentjeritakan kedjadian2 jang
terdjadi lama sesudah Sjemuel meninggal. Sjemuelpun bukan tokoh terpenting
didalam kitab ini, sehingga kitab tadi boleh diberi namanja, sebagaimana halnja
dengan kitab Josjua. Dawud djauh lebih penting didalam kitab ini. Boleh djadi
nama Sjemuel dipakai, karena nama Daud sudah dibubuhkan selaku pengarang pada
kitab Masmur, sedangkan nama Sjaul, radja jang sudah ditolak itu, tidak dapat
digunakan untuk djudul bagi sebuah kitab jang sutji.
Tjeritera kitab Sjemuel muat laporan fragmentaris mengenai periodos, jang berlangsung dari djaman para Hakim -- Sjemuel sendiri diutarakan sebagai jang terachir dari para Hakim, -- sampai dengan achir hidup Dawud, jang kematiannja baru ditjeriterakan dalam I Radja2 (1-2). Kemarian Dawud serta penggantiannja oleh Sulaiman djatuh kira2 dalam tahun 970 seb. Mas. Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, maka lahirnja Sjemuel pada awal kitab itu, pada masa keimaman 'Eli, djatuh kira2 dalam th. 1070 seb Mas. Dengan demikian kitab Sjemuel melingkupi l.k. satu abad dari sedjarah Israil.
Sedjarah politik dalam abad, jang merupakan latarbelakang kitab Sjemuel itu,
agak katjau, namun amat penting djuga bagi perkembangan umat Allah. Daripada
kekatjauan besar didjaman para Hakim, waktu suku2 Israil berpidjak tetap ditanah
Kanaan masing2 suku berdiri sendiri dengan tiada kesatuan sedikitpun, selain
keasatuan keigaman, berkembanglah didjaman jang baru itu suatu negara kesatuan
dibawah pimpinan seorang radja. Perubahan susunan pemerintahan ini, jang dari
segi kenegaraan merupakan suatu kemadjuan jang njata, terdjadi karena pengaruh
pelbagai faktor dari luar. Faktor jang terutama ialah antjaman dahsjat dari
pihak orang2 Felesjet, jang malaham membahayakan hidup Israil. Adapun orang-2
Felesjet itu suatu bangsa jang berasal dari Asia Depan. Setelah beberapa kali
gagal usahanja untuk menetap dinegeri Mesir, bangsa itu berhasil berpidjak tetap
dipantai Palestina, (nama Palestina berasal dari nama orang2 "Felesjet") dimana
mereka mendirikan sedjumlah kota kerajaan jang tjukup kuat. Dari Pantai mereka
masuk kepedalaman, dimana tak dapat tidak mereka berbentrok dengan suku2 Israil,
jang baru menduduki tanah itu, dan itupun belum seluruhnja. Dengan banjak susah
pajah suku2 jang masih primitif itu dapat bertahan terhadap orang2 Felesjet jang
gagah perkasa dan diorganisir dengan baik itu. Kitab Sjemuel mulai dengan masa
perang mati2an itu sedang hebat2nja. Orang2 Felesjet sudah djauh masuknja dan
sudah menduduki sebagian besar dari tanah itu dan menaklukkan penduduknja.
Terhadap bahaja itu suku Israil membutuhkan persatuan jang kokoh dibawah
pimpinan pemerintahan pusat. Dimasa itu pula bangsa2 tetangga Israil jaitu Edom,
Moab dan Aram mendirikikan keradjaan2 nasional dan mendapat kekuatan jang tak
terkenal hingga itu dari organisasi pemerintahan jang baru. Tidak mengherankan,
kalau Israil dipengaruhi djuga oleh tjontoh2 itu (I Sjem.8,5.19.20), meskipun
kejakinan keigamannja ikut menentukan susunan keradjaan itu. Israilpun
mengorganisir negerinja djadi suatu keradjaan.
Gagasan jang sungguh baru itu diwujudkan setjara lambat-laun, kendati djalannja
tjukup tjepat djuga. Dan itupun tidak berdjalan tanpa oposisi, lebih-lebih dari
kalangan2 keigaman, jang berdasarkan pendapat keigaman mereka, sukar menerima
keradjaan itu. Langkah pertama diambil karena tekanan dari pihak orang2 'Amon,
jang memusuhi mereka. Sebagaimana dahulu halnja dengan para Hakim, demikianpun
sekarang seorang petani muda dihinggapi langsung oleh roh Allah, untuk
menjelamatkan bangsanja. Kalau dulu para Hakim setelah memperoleh kemenangan,
segera kembali lagi kepekerdjaannja, dan persatuan sementara dari suku lenjap
lagi, maka kali ini Sjaul diproklamir sebagai radja setjara definitif oleh
Rakjat, bahkan dengan persetudjuan pihak oposisi, jang diwakili oleh Sjemuel dan
jang tidak dapat mentjegah perkembangan itu lagi.
Usaha jang pertama itu menemui kegagalan. Sungguhpun Sjaul berhasil memukul
mundur orang2 Felesjet beberapa waktu lamanja dan memperoleh kemenangan2 jang
gemilang dalam perang-tanding jang perwira dan dalam pertempuran2 umum, namun ia
se-kali2 tidak berhasil mematahkan kekuasaan mereka atau sedikit2nja
membatasinja. Lagi pula oposisi dari kalangan2 keigaman bertambah kuat. Achirnja
didalam pertempuran jang hebat dipegunungan Gilboa' Israil menderita kekalahan
dan Sjaul serta putera2-nja menemui adjalnja. Keadaan politik Israil pada achir
pemerintahan Sjaul tidak banjak bedanja dengan keadaan waktu ia mulai tampil
kemuka (I Sjem.31).
Namun demikian, Israil tidak mau melepaskan lagi gagasan keradjaan. Suku2 di
Utara memaklumkan Isjabaal, putera Sjaul, mendjadi radja, sedangkan Juda
menerima seorang pemimpin gerombolan jang populer, jaitu Dawud, sebagai
radjanja. (II Sjem. 2,1-10) Kedua keradjaan itu bermusuhan. Tetapi setelah
Isjabaal dilikwidir, Dawud berhasil mendapat pengakuan dari semua suku.
Persatuan dibawah satu radja dipulihkan. Tetapi tetapla monarchi-rangkap, dan
antar ke-dua2nja tiada ikatan dalam jang sesungguhnja.
Kali ini keradjaan berhasil. Dawud tampak sebagai orang jang saleh, sehingga ia
berhasil merebut hati pihak oposisi dari kalangan keigaman, untuk menerima
kenjataan itu. Ia adalah seorang politikus jang tjerdik, jang tahu membatasi
persaingan antar-suku. Ia membuat ibu-kota politik jang baru di Jerusjalem, jang
djuga dijadikannja pusat keigamaan jang terpenting; hal mana sudah semestinjalah
didalam suasana, dimana negara dan agama dipertalikan dengan amat eratnja.
Kantong2 terachir penduduk aseli Kena'an, jang sedikit banjak berdiri sendiri2,
diasimilasikan dengan bangsa Israil oleh Dawud. Dengan membentuk angkatan perang
jang tetap, jang dapat digunakan sebagai inti didalam mobilisasi umum, Dawud
melengkapi keradjaannja dengan alat pertahanan jang kuat, jang disegani pula
diluarnegeri. A.l. berkat alat pertahanan jang kuat itu Dawud mentjatat hasil2
jang gemilang dalam politik luarnegerinja. Orang2 Felesjet ditundukkan secara
definitif dan sebagian dari wilajah diduduki Dawud, sehingga peranan mereka
digantikan samasekali oleh orang2 bani Israil. Sedjumlah negeri tetangga
ditaklukkannja dan wilajahnja sendiri sangat diperluas karenanja, sehingga
keradjaannja tidak hanja luas, tetapi djuga dikelilingi dengan serentetan
negeri2 taklukan, jang melindungi wilajah keradjaannja sendiri. Dibawah pimpinan
Dawud Israil mendjadi keradjaan nasional, jang djuga termasjhur didunia
internasional. sungguh suatu masa kedjajaan, jang tidak pernah ditjapai lagi
sesudah itu. Perkembangan dimungkinkan pula, karena negara2 besar pada waktu itu
tidak dapat mengembangkan kekuasaannja. Asjur baru sadja muntjul dan belum
merentjanakan perebutan kekuasaan dinegeri2 jang djauh. Mesir terlalu lemah
dedalam dan terlalu terbagi, untuk dapat menuntuk hak-haknja jang kuno atas
Palestina. Demikianlah Israil karena kearifan Dawud dan karena keadaan2 politik
jang menguntungkan, mendjadi keradjaan jang kuat.
Tetapi mendjelang achir hidup Dawud, mulai kelihatanlah kelemahan2nja kedalam.
Tjatjat jang terbesar terletak dalam persaingan antara Juda, suku dari Dawud,
dan suku2 lainja. Dawud tidak pernah membuat kedua bagian keradjaan mendjadi
suatu kesatuan jang kokoh. Keradjaannja tetap berbentuk monarchi rangkap.
Kesatuannja hanja bersandar pada diri radja, dan oleh karena itu sangat
bergantung dari ketjakapan dan populernja orang jang mendjadi radja. Dan
kepopuleran Dawud diutara mengalami kemunduran dimasa pemerintahannja.
Pemberontakan Absjalom mendapat pengikut2nja terutama dari suku2 diluar Juda (II
Sjem.15), sedang Dawud hanja didukung oleh suku Juda dan daerah-daerah
Transjordania (II Sjem. 17). Betul, Dawud berhasil menindas pemberontakan
Absjalom serta kelandjutannja dalam pemberontakan seorang-orang dari suku
Binjamin, tetapi api itu tidak pernah padam lagi. Sesudah kematian Sulaiman
kesatuan Israil petjah setjara definitif, dan mendjadi dua keradjaan jang
berdiri sendiri dan sering bermusuhan, tetapi benihnja sudah terdapat dalam masa
kegemilangan Dawud (II Sjem.20,1; I Rdj. 12,16).
Latar belakang sedjarah ini lebih tersirat daripada tersurat dalam kitab
Sjemuel. Kitab ini tidak begitu memperhatikan hal-ihwal keradjaan, melainkan
perbuatan2 orang2 tertentu. Betul, tokoh2 itu memainkan peranan politik jang
menentukan, namun lebih dilihat sebagai oknum daripada sebagai tokoh2
kenegaraan. Ada tiga tokoh, jang minta seluruh perhatian dan bahan2 tjeritera
dikumpulkan sekitar ketiga tokoh itu, jaitu Sjemuel, Sjaul dan Dawud. Tetapi
djelaslah, bahwa Dawud merupakan tokoh jang utama, sedang Sjemuel dan Sjaul
dipakai sebagai persiapan dan pendahuluan, dan chususnja Sjaul djuga sebagai
kontras terhadap tokoh jang utama. Djelas pula, bahwa kitab ini terbagi atas
tiga rangkaian tjerita2 disekitar ketiga tokoh ini; dibubuhi pula dengan
tambahan2 mengenai tokoh utama jang menghentikan djalannja tjerita, sampai itu
disambung lagi dalam kitab I Radja2.
Bagian pertama (I Sjem 1-7) menjadjikan beberapa keterangan tentang diri
Sjemuel. Sebagai akibat dari doa jang dikabulkan, ia dilahirkan dari wanita jang
mandul dimasa imam-agung 'Eli. Akan tanda sjukur, maka kanak2 itu dibaktikan
kepada ibadah Jahwe dikuilNja di Sjilo, dimana terdapat peti perdjandjian.
Disana ia mendapat panggilan sebagai nabi dan memaklumkan kebiasaan keturunan
'Eli, jang anak-anaknja melanggar peraturan2 Jahwe. Hukuman itu dilaksanakan
didalam perang dengan orang2 Felesjet. Orang2 Felesjet mengalahkan Israil,d an
merampas peti perdjandjian dan menewaskan kedua anak 'Eli. 'Eli sendiri mati
mendadak karena ketjelakaan. Kemudian hal-ihwal peti perdjandjian di-tengah2
orang2 Felesjet ditjeritakan. Karena malapetaka, jang rupa2nja ditimpakan atas
diri mereka karena peti perdjandjian itu, terpaksalah orang2 Felesjet
mengembalikannja ketanahnja jang aseli, jaitu Israil. Jahwe senantiasa nampak
lebih kuat daripada dewa2 Felesjet. Achirnja peti perdjandjian itu sampai ke
Kirjat-je'arim, kerena Silo agaknja sudah dihantjurkan. Baru kemudian (II
Sjem.6) kisah mengenai peti perdjandjian itu dilandjutkan. Bagian pertama
ditutup dengan ichtisar tentang kegiatan Sjemuel.
Bagian kedua (ISjem 8-15) dipusatkan pada tokoh Sjaul. Pada achir hidupnja
Sjemuel dengan berat hati meluluskan tuntunan rakjat untuk seorang radja. Dengan
diam2 ia mengurapi seorang anak petani, jaitu Sjaul, djadi radja Israil jang
akan datang. Sjaul bertindak tegas lawan orang2 'Amon. Sesudah itu ia diakui
dengan resmi oelh seluruh rakjat sebagai radja jang umum. Sjemuel mengundurkan
diri. Dengan hasil jang gemilang Sjaul dengan putera mahkotanja, Jonatan,
memerangi orang2 Felesjet. Tetapi Sjaul berlaku kurang setimbang, dan kadang2
terlalu tegas. Berhubung dengan tindakannja terhadap orang2 'Amalek serta
radjanja dan ke-sewenang2annja, maka ia berbentrok dengan Sjemuel, bahkan dengan
Jahwe sendiri. Ia ditolak sebagai radja.
Bagian ketiga (I Sjem. 16 - II Sjem.1) menjadjikan serentetan tjerita tentang
muntjulnja Dawud dan binasanja Sjaul. Dengan diam2 Dawud diurapi Sjemuel djadi
radja jang akan menggantikan Sjaul. Dawud bekerdja pada Saul sebagai biduan,
tetapi djuga tampil sebagai pemimpin pertempuran jang tjakap dan pedjuang jang
berani. Mula2 ia diperlakukan baik2 oleh Sjaul.Tetapi hasil2nja jang gemilang
dalam pertempuran dan bertambah populernja menimbulkan tjemburu dan tjuriga pada
Sjaul, jang lalu memandangnja sebagai saingan berat bagi tachtanja. Beberapa
kali ia, setjara lansung atau tak langsung, mentjoba melenjapkan Dawud,
sementara ia sendiri dihinggapi kemurungan, jang makin lama makin mendjadi
penjakit. Pertjobaan2nja tidak berhasil. Achirnja Dawud terpaksa melarikan diri,
dengan bantuan sahabat karibnja, putera-mahkota Jonatan sendiri. Dawud lolos
kegurun, dimana ia mengembara sebagai pemimpin gerombolan. Tetapi disanapun ia
di-tjari2 djuga oleh Sjaul, kendati Dawud menundjukkan djuga, bahwa ia tahu
menghormati orang urapan Jahwe, dan tidak mau menewaskannja. Terpaksa Dawud
menggabungkan diri dengan musuh kawakan Israil, jakni orang2 Felesjet. Tetapi
dengan ketjerdikannja jang luarbiasa Dawud pandai bersiasat, untuk tidak
melakukan sesuatu jang merugikan kaum sebangsanja dan tidak menguntungkan bagi
orang2 Felesjet. Waktu peperangan berketjamuk lagi antara orang2 Felesjet dengan
Israil, tjuriga pemimpin2 Felesjet menghalangi, Dawud menepati kewadjibannja
sebagai sekutu untuk bertempur bersama2 dengan radja Felesjet lawan bangsanja
sendiri. Ketika Dawud berada ditempat lain, terdjadilah pertempuran hebat
digunung Gilboa', dan Israil menderita kekalahan. Jonatan dan putera2 Sjaul
lainnja gugur, sedang radja membunuh diri. Hukuman atas Sjaul sudah terlaksana
dan djalan ketachta terbuka bagi Dawud.
Bagian jang keempat dan terachir (II Sjem.2-20) se-mata2 mengenai Dawud dan
keluarganja. Dawud jang sudah popuker dimasa penerintahan Sjauld an mempunjai
banjak pengikut di Juda, diakui sebagai radja oleh suku Juda. Ia menetap di
Hebron. Berkat kegiatan panglima Abner, maka putera Sjaul mendjadi radja atas
bagian terbesar dari Israil. Tetapi kekuatan Isjba'al makin lama makin ter-
petjah2 dan pasukannja menderita kekalahan jang hebat di Gibe'on. Karena
perselisihan dengan Abner maka kedudukannja sangat terdjepit. Abner mengadakan
perundingan dengan Dawud dan mendapat dukungan dari hampir seluruh wilajah
Isjba'al. Abner dibunuh oleh Joab, panglima dari Dawud, dengan alasan jang
tjurang. Alasannja ialah bela darah, karena Abner telah menewaskan seorang
saudara Joab didalam pertempuran. Hampir pada waktu jang sama Isja'baal dibunuh
dengan tjara jang kotor. Sedjenak kedudukan Dawud terantjam. Tetapi dengan
mendjauhkan diri dengan terang2an dari kedua pembunuhan itu, ia berhasil
mendapat dukungan terus dari pengikut2nja dikalangan suku2 Israil. Disanapun ia
diakui sebagai radja.
Dawud merebut Jerusjalem dari tangan penduduk aseli dan memindahkan kedudukannja
kesana. Peti perdjandjian dipindahkan ke ibukota jang baru. Hal ini mendatangkan
berkah Jahwe kepadaNja dalam bentuk nubuat jang mulia oelh Natan, nabi Dawud,
tentang abadinja keturunannja. Selintas-pintas lalu diutarakan ekspedisi2 Dawud.
Hasilnja ialah diusirnja orang2 Flesjet dan perluasan wilajahnja. Beberapa
bangsa tetangga ditaklukkan.
Pasal2 terachir dari bagian keempat ini muat kisah jang pandjang-lebar tentang
drama jang terdjadi didalam keluarga Dawud. Kebesaran djiwanja dilukiskan dengan
beberapa tjontoh. Tetapi sebaliknja, didalam rangka perang dengan orang2 'Amon,
dikisahkan djuga, bagaimana Dawud berdjinah dengan isteri dari salah seorang
perwiranja jang setiawan, jaitu Uria. Untuk menjembunjikan djinahnja dan untuk
tetap memiliki Batsjeba', maka dengan tjara jang litjik ia menjuruh lenjapkan
orang jang mendjadi perintang bagi pelampiasan hawa-nafsunja. Teguran2 nabi
Natan menginsjafkan Dawud, sehingga ia bertobat dan bersedia menerima hukuman
apapun dari tangan Jahwe. Batsjeba' kemudian melahirkan baginja Sulaiman, jang
akan menggantikan dia sebagai radja.
Pelaksanaan hukuman itu terdjadi didalam keluargnja sendiri. Putera sulungnja,
Amnon, memperkosa adik tirinja, Tamar. Sikap Dawud agak lemah terhadap
kedjahatan ini. Absjalom, puteranja jang lain, membalas dendam sendiri atas adik
kandungnja. Amnon dibunuh olehnja. Sesudah itu Absjalom melarikan diri terhadap
murka bapaknja. Tetapi beberapa waktu kemudia radja Dawud, atas desakan panglima
Joap, mengidjinkan Absalom kembali ke Jerusalem, meskipun ia tidak segera
dimaafkan olehnja. Sekali lagi Joab bertjampur tangan. Meskipun alasan2 Joab
dalam perkara ini tidak begitu djelas, namun ia berhasil memperdamaikan radja
dengan puteranja.
Adapun Absalom mulai bersiasat. Teranglah ia berusaha merebut tachta kerajan.
Dawud sgaknja kurang awas. Achirnja Absalom mempermaklumkan dirinja sebagai
radja di Hebron, ibukota lama Dawud. Perebutan kekuasaan ini berhasil, karena
pemerintahan Dawud agaknja diterima dengan tiada sukahati oleh suku2 diluar
Juda, sehingga Absjalom mendapat dukungan kuat dari mereka. Dawud terpaksa lari
dari Jerusjalem, hal mana ditjeritakan dengan pandjang lebar. Absjalom menduduki
ibukota. Karena siasat salah seorang sahabat Dawud, pengedjaran ditunda,
sehingga Dawud mendapat kesmepatan untuk mengerahkan pasukan jang besar didaerah
Transjordania. Didalam pertempuran berikutnja Absajlom dan pengikut2nja
menderita kekalahan. Absjalom sendiri dibunuh oleh Joab, ketika ia melarikan
diri. Dukatjita Dawud waktu menerima kabar itu mengharukan, tetapi tidak pada
tempatnja menurut Joab. Kembalinja Dawud ke Jerusjalem ditjeritakan sedjadjar
dengan larinja dari sana. Karena pertikaian antara suku Juda dengan suku2
lainnja, maka pemberontakan berketjamuk lagi sedjenak. Joab, jang karena
membunuh Absjalom kena murka radja, berhasil menindas pemberontakan itu, tetapi
menggunakan kesempatan itu djuga untuk melenjapkan bekas-panglima dari Absjalom,
jang ditundjuk Dawud untuk menggantikan Joab sendiri, dan untuk memaksakan
dirinja kepada Dawud.
Pasal2 terachir (II Sjem. 21-24) terdiri atas beberapa tambahan, jang mengenai
riwajat hidup Dawud, jang tidak mendapat tempatnja dalam kitab itu sendiri dan
mungkin berasal dari sumber lain. Ditjeritakan bagaimana keturunan Sjaul
ditumpas, hal mana dipandang hukuman atas ingkar sumpah Sjaul. Berikutlah
ichtisar tentang pertempuran2 dengan kaum Felesjet dan dua sadjak jang ditaruh
dalam mulut Dawud. Kemudian disusul dengan serentetan perbuatan2 kepahlawanan
dari anggota2 pasukan pilihan Dawud dengan daftar nama pasukan pilihan itu.
Achirnja suatu kisah tentang tjatjah-djiwa, jang diadakah Dawud tapi dihukum
dengan wabah sampar. Sebuah mesbah didirikan oleh radja sebagai tanda sjukur
atas berhentinja malapetaka itu, jaitu ditempat jang kemudian didirikan Bait
Allah.
Namun kesemuanja itu didalam kitab Sjemuel tidak merupakan tjerita jang harmonis
djalannja dan baik susunannja. Lebih tepat dikatakan suatu kumpulan tjerita2
jang tjoraknja berlainan dan berasal dari pelbagai sumber. Kitab Sjemuel tidak
merupakan keseluruhan jang bulat, melainkan suatu kumpulan tjeritapendek2.
Terutama dalam kitab jang pertama tjerita2 ini bertjorak sangat populer dan
mirip dongengan rakjat. Beberapa dari antaranja menundjukkan pelbagai tradisi,
jang sebagian bertentangan satu sama lain. Maka itu didalam kitab Sjemuel
terdapat tidak sedikit tjerita jang sukar untuk diselaraskan, ataupun tjerita-
rangkap tentang kedjadian jang satu dan sama djua, jang disampaikan dalam
pelbagai bentuk dan oleh karenanja ditjeritakan dua kali. Si penghimpun sering
mengambil tjerita2 tanpa banjak perubahan. Terdjemahan kami, entah dalam
petundjuk2 ditepi halaman entah didalam tjatatan2 dibawah, kadang2 menundjukkan
ketidak-selarasan itu, tetapi tidak semuanja disebutkan. Kisah pandjang tentang
keluarga Dawud didalam kitab jang kedua merupakan kesatuan jang lebih besar, dan
sudah barang tentu ditulis oleh orang, jang menjaksikan sendiri peristiwa2 itu.
Si penghimpun tjerita2 dalam kitab Sjemuel hanja disana-sini sadja mentjoba
selaraskan tjerita2 itu, dan djuga disana-sini sadja mengemukakan gagasan2nja
sendiri serta tafsiran dari peristiwa2 itu dan mengolah sedikit-banjak bahan2
itu menurut pandangannja sendiri.
Kalau orang mengindahkan tjorak chas kitab ini, dengan sendirinja akan timbul
pertanjaan mengenai kebenaran historisnja. singkatnja dapat dikatakan begini.
Kebenaran historisnja pada umumnja dan dalam garis besarnja harus diterima,
mengingat sangat kunonja bahan2 itu. Sebaliknja tjorak populer dari banjak
tjeritanja itu adalah sedemikian rupa, hingga orang tidak dapat memperoleh
kepastian sampai hal jang ketjil2, karena kesemuanja itu lebih dipakai sebagai
hiasan dan pengungkapan daripada sebagai laporan saksama dari kedjadian2 jang
njata, jang ditjeritakan dan lagi pengetahuan jang tepat tentang tokoh2, jang
tampil kedepan. Tetapi mengenai hal jang ketjil2 tersendiri tidak dapat
diperoleh kepastian jang besar. Itu tergantung dari tjorak chas tjerita2 itu
sendiri.
Mengenai pertanjaan, bilamana kitab itu disusun, harus diberi djawaban jang agak
berbelit. Sebab sebagaimana halnja dengan banjak kitab Perdjandjian Lama, kitab
Sjemuelpun tidak terdjadi sekali djadi. Dapat dan harus diterima, bahwa kitab
ini menurut keadaannja sekarang, telah terdjadi dari sedjumlah tjerita2
tersendiri, jang sudah dikumpulkan dalam kumpulan2 ketjil dan sudah tertulis
pula. Daripadanjalah achirnja kitab jang sekarang ini disusun. Kadang2 sukarlah
menentukan, bagian2 mana sudah ada sebagai kumpulan tersendiri; tetapi
bahwasanja kumpulan2 itu ada sukarlah disangsikan. Lebih sukar lagi menentukan,
bilamana kumpulan2 tjerita itu mendapat bentuk tertulisnja jang pertama; tetapi
sudah teranglah, bahwa beberapa dari antaranya dari djaman kuno dan ditulis tak
beberapa lama sesudah terdjadinja peristiwa2 itu sendiri. Dengan lebih saksama
dapatlah ditetapkan, bila kitab ini mendapat bentuknja jang sekarang, lepas dari
beberapa tambahan ketjil jang disisipkan sesudah kitab ini seluruhnja ada.
Menurut pendapat umum para ahli, kitab ini sudah pasti disusun sebelum dynasti
Dawud lenjap setjara definitif tahun 587 seb. Mas., karena penjusun kitab ini
tidak mengetahui sedikitpun tentang kedjadian itu. Sebaliknja, kitab ini
tentulah disusun sesudah perpisahan antara Juda dengan suku2 lainnja, kerena
perpisahan itu ber-ulang2 diandaikan. Djadi kitab ini sebagai keseluruhan
disusun sesudah perpisahan jang terdjadi pada kematian Sulaiman dalam tahun 931
seb. Mas. Karena didalam kitab ini, lebih2 didalam fasal2 jang ditambahkan oleh
si penghimpun sendiri, terdjalin gagasan2 jang menundjukkan pembaharuan agama
oleh Josjijahu dan kalangan2 dari kitab 'Ulangtutur, tentulah kitab ini disusun
tak berapa lama sebelum pembuangan, djadi sekitar 580 seb.Mas.
Nama para pengarang dari tiap2 bagian maupun dari keseluruhan tidak dapat
disebutkan dengan kepastian. Dan melihat terdjadinja kitab ini, maka lebih
tepatlah orang berbitjara tentang penghimpun daripada pengarang kitab ini. Mana
jang terdjadi bagian pribadi si penghimpun jang terachir, sukarlah ditentukan
lebih landjut.
Tjorak keigaman kitab itu djelas. Kitab ini menjadjikan sedjarah bukannja demi
untuk sedjarah, tetapi dari sudut keigamaan dan dengan maksud keigamaan, dan
lebih memberikan tafsiran tentang sedjarah daripada laporan terperintji dari
peristiwa2 politik. Gagasan pokok keigamaan jang mendjadi dasar karja itu
seluruhnja ialah terpilihnja Israil. Israil adalah umat Allah, jang karena
perdjadjian dengan Jahwe dipilih untuk merupakan keradjaanNja didunia. Kitab ini
memberikan suatu kesan dari hal-ihwal keradjaan itu serta kesulitan2nja, hingga
keradjaan itu mendapatkan perwudjudannja sementara didalam keradjaan Dawud.
Pilihan ini dengan sjarat2nja serta tuntutan2nja dikonkretisir dalam tokoh2
tertentu. Nasib rakjat dan manusia bergantung dari tuntutan2nja. Semua tokoh
penting dalam kitab ini dipandang dari sudut itu. 'Eli dan keturunannja adalah
imam pilihan Jahwe. Tetapi karena ketidaksetiaan keturunannja akan perintah2
Allah, mereka disingkirkan dan dihukum. Akan gantinja dipilihlah imam-agung lain
jang "setiawan". Sjemuel dilahirkan setjara adjaib dan dipilih langsung oleh
Jahwe sendiri serta dipanggil mendjadi nabiNja dan pemimpin umatNja. Tetapi
anak2 Sjemuel pun tidak setia djuga, sehingga pilihan itu tidak dilandjutkan
dalam diri mereka. Sjaul dipanggil dimasa jang amat sulit, untuk mewujudkan
keradjaan Jahwe didalam bentuk jang baru, jaitu bentuk keradjaan. Ia adalah
radja pilihan, tetapi bukan radja jang berdiri sendiri, jang dapat menentukan
sendiri apa jang hendak dilakukannja. Sebaliknja ia hanja mendjadi wakil dari
radja Israil jang sesungguhnja, jaitu Jahwe. Sjaul tidak tetap setia. Ia
mengutamakan kehendak rakjat diatas kehendak Jahwe, se-akan2 ia radja dan atas
kerelaan rakjat, bukannja atas kerelaan Jahwe. Dari sebab itu ia disingkirkan
dan Jahwe mentjari penggantinja, jang akan tetap setia kepada kedudukannja
sebagai radja thokratis. Dalam diri radja Dawud terwudjud pula keradjaan Allah,
meskipun dalam bentuk sementara Dawud adalah seorang manusia, jang berdosa
berat, tetapi radja itu tidak pernah lupa, bahwa ia hanja wakil dari Jahwe, jang
harus mendengarkan suaraNja, untuk sungguh2 mendjadi radja Israil. Karena
pengakuan dari pihak Dawud ini, maka sekali lagi pilihan Jahwe mendjadi
kenjataan. Keturunan Dawud seluruhnja dipilih untuk mendjadi wakil dari Allah
pada umatNja. Pandangan2 djauh jang besar dimasa jang datang dibukakan;
pandangan2 itu menudju keperwudjudan jang terachir dan sempurna dari Keradjaan
Allah didunia. Seluruh Perdjadjian Baru penuh dengan penghargaan jang
dipertalikan pada keturunan Dawud, untuk menundjukkan bagaimana kesemuanja itu
terpenuhi dalam Jesus Kristus, Putera Dawud.
Disamping gagasan jang fundamentil dan mendjadi alas kesemuanja itu, kitab
Sjemuel ini sungguh amat kaja akan gagasan2 keigamaan jang luhur, jang djuga
terdapat ditempat lain didalam Perdjandjian Lama, dalam bentuk ini atau bentuk
itu.
Djika orang ingin menilaikan kitab Sjemuel, djuga sebagai orang Kristen, maka
haruslah kitab itu dibatja dengan semangat, jang mendjadi sikap hati si
pengarang kitab itu, jaitu dengan sikap hati keigamaan. Betul, kitab Sjemuel
penuh dengan tjerita2 jang tegang dan kadang2 menggunakan seni-tjerita jang
djitu. Tetapi apabila orang berhenti disitu sadja, maka kitab ini tidak dibatja
sebagai sebagian dari Kitab Sutji. Kitab ini mempunjai maksud jang lain djuga,
jaitu mampu menjampaikan kabar keigamaan, warta bahwa Allah memanggil dan
memilih manusia, dan bahwa manusia harus menjesuaikan diri dengan panggilan
serta pilihan itu, dengan mendengarkan suara Allah se-setia2nja. Kalau tidak,
manusia akan disingkirkan. Hanja kalau dibatja setjara demikian, maka kitab ini
adalah Kitab Sutji sesungguhnja dan tidak diturunkan sebagai batjaan hiburan.
Dan djika dibatja demikian sebagai Kitab Sutji, dengan hati jang pertjaja dan
terbuka bagi Sabda Allah, maka kitab ini mempunjai nilainja jang tetap dan nilai
kekristenan. Didalamnja manusia mendapatkan Allah jang berbitjara dan berbuat,
jang memilih dan mengemukakan tuntunan2Nja djustru kepada orang2 pilihanNja.