Teks -- Yehezkiel 18:1-14 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Yeh 18:1-32 - ADA APA DENGAN KAMU?
Nas : Yeh 18:1-32
Rupanya banyak orang Yahudi percaya bahwa mereka dihukum karena
dosa-dosa para leluhur dan karena itu Allah tidak adil; mereka ti...
Nas : Yeh 18:1-32
Rupanya banyak orang Yahudi percaya bahwa mereka dihukum karena dosa-dosa para leluhur dan karena itu Allah tidak adil; mereka tidak sadar bahwa dosa-dosa mereka sendiri lebih parah daripada dosa para leluhur itu. Pasal ini mengajarkan kebenaran dasar bahwa setiap orang bertanggung jawab kepada Allah atas hidupnya sendiri, dan bahwa setiap orang yang terus-menerus berbuat dosa akan mati secara rohani dan menderita hukuman kekal.
Full Life: Yeh 18:2-4 - KATA SINDIRAN INI.
Nas : Yeh 18:2-4
Kata sindiran ini mungkin berdasarkan pada Kel 20:5 dan
Ul 5:9, yang keduanya mengajarkan bahwa anak-anak terpengaruh oleh
dosa-do...
Nas : Yeh 18:2-4
Kata sindiran ini mungkin berdasarkan pada Kel 20:5 dan Ul 5:9, yang keduanya mengajarkan bahwa anak-anak terpengaruh oleh dosa-dosa orang-tuanya; akan tetapi, Yehezkiel menjelaskan bahwa nas-nas ini tidak dimaksudkan untuk mengajarkan bahwa anak-anak akan dihukum karena dosa orang-tua. Semua orang bertanggung jawab atas dosanya sendiri dan ketidaksediaanya sendiri untuk percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat dan menjalankan hidup yang benar (lih. ayat Yeh 18:4). Rasul Paulus menyatakan kembali prinsip ini dengan mengatakan, "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Rom 6:23).
Full Life: Yeh 18:5-9 - ORANG BENAR.
Nas : Yeh 18:5-9
Ayat-ayat ini melukiskan seorang yang memiliki hubungan yang benar
dengan Tuhan dan yang menunjukkan komitmen itu kepada Allah den...
Nas : Yeh 18:5-9
Ayat-ayat ini melukiskan seorang yang memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan dan yang menunjukkan komitmen itu kepada Allah dengan mengasihi kebenaran dan keadilan. Orang semacam inilah yang akan hidup kekal di dalam persekutuan serta keakraban dengan Tuhan. Paulus menekankan kebenaran yang sama ini ketika mengatakan,"yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan" (Rom 2:7); gaya hidup ini sekarang dimungkinkan oleh kasih karunia karena iman kepada Kristus (Ef 2:8-10).
Full Life: Yeh 18:10-13 - ANAK YANG MENJADI PERAMPOK.
Nas : Yeh 18:10-13
Anak-anak yang fasik meskipun lahir dari seorang ayah beriman akan
diminta pertanggungjawaban tersendiri atas dosa-dosa mereka. ...
Nas : Yeh 18:10-13
Anak-anak yang fasik meskipun lahir dari seorang ayah beriman akan diminta pertanggungjawaban tersendiri atas dosa-dosa mereka. Sebagai akibat dari penolakan mereka untuk bertobat dan berbalik kepada Allah, mereka akan mengalami kematian rohani yang kekal (lih. Rom 2:8).
BIS -> Yeh 18:10
Kemungkinan besar artinya: yang ..... melakukan.
Jerusalem: Yeh 18:1-32 - -- Bab 18 ini kembali menguraikan masakah pertanggungjawaban perorangan bdk Yeh 14:12+. Pangkal sebuah sindiran, Yeh 18:2 yang juga dikutip Yer 31:29+. D...
Bab 18 ini kembali menguraikan masakah pertanggungjawaban perorangan bdk Yeh 14:12+. Pangkal sebuah sindiran, Yeh 18:2 yang juga dikutip Yer 31:29+. Daftar kesalahan dan dosa yang disajikan Yeh 18:4 dst amat serupa dengan "pengakuan dosa" sebagaimana agaknya lazim diadakan dalam upacara ibadat tertentu.
Jerusalem: Yeh 18:6 - tidak makan daging persembahan Harafiah: tidak makan. Tetapi yang dimaksud ialah perjamuan korban (selamatan) yang lazimnya diadakan di bukit-bukit pengorbanan dan termasuk pemujaan...
Harafiah: tidak makan. Tetapi yang dimaksud ialah perjamuan korban (selamatan) yang lazimnya diadakan di bukit-bukit pengorbanan dan termasuk pemujaan berhala.
Bdk Ima 25:35-37.
Jerusalem: Yeh 18:10 - salah satu dari hal-hal itu Naskah Ibrani diperbaiki sedikit. Terjemahan menurut terjemahan Siria dan Latin.
Naskah Ibrani diperbaiki sedikit. Terjemahan menurut terjemahan Siria dan Latin.
Nabi kembali kepada soal jang telah dibahaskannja Yeh 14:12-23.
ialah melakukan ibadah kafir(dengan kurban jang dimakan).
ialah berdjinah.
diperbaiki. Naskah Hibrani pakai infinitivus.
Dua kata ditinggalkan (jang diperolehnja karena utang?)
diperbaiki menurut terdjemahan2 kuno. Tertulis: "akan dimatikan".
Ref. Silang FULL: Yeh 18:2 - menjadi ngilu · menjadi ngilu: Ayub 21:19; Ayub 21:19; Yes 3:15; Yer 31:29
· menjadi ngilu: Ayub 21:19; [Lihat FULL. Ayub 21:19]; Yes 3:15; Yer 31:29
Ref. Silang FULL: Yeh 18:4 - berbuat dosa // harus mati · berbuat dosa: 2Raj 14:6; 2Raj 14:6; Ams 13:21; Ams 13:21
· harus mati: Yeh 18:20; Kej 18:23; Kej 18:23; Kel 17:14; Kel 17:14; Ayub 21:...
Ref. Silang FULL: Yeh 18:6 - atas gunung // kepada berhala-berhala // bercemar kain · atas gunung: Yeh 6:2; Yeh 6:2
· kepada berhala-berhala: Ul 4:19; Yeh 6:13; Yeh 6:13; Yeh 20:24; Am 5:26
· bercemar kain: Im 12...
Ref. Silang FULL: Yeh 18:7 - tidak menindas // mengembalikan gadaian // tidak merampas // orang lapar // orang telanjang · tidak menindas: Kel 22:21; Mal 3:5; Yak 5:4
· mengembalikan gadaian: Kel 22:26; Kel 22:26
· tidak merampas: Kel 20:15; Kel 20:1...
· tidak menindas: Kel 22:21; Mal 3:5; Yak 5:4
· mengembalikan gadaian: Kel 22:26; [Lihat FULL. Kel 22:26]
· tidak merampas: Kel 20:15; [Lihat FULL. Kel 20:15]
· orang lapar: Ayub 22:7; [Lihat FULL. Ayub 22:7]
· orang telanjang: Ul 15:11; Yeh 16:49; [Lihat FULL. Yeh 16:49]; Mat 25:36; [Lihat FULL. Mat 25:36]; Luk 3:11
Ref. Silang FULL: Yeh 18:8 - mengambil riba // yang benar · mengambil riba: Kel 18:21; Kel 18:21; Kel 22:25; Im 25:35-37; Im 25:35 s/d 37; Ul 23:19-20
· yang benar: Yer 22:3; Yer 22:3; Za 8:16
· mengambil riba: Kel 18:21; [Lihat FULL. Kel 18:21]; Kel 22:25; Im 25:35-37; [Lihat FULL. Im 25:35] s/d 37; Ul 23:19-20
Ref. Silang FULL: Yeh 18:9 - menurut ketetapan-Ku // orang benar // pasti hidup · menurut ketetapan-Ku: Im 19:37; Im 19:37
· orang benar: Hab 2:4
· pasti hidup: Im 18:5; Im 18:5; Yeh 11:12; Yeh 11:12; Yeh 20:...
Ref. Silang FULL: Yeh 18:12 - orang sengsara // mengembalikan gadaian // melakukan kekejian · orang sengsara: Kel 22:22; Kel 22:22; Ayub 24:9; Ayub 24:9; Am 4:1
· mengembalikan gadaian: Kel 22:27; Kel 22:27
· melakukan ke...
Ref. Silang FULL: Yeh 18:13 - mengambil riba // kepadanya sendiri · mengambil riba: Kel 22:25
· kepadanya sendiri: Im 20:9; Im 20:9; Yeh 33:4-5; Hos 12:15
· mengambil riba: Kel 22:25
· kepadanya sendiri: Im 20:9; [Lihat FULL. Im 20:9]; Yeh 33:4-5; Hos 12:15
· seperti itu: 2Taw 34:21; Ams 23:24; [Lihat FULL. Ams 23:24]
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Yeh 18:1-9 - Sindiran tentang Buah Mentah; Jawaban terhadap Sindiran itu; Penghakiman-penghakiman Ilahi Dibenarka
Mungkin, sewaktu membaca beberapa pasal sebelumnya, kita tergoda untuk berpikir bahwa kita tidak begitu berkepentingan dalam apa yang dibicaraka...
- Mungkin, sewaktu membaca beberapa pasal sebelumnya, kita tergoda untuk berpikir bahwa kita tidak begitu berkepentingan dalam apa yang dibicarakan di dalamnya (meskipun pasal-pasal itu juga ditulis bagi pembelajaran kita). Tetapi pasal ini, pada pandangan pertama, tampak sangat dekat menyangkut kepentingan kita semua, sungguh sangat dekat. Sebab, tanpa merujuk pada Yehuda dan Yerusalem secara khusus, pasal ini membeberkan aturan penghakiman yang menurutnya Allah akan memperlakukan anak-anak manusia dalam menentukan kehidupan kekal mereka. Dan aturan itu sejalan dengan aturan yang sejak dari dulu sudah ditetapkan (Kej. 4:7), yakni, “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?” Tetapi, “jika tidak, dosa,” hukuman terhadap dosa, “sudah mengintip di depan pintu.” Di sini ada,
- I. Kata-kata sindiran bejat yang diucapkan oleh orang-orang Yahudi yang duniawi, yang mengakibatkan pesan ini dikirimkan kepada mereka. Dan perbuatan mereka ini mengharuskan perlunya Allah bertindak terhadap mereka (ay. 1-3).
- II. Jawaban yang menanggapi kata-kata sindiran mereka ini, yang di dalamnya Allah menegaskan secara umum kedaulatan dan keadilan-Nya (ay. 4). Celakalah orang fasik, mereka akan bernasib buruk (ay. 4, 20). Tetapi katakanlah kepada orang-orang benar, mereka akan bernasib baik (ay. 5-9). Secara khusus, mengenai masalah yang diadukan, Ia meyakinkan kita,
- 1. Bahwa orang fasik akan bernasib buruk, meskipun ia mempunyai ayah yang baik (ay. 10-13).
- 2. Bahwa orang baik akan bernasib baik, meskipun ia mempunyai ayah yang fasik (ay. 14-18). Dan karena itu, dalam hal ini Allah bertindak benar (ay. 19-20).
- 3. Bahwa orang-orang yang bertobat akan bernasib baik, meskipun mereka memulai dengan begitu buruk (ay. 21-23, 27-28).
- 4. Bahwa orang-orang yang murtad akan bernasib buruk, meskipun mereka memulai dengan begitu baik (ay. 24, 26). Dan tujuan dari semuanya ini adalah,
- (1) Untuk membenarkan Allah dan menjelaskan keadilan dari semua tindakan-Nya (ay. 25, 29).
- (2) Untuk mengajak dan mendorong kita supaya bertobat dari dosa-dosa kita dan berbalik kepada Allah (ay. 30-32). Dan inilah hal-hal yang diperlukan untuk damai sejahtera kita yang kekal. Oh, semoga saja kita memahami dan memperhatikannya sebelum hal-hal itu disembunyikan dari mata kita!
Sindiran tentang Buah Mentah; Jawaban terhadap Sindiran itu; Penghakiman-penghakiman Ilahi Dibenarkan (18:1-9)
- Kita berkata bahwa perilaku-perilaku yang jahat melahirkan hukum-hukum yang baik. Dan dengan cara serupa terkadang sindiran-sindiran yang tidak adil memunculkan pembelaan-pembelaan yang adil. Di sini sindiran-sindiran yang jahat melahirkan nubuat-nubuat yang baik. Inilah,
- I. Sebuah sindiran yang jahat yang biasa diucapkan orang-orang Yahudi dalam pembuangan mereka. Kita sudah mendapati satu sindiran sebelumnya (12:22) dan jawaban terhadapnya. Di sini kita mendapati sindiran lain. Sindiran sebelumnya menantang keadilan Allah: “Sudah lama berselang, tetapi satu penglihatan pun tak jadi. Ancaman-ancaman dianggap mereka hanyalah sebuah gurauan.” Sindiran di sini, dalam pasal ini, menuduh Allah berbuat tidak adil, seolah-olah penghakiman-penghakiman yang dijalankan-Nya tidak benar: “Kamu mengucapkan kata sindiran tentang tanah Israel, karena sekarang tanah itu sudah porak-poranda oleh penghakiman-penghakiman Allah, dengan berkata, ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu. Kata kalian, kami dihukum karena dosa-dosa nenek moyang kami, dan sungguh tidak masuk akal cara kerja ilahi ini, seolah-olah gigi anak-anak merasa ngilu, atau merasa asam, karena ayah mereka memakan buah mentah. Padahal, biasanya yang seharusnya terjadi adalah, jika orang salah makan atau minum, mereka sendirilah yang kena akibatnya, bukan orang lain.” Nah,
- 1. Harus diakui bahwa ada suatu alasan mengapa sindiran ini diucapkan oleh orang-orang buangan itu. Allah sudah sering kali berkata bahwa Ia akan membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, terutama dosa penyembahan berhala. Dengan berkata begitu Ia bermaksud mengungkapkan kejahatan dari dosa, dari dosa itu, kebencian-Nya terhadapnya, kemarahan-Nya yang wajar terhadapnya, dan hukuman-hukuman berat yang akan didatangkan-Nya atas para penyembah berhala. Hal itu dimaksudkan supaya orangtua bisa dikekang untuk tidak berbuat dosa oleh karena kasih sayang mereka terhadap anak-anak mereka, dan anak-anak tidak terdorong untuk berbuat dosa oleh karena penghormatan mereka terhadap orangtua mereka. Allah juga sudah sering kali menyatakan melalui nabi-nabi-Nya bahwa dalam mendatangkan kehancuran ke atas Yehuda dan Yerusalem sekarang ini, mata-Nya tertuju pada dosa-dosa Manasye dan raja-raja lain sebelumnya. Sebab, dengan melihat bangsa itu sebagai satu tubuh, mereka dihukum dengan hukuman-hukuman yang menimpa seluruh bangsa atas dosa-dosa seluruh bangsa. Dan dengan mengakui pepatah dalam hukum kita bahwa badan hukum tidak pernah mati, mereka dimintai perhitungan sekarang atas kejahatan-kejahatan di masa-masa lalu. Tindakan ini hanya seperti membuat seseorang, ketika sudah tua, dihukum karena kesalahan pada masa mudanya (Ayb. 13:26). Dan tidak ada kelaliman pada Allah dalam melakukan hal-hal demikian. Akan tetapi,
- 2. Orang-orang buangan itu mencela Allah atas semua tindakan-Nya itu, dan mempertanyakan keadilan-Nya dalam memperlakukan mereka. Apa yang tersirat sejauh ini dalam sindiran ini adalah benar, bahwa orang-orang yang sengaja berbuat bersalah, dialah yang makan buah mentah. Mereka berbuat sesuatu dan akan merasakan akibat dari perbuatan mereka itu, cepat atau lambat. Buah mentah itu mungkin terlihat menggiurkan sewaktu mereka digoda, tetapi akan terasa pahit sepahit-pahitnya sewaktu mereka merenungkannya. Buah itu akan membuat gigi si pendosa menjadi ngilu. Ketika hati nurani tersadar, dan menempatkan dosa di hadapan mereka, hal itu akan merusak kenikmatan dari kesenangan-kesenangan mereka, seperti kalau gigi mereka menjadi ngilu. Tetapi mereka menganggap tidak masuk akal kalau anak-anak harus menderita karena kebodohan ayah mereka, dan merasakan kesakitan dari sesuatu yang kenikmatannya tidak pernah mereka rasakan. Mereka menyindir Allah bertindak tidak benar dalam mengadakan pembalasan seperti itu dan tidak dapat membuktikan diri benar dalam melakukan hal itu. Lihatlah betapa fasiknya sindiran itu, betapa kurang ajarnya kelancangan itu. Tetapi, lihatlah betapa cerdiknya sindiran itu, dan betapa liciknya perbandingan yang dipakai. Banyak orang yang tidak saleh dalam cemoohan-cemoohan mereka, cerdik dalam gurauan-gurauan mereka. Dan dengan demikian kebencian neraka terhadap Allah dan agama disindirkan dan disebarluaskan. Celaan itu di sini dijadikan sindiran, dan sindiran itu diucapkan, menjadi umum dipakai orang. Orang terkadang memakainya bila ada kesempatan. Dan, meskipun sindiran itu jelas-jelas mempunyai makna yang menghujat, namun mereka melindungi diri dengan perumpamaan yang dipakai itu. Nah, dengan ini tampak bahwa mereka tidak merendah di bawah hajaran tongkat, sebab, bukannya menyalahi diri sendiri dan membenarkan Allah, mereka malah menyalahi Allah dan membenarkan diri sendiri. Tetapi celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya seperti itu.
- II. Teguran dan jawaban yang adil terhadap kata-kata sindiran ini: Apa maksudmu dengan menggunakannya? Itulah tegurannya. “Apakah dengan ini kamu berniat mencobai Allah? Tidak terpikirkah olehmu bahwa dengan ini kamu akan menyulut-Nya untuk murka kepada kamu sampai kamu habis binasa? Beginikah caranya kamu kembali kepada-Nya dan berdamai dengan Dia?” Jawabannya diberikan selanjutnya, dan di dalamnya Allah memberi tahu mereka,
- 1. Bahwa ucapan kata-kata sindiran itu akan ditiadakan. Hal ini dikatakan, dikatakan dengan sumpah (ay. 3): Kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran ini lagi. Atau (seperti yang dapat dibaca), kamu tidak akan bisa menggunakan kata sindiran ini lagi. Dihapuskannya kata sindiran ini dijadikan sebagai janji dalam 29. Dalam pasal ini penghapusan dibuat dalam bentuk ancaman. Dalam kitab Yeremia, dihapuskannya kata sindiran ini menyiratkan bahwa Allah akan kembali kepada mereka di jalan belas kasihan. Tetapi dalam pasal ini hal itu menyiratkan bahwa Allah akan bertindak terhadap mereka dengan menjatuhkan penghukuman. Ia akan menghukum mereka dengan begitu rupa karena sindiran yang kurang ajar ini, sehingga mereka tidak akan berani mengucapkannya lagi. Contohnya misalnya dalam Yeremia 23:34, 36. Allah akan menemukan cara-cara yang mujarab untuk membungkam orang-orang yang suka mempermasalahkan hal-hal kecil itu. Atau Allah akan menyingkapkan kepada mereka sendiri maupun kepada orang lain bahwa mereka sendiri sudah cukup berbuat fasik sampai mendatangkan semua penghakiman yang menghancurkan ini atas diri mereka sendiri. Dengan begitu mereka, karena malu, tidak lagi mempersalahkan dosa-dosa nenek moyang mereka atas tindakan Allah terhadap mereka itu: “Hati nuranimu sendiri akan memberi tahu kamu, dan sesamamu akan meneguhkannya, bahwa kamu sendiri sudah makan buah mentah yang sama yang dimakan oleh bapa leluhurmu sebelum kamu, sebab kalau tidak demikian gigimu tidak akan menjadi ngilu.”
- 2. Bahwa sungguh kata sindiran itu sendiri tidak adil dan merupakan celaan yang tak berdasar terhadap pemerintahan Allah. Sebab,
- (1) Allah tidak menghukum anak-anak karena dosa-dosa nenek moyang, kecuali mereka mengikuti jejak nenek moyang mereka dan memenuhi takaran kedurhakaan mereka (Mat. 23:32). Lagi pula, mereka tidak mempunyai alasan untuk mengeluh, sebab, apa pun yang mereka derita, itu kurang dari apa yang pantas didapatkan karena dosa mereka sendiri. Dan, ketika Allah berbicara tentang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, itu sama sekali tidak berarti bahwa Ia bermaksud menyusahkan anak-anak. Kepada mereka Ia hanya membalas menurut perbuatan mereka. Justru itu mengambarkan kesabaran Allah terhadap orangtua, yang karena itu tidak dihukum-Nya dengan segera, karena bencana untuk mereka disimpan-Nya bagi anak-anak mereka (Ayb. 21:19).
- (2) Hanya dalam malapetaka-malapetaka duniawilah anak-anak (dan terkadang mereka yang tidak berdosa) bernasib lebih buruk karena kefasikan orangtua mereka. Tetapi Allah dapat mengubah sifat dari malapetaka-malapetaka itu, dan membuatnya bekerja demi kebaikan orang-orang yang ditimpa olehnya. Tetapi berkenaan dengan kesengsaraan rohani dan kekal (dan itulah kematian yang dibicarakan di sini) anak-anak sama sekali tidak akan menderita karena dosa-dosa orangtua. Hal ini ditunjukkan di sini secara panjang lebar. Dan sungguh tindakan rendah hati yang menakjubkan bahwa Allah yang maha besar berkenan berbantah dengan orang-orang yang begitu fasik dan tak berpikir waras seperti itu. Ia tidak langsung menghajar mereka sehingga mereka bisu atau mati seketika itu juga, tetapi bersedia menjelaskan perkaranya di hadapan mereka, supaya Ia bersih ketika dinilai. Nah, dalam jawaban-Nya,
- [1] Ia menegaskan dan mempertahankan kedaulatan-Nya sendiri yang mutlak dan tak tertandingi: Sungguh, semua jiwa Aku punya! (ay. 4). Allah di sini menegaskan bahwa Ia memiliki semua jiwa anak-anak manusia, baik yang satu maupun yang lain. Pertama, jiwa-jiwa adalah kepunyaan-Nya. Dia yang adalah Pencipta segala sesuatu secara khusus adalah Bapa segala roh, sebab gambar-Nya dicetakkan pada jiwa-jiwa manusia. Demikianlah di dalam penciptaan mereka, dan demikian pulalah di dalam pembaruan mereka. Ia menciptakan roh dalam diri manusia, dan karena itu disebut Allah dari roh segala makhluk, dari roh-roh yang bertubuh. Kedua, semua jiwa adalah kepunyaan-Nya, semuanya diciptakan oleh Dia dan untuk Dia, dan bertanggung jawab kepada-Nya. Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya. Orangtua duniawi kita hanyalah ayah dari daging kita. Jiwa kita bukan kepunyaan mereka. Allah menantang orang-orang buangan itu. Nah, itulah sebabnya dikatakan selanjutnya, untuk menjelaskan perkara ini,
- 1. Bahwa Allah pasti boleh melakukan apa yang dikehendaki-Nya baik terhadap ayah maupun anak, dan tak seorang pun dapat berkata kepada-Nya, Apa yang Kaulakukan? Dia yang membuat kita ada tidak berbuat salah kepada kita jika Ia mengambil keberadaan kita lagi, apalagi jika Ia hanya mengambil sebagian dari penyokong dan penghiburan keberadaan kita. Sungguh janggal berbantah dengan Dia, ini sama saja seperti yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya, Mengapakah…?
- 2. Bahwa Allah pasti mempunyai kehendak baik terhadap ayah maupun anak, dan tidak akan menyusahkan keduanya. Kita yakin bahwa Allah tidak membenci apa pun yang sudah dijadikan-Nya, dan karena itu (berbicara tentang orang dewasa, yang mampu bertindak bagi diri mereka sendiri) Ia memiliki kebaikan yang begitu rupa terhadap semua jiwa sehingga tak satu pun yang akan mati kecuali karena kesalahan mereka sendiri. Semua jiwa Dia punya, dan karena itu Ia tidak berat sebelah dalam menghakimi mereka. Marilah kita menerima kepentingan-Nya dalam diri kita dan pemerintahan-Nya atas diri kita. Ia berkata, semua jiwa Aku punya, dan marilah kita menjawab, “Tuhan, jiwaku adalah kepunyaan-Mu. Aku mengabdikannya kepada-Mu untuk dipekerjakan bagi-Mu dan dibuat berbahagia di dalam Engkau.” Untuk alasan yang baik Allah berkata, “Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku, sebab itu adalah milik-Ku sendiri,” dan untuk ini kita harus berserah, “Bapa, ambillah hatiku, itu adalah milik-Mu sendiri.”
- [2] Meskipun Allah bisa saja membenarkan diri-Nya dengan menegaskan kedaulatan-Nya, namun Ia tidak berbuat demikian. Ia menetapkan aturan penghakiman yang adil dan tanpa kecuali, yang dengannya Ia akan bertindak terhadap setiap orang. Dan inilah aturan itu: Pertama, pendosa yang bersikeras dalam dosa pasti akan mati, kesalahannya akan menjadi kehancurannya: Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati, akan mati seperti jiwa bisa mati, akan dikucilkan dari perkenanan Allah, yang merupakan kehidupan dan kebahagiaan jiwa, dan akan terbaring selama-lamanya di bawah murka-Nya, yang merupakan kematian dan kesengsaraannya. Dosa adalah tindakan jiwa, sebab tubuh hanya menjadi senjata kelaliman. Dosa disebut sebagai dosa jiwa (Mi. 6:7, KJV). Oleh karena itu hukuman terhadap dosa adalah penderitaan dan kesesakan jiwa (Rm. 2:9). Kedua, orang benar yang bertekun dalam kebenarannya pasti akan hidup. Kalau seseorang adalah orang benar, memiliki dasar pegangan yang baik, roh dan kecenderungan hati yang baik, dan, sebagai buktinya, melakukan keadilan dan kebenaran (ay. 5), ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH (ay. 9). Orang yang dalam segala hal mematuhi kehendak Allah dengan kesadaran hati nurani, yang menjadikan pekerjaannya melayani Allah dan menjadikan tujuannya memuliakan Allah, tak pelak lagi ia akan berbahagia di dunia ini dan untuk selama-lamanya di dalam kasih dan perkenanan Allah. Dan, apabila ia tidak dapat memenuhi kewajibannya dengan baik, ia akan diampuni, melalui Pengantara. Sekarang inilah bagian dari tabiat orang benar ini.
- 1. Ia berhati-hati untuk menjaga dirinya agar bersih dari kecemaran-kecemaran dosa, dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tampak sebagai kejahatan.
- (1) Dari dosa-dosa terhadap perintah kedua. Dalam hal ibadah kepada Allah, ia melakukannya dengan cemburu, sebab ia tahu bahwa Allah itu cemburu. Ia bukan saja tidak memberikan persembahan korban di bukit-bukit kepada patung-patung yang didirikan di sana, tetapi juga bahkan tidak makan daging persembahan di atas gunung, yaitu, tidak bersekutu sama sekali dengan para penyembah berhala dengan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala-berhala (1Kor. 10:20). Ia bukan saja tidak akan berlutut dengan mereka di mezbah-mezbah mereka, tetapi juga tidak akan duduk dengan mereka di meja mereka di bukit-bukit mereka. Ia tidak hanya membenci berhala-berhala orang kafir, tetapi juga berhala-berhala kaum Israel, yang tidak hanya diperbolehkan, tetapi juga pada umumnya disanjung dan dipuja oleh orang-orang yang mengaku sebagai umat Allah. Ia bukan saja tidak menyembah berhala-berhala itu, tetapi juga bahkan tidak melihat kepada mereka. Ia tidak melayangkan pandangan manis terhadap mereka, bahkan tidak menganggap mereka sama sekali, tidak menginginkan perkenanan mereka atau merasa ngeri terhadap kernyit dahi mereka. Ia sudah mengamati begitu banyak orang yang tersihir oleh mereka, sehingga ia bahkan tidak berani melihat kepada mereka, supaya ia tidak ikut terjerat. Mata para penyembah berhala dikatakan selalu berzinah (Yeh. 6:9). Lihat Ul. 4:19.
- (2) Dari dosa-dosa terhadap perintah ketujuh. Ia berhati-hati dalam mengambil seorang perempuan menjadi istrinya sendiri, dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, dan bukan di dalam keinginan hawa nafsu karena ingin mencemarkan diri. Oleh karena itu, ia tidak berani mencemari isteri sesamanya, tidak pula berkata atau berbuat sedikit pun yang cenderung membuatnya rusak atau bejat. Ia bahkan tidak akan mendekati istrinya sendiri dengan tidak semestinya pada waktu cemar kainnya yang menajiskan, sebab hal itu dilarang oleh hukum (Im. 18:19;20:18). Perhatikanlah, suatu bagian yang penting dari hikmat dan keadilan adalah untuk menjaga keinginan tubuh supaya selalu tunduk pada akal budi dan kebajikan.
- (3) Dari dosa-dosa terhadap perintah kedelapan. Dia adalah orang yang benar, yang tidak menindas orang lain dengan berbuat curang dan memakai hukum atau kebenaran sebagai kedok, dan yang tidak merampas apa-apa dengan paksaan dan senjata, tidak merampas barang-barang atau harta milik mereka, apalagi kebebasan dan kehidupan mereka (ay. 7). Penindasan dan kekerasan adalah dosa-dosa dari dunia lama, yang mendatangkan air bah, dan merupakan dosa-dosa yang atasnya Allah masih dan akan menjadi pembalasnya. Bahkan, ia adalah orang yang tidak meminjamkan uangnya dengan memungut bunga, atau mengambil riba (ay. 8), meskipun, kalau dilakukan berdasarkan perjanjian, tampaknya itu tidak adil (Volenti non fit injuria – Apa yang dilakukan terhadap seseorang atas persetujuannya sendiri bukanlah kejahatan terhadapnya). Namun, sejauh itu dilarang oleh hukum Taurat, ia tidak berani melakukannya. Bunga yang secukupnya boleh mereka terima dari orang-orang asing, tetapi tidak dari saudara-saudara mereka sendiri. Orang benar tidak akan mengambil keuntungan dari kekurangan sesamanya untuk memangsa dia, atau memanjakan dirinya dalam kenyamanan dan kemalasan untuk hidup di atas keringat dan jerih payah orang lain. Oleh sebab itu, ia tidak akan mengambil riba dari orang-orang yang tidak bisa membuat pertambahan dari apa yang dia pinjamkan kepada mereka. Ia juga tidak akan berlaku ketat dalam menuntut apa yang sudah disepakati dari orang-orang yang, oleh tindakan Allah sendiri, tidak mampu untuk membayarnya. Tetapi ia bersedia berbagi kerugian dan juga keuntungan. Qui sentit commodum, sentire debet et onus – Orang yang menikmati keuntungan harus menanggung bebannya.
- 2. Ia melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban-kewajibannya dengan kesadaran hati nurani. Ia sudah mengembalikan gadaian kepada orang berutang yang miskin, sesuai dengan hukum Taurat (Kel. 22:26). “Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai, pakaian yang perlu dipakai, maka haruslah engkau mengembalikannya kepada dia, supaya ia bisa tidur memakai baju tidurnya sendiri.” Bahkan, ia bukan saja sudah mengembalikan kepada orang miskin apa yang menjadi milik mereka sendiri, tetapi juga sudah memberi makan orang lapar. Amatilah, makanan itu disebut makanannya (KJV), karena makanan itu didapat dengan jujur. Apa yang diberikan kepada orang lain janganlah apa yang didapat secara tidak adil dari orang yang lainnya. Sebab Allah telah berfirman, Aku membenci perampasan dan kecurangan. Orang-orang duniawi bersikeras bahwa makanan mereka adalah kepunyaan mereka sendiri, seperti Nabal, yang karena itu tidak mau memberikannya kepada Daud (1Sam. 25:11). Tetapi, biarlah mereka tahu bahwa makanan itu bukan milik mereka sendiri, tetapi bahwa mereka terikat kewajiban untuk berbuat baik kepada orang lain dengannya. Pakaian adalah barang yang diperlukan seperti halnya makanan, dan karena itu orang benar ini begitu murah hati sehingga memberi pakaian kepada orang telanjang (ay. 7). Baju-baju yang dijahit Dorkas untuk orang miskin dibuat sebagai saksi atas kemurahan hatinya (Kis. 9:39). Orang benar ini sudah menjauhkan diri dari kecurangan (ay. 8). Jika di suatu waktu, karena tidak hati-hati, ia terseret ke dalam kesalahan dan lalu menyadarinya, maka ia tidak akan berkeras di dalamnya. Sebaliknya, ia akan menjauhkan diri dari apa yang sekarang disadarinya sebagai kecurangan. Sebab ia melakukan hukum yang benar di antara manusia dengan manusia, ketika ada kesempatan baginya untuk melakukannya (sebagai hakim, sebagai saksi, sebagai juri, sebagai penengah). Dan dalam semua jual beli, ia peduli supaya keadilan dijalankan, supaya tak seorang pun dijahati, supaya orang yang sudah dijahati harus dibenarkan, dan supaya setiap orang mendapatkan kepunyaannya sendiri. Ia sendiri siap maju, dan melakukan perbuatan baik apa saja, untuk mewujudkannya. Inilah tabiatnya terhadap sesamanya. Tetapi tidak cukup bahwa ia adil dan jujur terhadap saudaranya. Untuk melengkapi tabiatnya, ia harus demikian juga terhadap Allahnya (ay. 9): ia hidup menurut ketetapan-Ku, ketetapan-ketetapan yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban ibadahnya yang harus dia lakukan pada saat itu juga. Ia tetap mengikuti ketetapan-ketetapan itu dan semua penghakiman-Nya yang lain. Ia menghormati itu semua, ia senantiasa peduli dan berusaha untuk menuruti dan memenuhinya, untuk berlaku jujur, supaya ia dapat membuktikan dirinya setia terhadap kovenannya dengan Allah. Dan, setelah menggabungkan dirinya dengan Allah, ia tidak berkhianat dan meninggalkan Dia, atau bersungut-sungut terhadap-Nya. Inilah orang benar, dan sungguh ia akan hidup. Ia pasti akan hidup, akan memiliki hidup dan memilikinya dengan lebih berkelimpahan, akan benar-benar hidup, hidup dengan nyaman, hidup selama-lamanya. Turutilah segala perintah Allah, maka engkau akan masuk ke dalam hidup (Mat. 19:17).
Matthew Henry: Yeh 1:1-3 - Penglihatan Yehezkiel yang Pertama di Tepi Sungai Kebar
Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Keadaan-keadaan biasa di seputar nubuat yang akan disampaikan, waktu disampaikannya (ay. 1), tempat ...
- Dalam pasal ini kita mendapati,
- I. Keadaan-keadaan biasa di seputar nubuat yang akan disampaikan, waktu disampaikannya (ay. 1), tempat disampaikannya (ay. 2), dan oleh siapa disampaikannya (ay. 3).
- II. Kata-kata pendahuluan yang tidak biasa mengenai nubuat itu, dalam bentuk sebuah penglihatan tentang kemuliaan Allah,
- 1. Bagaimana Ia dilayani dan didampingi di dunia atas, di mana takhta-Nya dikelilingi oleh para malaikat, yang di sini disebut “makhluk-makhluk hidup” (ay. 4-14).
- 2. Bagaimana pemeliharaan-pemeliharaan-Nya menyangkut dunia bawah, yang digambarkan melalui roda-roda dan gerak-geriknya (ay. 15-25).
- 3. Bagaimana wajah Yesus Kristus yang duduk di atas takhta (ay. 26-28). Semakin kita mengenal dan akrab dengan kemuliaan Allah dalam tiga hal ini, semakin berkuasa pengaruh wahyu ilahi terhadap diri kita, dan semakin kita siap untuk tunduk padanya. Dan itulah yang menjadi tujuan diberikannya pengantar berupa penglihatan-penglihatan ini pada nubuat-nubuat dalam kitab ini. Apabila Allah yang sedemikian mulia berbicara, maka kita berkepentingan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian dan hormat. Kita sendiri yang akan terancam bahaya jika tidak melakukannya.
Penglihatan Yehezkiel yang Pertama di Tepi Sungai Kebar (1:1-3)
- I. Waktu ketika Yehezkiel mendapat penglihatan ini dicatat di sini. Itu terjadi pada tahun ketiga puluh (ay. 1). Sebagian orang memahaminya sebagai tahun ketiga puluh usia sang nabi. Sebagai imam, di usia itu ia mulai menjalankan secara penuh jabatan imamat, tetapi karena terhalang untuk melakukannya oleh karena pelanggaran dan malapetaka yang terjadi di masa-masa itu, dan terlebih lagi sekarang ketika mereka tidak lagi memiliki bait suci ataupun mezbah, maka Allah memanggilnya di usia itu untuk menerima martabat seorang nabi. Sebagian yang lain memahaminya sebagai tahun ketiga puluh dari awal pemerintahan Nabopolasar, ayah Nebukadnezar, yang dari situ orang-orang Kasdim memulai penghitungan waktu yang baru, seperti yang sudah mereka lakukan sebelumnya dari zaman Nabonasar, 123 tahun sebelumnya. Nabopolasar memerintah selama sembilan belas tahun, dan ini merupakan tahun kesebelas dari pemerintahan anaknya, jadi semuanya tiga puluh tahun. Dan memang sudah sepantasnya Yehezkiel, ketika berada di Babel, memakai penghitungan waktu yang mereka pakai di sana, sama seperti kalau kita berada di negeri asing, kita akan menghitung waktu dengan cara yang baru. Dan setelah itu ia memakai penghitungan waktu yang menyedihkan dari negerinya sendiri, dengan mengamati (ay. 2) bahwa itu adalah tahun kelima dari pembuangan Yoyakhin. Tetapi penjelasan dalam Alkitab bahasa Kasdim mengalihkannya ke zaman lain, dan berkata bahwa itu adalah tahun ketiga puluh setelah imam Hilkia menemukan kitab Taurat di rumah TUHAN, di tengah malam, setelah bulan terbenam, dalam zaman raja Yosia. Dan memang benar bahwa itu tepat tiga puluh tahun sesudah waktu itu. Itu merupakan peristiwa yang begitu luar biasa (karena peristiwa itu memberikan ujian baru bagi pemerintahan Yahudi) dan memang pantas untuk menghitung waktu mulai dari situ. Dan mungkin karena itulah sang nabi berbicara mengenai tiga puluh tahun secara tak tentu, dengan mengarahkan pandangan baik pada peristiwa itu maupun pada penghitungan orang Kasdim, yang kebetulan bertepatan. Pada bulan yang keempatlah, bertepatan dengan bulan Juni menurut penghitungan kita, dan pada tanggal lima bulan itu, Yehezkiel mendapat penglihatan ini (ay. 2). Ada kemungkinan bahwa itu terjadi pada hari Sabat, karena kita membaca (3:16) bahwa sesudah tujuh hari, yang dapat kita anggap sebagai hari Sabat berikutnya, firman TUHAN datang kepadanya lagi. Demikian pula Yohanes dikuasai oleh Roh pada hari Tuhan, ketika ia melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa (Why. 1:10). Allah dengan ini mau memberikan kehormatan pada hari-hari Sabat-Nya, saat para lawan menertawakannya (Rat. 1:7). Dan Ia dengan demikian mau mendorong umat-Nya untuk terus mengikuti pelayanan nabi-nabi-Nya setiap hari Sabat, dengan menyatakan diri-Nya secara luar biasa pada hari-hari Sabat tertentu.
- II. Keadaan-keadaan menyedihkan yang meliputinya ketika Allah memberinya kehormatan, dan dengan demikian menganugerahi umat-Nya, dengan penglihatan ini. Ia berada di negeri orang Kasdim, bersama-sama dengan para buangan, di tepi sungai Kebar, yaitu tahun kelima sesudah raja Yoyakhin dibuang. Amatilah,
- 1. Umat Allah pada waktu itu, sebagian dari mereka, menjadi para tawanan di negeri orang Kasdim. Bangsa Yahudi sebagai satu tubuh masih tinggal di negeri mereka sendiri, tetapi orang-orang ini adalah buah-buah pertama dari pembuangan, dan mereka adalah beberapa dari yang terbaik. Sebab dalam penglihatan Yeremia orang-orang ini adalah buah ara yang baik, yang telah dibawa Allah ke negeri orang-orang Kasdim untuk kebaikan mereka (Yer. 24:5). Dan, demi kebaikan mereka pula, Allah membangkitkan seorang nabi di antara mereka, untuk mengajari mereka dari Taurat, pada saat Ia menghajar mereka (Mzm. 94:12). Perhatikanlah, suatu rahmat yang besar jika firman Allah dibawa kepada kita, dan suatu kewajiban yang besar untuk memberi perhatian kepada firman-Nya itu dengan tekun, ketika kita sedang menderita. Firman pengajaran dan tongkat hajaran, yang diberikan secara bersamaan dan sepakat satu sama lain, bisa sangat berguna bagi kita, firman untuk menjelaskan tongkat dan tongkat untuk menegaskan firman: kedua-duanya secara bersama-sama akan memberikan hikmat. Berbahagialah orang, ketika sedang sakit dan menderita, ia mendapat seorang utusan bersamanya, seorang penengah, satu di antara seribu, kalau saja ia mau membukakan telinganya bagi ajaran (Ayb. 36:10). Salah satu perseteruan Allah dengan orang-orang Yahudi, ketika Ia mengirim mereka ke dalam pembuangan, adalah karena mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah dan mengejek nabi-nabi-Nya. Namun demikian, ketika mereka sedang menderita karena dosa ini, Ia justru menganugerahi mereka dengan rahmat yang telah mereka hilangkan ini. Buruk bagi kita seandainya Allah di waktu-waktu tertentu tidak melemparkan kepada kita sarana-sarana anugerah dan keselamatan, yang dengan bodoh telah kita lempar jauh dari diri kita sendiri. Dalam pembuangan mereka, mereka tidak mendapat pertolongan-pertolongan yang biasa didapat bagi jiwa mereka, dan karena itu Allah membangkitkan bagi mereka orang-orang yang luar biasa ini. Sebab jika pendidikan untuk anak-anak Allah terhambat di satu jalan, akan terbuka jalan lain untuk menggantinya. Tetapi amatilah, pada tahun kelima pembuanganlah Yehezkiel dibangkitkan di antara mereka, dan bukan sebelumnya. Begitu lama Allah membiarkan mereka tanpa seorang nabi sekalipun, sampai mereka mulai meratap kepada Tuhan dan mengeluh bahwa tanda-tanda mereka tidak mereka lihat, dan tak ada orang yang memberi tahu mereka berapa lama lagi (Mzm. 74:9). Pada saat itulah mereka tahu bagaimana menghargai seorang nabi, dan penyingkapan-penyingkapan Allah tentang diri-Nya sendiri kepada mereka oleh sang nabi akan lebih diterima dan menghibur. Orang-orang Yahudi yang tetap tinggal di negeri mereka sendiri memiliki Yeremia bersama mereka, sementara orang-orang yang telah dibawa ke dalam pembuangan memiliki Yehezkiel bersama mereka. Sebab di mana saja anak-anak Allah tersebar, Allah akan menemukan guru-guru pembimbing untuk mereka.
- 2. Sang nabi sendiri berada di antara orang-orang buangan, di antara mereka yang ditempatkan di tepi sungai Kebar. Sebab di tepi sungai-sungai Babellah mereka duduk, dan pada pohon-pohon gandarusa di tepi sungailah mereka menggantungkan kecapi mereka (Mzm. 137:1-2). Penanam-penanam di Amerika tetap tinggal di sepanjang tepi-tepi sungai, dan mungkin orang-orang buangan itu dipekerjakan oleh tuan-tuan mereka untuk mengolah beberapa bagian negeri itu yang belum digarap yang terletak di tepi-tepi sungai, sebab para penduduk asli pada umumnya dipekerjakan untuk berperang. Atau tuan-tuan itu mempekerjakan mereka di pabrik-pabrik, dan karena itu memilih untuk menempatkan mereka di tepi-tepi sungai, supaya barang yang mereka buat dapat lebih mudah diangkut melalui jalur air. Para penafsir tidak sependapat yang mana sungai Kebar ini, tetapi bersama-sama dengan para buangan di tepi sungai itulah Yehezkiel berada, dan dia sendiri adalah orang buangan. Amatilah di sini,
- (1) Orang-orang yang terbaik, dan orang-orang yang paling dikasihi Allah, sering kali ikut berbagi bukan hanya dalam malapetaka-malapetaka bersama dalam hidup ini, melainkan juga dalam penghakiman-penghakiman kepada bangsa secara keseluruhan yang ditimpakan karena dosa. Orang-orang yang tidak menyumbang kesalahan apa-apa ikut merasakan penderitaannya. Dengan ini tampak bahwa perbedaan antara kebaikan dan keburukan tidak muncul dari peristiwa-peristiwa yang menimpa mereka, melainkan dari watak dan kecenderungan roh mereka di bawah peristiwa-peristiwa itu. Dan karena bukan hanya orang-orang benar, melainkan juga nabi-nabi, ikut berbagi dengan penjahat-penjahat terbesar dalam hukuman-hukuman yang ditimpakan saat ini, kita dapat menarik kesimpulan dari situ, dengan yakin seyakin-yakinnya, bahwa ada upah yang disediakan bagi orang-orang benar dalam kehidupan yang akan datang.
- (2) Kata-kata yang menyatakan kesalahan, yang memberikan nasihat dan penghiburan kepada orang yang sedang menderita, paling baik datang dari sesama yang juga menderita. Orang-orang buangan itu akan diajar dengan paling baik oleh orang buangan juga dari antara mereka, dan yang ikut mengalami sendiri penderitaan-penderitaan mereka.
- (3) Roh nubuat tidak terbatas hanya di negeri Israel, sebaliknya, sebagian dari wahyu ilahi yang paling terang disingkapkan di negeri orang Kasdim. Ini merupakan pertanda yang membahagiakan bahwa jemaat, bersama dengan wahyu ilahi yang di atasnya ia dibangun, akan dibawa kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Dan seperti halnya sekarang, demikian pula sesudahnya, ketika kerajaan Injil didirikan, tersebarnya orang-orang Yahudi ikut membantu tersebarnya pengenalan akan Allah.
- (4) Di mana pun kita berada, kita dapat terus menjaga persekutuan dengan Allah. Undique ad cœlos tantundem est viæ– Dari pelosok-pelosok bumi yang terpencil, kita dapat menemukan jalan terbuka menuju sorga.
- (5) Walaupun hamba-hamba Allah terbelenggu, firman Allah tidak terbelenggu (2Tim. 2:9). Walaupun Rasul Paulus ditahan, Injil bebas bergerak. Walaupun Rasul Yohanes dibuang ke Pulau Patmos, Kristus mengunjunginya di sana. Bahkan, hamba-hamba Allah yang menderita pada umumnya diperlakukan sebagai orang-orang kesayangan, dan penghiburan bagi mereka jauh lebih berlimpah-limpah apabila kesengsaraan sudah berlimpah-limpah (2Kor. 1:5).
- III. Penyingkapan-penyingkapan yang berkenan dinyatakan Allah tentang diri-Nya kepada sang nabi ketika ia berada dalam keadaan-keadaan ini, untuk dia sampaikan kepada umat-Nya. Sang nabi di sini memberi tahu kita apa yang dilihatnya, apa yang didengarnya, dan apa yang dirasakannya.
- 1. Ia melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah (ay. 1). Tidak ada orang yang memandang Allah dapat hidup. Tetapi banyak orang telah melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah, tampilan-tampilan kemuliaan ilahi yang sedemikian rupa sehingga sudah memberi mereka pengajaran dan menggerakkan hati mereka. Dan biasanya, ketika Allah pertama-tama menyatakan diri-Nya kepada seorang nabi, Ia melakukannya melalui suatu penglihatan yang luar biasa, seperti kepada Yesaya (ps. 6), kepada Yeremia (ps. 1), dan kepada Abraham (Kis. 7:2), untuk menetapkan suatu hubungan dan suatu cara berhubungan yang memuaskan, sehingga sesudahnya tidak diperlukan penglihatan setiap kali ada pewahyuan. Yehezkiel diberi tugas untuk membuat hati orang banyak berbalik kepada Tuhan Allah mereka, dan karena itu ia sendiri harus melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah. Perhatikanlah, orang-orang yang pekerjaannya membawa orang lain untuk mengenal dan mengasihi Allah, mereka sendiri berkepentingan untuk mengenal Allah, dan hatinya haruslah yang paling tergerak dengan apa yang mereka ketahui tentang Dia. Supaya ia bisa melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah, terbukalah langit. Kegelapan dan jarak yang menghalangi pandangannya ditaklukkan, dan ia dibiarkan memasuki terang segala kemuliaan dunia atas, sedekat dan sejelas seolah-olah sorga terbuka untuknya.
- 2. Ia mendengar suara Allah (ay. 3): Firman TUHAN datang dengan jelas kepadanya, dan apa yang dilihatnya dimaksudkan untuk mempersiapkan dirinya bagi apa yang akan ia dengar. Ungkapannya tegas. Essendo fuit verbum Dei – Firman Tuhan datang dengan senyata-nyatanya kepada dia. Tidak ada kesalahan di dalamnya. Firman itu datang kepada-Nya dalam terang dan kuasanya yang penuh, dalam bukti dan penampakan Roh. Firman itu datang kepadanya dekat-dekat, bahkan, firman itu datang ke dalam dirinya, menguasai dirinya dan berdiam di dalam dia dengan limpahnya. Firman itu datang dengan jelas, atau dengan tepat, kepadanya. Ia sendiri memahami dengan jelas apa yang dikatakan-Nya, dan meyakini penuh kebenarannya. Firman yang hakiki (demikian kita dapat memahaminya), Firman yang ada, yang ada sebagaimana adanya Dia, datang kepada Yehezkiel, untuk mengutusnya melakukan tugas-Nya.
- 3. Ia merasakan kuasa Allah yang membuka matanya untuk melihat penglihatan-penglihatan itu, membuka telinganya untuk mendengarkan suara itu, dan membuka hatinya untuk menerima keduanya: Di sana tangan kekuasaan TUHAN meliputi dia. Perhatikanlah, tangan Tuhan berjalan berdampingan dengan firman Tuhan, dan dengan demikian firman Tuhan akan berhasil. Orang-orang yang diberi penyataan tangan kekuasan TUHAN, mereka ini sajalah yang memahami dan percaya kepada berita yang disampaikan. Tangan kekuasaan TUHAN meliputi dia, seperti meliputi Musa, untuk menutupi dia, supaya dia tidak kepayahan oleh terang dan kemilau yang menyilaukan dari penglihatan-penglihatan yang dilihatnya (Kel. 33:22). Tangan TUHAN meliputi dia, seperti meliputi Rasul Yohanes (Why. 1:17), untuk membangunkannya kembali dan menyokong dia, supaya ia bertahan, dan tidak jatuh lemas, menghadapi penyingkapan-penyingkapan ini, supaya ia tidak terangkat ataupun terlempar oleh melimpahnya pewahyuan-pewahyuan itu. Cukuplah kasih karunia Allah bagi dia, dan sebagai pertanda akan hal itu, tangan kekuasaan-Nya meliputi dia.
Matthew Henry: Yeh 18:10-20 - Jalan-jalan Allah Dibenarkan; Pembenaran Allah terhadap Diri-Nya Sendiri Jalan-jalan Allah Dibenarkan; Pembenaran Allah terhadap Diri-Nya Sendiri (18:10-20)
Allah, melalui sang nabi, sudah menetapkan aturan penghakiman...
Jalan-jalan Allah Dibenarkan; Pembenaran Allah terhadap Diri-Nya Sendiri (18:10-20)
- Allah, melalui sang nabi, sudah menetapkan aturan penghakiman secara umum, bahwa Ia akan memberikan upah berupa hidup yang kekal kepada orang-orang yang dengan tekun berbuat baik, tetapi amarah dan murka kepada orang-orang yang tidak taat kepada kebenaran, tetapi taat kepada kelaliman (Rm. 2:7-8). Dalam ayat-ayat ini Ia menunjukkan bahwa orangtua dan hubungan darah tidak akan mengubah aturan di atas dalam hal apa saja.
- I. Allah banyak menjelaskannya dan secara khusus pada hubungan orangtua kepada anak dan anak kepada orangtua. Sama seperti dalam garis keturunan raja-raja Yehuda, demikian pula sering terjadi dalam keluarga-keluarga biasa, bahwa orangtua yang saleh memiliki anak-anak yang fasik dan orangtua yang fasik memiliki anak-anak yang saleh. Sekarang di sini Ia menunjukkan,
- 1. Bahwa orang fasik pasti akan binasa dalam kesalahannya, meskipun ia anak dari seorang ayah yang saleh. Jika orang benar yang digambarkan sebelumnya itu melahirkan seorang anak yang tabiatnya bertentangan dengan ayahnya, maka keadaan anak itu pasti akan bertentangan juga.
- (1) Kita tahu betul bahwa sudah biasa terjadi, walaupun sangat menyedihkan, bahwa anak dari ayah yang sangat saleh ternyata terkenal sebagai orang yang fasik dan keji, kendati dengan segala ajaran yang diberikan kepadanya, pendidikan baik yang telah diterimanya, teguran-teguran yang diperlukan yang telah diberikan kepadanya, dan kekangan-kekangan yang dikenakan kepadanya, dan setelah semua jerih payah yang dilakukan untuknya, serta doa-doa yang dipanjatkan untuknya. Hal ini membuat ayahnya sedih, keluarganya malu, dan ia menjadi kutuk dan wabah bagi angkatannya. Di sini si anak dianggap membiarkan dirinya melakukan semua kejahatan besar yang ditakuti dan dihindari dengan hati-hati oleh ayahnya itu. Dan ia melepaskan semua kewajiban yang baik yang dijalankan ayahnya itu dengan kesadaran hati nurani dan sepenuh hati. Ia membatalkan semua yang dilakukan ayahnya, dan berlaku bertentangan dengan teladannya dalam segala hal. Di sini dia digambarkan sebagai penjahat yang suka menghadang di jalan – perampok dan penumpah darah. Dia seorang penyembah berhala: Ia makan daging persembahan di atas gunung (ay. 11) dan melihat kepada berhala-berhala, yang tidak pernah dilakukan oleh ayahnya yang baik. Dan ia pada akhirnya sampai melakukan tindakan bukan hanya berpesta dengan penyembah-penyembah berhala, tetapi juga mempersembahkan korban dengan mereka, yang di sini disebut melakukan kekejian, sebab jalan dosa adalah terjal ke bawah. Dia seorang pezinah, telah mencemari isteri sesamanya. Dia seorang penindas yang bahkan menindas orang sengsara dan miskin. Ia merampok rumah sakit, dan memeras orang-orang yang ia tahu tidak bisa membela diri. Ia bangga dan senang menginjak-injak orang yang lemah dan memiskinkan orang-orang yang sudah miskin. Ia mengambil dari orang-orang yang kepada mereka seharusnya ia memberi. Ia merampas dan memaksa secara terang-terangan. Ia memungut bunga uang, dan dengan demikian merusak perjanjian. Dan ia tidak mengembalikan gadaian orang, malah secara tidak adil menahannya, meskipun utangnya sudah dibayar. Biarlah orangtua yang baik yang memiliki anak-anak fasik tidak memandang bahwa masalah itu hanya menimpa mereka sendiri. Ini sebuah contoh perkara, dan melaluinya kita melihat bahwa anugerah tidak mengalir di dalam darah, tidak pula selalu disertai sarana-sarana anugerah. Perlombaan tidak selalu untuk yang cepat, tidak pula pertempuran itu hanya untuk yang kuat, sebab seandainya demikian, anak-anak yang dididik dengan baik akan berbuat baik. Tetapi Allah ingin kita tahu bahwa anugerah-Nya adalah milik-Nya sendiri dan Roh-Nya adalah Pekerja yang bebas. Dan bahwa meskipun kita terikat kewajiban untuk memberikan anak-anak kita pendidikan yang baik, namun Allah tidak terikat kewajiban untuk memberkatinya. Dalam hal ini, seperti dalam hal-hal lain, tampaklah kuasa dosa asal dan perlunya anugerah khusus.
- (2) Kita diyakinkan di sini bahwa orang fasik ini akan binasa untuk selama-lamanya dalam kesalahannya, sekalipun ia anak dari seorang ayah yang baik. Ia bisa saja sejahtera untuk sementara waktu di dunia, oleh karena kesalehan nenek moyangnya. Akan tetapi, karena sudah melakukan semua kekejian ini, dan tidak pernah bertobat darinya, ia tidak akan hidup, ia tidak akan berbahagia dalam perkenanan Allah. Meskipun ia dapat terluput dari pedang manusia, ia tidak akan terluput dari kutukan Allah. Ia harus mati. Ia akan sengsara untuk selama-lamanya. Darahnya tertimpa kepadanya sendiri. Dia sendirilah yang harus dipersalahkan karena itu. Ia menjadi penghancur dirinya sendiri. Dan hubungannya dengan ayah yang baik sama sekali tidak akan bermanfaat baginya, justru akan memperberat dosanya dan kutukannya. Hubungannya itu membuat dosanya semakin keji, bahkan, benar-benar membuatnya semakin busuk dan durjana, dan, sebagai akibatnya, akan membuat kesengsaraannya di dunia nanti semakin tak tertanggungkan.
- 2. Bahwa orang benar pasti akan berbahagia, meskipun ia anak dari seorang ayah yang fasik. Meskipun ayahnya makan buah mentah, namun jika anak-anaknya tidak ikut-ikutan, mereka tidak akan bernasib lebih buruk karenanya. Di sini,
- (1) Biasanya dianggap benar (dan terpujilah Allah, kadang-kadang itu merupakan kejadian yang sebenarnya) bahwa anak dari seorang ayah yang tidak saleh bisa saja saleh, bahwa, dengan mengamati betapa mematikannya kesalahan-kesalahan ayahnya, ia menjadi begitu bijak sehingga mendapat peringatan, dan tidak mengikuti jejak-jejak pencobaan ayahnya (ay. 14). Biasanya anak-anak ambil bagian dalam watak orangtua, dan terdorong untuk meniru contoh mereka. Tetapi di sini sang anak, bukannya melihat segala dosa yang dilakukan ayahnya, dan, seperti yang biasa terjadi, berbuat hal yang serupa, justru melihat segala dosa itu dan ngeri untuk berbuat seperti itu. Orang memang tidak memetik buah anggur dari semak duri, tetapi kadang-kadang Allah melakukannya. Ia mengambil ranting dari pohon zaitun liar dan mencangkokkannya ke pohon zaitun yang baik. Ahas yang fasik melahirkan Hizkia yang baik, yang melihat segala dosa yang dilakukan ayahnya. Dan meskipun ia tidak mau, seperti Ham, mengumumkan aib ayahnya, atau melakukan sesuatu yang buruk darinya, namun ia membencinya, malu karenanya, dan memandang dosa dengan lebih buruk karena sudah menjadi cela dan kehancuran ayahnya sendiri. Ia menginsafi hal itu, sehingga tidak melakukan seperti itu. Ia menginsafi betapa jahatnya ayahnya dalam berbuat hal-hal seperti itu, betapa hal itu merupakan pelanggaran terhadap Allah dan semua orang baik, betapa besar luka dan cela yang dia dapat darinya, dan betapa besar malapetaka-malapetaka yang dibawa ayahnya ke dalam keluarganya. Dan karena itu ia tidak melakukan seperti itu. Perhatikanlah, jika saja kita merenungkan kelakuan orang-orang fasik dengan semestinya, kita semua pasti akan takut berteman dengan mereka dan menjadi pengikut-pengikut mereka. Di sini perbuatan-perbuatan Hizkia disebutkan lagi secara khusus dalam kata-kata yang hampir sama dengan tabiat yang digambarkan tentang orang baik (ay. 6, dst.), untuk menunjukkan betapa orang baik hidup menurut roh yang sama dan berlaku menurut cara yang sama. Orang baik ini di sini, walaupun berhati-hati untuk menghindari dosa-dosa ayahnya, peduli untuk meniru kebajikan-kebajikan nenek moyangnya. Dan, jika kita melihat ke belakang, kita akan mendapatkan beberapa contoh untuk kita teladani, serta contoh-contoh lainnya untuk menjadi peringatan bagi kita. Orang benar ini tidak hanya dapat berkata, seperti orang Farisi, aku bukan pezinah, bukan perampok, bukan penindas, bukan tukang riba, bukan penyembah berhala, tetapi juga ia telah memberi makan orang lapar dan memberi pakaian kepada orang telanjang. Ia telah menjauhkan diri dari kecurangan (KJV: ia melepaskan tangannya dari orang miskin). Apabila ia mendapati ayahnya telah menyusahkan hamba-hamba, pegawai-pegawai, dan tetangga-tetangga yang miskin, maka ia akan meringankan beban mereka. Ia tidak berkata, “Apa yang telah dilakukan ayahku akan kuturuti, dan jika itu salah, maka itu kesalahannya dan bukan kesalahanku.” Seperti Rehabeam, yang memandang hina pajak-pajak yang telah dikenakan ayahnya kepada rakyat. Tidak. Ia melepaskan tangannya dari orang miskin, dan mengembalikan mereka pada hak-hak dan kebebasan mereka lagi (ay. 15-17). Demikianlah ia telah melakukan peraturan Allah dan hidup menurut ketetapan-Nya, bukan saja menjalankan kewajibannya dalam satu waktu saja, tetapi di sepanjang hidup dan jalan ketaatan.
- (2) Kita diyakinkan bahwa hanya ayah yang tidak benar saja yang akan mati dalam kesalahannya, tetapi anaknya yang mulia tidak akan pernah bernasib buruk karena perbuatan ayahnya itu. Adapun ayahnya (ay. 18), karena ia seorang penindas yang kejam, dan berbuat jahat, bahkan, karena meskipun memiliki kekayaan dan kekuasaan, ia tidak berbuat baik dengannya kepada rakyatnya, maka sungguh, sekalipun ia orang hebat, ia akan mati karena kesalahannya, dan binasa untuk selama-lamanya. Tetapi orang yang tetap hidup lurus, ia pasti hidup, akan tenang dan berbahagia, dan ia tidak akan mati karena kesalahan ayahnya. Bisa jadi kefasikan ayahnya telah mengurangi harta miliknya dan melemahkan pengaruhnya, tetapi itu sama sekali tidak akan membuat dia tidak diterima Allah dan hidup kekalnya yang sejahtera hilang.
- II. Allah kemudian berseru kepada orang-orang buangan yang menyindir-Nya itu, apakah mereka tidak berbuat jahat terhadap Allah dengan sindiran mereka itu. “Begitu jelasnya perkara itu, tetapi kamu berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? Tidak, tidak demikian. Ia tidak akan menanggungnya jika ia sendiri mau melakukan keadilan dan kebenaran” (ay. 19). Orang-orang yang menanggung kesalahan bapa leluhur mereka ini memang tidak melakukan keadilan dan kebenaran, dan karena itu sewajarnya mereka menderita karena dosa mereka sendiri. Karena itu sama sekali tidak beralasan bagi mereka untuk mengeluhkan perlakuan-perlakuan Allah terhadap mereka sebagai tidak adil, meskipun beralasan bagi mereka untuk mengeluhkan teladan buruk yang ditinggalkan bapa leluhur mereka sebagai hal yang tidak baik. Bapak-bapak kami berbuat dosa, mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan mereka (Rat. 5:7). Memang benar bahwa ada kutukan yang diteruskan pada keluarga-keluarga yang fasik, tetapi juga benar bahwa apa yang diteruskan itu dapat diputuskan oleh pertobatan dan pembaruan diri. Oleh sebab itu, biarlah orang yang tidak mau bertobat dan diperbarui menyalahkan diri mereka sendiri jika mereka jatuh di bawah kutukan itu. Itulah sebabnya aturan penghakiman yang sudah ditetapkan itu diulangi lagi (ay. 20): Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati, dan bukan orang lain. Petunjuk yang diberikan Allah kepada hakim-hakim di dunia (Ul. 24:16) akan dijalankan-Nya sendiri: Anak tidak akan mati, tidak akan mengalami kematian kekal, karena kesalahan ayahnya, jika ia tidak mengikuti jejaknya, atau ayah karena kesalahan anaknya, jika ia berusaha melakukan kewajibannya untuk mencegahnya. Pada hari waktu mana hukuman Allah yang adil akan dinyatakan, yang sekarang tertutup awan dan gelap, orang benar akan menerima berkat kebenarannya. Dan hal itu akan tampak di hadapan seluruh dunia, bagi penghiburan dan kehormatannya yang kekal. Kebenaran itu ada padanya seperti jubah, seperti mahkota. Dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya, bagi celanya untuk selamanya, tertanggung atasnya seperti rantai, tertanggung atasnya seperti beban, seperti segunung beban untuk menenggelamkannya ke dalam jurang maut.
SH: Yeh 18:1-20 - Setiap orang menerima balasan yang adil menurut kelakuannya (Sabtu, 1 September 2001) Setiap orang menerima balasan yang adil menurut kelakuannya
Perikop ini memuat apologetik Yehezkiel atas opini yang
dilontarkan oleh teman-teman seb...
Setiap orang menerima balasan yang adil menurut kelakuannya
Perikop ini memuat apologetik Yehezkiel atas opini yang dilontarkan oleh teman-teman sebayanya. Teman-temannya mengemukakan bahwa mereka sedang dihukum, karena dosa-dosa dari generasi-generasi terdahulu. Yehezkiel menjelaskan bahwa Allah tidak bekerja seperti itu, Allah menganggap tiap orang bertanggungjawab atas setiap perbuatannya dan membalaskan setimpal dengan perbuatannya.
Ajaran Yehezkiel ini memiliki banyak dimensi. Setiap seginya harus ditinjau bersama-sama supaya bisa dipahami secara utuh. Jika azas ini dipisahkan dari konteksnya, dapat membawa orang kepada pemikiran bahwa keadaan seseorang mencerminkan hukuman Allah terhadapnya, sehingga kemalangan akan diartikan sebagai akibat dari dosa dan kemujuran sebagai hasil dari kebenaran.
Dengan contoh yang gamblang, Yehezkiel menggambarkan keadaan dari tiga keturunan ketika menjelaskan dalil ajarannya. Keturunan pertama adalah seorang yang benar, yang bertekun di dalam keadilan dan kebenaran (ayat 5-9). Keturunan kedua berkelakuan jahat (ayat 10-13). Keturunan ketiga menolak kejahatan bapaknya (ayat 14-17). Konklusi dari perikop ini terdapat di dalam ayat 20 yang menegaskan bahwa setiap orang menerima balasan yang adil menurut kelakuannya.
Firman Tuhan ini mengingatkan kita bahwa hukum tabur tuai tetap berlaku di level ekonomi, kedudukan, dan ras mana pun kita berada. Dengan nada yang sama Rasul Paulus di Perjanjian Baru menyerukan: "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Gal. 6:7). Setiap perbuatan, baik kecil maupun besar, harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, karena tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.
Renungkan: Allah adalah pemilik jiwa setiap orang, Dia adalah Allah yang senantiasa berbuat adil. Allah memperlakukan setiap orang menurut barometer-Nya yang paling akurat. Dia tidak mengizinkan dosa pendahulu ditanggung oleh kita, begitu pula sebaliknya. Di hadapan-Nya tidak berlaku surat atau tiket penghapus dosa. Di takhta pengadilan-Nya hanya ada loket imbalan atas karya setiap orang, sesuai dengan apa yang ditaburnya. Hai Kristen yang sudah menerima karya Domba Allah, apakah masih merasa menanggung beban menjadi tumbal kesalahan orang lain?
SH: Yeh 18:1-20 - Setiap orang bertanggung jawab (Rabu 22 Oktober 2008) Setiap orang bertanggung jawab
Nubuat penghukuman yang bertubi-tubi datang kepada umat Israel,
mungkin membuat mereka menolak dan menuduh Tuhan ...
Setiap orang bertanggung jawab
Nubuat penghukuman yang bertubi-tubi datang kepada umat Israel, mungkin membuat mereka menolak dan menuduh Tuhan telah berlaku tidak adil. Mereka merasa bahwa yang paling berdosa dan tidak taat Tuhan adalah orang tua mereka, maka seharusnya mereka tidak ikut dihukum. Entah bagaimana sindiran "ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu" itu menjadi populer.
Tuhan menjawab dengan tegas bahwa sindiran itu tidak benar. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan menanggung akibatnya sendiri-sendiri. Orang yang berdosa itulah yang harus mati (ayat 4). Sebaliknya orang yang menjaga diri dari perbuatan melanggar hukum Taurat dengan sendirinya tidak akan dihukum melainkan akan hidup (ayat 5-9). Namun tidak berarti anaknya dengan sendirinya juga akan berkenan kepada Tuhan. Kalau si anak ternyata melakukan segala sesuatu yang jahat yang bertentangan dengan perilaku sang ayah, anak itu pasti akan dihukum. Sekali lagi, Tuhan menegaskan, andaikata si anak yang jahat itu memiliki seorang anak yang menolak ikut-ikutan berdosa seperti ayahnya, ia akan selamat.
Demikian prinsip pertanggungjawaban pribadi ditegakkan. Memang benar, sebagai umat ada tanggung jawab kolektif, yaitu setiap orang harus mengingatkan satu sama lainnya agar tetap setia kepada Tuhan dan tidak mengkhianati-Nya. Namun lepas dari tanggung jawab mengingatkan saudara-saudaranya, setiap orang harus tidak boleh berdalih bahwa tidak ada orang yang mengingatkan dia akan dosanya. Sebagai orang-orang yang dewasa, kita harus bertanggung jawab atas perbuatan baik atau jahat kita.
Jangan bermain-main dengan dosa, apalagi dengan anugerah Allah. Tuhan tidak pandang bulu. Setiap dosa pasti akan dihukum setimpal. Oleh karena itu, datang segera pada Tuhan Yesus agar pengampunan-Nya berlaku atas kita. Juga kuasa kebangkitan-Nya akan memampukan kita hidup dalam kesetiaan dan kebenaran.
SH: Yeh 18:1-32 - Menanggung Dosa Sendiri (Jumat, 12 Agustus 2016) Menanggung Dosa Sendiri
Allah menyatakan bahwa Ia akan membalaskan kesalahan bapak kepada anak-anaknya, kepada keturunannya yang ketiga dan keempat (...
Menanggung Dosa Sendiri
Allah menyatakan bahwa Ia akan membalaskan kesalahan bapak kepada anak-anaknya, kepada keturunannya yang ketiga dan keempat (Kel. 20:5; Ul. 5:9). Ketika Israel mengalami penghukuman dari TUHAN, mereka menganggap bahwa itu merupakan akibat dosa-dosa para leluhur mereka, dan menuduh TUHAN tidak adil (1-3).
Kenyataannya, TUHAN menjamin kehidupan orang-orang benar yang melakukan keadilan dan kebenaran dan tidak mencemari dirinya dengan berhala atau perzinahan, tidak menindas, menolong orang lemah, tidak curang, hidup menurut ketetapan dan peraturan-Nya dengan setia (7-9). Apabila anak dari seorang benar melakukan segala tindakan kejahatan, anak itu harus mati (4, 12-13). Sebaliknya, bila seorang ayah melakukan segala kejahatan, sementara anaknya tidak melakukan kejahatan apapun, anak itu akan hidup, tetapi ayahnya harus mati (14-18). Apabila seorang anak melakukan keadilan dan kebenaran, meski dia dilahirkan oleh ayah yang fasik; dia tidak perlu menanggung kesalahan ayahnya. Demikian juga apabila seorang ayah memiliki anak yang hidup dalam kejahatan, tetapi ayahnya tidak melakukan kejahatan, maka ayahnya tidak menanggung kesalahan anaknya. Orang yang melakukan kejahatan apabila ia berbalik dan melakukan kebenaran dan keadilan akan hidup. Apabila seorang benar berbalik dan melakukan segala kejahatan, maka ia harus mati.
TUHAN tidak berkenan atas kematian orang fasik, tetapi memberikan hidup kepada setiap orang yang bertobat dan melakukan kebenaran dan keadilan (19-24, 26-28). Orang Israel tidak mau menerima hal ini dan terus mempersalahkan keputusan TUHAN (25, 29). TUHAN tetap sabar dan meminta umat bertobat dan berpaling dari segala kedurhakaan mereka, memperbarui hati dan roh mereka (30-32).
Jangan menuduh TUHAN, melemparkan kesalahan kepada siapa pun, termasuk orangtua kita dalam masalah apa pun yang kita hadapi. Lakukan hanya kebenaran dan keadilan, maka kita akan hidup! [JH]
SH: Yeh 18:1-32 - Kepedulian Sosial Kristen (Minggu, 17 September 2023) Kepedulian Sosial Kristen
Pernahkah Anda membaca tentang kepedulian sosial di dalam Alkitab? Apakah yang Anda pahami tentang kepedulian sosial menuru...
Kepedulian Sosial Kristen
Pernahkah Anda membaca tentang kepedulian sosial di dalam Alkitab? Apakah yang Anda pahami tentang kepedulian sosial menurut Alkitab?
Berkenaan dengan masyarakat, Alkitab jelas mengandung dan mengajarkan unsur sosial yang sangat tinggi. Bahkan, Tuhan sering kali murka kepada Israel oleh karena mereka mengabaikan kepedulian sosial mereka.
Ada dua hal yang membuat Tuhan marah kepada umat Israel. Pertama, karena penyembahan berhala. Kedua, karena ketidakadilan sosial.
Persoalan ketidakadilan sosial mengambil porsi yang lebih besar dalam kemurkaaan Allah. Tampak dalam pasal ini, tertulis berulang kali tentang perbuatan menindas orang lain (6-18).
Hampir seluruh isi dari perikop ini mencontohkan tentang perbuatan-perbuatan menindas yang menjadi dasar kemurkaan Allah.
Seruan pertobatan yang Allah maksudkan adalah seruan agar setiap orang hidup di dalam kebenaran dan keadilan (5, 21). Orang yang bertobat dan tidak lagi menindas orang lain akan hidup, sedangkan orang yang melakukan ketidakadilan sosial akan mati (31-32).
Hal itu jugalah yang menjadi salah satu alasan utama Yesus datang ke dunia, yakni menghadirkan surga di bumi ini (lih. Mat. 6:10). Yesus mengatakan dengan tegas bahwa bukan setiap orang yang berseru-seru kepada-Nya yang akan masuk ke kerajaan surga, melainkan setiap orang yang melakukan kehendak Bapa (lih. Mat. 7:21). Apa yang dimaksud dengan kehendak Bapa?
Kehendak Bapa adalah hidup di dalam kebenaran dan keadilan.
Ketika kita membandingkan kehidupan jemaat mula-mula, kita bisa melihat bagaimana kehidupan sosial mereka. Tidak ada yang kekurangan karena selalu ada dari mereka yang menjual barang miliknya lalu membagi-bagikannya sesuai keperluan masing-masing. (lih. Kis. 2:44-47).
Kita bisa mempelajari dua hal. Pertama, ketidakpedulian sosial merusak relasi dan bertentangan dengan kasih. Kedua, kepedulian sosial merupakan keniscayaan dalam kehidupan Kristen. Mari kita asah kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat! [YGM]
Topik Teologia: Yeh 18:4 - -- Allah yang Berpribadi
Atribut-Atribut Allah
Allah itu Adil
Kel 34:6-7 Ula 32:4 2Ta 12:6 Neh 9:33 Ayu 34:17-30 Maz 33:5,13-15 Ma...
- Allah yang Berpribadi
- Atribut-Atribut Allah
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah pada Umumnya
- Allah sebagai Pemimpin
- Kel 15:18 Ula 4:39 Ula 10:14,17 2Ra 19:15 1Ta 29:11-12 2Ta 20:6 Ayu 25:2 Ayu 40:6 Ayu 41:11 Maz 5:2 Maz 10:16 Maz 22:27-28 Maz 24:1,10 Maz 29:10 Maz 44:5 Maz 45:7 Maz 47:3,9-10 Maz 66:7 Maz 67:5 Maz 74:12 Maz 83:19 Maz 84:4 Maz 89:15 Maz 93:1-2 Maz 95:3 Maz 97:1-2,9 Maz 98:6 Maz 99:4-5 Maz 103:19 Maz 113:4 Maz 115:3 Maz 145:1,13 Maz 146:10 Maz 149:2 Yes 6:5 Yes 33:22 Yes 37:16 Yes 43:15 Yes 44:6 Yes 66:1 Yer 10:10 Rat 5:19 Yeh 18:1,4 Dan 2:20-21 Dan 2:47 Dan 4:34-35 Dan 6:27 Mal 1:14 Rom 11:36 1Ti 1:17 1Ti 6:15 Wah 19:6
- Dosa
- Konsekuensi Dosa
- Dosa Menyebabkan Kutukan Kekal
Topik Teologia: Yeh 18:5 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
Pemeliharaan-Nya Me...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
- Pemeliharaan-Nya Menyelamatkan Orang-orang Percaya
- Kej 7:1,4,7 2Ra 22:18-20 Ayu 4:7 Ayu 5:17,19-21 Ayu 36:6-7 Maz 32:7 Maz 33:18-19 Maz 34:7,17 Maz 35:10 Maz 37:25 Maz 50:14-15 Maz 55:18 Maz 56:13 Maz 72:12 Maz 91:9-10 Ams 1:33 Ams 12:28 Pengk 8:5 Yes 54:14-15 Yer 39:16-18 Yeh 18:5-9 Amo 5:4 Rom 7:24-26 Rom 8:1-2 2Ko 1:10 Gal 1:3-4 Kol 1:13 1Te 1:10 2Ti 4:18 2Pe 2:5,9
- Dosa
- Dosa-dosa Kedagingan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Janji-janji kepada Orang yang Taat
- Allah Berjanji untuk Memelihara Hidup Orang yang Taat
Topik Teologia: Yeh 18:6 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
Pemeliharaan-Nya Me...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
- Pemeliharaan-Nya Menyelamatkan Orang-orang Percaya
- Kej 7:1,4,7 2Ra 22:18-20 Ayu 4:7 Ayu 5:17,19-21 Ayu 36:6-7 Maz 32:7 Maz 33:18-19 Maz 34:7,17 Maz 35:10 Maz 37:25 Maz 50:14-15 Maz 55:18 Maz 56:13 Maz 72:12 Maz 91:9-10 Ams 1:33 Ams 12:28 Pengk 8:5 Yes 54:14-15 Yer 39:16-18 Yeh 18:5-9 Amo 5:4 Rom 7:24-26 Rom 8:1-2 2Ko 1:10 Gal 1:3-4 Kol 1:13 1Te 1:10 2Ti 4:18 2Pe 2:5,9
- Dosa
- Dosa-dosa Kedagingan
Topik Teologia: Yeh 18:8 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
Pemeliharaan-Nya Me...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
- Pemeliharaan-Nya Menyelamatkan Orang-orang Percaya
- Kej 7:1,4,7 2Ra 22:18-20 Ayu 4:7 Ayu 5:17,19-21 Ayu 36:6-7 Maz 32:7 Maz 33:18-19 Maz 34:7,17 Maz 35:10 Maz 37:25 Maz 50:14-15 Maz 55:18 Maz 56:13 Maz 72:12 Maz 91:9-10 Ams 1:33 Ams 12:28 Pengk 8:5 Yes 54:14-15 Yer 39:16-18 Yeh 18:5-9 Amo 5:4 Rom 7:24-26 Rom 8:1-2 2Ko 1:10 Gal 1:3-4 Kol 1:13 1Te 1:10 2Ti 4:18 2Pe 2:5,9
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
TFTWMS: Yeh 7:21--21:32 - Yeh 7:21, 22 21 Yeh 7:21, 22 21
Aku akan menyerahkannya menjadi rampasan di tangan orang-orang asing dan menjadi jarahan bagi orang-orang fasik di bumi ini, dan mere...
Yeh 7:21, 22 21
Aku akan menyerahkannya menjadi rampasan di tangan orang-orang asing dan menjadi jarahan bagi orang-orang fasik di bumi ini, dan mereka ini akan menajiskannya. 22Aku akan memalingkan wajah-Ku dari pada mereka dan perampok-perampok akan menajiskan rumah-Ku yang berharga; mereka akan masuk ke dalamnya dan menajiskannya, Ayat 21, 22. Kekayaan yang sudah menjadi sumber kesombongan—apa saja dihargai—akan menjadi najis. Hal-hal seperti itu telah menimbulkan kejatuhan mereka. Allah mengumumkan bahwa Ia akan memalingkan wajah [Nya] dari mereka. Ia hanya melakukan ini ketika dosa terlibat (Yes. 59:1, 2). Menurut Taylor, "Kata-kata emosional yang digunakan adalah pengingat yang kuat bagi pembaca bahwa ketika Allah melakukan penghakiman Ia sendiri merasakan rasa sakit dan kesedihan termasuk juga orang-orang yang dihukum oleh kekudusan-Nya."12Rumahku yang berharga adalah bait suci. Allah bahkan akan membolehkan bait suci itu dinajiskan—sesuatu yang orang-orang Yahudi tidak pernah pikir akan terjadi (lihat Yer. 7). Bangsa Babel tidak hanya akan menghancurkan kota itu; tetapi mereka juga akan memasuki bait suci, menistakannya, menjarahnya, dan membakar habis. Ini terjadi pada 587 (6) S. M., sekitar tujuh tahun setelah nubuat ini dibuat.
TFTWMS: Yeh 18:1-4 - Yehezkiel 18:1-4 Yehezkiel 18:1-4
Maka datanglah firman TUHAN kepadaku: "Ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel: Ayah-...
Yehezkiel 18:1-4
Maka datanglah firman TUHAN kepadaku: "Ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel: Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu? Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran ini lagi di Israel. Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati."
Baik Yeremia maupun Yehezkiel harus menghadapi peribahasa "Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu?" (ay. 1, 2). Di Yeremia 31:29 kata kerja itu dalam moda perfect ("sudah makan"), tetapi di sini dalam moda imperfect: "ayah-ayah makan." Pepatah ini berarti 'Haruskah suatu generasi menanggung dosa generasi-generasi sebelumnya?" Kaum itu menganut filosofi salah ini karena empat alasan mendasar: 1) Keluaran 20:5: "… Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku." Pilihan berdosa mempengaruhi generasi yang akan datang, tetapi Allah tidak pernah mengatakan bahwa generasi masa depan itu tidak bebas untuk membuat pilihan moral mereka sendiri.1Perjanjian Lama selalu mengajarkan tanggung jawab individu (lihat Kejadian 2:17; 4:7; Ulangan 24:16; 2 Raja 14:6; Yehezkiel 3:16-21; 14:12-20; 33:1-20). Perhatikanlah apa yang Allah katakan kepada Musa di dalam Keluaran 32:30-35:
Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap TUHAN, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu." Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: "Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu—dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis." Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: "Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku. Tetapi pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku di depanmu, tetapi pada hari pembalasan-Ku itu Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka." Demikianlah TUHAN menulahi bangsa itu, karena mereka telah menyuruh membuat anak lembu buatan Harun itu.
2) Kaum itu berasumsi bahwa mereka sekarang sedang menanggung dosa-dosa Manasye. Keyakinan ini didasarkan pada 2, Raja 21:11, 12, meskipun hampir lima puluh tahun telah berlalu sejak kata-kata itu diucapkan. 3) Kaum itu bisa menunjuk kepada khotbah Yehezkiel dan Yeremia. Kedua nabi itu mengenali penderitaan Yehuda sebagai akibat alami dari sikap memberontak yang terus menerus terhadap hukum Allah, melakukan penyembahan berhala, dan melanggar perjanjian Musa. Yehezkiel berbicara tentang murka Allah sebagai sedang berakumulasi sampai cawan-Nya penuh; Ia sekarang akan "melampiaskan" murka itu ke atas mereka. 4) Penderitaan, kematian banyak orang karena pedang, dan kemudian pembuangan menimpa seluruh bangsa itu, yang mencakup orang-orang benar maupun orang jahat yang pantas menerima hukuman. Kaum itu mengira bahwa, karena Allah menjadikan orang benar menderita, maka penyebab penderitaan itu adalah dosa-dosa mereka yang hidup sebelum mereka.
Allah memebritahu kaum itu, "Kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran ini lagi …"(ay. 3). Hukum Taurat dan kitab para nabi seharusnya telah meyakinkan mereka bahwa pepatah ini tidak benar (lihat Yeremia 31:29, 30; Ulangan 24:16), tetapi mereka hanya mendengarkan apa yang mereka ingin dengar. Pepatah mereka itu tidak benar; pepatah itu menghasilkan keyakinan yang salah bahwa orang tidak secara pribadi bertanggung jawab atas hal-hal menimpa dirinya.
Pada saat yang sama, unsur-unsur kebenaran terlihat di dalam pepatah itu:
• Manusia hidup bukan dalam ruang hampa.
• Hal-hal yang dilakukan kemarin akan mempengaruhi hari ini, dan keputusan/tindakan hari ini akan mempengaruhi hari esok.
• Setiap generasi harus menangani pelbagai keputusan yang dibuat oleh generasi-generasi sebelumnya (aliansi nasional dan kontrak-kontrak perdagangan, urusan bisnis individu, dan janji-janji pribadi; lihat Keluaran 34:7; Bilangan 14:18, Roma 5:12-21).
Meskipun akibat dosa dapat mempengaruhi generasi mendatang (Ratapan 5:7), namun setiap orang akan dihakimi atas perbuatannya sendiri (Yeremia 31:30).
"Sungguh, semua jiwa Aku punya," firman Allah (ay. 4). Allah telah menciptakan (dan sebagai akibatnya memiliki) semua orang. Ia tidak memandang mereka secara kolektif, tapi secara individu. Ia tidak akan mengizinkan pilihan moral seseorang menentukan pilihan moral orang lain; setiap orang harus memilih untuk dirinya sendiri. Kata "jiwa" tidak mengacu kepada roh tanpa tubuh. Kata Ibrani yang diterjemahkan "jiwa" (v p n , nepesh) mewakili totalitas orang itu atau kekuatan-hidup dalam dirinya. Kata di sini paling baik dipahami sebagai "kehidupan" dan harus diterjemahkan begitu. Setiap orang milik Allah, dan setiap orang akan secara pribadi bertanggung jawab kepada Dia (ay. 5-9).
TFTWMS: Yeh 18:5-9 - Yehezkiel 18:5-9 Yehezkiel 18:5-9
Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, dan ia tidak makan daging persembahan di atas gunung at...
Yehezkiel 18:5-9
Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, dan ia tidak makan daging persembahan di atas gunung atau tidak melihat kepada berhala-berhala kaum Israel, tidak mencemari isteri sesamanya dan tidak menghampiri perempuan waktu bercemar kain, tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan, melakukan hukum yang benar di antara manusia dengan manusia, hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan-Ku dengan berlaku setia--ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
Dalam ayat 5 sampai 18, Yehezkiel menggunakan contoh-contoh untuk meliput semua skenario yang memungkinkan. Dengan memeriksa tiga generasi, ia menunjukkan tesis utamanya: "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati" (ay. 20). Perlu dicatat bahwa tiga generasi ini dengan sempurnanya menggambarkan tiga raja dari abad ketujuh: Hizkia, Manasye, anaknya, dan Yosia cucu Manasye.
Karakter ayah yang benar didefinisikan lebih dulu, menurut apa yang ia telah lakukan:
a) "Melakukan keadilan" (ay. 5). Menunjukkan semangat tidak memihak adalah penting dalam hukum Allah (Imamat 19:15, 16, 35, 36; Ulangan 25:13-16).
b) "Melakukan … kebenaran"(ay. 5). Kebenaran adalah sesuatu yang dapat dipraktikkan; sesungguhnya, Allah menuntut kebenaran dari manusia. Bagi Yehuda, ini melibatkan ketaatan kepada semua hukum, ketetapan, dan peraturan Allah—tidak mengabaikan apa saja yang Ia minta mereka lakukan, dan tidak melakukan apa saja yang Ia minta mereka hindari. Ketika seseorang berbuat dosa, ia menangani hal itu menurut hukum-hukum korban Perjanjian Lama.
c) "Ia mengembalikan gadaian orang" (ay. 7). Frase ini mengacu kepada sikap kreditur yang adil dan penuh belas kasihan (lihat Keluaran 22:26). Orang benar dizaman kini mungkin menemukan dirinya sebagai peminjam daripada orang yang memberi pinjaman (menunjukkan bahwa menjadi orang benar tidak berarti bebas dari masalah keuangan). Ia menepati perkataannya. Apa pun yang ia pinjam, ia bayar kembali. Jika ia meminjam barang, ia mengembalikannya dalam kondisi baik. Melakukan sebaliknya tidak akan memenuhi hukum kasih atau janji yang benar.
d) "Memberi makan orang lapar" (ay. 7). Jika orang lain "lapar," orang yang saleh tergerak oleh belas kasih untuk membantu mereka. Ia tidak hanya benar dalam perkataan, yang berkata, "Kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!" (lihat Yakobus 2:14-17). Ketika dia melihat kebutuhan, ia akan melakukan sesuatu.
e) "Memberi pakaian kepada orang telanjang" (ay. 7). Ketertarikan orang itu dalam melaksanakan setiap bagian hukum Allah menimbulkan minat khusus dalam penderitaan orang lain, memastikan mereka memiliki kebutuhan hidup—seperti halnya pakaian yang memadai (Ulangan 15:11; 24:19-22).
f) "Melakukan hukum yang benar" (ay. 8). Perlakuannya yang adil adalah benar-benar adil; ia tidak berpura-pura bahwa selama ini ia bersikap adil ketika, kenyataannya, ia tidak adil.
g) "Hidup menurut ketetapan-Ku …" (ay. 9). Ia percaya bahwa hukum Allah adalah benar dan tepat, dan karena itu ia menyerahkan hidupnya kepada ketaatan. Kata yang diterjemahkan "ketetapan" (Ibr.: toQt, chuqqoth) mengacu kepada dekrit atau tindakan seorang raja "yang tidak memiliki alasan."2
h) "Hidup menurut … peraturan-Ku" (ay. 9). Kata yang digunakan di sini (Ibr.: syfPvm, mishpatim) umumnya berkaitan dengan hukum perjanjian Allah.Ia telah memilih untuk berjalan di jalan yang ditentukan oleh Allah, mengikuti arahan-Nya dalam perkawinan, urusan bisnis, dan memperlakukan para sahabat dan tetangga. Kata ini juga mencakup instruksi mengenai hari-hari raya dan perayaan-perayaan Yahudi. Dalam semua hal, orang benar melakukan apa yang Allah perintahkan dan menghindari apa yang Ia larang.
Kedua, karakter kebenaran didefinisikan oleh apa yang orang benar tidak lakukan:
a) "Makan daging persembahan di atas gunung" (ay. 6). Tempat-tempat tinggi yang sangat sering disebut di dalam Perjanjian Lama sering terletak di puncak-puncak gunung. Ibadah di tempat-tempat suci ini melibatkan sujud kepada berhala, bersama dengan ritus-ritus sakral yang mencakup makanan persembahan.
b) "Melihat kepada berhala-berhala …" (ay. 6). Ia tidak terlibat dalam penyembahan dan permohonan ("mengangkat mata untuk bantuan") kepada berhala-berhala pagan. Hal ini dikutuk dalam Ulangan 12:2-4.
c) "Mencemari isteri sesamanya" (ay. 6). Karena menghormati kesucian hukum moral Allah, ia tidak melakukan atau menginginkan hubungan seksual dengan istri orang lain (Keluaran 20:14; Imamat 20:10; Ulangan 22:22). Ia mempraktikkan perintah "kasihilah sesamamu manuisa seperti dirimu sendiri" (Imamat 19:18).
d) "Menghampiri perempuan waktu bercemar kain" (ay. 6). Hukum Musa melarang hubungan seksual dengan perempuan yang sedang menstruasi (Imamat 15:24; 18:19; 20:18).
e) "Menindas orang lain" (ay. 7). Penindasan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk penganiayaan fisik, pemerasan, intimidasi, atau ancaman. Orang kaya sering mengambil keuntungan dari mereka yang miskin, seperti para janda, yatim piatu, dan orang asing (lihat Keluaran 22:26, 27; Ulangan 24:6; Amos 2:8).
f) "Merampas" (ay. 7). Mencuri dilarang oleh Sepuluh Perintah Allah (Keluaran 20:15; Imamat 19:13). Pencurian bisa terjadi dalam pelbagai cara yang berbeda, dari mengambil alih barang atau properti orang lain sampai pada memberikan harga/nilai yang salah atas suatu barang.
g) "Memungut bunga uang atau mengambil riba" (ay. 8; lihat Keluaran 22:25; Imamat 25:35-37; Ulangan 23:19, 20; Mazmur 15:5). Kedua ide itu menunjukkan cara-cara untuk menerima bunga atas pinjaman. Yang pertama mengacu kepada peminjaman uang selama si peminjam berjanji untuk membayar kembali pokoknya dengan bunganya. Yang kedua tampaknya mengacu kepada menerima pembayaran tambahan yang ditawarkan secara sukarela oleh si penghutang (begitu hutang itu telah dilunasi). Hukum Allah menetapkan prinsip dasar yang berkaitan dengan umat perjanjian itu: kasih. itu dianggap sebagai penyalahgunaan kasih itu ketika seseorang mengambil keuntungan dari saudaranya (yang jelas-jelas sedang butuh, karena ia meminjam) dengan membebankan dia bunga—sehingga memperparah kemiskin-annya.
h) "Menjauhkan diri dari kecurangan" (ay. 8). Ia tidak bergaul dengan mereka yang terlibat dalam pelbagai kegiatan berdosa, ia juga tidak menyimpang dari standar hukum Allah.
Ayat 9 menyediakan ringkasan tentang manusia pertama. Ketika ia hidup sesuai dengan standar ilahi, Allah—yang adalah pemilik semua orang—menyatakan dia "benar." Karena menjadi orang benar, ia akan "hidup" (lihat Imamat 18:1-5), dan, karena setia kepada Firman Allah, ia akan menikmati semua berkat yang dijanjikan kepada orang benar (lihat Ulangan 11; 26:16-19; 30:15-20).
TFTWMS: Yeh 18:10-13 - Yehezkiel 18:10-13 Yehezkiel 18:10-13
Tetapi kalau ia melahirkan seorang anak yang menjadi perampok, dan yang suka menumpahkan darah atau melakukan salah satu dari hal...
Yehezkiel 18:10-13
Tetapi kalau ia melahirkan seorang anak yang menjadi perampok, dan yang suka menumpahkan darah atau melakukan salah satu dari hal-hal itu—walaupun ayah tidak melakukan satupun—juga makan daging persembahan di atas gunung dan mencemari isteri sesamanya, menindas orang sengsara dan miskin, merampas, tidak mengembalikan gadaian orang, melihat kepada berhala-berhala dan melakukan kekejian, memungut bunga uang dan mengambil riba, orang yang demikian tidak akan hidup. Segala kekejian ini dilakukannya, ia harus mati; darahnya tertimpa kepadanya sendiri.
Meskipun dalam ayat 10 anak itu dibesarkan dalam lingkungan yang baik, ia menggunakan kehendak bebasnya sendiri dan melangkah ke arah yang jauh berbeda dibandingkan ayahnya (ay. 10-12). Hal ini menunjukkan bahwa bahkan orang tua yang saleh bisa memilik anak yang tidak jahat.3Perhatikanlah, bagaimana, dalam segala hal, anak yang dijelaskan di sini itu adalah kebalikan dari ayahnya: (1) Sang ayah memenuhi isi dan semangat hukum Taurat sebagaimana dinyatakan di dalam Keluaran 20:3-6, sementara anak itu secara terbuka menentang hukum Taurat. (2) Sang ayah setia kepada sumpah pernikahannya, seperti yang diperintahkan di dalam Keluaran 20:14, sementara anak itu tidak. (3) Sang ayah menghormati aturan moral Allah bagi kemurnian (Imamat 15:19-30), tapi anak itu tidak menghormati hukum-hukum itu. (4) Sang ayah menjauhi perbuatan berdosa dan mempraktikkan perbuatan benar (Keluaran 22:25-27; Imamat 25:17, 35-37; Ulangan 15:7-11), sedangkan anak itu cepat untuk berbuat jahat.
Oleh karena itu, ayat 13 bertanya, "Akankah [anak itu] hidup?" (NASB). Haruskah orang jahat seperti itu luput dari hukuman oleh karena kebenaran ayahnya? Pertanyaan itu mengasumsikan jawaban "tidak". Jawabannya adalah jelas. Kebenaran tidak dapat dipindahkan.
TFTWMS: Yeh 18:14-18 - Yehezkiel 18:14-18 Yehezkiel 18:14-18
Sesungguhnya, kalau ia melahirkan seorang anak dan anak ini melihat segala dosa yang dilakukan ayahnya, tetapi menginsafi hal itu...
Yehezkiel 18:14-18
Sesungguhnya, kalau ia melahirkan seorang anak dan anak ini melihat segala dosa yang dilakukan ayahnya, tetapi menginsafi hal itu, sehingga tidak melakukan seperti itu: ia tidak makan daging persembahan di atas gunung dan tidak melihat kepada berhala-berhala kaum Israel, tidak mencemari isteri sesamanya, tidak menindas orang lain, tidak mau meminta gadai, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, menjauhkan diri dari kecurangan, tidak mengambil bunga uang atau riba, melakukan peraturan-Ku dan hidup menurut ketetapan-Ku--orang yang demikian tidak akan mati karena kesalahan ayahnya, ia pasti hidup. Ayahnya, yang melakukan pemerasan, yang merampas sesuatu, dan yang melakukan hal-hal yang tidak baik di tengah-tengah bangsanya, sungguh, ia akan mati karena kesalahannya.
Yehezkiel mengatakan bahwa anak ini "melihat" segala dosa ayahnya, membuat keputusan untuk bertindak secara berbeda (ay. 14-16). Ia tidak terikat dengan karakter ayahnya. Ia tidak dipaksa, terpisah dari kehendak bebasnya sendiri, untuk membuat keputusan yang sama yang ayahnya telah buat; ia juga tidak dipaksa untuk mengikuti kebenaran kakeknya. Karakternya tidak ditentukan oleh kebenaran atau kefasikan seseorang. Ia membuat pilihan untuk mengembangkan karakteristik kebenaran yang tercantum sebelumnya.
Putusan untuk orang dari generasi ketiga ini adalah "Ia pasti akan hidup" (ay. 17; NASB). Susunan kata Ibrani di sini adalah tegas. Bisakah kejahatan seorang ayah ditimpakan kepada anaknya? Tidak! Ini membantah doktrin dosa asal, yang mengatakan bahwa anak bayi perlu dibaptis karena dosa yang anak itu warisi.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yehezkiel
Tema : Hukuman dan Kemuliaan Allah
Tanggal Penulisan: 590-570 SM
Latar Belakang
Latar belakang sejarah Kit...
Penulis : Yehezkiel
Tema : Hukuman dan Kemuliaan Allah
Tanggal Penulisan: 590-570 SM
Latar Belakang
Latar belakang sejarah Kitab Yehezkiel ialah Babel pada tahun-tahun awal pembuangan (593-571 SM). Nebukadnezar telah membawa tawanan orang Yahudi dari Yerusalem ke Babel dalam tiga tahap:
- (1) pada tahun 605 SM, pemuda-pemuda Yahudi pilihan dibawa ke Babel, antara lain Daniel dan ketiga sahabatnya;
- (2) pada tahun 597 SM, 10.000 tawanan dibawa ke Babel, di antaranya Yehezkiel; dan
- (3) pada tahun 586 SM, pasukan Nebukadnezar telah membinasakan kota dan Bait Sucinya, lalu membawa sebagian besar orang yang tidak terbunuh ke Babel.
Pelayanan Yehezkiel sebagai nabi terjadi pada masa sejarah PL yang paling gelap: tujuh tahun sebelum kebinasaan itu pada tahun 586 SM (593-586 SM) dan 15 tahun setelah kebinasaan itu (586-571 SM). Kitab ini mungkin selesai sekitar tahun 570 SM.
Yehezkiel, yang namanya berarti "Allah menguatkan", berasal dari keluarga imam (Yeh 1:3) dan tinggal di Yerusalem sepanjang 25 tahun pertama hidupnya. Dia sedang dalam pendidikan untuk menjadi imam di Bait Suci ketika dibawa ke Babel pada tahun 597 SM. Sekitar lima tahun kemudian, pada umur 30 tahun (Yeh 1:2-3), Yehezkiel menerima panggilan sebagai nabi dan penugasan ilahinya, setelah itu ia melayani dengan setia selama sekurang-kurangnya 22 tahun (Yeh 29:17); Yehezkiel berusia sekitar 17 tahun ketika Daniel dibawa pergi, sehingga keduanya kurang lebih sama umurnya. Baik Yehezkiel maupun Daniel merupakan rekan sezaman yang lebih muda daripada Yeremia dan sangat mungkin banyak dipengaruhi oleh nabi Yerusalem yang lebih tua ini (bd.Dan 9:2). Pada saat Yehezkiel tiba di Babel, Daniel sudah terkenal sebagai orang yang memiliki hikmat nubuat yang luar biasa; Yehezkiel menyebutnya tiga kali di dalam kitab ini (Yeh 14:14,20; Yeh 28:3). Berbeda dengan Daniel, Yehezkiel berkeluarga (Yeh 24:15-18) dan hidup sebagai warga biasa di antara para buangan Yahudi di tepi Sungai Kebar. (Yeh 1:1; Yeh 3:15,24; bd.Mazm 137:1).
Kitab ini dengan jelas menyebutkan bahwa nubuat-nubuatnya adalah dari Yehezkiel (Yeh 1:3; Yeh 24:24). Pemakaian kata ganti "aku" dalam seluruh kitab, bersama dengan kesatuan kitab ini dalam gaya dan bahasa yang dipakai, menunjuk kepada Yehezkiel sebagai penulis tunggalnya. Nubuat-nubuatnya dapat diberi tanggal dengan tepat karena cara penanggalannya yang teratur (bd. Yeh 1:1-2; Yeh 8:1; Yeh 20:1; Yeh 24:1; Yeh 26:1; Yeh 29:1,17; Yeh 30:20; Yeh 31:1; Yeh 32:1,17; Yeh 33:21; Yeh 40:1). Pelayanannya dimulai bulan Juli tahun 593 SM dan berlangsung sampai sekurang-kurangnya nubuat terakhir yang dicatat pada bulan April, 571 SM.
Tujuan
Tujuan nubuat-nubuat Yehezkiel terutama bersifat ganda:
- (1) untuk menyampaikan berita Allah mengenai hukuman atas Yehuda dan Yerusalem yang sudah murtad (pasal 1-24; Yeh 1:1--24:27) dan tujuh bangsa asing di sekitar mereka (pasal 25-32; Yeh 25:1--32:32) dan
- (2) untuk menopang iman sisa umat Allah dalam pembuangan mengenai pemulihan umat perjanjian-Nya dan kemuliaan akhir dari kerajaan-Nya (pasal 33-48; Yeh 33:1--48:35). Sang nabi juga menekankan tanggung jawab pribadi setiap orang di hadapan Allah dan bukan memikirkan hukuman pembuangan sebagai sekadar akibat dosa-dosa leluhur saja (Yeh 18:1-32; Yeh 33:10-20).
Survai
Kitab Yehezkiel disusun dengan baik, dan ke-48 pasalnya dengan sendirinya terbagi menjadi empat bagian utama.
- (1) Bagian pengantar (pasal 1-3; Yeh 1:1--3:27) menguraikan penglihatan penuh kuasa Yehezkiel tentang kemuliaan dan takhta Allah (pasal 1; Yeh 1:1-28) dan dilanjutkan dengan penugasan ilahi sang nabi ke dalam tugas kenabian (pasal 2-3; Yeh 2:1--3:27); perhatikan pengalaman Musa di semak yang menyala (Kel 3:1--4:31) dan penglihatan Yesaya di Bait Suci (Yes 6:13) sebagai penyataan luar biasa yang sama dari Allah pada permulaan tugas-tugas kenabian mereka.
- (2) Bagian kedua (pasal 4-24; Yeh 4:1--24:27) mencatat amanat Yehezkiel yang keras dan menghilangkan harapan mengenai hukuman atas Yehuda dan Yerusalem yang tidak terelakkan lagi karena mereka terus memberontak dan murtad. Sepanjang tujuh tahun terakhir dari Yerusalem (593-586 SM), Yehezkiel memperingatkan orang Yahudi di Yerusalem dan para buangan di Babel tentang harapan palsu bahwa Yerusalem akan lolos dari hukuman. Dosa-dosa Yerusalem pada masa lalu dan masa kini memastikan kehancurannya yang sekarang. Yehezkiel mengumandangkan amanat kenabian tentang malapetaka dahsyat ini melalui berbagai penglihatan, perumpamaan, dan tindakan simbolik. Ps Yeh 8:1--11:25 menggambarkan Yehezkiel dibawa Allah ke Yerusalem dalam penglihatan untuk menyampaikan nubuat-nubuat kepada kota itu. Dalam pasal 24 (Yeh 24:1-27) kematian istri tercinta Yehezkiel menjadi suatu perumpamaan dan tanda tentang akhir Yerusalem.
- (3) Bagian ketiga (pasal 25-32; Yeh 25:1--32:32) berisi nubuat-nubuat hukuman terhadap tujuh bangsa asing yang bersukacita atas malapetaka Yehuda. Dalam nubuat yang cukup panjang terhadap Tirus muncul suatu penggambaran samar-samar tentang Iblis (Yeh 28:11-19) sebagai kekuatan sesungguhnya di belakang raja Tirus.
- (4) Bagian terakhir (pasal 33-48; Yeh 33:1--48:35) menandai suatu peralihan dalam berita sang nabi dari hukuman suram ke penghiburan dan harapan di masa depan (bd. Yes 40:1--66:24). Setelah Yerusalem jatuh, Yehezkiel bernubuat tentang kebangunan rohani dan pemulihan di masa depan, ketika Allah akan menjadi gembala yang sejati bagi umat-Nya (pasal 34; Yeh 34:1-31) dan memberi mereka "hati yang baru" dan "roh yang baru" (pasal 36; Yeh 36:1-38). Di dalam konteks ini terdapat penglihatan Yehezkiel yang terkenal mengenai sejumlah besar tulang yang secara nubuat dihidupkan kembali (pasal 37; Yeh 37:1-28). Kitab ini ditutup dengan melukiskan bahwa pada akhir zaman Bait Suci, kota suci, dan tanah suci akan dipulihkan (pasal 40-48; Yeh 40:1--48:35).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai kitab Yehezkiel.
- (1) Kitab ini penuh dengan penglihatan misterius, perumpamaan yang berani dan perbuatan simbolik yang aneh sebagai sarana penyataan nubuat Allah.
- (2) Isinya diatur dan diberi tanggal dengan saksama; terdapat lebih banyak tanggal daripada kitab nubuat PL lainya.
- (3) Dua frase khusus muncul berkali-kali:
- (a) "Mereka akan tahu bahwa Aku ini Tuhan" (65 kali dengan aneka variasi) dan
- (b) "kemuliaan Tuhan" (19 kali dengan aneka variasi).
- (4) Yehezkiel secara khusus disapa oleh Allah dengan sebutan "anak manusia" dan "penjaga".
- (5) Kitab ini mencatat dua penglihatan luar biasa mengenai Bait Suci -- yang pertama sebagai Bait Suci yang dinajiskan dan menanti kebinasaan (pasal 8-11; Yeh 8:1--11:25) dan yang lain sebagai dipulihkan dan disucikan dengan sempurna (pasal 40-48; Yeh 40:1--48:35).
- (6) Lebih dari nabi lain, Yehezkiel disuruh oleh Allah untuk menyatukan dirinya secara pribadi dengan sabda kenabian dengan melakukannya selaku lambang nubuat.
- (7) Yehezkiel menekankan tanggung jawab pribadi kepada Allah.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Nubuat pasal 33-48 (Yeh 33:1--48:35) pada hakikatnya mengenai karya penebusan Allah di masa depan sebagaimana dinyatakan di dalam PB. Bagian ini bukan hanya berbicara tentang pemulihan Israel secara jasmaniah ke negeri mereka, tetapi juga suatu pemulihan akhir di masa depan yang mencakup penggenapan sempurna dari tujuan Allah bagi Israel rohani dalam hubunganya dengan kemuliaan dan kuasa Allah di Bait Suci (penyembahan), dan tujuan Allah bagi bangsa-bangsa sebagai hasil pekabaran Injil. Nubuat-nubuat Yehezkiel yang penting mengenai Mesias PB ialah Yeh 17:22-24; Yeh 21:26-27; Yeh 34:23-24; Yeh 36:16-38 dan Yeh 37:1-28.
Full Life: Yehezkiel (Garis Besar) Garis Besar
I. Panggilan dan Penugasan Yehezkiel
(Yeh 1:1-3:27)
A. Penglihatan Tentang Kemuliaan Allah
...
Garis Besar
- I. Panggilan dan Penugasan Yehezkiel
(Yeh 1:1-3:27) - A. Penglihatan Tentang Kemuliaan Allah
(Yeh 1:1-28) - B. Ditugaskan untuk Menjadi Nabi
(Yeh 2:1-3:27) - II. Nubuat Tentang Hukuman atas Yehuda dan Yerusalem
(Yeh 4:1-24:27) - A. Tanda-Tanda Nubuat Tentang Hukuman yang Akan Datang
(Yeh 4:1-5:17) - 1. Batu Bata
(Yeh 4:1-3) - 2. Yehezkiel Berbaring pada Sisi Kiri
(Yeh 4:4-8) - 3. Makanan yang Kurang
(Yeh 4:9-17) - 4. Pedang Tajam Ilahi
(Yeh 5:1-17) - B. Berbagai Nubuat Tentang Hukuman yang Akan Datang
(Yeh 6:1-7:27) - C. Aneka Penglihatan Tentang Hukuman yang Akan Datang
(Yeh 8:1-11:25) - 1. Penglihatan Tentang Berhala Kekejian di Dalam Bait Suci
(Yeh 8:1-18) - 2. Penglihatan Tentang Kebinasaan Yerusalem
(Yeh 9:1-11) - 3. Penglihatan Tentang Kemuliaan Allah yang Pergi
(Yeh 10:1-22) - 4. Penglihatan Tentang Pemimpin Fasik dan Kemuliaan yang Telah Hilang
(Yeh 11:1-25) - D. Aneka Tanda, Amanat, dan Perumpamaan Tentang Hukuman yang Akan Datang
(Yeh 12:1-24:27) - 1. Tanda-Tanda Pembuangan Yerusalem
(Yeh 12:1-28) - 2. Amanat Terhadap Nabi-Nabi Palsu
(Yeh 13:1-23) - 3. Amanat Terhadap Tua-Tua Penyembah Berhala
(Yeh 14:1-23) - 4. Perumpamaan Tentang
Pohon Anggur yang Tidak Berguna,
(Yeh 15:1-8)
Wanita Pezinah,
(Yeh 16:1-23)
dan Dua Ekor Rajawali
(Yeh 17:1-24) - 5. Satu Pelajaran
(Yeh 18:1-32)
dan Sebuah Ratapan
(Yeh 19:1-14) - 6. Berita Selanjutnya dan Tanda-Tanda Tentang Penghukuman
Terhadap Yerusalem
(Yeh 20:1-24:27) - III.Nubuat Tentang Hukuman atas Bangsa-Bangsa Asing
(Yeh 25:1-32:32) - A. Amon
(Yeh 25:1-7) - B. Moab
(Yeh 25:8-11) - C. Edom
(Yeh 25:12-14) - D. Filistin
(Yeh 25:15-17) - E. Tirus
(Yeh 26:1-28:19) - F. Sidon
(Yeh 28:20-26) - G. Mesir
(Yeh 29:1-32:32) - IV. Nubuat Mengenai Pemulihan
(Yeh 33:1-48:35) - A. Penjaga Pemulihan
(Yeh 33:1-33) - B. Janji-Janji Pemulihan
(Yeh 34:1-39:28) - C. Penglihatan Tentang Pemulihan
(Yeh 40:1-48:35)
Jerusalem: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) YEHEZKIEL
Berbeda dengan kitab Yeremia, kitab Yehezkiel tampaknya sebuah kitab yang tersusun rapih. Sesudah pendahuluan, Yeh 1-3, yang berisikan kisah...
YEHEZKIEL
Berbeda dengan kitab Yeremia, kitab Yehezkiel tampaknya sebuah kitab yang tersusun rapih. Sesudah pendahuluan, Yeh 1-3, yang berisikan kisah mengenai panggilan Yehezkiel untuk menjadi nabi, Yehezkiel dapat dibagi atas 4 bagian yang jelas, yaitu:
1. Bab 4-24 hampir seluruhnya berisikan tuduhan-tuduhan dan ancaman-ancaman yang dilontarkan kepada orang-orang Israel dan diucapkan nabi sebelum kota Yerusalem dikepung.
2. Bab 25-32 memuat nubuat-nubuat melawan bangsa-bangsa lain. Dalam bab-bab ini nabi berkata, bahwa hukuman Allah akan menimpa juga bangsa-bangsa yang bersekongkol dengan membujuk umat yang tidak setia.
3. Bab 33-39 berisikan nubuat-nubuat dsb. yang dibawakan nabi selama kota Yerusalem dikepung dan sesudahnya. Nabi menghibur bangsanya dan menjanjikan kepada saudara-saudara sebangsanya suatu masa depan yang lebih cemerlang.
4. Bab 40-48 menggambarkan tata-negara dan agama jemaat di negeri Palestina kelak.
Tetapi susunan logis ini menutupi sejumlah besar kekurang. Banyak bagian kitab-Yehezkiel terulang-ulang, seperti Yeh 3;17-21 = 33;7-9; 18:25-29 = 33:17- 20, dll. Beberapa kali dikatakan, bahwa yehezkiel dilarang untuk berbicara, Yeh 3:26; 24:27; 33:22 tetapi catatan-catatan ini terpisah satu dari yang lain dengan wejangan-wejangan. Bagian yang mengisahkan penglihatan kereta ilahi, Yeh 1;4-3:15, disela kisah mengenai penglihatan sebuah gulungan-kitab, Yeh 2:1- 3:9. Gambar kedosaan Yerusalem, Yeh 11;1-21,melanjutkan 8 dan memutuskan kisah mengenai berangkatnya kereta ilahi yang mulai dalam Yeh 10:22 lalu diteruskan dalam Yeh 11:22. Tanggal-tanggal yang disebut dalam Yeh 26-33 tidak berurutan. Sukar diterima, bahwa semua kekurangan tsb berasal dari seorang pengarang yang langsung menulis seluruh kitab itu. Jauh lebih masuk akal, kalau dikatakan, bahwa kekurangan-kekurangan ini berasal dari sejumlah murid nabi yang mengerjakan tulisan-tulisannya atau tradisi lisan dengan mempersatukan dan melengkapinya. Maka kiranya dapat disimpulkan, bahwa kitab Yehezkiel mengalami hal-ihwal sama seperti kitab-kitab nabi lainnya. Namun demikian perlu ditegaskan, bahwa para murid Yehezkiel berpegang teguh pada gagasan-gagasan, dan pada umumnya malahan pada perkataan-perkataan gurunya. Hal ini terbukti oleh kesamaan gaya bahasa dan ajaran kitab Yehezkiel. Tangan para penyusun tampak sekali dalam bagian terakhir kitab Yehezkiel, Yeh 40-48. Tetapi pada pokoknya bagian inipun berasal dari Yehezkiel sendiri.
Menurut penyelidikan ilmiah dewaa ini, Yehezkiel hanya menunaikan tugasnya sebagai nabi di tengah-tengah kaum buangan di Babel melulu, antara thn. 593 dan 571. Inilah tanggal-tanggal patokan yang disebut kitabnya, Yeh 1:2 dan 29:17. Kalau demikian orang tentu merasa heran sedikit tentang nubuat-nubuat yang terdapat dalam bagian pertama kitab ini dan yang nampaknya ditujukan kepada para penduduk Yerusalem, sedangkan juga Yehezkiel sendiri kadang-kadang nampaknya bertempat tinggal di kota tsb (hal ini paling jelas dari Yeh 11:13). Kesulitanl ini membawa orang kepada sebuah kesimpulan berupa hipotesa mengenai tugas-tugas Yehezkiel. Menurut hipotesa itu, Yehezkiel tinggal di Palestina dan berkarya di sana sampai saat musnahnya kota Yerusalem di thn. 587. Baru pada tahun itulah ia menggabungkan diri dengan kaum buangan di Babel. Penglihatan tentang gulungan-kitab, yang dikisahkan dalam Yeh 2:1-3:9, menurut hipotesa ini tidak lain kecuali cerita mengenai panggilan Yehezkiel di Palestina. Penglihatan mengenai kereta ilahi, Yeh 1:4-28 serta Yeh 3:10-15, berpautan dengan kedatangan nabi ke Babel. Tetapi dengan ditempatkan penglihatan mengenai kereta ilahi itu pada awal kitab dirubah arah pandangan seluruh kitab dan urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu. Hipotesa mengenai tugas-rangkap nabi tsb memang memecahkan beberapa kesulitan, namun sekaligus menimbulkan kesulitan-kesulitan baru. Seandainya hipotesa ini diteruma, maka perlu teks kitab Yehezkiel dirubah sekali. Harus diterima pula, bahwa selama tugasnya di Palestina, Yehezkiel biasanya tinggal di luar kota Yerusalem, sebab ia "diangkat" ke sana oleh Roh, Yeh 8:3. Selain itu aneh sekali, mengapa Yehezkiel maupun Yeremia sama sekali tidak berkata apa-apa tentang rekannya, padahal, menurut hipotesa tsb, mereka berdua berkarya di kota yang sama dan pada waktu yang sama.
Di lain pihak kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pandangan tradisionil tidak perlu dilebih-lebihkan. Sebab tuduhan-tuduhan yang dilontarkan nabi terhadap penduduk kota Yerusalem sudah tentu dimaksudkan sebagai sebuah pengajaran yang ditujukan kepada kaum buangan; bila dikatakan, bahwa Yehezkiel berada di kota suci, Yerusalem, maka dengan jelas ditegaskan pula, bahwa ia diangkat ke sana "dalam penglihatan", Yeh 8:3, dan bahwa ia dibawa kembali ke Babel" dalam penglihatan", Yeh 11:24. Memang hipotesa mengenai tugas rangkap nabi dewasa ini didukung oleh sejumlah kecil ahli saja.
Bagaimanapun juga dari dalam kitabnya Yehezkiel tampil sebagai seorang tokoh besar. Ia adalah seorang imam, Yeh 1:3. Sebagian besar perhatiannya berpusat pada Bait Suci, yang pada waktu hidupnya dicemarkan dengan upacara-upacara kafir, Yeh 8, dan ditinggalkan oleh kemuliaan Tuhan, Yeh 10. Tetapi Yehezkiel berbicara pula mengenai bait Suci di masa depan. Ia membuat rencana terperinci mengenai bentuk bangunan bait Suci itu, Yeh 40-42, yang akan didiami Allah lagi, Yeh 43. Yehezkiel menjunjung tinggi hukum Taurat. Maka dalam membentangkan sejarah ketidak-setiaan umat Israel, Yeh 20, berulang kali ia melontarkan tuduhan berupa ulangan ini: "mereka telah melanggar kekudusan hati SabatKu". Yehezkiel merasa jijik terhadap segala sesuatu yang najis menurut hukum Taurat, Yeh 4:14, dan dengan saksama ia memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus, Yeh 45:1-6. Selaku imam Yehezkiel memecahkan soal-soal hukum dan masalah-masalah moril yang diajukan kepadanya, sehingga ajarannya sering bernada kasuistik, Yeh 18. Gagasan-gagasan Yehezkiel serta kosa-kata yang dipakainya berdekatan nadanya dengan Hukum Kekudusan, Im 17-26. Tidak dapat ditentukan sejauh mana Yehezkiel mengambil inspirasi dari Hukum Kekudusan itu atau sejauh mana Hukum tsb bergantung pada Yehezkiel. Memang kesamaan antara Yehezkiel dan Hukum Kekudusan yang paling menyolok justru terdapat dalam bagian-bagian Yehezkiel yang berasal dari tangan penyusun kitab tsb. Dengan tenang hanya dapat disimpulkan, bahwa kedua karya tsb terpelihara dalam lingkungan-lingkungan yang sangat berdekatan pemikirannya karya Yehezkiel termasuk "tradisi para Imam", seperti karya Yeremia berpautan dengan "tradisi kitab Ulangan".
Selain seorang imam, Yehezkiel juga seorang nabi yang berbuat. Lebih banyak dari pada nabi-nabi lainnya ia melakukan perbuatan-perbuatan yang berupa lambang. Ia memainkan pengepungan Yerusalem, Yeh 4:1-5:4, keberangkatan kaum buangan ke Babel, Yeh 12:1-7, raja Babel di persimpangan jalan, Yeh 21:19 dst, dan pemersatuan Yehuda dan Israel, Yeh 37:15 dst. Sama seperti nabi Hosea dan Yeremia, demikianpun Yehezkiel sampai dalam percobaan pribadi yang menurut kehendak Allah mendatanginya menjadi sebuah lambang bagi Israel, Yeh 24:24. Hanya perbuatan-perbuatan Yehezkiel yang berupa lambang itu jauh lebih berbelit- belit dari pada perbuatan-perbuatan sederhana dan bersahaja yang dilakukan pendahulu-pendahulunya.
Namun Yehezkiel terutama seorang pelihat. Meskipun kitab Yehezkiel sebenarnya hanya berisikan empat buah penglihatan, namun penglihatan-penglihatan itu diceritakan dengan panjang-lebar, Yeh 1-3; 8-11; 37; 40-48. Penglihatan- penglihatan itu membuka sebuah dunia gaib: empat binatang yang terpasang pada kereta Tuhan; tarian keagamaan dalam Bait Suci yang penuh dengan macam-macam hewan dan berhala; tulang-tulang yang bertaburan di sebuah lembah, lalu hidup kembali; Bait Allah di masa mendatang yang seolah-olah digariskan pada papan gambar seorang ahli bangun-bangunan dan yang dari padanya mengalirlah sebuah sungai gaib di daerah yang gaib pula. Daya khayal itupun menghasilkan gambar- gambar berupa lambang yang dilukiskan Yehezkiel: dua perempuan bersaudara, Oholiba, Yeh 23; kota Tirus yang bagaikan kapal karam, Yeh 27; sang buaya yang melambangkan Firaun, Yeh 29 dan 32; pohon raksasa yang mengibaratkan Firaun, Yeh 31, dan turunnya Firaun ke dalam dunia orang mati, Yeh 32.
Berbeda dengan daya khayal yang kuat itu dan mungkin sebagai tebusannya seolah-olah gambar yang hebat-hebat ini mematikan daya pengungkapannya, maka gaya bahasa Yehezkiel adalah lemah, bertele-tele tanpa semangat. Gaya bahasanya terasa luar biasa miskin dan kurus dibandingkan dengan gaya bahasa Yesaya yang murni padat berisi atau dengan gaya bahasa Yeremia yang hangat mengharukan hati. Daya seni Yehezkiel terletak dalam ukuran gambar-gambar timbulnya yang seolah- olah menciptakan suasana rasa segan yang suci di hadapan Allah yang rahasia.
Walaupuanl dalam banyak hal menyerupai nabi-nabi yang terdahulu, namun Yehezkiel membuka jalan yang baru. Ajarannyapun khas dan agak baru. Ciri khas yang paling menonjol ialah: Yehezkiel memutuskan hubungan dengan masa lampau bangsanya. Sepintas lalu ia memang menyinggung janji-janji Allah kepada para bapa bangsa serta Perjanjian yang diadakan di gunung Sinai. Akan tetapi, menurut Yehezkiel, bila Allah masih sampai sekarang melindungi dan menyelamatkan umatNya yang berdosa sejak awal-mula itu, Yeh 16:3 dst, maka sebabnya bukanlah karena Allah mau memenuhi janji-janjiNya, melainkan karena Allah membela NamaNya yang kudus, Yeh 20; bila Allah terpaksa mengganti perjanjian lama dengan sebuah perjanjian, Yeh 16:60; 37:26 dst, maka maksudNya bukanlah untuk mengganjar umatNya yang bertobat. Perjanjian baru itu adalah sebuah karunia kerelaan Allah belaka, sebuah karunia yang mendahului bertobatnya umat Israel, Yeh 16:62-63.
Ajaran Yehezkiel mengenai Mesias kurang menonjol. Bagi Yehezkiel Mesiasbukanlah seorang raja yang jaya. Ia tentu saja menubuatkan seorang Daud yang baru, tetapi Daud yang baru itu hanya seorang "gembala" bangsanya, Yeh 34:23; 37:24, bukan seorang raja melainkan seorang "pangeran" saja, Yeh 34L24 (terj: raja). Dalam pandangan nabi mengenai teokrasi di masa mendatang tidak ada tempat lagi bagi seorang raja, Yeh 45:7. Yehezkiel meninggalkan juga ajaran trardisionil mengenai kesetia-kawanan dalam hukuman. Sebaliknya, ia mengemukakan prinsip, bahwa masing-masing orang dibalas sesuai dengan perbuatan-perbuatan pribadinya, Yeh 18; bdk Yeh 33. Pemecahan masalah pembalasan ini hanya sementara, sebab sering tidak sesuai dengan kenyataan. Namun lambat lain ajaran Yehezkiel itu akan mencetuskan gagasan baru tentang pembalasan di alam baka.
Meskipun Yehezkiel seorang imam yang sangat cinta Bait Suci, namun ia menolak pendapat, bahwa Allah terikat pada Bait Suci. Dalam hal ini Yehezkiel sependapat dengan nabi Yeremia. Dalam diri Yehezkiel bersatu-padulah pandangan para nabi dan pandangan para imam yang dahulu sering kali bertentangan satu sama lain. Upacara-upacara yang terus dipertahankan mendapat nilainya dari semangat yang menjiwainya.
Seluruh ajaran Yehezkiel berpusatkan pembaharuan batiniah. Manusia harus membuat bagi dirinya sebuah hati yang baru dan suatu roh yang baru, Yeh 18:31, atau lebih tepat, Allah sendiri akan memberi manusia "Hati yang lain", yakni "hati yang baru" dan "roh yang baru", Yeh 11;19; 36:26. Ajaran nabi mengenai karunia Allah yang mendahului bertobatnya manusia dan mengenai hati baru yang dikurniakan TUhan merintis jalan menuju teologi tentang kasih-karunia yang diperkembangkan Yohanes dan Paulus.
Begitulah Yehezkiel merohanikan segala hal keagamaan. Dan justru itulah sumbangan khas yang disampaikannya. Kalau ia kadang-kadang disebut "bapa agama Yahudi", orang berpikir kepada ketelitiannya dalam memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus, kepada kesaksamaannya dalam hal upacara-upacara dan peraturan, yang tidak kudus, kepada kesaksamaannya dalam hal upacara-upacara dan peraturan, sehingga serta-merta orang berpikir kepada orang Farisi juga. Tetapi pendekatan itu sungguh tidak tepat. Sama seperti nabi Yeremia, demikianpun nabi Yehezkiel dengan caranya sendiri menjadi pangkal suatu aliran kerohanian yang murni. Aliran itu tetap mengalir dalam agama Yahudi dan bermuara dalam Perjanjian Baru. Yesuslah Gembala yang baik, yang dinubuatkan Yehezkiel. Dan Iapun memulai ibadat rohani yang dianjurkan Yehezkiel.
Dilihat dari segi lain, Yehezkiel menjadi juga bapak aliran apokaliptik. Penglihatan-penglihatan hebat yang dialami Yehezkiel mendahului penglihatan- penglihatan nabi Daniel dan tidak mengherankan, bahwa pengaruhnya sering terasa pula dalam kitab Wahyu, karangan Yohanes.
Ende: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) JEHESKIEL
PENDAHULUAN
Diantara para tokoh kenabian di Israil Jeheskiel (artinja: Allah menguatkan,
ataupun: Semoga Allah mengguatkan, jakni anak ini) ...
JEHESKIEL
PENDAHULUAN
Diantara para tokoh kenabian di Israil Jeheskiel (artinja: Allah menguatkan, ataupun: Semoga Allah mengguatkan, jakni anak ini) merupakan seseorang jang ada tjorak-tjirinja sendiri. Ajahnja bernama Buzi (1,3) dan ia sendiri termasuk kelangan imam di Israil. Nabi itu beristeri (24,2) dan ia njata menjtinta isterinja, kesukaan matanja, sehingga kematian isterinja (24,16-18) ketika Jerusjalem dikepung dialaminja sebagai bentjana jang menjedihkan, sekalipunia dilarang oleh Jahwe untuk berkabung karenanja. Tiada dikatakan Jeheskiel beranak, tapi hal itu kiranja boleh diterima djuga. Diantara para nabi, jang nubuat2nja terpelihara bagi kita, Jeheskiel bersama dengan Jeremia menggabungkan didalam dirinja dua djabatan, jakni imam dannabi. Tapi Jeremia kiranja termasuk kalangan imam, di Anatot (Jr.1,1), jang tidak diidjinkan oleh para imam di Jerusjalem untuk ikut serta dalam ibadah di Bait Allah, sehinga Jeremia tak pernah mendjabat sebagai imam di Jerusjalem. Ia njata terus-menerus berbentrokan dengan imam2 itu dan mereka tidak suka apabila Jeremia muntjul dalam Bait Allah. Lain halnja dengan Jeheskiel. Agaknja ia berasal dari kalangan keimanan di Jerusjalem dan pernah mendjabat disitu. Dalam seluruh kitabnja ia menaruh perhatian chas pada Bait Allah serta ibadahnja lagi suka akan perundingan para imam (8;10;18;20;4,14;44,7;45,1-6;48,9-10). Ada orang jang menjangka, bahwa kitab para imam, jakni Levita pas. 19-26 adalah hasil dari nabi Jeheskiel serta murid2nja, jangkemudian mentjiptakan kitab itu sesuai dengan adjaran dan pandangan gurunja, Jeheskiel. Anggapan itu tentu sadja mem-besar2kan halnja melewati batas. Sekalipun kitab Levita baru disusun didjalam sesudah Jeheskiel dan walaupun ada kesamaan njata antara kitab Jeheskiel dan kitab Levita (Jehesk. 11,20;20,19-20;36,27 = Lv. 26,3; Jehesk. 5,12;6,11-12;7,15 = Lv. 26,25-26; Jehesk. 45,10 = Lv. 19,36; Jehesk. 46,7 = Lv. 14,22.30), namun hal itu belum djuga membuktikan, bahwa Levita bergantung pada Jeheskiel. Sebab sebagian kitab Levita tentu sadja berasal dari djaman dahulu. Tapi kesamaan antara Kitab Jeheskiel dengan kitab Levita tjukup menjatakan bahwa Jeheskiel termasuk kalangan imam2 jang menghasilkan kitab Levitika, sebagaimana Jeremia termasuk golongan orang2 jang menelurkan kitab Ulang-tutur. Nabi Jeheskiel demikian kuat dan besar tjorak keimamannja, sehingga ia tidak mampu membajangkan djaman keselamatan dankebahagiaan kelak selain dengan gambaran dan gagasan2 keimaman (pas. 40-48).
Menurut keterangan kitabnja sendiri (1,1) Jeheskiel, kiranja masih agak muda, dibawa ke Babel masuk pembuangan bersama dengan radja Jojakin serta kaum terkemuka dari negeri Juda (tahun 598/597). Dengan demikian dapat dipahami djuga, bahwa nabi Jeremia dan nabi Jeheskiel sungguhpun orang sedjaman, namun rupa2nja tidak saling mengenal. Sudah lima tahun Jeheskiel di Babel ketika dalam tahun 593 ia dipanggil mendjadi nabi. Panggilan itu terdjadi dalam sebuah penglihatan adjaib dekat sebuah terusan pengairan di Babel, Kebar namanja (1,3) dekat pada kota Nippur. Tempat tinggalnja serta rumahnja kiranja jang sudah lama runtuh). Disitu ia mempunjai hubungan tetap dengan kaum buangan Jahudi di negeri Babel.
Selain keterangan2 tersebut tidak ada banjak dari riwajat hidup nabi itu jang diketahui. Masih ada berita lain jang kemudian muntjul tapi berita2 itu tidak boleh dipertjajai. Dalam tahun 571 ia masih hidup dan bekerdja sebagai nabi (29,17), tapi tidak diketahui dan dimana ia meninggal.
Tapi diri nabi Jeheskiel lebih baik dikenal berkat bahan jang terkumpul dalam kitabnja. Ia sungguh2 seorang nabi sedjati dan ia diangkat Jahwe mendjadi penindjau umatNja (3,17;33,7). Maka dari itu sudah barang tentu ia sedikit banjak mirip nabi2 jang mendahuluinja. Itu chususnja berkenaan dengan tugas jang diserahkan kepadanja. Seperti nabi2 lain ia mengantjam atas nama Jahwe serta menubuatkan bentjana jang akan menimpa Jerusjelam erta bangsanja karena dosa jang dilakukan, teristimewanja penjembahan berhala dan pelanggaran hukum keigamaan. Nabi Jeremia sampai runtuhnja Jerusjalem masih terus berharap dan mengadjak agar Jerusjalem bertobat dan dengan demikian meluputkan diri dari hukuman jang mendekat. Demikianpun nabi Jesaja. tapi pengharapan jang serupa itu pada Jeheskiel tidak terdapat. Ia menubuatkan keruntuhan umat Jahwe jang tak terelakkan lagi. Itu pasti akan datang dan tak terhindari (pas. 1-24). Iapun seperti nabi2 lain menelah keselamatan dan pemulihan umat Jahwe kelak (11,14-21; pas.34-39). Masa depan jang bahagia itu sama pasti seperti keruntuhan dulu. Akan tetapi nabi Jeheskiel toh sangat berbeda dengan nabi2 lain pula. Wataknja sendiri tidak dirobohkan oleh anugerah kenabian dan watak itu nampak di-mana2 dalam tjaranja ia menjampaikan kabarnja. Nabi Jeremia adalah tokoh jang amat halus perasaaannja. Ia sendiri sangat menderita karena kabarnja jang berat. Nabi Hoseapun amat halus perasaan hatinja dan amat mesra tjintanja kepada Jahwe dan umatNja. Jesaja punja sifat keakalan jang menjelami serta memikirkan persoalan dan mengeluarkan pikirannja dalam bahasa sastera jang indah sekali. Para nabi jang mendahului Jeheskiel membawakan kabarnja dengan perkataan jang singkat dan padat. Pepatah dan ungkapan tegang jang menumbuk hati para pendengar laksana pukulan palu. Jang paling penting baginja ialah sabda Jahwe jang diterima mereka langsung dari Tuhannja dan itu diilhamkan kepada hatinja tanpa banjak gedjala ekstatis, penglihatan dan penampakan. Lain halnja dengan Jeheskiel. Perasaan halus hampir tidak ada padanja. Ia merupakan tokoh jang agak dingin wataknja. Antjaman2 dan djandji dikeluarkannja dengan hebatnja tapi dengan hampir tidak tersinggung hatinja sendiri. Keterharuan jang menggelorakan hati tidak ada padanja. Hanja satu kali ia berdoa untuk bangsanja jang akan binasa (9,8;11,13). Pikiran2 jangmendalam pertjuma sadja ditjari dalam kitabnja. Memang pada nabi2 pendahuluannja kita menemukan penglihatan dan ekstase (Js. 6; Jr.1). Tetapi dalam keseluruhan hal itu kurang penting dan tidak memegang peranan jang besar. Jeheskiel tidak suka akan pepatah dan ungkapan singkat-padat. Daja chajalnja terlalu kuat untuk merasa puas dengan itu. Sebalikja, Jeheskiel suka menggambarkan dan melukiskan segala sesuatu dengan pandjang sampai hal jang ketjil2 dan dengan sangat terperintji. Dan apa jang dikatakannja tidak sadja didengarnja dari Jahwe tapi dilihatnja dahulu dalam penglihatan2 jang diterimanja dalam ekstase (1-3;8-11;40-48). Ekstase, jangdapat berlangsung sampai tjudjuh hari lamanja (3,15) itu, memang peranan amat besar dalam hidup Jeheskiel (1,3;2,2;3,14.22-23;8,1;33,22;37,1;40,1). Dalam ekstase itu ia membuat perdjadjian sampai ke Jerusjalem, seperti kemudian Muhammat (3,22-24;37,1-2;8,1- 9,11;11,24-25;40,2). Dalam hal2 ini, jakni penglihatan dan ekstase Jeheskiel merupakan perintis djalan dan pendahuluan untuk apa jang kemudian berkembang dalam sastera jang disebut "apokaliptik", sebagaimana terdapat misalnja dalam kitab Zakarja dan Daniel. alat wahju dalam kitab2 itu ialah penglihatan. Karena sifatnja jang kuat daja chajalnja Jeheskiel djuga suka akan gambaran2 kiasan jang disadjikan dengan pandjang lebar dan dengan agak terperintji (15;16;19;23;13,10-16;34). Chususnja ia senang dengan nubuat2 dalam perbuatan, perbuatan jang merupakan lambang. Memang djuga nabi Jeremia menggunakan alat itu (Jr. 13,1-11;18,1-12;19,1-15;27-28;32;35;51,63) dan itupun tidak asing sama sekali bagi nabi2 lain pula (Js. 7,15;8,1-4;20,1-10; Hos.1), tapi pada nabi2 lain perbuatan2 itu agak sedikit sadja dan sabda jang menjertainja selalu djauh lebih penting daripada perbuatan sendiri. Tapi Jeheskiel berpendapat bahwa perbuatan2 itu sendiri djauh lebih terang dan bermakna daripada perkataan sadja. Seringkali alat itu digunakan da setjara terperintji semua ditjeritakannja, meskipun tidak selalu terang apakah ada penglihatan atau perbuatan jang njata (2,8;4,9-17;5;12,3-16;3,25-27;4,1-3.4-8;21,23-29;24,1-14.15-17;37,15-28). Ia se- akan2 memainkan didepan mata para menontonnja apa jang akan terdjadi dimasa depan. Dan perbuatan2 itu sesungguhnja lebih penting daripada keterangan jang menjertainja. Karena kesukaannja akan bahasa kiasan dan lambang2 itupun Jeheskiel karib dengan sastera apokaliptik jang djuga penuh denganlambang2 aneh dan sukar dipahami. Jeheskiel sendiri mentjeritakan apa jang dilihatnja dan diperbuatnja dan demikianpun para apokaliptisi sendiri mentjeritakan semuanja. Maka itu tidaklah mengherannkan bahwa dalam kitab Jeheskiel terdapatlah suatu apokalips belaka, jakni nubuat tentag Gog dari Magog (Pas. 38-39). Dengan demikian nabi Jeheskiel se-akan2 berdiri diantara para nabi jang mendahuluinja dan para apokaliptisi jang kemudian tampil kemuka. Sifat2 dari kedua2nja terdapat pada Jeheskiel.
Berdampingan dengan ekstase beberapa gedjala aneh lain lagi memegang peranan dalam riwajat hidup nabi Jeheskiel. Ber-hari2 lamanja ia tetap berbaring dengan tidak dapat bergerak sedikitpun; beberapa lamanja ia tidak dapat berbitjara selain atas perintah Jahwe sendiri (3,15.25-27;4,8;24,27); dari kedjauhan ia melihat hal tertentu terdjadi di Jerusjalem (11,13). Beberapa ahli pernah mengambil kesimpulan, bahwa nabi itu sesungguhnja kena panjakit djiwa; bahkan ada jang tahu akan nama penjakit itu, jakni epilepsi. Tapi ekstase, djuga ekstase dalam mana orang dipindahkan ketempat lain, belum djuga menudnjukkan suatu penjakit djiwa dan mengingat bahwa Jeheskiel suka akan perbuatan beribarat, maka keanegan2 lain itu sama sekali tjotjok dengan sifatnja itu. Kiranja tidak ada dasar untuk menernagkan nabi itu seseorang jang miring otaknja dan tidak sehat djiwa dan urat-sarafnja. Memang seorang nabi sedjatipun dapat menderita penjakit djiwapun pada dirinja dapat dibarengi dengan anugerah kenabian. Tapi apa jang kita tahu tentang diri Jeheskiel tidak mengidjinkan kesimpulan jang sedemikian itu. Kita djuga tahu hanja sedikit sekali tentang tjaranja anugerah kenabian dapat bekerdja.
Walaupun Jeheskiel ada daja chajal jang kuat padanja, namun ia bukan seorang sasterawan. Beberapa nabi lain meninggalkan karja sastera jang termasuk kedalam jang paling bagus dan paling indah. Tapi karja Jeheskiel tidak boleh dihitung diantaranja. Ada bagian2 dalam kitabnja jang betul bagus (26,2-14;27,8-9.25-36), tapi umumnja gaja bahasanja tidak meninggalkan kesan jang mendalam. Djang ia pakai puesi, biasanja prosa sadjaBahasanja sedikit banjak membosankan. Ia terlalu berpandjang kalam, sering mengulang jang sama dan bahasa kiasnja agak ruwet. Ia miskin akan perkataan jang sesungguhnja hanja sedikit djumlahnja dan susunan kalimatnja sering sama sadja. Sebagai sasterawan Jeheskiel adalah seorang dari antara para pengarang Perdjandjian Lama jang paling lemah. Gaja bahasanja sangat serupa dengan gaja bahasa para imam jang menelurkan kitab2 undang, seperti Levitika. Dan kitab hukum tentu sadja bukan sastera jang dibatja dengan senang hati.
Rangka djangka waktu riwajat hidup Jeheskiel dengan baik2. Sebab dalam kitabnja banjak tanggal tertjatat (1,1- 3;3,16;8,1;20,1;24,1;26,1;29,1;29,17;30,20;31,1;32,17;38,21;40,1). Sungguhpun naskah Hibrani tidak selalu amat djelas dan dalam terdjemahan Junani kadang2 ada perbedaan tanggal (8,1;20,1;29,1;32,1;33,21), kalau dibandingkan dengan naskah Hibrani, namun ada tjukup kepastian untuk menanggalkan djangka waktu pekerdjaan Jeheskiel sebagai nabi. Menurut 1,2-3 ia dipanggil dalam "tahun kelima pembuangan radja Jojakin," djadi dalam tahun 593 seb.Maseh. Nubuat terachir diutjapkannja dalam tahun Keduapuluh tudjuh" (29,17), jakni tahun keduapuluh tudjuh radja Jojakin, ialah tahun 571. Dengan demikian djangka waktu pekerdjaan Jeheskiel adalah duapuluh dua tahun mulai dari tahun 593.
Riwajat hidup Jeheskiel dengan demikian terang2 dibagi atas dua bagian besar, jakni sebelum keruntuhan Jerusjalem (tahun 587) dan sesudahnja. Peristiwa itu memang maha penting baik untuk sedjarah Israil maupun untuk tjorak pekerdjaan Jeheskiel.
Djaman itu adalah djaman jang memutuskan bagi Israil, baik dibidang kenegaraan maupun dibidang keigamaan. Keadaan politik dan keigamaan bangsa Israil pada masa itu sudah digambarkan dalam pendahuluan untuk Kitab Radja2. Si pembatja hendaknja membatja kembali. Pengetahuan tentang keadaan di Palestina itu memang perlu sekali untuk mengerti Kitab Jeheskeil. Sebab nubuat2nja diutjapkan dilatar belakang itu serta terus menjindirnja.
Akan tetapi nabi Jeheskiel tidak bekerdja dinegeri Juda melainkan diantara kaum buangan di Babel-demikianlah keterangan kitab sendiri dan pendapat jang lebih umum dianuti para ahli. Maka itu perlu kiranja disini dilukiskan keadaan kaum buangan di negeri Babel itu. Keadaan itupun adalah latar belakang pekerdjaan Jeheskiel.
Sebagaimana dari kaum buangan Jahudi oleh radja Babel dikerdjakan dalam perusahaan2 negara sebagai pekerdja paksa atau rodi. Negeri Babel kan barusan sadja mengalami banjak kerusakan, oleh sebab direbut dan dibinasakan oleh radja Asjur Sanherib (688) dan radja Asjurbanipal 9648). Radja2 baru (Nebupolassar, Nebukadnezar) sekuat tenaga berusaha untuk memulihkan semuanja serta memadjukan kemakmuran negaranja. Maka itu mereka membutuhkan banjak orang. Orang2 Babel sendiri sering dipaksa tapi chususnja bangsa2 jang ditaklukkan dan lalu dipindahkan ke Babel, antara lain sebagian dari bangsa Juda. Dari keadaan itu kiranja datang berita tentang penganiajaan jang dialami orang2 Jahudi jang disiksa oleh orang Babel (Jr. 29,22; Neh.5,8; Js. 42,22;49,9;52,2).Keadaan itu tidak selalu sama buruknja. banjak bergantung pada radja jang berkuasa serta sikapnja terhadap orang2 Jahudi.
Kebanjikan orang Jahudi dipergunakan untuk membangun negeri pada umumnja. Maka mereka ditempatkan dipedalaman, dalam kota2 dn desa2 jang sudah runtuh dengan maksud agar mereka membangun kota2 dan desa itu serta mengerdjakan tanah, sehingga itu mendjadi subur kembali. Dengan demikian kelompok2 orang2 Jahudi, lebih kurang besar, tersebar, diseluruh negeri. Orang mendapat kesan, bahwa koloni2 itu mendapat kesempatan untuk berkembang dan madju dalam pertania (Jr. 29,5-6) dan djuga dalam perdaganga. Rupa2nja koloni itu boleh hidup dengan tjukup tenang dan malah menikmati sedikit kebebasan untuk mengurus dirinja sendiri. Dalam kitab Jeheskiel berulang kali muntjullah "kaum tua2" Israil (8,1;14,1;20,1), kepala2 orang2 Jahudi, meski kedudukannja tidak mendjadi amat djelas sekalipun. Djadi keadaan orang2 Jahudi tidak amat buruk. Waktu radja Parsi, Cyrus, kemudian mengidjinkan mereka untuk pulang ketanah airnja, maka banjak tidak mau pergi oleh sebab merasa tjukup senang di Babel dan terlalu terikat pada miliknja disitu (Esr. 1,6). Dalam Kitab Jeheskiel orang2 Jahudi ada rumahnja sendiri (3,24) dan mereka berpakaian tjukup baik (24,17). Tak pernah muntjullah pegawai Babel atau gangguan dari pihak negara. Si nabi dapat bergerak bebas tanpa diusik oleh instansi Babel. Dan ia tentu sadja "berchptbah" diantara kaum buangan dan tidak hanja diam2 menulus nubuat2nja supaja dengantjuri dibatja.
Keadaan keigamaan kaum buangan memang lebih penting untuk memahami Kitab Jeheskiel. Menurut pendapat Jeheskiel, sebagaimana djuga anggapan Jeremia (Jr.24), kaum buangan di Babel lebih baik dari pada orang2 Juda jang masih di Jerusjelam (11,16-20). Mereka itu menganggap dirinja lebih baik daripada kaum buangan jang njata ditolak dan dihukum oleh Jahwe karena dosa2 nja (11,5.3;33,24), akan tetapi kebalikannja jang benar. Tapi lain pendapat kaum buangan sendiri. Mereka masih membawa anggapannja dahulu. Jerusjalem adalah kediaman Jahwe jang meradja hanja disitu. Hanja dikota sutji itu Ia boleh dihormati semestinja denga ibadah meriah dan gemilang dalam BaitNja disitu. Maka itu orang2 jang tertinggal di jerusjalem sesungguhnja orang jang bahagia dan kaum buangan sungguh orang buangan Jahwe (11,15). Dinegeri asing, Babel, mereka merasa diri malang dan sangat ingin pulang ketanah airnja (24,21-25). Mereka jakin, bahwa tidak dapat meninggalkan Jerusjelam dan membiarkan kota sutjiNja binasa. Ia pasti akan menjelamatkan Jerusjalem dan membinasakan musuhnja, jakni Babel. Setelah waktu hukuman dan pertjobaan sudah lewat - sudah barang tentu lekaslah itu akan terdjadi - maka Israil akan dipulihkan. Kaum buangan dapat kembali dan berbakti kepada Jahwe dalam BaitNja jang sutji. Hati kaum buangan sungguh ada di Jerusjelam. Pendiriannja itu masih dikuatkan oleh nabi2 palsu di Babel (13,1-16). Tetapi ada djuga orang jang sedikit putus harapan. Dinegeri jang asing itu mereka tidak dapat berbakti kepada Jahwe, jang njata lebih lemah daripada dewata kafir (36,20). Karena itu mereka merentjanakan untuk berbakti kepada dewata itu dan meninggalkan Allahnja sendiri (20,32). Ibarat kafir di Babel membudjuk hatinja (Bar.6,3-6). Ilmu sihirpun subur berkembang diantara mereka (13,17-23). Dahulu ditanah airnja sudah begitu, tapi dengan melihat adatistiadat di Babel mereka lebih tertarik lagi.
Jeheskiel merasa diri dipanggil untuk atas nama Jahwe menentang pendapat dan pendirian tersebut. Bagian pertama kabarnja terus-menerus menekan, bahwa sesungguhnja Jerusjalem jang buruk sekali. Penduduknja sama sekali tidak bertobat dari djalannja jang djahat kendati nasib kota dalam tahun 597. Mereka pertjaja sadja pada Bait Allah dan perlindungannja dan serentak berbakti kepada matjam2 dewa2 asing, bahkan di Bait Allah sendiri (8). Nabi Jeheskiel berusaha mejakinkan kaum buangan, bahwa Jerusjalem pasti dan lekas akan runtuh sama sekali serta binasa lenjap karena dosanja itu (7,9;8,18;5,11;9,10). Tidak ada harapan lagi bagi penduduknja jang djahat. Karena itu pengharapan kaum buangan sia2 belaka, tanpa dasar apapun djua. Akan ganti berharap lebih baiklah mereka menjediakan dirinja untuk menerima keruntuhan kota sutji sebagai hukuman jang adil (14,22-23). Tetapi kaum buangan tidak suka mendengarkan kabar Jeheskiel jangkeras itu. Mereka mengedjek dan menentang nabi itu (12,21.26;33,30;2,6). Karena itulah mereka disebut "bangsa degil" oleh Jeheskiel (2,3.6.7;4,7-8;12,2 dan seterusnja).
Setelah antjaman nabi terhadap Jerusjalem terlaksana dan kota sutji sesungguhnja binasa sesuai dengan nubuatnja, maka ada bahaja bahwa kaum buangan sama sekali berubah sikapnja. akan ganti optimisme tanpa dasar dan tanpa alasan, suatu pessimisme jang terlalu mengantjam kaum buangan. Sekarang mereka berpendapat, bahwa Jahwe sama sekali tidak berkuasa lagi, bahwa harapan Israil lenjap sama sekali (37,11). Jahwe njata tidak mampu menjelamatkan. Ia sudah menolak umatNja. Berhadapan denganpessimisme itu Jeheskiel terpaksa mengambil sikap jang kebaikannja dari kabarnja dahulu. Kini ia menekan, bahwa Jahwe tentu sadja akan menjelamatkan sisa umatNja di masa depan (11,17-19); bahwa Allah memang setia pada djandjiNja (20,42;16,60) dan tidak menolak umatNja. Ia pasti akan menjelamatkan (37,1-14.15-27;34,12) dan membinasakan musuh2 (25-32;38-39). Sebagaimana kaum buangan (6,8;20,37-38) akan pulang ketanahairnja dan disitu lalu akan hidup dengan sutji, tenang dan bahagia (34,11-16.25-31;36,1-38). Masa depan jang bahagian itu sekarang digambarkan oleh si nabi sebagaimana ia dahulu melukiskan keruntuhan Jerusjelam. Dan seperti Jahwe dahulu melaksanakan antjamanNja demikianpun sekarang Ia akan berteguh pada djandjiNja.
Adapun kedua bagian perkabaran Jeheskiel jang termuat dalam kedua bagian kitabnja (1-24;25-48) itu terikat satu sama lain se-erat2nja. Kabarnja jang dahulu bermaksud melindungi kaum buangan terhadap kepertjajaan jang sia2 pada Jerusjalem dan perlindungan Jahwe. Dengan demikian mereka mungkin tidak hilang pengharapan dan kepertjajaannja apabila Jerusjalem punah. Setelah nasib itu menimpa kota itu, nabi itu lalu bekerdja tenaga untuk menguatkan iman kaum buangan jang tergontjang oleh peritiwa itu. Sekali lagi Jeheskiel menundjukkan kekuasaan Jahwe jang dahulu njata dalam hukuman tapi jang pasti akan njata pula dalam penjelamatan djuga. Pengalaman buruk jang sudah mendjadi djaminan untuk masa depan jang bahagia.
Kitab Jeheskiel tentu sadja memberikan kesan, bahwa nabi itu tampil dan bekerdja sebagai nabi hanja di Babel sadja. Banjak ajat dari kitabnja menundjuk kepada hal itu dengan kentara (1,1-3;3,11,10,22;8,3;11,24;14,22;20,34- 38.42;21,6;24,26;33,21;40,1-2). Dalam gambaran jang diatas ini kami sadjikan itu kesan tersebut diterima sadja sebagai kebenaran. Ber-abad2 lamanja orang begitu sadja menerima hal itu jang tak pernah di-ragu2kan. Baru dalam abad kita ini, muntjul ahli2 jang menjerang dan menolak anggapan umum itu. Ada orang jang sampai mempertahankan, bahwa Jeheskeil tidak pernah ada di Babel, bahkan kaum buangan Jahudi di Babel tak pernah ada. Kesemuanja itu merupakan dongengan belaka. Jeheskiel - kalau2 ia sungguh seorang nabi jang pernah hidup-bekerdja hanja di Jerusjalem sadja. Tentu Kitab Jeheskiel menempatkannja di Babel, akan tetapi itu merupakan hasil dan akibat susunan kitab jang sekarang ada dan jang dibuat oleh orang jang ingin menempatkannja disitu, manapun djua sebabnja. Semuanja ajat jang memuat keterangan2 itu merupakan tambahan belaka dari tangan si penjusun kitab itu dan tidaklah berasal dari Jeheskiel sendiri. Pandangan jang radikal itu tidak ada banjak ahli jang menerimanja.
Tapi beberapa ahli jang penting menerima bahwa Jeheskiel dahulu bekerdja di Jerusjalem, Kemudian pindah ke Babel dan meneruskan pekerdjaan kenabiannja disitu. Bagian pertama kitabnja (1-24), jang memuat antjaman lawan Jerusjalem (adapun djandji2 jang terdapat disitu tidak ada pada tempatnja) diutjapkan nabi dalam kota itu sendiri. Bagian kedua dibawakannja di Babel, jakni djandji2 keselamatan. Ada orang jang berpendapat, bahwa Jeheskiel bernubuat di Jerusjalem sampai tahun 597. Dengan pembuangan pertama ia pergi ke Babel.Orang lain mengira, bahwa Jeheskiel dalam tahun 597 dibuang ke Babel tapi lalu kembali ke Jerusjalem ia kembali ke Babel untuk melandjutkan pekerdjaannja ditengah kaum buangan disitu. Orang lain achirnja berpendapat, bahwa nabi terus tinggal di Jerusjalem sampai tahun 587. Dalam itu djuga ia dibuang ke Babel dan melangsungkan tugas kenabiannja disitu hingga tahun 571. Kesan jang sekarang ditinggalkan oleh kitabnja sendiri, jakni Jeheskiel di Babel sadja merupakan hasil dari susunan kitab, jang dibuat orang lain sesudah Jeheskiel. Si penjusun menaruh panggilan Jaheskiel mendjadi nabi di Babel pada ambang kitabnja, sebagai pembukaan. Maka itu si pembatja jang tidak hati2 mendapat kesan, bahwa Jeheskiel terus sadja di Babel. Djikalau panggilan itu dipindahkan ketempat lain dalam kitabnja,maka dalam bagian pertama kitab itu orang sama sekali tidak mendugai, bahwa nabi itu tinggal di Babel, melainkan di Jerusjalem.
Memang tidak dapat disangkal, bahwa kitab Jeheskiel melahirkan beberapa kesulitan, djikalau diterima bahwa nabi itu bekerdja hanja di Babel sadja. Kesulitan jang paling besar ialah: nubuat2 jang terkumpul dalam bagian pertama kitabnja berbitjara tentang Jerusjalem melulu. Dosa2 penduduknja dilukiskan dengan pandjang lebar dan hukumnja digambarkan setjara terperintji. Kesemuanja itu dimengerti baik2 seandainja Jeheskiel berbitjara di Jerusjalem dan kepada penduduknja. Akan tetapi sedikit sukar dipahami makna dan maksudnja,djikalau diterima bahwa ia ada di Babel dan berbitjara kepada kaum buangan disitu. Mengapa ia tidak pernah berbitjara tentang kaum buangan sendiri dan sama sekali tidak memperhatikan keadaan serta keperluan mereka?
Akan tetapi untuk mempertahankan dirinja, anggapan tersebut harus sangat menjentuh teks kitab Jeheskiel sebagaimana jang terdapat dalam kitab Sutji. Banjak ajat dan bagaimana harus dipindahkan ketempat lain atau harus dihapus sebagai tambahan dari tangan si (para) penjusu. Ajat2 lain lagi harus ditafsirkan dengan tjara jang sedikit aneh jang dengan sukar dapat dipaksakan kepada teks itu. Maka dari itu pendapat jang baru itu menemui banjak pertentangan dari pihak ahli2 jang terus membela anggapan tradisional kendati kesulitan jang memang ada.
Adapun pendapat tradisional sungguh2 bersandar pada keterangan kitab Jaheskiel sendiri. Kalaupun diterima bahwa 1-3 tidak ada pada tempatnja ataupun tjampuran dua panggilan tersendiri, namun dalamkitab itu masih ada banjak keterangan lain jang mendukung pendapat itu. Ajat2 diatas ini dikutip hampir atau sama sekali tidak dapat dipahami, seandainja nabi itu tidak di Babel, melainkan di Jerusjalem. Manghapus semua atau menafsirkannja begitu rupa, sehingga dapat dikenakan pad Jeheskiel di Jerusjalem, tentu sadja tidak amat menjakinkan. Jeheskiel dalam bagian pertama kitabnja sesungguhnja berbitjara hanja tentang Jerusjalem. Tapi hal itu tidak begitu aneh bagi nabi, jang djuga berbitjara tentang bangsa2 kafir, bahkan kepada mereka (25,3;27,3;28,12;31,2;32,2). Tidak ada seorangpun jang lalu mengambil kesimpulan, bahwa ia djuga hidup di-tengah2 bangsa2 itu serta berpidato kepada mereka. Demikianpun halnja dengan nubuat2 tentang Jerusjalem dan untuk penduduknja. Kalau keadan batin kaum buangan sesungguhnja ada sebagaimana diatas ini kami gambarkan, maka nubuat2 tentang keruntuhan Jerusjalem tentu bermakna bagi mereka djuga: kepertjajaan jang sia2 dan jang berbahaja harus digojangkan. Maka itu kami menuruti sadja anggapan tradisionil, jakni: nabi Jeheskiel tampil dan bekerdja di-tengah2 kaum buangan di Babel. Pendapat ini memang harus berusaha menerangkan beberapa ajat jang rupa2nja menjatakan ia di Jerusjalem, seperti 12,22;14,2-8;18,1;20,30- 31;23,23;44,6-9. Dan keterangan sedemikian itu memang tidak gampang djuga.
Kitab Jeheskiel merupakan kitab jang baik sekali susunannja, lebih baik teratur dari pada kitab2 nabi lainnja, jang kadang2 meninggalkan kesan kekatjauan. Kitab Jeheskiel boleh dibagikan sebagai berikut: Panggilan si nabi (1,1-3,21). Bagian pertama (3,22-24,27): Nubuat2 perihal Juda dan Jerusjalem sebelum kota itu dikepung, sebuah kumpulan nubuat dan perbuatan beribadat jang menelah keruntuhan Jerusjalem jang terachir. Terdapatlah dalam bagian ini: Beberapa perbuatan beribadat (4,1-5,7); antjaman2 (5,5-7,27); penglihatan Bait Allah (8,1-11,25); beberapa perbuatan beribadat lagi (12,1-20); nabi benar dan nabi2 palsu (12,21- 14,11); adjaran tentang pembalasan pribadi (14,12-23); empat gambaran kiasan (15,1-17,24); pembalasan pribadi dan pertobatan (18,1-32); lagu ratap (19,1-14); kedjahatan Israil (20,1-44); pedang Jahwe (21,1-37); dosa2 Jerusjalem (22,1-31); dan gambaran kiasan (23,1-31).
Bagian kedua (25,1-32); Nubuat2 lawan bangsa2 kafir jang ikut meruntuhkan umat Jahwe atau jang merasa senang karena kebinasaannja.
Bagian ketiga (33,1-39,29) Nubuat2 jang dibawakan Jeheskiel waktu Jerusjalem dikepung hingga binasa dan nubuat2 jang diutjapkannja sesudahnja. Dalam nubuat2nja ini ia menelah kebinasaan Israil tapi chususnja pemulihanja kelak.
Bagian jang paling penting ialah: Gambaran kiasan tentang para gembala Israil jang buruk dan Gembala jang baik (31,1-31); penglihatan tulang2 jang dihidupkan kembali oleh roh Jahwe (37,1-14); nubuat tentang Gog dan Magog (38,1-39,20).
Bagian keempat dan terakhir dari kitab Jaheskiel 940,1-48,35) menggambarkan masa bahagia jang akan datang. Keradjaan Allah jang baru ditjiptakan: Bait Allah jang baru, pusat negeri dan sumber sesuburan adjaib (40,1-47,12); pembagian tanah kepada keduabelas suku Israil (47,13-48,35).
Kesatuan kitab dan susunannja jang djitu rupa2nja kentara sekali. Ada orang jang membajangkan nabi itu sendiri duduk menjusun kitabnja dengan tenang hati dikamarnja kerdjanja dan rentjana dan rangka danjang ditetapkan sebelumnja. Jeheskiel nampak bukannja sebagai nabi pengchotbah jang dengan hangat mengutjapkan nubuat2nja dan melakukan lambangnja, melainkan nabi pengarang dan pengubah jang lebih suka menerbitkan kitab daripada tampil dimuka orang banjak.
Akan tetapi denganmembatja kitabnja dengan teliti dan saksama kesanjang pertama itu hilang. Maka mendjadi njata bahwa Jeheskiel adalah seorang nabi seperti jang lain2 jang tampil kedepan kaum sebangsa, bukan sebagai sasterawan melainkan sebagai pengchotbah. Njata djuga, bahwa susunan kitabnja tidak begitu baik dan teratur. Tidak terdapatlah bagian jang sedjadjar tapi dengan perbedaan ketjil (3,16b-21 = 33,7-9;18,25-29 = 33,17-20;11,16-21 = 36,16-18;1,3-28 = 10,1-22). Orang berkesan, bahwa bagian2 itu aselina satu dan sama djua tapi dalam tradisi mendapat bentuk jang sedikit berbeda, bahkan agak berbeda djuga, oleh sebab jang aseli disadur oleh siapapun djua. Ada djuga bagian jang memutuskan djalan pikiran, seperti misalnja 3,16b-21 jang diselipkan kedalam kesatuan aseli, sehingga 3,22 meneruskan 3,16b. Djuga 2,1-3,9 kiranja dimaksudkan kedalam penglihatan kereta Jahwe ditepi sungai Kebar. Lagi 11,1-21 memutuskan djalan pikiran dari 10-22 jang diteruskan 11-22. Demikianpun 4-10-11 aseli kiranja bersambung dengan 4,16-17 sehingga 4,12-15 tidak ada pada tempatnja disitu. ada djuga bagian2 jang memberikan kesan, bawha kemudian ditambahkan enatah oleh nabi itu sendiri entah oleh orang lain, misalnja: 6,8-10;16,30-34;22,23-31;40,38- 43;41,15b-26 dll. Maka itu harus dikatakan,bahwa kitab Jeheskiel tidak dengan sekaligus sadja dikarang oleh Jeheskiel sendiri. Sebagaimana halnja dengan kitab nabi2 lain, kitab Jeheskielpun merupakan suatu kumpulna nubuat2 jang aselinja setjara lisan (mungkin djuga salah satu bagian dengan tulisan sadja) dibawakan oleh nabi itu. Baru kemudian dikumpulkan dan disusun dalam satu kitab.
Maka itu dengan sendirinja muntjul pertanjaan ini: Siapa penjusun kitab itu dan adakah kitab itu, sekurang2nja isinja berasal dari tokoh kenabian jang bernama Jeheskiel dan jang bekerdja pada kaum buangan Israil di Babel? Memang ada ahli2 jang sama sekali menjangkal, bahwa seorang nabi dari pembuangan adalah asal-usul kitab ini. Kata ahli2 itu: Kitab Jeheskiel adalah karangan agak belakangan jang hanja ditaruh dalam mulut seorang tokoh kenabian dari pembuangan, jang sesungguhnja buah chajal belaka. Kitab Jeheskeil dikatakan berasal dari Jeheskiel seperti misalnja kitab Kebidjaksanaan atau Madah Agung berasal dari radja Sulaiman. Tetapi pendapat itu pasti djauh melewati batas dan berakar dalam prasangka tertentu. Tidak ada alasan sjah untuk memungkiri, bahwa Jeheskiel sungguh seorang nabi sedjati dari djaman pembuangan. Analysa kitabnja tjukup membuktikan bahwa bagian besar sungguh berasal dari orang jang satu dan sama, jang hidup dan bekerdja sebagai nabi waktu pembuangan. Antara lain bukti terdapat djuga bahasa jang dipakai dalam kitab ini. Bahasa Hibrani sangat dipengaruhi bahasa Babel. Gedjala itu lebih baik diterangkan, djikalau nabi sungguh hidup di Babel. Kitab Jeheskiel djuga berulang kali menjindir peristiwa2 jang terdjadi pada djaman itu di Palestina dan diluar Palestina. Seseorang jang hidup dan mengarang didjaman kemudian tak mungkin menulis begini. Maka dari itu kebanjakan ahli mempertahankan berita dari kitab itu sendiri, jakni: umumnja kitab itu berasal dari seorang nabi jang bernama Jeheskiel.
Akan tetapi hal itu belum berarti, bahwa segala sesuatu jang terdapat dalam kitab itu berasal dari orang jang satu dan sama itu djua. Diatas ini sudah ditundjukan beberapa jang kiranja berasal dari tangan lain dan tidak dari Jeheskiel sendiri. Hal jang sedemikian itu terdjadi pada pelbagai kitab Perdjandjian Lama jang dalam sedjarahnja mengalami perobahan dan saduran ketjil- besar dan djuga tambahan2 diselipkan kedalam naskah jang aseli. Itupun tidak mengurangi harga Kitab Sutji, oleh sebab djuga bagian2 itu dikarang dan dimasukkan kedalam Kitab Sutji atas dorongan Allah sendiri. Maka itu tidak ada keberatan untuk menerima tambahan2 pada kitab Jeheskiel jang aseli, asal dibuktikan setjukupnja. Lalu pemeriksaan isi dan bahasa kitab menjatakan dua hal jakni: Bagian terbesar dari satu orang sadja; tapi djuga ada bagian2 ketjil jang pasti dikarang orang lain atau jang keaseliannja boleh diragukan.
Ada beberapa ahli jang menerima, bahwa Jeheskiel sendiri menjusun, kitabnja. Sekalipun seluruh kitab itu tentu sadja tidak dikarang dengan sekaligus, namun menurut ahli2 tersebut nabi itu sediri kemudian mengumpulkan nubuat2 jang pernah diutjapkan dan berita tentang perbuatan beribarat jang pernah dilakukannja. Mungkin sekali ia mentjatat dahulu nubuat danberita itu tersendiri dan bahan jang dengan demikian tersedia kemudian disusunnja dalam satu kumpulan besar, jakni kitab Jeheskiel. Bahkan ada hli jang menjangka mereka sanggup menundjukkan tanggannja kitab selesai. Dalam 1,1 terdapat tanggal: "dalam tahun ketigapuluh". Sudah barang tentu tangal itu suatu teka-teki, akan tetapi menurut ahli2 tersebut tanggal itu menundjukkan ke tahun ketigapuluh pembuangan radja Jojakim, sehingga mendjadi tahun 586 seb. Mas.,maksud tjatatan itu ialah: dalam tahun itu kitab Jeheskiel selesai disusun dan diterbitkan dan itupun oleh nabi itu sendiri. Memang boleh diterima, menurut ahli2 itu, bahwa kemudian kitab jang sudah selesai itu masih disadur sedikit dan disana sini ditambahi oleh orang lain, tapi umumnja kitab itu disusun dan diterbitkan oleh nabi Jeheskiel sendiri.
Adapun pendapat tersebut sukar dipertahankan djika kitab Jeheskiel dipeladjari. Susunan kitab disana-sini agak katjau dan kekatjauan itu sukar dipahami, seandainja nabi sendiri menggubah kitabnja. Diatas ini beberapa tjontoh sudah disadjikan dan boleh ditambahkan lagi misalnja: Nubuat tentang Edom (pas 35) lebih pada tempatnja diantara nubuat2 tentang bangsa2 kafir dalam pasal 25. Lagu tentang Tyrus djalannja oleh daftar pedagang (27,9-24). 3,22-27 kiranja harus dihubungkandengan24,24-27 dan 33,21-22. Dipasal 3 pasti tidak pada tempatnja, oleh sebab sukar diterima, bahwa nabi baru sadja menerima tugasnja, lalu segera dilarang untuk berbitjara. 34,23-24 merupakan bagian tersendiri dan memutuskan djalan pikiran: 34,22 diteruskan 34,25. Demikianpun 12,12-15 merupakan tambahan pada 12,8-11. Bagian2 lain lagi dari kitab Jeheskiel memberikan kesan kekatjauan.
Mungkin kedjadian kitab Jeheskiel kira2 sebagai berikut. Jeheskiel sendiri mengutjapkan nubuat2nja, mentjeritakan penglihatan2 danperbuatan2nja. Lalu ditjatat oleh Jeheskiel sendiri. Kemudian tjatatan2 itu dikumpulkan oleh tjanterik2 nabi. Lebih terdahulu muntjul beberapa kumpulan ketjil, misalnja sebuah kumpulan berita tentang penglihatan2 dan ekstase nabi; kumpulan perbuatan2 beribarat; sebuah kumpulan nubuat2nja tentang bangsa kafir dan kumpulan lain perihal kebinasaan Jerusjalem dan lagi sekumpulan berkenaan dengan pemulihan umat Allah. Mungkin sekali bahwa Jeheskiel sendiri kadang2 menambahkan tjatatan2nja ataupun menjadurnja sedikit, tapi rupa2nja ia sendiri tidak ikut mengumpulkan tjatatan2nja mendjadi kumpulan2 ketjil. Kesemuanja,baik kumpulan2 ketjil itu maupun seluruhnja merupakan hasil usaha murid2 Jeheskiel.
Kapan kitab lalu selesai dalam bentuknja sekarang sukar sekali untuk ditetapkan. Sudah barang tentu kitab seluruhnja digubah sesudah tahun 571 seb. Mas. (nubuat terachir jang diberi bertanggal), tapi selandjutnja tidak ada banjak kepastian lagi. tapi tentu sadja kelirulah orang jang berpendapat, bahwa kitab Jeheskiel baru dikarang pada djaman Parsi (440-400) atau pada djaman Iskandar Agung (330- 300) atau bahkan sesudah tahuan 262. Orang2 jang berpegang pada anggapan itu memang tidak menerima, bahwa kitab Jeheskiel bagaimanapun djua berasal dari seorang nabi jang bekerdja dipembuangan dan jang bernama Jeheskiel. Dengan tjukup pasti boleh dikatakan, bahwa kitab Jeheskiel seesai disusun sebelum pembuangan berachir (538). Sebab dalam seluruh kitab itu tidak ad sindiran sedikitpun, bahwa orang2 Israil sudah pulang ketanah-airnja. Itu memang sukar dipahami, andaikata si (para) penjusun tahu, bahwa nubuat2 Jeheskiel terpenuhi. Maka itu boleh diambil kesimpulan, bahwa kitab Jeheskiel disusun dari bahan jang sudah ada dan jang bagian besar berasal dari nabi itu sendiri antara tahun 571 dan 538, sekalipun boleh diterima, bahwa kemudian masih diselipkan tambahan chususnja dalam pasal 40-48.
Adapun adjaran kitab Jeheskiel umumnja sama dengan adjaran nabi2 lain, tapi ada perbedaan djuga. Gagasan Jeheskiel ad sifat danseginja sendiri. Allah Jeheskiel adalah Allah jang mahamulia, jang mahabesar. Manusia harus berbakti dan mengabdi kepada Allah jang mahasutji itu. Kerahiman, belaskasihan, tjintakasih Allah pada Jeheskiel tidak amat penting. Allah jang marah (5,13;7,14), jang tjemburu (15,13) dan jang menghukum dosa manusia, lebih ditekan. Allah jang mahatinggi dan jang mengatasi segala sesuatu bertindak dan berlaku bukanlah karena manusia, melainkan demi untuk diriNja sendiri, karena namaNja jang kudus (20,9.14.22;36,22), baik apabila Ia berbelaskasihan maupun bila Ia menghukum, meskipun Ia tidak menginginkan kematian si pendosa (18,23.33;33,11). Manusia jang ketji memang harus mentaati Allah jang mahabesar itu dan kepatuhan itu sangat ditekankan oleh Jeheskiel (5,13;2,5;5,16;11,20;20,40). Tapi manusia jang mentjari Jahwe, jang pertjaja padaNja, jang berlindung dibawah naungan sajap2Nja, apabila jang mentjintai Allah, manusia itu hampir tidak dikenal oleh Jeheskiel. Sekalipun orang melewati batas dengan berkata, bahwa Jeheskiel merupakan bapak paham Jahudi kemudian hari, sebagaimana jang terdapat didjaman Kristen, namun sedikit benar djuga anggapan itu. Jeheskiel sungguh seorang perintis bagi tanggapan Jahudi tentang Allah jang mahatinggi dan mahabesar, jang boleh dan harus diabdi oleh manusia hamba dan budakNja. Kemesraan dalam hubungan manusia dengan Allahnja sudah hilang. Dan itupun tidak terdapat pada nabi Jeheskiel.
Nabi Jeheskiel, seperti nabi2 lain, menekan dosa2 Israil jang tidak berdjawab kepada Allah sesuai dengan pilihannja. Tapi Jeheskiel sangat sekali menitikberatkan kedjahatan Israil itu. Sedangkan nabi2 lain, seperti Jeremia, Jesaja dan Hosea masih memperhatikan kemungkinan untuk bertobat, sehingga hukuman dosa masih dapat ditjegahkan, maka Jeheskiel djarang sekali memperhatikan kemungkinan itu (18,30-32;16,61-63,33,11). Ia tidak mengadjak Jerusjalem, agar ia bertobat, melainkan ia menubuatkan hanja hukuman jang tak terhindarkan lagi (6,1-7;7,1-5;9,10;23,14). Pertobatan masing2 orang sadjalah jang menarik perhatian nabi ini (18,21-28;3,19-21). Memang ia menelah djuga keselamatan dimasa depan dan mendjandjikannja atas nama Jahwe dan, seperti halnja dengan nabi2 lain, iapun membuatkan keselamatan itu hanja untuk "sisa" bangsanja (6,9;9,4). Tapi ia tidak memperhatikan, bahwa keselamatan itu bukan hanja hasil belaskasihan Jahwe, tetapi bersandarkan pertobatan umat Jahwe. Allah menjelamatkan Israil demi tjemburunNja (36,2.5.6). Israil dan Jahwe memang suatu kesatuan. Israil adalah umatNja dan Jahwe adalah Allah Israil (34,30;20,5;27,24). Dahulu demikian adanja dan demikianpun halnja kelak. Itulah dasarnja maka Jahwe memulangkan Israil (36,8;37,16-32), sisa Israil dari pembuangan. Ia akan mentjutjikan umatNja (37,23.27), memberinja hati dan roh jang baru (36,26;37,14;39,29). Tapi kesemuanja itu demi untuk Allah sendiri dan kekudusan Jahwe (20,44;36,21-23.32;39,21.25).
Jahwe memang Allah Israil, tapi Iapun berkuasa atas bangsa2 lain, tetangga Israil, bahkan Mesir tidak terluput dari kuasaNja (25-32). Sekalipun Bait Allah di Jerusjelam kediamanNja jang sutji, namun Ia tidak terikat pada tempat itu atau pada tempat manapun djua. Penglihatan jang didapati si nabi tentang kereta tachta Jahwe maksudnja ialah: menjatakan, bahwa Allah dapat bergerak, bahwa Iapun hadir di Babel dan lebih berkuasa daripada dewata disitu. Dalam seluruh kitabnja penglihatan itu berulang kali kembali (1,4-28;3,25;8-10;43,k2-4;21,22- 25), sehingga gagasan jang dirumuskan olehnja penting sekali bagi Jeheskiel. Jahwe jang tidak terikat itu memang menghibur bagi kaum buangan, jang umumnja berpendapat, bahwa Jahwe hanja hadir dan berkuasa di Jerusjalem sadja. tapi nabi itu sama sekali lain pendapatnja. Jahwe tidak terikat pada Jerusjalem dan Ia bahkan meninggalkan kota sutji itu akan hukuman dosa umatNja (11,22-25).
Berkenaan dengan adjaran susila Jeheskiel membawa suatu gagasan jang baru betul di Israil. Umumnja berlangsung "asa solidarita", artinja: kesatuan jang penting: ialah bukan orang masing2, melainkan kollektivita sadja. Keluarga, marga, suku, bangsa itulah jang diperhatikan. Maka dari itu masing2 orang dihukum dan digandjari dalam kollektivita sadja. Apabila bangsa pada umumnja berdoa, maka seluruh bangsa dihukum, termasuk jang baik; apabila bangsaumumnja setia, semua lalu diselamatkan, djuga jang djahat. Asas itu sesungguhnja sudah pernah ditentang (Ul.24,16;II Rdj. 14,6) dan Jeremiapun membantahi (Jr. 12,1;31,29-30). Akan tetapi sampai dalam kitab Jeheskiel sendiri terdapat asa solidarita itu (21,3-5). Namun demikian dalam penglihatan tentang Jerusjalem jang akan musnah (pas.8-11) hanja orang djahat sadja dihukum dan jang baik diberi bertanda, agar mereka selamat dari kebinasan kota. Lalu Jeheskiel mengembangkan adjarannja jang djelas sekali; tak pernah sedjelas itu diulang lagi dalam Perdjadjian Lama: Masing2 orng diperlakukan sekedar perbuatannja sendiri (18;33,1-20). Adjaran itu sukar dipertahankan selama pandangan orang terbatas pada dunia fana ini, sebagaimana masih halnja dengan Jeheskiel sendiri. Kebenaran adjaran itu menuntut dunia baka, tempat asas itu se-utuh2nja akan dikenakan. Adjaran Jeheskiel mendjadi pangkalan untuk perkembangan kedjurusan itu. Tapi baru dikemudian hari (kitab Daniel, II Makabe) akan dirumuskan, hingga diambil alih serta disempurnakan oleh Perdjadjian Baru.
Kebanjakan nubuat Jeheskiel perihal keselamatan umat Jahwe dimasa depan sungguhpun menganai pemulihan sesudah pembuangan, namun pandangan nabi melajang lebih djauh djuga sampai keachir djaman. Tokoh jang aneh dari pasal 38-39, jakni Gog, tentu seorang jang memegang peranannja diachir djaman. Nubuat2 lainpun demikian sifatnja, sehingga tidak terlaksana se-penuh2 nja dimasa sesudah pembuangan itu. Chususnja "Gembala" Israil jang baru (34,23-24) bukan radja politik lagi, melainkan seorang gembala jang menggembalakan umat Jahwe jang sutji dengan keadilan dan kelurusan. Mungkin gembala itu bukan al-Masih, sebagaimana jang ditelah oleh misalnja nabi Jejasa,jaitu seorang jang membawa keselamatan terachir sebagai utusan jahwe. Sabeb menurut Jeheskiel Jahwe sendirilah jang mewudjudkan keselamatan umatNja,lalu mengangkat sebagai wakilNja gembala jang baik itu. Namun demikian Jesus dengan menggambarkan dirinja sebagai Gembala sedjati pasti bersandar pada gagasan Jeheskiel. Gembala jang dinubuatkan oleh nabi itu terlaksana maupun diatas oleh Gembala jang muntjul dalam Indjil Johanes itu (Jh. 10).
Jeheskiel dalam nubuat2nja itu merumuskan kepertjajaan seluruh perdjandjian Lama akan keselamatan dimasa depan, walaupun ia belum tahu dengan terang2an bagaimana keselamatan itu sifatnja dan pelaksananja. Dalam lukisannja tentang masa depan Jeheskiel terikat pada pikirannja sendiri, sehingga dilukiskan seteru gagasan2 Perdjanjian Lama: Tanah Sutji dengan Bait Allah ditengahnja; dan situ Allah memberkati umatNja dan membuat tanah itu subur sekali dan lagi mengangkat wakilNja untuk memerintahkan umatNja (40-48).Tapi gambaran Jeheskiel itu memberikan lowongan untuk sesuatu jang djauh melebihi gambaran kepertjajaan dan pengharapan itu. Dengan demikian Jeheskiel sungguh2 menjiapkan Perdjandjian Baru dengan Radja-gembala jang mengalahkan segenap harapan dulu.
Ende: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) PENGANTAR KITAB PARA NABI
PENDAHULUAN
Kitab para nabi, jang terdjemahan Indonesianja kami sadjikan bersama ini, memuat
sedjumlah tulisan kenabian, jak...
PENGANTAR KITAB PARA NABI
PENDAHULUAN
Kitab para nabi, jang terdjemahan Indonesianja kami sadjikan bersama ini, memuat sedjumlah tulisan kenabian, jakni tudjuhbelas (Lagu ratap termasuk djenis sastera lain), jang merangkum djangka waktu antara l.k. 750 dan 200 seb. Mas. Tulisan2 itu mewakili suatu aliran kuat dalam agama Israil, jang sebelumnja sudah ber-abad2 lamanja berlangsung. Kitab2 nabi itu merupakan puntjak dan buah masak2 dari kurnia kenabian jang mengalami sedjarah dan perkembangannja sendiri sebelum menghasilkan buah2 jang terpelihara dalam kitab para nabi. Kurnia kenabian itu boleh dianggap sebagai kechasan agama Israil jang mentjapai kepenuhannja dalam diri Jesus Kristus.
Namun demikian kurnia tsb. boleh ditempatkan dilatarbelakang jang lebih luas dan melewati perbatasan bangsa Israil dan Perdjandjian Lama. Sebab beberapa gedjala jang diketemukan dalam keterangan2 Kitab Sutji tentang aliran kenabian terdapat pula pada bangsa2 tetangga Israil, jang serumpun dengannja; dengan perkataan lain: pada bangsa2 Semit pada umumnja (bangsa2 Semit ialah bangsa2 keturunan Sem menurut Kitab Sutji). Tidak disangkal, bahwa gedjala2 kenabianpun terdapat pada bangsa2 lain, akan tetapi kalau demikian, agak djarang2 saja ada. Tokoh2 besar dari agama lain, seperti Budha dan para Reshi Hindu tidak boleh dibandingkan dengan nabi2 Israil apalagi filsuf seperti Kon Fu Se atau Lao Tse. Sebaliknja pada bangsa2 jang mendiami negeri Kena'an sebelum Israil memasukinja dan pada bangsa2 disekitar Israil diketemukanlah gedjala2 jang mirip gedjala2 kenabian di Israil. Kitab Sutji sendiri mentjeritakan mengenai "nabi2 Baal dan nabi2 'Asjera", jang menjertai permaisuri Izebel jang berasal dari Fenesia (1Ra 18:19; bdk. 2Ra 10:19). Diluar Kitab Sutjipun ada berita tentang "nabi2" di Mesopotamia dan Palestina. Tjontoh jang paling djelas ialah Muhammad, orang jang berbangsa Arab, djadi berbangsa Semit, dan tokoh2 kenabian lain jang mendahuluinja di Arabia. Penjerupaan Muhammad dengan nabi2 Israil tentu sadja tidak terpungkiri.
Bukan maksud kami untuk begitu sadja menjamaratakan kurnia kenabian di Israil dengan gedjala2 jang serupa pada bangsa2 Semit jang lain. Namun demikian kiranja boleh diterima, bahwa kurnia ilahi jang chas itu mendapat tanah jang subur dalam watak bawaan bangsa2 Semit. Watak alamiah digunakan oleh Allah untuk maksud- tudjuanNja sendiri; bawaan itu diangkat serta dihaluskan oleh anugerah ilahi, jang dapat bertumpu pada sifat alamiah tanpa merusakkannja. Bangsa Israil seakan2 ditjiptakan oleh penjelenggaraan Allah sedemikian rupa sehinggga pada waktunja dapat dianugerahi kurnia kenabian jang chas. Itulah sebabnja maka orang tidak usah heran atau kaget, pabila diluar Israil pun terdapat gedjala2 jang segera mengingatkan kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Kemiripan jang kelihatan tidak usah mengurangi sedikitpun keaselian kurnia kenabian di Israil. Dan untuk mempertahankan keistimewaan umat Allah tidak perlu orang menjangkal kesamaan jang njata. Kesamaan itu kan dibarengi dengan perbedaan asasi, meskipun perbedaan itu tak kelihatan sekalipun. Demikian misalnja orang boleh menerima, bahwa Muhammad melandjutkan, bahkan menjelesaikan serta menutup aliran kenabian bangsa2 Semit, tanpa menerima bahwa tokoh itu adalah landjutan dan penjelesaian kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Bagi kita ini Jesus dari Nasaret adalah nabi terachir dari para utusan Allah kepada umatnja jang terpilih, jakni Israil. Nabi2 jang diketemukan dalam Perdjandjian Baru sama sekali lain tjorak dan tugasnja. Tapi tanpa keberatan sedikitpun Muhammad boleh dipandang sebagai penutup aliran kenabianalamiah jang terdapat pada bangsa2 Semit pada umumnja. Jang pertama terletak dibidang adikodrati jang bertumpu pada susunan alamiah, pada hal jang kedua adalah alamian belaka. Perbedaan njata antara kurnia kenabian sedjati di Israil dengan gedjala2 kenabian pada bangsa2 kafir disekelilingnja kiranja boleh diringkaskan sbb.: Kurnia kenabian bersifat etis, kesusilaan, oleh karena berasal dari Allah jang etis tjoraknja. Kurnia itupun menentang atau sekurang2nja mengatasi keinginan dan harapan nasional. Tetapi nabi kafir tidak mempunjai tjorak etis dan selalu berbatas kepentingan dan keinginan bangsanja sendiri. Muhammad tentu ada tjorak etis padanja djuga dan ia melampaui batas duku dan bangsanja. Tetapi tjorak itu pada Muhammad djauh kurang njata dari pada para nabi Israil.
Selandjutnja disini dibahas hanja kurnia kenabian jang merupakan kechasan dan keistimewaan umat Allah dari Perdjandjian Lama.
Tetapi perlu segera ditambahkan, bahwa kurnia kenabian itu merupakan suatu gedjala jang amat madjemuk dengan sedjarah dan perkembangannja sampai kepuntjak. Keterangan2 jang disadjikan Kitab Sutji sendiri djauh dari terang dari segala sudut dan seginja. Istilah "nabi" dan "bernubuat" ada pelbagai maknanja. Perkataan "nabi" sendiri (demikianpun bunjinja dalam bahasa Hibrani) tidak memberi banjak pendjelasan. Arti perkataan itu ialah: berseru, berbitjara, memaklumkan. Tetapi istilah itu tidak mengatakan sedikitpun tentang siapa jang berbitjara atau apa jang dikatakan. Memang Kitab Sutji sendiri memberikan suatu keterangan, jakni dalam kisah panggilan Musa (Kel 4:15-16; 17:1) Musa diutus Allah kepada Fare'o. Tetapi Musa menolak oleh karena tidak fasih lidah. Ia lalu diberi pembantu, jakni adiknja Harun, jang akan mendjadi djurubitjaranja. Ia adalah "mulut" Musa dan Musa mendjadi "Allah" Harun. Di depan Fare'o Musa mendjadi Allah dan Harun nabinja. Djadi "nabi" disini "djurubitjara Allah". Sudah barang tentu arti kata itu dengan tegas lagi ringkas menundjukkan tugas nabi2 besar jang tampil kedepan dalam kitab para nabi. Tetapi dalam Kitab Sutji sendiri istilah jang sama dipergunakan sehubungan dengan tokoh2 lain serta kegiatan mereka.
Kelompok2 orang ekstatisi jang memainkan peranannja dalam ibadah kadang2 disebut
"nabi" dan mereka "bernubuat dalam ekstasenja. Disekitas Sjemuel, jang melajani
tempat sutji di Sjilo (1Sa 2:18) terdapatlah "nabi2" jang
bersangkutan dengan tempat sutji (1Sa 10:5). Setjara buatan, jakni
dengan alat2 musik, mereka menimbulkan ekstase lalu "bernubuat" (mengigau).
Keadaan itu disertai pelbagai gedjala jang aneh (1Sa 10:11-13; 19:20-24)
Orang2 itu nampaknja madjenun (bdk. 2Ra 9:11), kerasukan roh Allah
(1Sa 19:20,23). Kemudian dalam sedjarah diketemukan pula kelompok2
"nabi" sehubungan dengan Elija (1Ra 18:4). Elisja'pun mempunjai
hubungan dengan "tjanterik2 nabi" (2Ra 2:3-18). Ungkapan "tjanterik
nabi" dalam bahasa Hibrani berbunji "putera2 (anak) nabi" dan artinja ialah
orang jang mendjadi anggota kumpulan atau kelompok tertentu, djadi anggota
kumpulan nabi2. Sudah barang tentu kelompok2 nabi2 itu melandjutkan nabi2 jang
ada disekeliling Sjemuel. Mereka tinggal ber-kelompok2, kadang2 ratusan orang
(1Ra 18:4; 2Ra 2:3,5,7) dan diam terpentjil dari pergaulan masjarakat
(2Ra 6:1-2), di sekitar tempat sutji, seperti Gilgal (
Sudah barang tentu nabi2 ekstatisi tsb. Mempunjai tjorak keigamaan jang njata dan bersangkutan dengan ibadah. Tetapi keterangan2 Kitab Sutji tidak mengidjinkan untuk menetapkan perasaan mana mereka pegang dalam ibadah. Adakah mereka dalam ekstasenja membawakan firman Allah dalam ibadah sebagai djawaban atas permohonan para pemudja atau peranan lain dipegangnja? Ada ahli jang berpendapat, bahwa salam ibadah Israil, dahulu dan kemudian, nabi2 memegang peranan tertentu, suatu djawatan tetap, disamping para imam. Orang2 itu menundjukkan beberapa mazmur (misalnja Maz 2:6; 110:2:4) tempat suatu firman Jahwe dibawakan. Katanja kalimat2 sedemikian itu diutjapkan oleh seorang nabi dalam ibadah. Selandjutnja dikatakan, bahwa beberapa nubuat jang terkumpul dalam kitab para nabi (misalnja Joel) berasal dari ibadah, sehingga nabi jang bersangkutan merupakan nabi ibadah pula. Akan tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan dan keterangan2 jang dapat dikumpulkan dari Perdjandjian Lama tidak tjukup untuk meneguhkan hipotese tsb. Maka dari itu harus dikatakan, bahwa kitapun tidak tahu peranan manakah dimainkan kelompok2 nabi dalam ibadah. Halnja tetap kabur sadja.
Disamping dan bersama dengan nabi2 tsb. kita menemukan dalam Kitab sutji
pelbagai tokoh lain jang diberi djulukan "nabi", namun amat berlainan dari para
ekstatisi tsb. dan djuga dari nabi2 besar jang tampil dalam kitab para nabi. Di
djamanpara Hakim ada nabiah Debora, jang menghakimi Israil (Hak 4:4).
Dalam Kitab itupun muntjul seorang nabi jang tak bernama (Hak 6:8).
Mungkin sekali nabi itu hanja akal kesusateraan sadja dengan mana pengarang
kitab mengemukakan pikirannja sendiri. Pada achir djaman para Hakim tampilah ke
depan tokoh besar nabi Sjemuel (1Sa 3:20; 9:9; 2Ta 35:18), jang
berhubungan dengan dan malah memimpin para ekstatisi (1Sa 19:20).
Tetapi terang sekali Sjemuel tidak termasuk kedalam kalangan orang2 itu.
Kemudian dari itu ber-kali2 nabi jang serupa diketemukan dalam Kitab Sutji,
seperti Ahia (1Ra 1:29-30; 14:2-3) Jehu (1Ra 16:7), Jona
(2Ra 14:24), nabiah Hulda (2Ra 22:14-15), Urijahu
(Yer 26:20), Sjemaia (2Ta 12:5-6), Ido (
Sudah barang tentu nabi2 jang sedemikian itu merupakan suatu djabatan dan lembaga tetap di Israil. Achirnja undangpun mengaturnja. Sebab dalam kitab Ulang tutur (Ula 18:15-22) sesungguhnja terdapatlah suatu undang mengenai nabi2. Undang itu kiranja mengatur keadaan jang sudah lama berlangsung dan sedikit banjak merosot, sehingga perlu diberi petundjuk untuk membedakan nabi2 sedjati dan nabi2 gadungan. Undang itupun menjatakan, bahwa lembaga kenabian itu di Israil memegang peranan, jang pada bangsa2 lain dimainkan oleh tukang sihir dan tukang tenung, jang di Israil dilarang (bdk. (Ima 19:26,31); 1Sa 28:7). Apabila rakjat memerlukan petundjuk2 ilahi dalam hidup se- hari2 mereka dapat menghadap nabi2 itu. Sebagaimana radja Babel, Ninive atau Mesir mempunjai tukang2 tenung jang tetap untuk diminta nasehat2nja dalam urusan negara, dalam perkara perang dan damai, demikianpun dalam istana radja Israil ada nabi2 Jahwe.
Pengarang 1Sa 9:9 mengatakan, bahwa orang jang dimasanja disebut
"nabi, dahulu, misalnja ada masa Sjemuel, dinamakan "pelihat". Makna keterangan
itu tidak amat djelas, tetapi jang berikut ini boleh diterima. Dahulu istilah
"nabi" adalah sebutan kelompok2 nabi ekstatis dalam ibadah, sebagaimana jang
dipaparkan diatas. Disamping nabi2 itu ada "pelihat2", perseorangan dan pribadi
untuk keperluan hidup se-hari2 (sebutan lain ialah: orang ilahi atau "pesuruh
Allah", (bdk. 1Ra 13:1) Kemudian orang2 inipun disebut "nabi". Dan
kiranja perkaranja bukan hanja perpindahan sebutan, tetapi djuga tjampuran
fungsi. Mula2 "nabi" dan "pelihat" berbeda satu sama lain, tetapi kemudian nabi2
itupun bertindak sebagai "pelihat". "Pelihat Sjemuel sudah berhubungan erat2
dengan para nabi dan Elisja'pun bergaul dengan "tjanterik2 nabi" pula.
Demikianpun terdjadilah kedua tugas jang mula2 berlainan itu lama kelamaan
melebur mendjadi satu sadja, sehingga istilah "nabi" melingkupi ke-dua2nja.
Menurut 2Ra 21:10 didjaman radja Menasje ada "nabi2" (djamak)
ditempat lain nabi2 disebut disamping para imam (
Dapat dimengerti pula, bahwa kedua fungsi tsb. melebur mendjadi satu. Sebab antara nabi2 ekstatisi dan nabi2 profesionil ada kesamaan djuga kendati perbedaan. Kedua2nja mempunjai hubungan chusus dan langsung dengan Allah. Ekstatisi dianggap kerasukan roh ilahi jang menampakkan diri dalam ekstase mereka. Pelihat2 itu berkat hubungannja dengan Allah mengenal hal2 tersembunji atau kedjadian dimasa depan. Dan pengetahuan adjaib itupun menjatakan pengaruh ilahi jang chusus. Maka dari itu masuk akal, bahwa semua orang dalam siapa pengaruh Allah menjatakan diri, entah dengan ekstase entah dengan pengetahuan adjaib, kemudian disebut "nabi" sadja.
Tetapi lembaga kenabian ekstatis-profesionil mengalami kemerosotan pula. Dalam hal ini kiranja pengaruh agama2 kafir memegang peranannja. Nabi2 Jahwe jang menjertai radja Israil (1Ra 22:5-28) pasti bukan nabi2 sedjati, melainkan pendjilat radja sadja, terutama pemimpin mereka Sidkia. Sudah dikatakan, bahwa nabi2 profesionil harus diberi upah untuk pernjataannja (bdk. 1Sa 9:7-10; 1Ra 14:3; 2Ra 5:15). Mudah sadja adat itu mendjadi alasan kemerosotan lembaga kenabian (bdk. 2Ra 5:20-24), oleh karena itu nabi2 itu terlalu mentjari keuntungan sendiri, atau sebagai pegawai radja terlalu tjondong untuk menjenangkan madjikannja sadja. Karenanja salam kitab para nabi atjap kali diketemukanlah "nabi palsi", jang merupakan lawan jang gigih utusan2 Jahwe jang sedjati. Jeremia harus menentang sekelompok nabi jang disebut namanja dan bekerdja diantara kaum buangan di Babel (Yer 29:21-23) dan dalam Bait Allah ia bergulat dengan seorang nabi jang bernama Hananja bin 'Azur (Yer 28:1-17). Dimasa radja Jojakim ia ditangkap oleh para imam dan nabi (Yer 26:7-15). Mereka itu disebut "pembohong" (Yer 6:13; 8:10), jang bernubuat hanja untuk makanannja melulu (Mik 3:11). Mereka pemabuk (Yes 28:7) dan pendjinah (Yer 29:23). Mereka sesungguhnja tidak diutus Jahwe (Yeh 13:6) dan meramalkan apa jang diinginkannja sendiri, rakjat serta radjanja (Yer 5:31; 6:14; 13; Yes 30:10). Dengan demikian mereka tidak mengusahakan pertobatan rakjat, melainkan membuat mereka tinggal di dalam kedurdjanaannja (Yer 23:14; Yeh 23:23). Nabi2 palsu itu sungguh suatu bentjana di Israil, sebab mereka menjesatkan rakjat dan merupakan antjaman untuk bangsa maupun agama Israil. Mungkin sekali bahwa tidak semua nabi itu mula2 buruk maksudnja dan barangkali mula2 mereka sungguh nabi Jahwe sedjati. Tetapi demi untuk keuntungan materiil dan hendak menjenangkan rakjat dan radja mereka kadang2 menjalahgunakan kurnianja atau tertipu oleh angan2nja sendiri dengan tidak membedakan apa jang datang dari Jahwe dan apa jang tjotjok dengan keinginan hatinja sendiri (bdk. Zak 13:2-6).
Kendati kemerosotan jang kadang2 menurunkan para nabi ekstatis-profesional itu,
mereka toh tjukup besar pengaruhnja akan jang baik dalam hidup keigamaan Israil.
Tidak ada banjak tjerita tentang pengaruh para ekstatisi. Tetapi setidak2nja
pada permulaan mereka nampak sebagai pembela agama Jahwe jang murni. Permaisuri
kafir Izebel mengejar serta membunuh mereka (bdk. 1Ra 18:4; 19:10,14).
Tetapi terutama nabi profesionil adalah djagoan agama Jahwe dan tatasusila. Nabi
Natan menegur radja Dawud karena berdjinah dan membunuh orang jang tak berdosa
(2Sa 12:1-5) dan mendukung radja itu untuk mendirikan pusat agama
jang baru (2Sa 7:1-17). Waktu Jerobe'am mulai dengan ibadah
tersendiri, maka seorang nabi menentang (1Ra 11:29-39), tetapi iapun
menegur radja itu oleh karena terlalu tjondong kepada kekafiran (
Djustru nabi2 profesionil, terutama jang disebut diatas, merupakan pendahuluan
sedjati dari nabi2 besar jang nubuat2nja terpelihara dalam Kitab Sutji.
Chususnja Elija amat mirip mereka. Namun demikian nabi2 besar itu ada tjoraknja
tersendiri, sehingga tidak boleh digolongkan kedalam lembaga kenabian tsb.
Perbedaanja bukan hanja, bahwa nabi2 jang dahulu tidak terpelihara nubuat2nja
dalam tulisan tersendiri, sedangkan para nabi2 jang terachir kurnia kenabian
dibarengi dengan kurnia untuk menulis, entah pada mereka sendiri entah pada
orang lain, sehingga utjapan2nja tersimpan dalam Kitab Sutji. Adakalanja orang
membedakan "nabi2 penulis" dan "nabi2 bukan penulis", perbedaan mana hanja
lahiriah belaka. Kelainan, sesungguhnja djauh lebih mendalam. Jang pertama
diantara nabi2 "penulis",jakni amos (Amo 7:14) membedakan diri dengan
"nabi2" (profesionil) dan "tjanterik2 nabi" (ekstatisi). Dan jang sama kiranja
boleh diterapkan pada semua nabi jang tampil dalam kitab para nabi. Mereka itu
bukan ekstatisi dan bukan pedjabat kenabian, melainkan charismatisi, jang
menerima panggilan chas dari pihak Allah dengan tugas tersendiri. Beberapa
diantaranja seperti Jesaja (Yes 6), Jeremia (Yer 1)
Jeheskiel (Yeh 2:1-10) Amos (Amo 7:14-15) mentjeritakan
panggilannja. apa jang dahulu kadang2 terdjadi dengan nabi2 profesionil, jang
diberi tugas chusus oleh Allah (bdk. 1Sa 3:1-14; 2Sa 7:4-6;
Tugas nabi charismatis pada umumnja ialah: Mendjadi djurubitjara Allah, suara Allah, pada umatnja untuk memperingatakan kepadanja tuntutan2 keigamaan dan tatasusila. Allah Israil kan pentjipta dan pendukung tatasusial dan Dialah Allah jang mahaesa, satu2nja Allah dan tidak menanggung persaingan dewata kafir. Para nabi diutus untuk memperingatkan kepada Israil akibat dan kesimpulan dari pilihannja dari pihak Allah, jang telah mengikat perdjandjian dengan bangsa ketjil ini.
Tetapi perdjandjiaan itu adalah suatu peristiwa dalam sedjarah dan terlaksana oleh sedjarah umat, jang diselenggarakan oleh Allah perdjandjian itu. Karenanja para nabi nampaknja terutama terutama sebagai penafsir sedjarah, sedjarah nasional Israil dan sedjarah internasional, sedjauh bersangkutan dengan sedjarah umat Allah. Sedjarah itu dihadapi para nabi dari segi keigamaan dan kesusilaan. Mereka betul2 sadar dan isxaf, bahwa dibelakang peristiwa2 kenegaraan tangan Allah sedang bekerja serta memimpin. Apa jang kelihatan oleh mata insani ada dasar dan latarbelakang ilahinja jang tak nampak. Para nabi menembusi permukaan untuk membuka dasar ilahinja itu. Sedjarah Israil jang insani adalah sedjarah keselamatan jang dikerdjakan Allah didalamnja. Allah sendirilah jang bertindak dan berbuat didalam peristiwa jang rupanja insani belaka, akan keselamatan umatNja, bahkan akan keselamatan umat manusia seluruhnja. Djustru segi itulah disingkapkan oleh sabda kenabian, sehingga para nabi menghubungkan satu sama lain pernjataan perbuatan dan pernjataan-sabda. Kedua itu lalu melebur mendjadi satu, sehingga peristiwa mendukung sabda kenabian dan sabda itu pada gilirannja membuka rahasia kedjadian. Peristiwa2 politik bagi para nabi mendjadi hukuman atau -atjap kali sekaligus - berkah ilahi; hukuman atas dosa umat atau dosa lawan umat, dan berkah perdjandjian jang mendapat wujud jang njata.
Karenanja para nabi bertumpu pada dan berakar dalam tradisi iman Israil. Sudah barang tentu mereka mendjulang tinggi diatas tingkatan jang umum dan merupakan puntjak didataran. Tetapi mereka tidak terpisah dari umat Allah dan tidak melangkah tersendiri2 sadja. Sebenarnja mereka termasuk kedalam tradisi iman Israil jang djuga dikembangkannja. Iman Israil mempunjai tjorak historis, artinja mengenai peristiwa dan kedjadian jang njata. Memang Israil pertjaja akan Tuhan, tetapi Allah Israil bukan gagasan niskala dan mudjarad, melainkan pribadi jang berbuat sesuatu dan menjatakan diri dengan perbuatan dalam sedjarah. Iman jang terpelihara dalam tradisi itulah jang diambil alih oleh para nabi. Dengan amat tepatnja mereka pernah disebut "suara kalbu Israil", suara rasa keigamaan dan kesusilaan. Lebih dari pada siapapun djua para nabi sadar dan insjaf akan seluruh isi dan segala akibat praktis dari iman Israil itu. Apa jang mereka terima dari leluhur diselami dan diresapkannja sedalam2nja. Dengan tadjam mereka melihat apa jang pernah dibuat dan terus dikerdjakan Allah dan djuga siapa Allah jang berbuat dan bertindak itu. Djustru berkat kehalusan kesadarannja itulah para nabi bukan hanja penjalur iman dan tradisi jang tidak berubah sedikitpun. Ditolong oleh terang Ilahi jang chas para nabi djuga mengembangkan dan memadjukan iman dan tradisi jang hidup. Tanpa meninggalkan apa sadja jang sedjati dari dahulukala, mereka sekaligus menambahkan sesuatu jang baru, landjutan tulen dari jang sudah2. Dengan demikian para nabi bukan hanja pembawa tradisi dan pemelihara iman jang bertumpu pada wahju ilahi, tetapi mereka djuga alat wahju jang baru betul. Tetapi jang baru langsung berkembang dari jang lama, jang dibawah penerangan ilahi dipikirkan dan lalu dipahami se-penuh2nja oleh para nabi.
Didalam arus besar tradisi iman Israil para nabi merupakan suatu aliran ketjil jang mendjadi tulang punggung tradisi umum itu. Sebab sesungguhnja para nabi bukanlah orang jang tersendiri2 sadja. Mereka melandjutkan satu sama lain serta mengembangkan satu sama lain. Jang kemudian bertumpu pada pendahulunja, bahkan ada kalanja dalam tjaranja kabar dibawakan mereka. Tidak demikian halnja, bahwa tiap2 nabi se-akan2 mulai kembali, melainkan kabar nabi jang dahulu diambil alih dan diteruskan oleh nabi jang baru. Dengan demikian para nabi mendjadi satu sungai jang terus mengalir didalam sedjarah Israil, sampai kurnia kenabian lenjap dari umat Allah.
Sebagai penafsir sedjarah adakalanja nabi Israil membitjarakan mengenai masa depan djuga. Memang seringkali nabi dianggap terutama sebagai peramal akan tetapi hanja dalam gabungan seluruh tugasnja hal sedemikian itu kadang2 terdjadi. Dajdi fungsi itu hanja segi tertentu dan bukanlah jang paling penting dari kurnia kenabian. Sebagai djurubitjara Allah nabi per-tama2 menembusi sedjarah aktuil jang sedang berlangsung dimasanja sendiri untuk menjingkapkan segi ilahinja. Tetapi sedjarah itu adalah sedjarah keselamatan dan nabi insaf bahwa keselamatan jang dikerdjakan Allah dalam sedjarah sekarang belum terlaksana, belum sampai djuga. Sebaliknja, keselamatan jang direntjanakan Allah dibahajakan oleh ketidaksetiaan umat. Namun demikian Allah tetap setia pada djandjinja dan karenanja selandjutnja Ia akan bertindak lagi untuk mengembalikan umat kedjalan jang lurus dengan hukuman jang menghasilkan pertobatan, supaja achirnja keselamatan ilahi itu terlaksana. Karenanja para nabi kerap kali berbitjara tentang bentjana2 jang akan ditimpakan Allah kepada umatnja. Bahkan orang mungkin mendapat kesan, bahwa nabi2 umumnja tjukup pessimis, chususnja jang terdahulu. Akan tetapi sebenarnja para nabi optimis, meskipun realis djuga. Mereka tidak menutup mata bagi keadaan jang njata, tetapi mereka mempunjai iman jang tak tergontjangkan akan Allah serta kesetiaanNja. Memang hukuman2 berat didjatuhkan atas Israil, teapi dengan maksud supaja bertobat dan allah lalu dapat melaksanakan rentjanaNja. Harapan itu tak pernah lenjap dari para nabi. Mereka jakin, bahwa setidak2nja sisa Israil akan bertobat lalu diselamatkan. Berdasarkan imannja nabi kadang2 mendapat intuisi tentang masa depan, masa keselamatan. Intuisi jang asasi itu kadang2 digambarkan nabi dengan menggunakan gagasan dan gambaran jang tidak diambil dari intuisi itu, melainkan dari apa jang diketahui nabi setjara lain dan jang sesuai dengan gagasan jang laku dilingkungannja.
Dalam hubungan itulah muntjul nubuat2 masehi. Para nabi adalah pembawa ulung dari harapan Israil jang kuno. Oleh karena sedjarah jang njata belum djuga memenuhi harapan itu atau hanja memenuhinja sebagian sadja, maka pandangan Israil terutama pandangan para nabinja melajang kemasa jang akan datang. Dengan kejakinan mutlak diharapkan turun tangan Allah jang terachir dalam sedjarah umatnja dan bagsa manusia seluruhnja. Entah Allah sendiri, entah seorang utusan Allah achirnja toh akan memenuhi seluruh harapan. Dalam intuisinja itu nabi sesungguhnja membawa suatu kabar bagi jang melampaui masanja sendiri dan karenanja tetap kabur bagi nabi sendiri pula. Ia tahu, bahwa sesuatu jang maha hebat akan terdjadi, tapi tidak tahu bagaimana dan apa jang terdjadi. Maka itu ia menggambarkan intuisinja dengan bahan jang diambil dari lingkungannja jang amat terbatas sambil bertumpu pada keadaan, kedjadian2 dan tokoh2 jang sedjamannja. Dari sebab itu dalam nubuat2 itu amat perlu dibedakan baik2 dua unsur, jakni intuisi asasi dan gambaran pembungkusnja. Kenjataan jang dinubuatkan dapat agak berlainan dari lukisan jang disadjikan nabi, meskipun tjotjok dan serasi dengan intuisi tsb. Nabi pasti tahu akan keselamatan jang terachir, jaitu keselamtan masehi, tetapi ia tidak tahu akan wudjud jang njata. Namun demikian wudjud itupun digambarkannja. Maka dari itu sama seklai tidak tjotjok dengan tjorak nubuat, djika kenjataan masehi melebihi gambaran kenabian. Intuisi asasi dipenuhi seluruhnja tapi gambaran diatasi, oleh sebab lukisan itu terikat pada masa dan lingkungan nabi dalam sedjarah. Itulah sebabnja maka gambaran jang disadjikan masing2 nabi dapat agak berlainan, sedemikian rupa sehingga tidak dapat disesuaikan satu sama lain. Tetapi kelainan itu tidak mengurangi sedikit djuapun kebenaran asasi jang adalah milik bersama para nabi. Perlulah orang ingat akan tjorak nubuat tsb. apabila Perdjandjian Baru menundjukkan kepada nubuat2 jang lama itu se-akan2 terpenuhi dalam diri Jesus dan karjaNja sungguh2 memenuhi intuisi asasi nabi setjara pari-purna, tetapi sekaligus menembusi dan djauh melampaui gambaran dalam mana intuisi itu dibungkus oleh mereka. Karena itulah nubuat2 Pendjandjian Lama sering kali tidak dapat dimengerti, kalau tidak bertolak dari kenjataan Perdjandjian Baru.
Apa jang dikatakan diatas menjatakan se-terang2nja, bahwa para nabi adalah tokoh keigamaan dan kesusilaan. Sebagai pendukung dan penjaga agama jang murni dan tatasusila jang sehat mereka diutus Allah kepada umatNja dan liwat umatNja kepada bangsa manusia seluruhnja. Dengan gigihnja mereka berdjuang, atjap kali hampir2 sendirian sadja, untuk membersihkan agama perdjandjian dari kemerosotan insani. Kerap kali agama Israil sungguh dirusakkan oleh pengaruh kekafiran. Sebenarnja nabi2 tidak djarang turun tangan dalam urusan kenegaraan, tapi maksud-tudjuannja selalu bersifat agamiah belaka. Politikkan seirng2 mengantjam kemurnian agama Jahwe dan hubungan2 diplomatik dengan negeri2 kafir tidak djarang menghantar dewa2 kafir masuk wilajah Jahwe, Allah Israil. Apabila nabi2 menjerang bangsa2 kafir serta mengantjam kepada keruntuhannja, maka bukanlah nasionalisme jang me-luap2 mendorong mereka, melainkan rasa keigamaannja. Bangsa2 itu entah menindas umat Allah entah membahajakan kemurnian agamanja. Dan tidak sedikit nabi toh membuka pintu keselamatan untuk kaum kafir djuga. Pelbagai nabi pun menentang kemerosotan sosial di Israil sendiri, penindasan dan pengisapan dari pihak golongan jang satu terhadap golongan jang lain. Tetapi dasar terachir dari ketjaman itu ialah agama para nabi. Semua orang Israil adalah umat Jahwe, anak Allah jang melindungi jang lemah. Semua sama sadja kedudukan dan haknja. Penindasan sosial achirnja merusakkan agama, hubungan Allah dengan seluruh umatNja. Para nabi tentu sadja tidak bermaksud merobohkan susunan masjarakat, sebagaimana jang dikehendaki Allah. Tetapi djandji2 jang termuat dalam perdjandjian jang diikat Jahwe dengan Israil, teruntukkan bagi semua. Dan tiada seorangpun boleh menghalangi djandji2 itu terlaksana untuk semua. Para nabi pun mempertahankan seluruh Taurat, oleh sebab merupakan pernjataan kehendak ilahi jang harus dilaksanakan manusia. Dahulu beberapa ahli pernah mempertentangkan Taurat Musa serta para imam jang adalah pendukung Taurat, dengan para nabi, se-akan2 mereka tidak peduli akan Taurat. Tetapi pandangan itu keliru sama sekali. Apabila nabi2 sampai mengetjam ibadah mendjadi formalisme belaka atau malahan tachajul sadja. Dalam agama Israil ibadah tanpa tatasusila tidak masuk akal, oleh karena agama itu etis karena Allahnjapun etis adanja. Adakalanja nabi2 berbentrokan dengan para iman, tetapi sebabnja ialah: imam2 itu melalalaikan tugasnja sebagai pendukung tatasusila. Pada dirinja djabatan keimanan dan kurnia kenabian tidak bertentangan satu sama lain, melainkan saling mendukung untuk mempertahankan kemurnian agama dan tatasusila jang bersangkutan. Nabi2 menentang iman2 gadungan seperti mereka melawan nabi2 palsu. Djasa jang terbesar para nabi di Israil ialah menginsafkan kepada bangsa itu, bahwa agama-ibadah dan tata-susila tak terpisahkan.
Sebagai djurubitjara Allah para nabi menjampaikan kabarnja sebagai sabda Allah sendiri. Mereka sendiri insaf, bahwa pesannja berasal dari Allah. Kesadaran itu nampak dalam rumus2 jang lazim dipakai, misalnja: Demikianlah Jahwe bersabda; sabda Jahwe disampaikan kepadaku; itulah firman Jahwe dll. Sabda Tuhan itu kadang2 se-olah2 dipaksakan kepada mereka (Amo 3:8), sehingga tidak dapat ditolak. Dengan sia2 sadja Jeremia berusaha melarikan diri (Yer 20:7-9); bdk. kisah nabi Jona'). Tetapi bagaimanapun djua para nabi sendiri jakin se- kuat2nja, bahwa mereka utusan Allah (bdk. Yes 6:8). Diri nabi sendiri seluruhnja mendjadi suatu "tanda", nubuat jang hidup (bdk. Hos 1-3; Yes 20:3; 8:18; Yer 16; Yeh 4:3; 12:6,11; 24; 24).
Dengan beberapa djalan sabda Jahwe dan kabar jang harus dibawakan dapat sampai kepada nabi. Adakalanja mereka mendapat penglihatan (Yes 6; Yeh 1:2,8; Zak 1-6; Amo 7:8: kemudian dalam apokaliptik djalan itu mendjadi djalan biasa sadja; bdk. Kitab Daniel), atau mimpi dimalam hari (Ula 13:6; Zak 1:8-9), ataupun mereka mendengar suatu suara (Yeh 1:28; 3:13; 10:5; Amo 9:1). Kadang2 mereka disergap oleh ilham ilahi (Yeh 8:1) dengan melihat barang sesuatu dari hidup se-hari2 jang mendapat makna luar biasa bagi nabi (bdk. Amo 8:1-3; Yer 1:11-12; 32:1-44; 18:1-4). Tetapi djalan jang lebih lazim ialah suatu ilham batin, dorongan untuk berbitjara. Atas dorongan dan penerangan ilahi mereka memikirkan imannja serta kedjadian2 jang njata, lalu mereka melihat kebenaran dan kesimpulan daripadanja. Allah mendorong mereka untuk merumuskan dan mengeluarkan buah pikirannja itu, jang menurut kejakinan nabi sendiri sungguh berasal dari Tuhan. Setiap nabi sedjati sadar dan insaf, bahwa ia hanja alat ditangan Allah, meski bukan alat mati sekalipun, sehingga apa jang dikatakan nabi sungguh dikatakan Allah sendiri.
Dalam hal membawakan kabarnja nabi dapat menempuh pelbagai djalan. Adakalanja
mereka menggunakan perbuatan lambang (Yes 20:3-4; Yer 27:19; 13),
jang merupakan kesukaan Jeheskiel jang chas (
Djadi nubuat2 jang dibawakan nabi setjara lisan kemudian terkumpul dan tersusun
dalam kitabnja, atjap kali oleh orang lain. Dalam menjusun bahannja para
penghimpun menuruti asas2 jang seringkali bukan asas seorang pengarang moderen.
Kadang2 mereka menghimpun bahan jang mengenai hal jang sama (misalnja nubuat
tentang bangsa2 kafir; Yes 13:1-23:18; Yer 46:1-51:64;
Kesemuanja itu mengakibatkan, bahwa kitab2 nabi tidaklah gampang dibatja. Tetapi mahapentinglah orang ingat akan tjaranja kitab itu terdjadi. Tiap bagian adalah sebuah "chotbah", lebih kurang pandjang (kadang2 beberapa ajat sadja) jang harus dimengerti sebagai suatu kesatuan tersendiri. Umumnja orang dapat membedakan empat unsur dalam kitab2 para nabi. Memang tidak semua unsur terdapat dalam semua kitab, tetapi dalam banjak kitab terutama jang lebih besar, diketemukan kembali. Unsur jang merupakan kechasan nabi ialah "firman Jahwe". Atjap kali nabi hanja mengutip sadja apa jang dikatakan Jahwe. Itu selalu ditundjuk dengan rumus: Demikianlah Jahwe bersabda... dan ditutup dengan rumus: Itulah sabda Jahwe. Karenanja bagian2 itu umumnja mudah dikenali. Firman Jahwe itu kadang2 pendek dan padat, kadang2 lebih pandjang. Disamping itu ada bagian dimana nabi sendiri berbitjara sebagai penchotbah untuk membentangkan pikirannja sebagaimana atas ilham Ilahi muntjul dan bergelora dalam hatinja. Isi chotbah itu bermatjam- ragam, antjaman, nasehat, petundjuk, adjaran dll. Dan ada djuga bagian dalam mana nabi sendiri menteritakan halihwal kehidupannja, baik batin maupun lahuir (Yes 6; Yer 1:4-6; 20:7-18; Hos 3). Adakalanja orang lain (penghimpun kitab?) mengisahkan hal-ihwal nabi (Amo 7:10-17); Hos 1:2-8; Yes 20:1-6; Yer 19:1-20:8; 26:1-24 dll.) Dalam bagian2 ini kerap kali dikutiplah firman Jahwe atau chotbah nabi. Achirnja ada bagian2 lain lagi dalam kitab para nabi, jang berupa lagu jang bermatjam-ragam. Ada lagu ratap, lagu edjekan, lagu pudji; ada doa dll. Adakalanja pelbagai djenis kesusteraan bertjampur-baur dan tidak gampang digolongkan.
Banjak bagian dan nubuat kitab para nabi berupa sandjak. Orang dapat melihat, bahwa pada umumnja persandjakkan itu lama-kelamaan berkurang. Nabi2 jang lebih dahulu menggunakan hanja gaja sastera itu, tetapi jang kemudian mulai memakai prosa djuga prosa se-mata2. Persandjakan Hibrani ada undang2 dan patokan2nja sendiri, jang belum diketahui seluruhnja. Namun demikian tidak dapat disangsikan para nabi umumnja suka akan djenis kesusasteraan itu, meskipun tidka selalu pasti apakah salah satu abgian berupa sandjak atau itu, meskipun tidak selalu pasti apakah salah satu bagian berupa sandjak atau prosa sadja. Penterdjemah kadang2 memilaih sajda entah jang satu entah jang lain. Daja puetis memang tidak sama pada semua nabi. Ada jang berbakat luhur dan ada jang berbakat rendah. Persandjakan itupun mengakibatkan, bahwa nubuat2 tidak selalu gampang dibatja. Tetapi umumnja boleh dikatakan, bahwa puesi agak sukar, sehingga para nabi Israil bukan suatu keektjualian. Maka itu perlu nubuat2 dibatja dan dipelajari dengan perhatian jang sewadjarnja. Lalu orang kiranja sampai menikmati puesi Hibrani djuga, kalaupun dalam terdjemahan memang banjak dari kekuatan aselinja hilang.
Kitab para nabi memang kitab dari Perdjandjian Lama, sehingga mungkin orang bertanja apakah gerangan gunanja bagi kita jang hidup didjaman perdjandjian baru. Sudah barang tentu kitab itupun mentjerminkan tahapan wahju ilahi tertentu sadja. Karenanja kitab para nabi, seperti Perdjandjian Lama seluruhnja, menundjuk kepada diri Jesus Kristus dan perdjandjian baru. Namun demikian perbuatan2 nubuat2 itu tidak hanja berguna sebagai persiapan sadja dan sebagai saksi penjelenggaraan ilahi adjaib jang memimpin sedjarah menudju kedjaman terakhir. Banjak adjaran para nabi terus berlaku dan dengan rupa jang sama tidak terdapat dalam Perdjandjian Baru jang selalu mengandaikan Perdjandjian Lama. Demikian misalnja tekanan atas Allah jang mahaesa, jang mahakuasa, mahaadil, jang memimpin seluruh sedjarajh umat manusia. Dalam kitab itu kitapun masih terus dapat menimba pengetahuan tentang Tuhan itu; nabi2 terus mengadjar bahwa iman tanpa amal sesungguhnja iman jang mati dan tak berguna. Iman para nabi adalah dasar iman kita. Para nabi merupakan pendorong suatu tradisi jang bergerak madju, dan tradisi itu kita butuhkan djuga. Tanpa mengetahui kitab para nabi orang tidak mengetahui Perdjandjian Lama dan tidak mengetahui imannja sendiri. Maka dari itu nubuat2 jang lama itu dapat terus hangat bagi kita, mungkin lebih hangat dari pada bagi umat Allah perdjandjian lama, oleh sebab kita dapat mengerti intisari kitab para nabi ialah nabi terachir lagi terbesar, jaitu Jesus Kristus jang dengan kabur dinubuatkan para nabi.
Baiklah kiranja kami sadjikan disini daftar para nabi bersama dengan djaman mereka tampil. \= AMOS l.k. 760-750 Hosea l.k 759-725 Micha 745-697 Jesaja 740-700 Sefanja 630-622 Jeremija 626-585 Habakuk 625-586 Nahum 614 Jeheskiel 597-580 Obadja 520 Hagai 520 Zakarja 520 Maleachi 520-480 (450-430) Joel 500? Baruch 200? Daniel 160 \+ Untuk hal2 terperintji lihatlah kata pendahuluan masing2 Alkitab.
TFTWMS: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) yehezkiel 18 ~ komentari
Tanggung Jawab Individu
Setiap generasi harus menghadapi godaan untuk menyalahkan orang lain. Sangat mudah untuk terlibat...
yehezkiel 18 ~ komentari
Tanggung Jawab Individu
Setiap generasi harus menghadapi godaan untuk menyalahkan orang lain. Sangat mudah untuk terlibat dalam menunjuk-nunjuk dan melemparkan kesalahan. Yehezkiel harus menangani mentalitas "memelas" orang-orang buangan. Mereka menimpakan kesalahan atas kondisi bangsa mereka itu kepada raja-raja yang jahat dan para pemimpin sebelum mereka—terutama Raja Manasye, yang dosa-dosanya menyediakan titik fokus argumentasi mereka (2 Raja 21:10-12; 24:3). Ia dianggap sebagai alasan tunggal bagi pengasingan mereka. Hal ini memberikan orang-orang buangan itu dalih bagi masalah hidup mereka, serta alasan untuk menganggap diri mereka bebas dari kesalahan pribadi. Mereka tidak mengenali atau percaya kepada tanggung jawab pribadi dan dosa individu.
Sikap orang-orang buangan itu tercermin dengan buruknya atas sifat dan keadilan Allah. Dalam pandangan mereka, Allah sedang membuat kesalahan yang mengerikan dengan menghukum mereka karena dosa-dosa nenek moyang mereka. Anda praktis dapat mendengar jeritan mereka "Hidup ini tidak adil" dan "Kami tidak layak menerima ini!" Benar di mata mereka sendiri, mereka menyalahkan leleuhur mereka atas keadaan buruk mereka. Mereka bahkan membuat sebuah pepatah untuk menggambarkan filosofi mereka: "Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu" (Yeremia 31:29). Yehezkiel dengan berani menyerang pepatah ini. Ia bermaksud melenyapkan pepatah ini, sekali dan untuk selamanya, dengan melakukan hal-hal berikut ini:
- 1. Menunjukkan bahwa setiap individu akan dimintai tanggung jawab pribadi atas keputusannya sendiri dalam kehidupan—apakah baik atau buruk. Penghakiman yang di lakukan ke atas seseorang tidak akan dipengaruhi oleh dosa orang lain atau perbuatan benar orang lain (bahkan kerabat yang paling dekat). Orang yang berbuat baik akan memperoleh berkat Allah; orang yang melakukan kejahatan akan memperoleh hukuman.
- 2. Menunjukkan bahwa konsep "predestinasi" adalah salah. Dosa manusia bukanlah sesuatu yang ia warisi yang terlepas dari tindakannya sendiri. Ia itu menjadi jahat atau baik bukan karena sifat yang diwariskan. Setiap orang sepenuhnya bebas untuk membuat pilihan hidupnya sendiri. Siapa saja dapat memilih untuk bertobat dan berbalik kepada Allah atau memutuskan untuk meninggalkan iman dan mengerjakan kelaliman.
- 3. Membuktikan bahwa keinginan tertinggi Allah adalah keselamatan setiap jiwa. Allah memanggil setiap orang, secara individu, untuk "bertobat dan hidup." Oleh karena itu, ketimbang memandang Allah sebagai tidak adil dan tidak baik, Yehezkiel menunjukkan Allah sebagai Bapa yang pengasih dan penyayang yang merindukan anak-anak-Nya kembali kepada Dia. Jika mereka memilih untuk tidak kembali kepada Dia, mereka akan menemukan Allah yang adil yang akan memberikan penghakiman. Jika mereka memilih untuk berpaling kepada Dia, mereka akan memperoleh pengampunan. Kebenaran yang sama berlaku juga sekarang ini. Orang yang berpaling kepada Allah dengan menaati Injil Kristus akan menemukan kasih dan pengampunan. Itu adalah pilihan yang setiap orang harus buat (Kisah 2:37-41; Roma 6:3-11; Galatia 3:26-28).
Yehezkiel mendukung tesis utamanya di ayat 20, "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati," dengan memberikan contoh-contoh ini: 1) Ayat 5-9: Ayah yang benar akan hidup oleh karena kebenarannya. 2) Ayat 10-13: Anak yang jahat akan mati oleh karena kejahatannya itu. 3) Ayat 14-18: Cucu-cucu yang benar akan hidup karena kebenarannya. 4) Ayat 21-23: Orang jahat yang memutuskan untuk mengejar kebenaran akan hidup karena kebenarannya. 5) Ayat 24-29: Orang benar yang memutuskan untuk mengejar kejahatan akan mati karena kejahatan itu.
TFTWMS: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) PILIHAN HIDUP& TANGGUNGJAWAB(Yehezkiel 18)
Umat Allah harus melawan godaan untuk menyalahkan orang lain atas kehidupan mereka. Kejahatan bukan ke...
PILIHAN HIDUP& TANGGUNGJAWAB(Yehezkiel 18)
Umat Allah harus melawan godaan untuk menyalahkan orang lain atas kehidupan mereka. Kejahatan bukan kesalahan orang tua, pasangan, atau lingkungan seseorang. Setiap orang akan menghadap Allah dan dihakimi semata-mata untuk dosanya sendiri (Yakobus 1:13-15; 2 Korintus 5:10; Yohanes 5:28, 29).
Seseorang bisa "naik meninggalkan/ke luar dari" lingkungannya dan benar-benar menjadi orang benar. Bahkan memiliki orang tua yang jahat tidak mencegah seseorang untuk menjadi orang benar. Filosofi modern tentang determinisme moral, yang mengklaim bahwa orang tidak mampu membuat pilihan-pilihan hidupnya sendiri, adalah salah.
Kebenaran sejati ditemukan dalam memperhatikan semua hukum Allah— bahkan "hukum-hukum yang terkecil." Umat Allah tidak mengabaikan atau mengecilkan perintah-Nya, tetapi mencoba untuk patuh kepada semuanya (Matius 23:23).
Sifat Allah adalah sedemikian rupa sehingga Ia menghendaki semua orang diselamatkan dan akan memberi mereka setiap kesempatan untuk menaati Dia (ay. 23, 32; 1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9).
Orang Kristen harus berprilaku dengan keyakinan yang mendalam bahwa masing-masing akan bertanggung jawab secara pribadi dan memberi jawaban kepada Allah atas pilihan hidup. Masing-masing dapat menjadi suami, istri, ayah, ibu, anak, kakek, atau pekerja yang baik. Tidak ada skenario yang ditulis untuk hidup kita. Kita tidak ditakdirkan untuk mengikuti rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Sifat-sifat yang menggambarkan orang benar terkait erat dengan sikap dan tindakannya terhadap sesamanya, serta responnya terhadap hukum Allah (lihat Matius 25:35-40). Doktrin dosa warisan adalah salah. Pilihan setiap orang akan menentukan nasib kekalnya sendiri. Tidak perlu membaptis bayi yang belum membuat pilihan-pilihan seperti itu. Anak bayi adalah tanpa dosa dan karena itu ia adalah anak Allah (lihat Matius 18:1-4).
Doktrin "sekali selamat tetap selamat" adalah salah. Adalah mungkin bagi orang benar berpaling dari kebenarannya dan menjadi fasik (Yehezkiel 18:24). Orang tentunya bisa jatuh dari Kristus (lihat Galatia 5:1-4).
Denny Petrillo
EMPAT KEBENARAN TENTANG TANGGUNGJAWAB INDIVIDU
Yehezkiel 18 menyajikan empat kebenaran penting tentang tanggung jawab individu: (1) Tidak ada orang yang berada di bawah kekuasaan total orang lain. (2) Tidak ada orang yang sepenuhnya menjadi hamba masa lalunya sendiri. (3) Setiap orang memilih masa depannya sendiri. (4) Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
TFTWMS: Yehezkiel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 "Prinsip dari Sepuluh Perintah ini mengajarkan bahwa anak-anak akan terpengaruh oleh dosa ayah mereka. Orang tua menjadi cont...
Catatan Akhir:
- 1 "Prinsip dari Sepuluh Perintah ini mengajarkan bahwa anak-anak akan terpengaruh oleh dosa ayah mereka. Orang tua menjadi contoh bagi anak-anak mereka. Perilaku berdosa orang tua itu dengan mudahnya ditiru oleh anak-anak mereka.Oleh karena itu, sayangnya anak-anak sering menemukan diri mereka mempraktikkan perbuatan dosa yang sama seperti ayah mereka. Demikian juga, mereka harus menerima hukuman yang adil yang sama untuk perbuatan tersebut. Namun begitu, setiap anak masih bertanggung jawab secara individu. Ia dapat membatalkan rangkaian 'warisan hukuman dosa' kapan saja. Tapi ia harus bertobat dan melakukan apa yang benar" (Ralph H. Alexander, Notes on Ezekiel, The Expositor's Bible Commentary, ed. Frank E. Gaebelein [CD-ROM] [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002]).
- 2 Norman H. Snaith, Leviticus and Numbers, The Century Bible (Greenwood, S.C.: Attic Press, 1967), 132.
- 3 "Bagian ini membuat jelas bahwa seseorang bisa menjadi benar di hadapan Allah (dan tentunya Allah tidak akan menyebut dia benar dan adil dan murni jika ia tidak berusaha untuk membesarkan anaknya dalam jalan Tuhan!) dan memiliki anak yang melakukan kekejian. 'Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.' Itu tidak dimaksudkan sebagai aturan yang kaku karena aturan itu bekerja dua arah dan mereka yang terlatih dalam dosa dan pesta pora tidak akan pernah bertobat. Tidak ada yang akan membantah bahwa nas suci yang dikutip itu merupakan aturan umum; tetapi tidak ada orang berakal sehat yang akan menyangkal ajaran jelas dari bagian kitab Yehezkiel ini. "Kita tidak bisa selamanya melemparkan kecurigaan ke atas orang tua yang saleh yang anak-anaknya menjadi jahat dan dalam hati menuduh mereka bertanggung jawab. Seorang anak bisa saja memiliki ayah yang sehebat mungkin dan tetap saja menjadi seorang pemberontak. Saya tahu itu memang benar karena Adam memiliki Bapak yang sebaik mungkin dan ia berbuat salah … LINGKUNGAN, BAIK ATAU BURUK, TIDAK MAHAKUASA"(Jim McGuiggan, The Book of Ezekiel, Looking Into The Bible Series [Lubbock, Tex.: Montex Publishing Co., 1979], 189).
- 4 "Dua tahapan pertobatan yang murni itu didefinisikan; menjauhi dosa yang dilakukan dan ketaatan yang loyal kepada kehendak Allah. Unsur-unsur penting peneysalan, sebagaimana diajarkan di dalam Taurat dan oleh para rabi, adalah menyesali dosa masa lalu dan tekad untuk menghindari dosa di masa depan; penyesalan mendalam dan perubahan" (S. Fisch, "Ezekiel," in Soncino Books of the Bible [London: Soncino Press, 1950], 112).
- 5 "Yang menakjubkan dari ayat-ayat ini adalah bahwa Allah mengambil waktu untuk membenarkan diri-Nya dengan cara apa saja. Inilah orang fasik yang mempertanyakan Allah. Inilah makhluk berdosa yang menuduh sang Pencipta bertindak secara tak bermoral "(McGuiggan, 193).
- 6 "Tampaknya doktrin yang diajarkan oleh nabi itu menimbulkan kecaman: jika manusia bebas untuk mengubah cara hidupnya dari kejahatan kepada kebenaran dan sebaliknya, ini berarti sikap Allah terhadap manusia berubah dan dengan begitu menunjukkan adanya kecacatan dalam sifat-Nya. Terhadap penalaran ini nabi itu menjawab bahwa yang berubah bukanlah Allah, tetapi manusia itu sendiri. Allah selalu melimpahkan berkat-Nya ke atas manusia, tetapi perubahan itu dilakukan manusia supaya ia layak menerima berkat itu. Sebagaimana hujan tidak dapat menyuburkan tanah kecuali tanah itu dibudidayakan, begitu juga manusia hanya bisa mendapatkan keuntungan dari kebaikan Allah ketika ia tetap memiliki kapasitas moral untuk menerima berkat itu. Frase-frase Alkitab yang tampaknya mengaitkan ketidakkonsistenan kepada Allah, seperti 'maka menyesallah TUHAN bahwa Ia telah menjadikan manusia' (Kejadian 6:6), hanyalah bentuk ungkapan antropomorfik"(Fisch, 113).
- 7 "Segala hal 'yang sah' adalah hal-hal yang dapat dihakimi oleh pengadilan; hal-hal yang 'benar' adalah tindakan kebenaran, pelbagai tindakan berani keagamaan dan tentang rahmat yang Allah sendiri adalah hakimnya" (Ibid., 114).
Pengarang: Denny Petrillo
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) TANGGUNGJAWAB PRIBADI(Yehezkiel 18:5-32 )
Apa yang Yehezkiel katakan tentang tanggung jawab pribadi adalah benar mengenai hubungan. Jika seorang ayah...
TANGGUNGJAWAB PRIBADI(Yehezkiel 18:5-32 )
Apa yang Yehezkiel katakan tentang tanggung jawab pribadi adalah benar mengenai hubungan. Jika seorang ayah adalah benar, ia akan hidup (ay. 5-9). Jika anaknya jahat, anak itu akan mati (ay. 10-13). Jika cucunya adalah benar, cucu itu akan hidup (ay. 14-18).
Tanggung jawab pribadi adalah benar mengenai pertobatan (ay. 21-23). Jika orang fasik memutuskan untuk menjadi benar, ia akan hidup (ay. 21, 22). Allah tidak berkenan kepada kematian orang fasik (ay. 23). Tanggung jawab pribadi adalah benar mengenai pemberontakan (ay. 24-29). Jika orang benar berubah menjadi jahat, ia akan mati (ay. 24). Seseorang mungkin berkata, "Jawaban ini tidak benar. Pikirkanlah semua kebaikan yang pernah ia lakukan." Namun begitu, seseorang punya tanggung jawab untuk hidup benar di setiap waktu (ay. 25-29). Dengan cara ini, Allah menyatakan bahwa Ia akan menghakimi kaum Israel (ay. 30-32).
Eddie Cloer
BIS: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) YEHEZKIEL
PENGANTAR
Nabi Yehezkiel tinggal dalam pembuangan di Babel, baik sebelum, maupun
sesudah jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 Sebelum Masehi.
YEHEZKIEL
PENGANTAR
Nabi Yehezkiel tinggal dalam pembuangan di Babel, baik sebelum, maupun sesudah jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 Sebelum Masehi. Pesannya ditujukan kepada orang-orang yang dibuang di Babel dan mereka yang tinggal di Yerusalem. Buku Yehezkiel dibagi dalam empat bagian yang penting yaitu:
- (1) Peringatan kepada umat Israel bahwa Allah akan menghakimi mereka dan bahwa Yerusalem akan jatuh dan hancur.
- (2) Pesan dari TUHAN bahwa Ia akan menghakimi bangsa-bangsa yang menindas dan menyesatkan umat-Nya.
- (3) Penghiburan bagi Israel setelah jatuhnya Yerusalem, dan janji tentang masa depan yang cerah.
- (4) Gambaran Yehezkiel tentang Rumah TUHAN dan bangsa yang diperbaharui.
Yehezkiel adalah orang yang teguh imannya dan hebat daya khayalnya. Sebagian besar dari pesannya didapatnya melalui penglihatan-penglihatan, dan dinyatakannya dengan perbuatan yang merupakan lambang yang jelas bagi bangsa Israel. Yehezkiel menekankan perlunya pembaharuan hati dan jiwa, serta tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri. Ia juga menyatakan harapannya akan pembaharuan hidup bagi bangsa Israel. Sebagai imam dan juga selaku nabi, Yehezkiel memberi perhatian khusus kepada Rumah TUHAN dan pentingnya hidup menurut kehendak TUHAN.
Isi
- Yehezkiel dipanggil menjadi nabi
Yeh 1:1-3:27 - Pesan-pesan tentang hukuman bagi Yerusalem
Yeh 4:1-24:27 - Penghakiman Allah terhadap bangsa-bangsa
Yeh 25:1-32:32 - Janji Allah kepada umat-Nya
Yeh 33:1-37:28 - Pesan tentang hukuman bagi Gog
Yeh 38:1-39:29 - Penglihatan tentang Rumah TUHAN dan tanah Israel di kemudian hari
Yeh 40:1-48:35
Ajaran: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Yehezkiel, anggota jemaat dapat mengerti dan
yakin bahwa Allah yang memilih bangsa Israel sebagai umat pilih
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Yehezkiel, anggota jemaat dapat mengerti dan yakin bahwa Allah yang memilih bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya, adalah Allah yang dikenal dalam Tuhan Yesus Kristus, yaitu Allah Yang Mahakuasa dan yang mempunyai rencana yang indah dalam kehidupan seseorang.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yehezkiel.
Isi Kitab: Kitab Yehezkiel terdiri dari 48 pasal. Isi Kitab ini merupakan pemberitaan tentang keadaan masa depan bangsa Israel dan bangsa- bangsa lain.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Yehezkiel
Pasal 1-3 (Yeh 1:1-3:27).
Allah memanggil Yehezkiel menjadi hambanya
- Allah memperlihatkan kemuliaan-Nya kepada Yehezkie (pasal 1; Yeh 1-28).
- Allah memberikan tugas kepada Yehezkiel dalam melayani-Ny (pasal 2-3; Yeh 2:1-3:27).
Pendalaman
Bacalah pasal Yeh 2:1-7. Apakah tugas Yehezkiel? Dan orang-orang macam apakah yang ia layani?
Pasal 4-24 (Yeh 4:1-24:27).
Pemberitaan tentang penghukuman yang akan dialami oleh bangsa Israel
- Perumpamaan-perumpamaan tentang penghukuman yang aka dialami bangsa Israel (pasal 3-7; Yeh 3:1-7:27).
- Pemberitaan tentang penglihatan Yehezkiel atas dos bangsa Israel (pasal 8-11; Yeh 8:1-11:25).
- Pemberitaan tentang penghakiman yang akan dialami bangs Israel (pasal 12-19; Yeh 12:1-19:14).
- Gambaran tentang dosa-dosa daripada bangsa Israe (pasal 20-24; Yeh 20:1-24:27).
Pendalaman
Bacalah pasal Yeh 24:1-11. Apakah sebabnya penghukuman akan dialami oleh orang-orang Israel?
Pasal 25-32 (Yeh 25:1-32:32).
Pemberitaan tentang keadaan masa depan bangsa-bangsa
Pendalaman
Sebab-sebab bangsa-bangsa lain dihukum: Amon Yeh 25:1-3. Moab Yeh 25:8. Edom Yeh 25:12. Filistin Yeh 25:15. Tirus Yeh 26:1-2. Sidon Yeh 28:20-22. Mesir dan Firaun Yeh 29:1-3.
Pasal 33-39 (Yeh 33:1-39:29).
Pemberitaan akan pembaharuan yang akan diterima bangsa Israel setelah penghakiman
Pendalaman
Bacalah pasal Yeh 36:1-10. Apakah pendapat saudara tentang ayat 9 (Yeh 36:9)?
Pasal 40-48 (Yeh 40:1-48:35).
Pemberitaan tentang keadaan masa depan dari zaman baru
- Pemberitahuan tentang ukuran dari pada Bait Alla (pasal 40-42; Yeh 40:1-42:20).
- Petunjuk-petunjuk dalam ibada (pasal 43-46; Yeh 43:1-46:24).
- Pemberitahuan tentang keadaan dan pembagian tana (pasal 47-48; Yeh 47:1-48:35).
Pendalaman
Bacalah pasal 48:35; Yeh 48:35. Siapakah yang akan memerintah secara langsung dalam zaman baru itu?
II. Kesimpulan/penerapan
Panggilan atas Yehezkiel untuk menjadi pemberita Firman Allah, mengajarkan bahwa Allah juga memanggil setiap orang percaya untuk bersaksi tentang Kristus.
Tuntutan Allah terhadap tanggung jawab Yehezkiel dalam pemberitaannya, mengajarkan juga bahwa Allah menuntut pertanggungjawaban setiap orang Kristen dalam hal memberitakan Injil.
Pemberitaan tentang keadaan masa depan bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain telah digenapi, membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh Firman Allah itu benar.
Apabila kehidupan di dalam zaman yang baru penuh dengan persekutuan, maka sudah selayaknyalah setiap orang percaya untuk memulai hidup dengan penuh persekutuan di dunia ini.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Yehezkiel?
- Apakah isi Kitab Yehezkiel?
- Untuk apakah Yehezkiel dipanggil Allah?
- Pelajaran apakah yang saudara terima setelah mempelajar Kitab Yehezkiel?
Intisari: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) Laporan seorang penjaga
LATAR BELAKANGDalam tahun 597 SM raja Babel, Nebukadnezar mengangkut raja Yoyakim ke Babel bersama dengan sepuluh ribu pendud
Laporan seorang penjaga
LATAR BELAKANG
Dalam tahun 597 SM raja Babel, Nebukadnezar mengangkut raja Yoyakim ke Babel bersama dengan sepuluh ribu penduduk utama bangsa Israel. Pemerintahan boneka yang ditinggalkannya di Yerusalem memberontak, dan dalam tahun 587 SM Nebukadnezar menghancurkan seluruh kota dan mengangkut lebih banyak penduduk ke pembuangan.
PENULIS
Diperkirakan bahwa kitab Yehezkiel disusun oleh beberapa pengarang atau ditulis lama sesudah pengarangnya meninggal, tetapi pemakaian kata ganti orang pertama, waktu yang tepat, data pribadi yang diberikan secara rinci, dan gaya penulisan yang sama dalam keseluruhan kitab merupakan indikasi kuat bahwa Yehezkiel sendiri yang memastikan bahwa semua nubuatannya ditulis dan menjelang akhir hidupnya ia menyusunnya dengan cermaat ke dalam bentuk buku. Yehezkiel dibesarkan di Yehuda dan boleh jadi pada masa remajanya ia dipengaruhi oleh pembaruan raja Yosia dan nubuatan Yeremia. Dia seorang imam yang dibuang ke Babel pada tahun 597 SM, kemungkinan bersama-sama dengan raja Yoyakim, dan tulisannya sangat dipengaruhi oleh latar belakang keimamannya. Dalam pembuangan ia bermukim di Tel-Abib di tepi sungai Kedar. Lima tahun kemudian, pada waktu ia berumur tiga puluh tahun, ia mendapat penglihatan dari Tuhan dan dipanggil menjadi nabi. Dia mungkin saja mempunyai kedudukan penting (Yeh 8:1; 14:1), walaupun kebanyakan orang menolak peringatannya (Yeh 3:25), atau tidak menganggapnya denganserius (Yeh 33:30-32).
ISI KITAB
Dalam kitab Yehezkiel, kita dapat membaca kisah kehidupan nabi itu dan nubuat-nubuatnya yang mencakup kurun waktu mulai dari tahun 597 sampai 570 SM. Kitab Yehezkiel terbagi dalam empat bagian penting. Pasal Yeh 1-24 khususnya berisi nubuatan yang diberikan sebelum tahun 587 SM pada waktu Yehezkiel memperhadapkan umat dengan dosa mereka, serta menunjukkan bahwa kejatuhan Yerusalem tidak dapat dihindari dan merupakan dosa yang sepatutnya mereka terima. Pasal Yeh 25:1-32:32 merupakan nubuatan tentang penghakiman terhadap bangsa- bangsa yang ada di sekeliling Yerusalem. Pasal Yeh 33:1-39:29 ditulis setelah kejatuhan Yerusalem dan Yehezkiel mendorong orang-orang buangan untuk bertobat dari dosa-dosa lama mereka, dan menjadi anggota masyarakat baru yang menyerahkan diri untuk melayani Tuhan. Bagian akhir berisi harapan tentang kembalinya bangsa Israel dari pembuatan sampai padda akhir zaman, dan berisi penglihatan Yehezkiel tentang Yerusalem baru. Kita akan lebih banyak belajar dari kitab Yehezkiel jika kita melihatnya sebagai pesan kepada suatu bangsa yang istimewa, yang sungguh-sungguh memerlukan pertolongan dalam suatu keadaan yang nyata.
Pesan
1. Sifat AllahRakyat yang berada dalam pembuangan mungkin saja tergoda untuk meragukan kuasa Tuhan. Yehezkiel sangat ingin memberitakan kebesaran Tuhan dalam situasi yang jelas sangat tidak menguntungkan sekalipun.
o Allah itu penuh kemuliaan dan mengagumkan. Yeh 1:25-28; 3:23
o Allah itu kudus. Yeh 5:11; 36:23
o Allah berkuasa di mana-mana. Yeh 3:12-27; 5:5
o Allah berkuasa atas segala bangsa. Yeh 25:1-32:32
o Allah itu adil. Yeh 18:25; 33:20
o Allah memimpin dan menunjukkan jalan bagi umat-Nya. Yeh 2:2; 11:1,5
o Allah bertindak agar umat-Nya mengenal Dia. Yeh 6:7, 14; 20:38
o Allah memelihara umat-Nya seperti seorang gembala yang baik. Yeh 34:11-16
o Allah memberikan hidup baru. Yeh 36:25-32
2. Bahaya dosa
Pesan Yehezkiel mengenai kematian dan hukuman kelihatannya keras dan tidak berperasaan apabila kita berpikir tentang rakyat yang sedang menderita di pembuangan, tetapi hal itu penting untuk membuat mereka mengerti bahwa pembuangan itu merupakan hukuman. Dengan maksud untuk mempermalukan mereka sampai mereka bertobat, Yehezkiel menganggap mereka busuk sampai ke akar-akarnya.
o Mereka telah mempermalukan nama Allah. Yeh 20:9; 36:20
o Mereka telah mencemarkan rumah Allah. Yeh 5:11; 23:38
o Mereka pemuja berhala. Yeh 20:7,18; 22:4
o Mereka mengambil bagian dalam upacara mengurbankan anak-anak. Yeh 20:26,31
o Mereka mengabaikan hukum. Yeh 44:6-8
o Mereka menekan orang miskin. Yeh 22:7,12
3. Pentingnya penghakiman
Oleh karena Allah itu adil, maka Israel harus dihukum. Hanya karena kesabaran Tuhan yang besar saja Dia masih dapat mentoleransi bangsa yang sudah bobrok itu sekian lamanya, tetapi Yehezkiel membawa pesan bahwa kesabaran Tuhan terhadap bangsa Israel akhirnya habis juga.
o Penghakiman tidak dapat dihapuskan. Yeh 12:22,27
o Penghakiman tidak dapat dihindari. Yeh 7:4-27; 22:14
o Penghakiman tidak datang "nanti", tetapi "sekarang". Yeh 9:10; 24:14
4. Janji kehidupan baru
Tuhan masih rindu untuk menyelamatkan bangsa Israel. Penghakiman dan pembuangan berarti bahwa dosa mereka dihukum dan sekarang akan ada berita pengampunan. Semua orang ditantang untuk bertobat dan dengan iman bergabung ke dalam komunitas umat Tuhan yang:
o Terbentuk dari orang-orang yang hatinya telah diubahkan oleh Tuhan. Yeh 36:25-27
o Diberi hidup oleh Roh Allah. Yeh 37:5
o Tidak terpecah-belah. Yeh 37:15-17
o Mempunyai perjanjian kekal dengan Allah. Yeh 14:11; 37:23
o Dipimpin oleh Raja Mesias keturunan Daud. Yeh 37:24-28
o Membawa hidup baru kepada dunia. Yeh 47:1-12
Penerapan
Yehezkiel banyak berbicara mengenai kegagalan para penguasa Israel untuk bertindak sebagai wakil Tuhan, dan bangsa Israel gagal untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Namun demikian, ia juga menunjukkan cara bagaimana menjalani kehidupan.
1. Ciri-ciri manusia yang sudah diperbaruio Dia dipimpin oleh Tuhan
o Hatinya ditujukan kepada Tuhan
o Tujuan hidupnya untuk memuliakan Tuhan
o Dia dengan penuh sukacita menerima kehendak Tuhan
o Dia dikenal oleh kesucian hatinya dan ketaatannya kepada Tuhan
o Dia hidup dengan perasaan aman, karena tahu Tuhan memeliharanya
o Dia menunjukkan keprihatinannya terhadap sesama
2. Ciri-ciri seorang pemimpin yang baik
o Dia taat kepada Tuhan dalam segala hal
o Dia berpaling kepada Tuhan untuk memperoleh kekuatan
o Dia tekun menjalankan tugasnya
o Dia mengerti orang yang dipimpinnya
o Dia mengambil keputusan berdasarkan keadilan
o Dia tidak takut untuk berbicara
Tema-tema Kunci
1. Kebesaran Allah
Bangsa Israel berpikir bahwa kebesaran Israel adalah sama dengan kebesaran Allah, sehingga Allah tidak akan membiarkan Israel dihancurkan. Pendapat ini salah; Israel sendiri telah mencemarkan nama Allah. Demi untuk kemuliaan-Nya sendiri Allah bertindak, pertama-tama menghukum dan kemudian menyelamatkan. Bacalah Yeh 20:40-44; 28:25,26; 36:16-23; 38:17-23; 39:7,8,25-29. Dengan cara bagaimana orang Kristen dewasa ini mencemarkan nama Allah?
2. Allah memelihara
Allah terus memelihara bangsa Israel, bahkan pada waktu Dia harus menghukum mereka sekalipun. Bacalah: Yeh 11:17; 16:60-63; 28:24-26; 34:11-31; 37:25-27. Bandingkan gambaran Allah sebagai gembala Israel yang terdapat pada pasal Yeh 34, dengan pengajaran mengenai Gembala Agung dalam Yohanes 10:7-18.
3. Tanggung jawab
Setiap orang harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah. Bukan keluarga atau keadaan yang akhirnya harus dipersalahkan tentang apa yang terjadi pada seseorang. Ia sendiri yang harus memilih untuk melayani Allah dan terus melayani atau tidak. Baca Yeh 18:1-32; 33:7-20.
4. Penjaga
Yehezkiel menerima panggilan sebagai seorang penjaga atau "pengawas" dengan penuh kesungguhan dan ia memperingatkan bangsanya bahwa penghakiman Allah sudah dekat, dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berbalik serta menerima jalan keselamatan yang Allah sediakan. Carilah ayat-ayat: Yeh 3:12-21; 33:1-9. Dari ayat-ayat di atas dan ayat-ayat lainnya, buatlah daftar mengenai tanggung jawab yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya di dunia.
Garis Besar Intisari: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) [1] PANGGILAN YEHEZKIEL Yeh 1:1-3:27
Yeh 1:1-3Waktu terjadinya
Yeh 1:4-24Penglihatan mengenai makhluk hidup
Yeh 1:25-28Kemuliaan Tuhan
Yeh 2:1-3
[1] PANGGILAN YEHEZKIEL Yeh 1:1-3:27
Yeh 1:1-3 | Waktu terjadinya |
Yeh 1:4-24 | Penglihatan mengenai makhluk hidup |
Yeh 1:25-28 | Kemuliaan Tuhan |
Yeh 2:1-3:15 | Yehezkiel menerima pengutusan |
Yeh 3:16-27 | Ia harus memberi peringatan kepada bangsa Israel |
[2] NUBUATAN MENGENAI PENGHAKIMAN ATAS YERUSALEM Yeh 4:1-12:28
Yeh 4:1-5:17 | Gambaran mengenai pengepungan terhadap Yerusalem |
Yeh 6:1-14 | Nubuatan tentang gunung-gunung Israel |
Yeh 7:1-27 | Kehancuran telah tiba |
Yeh 8:1-9:11 | Pemujaan berhala di Rumah Allah |
Yeh 10:1-22 | Hukuman terhadap pemimpin-pemimpin Israel |
Yeh 11:16-25 | Bangsa Israel yang sudah diperbarui akan kembali |
Yeh 12:1-28 | Gambaran mengenai pembuangan |
[3] DOSA-DOSA ISRAEL DAN YERUSALEM Yeh 13:1-24:27
Yeh 13:1-23 | Nabi-nabi palsu akan dihukum |
Yeh 14:1-11 | Pemuja berhala akan dihukum |
Yeh 14:12-23 | Penghakiman tidak dapat dihindarkan |
Yeh 15:1-8 | Yerusalem seperti kebun anggur yang tak berguna |
Yeh 16:1-63 | Yerusalem sebagai pelacur |
Yeh 17:1-24 | Perumpamaan tentang dua ekor elang dan kebun anggur |
Yeh 18:1-32 | Tanggung jawab pribadi terhadap dosa |
Yeh 19:1-14 | Ratapan untuk dua pangeran Israel |
Yeh 20:1-29 | Masa lalu Israel yang penuh pemberontakan |
Yeh 20:30-44 | Penghakiman dan pemulihan Tuhan |
Yeh 20:45-21:32 | Penghakiman dengan api dan pedang |
Yeh 22:1-31 | Yerusalem sudah berdosa besar |
Yeh 23:1-49 | Israel dan Yehuda merupakan dua kakak beradik yang berdosa |
Yeh 24:1-14 | Yerusalem bagaikan periuk berkarat |
Yeh 24:15-27 | Istri Yehezkiel meninggal |
[4] NUBUATAN TENTANG HUKUMAN BAGI BANGSA-BANGSA Yeh 25:1-32:32
Yeh 25:1-7 | Terhadap Amon |
Yeh 25:8-11 | Terhadap Moab |
Yeh 25:12-14 | Terhadap Edom |
Yeh 25:15-17 | Terhadap bangsa Filistin |
Yeh 26:1-28:19 | Terhadap Tirus |
Yeh 28:20-26 | Terhadap Sidon |
Yeh 29:1-32:32 | Terhadap Mesir |
[5] NUBUATAN TENTANG HARI DEPAN Yeh 33:1-39:29
Yeh 33:1-20 | Yehezkiel, si penjaga |
Yeh 33:21-33 | Penjelasan tentang jatuhnya Yerusalem |
Yeh 34:1-31 | Gembala yang baik menggantikan gembala yang buruk |
Yeh 35:1-15 | Pengkhianatan Edom akan dibalas |
Yeh 36:1-14 | Hidup baru bagi tulang-tulang yang kering |
Yeh 37:15-28 | Bangsa yang dibangkitkan dengan raja yang baru |
Yeh 38:1-39:20 | Nubuatan tentang Gog |
Yeh 39:21-29 | Rencana Tuhan untuk bangsa Israel |
[6] GAMBARAN MENGENAI YERUSALEM BARU Yeh 40:1-48:35
Yeh 40:1-42:20 | Rumah Tuhan yang baru |
Yeh 43:1-12 | Kemuliaan Tuhan kembali ke rumah-Nya |
Yeh 43:13-46:24 | Pengaturan ibadah |
Yeh 47:1-12 | Sungai yang memberi hidup |
Yeh 47:13-48:35 | Pembagian tanah di antara suku-suku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi