Teks -- Kisah Para Rasul 27:18-44 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Kis 27:24 - JANGAN TAKUT, PAULUS!
Nas : Kis 27:24
Selama Allah mempunyai tempat dan tujuan untuk hidup seseorang di
bumi ini dan orang itu mencari Allah serta mengikuti bimbingan Ro...
Nas : Kis 27:24
Selama Allah mempunyai tempat dan tujuan untuk hidup seseorang di bumi ini dan orang itu mencari Allah serta mengikuti bimbingan Roh Kudus (bd. Kis 23:11; 24:16), Tuhan akan melindungi dia dari kematian. Semua orang yang setia kepada Allah berhak untuk berdoa, "Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung" (Mazm 16:1,2).
Full Life: Kis 27:25 - TABAHKANLAH HATIMU.
Nas : Kis 27:25
Paulus adalah tahanan di kapal itu; sekalipun demikian, dia seorang
yang bebas dalam Kristus, bebas dari ketakutan di hadirat Allah...
Nas : Kis 27:25
Paulus adalah tahanan di kapal itu; sekalipun demikian, dia seorang yang bebas dalam Kristus, bebas dari ketakutan di hadirat Allah sedangkan mereka yang berlayar bersama-sama dia sangat ketakutan karena bahaya yang ada di laut. Dalam hidup ini hanya orang percaya yang sungguh-sungguh dan setia yang mengalami hubungan dekat dengan Allah dapat menghadapi bahaya hidup ini dengan ketabahan dan keyakinan dalam Kristus.
Full Life: Kis 27:31 - JIKA MEREKA TIDAK TINGGAL DI KAPAL.
Nas : Kis 27:31
Pernyataan Paulus di sini tampaknya bertentangan dengan ayat
Kis 27:22,24. Jikalau Allah berjanji kepada Paulus bahwa Ia akan
melin...
Nas : Kis 27:31
Pernyataan Paulus di sini tampaknya bertentangan dengan ayat Kis 27:22,24. Jikalau Allah berjanji kepada Paulus bahwa Ia akan melindungi nyawa semua orang yang berlayar bersamanya (ayat Kis 27:24) dan Paulus menyatakannya tanpa syarat, "tidak seorang pun di antara kamu yang akan binasa" (ayat Kis 27:22), bagaimana mungkin perginya para awak kapal menyebabkan kematian para penumpang? Jawabannya terdapat dalam kebenaran alkitabiah bahwa janji-janji Allah kepada umat-Nya biasanya tergantung pada ketaatan mereka kepada kehendak-Nya (lih.
Kej 1:26-31 dan Kej 6:5-7;
Kel 3:7-8 dan Bil 14:28-34;
BIS -> Kis 27:37
BIS: Kis 27:37 - dua ratus tujuh puluh enam dua ratus tujuh puluh enam: beberapa naskah kuno: dua ratus tujuh puluh lima, ada juga kira-kira tujuh puluh enam.
dua ratus tujuh puluh enam: beberapa naskah kuno: dua ratus tujuh puluh lima, ada juga kira-kira tujuh puluh enam.
Jerusalem: Kis 27:21 - dan berkata Turun tangan Paulus yang kedua (Kis 27:33 dst) melanjutkan turun tangan yang pertama ini (Kis 27:21-26). Cerita tentang turun tangan pertama ini rupan...
Turun tangan Paulus yang kedua (Kis 27:33 dst) melanjutkan turun tangan yang pertama ini (Kis 27:21-26). Cerita tentang turun tangan pertama ini rupanya disisipkan dengan kurang tepat dan sebagian diulang oleh cerita yang kedua.
Ialah pengadilan kekaisaran, bukan kaisar Nero sendiri.
Jerusalem: Kis 27:27 - laut Adria Begitu disebutkan bagian Laut Tengah antara negeri Yunani dan Italia serta Afrika.
Begitu disebutkan bagian Laut Tengah antara negeri Yunani dan Italia serta Afrika.
Jerusalem: Kis 27:35 - mengucap syukur Setiap orang Yahudi yang baik waktu mulai makan selalu mengucapkan sebuah doa syukur. Tetapi kata-kata yang dipilih Lukas mengingatkan upacara Ekarist...
Setiap orang Yahudi yang baik waktu mulai makan selalu mengucapkan sebuah doa syukur. Tetapi kata-kata yang dipilih Lukas mengingatkan upacara Ekaristi, bdk Kis 2:42+
Teks barat menambah: dan memberikannya kepada kami.
Ende -> Kis 27:24
Ende: Kis 27:24 - -- Dikurniakan Allah bagimu": "Bagimu" barangkali berarti bahwa doa-doa Paulus
dikabulkan; atau djuga mengandung arti: supaja engkau dengan selamat sampa...
Dikurniakan Allah bagimu": "Bagimu" barangkali berarti bahwa doa-doa Paulus dikabulkan; atau djuga mengandung arti: supaja engkau dengan selamat sampai ke Roma.
· ke laut: Kis 27:19,38; Yun 1:5
Ref. Silang FULL: Kis 27:21 - sekiranya nasihatku // dari Kreta · sekiranya nasihatku: Kis 27:10
· dari Kreta: Kis 27:7; Kis 27:7
· bertabah hati: Kis 27:25,36
Ref. Silang FULL: Kis 27:23 - seorang malaikat // aku sembah // di sisiku · seorang malaikat: Kis 5:19; Kis 5:19
· aku sembah: Rom 1:9
· di sisiku: Kis 18:9; 23:11; 2Tim 4:17
· seorang malaikat: Kis 5:19; [Lihat FULL. Kis 5:19]
· aku sembah: Rom 1:9
· di sisiku: Kis 18:9; 23:11; 2Tim 4:17
Ref. Silang FULL: Kis 27:24 - menghadap Kaisar // karena engkau · menghadap Kaisar: Kis 23:11
· karena engkau: Kis 27:44
Ref. Silang FULL: Kis 27:25 - tabahkanlah hatimu // dinyatakan kepadaku · tabahkanlah hatimu: Kis 27:22,36
· dinyatakan kepadaku: Rom 4:20,21
· tabahkanlah hatimu: Kis 27:22,36
· dinyatakan kepadaku: Rom 4:20,21
Ref. Silang FULL: Kis 27:26 - kapal ini // satu pulau · kapal ini: Kis 27:17,39
· satu pulau: Kis 28:1
· kapal ini: Kis 27:17,39
· satu pulau: Kis 28:1
· menurunkan sekoci: Kis 27:16
· mungkin selamat: Kis 27:24
Ref. Silang FULL: Kis 27:35 - mereka, memecah-mecahkannya · mereka, memecah-mecahkannya: Mat 14:19; Mat 14:19
· kuatlah hati: Kis 27:22,25
· tali-tali sauh: Kis 27:29
· oleh gelombang: 2Kor 11:25
· menyelamatkan Paulus: Kis 27:3
· semua selamat: Kis 27:22,31
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kis 27:12-20; Kis 27:21-44
Matthew Henry: Kis 27:12-20 - Perjalanan Paulus Menuju Roma Perjalanan Paulus Menuju Roma ( Kis 27:12-20)
Dalam perikop di atas kita mendapati,
I. Kapal kembali berlayar, dan meneruskan perjalan...
Perjalanan Paulus Menuju Roma ( Kis 27:12-20)
- Dalam perikop di atas kita mendapati,
- I. Kapal kembali berlayar, dan meneruskan perjalanannya dengan angin yang bersahabat pada awalnya. Amatilah,
- 1. Apa yang mendorong mereka untuk meninggalkan pelabuhan indah. Alasannya karena mereka berpikir tidak baik untuk tinggal di pelabuhan itu selama musim dingin. Pelabuhan itu cukup menyenangkan di musim panas, tetapi di musim dingin suasananya suram. Atau mungkin, karena suatu alasan, pelabuhan itu tidak nyaman. Mungkin makanan di sana langka dan mahal. Dan mereka terpaksa menempuh bahaya demi menghindari suatu keadaan yang tidak nyaman, seperti yang sering kita lakukan. Beberapa awak kapal, atau dewan penasihat yang dipanggil untuk memberikan saran dalam hal ini, memilih untuk tinggal di sana, daripada nekat berlayar ke laut, karena cuaca sangat tidak menentu. Lebih baik aman di pelabuhan yang tidak nyaman daripada tersesat di lautan yang bergelora. Tetapi mereka kalah suara ketika pilihan itu ditawarkan, dan kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus. Namun, mereka tidak berniat pergi jauh, hanya ke pelabuhan lain di pulau yang sama, yang di sini disebut kota Feniks. Sebagian orang berpikir bahwa pelabuhan itu dinamai demikian karena orang-orang Feniks sering datang ke sana, yaitu para pedagang dari Tirus dan Sidon. Di sini dikatakan pelabuhan itu terbuka ke arah barat daya dan barat laut. Mungkin pelabuhan itu terletak di antara dua tanjung, tanah yang menganjur ke laut, yang salah satunya mengarah ke barat laut dan yang lain ke barat daya, dan melaluinya pelabuhan itu terlindung dari angin timur. Begitulah hikmat Sang Pencipta dalam membuat persediaan untuk memberikan kelegaan dan keamanan kepada orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal, dan melakukan perdagangan di lautan luas. Sia-sia saja alam menyediakan bagi kita perairan untuk berlayar, seandainya tidak juga tersedia pelabuhan-pelabuhan alami untuk berteduh.
- 2. Apa yang mendorong mereka untuk melanjutkan perjalanan pada awalnya. Mereka berangkat dengan angin yang baik (ay. Kis 27:13), angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan, dan karena itu mereka menyangka bahwa maksud mereka pasti akan tercapai. Maka mereka pun berlayar menyusur pantai Kreta dan tidak takut menabrak batu atau busung pasir, sebab angin bertiup begitu lembut. Adakalanya orang yang berlayar dengan angin yang begitu baik tidak sadar badai apa yang akan mereka hadapi. Oleh sebab itu, janganlah mereka merasa aman, jangan juga menganggap begitu saja bahwa maksud mereka sudah tercapai, sebab ada begitu banyak kecelakaan yang bisa saja menghalang-halangi tujuan mereka. Orang yang baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkannya.
- II. Sekarang kapal sedang berada di tengah-tengah badai, badai yang mengerikan. Mereka hanya melihat penyebab-penyebab yang kasat mata, menentukan ukuran berdasarkan petunjuk-petunjuknya yang mendukung, dan menyangka bahwa karena angin selatan bertiup sepoi-sepoi, maka akan terus begitu. Dengan keyakinan ini, mereka nekat berlayar, tetapi tak lama kemudian mereka segera sadar akan kebodohan mereka dalam lebih mempercayai angin yang bersahabat daripada firman Allah dalam mulut Paulus, yang melaluinya mereka sudah diperingatkan dengan baik akan datangnya badai. Amatilah,
- 1. Apa bahaya dan kesusahan yang menimpa mereka,
- (1) Turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang tidak hanya melawan mereka, dan langsung menghantam mereka, sehingga mereka tidak bisa maju, tetapi juga sangat kencang, yang menaikkan gelombang-gelombang. Itu seperti angin yang dikirim untuk mengejar Yunus, meskipun di sini Paulus sedang mengikuti perintah Allah, dan melaksanakan kewajibannya, tidak seperti Yunus yang tengah melarikan diri dari Allah dan kewajibannya. Angin ini oleh para pelaut disebut Euroclydon, angin Timur Laut, yang mungkin di lautan itu sudah dikenal amat mengganggu dan berbahaya. Itu sejenis angin puyuh, sebab dikatakan kapal itu dilandanya (ay. Kis 27:15). Allah-lah yang memerintahkan angin ini untuk bertiup, yang melaluinya Ia bermaksud membawa kemuliaan bagi diri-Nya sendiri dan nama baik bagi Paulus. Karena angin badai dikeluarkan dari dalam perbendaharaan-Nya (Mzm. 135:7), maka ia melakukan firman-Nya (Mzm. 148:8).
- (2) Kapal itu diombang-ambingkan dengan sangat hebat (ay. Kis 27:18). Kapal itu ditendang-tendang seperti bola dari satu ombak ke ombak lain. Para penumpangnya (seperti yang digambarkan dengan elok dalam Mazmur 107:26-27) naik sampai ke langit dan turun ke samudera raya. Mereka pusing dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal. Kapal itu tidak tahan menghadapi angin haluan, tidak bisa maju melawan angin. Oleh sebab itu, mereka menurunkan layar, yang dalam badai seperti itu akan lebih membahayakan daripada membantu mereka. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing, bukan membiarkannya ke mana saja ia akan berlayar, melainkan ke mana saja gelombang-gelombang yang ganas itu akan membawanya – Non quo voluit, sed quo rapit impetus undæ. Ovid. Trist. Ada kemungkinan bahwa mereka sangat dekat dengan pelabuhan kota Feniks ketika badai ini turun, dan berpikir bahwa seharusnya mereka sudah berada di pelabuhan yang tenang. Mereka menghibur diri dengan membayangkannya, menghabiskan musim dingin di sana. Akan tetapi, lihatlah, tiba-tiba saja mereka mengalami kesusahan ini. Karena itu, marilah kita selalu bersukacita dengan gemetar, dan jangan pernah mengharapkan keamanan yang sempurna, atau keamanan yang abadi, sebelum kita tiba di sorga.
- (3) Mereka tidak melihat matahari ataupun bintang-bintang selama berhari-hari. Ini membuat angin badai itu lebih mengerikan lagi, sebab mereka semua berada dalam kegelapan. Pada waktu itu belum ditemukan kompas sebagai penunjuk arah bagi para pelaut (sehingga mereka tidak mempunyai pemandu sama sekali apabila tidak bisa melihat matahari ataupun bintang-bintang), dan ini membuat keadaan mereka lebih berbahaya. Demikianlah, adakalanya keadaan umat kepunyaan Allah secara rohani begitu menyedihkan. Mereka berjalan dalam kegelapan, dan tidak mempunyai terang. Baik matahari maupun bintang-bintang tidak muncul. Mereka tidak bisa terus memikirkan, bahkan, sekadar membayangkan, hal-hal apa saja yang menghibur atau membesarkan hati. Keadan mereka mungkin seperti itu, tetapi akan ada terang yang ditunjukkan kepada mereka.
- (4) Segala keburukan musim dingin menerpa mereka: Ini bukan sekadar badai kecil – cheimōn ouk oligos, hujan dingin, salju, dan semua hal yang buruk pada musim itu turun, sehingga segera mereka akan mati karena kedinginan. Dan semuanya itu berlangsung selama berhari-hari. Lihatlah kesulitan-kesulitan apa yang harus dihadapi mereka yang sering berlayar, selain bahaya-bahaya dari kehidupan yang mereka jalani. Namun, untuk mencari penghasilan, banyak orang yang tidak peduli dengan semuanya ini. Merupakan contoh pemeliharaan ilahi bahwa sebagian orang condong melakukan pekerjaan ini, kendati dengan kesulitan-kesulitan yang menyertainya. Ini demi menjaga kelangsungan perdagangan antarbangsa, khususnya antarpulau bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Zebulon dapat bersukacita sepenuh hati dengan hidup di luar, sama seperti Isakhar dengan hidup di kemah-kemahnya. Mungkin karena itulah Kristus memilih hamba-hamba-Nya dari antara para pelaut, sebab mereka sudah terbiasa menghadapi hidup yang keras.
- 2. Sarana apa yang mereka gunakan untuk memberi kelegaan pada diri mereka sendiri. Mereka menggunakan semua alat penolong yang seadanya (sebab saya tidak bisa menamainya dengan lebih baik), yang biasa dipakai para pelaut dalam keadaaan susah.
- (1) Karena tidak bisa melawan angin, mereka membiarkan kapal itu terombang-ambing, sebab mereka sadar bahwa tidak ada gunanya mengayuh sampan atau menaikkan layar. Jika dengan berjuang kita tidak berhasil, maka kita berhikmat jika menyerah.
- (2) Namun demikian, mereka melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk menghindari bahaya ini. Ada sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan ketika mereka dekat dengan pulau itu, meskipun tidak bisa meneruskan perjalanan, mereka berusaha mencegah agar kapal tidak karam. Karena itu, mereka mengatur keadaannya sedemikian rupa supaya mereka tidak menabrak pulau itu, tetapi hanyut ke sana secara perlahan-lahan (ay. Kis 27:16).
- (3) Takut kalau-kalau kapal mereka tidak tertolong lagi, mereka sibuk menyelamatkan sekoci, yang mereka lakukan dengan susah payah. Dengan susah payah mereka dapat menguasai sekoci kapal itu (ay. Kis 27:16), dan akhirnya menaikannya (ay. Kis 27:17). Sekoci ini bisa berguna dalam keadaan darurat, dan oleh sebab itu mereka berupaya keras untuk membawanya ke dalam kapal.
- (4) Mereka menggunakan sarana yang cukup tepat pada waktu itu, ketika ilmu pelayaran masih belum berkembang seperti sekarang. Mereka meliliti kapal itu dengan tali (ay. Kis 27:17). Mereka mengikat bagian bawah kapal itu dengan tali-tali yang kuat, supaya kapal tidak menonjol ke luar ketika badai sedang kencang-kencangnya.
- (5) Karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar, dan kemudian membiarkan kapal terapung. Mengherankan bagaimana kapal bisa hidup di lautan (begitu ungkapan para nelayan), bahkan di tengah cuaca yang sangat buruk, sementara yang ada padanya hanyalah lautan luas. Dan juga, jika pelaut tidak bisa menepi ke pantai, mereka harus menjauhkan kapal mereka dari pantai sejauh mungkin.
- (6) Keesokan harinya mereka meringankan muatan kapal, melemparkan barang-barang dan pasokan-pasokan ke laut (seperti yang dilakukan para awak kapal yang ada bersama Yunus [Yun. 1:5]), karena mereka lebih memilih miskin tanpanya daripada binasa bersamanya. Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Lihatlah seperti apa kekayaan dunia ini. Betapa kekayaan diidam-idamkan sebagai berkat, tetapi akan datang waktunya ketika ia menjadi beban, yang bukan hanya terlalu berat untuk dibawa-bawa, melainkan juga cukup berat untuk menenggelamkan orang yang memilikinya. Kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya sering kali menjadi kecelakaannya sendiri (Pkh. 5:12), dan harus dilepaskan demi kebaikan mereka. Tetapi lihatlah kebodohan anak-anak dunia ini, mereka begitu boros dengan harta benda mereka apabila itu demi menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Namun, betapa pelitnya mereka dalam menggunakannya untuk amal saleh dan sedekah, dan untuk menanggung penderitaan demi Kristus, meskipun mereka diberi tahu oleh Sang Kebenaran kekal sendiri bahwa untuk itu mereka akan diberi balasan lebih dari seribu kali lipat pada hari kebangkitan orang-orang benar. Orang sungguh menerapkan asas iman jika ketika harta mereka dirampas, mereka menerima hal itu dengan sukacita, sebab mereka tahu, bahwa mereka memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya (Ibr. 10:34). Siapa saja pasti lebih memilih membuang harta bendanya daripada nyawanya. Tetapi banyak yang ternyata lebih memilih membuang iman dan hati nurani yang murni daripada harta benda mereka.
- (7) Pada hari ketiga mereka membuang alat-alat kapal – persenjataan mereka, armamenta (begitu sebagian orang mengartikannya), seolah-olah itu kapal angkatan bersenjata. Kita biasa membuang senjata ke laut bila badai mengamuk dengan teramat ganas. Tetapi senjata berat apa yang mereka miliki pada waktu itu sehingga harus dibuang untuk meringankan muatan kapal, saya tidak tahu. Dan saya bertanya-tanya apakah bukan suatu kesalahan yang mencolok bagi para pelaut untuk membuang segala sesuatu ke laut, bahkan membuang barang-barang yang akan sangat bermanfaat untuk menghadapi badai dan yang tidak terlalu berat.
- 3. Keputusasaan yang melanda mereka pada akhirnya (ay. Kis 27:20): Putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. Badai terus mengamuk, dan mereka tidak melihat tanda-tanda badai itu akan mereda. Kita tahu bahwa angin yang sangat kencang akan terus bertiup selama berminggu-minggu. Sarana-sarana yang sudah mereka pakai tidak berhasil, sehingga mereka kehabisan akal. Dan mereka sungguh ketakutan dengan apa yang akan terjadi, sampai-sampai mereka tidak mau makan atau minum. Mereka mempunyai cukup banyak persediaan di kapal (ay. Kis 27:38), tetapi karena mereka begitu dibelenggu oleh perasaaan takut mati, mereka tidak bisa menerima penopang hidup. Mengapa Paulus, melalui kuasa Kristus, dan di dalam nama-Nya, tidak meredakan badai ini? Mengapa ia tidak berkata kepada angin dan ombak, “Diam! Tenanglah!”, seperti yang sudah diperbuat Tuannya? Tentu saja itu karena para rasul mengadakan mujizat untuk meneguhkan ajaran mereka, bukan untuk melayani kepentingan mereka sendiri atau teman-teman mereka.
Matthew Henry: Kis 27:21-44 - Perjalanan Paulus Menuju Roma Perjalanan Paulus Menuju Roma ( Kis 27:21-44)
Di sini kita mendapati masalah yang menyusahkan Paulus dan kawan-kawan seperjalanannya. Nyawa merek...
Perjalanan Paulus Menuju Roma ( Kis 27:21-44)
- Di sini kita mendapati masalah yang menyusahkan Paulus dan kawan-kawan seperjalanannya. Nyawa mereka selamat, itu saja, dan itu terjadi demi Paulus. Di sini kita diberi tahu (ay. Kis 27:37) berapa banyak orang yang ada di kapal, yaitu para pelaut, pedagang, prajurit, tahanan, dan penumpang lain, semuanya dua ratus tujuh puluh enam jiwa. Ini disebutkan supaya kita memperhatikan mereka dengan lebih lagi dalam membaca cerita ini, bahwa jumlah mereka begitu banyak, dan nyawa mereka sedang terancam, dan satu Paulus di antara mereka lebih berharga daripada semua yang lain. Dalam perikop di atas kita meninggalkan mereka yang sedang berputus asa, menyerah pada nasib. Apakah masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, seperti para awak kapal yang ada bersama Yunus, kita tidak diberi tahu. Alangkah baiknya jika perbuatan yang terpuji di tengah-tengah badai ini tidak dianggap ketinggalan zaman dan ditertawakan. Namun, Paulus di antara para pelaut ini bukanlah, seperti Yunus di antara para pelautnya, penyebab dari badai ini, melainkan penghibur di dalam badai. Dan ia membawa pujian bagi pekerjaan seorang rasul, sementara Yunus menimbulkan cela bagi sifat seorang nabi. Sekarang di sini kita mendapati,
- I. Dorongan Paulus kepada mereka, dengan meyakinkan mereka, dalam nama Allah, bahwa nyawa mereka semua akan selamat, sekalipun, menurut apa yang tampak secara manusiawi, putus segala harapan mereka untuk dapat menyelamatkan diri. Paulus menyelamatkan mereka pertama-tama dari keputusasaan, supaya mereka tidak mati karenanya, dan tidak membiarkan diri kelaparan. Dengan begitu, mereka akan diselamatkan dengan mudah dari kesusahan mereka. Setelah beberapa lamanya tidak makan, seolah-olah mereka bertekad untuk tidak makan sampai mereka tahu apakah mereka akan hidup atau mati, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka. Selama masa kesusahan itu, Paulus menyembunyikan dirinya dari antara mereka, terhitung sebagai salah seorang dari kerumunan orang banyak, dan membantu yang lain membuang alat-alat kapal (ay. Kis 27:19). Tetapi sekarang ia membedakan diri, dan, meskipun seorang tahanan, ia memberanikan diri untuk menjadi penasihat dan penghibur mereka.
- 1. Ia menegur mereka karena tidak mendengarkan nasihatnya, untuk tetap tinggal di tempat, di kota Lasea (ay. Kis 27:8): “Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, di mana kita bisa menghabiskan musim dingin dengan baik, maka kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini, yaitu, kita akan terhindar darinya.” Kesukaran dan kerugian di dunia, jika dikuduskan bagi kita, bisa betul-betul dikatakan sebagai keuntungan. Sebab jika kesukaran dan kerugian itu menjauhkan kita dari hal-hal yang fana, dan menyadarkan kita untuk memikirkan kehidupan yang akan datang, maka kita betul-betul mendapat untung karenanya. Amatilah, mereka tidak mendengarkan Paulus ketika ia memperingatkan mereka akan bahaya yang akan menimpa mereka. Namun, kalau saja mereka mau mengakui kebodohan mereka, dan bertobat darinya, ia akan menyampaikan penghiburan dan kelegaan bagi mereka, yang sekarang sedang terancam bahaya. Betapa Allah berbelas kasihan terhadap orang-orang yang sedang menderita, meskipun mereka sendiri yang menyebabkannya dengan kecerobohan mereka, bahkan, dengan kemauan keras mereka, dan ketidaksudian mereka untuk diperingatkan. Paulus, sebelum menyampaikan penghiburan, pertama-tama ingin membuat mereka sadar akan kesalahan mereka karena tidak mendengarkan dia. Ia melakukannya dengan menegur mereka atas kegegabahan mereka, dan mungkin, ketika memberi tahu mereka tentang kesukaran dan kerugian yang menimpa mereka, ia menyinggung apa yang sudah mereka janjikan sendiri dalam meneruskan perjalanan mereka, bahwa mereka akan menghemat banyak waktu, akan mencapai maksud ini dan maksud itu: “Tetapi,” tegas Paulus, “nyatanya kamu tidak mendapatkan apa-apa selain kesukaran dan kerugian. Apa jawabmu untuk itu?” Yang dipersalahkan atas mereka adalah kepergian mereka dari Kreta, di mana mereka akan aman. Perhatikanlah, kebanyakan orang menimpakan kesukaran pada diri mereka sendiri karena tidak tahu bahwa keadaan mereka baik-baik saja, tetapi mereka mendapat kesukaran dan kerugian dengan melawan nasihat orang lain demi berusaha membuat diri lebih baik.
- 2. Ia meyakinkan mereka bahwa meskipun mereka harus kehilangan kapal, tak seorang pun dari mereka akan kehilangan nyawa: “Sekarang kamu lihat kebodohanmu dengan tidak mau menuruti perkataanku.” Tetapi ia tidak lantas berkata, “Maka sekarang, rasakan akibatnya. Salah kamu sendiri jika kamu semua binasa. Orang yang tidak mau dinasihati tidak akan ditolong.” Tidak, “Sekarang ada pengharapan di Israel untuk masalah ini. Keadaanmu menyedihkan, tetapi bukan tanpa harapan. Sekarang aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati.” Begitulah yang kita katakan kepada para pendosa yang diyakinkan akan dosa dan kebodohan mereka, yang mulai melihat dan meratapi kengerian yang akan menimpa mereka, “Sekiranya nasihatku itu dituruti, dan kalau saja kamu tidak melakukan apa saja yang berdosa. Walaupun begitu, sekarang aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati.” Meskipun kamu tidak mau mendengar nasihatku ketika aku berkata, “Jangan gegabah,” namun dengarlah nasihatku sekarang ketika aku berkata, “Jangan berputus asa.” Mereka sudah menyerah pada keadaan, dan tidak mau menggunakan sarana apa-apa lagi, karena putus segala harapan mereka untuk dapat menyelamatkan diri. Sekarang Paulus menggugah mereka untuk cepat-cepat bertindak dan berusaha menyelamatkan diri, dengan memberi tahu mereka bahwa jika mereka kembali bersemangat, mereka akan dapat menyelamatkan nyawa mereka. Ia memberi mereka kepastian ini ketika hidup mereka sudah di ujung tanduk, sebab pada saat itu mereka pasti akan berlipat-lipat lebih senang mendengar bahwa tak seorang pun dari mereka akan binasa, karena sebelumnya mereka sudah pasrah bahwa mereka semua tak terhindarkan lagi akan binasa. Ia memberi tahu mereka,
- (1) Bahwa mereka harus rela kehilangan kapal itu. Mereka yang menginginkan kapal itu dan muatannya mungkin sebagian besar adalah orang yang mendesak-desak untuk meneruskan perjalanan dan mengambil risiko, kendati dengan peringatan Paulus. Dan sekarang mereka harus membayar keteledoran mereka. Kapal mereka akan karam. Banyak kapal yang megah, kuat, mewah, dan gagah hilang ditelan ganasnya air dalam waktu sekejap saja. Sebab itu hanyalah kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia dan melelahkan jiwa. Akan tetapi,
- (2) Tidak seorang pun akan binasa. Ini akan menjadi kabar baik bagi mereka yang tidak lama lagi akan mati karena ketakutan, dan yang merasa bersalah di dalam hati nurani mereka, sehingga maut tampak sangat mengerikan bagi mereka.
- 3. Ia memberi tahu mereka apa dasar dari keyakinannya ini, bahwa itu bukanlah ejekan terhadap mereka, atau sekadar untuk menghibur mereka, atau hanya perkiraan manusia. Ia mendapat wahyu ilahi untuk itu, dan yakin akan hal itu seperti ia yakin bahwa Allah itu benar, sebab ia sepenuhnya percaya bahwa ia didukung oleh firman Allah dalam hal ini. Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di malam hari, dan memberi tahu dia bahwa demi dia, mereka semua akan diselamatkan (ay. Kis 27:23-25). Ini melipatgandakan belas kasihan ilahi dalam pemeliharaan mereka, bahwa mereka dipelihara bukan hanya oleh penyelenggaraan ilahi, melainkan juga oleh janji ilahi, dan oleh perkenanan ilahi secara khusus terhadap Paulus. Sekarang amatilah di sini,
- (1) Pengakuan sungguh-sungguh yang dibuat Paulus tentang hubungannya dengan Allah, Allah yang mengirimkan kepadanya malaikat yang menghibur ini: Dialah yang aku sembah sebagai milik-Nya. Ia memandang Allah,
- [1] Sebagai Pemiliknya yang sah, yang secara berdaulat dan tanpa bisa diganggu gugat berhak atas dia, dan berkuasa atas dirinya: sebagai milik-Nya. Karena Allah dan bukan kita sendiri yang menciptakan kita, maka kita bukan milik diri kita sendiri, melainkan milik-Nya. Kita milik-Nya melalui penciptaan, sebab Ia menjadikan kita, melalui pemeliharaan, sebab Ia menjaga kita, dan melalui penebusan, sebab Ia yang membeli kita. Kita lebih merupakan milik-Nya daripada milik diri kita sendiri.
- [2] Sebagai Penguasa dan Tuannya yang berdaulat, yang, karena memberinya keberadaan, berhak memberinya hukum: Yang aku sembah. Karena menjadi milik-Nya, kita wajib menyembah Dia, mengabdikan diri demi kehormatan-Nya dan melakukan pekerjaan-Nya. Kristuslah yang dimaksudkan oleh Paulus di sini. Dia adalah Allah, dan malaikat-malaikat-Nya adalah kepunyaan-Nya, dan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Paulus sering menyebut dirinya hamba Kristus Yesus. Dia milik Kristus, dan Kristuslah yang dilayaninya, baik sebagai orang Kristen maupun sebagai seorang rasul. Ia tidak berkata, “Allah yang kita sembah sebagai milik-Nya,” sebab sebagian besar orang yang hadir di situ adalah orang asing bagi-Nya, melainkan, “Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, tak peduli dengan apa yang dilakukan orang lain. Bahkan, Allah yang pada saat ini sedang aku layani, dengan pergi ke Roma, bukan seperti kalian, untuk urusan duniawi, melainkan untuk tampil sebagai seorang saksi bagi Kristus.” Nah, ini dikatakannya kepada kawan-kawan seperjalanannya, supaya, karena melihat bahwa pertolongan mereka datang dari Allah yang dia sembah sebagai milik-Nya, mereka boleh tertarik untuk memilih-Nya sebagai Allah mereka, dan juga untuk melayani Dia. Untuk alasan yang sama juga Yunus berkata kepada para awak kapal yang ada bersamanya, aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan (Yun. 1:9).
- (2) Penjelasan Paulus tentang penglihatan yang didapatnya: Tadi malam seorang malaikat dari Allah berdiri di sisiku, utusan ilahi yang biasa membawakan pesan-pesan dari sorga kepadanya. Utusan itu berdiri di sisinya, menampakkan diri kepadanya, mungkin ketika ia terjaga di tempat tidurnya. Meskipun ia berada jauh di tengah-tengah lautan (Mzm. 65:6), di ujung laut (Mzm. 139:9), namun itu tidak menghambat persekutuannya dengan Allah, atau menjauhkannya dari kunjungan-kunjungan ilahi. Dari sana ia dapat mengarahkan doanya kepada Allah, dan ke sana Allah dapat mengirimkan malaikat kepadanya. Dia sendiri tidak tahu di mana dia berada, tetapi malaikat Tuhan tahu di mana harus mencari dia. Kapalnya diombang-ambingkan angin dan gelombang, digoncang-goncangkan dengan teramat keras, namun malaikat itu tetap menemukan jalan untuk masuk ke dalamnya. Tidak ada badai atau topan yang bisa menghambat pemberian kebaikan-kebaikan Allah kepada umat-Nya, sebab Ia selalu siap menolong, Ia dekat untuk menolong, sekalipun laut ribut dan airnya berbuih (Mzm. 46:2, 4). Kita bisa menduga bahwa Paulus, sebagai seorang tahanan, tidak diberi kamar sendiri di kapal, apalagi tempat tidur di kamar nakhoda, tetapi ditempatkan di suatu ruangan (tempat apa saja yang gelap atau kotor dipandang cukup baik bagi dia dan para tahanan lain). Namun, di situlah malaikat Tuhan berdiri di sisinya. Kehinaan dan kemiskinan tidak menjauhkan siapa pun dari Allah dan perkenanan-Nya. Yakub, sekalipun tidak mempunyai bantal melainkan hanya sebongkah batu, tidak mempunyai tirai melainkan hanya awan-awan, dikaruniai penglihatan akan malaikat-malaikat. Paulus mendapat penglihatan ini baru tadi malam. Ia sendiri sudah diyakinkan oleh suatu penglihatan sebelumnya bahwa ia harus pergi ke Roma ( Kis 23:11). Dari situ mungkin ia menyimpulkan bahwa ia sendiri akan selamat. Tetapi ia mendapat penglihatan yang baru ini untuk meyakinkan dia akan keselamatan orang-orang yang ada bersamanya.
- (3) Dorongan-dorongan yang diberikan kepada Paulus dalam penglihatan itu (ay. Kis 27:14).
- [1] Ia tidak boleh takut. Walaupun semua orang di sekelilingnya kehabisan akal, dan berputus asa, namun janganlah takut, Paulus! Apa yang mereka takuti janganlah kamu takuti dan janganlah gentar melihatnya (Yes. 8:12). Biarlah orang-orang yang berdosa terkejut di Sion, tetapi janganlah orang-orang kudus takut, sekalipun itu di tengah laut, di dalam badai. Sebab TUHAN semesta alam menyertai mereka, dan perlindungan mereka ialah kubu di atas bukit batu (Yes. 33:14-16).
- [2] Ia diyakinkan bahwa ia sendiri akan tiba dengan selamat di Roma: Engkau harus menghadap Kaisar. Sama seperti amukan musuh yang paling kuat tidak akan menang melawan saksi-saksi Allah sampai mereka menyelesaikan kesaksian mereka, demikian pula halnya dengan gemuruh laut yang amat bergelora. Paulus harus diselamatkan dari bahaya ini, sebab harus diselamatkan untuk pelayanan selanjutnya. Hal ini membawa penghiburan bagi hamba-hamba Allah yang setia, ketika menghadapi kesesakan dan kesulitan, bahwa selama Allah mempunyai pekerjaan bagi mereka, umur mereka akan diperpanjang.
- [3] Bahwa demi dia, semua yang ada di kapal bersamanya akan diluputkan juga dari badai ini: oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Malaikat yang diperintahkan untuk membawa pesan ini kepadanya bisa saja hanya memilih dia dan teman-temannya untuk diselamatkan dari antara kerumunan orang yang menyedihkan ini. Ia bisa saja membawa mereka dengan selamat ke pantai, dan membiarkan yang lain binasa, karena mereka tidak mau mendengar nasihat Paulus. Akan tetapi, Allah lebih memilih, dengan melindungi mereka semua demi dia, menunjukkan betapa orang-orang baik adalah berkat yang besar bagi dunia, daripada hanya menyelamatkan dia untuk menunjukkan betapa orang-orang baik diperlakukan secara berbeda dari dunia. Oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau, maksudnya, mereka semua dilindungi demi menjawab doa-doamu, atau demi dirimu. Tetapi adakalanya juga orang-orang baik tidak akan menyelamatkan baik anak-anak lelaki maupun anak-anak perempuan, tetapi hanya mereka sendiri (Yeh. 14:18). Tetapi Paulus di sini membebaskan seluruh awak kapal, hampir tiga ratus jiwa. Perhatikanlah, Allah sering kali meluputkan orang-orang fasik demi orang-orang saleh. Seperti negeri Zoar demi Lot, dan mungkin juga Sodom, seandainya ada sepuluh orang benar di dalamnya. Orang-orang yang baik dibenci dan dianiaya di dunia seolah-olah mereka tidak layak hidup di dalamnya, namun sesungguhnya karena merekalah dunia tetap berputar. Seandainya tanpa perlu Paulus menjerumuskan diri ke dalam pergaulan yang buruk, maka ia pantas dibuang bersama-sama dengan mereka. Akan tetapi, karena Allah yang memanggilnya untuk masuk ke dalam kumpulan itu, maka mereka pun diselamatkan bersama-sama dengan dia. Tersirat di sini bahwa merupakan suatu perkenanan yang besar bagi Paulus, dan ia pun memandangnya seperti itu, bahwa orang lain diselamatkan demi dia: Mereka selamat karena engkau. Tidak ada kepuasan yang lebih besar bagi orang baik selain mengetahui bahwa ia menjadi berkat bagi banyak orang.
- 4. Ia menghibur mereka dengan penghiburan-penghiburan yang sama, yang dengannya ia sendiri sudah dihibur (ay. Kis 27:25): “Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Kalian akan melihat bahwa semuanya ini akan berakhir dengan baik. Karena aku percaya kepada Allah, dan bergantung pada firman-Nya, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.” Ia tidak akan meminta mereka untuk mempercayai apa yang ia sendiri tidak percayai. Oleh sebab itu, dengan sungguh-sungguh ia mengakui bahwa ia sendiri mempercayainya, dan kepercayaan akan hal itu membuatnya tenang: “Aku tidak meragukan bahwa akan terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.” Demikianlah, terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya? Tidak diragukan lagi Ia bisa melakukannya, dan tidak diragukan lagi Ia akan melakukannya. Sebab Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta. Dan bukankah akan terjadi seperti apa yang sudah dikatakan Allah? Maka bergembiralah, tabahkanlah hatimu. Allah senantiasa setia, dan karena itu biarlah semua orang yang berkepentingan dalam janji-Nya senantiasa bergembira. Jika bagi Allah berkata dan berbuat bukanlah dua hal yang berbeda, maka begitu pula seharusnya percaya dan bergembira bagi kita.
- 5. Ia memberi mereka suatu tanda, dengan mengatakan kepada mereka secara khusus bagaimana akhir dari perjalanan yang bergelora ini (ay. Kis 27:26): “Kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau, dan itu akan menghancurkan kapal sekaligus menyelamatkan para penumpangnya. Dengan demikian, nubuatan tentang kedua-duanya akan digenapi.” Sang juru mudi telah meninggalkan kemudinya, dan kapal dibiarkan berjalan ke mana saja. Mereka tidak tahu di garis lintang mana mereka berada, apalagi bagaimana mengarahkan arah mereka. Namun, Allah Sang Pemelihara mengambil tindakan dengan membawa mereka ke sebuah pulau yang akan menjadi tempat berlindung bagi mereka. Sekalipun jemaat Allah, seperti kapal ini, dilanggar angin badai, dan tidak dihiburkan, dan sekalipun dari semua anak-anak yang dilahirkannya tidak ada yang membimbing dia, Allah tetap dapat membawanya dengan selamat ke pantai, dan Dia akan melakukannya.
- II. Pada akhirnya mereka tiba di sebuah sauh di pantai yang tak dikenal (ay. Kis 27:27-29).
- 1. Sudah dua minggu penuh mereka berada di dalam badai, senantiasa menjelang kematian: Malam yang keempat belas, dan tidak sebelum itu, mereka telah dekat daratan. Pada malam itu, mereka terombang-ambing di laut Adria. Ini bukan Teluk Adria, di mana terletak Venesia, melainkan Laut Adria, bagian dari Laut Tengah, yang di dalamnya tercakup baik lautan Sisilia maupun Ionia, dan meluas sampai ke pantai Afrika. Di laut ini mereka terombang-ambing, dan tidak tahu di mana mereka berada.
- 2. Kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan, yang meneguhkan apa yang sudah dikatakan Paulus kepada mereka, bahwa mereka harus dibawa ke sebuah pulau. Untuk menguji apakah benar demikian atau tidak, mereka mengulurkan batu duga, untuk mencari tahu kedalaman air, sebab air akan semakin dangkal ketika mereka semakin mendekat ke pantai. Dari percobaan pertama, ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya, dan setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa, yang menunjukkan bahwa mereka sudah dekat pantai. Allah dengan bijak sudah mengatur cara yang sedemikian alami untuk memberi tahu para pelaut di dalam kegelapan, agar mereka berhati-hati.
- 3. Mereka melihat petunjuk itu, dan, karena takut menabrak batu-batu di dekat pantai, mereka membuang empat sauh di buritan, dan sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. Mereka tidak berani maju karena takut menabrak bebatuan, tetapi juga tidak mau mundur karena mengharapkan tempat berteduh. Mereka mau menunggu saja sampai pagi, dan dengan sepenuh hati mengharapkannya. Siapa yang bisa menyalahkan mereka kalau masalahnya memang sudah gawat? Ketika ada terang, tidak ada daratan yang tampak oleh mata. Tetapi sekarang, ketika ada daratan di dekat mereka, tidak ada terang untuk dapat melihatnya. Tidak heran jika mereka berharap mudah-mudahan hari lekas siang. Apabila orang yang takut akan Allah berjalan dalam kegelapan, dan tidak mempunyai terang, janganlah mereka berkata, TUHAN membuang kami, atau Tuhan kami telah melupakan kami. Tetapi biarlah mereka melakukan seperti apa yang dilakukan para awak kapal ini, membuang sauh, berharap mudah-mudahan hari lekas siang, dan yakin bahwa fajar akan menyingsing. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir. Peganglah itu erat-erat, janganlah berpikir untuk berlayar lagi, tetapi tinggallah bersama Kristus, dan tunggulah sampai fajar tiba dan bayang-bayang menghilang.
- III. Gagalnya usaha para pelaut untuk melarikan diri dari kapal. Ada lagi bahaya baru di sini yang semakin menambah kesusahan mereka, yang darinya mereka nyaris tidak terluput. Amatilah,
- 1. Rencana pengkhianatan para pelaut, untuk meninggalkan kapal yang sedang karam. Jika orang lain yang melakukannya, itu bijaksana. Akan tetapi, jika itu dilakukan oleh mereka yang dipercayakan untuk menjaga kapal, maka itu sungguh suatu kejahatan yang sangat hina (ay. Kis 27:30): Anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal, karena menyangka bahwa sesampainya di pantai, kapal itu pasti akan hancur berkeping-keping. Sesudah menguasai sekoci kapal, mereka berencana masuk ke situ, dan dengan demikian menyelamatkan diri, dan meninggalkan yang lain binasa. Untuk menutup-nutupi rancangan keji ini, mereka berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan, atau membawanya ke tempat yang lebih jauh, dan untuk itu mereka menurunkan sekoci, yang sebelumnya sudah mereka naikkan ke atas kapal (ay. Kis 27:16-17). Mereka berpura-pura ingin pergi ke situ, sesuai kesepakatan sebelumnya, padahal mereka ingin menaikinya untuk langsung menuju pantai. Pelaut yang berkhianat mirip seperti gembala yang berkhianat, yang lari ketika melihat ada bahaya, dan ketika pertolongannya justru teramat sangat dibutuhkan (Yoh. 10:12). Jadi, benarlah amsal Salomo, kepercayaan kepada pengkhianat di masa kesesakan adalah seperti gigi yang rapuh dan kaki yang goyah. Karena itu, janganlah kita percaya pada manusia. Paulus, dalam nama Allah, sudah meyakinkan mereka bahwa mereka akan mendarat dengan selamat, tetapi mereka lebih percaya benteng dusta mereka sendiri daripada firman dan kebenaran Allah.
- 2. Diketahuinya rencana itu oleh Paulus, dan keberatannya terhadap rencana itu (ay. Kis 27:31). Mereka semua melihat para awak kapal bersiap-siap pergi ke sekoci, tetapi mereka tertipu oleh kepura-puraan para awak kapal itu. Hanya Paulus yang mampu melihat di balik itu, dan memberi tahu perwira dan para prajurit tentangnya, dan berkata kepada mereka dengan terus terang, “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.” Keahlian seorang pelaut dapat dilihat di dalam badai, dan, ketika kapal terancam bahaya. Itulah saat yang tepat baginya untuk menunjukkan kebolehannya. Sekarang, kesulitan terbesar dari semuanya kini sedang terbentang di hadapan mereka, dan karena itu pelaut lebih diperlukan saat ini daripada sebelumnya. Memang bukan karena keahlian mereka sendiri mereka sampai ke darat, sebab itu jauh di luar kemampuan mereka. Tetapi, karena sekarang mereka dekat darat, mereka harus menggunakan kecakapan mereka untuk membawa kapal ke situ. Apabila Allah sudah berbuat bagi kita apa yang tidak bisa kita perbuat, maka kita di dalam kekuatan-Nya harus menolong diri kita sendiri. Paulus berbicara sebagai seorang manusia, ketika ia berkata, “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.” Dan ia sama sekali tidak melemahkan keyakinan-keyakinan ilahi yang sudah diberikan kepadanya bahwa mereka pasti akan selamat. Allah, yang telah menentukan akhirnya, bahwa mereka akan selamat, menentukan sarananya, bahwa mereka akan selamat dengan bantuan para pelaut ini. Akan tetapi, kalaupun mereka kabur, tidak diragukan lagi bahwa Allah akan membuat firman-Nya terlaksana dengan suatu cara lain. Paulus berbicara sebagai seorang yang bijaksana, bukan sebagai seorang nabi, ketika ia berkata, “Semuanya ini diperlukan untuk mempertahankan hidupmu.” Kewajiban adalah bagian kita, apa yang terjadi nanti, itu bagian Allah. Kita tidak percaya pada Allah, tetapi mencobai Dia, apabila kita berkata, “Kita berlindung kepada Dia,” tetapi tidak menggunakan sarana-sarana yang tepat, yang bisa kita gunakan dengan kekuatan kita, untuk mempertahankan diri.
- 3. Digagalkannya rencana mereka oleh para prajurit (ay. Kis 27:32). Bukan waktunya untuk berdebat dengan para pelaut, dan oleh sebab itu tanpa menunda-nunda waktu lagi, mereka memotong tali sekoci. Walaupun sekoci itu bisa saja menolong mereka dalam kesusahan ini, mereka lebih memilih membiarkannya hanyut, dan kehilangan sekoci-sekoci itu daripada tidak ada gunanya sama sekali bagi mereka. Dan sekarang para pelaut itu, karena mau tidak mau terpaksa tinggal di kapal, juga harus berbuat sesuatu untuk menyelamatkan kapal itu sebisa mungkin, karena jika yang lain binasa, mereka pun akan binasa bersama mereka.
- IV. Hidup baru yang dihadirkan Paulus kepada kawan-kawannya, dengan mengundang mereka dengan hati riang untuk menyegarkan diri, dan dengan segala keyakinan yang berulang kali diberikannya kepada mereka bahwa nyawa mereka tidak akan menjadi korban. Berbahagialah mereka yang mempunyai seorang seperti Paulus di tengah-tengah mereka, yang tidak hanya mempunyai hubungan dengan Sorga, tetapi juga berjiwa hangat dan bersemangat terhadap orang-orang di sekelilingnya. Ini akan mempertajam perasaan suka teman-temannya terhadap dia, seperti besi menajamkan besi. Di dalam kesulitan, ketika di luar kita harus bergumul dan di dalam kita merasa ketakutan, teman seperti itu sungguh-sungguh teman sejati. Minyak dan wangi-wangian menyukakan hati, demikianpun kemanisan sahabat dari karena nasihat hatinya (Ams. 27:9). Seperti itulah Paulus di sini bagi teman-temannya yang ada dalam kesusahan. Sementara itu, siang pun tiba. Mereka yang berharap supaya hari lekas siang hendaklah menunggu beberapa saat, maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka harapkan. Menyingsingnya fajar membangunkan mereka sedikit, dan kemudian Paulus mengumpulkan mereka bersama-sama.
- 1. Ia menegur mereka karena sudah mengabaikan diri mereka sendiri. Sebab sejauh ini mereka telah membiarkan diri mereka dalam ketakutan dan keputusasaan sehingga mereka lupa makan atau tidak memikirkannya: Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa, dan itu tidak baik (ay. Kis 27:33). Bukan berarti bahwa mereka semua, atau siapa saja dari mereka, terus-menerus tidak makan selama empat belas hari, melainkan bahwa mereka tidak makan secara utuh, seperti sebelum-sebelumnya, selama waktu itu. Mereka makan sangat sedikit, nyaris tidak makan apa-apa. Atau, “kamu sudah menahan lapar, yaitu, perutmu sudah menjadi kebal. Kamu sama sekali tidak punya nafsu makan, tidak pula ingin menikmatinya, karena ketakutan dan keputusasaan yang melanda.” Keadaan yang sangat menyedihkan diungkapkan seperti ini (Mzm. 102:5), aku lupa makan rotiku. Membiarkan tubuh lapar dan tidak memasukkan apa yang diperlukan untuk menyokongnya itu dosa. Sungguh tidak wajar orang yang membenci tubuhnya sendiri, yang tidak mengasuhnya dan merawatinya. Dan sungguh suatu kejahatan yang pedih di bawah kolong langit bahwa ada orang yang mempunyai segala hal yang baik dalam hidup ini, namun tidak punya kuasa untuk menikmatinya (Pkh. 6:2). Jika itu timbul dari dukacita yang dari dunia, dan dari ketakutan atau masalah yang berlebihan, maka itu sama sekali tidak bisa dimaafkan dan tetap dianggap sebagai dosa. Itu berarti tidak mensyukuri apa yang ada, tidak percaya pada Allah, dan semua itu salah. Betapa bodohnya orang yang mati karena takut mati! Tetapi begitulah, dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian, sementara sukacita di dalam Allah adalah hidup dan damai sejahtera di tengah-tengah kesukaran dan bahaya terbesar sekalipun.
- 2. Ia membujuk mereka untuk makan (ay. Kis 27:34): “Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Ada perjuangan berat di hadapan kita, kita harus pergi ke pantai sedapat mungkin. Jika tubuh kita menjadi lemah karena menahan lapar, kita tidak akan mampu menolong diri kita sendiri.” Malaikat menyuruh Elia, “Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, ia akan mendapati perjalanannya terlalu jauh” (1Raj. 19:7). Jadi Paulus menyuruh orang-orang ini untuk makan, sebab kalau tidak, mereka akan kesulitan menghadapi gelombang. Aku memohon kepadamu, parakalō, “Aku menasihati kamu, jika kamu mau menuruti perintahku, makanlah. Meskipun kamu tidak nafsu makan, meskipun sudah lama perutmu menahan lapar, biarlah pikiran menyuruhmu makan, sebab hal itu perlu untuk keselamatanmu, atau lebih tepatnya untuk memelihara hidupmu, atau keselamatanmu, pada saat ini. Makanan itu perlu untuk keselamatanmu. Tanpa makan, kamu tidak akan mempunyai tenaga untuk menyelamatkan hidupmu.” Sama seperti orang yang tidak mau bekerja tidak boleh makan, begitu pula orang yang mau bekerja harus makan. Orang-orang Kristen yang lemah dan gemetar, yang membuka pintu bagi keraguan dan ketakutan tentang keadaan rohani mereka, yang terus-menerus menahan diri untuk tidak makan dari perjamuan Tuhan, dan menjauhkan diri dari penghiburan-penghiburan ilahi, mereka akan mengeluh tidak bisa meneruskan pekerjaan dan peperangan rohani, tetapi itu salah mereka sendiri. Jika saja mereka mau makan dan berpesta sebagaimana mestinya, dengan menikmati persediaan yang sudah dipersiapkan Kristus bagi mereka, maka mereka akan dikuatkan, dan itu demi kesehatan dan keselamatan jiwa mereka.
- 3. Ia meyakinkan mereka akan kelanjutan hidup mereka: Tidak seorang pun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya. Ini sebuah kiasan, yang berarti keamanan sepenuhnya. Kiasan ini digunakan dalam 1 Raja-raja 1:52 dan Lukas 21:18. “Janganlah makan karena takut mati. Aku berkata kepadamu, kamu pasti akan hidup, dan karena itu makanlah. Kamu akan sampai di pantai dengan badan basah kuyup dan menggigil, tetapi anginnya akan baik dan tubuhmu tetap utuh. Rambutmu akan basah, tetapi tidak sehelai pun akan terhilang.”
- 4. Ia sendiri yang menyuguhkan hidangan bagi mereka. Sebab tidak satu pun dari mereka yang bersemangat untuk melakukannya, semuanya lesu: Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengambilnya dari persediaan kapal, yang bisa diambil siapa saja sewaktu tak seorang pun dari mereka mempunyai nafsu makan. Mereka tidak menjadi berkekurangan, seperti yang kadang-kadang terjadi pada para pelaut ketika berada di laut lebih lama daripada yang mereka harapkan sebagai akibat dari cuaca buruk. Mereka mempunyai makanan yang berlimpah, tetapi apa gunanya itu bagi mereka, apabila mereka tidak berselera? Sudah sepantasnya kita bersyukur kepada Allah bahwa kita tidak hanya mempunyai makanan untuk memuaskan selera makan kita, tetapi juga mempunyai selera makan untuk menikmati makanan kita. Juga, bahwa kita tidak hilang nafsu makan untuk makanan yang lezat-lezat (Ayb. 33:20), walaupun sedang sakit atau sedih.
- 5. Sekarang Paulus menjadi nakhoda kapal, dan mereka mempunyai alasan untuk bangga akan nakhoda mereka. Ia mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka. Kita mempunyai alasan untuk berpikir bahwa Paulus sering berdoa dengan Lukas dan Aristarkhus, dan dengan orang-orang Kristen lain di sana, dan bahwa mereka berdoa bersama-sama setiap hari. Tetapi apakah sebelum ini ia pernah berdoa bersama-sama dengan semua kawan seperjalanannya secara terang-terangan tidaklah pasti. Sekarang ia mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, bahwa mereka masih hidup, dan dijaga sampai sekarang, dan bahwa mereka diberi janji bahwa hidup mereka akan dijaga dari bahaya yang tengah mengancam mereka. Ia bersyukur atas persediaan yang mereka miliki, dan memohon berkat atasnya. Kita harus mengucap syukur dalam segala hal. Dan khususnya kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Allah dalam menerima makanan kita, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa, dan harus diterima dengan ucapan syukur. Dengan demikian, kutuk dilepas dari makanan itu, dan kita berhak sekaligus mendapat berkat atasnya berdasarkan kovenan (1Tim. 4:3-5). Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari firman Allah, yang harus dipenuhi dengan doa. Ia mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa ia melayani Tuan yang tidak malu diakuinya, melainkan juga untuk mengundang mereka agar melayani-Nya juga. Jika kita menginginkan berkat atas makanan kita, dan bersyukur untuk itu dengan cara yang benar, maka kita sendiri tidak hanya menjaga persekutuan yang menghibur dengan Allah, tetapi juga menghormati pengakuan iman kita, dan membuatnya baik di mata orang lain.
- 6. Paulus memberikan contoh yang baik kepada mereka: Sesudah mengucap syukur, ia memecah-mecahkan roti (roti tawar keras), lalu mulai makan. Entah mereka mau terdorong makan atau tidak, Paulus tetap terus makan. Jika mereka cemberut, dan, seperti anak kecil yang bandel, tidak mau makan karena pikiran masih dipenuhi dengan hal-hal lain, ia tetap akan makan, dan bersyukur. Jika orang tidak melakukan apa yang mereka ajarkan kepada orang lain, mereka tidak bisa dimaafkan. Dan cara paling manjur untuk mengajar adalah dengan memberi contoh.
- 7. Perbuatannya itu membuat mereka semua bahagia (ay. Kis 27:36): Maka kuatlah hati semua orang itu. Kemudian mereka memberanikan diri untuk percaya pada pesan yang dikirimkan Allah kepada mereka melalui Paulus, setelah mereka dengan jelas melihat bahwa Paulus sendiri, yang sama-sama berada dalam bahaya seperti mereka, mempercayainya. Demikianlah Allah mengirimkan kabar baik kepada umat manusia yang akan binasa melalui orang-orang dari kalangan mereka sendiri, yang sama-sama berada dalam bahaya seperti mereka, yang juga merupakan orang-orang berdosa, dan harus diselamatkan. Dengan demikian mereka juga bisa diselamatkan dengan cara yang sama seperti mereka meyakinkan orang lain untuk percaya. Sebab kabar yang mereka bawa adalah keselamatan bagi semua. Orang akan terdorong untuk berserah diri kepada Kristus sebagai Juru Selamat apabila orang-orang yang mengundang mereka untuk melakukannya menunjukkan bahwa mereka sendiri berserah kepada Kristus. Pada kesempatan inilah jumlah orang yang ada di kapal itu disebutkan, yang sudah kita perhatikan sebelumnya: jumlah mereka semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. Lihatlah berapa banyak orang bisa terpengaruh oleh contoh yang baik dari satu orang. Dan mereka pun makan juga, bahkan, mereka makan kenyang (ay. Kis 27:38). Mereka puas, atau kenyang, dengan makanan itu. Mereka makan dengan enak. Ini menjelaskan arti dari sudah empat belas hari lamanya mereka menanti-nanti saja, menahan lapar. Bukan berarti bahwa mereka tidak makan sepanjang waktu itu, tetapi bahwa mereka tidak pernah makan cukup sepanjang waktu itu, seperti yang terjadi sekarang.
- 8. Sekali lagi mereka meringankan muatan kapal, supaya kapal itu bisa lolos dengan lebih baik dari benturan yang akan menerpanya. Sebelumnya mereka sudah membuang alat-alat kapal, sekarang mereka membuang muatan gandum, persediaan pangan yang mereka miliki. Lebih baik mereka yang menenggelamkan makanan daripada makanan yang menenggelamkan mereka. Lihatlah betapa untuk alasan yang baik Juru Selamat kita menyebut makanan jasmani sebagai makanan yang akan binasa. Kita sendiri boleh-boleh saja, demi menyelamatkan hidup, membuang apa yang sudah kita kumpulkan dan kita simpan untuk menopang hidup kita. Ada kemungkinan bahwa kapal itu kelebihan muatan dengan banyaknya penumpang (sebab kejadian ini disebutkan tepat setelah jumlah mereka dihitung) dan bahwa hal ini sudah begitu sering membuat mereka terpaksa meringankan muatan kapal.
- V. Menepinya mereka ke pantai, dan pecahnya kapal itu di tengah jalan. Fajar hampir menyingsing ketika mereka makan. Dan ketika hari sudah cukup terang, mereka mulai melihat ke sekeliling mereka. Dan di sini kita diberi tahu,
- 1. Bahwa mereka tidak tahu di mana mereka berada. Mereka tidak tahu di pantai negeri mana mereka berada, apakah itu Eropa, Asia, atau Afrika, sebab masing-masing mempunyai pantai yang tersapu oleh Laut Adria. Ada kemungkinan bahwa para pelaut ini sering berlayar ke arah sini, dan menyangka bahwa mereka tahu betul setiap negeri yang mereka datangi, tetapi di sini mereka kebingungan. Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, sebab mungkin saja kebijaksanaannya itu membuat dia melakukan kesalahan yang mencolok dalam bidang pekerjaannya sendiri.
- 2. Mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya, dan ke situlah mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu (ay. Kis 27:39). Meskipun tidak tahu negeri apa itu, atau apakah para penduduknya kawan atau lawan, beradab atau biadab, mereka memutuskan untuk menyerahkan diri pada belas kasihan orang-orang setempat. Itu tanah kering, yang begitu dinanti-nantikan oleh mereka yang sudah begitu lama berada di tengah lautan. Sungguh disayangkan bahwa tidak datang bantuan kepada mereka dari pantai, entah itu nakhoda yang dikirim kepada mereka, yang mengenal pantai itu, yang bisa mengarahkan kapal mereka, ataukah itu kapal lain, untuk memindahkan sebagian orang ke dalamnya. Mereka yang hidup di laut sering kali mendapat kesempatan untuk menolong orang-orang yang sedang dalam kesulitan di laut, dan menyelamatkan nyawa-nyawa yang berharga. Dan mereka harus berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya, dengan siap sedia dan hati yang gembira. Sebab merupakan dosa besar, dan sangat membangkitkan murka Allah, jika kita membiarkan mereka yang diangkut untuk dibunuh, dan yang sedang menuju tempat pemancungan. Kita tidak bisa beralasan, “Sungguh, kami tidak tahu hal itu!” padahal sebenarnya kita tahu, atau bisa saja tahu, atau seharusnya tahu (Ams. 24:11-12). Saya diberi tahu bahwa ada sebagian orang, termasuk dari bangsa kita sendiri, yang ketika dari pantai melihat sebuah kapal ditimpa kesulitan dan tersesat, mereka, dengan memberi tanda api yang menyesatkan atau dengan suatu cara lain, sengaja menuntun kapal itu ke dalam bahaya, supaya orang-orang yang ada di dalamnya mati, dan mereka bisa menjarah kapal. Kita hampir-hampir tidak percaya bahwa ada manusia yang begitu jahat, begitu tidak berperikemanusiaan, dan begitu kerasukan setan seperti itu. Jika ada, biarlah mereka tahu akan kebenaran bahwa penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan.
- 3. Mereka langsung menuju pantai dengan angin dan gelombang (ay. Kis 27:40): Mereka melepaskan tali-tali sauh, empat sauh yang mereka buang di buritan (ay. Kis 27:29). Menurut sebagian orang, mereka terlebih dahulu menimbang beratnya sauh-sauh itu, dengan berharap masih bisa menggunakannya lagi di pantai. Ada sebagian juga yang berpendapat, mereka melakukannya dengan begitu tergesa-gesa sehingga mereka terpaksa memotong tali-talinya dan meninggalkan sauh-sauh itu. Kedua arti itu sama-sama memungkinkan menurut bahasa aslinya. Lalu mereka meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Karena anginnya cukup baik untuk membawa mereka ke pelabuhan, mereka mengulurkan tali-tali kemudi, yang sebelumnya diikat selama badai turun supaya kapal tidak goyang. Karena sekarang mereka sedang menuju pelabuhan, tali-tali itu dilepaskan, supaya nakhodanya bisa mengemudikan kapal dengan lebih bebas. Kemudian mereka memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. Kata-kata asli yang di sini diterjemahkan dengan tali-tali kemudi dan layar topang sudah membuat para ahli berpikir keras untuk menerjemahkannya sesuai dengan istilah-istilah masa kini. Tetapi istilah-istilahitu tidak perlu membuat kita pusing, sebab kita sudah puas dengan mengetahui bahwa setelah melihat pantai, mereka bergegas menuju ke sana secepat mungkin, dan mungkin tidak cuma cepat-cepat, tetapi juga sangat teramat cepat. Tidak bolehkah jiwa yang malang, yang telah lama bergumul dengan angin dan badai dunia ini, rindu untuk sampai di pelabuhan yang aman dan tenang, tempat peristirahatan kekal? Tidakkah itu membersihkan jiwa dari segala sesuatu yang melekat pada dunia ini, dan meluruskan kasih sayangnya yang kudus dan saleh ke sorga? Dan tidakkah itu berarti mengibarkan layar topang iman kepada angin Roh, sehingga bersama segala kerinduan, jiwa menuju ke tepi pantai?
- 4. Mereka berusaha membuat kapal itu kandas, di busung pasir tampaknya, atau di genting tanah, atau di atas sejengkal tanah, yang tersapu oleh lautan di kedua sisinya, dan oleh sebab itu dikatakan (KJV) bahwa di situ dua laut bertemu. Di sanalah haluannya terpancang, dan kemudian, ketika kapal sudah tidak bebas pergi ke mana-mana lagi, yang memang demikian jika kapal tertambat oleh sauh, tetapi tetap diam tak bergerak, maka buritannya dengan sendirinya akan segera hancur dipukul oleh gelombang yang hebat. Tidak jelas mengapa ini sampai terjadi. Apakah karena para pelaut tidak melakukan apa yang menjadi bagian mereka, karena marah rencana mereka untuk melarikan diri sudah digagalkan, dan oleh sebab itu sengaja membuat kapal kandas? Atau apakah kita bisa menganggap bahwa mereka berbuat semampu mereka untuk menyelamatkan kapal, tetapi Allah dalam pemeliharaan-Nya menggagalkannya, untuk menggenapi perkataan Paulus, bahwa kapal ini akan binasa (ay. Kis 27:22)? Tetapi kita yakin akan hal ini, bahwa Allah akan menguatkan perkataan hamba-hamba-Nya dan melaksanakan keputusan-keputusan yang diberitakan utusan-utusan-Nya (Yes. 44:26). Kapal itu, yang secara menakjubkan berhasil mengarungi badai di lautan luas, di mana ia mempunyai banyak ruang untuk bergerak, menjadi hancur lebur ketika terpancang erat-erat. Jadi, apabila hati kita terpancang pada dunia, dan mencintai dan mengasihinya, maka ia akan terhilang. Godaan-godaan Iblis menghantamnya, sehingga ia hancur lebur. Tetapi, apabila ia tetap mengatasi dunia, meskipun terombang-ambing oleh kekhawatiran dan kekacauan, masih ada pengharapan baginya. Mereka sudah melihat pantai, tetapi kapal mereka karam di pelabuhan. Ini untuk mengajar kita supaya jangan pernah merasa aman.
- VI. Bahaya yang secara khusus tengah mengancam Paulus dan para tahanan lain, selain bahwa mereka mengalami musibah bersama-sama, dan bagaimana mereka diluputkan dari bahaya itu.
- 1. Pada saat yang genting ini, ketika setiap orang ragu akan kelanjutan hidupnya, prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan yang diserahkan kepada penjagaan mereka, dan yang harus mereka pertanggungjawabkan, supaya jangan ada seorang pun yang melarikan diri dengan berenang (ay. Kis 27:42). Bahaya itu tidak akan terjadi, karena para tahanan tidak bisa melarikan diri jauh-jauh akibat tubuh mereka sudah lemah dan lelah. Dan, di bawah pengawasan begitu banyak prajurit yang harus menjaga mereka, tidak mungkin mereka mau mencobanya. Kalaupun itu sampai terjadi, misalnya para prajurit nekat melanggar hukum dengan membiarkan para tahanan lari, dalam keadaan seperti itu keadilan pasti akan meringankan perbuatan mereka. Tetapi apa yang ingin mereka lakukan di sini sungguh beringas dan biadab. Dan yang jauh lebih buruk, mereka begitu ringan tangan ingin melenyapkan nyawa banyak orang, padahal tanpa mujizat belas kasihan, mereka pasti sudah kehilangan nyawa mereka sendiri.
- 2. Perwira itu, demi Paulus, langsung mencegah rencana ini. Paulus, yang adalah tawanannya, telah mendapat perkenanannya, seperti Yusuf mendapat perkenanan kepala pengawal raja. Yulius, meskipun memandang rendah nasihat Paulus (ay. Kis 27:11), namun setelah itu melihat banyak alasan untuk menghormati dia; dan oleh sebab itu, karena ingin menyelamatkan Paulus, Ia mencegah rencana yang berdarah itu, dan in favorem vitæ – dengan memperhatikan hidupnya, ia menghalangi mereka melaksanakan maksud mereka. Tidak tampak bahwa ada orang dari antara mereka yang sudah dihukum sebagai penjahat. Mereka hanya tersangka, dan menunggu untuk disidang. Dalam keadaan seperti itu, lebih baik sepuluh orang yang bersalah melarikan diri daripada satu orang yang tidak bersalah dibunuh. Sama seperti Allah sudah menyelamatkan semua orang di dalam kapal demi Paulus, demikian pula di sini perwira itu menyelamatkan semua tahanan demi dia. Demikianlah, orang baik pasti akan menebarkan kebaikannya kepada banyak orang.
- VII. Diselamatkannya nyawa semua orang di dalam kapal, oleh pemeliharaan Allah yang menakjubkan. Setelah bagian bawah kapal hancur, sudah pasti tinggal selangkah lagi mereka menghadapi maut. Namun, belas kasihan yang tak terhingga turut campur, dan langkah itu pun dicegat.
- 1. Sebagian orang selamat dengan berenang: Perwira itu terlebih dahulu memerintahkan prajurit-prajuritnya, yang pandai berenang, untuk pertama-tama naik ke darat, bersiap-siap menerima para tahanan, dan mencegah mereka melarikan diri. Bangsa Romawi sejak masih muda dilatih untuk berenang, selain untuk latihan-latihan lain, dan sering kali itu bermanfaat bagi mereka dalam berperang. Kaisar Yulius adalah seorang perenang terkenal. Berenang mungkin sangat berguna bagi mereka yang sering berada di laut, tetapi juga mungkin ada lebih banyak nyawa melayang karena olahraga berenang, dan karena belajar berenang, daripada nyawa yang perlu diselamatkan dengan berenang.
- 2. Yang lain dengan susah payah berebut ke pantai, sebagian di atas papan yang sudah mereka lepaskan dari kapal, dan sebagian yang lain di atas pecahan-pecahan kapal. Setiap orang berebut tempat terbaik bagi dirinya sendiri dan bagi teman-temannya. Semakin gigih mereka melakukannya, sebab mereka yakin bahwa perjuangan mereka tidak akan sia-sia. Tetapi demikianlah, melalui pemeliharaan Allah yang baik tak seorang pun dari mereka tertinggal, tak seorang pun dari mereka kelupaan diangkut. Sebaliknya, mereka semua selamat naik ke darat. Lihatlah di sini contoh dari pemeliharaan Allah yang istimewa dalam mempertahankan hidup orang, dan terutama dalam membebaskan banyak orang dari bahaya air. Tinggal sebentar lagi mereka akan tenggelam, tetapi mereka dijaga supaya tidak tenggelam, supaya jangan gelombang air menghanyutkan mereka, atau tubir menelan mereka. Kemudian, badai pun berubah menjadi tenang. Mereka diselamatkan dari laut yang mengerikan, dan dihantar ke pelabuhan kesukaan mereka. Oh, semoga saja manusia memuji Tuhan karena kebaikan-Nya! (Mzm. 107:30-31). Inilah contoh penggenapan janji khusus yang diucapkan Allah, bahwa semua orang di kapal ini akan selamat oleh karena Paulus. Meskipun ada kesulitan besar di jalan keselamatan yang dijanjikan, namun janji itu tidak akan gagal untuk digenapi. Bahkan pecahan kapal sekalipun bisa menjadi sarana untuk menyelamatkan nyawa orang. Dan, walaupun segalanya tampak sudah musnah, ternyata semuanya selamat, meskipun itu di atas papan, dan di atas pecahan-pecahan kapal.
SH: Kis 27:14-32 - Suarakan pengharapan dari tempat yang tepat (Minggu, 20 Agustus 2000) Suarakan pengharapan dari tempat yang tepat
Pengharapan rakyat Indonesia untuk mendapatkan kehidupan sosial
ekonomi yang lebih layak terasa sema...
Suarakan pengharapan dari tempat yang tepat
Pengharapan rakyat Indonesia untuk mendapatkan kehidupan sosial ekonomi yang lebih layak terasa semakin sirna. Mereka nampaknya semakin putus asa sehingga semakin tidak terkontrol dan nekad melakukan tindakan brutal demi sesuap nasi. Adakah pengharapan bagi mereka? Adakah yang dapat dilakukan oleh gereja Tuhan?
Dalam perjalanannya ke Roma, Paulus berada dalam situasi dimana tidak ada lagi pengharapan untuk hidup. Kapal yang ditumpangi oleh Paulus dan orang-orang seperjalanan-nya diombang-ambingkan selama 3 hari 3 malam oleh angin badai. Kegelapan total menyelimuti mereka. Seluruh muatan kapal harus dibuang agar kapal tidak tenggelam. Akibatnya mereka harus menahan lapar berhari-hari. Dalam kondisi yang sedemikian kritis dan panik, Paulus berdiri dengan keteguhan dan keyakinan penuh menyuarakan pengharapan kepada mereka yang sudah ada di penghujung maut. Apa isi pengharapan itu (22, 26)? Apakah mereka mempercayainya (27-29)? Yang lebih indah lagi, mereka tidak hanya mempercayai pengharapan itu, namun mereka juga mau mendengarkan dan menuruti saran Paulus (31-32). Mereka akhirnya selamat dari amukan badai.
Mengapa mereka menjadi percaya dan menurut kepada Paulus? Ada beberapa faktor. 1. Paulus bersama-sama mereka merasakan ancaman maut. Ia tidak hanya berteori saja tapi mereka semua bisa melihat bahwa Paulus pun menghadapi dan mengalami hal yang sama. 2. Paulus percaya penuh akan janji Allah bahwa ia akan pergi menghadap Kaisar (24). 3. pengharapan Paulus dibangun berdasarkan keyakinan yang tumbuh karena hubungan yang erat dengan Allah (23).
Renungkan: Gereja harus menjadi sama dengan masyarakat yang miskin. Ini tidak berarti bahwa gereja harus menjadi miskin. Namun maukah gereja, di tengah-tengah kemiskinan ini tetap menyuarakan pengharapan Injil?
Bacaan untuk Minggu ke-10 sesudah Pentakosta
1Raja-raja 3:5-12 Roma 8:26-30 Matius 13:44-52 Mazmur 119:129-136
Lagu: Kidung Jemaat 256
Pemahaman Alkitab 7 -- Amsal 26:12-32
Menjadi Kristen seringkali disamakan dengan menjadi orang yang aneh dan asing. Karena kehidupannya tiba-tiba harus terpisah dari masyarakat sekitarnya secara radikal. Ia menjadi alergi bahkan menentang hal-hal yang tidak berbau 'kekristenan'. Ia berusaha memaparkan kelemahan dan kekurangan ajaran agama lain dengan tujuan agar ia dapat 'memenangkan' jiwa. Hasilnya? Anda dapat melihat sendiri. Kristen disalahkan bahkan dimusuhi. Bagaimana dengan Paulus?
Pertanyaan-pertanyaan penolong:
1. Apakah tujuan Paulus pergi ke Damsyik (10-11 bdk. 22:4)? Apa dengan 'kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala' Paulus dan tujuannya tidak dapat dihentikan (13-14)? Berdasarkan apa yang terjadi dalam perjalanan (14), kuasa penampakan Yesus tidak sekadar menghentikan perjalanan Paulus namun Yesus ingin mengungkapkan kepadanya siapa dia di hadapan Allah dan apa arti hidupnya bagi Allah dan sesama manusia. Jelaskan!
2. Paulus diperintahkan ke Damsyik, ditetapkan menjadi pekabar Injil, dan melakukan pekerjaan yang ada di ayat 18. Perubahan apa yang terjadi dalam hidup Paulus?
3. Ayat 19: Bagaimana Paulus menjalankan amanatnya yang baru? Apa arti bahwa hidup Paulus yang memberi manfaat bagi manusia itu diberikan kepada semua bangsa (20)? Bagaimana ini mencerminkan sikap Paulus terhadap semua manusia?
4. Apakah pernah Paulus menyinggung atau menghina kepercayaan orang lain (22-23)? Bagaimana Anda melihat sikap toleransi beragama yang diperlihatkan oleh Paulus?
5. Apa jawaban Paulus kepada Festus (25-26)? Adakah ini berarti bahwa ajaran yang Paulus beritakan adalah ajaran yang sehat dan terbuka terhadap kritik siapa pun? Jelaskan! Bagaimana jawaban Agripa mendukung ajaran Paulus ini (28)?
6. Apa sudah selayaknya respons Festus dan Agripa kepada Paulus (31-32)? Jelaskan! Apa yang diungkapkan oleh respons mereka tentang kehidupan Paulus sebagai anggota masyarakat pemeluk satu kepercayaan, warga negara sebuah negara, dan sekaligus penginjil?
7. Di tengah masyarakat yang sangat tidak ramah terhadap kekristenan, bagaimana Anda menjadi Kristen yang berguna bagi masyarakat?
SH: Kis 27:14-26 - Bertahan di tengah badai (Selasa, 18 September 2007) Bertahan di tengah badai
Benar saja! Peringatan Paulus terbukti! Angin badai menerjang kapal
itu dan mengombang-ambingkannya selama beberapa har...
Bertahan di tengah badai
Benar saja! Peringatan Paulus terbukti! Angin badai menerjang kapal itu dan mengombang-ambingkannya selama beberapa hari (14-18). Mereka juga menghadapi bahaya lain! Kedangkalan laut dan kerasnya hempasan gelombang, membuat daerah itu sangat berbahaya untuk pelayaran (17). Bahaya yang semakin besar memaksa mereka membuang sebagian muatan kapal ke laut (18-19). Ditambah lagi kesulitan untuk menentukan arah karena tidak terlihatnya matahari dan bintang selama beberapa hari.
Situasi yang begitu kritis karena bahaya yang datang silih berganti membuat mereka takut dan putus asa (20). Seperti penumpang kapal yang lain, Paulus pun tampaknya diliputi rasa takut saat itu. Heran? Tidak perlu, karena siapakah yang tidak akan takut menghadapi badai besar semacam itu? Tentu saja tidak ada yang salah bila terbit rasa takut akan bahaya yang sedang mengancam kita. Namun ingatlah bahwa masih ada harapan, meskipun rasa takut menguasai kita. Begitu pun Paulus.
Melalui malaikat-Nya, Tuhan kembali meneguhkan kehendak-Nya dan menyatakan penyertaan-Nya. Paulus tidak perlu lagi merasa takut karena Tuhan, yang setia dan berdaulat atas alam semesta, telah mengusir badai dan rasa takut. Situasi buruk itu memang nyata, tetapi bagi Paulus lebih nyata lagi perlindungan Allah. Oleh karena itu, ia kemudian tampil dan menyuarakan pengharapan yang datang dari Allah, bahwa mereka akan selamat (21-26). Ia menghimbau mereka untuk tetap tabah dan percaya bahwa Allah akan melakukan apa yang telah Dia janjikan (25).
Menjalani kehendak Allah memang tidak meluputkan kita dari bahaya yang akan menghadang jalan kita. Satu hal yang perlu kita ingat, jika kita yakin bahwa kita berada di jalan-Nya, niscaya Tuhan akan menyatakan penyertaan dan perlindungan-Nya. Tuhan tidak akan membiarkan mara bahaya menggagalkan penggenapan kehendak-Nya atas hidup hamba-Nya. Yang penting bagi kita adalah percaya!
SH: Kis 27:14-44 - Kepemimpinan fungsional (Jumat, 15 Agustus 2014) Kepemimpinan fungsional
Secara umum, kepemimpinan sering dipandang sebagai status atau kedudukan daripada sebagai suatu pelayanan. Sering juga kepemi...
Kepemimpinan fungsional
Secara umum, kepemimpinan sering dipandang sebagai status atau kedudukan daripada sebagai suatu pelayanan. Sering juga kepemimpinan diserahkan kepada seseorang sebagai hadiah atas prestasinya, dan bukan sebagai tanggung jawab yang membutuhkan kerendahhatian. Maka banyak orang yang bekerja untuk meraih sebuah kedudukan dalam kepemimpinan dan bukan untuk melayani orang lain serta membiarkan karakter kepemimpinan itu yang bertumbuh dalam dirinya.
Kepemimpinan Paulus muncul di kapal yang menuju ke Roma itu. Meski sebelumnya sarannya tidak didengar, Paulus tidak lantas merajuk dan berdiam diri. Kemungkinan bahaya bila kapal melanjutkan pelayaran seperti yang telah dikatakan Paulus, ternyata terjadi. Angin badai melanda (14). Awak kapal pun berupaya menyelamatkan kapal, dengan menurunkan layar dan membiarkan kapal terapung-apung (17) serta meringankan beban kapal dengan membuang alat-alat kapal (19). Karena tidak ada hasil atas semua upaya itu, mereka jadi putus asa (20). Pada saat itulah Paulus tampil dan membangkitkan semangat dengan menyampaikan pesan Allah yang disampaikan kepada dia melalui malaikat (22-24). Paulus juga mencegah para awak kapal yang berusaha melarikan diri (30-32). Saran sederhana, tetapi penting pun dikatakan oleh Paulus, yaitu mengajak mereka makan (33-36). Paulus melakukan semua itu tanpa posisi kepemimpinan secara formal. Ia bukan kapten kapal atau prajurit kaisar. Ia hanyalah seorang tahanan.
Kepemimpinan Paulus memang tidak dipandang sebagai kepemimpinan rohani oleh orang-orang di kapal itu. Mereka mengikuti saran Paulus karena telah terbukti kebenaran perkataan dan kompetensinya. Inilah yang disebut sebagai kepemimpinan fungsional, tanpa jabatan formal, tetapi melakukan fungsinya tatkala dibutuhkan, tatkala tak seorang pun dapat memberikan jawaban.
Kita pun bisa tampil menjadi pemimpin fungsional bagi dunia di sekitar kita. Tak perlu jabatan dan pelantikan, tetapi berilah pertolongan dan layanilah mereka yang membutuhkan.
SH: Kis 27:14-44 - Firman Allah Sumber Kekuatan (Selasa, 12 Maret 2019) Firman Allah Sumber Kekuatan
Panik adalah serangan takut mendadak dan membuat kita sulit berpikir tenang. Biasanya, hal ini terpicu oleh sebuah situa...
Firman Allah Sumber Kekuatan
Panik adalah serangan takut mendadak dan membuat kita sulit berpikir tenang. Biasanya, hal ini terpicu oleh sebuah situasi genting, mengancam, dan muncul tiba-tiba. Dalam keadaan seperti ini, kita kerap bertindak di luar akal sehat dan menjadi tidak tenang.
Paulus diperhadapkan dengan kesulitan dalam perjalanannya. Ketika berada di kapal, badai datang menerpa. Angin puyuh itu memaksa kapal serta seisi penumpangnya menyerah. Mereka membiarkan kapal terombang-ambing (14-15). Badai itu sangat hebat, sampai-sampai mereka terpaksa membuang muatan, bahkan alat-alat kapal ke laut (18-19).
Situasi begitu mencekam. Matahari dan bintang pun seolah takut dan menyembunyikan diri. Angin badai terus menebar teror dan ancaman. Akibatnya, mereka pun putus asa karena merasa tidak akan selamat (20). Kondisi ini pasti menguras emosi dan tenaga. Selama empat belas hari mereka hanya menanti-nanti sambil menahan lapar (21, 33).
Dalam momen itulah Paulus muncul. Ia mengumandangkan kedaulatan Allah bahwa semua yang terjadi adalah atas izin-Nya (22-24, 34). Keyakinan Paulus akan firman Allah begitu menegarkan hatinya. Itu rahasia ketenangannya dalam memberi nasihat. Ia mengambil roti, mengucap syukur, kemudian membagikannya (35). Tindakan Paulus sungguh menguatkan banyak orang (36-38).
Dari pengalaman Paulus, kita melihat kekuatan firman Allah. Firman Allah bisa menyalurkan energi penenang saat kita menghadapi masalah. Ia mampu membuat kita tabah dalam mengatasi masalah di tengah situasi genting. Bukan hanya menolong diri sendiri, firman Allah juga mampu menguatkan orang lain.
Nas kali ini mengajak kita menghayati dan menghidupi firman Allah. Kita bisa melakukannya dengan banyak cara, misalnya, membaca Alkitab, mendengarkan khotbah, dan diskusi. Ini penting karena bisa memupuk ketabahan dan ketahanan kita dalam menjalani kehidupan.
Doa: Biarlah firman-Mu menjadi kekuatan dan menabahkan hati dalam setiap pergumulan yang Engkau percayakan dalam hidup kami. [MUL]
SH: Kis 27:27-44 - Kedaulatan Tuhan (Rabu, 19 September 2007) Kedaulatan Tuhan
Orang biasanya mengagumi kedaulatan Tuhan ketika menyaksikan
keajaiban-Nya. Bagi Paulus, kedaulatan Tuhan bukan hanya berarti
...
Kedaulatan Tuhan
Orang biasanya mengagumi kedaulatan Tuhan ketika menyaksikan keajaiban-Nya. Bagi Paulus, kedaulatan Tuhan bukan hanya berarti bahwa Tuhan campur tangan secara adikodrati, melainkan bahwa Ia berkarya juga secara kodrati melalui manusia. Maka kedaulatan Allah bukan merupakan alasan bagi manusia untuk berdiam diri. Di dalam kondisi yang kritis saat itu, kehadiran awak kapal sangat diperlukan. Sebab itu Paulus meminta kepada perwira dan prajuritnya supaya menahan para awak kapal agar tidak kabur dan menghindar dari tanggung jawab (31-32). Keamanan para penumpang juga melibatkan upaya mereka sendiri, misalnya dengan makan, meringankan muatan kapal, berupaya agar kapal dapat sampai ke pantai, berenang atau mengapung dengan papan untuk sampai ke pantai (33-44).
Kedaulatan Tuhan memang bukan alasan bagi manusia untuk tidak berusaha, tetapi jaminan bahwa usaha manusia di dalam Tuhan tidak sia-sia. Paulus sendiri tidak mengharapkan mukjizat, ia juga tidak pernah memintanya. Bila Tuhan menemui dia melalui malaikat-Nya (23-24), itulah inisiatif Tuhan sebagai bagian dari penggenapan rencana-Nya. Tujuannya adalah menyelamatkan Paulus dan penumpang kapal lainnya. Jadi kedaulatan Tuhan berkaitan dengan penggenapan kehendak-Nya. Kita bisa melihat bahwa untuk kepentingan Injillah maka Paulus dan penumpang lainnya selamat. Paulus selamat agar ia dapat pergi ke Roma dan mewartakan Injil di sana. Para penumpang selamat agar mereka mengalami kuasa Injil yang menyelamatkan orang berdosa, seperti mereka telah diselamatkan saat itu.
Mari kita simak ulang perjalanan hidup kita. Bila segala sesuatunya telah terjadi dan berjalan hingga saat ini, semua itu tidak lepas dari campur tangan Tuhan yang berdaulat. Namun ingat juga, bahwa semua itu terjadi bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Melalui Anda, orang lain dapat mengetahui dan merasakan sendiri kedaulatan Tuhan di dalam hidupnya. Sampaikan kesaksian Anda pada mereka!
SH: Kis 27:33-44 - Gereja adalah tangan Allah yang memelihara hidup (Senin, 21 Agustus 2000) Gereja adalah tangan Allah yang memelihara hidup
Karena Paulus, seluruh penumpang kapal yang berjumlah 276 jiwa
selamat mencapai daratan tanpa ca...
Gereja adalah tangan Allah yang memelihara hidup
Karena Paulus, seluruh penumpang kapal yang berjumlah 276 jiwa selamat mencapai daratan tanpa cacat sedikit pun (34). Pengharapan yang disuarakan Paulus menjadi kenyataan. Yang menjadi pusat dari peristiwa itu adalah bagaimana Allah bekerja melalui Paulus dan bagaimana Allah bekerja bagi Paulus sehingga banyak orang diberkati.
Setelah berhasil meyakinkan dan menenangkan para penumpang kapal yang panik, Paulus melanjutkan pelayanannya kepada mereka dengan memperhatikan kebutuhan fisik mereka. 14 hari puasa (terpaksa karena badai) membuat fisik mereka sangat lemah. Fisik yang lemah akan melemahkan hati dan semangat. Padahal kekuatan fisik sangat diperlukan untuk membawa kapal ke daratan terdekat. Walau Paulus sengaja tidak mendahulukan masalah rohani, namun ia tetap memperlihatkan kepada mereka tentang iman dan keyakinannya kepada Allah (35). Dan ini memberikan dampak yang besar bagi hati dan semangat mereka (36).
Di samping itu, Allah juga bekerja secara tidak kentara bagi Paulus sehingga tidak hanya Paulus yang selamat dan dapat melanjutkan perjalanannya ke Roma, namun orang-orang lain pun mendapatkan berkat (42-43). Paulus adalah teladan yang indah tentang kehidupan yang dipakai Allah tidak hanya untuk memelihara kehidupan dan keselamatan fisik bagi sesama manusia namun juga menyelamatkan jiwa-jiwa terlepas dari kuasa dosa karena Injil Yesus Kristus yang ia wartakan. Hidupnya mempunyai kuasa dan makna bagi masa kini dan masa depan serta bagi kesejahteraan fisik dan rohani bagi umat manusia.
Renungkan: Gereja-gereja yang berada di tengah masyarakat Indonesia yang masih terpuruk dalam kemelut ekonomi yang berkepanjangan, seharusnya mempunyai kuasa dan makna seperti Paulus. Karena itu sangat ironis jika gereja yang dimampukan untuk membangun gedung yang megah, mendirikan sekolah bergengsi, menyelenggarakan perayaan gerejawi secara mewah, dan jemaatnya hidup dalam kelimpahan berkat, sementara itu masyarakat di sekitarnya masih harus bergumul untuk sesuap nasi dan pendidikan dasar bagi anak- anaknya. Adalah sangat egois jika gereja hanya datang dengan sebuah ayat emas penginjilan kepada masyarakat yang berteriak dan menangis karena kemiskinan yang menghimpit. Hai Gereja, jadilah perpanjangan tangan Allah!
Utley: Kis 27:13-20 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:13-2013 Pada waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa maksud mereka sudah tentu akan te...
NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:13-20
13 Pada waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa maksud mereka sudah tentu akan tercapai. Mereka membongkar sauh, lalu berlayar dekat sekali menyusur pantai Kreta. 14 Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin "Timur Laut". 15 Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. 16 Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu. 17 Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja. 18 Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut. Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri 20 Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami.
- NASB NRSV "angin badai"
- NKJV "angin ribut"
- TEV "angin yang bertiup sangat kencang"
- NJB "angin topan"
Kata Yunani ini adalah tuph∩n (angin topan) + ikos (seperti). Ini adalah angin yang datang tiba-tiba dengan sangat keras. Mungkin diintensifkan oleh pegunungan 7.000 kaki di Kreta.
- NASB "angin timur laut"
- NKJV "Euroclydon"
- NRSV, TEV "timur laut"
- NJB "timur laut"
Ini adalah nama khusus yang diberikan para pelaut untuk jenis angin selama musim tersebut. Terdiri dari (1) istilah Yunani, "angin timur" (euros) dan (2) istilah Latin "angin utara" (aquilo). Angin timur laut yang sangat kuat dan tiba-tiba.
Karena menjadi istilah teknis kelautan (eukakul∩n), kemudian salah dimengerti oleh ahli Taurat yang mengubahnya dalam beberapa cara untuk mencoba membuat konteks tersebut masuk akal.
Kis 27:15 "tidak tahan menghadapi angin haluan" kapal kuno memiliki mata yang dicat di setiap sisi haluan. Di kemudian hari, tokoh manusia atau hewan ditempatkan pada busur (lih.Kis 28:11). Bahkan hari ini kita melambangkan kapal sebagai perempuan. frasa ini secara harfiah "melawan" (anti) ditambah "mata" (ophthalmos). Mereka tidak bisa mengemudikan kapal melalui angin.
Kis 27:16 "Kauda" adalah pulau kecil sekitar lima puluh kilometer di lepas pantai selatan Kreta. Mereka sekarang tidak berdaya dalam menghadapi angin timur laut yang kuat. Mereka memanfaatkan angin yang meniup layar kapal untuk melakukan apa yang mereka bisa untuk mempersiapkan kapal menghadapi laut yang kasar.
Ada beberapa varian manuskrip Yunani untuk nama pulau ini.
- 1. Kauda, MSS P74, א2, B
- 2. Klauda, MSS א*, A
- 3. Klaudēn, MSS H, L, P, dan kemudian banyak manuskrip yang amat kecil
- 4. Gaudēn, Teks Yunani digunakan oleh Jerome
- 5. Klaudion, beberapa manuskrip yang amat kecil
UBS3 dan UBS4 memberi #1 peringkat "B" (hampir pasti). Dua pilihan pertama dapat berupa bentuk Yunani dan bentuk Latin dari nama tersebut.
□ "dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu" ini mengacu pada sebuah perahu kecil di belakangnya (lih.ay. 30,32). Perahu trailing ini membentuk pengerem yang membuat sulit untuk mengarahkan kapal yang lebih besar.
Kis 27:17 "memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali" ini mengacu pada tali pelilit khusus di sekeliling lambung untuk membantu menahan bersama-sama dalam badai (lih.Aristoteles, Rhetoric 2.5.18).
□ "di beting Sirtis" Ini adalah penghalang pasir yang bergerak di lepas pantai Afrika utara. Mereka disebut Sirtis besar dan Sirtis kecil (lih.Pliny, Nat. Hist 5.4,27). Merupakan kuburan banyak kapal layar. Untuk menghindari Sirtis besar para pelaut mengarahkan kapal menyamping, sehingga menyusur perlahan ke selatan.
□ "Layar" Kunci untuk menafsirkan dengan tepat konteks ini adalah istilah "menurunkan". Apa yang mereka turunkan: (1) layar atau (2) bagian dari layar? Tujuannya adalah untuk memperlambat kapal, tetapi pada saat yang sama memungkinkan untuk dikendalikan
Layar bukan merupakan jangkar yang mencengkeram bawah, tapi selembar parasut seperti yang digunakan berat berisi air untuk memperlambat kapal terapung ke arah selatan (lih.teks Latin lama dan NASB, NRSV, dan NJB).
Ada beberapa terjemahan bahasa Inggris yang akan menterjemahkan ini sebagai "turunkan layar" (lih.NKJV, TEV, NJB, dan Peshitta dalam bahasa Inggris). Istilah Yunani secara harfiah berarti "sesuatu" (lih.Louw & Nida, Greek-English Lexicon, vol. 2, hal. 223) dan harus ditafsirkan dalam konteks tertentu. Ada beberapa teks papirus tertentu yang menggunakannya untuk istilah berlayar (lih.Moulton & Milligan, Kosakata Perjanjian Yunani, hal 577). Jika demikian, mereka menurunkan sebagian dari layar tetapi tidak semuanya. Mereka harus mempertahankan kendali dan berupaya untuk menyusuri perjalanan sepelan mungkin.
Kis 27:18-19 ini menunjukkan betapa keras dan berbahaya badai ini tampaknya bagi para pelaut berpengalaman (lih.20).
Kis 27:18 "membuang muatan kapal" Tindakan ini menunjukkan bahwa para pelaut itu benar-benar takut kehilangan nyawa mereka.
Kis 27:19 "alat-alat kapal" Tepatnya ini mengacu untuk apa, tidak diketahui, mungkin layar utama dan tali-temali tersebut. Istilah ini ambigu. Istilah yang sama merujuk pada layar, atau bagian dari layar, dalam ay. 17.
Kis 27:20 "Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan" Frasa ini tampaknya menunjukkan bahwa mereka tidak mengetahui arah mana yang dituju. Mereka takut ke pantai Afrika utara, tapi mereka tidak bisa mengetahui seberapa dekat mereka berada (lih.ay. 29). Tanpa bintang atau matahari mereka tidak bisa menavigasi atau melihat posisi mereka.
□ "akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami" Ini menyatakan dorongan Paulus berdasarkan penglihatan sebelumnya (lih.ay. Kis 27:21-26). Sumber daya mereka sudah hilang!
Utley: Kis 27:21-26 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:21-2621 Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: "Saudara-...
NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:21-26
21 Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: "Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! 22 Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. 23 Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, 24 dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. 25 Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara- saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. 26 Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau."
Kis 27:21 "mereka beberapa lamanya tidak makan" Setidaknya ada tiga makna sehubungan dengan ay. 33: (1) mungkin mereka mabuk laut karena badai yang keras dan berlarut-larut; (2) mereka berdoa dan berpuasa untuk tujuan agamawi supaya terhindar (yaitu ritual penyembahan berhala, lih. ay. 29.), atau (3) mereka begitu sibuk berusaha menyelamatkan kapal, makan menjadi suatu hal yang tidak begitu penting.
□ "jika sekiranya nasihatku dituruti" Ini adalah perkataan "Aku kan sudah bilang" versi Paulus. Memberi Paulus kesempatan untuk bertindak sebagai juru bicara Roh Kudus!
Kis 27:22 "kecuali kapal ini" (yaitu dei, lih. ay. 26.).
Kis 27:23 "Seorang Malaikat dari Allah" Beberapa kali Yesus atau malaikat menampakkan diri kepada Paulus untuk menguatkan dia (lih.Kis 18:9-10; 22:17-19; 23:11; 27:23-24). Allah memiliki rencana dan tujuan penginjilan bagi hidup Paulus (lih. Ay. Kis 27:26; 9:15) dan badai itu tidak akan menghentikannya.
Kis 27:24 "Jangan takut, Paulus" Ini adalah PRESENT MIDDLE (deponent)IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICIPLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan yang sudah dalam proses (lih. Kis 23:11; Ams 3:5-6).
□ "sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau" Verba pertamanya adalah PERFECT MIDDLE (deponent) INDICATIVE. Allah memiliki rencana dan tujuan untuk pelayanan Paulus (lih.Kis 9:15; 19:21; 23:11). Dia akan (dei) menjadi saksi di Roma di hadapan pemimpin pemerintah dan militer.
Kehidupan Paulus dan imannya berdampak pada nasib teman-temannya. Ekstensi anugerah yang sama dapat dilihat dalam Ul 5:10; 7:09; 1Kor 7:14. Ini tidak menghapus tanggung jawab pribadi, namun menekankan pengaruh potensial dari keluarga, teman, dan rekan kerja yang telah menjadi percaya.
Kis 27:25 Nasihat Paulus di ay. 22, "tabahkanlah hatimu", sebuah PRESENT INFINITIVE, diulang, " tabahkanlah hatimu ", yang merupakan PRESENT ACTIVE IMPERATIVE.
□ "karena aku percaya kepada Allah" Perjumpaan Paulus dengan Kristus yang hidup memungkinkan dia untuk mempercayai firman Allah ("semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku" PERFECT PASSIVE INDICATIVE). Iman adalah tangan yang menerima karunia keselamatan Allah, bukan keselamatan saja, tetapi pemeliharaan.
Robert B. Girdlestone, Synonyms of the Old Testament memiliki pernyataan hebat dan kutipan dari Romaine, Life of Faith.
"kita sekarang mendekati PB dengan perbedaan yang jelas antara iman di satu sisi, serta percaya dan berharap di sisi lain. Iman adalah memegang Allah lewat firman-Nya, sedangkan kepercayaan dan kesabaran dan juga berharap adalah buah iman yang benar, manifestasi dalam berbagai bentuk kepercayaan yang orang-orang percaya rasakan. Sebuah pesan datang kepada saya dari Penulis saya, ini mungkin merupakan ancaman, janji, atau perintah. Jika saya terima sebagai "ya dan amin", itulah Iman; dan hasil tindakannya merupakan suatu tindakan amunah atau Allah yang setia. Iman, menurut Kitab Suci, tampaknya menyiratkan kata, pesan, atau wahyu. Jadi Romaine belajar mengatakan dalam Kehidupan Imannya: "Iman menandakan percaya pada kebenaran Firman Allah, hal ini berkaitan dengan beberapa kata yang diucapkan atau beberapa janji yang dibuat oleh-Nya, dan mengekspresikan kepercayaan dimana orang yang mendengarnya meneriman ya sebagai kebenaran, ia mengiakannya, bergantung di atasnya, dan bertindak sesuai dengannya: itulah iman". Buah nya akan bervariasi sesuai dengan sifat firman yang diterima, dan sesuai dengan keadaan penerima. Iman memimpin Nuh untuk membangun bahtera, Abraham mempersembahkan anaknya, Musa menolak disebut anak puteri Firaun, bangsa Israel berbaris mengelilingi tembok Yerikho. Saya percaya kepada Tuhan semuanya pasti akan terjadi seperti yang telah dikatakan kepadaku" Ini adalah gambaran dari proses yang Alkitab sebut iman" (hal. 104-105).
Untuk "percaya" lihat Topik Khusus di Kis 2:40; 3:16.
Utley: Kis 27:27-32 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:27-32Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah ma...
NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:27-32
Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. 28 Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa.29 Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang.30 Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan.31 Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: "Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat."32 Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut.
Kis 27:27 "malam yang keempat belas" Waktunya sesuai persis dengan jarak yang tercakup dalam konfigurasi mereka selama terapung-apung (yaitu layar). Mereka melakukan perjalanan 476 mil di 36 mil per periode 24-jam.
□ "Laut Adria" ini mengacu ke selatan Mediterania pusat (Adria). Tidak mengacu ke Laut Adria pada masa ini
□ "merasa bahwa mereka telah dekat daratan" Mereka mungkin mendengar atau melihat burung atau ikan tertentu.
Kis 27:28 "batu duga" berasal dari verba yang berarti "melemparkan petunjuk", yang mengacu pada menjatuhkan tali timbangan yang ditandai untuk menunjukkan kedalaman air.
□ "depa" Ini adalah jarak antara lengan yang direntangkan.Melambangkan pengukuran yang digunakan oleh para pelaut untuk mengukur kedalaman air.
Kis 27:29 Saat itu masih gelap. Mereka tidak tahu persis di mana mereka berada. Mereka ingin memperlambat atau menghentikan kapal mendekati daratan, sampai mereka bisa melihat kemana kapal tersebut menuju.
Kis 27:30 Para pelaut ini bukan orang beriman. Mereka akan melakukan apapun yang mereka bisa untuk menyelamatkan diri.
Kis 27:31 Ada beberapa kondisi (kalimat THIRD CLASS CONDITIONAL) yang terhubung dengan visi Paulus dan janji Allah yang diperbaharui.
□ "selamat" Arti PLnya adalah keselamatan fisik (lih.Yak 5:15). Mengenal Paulus, membuat para pelaut, para prajurit, dan sesama penumpang mendengar Injil, yang membawa keselamatan rohani dari istilah PB. Suatu tragedi yang akan menyelamatkan mereka dari kematian fisik untuk kematian kekal!
Utley: Kis 27:33-38 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:33-3833 Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: "Sudah empat belas hari lamanya k...
NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:33-38
33 Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: "Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. 34 Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya." 35 Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah- mecahkannya, lalu mulai makan. 36 Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga. 37 Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. 38 Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu.
Kis 27:34 "Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya" Paulus menggunakan kata-kata yang mirip dengan kata-kata Yesus (lih.Luk 12:7; 21:18). Ini adalah ungkapan Ibrani untuk perlindungan (lih. 1Sam 14:45; 2Sam 14:11, 1Raj 1:52).
Kis 27:35 Ini tidak mengacu pada Perjamuan Tuhan, tapi hal ini menunjukkan iman Paulus, bahkan di tengah-tengah krisis. Iman Paulus mempengaruhi orang lain (lih.ay. 36).
Kis 27:37 "dua ratus tujuh puluh enam" Termasuk awak kapal dan penumpang. Manuskrip B (abad keempat) mencatat "tujuh puluh enam", sedangkan MSS (abad keempat) dan C (abad kelima) menulis "dua ratus tujuh puluh enam". Naskah A (abad kelima) menulis "dua ratus tujuh puluh lima". Semua terjemahan bahasa Inggris modern menulis dua ratus tjuh puluh enam. UBS4 memberinya rating "B" (hampir pasti).
Kis 27:38 Ini adalah kapal besar dari Mesir bermuatan gandum. Semua muatan kapal dan perlengkapannya sudah dibuang ke laut (lih.ay. 18).
Utley: Kis 27:39-44 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:39-4439 Dan ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal dara...
NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:39-44
39 Dan ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ.40 Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai.41 Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat.42 Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorangpun yang melarikan diri dengan berenang.43 Tetapi perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat,44 dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat..
Kis 27:39 Mereka masih bisa mengendalikan kapal untuk beberapa derajat (lih.ay. 40).
Ada varian manuskrip Yunani yang terkait dengan "mengemudikan kapal ke atasnya" (lih.MSS א, A, B2) dan "mendaratkan kapal dengan aman" (lih.MSS B* and C). Kedua kata kedengarannya sangat mirip (exōsai vs. eksōsai ) Manuskrip Yunani Kuno sering dibaca oleh satu orang dan disalin oleh banyak orang. istilah yang terdengar serupa juga sering membingungkan.
Kis 27:40 Terumbu karang di sepanjang pantai banyak menyebabkan kecelakaan kapal. Terumbu berkembang dimana gelombang laut dan perairan teluk bertemu.
- NASB, NKJV,
- NJV "tali-tali kemudi"
- NRSV, TEV "kemudi"
Hal ini mengacu pada kemudi ganda, yang khas pada kapal yang lebih besar. Yak 3:4 menggunakan kata yang sama ini dengan "kemudi"
□ "layar topang" ini adalah istilah yang jarang terjadi, tetapi pasti mengacu pada layar kecil di busur (lih. Juvenal, Sat. 12,69).
Kis 27:42 "prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan" Jika mereka lolos, para prajurit harus menanggung hukuman mereka!
Kis 27:43 Kata-kata Paulus, iman, dan tindakannya telah meyakinkan kepala pasukan Romawi untuk mempercayai dia dan melindunginya.
Topik Teologia: Kis 27:23 - -- Wahyu Allah
Mode atau Cara Wahyu
Wahyu Melalui Para Malaikat
Ayu 33:19-25 Dan 4:13-17 Dan 8:15-16 Dan 9:21-23 Dan 10:5-6,10-11 ...
- Wahyu Allah
- Mode atau Cara Wahyu
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
Topik Teologia: Kis 27:24 - -- Wahyu Allah
Mode atau Cara Wahyu
Wahyu Melalui Para Malaikat
Ayu 33:19-25 Dan 4:13-17 Dan 8:15-16 Dan 9:21-23 Dan 10:5-6,10-11 ...
- Wahyu Allah
- Mode atau Cara Wahyu
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
Topik Teologia: Kis 27:35 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Mengucap Syukur untuk Makanan
Yoh 6:11 Kis 27:35 Rom 14:6-7 1Ko 10:30-31 1Ti...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengucap Syukur untuk Makanan
TFTWMS: Kis 27:14-21 - Putuslah Segala Harapan "PUTUSLAH SEGALA HARAPAN" (Kis 27:14-21)
Beberapa jam sebelum mereka tiba di tujuan, bencana menerjang. "Tetapi tidak berapa lama kemu...
"PUTUSLAH SEGALA HARAPAN" (Kis 27:14-21)
Beberapa jam sebelum mereka tiba di tujuan, bencana menerjang. "Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu [dari pegunungan Kreta yang menjulang tinggi] angin badai, yang disebut angin "Timur Laut [Euraquilo]" (ay. 14). "Euraquilo" adalah julukan pelaut bagi angin "Timur Laut"39yang menyerupai topan.40
Setelah keluar dari perlindungan pulau Kreta, kapal itu tidak punya lagi jalan masuk ke pelbagai pelabuhan, kecuali lautan terbuka. "Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing" (ay. 15). Kapal itu berada dalam belas kasihan angin dan gelombang.
Setelah dihanyutkan ke arah tenggara selama beberapa jam, mereka berlayar "sampai ke [perlindungan] pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda" (ay. 16a). Dengan memanfaatkan ketenangan sejenak itu, semua orang bekerja dengan tergesa-gesa untuk membuat kapal itu sedapat mungkin layak melaut. Lukas bahkan cenderung ikut mengamankan sekoci yang ditarik di belakang kapal. Dengan mengingat perjuangan itu (dan mungkin luka-lukanya), ia berkata, "Dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu" (ay. 16b).41
"Setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali" (ay. 17a). "Tali" itu berupa tambang atau rantai yang dililitkan di sekeliling lambung kapal dan dikencangkan dengan alat-alat penolong [kerekan] untuk membuat kapal itu tetap utuh dalam terjangan badai.42
Lalu "karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja" (ay. 17b). "Beting Sirtis" merupakan daerah beting yang membentang hingga pantai Afrika Utara— kuburan kapal yang ditakuti oleh para pelaut. Meskipun tempat itu masih beberapa kilometer jauhnya di selatan, namun mereka tahu betapa cepatnya sebuah kapal bisa dihanyutkan dalam sebuah badai.43Mereka "menurunkan layar,"44dengan harapan bisa memperlambat laju kapal.
Pada saat itu, kapal itu sudah hanyut melewati perlindungan pulau kecil itu; mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain "membiarkan kapal itu [diri mereka] terapung-apung saja" (ay. 17c).
Anda bisa menyimak dari para pelaut zaman dahulu: Bila topan melanda hidupmu, berbuatlah semampumu untuk memperkecil kerusakan, "tutuplah palka kapal rapat-rapat,"45dan bersiaplah untuk mengarungi badai itu.
Jika orang-orang dalam kapal itu berharap badai itu akan segera berlalu dengan sendirinya, mereka tentu akan kecewa. "Pada keesokan harinya" mereka masih "diombang-ambingkan angin badai" (ay. 18a). Cobalah menjadi mereka. Dengarkanlah deru angin, kayu yang patah, dan tali yang menegang. Lihatlah awan gelap yang berterbangan, amuk gelombang yang membasahi seluruh geladak. Kapal itu timbul tenggelam di lautan yang mengganas, dan Anda berjuang untuk bisa tetap berdiri. Semburan air asin membuat perih wajah Anda, dan Anda diteror terus oleh air asin. Yang namanya badai, benar-benar menyakitkan—baik di lautan maupun dalam kehidupan.
Saat-saat tanpa harapan bisa menimbulkan tindakan putus asa. "Pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut" (ay. 18). Penghasilan mereka sebenarnya tergantung pada barang muatan itu, namun mereka lebih peduli terhadap nyawa mereka daripada penghasilan mereka. "Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri"46(ay. 19). Untuk meringankan kapal itu, mereka membuang ke luar kapal segala alat yang sama sekali tidak mereka perlukan.47
Badai itu terus berlanjut: "Beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan" (ay. 20a). Di zaman itu mereka belum punya kompas, tidak ada sekstan untuk menentukan posisi mereka. Navigasi tergantung pada matahari di siang hari dan bintang di malam hari. Oleh sebab itu, mereka tidak tahu dimana mereka berada. Yang mereka tahu, mereka bisa tenggelam di beting Sirtis kapan saja, atau menabrak batu karang yang tersembunyi.
Selama hampir dua minggu, badai itu terus-menerus menghantam kapal dan penumpangnya sampai-sampai mereka nyaris menyerah. Lukas menulis, "Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami" (ay. 20).
Itulah titik terendah dalam kisah itu. Orang-orang itu basah kuyup, kaku kedinginan, lelah setengah mati, lemah karena lapar. "Mereka beberapa lamanya tidak makan" (ay. 21a); "Badai itu telah mencerabut mereka dari harta, waktu, dan keinginan untuk menyiapkan atau menyantap makanan tetap apa saja."48Simaklah bahwa Lukas memasukkan dirinya sendiri di dalam gambarannya tentang keputusasaan itu: "Kami akhirnya putus harap untuk bisa diselamatkan" (ay. 20; NIV; huruf miring oleh saya). Apakah kata "kami" itu termasuk Paulus? Mungkin saja. Ketika malaikat itu menampakkan diri kepada Paulus, ia menghibur dia, "Jangat takut" (ay. 24a). Orang yang paling kuat sekalipun bahkan bisa ditaklukkan bila terus-menerus dihajar cukup keras dan cukup lama oleh badai itu.
Beberapa dari Anda tahu bagaimana rasanya mengalami perkawinan berantakan, kandas di beting penderitaan, tenggelam di dalam air kegagalan yang menyusahkan, menemukan diri Anda tidak stabil secara emosi dan rohani. Anda tahu bagaimana rasanya berjalan dari hari ke hari tanpa penerangan. Anda juga pernah ditaklukkan.
TFTWMS: Kis 27:21-26 - Menyatakan Janji MENYATAKAN JANJI (Kis 27:21-26)
Ketika Paulus dipaksa menyerah oleh keputusasaan, ia mulai berdoa. Dalam malam keputusasaannya itu, ia menerima janji...
MENYATAKAN JANJI (Kis 27:21-26)
Ketika Paulus dipaksa menyerah oleh keputusasaan, ia mulai berdoa. Dalam malam keputusasaannya itu, ia menerima janji Allah. Kita ambil kisah esok harinya ketika rasul itu dengan segera membagi berita pengharapan itu: "Berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: 'Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini!'" (ay. 21b). (Tujuan Paulus itu lebih untuk mendorong mereka, daripada untuk menegur mereka, agar tidak melakukan kembali kesalahan yang sama.) Perkataan percaya dirinya itu lalu bergaung mengatasi deru badai:
Tetapi sekarang, ... aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat3dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar;4dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku (ay. 22-25).
Paulus sepertinya berdoa tidak hanya untuk keselamatan dirinya saja, tetapi juga untuk keselamatan semua orang yang berada di dalam kapal itu—dan Allah menjawab doanya. 5Jika Anda berada di tengah badai, ingatlah bahwa Anda bukan satu-satunya orang yang sedang dihajar oleh badai kehidupan (1Korintus 10:13a). Berdoalah untuk orang lain sebagaimana untuk diri Anda sendiri (Yakobus 5:16); tidak ada yang akan lebih cepat menenggelamkan manusia selain keegoisannya sendiri.
Janji Allah itu mengandung berita baik dan buruk: Nyawa mereka akan dilindungi, namun kapal itu akan hancur. Paulus menambahkan, "Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau" (ay. 26). Allah berjanji bahwa mereka akan diselamatkan, namun tidak berarti proses itu akan berjalan mudah. Masa-masa sulit sedang menunggu—namun janji Allah akan menopang mereka.
Allah juga punya berita pengharapan untuk kita. Anda dan saya tidak akan mendapat tamu sorgawi seperti yang Paulus alami, namun kita mempunyai "janji-janji yang berharga dan yang sangat besar" dari Allah (2Petrus 1:4; lihat juga Ibrani 8:6)—dan isi beritanya tetap sama: "Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!" (Mazmur 27:14; Yohanes 16:33)! Masalahnya bukan Tuhan telah meninggalkan kita tanpa jaminan. 6Masalahnya, kita terlalu sering kurang memiliki iman Paulus yang berkata, "Aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku" (Kisah 27:25b; huruf miring oleh saya; lihat juga Yohanes 20:27).
Jika kita mau berhasil melewati badai kehidupan, kita perlu menyatakan janji Allah. Pertama, kita perlu terus-menerus menyatakan janji itu dalam hidup kita untuk mengakarkan janji itu dalam pikiran dan hati kita. Kita bahkan mungkin ingin menuliskan janji-janji itu dan menempatkannya pada tempat dimana kita bisa membacanya setiap hari. Lalu, seperti yang Paulus lakukan, kita perlu membagi janji itu kepada orang lain.
Jika kita sudah menyatakan janji itu, akankah segala persoalan kita lenyap seperti ibarat tiupan angin? Mungkin tidak. Pemberitahuan Paulus tentang berita pengharapan dari Allah tidak meredakan lautan. Awan tetap bergantung sehingga para pelaut itu tidak bisa menentukan arah mereka. Secara lahiriah tidak ada yang berubah; badai tetap mengamuk. Perubahannya ada di dalam — perubahan sikap. Perubahan ini sudah tentu menimbulkan perbedaan cara dunia memandang Paulus dan orang lainnya yang percaya. Ketika Anda dan saya percaya kepada janji Tuhan pada saat diterjang badai kehidupan, perubahan lahiriah jarang terjadi; keadaan tetap tidak berubah. Perbedaan sebenarnya terjadi di dalam diri kita: Kita bisa mengetahui "damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal" (Filipi 4:7a)!
MENUNJUKKAN KEBERADAAN (Kis 27:27-37)
Malaikat itu sudah memberitahu Paulus bahwa kapal itu akan "[ter] dampar ... di salah satu pulau" (ay. 26). "Salah satu pulau itu" adalah Malta (28:1), sekitar 800 kilometer ke arah barat dari tempat badai itu pertama kali menerjang. Lihatlah peta di halaman 230; Malta hanya sebuah titik di Laut Tengah. Ketika kapal itu diombang-ambingkan gelombang (27:27), bagaimana mungkin kapal itu bisa mencapai pulau kecil itu? Ahli navigasinya adalah Allah. Untuk membimbing mereka ke tujuan itu Allah menggunakan angin yang sama yang pernah mengancam untuk menghancurkan kapal itu bersama para penum-pangnya (Roma 8:28). Allah tidak meninggalkan milik-Nya; Ia tetap terus bekerja di dalam kehidupan mereka.
"Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria.7Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan" (ay. 27). Mereka mungkin bisa mendengar deru ombak memecah pantai. "Lalu mereka mengulurkan batu duga,8dan ternyata air di situ dua puluh depa [37 m.] dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa [5 m.]" (ay. 28). Di sini ada lagi berita baik/berita buruk: Berita baiknya adalah bahwa mereka mendekati daratan; berita buruknya adalah bahaya mengintai dalam kegelapan. "Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh9di buritan" (ay. 29a). Biasanya, sauh dibuang dari haluan (bagian depan kapal), bukan dari buritan (belakang kapal). Namun begitu, karena angin bertiup ke daratan, maka mereka memasang sauh kapal sedemikian rupa agar badai akan terus mengarahkan kapal itu ke pantai.
Setelah berbuat semampunya untuk melindungi kapal itu, mereka "berharap mudah-mudahan hari lekas siang" (ay. 29b). Secara harfiah, "mereka berdoa semoga fajar lekas datang." Anda juga mungkin pernah merasakan malam-malam yang menakutkan ketika Anda merasakan adanya bahaya dalam kegelapan, ketika Allah tampaknya sangat jauh, ketika malam itu kelihatannya tidak akan berakhir.
Suatu saat di malam itu, tekanan mental menguasai para pelaut yang ketakutan. Mereka lupa akan kode etik yang dihormati sejak dulu untuk tetap tinggal di dalam kapal; mereka melupakan setiap orang kecuali diri sendiri. "Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah," mereka "hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan" (ay. 30c, d), dengan niat untuk berdayung ke pantai— sebuah upaya keputusasaan yang hampir pasti akan gagal di dalam kegelapan yang berbadai itu.
Paulus, yang sedang berada di geladak, sudah cukup berpengalaman dengan masalah kapal dan badai sehingga tidak bisa ditipu oleh permainan terselubung para pelaut itu. Menjangkarkan kapal dari haluan ketika kapal itu sudah dijangkarkan dari buritan adalah tidak perlu dan bahkan bisa menyebabkan kerusakan pada kapal itu. Demikianlah ketika, "anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal.... Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: 'Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat'" (ay. 30, 31). Tanpa para awak kapal yang akan mengemudikan kapal itu esok harinya, mereka hanya akan punya sedikit harapan untuk tetap hidup.10Para prajurit dengan cepat "memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut" (ay. 32), tindakan itu secara efektif melenyapkan adanya usaha susulan untuk melarikan diri.11
Ketika malam itu terus berlanjut, rasa percaya diri semua orang di dalam kapal itu mulai lenyap; jika para pelaut yang berpengalaman saja merasa takut, tidakkah semua orang lainnya merasa ngeri? Hanya sejenak sebelum fajar, Paulus mengambil pimpinan lagi dengan memprakarsai program tiga langkah untuk memompa semangat mereka:
Langkah pertama adalah menguatkan jasmani mereka —sebab apa yang mempengaruhi jasmani selalu mempengaruhi rohani:12Ia mendorong semua orang agar makan, katanya, "Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. 13Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu" (ay. 33b, 34a). Dengan kata lain, "Kalian perlu tenaga jika ingin tetap hidup."
Langkah kedua adalah menguatkan rohani mereka— sebab apa yang mempengaruhi rohani selalu mempengaruhi jasmani: Sekali lagi ia menyatakan janji Allah dengan meyakinkan mereka bahwa "tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya"14(ay. 34b).
Langkah ketiga mungkin yang paling penting: Ia menunjukkan bahwa ia mempercayai janji itu; ia memperlihatkan bahwa ia benar-benar percaya Allah bersama mereka. "Ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan mereka semua, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan" (ay. 35b).15Ketenangan Paulus punya daya tular yang sama seperti ketakutan para awak kapal sebelumnya: "Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga" (ay. 36). Betapa hebatnya pemandangan itu: Seorang misionari bertubuh kecil bersyukur kepada Allah atas sarapan sebelum fajar yang disediakan untuk 3 orang Kristen dan 273 orang non-Kristen! 16Demikianlah Paulus menguatkan jiwa mereka—sebab apa yang mempengaruhi jiwa selalu mempengaruhi jasmani dan rohani.
Jika kita ingin bertahan dari terjangan badai, kita harus, seperti Paulus, menunjukkan keberadaan Allah dalam hidup kita. 17Kita harus membiarkan orang lain melihat bahwa kita mempercayai janji Allah—dan terlepas apapun yang terjadi, kita tetap yakin bahwa kita tidak ditinggalkan oleh Allah. Kita bisa berkata dengan Paulus, "... kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa" (2Korintus 4:8, 9).
TFTWMS: Kis 27:38-44 - Menjalankan Rencana MENJALANKAN RENCANA (Kis 27:38-44)
Ketika saya merenungkan prilaku Paulus selama badai itu, saya terkesan dengan kepraktisannya. Allah telah berjanji...
MENJALANKAN RENCANA (Kis 27:38-44)
Ketika saya merenungkan prilaku Paulus selama badai itu, saya terkesan dengan kepraktisannya. Allah telah berjanji bahwa semua orang di dalam kapal akan selamat, namun Paulus tidak menganggapnya sebagai alasan baginya untuk berpangku tangan: Ketika semangat sedang jatuh, ia berusaha mendorong orang lain dalam kapal itu. Ketika para awak kapal dibutuhkan sebagai navigator, ia mencegah mereka untuk tidak meninggalkan kapal. Ketika semua penumpang sudah penat, ia mendorong mereka untuk makan. Ketika kita menghadapi badai, kita perlu menjalankan rencana Allah—apapun rencana-Nya itu. Kita harus berbuat semampu kita untuk selamat dari badai.
Setelah awak kapal selesai makan, kekuatan mereka timbul dan harapan mereka hidup kembali. Mereka mulai bersiap menyambut fajar. "Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu" (ay. 38). Mereka membuang ke luar kapal muatan apa saja yang masih tersisa (lihat ayat 18), sehingga badan kapal bisa naik dari air dan mampu berlayar lebih dekat ke pantai.
Ayat berikutnya dibuka dengan, "Dan ketika hari mulai siang, ...." (ay. 39a). Malam yang buruk telah berlalu. "Dan ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya.18Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ" (ay. 39). Daratan memang telah terlihat, namun mereka masih jauh dari selamat.
Untuk meneruskan persiapan mereka, awak kapal itu mengambil tiga langkah tambahan lagi: (1) Mereka melepaskan tali keempat sauh dan "meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut," sebab mereka tidak memerlukan lagi sauh-sauh itu (ay. 40a). (2) "Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi" (ay. 40b). Kapal-kapal kuno sering mempunyai dua dayung kemudi atau kemudi-kemudi yang ditempatkan di masing-masing sudut buritan, kedua kemudi itu dihubungkan dengan sebuah galah panjang agar dua kemudi itu bisa dioperasikan oleh seorang pengemudi. Pada waktu badai, kemudi itu dinaikkan dari air dan diikat. Kini mereka melepaskan ikatan kemudi itu supaya kapal bisa dikemudikan kembali. (3) Mereka menaikkan "layar topang, supaya angin meniup kapal itu" (ay. 40c) untuk membantu pengemudian mereka dan memberikan angin dorong.19
Sepertinya mereka sudah sangat siap untuk bergerak, maka mereka bergerak "menuju pantai" (ay. 40d). Mereka berharap untuk mendekati pantai, namun "mereka melanggar busung pasir [jajaran pasir atau karang di bawah permukaan air, dimana dua lautan (dua arus; NEB) bertemu],20dan terkandaslah kapal itu" (ay. 41a). "Haluannya [ujung kapal yang menjulur dari depan kapal] terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat" (ay. 41b).
Ketika kapal mulai pecah, sekali lagi kepanikan menguasai. Kali ini yang panik adalah para prajurit, bukan para pelaut. Hukum militer mengatakan bahwa jika seorang tawanan kabur, maka orang yang bertanggung jawab menjaga dia akan menerima hukuman tawanan itu. 21Karena beberapa tawanan bisa saja kabur karena bingung dan karena tak satu prajurit pun yang ingin menjadi "makanan singa [lion fodder],"22"prajurit-prajurit itu bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan itu, supaya jangan ada seorangpun yang melarikan diri dengan berenang" (ay. 42). Mereka bermaksud untuk membunuh Paulus bersama dengan tahanan lainnya.
Ketika para prajurit itu menatap Paulus dengan keinginan membunuh di mata mereka, lagi-lagi nyawa Paulus jadi tidak menentu—namun Tuhan telah menjanjikan dia bahwa ia akan berdiri di hadapan Kaisar.
Kali ini Allah turun tangan lewat Yulius, kepala pasukan. Pejabat Romawi itu jelas sekali tidak hanya diperintahkan untuk melayani Paulus secara khusus, namun ia juga telah dibuat terkesan oleh prilaku Paulus pada waktu krisis. Demikianlah, "perwira itu ingin menyelamatkan23
Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka"24 (ay. 43a). (Pada waktu Anda diterjang badai, pertolongan kadang kala datang dari sumber-sumber yang tak terduga.) Yulius dengan segera memberi perintah untuk meninggalkan kapal itu. Ia "memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat,25dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal" 26(ay. 43b, 44a).
Apakah Anda mengira Paulus memprotes, "Tunggu dulu! Anda tidak mengharapkan saya untuk loncat ke dalam air dingin yang bergolak itu, bukan? Tuhan menjanjikan saya bahwa saya akan selamat! Tuhan menjanjikan saya bahwa saya akan mencapai Roma! Jadi, saya akan menunggu di sini saja sampai Tuhan menyelamatkan saya"? Saya kira Paulus adalah salah seorang yang pertama kali lompat ke air itu! Saya melihat dia berjuang melawan ombak, berenang (atau berpegangan pada pecahan tiang kapal), berusaha keras untuk tidak tenggelam, tersendak air asin, berjuang keras menuju pantai, sampai akhirnya ia terbaring kehabisan tenaga di pantai itu, sambil megap-megap menghirup udara.
Paulus memahami sesuatu yang kita semua perlu pahami: Bahkan saat Allah menjanjikan kita kemenangan atas badai kehidupan, di depan kita masih tetap ada pertempuran. Allah punya rencana untuk hidup kita. Ia akan menolong kita untuk menjalankan rencana itu; namun Ia tidak akan melakukan apa yang kita sendiri bisa lakukan. Jika rencana-Nya meminta kita loncat ke dalam air es dan berenang agar selamat, maka Ia tidak mau kita berkata, "Tapi Tuhan, aku tidak bisa berenang!" Ia mengharapkan kita untuk mengambil pelampung iman dan loncat! Jika Anda mau selamat dari badai kehidupan, bersiaplah untuk menjalankan rencana itu!
TFTWMS: Kis 27:44--28:2 - Merasakan Kedamaian MERASAKAN KEDAMAIAN (Kis 27:44-28:2)
Jika kita mau berserah kepada kehendak Allah untuk hidup kita, maka kita akan merasakan kedamaian yang hanya dap...
MERASAKAN KEDAMAIAN (Kis 27:44-28:2)
Jika kita mau berserah kepada kehendak Allah untuk hidup kita, maka kita akan merasakan kedamaian yang hanya dapat diberikan oleh Dia. Ketika semua orang loncat ke dalam air dan berjuang menuju pantai, "mereka semua selamat naik ke darat" (27:44b). Ketika orang basah kuyup terakhir yang berjuang tiba di pantai, mereka melakukan penghitungan kembali dan mendapatkan 276 orang—jumlah semula (ay. 37)—masih hidup! "Sebagaimana telah ditekankan," di situ "tidak seorangpun binasa"; bahkan tidak "sehelaipun rambut kepala" siapapun hilang (ay. 22, 34; huruf miring oleh saya)! Kebetulan tidak bisa menjelaskan kasus ini; analisa statistik akan menyebut kasus ini mustahil. Namun demikian, kasus itu benar terjadi. Ketika Allah berjanji, Anda boleh mempertaruhkan nyawa Anda atasnya (lihat 1Raja-raja 8:56). Jika janji itu tidak bisa memberi Anda kedamaian, maka yang lain pun tidak bisa!
Ketika yang selamat dari pecahan kapal itu punya kesempatan mengamati daerah sekitarnya, mereka tahu bahwa mereka belum tiba di Italia: "Setelah kami tiba dengan selamat di pantai, barulah kami tahu, bahwa daratan itu adalah pulau Malta" (28:1). Namun begitu, Allah tetap mengawasi mereka, jadi Lukas bisa melaporkan, "Penduduk pulau itu sangat ramah terhadap kami" (ay. 2a). Orang Kristen boleh saja tidak tahu apa yang akan terjadi pada perjalanan esok hari, namun Allah tahu Siapakah yang berjalan bersama dia. Demikianlah orang Kristen punya "kedamaian di dalam segala keadaan."27
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Penulis : Lukas
Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui
Kuasa Roh Kudus
Tanggal Penulis...
Penulis : Lukas
Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui
Kuasa Roh KudusTanggal Penulisan: Sekitar 63 T.M.
Latar Belakang
Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang yang bernama "Teofilus" (Kis 1:1). Sekalipun nama pengarangnya tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung dari kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas "tabib ... yang kekasih" (Kol 4:14).
Roh Kudus mendorong Lukas untuk menulis kepada Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi, akan kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan --
- (1) "dalam bukuku yang pertama" ialah Injil tentang kehidupan Yesus, dan
- (2) buku yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang berikutnya.
Jelas Lukas adalah seorang penulis yang unggul, sejarawan yang cermat dan seorang teolog yang diilhami.
Kitab Kisah Para Rasul secara selektif meliput tiga puluh tahun pertama dalam sejarah gereja. Sebagai sejarawan gereja, Lukas menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma sambil menyebutkan sekitar 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang berbeda dengan nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah dengan gelar jabatan yang tepat. Ilmu purbakala makin menguatkan ketepatan Lukas dalam semua detail. Selaku seorang teolog, Lukas dengan cerdas melukiskan makna beberapa pengalaman dan peristiwa dalam tahun-tahun mula-mula gereja.
Pada tahap awal, Alkitab PB terdiri atas dua kumpulan:
- (1) keempat Injil dan
- (2) surat-surat Paulus.
Kisah Para Rasul memainkan peranan yang penting sebagai penghubung di antara kedua kumpulan itu dan tempatnya benar dalam urutan kanonik adalah benar. Pasal 13 (Kis 13:1-28) memberikan latar belakang sejarah yang diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam pelayanan dan surat-surat Paulus. Bagian ayat-ayat dalam kitab ini di mana Lukas menggunakan istilah "kami" (Kis 16:10-17; Kis 20:5--21:18; Kis 27:1--28:16) menunjukkan keikutsertaannya dalam perjalanan Paulus.
Tujuan
Di dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan.
- (1) Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit ke dunia kafir kendatipun tentangan dan penganiayaan.
- (2) Dia mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus.
Lukas secara eksplisit mengisahkan tiga kali bahwa baptisan dengan Roh Kudus disertai bahasa lidah (Kis 2:4; Kis 10:45-46; Kis 19:1-7). Konteks dari bagian-bagian ini menunjukkan bahwa pengalaman ini adalah normatif dalam kekristenan mula-mula dan merupakan pola Allah yang tetap bagi gereja.
Survai
Dalam Injil karangannya Lukas mencatat "segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus" (Kis 1:1), tetapi kitab ini menerangkan apa yang selanjutnya diperbuat dan diajar oleh Yesus setelah naik ke sorga, melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui murid-murid-Nya dan jemaat mula-mula. Ketika Yesus naik ke sorga (Kis 1:9-11), instruksi terakhir kepada murid-murid-Nya ialah menunggu di Yerusalem hingga mereka dibaptiskan dengan Roh Kudus (Kis 1:4-5). Ayat kunci kitab ini (Kis 1:8) berisi ringkasan padat yang teologis dan geografis dari kitab ini: Yesus berjanji bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus dicurahkan atas mereka -- kuasa untuk menjadi saksi-Nya
- (1) "di Yerusalem" (pasal 1-7; Kis 1:1--7:60),
- (2) "di seluruh Yudea dan Samaria" (pasal 8-12; Kis 8:1--12:25), dan
- (3) "sampai ke ujung bumi" (pasal 13-28; Kis 13:1--28:31).
Kisah Para Rasul mengisahkan perpaduan tindakan ilahi dengan tindakan manusia. Seluruh gereja, bukan hanya para rasul, ikut "menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil" (Kis 8:4). Para diaken seperti Stefanus dan Filipus (Kis 6:1-6) menjadi perkasa di dalam Roh Kudus dan iman, "mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak" (Kis 6:8) bahkan sampai menggoncangkan beberapa kota dengan Injil (lih. Kis 8:5-13). Umat yang saleh berdoa dengan tekun, melihat malaikat-malaikat, mendapatkan penglihatan, menyaksikan tanda dan mukjizat yang ajaib, mengusir setan-setan, menyembuhkan yang sakit serta memberitakan Injil dengan keberanian dan kekuasaan. Sekalipun di dalam gereja ada persoalan, seperti ketegangan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi (pasal 15; Kis 15:1-41), dan kendatipun penganiayaan terus-menerus dari luar gereja oleh pemimpin agama dan penguasa sipil, nama Tuhan Yesus Kristus dimuliakan dalam perkataan dan tindakan dari kota yang satu ke kota yang lain.
Dalam pasal 1-12 (Kis 1:1--12:25) pusat utama dari penjangkauan gereja adalah Yerusalem. Di situlah Petrus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil. Dalam pasal 13-28 (Kis 13:1--28:31) pusat utama penjangkauan gereja adalah Antiokhia di Siria; di situlah Paulus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil kepada orang yang bukan Yahudi. Kitab Kisah Para Rasul berakhir tiba-tiba dengan Paulus di Roma, sedang menunggu pengadilannya di depan Kaisar. Walaupun hasil pengadilan tertangguh, kitab ini diakhiri dengan nada kemenangan. Paulus masih tertawan, namun ia tetap memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus dengan berani tanpa rintangan (Kis 28:31).
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai surat ini.
- (1) Gereja: kitab ini menyatakan sumber kuasa dan sifat sejati dari misi gereja, bersama beberapa prinsip yang harus menguasai gereja pada setiap angkatan.
- (2) Roh Kudus: oknum ketiga dari Trinitas disebut secara khusus lima puluh kali; baptisan dalam dan pelayanan Roh Kudus memberikan kuasa ilahi (Kis 1:8), keberanian (Kis 4:31), ketakutan yang kudus akan Allah (Kis 5:3,5,11), kebijaksanaan (Kis 6:3,10), bimbingan (Kis 16:6-10) dan karunia-karunia Roh (Kis 19:6).
- (3) Amanat gereja mula-mula: Lukas dengan cermat mencatat khotbah-khotbah yang diilhamkan yang disampaikan oleh Petrus, Stefanus, Paulus, Yakobus dan orang lain yang memberikan pengetahuan tentang gereja mula-mula yang tidak terdapat dalam kitab-kitab PB lainnya.
- (4) Doa: Gereja mula-mula mengabdikan diri kepada doa yang tetap dan sungguh-sungguh; kadang-kadang sepanjang malam sehingga hasilnya luar biasa.
- (5) Tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan mukjizat-mukjizat: penyataan ini menyertai pekabaran Injil di dalam kuasa Roh Kudus.
- (6) Penganiayaan: pekabaran Injil dengan kuasa terus-menerus membangkitkan pertentangan dan penganiayaan, baik dari pihak agama maupun yang sekular.
- (7) Urutan Yahudi -- bukan Yahudi: sepanjang kitab ini Injil pertama-tama disampaikan kepada orang Yahudi, baru kepada bangsa-bangsa lainnya.
- (8) Wanita: keterlibatan wanita disebutkan secara khusus dalam pelaksanaan pelayanan gerejani.
- (9) Kemenangan: tembok pemisah (nasional, keagamaan, budaya, atau suku) dan pertentangan serta penganiayaan tidak dapat menahan meluasnya Injil.
Prinsip Hermeneutis
Beberapa penafsir memandang kitab Kisah Para Rasul seolah di bawah suatu perjanjian PB yang lain daripada melihatnya sebagai patokan Allah bagi gereja dan kesaksiannya selama seluruh periode yang disebut PB "hari-hari terakhir" (bd. lihat cat. --> "Kis 2:17"). [atau ref. Kis 2:17] Kisah Para Rasul bukan saja buku sejarah dari gereja mula-mula, melainkan menjadi buku pedoman bagi kehidupan Kristen dan untuk gereja yang dipenuhi Roh. Orang percaya seharusnya mendambakan dan menantikan, sebagai norma atau patokan gereja masa kini, semua unsur pelayanan dan pengalaman gereja PB (kecuali penulisan PB); semuanya ini dapat dicapai apabila gereja bergerak dalam kuasa Roh yang penuh. Tidak ada sesuatu dalam Kisah Para Rasul atau PB yang mengatakan bahwa tanda-tanda, keajaiban-keajaiban, mukjizat-mukjizat, karunia-karunia rohani atau tolok ukur rasuli bagi kehidupan dan pelayanan gereja pada umumnya akan berhenti secara mendadak atau untuk selama-lamanya pada akhir masa para rasul. Kisah Para Rasul mencatat apa yang seharusnya gereja perbuat di dalam setiap generasi selama ia melanjutkan pelayanan Yesus dalam kuasa Pentakosta dari Roh Kudus (lihat cat. --> "Kis 7:44"). [atau ref. Kis 7:44]
Full Life: Kisah Para Rasul (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Kis 1:1-11)
I. Pencurahan Roh Kudus
(Kis 1:12-2:41)
A. Persiapan untuk Perjanjian
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Kis 1:1-11) - I. Pencurahan Roh Kudus
(Kis 1:12-2:41) - A. Persiapan untuk Perjanjian
(Kis 1:12-26) - B. Hari Pentakosta
(Kis 2:1-41) - II. Hari-Hari Permulaan Gereja di Yerusalem
(Kis 2:42-8:1a) - A. Ciri-Ciri Gereja Rasuli Setelah Pencurahan Roh Kudus
(Kis 2:42-47) - B. Mukjizat Menakjubkan dan Dampak-Dampaknya
(Kis 3:1-4:31) - C. Percobaan yang Berkelanjutan Dalam Hal Saling Membagi
(Kis 4:32-5:11) - D. Kesembuhan-Kesembuhan Lebih Lanjut dan Perlawanan Para Pemimpin Agama
(Kis 5:12-42) - E. Pemilihan Tujuh Diaken
(Kis 6:1-7) - F. Stefanus: Syahid Kristen yang Pertama
(Kis 6:8-8:1) - III.Penganiayaan Menghasilkan Pengembangan
(Kis 8:1-9:31) - A. Orang Kristen Tersebar di Seluruh Yudea dan Samaria
(Kis 8:1-4) - B. Filipus: Pelayanan Seorang Penginjil
(Kis 8:5-40) - C. Saulus dari Tarsus: Pertobatan Seorang Penganiaya
(Kis 9:1-31) - IV. Kekristenan Mulai Tersebar di Kalangan Orang Bukan Yahudi
(Kis 9:32-12:25) - A. Pelayanan Petrus di Lida dan Yope
(Kis 9:32-43) - B. Pelayanan Petrus di Kaisarea
(Kis 10:1-48) - C. Laporan Petrus kepada Gereja di Yerusalem dan Tindakannya Disetujui
(Kis 11:1-18) - D. Antiokhia: Gereja Bukan Yahudi yang Pertama
(Kis 11:19-30) - E. Penganiayaan di Bawah Herodes Agripa I
(Kis 12:1-23) - F. Ringkasan Perkembangan Gereja
(Kis 12:24-25) - V. Perjalanan Misi Pertama Paulus
(Kis 13:1-14:28) - A. Paulus dan Barnabas Diutus oleh Gereja di Antiokhia
(Kis 13:1-3) - B. Wilayah Tertentu Diinjili
(Kis 13:4-14:28) - VI. Sidang di Yerusalem
(Kis 15:1-35) - VII.Perjalanan Misi Kedua Paulus
(Kis 15:36-18:22) - A. Pertentangan Paulus dengan Barnabas
(Kis 15:36-40) - B. Wilayah Lama Dikunjungi Kembali
(Kis 15:41-16:5) - C. Penginjilan Wilayah Baru
(Kis 16:6-18:21) - D. Kembali ke Antiokhia di Siria
(Kis 18:22) - VIII.Perjalanan Misi Ketiga Paulus
(Kis 18:23-21:16) - A. Dalam Perjalanan ke Efesus
(Kis 18:23)
Sisipan: Pelayanan Apolos
(Kis 18:24-28) - B. Pelayanan yang Panjang di Efesus
(Kis 19:1-41) - C. Ke Makedonia, Yunani dan Kembali ke Makedonia
(Kis 20:1-5) - D. Kembali ke Yerusalem
(Kis 20:6-21:16) - IX. Penangkapan Paulus dan Pelayanannya Dalam Penjara
(Kis 21:17-28:31) - A. Di Yerusalem
(Kis 21:17-23:35) - B. Di Kaisarea
(Kis 24:1-26:32) - C. Menuju ke Roma
(Kis 27:1-28:15) - D. Di Roma
(Kis 28:16-31)
Matthew Henry: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab)
Dengan rasa puas hati yang melimpah kita sudah menyaksikan bagaimana dasar agama kita yang kudus dibangun di atas sejarah Juruselamat kita ...
- Dengan rasa puas hati yang melimpah kita sudah menyaksikan bagaimana dasar agama kita yang kudus dibangun di atas sejarah Juruselamat kita yang terberkati itu, yang adalah Sang Pendiri Agung dari agama kita itu. Sejarah itu disampaikan dan dicatat oleh empat penulis yang diilhami Roh Kudus, yang semuanya setuju dengan kebenaran yang suci ini dan bukti-buktinya yang tak terbantahkan, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah yang hidup. Di atas batu karang inilah jemaat Kristen dibangun. Bagaimana jemaat itu mulai dibangun di atas batu karang ini, itulah yang selanjutnya akan disampaikan dalam kitab ini, yang ada di hadapan kita sekarang. Dan mengenai hal ini kita hanya mempunyai kesaksian dari satu saksi. Sebab kejadian-kejadian nyata tentang Kristus jauh lebih penting untuk disampaikan dan dibuktikan secara penuh daripada kejadian-kejadian nyata tentang para rasul. Seandainya Sang Hikmat Tak Terbatas memandangnya baik, mungkin kita akan mempunyai Kitab Kisah Para Rasul dalam jumlah yang sama banyak dengan Kitab-kitab Injil yang kita miliki. Bahkan, mungkin kita akan mempunyai lebih banyak lagi kitab Injil. Akan tetapi, karena takut akan terlalu membebani dunia (Yoh. 21:25), maka apa yang ada pada kita sudah cukup untuk memenuhi tujuan, kalau kita mau memanfaatkannya. Sejarah kitab ini (yang selalu diterima sebagai bagian dari kanon suci) dapat dipandang,
- I. Sebagai tindakan menengok ke belakang pada kitab-kitab Injil sebelumnya, dengan menerangkannya, dan membantu meneguhkan iman kita padanya. Janji-janji yang ada di sana kita dapati di sini sedang ditepati, terutama janji-janji agung tentang turunnya Roh Kudus, dan pekerjaan-pekerjaan-Nya yang menakjubkan, baik pada diri para rasul maupun dengan para rasul. Di sini dalam beberapa hari kita mendapati para rasul sudah menjadi orang-orang yang sangat berbeda dibandingkan ketika mereka terakhir kali diceritakan dalam Injil. Tidak lagi mereka lemah otak dan kecut hati, tetapi sanggup mengatakan apa yang sebelumnya tidak sanggup mereka tanggung (Yoh. 16:12). Mereka kini berani seperti singa dalam menghadapi kesusahan-kesusahan yang sebelumnya untuk membayangkannya saja mereka sudah gemetar seperti domba. Para rasul membuat firman sanggup meruntuhkan benteng-benteng Iblis, padahal sebelumnya firman itu seakan-akan diberitakan dengan sia-sia. Mandat yang di dalam Injil diberikan kepada para rasul, di sini kita dapati sedang dijalankan. Dan kuasa-kuasa yang di sana dikaruniakan kepada mereka, di sini kita dapati sedang dikerahkan dalam mujizat-mujizat yang diadakan pada tubuh orang. Ada mujizat belas kasihan, yang memulihkan tubuh orang sakit menjadi sehat, dan tubuh yang mati menjadi hidup. Ada mujizat penghakiman, yang membuat para pemberontak menjadi buta atau mati. Dan ada mujizat-mujizat jauh lebih besar yang dilakukan terhadap pikiran orang, dengan memberi mereka karunia-karunia rohani, baik untuk memahami maupun menyampaikan. Dan semua ini untuk memenuhi tujuan-tujuan Kristus, dan melaksanakan janji-janji-Nya, yang kita dapati di dalam Injil. Bukti-bukti kebangkitan Kristus yang ada pada bagian akhir kitab-kitab Injil, di sini diteguhkan dengan melimpah, bukan hanya melalui kesaksian yang tetap dan tak gentar dari orang-orang yang berjumpa dengan-Nya sesudah Ia bangkit, melainkan juga melalui pekerjaan Roh bersama kesaksian itu untuk mempertobatkan banyak orang supaya beriman kepada Kristus. Sebelumnya semua murid Kristus meninggalkan Dia, dan salah satunya mengkhianati Dia. Dan kalau bukan karena kebangkitan-Nya, mereka tidak akan berkumpul bersama-sama lagi, tetapi pasti akan terpencar untuk seterusnya. Namun oleh kebangkitan itu mereka dimampukan untuk mengakui Dia dengan ketetapan hati yang lebih lagi daripada sebelum-sebelumnya, dengan menantang belenggu dan maut. Dan pekerjaan Roh bersama kesaksian itu, yang mempertobatkan banyak orang, adalah sesuai dengan perkataan Kristus sendiri, bahwa kebangkitan-Nya, tanda Nabi Yunus itu, yang disimpan untuk saat terakhir, akan menjadi bukti yang paling meyakinkan bahwa tugas perutusan-Nya sungguh berasal dari Allah. Kristus sudah memberi tahu para murid-Nya bahwa mereka harus menjadi saksi-saksi-Nya, dan kitab ini menggambarkan mereka yang tengah bersaksi bagi-Nya, bahwa mereka harus menjadi penjala manusia, dan di sini kita mendapati mereka menjaring banyak orang dalam jala Injil. Juga bahwa mereka harus menjadi terang dunia, dan di sini kita mendapati dunia diterangi oleh mereka. Tetapi hari itu, kuasa dari tempat tinggi yang penampakan pertamanya kita ketahui dalam Injil, di sini kita dapati bersinar semakin terang. Biji gandum, yang di sana jatuh ke tanah, di sini tumbuh dan berbuah banyak. Biji sesawi di sana sudah menjadi pohon besar di sini. Dan Kerajaan Sorga, yang di sana sudah dekat, di sini didirikan. Nubuatan-nubuatan Kristus tentang penganiayaan besar-besaran yang akan menimpa para pemberita Injil (walaupun tidak dapat dibayangkan bahwa ajaran yang begitu patut diterima sepenuhnya justru menjumpai banyak perlawanan) kita dapati di sini digenapi secara melimpah. Juga bahwa kepastian-kepastian yang Dia berikan kepada mereka bahwa mereka akan mendapat dukungan dan penghiburan yang luar biasa dalam penderitaan mereka. Bagian akhir dari sejarah Perjanjian Lama meneguhkan janji-janji yang dibuat kepada para bapa leluhur di bagian awalnya (seperti yang tampak dari pengakuan Salomo yang terkenal dan khidmat itu, yang terdengar seperti tanda terima lunas, 1Raj. 8:56, dari segala yang baik, yang telah dijanjikan-Nya dengan perantaraan Musa, hamba-Nya, tidak ada satu pun yang tidak dipenuhi). Demikian pula halnya, bagian akhir dari sejarah Perjanjian Baru ini secara persis menggenapi perkataan Kristus di bagian awalnya. Dan dengan begitu, kedua perjanjian itu meneguhkan dan menggambarkan satu sama lain.
- II. Sejarah Kitab Para Rasul ini juga dapat dipandang sebagai tindakan menatap ke depan pada surat-surat kerasulan sesudahnya, yang merupakan penjelasan Injil, dan membukakan rahasia-rahasia kematian dan kebangkitan Kristus, yang sejarahnya kita dapati dalam kitab-kitab Injil. Kitab Kisah Para Rasul ini merupakan pengantar pada surat-surat kerasulan itu, dan merupakan kunci untuknya, seperti sejarah Daud merupakan kunci untuk mazmur-mazmurnya. Kita adalah anggota-anggota jemaat Kristen, kemah Allah yang ada di tengah-tengah manusia itu, dan merupakan kehormatan dan hak istimewa bagi kita bahwa kita termasuk anggota-anggotanya. Nah, kitab ini memberi kita penjelasan tentang dibangunnya dan berdirinya kemah itu. Keempat kitab Injil menunjukkan kepada kita bagaimana dasar dari rumah itu diletakkan, sementara kitab ini menunjukkan kepada kita bagaimana bangunan atasnya mulai didirikan,
- 1. Di antara orang-orang Yahudi dan Samaria, yang kisahnya kita dapati di bagian awal kitab ini.
- 2. Di antara bangsa-bangsa bukan-Yahudi, yang kisahnya kita dapati di bagian akhir kitab ini. Dari situ, dan untuk seterusnya sampai ke zaman kita, kita mendapati jemaat Kristen hidup dalam pengakuan iman kepada Kristus sebagai Anak Allah dan Juruselamat dunia. Pengakuan itu dapat dilihat semua orang, dan dibuat oleh murid-murid-Nya yang sudah dibaptis. Mereka ini bergabung dalam persekutuan-persekutuan Kristen, mengadakan pertemuan-pertemuan ibadah secara teratur, mendengarkan ajaran para rasul, dan berkumpul bersama-sama untuk berdoa dan memecahkan roti, di bawah bimbingan dan pimpinan orang-orang yang memberi diri untuk berdoa dan melayani firman. Dan mereka mengadakan persekutuan-persekutuan rohani dengan semua orang di segala tempat yang melakukan hal serupa. Dalam tubuh inilah kita sekarang berada di dunia ini, sebagai anggota-anggotanya. Dan, bagi kepuasan dan kehormatan kita yang besar, dalam kitab ini kita mendapati kemunculan dan asal-usul jemaat Kristen, yang sangat jauh berbeda dari jemaat Yahudi, dan didirikan di atas kehancurannya. Tetapi tak dapat disangkal bahwa jemaat itu berasal dari Allah, dan bukan dari manusia. Betapa dengan yakin dan terhibur kita bisa melanjutkan pengakuan iman Kristen kita, dan berpegang teguh padanya, sejauh kita mendapatinya sesuai dengan contoh di atas gunung ini, yang harus kita jadikan teladan dan batasan dalam hidup beriman!
- Ada dua hal lagi yang harus dicermati mengenai kitab ini:
- (1) Penulisnya. Kitab ini ditulis oleh Lukas, yang menulis kitab ketiga dari empat kitab Injil, yang disebut dengan namanya. Dan Lukas juga (seperti yang ditunjukkan oleh cendekiawan Dr. Whitby) besar kemungkinan merupakan salah satu dari tujuh puluh murid, yang diberi tugas (Luk. 10:1, dst.) yang sedikit lebih rendah daripada tugas kedua belas rasul. Lukas ini adalah kawan setia Rasul Paulus dalam segala pelayanan dan penderitaannya. Hanya Lukas yang tinggal dengan aku (2Tim. 4:11). Kita bisa mengetahui hal ini berdasarkan gaya penulisannya di bagian akhir kitab ini ketika dia sedang bersama Paulus. Sebab di situ ia menulis, kami ber buat ini dan itu, seperti pada pasal Kisah 16:10 dan 20:6, dan seterusnya sampai akhir kitab. Ia ada bersama Rasul Paulus dalam perjalanannya yang berbahaya ke Roma, ketika Rasul Paulus dibawa ke sana sebagai tahanan. Ia ada bersama Rasul Paulus ketika dari penjaranya di sana Rasul Paulus menulis surat-suratnya kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon, yang dalam keduanya nama Timotius disebutkan. Dan tampak bahwa Lukas menulis sejarah ini ketika ia masih ada bersama Rasul Paulus di Roma, selama Rasul Paulus menjadi tahanan di sana, dan membantu dia. Sebab sejarah ini ditutup dengan Rasul Paulus yang memberitakan Injil di sana dalam rumah yang disewanya sendiri.
- (2) Judulnya: Kisah Para Rasul (KJV: Tindakan Para Rasul – pen.). Tindakan Para Rasul yang kudus, begitu judulnya dalam kitab-kitab berbahasa Yunani pada umumnya, dan itulah sebutan mereka, bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan kamu, hai rasul-rasul yang kudus (Why. 18:20, KJV). Ada satu naskah yang memberinya judul, Tindakan Para Rasul oleh Lukas Penulis Injil.
- [1] Kitab ini adalah sejarah para rasul. Tetapi di dalamnya ada juga sejarah Stefanus, Barnabas, dan beberapa orang lain yang bisa dipandang sebagai rasul, yang walaupun bukan termasuk salah satu dari kedua belas rasul, namun dikaruniai Roh yang sama, dan mengerjakan pekerjaan yang sama. Dan, dari antara mereka yang merupakan para rasul, hanya sejarah Petrus dan Paulus yang dicatat di sini (dan Paulus sekarang termasuk dua belas rasul). Petrus adalah rasul untuk orang-orang bersunat, dan Paulus rasul untuk bangsa-bangsa bukan-Yahudi (Gal. 2:7). Tetapi ini sudah cukup untuk menjadi contoh dari apa yang dilakukan mereka yang lain di tempat-tempat lain, dalam menjalankan mandat mereka, sebab tak seorang pun dari mereka hanya berpangku tangan. Dan seperti halnya kita harus memandang apa yang disampaikan dalam kitab-kitab Injil mengenai Kristus itu sudah cukup, karena Sang Hikmat Tak Terbatas memandangnya demikian, begitu pula halnya di sini mengenai apa yang disampaikan tentang para rasul dan pekerjaan mereka. Sebab hal-hal lain yang dikatakan kepada kita dari tradisi tentang berbagai pekerjaan dan penderitaan para rasul, dan jemaat-jemaat yang mereka tanam, secara keseluruhan masih meragukan dan tidak pasti, dan menurut saya sama sekali tidak bisa kita jadikan dasar yang memuaskan untuk membangun apa pun. Yang berasal dari Kitab Suci dasarnya adalah emas, perak, dan batu permata, sedangkan yang berasal dari tradisi dasarnya adalah kayu, rumput kering, jerami.
- [2] Kitab ini disebut tindakan atau perbuatan para rasul. Gesta apostolorum, hal-hal yang dilakukan para rasul, begitu menurut sebagian orang. Praxeis – penerapan mereka terhadap pelajaran-pelajaran yang sudah diajarkan kepada mereka oleh Guru mereka. Para rasul adalah orang-orang yang giat. Dan walaupun mujizat-mujizat yang mereka adakan dilakukan dengan kata-kata, namun itu pantas disebut sebagai tindakan mereka. Mereka berkata-kata, atau lebih tepatnya Roh berfirman melalui mereka, maka semuanya jadi. Sejarah ini dipenuhi dengan berbagai khotbah dan penderitaan mereka. Tetapi begitu kerasnya mereka bekerja memberitakan firman, dan betapa dengan rela mereka membuka diri pada penderitaan, dan begitu besar apa yang mereka capai melalui khotbah dan penderitaan itu, sehingga semuanya itu dengan baik dapat disebut sebagai tindakan-tindakan mereka.
Jerusalem: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KISAH PARA RASUL
PENGANTAR
Injil ketiga dan Kisah para Rasul aslinya merupakan hanya satu karya saja, yang sekarang kiranya dapat diberi judul: "...
KISAH PARA RASUL
PENGANTAR
Injil ketiga dan Kisah para Rasul aslinya merupakan hanya satu karya saja, yang sekarang kiranya dapat diberi judul: "Sejarah awal mula agama Kristen". Sekitar th. 150 Mas. umat kristen menghendaki keempat injil dikumpulkan menjadi satu buah Kitab. Maka karya asli satu itu dibagikan dan dipisahkan menjadi dua. Boleh jadi judul "Kisah Para Rasul" atau "Kisah Beberapa Rasul" ditambahkan, sesuai dengan kelaziman dalam kesusasteraan Ke-Yunanian di zaman itu. Terkenallah di masa itu "Kisah (Yunaninya: perbuatan-perbuatan) Hanibal" atau "Kisah (perbuatan-perbuatan) Aleksander" dsb. Hubungan asli antara kedua Kitab Perjanjian Baru tersebut ditampilkan oleh prakata kedua kitab itu dan oleh persamaan sasteranya. Baik prakata Kisah Para Rasul maupun prakata injil ketiga ditunjukan kepada seseorang yang bernama Teofilus (bdk Luk 1:1-4 dan Kis 1:1), sedangkan prakata Kis menyebutkan injil ketiga itu sebagai "buku yang pertama" dan melanjutkan pokok cerita injil dengan meringkaskan kejadian-kejadian yang terakhir (penampakan-penampakan Kristus yang telah dibangkitkan serta pengangkatanNya ke sorga), yang digabungkan dengan sambungan cerita selanjutnya. Bahasanyapun erat-erat menghubungkan Kis dengan Luk. Tidak hanya ciri-ciri bahasanya (perbendaharaan kata, tata bahasa dan gaya bahasa) ditemukan dalam seluruh Kis, sehingga merupakan sebuah kesatuan literer, tetapi juga dalam injil ketiga. Maka tidak dapat diragukan bahwa pengarang yang sama menggubah kedua kitab tersebut.
Tradisi Gereja sepakat dalam menyebutkan nama pengarang itu sebagai Lukas. Baik dahulu maupun sekarang belum juga dapat secara sungguh-sungguh disebutkan nama orang lain selain dari Lukas. Sudah sekitar th. 175 Mas. semua jemaat sependapat dalam hal ini, sebagaimana dibuktikan oleh sebuah dokumen dari Roma yang disebut sebagai "Kanon Muratorius, oleh kesaksian yang diberikan dalam Prakata Anti- Markos, dalam karya Ireneus, Klemens, Origenes dari Aleksandria dan Tertualinus. Semua sehati dalam menyebutkan nama Lukas sebagai pengarang kitab Kis. Pendapat tersebut dikuatkan oleh petunjuk-petunjuk yang diketemukan dalam kitab Kis dan Luk sendiri. Ternyata pengarangnya seorang Kristen dari zaman para rasul, seorang Yahudi yang berkebudayaan ke-Yunanian atau bahkan seorang Yunani berpendidikan, yang mengetahui cukup banyak mengenai ilmu kedokteran dan mengenal Kitab Suci dalam terjemahan Yunaninya, yakni Septuaginta serta adat- kebiasaan Yahudi. Pengarang terutama nampak sebagai teman seperjalanan Paulus. Hal ini dibuktikan oleh cerita-cerita yang termuat dalam bagian kedua Kis. Di sana pengarang menggunakan kata ganti diri pertama jamak (kami), sehingga kelihatan ikut serta dalam hal ihwal yang diceritakannya. Kesemuanya itu hanya sesuai dengan Lukas dari antara semua teman seperjalanan Paulus: menurut tradisi lama 4:10-14); diperkenalkan oleh Paulus sebagai seorang teman yang karib yang menyertainya selama kedua penahanannya di Roma (Kol 4:14; Flm 24; 2Tim 4:11). Lukas kiranya menemani Paulus dalam perjalanan yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:6 dst; barangkali juga 2Kor 8:18); kalau Lukas tidak turut disebutkan dalam daftar-daftar nama, seperti yang termuat dalam Kis 20:4, maka sebabnya kiranya ialah: Lukas sendirilah yang menuliskannya.
Dalam tradisi lama tidak ditemukan petunjuk-petunjuk pasti sehubungan dengan waktu dan tempat Lukas menuliskan karyanya (di negeri Yunani selatan setelah Paulus meninggal? di kota Roma, sebelum perkara Paulus diselesaikan oleh pengadilan?). Maka kita harus bersandar pada isi karya itu sendiri. Karya Lukas berakhir dengan penahanan Paulus di Roma tahun 61-63. Sehubungan dengan itu dalam Kis 28:30+ disebutkan jangka waktu dua tahun. Ini merupakan jangka waktu yang ditentukan oleh hukum, sehingga habis waktu itu sebuah perkara pengadilan dihentikan, bila tidak ada sesuatu bukti yang mendukung tuduhan yang diajukan. Maka boleh jadi bagian Kis ini ditulis setelah Paulus dibebaskan dalam th. 63. Ini rupanya harus diterima atas dasar pertimbangan sebagai berikut: umumnya disetujui bahwa injil Mrk dikarang sekitar tahun 64; Injil Lukas apa lagi Kis pasti dikarang sesudah Mrk; maka haruslah Luk dan Kis dikarang sesudah tahun 64. Ada sejumlah ahli yang mengemukakan tahun 80-100 sebagai waktu Luk dan Kis dikarang. Hal ini memanglah tidak mustahil juga. Hanya sudah diaktan bahwa tidak ada petunjuk pasti yang memaksa kita menunda waktu dituliskannya Luk sampai sesudah tahun 70 Mas. Dan hal yang sama harus dikatakan sehubungan dengan Kis.
Tetapi menentukan waktu tepat merupakan hal yang kurang penting. Sebab nilai utama Kis terletak dalam kenyataan bahwa kitab ini dikarang oleh seseorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan sebagian besar dari peristiwa yang diceritakannya; sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak disaksikannya sendiri, pengarang menimba dari sumber-sumber lain yang melimpah. Lukas dengan teliti mengumpulkan bahan yang melimpah dari berbagai sumber yang cukup luas dan terperinci. Ini sudah dinyatakan dalam prakata untuk seluruh karyanya (Luk 1:1-4). Penyelidikan karyanya hanya meneguhkan keterangan Lukas itu. Meskipun Lukas dengan saksama mengolah bahannya, hingga di mana-mana nampak kepribadiannya sendiri dan karyanya sungguh sebuah kesatuan juga ditinjau dari segi sastra, namun toh penggunaan sumber-sumber (tertulis) dengan mudah dapat ditunjuk. Ajaran yang disajikan berubah-ubah sesuai dengan situasi-situasi kongkrit dan kadang-kadang memberikan kesan ketuaannya. Kecuali itu bahasa sendiri berubah- ubah: ada bahasa Yunani yang baik sekali; yakni bilamana Lukas sendiri menulis hanya bergantung pada dirinya sendiri atua mengambil bahannya dari buku catatannya sendiri mengenai perjalanannya; tetapi bahasa Yunaninya menjadi berbau bahasa Semit, kurang lancar dan bahkan salah, bila Lukas menceritakan tentang awal-mula jemaat di Yerusalem. Boleh jadi dalam hal ini Lukas dengan sengaja meniru bahasa suci dari Septuaginta, tetapi lebih sering ia mau menghormati berita-berita yang disampaikan kepadanya dalam bahasa Aram, sehingga sesedikit mungkin merubahnya. Ini jelas nampak dalam injil Lukas kalau dibandingkan dengan sumber-sumber yang dipergunakan, yakni injil Markus, dan sumber-sumber yang dipakai baik oleh Lukas maupun oleh Matius. Yang sama kiranya terjadi dalam Kis, meskipun di sini orang tidak dapat membandingkan tulisan Lukas dengan sumber-sumbernya. Namun demikian orang sudah berusaha merekonstruksikan sumber-sumber Kis. Sementara ahli membayangkan sebuah teks menyeluruh dalam bahasa Aram, atas dasar penyelidikan seluruh bagian pertama Kis (1-15:35). Hipotesa ini terlalu kaku, oleh karena tidak memperhatikan kerja Lukas sendiri dalam mengolah sumber-sumbernya, sebagai yang nampak dalam bab-bab Kis tersebut. Sumber-sumber Lukas sebenarnya bermacam-macam dan berkeping- keping. Bahkan tidak pasti juga, kalau-kalau sumber-sumber itu berupa tulisan, meskipun kadang-kadang kiranya mesti diterima. Bagaimanapun juga halnya dengan pembedaan terperinci yang selalu sukar dan tidak pasti, orang dengan mudah dapat menggali beberapa tradisi utama yang dikumpulkan Lukas. Ada sejumlah tradisi mengenai jemaat purba di kota Yerusalem (1-5), kemudian transaksi yang bercerita tentang karya beberapa tokoh khusus, seperti Petrus (TB Kis 9:32-11:18; 12) dan Filipus (TB Kis 8:4-40). Yang terakhir ini mungkin sendiri memberikan informasi kepada Lukas yang berjumpa dengan Filipus di kota Kaisarea (TB Kis 21:8). Jemaat di kota Antiokia kiranya menjadi asal-usul cerita-cerita yang mengisahkan bagaimana pendirian jemaat itu disiapkan dan diwujudkan oleh gerakan orang-orang Yahudi yang berbudaya Yunani (TB Kis 6:1-8:3; 11:19-30; 13:1-3).
Sudah barang tentu Paulus sendiri memberitahu Lukas tentang pertobatannya dan perjalanannya untuk mewartakan Injil kepada orang bukan Yahudi (TB Kis 9:1- 30; 13:4-14:28; 15:36 dst). Sehubungan dengan perjalanan- perjalanan Paulus yang terakhir Lukas juga menggunakan catatan-catatan pribadinya. Mungkin sekali ia hanya menyalin catatan-catatan itu di bagian Kis, tempat ia berkata "kami" dan tempat paling padat ditemukan ciri-ciri bahasa yang bercirikan khas bahasa Lukas (Kis 11:28; 16:10-17; 20:5-21:18; 27:1-28:16). Bahan melimpah yang dikumpulkan itu oleh Lukas disusun dengan mahirnya menjadi kesatuan yang menderetkan macam-macam unsur yang dihubungkan dengan pertolongan semacam "pengulangan" karya ciptaan Lukas sendiri, misalnya Kis 6:7; 9:31; 12:24 dll.
Kesegaran sumbernya dan rasa hormat yang dipakai Lukas mengolah bahannya menjamin nilai historis Kis. Sudah barang tentu usaha yang sukar untuk menghubungkan sutu sama lain unsur-unsur sumber yang bermacam-ragam mengakibatkan, bahwa kadang-kadang apa yang terjadi kemudian ditempatkan dahulu dan peristiwa-peristiwa yang sama diceritakan sampai dua kali atau peristiwa- peristiwa yang aslinya tersendiri dijadikan satu. Misalnya apa yang dikisahkan dalam bab 12 pasti terjadi sebelum Barnabas dan Paulus mengunjungi kota Yerusalem, seperti diceritakan dalam 11:30 dan 12:25, seandainya kunjungan itu tidak harus disamakan dengan yang diceritakan dalam bab 15. Tidak mustahil juga bahwa "konsili di Yerusalem (15) sesunggguhnya mempersatukan perdebatan tersendiri (bdk catatan). Tetapi perubah dan pengolahan kecil tersebut tidak mengurangi nilai keseluruhan Misalnya: sangat mengherankan bahwa Lukas tanpa menggunakan surat-surat Paulus mengisahkan kegiatan Paulus dalam mewartakan Injil begitu rupa, sehingga menurut garis-garis besarnya sesuai dengan apa yang dikatakan Paulus sendiri, bahkan dalam suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia, asal diperhatikan juga apa yang dikatakan di muka. Sehubungan dengan peristiwa- peristiwa yang lebih dahulu memanglah kita tidak dapat membandingkannya dengan berita-berita lain. Tetapi kejadian-kejadian yang dikisahkan adalah wajar sekali, sedangkan Lukas ternyata mempunyai rasa hormat yang besar terhadap sumber-sumbernya. Maka juga cerita-cerita itu menyajikan hal-hal terperinci dan segar, yang sesuai dengan keadaan. Terutama orang ragu-ragu mengenai wejangan- wejangan yang tercantum dalam Kis. Ada yang mengatakan bahwa wejangan-wejangan itu adalah ciptaan Lukas sendiri, meskipun dibawakan oleh tokoh-tokoh tertentu dalam kisahnya. Cara semacam itu sangat lazim di antara sejarawan zaman itu. Tetapi betapa besarpun bakat Lukas, sukarlah menerima bahwa seseorang yang berkebudayaan Yunani sesudah empat puluh tahun masih mampu menciptakan pidato- pidato yang begitu berbau ketuaan dan Yahudi, seperti misalnya wejangan-wejangan Petrus atau Stefanus. Tidak dapat tidak Lukas mempunyai mempunyai bahan-bahan yang sudah tersedia. Ini tidak mengherankan sedikitpun mengingat bahwa pewartaan purba terdiri atas beberapa pokok utama yang didukung dengan argumen yang sudah menjadi tradisionil dan yang dengan rumusan tetap dihafalkan. Ada kumpulan ayat- ayat Kitab Suci untuk orang-orang Yahudi; pemikiran-pemikiran filsafat populer bagi orang-orang Yunani; dan untuk semua ada pewartaan hakiki (kerygma) mengenai Kristus, yang wafat dan bangkit, disertai dengan ajakan untuk bertobat dan menerima baptis. Lukas kiranya baik melalui tradisi maupun melalui pengalaman pribadi mengenal kerangka pewartaan Kristen semula. Dan atas dasar ini dan dengan perasaan halusnya ia dapat menyusunnya dalam wejangan-wejangan tersebut suatu ajaran yang nilainya tinggi dan unggul kepentingannya.
Kebenaran obyektip Kis diserang oleh pihak lain lagi. Orang mempersoalkan maksud-tujuan Kis. Pengikut-pengikut F.Ch. Baur berpendapat bahwa Kis merupakan sebuah tulisan yang dikarang dalam abad 2 dengan maksud memperdamaikan dua aliran yang sulit bertentangan. Aliran satu ialah pengikut-pengikut Petrus, sedangkan yang lain menganut Paulus. Hanya saja hipotesa ini terlalu menunda waktu dituliskannya Kis. Kecuali itu hipotesa itu berdasar pada sebuah filsafat tentang sejarah, yakni filsafat Hegel, dan bukanlah pada penafsiran Kitab Suci. Memanglah dewasa ini hipotesa yang radikal itu tidak mendapat pendukung lagi. Tetapi masih sering kali dikatakan bahwa Kis sesungguhnya berupa sebuah pembelaan, sehingga pasti membengkokkan dan memalsukan kejadian-kejadian dan kebenaran. Lukas, menurut pendapat tersebut mau membela Paulus di hadapan para pejabat Roma untuk meyakinkan mereka bahwa Paulus tidak beruat salah sedikitpun terhadap negara. Ini sesungguhnya hanya satu segi dari kitab Kis dan orang tidak boleh menganggap sebagai maksud kurang jujur apa-apa yang sebenarnya merupakan keyakinan tulus-ikhlas dan yang berdasar. Memanglah Lukas menekankan bahwa pertentangan antara Paulus dan orang-orang Yahudi bersifat keagamaan belaka, dan iapun menonjolkan kesetiaan dan ketaatan Paulus terhadap negara Roma serta kewibawaannya. Tetapi inipun seluruhnya sesuai dengan kebenaran historis dan Lukas sepenuh-penuhnya berhak menarik pengajaran itu dari kejadian-kejadian. Kecuali itu perlu diulangi lagi, bahwa maksud khusus itu bukan seluruh maksud- tujuan karya Lukas. Karya itu sekali-kali bukan sebuah pembelaan yang ingin diajukan kepada pengadilan Roma. Maksud utama Kis ialah mengisahkan awal-mula agama kristen demi sejarah itu sendiri.
Untuk meyakinkan diri tentang itu cukuplah orang menyelidiki susunan Kis. Maka nampaklah bahwa kitab itu hanya memperlihatkan bagaimana perkataan Yesus yang ditempatkan pada awal kisah terlaksana. Sabda Yesus: "Kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan samapi ke ujung bumi" (TB Kis 1:8). Mula-mula kepercayaan Kristen berakat kuat-kuat di Yerusalem, tempat jemaat pertama bertambah karunia dan jumlahnya (1-5). Tidak lama kemudian kepercayaan itu mulai merambat, hal mana dipersiapkan oleh semangat universalis yang menjiwai orang-orang Yahudi berbudaya Yunani yang masuk Kristen dan oleh pengusiran mereka setelah Stefanus mati sahid (TB Kis 6:1-8:3). Iman Kristen sampai di daerah Samaria (TB Kis 8:4-25) dan juga di daerah di sebelah selatan dan timur Yerusalem hingga ke pantai dan kota Kaisarea (TB Kis 8:26-40; 9:32-11:18). Dalam pada itu cerita tentang pertobatan Paulus memberitahu kita bahwa di kota Damsyik sudah ada orang-orang Kristen dan begitu pewartaan Injil di daerah Kilikia sudah dipersiapkan juga (TB Kis 9:1-30). Ulangan seperti tercantum dalam 9:31 (yang masih menyebutkan daerah Galilea) menonjolkan bagaimana iman Kristen meluas. Kemudian kota Antiokhialah yang menerima Kabar Gembira (TB Kis 11:19-26). Selanjutnya kota itu menjadi pusat pewartaan sementara memupuk hubungan baik dengan Yerusalem, tempat dimusyawarahkan soal-soal utama mengenai pewartaan injil kepada orang-orang yang bukan Yahudi (TB Kis 11:27-30; 15:1-35). Sebab memanglah sudah tiba saatnya Injil dibawa juga kepada mereka. Setelah Kornelius masuk menjadi Kristen dan Petrus dipenjarakan di Yerusalem, maka rasul itu berangkat entah kemana (12). Selanjutnya Pauluslah yang memainkan peranan penting dalam kisah Lukas. Sebelum konsili di Yerusalem Paulus sudah pergi ke pulau Siprus dan ke daratan Asia Kecil (13-14). Sesudahnya Paulus berlayar ke daerah Makedonia dan Yunani (15:36 - 18:22; 18:23-21:17). Paulus selalu kembali ke Yerusalem dan penahananya di kota itu, lalu penahanannya di kota Kaisarea (TB Kis 21:18-26:32) memberi Paulus kesempatan membiarkan diri sebagai tawanan, meskipun tetap sebagai pewarta Injil lalu dibawa ke Roma tempat ia dengan terbelenggu mewartakan Kristus (27-28). Dilihat dari Yerusalem maka ibu kota kerajaan Roma itu sungguh-sungguh merupakan "ujung bumi". Maka Lukas boleh mengakhiri kitabnya.
Boleh jadi orang menyesal, bahwa Lukas tidak menceritakan apa-apa tentang karya rasul-rasul lain dan tidak pula tentang pendirian beberapa jemaat penting, seperti misalnya di kota Aleksandria, atau malahan di kota Roma sendiri. Sudah pasti bahwa di kota itu iman Kristen sudah tertanam sebelum Paulus tiba (lihat surat kepada jemaat di Roma, yang ditulis Paulus selama perjalanannya yang ketiga). Juga tentang karya Petrus di luar Palestina tidak dikatakan apa-apa. Pauluslah yang menduduki tempat yang menyolok dalam kisah Lukas, sehingga dalam bagian kedua Kis hanya Paulus saja yang masih berperan. Tetapi justru oleh karena Lukas berdiam diri dan meninggalkan banyak soal, maka kita mendapat jaminan yang paling baik bagi apa yang dikisahkannya. Ia tidak menceritakan apa- apa, kecuali kalau ia mengetahuinya baik oleh karena menyaksikan sendiri maupun karena mendapat dari sumber-sumber yang nilainya dapat diawasi. Kecuali itu Kis bukanlah sebuah kitab ilmu sejarah yang utuh lengkap, melainkan sebuah penjelasan mengenai daya perambat rohani yang terkandung dalam agama Kristen. Serta ajaran teologis yang dapat ditarik Lukas dari kejadian-kejadian yang diketahuinya mempunyai nilai universil yang tidak dapat diganti dan yang membuat karyanya berharga tinggi.
Sumbangan di bidang ajaran adalah berganda. Iman akan Kristus yang menjadi dasar pewartaan rasuli disajikan dengan pemerincian yang semakin tumbuh. Mula-mula iman akan Kristus itu berpusatkan pada kejayaan manusia Yesus yang telah menjadi Kurios berkat kebangkitanNya (TB Kis 2:22-36), kemudian oleh Paulus Yesus diberi gelar "Anak Allah" (TB Kis 9:20). Berkat wejangan-wejangan yang tercantum dalam Kis kita mengenal ayat-ayat utama dari Kitab Suci yang digunakan umat berkat pimpinan Roh Kudus sebagai sarana untuk merumuskan ajaran mengenai Kristus dan sebagai pembuktian bagi orang-orang Yahudi. Baiklah diperhatikan khususnya apa yang dikatakan tentang Yesus sebagai Hamba Allah (TB Kis 3:13, 26; 4:27, 30; 8:32-33) dan sebagai Musa yang baru (3:22 dst; 7:20 dst). Kebangkitan Yesus dibuktikan dengan Mzm 16:8-11 (Kis 2:24-32; 13:34-37). Sejarah umat terpilih menjadi peringatan bagi orang-orang Yahudi, supaya jangan menentang kasih karunia Allah (7:2-53; 13:16-41). Di hadapan orang-orang bukan Yahudi disodorkan dalil-dalil yang diambil dari ajaran tentang Allah yang lebih umum (TB Kis 14:15-17; 17:22-31). Tetapi para rasul pertama-tama "saksi" (TB Kis 1:8+) dan Lukas meringkas pemberitaan mereka (TB Kis 2:22+) dan bercerita tentang "tanda-tanda" ajaib yang mereka lakukan. Persoalan paling gawat bagi Gereja yang baru lahir ini ialah: bagaimana orang-orang bukan Yahudi dapat menolong keselamatan. Tentang persoalan itu Kis memberi keterangan yang jitu: para saudara di Yerusalem terpimpin oleh Yakobus tetap setia pada hukum Taurat Yahudi (TB Kis 15:1, 5; 21:20) dst. Sebaliknya, orang-orang "ke-Yunanian" yang juru bicaranya yalah Stefanus merasa perlu melepaskan ibadat dalam Bait Allah. Petrus dan terutama Paulus dalam konsili di Yerusalem memenangkan asas bahwa hanya iman akan Kristus menyelamatkan, sehingga tak perlu orang-orang bukan Yahudi menepati hukum Taurat dan bersunat. Namun demikian tetap benar bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi, sebagaimana dinyatakan oleh Lukas juga. Paulus selalu terlebih dahulu menghadapi orang-orang Yahudi. Baru setelah ditolak oleh kaum sebangsanya ia pergi kepada orang-orang bukan Yahudi (TB Kis 13:5+). Mengenai cara hidup jemaat-jemaat purba Kis juga memberi informasi yang sangat berharga: tentang jemaat muda di Yerusalem yang bersembahyang dan yang yang angggota-anggotanya membagi-bagikan harta miliknya; tentang caranya orang dibaptis dan tentang baptisan dalam Roh Kudus (TB Kis 1:5+); tentang Ekaristi yang dirayakan (TB Kis 2:42+); permulaan penyusunan sebuah jemaat sebagai organisasi, yang mempunyai nabi-nabi" dan "pengajar-pengajar" (TB Kis 13:1+), ataupun "penatua" yang mengepalai jemaat di Yeruslem (TB Kis 11:30) dan yang oleh Paulus diangkat pada semua jemaat yang didirikannya (TB Kis 14:23). Kesemuanya itu dinaungi, dibimbing dan dijiwai oleh embusan tak kelihatan dari Roh Kudus. Dalam injilnya Lukas sudah menekankan peranan Roh Kudus itu (Luk 4:1+) dan dalam Kis ia terus memperlihatkan bahwa Roh Kudus itulah yang berkarya dalam perambatan Gereja (Kis 1:8+), sehingga Kis dapat diberi judul "Injil Roh Kudus". Itulah sebabnya maka karya Lukas itu penuh dengan kegembiraan rohani dan gejala-gejala adikodrati yang hanya mengherankan mereka yang tidak sampai memahami peristiwa tunggal itu, ialah lahirnya agama Kristen. Pada kekayaan ajaran tersebut masih perlu ditambahkan berita-berita tentang sekian banyak kejadian kongkrit yang hanya kita ketahui berkat Kis: kehalusan budi dan jiwa, yang digunakan Lukas untuk menggambarkan tokoh-tokoh kisahnya: adegan-adegan lucu dan menarik hati seperti pidato Paulus di hadapan raja Agripa (26) dan bagian-bagian yang mengharukan hati seperti pidato perpisahan Paulus kepada para penatua jemaat di Efesus (TB Kis 20:17-38). Mengingat kesemuanya itu niscaya orang sependapat dalam menilai kitab yang jenisnya tunggal dalam Perjanjian Baru ini sebagai sebuah karangan yang penuh harta kekayaan. Seandainya tidak ada, maka pengetahuan kita tentang awal-mula agama Kristen sangat kurang.
Sama dengan teks seluruh Perjanjian Baru, teks Kis juga sampai kepada kita dengan macam-macam varian mengenai hal-hal kecil-kecil. Tetapi dalam teks Kis terdapat lebih banyak kelainan dalam apa yang disebutkan sebagai "teks Barat" (dalam naskah Bezae, dalam terjemahan kuno ke dalam bahasa Latin dan Siria dan pada beberapa pujangga Gereja dahulu). Dan varian-varian itu layak diberi perhatian. Di samping sejumlah kerusakan yang mudah menyusup ke dalam sebuah teks populer yang kurang bersih dari resensi Aleksandria, terdapatlah dalam teks Barat tersebut sejumlah tambahan konkrit dan khas yang barangkali asli juga. Varian-varian teks Barat yang paling penting dimuat dalam catatan-catatan terjemahan ini.
Ende: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KISAH RASUL-RASUL
KATA PENGANTAR
Tentang isi dan maksud karangan ini umumnja
Mula-mula sebagai landjutan langsung dari "Indjil ketiga" karangan ini
be...
KISAH RASUL-RASUL
KATA PENGANTAR
Tentang isi dan maksud karangan ini umumnja
Mula-mula sebagai landjutan langsung dari "Indjil ketiga" karangan ini beredar sebagai satu dengannja. Baru pada pertengahan abad kedua, ketika keempat karangan Indjil digabungkan mendjadi satu buku, karangan ini dipisahkan dari padanja dan diberi djudul tersendiri.
Djudul itu ialah: "Perbuatan-perbuatan Para Rasul", jang kemudian mendapat bentuk "Kisah Rasul-rasul" djuga, seperti jang kita pakai. Tetapi hanja dua Rasul jang dikisahkan "perbuatan-perbuatannja" dan itupun djauh dari lengkap. Rasul-rasul jang lain hanja disebut namanja, atau seperti mengenai Joanes dan Jakobus terdapat satu dua tjatatan sadja, sedangkan ada pembantu-pembantu Rasul- rasul jang agak luas diberitakan peranannja.
Dalam bagian pertama bab 1-12, Petrus adalah tokoh utama dan dalam bagian kedua, bab 13-28 Paulus. Dalam bagian kedua ini kita hanja satu kali lagi bertemu dengan Petrus, jaitu dalam bab 15 sebagai ketua sidang Rasul-rasul di Jerusalem.
Lukas bukan bermaksud menulis suatu riwajat hidup atau djasa-djasa kedua Rasul itu, dan bukan pula suatu buku sedjarah jang agak lengkap, teliti dan teratur, melainkan hanja sekedar menggambarkan perkembangan pesat umat Kristus jang ia kenal dan jang perkembangannja sebagian disaksikannja sendiri. Umat Kristus jang dikenalnja, ialah umat induk di Jerusalem dan sekitarnja, dan terutama perkembangan diantara kaum penjembah dewa-dewa dikota Antiochia di Siria, tempat asalnja, dan kearah Barat sampai ke Roma, jang mendjadi wilajah kerdjanja sendiri. Dan untuk menggambarkan itu Lukas memilih dari bahan-bahan jang tersedia baginja, hanja beberapa kedjadian dan kenjataan jang terasa penting olehnja atau jang dialaminja sendiri. Kita berterima kasih kepada Lukas, dan bersjukur kepada Rob Kudus jang mengilhaminja, atas pemilihan bahan itu dan usaha menjusunnja. Biarpun gambarannja tidak utuh, tetapi tjukup bersisi sebagai pokok perenungan bagi kita, sehingga dengan djalan penjelidikan dan perenungan, kita dapat membentuk suatu pandangan jang lebih utuh bagi diri kita sendiri. Dan itu dapat ditjapai lebih sempuma, kalau kita serentak dengan Kis. Ras. membatja dan membahas surat-surat Paulus dan Rasul-rasul jang lain.
Kisah Rasul-rasul meriwajatkan tahap terachir dari djalan penjelamatan
Tahap terachir dari djalan penjelamatan, ialah perwudjudan keselamatan abadi dalam seluruh umat manusia. Kis. Ras. memang hanja dapat memberitakan permulaan perwudjudan itu, sebab sedjarah penjelamatan itu masih berdjalan dan akan berdjalan sampai pada acbir zaman.
Perwudjudan itu tersendiri bagi seluruh umat manusia oleh Kurban Jesus disalib. Oleh darah Jesus dosa pokok terhapus, perdamaian Allah dengan bangsa manusia terpulih, djalan untuk mendekati Allah terbuka. Dengan Kurban Jesus disalib itu dan kebangkitannja djalan penjelamatan sudah pada puntjaknja: keselamatan abadi sudah terwudjud sampai semua manusia dapat memperoleh bagian dalamnja. Tetapi untuk memperoleh bagian dalamnja, perlu tiap-tiap manusia menempuh djalan penjelamatan sendiri. la harus memenuhi sjarat-sjarat tertentu untuk mendapat pengampunan dosa dan untuk dianugerahi hidup abadi itu. Perlu Pula ada orang Jang berwenang untuk menerangkan apakah arti dan hakekatnja hidup abadi itu, dan menundjukkan djalan penjelamatan kepadanja, lagipun memimpinnja pada djalan itu. Tugas memperkenalkan hidup abadi dan djalan kearahnja, serta melaksanakan pemimpinan itu, lagi kuasa untuk menjampaikan hidup abadi itu, diserahkan oleh Jesus kepada Para RasulNja dan kepada seluruh umat sebagaimana tersimpul dalam amanat Jesus terachir :"KepadaKu diserahkan segala kuasa disurga dan dibumi, maka pergilah kamu dan buatlah segala bangsa mendjadi muridku, dengan mempermandikan mereka pada nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, dan adjarkanlah mereka melaksanakan segala sesuatu jang telah Kuperintahkan kepada kamu. Mt. 28:19-20.
Kisah Rasul-rasul meriwajatkan pelaksanaan amanat Jesus jang terachir kepada para RasulNja
Buatlah segala bangsa mendjadi muridKu. Tentu sadja pertama-tama dengan pemakluman Indjil. Tetapi untuk mentjapai "segala bangsa" sampai keudjung bumi (Kis. Ras. 1:8), perlu organisasi jang luas sekali dan teratur rapih. Jesus sendiri mendasarkannja dengan membentuk satu umat ketjil, terdiri dari keduabelas Rasul dan sekelompok murid-murid, dengan Petrus sebagai pemimpinnja. memang ketjil sebagai bidji sesawi, tetapi jang akan subur bertumbuh mendjadi pohon jang dahan-dahan dan ranting-rantingnja menaungi seluruh dunia. Dan segera sesudah Pentekosta umat ketjil mulai berkembang pesat, Rasul-rasul pergi bertebaran kesegala djurusan; dan muntjul pengadjar-pengadjar Indjil dan nabi- nabi, jang diilhami dan didorong oleh Roh Kudus, untuk pergi kemana-mana sebagai pembantu-pembantu para Rasul. Selain kedjurusan Timur dan Selatan, jang tidak diberitakan dalam karangan ini, dalam waktu 30 tahun, kearah Utara dan Barat, Indjil telah tersebar disegala kota jang agak besar, diseluruh Asia-Ketjil, Masedonia dan Achaja, sampai di Roma.
Dengan mempermandikan mereka. Baru dengan menerima Permandian para tjalon mendjadi murid Jesus jang sedjati, jaitu dibersihkan dari dosa (Kis, Ras. 12:16; lbr. 10:22; 1 Kor. 6:11; Rom. 6:1-14); lahir baru (Jo. 3:5), mendjadi anak Allah dan menjerupai Kristus (Gal. 3:26-27), dipersatukan dengan Kristus (Rom. 6:3), diresapi dengan Roh Kudus (I Kor. 12:13) dan dikuduskan (I Kor. 6:11; Ef. 5:26). Dengan ringkas; didalam dan oleh Permandian, keselamatan abadi atau hidup abadi itu diperwudjudkan dalam masing-masing manusia jang pertjaja. Lazim dikatakan bahwa semua itu terdjadi setjara sakramentil. Artinja ada upatjara tertentu jang pada pokoknja ditetapkan oleh Jesus sendiri dengan djaminan, bahwa ketika upatjara itu dilangsungkan pada seorang jang pertjaja, dosanja dihapus dan hidup abadi dianugerahkan kepadanja oleh Allah. Karena upatjara jang kelihatan itu, berhubung dengan djaminan tersebut diatas, orang jang dipermandikan dapat pertjaja dengan penuh kejakinan, bahwa mereka mempunjai keadaan jang baru itu. Dan karena keadaan jang baru itu terdjamin, maka iapun diterima sebagai anggota umat, jaitu masuk Keradjaan Allah jang kelihatan.
Dan adjarkanlah mereka melaksanakan segala sesuatu jang telah Kuperintahkan kepadamu. "Murid-murid" Jesus jang baru dipermandikan belum segera adalah pengikut Jesus jang sempurna. Hidup baru itu harus dipelihara dan bertumbuh, pengetahuan akan adjaran-adjaran Jesus harus diperluas dan pengertian diperdalam; mereka harus beladjar mewudjudkan tjita-tjita Indjil.
Pesan"adjarkanlah mereka" merangkum petugasan jang luas dan berat. Dapat
dikatakan tugas itu merupakan penggembalaan jang dimaksud Jesus dalam Jo.
Ada upatjara-upatjara lain lagi jang berwudjud sakramentil. Dengan penumpangan tangan alas orang jang telah dipermandikan, Rasul-rasul menurunkan Roh Kudus atas mereka setjara njata. (8:17-19; 9:12,17; 19:6). Disini kita ingat akan Sakramen Krisma (Penguat).
Dengan penumpangan tangannja pula, Rasul-rasul (atau pengganti mereka) memberi kekuasaan jang tertentu kepada para "diakon" (6:6) dan orang tua-tua (presbiter, episkopos): II Tim. 1:6; 1 Tim. 4:14; 5:22; Kis. Ras. 13:3. Apakah penumpangan tangan ini merupakan Sakramen Imamat, tidak djelas. Tetapi djika tidak, siapakah jang "Memetjahkan Roti" bagi umat-umat jang djarang sekali dikundjungi seorang Rasul? Dari I Kor. 11:17-34 terang pula bahwa di Korintus Ekaristi biasa dirajakan djuga kalau Paulus tidak ada.
Bahwa orang tua-tua mempunjai kuasa memberi Sakramen-sokramen tjukup njata pula dari Jak. 5:14-16. Dan disitu terang djuga, bahwa dewasa itu Sakramen urapan orang-orang sakit sudah lazim.
Supaja penggembalaan lantjar, Rasul-rasul mengatur pemimpinan umat-umat dengan mengadakan suatu hirarki. Rasul-rasul tetap memegang putjuk pimpinan. Petrus selalu bertindak dan diakui sebagai ketua Para Rasul dan kepala Geredja. Dalam tiap-tiap umat, Rasul-rasul menentukan suatu badan pimpinan, jang anggota- nggotanja disebut orang tua-tua, para presbiter atau episkopos. Terdapat Pula pengadjar-pengadjar resmi dalam umat-umat. Ketudjuh "diakon" (6:6) kemudian kita temui sebagai pengadjar.
Umat Kisah Rasul-rasul adalah umat Kristus
Rasul-rasul jang disebut namanja dalam 1:13 dan sedang menunggu kedatangan Roh Kudus, lagi sesudah menerimaNja segera mulai memaklumkan Indjil, adalah jang sama dengan mereka jang mula-mula dipilih oleh Jesus dan dua tiga tahun setjara istimewa dididik olehnja. Inti pemakluman mereka tetap peri hal Jesus: bahwa la sungguh Mesias sebab segala nubuat para nabi ditepati padanja, bahwa Ia disalibkan dan dibangkitkan kembali menurut rentjana Allah jang njata dalam Kitab Kudus, dan bahwa la satu-satunja penjelamat bagi semua orang. Dan jang mereka kerdjakan tak lain selain memenuhi amanat Jesus, sebagaimana telah dipaparkan diatas tadi. Mereka selalu insjaf bahwa mereka bekerdja melulu sebagai petugas Jesus, memaklumkan Indjil Jesus Kristus (5:12; 8:5; 11:2 dll), menjembuhkan orang-orang sakit dengan nama Jesus (3:6; 4:10), mempermandikan orang masuk umat atas nama Jesus (2:38 dan lain-lain). Mereka dilarang mengadjar ,dengan" nama Jesus (4:18). Mereka gembira sebab didera demi nama Jesus (5:41). Jesus kadang-kadang sendiri djuga bertindak seperti dalam peristiwa bertobatnja Paulus dan dengan mengangkat dia mendjadi Rasul. Dan diluar Palestina Para anggota umat oleh orang-orang Junani disebut "kristianoi", artinja penganut Kristus.
Umat dipimpin oleh Roh Kudus
Umat tahu, bahwa Jesus jang duduk dalam kemuliaannja disebelah kanan Allah tetap kepala umat, dan tetap ada serta dengan mereka (Mt. 28:20) sebagai penjelenggara utama. Sebab itu mereka gemar menamakannja "Tuhan kita". Tetapi umat tahu djuga bahwa Jesus telah menjerahkan pelaksanaan penjelenggaraan itu kepada Roh Kudus, dan bahwa pelahsanaan itu didjalankan dalam kesatuan paham dan kehendak jang sempurna dengan Jesus. Mereka mengetahui itu dari sabda Jesus dalam Jo. 14:26 dan 15:26-27, dan kepentingan penjelenggaraan Roh Kudus, mereka chususnja mengerti dari Jo. 16:7-15, dimana Jesus bersabda: Baik bagimu Aku pergi, sebab kalau Aku tidak pergi, Penolong itu (Roh Kudus) tidak datang kepadamu". Umat ketjil jang dibentuk Jesus sendiri disuruh menantikan kedatangan Roh Kudus di Jerusalem. Sabda Jesus: Kamu akan menerima kekuatan Roh Kudus jang akan turun atas kamu, supaja kamu akan memberi kesaksian tentang Aku di Jerusalem, diseluruh Judea dan Samaria, dan sampai diudjung bumi" (Kis. Ras. 1:8).
Dan pada pagi hari Pentekosta Roh Kudus tiba-tiba turun atas mereka. la menampakkan kedatangannja dengan tanda-tanda jang njata. Dengan njala-njala api jang mela.mbangkan penerangan akal-budi, pemurnian hati dari unsur-unsur jang tidak tulen, dan pengobaran semangat; lagi dengan deru badai jang hebat sebagai lambang kekuatan, jang dirasakan tetapi tidak kelihatan. Dan semua jang duduk dalam ruangan itu "dipenuhi" dengan Roh Kudus, jaitu dengan pengertian, kekuatan dan semangat jang njata. Rasul-rasul bukan lagi murid jang ragu-ragu, melainkan jang sudah dewasa dengan kedewasaan Kristus, penuh pengertian tentang hakekat dan tudjuan Keradjaan Allah, insjaf akan tugas dan tanggung-djawabnja, penuh semangat tanpa takut-takut dan berani mengurbankan dirinja. Adjaib Pula bagaimana dalam waktu jang singkat sekali, tiga ribu orang mendapat pengertian dan digerakkan hatinja sampai dapat dipermandikan. Segala jang terdjadi pada hari Pentekosta itu kita namakan: Mukdjizat Pentekosta.
Dan mukdjizat Pentekosta itu dilandjutkan. Umumnja setjara batiniah. Terus- menerus Roh Kudus memberi ilham, menggerakkan hati, memperkuat kehendak, memberi pimpinan, terutama kepada Para Rasul dan pembantu-pembantu mereka, tetapi djuga kepada para beriman pribadi. Tetapi supaja mereka lebih insjaf dan untuk memperkuat kejakinannja, Roh Kudus sering bertindak setjara njata djuga. Kalau dikatakan bahwa Petrus, Stefanus, Barnabas dan Paulus berbitjara "penuh dengan Roh Kudus", hal itu berarti bahwa kepenuhan itu tampak dalam isi dan gaja pembitjaraannja (4:8; 7:55; 11:22; 15:9). Demikian djuga dimana diberitakan, bahwa umat sedang berkumpul dan berdoa tiba-tiba dipenuhi Roh Kudus (14:31;10:44; 15:52). Roh Kudus memimpin setjara njata. Roh Kudus "berkata" kepada Pilipus (8:29). Pilipus dilenjapkan oleh Roh Kudus (8:59). Agabus didorong oleh Roh Kudus (11:28). Roh Kudus bersabda kepada Petrus (10:19). Roh Kudus berkata: "Sendirikanlah Barnabas dan Saulus untuk tugas jang telah Kutentukan baginja"(15:2). Mereka berangkat atas suruhan Roh Kudus (13:4). Paulus dihalangi oleh Roh Kudus pergi ke Asia (16:6) dan tidak diizinkan ke Bitinia (16:7). Keinsjafan akan peranan Roh Kudus jang mutlak itu terang pula, dimana Petrus berkata kepada Ananias dan Safira, bahwa mereka bukan membohongi dan mentjobai manusia melainkan Roh Kudus (5:3,9). Kesadaran akan kesatuan kerdja antara Rasul-rasul dan Roh Kudus djelas Pula dalam utjapan 5:32 jakni: "kami adalah saksi bersama dengan Roh Kudus". Lebih lagi dan setjara resmi, dalam rumusan surat Sidang Rasul-rasul di Jerusalem kepada umat di Antiochia: ,Roh Kudus dan kami telah memutuskan...." (15:28).
Suatu kesimpulan
Kisah Rasul-rasul bersifat buku sedjarah, jang terlebih bermaksud meriwajatkan dan menggambarkan perkembangan lahiriah umat dan berhubungan dengan itu penjelenggaraan Roh Kudus jang njata. Tetapi didalam umat muda, dan terus sampai pada hari ini, terdapat Pula penjelenggaraan Roh Kudus jang tidak njata, dan lebih hakiki dan penting lagi, jaitu penjelenggaraan kehidupan Ilahi didalam batin tiap-tiap anak Allah. Roh Kuduslah jang mentjiptakan kehidupan itu didalam Para anak Allah, lalu tetap hidup didalam mereka. la memelihara, menumbuhkan, memperkuat dan menjuburkan hidup itu dalam kerdja sama bersama anak Allah itu sendiri. Demikian dihasilkan buah-buah untuk kehidupan abadi.
Penjelenggaraan Roh Kudus jang serba batiniah ini chususnja dinjatakan dan dibitjarakan oleh Paulus dalam surat-suratnja. Dalam surat-surat Paulus itu kita saksikan djuga perkembangan pengertian dan praktek hidup keagamaan, jaitu hidup rohani dalam umat-umat, sebagai perwudjudan adjaran-adjaran Indjil. Sebab itu Kisah Rasul-rasul dan surat-surat Paulus, beserta surat-surat Rasul-rasul jang lain dan Wahju Joanes saling melengkapi, dan bersama-sama memberi gambaran jang tjukup utuh dari perwudjudan dan perkembangan "Geredja" purba.
Nilai-nilai Kisah Rasul-rasul bagi kita pribadi
1. Bagi pembatja-pembatja surat-surat Paulus, Kis. Ras. penting sebagai merupakan latar belakang surat-surat itu. Banjak bahagian didalam surat-surat itu sukar dimengerti tanpa riwajat dan gambaran-gambaran jang terdapat dalam karangan Lukas itu.
2. Kisah Rasul-rasul sanggup Pula meneguhkan kejakinan dan memperkuat serta
menghidupkan iman kita. Kita diperingatkan didalamnja, bagaimana djalan
penjelamatan jang mulai dengan terpanggilnja Abraham, lalu makin lama makin naik
tinggi sepandjang Perdjandjian Lama, dan mentjapai puntjaknja dalam Indjil dan
chususnja dalam Kurban Jesus disalib serta kebangkitannja, lalu pada tingkatan
itu langsung diteruskan dalam umat purba sampai dizaman kita. Dalam membatja
Kis. Ras. kita saksikan, bahwa Geredja kita benar-benar dibangunkan diatas
"dasar Rasul-rasul dan Para Nabi, sedangkan Jesus adalah batu sendinja". (
Kita lihat djuga bahwa unsur-unsur hakiki agama kita, pokok hirarki dan suasana keagamaan sebagai perwudjudan Indjil, jang sekarang kita hajati pada taraf perkembangan jang lebih tinggi dan utuh, sudah ada dan hidup dalam umat purba itu.
3. Dan jang paling penting ialah: Kisah Rasul-rasul sebagai karangan jang diilhamkan oleh Roh Kudus dimaksudkan mendjadi buku renungan bagi Geredja dikemudian hari, djuga bagi kita masing-masing, untuk menginsjafkan kita, bahwa pengaruh Roh Kudus didalam Geredja Kudus dimasa ini masih ada djuga. Chususnja kenjataan-kenjataan peristiwa Pentekosta, tetapi djuga seluruh penjelenggaraan Roh Kudus jang njata dizaman Rasul-rasul, dapat dan harus mejakinkan kita, bahwa dan bagaimana Roh Kudus memimpin dan mendjiwai Geredja sekarang djuga. Kita mengerti, bahwa tanda-tanda jang njata perlu bagi umat muda untuk membina dan meneguhkan iman, jang bukan segera mendjadi darah daging mereka; tetapi kemudian tidak perlu lagi, sebab iman telah tjukup didasarkan pada pernjataan Kitab Kudus, mengenai hal ini chususnja pada pernjataan-pernjataan Kisah Rasul-rasul bersama surat-surat Paulus dan surat-surat para Rasul-rasul jang lain. Sebab itu penting sekali kitapun memperteguhkan dan menghidupkan iman kita dengan merenungkan apa jang ditulis bagi kita dalam Kisah Rasul-rasul dan Surat-surat Rasul-rasul itu, sampai kita jakin dan isnjaf benar-benar akan pimpinan agung Roh Kudus dalam Geredja, sehingga kita pertjaja akan kebenaran urusan-urusan dan keputusan-keputusan resmi dari pimpinan Geredja dan menerimanja tanpa sjarat serta melaksanakannja dengan rendah hati. Lagi pula supaja kita tetap insjaf, bahwa Roh Kudus hidup dalam batin kita masing-masing sebagai pokok dan pentjipta hidup atas kodrati (hidup abadi) kita. Kalau kita saksikan dan renungkan, bagaimana Roh Kudus mendjiwai setjara njata orang-orang beriman dimasa purba, maka dapat kita bajangkan bagaimana Roh Kudus djuga mendjiwai kita, setjara tidak njata kepada pantjaindera, tetapi tjukup njata bagi mata kepertjajaan jang berintuisi. Perenungan jang demikian tentu mempererat dan menghidupkan hubungan kita dengan Roh Kudus dalam beribadat kepadanja dan berdoa meminta pengertian, kekuatan hati dan pimpinan. Hal itu memang mahapenting bagi kita.
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) PELAYARAN DALAM LAUT KEHIDUPAN (27:1-21)
Pasal 27 Kitab Kisah adalah pasal yang luar biasa. Pasal itu merinci kisah pelayaran beberapa minggu yang be...
PELAYARAN DALAM LAUT KEHIDUPAN (27:1-21)
Pasal 27 Kitab Kisah adalah pasal yang luar biasa. Pasal itu merinci kisah pelayaran beberapa minggu yang berubah menjadi berbulan-bulan—suatu petualangan menegangkan yang dipenuhi oleh amuk lautan, kapal karam, dan nyaris merenggut nyawa.1
Apakah tujuan Lukas dalam mencantumkan kisah ini? Lukas menyukai kisah yang bagus, namun pembenaran itu tampaknya jauh dari memadai bagi seorang penulis yang biasanya pelit dalam kata-kata. Jawabannya mungkin bisa ditemukan dalam tujuan utama Lukas di bagian terakhir kitab itu: memberitahu kita bagaimana Paulus mencapai Roma. Di bawah tema "Bagaimana Paulus Mencapai Roma" terdapat tema lain, yaitu: "Bagaimana Iblis Berusaha Mencegah Paulus Agar Tidak Mencapai Roma."
Ketika Paulus menyurati jemaat Tesalonika, ia berkata, "Tetapi kami, saudara-saudara, ... sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu. Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu—aku, Paulus, malahan lebih dari sekali,— tetapi Iblis telah mencegah kami" (1Tesalonika 2:17, 18; huruf miring oleh saya). Selama ini Paulus sudah dihalang-halangi untuk pergi ke Tesalonika oleh orang-orang Yahudi yang berhati dengki, keadaan yang tidak mendukung, dan jarak yang jauh—namun ia paham bahwa semua itu semata-mata alat yang dipakai oleh Iblis.
Jika Iblis tidak ingin Paulus kembali ke Tesalonika, betapa lebihnya lagi ia tidak ingin rasul itu mencapai Roma! Jika Paulus mencapai Roma, ia akan memakai kota kekaisaran itu sebagai pangkalan untuk menyebarkan injil ke seluruh dunia—dan Iblis tidak bisa menoleransi hal itu! Kita sudah melihat setan memakai setiap cara yang tersedia untuk mencegah Paulus memenuhi impiannya untuk "melihat Roma" (Kisah 19:21): para pembuat keonaran dari Asia, para prajurit yang bingung, para pemimpin Yahudi yang tak bermoral, para pembunuh yang nekat, para gubernur Roma yang tidak tegas. Namun begitu, Allah selalu bersama Paulus di sepanjang semua permasalahan itu. Yang dicegah adalah setan, bukan Paulus. Di atas kehebatan pelbagai upaya Iblis (mungkin saya harus katakan keburukan Iblis), rasul itu tetap sedang dalam perjalanannya ke Roma (27:1).
Apakah Iblis mengaku kalah? Tidak pernah! Sebaliknya, amarahnya tampak telah mencapai takaran yang sangat luas. Dalam pasal 27 dan bagian pertama pasal 28, kita akan melihat setan mengupayakan apa saja— segalanya—untuk mencegah Paulus menyelesaikan perjalanannya: orang-orang yang bodoh, kapal yang mudah pecah, dan kemarahan alam 2(angin topan, gelombang yang menggelora, beting yang berbahaya, bahkan ular berbisa)! Bagaimanakah Paulus bisa selamat dari serangan yang gencar itu? Dengan cara yang sama saat ia menahan serangan Iblis di Yerusalem dan Kaisarea: melalui perlindungan pemeliharaan Allah dan melalui imannya kepada Allah!
Para penafsir sangat senang memperhatikan bahwa "dalam pasal 27 kita melihat sisi lain Paulus," seakan-akan itulah tujuan Lukas menceritakan kisah itu. Memang benar bahwa kita melihat Paulus dalam peranan yang berbeda: sebagai pemimpin di antara orang-orang (non-Kristen). Namun begitu, penekanan Lukas bukanlah tentang Paulus, melainkan tentang Allahnya Paulus. Seperti yang akan kita lihat, Lukas membuat jelas bahwa secara manusiawi adalah mustahil bagi kapal itu untuk selamat dari serangan badai; Allah perlu turun tangan. Inti kisah itu terdapat dalam ayat 23 sampai 25, ketika Paulus bicara kepada sesamanya penumpang kapal: ... tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.
Lukas punya tujuan ganda dalam menulis pasal 27: (1) untuk menunjukkan bagaimana Allah bekerja terus dalam kehidupan Paulus, dan dengan begitu (2) menunjukkan bahwa kekuatan neraka bahkan belum pernah bisa (dan tidak bisa) menghentikan rencana dan tujuan Allah. Apakah hal ini terkait dengan kita? Sudah tentu. Iblis berusaha terus untuk menghancurkan kita dan mengalahkan tujuan Allah untuk hidup kita (1Petrus 5:8). Kita masing-masing perlu pertolongan Allah untuk tetap hidup. Pasal 27 bisa membuat kita percaya diri saat menghadapi badai kehidupan kita sendiri.
Ketika saya bicara tentang "badai kehidupan," janganlah salah pahami saya. Lukas tidak sedang bicara secara kiasan saat ia menulis tentang badai mengerikan yang mencampakkan kapal niaga yang menuju Italia itu; gelombang itu nyata, bahaya itu juga benar-benar ada.
Namun demikian, hanya ada beberapa penafsir yang menolak untuk membuat satu atau dua perbandingan antara perjalanan Paulus ke Roma dan perjalanan kita sendiri di sepanjang kehidupan ini. Perjalanan itu nyaris seperti halnya Lukas sedang menulis versinya sendiri tentang pelayaran Pilgrim's Progress (Kemajuan Ziarah).3
Seraya saya membawa Anda ke sepanjang pasal 27, saya ingin Anda menikmatinya sebagai suatu petualangan yang menyenangkan. Pada saat yang sama, saya ingin Anda melihat beberapa persamaan dengan pengalaman hidup Anda sendiri.4Seperti perjalanan Paulus, sebagian besar kehidupan kita memiliki hari-hari yang baik dan buruk—dan hal yang tak terduga bisa terjadi kapan saja!
Dalam pelajaran ini, kita akan menyoroti "angin sakal" dan badai itu, sehingga kita bisa mengenali pelbagai persoalan Paulus. Selanjutnya, kita akan mempelajari kesimpulan dramatis pasal 27, sehingga kita bisa menghargai hikmat Allah.
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (KIS 27:1-21)
Betapa menyedihkan bahkan aneh mengakhiri pelajaran kita di tempat ini: "Putuslah segala harapan kami untuk dapat menye...
KESIMPULAN (KIS 27:1-21)
Betapa menyedihkan bahkan aneh mengakhiri pelajaran kita di tempat ini: "Putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami" (ay. 20c).
Nanti kita akan melihat bagaimana Allah memulihkan harapan dan menyelamatkan mereka. Untuk sekarang ini, kita perlu bergumul dengan perasaan keputusasaan yang bisa timbul saat kita diterjang badai kehidupan hari lepas hari.
Dalam pikiran seperti itu kita sering menjerit, "Mengapa? Tuhan, mengapa Engkau mengizinkan adanya badai ini?" Dengan melihat sepintas terlebih dulu akhir kisah kita ini, kita bisa memberi beberapa jawaban mengenai mengapa Allah mengizinkan Paulus berakhir dalam badai. Selamat dari hantaman badai mungkin membuat iman Paulus lebih kuat. Ia punya ungkapan dramatis lain lagi bahwa Allah menjaga milik-Nya.
Selanjutnya, badai itu memberi Paulus kesempatan yang tidak akan ia miliki jika terjadi sebaliknya. Sebagai contoh, ia punya kesempatan untuk menunjukkan keyakinannya kepada Tuhan. (Orang-orang yang tak percaya selalu mengawasi untuk melihat bagaimana Anda bereaksi terhadap badai itu.) Paulus bahkan punya kesempatan untuk memberitahu 273 orang penyembah berhala tentang Allah sejati! Mungkin—setelah semuanya selamat tiba di pantai—mereka bahkan siap mendengarkan tentang Yesus. Pada akhirnya, badai itu bermanfaat bagi Paulus dan yang lainnya. Namun begitu, simaklah ungkapan "akhirnya." Sewaktu badai itu sedang mengganas, pelbagai manfaat itu tidak terlihat jelas. Begitu juga halnya, ketika pencobaan membanjiri diri kita, kadang kala sulit untuk melihat bagaimana mungkin kebaikan bisa timbul dari kesulitan kita.
Apakah yang akan kita lakukan ketika kita dihanyutkan hingga tunduk oleh badai itu? Lakukanlah seperti yang Paulus lakukan (ay. 24): Berdoalah seperti Anda belum pernah berdoa sebelumnya (Filipi 4:6; Yakobus 5:13)— dan percayalah kepada Tuhan yang lebih tahu tentang pelbagai badai dibandingkan yang akan pernah kita ketahui (2Korintus 1:9, 10; 2Timotius 1:12).
Izinkan saya menutup pelajaran ini dengan kisah tentang orang yang belajar mempercayai Tuhan: Dalam 1873, seorang pengusaha dari Chicago, Horatio G. Spafford, memutuskan untuk membawa keluarganya berlibur ke Eropa. Ia memesan tiket kapal dari sebuah pelayaran Perancis, namun pada detik-detik terakhir kegiatan bisnis mencegah dia pergi. Ia lalu menaikkan isteri dan empat anak perempuannya ke atas kapal itu, sambil berencana untuk bergabung dengan mereka nanti di Eropa. Pada 22 Nopember, kapal itu ditabrak oleh kapal lain. Dalam waktu dua belas menit, kapal itu tenggelam ke dasar laut, membunuh 206 orang termasuk empat anak perempuan Spafford. Sembilan hari kemudian, ketika orang-orang yang selamat tiba di London, isterinya menelegram dia dengan empat kata: "hanya aku yang selamat." Dengan segera ia membeli tiket kapal lain yang berlayar ke London untuk menyusul isterinya. Suatu malam kapten kapal memanggil dia ke dalam kabinnya. Kapten itu berkata, "Saya ingin katakan kepada Anda bahwa kita hampir berada di atas tempat dimana kapal yang ditumpangi anak-anak perempuan Anda tenggelam." Spafford kembali ke kamarnya. Di situ, dalam "lembah bayang-bayang maut," ia menulis sebuah lagu yang telah menghibur kita selama dua abad:
Ketika kedamaian bak sungai menyertai jalanku, Ketika dukacita bak lautan berombak menggulung; Apapun nasibku. Engkau telah mengajariku berkata, "Selamatlah, selamatlah jiwaku."49 Apapun nasib Anda, ketika "dukacita bak lautan berombak menggulung," saya berdoa semoga Anda akan mampu berkata " Selamatlah jiwaku."50
CATATAN ALAT BANTU PERAGA
Peta hampir tidak bisa dipisahkan dari pengajaran pelajaran ini dan pelajaran berikutnya. Perbesarlah peta perjalanan Paulus ke Roma (lihat halaman 230) di atas papan tulis atau selembar karton lebar untuk membantu para pendengar Anda mengikuti perjalanan itu.
PERJALANAN PAULUS KE ROMA
Setelah diselamatkan oleh para prajurit Romawi dari gerombolan orang Yahudi (Kisah 21), Paulus lalu ditahan di ð Yerusalem dan kemudian dipindahkan ke Ý Kaisarea. Di situ, Feliks memeriksa kasus Paulus namun tidak pernah memberi keputusan (Kisah 24). Dua tahun kemudian, ketika Festus menggantikan Feliks, Paulus membuka kasusnya kembali (25:1-10). Ketika Festus memutuskan untuk menyerahkan Paulus kepada bangsa Yahudi, Paulus pun naik banding kepada Kaisar (25:11). Selama penantiannya untuk diberangkatkan ke Roma, Paulus berkesempatan bicara kepada raja Agripa II tentang pemenjaraannya karena Kristus (Kisah 26). Paulus dan rombongannya (termasuk Lukas) berangkat ke Roma dari Þ Sidon, di bawah pengawalan bersenjata (27:1-3). Mereka berganti kapal di Mira di daerah Likia (27:5, 6). Dalam cuaca buruk, kapal itu tiba di Pelabuhan Indah, di kepulauan þ Kreta, dimana para pengarung lautan itu bernaung di situ hingga September—akhir dari musim berlayar yang aman. Mereka mencoba mencapai Feniks untuk bernaung selama musim dingin, dengan berlindung pada pulau Kauda (27:16); namun mereka terseret ke tengah laut (27:17). ¾ Setelah membuang muatan mereka dan peralatan kapal ke laut (27:18, 19), mereka akhirnya bisa merapat ke pulau ª Malta (27:41). Meskipun kapal itu hancur, namun semua penumpangnya selamat (27:44). Di Malta, Paulus tetap hidup meski dipagut ular berbisa (28:3-5) dan meluangkan waktunya selama tiga bulan di situ untuk menyembuhkan orang sakit (28:8-11). Ketika musim berlayar tiba kembali, rombongan itu memperoleh kapal baru dan berlayar ke Sirakusa (28:12). Setelah tiga hari di situ, mereka meneruskan perlayarannya ke Regium dan º Putioli, salah satu pelabuhan besar kekaisaran Romawi. Di situ Paulus dan rekan-rekannya diizinkan tinggal selama tujuh hari bersama umat Kristen setempat. Setelah itu mereka menempuh pelayaran sejauh 160 kilometer ke Roma. ý Paulus terhibur oleh penyambutan yang ia terima di sepanjang perjalanan itu. Di æ Roma, Paulus dijaga dan di tempatkan di sebuah rumah sewaan selama dua tahun. Selama masa itu, ia memiliki kebebasan yang lumayan untuk menerima para tamu dan memberitakan injil (28:30, 31).
MENJADI ANGGOTA GEREJA TUHAN
T: Bagaimanakah orang-orang abad pertama menjadi anggota gereja Tuhan, dan bagaimanakah kita di zaman sekarang menjadi anggota gereja-Nya?
J: Gereja adalah tubuh orang-orang yang diselamatkan oleh darah Kristus. Oleh sebab itu, gereja hanya terdiri dari orang-orang yang sebelumnya adalah orang berdosa, sesat, yang lalu memanfaatkan kasih karunia Allah. Oleh sebab itu, anak-anak bayi tidak memerlukan gereja. Anak-anak bayi dan anak-anak kecil adalah selamat ; mereka tidak perlu diselamatkan (Matius 18:3). Namun jika orang sudah cukup dewasa untuk mengenali dosa sebagai pemberontakan melawan Allah, maka ia sudah berdosa (Roma 3:23) dan memerlukan keselamatan. Kristus mati untuk menyelamatkan orang berdosa (1 Korintus 15:3), namun apakah yang orang berdosa harus lakukan untuk memanfaatkan apa yang Kristus telah perbuat? Pertama ia perlu belajar tentang Kristus (Yohanes 6:45; Matius 28:18-20). Pelajaran itu bisa menimbulkan iman di hatinya (Roma 10:17) dan kepercayaan kepada Kristus yang menyebabkan dia mengakui Yesus di hadapan orang lain (Roma 10:9, 10). Iman ini seharusnya menimbulkan pertobatan (Kisah 2:37, 38) dan membimbing dia kepada baptisan (Markus 16:16), yang merupakan penguburan (Roma 6:3, 4) dalam air (Kisah 10:47). Pada hari gereja didirikan, orang-orang yang melaksanakan hal-hal itu telah ditambahkan Tuhan ke dalam gereja-Nya (Kisah 2:38, 41, 47). Dalam 1 Korintus 12:13, Paulus menekankan bahwa mereka yang dibimbing oleh Roh adalah "dibaptiskan ke dalam satu tubuh," yang adalah gereja (Kolose 1:18). Karena gereja merupakan tubuh orang yang diselamatkan, maka apa yang membuat seseorang menjadi anggota gereja adalah apa yang menyelamatkan dia, dan apa yang menyelamatkan dia adalah apa yang menjadikan dia anggota gereja itu!
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kajilah pelajaran ini dan yang berikutnya dengan peta "Perjalanan Paulus Ke Roma" di tangan.
2 Karena banyak nas (khu...
Catatan Akhir:
- 1 Kajilah pelajaran ini dan yang berikutnya dengan peta "Perjalanan Paulus Ke Roma" di tangan.
- 2 Karena banyak nas (khususnya dalam Mazmur) yang menekankan bahwa Allah adalah Allah alam (termasuk badai), maka pelajaran ini bisa mencakup pembahasan tentang filsafat peranan Allah dan Iblis dalam bencana alam. Menurut Kitab Ayub, Allah mengizinkan bencana alam dengan maksud untuk membuat kita lebih baik, sementara Iblis memakainya untuk mencoba menghancurkan kita secara jasmani dan rohani. Meskipun ini tampaknya bukan saat atau tempat yang tepat bagi masalah rumit seperti itu, namun bersiap diri bagi pelbagai pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan adalah bijaksana. Poin kunci yang mungkin bisa dibuat adalah bahwa pasal 27 menggambarkan kebenaran 1 Korintus 10:13 (dan juga Kitab Ayub) bahwa Allah membatasi apa yang Iblis bisa lakukan-dan Allah selalu menyediakan sebuah "jalan ke luar" yang bisa kita terima atau tolak.
- 3 Pilgrim's Progress adalah karya John Bunyan yang bersifat kiasan yang ditulis pada tahu 1600an, yang menggambarkan tokoh utamanya berziarah dari Kota Kehancuran ke Kota Sorgawi.
- 4 Seraya kita menyelusuri teks ini dalam pelajaran ini (dan tiga pelajaran berikutnya), saya dengan singkat akan memberikan banyak persamaan dengan kehidupan. Persamaan-persamaan yang bisa (dan harus) dikembangkan dan diaplikasikan adalah yang secara langsung bicara tentang kebutuhan para pendengar yang hadir.
- 5 Tahun 59 M. cocok dengan kronologi yang selama ini kita tetapkan (dalam kaitannya dengan keberangkatan Feliks dan kedatangan Festus di Palestina). Tanggal itu juga setuju dengan "puasa" (Hari Pendamaian), yang begitu terlambat datangnya dalam tahun dimana pelayaran sangat berbahaya. Lihat catatan tentang ayat 9 di halaman 221. Bulan Agustus ditetapkan dengan cara bergerak mundur mulai dari ayat 9.
- 6 Seorang kepala pasukan membawahi seratus orang (meskipun yang menemani perjalanan Yulius diragukan sebanyak itu). Sepasukan adalah satu resimen antara 600 sampai 1000 orang. Bandingkanlah hal ini dengan 10:1, dan lihat catatan di pada buku "Kisah Para Rasul, Bagian II."
- 7 Para pakar bergumul dengan bagaimana Lukas dan Aristarkus diizinkan menemani Paulus. Beberapa orang yakin bahwa Lukas dan Aristarkus dengan sukarela menjadi budak Paulus sehingga mereka bisa pergi bersama dia. Yang lainnya menduga bahwa Lukas ikut kapal itu sebagai dokter kapal, sementara Aristarkus sebagai pelayan Paulus. Jalan keluarnya mungkin begitu jelas sehingga tidak terlihat: Lukas dan Aristarkus sepertinya cukup membayar untuk bisa naik kapal itu. Untuk berlayar dengan kapal kargo (21:3) para penumpang dimintai bayaran. Di dalam dua kapal dari Aleksandria yang ke atasnya kepala pasukan itu belakangan memindahkan para tawanannya (27:6; 28:11), tentunya terdapat para penumpang yang juga membayar (27:37).
- 8 Apakah Aristarkus salah satu dari mereka? Sepertinya tidak mungkin. Belakangan Paulus mengacukan Aristarkus sebagai "temanku sepenjara" (Kolose 4:10); ia mungkin ikut ditangkap juga dan kemudian naik banding kepada Kaisar. Namun begitu, dalam teks kita Aristarkus tampaknya berbeda dari "beberapa orang tahanan lain." Sebenarnya kita tidak bisa memastikan apakah istilah "temanku sepenjara" dalam Kolose 4:10 berarti Aristarkus telah ikut ditangkap atau semata-mata mengacu kepada pengurungan yang dilakukan sendiri supaya ia bisa melayani Paulus (lihat Filemon 24 yang ditulis pada waktu yang sama dengan surat Kolose). Bahkan jika Aristarkus belakangan menjadi seorang tawanan di Roma, kita tidak bisa memastikan bahwa saat mereka berlayar ke Roma ia adalah seorang tawanan.
- 9 Kata Yunani di sini adalah hetero. Kata Yunani homo artinya "yang lain dari jenis yang sama."
- 10 Ini akan menjelaskan keputusan yang belakangan dibuat oleh para penjaga mereka; lihat catatan tentang ayat 42 di halaman 244.
- 11 John Pollock, The Apostle: A Life of Paul (Wheaton, Ill.: Scripture Press Publications, 1985), 274. Ini akan menjelaskan mengapa Yulius yang meskipun "hanya" seorang kepala pasukan, memiliki otoritas yang cukup besar di dalam kapal itu.
- 12 Raja Agripa mungkin masih berada di Kaisarea dan bisa diikutkan dalam kata "mereka" di ayat 1.
- 13 Mereka mungkin meninggalkan Kaisarea yang menjadi pelabuhan utama Palestina dan kota dimana Paulus selama ini dipenjarakan selama dua tahun.
- 14 Adramitium adalah sebuah kota yang terletak di pantai barat propinsi Asia, tidak jauh dari Troas. Ini mungkin sebuah kendaraan pantai yang sedang pulang ke pelabuhan pangkalannya.
- 15 Lukas memakai istilah medis dalam perkataan "melengkapkan keperluannya [menerima perawatan]." Apakah istilah itu sekedar ungkapan yang Lukas biasa gunakan-atau apakah Paulus membutuhkan penanganan medis diluar yang Lukas bisa berikan di dalam kapal?
- 16 Saat kita mempertimbangkan bahwa gereja di Sidon sepertinya berdiri oleh sebab Paulus telah mencerai-beraikan umat Kristen ke luar Yerusalem (8:1-4; 11:19), sekali lagi kita melihat kemurahan hati umat Kristen. Lihat catatan tentang kunjungan Paulus sebelumnya ke Tirus dan Ptolemais di halaman 9 dan 10 pada buku ini.
- 17 Teks Yunani hanya menulis "kami berlayar di bawah" (KJV). Istilah pelayaran "ke lambung [kapal]" (lihat NIV). "Lambung [kapal]" artinya "sisi kapal yang terlindung dari terpaan angin."
- 18 Dua tahun sebelumnya, angin barat menolong Paulus mempercepat pelayarannya menyeberangi Laut Tengah saat ia dalam perjalanan menuju Yerusalem (lihat catatan tentang Kisah 21:2-4 ). Kini, ia dan yang lainnya berniat pergi ke arah yang berlawanan, dan angin barat "menghalangi" jalan yang ingin mereka tempuh.
- 19 Ada kemungkinan saat mereka menyusuri pantai itu mereka berkali-kali merapat untuk melakukan bisnis.
- 20 Berlayar menyusuri pantai dari Sidon ke Mira biasanya butuh waktu 10 sampai 15 hari. Naskah Roma menambahkan bahwa sejauh itu pelayaran itu sudah berlangsung 14 hari.
- 21 Karena kapal itu tidak dapat berlayar melawan angin barat, maka mereka akan lebih dulu berlayar ke utara ke Mira dan dari situ baru berlayar ke Italia.
- 22 Pangkalan kapal ini adalah Aleksandria, Mesir. Mesir merupakan pemasok utama gandum ke Roma. Dalam 28:11 kita akan menjumpai kapal dari Aleksandria lainnya.
- 23 Seorang sejarawan kuno bercerita tentang kapal semacam itu yang ukurannya 55 m x 14 m x 13 m. Josephus menulis tentang kapal lain yang sejenis yang bisa mengangkut 600 orang diluar barang muatannya sendiri.
- 24 Beberapa naskah menulis 76, namun sebagian besar naskah menulis 276.
- 25 Jarak dari Mira ke Knidus sekitar 274 kilometer. "Selama beberapa hari berlayar" itu kemungkinan sekitar 10 sampai 15 hari.
- 26 Orang-orang Kreta pernah ada yang hadir pada Hari Pentakosta (Kisah 2:11); beberapa mungkin telah menjadi orang Kristen. Belakangan Paulus bekerja di Kreta (Titus 1:5). Dalam era Alkitab, reputasi Kreta tidaklah baik (Titus 1:12).
- 27 Lagi, teks Yunani di sini menulis "kami berlayar di bawah" (lihat catatan kaki 17).
- 28 Saya menyukai nama: "Pelabuhan Indah." Beberapa penerapan tentang "pelbagai pelabuhan indah" bisa diterapkan di dalam kehidupan kita-yaitu pada waktu dan tempat istirahat sejenak dari "angin sakal" yang menerpa.
- 29 Jika kata "menangguhkan" tidak familiar, maka kata itu bisa diganti dengan ungkapan setempat yang bermakna waktu menunggu.
- 30 Lihat catatan tentang ayat 20 di halaman 226 dan 227.
- 31 Fakta bahwa "waktu puasa sudah lampau" memperkuat tahun itu sebagai tahun 59 M. Waktu tibanya Hari Pendamaian ditentukan oleh bentuk bulan. Dalam tahun-tahun beberapa saat sebelum dan sesudah 59 M., hari perayaan itu jatuh jauh lebih awal, yang artinya tidak akan cocok dengan ramalan Paulus tentang bencana ini jika mereka melanjutkan pelayaran.
- 32 Kata Yunani yang diterjemahkan "pimpinan" bisa menunjukkan kepemilikan kapal itu (lihat KJV dan NIV). Pemilik kapal sering kali berfungsi sebagai pimpinan/kapten kapal.
- 33 Kita tidak tahu bagaimana ia mendengar berita itu. Mungkin ia bagian dari rapat itu. Mungkin berita itu disiarkan ke seluruh kapal. Karena belakangan ia menunjukkan bahwa protesnya itu ditujukan kepada semua orang yang berada di dalam kapal (ay. 21), maka ia mungkin mendengar pengumuman yang berisi respon atas protesnya terhadap semua orang yang mendengarkan berita itu.
- 34 William Barclay, The Acts of the Apostles, The Daily Study Bible Series, rev. ed. (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 182.
- 35 Ini agak mengejutkan. Jika saya pernah mengalami tiga kali kecelakaan pesawat terbang, maka akan sulit untuk meminta saya naik pesawat terbang lagi!
- 36 Pada suatu kesempatan Allah tentunya pernah mengumumkan akan menurunkan bencana dan kemudian merubah hasilnya oleh karena doa (untuk contoh, lihat Bilangan 14:11-24).
- 37 Apakah ini merupakan suara mayoritas dalam rapat atau suara mayoritas dalam kapal itu? Karena belakangan Paulus tampaknya menegur semua orang di dalam kapal itu (ay. 21), maka mereka yang pegang pimpinan mungkin sudah menanyakan pendapat setiap orang tentang keputusan untuk berlayar ke Feniks dan mereka didukung oleh mayoritas penumpang.
- 38 Istilah Yunani di sini bersifat mendua, namun istilah itu tidak perlu kita risaukan. Poin Lukas adalah bahwa pelabuhan itu terlindung dari terjangan angin.
- 39 "Euraquilo" adalah kata cangkokan yang menggabungkan kata Yunani "angin timur" dengan kata Latin "angin utara." KJV memberi ejaan yang berbeda atas kata itu, namun maknanya sama.
- 40 Kata Yunani yang diterjemahkan "topan" adalah bentuk kata yang darinya kita dapat kata "topan."
- 41 Sekoci itu akan tenggelam atau hancur berkeping-keping jika dibiarkan terapung-apung di laut, dan sekoci itu nanti mungkin diperlukan untuk mencapai pantai. Saat ditarik, sebagian sekoci itu mungkin sudah tenggelam.
- 42 Kita tidak tahu dengan pasti ke arah mana tali-tali itu diikatkan atau metode apa yang dipakai untuk melingkari lambung kapal itu, namun ada banyak kemungkinan yang sangat menarik.
- 43 Sebelum mereka mendarat, mereka dihanyutkan ke barat sejauh 80 kilometer. Beting Sirtis jauh lebih dekat ke arah selatan.
- 44 Kata Yunani yang diterjemahkan "menurunkan layar" bisa memiliki banyak arti. Kata itulah yang dipakai dalam ayat 19: "... alat-alat kapal" (lihat catatan kaki 47 di bawah). Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai makna kata itu dalam ayat 17. Beberapa orang mengira bahwa para pelaut itu menurunkan layar utama (KJV, NEB), sebab hal itu merupakan kebiasaan baku pada waktu badai datang.
- 45 "Tutuplah palka kapal rapat-rapat" adalah istilah pelayaran yang artinya "tutup dan amankan seluruh geladak yang terbuka [dengan lembaran-lembaran papan]." Sebagai bahasa kiasan, perkataan itu artinya "buatlah segalanya seaman mungkin."
- 46 Beberapa naskah menulis "dengan tangan kami sendiri" (lihat KJV), namun sebagian besar naskah menulis "dengan tangan mereka sendiri."
- 47 Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani yang diterjemahkan "alat" kadang-kadang dipakai untuk mengacukan alat perabot sebuah rumah (Matius 12:29; Markus 3:27; dll.). Selain melempar alat-alat lain ke luar kapal, saya juga bisa melihat para awak kapal itu membuang meja, kursi, dan peti ke dalam laut.
- 48 Orrin Root, ed., Standard Bible Commentary: Acts (Cincinnati, Ohio: Standard Publishing Co., 1966), 196.
- 49 H.G. Spafford, "It Is Well With My Soul." Dikutip dengan seizin ACU Press, Abilene, Texas.
- 50 Jika pelajaran ini dipakai sebagai materi khotbah, haruslah ditekankan bahwa badai bisa juga menerpa orang percaya dan tidak percaya. Para pendengar bisa didorong untuk menjadi orang Kristen saat mereka tahu bahwa dalam musim penuh badai orang percaya punya sumber perlindungan yang tidak dipunyai oleh orang tidak percaya.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) SELAMAT DARI BADAI(27:21-28:2)
Pelayaran Paulus ke Roma berawal tanpa insiden saat ia dan teman-teman sekapalnya berlayar ke utara dari Kaisarea meny...
SELAMAT DARI BADAI(27:21-28:2)
Pelayaran Paulus ke Roma berawal tanpa insiden saat ia dan teman-teman sekapalnya berlayar ke utara dari Kaisarea menyusuri pantai. Namun begitu, ketika mereka meniggalkan Sidon dan berusaha untuk berlayar ke barat, mereka diterjang angin sakal. Setelah berminggu-minggu hanya membuat sedikit kemajuan, mereka akhirnya hanyut ke selatan ke pulau Kreta dimana mereka menemukan tempat berlindung sementara di Pelabuhan Indah. Ketika mereka berusaha berlayar ke sebuah pelabuhan yang lebih cocok, mereka terperangkap dalam badai—badai yang kelihatannya tanpa akhir.
Sehari setelah hari yang menyedihkan, malam setelah malam yang menakutkan itu, mereka jatuh-bangun dalam ombak lautan yang menggunung. Hamparan awan tebal yang luas membuat perhitungan tidak bisa dilakukan: kapten kapal tidak punya bayangan tentang posisi kapal. ... Muatan utama berupa gandum telah basah semuanya —karung-karung itu menjadi basah dan terlalu berat untuk bergerak di kapal yang terombang-ambing, dan semakin lama bobotnya semakin berat. Ketika ketinggian air naik, kapal itu pun turun semakin rendah, sampai pada hari kesebelas atau kedua belas badai itu "akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami." Tenggelam tidak bisa lagi dihindari sekarang— bahkan jika badai itu mereda, paling lama tinggal beberapa hari saja mereka dapat bertahan—dan jika mereka meninggalkan kapal itu akan berarti kehilangan seluruh awak kapal.1
Banyak dari Anda tahu dengan tepat bagaimana perasaan mereka. Setiap orang pernah berada dalam badai, sedang ada dalam badai, atau akhirnya akan masuk dalam badai: badai rumah tangga, badai keuangan, badai bisnis. Badai mengamuk dalam diri kita ketika mendapat diagnosa jelek dari dokter, ketika anak kita mengabaikan segala hal yang kita yakini, ketika kita dikhianati. Beberapa dari Anda tahu apa artinya hilang harapan.
Seraya kita memulai kisah perjalanan Paulus ke Roma, penekanan kita adalah pada angin sakal dan badai itu. Kini, marilah kita lihat bagaimana Paulus selamat dari badai—dan bagaimana Anda bisa selamat dari badai. Ketika badai kehidupan menerjang, Anda perlu tahu bahwa Anda tidak sendirian!
HARAPKAN KEMUNGKINANNYA2
Jika Anda ingin selamat dari pelbagai badai kehidupan, pertama-tama Anda harus siap secara mental atas fakta bahwa badai akan datang. Meskipun Paulus berada tepat dimana ia seharusnya berada—dalam perjalanan ke Roma untuk bersaksi bagi nama Yesus—namun angin sakal tetap berembus. Akhirnya, badai itu datang. Hujan turun ke atas orang baik dan orang jahat (Matius 5:45); badai pecah di atas kepala orang baik dan orang jahat. Adanya badai tidak berarti Allah telah meninggalkan Anda; badai itu semata-mata bagian kehidupan—dan kadang-kadang badai itu bagian dari rencana Allah untuk membuat Anda menjadi orang yang lebih baik. Jika badai itu memaksa Anda menyerah, maka Anda mungkin memang perlu menyerah.
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (KIS 27:21-28:2)
Jika saat ini Anda sedang berjuang melawan badai dalam hidup Anda, Anda mungkin berniat menjadikan perkataan pemazmur ini...
KESIMPULAN (KIS 27:21-28:2)
Jika saat ini Anda sedang berjuang melawan badai dalam hidup Anda, Anda mungkin berniat menjadikan perkataan pemazmur ini sebagai semboyan Anda: "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?" (Mazmur 42:5a); "Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 43:5b). Dalam pelajaran ini, saya sudah memberi beberapa saran untuk selamat dari badai: (1) Harapkan kemungkinan datangnya badai—sehingga badai itu tidak akan mengejutkan Anda. (2) Nyatakan janji-janji Allah—sehingga badai itu tidak akan mendekati Anda dalam keadaan tanpa persiapan. (3) Tunjukkan keberadaan Allah—sehingga badai itu tidak akan menemukan Anda dalam keadaan tak terlindungi. (4) Jalankan rencana Allah—sehingga badai itu tidak akan memperlihatkan Anda sebagai orang yang tak taat. (5) Rasakan kedamaian Allah—sehingga badai itu tidak akan meninggalkan Anda tanpa upah.
Rahasia bertahan hidup adalah dengan mempertahankan iman kepada Allah—jenis iman yang dinyatakan oleh Paulus:
Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! ... tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku (27:23-25).
Apakah semuanya terjadi tepat seperti yang dikatakan kepada Paulus? Pikirkanlah 276 orang yang sedang berdiang diri di depan api unggun di sebuah pantai dan ketahuilah bahwa Allah menepati perkataan-Nya! Mereka selamat dari badai mereka, dan Anda juga bisa selamat dari badai Anda! Tuliskanlah kata-kata ini dalam hati Anda: "Saya mempercayai Allah, bahwa semuanya akan terjadi tepat seperti yang sudah diberitahukan kepada saya." Dengan iman seperti itu, Anda bisa mengatasi badai apa saja dalam hidup Anda!28
CATATAN ALAT BANTU PERAGA
Pelajaran ini mengilustrasikan hubungan kasih karunia Allah dan tanggung jawab manusia: Allah "menyerahkan" setiap orang dalam kapal itu kepada Paulus, namun rasul itu masih perlu berbuat semampunya untuk meyakinkan bahwa mereka akan tiba di pantai dengan selamat. Jika Anda tinggal dimana cek bank pribadi digunakan, inilah ilustrasi yang bisa diperagakan yang mungkin Anda mau gunakan: Tunjukkanlah sebuah cek bank kosong kepada kelas Anda. Mintalah setiap orang beranggapan bahwa Anda membuat cek untuk dia dengan memberi dia sejumlah uang yang sangat banyak (ia tidak berbuat apa-apa untuk mendapatkan uang itu). Namun begitu, saat ia menerima cek itu ia perlu menguangkan cek itu dahulu dan memakai uang itu untuk memanfaatkan pemberian itu. Begitu juga halnya, keselamatan adalah suatu pemberian namun kita harus mentaati Allah (melakukan apa yang kita bisa lakukan) untuk menerima pemberian itu.
CATATAN KHOTBAH
Kita bisa meringkas iman yang memampukan Paulus (27:23-25) selamat dari badai dengan cara berikut: (1) Saya mengenali keberadaan Allah ("berdiri di hadapanku"); (2) Saya adalah milik Allah ("sebagai milik-Nya"); (3) Allah telah memberi saya tujuan ("yang aku sembah"); (4) Allah telah memberiku janji ("engkau harus menghadap Kaisar").29 Penyebutan sambil lalu tentang "empat sauh" (27:29) telah menakjubkan para pengkhotbah. Dalam penyelidikan saya, saya menemukan banyak khotbah tentang empat "sauh" rohani yang bisa menjaga kita dari terbentur karang. Karena satu-satunya sauh rohani yang disebut dalam Kitab Suci adalah "pengharapan" (Ibrani 6:19), maka daftar sauh itu sangat subyektif. Usulan Lloyd Ogilvie tampaknya paling masuk akal. Ia berkata, "Mungkin Anda punya beberapa set [sauh] Anda sendiri untuk menjaga Anda dari terbentur karang ... Adalah penting untuk mencantumkan keempat sauh yang telah berjasa bagi Anda. [Lalu] doronglah orang-orang untuk mengenali sauh-sauh mereka [sendiri]."30
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 John Pollock, The Apostle: A Life of Paul (Wheaton, Ill.: Scripture Press Publications, 1985), 280.
2 Lima poin utama saya dala...
Catatan Akhir:
- 1 John Pollock, The Apostle: A Life of Paul (Wheaton, Ill.: Scripture Press Publications, 1985), 280.
- 2 Lima poin utama saya dalam pelajaran ini disadur dari tiga saran yang diberikan oleh Jack Graham dalam pelajaran "Power Point" di TV yang berjudul "Bagaimana Mengalahkan Kegelapan."
- 3 Biasaya Tuhan sendiri yang menampakkan diri kepada Paulus. Seorang malaikat dikirim menggantikan Yesus sebab mungkin teman sekapal Paulus yang penyembah berhala sepertinya akan lebih mengerti perkataan "seorang malaikat berkata kepadaku" daripada "Yesus berkata kepadaku." Namun begitu, pesan pengharapan itu pada dasarnya adalah sama (lihat 18:9, 10; 23:11).
- 4 Pesan ini menambah satu catatan baru terhadap jaminan Yesus sebelumnya: Yesus telah berkata bahwa Paulus pasti akan pergi ke Roma (23:11); malaikat itu berkata bahwa di Roma Paulus pasti akan menghadap Kaisar.
- 5 Allah tidak "memberikan" semua penumpang dalam kapal itu kepada Paulus dalam pengertian semuanya akan menjadi orang Kristen, namun dalam pengertian nyawa mereka akan dilindungi. F.F. Bruce berkomentar, "Masyarakat manusia tidak punya bayangan berapa besar mereka berhutang, dalam rahmat Allah, kepada keberadaan kaum pria dan wanita saleh" (The Book of Acts, The New International Commentary on the New Testament, rev. ed. [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988], 488). Untuk contoh bagaimana orang saleh membantu menyelamatkan orang jahat, lihat Kejadian 18:26-32; 30:27; 39:5.
- 6 Lihat Mazmur 34:18; 145:18; Yesaya 41:10; 43:1-5; Roma 8:38, 39.
- 7 Jangan kacaukan nama ini dengan Laut Adriatik antara Yunani dan Italia. Menurut para penulis kuno, "Laut Adria" ini merupakan salah satu julukan untuk bagian timur tengah dari Laut Tengah.
- 8 Batu duga dilakukan dengan tali yang diberi pemberat dimana tali itu memiliki tanda-tanda ukuran yang masing-masing berjarak sekitar 2 meter.
- 9 Mereka mungkin menggunakan sebagian besar sauh yang ada dalam kapal itu agar tidak kandas di batu karang yang tersembunyi.
- 10 Pelbagai kondisi lainnya mungkin saja membuat mereka harus tetap tinggal di dalam kapal itu. Janji Allah bahwa "tidak akan ada yang binasa" (ay. 22) mungkin mengisyaratkan semua orang harus tetap kumpul bersama.
- 11 Keesokan harinya mereka mungkin ingin punya sekoci untuk dipakai menuju ke pantai, namun perbuatan drastis mereka pada waktu itu membuat keinginan mereka sekarang tidak tercapai.
- 12 Ini mungkin bisa menjadi tempat yang baik untuk mengembangkan gagasan tentang penguatan jasmani. Pengalaman saya menunjukkan bahwa orang-orang yang sedang mengalami pergolakan emosi yang serius sering kali mengalami persoalan fisik yang ikut memperburuk kondisi emosi mereka.
- 13 Mereka mungkin makan, bukan makanan yang biasanya, hanya beberapa suapan secara tidak teratur (lihat catatan tentang ayat 21 di halaman 226). Mungkin, perkataan Paulus itu seharusnya dipahami dalam pengertian yang sama dengan kaum ibu yang ingin membuat sehat anaknya yang tidak mau makan: "Kamu belum makan sesuap pun!" Pernah diketengahkan bahwa awak dan para penumpang penyembah berhala itu memang sengaja berpuasa untuk menyenangkan dewa-dewa mereka, namun teks itu tidak berkata apa-apa tentang hal itu.
- 14 Ini merupakan ungkapan yang terkenal (1Samuel 14:45; 2Samuel 14:11; 1Raja-raja 1:52; Lukas 21:18).
- 15 Ini bukanlah Perjamuan Tuhan, melainkan makanan biasa.
- 16 Lukas menunggu sampai ayat 37 untuk mengatakan, "Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa." Mungkin pada saat itu seseorang telah menghitung jumlah mereka untuk mengetahui berapa banyak makanan yang harus disediakan untuk sarapan atau agar mereka bisa memastikan bahwa setiap orang sudah masuk dalam hitungan setelah mereka tiba di pantai.
- 17 Kita bahkan mungkin bisa mengambil isyarat dari Paulus itu dan mengucap syukur dengan diam-diam ketika kita makan di tempat umum!
- 18 Ini tampaknya menjadi salah satu kesempatan yang jarang terjadi ketika tempat tradisionil dianggap sebagai lokasi yang sebenarnya. Kebanyakan pakar percaya bahwa "Teluk Santo Paulus" di pantai timur laut Malta adalah tempat dimana Paulus dan yang lainnya mendarat di pantai.
- 19 "Layar topang" adalah layar kecil di depan kapal yang sering dipakai untuk kemudi atau tenaga penggerak (tidak seperti layar utama yang fungsi utamanya sebagai tenaga penggerak). (Simaklah bahwa KJV, yang didasarkan pada naskah yang berbeda, memberi sedikit perbedaan dalam merinci ayat 40, namun perbedaan itu tidak penting.)
- 20 Dua arus air yang kuat, mengalir dari arah yang berlawanan, menyebabkan pasir dan/atau batu karang menumpuk di bawah air, yang tidak bisa dilihat oleh para pelaut. Kondisi seperti itu terdapat di "Teluk Santo Paulus" tradisionil di Malta.
- 21 Lihat catatan tentang Kisah 12:19 di pada buku "Kisah Para Rasul, Bagian III" dan catatan tentang Kisah 16:27 pada buku "Kisah Para Rasul, Bagian IV".
- 22 "Lion fodder" = makanan singa. Lihat catatan tentang Kisah 27:1.
- 23 Kita tidak menemukan indikasi bahwa kepala pasukan itu menaruh peduli terhadap tahanan lainnya mana saja. Sekali lagi, para tawanan yang lain itu berhutang nyawa kepada Paulus.
- 24 Kepala pasukan itu dengan tidak sengaja mungkin mendengar tentang rencana para prajurit itu dan menghentikan mereka, atau para prajurit itu mungkin minta izin untuk membunuh semua tahanan dan Yulius berkata "Tidak." Yang belakangan kelihatannya lebih memungkinkan.
- 25 Pernah diketengahkan bahwa ia mungkin punya banyak prajurit yang bisa berenang untuk berenang lebih dulu, sehingga mereka bisa mengumpulkan para tahanan begitu mereka tiba di pantai.
- 26 Paulus, sebagai orang yang pernah selamat tiga kali dari kapal tenggelam, bisa jadi memberi dia strategi. Paulus mungkin pernah selamat "sehari semalam ... di tengah laut" (2Korintus 11:25) dengan berpegangan pada pecahan kapal yang telah tenggelam.
- 27 Lihat 2Tesalonika 3:16; lihat juga Mazmur 29:11; Yohanes 14:27; 16:33; Roma 1:7; 2:10; Kolose 3:15.
- 28 Jika pelajaran ini dipakai sebagai materi khotbahkhotbah, undangan bisa diacukan ke usulan nomor 4: "Menjalankan Rencana." Rencana Allah bagi pendosa adalah percaya, bertobat, dan dibaptiskan (Markus 16:15, 16; Kisah 2:38).
- 29 Disadur dari Rick Atchley, "Anchors for the Anxious [Sauh Bagi Yang Cemas]," Pelajaran yang dikhotbahkan di Southern Hills church of Christ, Abilene, Texas, pada 19 April 1987.
- 30 Lloyd Ogilvie, The Communicator's Commentary, vol. 5, Acts (Dallas: Word Publishing, 1983), 349; huruf miring oleh saya.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KISAH RASUL-RASUL
PENGANTAR
Kisah Rasul-rasul adalah lanjutan buku Kabar Baik yang disampaikan oleh
Lukas. Tujuan utama Kisah Rasul-rasul ini ialah
KISAH RASUL-RASUL
PENGANTAR
Kisah Rasul-rasul adalah lanjutan buku Kabar Baik yang disampaikan oleh Lukas. Tujuan utama Kisah Rasul-rasul ini ialah menguraikan mengenai bagaimana pengikut-pengikut Yesus - dengan pimpinan Roh Allah - menyebarkan Kabar Baik tentang Yesus "di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi" (Kis 1:8). Buku ini adalah cerita tentang pergerakan Kristen yang dimulai di antara orang Yahudi lalu meluas menjadi suatu agama untuk seluruh dunia. Penulis buku ini merasa perlu pula meyakinkan para pembacanya bahwa orang-orang Kristen bukanlah suatu bahaya politik subversif terhadap kerajaan Roma, tetapi bahwa agama Kristen merupakan penyempurnaan agama Yahudi.
Kisah Rasul-rasul bisa dibagi dalam tiga bagian. Di dalam ketiga bagian itu nampak meluasnya wilayah di mana Kabar Baik tentang Yesus disiarkan dan gereja didirikan:
- (1) permulaan pergerakan Kristen di Yerusalem setelah Yesus terangkat naik ke surga;
- (2) perluasan ke daerah-daerah lain di Palestina; dan
- (3) perluasan yang lebih besar lagi ke negeri-negeri di sekitar Laut Tengah sampai sejauh Roma.
Satu hal yang khas dan penting dalam buku Kisah Rasul-rasul ini ialah pekerjaan Roh Allah yang datang dengan kuasa ke atas orang-orang percaya di Yerusalem pada hari Pentakosta. Di dalam seluruh peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam buku ini nyatalah bahwa Roh Allah itu terus-menerus memimpin dan menguatkan gereja beserta pemimpin-pemimpinnya. Berita yang diajarkan oleh agama Kristen pada masa-masa permulaan ini diringkaskan dalam sejumlah khotbah. Peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam buku ini menunjukkan pula betapa berkuasanya berita itu di dalam kehidupan orang-orang Kristen dan di dalam ikatan persaudaraan gereja.
Isi
- Persiapan untuk pemberitaan
Kis 1:1-26 - a. Perintah yang terakhir dan janji dari Tuhan Yesus
Kis 1:1-14 - b. Pengganti Yudas
Kis 1:15-26 - Pemberitaan di Yerusalem
Kis 2:1-8:3 - Pemberitaan di Yudea dan Samaria
Kis 8:4-12:25 - Pelayanan Paulus
Kis 13:1-28:31 - a. Perjalanan pertama untuk penyebaran Kabar Baik
Kis 13:1-14:28 - b. Musyawarah di Yerusalem
Kis 15:1-35 - c. Perjalanan kedua untuk penyebaran Kabar Baik
Kis 15:36-18:22 - d. Perjalanan ketiga untuk penyebaran Kabar Baik
Kis 18:23-21:16 - e. Paulus sebagai tahanan di Yerusalem, Kaisarea, dan Roma
Kis 21:17-28:31
Ajaran: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bagaimana Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya
di dunia, dan betapa besar Kasih Karunia Allah kepada bangsa-
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bagaimana Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya di dunia, dan betapa besar Kasih Karunia Allah kepada bangsa-bangsa di dunia.
Pendahuluan
Penulis : Lukas.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Seorang yang bernama Theofilus (Kis 1:1). (Dan kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Para Rasul terbagi atas 28 pasal. Di dalam Kitab ini terdapat sejarah berdirinya Gereja Kristen, khotbah-khotbah para Rasul, penganiayaan terhadap umat Kristen, penginjilan kepada bangsa-bangsa lain, serta permulaan adanya sebutan Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Kisah Para Rasul
Pasal 1-5 (Kis 1:1-5:42).
Pengajaran tentang kelahiran gereja Tuhan Yesus pertama kali
Bagian ini menceritakan tentang amanat Tuhan Yesus yang diberikan kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke Sorga. Dan tentang orang-orang percaya setelah mendengar khotbah Rasul Petrus yang dikuasai oleh Roh Kudus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kis 1:8; 2:1-3,36-41. Nats ini menyatakan perkataan Tuhan Yesus bahwa murid-murid-Nya akan menerima kuasa setelah menerima Roh Kudus, dan perkataan Tuhan Yesus itu digenapi ketika Para Rasul berkumpul di Yerusalem. _Tanyakan_: Apakah saudara yakin sudah menerima Roh Kudus dan memiliki kuasa-Nya? Kalau sudah apakah yang harus saudara perbuat?
- Bacalah pasal Kis 2:41-47; 4:32-37.
Nats ini menceritakan kehidupan orang-orang percaya pada abad pertama penuh dengan kasih terhadap sesama dan ketekunan dalam beribadah kepada Allah. _Tanyakan_: Bagaimanakah sifat saudara terhadap anggota gereja yang lain? Apakah saudara rajin ke Gereja, baca Alkitab dan berdoa?
Pasal 6-12 (Kis 6:1-12:25).
Pengajaran tentang perkembangan gereja yang berada dalam penganiayaan terhadap orang-orang percaya
Orang-orang percaya di kota Yerusalem mengalami penganiayaan dari orang- orang Yahudi, sehingga mereka melarikan diri ke penjuru dunia. Tetapi di dalam segala penderitaan dan penganiayaan itu mereka tetap memberitakan Injil Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kis 7:54-60; 8:1-4. Nats-nats ini menceritakan bagaimana beratnya penderitaan dan aniaya yang dialami oleh orang-orang percaya, tetapi walaupun di dalam penderitaan dan aniaya itu mereka tetap setia beribadah dan memberitakan Injil. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap saudara kalau saudara diancam setelah masuk Kristen?
- Bacalah pasal Kis 9:1-22. Nats ini menceritakan tentang Saulus (Paulus) yang adalah seorang penganiaya orang-orang percaya, mengalami pertobatan dan akhirnya menjadi Rasul. Ini mengajarkan bahwa kuasa Tuhan Yesus dapat mengubah kehidupan seseorang yang sangat jahat sekalipun. _Tanyakan_: Sudahkah kehidupan saudara diubah oleh Tuhan Yesus menjadi kehidupan yang benar?
Pasal 13-15 (Kis 13:1-15:41).
Pengajaran tentang jemaat (gereja) setempat yang menginjil
Bagian ini menjelaskan tentang kehidupan orang-orang percaya di kota Antiokhia, dan sebutan Kristen pertama kali diberikan kepada murid-murid Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kis 11:23-26. _Tanyakan_: Mengapa orang-orang percaya di Antiokhia disebut Kristen?
- Bacalah pasal Kis 13:1-6.
Nats ini menceritakan tentang jemaat Antiokhia, yang mengirimkan penginjil-penginjil kepada bangsa-bangsa lain karena taat pada Roh Kudus. Ini mengajarkan pada setiap gereja untuk mempunyai beban penginjilan pada setiap orang yang belum mengenal Tuhan Yesus.
_Tanyakan_: Apakah di gereja saudara mempunyai beban penginjilan?
Pasal 16-28 (Kis 16:1-28:31).
Pengajaran tentang nama Tuhan Yesus diberitakan ke seluruh dunia
Dalam bagian ini, dijelaskan bagaimana Kasih Karunia Allah yang ada dalam Tuhan Yesus, diberitakan pada setiap suku bangsa, baik yang menjadi rakyat biasa, maupun yang menjadi tentara dan orang-orang istana.
Pendalaman
Bacalah pasal Kis 23:11. Ayat ini menyatakan tentang perkataan Tuhan Yesus kepada Paulus untuk bersaksi dengan penuh keberanian di kota Roma. Ini juga mengajarkan pada setiap orang Kristen tetap mempunyai keberanian untuk bersaksi kepada setiap orang.
_Tanyakan_: Sudahkah saudara bersaksi dengan berani kepada setiap orang?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Kisah Para Rasul dapatlah diketahui bahwa perkembangan Gereja Tuhan Yesus dan Kasih Karunia Allah yang diberikan pada setiap bangsa mendapat tantangan dari kuasa dunia dan orang-orang yang tidak mau mengenal Allah. Tetapi melalui Kemahakuasaan-Nya, Tuhan Yesus mengalahkan semua kuasa dunia itu, dan Gereja tetap bertumbuh.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Kisah Para Rasul?
- Dengan kuasa apakah Rasul Paulus berkhotbah Yerusalem?
- Bagaimanakah kehidupan orang percaya pada abad pertama?
- Bagaimanakah beban penginjilan di jemaat Antiokhia?
- Dari manakah datangnya keberanian Rasul Paulus untuk bersaksi?
Intisari: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Kisah tentang gereja yang bersaksi
SIAPAKAH YANG MENULIS KITAB INI?Kitab ini ditulis oleh tabib Lukas. Kitab ini boleh juga diberi judul Kisah Roh Ku
Kisah tentang gereja yang bersaksi
SIAPAKAH YANG MENULIS KITAB INI?
Kitab ini ditulis oleh tabib Lukas. Kitab ini boleh juga diberi judul Kisah Roh Kudus, karena menceritakan apa yang terjadi setelah Roh Kudus turun atas para rasul pada hari Pentakosta. Lukas, satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang bukan orang Yahudi, menulis Kisah para Rasul sebagai kelanjutan dari tulisan sebelumnya yakni Injil yang memakai namanya.
APAKAH ISI KITAB INI?
12 pasal pertama terutama meliput kegiatan rasul Petrus, sementara pasal-pasal selanjutnya sebagian besar tentang pekerjaan rasul Paulus. Yesus telah mengatakan kepada para murid-Nya bahwa apabila Roh Kudus turun ke atas mereka, mereka akan menjadi saksi-saksi-Nya. Kitab Kisah para Rasul memperlihatkan bagaimana hal ini digenapi. Dari kitab Kisah para Rasul, kita banyak sekali belajar tentang gereja mula-mula, suka dan dukanya, kemenangan dan kesusahannya, tetapi yang terpenting ialah perkembangan gereja yang dalam jangka waktu beberapa tahun sudah dibangun di seluruh dunia yang telah beradab. Kita tahu bahwa tabib Lukas adalah seorang sejarawan yang cermat dan kita boleh yakin bahwa dalam kitab ini kita memperoleh catatan yang benar tentang kekristenan yang mula-mula.
APA CIRI-CIRI UTAMANYA?
Kata 'saksi' dipakai lebih dari 30 kali, mengingatkan kita bahwa gereja yang sejati adalah gereja yang bersaksi dan setiap Kristen dipanggil untuk menjadi saksi. Sungguh menakjubkan bahwa hanya dalam satu generasi, orang-orang Kristen mula-mula ini telah mengabarkan Injil ke seluruh dunia yang sudah beradab. Kisah para Rasul merupakan buku pedoman misi yang terbaik yang pernah ditulis. Kisah para Rasul berakhir dengan tiba-tiba - seolah-olah tidak selesai. Suatu cara mengakhiri yang tepat, karena gereja yang bersaksi harus terus maju sampai Kristus datang kembali. Kitab-kitab Injil memperlihatkan apa yang mulai dilakukan oleh Kristus ketika Ia ada di dunia dan Kisah para Rasul menunjukkan apa yang dilakukan-Nya selanjutnya oleh Roh-Nya yang kudus melalui murid-murid-Nya. Kitab ini dimulai dengan pemberitaan Injil di Yerusalem, ibu kota agama bangsa Yahudi; diakhiri dengan pemberitaan Injil di kota Roma, ibu kota dari dunia yang beradab pada waktu itu.
KAPAN KITAB INI DITULIS?
Hampir dapat dipastikan bahwa tabib Lukas menulis Kisah para Rasul pada awal atau pertengahan tahun enam puluhan abad pertama - pada akhir masa dua tahun hukuman penjara rasul Paulus di Roma. Kitab itu mencakup masa dari pendirian gereja di Yerusalem sampai masa hukuman penjara rasul Paulus di Roma - yaitu kurang lebih tiga puluh tahun
Pesan
1. Gereja menanti dan menerIma kuasa Roh Kudus.o Amanat agung diulangi. Kis 1:8
o Tuhan yang bangkit naik ke surga. Kis 1:9
o Para rasul berdoa. Kis 1:14
o Roh yang dijanjikan diberikan. Kis 2:4
o Disusul dengan khotbah yang penuh kuasa. Kis 2:37
2. Gereja mempertunjukkan persekutuan Kristen.
o Dalam kehidupan bersama. Kis 2:44; 4:32
o Dalam ibadah bersama. Kis 2:46
3. Gereja segera mengalami baik kemenangan maupun kesusahan.
o Penyembuhan orang lumpuh. Kis 3:2
o Penipuan Ananias dan Safira. Kis 5:1
4. Gereja mengangkat 'para pejabat' yang pertama -'Kelompok Tujuh Orang' (Kis 6:3).
5. Martir pertama gereja - Stefanus (Kis 7:60).
6. Gereja menerima seorang petobat baru yang luar biasa - Saulus dari Tarsus (Kis 9:1-19).
7. Gereja membuktikan kuasa doa.
o Persekutuan doa yang membuka pintu penjara. Kis 12:5
8. Gereja mengadakan sidangnya yang pertama yang di dalamnya kebebasan orang
bukan Yahudi dilindungi (Kis 15:19).
Penerapan
1.Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita apa yang harus dilaksanakan oleh gereja Perjanjian Baru:
o Pengajaran
o Persekutuan
o Pemecahan roti
o Kebaktian (doa-doa)
2. Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya persekutuan Kristen itu:
o Saling berbagi hidup dan memperhatikan
3. Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya pekerjaan misi dilaksanakan:
o Oleh setiap orang yang dipanggil oleh Allah - bukan suatu golongan elit tertentu
o Di bawah pimpinan Roh Kudus
o Mengunjungi tempat-tempat yang strategis
4. Kisah para Rasul mengingatkan kita bahwa Kristen yang sungguh-sungguh sekalipun, kadang-kadang berbeda pendapat dan berpisah.
o Paulus dan Barnabas mengambil sikap yang berbeda terhadap Yohanes Markus ketika ia meninggalkan mereka, tetapi perbedaan ini kemudian dipulihkan.
5. Kisah para Rasul memperkenalkan kita kepada para pemimpin pertama yang diangkat dalam gereja Kristen dan memberitahukan kepada kita apa persyaratan mereka.
Tema-tema Kunci
1. Bersaksi.Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi 'saksi' berhubungan dengan kata 'martir'.
Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita betapa tinggi harga yang harus dibayar
dalam bersaksi - Stefanus harus membayar dengan nyawanya dan kesaksian Petrus
dan Paulus menyebabkan mereka dipenjarakan.
Carilah ayat-ayat lain yang mengandung kata' saksi'. Bandingkan siksaan yang
diterima oleh Stefanus dengan kematian Kristus di kayu salib (Luk. 23:34; Kis. 7:60).
2. Pertobatan.
Kisah para Rasul mencatat sejumlah peristiwa pertobatan yang unik. Keempat
contoh di bawah ini memperlihatkan bagaimana Allah membawa laki-laki dan
perempuan kepadaNya dengan berbagai cara: O Sida-sida dari Etiopia yang dibawa
kepada Kristus melalui pembacaan Kitab Suci (Kis 8:30).
o Saulus dari Tarsus, yang hidupnya berubah secara tiba-tiba dan dramatis (Kis 9:1-19).
o Lidia, wanita yang taat beribadah, yang telah siap menerima Injil (Kis 16:14).
o Kepala penjara Filipi yang mencari keselamatan karena didorong oleh rasa takut
(Kis 16:29, 30).
Carilah ayat-ayat yang berhubungan dengan keempat pertobatan di atas serta
bandingkanlah cara-cara yang Allah pakai waktu itu dan sekarang untuk membawa
orang kepada-Nya.
3.Tim penginjilan.
Kita melihat di dalam Kisah para Rasul pola kerja misionaris. Paulus tidak saja
menetapkan tempat-tempat yang strategis dan berusaha menyebarkan kabar baik di
daerah sekelilingnya, tetapi ia juga mempunyai rekan penolong.
Perhatikanlah kampanye Paulus yang berbeda-beda dalam perjalanan misionarisnya
yang tercatat dalam Kisah para Rasul.
Garis Besar Intisari: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR Kis 1:1-26
Masa empat puluh hari dan sesudahnya:
Kis 1:1-11Janji tentang Roh Kudus
Kis 1:12-14Para murid yang menanti
Kis 1:15-2
[1] PENGANTAR Kis 1:1-26
Masa empat puluh hari dan sesudahnya:
Kis 1:1-11 | Janji tentang Roh Kudus |
Kis 1:12-14 | Para murid yang menanti |
Kis 1:15-26 | Penggantian Yudas |
[2] BERSAKSI DI YERUSALEM Kis 2:1-7:60
Kis 2:1-47 | Kuasa diberikan dan khotbah penuh kuasa |
Kis 3:1-26 | Mukjizat pertama yang dicatat dalam gereja mula-mula |
Kis 4:1-31 | Timbulnya kaum oposisi |
Kis 4:32-5:16 | Berkat dan cela |
Kis 5:17-42 | Lebih menaati Allah daripada manusia |
Kis 6:1-7:60 | Martir Kristen pertama |
[3] BERSAKSI DI SAMARIA Kis 8
[4] BERSAKSI DI TEMPAT YANG LEBIH JAUH Kis 9:1-13:3
Kis 9 | Pertobatan yang luar biasa |
Kis 10:1-11:30 | Mata Petrus terbuka |
Kis 12:1-2 | 5 Petrus ditangkap |
Kis 13:1-3 | Paulus dan Barnabas diutus |
[5] BERSAKSI SAMPAI KE UJUNG DUNIA Kis 13:4-28:31
Kis 13:4-15:35 | Perjalanan misionaris yang pertama |
o Siprus (Kis 13:4-12)
o Perga (Kis 13:13)
o Pisidia Antiokhia (Kis 13:14-52)
o Ikonium (Kis 14:1-6)
o Listra (Kis 14:6-20)
o Derbe (Kis 14:20-21)
o Sidang di Yerusalem (Kis 15:1-35)
Kis 15:36-18:22 | Perjalanan misionaris yang kedua |
o Paulus dan Barnabas berpisah (Kis 15:36-41)
o Paulus mengunjungi Listra (Kis 16:1-3)
o Berbagai kota di Asia Kecil (Kis 16:4-11)
o Filipi (Kis 16:12-40)
o Tesalonika (Kis 17:1-9)
o Berea (Kis 17:10-14)
o Atena(Kis 17:15-34)
o Korintus (Kis 18:1-17)
o Kembali ke Antiokhia
Kis 18:23-21:17 | Perjalanan misionaris yang ketiga |
o Paulus mengunjungi Efesus (Kis 18:23-19:40)
o Berangkat ke Yerusalem (Kis 20:1-16)
o Berpidato di depan para penatua di Efesus (Kis 20:17-38)
o dan akhirnya tiba di Yerusalem (Kis 21:1-17)
Kis 21:18-28:3 | Paulus berhadapan dengan para penguasa |
o Didakwa dan ditangkap (Kis 21:18-40)
o Membela diri (Kis 22-26)
o Dalam perjalanan ke Roma (Kis 27:1-28:15)
o Paulus masih berkhotbah (Kis 28:16-31)
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi