Teks -- 1 Petrus 1:1-20 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: 1Ptr 1:2 - RENCANA ALLAH.
Nas : 1Pet 1:2
Rencana ilahi (versi Inggris NIV -- "foreknowledge" -- pengetahuan
dari semula) harus dimengerti sebagai kasih dan tujuan abadi Alla...
Nas : 1Pet 1:2
Rencana ilahi (versi Inggris NIV -- "foreknowledge" -- pengetahuan dari semula) harus dimengerti sebagai kasih dan tujuan abadi Allah bagi umat-Nya, gereja
(lihat cat. --> Rom 8:29).
[atau ref. Rom 8:29]
"Yang dipilih" ialah himpunan orang percaya sejati, yang dipilih selaras dengan ketetapan Allah untuk menebus gereja-Nya dengan darah Yesus Kristus oleh karya pengudusan Roh Kudus
(lihat art. PEMILIHAN DAN PREDESTINASI).
Setiap orang percaya harus berpartisipasi dalam pemilihan mereka dengan bertekun menjadikan panggilan dan pemilihan mereka makin teguh
(lihat cat. --> 2Pet 1:5;
lihat cat. --> 2Pet 1:10).
[atau ref. 2Pet 1:5,10]
Full Life: 1Ptr 1:2 - YANG DIKUDUSKAN OLEH ROH.
Nas : 1Pet 1:2
Untuk pembahasan mengenai kehidupan pengudusan Kristen
lihat art. PENGUDUSAN.
Nas : 1Pet 1:3
Lihat art. PEMBAHARUAN.
Full Life: 1Ptr 1:5 - DIPELIHARA DALAM KEKUATAN ALLAH KARENA IMANMU.
Nas : 1Pet 1:5
Ayat ini menyajikan tiga kebenaran mengenai jaminan orang percaya,
sebuah berita yang relevan bagi pembaca surat ini karena banyak d...
Nas : 1Pet 1:5
Ayat ini menyajikan tiga kebenaran mengenai jaminan orang percaya, sebuah berita yang relevan bagi pembaca surat ini karena banyak di antaranya sedang menderita penganiayaan yang hebat.
- 1) Orang percaya "dipelihara (versi Inggris NIV -- "dilindungi") dalam kekuatan Allah" terhadap semua kekuasaan kejahatan yang hendak menghancurkan kehidupan dan keselamatan mereka dalam Kristus (2Tim 4:18; Yud 1:1,24; bd. Rom 8:31-39).
- 2) Syarat penting yang diperlukan untuk memperoleh perlindungan Allah
ini ialah "iman"
(lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).
Allah yang melindungi kita dengan kasih karunia-Nya tidaklah bekerja secara sewenang-wenang saja, karena hanya "karena iman" orang percaya dilindungi oleh kuasa Allah, seperti "karena iman" orang percaya itu selamat (Ef 2:8). Demikianlah, iman yang hidup di dalam Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah tanggung jawab kita sekarang untuk memiliki perlindungan Allah (ayat 1Pet 1:9; Yoh 15:4,6; Kol 1:23; 2Tim 3:14-15; 4:7; Wahy 3:8,10). - 3) Sasaran pokok perlindungan Allah oleh iman orang percaya adalah "keselamatan". Dalam hal ini keselamatan menunjuk kepada dimensi yang akan datang dari keselamatan (bd. Rom 1:16), yaitu memperoleh warisan di sorga (ayat 1Pet 1:4) dan "keselamatan jiwamu" (ayat 1Pet 1:9).
Full Life: 1Ptr 1:7 - MEMBUKTIKAN KEMURNIAN IMANMU.
Nas : 1Pet 1:7
Tema penderitaan ditekankan sepanjang surat ini (1Pet 2:19-23;
1Pet 3:14-17; 4:1-4,12-19; 5:10). Kita harus bersukacita dalam
pencob...
Nas : 1Pet 1:7
Tema penderitaan ditekankan sepanjang surat ini (1Pet 2:19-23; 1Pet 3:14-17; 4:1-4,12-19; 5:10). Kita harus bersukacita dalam pencobaan kita (ayat 1Pet 1:6) karena tetap setia kepada Kristus di tengah-tengah semua itu akan memurnikan iman kita dan menghasilkan pujian, kemuliaan dan hormat bagi kita dan bagi Tuhan Yesus pada saat kedatangan-Nya. Tuhan memandang ketabahan kita dalam pencobaan dan iman kita pada Kristus sebagai sesuatu yang sangat berharga bagi-Nya sepanjang kekekalan.
Full Life: 1Ptr 1:8 - BELUM PERNAH MELIHAT DIA, NAMUN KAMU MENGASIHI-NYA.
Nas : 1Pet 1:8
Allah memandang iman orang percaya dewasa ini lebih besar daripada
iman mereka yang dahulu melihat dan mendengar Yesus sendiri, pun ...
Nas : 1Pet 1:8
Allah memandang iman orang percaya dewasa ini lebih besar daripada iman mereka yang dahulu melihat dan mendengar Yesus sendiri, pun setelah Dia bangkit. Orang percaya sekarang, sekalipun belum pernah melihat-Nya, mengasihi dan percaya kepada-Nya. Menurut Yesus, ada berkat khusus bagi "mereka yang tidak melihat, namun percaya" (Yoh 20:29). Apabila kita hidup dengan iman, Allah mengaruniakan sukacita kepada kita (Mazm 16:11; Yoh 16:24; Rom 15:13; Gal 5:22).
Full Life: 1Ptr 1:11 - ROH KRISTUS, YANG ADA DI DALAM MEREKA.
Nas : 1Pet 1:11
Iman kita tidak hanya didasarkan pada Firman Allah dalam PB, tetapi
juga pada Firman Allah dalam PL. Roh Kudus melalui para nabi me...
Nas : 1Pet 1:11
Iman kita tidak hanya didasarkan pada Firman Allah dalam PB, tetapi juga pada Firman Allah dalam PL. Roh Kudus melalui para nabi menubuatkan penderitaan Kristus dan kemuliaan yang menyusul (Kej 49:10; Mazm 22:1-32; Yes 52:13-53:12; Dan 2:44; Za 9:9-10; 13:7; bd. Luk 24:26-27;
lihat cat. --> 2Pet 1:21;
[atau ref. 2Pet 1:21]
lihat art. KRISTUS DALAM PERJANJIAN LAMA).
Roh itu disebut "Roh Kristus" karena Dia berbicara mengenai Kristus melalui para nabi dan karena diri-Nya diutus dari Kristus (ayat 1Pet 1:11-12; bd. Yoh 16:7; 20:22; Kis 2:33).
Full Life: 1Ptr 1:12 - DIBERITAKAN ... OLEH ROH KUDUS.
Nas : 1Pet 1:12
Roh yang mengilhami para nabi PL (ayat 1Pet 1:11) juga telah
mengilhami kebenaran Injil; demikianlah, berita itu berasal dari Allah...
Nas : 1Pet 1:12
Roh yang mengilhami para nabi PL (ayat 1Pet 1:11) juga telah mengilhami kebenaran Injil; demikianlah, berita itu berasal dari Allah dan bukan manusia. Pada hari Pentakosta, Roh yang sama yang mengilhami kebenaran Injil itu mulai memberikan kuasa kepada semua orang percaya untuk menyampaikan berita itu (Kis 1:8; 2:4).
Full Life: 1Ptr 1:14 - JANGAN TURUTI HAWA NAFSU
Nas : 1Pet 1:14
(versi Inggris NIV -- "jangan menjadi serupa").
Lihat cat. --> Rom 12:2.
[atau ref. Rom 12:2]
Full Life: 1Ptr 1:16 - KUDUSLAH KAMU.
Nas : 1Pet 1:16
Allah itu kudus, dan apa yang berlaku bagi Allah juga harus berlaku
bagi umat-Nya. Kekudusan mengandung pengertian terpisah dari ca...
Nas : 1Pet 1:16
Allah itu kudus, dan apa yang berlaku bagi Allah juga harus berlaku bagi umat-Nya. Kekudusan mengandung pengertian terpisah dari cara-cara fasik dunia dan dipisahkan untuk mengasihi, melayani, dan menyembah Allah (lih. Im 11:44). Kekudusan adalah sasaran dan maksud pemilihan kita di dalam Kristus (Ef 1:4); itu berarti menjadi serupa dengan Allah dan mengabdi kepada-Nya, sementara hidup untuk menyenangkan-Nya (Rom 12:1; Ef 1:4; 2:10; 1Yoh 3:2-3;
lihat cat. --> Ibr 12:14).
[atau ref. Ibr 12:14]
Kekudusan diperoleh melalui Roh Allah yang menyucikan jiwa kita dari dosa, memperbarui kita menjadi serupa dengan Kristus, dan memungkinkan kita melalui pemasukan kasih karunia untuk menaati Allah sesuai dengan Firman-Nya (Gal 5:16,22-23,25; Kol 3:10; Tit 3:5; 2Pet 1:9). Untuk pembahasan selanjutnya mengenai kekudusan sebagai gaya hidup
lihat art. PENGUDUSAN.
Full Life: 1Ptr 1:17 - DIA YANG ... MENGHAKIMI.
Nas : 1Pet 1:17
Lihat art. PENGADILAN ORANG PERCAYA.
Nas : 1Pet 1:17
Lihat art. PENGADILAN ORANG PERCAYA.
Full Life: 1Ptr 1:17 - DALAM KETAKUTAN.
Nas : 1Pet 1:17
Lihat cat. --> Kis 5:11;
lihat cat. --> Kis 9:31;
lihat cat. --> Rom 3:18;
lihat cat. --> Fili 2:1...
Full Life: 1Ptr 1:18 - TELAH DITEBUS.
Nas : 1Pet 1:18
Lihat art. KATA-KATA ALKITABIAH UNTUK KESELAMATAN.
Nas : 1Pet 1:18
Lihat art. KATA-KATA ALKITABIAH UNTUK KESELAMATAN.
Full Life: 1Ptr 1:19 - DARAH YANG MAHAL, YAITU DARAH KRISTUS.
Nas : 1Pet 1:19
Alkitab dengan jelas mengemukakan kematian Kristus sebagai korban
yang memperoleh penebusan orang percaya, yaitu pembebasan dari pe...
BIS -> 1Ptr 1:11
BIS: 1Ptr 1:11 - bagaimana dan kapan hal itu akan terjadi bagaimana dan kapan hal itu akan terjadi: atau siapa orang itu dan kapan Dia akan datang.
bagaimana dan kapan hal itu akan terjadi: atau siapa orang itu dan kapan Dia akan datang.
Jerusalem: 1Ptr 1:1 - pendatang Bumi adalah milik Allah (Maz 24:1), sehingga manusia hidup di situ sebagai seorang pendatang (Ima 25:23) yang hanya "lewat" oleh karena harus meningga...
Bumi adalah milik Allah (Maz 24:1), sehingga manusia hidup di situ sebagai seorang pendatang (Ima 25:23) yang hanya "lewat" oleh karena harus meninggalkannya waktu meninggal (Maz 39:13 dst; Maz 119:19; 1Ta 29:10-15). Setelah kebangkitan orang mati dipercaya (2Ma 7:9,11,14,23,29; Dan 12:2-3) gagasan "pendatang" disempurnakan: tanah air manusia ada di sorga (Fili 3:20; Kol 3:1-4; Ibr 11:8-16; 13:14) dan sebagai orang asing ia hidup di dunia "dalam pembuangan" (paroike=paroki, 1Pe 1:17; 2Ko 5:1-8) di tengah-tengah orang bukan Kristen yang kebejatannya perlu dijauhi (1Pe 2:11; 4:2-4) sama seperti orang-orang Yahudi hidup dalam "perantauan"
Jerusalem: 1Ptr 1:1 - yang tersebar Yunani: diaspora=perantauan. Maksudnya: orang-orang Yahudi perantauan yang masuk Kristen, Yak 1:1+, atau pada umumnya orang-orang Kristen yang hidup d...
Jerusalem: 1Ptr 1:2 - -- Perhatikanlah bahwa ketiga diri ilahi disebut, bdk 2Ko 13:13+. Dalam ayat-ayat yang menyusul dikatakan lebih lanjut tentang Bapa, 1Pe 1:3-5, Anak, 1Pe...
Perhatikanlah bahwa ketiga diri ilahi disebut, bdk 2Ko 13:13+. Dalam ayat-ayat yang menyusul dikatakan lebih lanjut tentang Bapa, 1Pe 1:3-5, Anak, 1Pe 1:6-7, dan Roh Kudus, 1Pe 1:10-12. 1Pe 1:2 ini menyinggung upacara pengikatan perjanjian, Kel 24;6-8: Umat berjanji akan menaati perintah-perintah Allah (1Pe 1:7) dan untuk meneguhkan perjanjian itu Musa memerciki umat dengan darah korban-korban (1Pe 1:8). Mengenai pemakaian nas Keluaran ini oleh orang-orang Kristen, bdk Ibr 9:18 dst; Mat 26:28.
Jerusalem: 1Ptr 1:3 - Terpujilah Allah Rumus berkat-pujian ini diambil alih dari Perjanjian Lama, Kej 14:20; Luk 1:68; Rom 1:25; 2Ko 11:31, tetapi diberi ciri Kristen, Rom 9:5; 2Ko 1:3; Efe...
Jerusalem: 1Ptr 1:5 - zaman akhir Ialah tahap terakhir dalam sejarah penyelamatan. Tahap itu sudah dimulai oleh Yesus, 1Pe 1:20, dan akan diselesaikan waktu Tuhan Kristus "menyatakan d...
Ialah tahap terakhir dalam sejarah penyelamatan. Tahap itu sudah dimulai oleh Yesus, 1Pe 1:20, dan akan diselesaikan waktu Tuhan Kristus "menyatakan diri", 1Pe 1:7,13; 4:13; 5:1; 1Ko 1:7-8+, yaitu pada saat kedatanganNya, ParusiaNya, Yak 5:8+; bdk Mar 1:15+.
Jerusalem: 1Ptr 1:9 - keselamatan jiwamu Jiwamu ialah kamu sendiri, 1Pe 1:22; 2:11; bdk 1Ko 15:44+. Di tengah-tengah berbagai-bagai kesusahan, 1Pe 1:6, orang Kristen karena percaya kepada Kri...
Jiwamu ialah kamu sendiri, 1Pe 1:22; 2:11; bdk 1Ko 15:44+. Di tengah-tengah berbagai-bagai kesusahan, 1Pe 1:6, orang Kristen karena percaya kepada Kristus dan mengasihiNya mempunyai kepastian yang menggembirakan, bahwa Allah menyimpan keselamatan bagi mereka.
Jerusalem: 1Ptr 1:10-12 - -- Tugas para nabi ialah menubuatkan misteri Kristus, 1Pe 1:10. Mereka diinspirasikan oleh Roh Kudus, 1Pe 1:11; bdk 1Ko 10:1-11+; Luk 24:27,44. Begitu pu...
Tugas para nabi ialah menubuatkan misteri Kristus, 1Pe 1:10. Mereka diinspirasikan oleh Roh Kudus, 1Pe 1:11; bdk 1Ko 10:1-11+; Luk 24:27,44. Begitu pula pemberitaan rasuli diinspirasikan Roh Kudus, 1Pe 1:12. Kedua Perjanjian ternyata bersatu.
Jerusalem: 1Ptr 1:14 - kebodohanmu Ialah "ketidak-tahuanmu". para pembaca sudah pindah dari kejahilan kepada pengetahuan tentang Allah, Maz 78:6; Yer 10:25; 1Te 4:5; dll, lalu kelakuan ...
Ialah "ketidak-tahuanmu". para pembaca sudah pindah dari kejahilan kepada pengetahuan tentang Allah, Maz 78:6; Yer 10:25; 1Te 4:5; dll, lalu kelakuan mereka berubah sama sekali, 1Pe 1:18; Efe 4:17-19.
Jerusalem: 1Ptr 1:15 - kudus Manusia perlu menuruti kekudusan Allah (Ima 19:15). Yesus menegaskan bahwa dengan mengasihi sesama manusia orang mengikuti teladan Allah, membedakan d...
Manusia perlu menuruti kekudusan Allah (Ima 19:15). Yesus menegaskan bahwa dengan mengasihi sesama manusia orang mengikuti teladan Allah, membedakan diri dengan orang yang tidak mengenal Allah, lalu menjadi anak Allah (Mat 5:43-48) dsj. Tetapi dari manakah kekuatan yang diperlukan? Tradisi rasuli membalikkan urutan tsb: oleh karena menjadi anak Allah (1Pe 1:14-16; 1Yo 3:2-10; Efe 5:1 dst). Sebab Allah adalah kasih, 1Yo 4:8, dan menjadi pokok pangkal perbuatan-perbuatan kita. Menurut pandangan Paulus mengikuti teladan Allah berarti memulihkan ciptaan, Kol 3:10-13; Efe 4:24.
Jerusalem: 1Ptr 1:19 - -- Terjemahan lain: melainkan dengan darah Kristus yang mahal, yaitu anak domba yang tidak bernoda dan tidak bercacat itu.
Terjemahan lain: melainkan dengan darah Kristus yang mahal, yaitu anak domba yang tidak bernoda dan tidak bercacat itu.
Ende: 1Ptr 1:1 - Orang-orang pendatang adalah sebutan lazim dalam Geredja purba, jang
dikenakan kepada segala orang kristen jang masih mengembara djauh dari tanah
airnja: surga. Orang krist...
adalah sebutan lazim dalam Geredja purba, jang dikenakan kepada segala orang kristen jang masih mengembara djauh dari tanah airnja: surga. Orang kristen dalam ajat ini dimaksudkan mereka jang mendiami 5 daerah besar di Asia Ketjil: Pontus, Galatia, Kapadosia, Asia dan Bitinia.
Ende: 1Ptr 1:3 - karena kebangkitanNja.... memperanakkan .... Kehidupan dan pengharapan
seorang kristen adalah kurnia jang diperoleh berkat kebangkitan Kristus.
Kehidupan dan pengharapan seorang kristen adalah kurnia jang diperoleh berkat kebangkitan Kristus.
Ende: 1Ptr 1:11 - Mereka menanjakan diri.... Nubuat para nabi berhubungan dengan suasana
sekitar penebusan umat manusia. Dalam suasana sekitar itu termasuk djuga
penderitaan dan kemuliaan Kristus...
Nubuat para nabi berhubungan dengan suasana sekitar penebusan umat manusia. Dalam suasana sekitar itu termasuk djuga penderitaan dan kemuliaan Kristus.
Ende: 1Ptr 1:12 - Perkara-perkara jang malah para Malaekat.... Orang serani harus bangga akan
imannja. Para nabi Perdjandjian Lama dan para malaekat rindu menjelamatkan
rahasia itu, tetapi mereka sendiri tak menik...
Orang serani harus bangga akan imannja. Para nabi Perdjandjian Lama dan para malaekat rindu menjelamatkan rahasia itu, tetapi mereka sendiri tak menikmati masa kedatangan Penebus.
Ende: 1Ptr 1:14 - Belum berpengetahuan Waktu belum mengenal iman jang benar, manusia itu
mendjalankan praktek-praktek orang kafir.
Waktu belum mengenal iman jang benar, manusia itu mendjalankan praktek-praktek orang kafir.
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:1 - Yesus Kristus // orang-orang pendatang // yang tersebar // di Pontus // Galatia // dan Bitinia · Yesus Kristus: 2Pet 1:1
· orang-orang pendatang: Ibr 11:13; Ibr 11:13
· yang tersebar: Yak 1:1; Yak 1:1
· di Pontus: K...
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:2 - yang dipilih // dengan rencana // oleh Roh // supaya taat // percikan darah-Nya // makin melimpah · yang dipilih: Mat 24:22
· dengan rencana: Rom 8:29
· oleh Roh: 2Tes 2:13
· supaya taat: 1Pet 1:14,22
· percikan d...
· yang dipilih: Mat 24:22
· dengan rencana: Rom 8:29
· oleh Roh: 2Tes 2:13
· supaya taat: 1Pet 1:14,22
· percikan darah-Nya: Ibr 10:22; 12:24
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:3 - Yesus Kristus // karena rahmat-Nya // kita kembali // orang mati // penuh pengharapan · Yesus Kristus: 2Kor 1:3; Ef 1:3
· karena rahmat-Nya: Tit 3:5
· kita kembali: 1Pet 1:23; Yoh 1:13; Yoh 1:13
· orang mati...
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:4 - suatu bagian // dapat layu // bagi kamu · suatu bagian: Kis 20:32; Kis 20:32; Rom 8:17; Rom 8:17
· dapat layu: 1Pet 5:4
· bagi kamu: Kol 1:5; 2Tim 4:8
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:5 - dalam kekuatan // menantikan keselamatan // untuk dinyatakan · dalam kekuatan: 1Sam 2:9; Yoh 10:28
· menantikan keselamatan: Rom 11:14; Rom 11:14
· untuk dinyatakan: Rom 8:18; Rom 8:18
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:6 - Bergembiralah // kamu seketika // berbagai-bagai pencobaan · Bergembiralah: Rom 5:2
· kamu seketika: 1Pet 5:10
· berbagai-bagai pencobaan: Yak 1:2; 1Pet 4:12
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:7 - diuji kemurniannya // dengan api // dan kehormatan // Kristus menyatakan · diuji kemurniannya: Yak 1:3
· dengan api: Ayub 23:10; Mazm 66:10; Ams 17:3; Yes 48:10
· dan kehormatan: 2Kor 4:17
· Kris...
· diuji kemurniannya: Yak 1:3
· dengan api: Ayub 23:10; Mazm 66:10; Ams 17:3; Yes 48:10
· dan kehormatan: 2Kor 4:17
· Kristus menyatakan: 1Pet 1:13; 1Tes 2:19; [Lihat FULL. 1Tes 2:19]; 1Pet 4:13
· keselamatan jiwamu: Rom 6:22
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:10 - dan diteliti // telah bernubuat // diuntukkan bagimu · dan diteliti: Mat 13:17; Mat 13:17
· telah bernubuat: Mat 26:24; Mat 26:24
· diuntukkan bagimu: 1Pet 1:13
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:11 - Roh Kristus // memberi kesaksian · Roh Kristus: Kis 16:7; Kis 16:7; 2Pet 1:21
· memberi kesaksian: Mat 26:24; Mat 26:24
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:12 - melayani kamu // kepada kamu // dari sorga · melayani kamu: Rom 4:24; Rom 4:24
· kepada kamu: 1Pet 1:25
· dari sorga: Luk 24:49; Luk 24:49
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:13 - budimu, waspadalah // letakkanlah pengharapanmu // dianugerahkan kepadamu // waktu penyataan · budimu, waspadalah: Kis 24:25; Kis 24:25
· letakkanlah pengharapanmu: 1Pet 1:3,21; Ibr 3:6; Ibr 3:6
· dianugerahkan kepadamu:...
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:14 - yang taat // jangan turuti // waktu kebodohanmu · yang taat: 1Pet 1:2,22
· jangan turuti: Rom 12:2
· waktu kebodohanmu: Ef 4:18
· Aku kudus: Im 11:44,45; 19:2; 20:7
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:17 - menyebut-Nya Bapa // memandang muka // menurut perbuatannya // dalam ketakutan // kamu menumpang · menyebut-Nya Bapa: Mat 6:9; Mat 6:9
· memandang muka: Kis 10:34; Kis 10:34
· menurut perbuatannya: Mat 16:27; Mat 16:27
&mid...
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:18 - telah ditebus // cara hidupmu · telah ditebus: Mat 20:28; Mat 20:28; 1Kor 6:20; 1Kor 6:20
· cara hidupmu: Gal 4:3
Ref. Silang FULL: 1Ptr 1:19 - dengan darah // anak domba // tak bercacat · dengan darah: Rom 3:25; Rom 3:25
· anak domba: Yoh 1:29; Yoh 1:29
· tak bercacat: Kel 12:5
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: 1Ptr 1:1-2 - Salam Pembuka
Setelah diberikan salam pembuka dari penulis (ay. 1), orang-orang Kristen diajar bagaimana mereka harus berperilaku apabila Rasul Petrus menjelask...
- Setelah diberikan salam pembuka dari penulis (ay. 1), orang-orang Kristen diajar bagaimana mereka harus berperilaku apabila Rasul Petrus menjelaskan siapa orang-orang yang disuratinya, dan memberi mereka salam (ay. 1-2), dan memuji Allah atas kelahiran baru mereka sehingga memiliki pengharapan yang nyata akan keselamatan kekal (ay. 3-5). Dalam harapan akan keselamatan ini, ia menunjukkan bahwa mereka memiliki banyak alasan untuk bersukacita, meskipun untuk sementara waktu mereka sedang berdukacita dan menderita karena iman mereka sedang diuji. Ujian ini akan menghasilkan kegembiraan yang tidak terkatakan dan penuh dengan kemuliaan (ay. 6-9). Inilah keselamatan yang dinubuatkan nabi-nabi di zaman dulu dan yang ingin diketahui oleh para malaikat (ay. 10-12). Ia menasihati mereka supaya waspada dan hidup kudus, yang ia tekankan dengan mempertimbangkan darah Yesus, yang merupakan harga penebusan manusia yang tak ternilai (ay. 13-21). Ia juga menasihati supaya mereka menjalin kasih persaudaraan, mengingat mereka sudah lahir baru dan betapa luhurnya keadaan rohani mereka (ay. 22-25).
Salam Pembuka (1:1-2)
- Dalam salam pembuka ini kita mendapati tiga bagian:
- I. Penulisnya, yang dijelaskan,
- 1. Dengan namanya, yaitu Petrus. Nama depannya adalah Simon, dan Yesus Kristus memberinya nama belakang Petrus, yang berarti batu, sebagai pujian bagi imannya, dan untuk menunjukkan bahwa ia akan menjadi sokoguru terkemuka dalam jemaat Allah (Gal. 2:9).
- 2. Dengan jabatannya, yaitu rasul Yesus Kristus. Kata rasul berarti seorang yang diutus, wakil, utusan, siapa saja yang diutus dalam nama Kristus dan melakukan pekerjaan-Nya. Tetapi secara lebih khusus kata rasul menandakan jabatan tertinggi dalam jemaat Kristen. Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul (1Kor. 12:28). Martabat dan keutamaan mereka terdapat pada hal-hal ini: Mereka langsung dipilih oleh Kristus sendiri, mereka adalah yang pertama-tama menyaksikan, dan kemudian memberitakan, kebangkitan Kristus, dan demikian seluruh tatanan Injil. Karunia-karunia mereka sangat luhur dan luar biasa. Mereka memiliki kuasa mengadakan mujizat, bukan setiap saat, melainkan apabila Kristus menghendakinya. Mereka dipimpin ke dalam seluruh kebenaran, dikaruniai roh nubuat, dan memiliki tingkat kekuasaan dan kewenangan hukum melampaui semua orang lain. Setiap rasul adalah uskup untuk semua jemaat, dan atas semua hamba Tuhan. Dengan cara yang merendah ini Petrus,
- (1) Menegaskan sifatnya sendiri sebagai seorang rasul. Dari sini amatilah, orang boleh mengakui, dan kadang-kadang harus menegaskan, karunia-karunia dan anugerah-anugerah yang diberikan Allah kepadanya. Mengaku-ngaku memiliki apa yang tidak kita miliki berarti munafik. Akan tetapi, menyangkali apa yang kita miliki berarti tidak tahu berterima kasih.
- (2) Ia menyebutkan bahwa tugasnya sebagai rasul merupakan mandat dan panggilannya untuk menulis surat rasuli ini kepada orang-orang ini. Perhatikanlah, sudah menjadi kepedulian kita, tetapi terutama kepedulian hamba-hamba Tuhan, untuk merenungkan baik-baik mandat dan panggilan mereka dari Allah bagi pekerjaan mereka. Ini akan membenarkan siapa mereka di hadapan orang lain, dan memberi mereka dukungan serta penghiburan batin dalam menghadapi semua bahaya dan perasaan tawar hati.
- II. Siapa orang-orang yang dikirimi surat rasuli ini. Mereka digambarkan,
- 1. Dengan keadaan lahiriah mereka, yaitu Orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, dst. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang Yahudi, keturunan orang-orang Yahudi (menurut pendapat Dr. Prideaux) yang kembali dari Babel, atas perintah Antiokhus raja Aram, sekitar dua ratus tahun sebelum kedatangan Kristus, dan ditempatkan di kota-kota Asia Kecil. Besar kemungkinan bahwa rasul kita sudah tinggal di antara mereka, dan mempertobatkan mereka, sebagai rasul untuk orang-orang bersunat. Dan bahwa kemudian ia menulis surat ini kepada mereka dari Babel, di mana banyak orang Yahudi tinggal pada waktu itu. Pada saat itu, mereka berada dalam keadaan yang miskin dan menderita.
- (1) Hamba-hamba Allah yang terbaik bisa saja, dalam masa susah dan oleh karena pemeliharaan ilahi, terserak, dan terpaksa meninggalkan negeri asal mereka. Orang-orang yang bagi mereka dunia ini tidak layak sudah dipaksa mengembara di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung.
- (2) Kita harus memberi perhatian khusus kepada hamba-hamba Allah yang teraniaya dan terpencar. Mereka inilah yang secara khusus mendapat perhatian dan belas kasihan Rasul Petrus ini. Kita harus memberi perhatian yang seimbang terhadap orang-orang kudus, bahwa mereka itu merupakan orang-orang luhur tetapi juga mempunyai kebutuhan.
- (3) Nilai orang baik tidak boleh ditaksir berdasarkan keadaan lahiriah mereka pada saat ini. Di sini ada sekumpulan orang yang unggul, yang dikasihi Allah, namun mereka merupakan orang-orang asing, terpencar dan miskin di dunia. Mata Allah senantiasa tertuju pada mereka dalam keadaan mereka yang terpencar, dan Rasul Petrus dengan penuh kelembutan memberi perhatian dengan menulis kepada mereka untuk membimbing dan menghibur mereka.
- 2. Mereka digambarkan melalui keadaan rohani mereka: orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dst. Orang-orang asing yang malang ini, yang tertindas dan dibenci di dunia, bernilai tinggi di mata Allah yang Mahabesar, dan ada dalam keadaan paling terhormat yang pernah dapat diduduki manusia selama hidup ini. Sebab mereka adalah,
- (1) Orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita. Pemilihan dibuat entah untuk suatu jabatan: demikianlah Saul merupakan orang yang dipilih TUHAN untuk menjadi raja (1Sam. 10:24), dan Tuhan kita berkata kepada para rasul-Nya, Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? (Yoh. 6:70). Atau, pemilihan dibuat dalam rangka pendirian bangsa-jemaat, untuk menikmati hak-hak istimewa tertentu: demikianlah Israel merupakan umat pilihan Allah (Ul. 7:6), sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya. Atau pemilihan dibuat untuk memperoleh keselamatan kekal: Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. Inilah pemilihan yang dibicarakan di sini, yang berarti ketetapan atau keputusan Allah yang penuh anugerah untuk menyelamatkan sebagian orang, dan membawa mereka, melalui Kristus, dengan sarana yang tepat, kepada hidup yang kekal.
- [1] Pemilihan ini dikatakan sesuai dengan rencana Allah.
- Rencana di sini dapat dipahami dalam dua cara: Pertama, sebagai pengetahuan, penglihatan, atau pengertian yang dibuat sebelum sesuatu terjadi, dan bahwa sesuatu hal itu akan terjadi. Demikianlah ahli matematika sudah mengetahui dengan pasti sebelumnya bahwa pada waktu tertentu akan terjadi gerhana. Pengetahuan yang dimiliki sebelumnya semacam ini ada pada Allah, yang hanya dengan satu pandangan yang penuh kuasa melihat segala sesuatu yang pernah ada, yang sekarang ada, dan yang akan pernah ada. Tetapi “pra-pengetahuan” seperti itu bukanlah penyebab mengapa suatu hal begini atau begitu, meskipun hal itu pasti akan terjadi, seperti halnya ahli matematika yang sudah memperkirakan gerhana tidak lantas menyebabkan gerhana itu terjadi. Kedua, rencana kadang-kadang berarti keputusan, ketetapan, dan persetujuan. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya (Kis. 2:23). Kematian Kristus bukan hanya sudah diketahui jauh sebelum terjadi, tetapi juga sudah ditetapkan, seperti dalam ayat 20. Dengan mengambil makna ini, maka pengertian di sini adalah, dipilih sesuai dengan keputusan, ketetapan, dan anugerah Allah yang cuma-cuma.
- [2] Ditambahkan di situ, sesuai dengan rencana Allah Bapa kita. Yang harus kita pahami dengan Bapa di sini adalah Pribadi pertama dari Tritunggal yang terpuji. Di antara ketiga Pribadi itu ada suatu urutan, meskipun tidak ada keunggulan satu di atas yang lain. Ketiganya setara dalam kuasa dan kemuliaan, dan ada tata laksana yang disepakati dalam pekerjaan-pekerjaan Mereka. Dengan demikian, dalam perkara penebusan manusia, hal pemilihan lebih terutama dikaitkan dengan Bapa, seperti halnya hal pendamaian dikaitkan dengan Anak, dan hal pengudusan dikaitkan dengan Roh Kudus, meskipun dalam setiap hal ini, satu Pribadi tidak sepenuhnya mengambil kepentingan sendiri sehingga mengecualikan dua Pribadi lain. Dengan ini Pribadi-Pribadi dalam Tritunggal dinyatakan secara lebih jelas kepada kita, dan kita diajar apa kewajiban-kewajiban kita terhadap masing-masing Pribadi itu.
- (2) Mereka dipilih dan dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Tujuan dan hasil akhir dari pemilihan adalah kehidupan kekal dan keselamatan. Akan tetapi, sebelum hal ini tercapai, setiap orang yang dipilih harus dikuduskan oleh Roh, dan dibenarkan oleh darah Yesus. Ketetapan Allah atas keselamatan manusia selalu bekerja melalui pengudusan Roh dan percikan darah Yesus. Yang harus dipahami dengan pengudusan di sini bukanlah sesuatu yang bersifat upacara saja, tetapi benar-benar nyata, yang dimulai dengan pembaharuan hidup atau lahir baru. Dengan pembaharuan hidup ini kita diperbaharui menurut gambar Allah dan dijadikan ciptaan baru, dan terus dibimbing untuk hidup kudus sehari-hari, dengan semakin mematikan dosa-dosa kita, dan hidup bagi Allah dalam segala kewajiban hidup sebagai seorang Kristen. Di sini kesemuanya ini dirangkum dalam satu kata, ketaatan, yang mencakup semua kewajiban kristiani. Yang dimaksud Rasul Petrus dengan Roh di sini, menurut sebagian orang, adalah roh manusia, bagian dari manusia yang menjadi sasaran untuk dikuduskan. Pengudusan di bawah hukum Taurat atau yang menjadi perlambangan saja, tidak bekerja lebih jauh daripada menyucikan tubuh jasmani, tetapi cara pengudusan kristiani berdampak pada roh manusia, dan menyucikannya. Sebagian orang lain lagi, dengan alasan yang lebih baik, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan roh di sini adalah Roh Kudus, pelaku pengudusan. Ia memperbaharui pikiran, mematikan dosa-dosa kita (Rm. 8:13), dan menghasilkan buah-buah-Nya yang mulia dalam hati orang-orang Kristen (Gal. 5:22-23). Pengudusan oleh Roh ini menyiratkan adanya penggunaan sarana. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran (Yoh. 17:17). Supaya taat. Kata taat ini, seperti yang ditunjukkan dalam terjemahan kita, merujuk pada apa yang dikatakan sebelumnya, dan menandakan tujuan pengudusan, yaitu untuk membawa orang-orang berdosa yang memberontak supaya taat lagi, supaya taat sepenuhnya, taat pada kebenaran dan Injil Kristus: Kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran melalui Roh (ay. 22).
- (3) Mereka juga dipilih untuk menerima percikan darah Yesus. Mereka dirancang oleh ketetapan Allah untuk dikuduskan oleh Roh, dan disucikan oleh jasa dan darah Kristus. Di sini ada rujukan jelas pada pemercikan darah sebagai perlambang dalam hukum Taurat, yang bahasanya dipahami betul oleh orang-orang Yahudi yang sudah bertobat ini. Darah hewan-hewan korban tidak saja harus ditumpahkan tetapi juga dipercikkan, untuk menandakan bahwa keuntungan-keuntungan yang dimaksudkan dengannya diterapkan dan diperhitungkan kepada orang-orang yang memberikan persembahan itu. Demikian pula darah Kristus, korban yang agung dan maha-mencukupi, yang diperlambangkan oleh korban-korban hukum Taurat sebelumnya, tidak hanya ditumpahkan, tetapi juga harus dipercikkan dan diberikan kepada tiap-tiap orang Kristen yang dipilih ini, supaya karena iman dalam darah-Nya mereka mendapat pengampunan dosa (Rm. 3:25). Percikan darah ini membuat kita dibenarkan di hadapan Allah (Rm. 5:9), memeteraikan perjanjian antara Allah dan kita, yang diperlambangkan oleh Perjamuan Tuhan (Luk. 22:20). Percikan darah ini juga menyucikan kita dari segala dosa (1Yoh. 1:7), dan memberi jalan masuk kepada kita ke sorga (Ibr. 10:19). Perhatikanlah,
- [1] Allah telah memilih sebagian orang untuk hidup kekal, sebagian saja, bukan semua. Yang dipilih itu orang, dan tidak berdasarkan orang itu layak atau tidak.
- [2] Semua orang yang dipilih untuk hidup kekal sebagai tujuan akhirnya dipilih untuk taat sebagai jalan menuju ke sana.
- [3] Kecuali orang dikuduskan oleh Roh, dan diperciki oleh darah Yesus, tidak akan ada ketaatan yang sesungguhnya di dalam hidup.
- [4] Ada kesepakatan dan kerja sama di antara semua Pribadi Tritunggal dalam urusan keselamatan manusia, dan tindakan-tindakan Mereka sepadan satu dengan yang lain: siapa saja yang dipilih oleh Bapa, dikuduskan oleh Roh supaya taat, dan ditebus oleh Anak serta diperciki dengan darah-Nya.
- [5] Ajaran Tritunggal merupakan dasar dari semua agama wahyu. Jika kita menolak keilahian Anak dan Roh Kudus, maka kita membuat penebusan oleh yang satu dan pekerjaan-pekerjaan anugerah oleh yang lain tidak berlaku, dan dengan demikian menghancurkan dasar yang akan membuat kita sendiri aman dan terhibur.
- III. Salam kepada orang-orang yang disurati oleh Rasul Petrus: Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu. Berkat-berkat yang diinginkan untuk mereka adalah kasih karunia dan damai sejahtera.
- 1. Kasih karunia, yaitu perkenanan Allah yang cuma-cuma, beserta semua dampaknya yang semestinya, yang mengampuni, menyembuhkan, menolong, dan menyelamatkan.
- 2. Damai sejahtera. Segala macam kedamaian mungkin dimaksudkan di sini, kedamaian dalam rumah tangga, masyarakat, jemaat, dan kedamaian dalam batin dengan Allah, beserta perasaan damai dalam hati nurani kita sendiri.
- 3. Di sini ada permohonan atau doa, dalam hubungannya dengan berkat kasih karunia dan damai sejahtera ini, yaitu supaya berkat-berkat itu makin melimpah. Ini menyiratkan bahwa mereka sedikit banyak sudah memiliki berkat-berkat ini, dan ia berharap supaya berkat-berkat itu terus mengalir, makin bertambah, dan menjadi sempurna. Amatilah,
- (1) Mereka yang memiliki berkat-berkat rohani dalam jiwa mereka sendiri pasti sungguh-sungguh menginginkan berkat-berkat yang sama itu diberikan kepada orang lain. Kasih karunia Allah merupakan suatu hal yang membuat orang murah hati, bukan mementingkan diri.
- (2) Berkat-berkat terbaik yang dapat kita inginkan bagi diri kita sendiri, atau bagi satu sama lain, adalah kasih karunia dan damai sejahtera, beserta kelimpahannya. Oleh karena itulah para rasul sering kali menjadikan hal ini sebagai doa mereka di awal dan akhir surat rasuli mereka.
- (3) Kedamaian yang teguh tidak dapat dinikmati apabila tidak ada kasih karunia sejati. Pertama-tama kasih karunia, kemudian damai sejahtera. Damai sejahtera tanpa kasih karunia hanyalah kebodohan. Tetapi kasih karunia bisa saja nyata walaupun untuk sementara waktu tidak ada damai sejahtera yang terwujud. Seperti Heman yang terganggu oleh kengerian, dan Kristus yang pernah mengalami sengsara mengerikan.
- (4) Bertambahnya kasih karunia dan damai sejahtera, dan juga diberikannya kasih karunia dan damai sejahtera itu untuk pertama kali, berasal dari Allah. Apabila Allah memberikan kasih karunia sejati, Ia akan memberikan lebih banyak lagi. Dan setiap orang baik pasti sungguh-sungguh menginginkan perkembangan dan kelimpahan dari berkat-berkat ini dalam dirinya sendiri dan orang lain.
Matthew Henry: 1Ptr 1:3-5 - Hak-hak Istimewa Orang Kristen Hak-hak Istimewa Orang Kristen (1:3-5)
Sekarang kita sampai pada isi surat rasuli ini, yang dimulai dengan,
I. Ucapan selamat atas martabat ...
Hak-hak Istimewa Orang Kristen (1:3-5)
- Sekarang kita sampai pada isi surat rasuli ini, yang dimulai dengan,
- I. Ucapan selamat atas martabat dan kebahagiaan yang dialami orang-orang percaya ini, yang dinyatakan dalam bentuk ucapan syukur kepada Allah. Surat-surat rasuli lain juga dimulai dengan cara serupa (2Kor. 1:3; Ef. 1:3). Di sini kita mendapati,
- 1. Kewajiban yang dijalankan, yaitu memuji Allah. Manusia memuji Allah dengan mengakui sebagaimana mestinya keunggulan dan keterpujian-Nya.
- 2. Pribadi yang mendapat pujian ini digambarkan melalui hubungan-Nya dengan Yesus Kristus: Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Di sini ada tiga nama untuk satu Pribadi, yang menunjukkan jabatan rangkap tiga yang dimiliki-Nya.
- (1) Dia adalah Tuhan, Raja atau Penguasa berdaulat atas segala sesuatu.
- (2) Yesus, Imam atau Juruselamat.
- (3) Kristus, Nabi, yang diurapi dengan Roh dan diperlengkapi dengan segala karunia yang diperlukan untuk mengajar, membimbing, dan menyelamatkan jemaat-Nya. Allah ini, yang demikian terpuji, adalah Allah Kristus menurut kodrat manusiawi-Nya, dan Bapa-Nya menurut kodrat ilahi-Nya.
- 3. Alasan-alasan yang mengharuskan kita untuk menjalankan kewajiban memuji Allah. Semua alasan ini dirangkum dalam satu ungkapan, yaitu karena rahmat-Nya yang besar. Semua berkat yang kita terima adalah karena rahmat Allah, bukan karena jasa manusia, terutama berkat pembaharuan hidup atau kelahiran baru. Ia telah melahirkan kita kembali, dan sudah selayaknya kita mengucap syukur kepada Allah untuk ini, terutama bila kita menimbang buah yang dihasilkannya dalam diri kita, yaitu anugerah pengharapan yang luhur itu. Itu bukan harapan yang sia-sia, mati, dan binasa seperti harapan orang-orang duniawi dan munafik, melainkan harapan yang hidup, harapan yang kuat, menghidupkan, dan terus bertahan, dan harapan ini memang harus seperti itu, karena ia memiliki dasar yang kukuh seperti kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Amatilah,
- (1) Seburuk apa pun keadaan orang Kristen yang baik, ia mempunyai alasan yang luhur untuk tetap memuji Allah. Seperti halnya orang berdosa selalu mempunyai alasan untuk meratap, kendati dengan kemakmurannya pada saat ini, demikian pula orang baik, di tengah-tengah kesulitan mereka yang bermacam-macam, mempunyai alasan untuk tetap bersukacita dan memuji Allah.
- (2) Dalam doa-doa dan puji-pujian kita, kita harus menyapa Allah sebagai Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya melalui Kristuslah kita dan pelayanan-pelayanan kita diterima.
- (3) Orang-orang yang terbaik berutang pada rahmat Allah yang besar atas berkat-berkat terbaik yang mereka terima. Segala kejahatan di dunia berasal dari dosa manusia, tetapi segala kebaikan di dalamnya berasal dari rahmat Allah. Pembaharuan hidup jelas-jelas harus diakui terjadi oleh karena rahmat Allah yang berlimpah, dan demikian pula dengan semua hal lain. Kita sepenuhnya hidup oleh karena topangan rahmat ilahi. Mengenai sifat pembaharuan hidup ini, lihat Yohanes 3:3.
- (4) Pembaharuan hidup menghasilkan hidup yang penuh pengharapan akan hidup kekal. Setiap orang yang belum bertobat adalah makhluk yang tanpa harapan. Apa pun harapan yang mereka sangka mereka miliki hanyalah keyakinan diri dan rekaan tanpa dasar. Pengharapan Kristiani yang benar adalah kelahiran kembali manusia oleh Roh Allah. Itu tidak terjadi secara alami begitu saja, melainkan karena anugerah yang cuma-cuma. Orang yang dilahirkan kembali kepada sebuah hidup rohani yang baru, dilahirkan kembali kepada sebuah pengharapan yang baru dan rohani.
- (5) Pengharapan orang Kristen memiliki keunggulan ini, bahwa pengharapannya adalah pengharapan yang hidup. Harapan akan hidup kekal dalam diri orang Kristen yang sungguh-sungguh adalah harapan yang membuatnya tetap hidup, yang menggerakkan dia, menopang dia, dan memimpin dia ke sorga. Harapan itu menyegarkan dan menggerakkan jiwa untuk bertindak, untuk bersabar, untuk tabah, dan bertahan sampai akhir. Harapan yang menyesatkan dari orang-orang yang tidak diperbaharui hidupnya adalah harapan yang sia-sia dan binasa. Orang durhaka dan harapannya akan berakhir dan mati bersama-sama (Ayb. 27:8).
- (6) Kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati adalah dasar atau fondasi dari pengharapan orang Kristen. Kebangkitan Kristus adalah tindakan Bapa sebagai Hakim, dan Anak sebagai Pemenang. Kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa Bapa menerima kematian-Nya sepenuhnya untuk menebus kita, bahwa Ia menang atas maut, kubur, dan semua musuh rohani kita. Kebangkitan-Nya juga merupakan jaminan kebangkitan kita sendiri. Karena ada kesatuan yang tak terpisahkan antara Kristus dan kawanan domba-Nya, maka mereka bangkit lebih karena kebangkitan-Nya sebagai Kepala daripada karena kuasa-Nya sebagai Hakim. Kita dibangkitkan bersama dengan Kristus (Kol. 3:1). Berdasarkan semua hal ini secara bersama-sama, maka orang Kristen memiliki dua dasar yang teguh dan kuat untuk membangun harapan mereka akan hidup kekal.
- II. Setelah mengucap selamat kepada orang-orang ini atas kelahiran baru mereka, dan harapan akan hidup kekal, Rasul Petrus melanjutkan dengan menggambarkan hidup kekal itu melalui gagasan tentang bagian atau warisan. Ini merupakan cara penyampaian yang paling tepat untuk orang-orang ini, sebab mereka miskin dan teraniaya, dan mungkin terampas dari warisan yang berhak mereka dapatkan karena status kelahiran mereka. Untuk meringankan penderitaan ini, ia memberi tahu mereka bahwa mereka telah lahir baru untuk mendapat warisan baru, yang tak terhingga lebih baik daripada apa yang hilang dari mereka. Selain itu, sebagian besar dari mereka adalah orang-orang Yahudi, dan dengan demikian merasa sangat sayang kepada tanah Kanaan, sebagai tanah warisan mereka, yang ditetapkan untuk mereka oleh Allah sendiri. Jadi, terusir sehingga tidak bisa tinggal di dalam tanah yang diwariskan TUHAN dipandang sebagai penghakiman yang pedih (1Sam. 26:19). Untuk menghibur mereka di bawah penghakiman ini, mereka diingatkan akan bagian mulia yang disediakan di sorga bagi mereka, bagian yang jika dibandingkan dengannya tanah Kanaan hanyalah sebagai bayangan belaka. Di sini perhatikanlah,
- 1. Sorga adalah warisan yang tak diragukan lagi akan diterima oleh semua anak Allah. Semua orang yang sudah lahir baru dilahirkan untuk mendapat sebuah warisan, seperti orangtua yang menjadikan anaknya sebagai ahli warisnya. Rasul Paulus menyatakan bahwa, jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris (Rm. 8:17). Allah memberikan pemberian-pemberian-Nya kepada semua orang, tetapi warisan hanya diberikan-Nya kepada anak-anak-Nya. Mereka yang menjadi putra dan putri-Nya melalui kelahiran kembali dan pengangkatan sebagai anak, menerima bagian kekal yang dijanjikan itu (Ibr. 9:15). Bagian ini tidak kita peroleh sendiri, melainkan pemberian Bapa kita. Bagian itu bukan upah yang pantas kita terima, melainkan buah dari anugerah, yang pertama-tama mengangkat kita sebagai anak, dan kemudian menetapkan warisan ini untuk kita melalui sebuah perjanjian yang teguh dan tak dapat berubah.
- 2. Keutamaan-keutamaan yang tiada banding dari warisan ini, yang semuanya ada empat:
- (1) Warisan ini tidak fana, yang dalam hal ini menyerupai Penciptanya, yang disebut Allah yang tidak fana (Rm. 1:23). Kerusakan adalah perubahan dari yang lebih baik menjadi lebih buruk, tetapi sorga tidak ada perubahan dan tidak ada akhir. Rumah di sorga itu kekal, dan para pemiliknya pasti hidup selama-lamanya, karena yang dapat binasa harus mengenakan yang tidak dapat binasa (1Kor. 15:53).
- (2) Warisan ini tanpa noda, seperti Imam Besar yang sekarang memegang kepemilikan atas warisan itu, yang saleh, tanpa salah, dan tanpa noda (Ibr. 7:26). Dosa dan kesengsaraan, dua noda besar yang menghancurkan dunia ini, dan merusak keindahannya, tidak mendapat tempat di sana.
- (3) Warisan ini tidak lenyap, tetapi selalu mempertahankan kekuatan dan keindahannya, dan tidak dapat binasa, tetapi senantiasa menghibur dan menyukakan hati orang orang kudus yang memilikinya, tanpa sedikit pun mereka bosan atau merasa hambar.
- (4) “Tersimpan di sorga bagi kamu,” ungkapan yang mengajar kita,
- [1] Bahwa warisan itu adalah warisan yang mulia, sebab warisan itu ada di sorga, dan semua yang ada di sana mulia (Ef. 1:18).
- [2] Warisan itu pasti, sesuatu yang tersimpan di dunia lain, yang dengan aman dijaga dan dipelihara sampai tiba saatnya kita memilikinya.
- [3] Orang-orang yang bagi mereka warisan itu tersimpan digambarkan, melalui nama mereka, melainkan melalui sifat mereka: bagi kamu, atau kita, atau setiap orang yang dilahirkan kembali kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. Warisan itu tersimpan bagi mereka, hanya bagi mereka. Sementara untuk semua yang lain, pintu untuk mendapat warisan itu akan tertutup untuk selama-lamanya.
- III. Karena warisan ini digambarkan sebagai suatu hal untuk masa depan, dan masih jauh baik dalam waktu maupun tempat, maka Rasul Petrus menganggap ada suatu keraguan atau kegelisahan yang masih tinggal dalam pikiran orang-orang ini, apakah mereka akan gagal memperolehnya di tengah jalan. “Meskipun kebahagiaan tersimpan aman di sorga, namun kita masih berada di bumi, rentan terhadap berbagai macam godaan, kesengsaraan, dan kelemahan. Apakah keadaan kita sudah sedemikian aman sehingga kita pasti akan sampai di sana?” Terhadap pertanyaan ini ia menjawab bahwa mereka pasti akan dijaga dan dibimbing dengan aman ke sana. Mereka akan dijaga dan dipelihara dari segala godaan dan kecelakaan yang merusak, yang akan mencegah mereka tiba dengan selamat di kehidupan kekal. Ahli waris harta duniawi tidak memiliki jaminan bahwa ia akan hidup untuk menikmatinya, tetapi ahli waris sorga pasti akan dibimbing dengan aman untuk memilikinya. Berkat yang dijanjikan di sini adalah pemeliharaan: kamu dipelihara. Yang memelihara adalah Allah. Sarana dalam diri kita yang digunakan untuk tujuan itu adalah iman dan perhatian kita sendiri. Tujuan kita dipelihara adalah keselamatan. Dan waktu di mana kita akan melihat akhir dan hasil yang aman dari semuanya adalah zaman akhir. Perhatikanlah,
- 1. Demikianlah perhatian lembut Allah terhadap umat-Nya, bahwa Ia tidak hanya memberi mereka anugerah, tetapi juga memelihara mereka sampai pada kemuliaan. Dipeliharanya mereka menyiratkan adanya baik bahaya maupun pertolongan. Mereka bisa saja diserang, tetapi tidak akan ditaklukkan.
- 2. Dipeliharanya orang-orang yang lahir kembali sampai memperoleh hidup kekal adalah dampak dari kuasa Allah. Besarnya pekerjaan, banyaknya musuh, dan kelemahan-kelemahan kita sendiri adalah sedemikian rupa sehingga tidak ada kuasa selain yang mahakuasa yang dapat memelihara jiwa melewati semuanya itu untuk sampai pada keselamatan. Oleh sebab itulah Kitab Suci sering menggambarkan keselamatan manusia sebagai dampak dari kuasa ilahi (2Kor. 12:9; Rm. 14:4).
- 3. Pemeliharaan oleh kuasa Allah tidak menggantikan upaya dan perhatian manusia bagi keselamatannya sendiri. Di sini ada kuasa Allah dan iman manusia, yang menyiratkan adanya keinginan yang sungguh-sungguh akan keselamatan, kebergantungan pada Kristus sesuai dengan panggilan dan janji-janji-Nya, perhatian dan kewaspadaan untuk melakukan segala sesuatu yang berkenan pada Allah dan menghindari apa saja yang melanggar, kebencian terhadap godaan, perhatian pada upah, dan ketekunan senantiasa di dalam doa. Dengan iman yang sedemikian sabar, yang giat bekerja, dan menaklukkan, kita dipelihara di bawah pertolongan anugerah ilahi untuk memperoleh keselamatan. Pada iman ada kekuasaan untuk memelihara jiwa melalui keadaan penuh anugerah sampai ke dalam keadaan penuh kemuliaan.
- 4. Keselamatan ini telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Di sini ada tiga hal yang ditegaskan tentang keselamatan orang-orang kudus:
- (1) Bahwa keselamatan itu sedang dipersiapkan, tersedia, dan tersimpan di sorga bagi mereka.
- (2) Meskipun keselamatan itu dipersiapkan sekarang, namun sebagian besarnya tersembunyi dan tidak dinyatakan untuk saat ini, bukan hanya kepada dunia yang tidak tahu dan buta, yang tidak pernah mempertanyakannya, melain kan juga bahkan kepada para ahli waris keselamatan itu sendiri. Belum nyata apa keadaan kita kelak (1Yoh. 3:2).
- (3) Bahwa keselamatan itu akan secara penuh dan utuh dinyatakan pada zaman akhir, atau pada hari penghakiman. Hidup yang tidak dapat binasa kini telah didatangkan oleh Injil, tetapi hidup ini akan dinyatakan secara lebih mulia pada saat kematian, ketika jiwa diterima di hadapan Kristus, dan memandang kemuliaan-Nya. Bahkan di samping itu akan ada penyingkapan yang lebih jauh dan terakhir tentang besar dan unggulnya kebahagiaan orang-orang kudus pada zaman akhir, ketika tubuh mereka dibangkitkan dan dipersatukan kembali dengan jiwa mereka, dan penghakiman akan dijatuhkan atas para malaikat dan manusia, dan Kristus akan menghormati dan memuji hamba-hamba- Nya di hadapan seluruh dunia.
Matthew Henry: 1Ptr 1:6-9 - Hak-hak Istimewa Orang Kristen Hak-hak Istimewa Orang Kristen (1:6-9)
Perkataan akan hal itu mengacu pada pembicaraan Rasul Petrus sebelumnya tentang keunggulan keadaan mereka pa...
Hak-hak Istimewa Orang Kristen (1:6-9)
- Perkataan akan hal itu mengacu pada pembicaraan Rasul Petrus sebelumnya tentang keunggulan keadaan mereka pada saat ini dan pengharapan-pengharapan mereka yang besar untuk masa depan. “Dalam keadaan ini bergembiralah, sekalipun sekarang ini, atau dalam waktu yang sebentar ini, kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan” (ay. 6).
- I. Rasul Petrus mengakui bahwa mereka ada dalam penderitaan besar, dan mengemukakan beberapa hal untuk meringankan kesengsaraan-kesengsaraan mereka.
- 1. Setiap orang Kristen yang benar selalu mempunyai suatu hal yang di dalamnya ia dapat bersukacita. Sukacita yang besar itu lebih daripada ketenangan dan ketenteraman pikiran atau perasaan nyaman. Sukacita yang besar akan menunjukkan dirinya dalam wajah dan perilaku, tetapi terutama dalam pujian dan syukur.
- 2. Sukacita yang utama dari orang Kristen yang baik timbul dari perkara-perkara rohani dan sorgawi, dari hubungannya dengan Allah dan sorga. Dalam hal-hal ini, setiap orang Kristen yang benar sangat bersukacita. Sukacitanya timbul dari harta karunnya, yang terdiri atas hal-hal yang bernilai tinggi, dan haknya atas hal-hal itu sudah terjamin.
- 3. Orang-orang Kristen yang terbaik, yaitu mereka yang memiliki alasan untuk sangat bersukacita, bisa saja tetap berdukacita karena berbagai macam cobaan. Segala macam penderitaan merupakan cobaan, atau ujian terhadap iman, kesabaran, dan keteguhan. Semuanya ini jarang datang dalam satu macam saja, tetapi berbagai macam, dan datang dari tempat-tempat yang berbeda, dan dampak dari semuanya adalah dukacita yang besar. Sebagai manusia, kita akan mengalami kesedihan, baik yang sifatnya pribadi maupun yang berhubungan dengan keluarga. Sebagai orang Kristen, kewajiban kita kepada Allah membuat kita sering-sering berdukacita: dan belas kasihan kita terhadap orang-orang yang sengsara, penghinaan terhadap Allah, malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat-Nya, dan kehancuran umat manusia, baik karena kebodohan mereka sendiri maupun karena pembalasan ilahi, menimbulkan kesedihan yang hampir terus-menerus dalam diri orang yang murah hati dan saleh. Aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati (Rm. 9:2).
- 4. Penderitaan-penderitaan dan dukacita orang baik hanyalah untuk sementara, hanya untuk waktu yang singkat. Meskipun menyengat, penderitaan-penderitaan itu berlangsung sebentar saja. Hidup itu sendiri hanya sebentar, dan kesedihan-kesedihannya tidak akan terus berlangsung melebihinya. Singkatnya penderitaan sangat meringankan beratnya penderitaan itu.
- 5. Dukacita sering kali diperlukan bagi kebaikan orang Kristen: Kamu harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Allah tidak berkehendak menyusahkan umat-Nya, tetapi bertindak berdasarkan pertimbangan, sesuai dengan kebutuhan kita.
- Kesusahan itu tepat dan sesuai, bahkan mutlak perlu, sebab demikianlah yang dimaksudkan dalam perkataan: Kamu harus. Oleh sebab itu janganlah ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu (1Tes. 3:3). Masalah-masalah ini, yang terasa berat, menimpa kita hanya jika kita memerlukannya, dan tidak akan berlangsung lebih lama daripada yang diperlukan.
- II. Rasul Petrus mengungkapkan maksud dari penderitaan-penderitaan mereka dan dasar bagi mereka untuk bersukacita di dalamnya (ay. 7). Maksud dari penderitaan-penderitaan orang baik adalah untuk membuktikan kemurnian iman mereka. Adapun sifat dari pembuktian iman itu adalah jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api. Dampak dari pembuktian iman ini adalah bahwa mereka akan memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Perhatikanlah,
- 1. Penderitaan orang Kristen yang sungguh-sungguh dimaksudkan untuk menguji iman mereka. Maksud Allah dalam menimpakan penderitaan kepada umat-Nya adalah untuk menguji, dan bukan menghancurkan mereka. Itu demi keuntungan mereka, bukan kebinasaan mereka: Ujian, sesuai dengan arti kata itu, adalah pencobaan atau penyelidikan atas manusia, melalui suatu penderitaan, untuk membuktikan nilai dan kekuatan imannya. Ujian ini terutama dilakukan terhadap iman, dan bukan terhadap anugerah lain mana pun, karena ujian terhadap iman, pada akhirnya, adalah ujian terhadap semua yang baik dalam diri kita. Kekristenan kita bergantung pada iman kita. Jika tidak ada iman, maka tidak ada hal lain yang baik secara rohani dalam diri kita. Kristus pun berdoa bagi rasul ini, supaya imannya jangan gugur. Jika iman ditopang, maka semua yang lain akan berdiri teguh. Iman orang baik diuji, supaya ia sendiri bisa mendapat penghiburan dari imannya, Allah mendapat kemuliaan darinya, dan orang lain mendapat manfaat darinya.
- 2. Iman yang dimurnikan itu jauh lebih berharga daripada emas yang dimurnikan. Di sini ada dua perbandingan antara iman dan emas, dan antara pemurnian iman dan pemurnian emas. Emas adalah logam yang paling berharga, murni, berguna, dan tahan lama dari semua jenis logam. Demikian pula halnya iman di antara kebajikan-kebajikan kristiani. Iman tetap ada sampai ia mengantarkan jiwa ke sorga, dan kemudian menghasilkan kebersamaan yang mulia antara jiwa dan Allah untuk selama-lamanya. Menguji iman itu jauh lebih berharga daripada menguji emas. Dalam kedua pengujian itu ada pemurnian, pemisahan ampas, dan penyingkapan keindahan dan kebaikan dari barang yang diuji. Emas tidak bertambah banyak dan berlipat ganda dengan diuji dalam api, malah semakin mengecil. Tetapi iman menjadi teguh, bertumbuh, dan berlipat ganda melalui segala perlawanan dan penderitaan yang dihadapinya. Emas pasti binasa pada akhirnya, emas yang fana, tetapi iman tidak akan pernah binasa. Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur (Luk. 22:32). Ujian terhadap iman akan mendatangkan pujian, kehormatan, dan kemuliaan. Kehormatan dalam arti yang benar adalah harga dan nilai yang dimiliki seseorang di mata orang lain, dan dengan demikian Allah dan manusia akan menghormati orang-orang kudus. Pujian adalah ungkapan atau pernyataan dari nilai itu. Demikianlah Kristus akan memuji umat-Nya pada hari penghakiman, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa- Ku,” dst. Kemuliaan adalah kemilau yang membuat orang, dengan dihormati dan dipuji seperti itu, bersinar di sorga. Kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik (Rm. 2:10). Jika iman yang sudah teruji mendatangkan pujian, kehormatan, dan kemuliaan, maka hendaklah ini membuat iman berharga di matamu, sebagai sesuatu yang jauh lebih berharga daripada emas, meskipun ia diserang dan diuji oleh berbagai penderitaan. Jika kamu membuat perhitungan berdasarkan kegunaan iman sekarang atau hasil yang akan diperolehnya nanti, maka hal ini akan terbukti benar, sekalipun dunia memandangnya sebagai hal yang tidak masuk akal atau bertentangan dengan apa yang biasa dipikirkan orang.
- 3. Yesus Kristus akan tampil kembali dalam kemuliaan, dan apabila Ia tampil, orang-orang kudus akan tampil bersama-sama dengan Dia, dan anugerah-anugerah yang ada pada mereka akan tampil kemilau. Semakin banyak mereka diuji, semakin teranglah mereka akan tampil pada saat itu. Ujian akan segera berakhir, tetapi kemuliaan, kehormatan, dan pujian akan berlangsung sampai pada kekekalan. Hal ini harus membuatmu menerima penderitaan-penderitaanmu pada saat ini: penderitaan itu mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.
- III. Rasul Petrus secara khusus memuji iman jemaat Kristen mula-mula ini karena dua hal:
- 1. Keunggulan dari sasaran iman mereka, yaitu Yesus yang tak terlihat. Rasul Petrus sudah melihat Tuhan kita secara jasmani, tetapi orang-orang Yahudi yang ada dalam perantauan ini tidak pernah melihat-Nya, namun mereka percaya kepadaNya (ay. 8). Percaya adanya Allah, atau Kristus, itu satu hal (sebab Iblis juga percaya), tetapi percaya kepada-Nya itu hal lain. Percaya kepada-Nya menandakan ketundukan, kebergantungan, dan pengharapan akan semua kebaikan yang dijanjikan dari Dia.
- 2. Karena dua hasil atau dampak yang terlihat dari iman mereka, yaitu kasih dan sukacita, dan sukacita ini begitu besar sehingga tidak dapat diuraikan dengan kata-kata: Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan. Amatilah,
- (1) Iman orang Kristen yang benar mengenal dengan semestinya hal-hal yang disingkapkan, namun tidak terlihat. Pancaindra mengenal hal-hal yang tercerap indra dan yang ada pada saat ini. Sementara akal budi adalah pemandu yang lebih tinggi, yang dengan pasti dapat memberikan kesimpulan umum tentang cara kerja penyebab-penyebab terjadinya sesuatu, dan kepastian terjadinya peristiwa-peristiwa. Tetapi iman naik lebih tinggi lagi, dan meyakinkan kita akan berlimpahnya hal-hal tertentu berkat pewahyuan, yang tidak akan pernah dapat ditemukan oleh pancaindra dan akal budi. Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
- (2) Iman yang benar tidak pernah sendirian, tetapi menghasilkan kasih yang kuat terhadap Yesus Kristus. Orang Kristen yang sungguh-sungguh memiliki kasih yang tulus terhadap Yesus, karena ia percaya kepada-Nya. Kasih ini menunjukkan dirinya dalam bentuk penghargaan yang paling tinggi untuk Dia, keinginan-keinginan hati terhadap-Nya, kesediaan untuk lebur untuk bisa bersama-sama dengan Dia, pikiran-pikiran yang penuh sukacita, berbagai pelayanan dan penderitaan yang dijalani dengan hati gembira, dll.
- (3) Di mana ada iman dan kasih yang benar terhadap Kristus, maka di situ ada, atau bisa jadi ada, sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan. Sukacita ini tidak terungkapkan, tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Cara terbaik untuk memperoleh sukacita ini adalah dengan mengalami dan mengecapnya. Sukacita ini penuh kemuliaan, penuh dengan sorga. Sorga dan kemuliaan yang akan datang akan banyak dirasakan dalam sukacita sekarang ini oleh orang-orang Kristen yang bertumbuh. Iman mereka menghilangkan penyebab-penyebab kesedihan, dan memberikan alasan-alasan terbaik untuk bersukacita. Meskipun adakalanya orang baik berjalan dalam kegelapan, sering kali itu karena kesalahan dan ketidaktahuan mereka sendiri, atau karena kecenderungan hati yang mudah takut atau sedih, atau karena suatu dosa yang dilakukan belakangan ini. Atau juga mungkin karena suatu peristiwa yang menyedihkan yang terjadi oleh karena maksud pemeliharaan ilahi, yang menenggelamkan penghiburan mereka untuk saat ini. Namun mereka memiliki alasan untuk bersorak-sorak di dalam TUHAN, dan beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan mereka (Hab. 3:18). Memang pantas jemaat Kristen mula-mula ini bersorak-sorak dalam sukacita yang tak terkatakan, sebab setiap hari mereka telah mencapai tujuan iman mereka, yaitu keselamatan jiwa mereka (ay. 9). Perhatikanlah,
- [1] Berkat yang mereka terima: Keselamatan jiwa mereka (jiwa, yaitu bagian manusia yang lebih mulia, yang disebutkan di sini untuk menggambarkan manusia seutuhnya). Di sini keselamatan itu disebut sebagai tujuan iman mereka, tujuan di mana iman akan berakhir: iman membantu menyelamatkan jiwa, dan setelah itu ia selesai menjalankan tugasnya, dan berhenti untuk selama-lamanya.
- [2] Rasul Petrus berbicara mengenai keadaan pada saat ini: Kamu telah mencapai tujuan imanmu sekarang ini, dst.
- [3] Kata yang digunakan merujuk pada pertandingan di mana sang pemenang menerima atau memakai mahkota atau hadiah dari juri, yang diaraknya dengan berkeliling dalam kemenangan. Demikian pula keselamatan jiwa adalah hadiah yang berusaha didapatkan orang-orang Kristen ini, mahkota yang berupaya mereka peroleh, tujuan yang ingin mereka capai, yang setiap hari semakin dekat dan semakin ada dalam jangkauan mereka. Amatilah, pertama, setiap orang Kristen yang setia setiap hari sedang menerima keselamatan jiwanya. Keselamatan adalah satu hal yang tetap, yang dimulai dalam hidup ini, tidak terputus oleh kematian, dan terus sampai pada kekekalan. Orang-orang percaya ini mengalami permulaan sorga berupa memiliki kekudusan dan pikiran sorgawi, berupa kewajiban-kewajiban dan persekutuan mereka dengan Allah, berupa tanda jaminan akan warisan itu, dan kesaksian Roh ilahi. Sudah sepantasnya hal ini ditegaskan kepada orang-orang yang sedang kesusahan ini. Mereka berada di pihak yang kalah di dunia, tetapi Rasul Petrus mengingatkan mereka akan apa yang telah mereka terima. Kalaupun mereka telah kehilangan suatu kebaikan yang nilainya lebih rendah, mereka sedang menerima keselamatan jiwa mereka sebagai gantinya. Kedua, adalah wajib bagi orang Kristen untuk menjadikan keselamatan jiwanya sebagai tujuannya. Kemuliaan Allah dan kebahagiaan kita sendiri begitu berkaitan satu sama lain sehingga jika kita dengan teratur mengusahakan yang satu, kita pasti memperoleh yang lain.
Matthew Henry: 1Ptr 1:10-12 - Hak-hak Istimewa Orang Kristen Hak-hak Istimewa Orang Kristen (1:10-12)
Setelah menjelaskan siapa orang-orang yang disuratinya, dan menyatakan kepada mereka keuntungan-keuntungan...
Hak-hak Istimewa Orang Kristen (1:10-12)
- Setelah menjelaskan siapa orang-orang yang disuratinya, dan menyatakan kepada mereka keuntungan-keuntungan luhur yang mereka miliki, Rasul Petrus melanjutkan dengan menunjukkan kepada mereka jaminan apa yang ia miliki untuk menyampaikan apa yang sudah disampaikannya. Karena mereka adalah orang-orang Yahudi, dan menjunjung tinggi Perjanjian Lama, ia mengeluarkan kewenangan para nabi untuk meyakinkan mereka bahwa ajaran keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus bukanlah ajaran baru, melainkan ajaran yang sama yang diselidiki dan diteliti oleh para nabi di zaman dulu. Perhatikanlah,
- I. Siapa orang-orang yang menyelidiki dengan tekun ini, yaitu nabi-nabi, yang merupakan orang-orang yang diilhami Allah untuk melakukan atau mengatakan hal-hal yang luar biasa melebihi batas pengetahuan dan kemampuan mereka sendiri, seperti menubuatkan hal-hal yang akan datang dan menyingkapkan kehendak Allah, melalui bimbingan Roh Kudus.
- II. Apa yang mereka selidiki, keselamatan, dan kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Keselamatan yang tersedia bagi seluruh umat manusia dari segala bangsa oleh Yesus Kristus, dan secara lebih khusus keselamatan yang ditawarkan kepada bangsa Yahudi, kasih karunia yang diuntukkan bagi mereka dari Dia yang diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Mereka sudah melihat jauh sebelumnya masa-masa kemuliaan yang penuh dengan terang, anugerah, dan penghiburan yang datang atas jemaat, yang membuat para nabi dan orang benar ingin melihat dan mendengarkan hal-hal yang digenapi di zaman Injil.
- III. Cara mereka mencari tahu: mereka menyelidiki dan meneliti. Kata yang digunakan kuat dan tegas, merujuk pada para penambang, yang menggali sampai ke dasar, dan menembus bukan hanya tanah, melainkan juga bebatuan, untuk bisa mendapatkan bijih. Demikian pula para nabi yang kudus ini mempunyai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari tahu, yang diimbangi dengan ketekunan mereka dalam menyelidiki anugerah Allah, yang akan disingkapkan pada zaman Mesias. Walaupun mendapat ilham, hal itu tidak membuat mereka merasa tidak perlu menyelidiki dengan tekun. Sebab, terlepas dari pertolongan luar biasa terhadap mereka dari Allah, mereka wajib memanfaatkan semua cara biasa untuk mengembangkan hikmat dan pengetahuan. Daniel adalah orang yang sangat dikasihi dan terilhami, namun ia memahami perhitungan waktu melalui kitab-kitab dan dengan belajar (Dan. 9:2). Bahkan wahyu yang mereka terima sendiri menuntut mereka untuk belajar, merenung, dan berdoa. Sebab banyak nubuat memiliki makna ganda: maksud pertama adalah nubuat ditujukan kepada seseorang atau suatu peristiwa yang dekat, tetapi rancangan akhirnya adalah untuk menggambarkan pribadi, penderitaan-penderitaan, atau kerajaan Kristus. Cermatilah,
- 1. Ajaran tentang keselamatan manusia oleh Yesus Kristus telah menjadi bahan penyelidikan dan kekaguman orang-orang terbesar dan terbijak. Luhurnya apa yang mereka selidiki itu, dan kepedulian mereka sendiri di dalamnya, telah membuat mereka mengerahkan segenap pikiran dan perhatian secermat-cermatnya untuk menyelidikinya.
- 2. Orang yang baik akan betul-betul terjamah dan senang dengan anugerah dan belas kasihan Allah terhadap orang lain, dan juga terhadap dirinya sendiri. Nabi-nabi amat senang dengan pengharapan bahwa belas kasihan akan ditunjukkan baik kepada bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa bukan Yahudi pada saat kedatangan Kristus.
- 3. Mereka yang ingin mengenal keselamatan agung ini, dan anugerah yang bersinar di dalamnya, harus menyelidiki dan menelitinya dengan tekun: jika seorang nabi yang mendapat ilham saja perlu melakukannya, apalagi orang-orang yang begitu lemah dan sembrono seperti kita.
- 4. Anugerah yang datang melalui Injil mengungguli semua yang datang sebelumnya. Tatanan (dispensasi) Injil itu lebih mulia, lebih jelas, lebih dapat dimengerti, lebih luas cakupannya, dan lebih berhasil daripada tatanan apa saja yang pernah mendahuluinya.
- IV. Hal-hal khusus yang terutama diselidiki oleh para nabi di zaman dulu, yang diungkapkan dalam ayat 11. Yesus Kristus merupakan pokok utama penyelidikan mereka. Dan apa saja yang berkaitan dengan Dia, mereka ingin sekali mengetahuinya.
- 1. Penghinaan dan kematian-Nya, dan dampak-dampak yang mulia dari-Nya: Segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Penyelidikan ini akan membawa mereka ke dalam pandangan tentang Injil secara keseluruhan, yang ringkasnya adalah, bahwa Yesus telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.
- 2. Saat yang mana, dan saat yang bagaimana, Mesias akan muncul. Tidak diragukan lagi bahwa para nabi suci ini dengan sungguh-sungguh ingin melihat hari-hari Anak Manusia. Oleh karena itu, di samping hal itu sendiri, pikiran mereka terpatri pada masa penggenapannya, sejauh Roh Kristus, yang ada dalam diri mereka, memberikan tanda-tanda tentang hal itu. Ciri-ciri masanya juga menjadi pertimbangan mereka secara ketat, apakah itu masa yang tenang atau bergejolak, masa damai atau masa perang. Amatilah,
- (1) Yesus Kristus sudah ada sebelum Dia menjelma menjadi manusia. Sebab Roh-Nya sudah ada pada waktu itu dalam diri para nabi, dan karena itu Dia yang Roh-Nya sudah ada pada waktu itu, pasti wujud-Nya juga sudah ada.
- (2) Ajaran Tritunggal bukanlah sesuatu yang tidak diketahui sepenuhnya oleh orang-orang beriman dalam Perjanjian Lama. Para nabi tahu bahwa mereka terilhami oleh Roh yang ada dalam diri mereka. Roh ini mereka ketahui sebagai Roh Kristus, dan karena itu berbeda dari Kristus sendiri: di sini kita melihat ada beberapa Pribadi, dan dari bagian-bagian lain dalam Perjanjian Lama, kita dapat menarik kesimpulan tentang adanya Tritunggal.
- (3) Pekerjaan-pekerjaan yang di sini diakui sebagai dikerjakan oleh Roh Kudus membuktikan bahwa Ia adalah Allah. Ia memaksudkan, menyingkapkan, dan menyatakan kepada para nabi, beratus-ratus tahun sebelumnya, segala penderitaan yang akan menimpa Kristus, dan banyak kejadian tertentu yang menyertainya. Ia juga memberi kesaksian, atau memberikan bukti dan keterangan sebelumnya, mengenai kepastian peristiwa itu, dengan mengilhami para nabi untuk menyingkapkannya, untuk mengadakan mujizat-mujizat yang meneguhkannya, dan dengan memampukan orang-orang beriman untuk mempercayainya. Pekerjaan-pekerjaan ini membuktikan Roh Kristus sebagai Allah, karena Ia memiliki kekuatan yang mahakuasa dan pengetahuan yang tak terbatas.
- (4) Berdasarkan teladan Kristus Yesus, belajarlah untuk bersiap menghadapi datangnya masa-masa pelayanan dan penderitaan sebelum kita diterima dalam kemuliaan. Demikianlah yang dilakukan Kristus, dan seorang murid tidak lebih dari pada Gurunya. Masa penderitaan hanya sebentar, tetapi kemuliaan itu kekal. Sepedih dan seberat apa pun masa penderitaan, itu tidak akan menghalang-halangi, tetapi justru mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.
- V. Keberhasilan yang memahkotai penyelidikan mereka. Jerih payah mereka yang kudus untuk mencari tahu tidak diremehkan, karena Allah memberi mereka pewahyuan yang memuaskan untuk menenangkan dan menghibur pikiran mereka. Mereka diberi tahu bahwa hal-hal ini tidak akan terjadi pada masa mereka, namun semuanya sudah teguh dan pasti, dan akan digenapi pada zaman para rasul: Mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu. Dan kita harus memberitakannya, di bawah pimpinan Roh Kudus yang tak pernah keliru, kepada seluruh dunia. Hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat, dst.
- Di sini kita mendapati ada tiga oknum yang mempelajari atau menyelidiki perkara besar tentang keselamatan manusia oleh Yesus Kristus:
- 1. Nabi-nabi, yang menyelidiki dan menelitinya dengan tekun.
- 2. Para rasul, yang mempelajari semua nubuat dan menjadi saksi-saksi penggenapannya, dan dengan demikian menyampaikan apa yang mereka ketahui kepada orang lain dalam pewartaan Injil.
- 3. Para malaikat, yang dengan penuh perhatian mengintai untuk mencari tahu perkara-perkara ini. Amatilah,
- (1) Upaya yang tekun untuk mengenal Kristus dan melakukan kewajiban kita pasti akan mendapat jawaban yang baik. Para nabi dijawab dengan pewahyuan. Daniel belajar, dan menerima pengetahuan. Orang-orang Berea menyelidiki Kitab Suci, dan diteguhkan.
- (2) Adakalanya permintaan yang halal dan saleh dari orang-orang terkudus dan terbaik sekalipun ditolak. Adalah sah dan saleh bagi nabi-nabi ini untuk ingin tahu lebih banyak daripada apa yang diperbolehkan untuk mereka ketahui tentang waktu kemunculan Kristus di dunia, tetapi keinginan mereka itu ditolak. Adalah sah dan saleh bagi orangtua yang baik untuk berdoa bagi anak-anak mereka yang fasik, bagi kaum miskin untuk berdoa melawan kemiskinan, bagi orang baik untuk berdoa melawan kematian, namun, permintaan-permintaan mereka yang tulus ini sering kali ditolak. Allah berkenan memenuhi apa yang kita butuhkan daripada apa yang kita minta.
- (3) Merupakan suatu kehormatan dan kebiasaan orang Kristen untuk berguna bagi orang lain, dalam banyak kasus, daripada bagi dirinya sendiri. Para nabi melayani orang lain, bukan diri mereka sendiri. Tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri (Rm. 14:7). Tidak ada yang lebih bertentangan dengan kodrat manusia atau asas-asas Kekristenan daripada bagi seseorang untuk menjadikan dirinya sebagai tujuannya sendiri, dan hidup bagi dirinya sendiri.
- (4) Pewahyuan-pewahyuan Allah kepada jemaat-Nya, meskipun bertahap, dan diberikan sedikit demi sedikit, semuanya selaras secara sempurna. Ajaran para nabi dan rasul persis bersesuaian satu sama lain, karena berasal dari Roh Allah yang sama.
- (5) Keberhasilan pelayanan Injili bergantung pada Roh Kudus yang diutus dari sorga. Injil adalah pelayanan Roh, dan keberhasilannya bergantung pada pekerjaan dan berkatNya.
- (6) Rahasia-rahasia Injil, dan cara-cara keselamatan manusia, adalah hal yang begitu mulia sehingga para malaikat yang terberkati sungguh-sungguh ingin mencari tahu tentangnya. Mereka penasaran, teliti, dan tekun dalam mencari tahu tentangnya. Mereka memandang seluruh rancangan penebusan manusia dengan perhatian dan kekaguman yang mendalam, khususnya mengenai hal-hal yang sedang dibicarakan Rasul Petrus di sini: Hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat dengan melongok ke bawah, seperti halnya para kerub terus melihat ke bawah pada tutup pendamaian.
Matthew Henry: 1Ptr 1:13-23 - Kewaspadaan dan Kekudusan; Nasihat untuk Menjalin Kasih Persaudaraan Kewaspadaan dan Kekudusan; Nasihat untuk Menjalin Kasih Persaudaraan (1:13-23)
Di sini Rasul Petrus memulai dengan nasihat-nasihatnya kepada orang-...
Kewaspadaan dan Kekudusan; Nasihat untuk Menjalin Kasih Persaudaraan (1:13-23)
- Di sini Rasul Petrus memulai dengan nasihat-nasihatnya kepada orang-orang yang disuratinya itu, yang sebelumnya ia gambarkan berada dalam keadaan mulia. Dengan begitu, ia mengajar kita bahwa Kekristenan adalah ajaran yang sesuai dengan kesalehan, yang dirancang untuk membuat kita bukan hanya lebih bijak, melainkan juga lebih baik.
- I. Ia menasihati mereka untuk waspada dan hidup kudus.
- 1. Sebab itu siapkanlah akal budimu, dst. (ay. 13). Seolah-olah ia berkata, “Sebab itu, karena kamu demikian dihormati dan dibedakan, seperti yang sudah dijelaskan di atas, siapkanlah akal budimu. Ada perjalanan yang harus kamu tempuh, pertandingan yang harus kamu ikuti, peperangan yang harus kamu menangkan, dan pekerjaan besar yang harus kamu lakukan. Seperti halnya pelancong, petanding, prajurit, dan pekerja mempersiapkan diri dan mengencangkan pakaian mereka yang panjang dan longgar, supaya mereka lebih siap, cepat, dan sigap dalam urusan mereka, demikian pula halnya dengan pikiranmu, manusia batinmu, dan perasaan-perasaan yang berdiam di sana: Siapkanlah semuanya itu, bereskan itu, jangan biarkan menggantung longgar dan terabaikan. Kencangkan apa yang longgar, dan hendaklah ikat pinggang atau kekuatan dan daya pikiranmu kamu kerahkan untuk menjalankan kewajibanmu. Lepaskanlah dirimu dari semua yang akan menghambat kamu, dan teruslah bertekad untuk taat. Waspadalah, waspada terhadap semua bahaya dan musuh rohanimu, dan jangan berlebih-lebihan dalam makan, minum, berpakaian, berlibur, bekerja, dan dalam seluruh perilakumu. Waspadalah juga dalam berpendapat, dan dalam berbuat, dan rendah hatilah dalam menilai dirimu sendiri.” Dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Sebagian orang merujuk hal ini pada penghakiman terakhir, seakan-akan Rasul Petrus mengarahkan harapan mereka pada penyataan terakhir dari Yesus Kristus. Tetapi tampaknya lebih wajar mengartikannya, seperti yang dapat diartikan dari sini, “Berharaplah dengan sempurna, atau seluruhnya, atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu di dalam atau oleh penyataan Yesus Kristus. Yaitu oleh Injil, yang telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. Berharaplah dengan sempurna, percayalah tanpa ragu pada kasih karunia yang sekarang ditawarkan kepadamu oleh Injil.” Amatilah,
- (1) Pekerjaan utama orang Kristen terletak pada mengatur dengan benar hati dan pikirannya. Anjuran pertama dari Rasul Petrus adalah mempersiapkan akal budi.
- (2) Orang-orang Kristen yang terbaik sekalipun perlu dinasihati supaya waspada atau menahan diri. Orang-orang Kristen yang unggul ini diingatkan akan hal itu. Menahan diri dituntut dari seorang penilik jemaat (1Tim. 3:2), dari kaum laki-laki yang tua (Tit. 2:2), dan perempuan-perempuan muda harus diajari untuk menahan diri, dan orang-orang muda juga diperintahkan untuk menguasai diri (Tit. 2:4, 6).
- (3) Pekerjaan orang Kristen belum selesai segera setelah ia ada dalam keadaan penuh anugerah. Ia masih harus berharap dan berusaha memperoleh anugerah yang lebih banyak lagi. Sesudah memasuki gerbang yang sempit, ia masih harus berjalan di jalan yang sempit, dan mempersiapkan akal budinya untuk memperoleh anugerah yang lebih banyak lagi.
- (4) Kepercayaan yang kuat dan sempurna pada anugerah Allah betul-betul selaras dengan daya upaya terbaik kita dalam menjalankan kewajiban kita. Kita harus berharap dengan sempurna, namun juga mempersiapkan akal budi kita, dan mengerahkan segenap kekuatan untuk melakukan pekerjaan yang harus kita lakukan, dengan mendorong diri kita sendiri berdasarkan anugerah Yesus Kristus.
- 2. Sebagai anak-anak yang taat, dst. (ay. 14). Perkataan ini dapat dipandang sebagai pedoman hidup kudus, baik yang bersifat menegaskan, yakni “Kamu harus hidup sebagai anak-anak yang taat, seperti orang-orang yang sudah diangkat Allah menjadi anggota keluarga-Nya, dan diperbaharui oleh anugerahNya,” maupun bersifat melarang, yakni “Kamu tidak boleh menuruti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.” Atau perkataan itu dapat dipandang sebagai alasan untuk mendesak mereka supaya hidup kudus dengan menimbang siapa mereka sekarang, yaitu anak-anak yang taat, dan siapa mereka pada waktu mereka hidup menuruti hawa nafsu dan kebodohan. Amatilah,
- (1) Anak-anak Allah harus membuktikan diri sebagai anak-anak yang taat dengan menaati Allah, dengan taat sekarang, seterusnya, dan sepenuhnya.
- (2) Yang terbaik dari anak-anak Allah pun pernah hidup menuruti hawa nafsu dan kebodohan. Itu terjadi saat seluruh kerangka hidup mereka, jalan dan cara mereka, hanya untuk memenuhi dan memuaskan segala keinginan mereka yang terlarang dan nafsu mereka yang keji, karena mereka sama sekali tidak mengenal Allah dan diri mereka sendiri, Kristus dan Injil.
- (3) Manusia, apabila bertobat, menjadi sangat berbeda dari siapa mereka di waktu dulu. Mereka menjadi orang-orang yang mengikuti cara dan jalan yang berbeda daripada sebelumnya. Sifat batin mereka, tingkah laku, ucapan, dan perilaku hidup mereka banyak berubah dibandingkan di masa-masa lalu.
- (4) Segala hawa nafsu dan apa saja yang berlebihan pada para pendosa merupakan buah-buah dan tanda-tanda dari kebodohan mereka.
- 3. Tetapi sama seperti Dia yang telah memanggil kamu, dst. (ay. 15-16). Di sini ada pedoman luhur yang ditegaskan dengan alasan-alasan yang kuat: Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu. Siapa yang sanggup melakukan ini? Namun itu dituntut dengan keras, dan ditegaskan dengan tiga alasan, berdasarkan anugerah Allah dalam memanggil kita, berdasarkan perintah-Nya, ada tertulis, dan berdasarkan teladan-Nya. Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Amatilah,
- (1) Anugerah Allah dalam memanggil orang berdosa merupakan ajakan yang kuat untuk hidup kudus. Sungguh suatu perkenanan yang besar jika kita berhasil dipanggil oleh anugerah ilahi untuk keluar dari keadaan dosa dan kesengsaraan ke dalam keadaan di mana kita memiliki semua berkat dari perjanjian baru. Dan perkenanan yang besar berarti kewajiban yang kuat. Perkenanan yang besar memampukan dan juga mewajibkan kita untuk hidup kudus.
- (2) Kekudusan yang utuh adalah keinginan dan kewajiban setiap orang Kristen. Inilah pedoman kekudusan yang bersifat ganda:
- [1] Kekudusan itu, dalam jangkauannya, harus mencakup semuanya. Kita harus kudus, dan harus begitu di dalam seluruh hidup kita. Dalam semua perkara kemasyarakatan dan agama, dalam setiap keadaan, sejahtera atau sengsara. Kudus terhadap semua orang, kawan ataupun lawan. Dalam segala hubungan dan pekerjaan, kita harus tetap kudus.
- [2] Kudus dengan mengikuti teladan. Kita harus kudus, sama seperti Allah itu kudus: kita harus meniru Dia, meskipun kita tidak pernah dapat menyamai-Nya. Allah itu kudus secara sempurna, tak berubah, dan kekal, dan kita harus bercita-cita untuk mencapai keadaan seperti itu. Merenungkan kekudusan Allah haruslah mewajibkan kita untuk mencapai kekudusan tingkat tertinggi yang dapat kita capai.
- (3) Firman Allah yang tertulis adalah pedoman hidup yang paling pasti untuk orang Kristen, dan dengan pedoman ini kita diperintahkan untuk kudus dalam segala hal.
- (4) Perintah-perintah dalam Perjanjian Lama harus dipelajari dan dipatuhi di zaman Perjanjian Baru. Rasul Petrus, berdasarkan perintah yang disampaikan beberapa kali oleh Musa, menuntut kekudusan dari semua orang Kristen.
- 4. Jika kamu menyebut-Nya Bapa, dst. (ay. 17). Di sini Rasul Petrus sama sekali tidak bermaksud meragukan apakah orang-orang Kristen ini menyebut Allah itu Bapa atau tidak. Ia tahu mereka pasti memanggil-Nya Bapa, dan oleh karena itu ia menasihati mereka untuk hidup dalam ketakutan selama mereka menumpang di dunia ini: “Jika kamu mengakui Allah yang Mahabesar sebagai Bapa dan Hakim, maka kamu harus hidup dalam takut akan Dia selama kamu menumpang di dunia ini.” Amatilah,
- (1) Semua orang Kristen yang baik memandang diri mereka sebagai peziarah dan orang asing di dunia ini, orang asing di negeri yang jauh, yang lewat di situ menuju negeri lain, yang pantas bagi mereka (Mzm. 39:13; Ibr. 11:13).
- (2) Seluruh waktu kita menumpang di sini harus dilewati dengan takut akan Allah.
- (3) Merenungkan Allah sebagai Hakim bukanlah sesuatu yang tidak pantas bagi mereka yang betul-betul dapat memanggil-Nya Bapa. Keyakinan yang kudus kepada Allah sebagai Bapa, takut dan hormat kepada-Nya sebagai Hakim, adalah dua hal yang sangat selaras. Memandang Allah sebagai Hakim adalah satu sarana untuk menumbuhkan rasa sayang kita kepada Dia sebagai Bapa.
- (4) Penghakiman Allah tidak akan membeda-bedakan orang: Menurut perbuatan setiap orang. Hubungan lahiriah apa saja dengan-Nya tidak dapat melindungi siapa pun. Orang Yahudi boleh saja memanggil Allah Bapa dan Abraham bapa, tetapi Allah tidak membeda-bedakan orang, juga tidak mendukung kepentingan mereka, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pribadi, tetapi menghakimi mereka menurut perbuatan mereka. Perbuatan-perbuatan orang akan menyingkapkan siapa mereka sesungguhnya pada hari penghakiman. Allah akan membuat seluruh dunia tahu siapa kepunyaan-Nya melalui perbuatan-perbuatan mereka. Kita wajib hidup beriman, kudus, dan taat, dan perbuatan-perbuatan kita akan menjadi bukti apakah kita sudah memenuhi kewajiban kita atau tidak.
- 5. Setelah menasihati mereka untuk hidup dalam takut akan Allah selama mereka menumpang di dunia ini berdasarkan pertimbangan bahwa mereka menyebut-Nya Bapa, ia menambahkan (ay. 18) alasan kedua: Karena atau mengingat bahwa kamu telah ditebus bukan dengan barang yang fana, dst. Dalam hal ini ia mengingatkan mereka,
- (1) Bahwa mereka telah ditebus, atau dibeli kembali, dengan tebusan yang dibayarkan kepada Bapa.
- (2) Harga yang dibayar untuk menebus mereka adalah: Bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus.
- (3) Dari apa mereka ditebus: Dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu.
- (4) Mereka sudah mengetahui hal ini: Sebab kamu tahu, dan tidak bisa berpura-pura tidak mengetahui perkara besar ini. Amatilah,
- [1] Permenungan akan penebusan kita haruslah menjadi dorongan yang kuat dan terus-menerus untuk hidup kudus dan takut akan Allah.
- [2] Allah mengharapkan agar orang Kristen hidup sesuai dengan apa yang ia ketahui, dan karena itu kita sangat perlu diingatkan akan apa yang sudah kita ketahui (Mzm. 39:5).
- [3] Bukan perak atau emas, bukan pula barang yang fana di dunia ini, yang dapat menebus bahkan satu jiwa saja. Barang-barang itu sering kali menjadi jerat, godaan, dan hambatan bagi keselamatan manusia, tetapi sama sekali tidak dapat membeli atau memperolehnya. Barang-barang itu fana, dapat rusak, dan karena itu tidak bisa menebus jiwa yang tidak fana dan abadi.
- [4] Darah Yesus Kristus adalah satu-satunya harga penebusan manusia. Penebusan manusia itu nyata, bukan kiasan. Kita dibeli dengan harga, dan harga itu sepadan dengan pembeliannya, sebab itu adalah darah Kristus yang mulia. Darah itu adalah darah orang yang tidak bersalah, Anak Domba yang tak bernoda dan tak bercacat, yang diperlambangkan dengan Domba Paskah. Dan darah itu adalah darah seorang Pribadi yang tak terhingga nilainya, sebab Ia adalah Anak Allah, dan karena itu disebut darah Anak Allah (Kis. 20:28).
- [5] Rancangan Kristus dalam menumpahkan darah-Nya yang paling berharga adalah untuk menebus kita, bukan hanya dari kesengsaraan kekal di akhirat, melainkan juga dari perilaku atau hidup yang sia-sia di dunia ini. Perilaku yang sia-sia itu adalah perilaku yang kosong, sembrono, membuang-buang waktu, dan tidak mendatangkan kehormatan bagi Allah dan nama baik agama, tidak menginsyafkan orang-orang kafir, dan tidak menghibur serta memuaskan hati nurani manusia sendiri. Bukan hanya kefasikan secara terang-terangan, melainkan juga sia-sia dan tidak bermanfaatnya perilaku kita merupakan hal yang sangat berbahaya.
- [6] Perilaku orang bisa saja menampakkan diri dalam bentuk ibadah, dan mengatas-namakan kebiasaan dan tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala, namun pada akhirnya perilaku itu hanya sia-sia. Orang-orang Yahudi dapat mengatakan banyak hal tentang ini, dengan segala ibadah lahiriah mereka. Namun perilaku mereka begitu sia-sia sehingga hanya darah Kristus yang dapat menebus mereka darinya. Sudah adanya sesuatu sejak dahulu kala bukanlah merupakan pedoman kebenaran yang pasti, bukan pula keputusan yang bijak, “Aku akan hidup dan mati dengan cara seperti ini, sebab nenek-moyangku juga begitu.”
- 6. Setelah menyebutkan harga penebusan, Rasul Petrus melanjutkan dengan berbicara tentang beberapa hal yang berkaitan baik dengan Sang Penebus maupun yang ditebus (ay. 20-21).
- (1) Sang Penebus digambarkan lebih jauh bukan hanya sebagai Anak Domba yang tak bercacat cela, melainkan juga sebagai,
- [1] Yang telah dipilih sebelum dunia dijadikan, telah dipilih atau ditetapkan, yang sudah diketahui. Apabila Allah dikatakan sudah mengetahui segala sesuatu sebelumnya, itu menyiratkan lebih daripada sekadar kemungkinan atau dugaan. Itu berarti suatu kehendak, keputusan bahwa apa yang akan terjadi pasti terjadi (Kis. 2:23). Allah tidak saja sudah mengetahui sebelumnya, tetapi juga menentukan dan menetapkan, bahwa AnakNya harus mati bagi manusia, dan ketetapan ini sudah ada sebelum dunia dijadikan. Waktu dan dunia dimulai bersama-sama, sebelum waktu dimulai, tidak ada apa-apa selain kekekalan.
- [2] Yang karena mereka, baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Ia dinyatakan atau diperlihatkan sebagai Penebus yang telah dipilih Allah. Ia dinyatakan melalui kelahiran-Nya, melalui kesaksian Bapa-Nya, dan melalui pekerjaan-pekerjaan-Nya sendiri, terutama melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati (Rm. 1:4). “Ini terjadi pada zaman akhir Perjanjian Baru dan Injil, untuk kamu, kamu orang-orang Yahudi, kamu orang-orang berdosa, kamu orang-orang yang menderita. Kamu diberi penghiburan dengan penyataan dan penampakan Kristus, jika kamu percaya kepada-Nya.”
- [3] Yang dibangkitkan dari antara orang mati oleh Bapa, yang memberi-Nya kemuliaan. Kebangkitan Kristus, yang dipandang sebagai tindakan kekuasaan, bersifat umum untuk ketiga Pribadi Tritunggal itu, tetapi sebagai tindakan penghakiman, itu khusus menjadi tugas Sang Bapa, yang sebagai Hakim membebaskan Kristus, membangkitkan Dia dari kubur, dan memberi-Nya kemuliaan. Bapa menyatakan Dia kepada seluruh dunia sebagai Anak-Nya melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati, mengangkat-Nya ke sorga, memahkotai-Nya dengan kemuliaan dan kehormatan, menyerahkan kepadaNya segala kuasa di sorga dan bumi, dan memuliakan Dia dengan kemuliaan yang Dia miliki di hadirat Allah sebelum dunia ada.
- (2) Umat yang ditebus juga di sini digambarkan dengan iman dan harapan mereka, yang ditimbulkan oleh Yesus Kristus: “Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, oleh Dia sebagai Pemimpin, Pendorong, Penopang, dan Penyempurna imanmu. Sekarang kamu dapat beriman dan berharap kepada Allah, yang sudah diperdamaikan dengan kamu oleh Kristus Sang Pengantara.”
- (3) Dari semuanya ini kita dapat memetik pelajaran,
- [1] Ketetapan Allah untuk mengutus Kristus sebagai Pengantara sudah ada sejak dari kekekalan, dan merupakan ketetapan yang adil dan penuh rahmat, namun sama sekali tidak mengabaikan dosa manusia dalam menyalibkan Dia (Kis. 2:23). Sejak kekekalan itu Allah telah mempunyai tujuan-tujuan dalam bentuk perkenanan khusus kepada umat-Nya jauh sebelum Ia memberikan penyataan-penyataan apa saja tentang anugerah itu kepada mereka.
- [2] Besarlah kebahagiaan pada zaman akhir dibandingkan dengan apa yang dinikmati pada zaman-zaman sebelumnya di dunia. Terang yang cerah, penopang-penopang iman, ketetapan-ketetapan ibadah yang membuahkan hasil, dan penghiburan yang besar, semuanya ini jauh lebih besar sejak Kristus menyatakan diri daripada sebelum-sebelumnya. Rasa syukur dan pelayanan kita haruslah sepadan dengan perkenanan-perkenanan itu.
- [3] Penebusan Kristus bukan milik siapa-siapa selain orang-orang yang sungguh-sungguh percaya. Penebusan yang bersifat umum ditegaskan oleh sebagian orang, dan disangkal oleh sebagian yang lain, tetapi tidak ada yang menyatakan bahwa kematian Kristus diterapkan secara umum demi keselamatan semua orang. Orang-orang munafik dan kafir tetap akan binasa selama-lamanya, kendati dengan kematian Kristus.
- [4] Allah di dalam Kristus adalah yang terutama diimani oleh orang Kristen, iman yang dengan kuat ditopang oleh kebangkitan Kristus dan kemuliaan yang betul-betul mengikuti sesudahnya.
- II. Rasul Petrus menasihati mereka supaya menjalin kasih persaudaraan.
- 1. Ia menganggap bahwa Injil sudah memiliki dampak yang sedemikian rupa atas mereka sehingga memurnikan jiwa mereka sementara mereka mematuhinya melalui Roh, dan bahwa Injil telah menghasilkan setidak-tidaknya kasih persaudaraan yang tulus ikhlas. Karena itu ia mengajak mereka untuk melanjutkan ke tingkat perasaan yang lebih tinggi, yaitu untuk sungguh-sungguh mengasihi satu sama lain dengan hati yang murni (ay. 22). Amatilah,
- (1) Tidak diragukan bahwa setiap orang Kristen yang tulus memurnikan jiwanya. Rasul Petrus menganggap hal ini memang harus demikian adanya: Karena kamu telah, dst. Memurnikan jiwa mengandaikan adanya sesuatu yang sangat najis dan kotor yang telah mencemarkannya, dan bahwa kotoran ini dihilangkan. Baik pemurnian imamat Lewi di bawah hukum Taurat maupun pemurnian manusia lahiriah seperti orang munafik tidak dapat menghasilkan hal ini.
- (2) Firman Allah adalah sarana agung untuk memurnikan orang berdosa: Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran. Injil disebut kebenaran, sebagai lawan dari perlambang dan bayangan, kesalahan dan kepalsuan. Kebenaran ini dapat memurnikan jiwa dengan berhasil, jika dipatuhi (Yoh. 17:17). Banyak orang mendengar kebenaran, tetapi tidak pernah dimurnikan olehnya, karena mereka tidak mau berserah diri padanya atau mematuhinya.
- (3) Roh Allah adalah pelaku agung dalam memurnikan jiwa manusia. Roh meyakinkan jiwa akan ketidakmurniannya, dan melengkapinya dengan kebajikan-kebajikan dan anugerah yang menghiasi dan memurnikannya, seperti iman (Kis. 15:9), pengharapan (1Yoh. 3:3), takut akan TUHAN (Mzm. 34:10), dan kasih terhadap Yesus Kristus. Roh memicu upaya-upaya kita, dan membuatnya berhasil. Pertolongan Roh tidak menggantikan usaha kita sendiri. Orang-Orang ini memurnikan jiwa mereka sendiri, tetapi itu melalui Roh.
- (4) Jiwa-jiwa orang Kristen harus dimurnikan sebelum mereka sama sekali bisa mengasihi satu sama lain dengan tulus ikhlas. Ada hawa nafsu dan keberpihakan dalam kodrat manusia, sehingga tanpa anugerah ilahi kita tidak bisa mengasihi Allah atau satu sama lain seperti yang seharusnya. Tidak ada kasih selain yang keluar dari hati yang murni.
- (5) Merupakan kewajiban semua orang Kristen untuk mengasihi satu sama lain dengan tulus dan sungguh-sungguh. Kasih sayang kita satu terhadap yang lain haruslah tulus dan nyata, dan harus sungguh-sungguh, terus-menerus, dan luas.
- 2. Rasul Petrus lebih jauh mendesakkan kepada orang-orang Kristen kewajiban untuk sungguh-sungguh mengasihi satu sama lain dengan hati yang murni dengan menimbang hubungan rohani mereka. Mereka semua telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, dst. Dari sini kita dapat memetik pelajaran,
- (1) Bahwa semua orang Kristen telah dilahirkan kembali. Rasul Petrus membicarakan perkara ini sebagai hal yang umum bagi semua orang Kristen yang sungguh-sungguh, dan melalui kelahiran kembali ini mereka dibawa ke dalam suatu hubungan yang baru dan dekat satu sama lain. Mereka menjadi bersaudara melalui kelahiran baru mereka.
- (2) Firman Allah adalah sarana agung bagi pembaharuan diri atau kelahiran kembali (Yak. 1:18). Anugerah pembaharuan disampaikan oleh Injil.
- (3) Kelahiran yang baru dan kedua ini jauh lebih diinginkan dan luhur daripada kelahiran pertama. Hal ini diajarkan oleh Rasul Petrus dengan lebih memilih benih yang tidak fana daripada benih yang fana. Oleh benih yang fana kita menjadi anak-anak manusia, sedangkan oleh benih yang tidak fana kita menjadi putra dan putri Yang Mahatinggi. Firman Allah yang dibandingkan dengan benih mengajar kita bahwa meskipun terlihat kecil, namun pekerjaannya menakjubkan, meskipun tersembunyi selama beberapa waktu, namun ia tumbuh dan menghasilkan buah-buah yang baik pada akhirnya.
- (4) Mereka yang sudah diperbaharui harus sungguh-sungguh saling mengasihi dengan hati yang murni. Orang-orang yang bersaudara secara jasmani wajib saling mengasihi. Tetapi kewajiban itu berlipat ganda apabila ada hubungan rohani: mereka berada di bawah pemerintahan yang sama, ambil bagian dalam hak-hak istimewa yang sama, dan sekarang sudah memiliki kepentingan yang sama.
- (5) Firman Allah itu hidup dan kekal. Firman ini adalah firman yang hidup, atau firman yang kuat (Ibr. 4:12). Firman ini adalah sarana kehidupan rohani, untuk memulai kehidupan rohani itu dan bertekun di dalamnya, menghidupkan dan menggerakkan kita dalam menjalankan kewajiban, sampai ia membawa kita pada kehidupan kekal. Dan firman itu kekal, tetap benar secara abadi, dan tetap berdiam dalam hati orang-orang yang diperbaharui untuk selama-lamanya.
SH: 1Ptr 1:1-4 - Dipanggil untuk taat dan kudus (Rabu, 7 Juli 1999) Dipanggil untuk taat dan kudus
Allah telah menyatakan rahmat-Nya yang besar melalui diri
Putra-Nya, Yesus Kristus; sehingga orang-orang pendatan...
Dipanggil untuk taat dan kudus
Allah telah menyatakan rahmat-Nya yang besar melalui diri Putra-Nya, Yesus Kristus; sehingga orang-orang pendatang di Asia Kecil mengalami kelahiran baru dan hidup dalam pengharapan. Mereka adalah orang-orang pilihan yang dipanggil Allah untuk mengemban amanat agung-Nya. Mereka dipanggil sebagai umat yang akan menyatakan inti berita Injil yakni kasih Kristus kepada dunia sekitar mereka. Oleh karena itu mereka harus menjaga hidup mereka dalam ketaatan dan kekudusan. Sebagai umat-Nya, kita pun terpanggil untuk hidup taat dan kudus di hadapan-Nya, agar dunia merasakan keberadaan kita yang menyaksikan kasih-Nya.
Harta sorgawi. Ada suatu pengharapan bagi umat-Nya yang dipanggil taat dan kudus, yakni tersedianya harta sorgawi yang tidak binasa, yang tidak cemar, dan tidak dapat layu. Pengharapan kekal inilah yang Allah janjikan bagi setiap orang yang hidup berkenan kepada-Nya, supaya tetap tekun dan sabar menghadapi kenyataan hidup di dunia ini yang memang penuh pergumulan. Penderitaan dan pergumulan yang kita alami saat ini memang tidak dapat dibandingkan dengan keindahan dan kekekalan harta sorgawi. Renungkan: Harta sorgawi akan menjadi milik abadi bagi setiap orang yang mau menjaga ketaatan dan kekudusan hidupnya, berkenan kepada-Nya.
SH: 1Ptr 1:1-12 - Pendatang di dunia, ahli waris di surga (Rabu, 13 Oktober 2004) Pendatang di dunia, ahli waris di surga
Selama hidup di dunia ini, anak-anak Tuhan tidak akan lepas dari
masalah dan penderitaan. Namun, anak-an...
Pendatang di dunia, ahli waris di surga
Selama hidup di dunia ini, anak-anak Tuhan tidak akan lepas dari masalah dan penderitaan. Namun, anak-anak Tuhan sejati tidak akan tenggelam dalam berbagai percobaan hidup ini sampai berputus asa, apalagi murtad. Tidak sama sekali! Karena anak-anak Tuhan memiliki pengharapan akan kepastian keselamatan! Di dunia ini kita boleh hidup menderita, tetapi di surga kelak, kebahagiaan kekal menanti. Puji Tuhan!
Petrus menaikkan doa ucapan syukur untuk umat Tuhan yang tinggal di wilayah Asia Kecil oleh karena sebagai orang-orang yang sudah dikuduskan oleh Roh melalui darah Yesus (ayat 2), mereka adalah ahli waris surgawi (ayat 4). Sebagai orang-orang yang sudah menerima keselamatan di dalam Yesus Kristus, mereka akan dipelihara oleh kekuatan Tuhan sendiri sampai akhir zaman (ayat 5). Oleh sebab itu, nasihat Petrus kepada mereka adalah supaya mereka bersukacita sekalipun dalam hidup di dunia ini mereka menderita (ayat 6). Petrus juga menjelaskan bahwa tujuan Tuhan mengizinkan penderitaan kepada umat-Nya adalah bukan untuk menjatuhkan mereka sebaliknya, untuk membuktikan kesejatian iman mereka. Iman yang sejati pasti teruji dengan baik. Ibarat emas yang dimurnikan oleh api dan segala kotorannya akan terbakar habis sehingga emas itu akan tampil cemerlang. Demikian juga ketika iman anak Tuhan diuji oleh penderitaan maka hasilnya anak Tuhan akan muncul sebagai pemenang (ayat 7).
Bukti seperti apa yang harus dinyatakan oleh anak-anak Tuhan tentang kesejatian imannya? Pertama, tetap setia dan tidak menyangkal Tuhan dalam segala situasi. Kedua, tetap mempraktikkan kasih Tuhan kepada orang lain, bahkan kepada orang-orang yang menganiaya kita.
Renungkan: Iman, pengharapan, dan kasih. Iman mendasarkan diri pada karya penebusan Tuhan bagi umat-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari maut. Pengharapan memampukan kita melihat ke depan kepada janji surgawi. Kasih diwujudkan dalam tindakan hidup sehari-hari menantang kejahatan demi untuk membangun sesama manusia dalam dunia ini.
SH: 1Ptr 1:1-2 - Pendatang di dunia, kewargaan di surga (Kamis, 17 November 2011) Pendatang di dunia, kewargaan di surga
Surat tertulis adalah sarana penting bagi orang pada zaman dahulu untuk berkomunikasi dan menyampaikan pesan. ...
Pendatang di dunia, kewargaan di surga
Surat tertulis adalah sarana penting bagi orang pada zaman dahulu untuk berkomunikasi dan menyampaikan pesan. Melalui surat, Petrus memperkenalkan diri sebagai rasul Yesus Kristus. Ia sebelumnya bernama Simon, seorang nelayan biasa. Namun Yesus memanggil dia menjadi penjala manusia dan mengubah namanya menjadi Petrus, yang berarti batu. Dalam mengikuti Yesus, ia telah mengalami jatuh bangun bahkan ia pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Lalu Yesus memulihkan jabatannya sebagai rasul dan mengutus dia untuk menggembalakan domba-Nya.
Berbeda dengan Paulus yang dipilih untuk melayani orang-orang nonYahudi, Petrus memfokuskan diri melayani orang Yahudi. Namun Petrus menulis satu surat kepada orang Kristen di perantauan, baik Yahudi maupun nonYahudi. Ia menyebut mereka sebagai orang-orang pendatang. Orang Kristen adalah pendatang di dunia, karena kewargaannya ada di surga.
Petrus menulis surat ini untuk menghibur dan menguatkan orang-orang tersebut karena mereka sedang mengalami penderitaan dan penganiayaan. Ia mengingatkan bahwa mereka telah dipilih sesuai rencana Allah, yaitu sejak kekekalan. Pilihan ini bukan berdasarkan perbuatan baik mereka, melainkan karena anugerah Allah serta karya Roh Kudus yang membuat mereka dilahirkan kembali ketika percaya kepada Kristus. Tujuannya adalah supaya mereka taat kepada Kristus dan menerima bagian dari hidup Kristus. Petrus juga berharap agar anugerah dan damai sejahtera semakin melimpah di dalam hidup mereka sehingga mereka bisa menyalurkannya juga kepada orang lain, agar orang lain pun beroleh anugerah keselamatan dan damai sejahtera dari Tuhan.
Kita sendiri pun dapat disebut sebagai musafir di dunia ini karena kewargaan kita ada di surga. Dan setiap kita yang beriman sungguh-sungguh kepada Kristus, pasti mengalami penderitaan karena iman kita. Oleh karena itu, kita perlu saling menguatkan agar anugerah dan damai sejahtera terus nyata di dalam hidup kita dan juga mengalir kepada orang lain yang belum percaya.
SH: 1Ptr 1:1-2 - Taatilah Tuhanmu (Sabtu, 14 April 2018) Taatilah Tuhanmu
Dalam budaya Jawa dikenal kata "ruwatan", yaitu sebuah tradisi yang dilakukan sebagai sarana pembebasan dan penyucian manusia atas d...
Taatilah Tuhanmu
Dalam budaya Jawa dikenal kata "ruwatan", yaitu sebuah tradisi yang dilakukan sebagai sarana pembebasan dan penyucian manusia atas dosa atau kesalahannya yang berdampak kesialan atau penyakit dalam diri seseorang. Tradisi ini bisa dikenakan terhadap manusia dan juga kepada benda. Meskipun kita berada pada zaman pascamodern, tradisi ini masih dipraktikkan oleh masyarakat di berbagai daerah.
Surat Petrus disebut sebagai surat am, artinya surat terbuka yang ditujukan kepada jemaat di Asia kecil, yang sedang mencari jati diri di tengah kehidupan baru. Penulis mengingatkan bahwa mereka kini sudah disebut sebagai jemaat yang kudus. Arti kudus tidak dimaksudkan sebagai orang yang tidak bercela dan tidak berdosa. Kata "kudus" di sini berarti bahwa segala pelanggaran dan dosa yang telah diperbuat telah diampuni dalam Tuhan Yesus. Karena itu percikan darah-Nya adalah tanda pengampunan, penahiran atas segala dosa yang dilakukan manusia. Jemaat juga diingatkan bahwa mereka adalah orang-orang pilihan Allah untuk mendapatkan anugerah pembebasan. Sebagai orang-orang yang telah dikuduskan, hendaknya mereka hidup demi Kristus dengan cara hidup dalam ketaatan.
Seorang murid yang berhasil adalah murid yang taat kepada gurunya. Olahragawan yang berhasil adalah seorang yang bersedia taat kepada instrukturnya. Ketaatan yang dilakukan orang kristen bukan dengan pamrih tertentu, tetapi lebih sebagai ucapan syukur dan penyerahan diri kepada Yesus yang telah membebaskan kita dari belenggu dosa.
Hidup taat kepada Yesus merupakan hal yang harus diperjuangkan. Sebab pada umumnya manusia lebih tunduk kepada keinginannya sendiri, atau pun taat kepada penguasa yang terkadang berbeda dari Kristus. Taat kepada Yesus membutuhkan perjuangan dengan segenap hati, jiwa, akal dan budi kita serta dukungan semua pihak.
Marilah kita taat kepada Yesus sebagai ucapan syukur atas kebaikan dan pengorbanan-Nya bagi kita. [AHH]
SH: 1Ptr 1:3-12 - Iman dan Pengharapan (Jumat, 18 November 2011) Iman dan Pengharapan
Menyadari bahwa pilihan Allah atas dirinya begitu menakjubkan dan menyadari betapa mulianya pengudusan Roh Kudus melalui percika...
Iman dan Pengharapan
Menyadari bahwa pilihan Allah atas dirinya begitu menakjubkan dan menyadari betapa mulianya pengudusan Roh Kudus melalui percikan darah Kristus, membuat Petrus menaikkan pujian kepada Allah karena telah menyatakan kemurahan-Nya dengan membuat orang percaya dilahirkan kembali melalui karya kematian dan kebangkitan Kristus. Melaluinya orang-orang beriman memiliki hidup dengan pengharapan akan menerima warisan dan kemuliaan yang bersifat kekal di surga kelak. Orang percaya dapat memiliki pengharapan demikian karena iman kepada Yesus Kristus dan karena Allah mampu memelihara setiap orang percaya sampai pada hari yang terakhir. Inilah jaminan yang membuat orang beriman hidup dalam sukacita.
Pengharapan mulia ini dapat tetap dimiliki orang percaya walaupun sedang mengalami penderitaan hidup. Mengapa? Karena penderitaan yang dialami orang beriman berguna untuk menguji iman sehingga iman itu semakin dimurnikan dari waktu ke waktu. Bila terbukti teruji, orang beriman layak menerima puji-pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada waktunya (7).
Selanjutnya Petrus mengatakan bahwa kita dapat berbahagia karena ada sukacita yang tidak terhingga dan tidak terkatakan bagi setiap orang yang percaya dan memiliki jaminan keselamatan. Keselamatan ini merupakan bagian dari rencana Allah yang agung sejak dari kekekalan dan merupakan rahasia bagi para nabi Perjanjian Lama, yang tersembunyi selama berabad-abad. Namun rahasia itu kemudian terungkap, yaitu rahasia yang menyangkut jemaat di antara masa penderitaan dan kedatangan Kristus kembali dalam kemuliaan. Kita adalah bagian dari jemaat ini.
Oleh karena itu, berimanlah sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus agar kita memiliki pengharapan yang teguh dan mulia akan kedatangan Yesus kembali sehingga kita akan mendapat bagian dari apa yang Tuhan telah janjikan. Dalam semua itu, selama masih di dunia kita harus mewujudkan iman dan pengharapan kita dengan mengasihi Tuhan dan sesama kita. Dengan demikian, kita boleh hidup dalam sukacita.
SH: 1Ptr 1:3-12 - Tempaan Hidup (Minggu, 15 April 2018) Tempaan Hidup
Pernahkah saudara melihat tukang pandai besi membuat sebuah pisau?
Pisau sangat berguna bagi manusia. Di tangan seorang koki, pisau da...
Tempaan Hidup
Pernahkah saudara melihat tukang pandai besi membuat sebuah pisau?
Pisau sangat berguna bagi manusia. Di tangan seorang koki, pisau dapat menghadirkan makanan yang lezat. Di tangan pengrajin bambu, pisau dapat membuat hasil kerajinan bernilai seni yang tinggi. Namun, kita tahu bahwa untuk menjadi sebuah pisau, besi harus mengalami begitu banyak proses yang menyakitkan. Besi harus melalui pembakaran pada tungku api dengan suhu yang sangat tinggi, ditempa berkali-kali, dan dimasukkan dalam air yang sangat dingin.
Penderitaan yang terjadi dalam diri umat kristen hendaknya dipahami sebagai cara Allah menguji iman, menempa spiritualitas dan kepekaan kita. Memang tak bisa dibayangkan penderitaan yang dialami oleh umat saat itu. Banyak ketidakadilan, kemiskinan, dan kedukaan. Tentu saja penderitaan yang berat dapat menimbulkan berbagai rekasi. Ada yang putus asa atau apatis dengan kondisi yang ada. Ada juga yang sangat reaktif sehingga menimbulkan kekerasan.
Penulis mengajak jemaat untuk menjadikan penderitaan sebagai batu ujian iman mereka. Ujian hidup yang dimaknai dengan baik sebagai cara untuk mendewasakan iman dan mental seseorang. Diharapkan agar orang kristen tidak kehilangan pengharapan akan kehidupan yang baik. Pengharapan itu seperti sauh jiwa yang membuat kita punya keyakinan hati untuk terus berjuang dan tidak menyerah menghadapi segala keburukan hidup. Jika saat ini Tuhan belum memanggil, kita masih dipercaya untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan perintah-Nya.
Memang menghadapi penderitaan sendirian tidaklah mudah. Karena itu, umat bukan saja membutuhkan dukungan dari keluarga dan sahabat untuk menyemangati hidupnya, tetapi juga pertolongan serta kekuatan Tuhan dalam hidup kita.
Marilah kita menjalani hidup ini dengan sikap hati pantang menyerah terhadap persolan hidup. Apa pun tantangan yang dialami, hendaknya kita tetap bertahan dan berharap pada kekuatan Allah untuk tetap tegar dan mengasihi musuh kita. [AHH]
SH: 1Ptr 1:5-12 - Menjadi bagian dunia (Kamis, 8 Juli 1999) Menjadi bagian dunia
Kristen yang dipanggil adalah Kristen yang hidup dalam sejarah
manusia, bukan Kristen yang ada di luar dunia. Selama kita
...
Menjadi bagian dunia
Kristen yang dipanggil adalah Kristen yang hidup dalam sejarah manusia, bukan Kristen yang ada di luar dunia. Selama kita menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir, kita tetap menjalani kehidupan bersama dengan semua orang dalam dunia. Ini berarti bahwa Kristen harus menghadapi berbagai pencobaan, karena arus dunia yang berbeda dengan imannya. Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa seorang murid harus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Dia. Teladan hidup sudah diberi, maka selayaknyalah Kristen, sebagai murid-Nya meneladani-Nya. Pemeliharaan dan kekuatan yang Allah berikan sebagai tanda penyertaan-Nya memampukan Kristen untuk setia.
Penderitaan alat pemurnian iman. Penderitaan yang diizinkan Allah menjadi bagian hidup kita tidak pernah sia-sia. Setiap penderitaan yang kita alami akan dipakai Allah untuk memurnikan iman kita, sehingga kita beroleh puji-pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada saat kedatangan Kristus. Penderitaan yang dimaksudkan bukanlah penderitaan yang disebabkan oleh kesalahan sendiri atau karena ketidaktaatan kita, namun penderitaan yang kita alami adalah karena kita tetap berpegang pada Injil dan karena ketaatan kita kepada Kristus.
Doa: Kuatkan dan teguhkan imanku selama menantikan kedatangan-Mu.
SH: 1Ptr 1:13-25 - Hidup dalam kekudusan (Jumat, 9 Juli 1999) Hidup dalam kekudusan
Inilah perintah Allah yang mengatakan: "kuduslah kamu, sebab Aku
kudus". Kristen adalah umat tebusan Allah yang telah dila...
Hidup dalam kekudusan
Inilah perintah Allah yang mengatakan: "kuduslah kamu, sebab Aku kudus". Kristen adalah umat tebusan Allah yang telah dilahirkan kembali karena pengorbanan Kristus yang telah mati di kayu salib. Inilah penebusan yang mahal, yang tidak mungkin dibayar dengan apa pun juga, selain dengan darah Yesus, Sang Putra Allah. Setelah ditebus, Kristen terpanggil menjadi umat-Nya yang kudus, yang menjaga hidupnya berkenan kepada-Nya. Kecenderungan berbuat dosa dan menyukakan diri ditinggalkan dan termotivasi untuk hidup sesuai dengan firman-Nya, hari demi hari menikmati pengudusan-Nya, semakin serupa dengan Kristus.
Kasih persaudaraan. Suatu bentuk manifestasi (perwujudan) dari orang yang telah dipanggil adalah kasih persaudaraan. Orang yang sudah dipanggil menjadi Gereja harus memanifestasikan komunitas (persekutuan) ilahi, yakni komunitas Allah yang lahir dari Firman yang hidup. Kasih Kristus yang telah mengalir dalam hidupnya akan mengalir pula dalam manifestasi yang nyata sehari-hari, saling mengasihi satu dengan yang lain dengan kasih yang tulus ikhlas dan segenap hati. Kasih persaudaraan sebagai pengikat komunitas ilahi walau berbeda latar belakang, suku bangsa, tingkat sosial, tingkat pendidikan, dll.
Doa: Tuhan, jadikan kami komunitas ilahi yang memiliki kasih persaudaraan.
SH: 1Ptr 1:13-21 - Hidup kudus demi Tuhan (Kamis, 14 Oktober 2004) Hidup kudus demi Tuhan
Ada orang-orang tertentu yang hidup kudus demi mengejar
keselamatan. Arti keselamatan baginya adalah kelepasan dari
...
Hidup kudus demi Tuhan
Ada orang-orang tertentu yang hidup kudus demi mengejar keselamatan. Arti keselamatan baginya adalah kelepasan dari belenggu kedagingan. Itulah sebabnya, ia berupaya menahan diri dari berbagai hawa nafsu kedagingan (misalnya: seks bebas, kerakusan, dll.), bahkan bisa secara ekstrim mengekang dirinya dari hal-hal yang wajar (misalnya: pernikahan, makanan sehat, dll.). Tujuan ia melakukan tindakan pengekangan diri itu adalah untuk mendapatkan kelepasan dari belenggu kedagingan itu sehingga ia akan memperoleh keselamatan. Bagaimana dengan kita? Apakah tujuan orang Kristen hidup kudus? Apakah untuk mengejar hal yang sama?
Orang Kristen hidup kudus bukan untuk mendapatkan keselamatan! Keselamatan adalah anugerah Tuhan. Tuhan memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Maka, Petrus menasihatkan umat Tuhan dalam suratnya ini agar mereka hidup kudus dengan menyadari status mereka yang telah memperoleh keselamatan sebagai umat dari Tuhan yang kudus (ayat 15-16). Umat Tuhan hidup kudus karena mereka telah ditebus dari cara hidup masa lampau yang sia-sia, yaitu hidup dalam penyembahan berhala sebagaimana dulu nenek moyang mereka melakukannya (ayat 18). Mereka sadar harga tebusan itu melampaui nilai perak atau emas, yaitu darah anak domba Allah, Yesus Kristus sendiri (ayat 19). Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari belenggu kedagingan dan hidup penuh kesia-siaan yang hanya akan membawa mereka kepada kebinasaan.
Jadi, tujuan orang Kristen hidup kudus karena ia tidak mau menyia-nyiakan penebusan Kristus yang sudah dianugerahkan kepadanya. Kita sudah dibebaskan dari belenggu perbudakan dosa, mengapa sekarang kita mau menyerahkan diri lagi kepada perhambaan dosa itu? Kalau kita masih hidup sembarangan dalam dosa maka sama saja dengan kita menghina dan menyangkali karya Kristus di kayu salib.
Camkanlah: Hidup kudus bukan pilihan bagi orang Kristen. Hidup kudus adalah cara hidup orang-orang Kristen yang telah mengalami anugerah penebusan Kristus.
SH: 1Ptr 1:13-25 - Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan (Sabtu, 19 November 2011) Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan
Dengan dasar iman, pengharapan, dan kasih, Petrus menasihati para pembaca untuk hidup dalam kebenaran dan kasi...
Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan
Dengan dasar iman, pengharapan, dan kasih, Petrus menasihati para pembaca untuk hidup dalam kebenaran dan kasih persaudaraan. Mereka harus mengendalikan pikiran, waspada terhadap segala sesuatu, dan meletakkan pengharapan pada masa yang akan datang. Pengharapan akan kemuliaan harus mendorong mereka untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dengan tidak lagi membiarkan hawa nafsu yang bejat menguasai mereka seperti saat mereka hidup dalam kegelapan dosa. Mereka mesti hidup kudus sebagaimana Allah adalah kudus, dan itu dapat mereka lakukan dengan menjauhi segala kejahatan, kecemaran, hawa nafsu, dan dosa moral lainnya.
Orang percaya perlu tahu bahwa Allah Bapa adalah Hakim yang adil dan benar, sehingga tidak ada satu orang pun yang terluput dari penghakiman-Nya. Maka kita harus hidup takut akan Tuhan karena Dia telah menebus kita dari dosa dan cara hidup yang lama. Allah menebus kita bukan dengan barang yang fana, tetapi dengan darah Anak-Nya yang mahal dan tanpa cacat dan cela (18-19). Hal ini sesuai dengan rencana Bapa yang telah memilih dan mengutus Anak-Nya datang ke dalam dunia dan mati untuk menebus dosa manusia sehingga setiap kita yang percaya boleh dilahirkan dari benih firman Tuhan yang kekal. Kita juga dapat memiliki pengharapan yang teguh kepada Allah yang telah membangkitkan Anak-Nya. Iman dan pengharapan ini harus terwujud dalam perbuatan kita. Di antara saudara seiman harus saling mengasihi dengan kasih yang tulus ikhlas. Kasih demikian akan menjauhi kita dari kepura-puraan, manipulasi, keegoisan, dan kepentingan diri. Kasih demikian juga membuat kita rela berkurban dan mengasihi tanpa pamrih demi kebaikan orang lain.
Kita yang sudah mendapatkan anugerah keselamatan yang begitu luar biasa dari Tuhan sudah sewajarnya menghargai dan membalas kasih Tuhan itu. Untuk itu, kita mesti hidup dalam kebenaran dan mewujudkan iman kita dengan hidup saling mengasihi termasuk mengasihi mereka yang belum percaya agar suatu hari mereka juga mengalami kasih Kristus.
SH: 1Ptr 1:13-25 - Mengamalkan Kasih Persaudaraan (Senin, 16 April 2018) Mengamalkan Kasih Persaudaraan
Konon ada seorang budak sulit dikendalikan karena dia selalu merusak apa pun dan mencaci maki. Di sebuah pasar jual be...
Mengamalkan Kasih Persaudaraan
Konon ada seorang budak sulit dikendalikan karena dia selalu merusak apa pun dan mencaci maki. Di sebuah pasar jual beli budak, orang silih berganti melihatnya. Namun, tak ada satu pun yang tertarik untuk membelinya. Di ujung penutupan jual beli tersebut, ada seorang tuan yang tertarik untuk membelinya. Sampai di rumah Si Tuan, budak tersebut tetap melakukan keonaran meski terus dihukum. Suatu kali Si Tuan memanggilnya dan memberikan sebuah surat. Betapa terkejutnya budak itu sebab surat itu berisi pembebasan atas dirinya. Dengan berlutut akhirnya budak itu menyerahkan dirinya dan menjadikan orang yang baik hati menjadi tuannya.
Manusia selama ini telah menjadi budak dosa. Hidupnya dikuasai oleh kegelapan. Karena kasih Tuhan Yesus, manusia telah ditebus. Penebusan yang dilakukan bukan dengan emas, perak, dan uang, tetapi melalui darah Tuhan Yesus di Bukit Kalvari. Karena itu, kehidupan orang Kristen juga diharapkan mencerminkan diri sebagai orang tebusan yang telah dimerdekakan. Wujud dari ucapan syukur atas karya penebusan, yaitu menjaga kekudusan hidup. Sebagaimana Allah adalah kudus, hendaknya kita juga kudus. Artinya berjuang dengan tak putus-putusnya menjaga mulut, pikiran, dan tindakan kita dari hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Allah.
Selain itu, panggilan hidup kita adalah menjalankan hidup persaudaraan dengan tulus iklas. Membangun hidup persaudaraan pada masa kini menjadi hal yang sangat mendesak. Adanya kaum radikalisme telah merobek kain persahabatan kita. Kepentingan ekonomi dan politik menggunakan kendaraan agama, suku, dan etnis untuk keuntungan. Tidak peduli akan ancaman perang saudara. Sementara itu berbagai bencana silih berganti menimpa bangsa tercinta. Sementara kemiskinan, ketidakadilan, korupsi, kekerasan terhadap perempuan dan anak menjadi pekerjaan besar bagi kita. Sebagai orang yang telah ditebus, kita dipanggil untuk memerdekakan setiap manusia sebagaimana harkat dan martabatnya. Marilah kita mengamalkan kasih secara nyata saat ini. [AHH]
Utley: 1Ptr 1:1-2 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:1-21 Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia K...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:1-2
1 Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, 2 yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.
1Pet 1:1 "Petrus" Peter adalah juru bicara yang nampak jelas untuk ke dua belas Rasul. Ia termasuk dalam lingkaran dalam (Petrus, Yakobus, dan Yohanes). Catatan saksi mata Petrus akan kehidupan dan ajaran Yesus (lih. 1Pet 5:1) dicatat dalam Injil Markus (mungkin merupakan Injil tertulis yang pertama; juga mungkin ditulis oleh Mark dari khotbah Petrus di Roma).
Hubungan khusus Yesus dengan Petrus didokumentasikan dalam Mat 16 dan Yoh 21. Namun, hubungan khusus ini tidak diakui sebagai kepemimpinan. Petrus sebagai pemimpin (Paus) dari keKristenan Barat adalah perkembangan sejarah (seperti pandangan Katolik Romawi terhadap Maria), bukan ajaran Alkitabiah yang jelas. I Petrus memberikan jendela ke dalam hati pastoral dan hiruk-pikuk kehidupan dari pemimpin yang mengagumkan ini.
Istilah petros dalam bahasa Yunani berarti "batu lepas" berbeda dengan (yaitu petra, FEMININE) "bukit batu" (lih. Mat 16:18); Dalam bahasa Aram keduanya akan diterjemahkan sebagai Kefas; perbedaan antara dua istilah Yunani tersebut hilang dalam kata-kata Yesus kepada Petrus!
□ "rasul" Kata ini digunakan dalam Yudaisme kerabian dengan konotasi "seorang yang dikirim dengan otoritas." Petrus selalu disebutkan pertama kali. Yesus memilih dua belas murid-Nya untuk bersama-Nya dalam pengertian khusus dan menyebut mereka "Rasul" (lih. Luk 6:13). Istilah ini sering digunakan untuk Yesus yang diutus dari Bapa (lih. Mat 10:40, Mr 9:37, Luk 9:48, Yoh 4:34; 5:24,30,36,37,38; 6:29,38,39,40,57; 7:29; 8:42; 10:36; 11:42; 17:3,8,18,21,23,25; 20:21). KE Dua Belas murid ini tercantum dalam Mat 10:1-4, Mr 3:13-19, Luk 6:12-16, Kis 1:12-13.
□ "Yesus" Nama Ibrani ini berarti "YHWH menyelamatkan" atau "YHWH membawa keselamatan." Nama ini dinyatakan kepada orang tuanya oleh seorang malaikat (Lih. Mat 1:21). "Yesus" diturunkan dari kata Ibrani untuk keselamatan, hosea, yang ditambahkan ke belakang nama perjanjian untuk Tuhan, YHWH. Ini adalah sama dengan nama Ibrani Yosua.
□ "Kristus" Ini adalah padan kata Yunani dari istilah Ibrani mesias, yang berarti "seorang yang diurapi." Ini menyiratkan "seseorang yang dipanggil dan diperlengkapi oleh Allah untuk suatu tugas tertentu." Dalam PL ada tiga kelompok pemimpin yang diurapi: Imam-imam, raja-raja, dan nabi-nabi. Yesus memenuhi ketiga jabatan yang diurapi ini (lih. Ibr 1:2-3). Lihat Topik Khusus: Urapan dalam Alkitab di Mr 6:13.
- NASB "bagi mereka yang tinggal sebagai orang asing"
- NKJV "untuk para peziarah dari diaspora"
- NRSV "kepada orang buangan akibat Pengasingan"
- TEV "kepada orang-orang pilihan Allah yang hidup sebagai pengungsi"
- NJB "kepada orang-orang pendatang"
Surat edaran ini dikirimkan kepada jemaat-jemaat yang sebagian besar orang percaya bukan Yahudi (1Pet 1:14,18; 2:9-10,12; 4:3-4). Petrus sering menggunakan terminologi PL untuk menggambarkan Gereja PB (lih. 1Pet 2:5,9).
□ "tersebar di" Ini secara harfiah adalah "diaspora," yang berarti "menabur." Istilah ini biasanya digunakan oleh orang Yahudi Palestina untuk merujuk pada orang Yahudi yang tinggal di luar Palestina (lih. Yoh 7:35). Petrus menggunakannya untuk merujuk kepada gereja-gereja yang terdiri dari orang-orang percaya bangsa lain dan Yahudi di Asia Kecil bagian utara. Orang percaya ini sekarang adalah warga negara surga (lih. Fili 3:20; Ibr 11:8-10,13-16), tapi untuk sisa kehidupan duniawi mereka, mereka hidup sebagai orang asing dan orang-orang buangan.
□ "Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia" Pontus bukanlah provinsi Romawi. Daftar ini kebanyakan menunjuk pada kelompok rasial. Daftar ini sepertinya mencerminkan rute si pembawa surat ini, mulai dari Sinope di Laut Hitam dan bergerak searah jarum jam kembali ke Bitinia. Beberapa kelompok-kelompok ini disebutkan sebagai hadir pada hari Pentakosta (lih. Kis 2:9-11).
1Pet 1:2 "yang dipilih sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita" Ini adalah suatu penekanan kuat pada kedaulatan Allah (yang menjadi ciri khas I Petrus), yang sering digunakan dalam PL untuk mengakui pemilihan YHWH atas Israel (lih. Ul 4:37; 7:6-7; 14:2, Yes 65:9). Dalam PL pemilihan terkait dengan pelayanan; namun demikian, dalam PB istilah ini berkaitan dengan keselamatan rohani.
Kara rencana ini (yang KATA BENDA nya[prognōsis] hanya ada di sini dan Kis 2:23; KATA KERJA nya [proginōskō] digunakan secara teologis dalam Rom 8:29; 11:2) tidak berhubungan dengan usaha atau prestasi manusia (lih. Ef 2:8-9; 2Tim 1:9; Tit 3:5). Allah berdaulat dan seluruh sejarah adalah kini bagi-Nya. Hanya manusialah yang mengalami waktu masa lalu, sekarang, dan masa depan. Ingat bahwa Petrus, juru bicara untuk kelompok Kerasulan dan penyangkal Tuhan, adalah orang yang menuliskan kata-kata ini. Petrus dipilih karena siapa Allah, bukan karena siapa Petrus itu! Rahmat Allah tidak berhubungan dengan ramalan/rencana atau jika tidak demikian, maka keselamatan akan didasarkan pada tindakan manusia di masa mendatang.
Trinitas secara aktif terlihat di sini: Bapa (ay. 1Pet 1:3-5), Anak (ay. 1Pet 1:6-9), dan Roh Kudus (ay. 1Pet 1:10-12). Kata "Trinitas" itu sendiri bukanlah istilah Alkitab, tetapi Allah Tritunggal sering disebutkan dalam konteks yang bersatu. Lihat Topik Khusus: Trinitas di Mr 1:11.
□ "dan yang dikuduskan oleh Roh" Kata "menguduskan" berasal dari akar Yunani yang sama dengan kata "kudus" atau "suci"; dalam bahasa Aram akar ini berarti "dipisahkan untuk suatu tugas khusus." Orang-orang percaya adalah orang yang "dipanggil keluar, dipisahkan, dan diberi tugas" (lih. 2Tes 2:13, yang juga merupakan perikop Trinitarian).
Penegasan pembuka dari fungsi penebusan dari ketiga pribadi dari Tritunggal dalam kaitannya dengan masalah dosa manusia yang jatuh ini adalah sangat penting dalam pemahaman Injil Petrus.
- 1. Bapa - memilih
- 2. Roh - mengkuduskan
- 3. Anak - menyerahkan nyawa-Nya
Berhubungan frasa ini ditemukan baik dalam 2Tes 2:13 maupun 1Pet 1:2, adalah menarik untuk berspekulasi apakah Silwanus (lih. 1Pet 5:12, yang juga disebut Silas) mungkin telah menjadi juru tulis yang digunakan Petrus untuk menulis I Petrus serta juga juru tulis Paulus yang digunakan untuk menulis I dan II Tesalonika (lih. 1Tes 1:1; 2Tes 1:1). Ada beberapa petunjuk seperti ini di seluruh I Petrus. Lihat Topik Khusus: Kepribadian Roh di Mr 3:29. Ini juga menunjukkan kebebasan dari komposisi (yaitu, kata-kata dan frasa-frasa) yang diberikan kepada juru-juru tulis atas susunan kalimat liturgis yang umum digunakan oleh komunitas gereja awal.
□ "supaya taat kepada Yesus Kristus" Alkitab menyajikan hubungan manusia dengan Tuhan dalam istilah-istilah perjanjian. Allah selalu mengambil inisiatif dan menetapkan agendanya, tetapi manusia harus menanggapi dalam pertobatan, iman, ketaatan, pelayanan, dan ketekunan. Kita diselamatkan untuk melayani! Ketaatan sangatlah penting (lih. Luk 6:46; Ef 2:10). Lihat Topik Khusus: Perjanjian di Mr 14:24.
□ "dan menerima percikan darah-Nya" Ini adalah metafora PL untuk
- 1. penyucian dan pengampunan (lih. Im 14:1-7)
- 2. mentahbiskan kitab Perjanjian (lih. Kel 24:3-8)
- 3. penempatan ke posisi baru (lih. Kel 29:20-22)
Pengorbanan Yesus (lih. Yes 53; Mr 10:45; 2Kor 5:21) memungkinkan para pengikut-Nya untuk dapat diterima, disucikan, diampuni, dan untuk mendapatkan hubungan baru dengan Allah (lih. Ibr 10:22; 12:24). Orang percaya adalah orang yang dibeli dengan darah (ditebus) dan dipercik dengan darah (penyucian).
□ "Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu" Ini mirip dengan 2Pet 2:1 dan Yudas ay. 1Pet 1:2. Paulus juga menggunakan pembukaan yang serupa dalam surat-suratnya. Petrus mungkin telah mengenal surat-surat Paulus, khususnya Roma dan Efesus, atau keduanya diambil dari sebuah tradisi katekisasi umum abad pertama (yaitu, materi pelatihan yang telah disiapkan bagi orang percaya baru). Ingatlah bahwa Silas mungkin telah melayani sebagai juru tulis baik dari Petrus (lih. 1Pet 5:12) dan Paulus (lih. I dan 2Tes 1:1). Silas juga menggantikan Yohanes Markus, yang kemungkinan mengajar orang-orang percaya baru. Jika demikian, Silas juga terlibat dalam pelatihan katekisasi dan dengan demikian akrab dengan bahan-bahan tertulis gereja mula-mula untuk orang percaya baru. "Kasih karunia dan damai sejahtera" adalah salam pembuka unik dari orang Kristen sekaligus penegasan teologis atas prioritas sifat kemurahan dan tindakan penebusan Allah yang menyiapkan panggung untuk perdamaian umat manusia, damai sejahtera yang diadakan oleh tindakan Allah Tritunggal (lih. ay. 1Pet 1:2). Damai sejahtera kita ini hanya mungkin karena siapa Tuhan dan apa yang telah dilakukan-Nya. Adalah sedikit berlebihan untuk menyatakan bahwa pembuka surat berbau Kristen yang umum ini adalah bukti bahwa Petrus menulis baik kepada orang percaya bangsa-bangsa lain (kasih karunia, yang merupakan bentuk salam Yunani, charein, yang diKristenkan) dan Yahudi (damai sejahtera, yang merupakan terjemahan dari salam khas Yahudi shalom).
□ "melimpah atas kamu" Ini adalah sebuah ungkapan Ibrani yang lazim dalam doa-doa Yahudi (lih. 1Pet 1:2; Yud 1:2).
Utley: 1Ptr 1:3-9 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:3-93 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:3-9
3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, 4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. 5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. 6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. 7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. 8 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, 9 karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
1Pet 1:3 "Terpujilah" Istilah ini (eulogētos) tidak seperti yang digunakan dalam Mat 5 (makarios). Kata ini secara eksklusif digunakan untuk Allah dalam PB. Kita mendapatkan kata "sanjungan/madah" dari kata ini. Hal ini mirip dengan pujian kepada Tritunggal yang ditemukan di Ef 1:3-14: ay. 1Pet 1:3-5 berhubungan dengan Bapa, 6-9 dengan Anak, dan 10-12 Roh.
□ "Allah dan Bapa (dari)" Thomas Aquinas mencoba untuk membuktikan keberadaan Allah dengan berfokus pada
- 1. disain
- 2. keperluan secara logis akan adanya penyebab pertama atau penggerak utama
- 3. sebab dan akibat
Namun demikian, hal-hal ini berurusan dengan kebutuhan filosofis dan logis manusia. Alkitab menyatakan Allah dalam kategori pribadi yang tidak tersedia untuk alasan atau penelitian manusia. Hanya wahyulah yang menyatakan Tuhan sebagai Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus. Lihat Topik Khusus: Bapa pada Mr 13:22.
□ "Tuhan" Istilah Yunani "Tuhan" (kurios) dapat digunakan dalam pengertian umum atau dalam pengertian teologis yang dikembangkan. Kata ini dapat berarti "bapak (panggilan)," "Tuan," "penguasa," "pemilik," "suami" atau "manusia-Tuhan sepenuhnya" (lih. Yoh 9:36,38). Penggunaan PL dari istilah ini (Ibrani, adon) berasal dari keseganan orang Yahudi untuk mengucapkan nama perjanjian untuk Tuhan, YHWH, yang berasal dari KATA KERJA Ibrani "ada/menjadi" (lih. Kel 3:14). Lihat Topik Khusus: Nama untuk Tuhan di Mr 12:26. Mereka takut melanggar Perintah, "Janganlah engkau menyrbut nama Tuhan, Allahmu dengan sia-sia" (lih. Kel 20:7; Ul 5:11). Oleh karena itu, mereka pikir jika mereka tidak mengucapkannya, maka mereka tidak akan bisa menyia-nyiakannya. Jadi, ketika mereka membaca Kitab Suci mereka menggantikan dengan kata Ibrani adon ini, yang memiliki arti mirip dengan kata Yunani kurios (Tuhan). Para penulis PB menggunakan istilah ini untuk menggambarkan keTuhanan penuh dari Kristus. Ungkapan "Yesus adalah Tuhan" mungkin merupakan pengakuan iman secara terbuka dan rumusan pembaptisan dari gereja mula-mula (lih. Rom 10:9-13; 1Kor 12:3; Fili 2:11).
□ "yang karena rahmat-Nya yang besar" Perikop ini, yang memuji karakter Allah Bapa (ay. 1Pet 1:3-5), mungkin mencerminkan suatu himne, puisi, atau liturgi katekisasi mula-mula. Karakter utama dari Alkitab adalah Allah! Maksud tujuan, karakter, dan tindakan-Nya lah yang menjadi satu-satunya harapan dari umat manusia yang jatuh bagi penerimaan dan ketekunan (lih. Ef 2:4; Tit 3:5).
□ "telah (menyebabkan kita)" frasa semacam ini digunakan untuk menegaskan kedaulatan Allah sebagai satu-satunya kebenaran Alkitab yang berkaitan dengan keselamatan (lih. Kis 11:18; Yak 1:18; Ef 1:4), tapi ini hanya setengah dari konsep perjanjian. Lihat Topik Khusus pada Mr 14:24.
□ "melahirkan… kembali" Ini adalah akar yang sama (anagennaō, lih. 1Pet 1:23) seperti dalam Yoh 3:3 (gennaō). Ini adalah sebuah AORIST ACTION PARTICIPLE, yang berbicara tentang tindakan yang menentukan. PB juga menggunakan metafora lain untuk menjelaskan keselamatan kita: (1) "menghidupkan" (lih. Kol 2:13; Ef 2:4-5; (2) "ciptaan baru" (lih. 2Kor 5:17; Gal 6:15); dan (3) "mengambil bagian dalam kodrat Illahi," (lih. 2Pet 1:4) Paulus senang dengan metafora kekeluargaan "adopsi" sementara Yohanes dan Petrus sangat suka metafora keluarga "lahir baru."
Menjadi "dilahirkan kembali" atau "lahir dari atas" adalah penekanan Alkitab tentang perlunya untuk suatu awal yang sama sekali baru, sebuah keluarga yang benar-benar baru (lih. Rom 5:12-21). Kekristenan bukanlah reformasi atau moralitas yang baru, melainkan merupakan hubungan yang baru dengan Allah. Hubungan yang baru ini dimungkinkan oleh:
- 1. kasih karunia dan anugerah Bapa
- 2. kurban kematian dan kebangkitan Anak dari antara orang mati
- 3. pekerjaan Roh (lih. ay. 1Pet 1:2)
Kehendak dan tindakan Illahi ini memberikan pada orang percaya suatu kehidupan yang baru, suatu hidup yang penuh pengharapan, dan suatu warisan yang pasti.
□ "kepada suatu hidup yang penuh harapan " KATA SIFAT "hidup" adalah penekanan berulang dalam I Petrus (lih. 1Pet 1:3,23; 2:4,5,24; 4:5,6). Semua yang Allah kehendaki dan kerjakan "hidup" dan tetap ada (yaitu permainan dari kata YHWH).
□ "oleh kebangkitan Yesus Kristus" Yesus adalah wakil dan sarana penebusan dari Bapa (sebagaimana pula Dia adalah wakil/pelaksana Bapa dalam penciptaan dan penghakiman). Kebangkitan Yesus merupakan pusat kebenaran Injil (lih. Rom 1:4; 1Kor 15). Kebangkitan adalah aspek dari berita Kristen yang tidak bisa diterima oleh orang Yunani (lih. Kis 17:16-34).
1Pet 1:4 "untuk menerima suatu bagian yang" Dalam PL setiap suku kecuali Lewi menerima suatu warisan tanah. Orang Lewi, sebagai suku imamat, pelayan bait Allah, dan guru-guru lokal, terlihat seperti memiliki Diri YHWH sendiri sebagai warisan mereka (lih. Mazm 16:5; 73:23-26; 119:57; 142:5; Rat 3:24). Para penulis PB sering mengambil hak-hak dan keistimewaan orang-orang Lewi dan diterapkan ke semua orang percaya. Ini adalah cara mereka menyatakan bahwa para pengikut Yesus adalah umat Allah yang sejati dan bahwa sekarang semua orang percaya dipanggil untuk melayani sebagai imam kepada Allah (lih. 1Pet 2:5,9; Wahy 1:6), sebagai ditegaskan PL untuk seluruh Israel (lih. Kel 19:4-6). Penekanan PB bukan pada individu sebagai imam dengan hak istimewa tertentu, tetapi pada kebenaran bahwa semua orang percaya adalah imam-imam, yang menuntut sikap hamba secara bersama (lih. 1Kor 12:7). Umat Allah PB telah diberikan tugas PL untuk penginjilan dunia (lih. Kej 12:3; Kel 19:5b; Mat 28:18-20; Kis 1:8).
Ini adalah konsep Yesus sebagai pemilik ciptaan karena Ia adalah pelaksana penciptaan dari Bapa (lih. Yoh 1:3,10; 1Kor 8:6; Kol 1:16; Ibr 1:2-3). Kita adalah sama-sama mewarisi karena Dia adalah si pewaris (lih. Rom 8:17; Gal 4:7; Kol 3:24).
□ "tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, dan yang tidak dapat layu" Dalam ay. 1Pet 1:4 tiga frasa deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan warisan orang percaya menggunakan singgungan historis PL ke Tanah Perjanjian. Palestina secara geografis terletak di satu-satunya tanah yang menjembatani antara kerajaan Mesopotamia dan Mesir. Hal ini menyebabkan banyaknya invasi dan manuver politik. Warisan orang percaya tidak terpengaruh oleh konflik duniawi.
- 1. bersifat "tak dapat binasa" atau "aman dari invasi"
- 2. bersifat "tidak cemar" atau "tidak menjadi usang"
- 3. bersifat "tidak memudar", tidak ada batasan waktu atas kepemilikannya
□ "yang tersimpan di sorga bagi kamu" Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE PARTICIPLE, yang berarti Tuhan telah menjaga dan terus menjaga warisan orang percaya. Ini adalah istilah militer untuk benteng yang dijaga atau dipagari oleh tentara (lih. Fili 4:7).
Istilah "surga" ini berbentuk JAMAK. Hal ini mencerminkan JAMAK Ibrani. Bahasa Ibrani kuno memiliki banyak KATA BENDA JAMAK yang mungkin menjadi cara untuk menekankan kata-kata tersebut (misalnya penggunaan kerabian dikemudian hari akan JAMAK DARI KEMULIAAN yang digunakan untuk Tuhan). Para rabi memperdebatkan apakah ada tiga tingkatan surga (lih. Ul 10:14; 1Raj 8:27; Neh 9:6; 2Kor 12:2) atau tujuh surge/langit karena tujuh adalah angka sempurna (lih. Kej 2:1-3).
1Pet 1:5 "yang dipelihara dalam kekuatan Allah" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE PARTICIPLE. Sebagaimanawarisan kita (kehidupan rohani) dijaga, demikian juga, kemanusiaan kita (kehidupan fisik). Pribadi dan janji-janji Allah mencakup setiap aspek kehidupan kita. Ini adalah suatu kata dorongan yang begitu diperlukan dan membantu dalam masa aniaya, penderitaan, dan pengajaran palsu (lih. II Petrus). Ini tidak berarti bahwa orang percaya tidak akan dibunuh dan disiksa, melainkan Tuhan ada bersama mereka dan bagi mereka dan pada akhirnya mereka menang melalui Dia. Secara teologis hal ini mirip dengan berita dari kitab Wahyu.
□ "karena imanmu" Perhatikan paradoks ke-perjanjian-an ini. Allah menjaga mereka dan warisan mereka, tetapi mereka harus tetap dalam iman. Inilah ketegangan diantara pasangan dialektik Alkitab ini (yaitu, kedaulatan Allah dan kehendak bebas manusia) yang telah menyebabkan pengembangan sistem teologi yang hanya menekankan satu sisi dari paradoks. Kedua belah pihak sama-sama alkitabiah; kedua belah pihak sama-sama diperlukan! Tuhan berurusan dengan manusia melalui perjanjian tak bersyarat (Allah menyediakan) dan bersyarat (individu merespons).
"keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan" Alkitab menggunakan seluruh TENSE KATA KERJA Yunani untuk menjelaskan keselamatan. Kita tidak akan sepenuhnya, benar-benar selamat sampai Hari Kebangkitan (lih. 1Yoh 3:2). Hal ini sering disebut pemuliaan kita (lih. Rom 8:29-30). Lihat Topik Khusus di bawah ini.
□ "pada zaman akhir" Ini adalah konsep Yahudi di kemudian hari dari dua zaman, tetapi dari Perjanjian Baru kita menyadari bahwa kedua zaman tersebut bertumpang tindih. Hari-hari terakhir dimulai pada saat Inkarnasi di Betlehem dan akan berakhir bahwa pada Kedatangan Kedua. Kita telah berada di hari-hari terakhir selama hampir dua ribu tahun. Lihat Topik Khusus: Zaman ini dan Zaman Yang Akan Datang di Mr 13:8.
- NASB "Dalam hal ini bersukacitalah dengan sangat"
- NKJV "Bergembiralah akan hal itu"
- NRSV (catatan kaki) "Bersukacitalah dalam hal ini"
- TEV "Bergembiralah tentang ini"
- NJB "Ini adalah sukacita besar bagimu"
Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE INDICATIVE (A.T. Robertson) atau IMPERATIVE (Barbara dan Timothy Friberg). Orang-orang percaya terus memuji karena hubungan aman mereka dengan Allah (lih. 1Pet 1:3-5) bahkan di tengah-tengah dunia yang jatuh (lih. Yak 1:2-4; 1Tes 5:16, Rom 5:3; 8:18).
□ "sekalipun sekarang ini… seketika" Pencobaan dan penganiayaan masa kini tidak dapat dibandingkan dengan kekekalan dengan Tuhan kita (lih. Rom 8:18).
□ "kamu… harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan" Ini adalah istilah Yunani dei, yang berarti disyaratkan atau diperlukan, yang dihubungkan ke sebuah KALIMAT CONDITIONAL. Ada diasumsikan KATA KERJA "ada/menjadi" yang akan membuatnya menjadi sebuah PERIPHRASTIC FIRST CLASS CONDITIONAL, yang dianggap benar. Petrus menganggap bahwa hidup yang saleh akan mengakibatkan penganiayaan. Ia sering mengulangi tema penganiayaan ini (lih. 1Pet 1:6-7; 2:19; 3:14-17; 4:1,12-14,19; 5:9).
□ "kamu… harus berdukacita" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE PARTICIPLE. Pelaku yang tak terekspresikan dari KALIMAT PASIF ini adalah si jahat, Allah bahkan menggunakan kejahatan untuk maksud tujuan baik-Nya. Bahkan Yesus sendiri telah disempurnakan oleh hal-hal yang diderita-Nya (lih. Ibr 5:8-9). Penderitaan menjadi tujuan yang dibutuhkan dalam kehidupan iman!
Dilema teologisnya adalah bahwa penderitaan memiliki tiga kemungkinan sumber
- 1. si jahat
- 2. dunia yang jatuh
- 3. Allah
- a. untuk hukuman sementara dari dosa
- b. untuk kedewasaan yang serupa dengan Kristus
Masalahnya adalah saya tidak pernah tahu yang mana penyebabnya! Jadi saya memilih untuk percaya bahwa jika pencobaan datang, ya ketika datang, Allah akan menggunakannya untuk tujuan-tujuan-Nya. Buku favorit saya di bidang ini adalah karangan Hannah Whithall Smith Rahasia orang Kristen akan Kehidupan yang Bahagia.
□ "oleh berbagai-bagai pencobaan" KATA SIFAT Yunani ini berarti beraneka ragam atau warna-warni (lih. Yak 1:2). Ada banyak jenis cobaan, godaan, dan penganiayaan. Dalam 1Pet 4:10 istilah yang sama digunakan untuk menggambarkan anugerah Allah yang beraneka ragam. Kita tidak pernah dicoba dan digodai melampaui ketentuan-Nya (lih. 1Kor 10:13).
1Pet 1:7 "membuktikan kemurnian imanmu" Ini adalah sebuah hina atau klausa tujuan. Penderitaan tidak memperkuat iman. Di seluruh Alkitab, Tuhan telah menguji anak-anakNya (lih. Kej 22:1; Kel 15:22-25; 16:4, Ul 8:2,16; 13:3, Hak 2:22; 2Taw 32:31; Mat 4:1; Luk 4:1-2, Rom 5:2-4; Ibr 5:8-9; Yak 1:2-4).
Ayat ini memiliki KATA BENDA dikimon dan PARTICIPLE dikimazō, yang keduanya memiliki konotasi pengujian dengan pandangan untuk memperkuat dan dengan demikian mendapat persetujuan. Lihat Topik Khusus tentang Istilah-istilah Yunani untuk "Pengujian" dan konotasi mereka di Mr 1:13b.
□ "yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas" Dalam hidup ini persembahan terbesar kita kepada Allah adalah iman kita (lih.Yoh 20:27; 2Kor 4:17). Dalam kekekalan iman akan diubah menjadi pandangan. Allah dihormati dan senang ketika dengan iman kita bertahan dalam pencobaan yang disebabkan oleh iman kita kepadaNya (lih. 1Pet 4:12-16). Pertumbuhan rohani hanya datang melalui iman yang teruji (lih. Rom 5:2-5; Ibr 12:11; Yak 1:2-4).
□ "Yesus Kristus menyatakan diri-Nya" Kata yang sama ini (apokalupsis) digunakan sebagai judul untuk buku terakhir dari PB, Wahyu. Kata ini berarti "menyingkapkan," "sepenuhnya mengungkapkan," atau "memberitahukan" Di sini kata ini merujuk pada Kedatangan Kedua, suatu tema umum dalam tulisan-tulisan Petrus (lih. 1Pet 1:7,13; 2:12; 4:13; 5:4).
1Pet 1:8 "Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia" Bahkan di tengah penderitaan orang percaya harus percaya kepadaNya. Yesus berdoa bagi mereka yang percaya kepadaNya tetapi belum pernah melihat Dia dalam Yoh 17:20; 20:29.
□ "Kamu percaya kepada Dia" Latar belakang etimologis dari istilah ini membantu membentuk makna kontemporernya. Ingat penulis PB adalah pemikir Ibrani yang menulis dalam bahasa Yunani Koine. Dalam bahasa Ibrani hal ini awalnya merujuk pada seseorang yang ada dalam posisi stabil, (kakinya diposisikan sehingga ia tidak dapat ditepis). Kata ini digunakan secara kiasan untuk seseorang yang bisa diandalkan, setia, atau dapat dipercaya. Kata Yunani padanannya (pistis atau pisteuō) diterjemahkan sebagai "iman," "percaya," dan "kepercayaan". Iman atau kepercayaan Alkitabiah terutama bukanlah sesuatu yang kita lakukan, tapi seseorang tempat kita menaruh kepercayaan kita. Keterpercayaan Allah lah, dan bukan kita, yang menjadi fokusnya. Umat manusia yang jatuh mempercayai keterpercayaan Allah, mengimani kesetiaan-Nya, percaya keterkasihan-Nya dan dalam ketetapan-Nya. Fokusnya adalah bukan pada kelimpahan atau intensitas iman manusia, tetapi objek dari iman tersebut (lih. 1Pet 1:8,21; 2:6-7). Lihat Topik Khusus pada Mr 1:15.
□ "Kamu bergembira karena sukacita… yang tidak terkatakan" Istilah "bergembira" ini digunakan sebelumnya dalam ay. 1Pet 1:6. Hal ini menunjuk pada suatu kegembiraan yang biasanya disertai dengan ekspresi fisik seperti berteriak, menari, dll (lih. Luk 1:44,47; 10:21, Yoh 5:35; 8:56). Sukacita, yang dibicarakan oleh Petrus ini, ditemukan bahkan di tengah-tengah penderitaan (lih. 1Pet 4:13; Rom 5:3; 1Tes 5:17). Sukacita ini adalah salah satu berkat yang tak terduga dari Roh dalam masa pengujian dan penganiayaan.
□ "yang mulia" Ini adalah suatu PERFECT PASSIVE PARTICIPLE. Orang percaya dengan iman (belum dengan penglihatan) meledak baik dengan sukacita yang tak terkatakan dan kemuliaan! Sukacita dan kemuliaan ini tidak dapat disembunyikan. Ini adalah mata air yang mengalir yang dihasilkan oleh Roh (lih. Yoh 4:14; 7:38). Ini adalah saksi akan kekuatan Injil kepada semua orang yang datang menjamah Injil di bawah tekanan. Lihat Topik Khusus: Kemuliaan pada Mr 10:37.
1Pet 1:9 "mencapai tujuan imanmu" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE PARTICIPLE. Ini menyiratkan bahwa kebahagiaan kita bukan hanya suatu penyempurnaan di masa depan, tetapi juga kenyataan saat ini bahkan tengah-tengah penderitaan karena tindakan Allah Tritunggal atas nama kita (lih. ay. 1Pet 1:2).
□ "keselamatan jiwamu" Ini merujuk kepada pemuliaan kita. Keselamatan dilihat dalam PB sebagai keputusan yang dibuat (AORIST TENSE, lih. Rom 8:24), tetapi juga sebagai proses yang terus berjalan (PRESENT TENSE, lih. 1Kor 1:18; 15:2, 1Tes 4:14) dengan penyempurnaan di masa depan (yaitu, FUTURE TENSE, lih. Rom 5:9,10; 10:9) Lihat Topik Khusus pada 1Pet 1:5. Aspek masa depan ini sering dicirikan sebagai "pemuliaan" (lih. Rom 8:29-30). Orang percaya akan suatu hari nanti melihat Yesus sebagaimana DiriNya dan diubah menjadi serupa dengan-Nya (lih. 1Yoh 3:2).
Istilah Yunani psuchē (jiwa) sering digunakan dalam tulisan-tulisan Petrus (lih.1Pet 1:9,22; 2:11,25; 3:20; 4:19; 2Pet 2:8,14). Kata ini digunakan sebagai ungkapan Ibrani untuk orang secara keseluruhan. Manusia bukan makhluk dua bagian atau tiga- bagian, tetapi suatu kesatuan tunggal (lih. Kej 2:7). Memang benar bahwa kita sebagai manusia berhubungan dengan planet ini, karena kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kita berhubungan dengan dunia spiritual. Kita adalah warga dari dua alam.
Tidaklah patut untuk membangun suatu teologi sistematis atas dasar 1Tes 5:23 dan Ibr 4:12 dan dengan demikian mencoba untuk menghubungkan semua naskah-naskah Alkitab ke dalam tiga kategori (tubuh, jiwa, dan roh). Ketiga hal ini hanyalah merujuk pada seluruh pribadi dan daya tembus dari firman Allah. Hati-hati dengan seseorang yang mengaku bahwa kunci bagi seluruh Alkitab ditemukan dalam dua naskah yang condong, asal comot keluar dari konteks dan dibuat menjadi kisi-kisi teologis yang akan digunakan untuk melihat seluruh Kitab Suci (Watchman Nee). Jika ini adalah kunci Roh akan menempatkannya dalam konteks pengajaran yang jelas dan harus sering diulang. Alkitab bukan buku teka-teki atau permainan asah otak! Allah ingin berkomunikasi dengan kita dan kebenaran utamanya ditemukan dalam konteks pengajaran yang jelas.
WAWASAN KONTEKSTUAL BAGI AYAT 1Pet 1:10-21
- a. Ayat 1Pet 1:10-12 berurusan dengan pengetahuan para nabi Perjanjian Lama tentang keselamatan PB dalam Kristus.
- b. "Roh" melalui para nabi, mengungkapkan tiga hal kepada orang percaya dalam ayat 1Pet 1:11-12.
- 1. penderitaan Mesias (Kej 3:15; Mazm 22; Yes 52:13-53:12)
- 2. kemuliaan yang akan mengikuti (Yes 56; 57; 58; 59; 60; 61; 62; 63; 64; 65; 66)
- 3. para nabi itu berbicara lebih dari hanya zaman mereka sendiri (yaitu, Yesaya, Yehezkiel, Daniel, Mikha, Zakharia)
- c. Dalam ayat 13-17 Petrus meminta orang percaya untuk melakukan enam hal untuk melindungi diri mereka sendiri
- 1. mengikat pinggangi pikiran mereka, ay. 1Pet 1:13
- 2. tetap sadar dalam roh, ay. 1Pet 1:13
- 3. mengarahkan pengharapan mereka pada kasih karunia akhir zaman, ay. 1Pet 1:13
- 4. tidak menjadi serupa dengan zaman sekarang, ay. 1Pet 1:14
- 5. hidup kudus, ay. 1Pet 1:15
- 6. hidup menghormati Allah, ay. 1Pet 1:17
- 7. sungguh-sungguh saling mengasihi satu sama lain (yang ketujuh ini ditambahkan dari ay. 1Pet 1:22)
Utley: 1Ptr 1:10-12 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:10-1210 Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang ...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:10-12
10 Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. 11 Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. 12 Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
1Pet 1:10 "Keselamatan itulah" Ini telah topik sejak (1) ay. 1Pet 1:2, yang menggambarkan karya Allah Tritunggal di dalam keselamatan, (2) ay. 1Pet 1:3-5, yang menggambarkan Allah menjaga dan melindungi keselamatan ini, dan (3) ay. 1Pet 1:6-9, yang menggambarkan penderitaan orang percayakarena keselamatan ini.
□ "nabi-nabi" Ini menunjuk pada nabi PL (lih. ay. 1Pet 1:12). Dalam pemikiran kerabian semua penulis terinspirasi dianggap nabi. Musa disebut nabi (lih. Ul 18:18) dan apa yang kita sebut sebagai buku-buku sejarah (misalnya, Yosua sampai Raja- raja) oleh orang-orang Yahudi disebut "para nabi sebelumnya."
□ "tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu" Frasa ini menyiratkan bahwa para nabi PL mengetahui sesuatu dari perjanjian yang baru. Ini juga merupakan implikasi dari pernyataan Yesus tentang Abraham dalam Yoh 8:56 (lih. II Esdras 3:14). Implikasi yang sama dinyatakan dalam Ibr 11:13b. Sulitlah untuk tahu persis seberapa banyak para nabi PL tahu tentang Injil. Paparan Yeremia tentang Perjanjian Baru di Yer 31:31-34 (juga Yeh 36:22-38) mengarah ke suatu penerimaan berdasarkan kasih dan tindakan Allah, bukan kinerja manusia. Mat 13:17 menyatakan bahwa banyak nabi PL melihat dan mendengar apa yang Yesus lakukan dan katakan.
Bahkan nubuat Yesaya tentang kelahiran dari seorang perawan (lih. Mat 7:14), ketika diinterpretasikan dalam konteks, merujuk pada kelahiran alami dengan waktu supernatural (lih. Mat 7:15-16), tidak secara eksklusif suatu kelahiran Mesianik di masa depan. Matius dan Lukas lah yang melihat implikasi penuh dari nubuat Yesaya tersebut. Ini akan juga berlaku atas nubuat spesifik lainnya dalam Hosea (lih. Mat 11:1) dan Zakharia (lih. Mat 9:9; 11:13; 12:10). Orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani PB dan para Rasul lah yang sepenuhnya mengungkapkan Yesus dari Perjanjian Lama (tipologi Kristologis). Mereka mungkin telah mempelajari hal ini dari Yesus sendiri sebagaimana Dia mengajar pada dua orang di jalan ke Emaus (lih. Luk 24:13-35, terutama ay. Luk 24:27).
□ "diselidiki dan diteliti" Ini sepertinya adalah sinonim (lih. Leksikon Yunani-Inggris dari Perjanjian Baru:. didasarkan pada Bidang Semantik, Vol 1, hal. 331).
- NASB "mencari tahu orang atau waktu yang bagaimana"
- NKJV "mencari apa, atau waktu yang bagaimana"
- NRSV "menanyakan tentang orang atau waktu"
- TEV (catatan kaki) "meneliti saat yang mana dan yang bagaimana"
- NJB "meneliti waktu dan keadaan"
Ini menyiratkan adanya baik orang maupun waktu. Mereka mengharapkan Mesias keturunan Daud masuk ke dalam sejarah di waktu khusus yang ditunjuk oleh Allah. Seperti kita, mereka "melihat melalui kaca yang samar-samar" (lih. 1Kor 13:9-13).
□ "Roh Kristus, yang ada di dalam mereka" Roh dan Mesias adalah terhubung dalam PL (lih. Yes 11:1-2; 48:16; 61:1). Perhatikan bahwa Roh Kudus disebut "Roh Kristus" (lih. Rom 8:9; Gal 4:6). Perhatikan juga aspek berdiamnya Roh, bahkan di PL. Tugas Yesus dan Roh bertumpang tindih. Lihat kebenaran yang sama yang dinyatakan dalam 2Pet 1:21.
□ "sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus" Ini adalah apa yang mengejutkan orang-orang Yahudi (lih. 1Kor 1:23). Hamba yang Menderita menjadi pilar utama dari khotbah-khotbah awal Petrus dan Paulus dalam Kisah Para Rasul yang kita sebut kerygma (yaitu, apa yang diproklamasikan, lih. 1Pet 2:23,24; 3:18; 4:11). Ini adalah persis apa yang Yesus coba untuk memberitahukan pada Dua Belas murid selama waktu-Nya bersama dengan mereka (lih. Mat 16:21; 20:17-19, Mr 8:31, Luk 9:22), tetapi mereka tidak bisa menerimanya (lih. Mr 9:31-32; 10:32-34; 9:44-45; Luk 18:31-34).
Ada petunjuk penderitaan Mesias dalam PL (yaitu, Kej 3:15; Mazm 22, Yes 53), tetapi Israel PL mengharapkan Mesias akan datang sebagai pahlawan penakluk untuk menghakimi semua umat manusia dan memulihkan Israel ke suatu tempat yang menonjol dan penuh kekuasaan. Mereka hanya melewatkan adanya dua kedatangan dari Mesias yang diungkapkan oleh kehidupan dan ajaran Yesus (yakni, Juruselamat, Hakim).
Di bawah ini adalah bagan menarik dari kerygma ditemukan di H. Wayne House Bagan Kronologis dan Latar Belakang Perjanjian Baru, (hal. 120).
□ "dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu" Hal ini disinggung dalam Yes 53:10-12.
1Pet 1:12 "mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu" Ada beberapa tempat dalam tulisan-tulisan Paulus di mana ia menyatakan kebenaran yang sama (lih. Rom 4:23-24; 15:4, 1Kor 9:9-10; 10:6,11). Ini pada dasarnya adalah teologi yang sama yang diungkap dalam 2Tim 3:15-17. Tindakan Allah (wahyu) dan rekaman dan interpretasi mereka (inspirasi) adalah untuk semua orang percaya di masa depan (iluminasi).
Jika Petrus sedang menulis kepada sebagian besar orang percaya bukan Yahudi, frasa ini memiliki penegasan teologis tambahan mengenai dimasukkannya bangsa-bangsa lain, yang telah selalu menjadi rencana Allah (lih. Kej 3:15, Rom 9; 10; 11; Ef 2:11-3:13).
□ "dengan perantaraan mereka, yang… menyampaikan berita Injil kepada kamu" Ini tampaknya menyiratkan bahwa Petrus tidak memulai semua gereja ini. Mereka mungkin telah dimulai oleh percaya orang Yahudi yang kembali dari Pentakosta (lih. Kis 2), atau oleh pemberitaan Paulus atau penginjil lainnya.
□ "oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga" Roh Kudus disebutkan di beberapa tempat kunci dalam I Petrus (lih. 1Pet 1:2,11; 4:14). Frasa ini adalah ungkapan Ibrani untuk menyatakan bahwa zaman baru kebenaran, yaitu dari Allah, yang dibawa oleh Roh, telah sepenuhnya datang (lih. Kis 2).
□ "hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat" Ini harfiahnya adalah "merunduk untuk melihat" seperti dalam Yoh 20:5,11. Dalam Yak 1:25 ini diterjemahkan "melihat dengan sungguh-sungguh." Ini merujuk baik pada malaikat yang baik dan jahat (lih. Ef 3:10; 1Kor 4:9).
Dalam Yudaisme kerabian malaikat dipandang sebagai perantara antara YHWH dan Musa di Gunung. Sinai (lih. Kis 7:53; Gal 3:19; Ibr 2:2). Mereka juga digambarkan sebagai mencemburui kasih dan perhatian Allah bagi manusia. Dalam Ibr 1:14 malaikat digambarkan sebagai hamba dari "orang-orang yang akan mewarisi keselamatan." Paulus bahkan menegaskan bahwa orang percaya akan menghakimi para malaikat (lih. 1Kor 6:3).
Secara unik Allah mengungkapkan diriNya kepada para malaikat melalui hubungan-Nya dengan manusia yang jatuh (lih. 1Kor 4:9; Ef 2:7; 3:10).
Utley: 1Ptr 1:13-16 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:13-1613 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang di...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:13-16
13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. 14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, 15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, 16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
1Pet 1:13 "Sebab itu" Ini (dio, lih. 2Pet 1:10,12; 3:14) menunjukkan bahwa desakan yang mengikuti tersebut merupakan hasil dari pembahasan sebelumnya.
- NASB "siapkanlah akal budimu"
- NKJV "ikatlah pinggang dari pikiranmu"
- NRSV "persiapkan pikiranmu untuk tindakan"
- TEV "siapkan pikiranmu untuk beraksi"
- NJB "pikiran Anda. . . siap beraksi "
Ini adalah sebuah AORIST MIDDLE PARTICIPLE yang digunakan sebagai suatu IMPERATIVE. Bentuknya menunjukkan bahwa sebuah tindakan pilihan pribadi yang menentukan dituntut. Ini adalah ungkapan Ibrani, yang secara harfiah "ikatlah pinggang pikiranmu." Di Timur Dekat Kuno baik pria maupun wanita mengenakan jubah. Dengan mencapai melalui selangkangan kaki dan menarik bagian belakang jubah ke depan dan menyelipkannya ke ikat pinggang, jubah akan menjadi celana, yang memungkinkan suatu tindakan berat. Peringatan serupa tentang persiapan untuk kegiatan mental ditemukan dalam Rom 12:2; Ef 4:17,23.
□ "waspadalah (dalam roh)" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE dalam serangkaian dan PARTICIPLES yang digunakan dengan kekuatan yang bersifat IMPERATIVE. Ini bukan seuran untuk kewarasan, tetapi sebuah metafora untuk kewaspadaan mental dan tingkat kesadaran yang logis (lih. 1Pet 4:7; 5:8; 1Tes 5:6,8; 2Tim 4:5).
□ "letakkanlah pengharapanmu seluruhnya" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE yang berarti membuat pilihan yang menentukan untuk percaya sepenuhnya pada kedatangan Kristus. "Harapan" dalam PB sering merujuk pada Kedatangan yang Kedua (lih. Tit 2:13). Pengharapan kita adalah berdasarkan atas karakter yang telah ditetapkan dan pasti dan tindakan dari Allah Tritunggal (lih. ay. 1Pet 1:2,3-5).
□ "atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus" Ini adalah anugerah yang sama yang telah diteliti secara seksama oleh para nabi PL (lih. ay. 1Pet 1:10). Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa
pengharapan orang percaya ada di dalam karakter dan tindakan Allah Tritunggal (lih. 1Pet 1:2,3-5) dan bahwa anugerah-Nya akan sepenuhnya dinyatakan pada saat kembalinya Yesus (lih. 1Yoh 3:2). Keselamatan dijabarkankan dengan semua TENSES KATA KERJA Yunani. Lihat Topik Khusus pada 1Pet 1:5.
1Pet 1:14 "anak-anak yang taat" Ini adalah ungkapan Ibrani tentang hubungan kekeluargaan kita dengan Allah Bapa dan Yesus sang Anak (ekspresi negatifnya ditemukan di Ef 2:2; 5:6). Orang-orang percaya menjadi sesama ahli waris melalui Dia (lih. Rom 8:15-17). Hebatnya, orang berdosa menjadi bagian dari keluarga Allah atas undangan-Nya dan pengorbanan Yesus.
- NASB, NRSV "jangan menjadi serupa"
- NKJV "jangan turuti"
- TEV "jangan biarkan hidupmu dibentuk"
- NJB "jangan biarkan dirimu dibentuk"
Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE atau PASSIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai sebuah IMPERATIVE. Seperti yang begitu sering di PB orang percaya digambarkan sebagai ditpengaruhi oleh Allah atau Roh (PASSIVE VOICE), tetapi ada kemungkinan ketata-bahasaan bahwa orang percaya dipanggil untuk dengan jelas menjalani hubungan baru mereka dengan Allah melalui kuasa Roh-Nya (MIDDLE VOICE).
Sebagaimana keselamatan adalah sebuah perjanjian bersyarat, yang diprakarsai oleh Tuhan tetapi dengan tanggapan yang dimandatkan, demikian juga, hidup keKristenan. Hidup kekal memiliki karakteristik yang bisa diamati (lih. ay. 1Pet 1:15). Banyak terminologi Petrus berasal dari surat-surat Paulus, di sini Rom 12:2.
□ "hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu" Ini merujuk pada masa lalu kekafiran yang tidak bermoral dan tidak berTuhan dari orang-orang percaya bukan Yahudi (lih. 1Pet 4:2-3; Ef 4:17-19).
- NASB "sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu"
- NKJV "tetapi sebagaimana Dia yang memanggil kamu yang adalah kudus"
- NRSV "sebaliknya, sama dengan dia yang memanggil kamu yang adalah kudus"
- TEV "sebagai gantinya… sama seperti Allah yang memanggil kamu yang adalah kudus ". NJB "seperti teladan dari Yang Mahakudus yang memanggil kita"
Ini adalah penekanan pada karakter dan pilihan berdaulat dari Allah (lih. 1Pet 2:9; 5:10). Tak seorang pun bisa datang kepada Allah kecuali Roh menarik mereka (lih. Yoh 6:44,65). Ini merupakan cara teologis lain untuk menyangkal penerimaan Illahi melalui kinerja manusia (lih. Ef 2:8-9). Judul khotbah saya akan naskah ini adalah "orang-orang kudus dari Yang Kudus."
□ "hendaklah kamu menjadi kudus" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE (deponent) IMPERATIVE. Orang-orang percaya diserukan untuk kekudusan. Kehendak Allah sejak semula adalah bahwa anak-anak-Nya mencerminkan karakter-Nya (lih. Tit 2:14). Sasaran dari kekristenan bukanlah surga hanya ketika kita mati, tetapi keserupaan dengan Kristus sekarang (lih. Rom 8:29-30; 2Kor 3:18; 7:1, Gal 4:19; Ef 1:4; 2:10; 4:13; 1Tes 3:13; 4:3,7; 5:23). Tugas Yesus bukan hanya pengampunan dosa, tetapi pemulihan gambar Allah dalam manusia yang telah jatuh. Kita harus selalu curiga terhadap suatu jaminan keselamatan yang tidak memiliki keserupaan dengan Kristus! Injil adalah (1) seseorang untuk diterima; (2) kebenaran tentang orang tersebut untuk percayai, dan (3) kehidupan meniru orang tersebut untuk dihidupi (lih. Ef 4:1; 5:1-2,15; 1Yoh 1:7; 2:4-6). Ingat kata-kata mengejutkan Yesus dalam Mat 5:20,48! Selalu berhati-hatilah terhadap keKristenan "Apa yang ada bagi saya". Kita diselamatkan untuk melayani. Kita dipanggil untuk kekudusan dengan tegas. Tuhan berkemurahan terhadap suatu gereja barat yang terperangkap oleh khotnah (1) kemakmurann; (2) materialisme; dan (3) kesehatan/kekayaan!
□ "di dalam seluruh hidupmu" Perhatikan penekanannya pada "seluruh." Tantangannya bukanlah kebenaran yang dipilih, tetapi kesucian yang menjalar (lih. 1Yoh 3:3).
1Pet 1:16 "sebab ada tertulis: KUDUSLAH KAMU, SEBAB AKU KUDUS" "Tertulis" adalah sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE, yang merupakan ungkapan untuk Alkitab yang begitu sering digunakan oleh Yesus, tetapi hanya di sini di dalam Petrus. Ini adalah kutipan dari Im 11:44-45; 19:2; 20:7,26. Ini bukan persyaratan yang baru, tetapi persyaratan yang berulang (lih. Mat 5:48). Kesucian dalam pengertian PL bukanlah ketidakberdosaan, tetapi sebuah keselarasan dengan/ketundukan terhadap persyaratan perjanjian dari Allah (yaitu, Kel 19:6; 22:31, Ul 14:2,21; 26:19). PB juga memiliki persyaratan perjanjian yang menerbitkan keserupaan dengan Kristus (lih. Rom 8:28-29; 2Kor 3:18; 7:1, Gal 4:19; Ef 1:4; 4:13; 1Tes 3:13; 4:3,7; 5:23). Lihat Topik Khusus di bawah ini.
Utley: 1Ptr 1:17-21 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:17-2117 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:17-21
17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. 18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, 19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. 20 Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. 21 Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan- Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.
1Pet 1:17 "jika" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS KONDISIONAL yang dianggap benar dari sudut pandang si penulis atau untuk tujuan sastranya.
□ "kamu menyebut-Nya Bapa" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE INDICATIVE (lih. Hos 11:1-3; Yer 3:19), yang menyiratkan bahwa orang percaya akan terus memanggil YHWH dalam istilah-istilah kekeluargaan (lih. Rom 8:15; Gal 4:6) sebagaimana Yesus mengajar mereka (lih. Mat 6:9). Lihat Topik Khusus: Bapa pada MarMat 13:32.
□ "Dia yang tanpa memandang muka menghakimi" Tuhan akan meminta pertanggung-jawaban bukan hanya pada mereka yang tidak pernah mengenal Dia, tetapi juga mereka yang mengaku mengenal Dia (lih. 1Pet 4:5,17-18; Rom 14:12; 2Kor 5:10). Mereka yang banyak diberi, banyak dituntut (lih. Luk 12:48)!
Jika kita menyebut-Nya Bapa, maka kita harus mencerminkan karakteristik kekeluargaannya, seperti halnya Anak yang sulung! Bapa kita, Yang Mahakudus, adalah hakim tidak memihak (lih. Ul 10:17; 2Taw 19:7; Kis 10:34; Rom 2:11; Gal 2:6; Ef 6:9; Kol 3:25; 1Pet 1:17).
Manusia memiliki pilihan (lih. Ul 30:15-20; Yos 24:15; Yeh 18:30-32) dalam bagaimana mereka akan berhubungan dengan Allah. Ia bisa menjadi Bapa yang penuh kasih jika mereka percaya dalam Kristus (lih. Yoh 1:12; Rom 10:9-13) atau Ia dapat menjadi hakim yang kudus jika mereka mengandalkan prestasi atau kinerja mereka sendiri dalam ritus-ritus, aturan, dan prosedur keagamaan (lih. Mat 25:31-46; Kol 2:20-23). Apakah Anda ingin kasih karunia atau keadilan?
Istilah "tidak memihak" mencerminkan ungkapan PL, "mengangkat wajah." Hakim tidak boleh terpengaruh oleh siapa yang dituduh, melainkan hanya oleh tindakan mereka.
□ "menurut perbuatannya" Ini adalah semesta moral. Allah adalah hakimnya. Manusia akan mempertanggung-jawabkan anugerah kehidupan kepada Allah (lih. Mat 25:31-46; 2Kor 5:10; Wahy 20:11-15). Kita semua adalah pemelihara dan kita menuai apa yang kita tabur (lih. Ayub 34:11; Mazm 28:4; 62:12, Ams 12:14; 24:12, Yes 3:10-11; Yer 17:10; Hos 4:9, Mat 16:27; 25:31-46, Rom 2:6; 1Kor 3:8; Gal 6:7; Kol 3:25; Wahy 2:23; 20:12-13; 22:12).
□ "hendaklah kamu hidup dalam ketakutan" Ada sebuah penghormatan yang pantas sehubungan dengan Allah yang kudus (lih. 2Kor 5:21). Pengormatan itu adalah bahwa anak-anak-Nya hidup saleh, mengetahui bahwa mereka akan mempertanggung-jawabkan anugerah kehidupan dan Injil kepada Allah.
□ "selama kamu menumpang di dunia ini" Ini merujuk kepada orang percaya yang menumpang di tanah asing (lih. ay. 1Pet 1:1; 2:11; Ibr 11:9-10). Dunia ini bukanlah rumah kita!
1Pet 1:18 "sebab kamu tahu" Pengetahuan kita tentang karya Kristus atas nama kita ini menyebabkan kita hidup dalam ketaatan yang seperti Kristus.
Ada spekulasi di antara para komentator atas penggunaan Petrus akan pengakuan-pengakuan iman, hymne, atau liturgi ibadah gereja mula-mula. 1Pet 1:18-21; 2:21-25 menunjukkan tanda-tanda dari pola puitis. Paulus juga memanfaatkan bahan-bahan liturgis pengakuan iman, pujian ini atau mungkin bahkan literatur katekisasi yang dibuat bersifat liris untuk membantu ingatan (lih. Ef 5:19; Fili 2:6-11; Kol 1:15-16; 3:15-20; 1Tim 3:16; 2Tim 2:11-13).
□ "ditebus" Istilah "ditebus" ini mencerminkan sebuah istilah PL "membeli seseorang kembali" dari kemiskinan atau perbudakan. Ada dua istilah Ibrani (tebusan, menebus). Yang satu memiliki konotasi tambahan "dibeli kembali oleh seorang kerabat dekat" (goel, penebus sanak saudara, lih. Rut 4:1,3,6,8,14). Yesus adalah kerabat dekat kita yang telah membeli pengampunan kita dengan kehidupan-Nya sendiri (lih. Yes 53; Mr 10:45; 2Kor 5:21). Lihat Topik Khusus: Tebusan/ Menebus di Mr 10:45.
- NASB, NJB "dari cara hidupmu yang sia-sia"
- NKJV "dari perilakumu yang tanpa tujuan"
- NRSV "dari cara-cara yang sia-sia"
- TEV "dari sifat hidup yang tak berguna"
Ada dua cara untuk menafsirkan frasa ini.
- 1. Ini mengacu pada tradisi-tradisi PL (lih. Yes 29:13; Mat 15:1-20; Mr 7:1-23) dan mencerminkan istilah Ibrani "sia- sia," "kosong" atau "kabut" (lih. Yer 2:5; Za 10:2). Kalimat berikutnya menyinggung sistem korban di PL. Jika demikian, maka Petrus sedang berbicara kepada orang-orang Yahudi yang percaya.
- 2. Ini merujuk pada ay. 1Pet 1:14 dan pada pengalaman masa lalu yang kafir, tidak bermoral dari orang percaya bukan Yahudi. Untuk pengertian umum dari istilah ini lihat Kis 14:15, 1Kor 15:17; Tit 3:9 dan Yak 1:26.
1Pet 1:19 "dengan darah yang mahal… yang sama seperti darah anak domba" Frasa ini adalah singgungan untuk sistem korban Israel (lih. Im 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7). Allah secara berkemurahan mengizinkan manusia yang berdosa untuk mendekati-Nya melalui pengorbanan. Dosa mengambil kehidupan. Hidup ada di dalam darah (lih. Im 18:11,14). Allah mengijinkan penggantian dari kehidupan hewan. Yohanes Pembaptis menyebut Yesus "Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (lih. Yoh 1:29). Kematian Yesus yang telah dinubuatkan (lih. Yes 53:7-8) berurusan dengan dosa seluruh dunia (lih. Yoh 3:16,17; 4:42, 1Yoh 2:2; 4:14).
□ "tak bernoda dan tak bercacat" Ini adalah metafora korban PL untuk hewan yang bisa diterima untuk korban (lih. Im 22:19-20), tetapi di sini merujuk pada ketidakberdosaan Yesus (lih. Yoh 8:46; 14:30; Luk 23:41; 2Kor 5:21; Ibr 4:15; 7:26-27; 1Pet 2:22; 3:18, 1Yoh 3:5). Dia adalah seorang korban suci, yang bisa diterima.
1Pet 1:20 "Ia telah dipilih" Ini adalah suatu PERFECT PASSIVE PARTICIPLE. Karya penebusan Allah digambarkan oleh istilah yang sama ini di 1Pet 1:2. Kematian Kristus bukanlah suatu perenungan kemudian (lih. Kej 3:15; Mazm 22; Yes 53; Mr 10:45, Kis 2:23; 3:18; 4:28; 13:29). Yesus datang untuk mati!
□ "sebelum dunia dijadikan" Frasa ini digunakan beberapa kali dalam PB. Hal ini berbicara tentang kegiatan pra-ciptaan Allah untuk penebusan umat manusia (lih. Mat 25:34; Yoh 17:24; Ef 1:4; 1Pet 1:19-20; Wahy 13:8). Hal ini juga menyiratkan pra-eksistensi Yesus (lih. Yoh 1:1-2; 8:57-58; 2Kor 8:9; Fili 2:6-7, Kol 1:17; Wahy 13:8).
□ "baru menyatskan diri" Ini adalah suatu AORIST PASSIVE PARTICIPLE yang berarti "Allah telah membuat-Nya secara jelas dinyatakan" (lih. Ibr 9:26; 1Yoh 1:2; 3:5,8).
□ "pada zaman akhir" ini menunjuk pada inkarnasi Yesus di Betlehem. Ia telah ada sebagai Tuhan dari kekal sampai kekal, tapi dengan jelas terungkap dalam bentuk manusia di Betlehem menurut nubuatan (lih. Mi 5:2).
Hari-hari terakhir mulai dengan kelahiran Yesus saat Ia meresmikan Kerajaan Allah. Mereka akan disempurnakan pada Kedatangan yang Kedua. Lihat Topik Khusus: Zaman ini dan Zaman yang Akan Datang di 1Pet 1:5.
□ "oleh Dialah kamu percaya kepada Allah" Ini secara harfiah adalah "orang yang… mempercayai." KATA SIFAT pistos digunakan sebagai sebuah SUBSTANTIVE (" yang mempercayai").
Latar belakang etimologis dari istilah percaya (Ibrani emeth, Yunani, pistis) membantu membentuk makna kontemporernya. Dalam bahasa Ibrani awalnya ini merujuk pada seseorang dalam kuda-kuda yang stabil. Kata ini digunakan secara kiasan untuk seseorang yang bisa diandalkan, setia, atau dapat dipercaya. Kata Yunani setaranya diterjemahkan sebagai istilah "iman," "percaya," dan "kepercayaan". Iman atau kepercayaan Alkitabiah terutama bukanlah sesuatu yang kita lakukan, tapi adalah seseorang tempat kita menaruh kepercayaan kita. Kebisa-dipercayaan dari Allah lah, bukan dari kita, yang merupakan fokusnya. Umat manusia yang jatuh percaya akan keterpercayaan Allah, beriman akan kesetiaan-Nya, dan percaya kepada keterkasihan-Nya. Fokusnya bukanlah pada kelimpahan atau intensitas dari iman manusia, tetapi pada obyek dari iman tersebut.
1Pet 1:21 "yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati" Ini menunjukkan persetujuan Allah atas kehidupan dan kematian Yesus. Ini adalah tema berulang dari Petrus (lih. Kis 2:24-28,32; 3:15,26; 4:10; 5:30; 10:40; 1Pet 1:13; 3:18,21, dan Paulus, Kis 13:30,33,34,37; 17:31; Rom 4:24; 8:11; 10:9; 2Kor 4:14). Ini adalah konfirmasi dari penerimaan Bapa atas kematian penggantian dari Anak (lih. 1Kor 15).
Secara teologis seluruh tiga pribadi dari Trinitas aktif dalam kebangkitan Kristus.
- 1. Bapa (Kis 2:24; 3:15; 4:10; 5:30; 10:40; 13:30,33,34; 17:31)
- 2. Roh (Rom 8:11)
- 3. Anak (Yoh 2:19-22; 10:17-18)
"dan yang telah memuliakan-Nya" Dalam konteks ini penerimaan Bapa dan persetujuan atas kata-kata dan karya Anak disajikan dalam dua peristiwa besar.
- 1. kebangkitan Yesus dari antara orang mati
- 2. kenaikan Yesus ke sebelah kanan Bapa
Lihat Topik Khusus: Kemuliaan pada MarkYoh 10:37b.
Topik Teologia: 1Ptr 1:1 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Disejajarkan dengan Allah
Kita Harus Me...
- Yesus Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Keselamatan Orang-orang Percaya dan Komunitas Orang-orang Percaya
- Pengudusan
- Pengudusan sebagai Kehendak Allah
Topik Teologia: 1Ptr 1:2 - -- Allah yang Berpribadi
Allah sebagai Tritunggal
Ketritunggalan Allah
Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
Mat 3...
- Allah yang Berpribadi
- Allah sebagai Tritunggal
- Ketritunggalan Allah
- Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
- Mat 3:16-17 Mat 12:18 Mat 12:28 Mat 22:43-44 Mat 28:19 Luk 1:35 Luk 3:21-22 Luk 24:49 Yoh 1:33-34 Yoh 3:34-35 Yoh 14:11-26 Yoh 15:26 Yoh 16:7-15 Yoh 20:21-22 Kis 2:32-33,38-39 Kis 10:36-38 Rom 8:9-11,26-27 Rom 15:16 1Ko 6:15,19 1Ko 12:4-6 2Ko 1:20-22 2Ko 13:13 Gal 4:4,6 Efe 2:13,18,22 Efe 3:14-19 Efe 4:4-6 2Te 2:13-14 Tit 3:4-6 Ibr 9:14 1Pe 1:2 1Pe 3:18 1Yo 4:2,13-14 Yud 1:20-21
- Yesus Kristus
- Roh Kudus
- Roh yang Dibedakan di Antara Tritunggal
- Sifat Ilahi Roh Kudus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Keselamatan Orang-orang Percaya dan Komunitas Orang-orang Percaya
- Keselamatan
- Roh Kudus dan Keselamatan
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Ciri-ciri Ketaatan
- Ketaatan Mengiringi Iman dan Panggilan Allah
Topik Teologia: 1Ptr 1:3 - -- Allah yang Berpribadi
Bapa Tuhan Kita Yesus Kristus
Rom 15:6 2Ko 1:3 Efe 1:3 Kol 1:3 1Pe 1:3
Allah itu Murah Hati
...
- Allah yang Berpribadi
- Bapa Tuhan Kita Yesus Kristus
- Yesus Kristus
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Pengharapan Orang-orang Percaya adalah Berdasar pada Kebangkitan Kristus
- Faedah Iman adalah Pemeliharaan
- Kelahiran Baru adalah Suatu Tindakan Allah Bapa
- Hidup Kekal
- Jaminan Keamanan Kekal
- Maz 37:23-24 Maz 138:8 Yer 32:40 Yoh 5:24 Yoh 6:37,39-40 Yoh 6:68-69 Yoh 10:27-30 Yoh 16:27,29-33 Yoh 17:8,11 Kis 1:3 Rom 4:9,20-22 Rom 5:1-5 Rom 8:15-17,28-30,33-35,37-39 Rom 11:29 1Ko 1:8 2Ko 1:21-22 Gal 4:6 Efe 1:4-5 Efe 4:30 Fili 1:6 Fili 2:12-13 Kol 2:2 1Te 5:23-24 2Ti 1:12 2Ti 4:18 Ibr 6:11 Ibr 7:24-25 Ibr 10:14 Ibr 10:22-23 Ibr 11:1 1Pe 1:3-5 1Pe 5:10 1Yo 2:1-2 1Yo 3:9,14,18-20 1Yo 4:13 1Yo 5:10-11,13,18 Yud 1:1 Yud 1:24
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Natur Gereja
- Gereja adalah Universal
- Gereja Diteguhkan di Dalam Pribadi dan Karya Kristus
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Surga
Topik Teologia: 1Ptr 1:4 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Mengerjakan Pekerjaan Allah
Pekerjaan A...
- Yesus Kristus
- Keselamatan
- Pengharapan Orang-orang Percaya adalah Berdasar pada Kebangkitan Kristus
- Faedah Iman adalah Pemeliharaan
- Hidup Kekal adalah Warisan Orang-orang Percaya
- Jaminan Keamanan Kekal
- Maz 37:23-24 Maz 138:8 Yer 32:40 Yoh 5:24 Yoh 6:37,39-40 Yoh 6:68-69 Yoh 10:27-30 Yoh 16:27,29-33 Yoh 17:8,11 Kis 1:3 Rom 4:9,20-22 Rom 5:1-5 Rom 8:15-17,28-30,33-35,37-39 Rom 11:29 1Ko 1:8 2Ko 1:21-22 Gal 4:6 Efe 1:4-5 Efe 4:30 Fili 1:6 Fili 2:12-13 Kol 2:2 1Te 5:23-24 2Ti 1:12 2Ti 4:18 Ibr 6:11 Ibr 7:24-25 Ibr 10:14 Ibr 10:22-23 Ibr 11:1 1Pe 1:3-5 1Pe 5:10 1Yo 2:1-2 1Yo 3:9,14,18-20 1Yo 4:13 1Yo 5:10-11,13,18 Yud 1:1 Yud 1:24
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Natur Gereja
- Gereja adalah Universal
- Gereja Diteguhkan di Dalam Pribadi dan Karya Kristus
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Surga
Topik Teologia: 1Ptr 1:5 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Mengerjakan Pekerjaan Allah
Pekerjaan A...
- Yesus Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keselamatan
- Pengharapan Orang-orang Percaya adalah Berdasar pada Kebangkitan Kristus
- Iman yang Menyelamatkan
- Ketekunan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Natur Gereja
- Gereja adalah Universal
- Gereja Diteguhkan di Dalam Pribadi dan Karya Kristus
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Keselamatan
Topik Teologia: 1Ptr 1:6 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan dan Penderitaan
Pemeliharaan-Nya Memperbolehkan Kesengsaraan
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan dan Penderitaan
- Pemeliharaan-Nya Memperbolehkan Kesengsaraan
- Keselamatan
- Ketekunan
- Peringatan untuk Bertekun
- 1Ta 16:11 Ayu 17:9 Yeh 18:24 Hos 12:7 Mik 6:8 Mat 10:22 Mar 4:3-8 Luk 22:31-32 Yoh 8:31-32 Yoh 15:4-10,14 Kis 11:23 Kis 13:43 Kis 14:21-22 Rom 2:6-8 1Ko 10:12-13 1Ko 15:1-2,58 1Ko 16:13 2Ko 13:5 Gal 5:1-4 Gal 6:9 Efe 6:13,16,18 Fili 1:27 Fili 3:12-16 Fili 4:1 Kol 1:22-23 Kol 2:5-7 1Te 5:21 2Te 2:15-17 1Ti 6:11-12 2Ti 2:12 2Ti 3:14 2Ti 4:7-8 Ibr 2:1 Ibr 3:14 Ibr 4:14 Ibr 6:4-6,11-12 Ibr 10:23,35-36 Ibr 11:27 Ibr 12:1-13 Yak 1:2-4 Yak 1:12 Yak 5:10-11 1Pe 1:5-7 2Pe 1:10-11 2Pe 3:17 Yud 1:21 Wah 2:10 Wah 2:17 Wah 3:5 Wah 3:11-12 Wah 3:21 Wah 14:12 Wah 16:15 Wah 21:7 Wah 22:11
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Gereja Diteguhkan di Dalam Pribadi dan Karya Kristus
- Mat 16:18 1Ko 3:10-11 1Ko 6:11 Efe 1:18-23 Efe 2:19-21 Efe 5:23 Kol 1:18 Kol 1:24 Kol 3:11 Ibr 9:12,14 Ibr 9:26-28 1Pe 1:3-9 1Pe 1:22-25
- Penderitaan Membuktikan Kemurnian Iman
Topik Teologia: 1Ptr 1:7 - -- Keselamatan
Ketekunan
Peringatan untuk Bertekun
1Ta 16:11 Ayu 17:9 Yeh 18:24 Hos 12:7 Mik 6:8 Mat 10:22 Mar 4:3-8 Luk 22:31-32 ...
- Keselamatan
- Ketekunan
- Peringatan untuk Bertekun
- 1Ta 16:11 Ayu 17:9 Yeh 18:24 Hos 12:7 Mik 6:8 Mat 10:22 Mar 4:3-8 Luk 22:31-32 Yoh 8:31-32 Yoh 15:4-10,14 Kis 11:23 Kis 13:43 Kis 14:21-22 Rom 2:6-8 1Ko 10:12-13 1Ko 15:1-2,58 1Ko 16:13 2Ko 13:5 Gal 5:1-4 Gal 6:9 Efe 6:13,16,18 Fili 1:27 Fili 3:12-16 Fili 4:1 Kol 1:22-23 Kol 2:5-7 1Te 5:21 2Te 2:15-17 1Ti 6:11-12 2Ti 2:12 2Ti 3:14 2Ti 4:7-8 Ibr 2:1 Ibr 3:14 Ibr 4:14 Ibr 6:4-6,11-12 Ibr 10:23,35-36 Ibr 11:27 Ibr 12:1-13 Yak 1:2-4 Yak 1:12 Yak 5:10-11 1Pe 1:5-7 2Pe 1:10-11 2Pe 3:17 Yud 1:21 Wah 2:10 Wah 2:17 Wah 3:5 Wah 3:11-12 Wah 3:21 Wah 14:12 Wah 16:15 Wah 21:7 Wah 22:11
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Gereja Diteguhkan di Dalam Pribadi dan Karya Kristus
- Mat 16:18 1Ko 3:10-11 1Ko 6:11 Efe 1:18-23 Efe 2:19-21 Efe 5:23 Kol 1:18 Kol 1:24 Kol 3:11 Ibr 9:12,14 Ibr 9:26-28 1Pe 1:3-9 1Pe 1:22-25
- Penderitaan Membuktikan Kemurnian Iman
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Kepentingan Kedatangan Yesus Kedua Kali
- Kepentingan bagi Orang Percaya
- Orang Percaya akan Mendapat Pujian
Topik Teologia: 1Ptr 1:8 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Allah Dapat Dikenal
Allah Dikenal Melalui Berbagai Cara
Allah Dikenal Melalui Persek...
- Allah yang Berpribadi
- Pribadi Allah
- Allah Dapat Dikenal
- Allah Dikenal Melalui Berbagai Cara
- Allah Dikenal Melalui Persekutuan dengan Dia
- Roh Kudus
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Natur Gereja
- Gereja adalah Universal
- Gereja Diteguhkan di Dalam Pribadi dan Karya Kristus
- Eskatologi
- Surga
- Manfaat Surga bagi Orang Percaya
- Keselamatan
Topik Teologia: 1Ptr 1:9 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
Jiwa Manusia
Jiwa sebagai Bagian Manusia yang Berelasi de...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Keselamatan
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Kematian Kristus adalah Satu-satunya Sarana Keselamatan
- Kematian Kristus adalah Satu Kali untuk Selamanya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Allah Menyelamatkan Mereka yang Mengasihi-Nya
- Gereja
- Natur Gereja
- Gereja adalah Universal
- Gereja Diteguhkan di Dalam Pribadi dan Karya Kristus
- Eskatologi
- Surga
- Manfaat Surga bagi Orang Percaya
- Keselamatan
Topik Teologia: 1Ptr 1:10 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Mengerjakan Pekerjaan Allah
Pekerjaan A...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
- Yesus Mengerjakan Pekerjaan Allah
- Pekerjaan Allah yang Berkaitan dengan Alkitab
- Wahyu Allah
- Wahyu Melalui Para Nabi
- Kel 4:11-12,15-16 Ula 18:15-22 1Sa 3:19-21 1Sa 28:6 2Sa 23:2 1Ra 13:20-22 1Ra 14:11-12,17-18 2Ra 21:10 2Ta 20:20 2Ta 36:12 2Ta 36:16 Yes 6:1,8-9 Yer 23:21-22 Yeh 1:3 Yeh 2:3-5,7 Yeh 3:1 Yeh 3:10 Hos 6:5 Yoe 2:28-29 Amo 3:7-8 Zak 7:7 Kis 3:18 Rom 1:1-2 Ibr 1:1 1Pe 1:10-12 2Pe 1:21 Wah 10:7
- Wahyu Khusus
- Keselamatan
- Keselamatan adalah Suatu Tindakan Anugerah
- Yoh 1:16 Kis 15:11 Kis 20:24 Rom 3:22-24 Rom 5:15-17 Rom 11:5-6 1Ko 15:2-5,9-10 2Ko 6:1-2 Efe 1:5-8 Efe 2:4-10 1Ti 1:14-15 2Ti 1:9 Tit 2:11 Tit 3:4-7 Ibr 2:9 1Pe 1:3,10 2Pe 3:18
- Kematian Kristus adalah Satu Kali untuk Selamanya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Memberitakan Injil Melalui Kata dan Perbuatan
- Bagaimanakah Injil Harus Diberitakan
- Melalui Roh Kudus
Topik Teologia: 1Ptr 1:11 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Roh Kudus
Roh yang Berbicara
Mat 10:20 Kis 1:16 Kis 8:29 Kis 10:19 Kis 21:11 1Ti 4:1 Ib...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Roh Kudus
- Wahyu Allah
- Wahyu Melalui Para Nabi
- Kel 4:11-12,15-16 Ula 18:15-22 1Sa 3:19-21 1Sa 28:6 2Sa 23:2 1Ra 13:20-22 1Ra 14:11-12,17-18 2Ra 21:10 2Ta 20:20 2Ta 36:12 2Ta 36:16 Yes 6:1,8-9 Yer 23:21-22 Yeh 1:3 Yeh 2:3-5,7 Yeh 3:1 Yeh 3:10 Hos 6:5 Yoe 2:28-29 Amo 3:7-8 Zak 7:7 Kis 3:18 Rom 1:1-2 Ibr 1:1 1Pe 1:10-12 2Pe 1:21 Wah 10:7
- Wahyu Khusus
- Keselamatan
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Kematian Kristus adalah Satu-satunya Sarana Keselamatan
- Kematian Kristus adalah Satu Kali untuk Selamanya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Memberitakan Injil Melalui Kata dan Perbuatan
- Bagaimanakah Injil Harus Diberitakan
- Melalui Roh Kudus
- Eskatologi
- Surga
- Lukisan Surga
- Kemuliaan
Topik Teologia: 1Ptr 1:12 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Disejajarkan dengan Allah
Roh Kudus ada...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
- Yesus Disejajarkan dengan Allah
- Roh Kudus adalah dari Allah dan Kristus
- Roh Kudus
- Wahyu Allah
- Wahyu Melalui Para Nabi
- Kel 4:11-12,15-16 Ula 18:15-22 1Sa 3:19-21 1Sa 28:6 2Sa 23:2 1Ra 13:20-22 1Ra 14:11-12,17-18 2Ra 21:10 2Ta 20:20 2Ta 36:12 2Ta 36:16 Yes 6:1,8-9 Yer 23:21-22 Yeh 1:3 Yeh 2:3-5,7 Yeh 3:1 Yeh 3:10 Hos 6:5 Yoe 2:28-29 Amo 3:7-8 Zak 7:7 Kis 3:18 Rom 1:1-2 Ibr 1:1 1Pe 1:10-12 2Pe 1:21 Wah 10:7
- Wahyu Khusus
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Memberitakan Injil Melalui Kata dan Perbuatan
- Bagaimanakah Injil Harus Diberitakan
- Melalui Roh Kudus
Topik Teologia: 1Ptr 1:13 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Buah Roh
Penguasaan Diri
Gal 5:22-23 1Te 5:6,8 2Ti 1:7 Tit 2:11-12...
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
- Buah Roh
- Penguasaan Diri
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Sasaran Pengudusan
- Menyamakan Moral dengan Allah Bapa
- Kita Harus Menjadi Peniru Allah Sekarang
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Berharap kepada Allah
- Substansi dari Hal-hal yang Diharapkan
- Pengharapan Orang Percaya Terhadap Pemberian Anugerah Allah
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Menjadi Kudus
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Sikap Orang Percaya Terhadap Kedatangan Yesus Kedua Kali
- Orang Percaya Harus Termotivasi untuk Hidup Saleh
Topik Teologia: 1Ptr 1:14 - -- Dosa
Pengabaian Hukum Allah
Yeh 45:20 Kis 3:17 Rom 5:14 Efe 4:18 1Ti 1:13 Ibr 9:7 1Pe 1:14
Para Pendosa Dikendalikan Ha...
- Dosa
- Keselamatan
- Adopsi
- Orang Percaya sebagai Anak Allah
- Kita adalah Anak-anak Allah
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Orang Benar adalah Anak yang Taat
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Menjadi Kudus
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Sikap Orang Percaya Terhadap Kedatangan Yesus Kedua Kali
- Orang Percaya Harus Termotivasi untuk Hidup Saleh
Topik Teologia: 1Ptr 1:15 - -- Allah yang Berpribadi
Dia yang Memanggil
Rom 9:11-12 Gal 1:6 Gal 5:8 1Te 5:24 1Pe 1:15 1Pe 2:9
Allah itu Kudus
...
- Allah yang Berpribadi
- Dia yang Memanggil
- Allah itu Kudus
- Dosa
- Natur Dosa
- Dosa Bertentangan dengan Allah
- Kej 39:9 Ima 19:2 Ula 32:4 Ayu 25:4-6 Ayu 34:10 Ayu 42:1-6 Maz 18:31 Maz 33:4-5 Maz 47:9 Maz 48:11 Maz 51:6 Maz 92:16 Maz 145:17 Yes 6:1-6 Yes 57:15 Yes 59:1-2 Yes 64:5,7,9 Yer 2:5 Yer 2:29 Yeh 39:7 Hos 11:9 Amo 3:2-3 Mik 3:4 Hab 1:12-13 Mat 5:48 Mar 10:18 Luk 5:8 Luk 13:27 Rom 1:22-23 Rom 9:14 Ibr 1:8 Ibr 12:14 Yak 1:13 1Pe 1:15-16 1Yo 1:5 Wah 4:8 Wah 15:4
- Keselamatan
- Panggilan
- Natur Panggilan
- Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
- Allah Memanggil Manusia untuk Kekudusan
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Orang Benar adalah Anak yang Taat
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Sikap Terhadap Ketaatan
- Ketaatan Harus Praktis Makin Menyerupai Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Menjadi Kudus
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Sikap Orang Percaya Terhadap Kedatangan Yesus Kedua Kali
- Orang Percaya Harus Termotivasi untuk Hidup Saleh
Topik Teologia: 1Ptr 1:16 - -- Allah yang Berpribadi
Atribut-Atribut Allah
Allah itu Kudus
Kel 15:11 Ima 11:44-45 Ula 32:4 Yos 24:19 1Sa 2:2 1Sa 6:20 1Ta 16:1...
- Allah yang Berpribadi
- Atribut-Atribut Allah
- Allah itu Kudus
- Dosa
- Natur Dosa
- Dosa Bertentangan dengan Allah
- Kej 39:9 Ima 19:2 Ula 32:4 Ayu 25:4-6 Ayu 34:10 Ayu 42:1-6 Maz 18:31 Maz 33:4-5 Maz 47:9 Maz 48:11 Maz 51:6 Maz 92:16 Maz 145:17 Yes 6:1-6 Yes 57:15 Yes 59:1-2 Yes 64:5,7,9 Yer 2:5 Yer 2:29 Yeh 39:7 Hos 11:9 Amo 3:2-3 Mik 3:4 Hab 1:12-13 Mat 5:48 Mar 10:18 Luk 5:8 Luk 13:27 Rom 1:22-23 Rom 9:14 Ibr 1:8 Ibr 12:14 Yak 1:13 1Pe 1:15-16 1Yo 1:5 Wah 4:8 Wah 15:4
- Keselamatan
- Panggilan
- Natur Panggilan
- Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
- Allah Memanggil Manusia untuk Kekudusan
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Orang Benar adalah Anak yang Taat
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Sikap Terhadap Ketaatan
- Ketaatan Harus Praktis Makin Menyerupai Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Menjadi Kudus
Topik Teologia: 1Ptr 1:17 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Allah itu Tidak Memihak
Ula 10:17 2Ta 19:7 Ayu 34:19 Ayu 36:5 Mat 5:45 Kis 10:34-35 Rom 2:6...
- Allah yang Berpribadi
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Tempat Umat Manusia Pada Urutan Penciptaan
- Manusia Dalam Relasinya dengan Makhluk Ciptaan Lain
- Manusia adalah Setara di Hadapan Allah
- Eskatologi
- Kematian Mengajar Kita Supaya Hidup Bijaksana
- Tidak Memihak
Topik Teologia: 1Ptr 1:18 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Pemilihan Allah
Pemilihan Allah akan Mesias
Yes 42:1 Luk 9:35 Luk...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Mesias
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
- Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz 98:2-3 Maz 111:9 Maz 130:7 Yes 12:2 Yes 41:14 Yes 63:16 Yer 30:17 Yeh 37:23 Luk 2:38 Yoh 3:16-17 Yoh 6:39 Kis 20:28 Rom 1:16 Rom 3:22-26 Rom 6:23 1Ko 1:30 1Ko 7:23 2Ko 5:18 Gal 1:3-4 Gal 2:20 Gal 4:4-5 Efe 1:3-7 Efe 4:30 Efe 5:1-2 Kol 1:19-22 1Te 5:9 2Te 2:13,16 1Ti 2:3-6 2Ti 1:8-9 Tit 1:2-3 Tit 2:11,13-14 Ibr 9:11-15 1Pe 1:18-21 1Yo 4:9-10 1Yo 5:11 Wah 5:9-10 Wah 7:10 Wah 9:1
- Keselamatan
- Lahir Baru
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Yesus Dibangkitan dari Kematian oleh Allah
Topik Teologia: 1Ptr 1:19 - -- Yesus Kristus
Ketidakberdosaan Yesus
Mat 27:3-4 Yoh 7:16-18 Yoh 8:29,46,50 Rom 15:3 2Ko 5:21 Ibr 1:9 Ibr 2:10 Ibr 4:15 Ibr 7:26-28 ...
- Yesus Kristus
- Ketidakberdosaan Yesus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Mesias
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
- Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz 98:2-3 Maz 111:9 Maz 130:7 Yes 12:2 Yes 41:14 Yes 63:16 Yer 30:17 Yeh 37:23 Luk 2:38 Yoh 3:16-17 Yoh 6:39 Kis 20:28 Rom 1:16 Rom 3:22-26 Rom 6:23 1Ko 1:30 1Ko 7:23 2Ko 5:18 Gal 1:3-4 Gal 2:20 Gal 4:4-5 Efe 1:3-7 Efe 4:30 Efe 5:1-2 Kol 1:19-22 1Te 5:9 2Te 2:13,16 1Ti 2:3-6 2Ti 1:8-9 Tit 1:2-3 Tit 2:11,13-14 Ibr 9:11-15 1Pe 1:18-21 1Yo 4:9-10 1Yo 5:11 Wah 5:9-10 Wah 7:10 Wah 9:1
- Keselamatan
- Lahir Baru
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Yesus Dibangkitan dari Kematian oleh Allah
Topik Teologia: 1Ptr 1:20 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Pemilihan Allah
Pemilihan Allah akan Mesias
Yes 42:1 Luk 9:35 Luk...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Mesias
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
- Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz 98:2-3 Maz 111:9 Maz 130:7 Yes 12:2 Yes 41:14 Yes 63:16 Yer 30:17 Yeh 37:23 Luk 2:38 Yoh 3:16-17 Yoh 6:39 Kis 20:28 Rom 1:16 Rom 3:22-26 Rom 6:23 1Ko 1:30 1Ko 7:23 2Ko 5:18 Gal 1:3-4 Gal 2:20 Gal 4:4-5 Efe 1:3-7 Efe 4:30 Efe 5:1-2 Kol 1:19-22 1Te 5:9 2Te 2:13,16 1Ti 2:3-6 2Ti 1:8-9 Tit 1:2-3 Tit 2:11,13-14 Ibr 9:11-15 1Pe 1:18-21 1Yo 4:9-10 1Yo 5:11 Wah 5:9-10 Wah 7:10 Wah 9:1
TFTWMS: 1Ptr 1:1-2 - Salam: Untuk Mereka Yang Dikuduskan Oleh Roh Salam: Untuk Mereka Yang Dikuduskan Oleh Roh(1 Petrus 1:1, 2)
Rasul Petrus memulai suratnya secara resmi. Dengan cara yang tenang, tidak menyolok, ia...
Salam: Untuk Mereka Yang Dikuduskan Oleh Roh(1 Petrus 1:1, 2)
Rasul Petrus memulai suratnya secara resmi. Dengan cara yang tenang, tidak menyolok, ia memperkenalkan dirinya. Ayat-ayat tentang pengenalan diri dan pembukaan yang agung membuat jelas bahwa penulis itu berharap untuk didengarkan. Kata-katanya tidak bersifat menggurui; ia tidak sedang menulis untuk membentuk pengikut pribadi atau menegaskan kekuasaannya. Ia menulis untuk mendorong gereja, untuk memberi mereka sumber daya dalam menghadapi krisis yang sedang berlang-sung, untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus, dan untuk menginspirasi kekudusan dalam kehidupan. Kata-kata pembukaan surat itu meletakkan dasar untuk apa yang menyusul kemudian.
SALAM PEMBUKAAN (1 Petrus 1:1, 2)
1 Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, 2 yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.
Ayat 1. Penulis itu mengidentifikasi dirinya dalam dua cara: sebagai Petrus, kemudian sebagai rasul Yesus Kristus. Nama lahirnya adalah Simon, atau lebih tepatnya Simeon (Kisah 15:14; 2 Petrus 1:1 dalam beberapa naskah kuno Yunani). Itu adalah nama yang umum di antara orang-orang Yahudi. Untuk membedakan dia dari orang lain dengan nama yang sama, ia dipanggil Simon, anak Yunus (Barjona; Matius 16:17) atau kadang-kadang Simon anak Yohanes (Yoh. 1:42). Kita tidak tahu lebih banyak tentang nenek moyang rasul itu.
Dengan wawasan khusus mengenai potensi manusia, ketika Yesus sudah bertemu Simon untuk pertama kalinya, Ia memberi dia nama baru. Ia menyebut dia "Kefas" (Yoh. 1:42). Nama Aram "Kefas," diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, menjadi "Petrus." Jika saja Yesus bicara dalam bahasa Indonesia, Ia akan sudah menyebut dia "Batu Karang" atau "Batu." Dalam Taurat dan Mazmur, Israel menyebut Allah sebagai batu karang.1Allah itu stabil, dapat diandalkan, dan tidak berubah. Yesus mengenali potensi yang terdapat dalam diri nelayan Galilea yang kasar, kurang ajar, dan gamang ini. Setelah berada di hadapan Yesus, Simon anak Yohanes akan diubah menjadi batu karang kekuatan dan kemapanan. Orang ini, terlahir sebagai Simon Barjona, senang mengidentifikasi dirinya sebagai Petrus. Dengan nama itulah para pembacanya mengenal dia.
Dalam suratnya yang kedua, Petrus mengidentifikasi dirinya sebagai "hamba dan rasul Yesus Kristus" (2 Petrus 1:1). Paulus kadang-kadang menggambarkan dirinya dengan kata-kata yang sama itu (Roma 1:1; Titus 1:1). Ketika ia membuka suratnya yang pertama, cukup bagi Petrus untuk menyebut dirinya "rasul Yesus Kristus." Yesus telah mengumpulkan dua belas orang di sekeliling Dia yang harus Ia ajar dan tugaskan sebagai saksi dan wakil-Nya bagi dunia (Lukas 6:13). Matius dan Markus hanya satu kali memberi sebutan "rasul" kepada masing-masing dari Dua Belas orang itu (Matius 10:2; Markus 6:30). Kata itu lebih sering ditemukan dalam Lukas. Dua Belas orang itu umumnya disebut "rasul" dalam Kisah Para Rasul di mana mereka muncul sebagai saksi Yesus, khususnya saksi kebangkitan-Nya (Kisah 1:8; 2:32; 3:15). Dalam suratnya yang pertama Petrus tidak lupa bahwa ia pernah menyaksikan kubur yang kosong dan Tuhan yang bangkit (5:1).
Para pembaca mula-mula surat itu tidak perlu diingatkan bahwa Petrus adalah seorang rasul. Hanya ada satu Batu Karang di kalangan orang Kristen. Mereka tahu siapa dia dulunya. Ketika ia menyebut dirinya rasul, Petrus mundur ke belakang kepada tahun-tahun ketika ia dan yang lainnya menyusuri Galilea dan Yudea dengan Yesus di samping mereka. Kata-kata Petrus itu didasarkan pada sejarah. Yesus bukan tokoh rekaan, bukan hantu, bukan gagasan tanpa tubuh. Ia sudah menjadi daging dan darah. Sebagai seorang rasul, ia sudah pernah bersama Yesus. Petrus sudah mendengar kata-kata-Nya, melihat Dia menyentuh dan menyembuhkan orang kusta, dan menyaksikan penyaliban-Nya dan kebangkitan-Nya. Karena ini memang benar, dan karena Yesus telah memberi para rasul itu suatu tugas, maka kata-kata Petrus itu berkuasa.
Rasul itu berharap suratnya itu membentuk umat Allah. Setelah berabad-abad surat itu terus membentuk mereka. Dalam arti yang sebenarnya, kata-kata Petrus adalah kata-kata Allah.
Petrus menujukan suratnya kepada murid-murid yang tinggal di provinsi Romawi Pontus, G alatia, Kapadokia, Asia, dan Bitinia. Meski Pontus dan Bitinia adalah dua wilayah geografi yang dijabarkan secara jelas, namun orang-orang Romawi menggabungkan keduanya menjadi satu provinsi. Lima nama itu menunjukkan empat distrik administrasi Romawi. Keempat distrik itu adalah provinsi yang besar. Bila digabungkan bersama mereka membentuk hampir seluruh Asia Kecil, atau hampir keseluruhan luas daratan negara moderen Turki. (Untuk informasi lebih lanjut tentang wilayah itu, lihat Kata Pengantar, halaman 10-15.)
Tidak jelas berapa banyak gereja atau berapa banyak orang Kristen yang mungkin sudah menetap di Asia Kecil pada pertengahan tahun 60an ketika Petrus menulis surat ini. Di propinsi Asia mungkin ada beberapa ratus, bahkan mungkin beberapa ribu orang Kristen. Melalui karya Paulus, kita tahu bahwa di Galatia terdapat beberapa gereja. Kita tidak tahu apa-apa tentang pekerjaan apa yang telah dilakukan di Pontus, Bitinia, atau Kapadokia di waktu awal ini. Besar kemungkinan Petrus sendiri telah bekerja dan berkhotbah di tempat-tempat yang tersebar luas dari provinsi-provinsi ini. Rasul itu berharap ada orang Kristen di seluruh wilayah itu yang akan mendengarkan kata-katanya.
Penggunaan kata parepi÷dhmoß (parepidēmos), yang diterjemahkan orang-orang pendatang, mengambil tema yang mengakar kuat dalam Perjanjian Lama. Dalam 1:17, Petrus akan bicara tentang para pembacanya yang "menumpang di dunia ini" (paroiki÷a, paroikia). Dalam 2:11, ia mengacukan mereka sebagai "pendatang dan perantau," dengan menggunakan baik pa¿roikoß (paroikos) dan parepi÷dhmoß (parepidēmos). Tema itu mundur kepada kehidupan Abraham sebagai pengembara di Kanaan. Ketika Sarah mati, ia tidak punya tempat untuk menguburkan dia. Ia berkata kepada orang-orang itu, "Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu" (Kejadian 23:4; lihat Ibrani 11:13). Tema itu berlanjut terus sampai kaum Israel, yang disebut sebagai "orang asing dan pendatang" bagi Allah (Imamat 25:23; lihat Mazmur 39:12). Kata-kata Petrus itu adalah pengingat bahwa mereka yang menjadi milik Yesus Kristus jangan merasa betah selama di dunia ini. Mereka adalah peziarah yang sedang lewat. Peringatan bagi orang Kristen adalah bahwa mereka harus jangan menjadi terlalu terikat dengan dunia ini. Rumah permanen mereka akan diungkapkan ketika Tuhan datang kembali dalam kemuliaan.
Baik Surat kiriman dari 1 Petrus maupun Yakobus menyapa para pembaca mereka sebagai tersebar atau "terpencar" (diaspora, diaspora). Satu-satunya tempat lain kata itu muncul dalam Perjanjian Baru adalah dalam injil Yohanes (Yoh. 7:35), di mana kata itu menyinggung tentang orang-orang Yahudi yang tinggal jauh dari Palestina dan berbicara bahasa Yunani. Dalam terjemahan Yunani Perjanjian Lama, Septuaginta (LXX), yang banyak digunakan di kalangan orang-orang Yahudi berbahasa Yunani, istilah "diaspora" digunakan untuk bangsa Israel yang tersebar di antara bangsa-bangsa non-Yahudi (Ulangan 28:25; Yeremia 41 [34]:17). Bagi Petrus dan Yakobus, "yang tersebar" adalah orang Kristen yang terpencar dalam dunia Yunani-Romawi, tapi itu lebih daripada itu. Petrus mengerti para pembacanya harus dipisahkan dari perhentian sorgawi mereka. Mereka sedang menunggu hari penebusan. Paul S. Minear dengan benar mengulas, "Ketika gereja disapa sebagai "perantau" (Yakobus 1:1; 1 Petrus 1:1), yang ada di dalam pikiran penulis itu bukan absennya orang-orang Kristen dari Palestina tetapi dari kota sorgawi."2Mengenal Kristus adalah sama dengan merasakan keterpisahan dengan apa yang menyukakan Tuhan dan apa yang menyukakan dan mendorong orang-orang zaman sekarang.
Surat Petrus berbeda dari surat Yakobus dalam hal Petrus mengharapkan bangsa-bangsa non-Yahudi menjadi bagian dari para pembacanya (lihat komentar tentang 1:14, 18). Meski ada perbedaan pendapat tentang masalah itu, namun tidak terlihat bahwa Yakobus mengharapkan ada pembacanya yang adalah orang non-Yahudi. Petrus juga berbeda dari Yakobus dalam hal ia memperkenalkan dirinya kepada mereka yang tersebar luas di wilayah geografis tertentu. Bagi Petrus, yang "tersebar" itu adalah orang-orang percaya Yahudi dan non-Yahudi di seluruh provinsi Romawi yang ia sebutkan. Istilah itu bersifat kiasan bagi umat Kristen. Bagi Yakobus, yang "tersebar" atau "terpencar" itu secara khusus adalah orang Kristen Yahudi. Yakobus menggunakan kata itu secara teknis seperti yang orang-orang Yahudi gunakan. Ia menyapa orang-orang Yahudi yang tidak tinggal di Kanaan.
Petrus menggambarkan para pembacanya dengan dua kata, masing-masing dipenuhi dengan pelbagai implikasi rohani. Ia menyebut mereka "orang asing," dan ia menyebut mereka "orang-orang yang dipilih." Kekayaan arti yang mengalir dari kedua kata itu berasal dari penggunaan kata-kata itu dalam Perjanjian Lama. Yang mengikatkan tali yang mengikat agama Kristen kepada akarnya di Israel bukan hanya kutipannya dari Perjanjian Lama. Pemikiran Petrus tentang dunia didasarkan pada Perjanjian Lama. Rasul itu menarik kata-kata, konsep, dan nasihat yang penting dari wahyu para nabi, para pembuat hukum, dan orang-orang bijak di masa lalu.Dalam prosesnya, ia memperluas kata-kata dan tama-tema Perjanjian Lama, dengan memberi mereka warna Kristen yang berbeda.
Kita akan cadangkan pembahasan "orang-orang pendatang/asing" dan kemunculan sinonimnya yang terkait erat di 1:17 dan 2:11. Untuk saat ini, kita ingin memeriksa kata yang dipilih. Selain kata "dipilih," tidak ada istilah yang lebih penting yang dengannya orang-orang Yahudi bisa mengidentifikasi diri mereka sendiri. Mereka adalah orang-orang yang Allah telah pilih. Di padang gurun, Musa berkata kepada Israel, "Karena Ia mengasihi nenek moyangmu, maka Ia memilih keturunan mereka" (Ulangan 4:37; NASB). Pemberi hukum itu menambahkan, "… [kepada] nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa …" (Ulangan 10:15).
Karena "dipilih" digunakan secara khusus untuk orang-orang Yahudi (Mazmur 105:6), untuk entitas politik yang telah menjadi suatu bangsa di bawah Daud dan keturunannya dan baru-baru ini di bawah Makabis dan keturunan mereka, dan karena pesan Kristus adalah untuk setiap bangsa (Matius 28:19), maka orang mungkin mengharapkan orang Kristen untuk membuang kata "dipilih." Mereka jelas tidak membuang kata itu. Gereja Yesus Kristus adalah perpanjangan spiritual langsung Israel. Kata Yunani e˙klekto/ß (eklektos) secara beragam diterjemahkan "pilihan" atau "dipilih." Paulus (Roma 8:33; Kolose 3:12; Titus 1:1) maupun Petrus tidak membolehkan orang Kristen melupakan bahwa mereka adalah orang-orang "pilihan" Allah.
Orang Kristen tergoda untuk berpikir tentang dipilih itu sebagai tindakan di mana mereka itu pasif. Orang tidak berbuat apa-apa; ia hanya duduk dengan tenang dan membiarkan Allah memilih dia. Beberapa orang mengaitkan keadaan dipilih dengan kebangkitan spiritual hati—pengalaman subyektif yang dengannya orang tahu bahwa ia telah diselamatkan dan karenanya ia milik Allah. Satu doktrin yang terkait bersikeras bahwa dari kekekalan Allah telah memilih sejumlah orang tertentu untuk diselamatkan. Orang dilahirkan, katanya, ke dunia sebagai orang yang dipilih atau tidak dipilih. Karena orang dipilih atau tidak dipilih oleh kedaulatan, keputusan kekal Allah, maka ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengubah statusnya.
Konsep seperti itu terlalu berfokus pada satu orang dan mengabaikan konsep tentang satu kumpulan orang. I. Howard Marshall benar ketika ia mengatakan bahwa pra-pengetahuan Allah, dalam hal ini, "adalah cara untuk mengatakan bahwa Ia mengambil inisiatif dalam mewujudkan gereja."3Konsep tentang umat pilihan muncul dari Perjanjian Lama. Israel dipilih sebagai sebuah bangsa, tetapi individu Israel dalam beberapa kasus adalah sangat fasik sekali. Kefasikan individu tidak mengubah status bangsa itu sebagai umat pilihan. Individu bisa saja dibuang dari hadirat Allah selamanya, tapi Israel tetap menjadi pilihan.
Demikian pula, gereja, pewaris spiritual dari status Israel yang dipilih, menikmati julukan "dipilih." Orang menjadi bagian gereja dan dengan begitu menjadi bagian dari yang dipilih ketika imannya mendorong dia untuk bertindak. Tidak ada "kasih karunia yang tak bisa ditolak" dalam panggilan Allah. Dipilih merupakan respon positif pada sisi seseorang kepada tawaran keselamatan universal. Paulus menulis, "… Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan …" (2 Tesalonika 2:13, 14). Orang ikut memilih dengan orang-orang "pilihan" ketika ia mendengar pesan injil, mempercayai isinya, dan mentaati pesan itu. Oleh kasih karunia-Nya Allah memilih orang-orang yang imannya mendorong mereka untuk taat (Efesus 2:8). Mereka yang dipilih ditambahkan kepada gereja yang adalah milik Kristus (Kisah 2:47).
Ayat 2. Petrus melanjutkan dalam memberi gambaran tentang orang-orang yang ia surati. Mereka butuh pemahaman yang menyeluruh tentang siapa mereka, apa artinya menganut Kristus. Keadaan mereka sebagai umat pilihan adalah sesuai dengan rencana Allah Bapa. Petrus percaya bahwa penting bagi orang Kristen, baik dari latar belakang kafir atau Yahudi, untuk memahami bahwa Allah yang telah menyatakan diri-Nya kepada Israel adalah Allah yang sama yang menyatakan diri-Nya dalam Yesus dari Nazaret. Memberitakan Yesus adalah sama dengan tidak memberitakan ilah baru. Selanjutnya, pembentukan gereja bukanlah rencana baru yang Allah munculkan di dunia. Maksud Allah, yang telah diketahui dari zaman dulu, diwujudkan ketika "orang-orang pilihan"-Nya mencakup semua orang yang mengaku beriman kepada Yesus Kristus.
Ketika para penulis terilham Perjanjian Baru menulis tentang "pra-pengetahuan/ rencana" Allah, subyeknya secara konsisten tentang keselamatan yang diungkapkan dalam Anak. Itu adalah pra-pengetahuan tentang Israel baru, gereja-Nya. Dinyatakan secara negatif, Perjanjian Baru tidak peduli dengan pra-pengetahuan Allah tentang tujuan kekal manusia. Allah tidak lebih dulu menetapkan hukuman atas beberapa orang dan keselamatan atas beberapa orang lainnya. Yang menjadi subyek "prapengetahuan" Allah adalah gereja, bukan manusia. Petrus ingin para pembacanya memahami bahwa bagi Allah gereja itu bukan pemikiran Allah yang muncul belakangan. Gereja sudah selamanya ada di dalam pikiran Allah. Allah sudah mengetahui dan menetapkan sebelumnya bahwa di sana harus ada gereja Yesus Kristus, orang-orang pilihan yang mencakup bukan hanya Israel tapi juga seluruh umat manusia. Demikian pula, ketika Paulus menulis bahwa Allah telah "menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya" (Efesus 1:5), yang Allah sudah tetapkan sebelumnya adalah "kita" sebagai suatu umat, bukan "kita" sebagai individu.
Kalimat yang dikuduskan oleh Roh (e˙n aJgiasmw pneu/matoß, en hagiasmōi pneumatos), secara harfiah "dalam kekudusan Roh," menyatakan bahwa "orang-orang pilihan" Allah telah dibuat kudus oleh perantaraan Roh.4Kalimat yang sama muncul dalam 2 Tesalonika 2:13, di mana Alkitab NASB menulis "melalui pengudusan oleh Roh." Paulus mengaitkan pengudusan Roh dengan kepercayaan kepada kebenaran injil; Petrus mengaitkannya dengan ketaatan kepada Yesus Kristus. Kedua rasul itu mengungkapkan realitas yang sama dengan kata-kata yang berbeda. Roh menguduskan orang percaya ketika ia mendengar dan mematuhi panggilan injil. Roh menetap dalam kehidupan orang percaya yang taat (Kisah 2:38) dan mendukung dia dalam kehidupan yang saleh. Orang percaya disebut "kudus" karena hidupnya mencerminkan kekudusan milik Allah (1 Petrus 1:15, 16). Ia adalah kudus karena ia telah disisihkan oleh Roh untuk menjadi salah seorang pilihan Allah.
Pengudusan yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang percaya adalah sampai akhir supaya ia taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Para penerjemah Alkitab NASB menafsirkan ungkapan "Yesus Kristus" (ΔIhsouv Cristouv, Iēsou Christou) dengan kata "ketaatan"dan "pemercikan." Ketaatan lebih baik dipahami sebagai konsep yang berdiri sendiri. Pekerjaan pengudusan oleh Roh adalah "supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya." Petrus mengingatkan para pembacanya bahwa pengudusan bukanlah pekerjaan pasif yang dikerjakan ke atas orang Kristen. Orang percaya itu sendiri memegang kehendak Allah sehingga kehendak Allah menjadi kehendaknya. Pada satu sisi, Kristus menguduskan (1 Korintus 1:30.), seperti yang ditegaskan oleh syair pujian lama Kristen, "Tanganku tidak membawa apa-apa; kupegang salib-Mu saja."5Pada sisi lain, pengudusan adalah kewajiban moral yang diletakkan ke atas orang percaya. Itu adalah ketaatan. Menjadi orang Kristen adalah hidup dalam ketegangan: (1) Yang menguduskan adalah Kristus. (2) Pengudusan terjadi "ketika manusia memutuskan untuk menerima dan hidup bersama pesan Kristen."6
"Menerima percikan darah-Nya." Karena diatur oleh preposisi yang sama, maka pengudusan orang percaya adalah untuk ketaatan dan untuk menerima percikan darah Yesus Kristus. Petrus melanjutkan dalam mencampur konsep-konsep ketat Kristen dengan gambaran yang berakar dalam di dalam kehidupan beragama orang Israel. Penumpahan darah adalah pengingat bagi Israel bahwa pengudusan bukan masalah sepele. Musa memerciki umat itu dan mezbah korban bakaran dengan darah (Keluaran 24:6, 8), dan para imam harus memercikkan darah di atas mezbah itu (Imamat 3:2). Penulis Ibrani menulis, "Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibrani 9:22).
Ketika orang disucikan oleh darah, itu adalah konsep spiritual yang murni. Darah sungguhan meninggalkan noda; darah itu tidak menyucikan. Air, di sisi lain, adalah sarana pembersih. Dengan demikian hukum Musa juga mengenal air penyucian. Dalam Bilangan 19, Taurat mengetengahkan ketetapan tentang lembu betina merah. Para imam harus menyiapkan campuran air dari abu lembu betina merah yang digunakan untuk menyucikan mereka dengan kenajisan seremonial. Tentu lebih daripada sekedar menunjukkan ketertarikan bahwa penulis kitab Ibrani menggabungkan pemercikan darah dan pembasuhan air: "… karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni" (Ibrani 10:22). Petrus, akan segera menyinggung kelahiran kembali para pembacanya, kelahiran kembali yang terwujud ketika mereka telah dibaptis ke dalam Kristus.
Dengan beberapa kata ini, rasul itu meminta berkat Allah Bapa, Yesus Kristus sang Anak, dan Roh Kudus, sarana Allah untuk pengudusan. Orang Kristen menegaskan bahwa Allah adalah esa, tetapi keesaan-Nya itu terwujud dalam tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bagi orang-orang Yahudi keesaan Allah adalah hal terpenting dari iman. Dan itu tidak berubah. Perjanjian Baru tidak menawarkan diskusi berbau teori untuk menjelaskan bagaimana Allah itu esa namun begitu Ia adalah tiga. Bagi Petrus, seperti juga bagi kontributor lain Perjanjian Baru, Trinitas itu semata-mata tiga. Dari awal sejarahnya gereja telah bergumul dengan konsep itu. Penjelasan tentang Trinitas yang begitu banyak jumlahnya telah berkontribusi banyak sekali terhadap kurangnya kepuasan atas apa yang mereka jelaskan.
Mengapakah Trinitas secara relatif mendapatkan sedikit perhatian? Salah satu alasannya adalah bahwa Alkitab tidak menggunakan kata itu. Di awal abad kesembilan belas, Barton W. Stone adalah seorang pengkhotbah injil yang berpengaruh. Bayangan Stone telah menempatkan dirinya dalam cara yang hebat atas gerakan Amerika untuk memulihkan gereja Perjanjian Baru. Ia telah mempengaruhi banyak orang yang belum pernah mendengar namanya dalam cara yang hampir mereka tidak sadari. Stone tidak ingin membahas konsep Trinitas. Ia mempertahankan bahwa konsep itu tidak koheren. Tampaknya tidak ada dua pemikir Kristen yang bisa sepakat tentang apa saja kecuali bahwa Trinitas adalah doktrin Kristen yang penting. Bagaimana bisa ada doktrin Kristen yang penting, Stone bertanya, yang tidak bisa orang jelaskan?7Demi persatuan di antara orang percaya, Stone tidak ingin mengambil sikap tentang Trinitas. Banyak orang di gereja saat ini mengikuti jejaknya. Namun begitu, seperti yang Petrus jelaskan, apakah kata "Trinitas" itu ada atau tidak di dalam Alkitab, konsep itu ada di dalamnya. Meski tidak ada orang Kristen yang dapat mengatakan dengan yakin bahwa ia mengerti bagaimana Allah itu esa namun tiga pribadi pada saat yang sama, kita melakukan hal yang baik untuk menegaskan bersama Petrus bahwa Allah adalah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Dengan selesainya pendahuluannya, Petrus selanjutnya menyampaikan salam resminya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu. Rasul itu memulai suratnya yang kedua dengan kata-kata yang sama dalam bahasa Yunani (2 Petrus 1:2). Paulus biasa menggunakan kata-kata "kasih karunia dan damai sejahtera" dalam salam di surat-suratnya. Petrus menambahkan keinginan semoga semua itu berlimpah bagi para pembacanya. Dalam satu pengertian, kata-kata itu adalah formalitas. Sepertinya Petrus tidak banyak memikirkan makna kata-kata itu ketika ia menyapa para pembacanya. Dalam arti lain, kata-kata itu lebih banyak bersifat formalitas. Kepada orang-orang Kristen ini Petrus ingin menyampaikan keinginannya yang paling tulus semoga kasih karunia dan pemberian cuma-cuma dari Allah, bersama dengan damai sejahtera yang saleh menjadi ciri hidup mereka.
TFTWMS: 1Ptr 1:3-5 - Kepada Suatu Hidup Yang Penuh Harapan "KEPADA SUATU HIDUP YANG PENUH HARAPAN" (1 Petrus 1:3-5)
3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang ...
"KEPADA SUATU HIDUP YANG PENUH HARAPAN" (1 Petrus 1:3-5)
3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, 4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. 5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.
Ayat 3. Perkataan Petrus itu luar biasa dalam hal sikap tegas yang ia ambil tentang wahyu Allah kepada Israel sambil menggapai kepada wahyu-Nya yang baru dalam Kristus. Orang Israel yang saleh sering merasa cocok untuk memulai kata-kata dorongan atau pujian dengan kata-kata diberkatilah. Melkisedek, raja Salem menyatakan, "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi" lalu menambahkan "Dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi" (Kejadian 14:19, 20). Daud memulai ucapannya kepada Abigail, "Terpujilah TUHAN, Allah Israel" (1 Samual 25:32). Para pemazmur sering menggunakan kata-kata itu untuk memuji Tuhan (misalnya, Mazmur 28:6; 31:21; 41:13; 66:20; 68:19, 35). Ketika Yesus masuk ke Yerusalem orang banyak berseru keras, "Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan" (Matius 21:9).1Dengan menggunakan konstruksi tata bahasa yang Petrus gunakan, Zakharia menyatakan, "Terpujilah Tuhan, Allah Israel" (Lukas 1:68). Akhirnya, dalam 2 Korintus 1:3 dan Efesus 1:3 Paulus menggunakan ungkapan yang sama dengan yang Petrus gunakan.
Kata-kata itu berakar pada kesucian Kitab Suci Israel dan tradisi sinagoganya, tapi Petrus merincinya lebih lanjut. Bagi rasul itu, keterpujian Allah telah diungkapkan secara lebih lengkap dalam hal bahwa Ia adalah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Petrus menegaskan bahwa Allah itu khususnya adalah "Bapa" bagi manusia Yesus dari Nazaret. Selanjutnya, Yesus dari Nazaret ini adalah "Tuhan kita Yesus Kristus." Ke-Tuhanan Yesus dari Nazaret terlihat jelas ketika Ia hidup dalam bentuk manusia, tetapi ke-Tuhanan itu dinyatakan lebih lanjut oleh peninggian-Nya untuk memerintah di sebelah kanan Allah. Jadi Petrus menegaskan posisinya tentang wahyu Perjanjian Lama untuk mengarahkan para pembacanya kepada Perjanjian Baru.
Allah harus dipuji. Ia selamanya harus dipuji oleh umat-Nya karena Ia telah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan. Karena rahmat-Nya yang besar maka rasul itu dan para pembacanya menikmati hubungan yang mereka miliki dengan Allah. Mereka berbagi harapan dan janji Kristus karena Allah dalam "rahmat-Nya yang besar" telah memilih untuk bertindak, untuk menjangkau suatu umat dengan mengutus Anak-Nya Yesus sebagai penebus.
Petrus terus membangun yang baru di atas yang lama. Bahwa Allah terpuji, bahwa rahmat-Nya adalah besar sehingga hampir tidak membentuk konsep yang baru atau mengejutkan. Mereka berakar pada masa lalu Israel, tapi pokok pikiran berikutnya adalah baru.2Seorang Yahudi memiliki pelbagai berkat dari umat Allah melalui kelahiran. Ketika ibunya melahirkan dia dan ayahnya menyunatkan dia pada hari kedelapan, ia menjadi bagian dari komunitas umat Allah. Tidak demikian halnya bagi para pembaca Petrus! Itu bukan kelahiran fisik, tapi itu adalah kelahiran yang tak kalah indahnya yang menghasilkan keberbagian mereka dalam komunitas Kristen. Mereka telah dilahirkan kembali. Melalui kelahiran baru mereka Allah telah menambahkan mereka kepada bilangan umat-Nya.
Para penulis Perjanjian Baru menggunakan pelbagai istilah radikal untuk menggambarkan transisi dari non-Kristen kepada kehidupan Kristen. Bagi Paulus analogi itu lebih sering berupa kematian. Namun begitu, pikiran orang Kristen yang menikmati hidup baru tidak luput dalam tulisan Paulus; ia menyajikan masalah itu dalam Roma 6:3, 4. Orang percaya mati dalam baptisan sehingga ia bisa berjalan dalam hidup yang baru. Ia dikuburkan bersama Kristus (sunqa¿ptw, sunthaptō) sehingga ia bisa dibangkitkan bersama Dia. Kelahiran baru adalah salah satu kiasan di antara banyak kiasan yang bersaksi tentang status orang Kristen yang berubah di hadapan Allah dan tentang hidupnya yang berubah.
Yohanes mencatat percakapan Yesus tentang kelahiran baru dengan penguasa Yahudi Nikodemus (Yohanes 3:1-8). Yesus berkata bahwa itu adalah kelahiran "dari air dan Roh." G. R. Beasley-Murray tentunya benar ketika ia menyatakan, "… sulit untuk memahami secara serius acuan lain mana saja selain baptisan dalam kata-kata e˙x u¢datoß [ex hudatos, 'dari air']."3
Yang dimaksudkan adalah air baptisan ketika Paulus menulis tentang pembasuhan regenerasi, yaitu, permandian kelahiran kembali (Titus 3:5-7).4Ada satu acuan kepada kelahiran baru di Yakobus 1:18. Bagi Petrus, Paulus, Yohanes, dan Yakobus, baptisan dan kelahiran baru tidak dapat dipisahkan. J. N. D. Kelly adalah benar ketika ia mengatakan bahwa "catatan tentang baptisan [1 Petrus 1:3-5] (bdk. acuan kepada kelahiran kembali) adalah jelas."5
Baptisan dalam Perjanjian Baru bukan tindakan fisik semata. Baptisan mengandung banyak makna. Ketika orang percaya yang menyesali dosanya bertindak dengan dibaptiskan ke dalam Kristus, Allah sendiri bertindak dengan menghapus dosa orang percaya itu. Baptisan bukan sekedar "tanda lahiriah dari kasih karunia batiniah," seperti yang kita kadang-kadang dengar. Meski baptisan bukan tindakan ajaib yang menjamin kedudukan seseorang dengan Allah, baptisan juga bukan pikiran yang timbul belakangan mengenai pembaharuan Kristen. Baptisan adalah respon spiritual orang percaya. Baptisan bukan lagi perbuatan amaliah sebagaimana juga pertobatan atau hidup yang diperbaharui. Janji Allah adalah bahwa orang percaya yang hatinya disiapkan melalui iman dan pertobatan dosa-dosanya dibasuh ketika ia dibaptis ke dalam Kristus (Kisah 22:16). Janji Allah tentang keselamatan dan kehidupan terkait dengan kesediaan orang percaya itu untuk bertindak berdasarkan iman dan bertemu dengan Tuhan dalam baptisan.
Ketika orang dilahirkan kembali ia itu dilahirkan kepada harapan yang hidup, tulis Petrus. Mengapakah rasul itu melekatkan kata sifat "hidup" kepada "harapan" orang Kristen adalah tidak jelas, tetapi tidak sulit untuk memikirkan pelbagai kemungkinannya. Dengan menggambarkan "harapan" orang Kristen sebagai "hidup," yang mungkin ada dalam pikiran Petrus adalah (1) kebangkitan Kristus. "Harapan" orang Kristen adalah "hidup" karena Tuhan yang disalibkan hidup. (2) Di sisi lain, "harapan" itu mungkin "hidup" karena harapan itu adalah harapan yang berkembang, yang hidup dalam diri orang percaya. Harapan mengingatkan para pembaca Petrus bahwa ada sesuatu tentang kehidupan Kristen yang belum terwujud (lihat Roma. 8:24, 25). Untuk semua berkat rohani yang lahir baru maksudkan bagi para pembacanya, Petrus tahu tentang penderitaan yang saat ini mereka alami demi Yesus. Untuk realisasi harapan Kristen, orang Kristen bertahan dengan kesabaran.
Beberapa orang sudah menyebut 1 Petrus "Surat Kiriman Harapan." Memang benar bahwa kedatangan kembali Tuhan, puncak harapan orang Kristen, adalah penting bagi Petrus, para pembacanya, dan semua orang Kristen. Kata "harapan" ditemukan tiga kali dalam pasal 1 dan sekali dalam pasal 3, tetapi harapan adalah konsep latar belakang, bukan tema utama dalam surat itu. Dalam Roma 8:24, 25, sebagai perbandingan, kata "harapan" ditemukan lima kali. Harapan adalah tema penting di seluruh Perjanjian Baru, dalam 1 Petrus juga tidak kurang daripada di tempat-tempat lain.
Dalam dunia di mana pesimisme dan sinisme merupakan tanda-tanda pendidikan dan kecanggihan, umat Kristen mengangkat kepala dan harapan mereka. Ada ungkapan Latin kuno yang menyuarakan kata-kata serupa, spiro dum, spero. Terjemahannya adalah, "Semasih saya bernapas, saya berharap." Orang Kristen tidak meletakkan keyakinannya kepada pembentukan masyarakat yang ideal, atau rekayasa genetika, atau obat ajaib. Orang-orang sekuler, tidak diragukan lagi, akan melanjutkan siulannya melewati kuburan. Harapan yang orang Kristen nikmati dibangun di atas sesuatu yang berbeda. "Harapan orang Kristen tidak berakar dalam keadaan kehidupan yang berubah yang di dalamnya harapan dan impian sering hancur dan dikubur. Sebaliknya harapan itu keluar … dari keyakinan yang dalam bahwa Allah adalah Tuhan sejarah. "6 Nasib umat manusia terletak di tangan Allah yang baik. "Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun" (Roma 8:24, 25).
Petrus meyakinkan para pembacanya bahwa harapan mereka didirikan pada kesaksian pasti dari para rasul dan orang lain bahwa Yesus telah keluar dari antara orang mati. Kebangkitan Yesus bukanlah bukti untuk membentuk histeria di tengah-tengah umat Kristen mula-mula. Di waktu yang sebenarnya, pada halaman-halaman sejarah, pada hari ketiga Allah menghidupkan kembali Yesus. Selama empat puluh hari Ia muncul lagi bersama para murid dan mengajar mereka (Kisah 1:3). Pengharapan Kristen adalah melalui kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati.
Kelahiran baru dan harapan yang hidup adalah terjamin oleh karena kebangkitan Tuhan. Tidaklah berlebihan untuk mencatat bahwa dalam 1 Petrus 3:21 baptisan dan himbauan kepada hati nurani yang baik adalah "melalui kebangkitan Yesus Kristus."
Ayat 4. Pikiran Petrus mengenai pengalaman Israel sangat berakar sekali sehingga ia dengan mudahnya bisa menjalin perjanjian lama dan baru. Bahwa Israel memiliki warisan (klhronomi÷a, klēronomia) dari Allah adalah bagian penting dari pemahaman orang Yahudi. Tanah Kanaan adalah warisan mereka. Musa mengingatkan Israel tentang "negeri yang baik, yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu" (Ulangan 4:21). Dalam Perjanjian Lama warisan Israel sudah lebih daripada Kanaan; warisan itu Allah sendiri. Pemazmur mengaku, "Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku" (Mazmur 16:5). Petrus ingin Israel baru, gereja Tuhan, mengetahui bahwa mereka juga memiliki warisan, tapi warisan yang lebih mulia daripada yang Israel alami. Israel telah menyaksikan negerinya menjadi najis. Hal-hal lahiriah tidak bisa tahan lama dan layu. Sebaliknya, harapan orang Kristen tersimpan di sorga. Warisan ini tidak dapat binasa, dan tidak dapat cemar. Warisan itu tidak dapat layu. Rasul itu tetap membuat orang Kristen menjangkau dan merindukan penampakan Tuhan.
Ayat 5. Mereka yang dilahirkan kembali kepada harapan yang hidup, yang memiliki warisan yang disimpan di sorga, dipelihara dalam kekuatan Allah. Kekuatan yang sama yang telah mengeluarkan Yesus dari antara orang mati (1:3) menjaga orang-orang yang berada di dalam Kristus. Allah menjaga, atau "menyimpan" (1:4; thre÷w, tēreō), warisan di sorga bagi umat-Nya, sambil Ia menjaga, atau "melindungi" (froure÷w, phroureō), orang-orang itu. Kata yang belakangan sering digunakan dalam konteks militer. Allah adalah penjamin keselamatan. Ia bersedia dan sanggup menjaga umat-Nya.
Meski kuasa Allah ada di pihak mereka, orang Kristen masih belum punya kesempatan untuk merasa puas. Kuasa Allah yang melindungi secara aktif diwujudkan melalui iman pada sisi mereka. Iman bukan sekedar ketergantungan yang pasif. Itu berarti kepercayaan dalam arti kesetiaan yang aktif. Orang Kristen telah dipanggil kepada ketaatan (1:2). Dengan kuasa-Nya Allah menyimpan warisan dan menjaga orang-orang yang secara aktif menyerahkan hidup mereka kepada Dia. F. J. A. Hort menulis bahwa "iman adalah kondisi manusia yang membuat penguatan Ilahi bekerja."7
Ada pengertian di dalam mana para pembaca Petrus sudah berbagi berkat-berkat Allah, tetapi pelbagai pencobaan yang mereka telah hadapi dan sedang hadapi adalah kesaksian bahwa semua itu belum terwujud. Allah melindungi mereka untuk keselamatan yang telah [siap] untuk dinyatakan pada zaman akhir. Kata "siap" harus jangan diabaikan. Orang Kristen hidup dengan "bersiap" menyambut kemunculan Tuhan dan untuk mengklaim warisan mereka. Belakangan di dalam surat itu, Petrus harus menulis, "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat" (4:7). Bagi rasul itu dan para pembacanya, kata "zaman akhir" merupakan momen nyata ketika Tuhan akan muncul. Mereka hidup dengan mengantisipasi. Petrus menggunakan kata Yunani untuk "zaman akhir" dalam pengertian apokaliptik. Ketika Kristus "diungkapkan" itu akan berarti akhir dari sejarah yang dikenal manusia.
TFTWMS: 1Ptr 1:6-9 - Berdukacita Oleh Pelbagai Pencobaan "BERDUKACITA OLEH PELBAGAI PENCOBAAN" (1 Petrus 1:6-9)
6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita...
"BERDUKACITA OLEH PELBAGAI PENCOBAAN" (1 Petrus 1:6-9)
6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. 7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu—yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api—sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. 8 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, 9 karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
Untuk pertama kali dari empat kemunculan (1:6-9; 3:13-17; 4:12-19; 5:9, 10), Petrus mempersembahkan bagian suratnya yang diperpanjang untuk membahas penderitaan yang segera menimpa para pembacanya. Kata pavscw (paschō," menderita") muncul dua belas kali dalam 1 Petrus, sejauh ini jauh lebih banyak daripada blok teks lain yang serupa dalam Perjanjian Baru. Kata-kata lain yang mengacukan kesedihan atau pengujian muncul lima kali lebih banyak. Petrus mendorong para pembacanya untuk memandang pencobaan mereka melalui lensa pemerintahan Allah yang berdaulat. Dalam prospek langsung, pencobaan dapat memperkuat iman mereka. Dalam pandangan yang lebih jauh, Allah akan membenarkan iman mereka. Bagi mereka yang bertahan, upah akan menjadi mahkota kehidupan.
Ayat 6. Setelah menyiapkan dasarnya, Petrus siap membahas penderitaan para pembacanya secara langsung. Meski penderitaan adalah subyeknya, namun acara hari itu adalah sukacita, bukan ratapan. Ia meringkas penyebab sukacita dengan kata-kata akan hal itu (e˙n w, en hōi). Itu adalah frase yang digunakan di tempat lain dalam 1 Petrus, meski Alkitab NASB tidak menerjemahkannya dengan cara yang sama (2:12; 3:16, 19; 4:4). Seperti di tempat lain di mana ia menggunakan ungkapan itu, kata ganti "hal itu" mengacu kepada pengertian umum tentang apa yang telah dibahas, bukan kepada hal tertentu. Para pembaca surat itu [sangat] bergembira sebab mereka telah dilahirkan kembali, sebab mereka memiliki harapan yang hidup melalui kebangkitan Kristus, dan warisan mereka yang tidak bisa layu.
Kata-kata jika perlu (sebagaimana diterjemahkan oleh NASB) adalah menyesatkan. Masalah ini bukan pencobaan yang tidak nyata, sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi pada diri para pembacanya. Kelly menerjemahkan kalimat itu "karena itu harus terjadi."8Di sini dan di tempat lain dalam surat itu, orang-orang Kristen [telah dibuat] berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Mereka sedang membayar harga untuk iman mereka. Pencobaan perlu terjadi karena ketika orang-orang kudus hidup di dunia yang diatur oleh dosa, dunia membenci mereka. Dalam 1 Yohanes 3:12 Yohanes memberi orang Kristen suatu wawasan yang penting mengenai penderitaan orang Kristen. Ia bertanya mengapa Kain membunuh saudaranya Abel. Lalu ia menjawab bahwa Kain membunuh saudaranya "Sebab segala perbuatan [Kain] jahat dan perbuatan adiknya benar." Bagi orang Kristen pencobaan adalah keharusan sebab dunia membenci orang-orang yang bercita-cita menjadi kudus. Pencobaan itu bukan keharusan ilahi dalam artian Allah telah menetapkan bahwa percobaan menemani kehidupan orang Kristen.9
Petrus tidak spesifik mengenai sifat pencobaan yang para pembacanya sedang hadapi. Jenis pencobaan mereka mungkin berbagai macam. Dalam kasus yang ekstrim orang Kristen mungkin disiksa atau dibunuh. Belakangan di dalam surat itu, rasul itu merasa perlu untuk mendorong para pembacanya untuk tunduk kepada pemerintah (2:13-17). Hal itu bisa saja menyiratkan bahwa ada hubungan yang kurang ideal antara orang Kristen dan kekuasaan sipil.10Tipe lain dari penderitaan adalah ejekan dan pengucilan dari orang-orang di sekitar mereka. Ketika konvensi sosial berubah, sudah umum untuk menyalahkan orang-orang atau ideologi baru apapun dengan masalah apa saja yang masyarakat itu hadapi.
Selain itu, para pembaca Petrus mungkin mengalami percobaan secara ekono-mi. Mereka yang memeluk Kristus kadang-kadang kesulitan melakukan jual-beli di pasar. Mata pencaharian mereka terancam ketika mereka tidak bisa menjual produk atau barang-barang buatan mereka. Apapun bentuk pencobaan itu, Petrus dan para pembacanya punya kesempatan untuk bersukacita. Orang Kristen bersukacita dalam harapan bahwa mereka akan segera memiliki warisan penuh mereka pada kedatangan Kristus. Pencobaan adalah tanda bahwa waktunya singkat (4:7); oleh karena itu, pencobaan itu menjadi alasan untuk bersukacita. Sukacita mendominasi, bahkan jika untuk saat ini mereka menghadapi pelbagai kesulitan.
Ayat 7. Penderitaan adalah nasib universal umat manusia, tetapi berisiko ketika orang menduga-duga tentang mengapa umat pilihan Allah menderita. Sungguh tak diduga ketika Petrus menulis bahwa pencobaan teman-temannya adalah supaya bukti imanmu bisa dinyatakan (NASB; lihat Yakobus 1:2, 3). "Penghibur" Ayub, Elifas dengan entengnya berkata, "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula"(Ayub 5:17, 18). Patriarkh itu tidak terkesan dengan komentar ini. Ayub menjawab, "Dialah yang meremukkan aku dalam angin ribut, yang memperbanyak lukaku dengan tidak semena-mena" (Ayub 9:17).
Apakah benar bahwa pencobaan, termasuk penyiksaan terhadap bayi dan orang tua, adalah untuk pujian dan kemuliaan Allah? Apakah Allah memberikan pencobaan untuk tujuan itu? Kesimpulan seperti itu menarik kata-kata Petrus terlalu jauh. Penyebab pencobaan adalah satu hal; hasil pencobaan adalah hal lain. Allah tidak mendatangkan pencobaan sehingga Ia dimuliakan. Petrus berkata bahwa pemerintahan Allah yang berdaulat atas dunia dapat mendatangkan pujian-Nya bahkan ketika umat-Nya menderita. Terjemahan Kelly sekali lagi membantu: "… iman bisa ditemukan lebih berharga daripada emas.… sehingga berperan besar bagi pujian dan kemuliaanmu.…"11 Paulus melangkah lebih jauh untuk menguraikan cara yang dengannya penderitaan menghasilkan kemuliaan Allah:
Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita (Roma 5:3-5).
Bahasa kiasan tentang umat Allah yang keluar melalui tungku peleburan seperti logam melalui api adalah bahasa umum dalam kitab para Nabi (Yesaya 1:25; 48:10; Yeremia 6:29, 30; Yehezkiel 22:18). John Stott menulis, "Satu-satunya cara untuk memahami kekecewaan dan kehidupan yang frustrasi, kesepian, penderitaan dan rasa sakit, adalah dengan memandang semua itu sebagai bagian dari pendisiplinan dari Bapa kita yang pengasih dalam tekad-Nya untuk menjadikan kita seperti Kristus."12
Iman Kristen bukanlah suatu kualitas yang statis, sesuatu yang orang bisa miliki atau tidak miliki. Iman kepala penjara ketika ia dibawa ke luar dan dibaptis (Kisah 16:33) sudah cukup untuk saat itu, tapi orang akan mengharapkan imannya jauh berbeda dalam kualitas setelah iman itu disempurnakan selama bertahun-tahun menjalani kehidupan Kristen. Menanggung penganiayaan dan menjalani hubungan yang hidup dengan Tuhan membangun kualitas iman. Orang Kristen bersukacita saat pelbagai pencobaan terjadi karena cobaan-cobaan itu membakar habis kotoran ketidakpercayaan. Pelbagai pencobaan mengungkapkan kualitas asli iman, tetapi mereka itu juga menghasilkan iman yang lebih dalam. Rasul itu mengakhiri suratnya yang kedua dengan menasihati orang Kristen untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2 Petrus 3:18). Seraya iman disempurnakan oleh pelbagai pencobaan, orang Kristen tumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan.
Dalam 1:7, dan juga 1:5, Petrus mengingatkan para pembacanya tentang pernyataan Yesus Kristus. Kembalinya Tuhan tidak pernah jauh dari pikiran Petrus. Ketika "penyataan Yesus Kristus" dinyatakan, "bukti" atau "keaslian" iman Kristen akan melonjak-lonjak kepada pujian, kemuliaan, dan kehormatan mereka sendiri dan kepada Tuhan. Pujian, kemuliaan, dan kehormatan akan diberikan kepada Allah karena Ia telah mendatangkan kekudusan dalam kehidupan umat-Nya. Pada saat yang sama, Ia akan menanamkan pujian, kemuliaan, dan kehormatan ke dalam iman sejati suatu umat. Petrus ingin para pembacanya mengikuti teladan Tuhan. Ibrani 12:2 mengatakan, "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempur-naan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah."
Ayat 8. Paulus mengingatkan para pembacanya tentang sukacita yang mereka miliki dalam Yesus dan kerinduan mereka kepada penampakan-Nya, meski ia mengakui bahwa mereka belum melihat Dia. Sepertinya Petrus tidak ingin para pembacanya membedakan pengalaman mereka dengan pengalamannya sendiri. Misalnya, mereka belum pernah melihat Yesus dalam daging, tapi ia pernah. Dalam suratnya yang kedua rasul itu memang membuat perbedaan (2 Petrus 1:16). Tetapi dalam hal ini kesaksian mata pribadinya diungkapkan secara lebih halus (1 Petrus 2:23, 24; 5:1).
Petrus tahu bahwa saudara-saudara ini belum pernah melihat kehadiran Yesus secara jasmani, tetapi mereka mengasihi Dia sepasti Ia seolah-olah hadir secara lahiriah. Secara tata bahasa kata kerja kasih, percaya,13dan sukacita yang tidak terkatakan bisa bersifat perintah, yang dalam kasus itu terjemahannya akan menjadi, "dan meski kamu belum melihat Dia, kamu mengasihi Dia, meski kamu belum melihat dia untuk saat ini, kamu percaya kepada Dia dan sangat bersukacita." Namun begitu, keharusan itu akan tampak aneh dalam konteks itu, dan kemungkinannya, harus ditolak. Jika kita mengartikan kata kerja itu sebagai penegasan dan bukan keharusan, maka bentuk present tense bahasa Yunani itu menambahkan warna kepada kata-kata Petrus itu: "Kamu belum melihat Dia, tetapi kamu tetap mengasihi Dia. Meski kamu tidak melihat Dia sekarang, kamu tetap percaya dan tetap bersukacita. Sukacitamu itu tidak terkatakan, dan itu ditanamkan dengan kemuliaan yang bertahan hingga saat ini."
Meski harapan untuk pernyataan masa depan memberikan keberanian kepada orang-orang percaya ketika mereka menderita, mereka juga mengalami hubungan kasih dengan Tuhan di masa kini. Tidak perlu untuk melihat Dia supaya mengalami Kristus, mengasihi Dia, dan menikmati kasih-Nya. Salah satu perwahyuan Alkitab yang paling luar biasa adalah bawah Allah menginginkan kasih umat manusia. Sungguh cukup mengherankan untuk menyadari bahwa Allah alam semesta bukan hanya menyadari tetapi juga sungguh-sungguh mengasihi ciptaan-Nya. Apa yang di luar pemahaman adalah bahwa Ia tetap peduli terlepas apakah ciptaan-Nya itu mengasihi Dia atau tidak. Namun begitu, itu adalah kesaksian Kitab Suci yang universal. Kata shema (Ulangan 6:4) adalah kata yang sangat penting bagi pengakuan iman Yahudi dan juga Kristen. Setelah Musa menegaskan keesaan Allah, ia menambahkan, "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (Ulangan 6:5). Yesus sendiri mengatakan bahwa ini adalah perintah yang terutama dari semua perintah (Markus 12:29, 30). Apakah Allah, dalam pengertian tertentu, butuh kasih umat manusia? Orang Kristen lebih nyaman dalam pengakuannya bahwa Allah menginginkan kasih manusia ketimbang membutuhkannya. Namun begitu, kita harus bertanya apakah keinginan, setidaknya dalam pengeritan tertentu, menyiratkan kebutuhan atau tidak? Bagaimanapun kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Petrus menjelaskannya seperti ini: Untuk memiliki hubungan yang penting dengan Allah, orang harus mengasihi Dia. Bagi Petrus, mengasihi Allah dan mengasihi Yesus adalah hal yang sama.
Hubungan yang erat antara kasih dan iman ditemukan di seluruh Perjanjian Baru. Dua konsep kata kerja, meski tidak persis sama, terjalin erat seperti yang dibuktikan dalam nas-nas seperti 1 Korintus 13. Bergerak dari bentuk participle aorist (i˙do/nteß, idontes, "setelah melihat") kepada bentuk present (oJrw◊nteß, horōntes, "sedang melihat") yang meminta perhatian kepada proses melihat yang sedang terjadi, Petrus kembali memperhatikan apa yang sudah jelas: "meski sekarang kamu tidak melihat Dia, tetapi percaya kepada Dia." Itu hampir bukan merupakan kepercayaan yang terpisah yang Petrus tegaskan untuk para pembacanya. "Percaya," dalam pengertian yang Petrus gunakan atas kata itu, berarti "menaruh percaya." "Kalian mengasihi Yesus Kristus dan juga percaya kepada Dia," kata Petrus. Kasih dan kepercayaan ditambatkan secara aman.
Kasih dan kepercayaan yang digabungkan bersama mengeluarkan hasil: sukacita besar dengan sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan. Edward Gordon Selwyn membedakan empat langkah dalam pengertian manusia tentang Kristus. Yang pertama adalah harapan, diikuti oleh pengalaman fisik. Yang ketiga adalah iman, dan yang keempat "visi ceria, ketika iman masuk ke dalam jenis wawasan yang baru."14Orang yang tidak percaya memiliki kesulitan untuk memahami sukacita yang dialami oleh orang percaya, dan orang percaya memiliki kesulitan untuk mengekspresikan sukacitanya dalam istilah-istilah yang dapat dihargai oleh orang non-percaya. Meski sukacita orang Kristen mungkin "tak terkatakan," sukacita itu bagaimanapun bersinar-sinar, "penuh kemuliaan," mengelilingi dirinya dan semua hal yang ia lakukan dengan aura kehadiran Kristus.
Ayat 9. Karena mengikuti bahasa Yunani, Alkitab NASB menerjemahkan ayat 6 sampai 9 sebagai satu kalimat yang kompleks. Orang-orang Kristen yang Petrus sapa sedang dalam proses memperoleh keselamatan jiwa [mereka] sebagai hasil dari iman [mereka]. Ada satu pengertian yang di dalamnya keselamatan bagi para pembaca Petrus merupakan prospek masa depan, untuk diwujudkan pada penyataan Yesus Kristus, tetapi ada juga pengertian yang mana keselamatan itu merupakan kenyataan yang dialami. Mereka sedang mendapatkan keselamatan itu bahkan sambil mereka mengharapkan realisasi akhirnya.
Di seluruh Perjanjian Baru "keselamatan" terkait dengan iman dalam cara yang sedekat mungkin. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman," tulis Paulus (Efesus 2:8). Iman adalah sebuah konsep yang aktif. Para penulis Perjanjian Baru tidak merepotkan diri mereka sendiri dengan pertanyaan tentang bagaimana mungkin orang yang sepenuhnya bejad bisa melakukan sesuatu yang begitu mulia dalam hal percaya kepada Kristus. Begitu manusia dibatasi dalam sebuah kotak kerusakan total, keyakinan adalah sebuah masalah. Dalam Perjanjian Baru manusia percaya karena ada banyak alasan yang baik untuk percaya: (1) Yesus dinyatakan sebagai Kristus melalui kebangkitan dari antara orang mati (Roma 1:4). (2) Para saksi mata bagi kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus sulit untuk diabaikan (Yohanes 21:24). (3) Roh Kudus bekerja dalam kehidupan orang-orang percaya (Galatia 3:2; 4:6).
Sebagai hasil iman, keseluruhan pribadi orang-orang yang diselamatkan, "jiwa" mereka, akan mencapai kemuliaan hidup kekal yang seluruhnya akan diungkapkan nanti. Jiwa harus jangan dipahami sebagai bagian tertentu seseorang yang terpisah dari keberadaan fisik. Yang diselamatkan adalah keseluruhan orang itu.
TFTWMS: 1Ptr 1:10-12 - Dilayani Oleh Para Nabi DILAYANI OLEH PARA NABI (1 Petrus 1:10-12)
10 Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karu...
DILAYANI OLEH PARA NABI (1 Petrus 1:10-12)
10 Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. 11 Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. 12 Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Petrus ingin para pembacanya mengetahui bahwa apa yang mereka sedang derita dan keselamatan yang mereka nikmati bukanlah pemikiran dadakan bagi Allah. Apakah mereka menyadari hak itu atau tidak, Allah sedang mengerjakan kehendak-Nya dalam perjalanan pelbagai peristiwa sejarah.
Ayat 10-12. Satu unsur penting dalam pesan injil adalah bahwa Yesus adalah penggenapan maksud Allah dan janji-janji-Nya. Yesus dan yang lainnya sering mengacukan para nabi. Apa yang para nabi katakan di Perjanjian Lama tentang keda-tangan Mesias telah digenapi dalam diri Yesus dan gereja yang Ia bangun. Apa yang mungkin kita tidak lihat adalah bahwa para nabi itu tidak diberikan kepada Perjanjian Lama saja. Nabi-nabi pada waktu itu memainkan peran penting dalam kehidupan gereja abad pertama. Ketika Paulus menulis bahwa gereja telah "dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi" (Efesus 2:20), atau rahasia Kristus telah "dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus" (Efesus 3:5), atau "Dia yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi" (Efesus 4:11), jelas terlihat bahwa yang ada di dalam pikirannya adalah nabi-nabi Perjanjian Baru. Dalam membahas karunia-karunia Roh, Paulus menulis, "Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, …" (1 Korintus 12:28). Kita menemukan orang-orang tertentu yang disebut nabi, termasuk Agabus, Yudas, dan Silas (Kisah 11:27, 28; 15:32). Ketika Yohanes memperingatkan umat Kristen tentang nabi-nabi palsu (1 Yohanes 4:1), implikasinya adalah bahwa gereja menyadari adanya nabi-nabi sejati.
Kita tidak seharusnya menduga terlalu cepat bahwa nabi-nabi yang ada di dalam pikiran Petrus adalah nabi-nabi Perjanjian Lama. Selwyn secara meyakinkan mendebat bahwa para nabi yang sedang dibahas itu adalah nabi-nabi Kristen.15Mungkin nabi-nabi yang bernubuat tentang kasih karunia (1:10) termasuk di antara mereka yang menyampaikan berita injil kepadamu (1:12). Karena sebagian besar penafsiran ayat 10 tergantung pada siapakah yang para pembaca itu pahami sebagai nabi, maka layak untuk meluangkan waktu untuk mempelajari argumentasinya Selwyn.
Pertama, kita mengulas bahwa ketika Alkitab NASB menambahkan kata-kata akan datang kepada terjemahan itu, meski kata-kata itu tidak diberi huruf miring, itu adalah tafsiran yang tidak perlu. Kata-kata itu tidak ada dalam bahasa Yunani. Diterjemahkan seharfiah mungkin, 1 Petrus 1:10 berbunyi, "Mengenai keselamatan mana para nabi yang bernubuat tentang kasih karunia untuk kamu itu, meneliti dan menyelidiki dengan hati-hati." Perjanjian Baru sering menyebutkan nabi-nabi Perjanjian Lama yang bicara tentang Yesus dan gereja-Nya, tapi memang tak terduga bahwa Petrus harus berkata bahwa nabi-nabi Perjanjian Lama menyelidiki dan meneliti dengan hati-hati.
Mencari dan menyelidiki apakah para nabi itu? Apakah maksud Petrus mereka itu mencari pesan dari sumber-sumber tertulis? Mungkin kata-kata itu tidak menuntut sumber-sumber tertulis menjadi obyek pencarian para nabi itu, tapi wajar untuk mengartikan kata-kata itu seperti itu. Namun hal itu menimbulkan pertanyaan karena para nabi Perjanjian Lama itu tidak terlihat mencari ke dalam sumber-sumber tertulis atau sumber-sumber lisan. Seperti Paulus (Galatia 1:1), mereka menegaskan bahwa mereka menerima langsung pesan mereka itu dari Tuhan (lihat Amos 7:14, 15). Jika nabi-nabi Perjanjian Lama tidak menerima pesan mereka dari sumber-sumber ditulis sebelumnya, orang dapat dengan mudah membayangkan nabi-nabi dalam periode Perjanjian Baru mencari ke dalam teks Perjanjian Lama untuk kesaksiannya tentang Kristus, gereja, dan keadaan di bawah mana gereja harus hidup. Paulus, misalnya, menalar dari Kitab Suci dalam sinagoga di Tesalonika, "menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita" (Kisah 17:2, 3).
Selain itu, Petrus menulis bahwa adalah Roh Kristus yang ada dalam diri mereka yang mengarahkan pekerjaan para nabi itu. Jika yang sedang dibahas adalah para nabi Perjanjian Lama, maka orang akan mengharap Petrus untuk menulis bahwa Roh Allah yang ada di dalam diri mereka atau bahkan bahwa Roh Kudus yang ada di dalam diri mereka. Memang tidak diharapkan bahwa rasul itu harus mengatakan Roh Kristus sedang bekerja dalam diri para nabi Perjanjian Lama. Bukan tidak mungkin, tentu saja; tapi memang belum pernah terjadi sebelumnya dalam Perjanjian Baru di mana pekerjaan nabi-nabi Perjanjian Lama dikaitkan dengan Roh Kristus. Di sisi lain, orang mengharapkan Petrus untuk mengaitkan pekerjaan para nabi dalam periode Perjanjian Baru kepada "Roh Kristus dalam diri mereka."
Pertama Petrus 1:11 berisi kalimat yang sulit untuk ditafsirkan dalam bahasa Yunani, dan karenanya sulit untuk diterjemahkan. Masalah itu dibahas secara lebih rinci di halaman 54, tetapi untuk saat ini perhatikanlah bahwa di mana Alkitab NASB menulis mencari tahu orang atau waktunya, Alkitab NIV menulis "berusaha untuk mengetahui waktu dan keadaannya." Ungkapan itu tidak secara otomatis menyiratkan bahwa nabi-nabi itu sedang mencari tahu tentang seseorang, yaitu tentang Yesus Kristus. Mungkin mereka sedang mencari "waktu dan keadaan" yang menghasilkan pengalaman Kristen yang dialami oleh orang-orang percaya mula-mula.
Petrus berkata bahwa Roh dalam diri para nabi itu meramalkan penderitaan Kristus, yang tampaknya menyelesaikan masalah itu. Jika para nabi telah meramalkan penderitaan Kristus, secara otomatis mereka itu adalah nabi Perjanjian Lama. Namun begitu, ungkapan Yunaninya adalah ta ei˙ß Criston paqh/mata (ta eis Christon pathēmata). Jika acuan itu adalah kepada penderitaan Kristus, maka para pembaca Yunani akan sudah mengharapkan kalimat ta touv Cristouv paqhvmata (ta tou Christou pathēmata) atau ungkapan serupa. Pada kenyataannya, ini adalah kata-kata yang Petrus gunakan dalam 4:13 dan 5:1. Sebab kata-kata eis Christon menunjukkan bahwa penderitaan "Kristus" menjadi inti pembahasan dan itu akan sangat tidak biasa. Terjemahan yang diharapkan adalah "untuk Kristus," seperti dalam Kisah 2:38 di mana ei˙ß a‡fesin tw◊n aJmartiw◊n (eis aphesin ton hamartiōn) sama dengan "untuk pengampunan dosa." Ketika kita ingat bahwa penderitaan orang Kristen adalah bagian penting 1 Petrus, maka terjemahan "penderitaan [para pembaca] untuk Kristus" secara tepat cocok dengan konteks yang lebih luas dari surat itu. Kemungkinan bahwa nabi-nabi Perjanjian Baru menyelidiki baik Perjanjian Lama maupun kata-kata Yesus untuk ramalan tentang waktu dan keadaan penderitaan orang-orang percaya "untuk Kristus" bukan hanya masuk akal, tetapi sangat beralasan.
Petrus mengatakan bahwa para nabi itu meramalkan penderitaan untuk Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Alkitab NASB dan NIV menerjemahkan secara harfiah. Kata benda Yunani yang diterjemahkan "kemuliaan" adalah jamak. Jika acuannya adalah kepada kemuliaan yang Allah berikan kepada Yesus pada waktu kebangkitan-Nya atau kenaikan-Nya, maka aneh bahwa Petrus harus menggunakan bentuk jamak. Di sisi lain, jika rasul itu mengacu kepada sukacita yang tak terkatakan dari orang-orang percaya, "penuh kemuliaan" (1 Petrus 1:8; NASB), yang akan menjadi milik orang-orang Kristen ketika Tuhan kembali, maka kita memang mengharapkan bentuk jamak. Tampaknya lebih mungkin bahwa para nabi Perjanjian Baru itu akan sudah meramalkan "pelbagai kemuliaan" yang menantikan orang-orang percaya yang dianiaya ketimbang para nabi Perjanjian Lama akan sudah meramalkan pelbagai kemuliaan untuk Kristus. Untuk semua alasan ini, yang terbaik adalah dengan menganggap para nabi itu, subyek 1:10-12, sebagai nabi-nabi Perjanjian Baru. Tafsiran yang menyusul akan melanjutkan berdasarkan hal itu.
Kata keselamatan di 1:10 dibawa dari ayat sebelumnya. Hasil iman Kristen adalah keselamatan jiwa. Kita tahu sedikit tentang pekerjaan nabi-nabi Perjanjian Baru. Jika Agabus bisa dianggap sebagai petunjuk (Kisah 11:27, 28; 21:10, 11), maka ramalan adalah unsur yang lebih penting dalam pekerjaan nabi-nabi Perjanjian Baru dibandingkan dengan pekerjaan nabi-nabi Perjanjian Lama.16Patut dicatat bahwa ketika Agabus muncul di tempat kejadian, itu adalah permulaan dalam sejarah gereja, mungkin kurang daripada lima belas tahun setelah Pentakosta. Cara informal dalam memperkenalkan Agabus menunjukkan bahwa nabi-nabi itu sudah diterima tanpa pertanyaan dalam kehidupan gereja. Petrus menyiratkan bahwa para nabi Perjanjian Baru tidak hanya meramalkan masa depan, tetapi dengan hati-hati menyelidiki Perjanjian Lama dan kata-kata Yesus untuk mencari informasi tentang jalan yang gereja akan ambil seraya wahyu Allah yang diungkapkan. Hampir tidak terpikirkan bahwa kehadiran nabi-nabi di dalam gereja memberikan dorongan bagi orang-orang percaya yang ingin menuliskan perkataan dan perbuatan Yesus. Pada nabi-nabi itu kita mung-kin punya penjelasan tentang bagaimana dan mengapa gereja menghasilkan kitab-kitab injil.
Berdasarkan penyelidikan mereka ke dalam sumber-sumber tertulis dan lisan, para nabi Perjanjian Baru itu telah bicara tentang "kasih karunia yang diuntukkan bagimu" (1:10). Petrus tampaknya menggunakan kata "kasih karunia" dalam pengertian klasik, yang berarti "keanggunan" atau "kedayatarikan." Kelly menulis bahwa itu mengenai "tindakan kasih karunia Allah secara keseluruhan yang darinya keselamatan adalah puncak hasil akhirnya."17Kasih karunia yang para nabi itu sudah nubuatkan adalah "untuk kamu" (ei˙ß uJma◊ß, eis hu mas), yaitu, untuk para pembaca Petrus. Latar belakang sebagian besar orang-orang Kristen ini adalah dari non-Yahudi, bukan Yahudi (lihat komentar tentang 1:14, 18).18Kitab Kisah dan Galatia membuat jelas bahwa gereja mula-mula berjuang keras menjawab pertanyaan tentang orang non-Yahudi (misalnya, Kisah 11:2, 3; 15:5; 21:20; Galatia 5:4). Haruskah orang non-Yahudi diminta mematuhi hukum Musa dalam proses menjadi orang Kristen? Mungkin nabi-nabi Perjanjian Baru yang berlatar belakang Yahudi adalah penting dalam mendukung Paulus dan yang lainnya untuk menolak gagasan itu. Petrus tampaknya sedang mengatakan bahwa, dari awalnya, nabi-nabi di dalam gereja telah menubuatkan bahwa orang non-Yahudi harus mengambil bagian kasih karunia Allah.
Para nabi itu berusaha "untuk mengetahui orang atau waktu apakah yang ditunjukkan oleh Roh Kristus di dalam diri mereka." Seperti saya singgung di halaman 50, terjemahan itu berbeda dalam cara mereka menangani ayat 11. Alkitab NIV menulis "mencoba untuk mengetahui waktu dan keadaannya"; Alkitab KJV mirip. Ungkapan sulit adalah ei˙ß ti÷na h· poi√on kairon (eis tina e poion Kairon). Kata ganti tanya tina bisa berdiri sendiri, yang berarti "orang apa," atau kata itu bisa dipahami dengan kata poion kairon, yang berarti "waktu apa atau jenis waktu apa." Dipahami dalam pengertian yang terakhir, sarannya adalah bahwa para nabi Perjanjian Baru itu menyelidiki tentang kapankah penderitaan orang Kristen untuk Kristus akan terjadi, dan di bawah situasi apakah itu akan terjadi. Dipahami dalam cara sebelumnya, nabi-nabi Perjanjian Lama menyelidiki tentang siapa yang dijanjikan oleh Allah. Secara tata bahasa, kalimat itu dapat dipa-hami dengan cara mana saja.
Kasus untuk terjemahan yang mana saja harus diperdebatkan dari konteksnya. Konteksnya berpendapat bahwa subyek pembahasan Petrus adalah nabi-nabi Perjanjian Baru. Benar begitu, maka terjemahan Alkitab NIV atau KJV lebih disukai. Kita telah membahas kalimat "meramalkan penderitaan Kristus dan segala kemuliaan yang menyusul" (lihat halaman 50). Kita percaya terjemahan "penderitaan untuk Kristus" memberikan tata bahasa dan konteks yang lebih baik daripada "penderitaan Kristus." Begitu kita mengadopsi terjemahan "penderitaan untuk Kristus," maka "segala kemuliaan" yang ada di dalam pikiran Petrus adalah kemuliaan yang orang Kristen antisipasi di penutupan zaman.
Penafsiran 1:10-12 tergantung pada cara pembaca memahami perkataan ta ei˙ß Criston paqh/mata (ta eis Christon pathēmata), apakah perkataan itu mengacu kepada "penderitaan Kristus," atau "penderitaan untuk Kristus." Pertanyaan itu memang rumit, tapi untuk beberapa alasan "penderitaan untuk Kristus" lebih disukai. Ringkasan alasan-alasan itu adalah sebagai berikut: (1) Dari apa yang kita ketahui tentang pekerjaan nabi-nabi itu, lebih mungkin bahwa para nabi Perjanjian Baru akan sudah menyelidiki dan memeriksa Alkitab untuk membantu mereka memahami penderitaan orang Kristen untuk Kristus dibandingkan dengan nabi-nabi Perjanjian Lama menyelidiki Kitab Suci untuk membantu mereka memahami penderitaan Kristus itu sendiri. (2) Roh Kristus yang bekerja dalam diri nabi-nabi Perjanjian Baru dapat dimengerti secara sempurna. Memang tidak diharapkan bawah Petrus harus mengatakan "Roh Kristus" yang bekerja dalam diri nabi-nabi Perjanjian Lama. (3) Terjemahan "penderitaan untuk Kristus" memberikan pengertian yang lebih baik bagi preposisi Yunani ei˙ß (eis) daripada terjemahan "penderitaan Kristus." (4) Bentuk jamak "segala kemuliaan" adalah wajar jika yang ada di dalam pikiran Petrus adalah segala kemuliaan yang orang Kristen akan alami ketika Tuhan datang lagi. Bentuk jamak itu keharusan jika itu mengacu kepada apa yang terjadi pada Yesus setelah penyaliban-Nya. Berdasarkan pelbagai alasan ini, nabi-nabi yang Petrus acukan itu lebih baik dipahami sebagai nabi-nabi Perjanjian Baru.19
Allah mengungkapkan kepada para nabi itu bahwa dalam penyelidikan mereka tentang waktu dan cara penderitaan orang Kristen mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu (1:12). Tujuan pelayanan mereka adalah untuk melayani orang-orang kudus. Paulus menganggap dirinya sebagai rasul dan nabi (1 Korintus 14:5, 6). Ia memahami perannya dalam kedua kapasitas itu untuk menjadi hamba bagi mereka yang telah datang untuk mengenal Kristus melalui pemberitaannya. "Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang" (1 Korintus 9:19). Orang Kristen butuh semua dorongan yang mereka bisa dapatkan jika mereka harus tetap setia. Yesus telah memperingatkan dan memberkati orang-orang yang menderita untuk kepentingan-Nya (Matius 5:10-12). Paulus menyiapkan para mualaf untuk apa yang sedang menantikan mereka dengan kata-kata, "untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara" (Kisah 14:22). Ketika para nabi itu lebih dulu menyelidiki sifat perkembangan gereja dan sifat perlawanan yang gereja itu akan terima dari orang-orang yang tidak percaya, mereka tidak semata-mata memuaskan rasa ingin tahu yang sia-sia, yaitu, mereka tidak melayani diri mereka sendiri. Apa yang mereka pelajari adalah melayani orang Kristen dengan memperkuat iman. Mereka membantu orang percaya untuk memahami hubungan antara penderitaan mereka sendiri dan keselamatan yang Allah sediakan dengan penuh rahmat.
Ada beberapa cara lain para nabi itu telah melayani para pembaca Petrus. Mereka itu bukan hanya sudah menyelidiki masa depan yang mengungkapkan pelbagai peristiwa, mereka telah melayani para pembaca Petrus dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu. Selama ini adalah mereka, para nabi itu, yang sudah memberitakan injil kepada mereka oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga. Nabi-nabi dalam Perjanjian Baru sebagaimana dalam Perjanjian Lama memiliki pesan untuk orang-orang seangkatan mereka. Itu tidak secara otomatis menimbulkan dugaan bahwa semua orang yang memberitakan injil kepada para pembaca Petrus adalah nabi, kita juga harus jangan menduga bahwa para nabi itu tidak melakukan apa-apa kecuali memberitakan injil. Memberitakan injil adalah salah satu pekerjaan yang para nabi itu lakukan. Memang penting bahwa Petrus menyebutkan "Roh Kudus" sebagai pengawas pekerjaan nabi-nabi itu. Dalam pekerjaan yang mereka lakukan, para nabi mengharapkan dan menerima kuasa dan arahan dari Roh Kudus. Di antara karunia yang Roh bagikan kepada orang-orang Kristen adalah nubuatan (1 Korintus 12:10). Mereka yang telah menerima karunia itu telah menyampaikan pesan yang para pembaca Petrus telah dengar.
Dalam apa yang terdengar seperti sebuah pemikiran dadakan, Petrus menambahkan hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat. Apa yang bisa kita katakan tentang malaikat adalah bahwa mereka muncul di dalam Alkitab. Kita menemukan mereka melakukan pekerjaan yang Allah tugaskan kepada mereka. Mereka adalah utusan Allah. Di luar itu, sungguh berbahaya untuk membangun teologi tentang malaikat berdasarkan secuil informasi yang kita miliki. Ketika Petrus berkata bahwa malaikat-malaikat itu ingin melihat ke dalam hal-hal yang diwahyukan kepada orang Kristen, ia menggarisbawahi dalil universal berita injil. Kata-kata itu memberitahu para pembaca tentang pentingnya berita yang telah menyelamatkan mereka. Petrus tidak sedang mengundang kita untuk menyelidiki tempat para malaikat, pengawasan Allah; apalagi ia juga tidak mengundang kita untuk berspekulasi tentang asal-usul mereka. Pelbagai berkat yang para nabi itu telah datangkan kepada orang Kristen ketika mereka menyampaikan injil itu kepada mereka adalah luar biasa pentingnya sehingga selama berabad-abad yang lewat malaikat-malaikat Allah ingin sekali mengetahui penggenapannya. Implikasinya adalah bahwa apa yang tidak diberikan kepada para malaikat sekarang telah diwujudkan untuk orang-orang percaya.
TFTWMS: 1Ptr 1:13-16 - Umat Yang Kudus UMAT YANG KUDUS (1 Petrus 1:13-16)
13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang d...
UMAT YANG KUDUS (1 Petrus 1:13-16)
13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. 14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, 15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, 16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Di sepanjang Perjanjian Baru, kembalinya Tuhan dan penghakiman Allah atas dunia ini berfungsi sebagai daya tarik bagi perilaku etis yang jujur. Hal itu tidak kurang benarnya dalam 1 Petrus daripada di tempat lain. Di hadapan pelbagai pencobaan, orang Kristen harus "meletakkan pengharapan [mereka] seluruhnya atas …penyataan Yesus Kristus."
Ayat 13. Rasul itu mengingatkan para pembacanya tentang panggilan mereka dan harapan yang mereka miliki terhadap warisan yang tak tercemar. Selanjutnya, ia telah mengetahui dan menjelaskan alasan bagi pencobaan yang saat ini sedang mereka hadapi. Dari semua orang, orang Kristen adalah yang paling diberkati, paling dikagumi. Semua itu terjadi karena kasih karunia Allah yang diungkapkan kepada mereka dalam injil yang mereka telah dengar. Setelah semua itu, muncul kata sebab itu. Sebagai konsekuensi yang diharapkan dari kasih karunia yang mereka telah terima, rasul itu menghimbau para pembacanya untuk menyiapkan pikiran [mereka] untuk bertindak. Himbauan itu berlanjut untuk mengingatkan para pembacanya tentang akar mereka dalam sejarah Israel, meski pengingat itu sifatnya halus. Alkitab NASB telah menerjemahkan pikiran ini ke dalam ungkapan Inggris moderen. Alkitab KJV telah mempertahankan ungkapan kunonya dengan lebih akurat ketika ungkapan itu terbaca, "ikatlah pikiranmu." Gambarannya adalah tentang orang yang mengenakan pakaian yang longgar, berkibar yang dirancang untuk melindungi mereka dari angin dan panas dari iklim yang kering dan tandus. Pakaian itu sangat baik untuk santai, kegiatan sehari-hari, tetapi pakaian itu menjadi penghalang ketika orang harus bergerak cepat. Untuk pekerjaan serius atau perjalanan yang cepat, mereka yang mengenakan pakaian longgar harus "mengikat," yaitu, membungkus atau menggulung pakaian itu. Orang yang tinggal di Timur Dekat kuno, yang mengalami panas kering dari belahan dunia itu, tahu bagaimana rasanya mengenakan dan mencoba untuk bekerja dengan pakaian yang longgar (Keluaran 12:11; 1 Raja 18:46; 2 Raja 4:29; 9:1; Ayub 38:3; Lukas 17:8).
Petrus memakai bahasa kiasan untuk menghimbau para pembacanya untuk bertindak. Menjadi orang Kristen adalah lebih daripada sekedar menikmati hidup dalam harapan akan menerima warisan kekal; itu lebih daripada sekedar merenungkan karunia berlimpah yang Allah telah berikan kepada mereka. Harapan yang mereka bagi adalah rangsangan, yang memotivasi mereka untuk menjalani hidup yang mulia, saleh, kudus yang kepada hidup itu mereka telah dipanggil. Untuk itu mereka menjalani kehidupan yang Tuhan sarankan atas mereka, hingga sampai kepada tingkatan mereka mau berbagi berkat warisan yang akan segera diwujudkan dalam kepenuhannya.
Terjemahan Alkitab NASB menggambarkan kesulitan untuk menghadirkan bahasa kiasan itu melewati waktu, budaya, dan bahasa. Para penerjemah harus memutuskan seberapa jauh mereka mau melangkah untuk menjaga cita rasa dokumen asli. Mereka yang menerjemahkan nas itu ini secara harfiah, "siapkanlah pikiranmu," pembaca hari ini perlu membiasakan dirinya dengan pelbagai kebiasaan dunia kuno. Jika tidak, bahasa kiasan itu akan tidak berarti apa-apa. Mereka yang menerjemahkan "siapkanlah pikiranmu untuk bertindak" atau semacamnya bersedia untuk menerjemahkan ungkapan itu ke dalam cara para pembaca moderen akan mengekspresikan dirinya. Dalam hal ini pembaca perlu melakukan sedikit usaha untuk memahami kebiasaan pakaian kuno. Sebuah contoh dapat dibuat untuk kedua filosofi terjemahan itu.
Untuk menikmati status orang Kristen yang butuh kejernihan pikiran, kebulatan dedikasi, maka, orang percaya diminta tetap sungguh-sungguh dalam roh (NASB). Arti harfiah kata kerja itu nhvfw ( nēphō), "sungguh-sungguh," dalam bahasa Inggris maupun bahasa Yunani berarti "bebas dari kemabukan." Namun begitu, dalam kedua bahasa itu, kata itu memiliki arti kiasan, yaitu, untuk "melakukan pengendalian diri," menjadi "seimbang dan serius." Petrus menggunakan kata itu untuk mengingatkan para pembacanya bahwa kehidupan manusia, bagaimanapun, adalah masalah serius. Kehidupan tidaklah mengerikan, tapi memang serius. Bagi orang yang tidak percaya yang menyikapi ketidakpercayaan dengan serius, kehidupan memang tidak serius. Kehidupan mungkin saja tragis atau lucu tapi tidak serius. Jika tidak ada makna tertinggi bagi kehidupan, maka tidak ada alasan untuk menyikapi kehidupan dengan serius, tidak ada alasan untuk bersungguh-sungguh.20Dunia Yunani-Romawi di mana Petrus dan para pembacanya hidup tidaklah asing bagi pendekatan yang sinis, fatalistik terhadap kehidupan yang dengan baiknya dinyatakan dalam ungkapan Latin carpe diem, "merebut hari." Menikmati hari, bahkan jika itu dengan mengorbankan orang tak berdaya. Tidak ada apa-apa selain hari untuk direbut. Di luar hari itu ada kegelapan kubur yang kekal. Dalam dunia pikiran seperti itu, himbauan untuk tenang bisa berlebihan atau lucu.
Iman dan ketenangan menuntun Petrus untuk menasihati saudara-saudara seiman untuk [me]letakkan… pengharapan [mereka] seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepada [mereka] pada waktu penyataan Yesus Kristus. Ini adalah yang pertama dalam rangkaian perintah.21Ia akan menambahkan, "menjadi kudus" (1:15), "hidup dalam ketakutan" (1:17), dan "saling mengasihi" (1:22). Di sini dan di tempat lain dalam Perjanjian Baru, "harapan" setara dengan harapan yang pasti, bukan keinginan yang samar-samar. Harapan itu menetapkan jalan untuk kehidupan yang ditentukan oleh hal yang diharapkan. Harapan adalah dasar yang di atasnya hidup yang kudus dibangun.
Semua harapan Kristen menyatu pada ekspektasi penyataan Kristus. Dalam konteks tertentu "pernyataan Yesus Kristus" menunjukkan pesan dari Kristus (Galatia 1:12; Wahyu 1:1); tapi di sini berarti, seperti arti dalam 1:7, penampakan Yesus Kristus pada akhir zaman. Ia kemudian akan diungkapkan dalam segala kemuliaan-Nya. Tiga kata penting dari kalimat ini adalah "pengharapan," "kasih karunia," dan "pernyataan." Ketiganya itu menegaskan bahwa sejarah pergi ke suatu tempat. Sebagaimana Allah adalah sumber penciptaan, maka Ia menentukan kemanakah urutan ciptaan akan pergi. Karena tahu bahwa sejarah manusia akan berakhir dengan penampilan Tuhan yang anggun, harapan orang Kristen. Pernyataan Yesus Kristus adalah sama dengan kasih karunia yang atasnya orang Kristen dengan percaya diri meletakkan harapannya. Harapan akan terwujud ketika Allah menyatakan diri-Nya dalam penghakiman bersama kedatangan Yesus Kristus. Pernyataan itu sendiri merupakan kasih karunia Allah, yaitu, tindakan-Nya yang penuh rahmat.
Ayat 14. Pesan Petrus dan Yakobus adalah sama. Yakobus ingin para pembacanya mengerti bahwa iman, berdasarkan sifatnya, perlu perbuatan. Seperti halnya anak-anak yang taat, Petrus ingin orang Kristen tahu bahwa pengudusan, berdasarkan sifatnya, perlu ketaatan. Secara jelas, kita bisa mengetengahkannya seperti ini:
IMAN: PERBUATAN :: PENGKUDUSAN: KETAATAN
(Atau "Iman" perlu "Perbuatan" sebagaimana "Pengudusan" perlu "Ketaatan.")
Dalam 1:2, 1:14, dan 1:22, ketaatan dan pengudusan berasal dari goresan pena yang sama. Secara harfiah, Petrus menyebut para pembacanya "anak-anak ketaatan," karena ketaatan harus menjadi sifat mereka.22
Selama mereka adalah "anak-anak ketaatan," para pembaca 1 Petrus tidak akan turuti hawa nafsu. Bahwa pengikut Kristus harus berpaling dari keinginan daging yang menguasai perilaku dunia adalah tema yang rasul itu akan bahas kembali di 4:2. Kata yang diterjemahkan "nafsu" baik di sini dan di 4:2 (e˙piqumi÷a, epithumia) bisa digunakan untuk keinginan yang baik dan yang buruk. Petrus secara konsisten menggunakan kata benda itu untuk mengacukan keinginan jahat. Kata itu bagaimanapun juga tidak terbatas pada hasrat seksual saja. Bentuk kata kerja dari kata itu digunakan secara positif dalam 1:12 untuk keinginan para malaikat.
Acuan kepada cara hidup lama mereka menunjukkan bahwa sebagian besar para pembaca Petrus adalah mualaf non-Yahudi. Hampir tak mungkin Petrus, seorang Yahudi, akan menyurati orang-orang Yahudi lainnya tentang kebodohan hawa nafsu mereka sebelumnya. Bagaimanapun, orang-orang Yahudi telah dipercayakan dengan "firman Allah" (Roma 3:2). Hidup mereka tentu bukan hidup dalam kebodohan.
Ketika Petrus mengatakan bahwa para pembacanya harus jangan "menuruti," ia menggunakan kata suschmati÷zomai (suschēmatizomai),23yang hanya muncul di sini dan di Roma 12:2 dalam Perjanjian Baru. Baik di sini dan di 2:1 terdapat kesamaan lisan antara 1 Petrus dan Roma 12:1, 2. Memang memungkinkan, bahkan sangat mungkin, bahwa Petrus telah membaca kitab Roma dan telah memasukkan beberapa ungkapan Paulus ke dalam suratnya sendiri. Kata-kata Petrus itu memberikan makna bahwa orang percaya tidak membiarkan pelbagai keinginan daging (lihat 4:2) menarik mereka kembali ke jalan hidup lama mereka. Ia menyantumkan beberapa hal yang menyifatkan pelbagai keinginan itu 4:3 (lihat Galatia 5:19-21). Michaels menerjemahkan kalimat itu dengan, "Jangan menyerah pada keinginan yang pernah mendorong kamu."24Seandainya mereka melakukan itu, mereka akan menemukan diri mereka dibentuk atau dicetak ke dalam cara hidup yang sebelumnya menyifatkan mereka dan yang terus menyifatkan orang-orang sezaman mereka. Lebih buruk lagi, mereka akan menemukan diri mereka terpisah dari Tuhan, yang kepada-Nya mereka telah menaruh harapan mereka.
Patut dicatat bahwa Petrus mengaitkan keinginan jahat sebelumnya dari para pembacanya itu dengan "kebodohan" mereka sebelumnya. Karena gagal mengenal Allah, dunia non-Yahudi menggelepar dalam dosa. Meski memang salah untuk menyamakan dosa dengan kebodohan, tapi juga benar bahwa pikiran yang dicerahkan akan mengerti bahwa konsekuensi dosa menimbulkan kehidupan yang hancur, penderitaan, dan terpisah dari Allah. Dosa dan kebodohan adalah teman seranjang yang alami. Para pembaca Petrus tidak lagi dalam kebodohan. Injil telah diberitakan kepada mereka (1:12). Mengikuti keinginan sifat kedagingan mereka akan menjadi dukungan kepada kebodohan.
Ayat 15. Dengan menggunakan kata penghubung yang berlawanan dan dengan menekankan kata ganti, yang berbeda dengan kebodohan mereka sebelumnya, Petrus menasihati, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu. Yang penting bagi pengudusan adalah ketaatan kepada Allah. Seruan untuk bertaat dalam ayat 14 sama dengan himbauan pengudusan dalam ayat 15. Menjadi anak-anak yang taat adalah sama dengan menjadi "kudus." Allah adalah standar kekudusan. Kesempurnaan-Nya adalah tujuan kehidupan orang Kristen. Yesus berkata, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matius 5:48). Kekudusan dan kesempurnaan Allah dinyatakan secara lahiriah dalam pribadi Kristus. Oleh karena itu hidup-Nya adalah model bagi orang percaya, "telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (1 Petrus 2:21). Orang Kristen tidak punya hak untuk membenarkan dosa-dosanya dengan ungkapan seperti "Aku hanya manusia." Hal yang luar biasa tentang injil adalah bahwa Allah mengakui bahwa kita adalah manusia. Ia mengakui kebobrokan manusia, tetapi, oleh kasih karunia-Nya, tetap mengutus seorang Juruselamat. Melalui kasih karunia ada keselamatan, tetapi kasih karunia Allah harus jangan diremehkan. Tujuan hidup manusia adalah kekudusan. Yang pasti menarik orang-orang Kristen kepada kasih karunia adalah kegagalan untuk mencapai kekudusan melalui usaha sendiri.
Rasul Petrus mengingatkan umat Kristen bahwa mereka menikmati pelbagai berkat keselamatan dan pengharapan sebab Allah atas inisiatif-Nya "memanggil" mereka. Petrus membuka suratnya dengan mengingatkan para pembacanya bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Namun begitu, ini bukan berarti bahwa mereka dipanggil melalui tindakan Allah, yang terlepas dari kehendak mereka sendiri. Panggilan yang mereka terima adalah ketika injil diberitakan kepada mereka (1:12). Jika seorang anak sedang bermain di luar dan ibunya memanggil dia untuk makan, anak itu bisa saja mengabaikan panggilan itu (seperti yang kadang-kadang dilakukan anak-anak), atau ia bisa juga masuk ke dalam rumah dan duduk di meja makan dengan keluarganya. Selama anak itu terus bermain ia tidak akan menjadi salah seorang yang dipanggil. Jika ia masuk ke dalam dan duduk untuk makan, maka ia akan menjadi salah seorang yang dipanggil. Respon, ketaatan yang penuh arti, diminta dari orang-orang yang mendengar jika mereka mau menjadi bagian dari orang-orang yang Allah panggil.
Definisi anak sekolahan tentang "kudus" "dipisahkan untuk Allah" adalah sangat membantu. Namun begitu, ketidakcukupan definisi itu adalah jelas sebab Allah itu kudus. Tentu sangat tidak membantu untuk mengatakan bahwa Allah dipisahkan untuk Allah. Kekudusan Allah dinyatakan oleh keunikan-Nya yang transenden dan oleh keagungan-Nya yang mengagumkan; tetapi dalam konteks ini, Petrus secara khusus memberikan acuan kepada kesempurnaan moral Allah. Kekudusan-Nya adalah antitesis dari kebodohan sebelumnya yang para pembaca Petrus pernah hidup di dalamnya (1:14). Allah tidak pernah berperilaku seperti yang sering orang-orang lakukan, yang menganggap orang lain sebagai benda untuk digunakan bagi kenyamanan mereka. Allah tidak pernah bertindak dengan niat jahat atau tipu daya. Yang Ia cari hanyalah kesejahteraan ciptaan-Nya. Itulah sebabnya dalam semua perilaku [mereka] orang Kristen harus kudus. Yohanes mengakui kekudusan Allah ketika ia menulis, "Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat" (1 Yohanes 5:2, 3). Grudem mengatakan bahwa kekudusan adalah "mempertahankan kegembiraan naluriah dalam Allah dan kekudusan-Nya sebagai arus terpendam dari hati dan pikiran."25
Ayat 16. Rasul Petrus mengacu kepada Imamat 11:44, 45. Tanpa kekudusan Allah, tidak ada cara untuk memahami, apalagi menjabarkan, konsep-konsep seperti baik dan buruk, benar dan salah. Ketika Petrus mendesak orang Kristen untuk menjadi kudus sebagaimana Allah itu kudus, ia menegaskan bahwa dasar etika dan moral adalah kekudusan Allah.26Alasan utama untuk menjadi baik adalah bahwa Allah itu baik. Kekudusan bagi orang percaya berarti memisahkan diri dari kemesuman dan cita-cita dunia. Kekudusan itu merupakan dedikasi yang lengkap dan menyeluruh bagi orang yang memberikan kasih sayang dan perilakunya untuk kemuliaan Allah.27
Ada hubungan antara panggilan kepada ketenangan dalam 1:13, panggilan kepada kekudusan dalam 1:16, dan panggilan untuk takut dalam 1:17. Ketiga konsep itu menemukan dasar nalar mereka dalam keberadaan Allah. Mengatakan Allah itu kudus berarti Ia itu sama sekali bebas dari jenis perilaku yang meremehkan dan memalukan orang berdosa. Ia adalah kebenaran, cinta, kebaikan dan sejumlah sifat lain seperti itu tanpa kompromi. Kekudusan-Nya adalah inspirasi dan pola bagi kekudusan murid-murid Kristus. Orang Kristen pertama-tama harus mengenal Allah. Kemudian, karena ia mengenal Allah, ia tahu bagaimana dirinya harus bersikap. Etika mengalir dari teologi.
TFTWMS: 1Ptr 1:17-21 - Hidup Dengan Rasa Takut HIDUP DENGAN RASA TAKUT (1 Petrus 1:17-21)
17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut per...
HIDUP DENGAN RASA TAKUT (1 Petrus 1:17-21)
17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. 18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, 19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. 20 Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. 21 Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.
Allah adalah Bapa yang penuh kasih dan Hakim yang mengagumkan. Kedua gambaran itu menawarkan pelbagai insentif bagi orang Kristen untuk menjalani kehidupan yang baik yang meniru kebaikan Kristus.
Ayat 17. Ketika Petrus menulis, Jika kamu menyebut-Nya Bapa, pengertiannya bukanlah bahwa mereka mungkin atau mungkin juga tidak memilih untuk menyapa Allah sebagai Bapa. Sebaliknya, dasar pikirannya adalah bahwa mereka, pada kenyataannya, memang menyapa Allah dengan cara ini. Juga tidak ada saran seperti, "Jika kamu berani menyapa Allah sebagai Bapa." Petrus menganggap klausa "jika" dalam kalimat itu sebagai benar. "Jika itu benar, dan memang benar, bahwa kamu menyapa.…" Karena Allah telah memanggil orang percaya itu (1:15), orang percaya itu dapat berseru kepada Allah atau memohon dukungan dan bantuan kepada Dia.
Kebapaan Allah bukan tidak diketahui oleh Perjanjian Lama (Mazmur 82:6; Hosea 11:1). Namun begitu, Yesus menambahkan dinamika pribadi, keintiman, kepada hubungan antara Allah dan ciptaan-Nya saat Ia mengungkapkan Allah sebagai Bapa. Mungkin itu karena Yesus menggunakan kata "Abba" dalam doa-Nya di taman Getsemani (Markus 14:36) sehingga kata Aram yang menawan itu terbawa masuk ke dalam gereja berbahasa Yunani (Roma 8:15; Galatia 4:6). Untuk Petrus, Allah bukanlah kekuatan impersonal yang membuat dunia berjalan mulus, juga Ia bukan dewa yang berubah-ubah seperti Zeus, secara gonta-ganti melecehkan dan mendukung umat manusia.
Allah adalah Bapa bagi mereka yang mengasihi Dia, tapi itu bukan himbauan utama yang Petrus buat. Lebih tepatnya itu adalah latar belakang yang diasumsikan untuk perintah di akhir ayat 17. Petrus mengacukan kekudusan Allah dan kebapaan Allah, tetapi ia tidak ragu-ragu untuk mengingatkan para pembacanya bahwa Allah juga adalah Hakim. Orang zaman dulu tidak akan punya masalah dalam memahami Allah sebagai Bapa dan Hakim pada saat yang sama. Mereka akan sudah menganggap itu cocok bagi orang percaya untuk berdiri di hadapan Allah Bapa dalam perasaan takut, dengan lutut bertelut dalam ketundukan. Bapa yang pengasih adalah juga Allah Yang Maha Kuasa, api yang menghanguskan (Ulangan 4:24; Ibrani 12:29).
Jika orang Kristen dalam dunia teoritis tertentu mengasihi Allah secara bebas dari pengaruh daging dan dosa yang merusak, maka tidak akan ada gunanya untuk mengacukan takut sebagai motivasi bagi kehidupan yang saleh. Itulah sebabnya mengapa Yohanes bisa mengatakan, "kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan" (1 Yohanes 4:18). Orang Kristen berusaha keras untuk sempurna, tetapi sementara itu mereka hidup bersama pengaruh dosa yang korosif. Itulah sebabnya Petrus berkata kepada orang-orang percaya, hendaklah kamu hidup dalam ketakutan. Bahwa orang Kristen akan dihakimi bukanlah satu-satunya motivasi untuk menjalani kehidupan yang kudus, tetapi itu merupakan sebuah motivasi. Meski benar bahwa penghakiman Allah yang berdaulat memanifestasikan dirinya di zaman ini, namun yang ada di dalam pikiran Petrus adalah penghakiman yang akan mengakhiri zaman ini. Allah akan menjadi Hakim ketika keselamatan diungkapkan "pada zaman akhir" (1:5).
Hampir bukan suatu kebetulan bahwa Petrus mencatat penghakiman Allah yang tak pandang bulu atas perbuatan masing-masing orang. Meski mereka melakukannya dengan tipu daya, orang-orang Farisi mengatakan kebenaran ketika mereka mendekati Yesus dengan mengakui bahwa Ia tidak takut kepada siapa saja: "sebab Engkau tidak mencari muka" (Matius 22:16). Di hadapan ketidakberpihakan Allah, Yakobus merasa ironis bahwa para pembacanya menunjukkan pilih kasih (Yakobus 2:1-4). Mungkin tidak ada yang lebih universal bagi masyarakat manusia selain bahwa di dunia ini ada "orang-orang hebat" dan "orang-orang hina." "Orang-orang hebat" mengontrol kekuatan ekonomi atau politik. Mereka mengharapkan dan menerima penghormatan dari orang lain. "Orang-orang hina" dunia ini memiliki penghiburan ini: Allah tidak pilih kasih. Karena Ia tidak pilih kasih, zaman akhir akan menimbulkan pembalikan yang luar biasa. Kepada orang kaya, Abraham berkata, "Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita" (Lukas 16:25). Tidak akan ada loncatan ke depan barisan ketika orang berdiri di hadapan Allah pada akhir zaman. Petrus menjelaskan bahwa Allah menghakimi tanpa memandang muka.
Ernest Best berpendapat bahwa nas itu menyiratkan bahwa Allah tidak pilih kasih dalam menghakimi orang Kristen dan non-Kristen.28Itu pastinya tidak ada hubungannya dengan maksud Petrus. Rasul itu menasihati umat Kristen untuk hidup kudus. Ia menasihati dengan mengingatkan mereka bahwa Allah adalah Hakim. Selanjutnya, Allah akan menghakimi setiap orang menurut apa yang orang itu telah lakukan, berdasarkan perbuatannya. Paulus menyatakan maksud yang sama, "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat" (2 Korintus 5:10). Meski benar bahwa keselamatan adalah oleh kasih karunia Allah dan bahwa tidak ada orang yang bisa mendapatkan jalannya menuju sorga, benar juga bahwa penghakiman Allah didasarkan pada perbuatan manusia. Rupanya, seperti yang Yakobus tegaskan, iman dan cara orang hidup tidak dapat dipisahkan (Yakobus 2:17).
Kata Yunani paroiki÷a (paroikia) berada di balik terjemahan Alkitab NASB ini waktu keberadaanmu di bumi. Paroikia serupa dalam arti dengan kata parepi÷dhmoß (parepidēmos), yang diterjemahkan sebagai "orang-orang pendatang" dalam 1:1. Dalam masyarakat Yunani sekuler, kata-kata itu mengacu kepada mereka yang tinggal di sebuah kota tapi yang tidak memiliki hak-hak kewarganegaraan. Mungkin banyak dari para pembaca Petrus secara harfiah adalah non-warga negara di tempat mereka tinggal.29Apapun hubungan mereka dengan pemerintah kota, Petrus dan para pembacanya tidak punya hak milik permanen bagi dunia harfiah di mana mereka tinggal. Kata-kata itu bersuara hingga sampai Abraham, seorang pengembara di Kanaan. Ketika patriarkh itu menginginkan tempat penguburan bagi jasad Sarah, ia harus membeli sebuah gua dari penduduk permanen negeri itu. Ia berkata kepada bani Het, "Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini…"(Kejadian 23:4). Allah tidak akan membolehkan Israel lupa bahwa mereka, seperti para pembaca Petrus, dulunya adalah musafir, pengembara dalam perjalanan mereka menuju kota yang pembangunnya adalah Allah (Imamat 25:23; 1 Tawarikh 29:15; Mazmur 39:12; Ibrani 11:10).
Ayat 18. Subyek itu berlanjut dari 1:15, 17. Orang Kristen harus hidup di dataran moral yang tinggi karena (1) kekudusan Allah memaksa kekudusan pada pihak orang percaya, dan (2) Allah adalah Hakim. Allah yang adalah Bapa adalah juga Hakim. Sekarang rasul itu memperkenalkan motivasi ketiga untuk hidup saleh: Mereka telah dibeli. Mereka telah ditebus. Rasul itu ingin para saudara dan saudarinya menjadi umat seperti yang Allah telah beli. Mereka harus punya rasa takut, sebab [mereka] tahu, bahwa [mereka] telah ditebus … bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas. Penebusan mereka terlaksana dengan biaya yang mahal. Partisip "tahu" bisa membawa nuansa "semenjak kamu tahu," atau "karena kamu tahu." Yang mana saja, Petrus ingin para pembacanya berperilaku seperti orang yang sudah ditebus. Pada intinya, ia berkata, "Jadilah seperti orang yang sudah dibeli oleh Allah."
Perjanjian Baru menawarkan sejumlah kiasan untuk membantu orang-orang percaya memahami apa yang terjadi di kayu salib. Salah satunya adalah bahwa Kristus mati untuk membayar tebusan bagi jiwa-jiwa orang percaya.30Di antara orang-orang sezaman Petrus, "ditebus" (lutro/omai, lutroomai) umumnya mengacu kepada pembayaran uang tebusan bagi tawanan perang atau harga untuk membebaskan seorang budak. Kata kerja Yunani "menebus" yang Petrus gunakan bukanlah kata yang umum dalam Perjanjian Baru seperti yang mungkin disiratkan sering digunakan dalam kalangan Kristen. Kata kerja itu hanya muncul dalam Lukas 24:21; Titus 2:14; 1 Petrus 1:18. Dua kata benda yang terkait muncul dalam lima kali tambahan (Matius 20:28; Markus 10:45; Lukas 1:68; 2:38; Ibrani 9:12). Kata-kata dengan arti yang serupa diterjemahkan sebagai "tebusan" atau "penebusan" yang ditemukan di tempat lain (Roma 3:24; 1 Korintus 1:30; Efesus 1:7; Kolose 1:14; 1 Timotius 2:6; Ibrani 9:15).
Yesus sendiri berkata, "Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Matius 20:28; Markus 10:45). Hanya Allah yang tahu mengapa kematian Yesus itu perlu, bagaimana salib menjadi pembayaran untuk dosa-dosa manusia, dan bagaimana dosa dihapus oleh darah Anak Domba. Gagasan bahwa persembahan darah membentuk ikatan antara penyembah dan ilah adalah umum di dunia kuno.31"Penebusan," "rekonsiliasi "(2 Korintus 5:19), dan "pendamaian "(1 Yohanes 2:2) adalah kata-kata penting yang membantu memandu umat Kristen ketika mereka merenungkan makna kematian Yesus di kayu salib. "Pelunasan" adalah kata keempat yang cukup penting, meski terjemahan bahasa Inggris umumnya membatasi penggunaannya kepada nas-nas Perjanjian Lama.32
Orang Kristen telah dibeli dari cara hidup yang sia-sia. Selain "ditebus" untuk kehidupan masa depan dengan Allah, para pembaca Petrus juga telah "ditebus" dari cara hidup yang sengsara yang diikuti dunia. Ini adalah kali kedua Petrus menggunakan kata aÓnastrofh (anastrophē), yang berarti "cara hidup, kelakukan, perilaku." Itu adalah kata yang sama yang digunakan dalam 1:15. Dari tiga belas kemunculan kata itu di dalam Perjanjian Baru, delapan ditemukan dalam surat kiriman Petrus. Jelas terlihat, kata itu adalah penting bagi Petrus. Bukan hanya ada kebutuhan bagi orang Kristen untuk hidup kudus demi menghormati Allah dan untuk berpartisipasi dalam warisan kekal, namun ada juga kekhawatiran bahwa pelbagai pencobaan yang orang Kristen hadapi mungkin menjadi lebih buruk apabila mereka berprilaku apa saja selain berperilaku saleh.
Kehidupan sia-sia umat Kristen Asia yang Petrus sapa mereka warisi dari nenek moyang [mereka]. Di atas kayu salib, Yesus menebus orang Kristen dari kehidupan masa lalu mereka yang tak berharga dan melarat. Bahwa nenek moyang mereka menjalani kehidupan yang "sia-sia" adalah indikasi lebih lanjut bahwa sebagian besar pembaca itu adalah mualaf non-Yahudi. Di masa lampau, nenek moyang mereka, non-Yahudi, telah disingkirkan dari bagian apapun dalam warisan umat Allah. Seorang Yahudi, bahkan seorang Yahudi yang berubah menjadi Kristen, tidak akan pernah mengatakan kehidupan di bawah hukum Musa sebagai cara hidup yang "sia-sia".
Ayat 19. Apapun yang mungkin orang anggap berharga, emas atau perak, apa saja yang manusia anggap bernilai, tidak satu pun dari semua harta yang mereka miliki itu bisa menebus mereka dari kuasa dosa yang merusak. Penebusan yang orang Kristen nikmati telah dibeli dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus. Emas dan perak bisa binasa, bersifat sementara, di dunia. Emas dan perak menawarkan warisan yang dapat binasa, yang dapat cemar dan yang dapat layu (1:4). Darah Kristus tidak dapat binasa sehingga harga penebusan yang Ia bayar tidak dapat dirusak, dilemahkan, atau dibatalkan oleh apa saja yang manusia lakukan. Dengan mengukur keagungan pene- busan melalui harga yang telah dibayarkan, orang Kristen memiliki motivasi yang kuat untuk hidup saleh.
Petrus percaya ada hubungan langsung antara persembahan korban darah seperti yang ditentukan dalam hukum Musa dan kematian Yesus di kayu salib. Yesus seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat ketika Ia dibunuh oleh kolusi Yahudi dan Romawi, sebagai perwakilan umat manusia. Apakah domba Paskah secara khusus ada dalam pikiran Petrus? Jawabannya adalah tidak pasti. Pertama, penebusan bukanlah hal pertama yang terlintas dalam pikiran ketika seseorang membaca instruksi untuk merayakan Paskah dalam Keluaran 12. Penyembelihan dan konsumsi anak domba adalah supaya Israel mengingat bahwa Allah telah memilih mereka dan membebaskan mereka dari Mesir. Pembebasan itu tampaknya tidak berhubungan dengan harga penebusan yang dibayarkan oleh anak domba itu. Memang benar bahwa anak domba itu harus tanpa cacat (Keluaran 12:5), namun korban anak domba yang tidak bercacat adalah bagian dari ritual pengorbanan yang tidak ada hubungannya dengan Paskah (Bilangan 28:3, 9, 11).
Kedua, Paskah tidak secara khusus meminta seekor anak domba. Korban itu harus merupakan salah satu hewan yang lebih kecil daripada kawanan itu, bisa seekor anak domba muda atau anak kambing. Ketiga, kepedulian Petrus adalah supaya para pembacanya menjalani kehidupan moral yang baik (1:14, 15). Kehidupan Kristus yang tak bercacat dan tanpa noda adalah penting sebagai model bagi perilaku Kristen. Kepedulian Petrus bukanlah terhadap anak-anak domba yang dipersembahkan dalam pengorbanan Perjanjian Lama tapi terhadap karakter Yesus. Keempat, Petrus tampaknya menggunakan kiasan anak domba karena penggunaan kata itu dalam Yesaya 53, bukan penggunaannya dalam perayaan Paskah. Ia mengambil kata-kata dari Yesaya 53 secara lebih jelas dalam 1 Petrus 2:22-25.
Untuk pelbagai alasan yang tercantum di atas, sepertinya anak domba Paskah tidak relevan dengan nasihat Petrus untuk hidup kudus. Selanjutnya, itu adalah sinyal bahwa kita harus hati-hati dalam cara kita bergerak dari "Anak Domba," ketika kata itu mengacu kepada Kristus (Yohanes 1:29; Wahyu 5:6 dan berkali-kali dalam Wahyu), kepada "Paskah." Memang benar bahwa Paulus mengacukan Yesus sebagai "Paskah kita" (1 Korintus 5:7), tetapi tidak ada acuan kepada anak domba. (Beberapa terjemahan, misalnya, Alkitab NRSV dan NIV, secara tidak perlu telah menyisipkan kata itu.) Paulus, pada kenyataannya, tidak di manapun mengacukan Yesus sebagai anak domba. Satu-satunya hubungan yang jelas antara Yesus dan anak domba Paskah adalah dalam Yohanes 19:36, di mana rasul itu mengutip Keluaran 12:46 telah digenapi dalam hal tidak satu pun tulang Yesus dipatahkan. Tulang anak domba Paskah tidak boleh dipatahkan. Meski begitu, setidaknya memang berbahaya untuk mengaitkan anak domba Paskah dengan semua acuan kiasan kepada Yesus sebagai anak domba.
Ayat 20. Seperti yang Petrus sudah jelaskan dengan acuannya kepada prapengetahuan Allah (1:2), semua peristiwa di seputar Kristus dan pembentukan gereja-Nya bukanlah pikiran dadakan Allah; itu bukan rencana darurat. Mengenai Yesus, rasul itu mengatakan, Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan. Meski yang Petrus tegaskan adalah pra-pengetahuan Allah tentang pribadi Yesus, mungkin aman untuk mengatakan bahwa pra-pengetahuan tentang tindakan penebusan oleh Allah bersama Yesus juga tersirat. "Apa yang sudah diputuskan dari kekekalan bukan hanya bahwa Yesus Kristus harus datang ke dalam dunia, tetapi bahwa Ia harus menjalani peran tertentu."33Namun begitu, bahkan dengan konsesi itu, itu merupakan lompatan yang cukup penting untuk bergerak dari penegasan bahwa Allah sudah merencanakan penebusan umat manusia dalam Kristus, kepada kesimpulan bahwa Allah telah tahu sebelumnya, apalagi telah menetapkan sebelumnya, nasib masing-masing orang yang akan pernah dilahirkan. Jaminan bagi orang Kristen adalah bahwa penebusan yang mereka nikmati memiliki konsekuensi kekal. Kristus yang telah menumpahkan darah-Nya telah ada bersama Allah dari waktu kekekalan. "Dunia dijadikan" sama dengan penciptaan dunia, seperti yang umum dalam Perjanjian Baru (Matius 25:34; Yohanes 17:24; Efesus 1:4; Ibrani 4:3).
Yang karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir adalah Yesus yang kekal ini, yang telah diketahui sebelumnya sebelum dunia dijadikan. Dalam terang inilah orang-orang percaya bisa memahami pelbagai pencobaan yang mereka alami. Penderitaan bukanlah petunjuk bahwa Allah telah melupakan mereka. Mereka berbagi dalam rencana kekal Allah yang memilih untuk diri-Nya sendiri suatu umat. Kedatangan Yesus adalah "karena kamu." "Zaman akhir" adalah saat di mana orang-orang Kristen hidup. Dengan munculnya Kristus, Allah telah bertindak secara tegas. Sejauh menyangkut penebusan manusia, Allah tidak memiliki rencana lebih lanjut yang belum dikerjakan. Petrus dan para pembacanya hidup di zaman akhir, dan umat Kristen dalam dua puluh abad pertama hidup di zaman akhir, dan selama kehidupan manusia berlangsung di planet ini zaman itu akan menjadi zaman akhir.
Karena zaman ini adalah zaman akhir, maka orang-orang percaya itu mungkin mengantisipasi kedatangan Tuhan, penghakiman, dan kekekalan bisa terjadi kapan saja. Ketika Paulus menulis tentang masa-masa sulit "di hari-hari terakhir" (2 Timotius 3:1), ia sedang menulis tentang zamannya sendiri. Ketika penulis Ibrani menegaskan bahwa "di zaman akhir" Allah telah berbicara melalui Anak-Nya (Ibrani 1:2), ia sedang menulis tentang zaman di mana ia hidup. Paulus berkata tentang pelbagai peristiwa dalam Perjanjian Lama, "Semuanya ini … dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba" (1 Korintus 10:11). Dinyatakan secara negatif, kita harus jangan memahami "zaman akhir" atau "hari-hari terakhir" dalam Perjanjian Baru untuk mengacu kepada waktu apokaliptik sebelum penampakan Tuhan. Di sana tidak ada implikasi kerajaan seribu tahun, pengangkatan, dan pelbagai temuan lainnya seperti itu. Orang Kristen hidup di hari-hari terakhir, dan ketika hari-hari terakhir itu komplit, sesuai kehendak Allah, Tuhan akan datang kembali. Penghakiman dan kekekalan akan mengikuti.
Ayat 21. Yesus menampakkan diri "karena kamu," kata Petrus di ayat 20. Perlu klarifikasi. Siapakah orang-orang itu yang kepada mereka Yesus menampakkan diri-Nya? Rasul Petrus mengatakan bahwa itu untuk mereka yang oleh Dialah … percaya kepada Allah. Keselamatan yang Allah telah sediakan bersifat pribadi. Allah tidak datang dalam pribadi Yesus Kristus untuk orang-orang yang nyata, tetapi untuk "… kamu [yang] percaya kepada Allah," untuk orang-orang percaya yang akan membaca kata-kata Petrus. Alkitab NASB sesuai dengan bahasa Yunani ketika menerjemahkan "orang-orang percaya," tapi percaya sering digunakan dalam Perjanjian Baru dengan pengertian yang menghampiri kepercayaan. Alkitab REB menerje-mahkan, "Melalui Dia kamu menjadi percaya kepada Allah." Mereka percaya kepada Allah, tapi mereka menjadi percaya sebab Yesus sudah mengungkapkan Bapa, maka itu berarti "melalui Dia" orang-orang Kristen Asia menjadi orang-orang percaya. Adalah jelas bahwa pernyataan ini dan Yohanes 14:1, 6 datang dari dunia pikiran yang sama.34Iman kepada Allah adalah melalui Yesus dari Nazaret karena (1) Yesus mengungkapkan Bapa tidak seperti yang sudah dilakukan oleh nabi atau orang bijak masa lalu (Yohanes 7:28, 29; 15:15). (2) Yesus melenyapkan penghalang dosa sehingga manusia dapat memiliki persekutuan dengan Allah (Roma 5:1; 1 Yohanes 1:7). (3) Yesus, bahkan sekarang ini, menjadi pengantara antara Allah dan manusia (1 Timotius 2:5; Ibrani 7:25).
Rasul itu sudah menyeru kepada darah Yesus, yang berarti kematian-Nya. Pada titik ini, ia membuat jelas bahwa pesan yang menyatakan kematian Kristus bukanlah pesan tentang kekalahan, tetapi tentang kemenangan, bukan tentang kematian tetapi tentang kehidupan. Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan … telah memuliakan-Nya. Paulus memulai surat untuk jemaat Roma dengan menegaskan bahwa Allah menyatakan Yesus sebagai "Anak Allah yang berkuasa oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati" (Roma 1:4; NASB). Ia menetapkan pengakuan dasar iman, orang bahkan menyebutnya syahadat agama Kristen, "bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci" (1 Korintus 15:3, 4). Substansi iman Kristen kepada Allah dan harapan untuk hidup yang kekal adalah bahwa Yesus telah mati dan lalu muncul lagi di tengah-tengah manusia, dibangkitkan oleh kuasa Allah. "Kemuliaan" yang Allah berikan kepada Yesus adalah pada kebangkitan, atau mungkin pada kenaikan-Nya ke tangan kanan Allah di mana Ia memerintah (Kisah 2:33; Roma 8:34; 1 Korintus 15:25). Kemuliaan yang Yesus alami adalah kemuliaan yang di dalamnya para pengikut-Nya berbagi (1:8, 11).
Hasil dari semua yang Allah telah lakukan melalui Yesus Kristus untuk kepentingan orang-orang percaya adalah bahwa imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah. "Iman" dan "pengharapan," terutama ketika "iman" dipahami sebagai kepercayaan, memiliki arti yang serupa, namun masing-masing memiliki wilayahnya sendiri. "Iman" ada hubungannya dengan keadaan sekarang di mana umat Kristen hidup. Sebelumnya Petrus telah mengatakan bahwa orang Kristen dilindungi oleh Allah melalui iman, lalu ia menambahkan, "sekalipun kamu belum pernah melihat Dia" (1:5, 8). "Iman" menyiratkan menaruh kepercayaan kepada Allah, mengandalkan Dia bahkan tanpa adanya bukti empiris. "Pengharapan," di sisi lain, berorientasi kepada masa depan. Meski sudah memiliki pelbagai berkat dalam Kristus, harapan yang hidup (1: 3) merentang ke arah masa depan dan warisan kekal yang Allah miliki untuk orang-orang percaya.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) PENYEBAB KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Jika Anda mengalami penganiayaan karena menjadi orang Kristen, hal apakah yang pertam...
PENYEBAB KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Jika Anda mengalami penganiayaan karena menjadi orang Kristen, hal apakah yang pertama kali Anda ingin ingat? Rekening bank Anda? Kekuatan Anda? Popularitas Anda? Atau keselamatan Anda?
Orang-orang Kristen yang kepada siapa Petrus menuliskan suratnya yang pertama sedang mengalami penganiayaan atau baru akan menderita karena iman mereka. Perhatikankah apa yang Petrus katakan. Mereka telah "berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan" (1:6). Yang lainnya akan "memfitnah [mereka] sebagai orang durjana" (2:12). Mereka akan "berbuat baik dan karena itu … harus menderita" (2:20). Mereka tidak boleh "membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki" (3:9). (Ini menyiratkan bahwa mereka akan menanggung kejahatan dan caci maki.) Mereka mungkin akan "menderita juga karena kebenaran" (3:14). Beberapa orang akan "memfitnah [mereka] karena hidup [mereka] yang saleh dalam Kristus" (3:16). Mereka akan "menderita karena berbuat baik" (3:17). Mereka harus jangan heran terhadap "nyala api siksaan yang datang kepada [mereka] sebagai ujian" (4:12). Mereka diberitahu, "Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang [mereka] dapat dalam penderitaan Kristus" (4:13). Mereka mungkin akan "dinista karena nama Kristus" (4:14). "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu" (4:16). Beberapa orang akan "menderita karena kehendak Allah" (4:19). Mereka diberitahu bahwa "semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama" (5:9). Mereka akan menderita "seketika lamanya" (5:10). Petrus menulis surat ini untuk membantu orang-orang Kristen ini dalam masa penganiayaan mereka. Hal apakah yang pertama kali ia ingin mereka ingat?
Jelas, Petrus tidak berpikir bahwa mengingatkan para pembacanya tentang kemakmuran materi mereka akan berguna bagi mereka. Sebaliknya, ia percaya mereka perlu diingatkan tentang keselamatan mereka "yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1: 5) dan yang di dalamnya mereka bisa "bergembira …, sekalipun sekarang ini [mereka] seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan" (1:6). Oleh karena itu, dalam bagian suratnya ini, Petrus bicara tentang pelbagai penyebab dan akibat keselamatan. Dalam pelajaran ini kita akan membahas pelbagai penyebab keselamatan—dan apa arti semua itu bagi kita sekarang ini.
APA SAJAKAH PENYEBABNYA?
Dalam 1 Petrus 1, Petrus menyebutkan sedikitnya delapan hal yang berkontribusi terhadap keselamatan kita.
Petrus mengatakan bahwa Allah adalah penyebab keselamatan kita. Ia memulai kitab itu dengan mengatakan:. "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3). Sebelumnya, ia sudah mengatakan bahwa orang-orang yang ia surati telah "dipilih dan ditetapkan oleh Allah Bapa" (1:2; RSV). Dan menjelang akhir suratnya ia menulis: "Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah" (ay. 21). Di sini keselamatan digambarkan sebagai dipilih; orang yang diselamatkan adalah orang-orang pilihan, yang dipilih oleh Allah.
Petrus juga mengatakan bahwa rahmat, atau kasih karunia, merupakan penyebab keselamatan kita. Ia mengatakan, "Dengan rahmat-Nya yang besar kita telah dilahirkan kembali" (1:3; RSV). Selain itu, para pembaca diberitahu untuk "letakkanlah pengharapan [mereka] seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepada [mereka] pada waktu penyataan Yesus Kristus" (1:13). Mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia dan rahmat adalah mengatakan bahwa kita tidak layak untuk diselamatkan.
Selain itu, Petrus mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah penyebab keselamatan kita. Dalam 1:2 ia bicara tentang "[pengudusan] oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya." Dalam 1:3 ia berkata bahwa kita telah "[dilahirkan] kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan." Pada bagian akhir pasal itu Petrus bicara tentang Kristus yang "telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir" (1:20) dan mengatakan bahwa "oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati" (1:21). Kita diselamatkan oleh Kristus! Selain Dia, tidak ada harapan keselamatan.
Lebih lanjut, Petrus mengatakan bahwa darah merupakan penyebab keselamatan kita. Ia bicara tentang diperciki dengan darah Kristus dalam 1:2, dan kemudian menyajikan gambaran keselamatan yang indah ini dalam 1:18, 19: "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." Di sini keselamatan digambarkan sebagai ditebus. Ketika kita berada dalam dosa, kita berada dalam perbudakan; kita adalah budak. Kita perlu dibeli dari perbudakan itu. Harga yang dibayar untuk kebebasan kita adalah darah Kristus. Keselamatan terdapat dalam darah!
Penyebab lain keselamatan kita, menurut Petrus, adalah Roh Kudus. Dalam 1:2 Petrus berkata bahwa orang Kristen memiliki "pengudusan oleh Roh" (ESV). Ada beberapa orang yang mengaitkan Roh Kudus dengan hal-hal yang Ia tidak lakukan untuk manusia. Kita seharusnya tidak membuat kesalahan itu. Tapi kita juga harus jangan tidak mengaitkan kepada Roh Kudus bagian dalam keselamatan kita. Hal itu ditegaskan di sini dan di tempat lain dalam Perjanjian Baru. (Lihat, misalnya, Yohanes 3:5 dan Titus 3:5) Di sini keselamatan digambarkan sebagai disucikan—atau dikhususkan untuk tujuan Allah.
Selain itu, Petrus mengatakan bahwa Firman Tuhan adalah penyebab keselamatan. Dengarkanlah 1 Ptr. 1:22-25:
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal. Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.
Betapa suatu pujian yang indah bagi Firman itu! Itu digambarkan sebagai: (1) kebenaran, (2) tidak fana—yang hidup dan yang kekal, (3) dari Allah, (4) kabar baik ("firman"), (5) yang diberitakan. Namun, yang terpenting bagi tujuan kita, itu adalah sarana yang dengannya para pembaca telah "dilahirkan kembali" (1:23). Sekarang ini manusia tidak dapat diselamatkan tanpa Firman Allah.
Namun begitu, Petrus juga menggambarkan manusia itu sendiri sebagai penyebab keselamatannya. Ia berkata kepada para pembacanya. "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran" (1:22). Dengan demikian, diri mereka sendiri memiliki kaitan dengan keselamatan mereka. Keselamatan tidak diragukan lagi oleh kasih karunia; itu bukan oleh amal perbuatan. Itu adalah pekerjaan Allah, bukan produksi manusia. Namun begitu ada pengertian tertentu yang mana manusia menimbulkan, atau menyebabkan, keselamatannya sendiri—yang mana ia bahkan bisa dikatakan menyelamatkan dirinya sendiri. (Lihat, misalnya, Kisah 2:40 dan 1 Timotius 4:16). Manusia setidaknya harus setuju terhadap keselamatan yang Allah sediakan melalui kasih karunia.
Petrus mengatakan bahwa ketaatan adalah penyebab keselamatan. Para pembaca itu telah menyucikan jiwa mereka dengan "ketaatan kepada kebenaran" (1:22). Dengan demikian, jika kita tanya bagaimana seseorang menyetujui keselamatannya sendiri, atau peranan apa yang ia mainkan dalam keselamatannya, Petrus memiliki jawabannya: Ketaatan! Dengan menaati perintah Tuhan—pelbagai perintah, misalnya, percaya kepada Yesus (Kisah 16:31), bertobat dari dosa-dosa kita (Kisah 17:30), bersedia mengakui iman kita (Roma 10:9), dan dibaptis (Kisah 2:38)—kita mengiyakan kasih karunia Allah; kita menerima karunia keselamatan. Perhatikanlah juga, bahwa di sini keselamatan digambarkan sebagai disucikan. Dosa itu buruk dan kotor; dosa menghitamkan jiwa kita. Ketika kita menjadi orang Kristen dengan ketaatan, darah Yesus membasuh dosa dan menyucikan jiwa kita. Kita disucikan.
Selain itu, keselamatan digambarkan sebagai dilahirkan kembali, atau dilahirkan baru. Dosa membunuh. Keselamatan menghidupkan kembali orang berdosa. Mereka hidup baru; mereka dilahirkan kembali! Dan itu benar bagi setiap orang Kristen, bagi setiap orang yang diselamatkan! Kadang-kadang orang bicara tentang "orang Kristen lahir baru." Di zaman Perjanjian Baru tidak ada jenis lain orang Kristen!
Dengan demikian, dalam 1 Petrus 1, gambaran keselamatan mencakup keadaan dipilih, ditebus, dikuduskan, disucikan, dan dilahirkan kembali; dan itu dikatakan sebagai disebabkan oleh Allah, oleh rahmat, oleh Kristus, oleh darah, oleh Roh Kudus, oleh Firman, oleh manusia itu sendiri, dan oleh ketaatan. Kita diselamatkan oleh banyak hal!
APAKAH PENTINGNYA SEGALA PENYEBAB INI?
Pertama, mengakui fakta ini seharusnya membantu kita untuk lebih menghargai keselamatan. Pikirkanlah apa artinya itu bagi orang Kristen yang menderita yang diingatkan bahwa mereka telah "dipilih dan ditetapkan oleh Allah" dan "dikuduskan oleh Roh" (1:2; RSV) dan "kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3); bahwa mereka menerima "suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu" (1:4); dan bahwa pada akhirnya mereka akan "mencapai … keselamatan" jiwa mereka (1:9). Dan demikian pula halnya dengan kita: Hidup itu kadang-kadang memang sulit. Mengingat bahwa kita telah diselamatkan, dikuduskan, disucikan, ditebus, dipilih, ditetapkan, dan dilahirkan kembali akan bisa menolong. Tetapi yang juga bisa menolong adalah mengingat bagaimana kita telah diselamatkan. Orang yang memahami bagian-bagian onderdil mobil, televisi, atau proses politik lebih menghargai hal itu dibandingkan dengan orang yang tidak memahami. Jika kita memahami semua hal yang terlibat dalam keselamatan kita, maka mau tidak mau kita lebih menghargai hal itu.
Kedua, mengakui fakta ini seharusnya melindungi kita dari kesalahan "satu penyebab" G. W. Allison membuktikan kesalahan itu dalam sebuah khotbah yang saya dengar ketika saya masih di kelas sepuluh. Ia menunjukkan bagaimana pengkhotbah-pengkhotbah yang berbeda membalik-balik halaman Alkitab mereka, meletakkan jari mereka pada satu ayat yang dipilih hampir secara acak—dan menyatakan, "Ini dia!" Yang satu menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa iman menyelamatkan kita. Ia mengatakan, "Ini dia! Kita diselamatkan oleh iman saja!" Yang lain menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa kasih karunia menyelamatkan kita dan dengan keras menyatakan," Ini dia! Kita diselamatkan oleh kasih karunia saja!" Yang lain lagi menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa harapan menyelamatkan! "Ini dia! Kita diselamatkan oleh harapan saja!" Bahkan mungkin seseorang bisa saja menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan kita (3:21). "Ini dia! Kita diselamatkan oleh baptisan saja!" Yang lainnya menemukan sebuah nas yang mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh Roh Kudus dan kemudian menyatakan, "Ini dia! Kita diselamatkan oleh Roh Kudus, dan Roh Kudus saja, demikianlah dan habis perkara!"
Tentu saja, saudara Allison melanjutkan untuk memperlihatkan kesalahan jenis penalaran itu. Ia menunjukkan bahwa semua itu tidak sepenuhnya benar, tapi sepenuhnya salah. Kita, pada kenyataannya, diselamatkan oleh kasih karunia, oleh harapan, oleh iman, oleh baptisan, oleh Roh Kudus, dan lain-lainnya, tapi tidak oleh salah satu saja dari semua hal itu. Kesalahan yang dibuat oleh para pengkhotbah itu adalah bahwa mereka mengaitkan keselamatan kepada satu penyebab, sedangkan Alkitab - mengaitkannya kepada banyak penyebab. Kita tidak bisa benar terhadap injil—kita tidak bisa memberitakan "seluruh maksud Allah" (Kisah 20:27; ESV)—jika kita memilih hanya satu penyebab saja dan berkata, "Ini dia penyebabnya!"
Daripada mencari satu penyebab keselamatan dan mengabaikan semua penyebab lainnya, kita perlu mencoba untuk melihat rencana keselamatan secara keseluruhan dan dengan demikian menemukan peranan apakah yang masing-masing penyebab itu mainkan dalam menghasilkan penebusan kita. Sebagai faktanya, semua penyebab yang disebutkan dalam pelajaran ini cocok semuanya ke dalam skema yang elegan dan teratur. Pertimbangkanlah hal-hal berikut ini:
- (A) Allah (penyebab 1) oleh rahmat-Nya, atau kasih karunia (penyebab 2), telah memilih atau menetapkan kita untuk diselamatkan.
- (B) Karena rahmat-Nya, Allah mengutus Kristus (penyebab 3) untuk menjadi Juruselamat kita.
- (C) Kristus menyelamatkan kita dengan darah-Nya (penyebab 4), yang telah menebus atau membeli kita dari belenggu dosa.
- (D) Kristus mengutus Roh Kudus (penyebab 5).
- (E) Roh Kudus menyelamatkan kita melalui Firman (penyebab 6) yang Ia telah ilhamkan, dan melalui Firman itulah kita dikuduskan.
- (F) Firman itu diberikan kepada manusia (penyebab 7) untuk menjadi sarana langsung keselamatan manusia.
- (G) Manusia merespon Firman itu dan dengan begitu menyelamatkan dirinya oleh ketaatan-Nya (penyebab 8) kepada Firman itu. Lalu, manusia disucikan.
- (H) Hasil keseluruhan rencana itu adalah bahwa kita dilahirkan kembali!
Betapa suatu rencana yang indah! Kita perlu memuji Allah setiap hari karena menyediakan itu agar kita bisa diselamatkan!
Ketiga, dengan mengakui bahwa kita diselamatkan oleh banyak hal, kita akan mengerti ada sesuatu untuk kita lakukan agar diselamatkan. Kita dapat bersukacita bahwa Allah oleh kasih karunia-Nya membuat keselamatan tersedia, bahwa Kristus dengan mencurahkan darah-Nya membuat keselamatan menjadi mungkin, bahwa Roh Kudus dengan mengilhami Firman membuat keselamatan dapat diakses, bahwa, pada kenyataannya, ke-Allahan dan semua penghuni sorga telah bekerja sama untuk membawa keselamatan kepada kita. Tapi semua itu adalah sia-sia jika kita tidak menerima karunia keselamatan dengan mematuhi Firman! Izinkan saya menekankan bahwa saya adalah penyebab keselamatan saya dan Anda adalah penyebab keselamatan Anda! Allah sudah, dalam satu pengertian, melakukan itu semua; Ia menyediakan Kristus untuk membayar harga dosa. Kematian Kristus adalah pembayaran yang lunas! Dalam pengertian lain, masih ada sesuatu bagi saya untuk dilakukan: Saya harus mengatakan ya kepada tawaran keselamatan dari Allah. Dan saya melakukan itu ketika saya percaya kepada Yesus, bertobat dari dosa-dosa saya, dan saya dibaptis ke dalam Kristus.
KESIMPULAN
Pertama Petrus 1 memiliki pesan untuk orang Kristen dan non-Kristen. Untuk orang Kristen pesan itu berbunyi: "Kamu mungkin mengalami masa-masa pencobaan, masa-masa penganiayaan dan penderitaan. Namun demikian, kamu dapat bersukacita karena kamu telah diselamatkan, disucikan, ditebus, dilahirkan kembali, melalui rencana yang rumit dan efektif. Ingatlah selalu pada fakta itu bahwa sesungguhnya kamu telah diselamatkan, dan kamu dapat bersukacita bahkan di tengah-tengah pencobaan." Untuk non-Kristen pesan itu berbunyi: "Keselamatan memiliki banyak penyebab. Keselamatan ini tersedia untuk Anda melalui kasih karunia Allah, darah Kristus, Firman yang diilhamkan oleh Roh Kudus. Tapi Anda bisa menerima itu hanya jika Anda berpaling kepada Tuhan dalam ketaatan."
Ketika seseorang bermain halma atau catur, ia kadang-kadang dalam bermain, berpaling kepada lawannya, dan berkata, "Sekarang giliranmu melangkah." Itu, pada dasarnya, adalah apa yang sekarang Allah katakan kepada Anda "Aku telah memberi engkau kesempatan untuk diselamatkan; Kristus telah mati untuk menyelamatkanmu; Roh Kudus telah mengungkapkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan untuk diselamatkan. Sekarang, giliran engkau melangkah! Sudah tiba saatnya bagimu untuk berbuat sesuatu terhadap tawaran itu." Sekarang giliran engkau melangkah. Akankah Anda merespon undangan yang penuh kemurahan dari Allah itu dengan datang kepada Dia?
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) KONSEKUENSI KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Ketika kita berpikir tentang keselamatan yang kita nikmati sebagai orang Kristen, ...
KONSEKUENSI KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Ketika kita berpikir tentang keselamatan yang kita nikmati sebagai orang Kristen, kita takjub atas keagungannya! (Lihat Ibrani 2:3). Itu adalah hal teragung yang pernah terjadi atau yang bisa pernah terjadi pada kita.
Diselamatkan berarti dipilih atau ditetapkan oleh Allah (1 Ptr. 1:2). Diselamatkan berarti dikuduskan, atau dipisahkan, atau dijadikan suci (1:2). Diselamatkan berarti dilahirkan kembali (1:3, 23). Diselamatkan berarti ditebus, dibeli kembali oleh darah Kristus (1:18, 19). Diselamatkan berarti dikuduskan, semua dosamu disucikan (1:22). Kita telah dipilih, dikuduskan, dilahirkan kembali, ditebus, disucikan! Kita memiliki sesuatu untuk disukacitakan, sesuatu untuk dinyanyikan!
Keajaiban keselamatan kita dibicarakan oleh Petrus dalam 1 Petrus 1:10-12
Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Keselamatan kita adalah luar biasa, kata Petrus, karena keselamatan itu merupakan sesuatu yang menjadi perhatian para nabi. Perhatikanlah apa yang Petrus katakan tentang nubuatan mereka: (1) Mereka bernubuat lewat pengilhaman; (2) mereka bicara tentang masa depan; (3) mereka bicara untuk kepentingan kita; (4) mereka tidak sepenuhnya memahami pesan nubuatan mereka sendiri; mereka "meneliti [dengan seksama]" keselamatan ini; (5) apa yang mereka tidak pahami telah diberitahukan kepada kita. Kita bisa memahami itu karena wahyu Allah sekarang lengkap. Sungguh luar biasa ketika kita merenungkan bahwa kita tahu lebih banyak tentang rencana dan tujuan Allah mengenai keselamatan dibandingkan dengan Yesaya, Yeremia, Elia, Musa, Yoel, Amos, atau manusia fana mana saja yang hidup sebelum gereja didirikan!
Selain itu, keselamatan kita memang mengagumkan sebab para malaikat tertarik terhadap hal itu. Para makhluk sorgawi yang tinggal di mana Allah berdiam selama ini telah memperhatikan dengan penuh minat seraya rencana Allah diungkapkan. Mereka memperhatikan ketika Nuh diselamatkan dari air bah; mereka ada di sana ketika Allah memanggil Abraham; mereka tertarik ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir; mereka mendengar janji-janji yang dibuat kepada Daud; mereka sangat ingin tahu tentang bagaimana semua itu akan menjadi kenyataan kelak. Tidak diragukan lagi mereka bersukacita ketika Yesus dibangkitkan dari antara orang mati! Tidak diragukan lagi mereka senang melihat gereja didirikan! Tidak diragukan lagi mereka senang ketika ribuan orang mentaati injil! Bahkan sekarang ini, kita dapat percaya bahwa para malaikat tertarik terhadap keselamatan kita. Ini adalah "hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat"—hal-hal yang membuat para malaikat tertarik. Betapa keselamatan yang luar biasa yang kita nikmati!
Keselamatan seperti itu sudah sepatutnya menimbulkan pelbagai konsekuensi dalam hidup kita. Itu memang benar! Dalam 1 Petrus 1:1-2:3 kita mengetahui bahwa di antara pelbagai konsekuensi itu terdapat baik upah maupun tanggung jawab.
KITA PUNYA TANGGUNG JAWAB TERTENTU
Memang wajar, tentu saja, bahwa keselamatan kita harus memiliki pelbagai tanggung jawab tertentu. Ketika Anda mencapai status baru, menerima sebuah hubungan yang baru, atau bergabung dengan sebuah organisasi, tanggung jawab selalu menemani situasi baru Anda itu. Kita sudah seharusnya mengantisipasi bahwa status baru kita sebagai orang Kristen memerlukan pelbagai tanggung jawab baru.
Buatlah diri kita siap secara mental. Petrus mengatakan dalam 1:13. "Sebab itu siapkanlah pikiranmu, sadarlah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya pada kasih karunia yang akan datang kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus" (RSV). "Menyiapkan" pikiran berarti bersiap-siap untuk bertindak. Pakaian yang longgar, yang berkibar-kibar yang kaum laki-laki kenakan pada abad pertama menjadi penghalang ketika mereka secara fisik menjadi sangat aktif—saat mereka berlari, atau bertempur, atau bekerja keras. Pada waktu itu, mereka akan mengikat ujung pakaian mereka dan memasukkannya ke dalam korset, atau ikat pinggang mereka, dan barulah mereka siap beraksi. Jadi "menyiapkan pikiranmu" berarti waspada secara mental, terjaga, siap untuk beraksi! Apakah yang dibutuhkan untuk siap secara mental? Antara lain, itu mengharuskan kita "sadar." Menjadi sadar berarti tidak mabuk; tetapi itu juga berarti menjadi stabil, berwatak sadar, berkepala dingin, mungkin mengendalikan diri. Selanjutnya, untuk siap secara mental, kita perlu memiliki harapan yang sepenuhnya diletakkan "pada kasih karunia yang akan datang kepadamu." Jadi tanggung jawab utama kita sebagai orang Kristen adalah membuat pikiran kita disetel kepada panjang gelombang radio yang tepat: untuk waspada secara rohani, terjaga, siap; menjadi stabil, berkepala dingin, serius tentang keselamatan kita; meletakkan sepenuhnya pengharapan kita pada keselamatan kekal kita yang akan datang; menjadi sangat tertarik, dan sangat peduli, untuk pergi ke sorga.
Menjadi kudus. Dengarkan 1Petrus 1:14-17
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Menjadi "kudus" adalah dikuduskan, dipisahkan, didedikasikan untuk pelayanan Allah. "Kudus" sekarang ini, bagi kebanyakan orang, memiliki konotasi negatif. Kita hampir tidak pernah menggunakan kata itu kecuali dalam arti yang buruk. Kita bicara tentang orang-orang yang "anggap dirinya lebih suci daripada orang lain." Kita tidak akan berpikir untuk memuji seseorang dengan mengatakan bahwa ia adalah orang yang "kudus." Namun demikian, kita harus menjadi kudus! Dan nas ini memberitahu kita bagaimana dan mengapa. "Bagaimana"nya ditemukan dalam ayat 1 Petrus 1:14 dan 1 Petrus 1:17 : (1) Untuk menjadi kudus, pisahkanlah dirimu dari kenajisan dunia, "jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu" (2) Untuk menjadi kudus, milikilah sikap hormat—pemahaman bahwa Allah selalu hadir yang membuat Anda menghormati nama-Nya dan pribadi-Nya. Ini mungkin apa yang Petrus maksudkan ketika ia mengatakan, "hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini." Dan nas itu juga memberitahu kita tentang mengapa. Karena kita adalah anak-anak Allah! Kita adalah "anak-anak yang taat!" Kita taat untuk menjadi anak-anak (1:22); sekarang kita harus terus taat. Selain itu, kita, sebagai anak-anak, harus mencoba menjadi seperti Bapa kita. Karena Ia adalah kudus, maka kita harus menjadi kudus. Dan sebagaimana anak-anak takut, hormat, atau menghormati ayah mereka, maka kita menghormati Dia. Jadi tanggung jawab pertama kita adalah membuat diri kita siap secara mental; yang kedua adalah menyucikan diri kita dari kenajisan dunia.
Mengasihi. Untuk persyaratan ini, lihat 1:22. "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu." Perhatikankah bahwa kita sudah diselamatkan "untuk kasih persaudaraan yang tulus ikhlas"; itu adalah maksud dan tujuan perubahan hidup kita. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa kita hidup sesuai dengan panggilan yang luhur itu; kita harus saling mengasihi—bukan separuh hati, tetapi dengan sungguh-sungguh; bukan hanya di mulut saja, tapi "dari hati."
Saya menduga bahwa ayat pertama dari pasal kedua harus juga dibahas di bawah tanggung jawab untuk "mengasihi satu sama lain." Itu terkait dengan dilahirkan kembali dan mengikuti pembahasan 1:22-25, di mana kita menemukan perintah "saling mengasihi dengan segenap hatimu." Selanjutnya, perintahnya itu peduli dengan bagaimana kita memperlakukan satu sama lain, dan itu adalah kepedulian perintah untuk mengasihi. Dengarkanlah kemudian 2:1: "Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah." Ini bisa membantu kita untuk memahami apa artinya "saling mengasihi." Jika kita saling mengasihi, kita tidak akan memendam kedengkian dalam hati kita; kita tidak akan menipu atau berbohong; kita tidak akan munafik; kita tidak akan iri atau dengki terhadap orang lain; dan kita tidak akan memfitnah mereka.
Apa sajakah tanggung jawab kita sebagai orang Kristen? Pertama, menyiapkan mental; kedua, menyingkirkan keduniawian; dan ketiga, mengasihi. Tanpa bersikap mengasihi, tidak ada cara kita bisa benar-benar menjadi orang Kristen.
Merasa lapar untuk tumbuh sebagai orang Kristen. Perhatikanlah 2:2, 3: "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan." Allah tidak mengharapkan kita untuk sepenuhnya dewasa saat kita baru menjadi orang Kristen, tetapi Ia memang mengharapkan kita untuk tumbuh setelah kita dilahirkan kembali. Beberapa orang Kristen sangat mirip sekali seperti anak kecil yang ditanya mengapa ia jatuh dari tempat tidur pada suatu malam. Ia menjawab, "Saya kira saya tidur terlalu dekat dengan tepi tempat tidur." Beberapa orang Kristen tinggal dekat dengan tempat mereka masuk ke dalam gereja. Mereka tidak tumbuh.
Tapi bagaimana kita bertumbuh? Petrus memberitahu kita. Kita bertumbuh dengan mengembangkan rasa lapar rohani! Jika seorang anak lapar, maka anak itu makan, dan ia tumbuh. Jika kita lapar secara rohani , maka kita akan makan, dan kita akan tumbuh! Jenis rasa lapar apakah itu? Itu adalah rasa lapar terhadap Firman Allah. Itu adalah rasa lapar terhadap makanan rohani. Itu adalah rasa lapar yang mendalam dan sungguh-sungguh, seperti rasa lapar yang dirasakan oleh bayi yang baru lahir yang merindukan susu ibunya. Dan itu adalah rasa lapar yang timbul dari rasa kebaikan Allah sebelumnya. Karena kita telah dilahirkan kembali oleh Firman Allah, kita harus ingin sekali mempelajari Firman-Nya sehingga kita bisa terus diberkati olehnya.
Dan kita ingin menekankan bahwa jika kita lapar, kita akan makan—kita akan mempelajari Firman—dan kita akan tumbuh. Oleh karena itu, jika Anda tidak tumbuh, itu bukan kesalahan pengkhotbah, penatua, diaken, atau guru kelas Alkitab. Ini kesalahan Anda sendiri—Anda tidak cukup lapar! Hal itu digambarkan kepada saya oleh sepasang orang Kristen di Australia—Val dan Graeme Wicks. Kami membaptis Val ketika ia seorang juru masak di sebuah kamp peternakan, sekitar 97 kilometer jauhnya dari perkampungan petani di sebuah fasilitas (peternakan) dan sekitar 483 kilometer di sebelah utara Alice Springs. Dengan kata lain, ia tinggal di tengah pedalaman, yang berkilo-kilometer jauhnya dari mana saja. Tiga minggu kemudian suaminya dibaptis. Selama beberapa tahun, sementara mereka menetap dan bekerja di fasilitas peternakan di tengah-tengah Australia, mereka hampir tidak memiliki persekutuan dengan orang-orang Kristen lainnya, tidak ada kesempatan untuk beribadah di sebuah jemaat yang mapan. Namun ketika kami mendapat kesempatan untuk mengunjungi mereka dua atau tiga tahun kemudian, kami menemukan bahwa mereka telah tumbuh jauh lebih pesat daripada orang-orang Kristen yang disuapi yang dengan siapa kami sedang bekerja di Sydney. Bagaimana bisa mereka tumbuh sepesat ini? Mereka tidak punya pengkhotbah, tidak punya sistem sekolah Alkitab. Mereka punya Alkitab! Mereka lapar! Jadi mereka membaca, mempelajari, dan tumbuh. Jika mereka bisa tumbuh tanpa bantuan orang lain, maka orang Kristen yang punya kesempatan istimewa untuk mendatangi jemaat-jemaat yang memiliki program pendidikan yang baik dapat tumbuh—jika mereka mau! Itu tergantung pada apakah Anda lapar atau tidak.
Jadi salah satu konsekuensi menjadi orang Kristen adalah bahwa Anda harus punya pikiran yang siap, Anda harus mencoba untuk menjadi kudus, Anda harus saling mengasihi, dan Anda harus mengembangkan rasa lapar yang kuat terhadap Firman Allah. Apakah itu perintah yang sulit? Mengapa ada orang yang peduli? Jawabannya adalah: karena adanya upah dan janji-janji yang disediakan kepada anak-anak Allah.
KITA MEMILIKI UPAH YANG PASTI
Kita menerima perlindungan dari Allah. Petrus mengatakan, "[Kamu] dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1:5). Kita memiliki musuh besar, setan (5:8). Kita tidak dijanjikan mendapat perlindungan dari pencobaan atau penganiayaan, tapi kita dijanjikan bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:35-39). Kita dijanjikan bahwa Roh akan menguatkan kita (Efesus 3:16). Kita dijanjikan bahwa Firman Allah dapat membangun kita (Kisah 20:32). Terutama, kita dijanjikan bahwa Allah tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui apa yang dapat kita tanggung (1 Korintus 10:13). Iman kita sendiri, yang berasal dari Allah melalui Firman-Nya, adalah perlindungan kita (1:5; Efesus 6:16).
Kita memiliki harapan yang hidup. Petrus berkata: "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3). Kita semua butuh harapan untuk hidup. Di dalam Kristus, kita memiliki harapan—bukan hanya bahwa segala hal mungkin bertambah baik dalam hidup ini, tetapi bahwa kita akan pasti hidup selamanya dengan Allah. Itulah harapan kita yang hidup!
Kita memiliki warisan yang tidak dapat binasa. Dengarkanlah Petrus: "Rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu" (1:3, 4). Misalkan Anda memiliki ayah jutawan dan mewariskan hartanya kepada Anda. Kita memiliki lebih daripada itu: Allah semesta adalah Bapa kita. Dan dari Dia kita memiliki warisan yang lebih besar daripada satu miliar rupiah. Apa saja yang bersifat duniawi yang Anda terima sebagai warisan adalah fana, cemar, dan pada akhirnya akan memudar. Tapi kita memiliki warisan yang "yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu"! Siapakah yang sanggup meminta lebih banyak lagi?
Dengan menyimpulkan semuanya, kita menerima keselamatan kita yang tertinggi. Dalam 1:5. Petrus mengatakan kita "dipelihara … [untuk] keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir."
Dan dalam 1:9, 10, kita membaca: "Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu." "Keselamatan" apakah ini yang kita belum dapatkan? Di satu sisi, kita telah diselamatkan. Tapi keselamatan kita sekarang hanyalah pendahuluan, contoh, dari apa yang nanti kita akan terima. Jadi keselamatan adalah masa depan, dan juga masa kini. Upah terakhir, oleh karena itu, adalah keselamatan kekal—rumah di sorga selama-lamanya!
Mari kita perhatikan bahwa dalam 1 Petrus, upah yang disebut berada dalam kehidupan di luar kehidupan ini. Petrus tidak menjanjikan kenyamanan, kekayaan besar, atau tidak adanya masalah dalam hidup ini. Ia memang menjanjikan kepada orang Kristen yang teraniaya bahwa, apa pun yang terjadi dalam hidup ini, pada akhirnya nanti ada upah sedangkan semua masalah duniawi memudar menjadi tidak penting. Ia tahu bahwa orang-orang Kristen ini mungkin akan terus dianiaya dan bahkan mungkin mati karena iman; tapi mereka bisa melihat kepada kekekalan untuk upah yang akan membuat semua itu berharga. Jadi bisa kita!
KESIMPULAN
Orang Kristen, apakah Anda sadar betapa besarnya kehormatan yang Bapa telah limpahkan kepada Anda? Anda telah dibeli dengan harga yang mahal. Anda sedang mengalami keselamatan yang besar. Anda punya harapan yang besar. Dan Anda juga punya tanggung jawab yang besar dan janji-janji yang besar. Apakah Anda hidup sesuai dengan tanggung jawab itu? Apakah Anda bersukacita dalam janji-janji itu?
Temanku, jika Anda bukan orang Kristen, mengapa tidak menjadi orang Kristen? Tanggung jawab mungkin membuat Anda ragu, tapi pertimbangkanlah upahnya. Apakah Anda ingin keselamatan tertinggi—sorga? Saya percaya Anda bersedia mematuhi Tuhan dan hidup sesuai dengan tanggung jawab orang Kristen sehingga Anda bisa memiliki janji-janji itu. Anda tidak dapat memiliki upah itu tanpa melaksanakan tanggung jawab itu.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus: Kata Pengantar
Mau tidak mau seorang penulis mencerminkan waktu di mana ia hidup. Bahkan jika ia menawarkan kebenaran yang kekal, ia menaw...
1 Petrus: Kata Pengantar
Mau tidak mau seorang penulis mencerminkan waktu di mana ia hidup. Bahkan jika ia menawarkan kebenaran yang kekal, ia menawarkannya dalam konteks dunia di mana ia hidup. Semua hal yang seorang penulis tulis pada tingkatan tertentu akan mencerminkan dunianya, tetapi jika dokumen yang ia hasilkan merupakan sebuah surat, harapan meningkat bahwa kata-kata penulis itu akan mencerminkan dunia di mana ia dan para pembaca awalnya hidup. Dalam sebuah surat, orang biasanya mengharapkan seorang penulis dan penerima surat yang ia kirimkan berbagi pengalaman dan kebiasaan yang sama, mengenal tempat dan orang-orang yang sama. Oleh karena itu, para pembaca yang pertama tidak akan perlu, atau setidaknya hanya perlu sedikit, merefleksikan dunia dan pengalaman penulis itu. Namun begitu, untuk para pembaca berikutnya-para pembaca yang kedua yang tidak mengenal baik penulis maupun penerima pertama surat itu secara pribadi -masalahnya akan berbeda.
Semakin jauh para pembaca yang kedua terpisah dalam waktu dan ruang dari lingkungan yang menghasilkan surat itu, semakin pasti mereka perlu membuat upaya secara sadar untuk memahami dunia yang penulis dan para pembaca pertamanya itu hidup bersama. Itu berlaku terhadap surat apa saja, kuno atau moderen, terilham atau tidak terilham. Ketika para pembaca moderen mendekati 1 Petrus, mereka membacanya dalam lintasan akumulasi waktu berabad-abad dan batas-batas budaya yang tak bisa dihindari. Oleh karena itu, pemahaman kita tentang surat itu akan diperkaya ketika kita mengenal penulisnya, kapan ia hidup, dan apa yang menggerakkan dia untuk menghasilkan dokumen yang ada di tangan kita.
Kita melontarkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini kepada teks 1 Petrus: Jenis hubungan apakah yang penulis ini miliki dengan para pembaca yang pertama yang ia harapkan untuk membaca kata-katanya? Keadaan apakah yang menyebabkan penulis itu menyurati orang-orang tertentu ini pada waktu tertentu ini? Keyakinan agama apakah yang menonjol dari penulis itu, para pembaca yang pertama, dan budaya sekitarnya? Hal-hal apakah yang menonjol dalam latar belakang sosial dan kebiasaan masyarakat itu? Bahasa apakah yang penulis itu dan para pembacanya komunikasikan?
Bagaimanakah orang-orang dari dunia mereka mencari nafkah? Di bawah pemerintah apakah mereka hidup? Jenis lembaga sosial apakah yang mereka berbagi? Masing-masing pertanyaan ini menimbulkan segudang masalah yang sama.
Jika kita harus memahami dokumen apa saja yang datang kepada kita dari waktu dan tempat yang sangat jauh, maka perlu untuk menyelidiki jenis informasi ini. Oleh karena sifatnya yang personal, penyelidikan itu secara khusus sangat penting ketika dokumen itu adalah sebuah surat. Meski 1 Petrus bersifat lebih formal, dikarang dengan lebih hati-hati daripada yang kita harapkan dari sebuah surat biasa, bagaimanapun itu adalah tetap surat. Sampai tahapan itu kita sepenuhnya terlibat dengan dunia yang penulis 1 Petrus dan orang-orang yang ia surati itu berbagi-hingga pada tingkatan kita akan dapat memahami apa yang Petrus ingin mereka pahami. Ketika kita sudah memahami apa yang diharapkan dari mereka untuk dipahami, kita akan sudah mengambil langkah penting untuk menilai cara-cara yang dalam mana surat itu ditujukan untuk mengajar orang-orang Kristen sekarang ini.
SEBUAH SURAT
Pertama Petrus adalah sebuah surat, meski beberapa orang berpendapat sebaliknya. Beberapa sarjana berpendapat bahwa bagian-bagian penting dokumen itu awalnya ditulis, bukan sebagai sebuah surat, tetapi sebagai buku pedoman instruksi. Buku itu, menurut teori itu, ditulis di Roma untuk kepentingan para mualaf baru Kristen. Pertama Petrus, dikatakan, pada awalnya adalah dokumen yang menjelaskan apa artinya menjadi orang Kristen. Beberapa orang berpendapat bahwa 1 Petrus awalnya ditulis sebagai panduan bagi para mualaf baru yang mengarah kepada upacara pembaptisan.1Belakangan, menurut teori itu, beberapa orang Kristen yang saleh menyadur dokumen itu ke dalam bentuk surat, menempatkan nama rasul Petrus pada surat itu, dan mendistribusikannya kepada khalayak luas. Terus terang saja, teori itu tidak pernah mendapat dukungan di antara para sarjana konservatif Alkitab. Sejalan dengan waktu, kebanyakan sarjana liberal menolak teori itu juga. Alasannya tidaklah sulit untuk ditemukan.
Bila pertanyaan tentang pengilhaman dikesampingkan, maka sulit untuk membayangkan apa yang akan sudah memotivasi orang mana saja untuk menyamarkan sebuah dokumen yang berisi perintah atau upacara baptisan yang berasal di Roma sebagai surat dari Petrus, dan kemudian mengirimkannya kepada gereja-gereja yang tersebar di seluruh Asia Kecil. Jika orang yang mengirimkan 1 Petrus menghendaki para pembaca yang pertama menggunakan surat itu sebagai panduan untuk upacara baptisan, maka orang bertanya-tanya mengapa ia menyamarkan panduan itu sebagai sepucuk surat. Bagaimana orang atau orang-orang yang mengirim surat itu mengharapkan para pembaca yang pertama mengenali bahwa apa yang tampaknya sebagai surat, pada kenyataannya, adalah upacara baptisan yang disamarkan? Mereka yang sudah mengedepankan teori itu tidak menyediakan penjelasan yang memuaskan.
Salam, dorongan, dan kata-kata hiburan, pengingat, dan kesimpulan dari 1 Petrus semuanya adalah bentuk yang umum ditemukan di dalam surat-surat kuno. Selain itu, tradisi kuno gereja tidak tahu apa-apa tentang 1 Petrus kecuali dalam bentuk surat yang mana surat itu telah sampai kepada kita. Tidak ada alasan untuk percaya 1 Petrus pernah terlihat menjadi apa saja selain surat. Namun begitu, siapa saja yang menduga 1 Petrus berasal sebagai dokumen pembaptisan atau katekisasi telah mencetuskan buah tertentu yang tak terduga. Hal itu telah menarik perhatian kepada pentingnya baptisan dalam kesadaran pemahaman diri orang Kristen.
Memang benar bahwa ketika umat Kristen mula-mula diingatkan tentang pengalaman perubahan hidup mereka, baptisan mereka khususnya, hal itu menawarkan mereka sumber dorongan dan motivasi yang terus-menerus untuk kehidupan yang setia, saleh. "Permandian kelahiran kembali," dengan menggunakan kata-kata Paulus (Titus 3: 5), memiliki kaitan yang jauh lebih besar dengan pesan Petrus daripada yang umumnya diakui oleh para penafsir moderen. Itu memang benar bahkan jika tidak ada bukti dokumen bahwa awalnya itu adalah panduan untuk upacara baptisan. Sudah bisa diduga bahwa Petrus tentunya membuat beberapa acuan kepada perubahan hidup/baptisan para pembacanya (1:3, 23; 2:1, 2; 3:21). Petrus atau para pembaca awalnya sudah tentu memikirkan perubahan hidup mereka kepada Kristus dengan memikirkan juga baptisan mereka.
KESATUAN SURAT ITU
Penting untuk bertanya apakah 1 Petrus merupakan dokumen terpadu atau bukan, yaitu, apakah dokumen itu ditulis oleh seorang penulis untuk suatu kesempatan atau bukan. Pelbagai pertanyaan yang diajukan tentang kesatuan kitab itu biasanya berkisar pada 1 Petrus 4:12. Pertama Petrus 4:11 adalah doksologi, pernyataan pujian, seperti yang biasa terjadi pada akhir sebuah surat, atau setidaknya hampir di akhirnya. Selain itu, gambaran tentang penderitaan para pembaca di dalam 4:12-19 adalah lebih panjang dan mungkin lebih kuat daripada yang ditemukan di tempat lain di dalam kitab itu. Beberapa orang bersikeras bahwa satu-satunya bagian 1 Petrus yang dimulai sebagai surat asli adalah 4:12-5:14. Beberapa waktu kemudian, menurut pendapat itu, seseorang melampirkan 4:12-5:14 kepada dokumen baptisan yang didalilkan yang digambarkan sebelumnya dan mengirimkannya atas nama rasul Petrus.
Kasus bahwa 1 Petrus dimulai sebagai fragmen-fragmen dan potongan-potongan adalah tidak benar ketika diteliti dengan seksama. Pertama, tidak ada aturan bahwa doksologi hanya dapat terjadi di akhir sebuah dokumen. Paulus menulis salah satu doksologinya yang paling indah dalam 1 Timotius 6:15, 16, dan kemudian melanjutkan suratnya. Di pertengahann kitab Efesus, Paulus berhenti sejenak untuk mempersembahkan sebuah doksologi pujian (Efesus 3:20, 21).Selanjutnya, meski gambaran tentang penderitaan dalam 1 Petrus 4:12-19 memang sangat kuat, sebelumnya dalam surat itu rasul itu menyinggung penderitaan yang sangat berat ketika ia menulis bahwa iman para pembacanya telah "diuji oleh api" (1:7).
Anggapan bahwa 1 Petrus asalnya sebagai dua dokumen atau lebih yang dilebur bersama untuk memiliki tampilan satu surat adalah didasarkan pada argumentasi yang subjektif. Tidak ada alasan yang kuat untuk menerimanya sebagai benar. Ada kemungkinan bahwa Petrus menambahkan 4:12-5:14 kepada suratnya setelah ia mengetahui terjadinya penderitaan baru di antara para penerima suratnya, tapi bahkan itu juga tidak pasti. Jika 4:12-5:14 ditambahkan oleh rasul itu pada pembahasan kedua ketika ia menerima informasi baru, hal itu hampir tidak mengurangi kesatuan karya itu.
WAKTU SURAT ITU
Untuk memahami sebuah surat hampir tidak ada faktor yang lebih penting selain memiliki pengertian mengapa penulis menulis surat itu. Mengapakah Petrus menulis surat itu? Kondisi menonjol apakah yang terdapat di tengah-tengah para pembaca pertamanya yang mendorong dia untuk menulis? Pembacaan yang cermat atas teks 1 Petrus, ditambah dengan informasi sejarah dari luar Alkitab, dapat membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Pembacaan yang seksama atas lima pasal yang pendek itu mengarah kepada pengamatan yang penting: Penderitaan para pembacanya memiliki banyak kaitan dengan alasan rasul itu menulis. Penderitaan, pada kenyataannya, mengalir seperti benang kirmizi di sepanjang surat itu.
Kita akan lebih mengeksplorasi tanggal penulisan 1 Petrus setelah ini, tetapi untuk sekarang ini kita akan katakan bahwa Petrus mungkin menulis surat ini pada pertengahan tahun 60an di abad pertama. Bila itu benar, ada kemungkinan bahwa beberapa dari para pembacanya telah menjadi orang Kristen selama satu dekade atau lebih. Seiring waktu mereka telah melihat beberapa dari kelompok mereka berpaling dari Kristus. Selain itu, mereka yang tetap setia tidak bernasib baik. Beberapa orang menjadi berkecil hati; iman mereka goyah. Petrus menulis untuk membantu para pembacanya menyatukan penderitaan ke dalam pengalaman Kristen mereka. Kita tidak punya penjelasan yang mudah untuk penderitaan yang mereka hadapi, tapi penting bagi mereka untuk menyadari bahwa Allah sedang melakukan kehendak-Nya di dunia ini. Rasul itu cukup berani untuk menyarankan bahwa, dalam beberapa kasus, penderitaan telah terbukti menjadi sekutu bagi kerohanian. Seperti logam mulia, para pembacanya itu telah diuji oleh api dan telah keluar dengan murni dan sempurna (1:7).
Rasul itu khawatir karena saudara-saudari Kristennya sedang membayar harga yang tinggi untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan. Tidak ada keraguan dalam pikirannya tentang kemampuan Allah untuk mencegah penderitaan. Mengapa Allah tidak mencegahnya adalah tersembunyi dalam misteri Allah melakukan kehendak-Nya. Meski Allah tidak menyebabkan penderitaan, Ia sanggup melaksanakan pelbagai maksud-Nya melalui penderitaan. Allah mampu menguasai pemberontakan manusia dan dosa, bahkan sampai pada titik bahwa penderitaan di tengah-tengah orang saleh mengerjakan pelbagai maksud ilahi. Penderitaan Yesus telah memberi contoh (2:21; 3:17, 18; 4:13). Karena Tuhan menderita, siapakah yang akan berpikir aneh bahwa umat-Nya juga harus menderita?
Empat kali dalam perjalanan surat itu, Petrus secara langsung menyinggung penderitaan para pembacanya (1:6-9; 3:13-17; 4:12-19; 5:9, 10). Kata-kata itu tampaknya tidak menunjukkan bahwa orang-orang percaya sedang dipenjarakan dan disiksa. Sebaliknya, mereka tampaknya sedang dilukai di bawah kebencian yang tak diduga, intoleransi, dan fitnah dari para tetangga non-Kristen, atau mungkin dari dalam keluarga mereka sendiri. Petrus tidak pernah menyebutkan sifat penderitaan yang sedang dialami oleh para pembacanya, tetapi ada beberapa petunjuk. Dalam 2:12 dan 3:16, ia mendesak mereka untuk menjalani kehidupan yang terhormat, jujur sehingga ketika mereka difitnah maka para penuduh mereka itu akan menjadi malu. Yang tersirat adalah bahwa sebagian penderitaan mereka adalah fitnah yang mereka terima dari orang-orang yang tidak percaya. Dalam 4:4, ia mengatakan bahwa para tetangga mereka yang bukan orang percaya terkejut karena orang Kristen telah berpaling dari perilaku kafir mereka. Oleh karena ini, para tetangga mereka itu memfitnah mereka.
Penderitaan langsung para pembaca Petrus itu tampaknya tidak sampai mengancam nyawa, tampaknya juga tidak berasal dari penguasa resmi, sipil. Namun, ada beberapa petunjuk dalam surat itu bahwa penganiayaan dari pejabat pemerintah sudah di ambang pintu. Ketika Petrus mendesak para pembacanya untuk menghormati penguasa (2:13-17), ia mungkin sedang membahas masalah nyata. Beberapa orang Kristen mungkin sudah bersikap menghina kekuasaan Romawi. Agama Kristen adalah baru. Para penguasa mungkin sedang memeriksa orang-orang percaya dan menyalahkan mereka atas setiap kemalangan atau kejahatan yang terjadi. Pada zaman kuno, seperti dalam dunia moderen, agama baru sangat mungkin dipandang dengan kecurigaan.
Tidak ada bukti yang banyak bahwa pada waktu mula-mula ini birokrasi resmi di Roma banyak memperhatikan agama Kristen. Dalam tingkatan apapun penganiayaan atas orang Kristen datang dari para pejabat pemerintah, mereka kemungkinan besar adalah para hakim kota setempat, bukan kaisar atau wali negeri. Para pejabat lokal mungkin mempersulit orang Kristen untuk menjual produk mereka di pasar atau untuk berpartisipasi dalam pelbagai kegiatan sipil. Hukuman ekonomi dan sensor sosial sudah cukup untuk menjadikan orang Kristen sebagai pusat perhatian. Mereka yang memakai nama-Nya tahu bahwa ada harga yang harus dibayar. Petrus menulis untuk memberikan orang Kristen sumber daya rohani yang mereka butuhkan untuk menangani perlakuan memalukan yang mereka sedang alami. Ia menulis untuk menyiapkan mereka bagi pelbagai pencobaan yang bahkan lebih sulit yang mereka bisa hadapi di masa depan.
Selain penderitaan Kristen, pembacaan dengan cermat 1 Petrus mengungkapkan tema lain yang tidak pernah jauh dari pikiran penulis itu. Itu adalah tema yang terkait dengan penganiayaan dan penderitaan, tema yang bergema di seluruh Perjanjian Baru. Rasul itu menghimbau kepada iman para pembacanya bahwa kedatangan Tuhan dan pemuliaan mereka sudah dekat (1:5, 7, 13; 2:12; 4:7, 13; 5:1, 4, 10). Kejahatan apapun yang mereka alami akan dibalaskan. Tuhan akan datang kembali sebagai Hakim di dunia dan sebagai Pembela mereka. Petrus menulis untuk memperbaharui harapan para pembacanya (1:13). Keyakinan kepada kedatangan Tuhan harus menjadi sumber kekuatan yang mereka butuhkan untuk menghadapi kesukaran yang menyertai iman mereka (3:14). Dua tema yang menyatu dari 1 Petrus adalah penderitaan para pembaca yang pertama dan kedatangan Tuhan yang diantisipasi. Ketika Tuhan kembali, harapan akan terwujud dan sukacita menjadi sempurna (1:6-9).
Alasan mengapa Petrus menulis dapat disimpulkan sebagai berikut: Ia ingin meyakinkan kembali orang Kristen bahwa mereka diberkati ketika mereka mampu untuk berbagi dalam penderitaan Kristus (4:14, 16). Penderitaan harus diantisipasi.
Mereka bisa bertahan karena mereka mengetahui sesuatu yang dunia tidak ketahui; yaitu, Yesus akan datang lagi sebagai Tuhan dan Hakim (lihat 1:17; 4:17). Ketika Ia kembali mereka akan berbagi segala berkat dengan orang-orang yang ditebus. Petrus meyakinkan para pembacanya bahwa, "sebagai hasil iman [mereka]," mereka akan mendapat "keselamatan jiwa [mereka]" (1:9). Seperti Paulus, bagi Petrus, "penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Roma 8:18).
Berkembang dari dua tema utama ini, Petrus menyinggung hal-hal lain yang sangat penting bagi kehidupan orang Kristen. Ia khawatir penderitaan bisa menelurkan sinisme. Sinisme, pada gilirannya, bisa mengarahkan orang Kristen untuk memperlakukan dunia dengan cara yang sama dunia memperlakukan mereka. Rasul itu secara berulang kembali lagi kepada nasihat bahwa mereka harus menjalani kehidupan yang kudus dan baik, jangan pernah menyerah kepada perilaku jahat (2:12; 3:8, 9, 17, 4:3, 15). Orang Kristen menghadapi kebohongan dan penipuan dengan kejujuran secara terbuka. Mereka harus menjawab kebencian dan ejekan dengan kelembutan dan kebaikan (3:9). Jika penderitaan harus datang, Petrus mendorong, semoga itu tidak pernah terjadi oleh karena orang Kristen berbuat tidak adil (3:17; 4:15). Kebaikan, ketundukan, dan pelayanan adalah sifat-sifat yang mereka harus miliki sehingga kebencian dan intoleransi dunia harus jangan menghilangan sifat-sifat itu dari kehidupan mereka. Rasul itu ingin para pembacanya mengingat bahwa mereka adalah orang-orang kudus (1:14-16; 2:9), batu hidup dalam bait Allah, (2:5). Kekudusan adalah ukuran keberha-silan mereka dalam meniru kehidupan yang Yesus pernah jalani. Yesus adalah pola, uJpogrammo/ß (hupogrammos), dalam segala masalah kehidupan. Tidak ada dosa di bibir-Nya; ketika manusia mencaci Dia, Ia tidak mencaci balik (2:21-23). Harus tidak boleh ada dosa di bibir orang percaya; ketika orang-orang mencaci mereka, mereka tidak boleh mencaci balik.
PENULIS SURAT ITU
Dalam kitab-kitab Injil, Simon Petrus terlihat menonjol. Tak satu pun dari para rasul lainnya itu, bahkan juga tidak "murid yang dikasihi Yesus" (Yohanes 21:7), memiliki tempat yang bisa dibandingkan dengan Petrus dalam kisah Yesus. Nama "Petrus" itu sendiri muncul sekitar tujuh puluh kali dalam kitab-kitab Injil. Dalam 26 tempat tambahan , terutama dalam Injil Yohanes, nama "Simon" dan "Petrus" muncul bersama. Tujuh belas kali rasul itu hanya disebut Simon, dan sekali dalam Injil ia disebut Kefas (Yohanes 1:42). Sebaliknya, nama rasul Yohanes hanya disebut sekitar dua puluh kali. Tidak ada orang di luar Yesus sendiri yang memiliki peran besar dalam Injil seperti yang Petrus miliki.
Orang Kristen tidak pernah bosan menceritakan kisah tentang dirinya yang dicatat dalam kitab-kitab Injil, tentang nasihat buruknya yang diucapkan dengan tergesa-gesa, tentang imannya yang goyah, tentang kemanusiaannya yang sederhana, tentang kepercayaannya yang disesali. Adalah Petrus yang mulai berjalan menuju Tuhan di atas air, tetapi dengan iman yang goyah (Matius 14:28-33). Di Kaisarea Filipi, Petrus punya keberanian untuk mengakui, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup" (Matius 16:16), meski ia menerima teguran keras tak lama kemudian (Matius 16:23). Petrus ada di sana ketika mereka mengadili Tuhan. Ketika diberi kesempatan untuk mengakui Tuhannya, ia menyangkal bahwa ia pernah mengenal Yesus dari Nazaret (Matius 26:69-75). Cerita-cerita tentang Petrus menginspirasi orang-orang percaya sekarang ini seperti halnya pada abad-abad yang lalu.
Kita belum selesai dengan Petrus ketika kitab-kitab Injil telah selesai ditulis. Dalam pasal-pasal awal kitab Kisah, kita menemukan seorang rasul yang sudah berubah yang membuka jalan pada Hari Pentakosta. Ia memberitakan khotbah injil yang pertama yang tercatat dalam kitab ini, membuka pintu-pintu kerajaan bagi orang-orang Yahudi (Kisah 2:14-36; lihat Matius 16:19). Di luar ini, ia yang pertama kali membuka pintu iman bagi bangsa-bangsa non-Yahudi dengan berkhotbah kepada seluruh isi rumah tangga Kornelius (Kisah 10; 11). Kemenonjolannya dalam gereja mula-mula, integritas kesaksiannya, dan konfrontasinya yang berani dengan lawan-lawan Yahudi mengingatkan kita kepada kuasa yang Yesus berikan ke atas kehidupan murid-murid-Nya. Dalam kitab Kisah kita melihat hikmat Yesus dalam menamakan orang ini "Petrus" atau "Kefas" (Yohanes 1:42), kata-kata dalam bahasa Yunani dan bahasa Aram yang masing-masing berarti "Batu Karang." Selama rentang waktu sekitar tiga tahun Yesus telah mengubah seorang nelayan yang terombang-ambing menjadi menara kekuatan. Itu bukan hanya terdapat dalam kisah Yesus tetapi juga dalam kisah-kisah dari gereja mula-mula yang dicatat dalam kitab Kisah bahwa pribadi Simon Petrus mendominasi cerita itu.
Dengan mengingat pentingnya Petrus dalam kitab-kitab Injil dan kitab Kisah, maka aneh bahwa dua surat rasul itu kadang-kadang dikesampingkan, hampir dilupakan di antara dokumen-dokumen Perjanjian Baru.2Diapit antara kitab Ibrani dan kitab Wahyu, Surat-Surat Kiriman Umum (Surat-Surat Umum, sebagai sebutan alternatif kita) Yakobus, Petrus, Yohanes, dan Yudas cenderung hilang. Mungkin kekuatan surat-surat Paulus dan peran besar yang surat-surat itu mainkan dalam mendefinisikan doktrin Kristen yang membuat surat-surat Petrus relatif diabaikan. Apapun alasan pengabaian itu, 1 Petrus merupakan bagian penting dari warisan Kristen kita. Mempelajari surat ini dengan penuh doa tidak akan pernah gagal untuk memperkaya iman Kristen. Pesan surat itu melampaui dunia abad pertama yang menghasilkannya.
Kata-kata pembukaan surat itu mengidentifikasi penulis itu sejelas yang bisa kita harapkan. Surat itu dari "Petrus, rasul Yesus Kristus." Atas dasar kesaksian ini dan saksi umum gereja abad kedua, hanya sedikit yang meragukan bahwa Petrus yang sama yang kita jumpai dalam kitab-kitab Injil dan dalam kitab Kisah adalah penulis surat itu yang menyandang namanya.3Seperti yang diharapkan, ada orang-orang yang meragukan, namun bukti yang mendukung pernyataan bahwa Simon Petrus adalah penulis surat itu lebih banyak lagi.
Mereka yang meragukan kepengarangan Petrus atas surat itu berpendapat bahwa kualitas sastranya yang sangat baik adalah lebih baik daripada yang kita akan harapkan dari seorang nelayan Galilea. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa surat itu mencerminkan keadaan perkembangan di dalam gereja setelah pertengahan tahun 60an ketika Petrus mati di Roma.4Selain itu, beberapa orang berpendapat bahwa jika rasul Petrus adalah penulisnya maka ia pasti telah menyelingi himbaunnya itu dengan pelbagai acuan kepada hubungan pribadinya dengan Tuhan.
Memang benar bahwa naskah Yunani untuk 1 Petrus merupakan beberapa yang terbaik dalam Perjanjian Baru. Namun begitu, kita seharusnya jangan mengabaikan fakta bahwa Petrus mengakui Silwanus/Silas sebagai juru tulisnya atau amanuensis (5:12). Silas pertama kali diperkenalkan dalam Kisah 15:22. Meski ia adalah seorang Kristen Yahudi, namun namanya benar-benar berbau Yunani-Romawi. Peran Silas dalam menyampaikan surat yang sensitif itu dari gereja Yerusalem kepada orang-orang percaya non-Yahudi (Kisah 15) dan fakta bahwa ia bergabung dengan Paulus dalam penulisan dua surat Tesalonika (1 Tesalonika 1:1; 2 Tesalonika 1:1) menyiratkan bahwa ia seorang Kristen yang terpelajar, fasih bicara. Atas dasar itu, peranannya dalam penulisan 1 Petrus dapat menjelaskan gaya Yunani luar biasa surat itu.5Jika Silas bertindak sebagai juru tulis bagi Petrus, meski ia meredaksi kembali kalimat Petrus menjadi prosa Yunani yang indah, bagaimanapun tindakan itu tetap membuat surat itu sebagai karya Petrus. Karena Silas adalah seorang nabi (Kisah 15:32), maka menegaskan pengilhaman 1 Petrus tidak mengharuskan orang untuk beranggapan bahwa Petrus telah menuliskan setiap kata itu secara pribadi.
Mengenai keberatan lain bagi kepengarangan Petrus, kita tidak cukup tahu tentang perkembangan gereja mula-mula di wilayah Asia Kecil selama abad pertama untuk menyatakan bahwa 1 Petrus mencerminkan periode setelah pertengahan tahun 60an. Tentang mengapa rasul itu tidak membuat acuan kepada hubungan pribadinya dengan Tuhan, kita tidak bisa bilang apa-apa. Bagaimanapun, kita mencatat bahwa ia menyebut dirinya sebagai "saksi penderitaan Kristus" (5:1; lihat 2:22, 23). Itu cukup. Dengan bukti yang kita miliki di tangan, tidak ada alasan untuk meragukan bahwa surat itu ditulis oleh rasul Petrus.6
TEMPAT TINGGAL PARA PENERIMANYA
Di luar acuan singkat Paulus kepada Petrus dalam Galatia dan 1 Korintus, acuan terakhir kepada Petrus dalam Perjanjian Baru adalah dalam Kisah 15.7Rasul itu bicara dalam apa yang disebut sidang Yerusalem, sekitar 50 Masehi. Kita tidak mendengar apa-apa lagi tentang dirinya dalam kitab Kisah. Apakah yang rasul itu lakukan selama tujuh belas tahun antara tahun 50 dan 67 M., perkiraan waktu kematiannya? Ada acuan yang sangat menarik kepada Petrus dalam surat pertama Paulus kepada jemaat Korintus. Di antara golongan-golongan di Korintus terdapat pihak yang mengaku "dari Kefas" (1 Korintus 1:12). Apakah Petrus pernah berada di Korintus? Paulus tidak sepenuhnya mengatakan bahwa Petrus pernah di sana. Golongan Kefas mungkin diimpor ke Korintus dari Yerusalem atau tempat lain. Kita mengamati bahwa ada juga golongan di Korintus yang mengaku "golongan Kristus." Yesus jelas tidak pernah ke kota itu, setidaknya bukan secara lahiriah. Tidak pasti apakah Petrus pernah ke Korintus secara pribadi atau tidak, tetapi acuan Paulus itu menunjukkan bahwa Petrus telah aktif bekerja di luar batas-batas Palestina. Pertama Korintus 9:5 menyediakan bukti lebih lanjut bahwa Petrus, seperti halnya Paulus, menjadi misionaris yang berpergian.
Kita dapat katakan dengan yakin bahwa Petrus pernah menghabiskan waktu di Asia Kecil. Ia mengalamatkan suratnya kepada empat provinsi besar Romawi yang secara keseluruhan membentuk sebagian besar bangsa Turki moderen. Meski nama Pontus dan Bitinia ditulis secara terpisah di 1 Petrus 1:1, namun dua wilayah itu telah digabungkan menjadi satu provinsi Romawi pada pertengahan abad pertama S. M. ketika Pompey selesai membenahi wilayah itu. Masuk akal untuk menduga bahwa Petrus menyurati gereja-gereja yang tersebar di wilayah ini karena ia mengenal baik mereka secara langsung. Mungkin perjalanan misi Petrus sedang berlangsung pada saat yang sama seperti perjalanan misi Paulus. Jika Petrus dan rekan-rekan kerjanya telah mendirikan gereja-gereja di wilayah yang luas di Asia Kecil, hal itu akan menjelaskan alasan ia mengalamatkan suratnya itu kepada mereka "yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bitinia" (1:1).
Urutan di mana provinsi-provinsi itu ditulis mungkin penting. Entah Silwanus/ Silas (5:12) atau beberapa utusan Kristen lainnya mungkin pernah berlayar ke kota Yunani Sinope, yang terletak di pantai Laut Hitam di pusat utara Pontus. Ia mungkin telah melakukan perjalanan ke selatan melintasi provinsi itu menuju Galatia, dari sana ke tenggara menuju Kapadokia, balik lagi ke arah barat menuju Asia, dan kemudian ke arah utara menuju Bitinia di mana ia berlayar kembali dari satu pelabuhan di wilayah itu. (Lihat peta di halaman berikut.) Kemana pun utusan itu pergi, ia akan sudah menemukan orang-orang percaya yang kepada siapa ia akan membacakan surat Petrus itu. Sungguh luar biasa bahwa tampaknya terdapat kantong-kantong orang Kristen yang tersebar di seluruh Asia Kecil pada waktu mula-mula ini.
Provinsi-provinsi yang disebut oleh Petrus mencakup wilayah geografis yang luas. Penduduknya berasal dari beragam kelompok sosial, etnis, dan bahasa. Di hadapan kekuasaan Romawi yang bergerak maju, provinsi-provinsi barat, Asia dan Bitinia, telah diwariskan kepada Roma oleh para raja terakhir mereka bertahun-tahun sebelum kedatangan agama Kristen. Pontus, Galatia, Kapadokia telah ditambahkan kepada kekaisaran itu melalui penaklukan.
Untuk beberapa dekade pertama setelah Roma menambahkan Asia pada tahun 133 S. M., provinsi itu sangat menderita di tangan para penagih pajak Romawi yang rakus. Ketika muncul kesempatan untuk melawan kekuasaan Romawi, penduduk provinsi itu memanfaatkannya. Untuk sekitar dua dekade setelah 88 S. M., Mithridates VI, raja Pontus, melibatkan wilayah itu ke dalam peperangan. Sebagian besar kota di Asia memihak raja Pontic melawan Roma. Pada tahun 60an S. M., Senat Romawi menugaskan Pompey untuk secara tegas menangani Mithridates. Jenderal Romawi itu mengusir raja Pontic, memadamkan kantong-kantong bajak laut di sepanjang pantai selatan Asia, dan mengatur sub-benua itu kira-kira di sepanjang garis provinsi yang sama ketika Petrus menulis suratnya itu. Roma menangani dengan tegas kota-kota yang telah mendukung penaklukan Mithridates. Pada 75 S. M. raja terakhir Bitinia mewariskan kerajaannya kepada Senat dan bangsa Romawi.
Kota-kota di Asia Kecil merindukan kedamaian setelah Mithridates, tetapi mereka tidak menemukan jeda. Perang saudara Romawi mulai berkobar setelah pembunuhan Caesar pada 44 S. M. Para jenderal dan negarawan Romawi menarik pajak tanpa kenal ampun atas kota-kota Asia untuk membiayai bala tentara mereka. Ketika pertempuran sudah berakhir, Augustus muncul sebagai kaisar pada 27 S. M. Ia adalah orang yang menutup pintu-pintu kuil dewa perang Roma Janus dan menetapkan Pax Romana (Kedamaian Roma). Augustus menghentikan pelanggaran pajak yang sangat parah dan membantu kota-kota Asia dan Bitinia dalam membangun pemerintahan yang stabil. Penduduk Asia memuji dia sebagai ilahi. Selama seratus tahun waktu jeda itu dari supremasi Augustus sampai penulisan 1 Petrus, Asia telah mendapatkan kembali kemakmurannya. Asia adalah salah satu permata kekaisaran itu.
Para gubernur Romawi di Asia dan Bitinia/Pontus ditunjuk oleh Senat. Mereka disebut prokonsul/wali negeri karena mereka bertindak sebagai konsul, kantor administrasi utama di Roma. Prokonsul memiliki masa jabatan satu tahun. Mereka berharap menjadi, dan kenyataannya mereka telah menjadi, kaya selama waktu mereka menduduki jabatan itu. Dua prokonsul disebutkan dalam Kisah Para Rasul, Sergius Paulus (13:7) dan Galio (18:12). Provinsi-provinsi yang lebih tua, damai seperti Asia dan Bitinia/Pontus disebut Provinsi Senator karena mereka berada di bawah pemerintahan Senat Romawi. Di dalam kedua provinsi itu terdapat banyak kota berbahasa Yunani. Pada abad pertama, tidak ada hadiah yang lebih tinggi bagi Senat Romawi selain penghargaan menjadi prokonsul Asia.
Untuk waktu yang tak lama Galatia dan Kapadokia pernah diperintah oleh raja-raja yang didukung Romawi, sebagaimana Herodes Yang Agung pernah menjadi raja seperti itu di Palestina. Pada 25 S. M., Galatia telah diatur mejadi provinsi Romawi. Nasib yang sama menimpa Kapadokia pada 17 M. Kedua provinsi itu, Galatia dan Kapadokia, berada di bawah pemerintahan langsung kaisar. Karena kedua provinsi itu lebih dekat dengan perbatasan kekaisaran, maka beberapa legiun Romawi cenderung ditempatkan di atau dekat kedua provinsi itu. Loyalitas legiun adalah kepada kaisar, bukan kepada Senat. Kaisar mengirim utusan pribadi untuk mengatur provinsi-provinsi seperti Galatia dan Kapadokia. Provinsi-provinsi itu disebut Provinsi Kerajaan.
Galatia mendapatkan namanya dari suku-suku Galia yang telah menetap di bagian utara provinsi itu selama abad kedua S. M. Di bagian selatan provinsi itu, ada kota-kota seperti Antiokhia dan Listra yang pemerintahan dan bahasanya menandai mereka sebagai Yunani-Romawi. Kapadokia adalah daerah terpencil. Di provinsi itu tidak ada kota-kota Yunani-Romawi yang penting. Sebagian besar penduduk Kapadokia tinggal di desa-desa kecil yang diatur menurut keturunan suku.
Biasanya gubernur Romawi, apakah prokonsul atau wakil kaisar, tidak berperan banyak dalam masalah sehari-hari penduduk biasa di kekaisaran itu. Kota-kota mempertahankan bangunan-bangunan umum milik mereka, mengawaki satuan polisi, dan memeras pajak untuk pekerjaan umum dan upeti bagi Roma. Mereka diawasi oleh berbagai komite, yang satu untuk pekerjaan umum, yang satu lagi untuk pengawasan perdagangan, dan sebagainya. Kota-kota diharapkan dan menerima sedikit gangguan atau bantuan dari Roma, asalkan ada kedamaian dan pajak dibayarkan. Di provinsi-provinsi yang makmur seperti Asia dan Bitinia/Pontus, tepat di dalam batas-batas kekaisaran, tidak ada legiun yang ditempatkan dan ada sedikit tentara Romawi. Pengetahuan bahwa Roma memiliki kekuatan dan tidak akan ragu-ragu untuk digunakannya adalah cukup untuk membuat para warga segera menyetujui tuntutan Romawi. Kata-kata Petrus dalam 2:13-17 ditulis dengan latar belakang sistem pemerintahan yang multi berjenjang. Beberapa pejabat pemerintahan itu adalah orang Romawi, dan beberapa lagi orang setempat.
Budaya, agama, dan ekonomi provinsi-provinsi itu yang disinggung dalam ayat pembukaan 1 Petrus adalah beragam. Di kota-kota itu terdapat kantong-kantong kebudayaan Yunani. Kota-kota di seluruh Asia dan di sepanjang pantai Bitinia dan Pontus sangatlah banyak dan makmur. Sedangkan di permukiman Galatia dan Kapadokia kota-kotanya sedikit dan kecil. Masuk akal untuk menduga bahwa Petrus, seperti Paulus, mengarahkan upaya pertamanya untuk memberitakan Kristus di kota-kota itu. Kota-kota yang terletak di sepanjang rute perdagangan cenderung memiliki sinagoga di mana injil akan diperdengarkan untuk pertama kalinya. Meski para mualaf pertama kepada Kristus sering berasal dari sinagoga, mereka disusul oleh bangsa-bangsa non-Yahudi yang saleh, yang dalam beberapa kasus, telah menghormati cara hidup orang Yahudi dan sering mengunjungi sinagoga sebelum guru-guru Kristen muncul di tempat itu. Kata-kata Petrus membuat jelas bahwa setidaknya beberapa dari pembacanya yang berlatar belakang kafir telah datang kepada Kristus (1:14, 18).
Sebagian besar orang yang di antaranya para pembaca Petrus menyembah banyak ilah. Beberapa dari mereka adalah ilah-ilah dari dewa Yunani, tetapi yang lainnya memiliki nama-nama aneh seperti Ma, Men, atau Sibele yang berakar pada tempat awalnya. Pada beberapa titik pelbagai praktik keagamaan memudar menjadi sihir dan takhayul. Banyak bukti dari dunia kuno yang masih bertahan yang menunjukkan bahwa takhayul sangat berlimpah di antara penduduk asli yang disapa oleh Petrus. Di mana-mana terdapat mata air suci, semak belukar keramat, dan tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh roh-roh jahat dan roh-roh gentayangan. Beberapa tempat dianggap sebagai tempat di mana orang bisa disembuhkan dari penyakit. Di tempat lain, orang bisa menuliskan kutukan terhadap seorang musuh pada batu tulis, menguburnya di dalam tanah, dan kemudian mengharapkan roh-roh supranatural melakukan perintahnya. Para siswa Perjanjian Baru akan ingat bahwa penduduk Efesus, di bawah pengaruh pemberitaan Paulus, membawa sejumlah besar buku sihir dan membakarnya (Kisah 19:19).
Penyembahan ilah-ilah itu terjalin dalam kehidupan masyarakat di seluruh Asia Kecil. Menjauhkan diri dari korban-korban, perayaan-perayaan, atau permainan-permainan yang didedikasikan untuk para ilah adalah pelanggaran publik. Orang Kristen berkonflik langsung dengan masyarakat penyembah berhala ketika mereka menolak berpartisipasi dalam ritus pesta-pora atau upacara-upacara pengorbanan. Penjualan hasil pertanian di pasar-pasar umum atau menjalankan bisnis kecil seperti penyamakan kulit atau toko tembikar bisa menjadi sulit dilakukan oleh orang Kristen.
Waktu itu agama Kristen adalah baru dan asing di dunia yang Petrus kenal. Dicoba sebisanya, orang-orang percaya mengalami kesulitan untuk menjauhkan tatapan orang banyak dari mereka. Setiap kali terjadi beberapa pencurian yang tak bisa dijelaskan atau kematian di wilayah itu, masyarakat penyembah berhala cenderung menyalahkan agama baru di kota itu. Orang Kristen, tidak diragukan lagi, adalah penyebabnya, mereka berkesimpulan. Ketika terjadi gempa bumi atau bencana kelaparan, sangat mudah untuk menyalahkan orang Kristen karena mengabaikan ritual yang dipersembahkan kepada para ilah. Penderitaan orang percaya, tema utama bagi 1 Petrus, memang dinapasi kehidupan ketika dilihat dalam konteks dunia di mana orang-orang percaya itu hidup.
TANGGAL DAN TEMPAT PENULISAN
Satu-satunya petunjuk yang surat itu berikan tentang kemungkinan keberadaan Petrus ketika ia menulis surat itu adalah dalam 5:13, di mana ia berkata, "Salam kepada kamu sekalian dari "yang di Babilon."Cara alami untuk memahami pernyataan itu adalah bahwa Petrus berada di tempat yang ia sebut Babilon. Artinya tampaknya adalah bawah rekan Petrus di lokasi itu mengirimkan salam mereka (lihat komentar tentang 5:13). Babilon adalah nama sebuah kota yang terkenal di Sungai Efrat, pusat kerajaan yang menghancurkan Yeru salem pada tahun 587 S. M. dan membawa orang-orang Yahudi ke dalam penawanan. Kecenderungan awal adalah memahami kata "Babilon" itu sebagai acuan kepada kota yang terkenal itu. Namun begitu, ada masalah dalam memahami secara harfiah nama itu.
Pertama, tradisi gereja mula-mula adalah seragam dalam mengaitkan Petrus dengan bagian barat Kekaisaran Romawi, bukan dengan Timur. Babilon terletak di Timur Jauh. Selain itu, meski bukti dari dunia kuno memang langka, tampaknya Babilon tidak lebih daripada sebuah desa yang tidak penting pada saat Petrus menulis surat itu.8Ketika kita mempertimbangkan lebih jauh bahwa dalam Wahyu 18:2 rasul Yohanes menggunakan sebutan Babilon ketika mengacukan jatuhnya Roma, kita menjadi kurang yakin bahwa acuan kepada Babilon dalam 1 Petrus itu harus dipahami secara harfiah. Oleh karena keakraban mereka dengan Perjanjian Lama, bagi orang Kristen Babilon adalah simbol permusuhan, kefasikan, sensualitas, dan penindasan.9 Seperti Yohanes dalam Wahyu, Petrus tampaknya mendapatkan Roma sebagai setara secara moral dan spiritual dengan Babilon. Sangat mungkin bahwa para pembaca Petrus akan sudah mengenali Babilon sebagai Roma semudah kita mengenali Dodol sebagai Kota Garut.
Sambil berjalan kita mungkin melihat bahwa dalam periode Reformasi ada orang-orang yang, dalam ketidaksukaan mereka yang sengit terhadap Katholikisme Roma, berusaha untuk mendiskreditkan pengakuan bahwa Petrus adalah paus pertama dengan menyatakan bahwa ia belum pernah berkunjung ke Roma. Beberapa orang dalam periode Reformasi mengambil kata "Babel" dalam 1 Petrus 5:13 secara harfiah, dengan mempertahankan bahwa Petrus menulis suratnya yang pertama dari bagian timur dunia abad pertama. Pandangan ini berlanjut terus dalam beberapa kalangan hingga zaman moderen. Namun begitu, bukti yang ada menentang pendapat itu. Antara lain kita melihat bahwa Silas dan Markus (5:12, 13) adalah nama-nama yang terkait dengan gereja Barat. Kesaksian umum para penulis dalam empat abad pertama gereja, ketika mereka menyinggung sedikit kematian Petrus, adalah bahwa rasul itu mati di Roma.
Sejarawan gereja Eusebius pada abad keempat mengerti bahwa baik Petrus dan Paulus telah menjadi martir pada waktu yang sama saat Nero menjabat kaisar. Nero bunuh diri pada tahun 68 M. Meski mustahil mengetahui berapa lama Petrus berada di Roma, namun tentunya penting bagi dia untuk berada di sana selama beberapa waktu untuk menerima informasi tentang penderitaan yang sedang dialami oleh umat Kristen di Asia. Jelasnya beberapa waktu telah berlalu sejak para pembacanya menjadi orang Kristen, cukup lama bagi penganiayaan itu untuk mulai menelan korban. Tidak ada petunjuk bahwa penganiayaan itu dicetuskan dari Roma; tidak ada penganiayaan di seluruh kekaisaran pada waktu awal ini. Namun begitu, umat Kristen tentunya mulai merasakan adanya pengucilan dan tekanan keuangan yang timbul dari intoleransi lokal terhadap agama baru itu. Akhirnya, butuh beberapa waktu bagi gereja-gereja yang disapa oleh Petrus untuk dewasa hingga ke titik memilih para penatua (lihat 5:1). Meski kita tidak bisa memastikan tanggalnya, namun terkaan terbaiknya adalah bahwa 1 Petrus ditulis menjelang tahun 65 Masehi.
SUSUNAN SURATNYA
Setelah sapaan pembukaan (1:1, 2), Petrus mengikatkan pikirannya sendiri dan pikiran para pembacanya kepada penebusan, pengharapan, dan janji yang selama ini menopang mereka melalui pelbagai kesulitan saat itu. Kalimat demi kalimat membawa para pembaca itu untuk merenungkan akhir zaman, saat-saat terakhir ketika harapan akan terwujud: "lahir kembali kepada harapan yang hidup" (1:3; NASB), "bagian yang tidak dapat binasa"(1:4), "siap untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1:5; NASB), "keselamatan jiwamu" (1:9), "keselamatan itulah" (1:10), "penyataan Yesus Kristus" (1:13), "selama kamu menumpang di dunia ini" (1:17), "kamu telah ditebus"bukan dengan barang yang fana" (1:18), "zaman akhir" (1:20), "imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah"(1:21).
Bagian besar pertama surat itu adalah 1:3-2:10. Petrus ingin para pembacanya mengetahui apa artinya menjadi umat yang telah memeluk Kristus. Sebelum mereka mengenal Dia, mereka hidup dalam kebodohan, menuruti hawa nafsu kedagingan (1:14). Dalam Kristus mereka telah menjadi bangsa pilihan, umat milik Allah sendiri (1:1, 2; 2:9, 10). Karena mereka telah dilahirkan kembali, hidup memiliki misi, tujuan, dan akhir. Setelah dibebaskan dari kehidupan lama mereka yang sia-sia, mereka mengantisipasi kesatuan dengan Tuhan.
Setelah mengingatkan para pembacanya tentang harapan mereka kepada kedatangan Tuhan, Petrus mengalihkan perhatiannya kepada pelbagai nasihat yang akan memandu para pembacanya kepada kehidupan Kristen yang lebih lengkap. Bagian dari surat itu, 2:11-4:11, diisi dengan pelbagai perintah, hampir sesering surat Yakobus: "Milikilah cara hidup yang baik" (2:12); "Tuduklah karena Allah" (2:13);
"Hiduplah sebagai orang merdeka" (2:16); "Hormatilah semua orang" (2:17); dan lain sebagainya. Hal ini bukan seolah-olah kedatangan Tuhan terlupakan dalam bagian ini (2:12; 4:7). Kembalinya Tuhan adalah dasar yang darinya Petrus menyampaikan pelbagai nasihatnya. Juga bukan seolah-olah Petrus mengabaikan penderitaan para pembacanya (3:13, 14). Penderitaan adalah dasar bagi seruan pembaharuan kepada kesetiaan (3:15).
Pada bagian akhir surat itu, 4:12-5:11, Petrus kembali kepada tema yang ia bahas dalam 1:3-2:10. Penderitaan muncul kembali dengan intensitas baru. Karena 4:11 berakhir dengan doksologi yang biasa ditemukan pada akhir sebuah dokumen, dan karena bahasa 4:12-5:11 menunjukkan penderitaan yang ekstrim, beberapa orang berpendapat bahwa Petrus bermaksud untuk menyelesaikan suratnya di 4:11. Seorang pakar memeprtahankan bahwa ada dua versi 1 Petrus. Versi yang pertama adalah untuk orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan yang relatif ringan. Orang-orang percaya itu menerima 1 Petrus 1:1-4:11. Versi yang kedua adalah untuk orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan berat. Mereka menerima 1 Petrus 1:1, 2 dan 1 Petrus 4:12-5:14.10Beberapa orang lainnya menyatakan bahwa setelah Petrus menyelesaikan surat itu, ia menerima informasi tambahan tentang pecahnya penderitaan baru yang mengerikan yang menimpa para pembacanya. Dengan informasi baru itu menulis kembali dan menambahkan 4:12-5:11 sebagai lampiran.11Meski kedua usulan itu layak untuk dipertimbangkan, namun pengetahuan kita tentang keadaan di bawah mana Petrus menulis adalah sangat terbatas untuk mencapai kesimpulan yang meyakinkan. Jelas bahwa 1 Petrus 4:12-5:11 menyajikan penderitaan para pembaca Petrus di hadapan kita dengan intensitas yang tidak kelihatan di awal surat itu.
Petrus meyakinkan para pembacanya bahwa jangan satu pun dari mereka yang harus malu untuk menderita sebagai orang Kristen (4:16). Itu adalah salah satu dari tiga kemunculan kata "Kristen" di dalam Perjanjian Baru (lihat Kisah 11:26; 26:28). Bagaimanakah orang Kristen harus bersikap di hadapan tekanan eksternal seperti itu? Dengan mempercayakan "jiwa mereka kepada Pencipta yang setia dalam melakukan apa yang benar" (4:19; NASB). Rasul itu menyisipkan kata-kata arahan yang bermanfaat untuk para penatua (5:1-4), mendorong para pembacanya untuk hidup dengan rendah hati dan tenang (5:5-11), dan kemudian mengakhiri suratnya (5:12-14).
Garis besar berikut ini akan berguna dalam menganalisa surat itu.
GARIS BESAR
I. SALAM: KEPADA ORANG-ORANG YANG DIKUDUSKAN OLEH ROH (1: 1, 2)
II. KESELAMATAN, HASIL IMAN (1:3-2:10)
- A. "Lahir kembali kepada harapan yang hidup" (1:3-5; NASB)
- B. "Dianiaya oleh pelbagai pencobaan" (1:6-9; NASB)
- C. Dilayani oleh para nabi (1:10-12)
- D. Umat yang kudus (1:13-16)
- E. Hendaklah kamu hidup dalam ketakutan (1:17-21)
- F. Lahir dari benih yang tak dapat binasa (1:22-25)
- G. "Sama seperti bayi yang baru lahir" (2:1-3)
- H. Kristus, batu yang hidup; orang Kristen, rumah rohani (2:4-8)
- I. Dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang (2:9, 10)
III. BERPERILAKU SEBAGAI UMAT ALLAH YANG MENDERITA (2:11-4:11)
- A. "Pendatang dan perantau" (2:11, 12)
- B. Ketundukan: bagian penting kehidupan Kristen (2:13-3:7)
- 1. Tunduk kepada penguasa yang memerintah (2:13-17)
- 2. Tunduk kepada tuan (2:18-20)
- 3. Ketundukan Yesus di kayu salib (2:21-25)
- 4. Ketundukan kaum istri kepada suami mereka (3:1-6)
- 5. Pengormatan kaum istri oleh suami mereka (3:7)
- C. Berkat pada mereka yang menderita untuk kebenaran (3: 8-17)
- D. Kematian Kristus bagi dosa-dosa kita (3:18-22)
- E. Persenjatailah dirimu untuk melawan keinginan daging (4:1-3)
- F. Pertanggungjawaban kaum penyembah berhala (4:4-6)
- G. Kesudahannya sudah dekat (4:7-11)
IV. BERBAGI DALAM PENDERITAAN KRISTUS (4 12-5:11)
- A. Berbagi dalam penderitaan Kristus (4:12-16)
- B. Mempercayakan jiwa kepada Pencipta yang setia (4:17-19)
- C. Dorongan untuk para penatua (5:1-4)
- D. Kenakanlah kerendahan hati (5:5-8)
- E. Persaudaraanmu di seluruh dunia (5:9-11)
V. KATA-KATA PENUTUP (5:12-14)
PENERAPAN
Orang Kristen ingin tahu bagaimana pesan 1 Petrus menyentuh kehidupan mereka, bagaimana pesan itu berkontribusi bagi iman mereka, dan bagaimana pesan itu memotivasi mereka untuk berpaling dari dosa dan kepada hidup yang benar. Jenis-jenis pelajaran ini mengalir keluar dari teks 1 Petrus ayat demi ayat, dan sesungguhnya, kata demi kata. Namun begitu, beberapa pelajaran dari 1 Petrus berasal dari penelitian surat itu secara keseluruhan.
Kembalinya Tuhan
Tak satu pun dari para penulis Perjanjian Baru membuat penjelasan yang rinci tentang peristiwa yang akan mengiringi kedatangan Tuhan. Sebaliknya, Petrus dan yang lain-lainnya mendesak orang Kristen untuk mempertimbangkan dengan bijaksana dan sungguh-sungguh pelbagai implikasi kedatangan-Nya kembali.
(1) Karena Tuhan akan kembali, perasaan frustrasi, peduli, dan kekecewaan hidup lebih mudah dipikul. Ketika tubuh menjadi tua, ketika dosa sulit disisihkan, ketika ada terlalu banyak kebencian dan kepahitan di dalam dunia, semua itu akan berakhir. Pelbagai cobaan hidup hanya untuk sementara waktu. Keabadian ada di hadapan orang-orang yang beriman kepada Kristus (1:6).
(2) Karena Tuhan akan kembali, maka apakah orang membantu sesamanya yang kekurangan atau tidak adalah penting. Apakah orang mengatakan kebenaran dan bersikap adil dengan orang lain atau tidak adalah penting. Kehidupan memiliki arti dan arah karena kehidupan mengarah kepada suatu tujuan.
(3) Karena Tuhan akan kembali, orang Kristen memiliki kepastian bahwa Allah terlibat secara langsung dalam masalah dunia ini. Ia tidak akan membiarkan atau meninggalkan anak-anak-Nya (5:7). Orang Kristen hidup dalam rentang waktu kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan yang kedua. Mereka sekarang memiliki kerajaan, namun ada satu kerajaan yang akan diungkapan.
Penderitaan Dan Sukacita
Baik 1 Petrus maupun kitab-kitab lain dalam Alkitab tidak memberikan penjelasan yang lengkap tentang mengapa orang yang tidak bersalah kadang-kadang menderita. Pertama Petrus menyajikan kepada orang Kristen poin-poin untuk dipertimbangkan.
(1) Orang baik menderita bukan melalui kesalahan mereka sendiri karena dunia berada di bawah pengaruh Iblis. Setan berusaha untuk menelan jiwa manusia (5:8). Sejumlah besar orang dunia terjebak di bawah mantra setan. Seharusnya tidak mengejutkan bahwa mereka yang telah menyerah kepada iblis menentang dan menganiaya orang-orang yang telah menyerahkan hidup mereka bagi kebaikan Kristus. (2) Beberapa penderitaan merupakan akibat langsung dari dosa. Ketika itu terjadi, orang Kristen harus bertobat. Allah yang kaya dengan rahmat, akan mengampuni. Dalam beberapa kasus penderitaan dalam hidup ini akan diangkat oleh Allah ketika anak-anak-Nya bertobat dan berbalik kepada Dia. Petrus mendesak para pembacanya untuk hidup sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan menderita oleh karena melakukan kesalahan (2:11, 12; 4:15, 16).
(3) Ketika orang Kristen menderita, mereka mengikuti teladan Yesus. Yesus menderita demi dunia (2:24). Ada pengertian di mana para pengikut-Nya harus berbagi dalam penderitaan-Nya sehingga orang dapat datang kepada iman.
KISAH KHAYALAN TENTANG PETRUS
Ada cerita tentang seorang Kristen yang mengalami mimpi. Dalam mimpi itu ia melihat dirinya sedang diajak di sorga oleh malaikat. Saat ia berjalan sambil mengagumi pemandangan dan menaikkan pujiannya kepada Allah, ia melihat sekelompok orang berkumpul di sebelah kanannya. Ia menanya malaikat pemandunya, "Siapakah orang-orang itu, dan siapakah orang yang mereka kelilingi?" Malaikat itu menjawab, "Orang yang engkau lihat sedang bicara adalah rasul Paulus. Ia sedang menjelaskan kasih karunia Allah yang luar biasa yang diperkenalkan melalui Yesus Kristus. Orang itu itu berkata kepada dirinya sendiri, "Kerumunan ini terlalu terpelajar dan salah bagi saya. Tempat saya bukan di sana."
Mereka berjalan sedikit lebih jauh, dan di sebelah kiri ia melihat satu kelompok lain berkumpul mengelilingi seorang guru. Ia menanya lagi pemandunya, "Siapakah orang-orang ini?" Malaikat itu berkata, "Orang yang sedang bicara itu adalah rasul Yohanes. Ia sedang mengenang malam ketika ia bersandar pada dada Tuhan. Ia sedang memberitahu orang-orang itu tentang kasih yang Allah miliki bagi setiap umat-Nya." Orang itu melanjutkan langkahnya. Orang-orang ini adalah saleh dan baik. Ia merasa bukan bagian orang-orang itu.
Saat mereka berjalan ia melihat kelompok ketiga yang sedang berkumpul. Ia mengajukan pertanyaan yang sama, "Siapakah orang-orang ini?" Pemandu itu berkata, "Orang itu adalah rasul Petrus. Ia sedang memberitahu orang-orang ini tentang malam ketika ia mengkhianati Tuhan." Orang itu berkata kepada dirinya sendiri, "Saya pikir saya akan berhenti di sini. Saya bisa mengaitkan diri dengan apa yang Petrus sedang katakan." Cerita itu adalah khayalan, tetapi cerita itu menjelaskan daya tarik tertentu bahwa orang Kristen memiliki iman dan keraguan, semangat dan kelemahan yang rasul Petrus miliki.
Catatan Akhir:
- 1 Cara menafsirkan 1 Petrus ini dikedepankan, antara lain, oleh Frank L. Cross, 1 Peter: A Pascal Liturgy (London: A. R. Mowbray & Co. Ltd., 1954). Ia memiliki sejumlah pengikut.
- 2 John H. Elliott, "The Rehabilitation of an Exegetical Step-Child: 1 Peter in Recent Research," Journal of Biblical Literature 95 (June 1976): 243-54. Beberapa komentari yang sangat baik tentang surat itu dihasilkan setelah 1976.
- 3 Untuk kesaksian gereja mula-mula, lihat J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), xxxii.
- 4 Bukti bahwa Petrus mati di Roma adalah dari abad-abad permulaan pergerakan agama Kristen dan kuat. Clement dari Roma menyiratkan bahwa Petrus menjadi martir di kota itu (1 Clement 5.4). Ignatius menunjukkan hal yang sama (Ignatius Romans 4.2). Eusebius mengutip Gayus dari Roma dan Dionysius dari Korintus untuk hal yang sama (Eusebius Ecclesiastical History 2.25).
- 5 Wayne A. Grudem membuat argumentasi yang kuat bahwa Silas adalah pembawa surat itu, bukan juru tulis yang membawanya. (Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988], 23-24; lihat juga E. Randolph Richards, "Silvanus Was Not Peter's Secretary: Theological Bias in Interpreting dia Silouanou "e¡graya in 1 Peter 5:12," Journal of the Evangelical Theological Society 43 [September 2000]: 417-32.) Edward Gordon Selwyn telah mendebat dengan meyakinkan bahwa Silas adalah juru tulis yang membawa surat itu. Pelbagai kesamaan 1 Petrus dengan gaya Yunani Koine tinggi secara mendasar menunjukkan bahwa rasul itu memiliki akses kepada seorang juru tulis, apakah Silas atau orang lain. Sepertinya tidak mungkin seorang nelayan Galilea bisa menemukan waktu atau sumber daya untuk menguasai bahasa itu yang terbukti dalam 1 Petrus. (Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. [London: Macmillan & Co., 1947; reprint Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981], 11-16.)
- 6 Memang menarik bahwa para pengecam mengambil acuan Petrus kepada transfigurasi dalam 2 Petrus 1:16-18 sebagai bukti bahwa Petrus tidak bisa menjadi penulisnya. Mereka berpendapat bahwa rasul itu tidak akan secara palsu menyisipkan insiden semacam itu dari kitab-kitab Injil. Para pengecam tidak dapat memiliki keduanya.
- 7 Karena Paulus tampaknya telah menulis lebih dulu daripada penulis kitab Kisah, dalam satu pengertian kitab Kisah adalah acuan terakhir kepada Petrus dalam Perjanjian Baru. Namun, dalam hal penyampaian cerita Kisah Para Rasul, titik waktu ketika Paulus mengacukan Petrus dalam surat-suratnya adalah lebih belakangan daripada latar belakang cerita dalam Kisah Para Rasul 15.
- 8 Strabo Geografi 16.1.5.
- 9 Dalam Zakharia 5:5-11, "Kefasikan" ditempatkan dalam sebuah gantang dan dibawa oleh dua perempuan bersayap ke "tanah Sinear." Tanah Sinear, yaitu Babel, adalah tempat bagi semua kefasikan dilenyapkan dari Israel.
- 10 C. F. D. Moule, "The Nature and Purpose of 1 Peter," New Testament Studies 3 (November 1956): 10.
- 11 Lihat, misalnya, J. W. C. Wand, The General Epistles of St. Peter and St. Jude (London: Methuen & Co., Ltd., 1934), 13.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Orang Buangan Yang Dipilih (1 Petrus 1:1, 2)
Ketika Musa memberikan Taurat kepada Israel, ia kadang-kadang menambahkan suatu larangan dengan kata-kat...
Orang Buangan Yang Dipilih (1 Petrus 1:1, 2)
Ketika Musa memberikan Taurat kepada Israel, ia kadang-kadang menambahkan suatu larangan dengan kata-kata, "Orang yang melakukan ini harus dilenyapkan dari kaumnya." Misalnya, Allah menetapkan hukuman mati bagi penyembahan berhala seperti ini:
… Aku sendiri akan menentang orang itu serta kaumnya dan akan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya dan semua orang yang turut berzinah mengikuti dia, yakni berzinah dengan menyembah Molokh. Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya (Imamat 20:5, 6).
Di Timur Dekat di zaman kuno tidak ada hukuman yang lebih berat bagi orang yang hidup dalam struktur kekerabatan yang erat selain harus dilenyapkan dari kaumnya. Sungguh suatu hukuman yang berat ketika orang dipaksa menjalani pembuangan. Ketika Yehuda ditaklukkan oleh Babel, seluruh bangsa itu menjadi pendatang yang jauh dari kampung halaman. Dari Babel salah seorang buangan mengeluh, "Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?" (Mazmur 137:4).
Tema pengasingan mengakar dalam di dalam Alkitab. Abraham memasuki Kanaan sebagai pengembara dan pendatang. Ia bukan bagian dari kaum mana saja di negeri itu. Waktunya tiba ketika Sarah istrinya meninggal. Yang masih hidup bisa bergerak, tapi tidak untuk yang mati. Oleh karena itu, ia butuh sebidang tanah untuk tempat pemakaman. Ia menjelaskan situasinya kepada orang-orang yang menetap di Kanaan seperti ini: "Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, …" (Kejadian 23:4).
Perasaan Abraham sebagai orang asing, yang merasa tidak berada di rumah sendiri di negeri itu, tidak pernah hilang dari kaum Israel. Berabad-abad kemudian Musa memimpin keturunan Abraham keluar dari Mesir. Di padang gurun ia memberi mereka Taurat dari Allah. Di antara ketentuan-ketentuannya terdapat ketentuan ini:
"Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku" (Imamat 25:23). Israel akan menetap di Kanaan, tetapi di tempat itu mereka tidak akan pernah sepenuhnya merasa di rumah sendiri.
Saat akhir hidupnya makin mendekat, Daud membuat persiapan untuk membangun bait suci di Yerusalem. Raja itu memuliakan Tuhan dan berdoa seperti ini: "Sebab kami adalah orang asing di hadapan-Mu dan orang pendatang sama seperti semua nenek moyang kami" (1 Tawarikh 29:15). Daud menyatukan pikiran yang sama ke dalam salah satu mazmurnya: "Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku! Sebab aku menumpang pada-Mu, aku pendatang seperti semua nenek moyangku"(Mazmur 39:12).
Sejalan dengan latar belakang yang banyak memiliki sebutan tentang orang pendatang, orang buangan, orang asing ini, Petrus menyapa para pembacanya. Para pembaca mula-mula surat itu sedang menderita karena iman mereka. Akibatnya, rasul itu ingin mereka memahami tiga kebenaran.
Pertama, umat Allah yang setia tidak pernah dan tidak akan pernah sepenuhnya merasa di rumah sendiri di dunia ini. Jika mereka memiliki perasaan bahwa cara hidup mereka, cita-cita mereka, iman mereka kepada Allah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, mereka adalah bagian dari kelompok orang yang mulia. Itulah yang terjadi pada orang-orang saleh di dunia abad pertama; itu masih terjadi sekarang ini.
Dunia di mana para pembaca mula-mula surat ini hidup adalah lebih seperti dunia moderen ketimbang sebaliknya. Kemesuman merebak. Ketika seorang laki-laki membeli seorang budak perempuan, budak itu adalah miliknya. Perkawinan antara budak dilarang, dan ada banyak budak. Perceraian adalah umum, begitu juga aborsi. Anak-anak yang tidak diinginkan ditelantarkan. Kekerasan merajalela. Dunia berbahasa Yunani di mana pendengar Petrus hidup telah mengadopsi hiburan yang lebih menarik dari bangsa Roma. Teater-teater umum menampilkan kontes gladiator. Binatang-binatang buas dipajang. Dalam versi yang lebih manusiawi, mereka saling berkelahi; tidak jarang mereka menghadapi penjahat terhukum yang diberi pisau atau jaring untuk membela diri. Kekerasan, kekejaman, dan kemesuman dilahirkan di dunia di mana orang-orang Kristen merasa tidak nyaman. Mereka merasa seperti orang buangan.
Penerapan kepada dunia abad kedua puluh satu tidaklah sulit. Perang narkoba meletus di jalan-jalan kota. Pornografi, pelacuran, dan bahkan perbudakan seksual bukan hal yang langka di dunia moderen. Siaran berita malam membuat orang Kristen geleng-geleng kepala. Selama orang-orang itu mengimani Kristus dengan sungguh-sungguh, selama orang-orang Kristen itu meniru Yesus dari Nazaret, selama itu juga mereka akan terus memiliki perasaan bahwa mereka adalah orang buangan, orang pendatang, di dunia ini.
Kedua, di hadapan penderitaan mereka, Petrus menghendaki para pembacanya mengetahui bahwa mereka dipilih oleh Allah. Kita cenderung menganggap keadaan dipilih itu sebagai peristiwa pasif, seperti pemilik toko yang memilihkan pakaian untuk kita. Orang menunggu secara pasif untuk dipilih. Ada doktrin yang menyebar luas di dunia agama yang mempertahankan bahwa Allah telah mengerjakan semua inisiatif ketika orang berdosa berjalan melewati kematian menuju kehidupan di dalam Kristus. Allah memilih. Allah memberikan iman. Allah menjamin keselamatan. Sama sekali tidak ada perkataan bahwa orang berdosa diminta melakukan sesuatu.
Apakah perjalanan melewati kematian dalam dosa kepada hidup dalam Kristus merupakan konsep pasif? Petrus tidak berpikir begitu. Pada Hari Pentakosta rasul yang sama yang menulis 1 Petrus menyampaikan khotbah injil yang pertama. Ketika tiba di akhir khotbah, orang banyak itu bertanya apa yang harus mereka lakukan. Petrus memberitahu mereka untuk bertobat dan dibaptis untuk pengampunan dosa-dosa mereka (Kisah 2:38). Mereka punya sesuatu untuk dilakukan. Lukas menambahkan pernyataan penting ini: "Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: 'Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini'" (Kisah 2:40). Alkitab KJV berbunyi, "Selamatkanlah dirimu dari angkatan yang jahat ini." Dalam bacaan yang mana saja, Petrus memerintahkan para pendengarnya bahwa ada sesuatu untuk mereka lakukan.
Memang benar bahwa Allah telah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan keluarga manusia. Ketika manusia sesat dalam dosa, tanpa harapan, Allah bertindak. Allah memanggil Abraham yang setia. Ia memimpin kaum budak ke luar Mesir. Ia mendidik dunia agar manusia siap bagi kedatangan seorang Juruselamat. Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal. Semua itu memang benar, tapi pada akhirnya, panggilan Allah harus dijawab oleh respon manusia. Orang yang datang kepada Kristus sama sekali tidak pasif. Orang Kristen dipilih oleh Allah ketika mereka mendengar pesan penebusan, ketika mereka percaya bahwa Yesus adalah Kristus dan bertindak atas iman mereka.
Ketiga, Petrus ingin orang Kristen yang menderita yang ia sapa tahu bahwa mereka telah dikuduskan. Hubungan mereka dengan Allah, harapan yang mereka miliki dalam Yesus Kristus, telah menjadi kenyataan melalui "karya pengudusan oleh Roh." Dikuduskan adalah dibuat suci; dibuat suci adalah dijadikan orang kudus. Hal itu hanya dilakukan oleh Allah. Allah tidak hanya memilih orang-orang Kristen yang pertama kali membaca surat ini, Ia juga telah menjadikan mereka umat-Nya yang kudus.
Ketika orang berdosa yang sesat mendengar injil, mempercayai pesannya, dan mentaati Allah, Allah menguduskan dia. Pengudusan bukanlah sesuatu yang orang dapat lakukan untuk dirinya sendiri. Allah menguduskan melalui darah Yesus yang tercurah di kayu salib. Umat Allah yang dikuduskan adalah orang-orang kudus. Mereka adalah orang-orang kudus milik Allah. Kebanyakan orang Kristen ragu-ragu untuk mengatakan, "Aku kudus." Petrus tidak punya keragu-raguan. Menjadi orang Kristen adalah menjadi kudus. Dorongan Petrus, sama dengan semua dorongan dari Perjanjian Baru, adalah ini: Karena Allah telah menjadikan kamu kudus, hiduplah seperti orang-orang kudus yang Ia sudah menjadikan kamu untuk kudus. Kekudusan tidak tergantung pada usaha manusia. Namun begitu, kehidupan yang setia butuh respon yang setia juga. Paulus mengatakan dengan baik: "Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan" (Roma 2:13).
Ringkasan. Selama dua ribu tahun umat Kristen telah menghadapi perlawanan dari orang-orang fasik. Kadang-kadang penderitaan itu lebih bersifat fisik daripada yang lain; kadang-kadang lebih bersifat psikis. Penderitaan selalu ada. Petrus tidak menjanjikan para pembacanya ada tempat aman dari perlawanan. Ia menalar bersama mereka sebagai berikut: (1) Orang Kristen berdiri dalam satu antrian panjang bersama orang-orang kudus milik Allah ketika mereka menderita. Umat Allah selalu sudah mengerti bahwa sekarang ini mereka sulit merasa seperti di rumah sendiri. Mereka adalah orang buangan, orang pendatang, orang asing di dunia ini. (2) Apapun pendapat dunia tentang mereka, di dalam Kristus mereka adalah orang-orang pilihan Allah. (3) Allah telah menjadikan mereka kudus. Mereka sudah dikuduskan. Sebagai orang-orang yang dikuduskan, mereka perlu menjalani kehidupan yang kudus.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Ulangan 32:30, 31; Ps. 18:2, 31, 46; 19:14; 28:1; 31:2, 3; 42:9; 62:2, 7; 71:3; 78:35; 89:26; 92:15; 94:22; 95:1; 144:1.
2 Paul ...
Catatan Akhir:
- 1 Ulangan 32:30, 31; Ps. 18:2, 31, 46; 19:14; 28:1; 31:2, 3; 42:9; 62:2, 7; 71:3; 78:35; 89:26; 92:15; 94:22; 95:1; 144:1.
- 2 Paul S. Minear, "Holy People, Holy Land, Holy City: The Genesis and Genius of Christian Attitudes," Interpretation 37 (January 1983): 28.
- 3 I. Howard Marshall, New Testament Theology: Many Witnesses, One Gospel (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 2004), 644.
- 4 Secara tata bahasa kata "Roh" berbentuk genitive case dalam bahasa Yunani. Itu adalah subjective gentitive.
- 5 A. M. Toplady, "Rock of Ages," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 6 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 12.
- 7 Barton W. Stone pernah membahas Trinitas dalam berbagai kesempatan dalam jurnalnya The Christian Messenger. Apa yang ia lakukan dalam edisi Juli 1830 masalah (169-73) merupakan indikasi. Untuk ringkasan sikap Stone dalam masalah Trinitas, lihat James DeForest Murch, Christians Only: A History of the Restoration Movement (Cincinnati: Standard Publishing, 1962), 92.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 1:3-25
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 1)
Dari ayat-ayat pembukaan jelas terlihat bahwa Petrus menganggap para pembacanya berada dalam rangk...
1 Petrus 1:3-25
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 1)
Dari ayat-ayat pembukaan jelas terlihat bahwa Petrus menganggap para pembacanya berada dalam rangkaian langsung terhadap Israel. Mereka adalah umat Allah yang "dipilih." Meski baik orang Yahudi maupun non-Yahudi mungkin termasuk di antara para pembacanya, keduanya adalah pilihan Allah berdasarkan hubungan mereka kepada Dia dalam Yesus Kristus. Perkataan rasul itu masuk jauh ke dalam pemahaman Perjanjian Lama tentang umat Allah, tetapi konsep-konsep Perjanjian Lama itu akan segera tidak memadai. Bagaimanapun, para pembacanya itu telah mengalami kelahiran baru. Harapan hidup milik mereka didasarkan pada kebangkitan Yesus Kristus. Warisan mereka adalah warisan yang kekal, tersimpan di sorga. Melalui iman, mereka mencari keselamatan yang akan diungkapkan di zaman akhir.
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Kekudusan Dan Baptisan (1 Petrus 1:3-25)
Meski kata "baptisan" hanya muncul sekali dalam 1 Petrus (3:21), siswa Alkitab yang hati-hati tela...
Kekudusan Dan Baptisan (1 Petrus 1:3-25)
Meski kata "baptisan" hanya muncul sekali dalam 1 Petrus (3:21), siswa Alkitab yang hati-hati telah lama mengakui bahwa baptisan adalah tema dominan dalam surat kiriman itu. Meski baptisan dan kelahiran baru tidak untuk disamakan, namun hubungan mereka yang erat juga tidak boleh diabaikan. Ketika orang percaya dibaptis, kelahiran barunya terjadi. Paulus menggunakan bahasa kiasan satu langkah lebih maju ketika ia mengatakan bahwa orang percaya keluar dari baptisan untuk berjalan dalam "hidup yang baru" (Roma 6:4). Tidak mungkin ada keraguan bahwa Petrus mengacukan baptisan Kristen dalam 1 Petrus 1:3 dan 1:23 ketika ia menggunakan kata-kata "dilahirkan kembali." Itu adalah kelahiran "bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak dapat binasa."
Orang Kristen hidup di dunia di mana kepuasan instan adalah kekuatan pendorong bagi kapitalisme moderen, dan di dunia yang seperti itulah mereka harus menjadi kudus. Bagi para pembaca Petrus tidak ada batas kabur antara kehidupan kudus yang mereka kenal sebagai orang Kristen dan kehidupan lama mereka yang kotor, hidup dalam ketidakpercayaan. Pada titik ini, mungkin, ada perbedaan antara dunia moderen dan dunia di zaman Petrus. Dalam dunia moderen garis antara yang kudus dan cemar sering menjadi kabur. Orang Kristen kadang-kadang berkontribusi kepada batas yang kabur. Ketika dunia memanggil, beberapa orang berkata, "Tentunya kita tidak harus menjauhkan semua kesenangan, bukan? Mari kita jangan memahami hal kekudusan ini terlalu jauh." Ada orang Kristen yang tampaknya takut bahwa dunia mungkin akan menggantungkan pada lehernya julukan moderen yang paling ditakuti dari semua julukan: "fanatik." Seseorang mungkin beranggapan bahwa kita sungguh-sungguh dalam menjadi anak-anak sang Raja.
Yang membuat sedih dan menghambat sebagian besar orang percaya adalah melihat daya pikat yang merajalela terhadap sensualitas di dunia kita. Saya bertanya-tanya apakah perkataan Yosua kepada bangsa Israel kuno mungkin tidak cocok untuk gereja moderen: "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu …" (Yosua 24:19). Apakah kita mampu menghadapi tantangan kekudusan? Saya tidak yakin bagaimana kita akan menjawab pertanyaan itu. Musa menjawabnya seperti ini: "Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh.… Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan"(Ulangan 30:11,14).
Petrus menawarkan dua sumber dari mana orang percaya bisa menarik penyegaran saat ia bergumul berat untuk menjadi kudus dalam dunia yang cemar. Pertama, kekudusan mendapatkan dukungan dalam memberi dan menerima kasih persaudaraan dari sesama peziarah seiring jalan menuju kota suci. Petrus tahu bahwa kemurnian dan ketaatan para pembacanya telah menghasilkan kasih yang tulus, tapi ia menasihati mereka lebih lanjut, "hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu" (1 Petrus 1:22).
Kedua, kekudusan adalah kekal; kehormatan dan selera dunia bersifat sementara. Petrus berkata bahwa orang percaya telah dilahirkan dari benih yang tidak dapat binasa. Semua kemuliaan manusia, semua yang ia dapatkan dengan segenap hidupnya, semua kekayaannya, semua pembelajarannya, semua saat-saat indahnya—semuanya itu akan gugur seperti bunga rumput. Firman Allah tetap selama-lamanya. "Inilah firman yang disampaikan injil kepada kamu" (1:25).
Petrus tidak menawarkan kepada para pembacanya kelegaan dari penganiayaan jasmani dan emosi. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa hal-hal itu bisa bertambah buruk. Apapun yang akan terjadi, rasul itu ingin para pembacanya mengetahui bahwa mereka adalah umat Allah, dan umat Allah adalah kudus. Tidak ada kebutuhan yang lebih besar di dunia abad kedua puluh satu ini selain kehidupan yang kudus pada pihak mereka yang memiliki nama Tuhan. Tidak ada ruang untuk kompromi atau berdalih. Sekarang ini dosa menimang kita dalam pelukannya dan memberitahu kita bahwa bagaimanapun kita adalah manusia. Kita tidak bisa berharap terlalu banyak dari diri kita sendiri. Akibatnya, orang Kristen sekarang ini sering tidak pernah benar-benar menganggap kekudusan sebagai pilihan untuk kehidupan. Sungguh tenang untuk menyadari bahwa Allah telah menebus sebuah umat yang kudus.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 [Dalam Alkitab bahasa Inggris] kata kerja "be" atau "is" dalam 1 Petrus 1:3 maupun dalam Matius 21:9 harus dip...
Catatan Akhir:
- 1 [Dalam Alkitab bahasa Inggris] kata kerja "be" atau "is" dalam 1 Petrus 1:3 maupun dalam Matius 21:9 harus dipasok. Bentuk perfect participle eujloghme÷noß (eulogēmenos) diterjemahkan "diberkatilah" dalam Matius 21:9, sedangkan Petrus menggunakan kata sifat eujloghtoß (eulogētos). Partisip adalah ajektif kata kerja. Perbedaan antara pernyataan "Berbahagialah …" dan bentuk perintah "Diberkatilah …"adalah kecil.
- 2 Meski para rabi terkadang membandingkan seorang mualaf dengan anak yang baru lahir, mereka hampir tidak bisa memahami pembaruan moral dan spiritual secara radikal yang melekat pada pelbagai acuan Perjanjian Baru kepada kelahiran baru. Setelah memeriksa bukti-bukti, G. R. Beasley-Murray menyimpulkan, "… penerapan konsep regenerasi kepada kehidupan rohani individu adalah tidak umum dalam Yudaisme dan dalam dunia sinkretisme Helenistik sebelum kedatangan agama Kristen." (G. R. Beasley-Murray, Baptism in the New Testament [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1962], 227.)
- 3 Ibid., 228.
- 4 George Eldon Ladd hanya benar sebagian ketika ia menulis, "Paulus menganggap orang percaya sebagai anak-anak Allah, tetapi melalui adopsi ketimbang melalui kelahiran baru (Roma 8:15)." (George Eldon Ladd, A Theology of the New Testament, 2d ed. [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993], 664.) Paulus menggunakan kiasan baik untuk adopsi maupun kelahiran kembali, seperti yang Titus 3:5 jelaskan. Dengan menggunakan kiasan adopsi di Roma 8:15, 16, Paulus meyakinkan orang percaya tentang kokohnya hubungan mereka dengan Allah melalui Kristus. Dalam Roma 6:1-4 dan Titus 3:5, subyeknya adalah perubahan radikal yang terjadi ketika seseorang menjadi Kristen. Di satu sisi, itu berarti mati terhadap manusia lama dan, di sisi lain, itu berarti dilahirkan kembali.
- 5 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 46.
- 6 David Ewert, And Then Comes the End (Scottsdale, Pa.: Herald Press, 1980), 173.
- 7 F. J. A. Hort, The First Epistle of St. Peter I.1-II.17: The Greek Text with Introductory Lecture, Commentary, and Additional Notes (New York: Macmillan Co., 1898), 38.
- 8 Kelly, 46.
- 9 Lihat 9See J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 29.
- 10 Nasihat Petrus mengenai pemerintah tidak boleh diabaikan sebagai meniru peraturan rumah tangga Perjanjian Baru. Peraturan itu ditemukan dalam Efesus 5; 6 dan dalam Kolose 3; 4 tidak mengandung acuan kepada pemerintah. Petrus mengadaptasi bentuk sastra peraturan rumah tangga itu sehingga itu memenuhi kebutuhan dan keprihatinan para pembacanya.
- 11 Kelly, 46.
- 12 John Stott, The Contemporary Christian (Leicester, U.K.: Inter-Varsity Press, 1992), 157.
- 13 Partisip itu mungkin juga mengandung kekuatan perintah, terutama bila digunakan dalam rangkaian perintah.
- 14 Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillian & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 131.
- 15 Ibid, 260 Lihat juga Duane Warden, "The Prophets of 1 Peter 1:10-12," Restoration Quarterly 31 (First Quarter 1989): 1-12. Kebanyakan komentar mengacu kepada Selwyn ketika mereka menyapa para nabi dalam nas ini, bahkan jika mereka melakukannya hanya untuk menyangkal dia. Apakah mereka itu berhasil atau tidak adalah terbuka untuk ditanyakan. Masalahnya tidak terpecahkan, seperti yang tampaknya Michaels pikir, dengan merujuk kepada ei˙ß uJma◊ß (eis humas) di 1:10. (Michaels, 44.) Kasih karunia dalam 1:10 adalah untuk kepentingan umat Kristen, sebagaimana penderitaan dalam 1:11 adalah untuk Kristus.
- 16 Banyak dari karya pakar telah membahas pertanyaan tentang apakah para nabi Perjanjian Baru adalah anggota tetap gereja atau bukan (seperti yang mungkin ditunjukkan dalam 1 Korintus 12) atau pengembara (seperti yang disiratkan dalam surat kiriman Yohanes dan Didache). Untuk kajian lebih lanjut, berkonsultasilah dengan David Hill, New Testament Prophecy (Atlanta: John Knox Press, 1979), 104-9.
- 17 Kelly, 59.
- 18 Hort menulis, "Kebaikan dan penerimaan secara khusus berarti harus menjadi kebaikan yang ditampilkan dalam penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam perjanjian." (Hort, 49.)
- 19 Untuk pandangan sebaliknya lihat Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 69 - 71. Penanganan paksa oleh Grudem atas tata bahasa nas itu adalah menyakitkan untuk dibaca. Perlakuannya yang lemah atas pertanyaan itu merupakan argumentasi yang sangat kuat bahwa Selwyn telah memahami nas itu dengan benar.
- 20 Hal yang menarik tentang seorang penulis seperti Albert Camus adalah kerinduannya terhadap kesopanan dalam tidak adanya kepercayaan kepada Allah. Dalam "The Myth of Sisyphus" Camus menegaskan, "Bahwa alasan, praktik atau etika universal, bahwa determinisme itu, kategori-kategori yang menjelaskan semuanya cukup untuk membuat orang awam tertawa." (Albert Camus, The Myth of Sisyphus, and Other Essays, trans. Justin O'Brien [New York: Vintage Books, 1955], 16.) Berbeda dengan ateisme kaum hedonis yang kasual, Camus memiliki keberanian untuk melihat kehidupan secara langsung dan mengingkari Allah. Ia menemukan kehidupan manusia sebagai tidak masuk akal, penuh dengan putus asa, dan tanpa harapan.
- 21 Selain itu, konteksnya menunjukkan bahwa partisip Yunani "siapkanlah akal budimu" (1:13) dan "jangan menjadi serupa" (1:14) digunakan dengan kekuatan yang mengandung perintah.
- 22 Untuk ungkapan kaum Semit lihat 2 Samuel 7:10, di mana "orang-orang lalim" Ibrani berada di belakang terjemahan bahasa Inggris "jahat" (bandingkan Matius 8:12, "anak-anak kerajaan," dan Efesus 2:3, "anak-anak murka").
- 23 Teks itu menulis suschmatizo/menoi (suschēmatizomenoi), yang secara teknis berupa partisip tetapi digunakan di sini dengan dorongan sebuah perintah.
- 24 Michaels, 51.
- 25 Grudem, 79.
- 26 Ibid, 80.
- 27 Ladd, 564.
- 28 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 87.
- 29 John H. Elliott, Home for the Homeless: A Sociological Exegesis of 1 Peter, Its Situation and Strategy (Philadelphia: Fortress Press, 1973), 42.
- 30 Best berpendapat bahwa kata itu seperti yang Petrus gunakan mengacu kepada pembebasan, bukan kepada harga tebusan. (Best, 89.)
- 31 Francis Wright Beare menawarkan diskusi yang tuntas tentang kata "keluarga" lutroomai baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam dunia pagan. (Francis Wright Beare, The First Epistle of Peter: The Greek Text with Introduction and Notes, 3d ed. [Oxford: Basil Blackwell, 1970], 103-5.)
- 32 Alkitab NASB tidak menggunakan kata "pengampunan dosa" dalam Perjanjian Baru. Alkitab KJV menuliskannya sekali dalam Roma 5:11. Alkitab NRSV menggunakan kata itu dalam Roma 3:25; Ibrani 2:17. Alkitab NIV menuliskannya dalam Roma 3:25; Ibrani 2:17; 9:5.
- 33 Michaels, 66-67.
- 34 Robert H. Gundry, "'Verba Christi' in 1 Peter; Their Implications Concerning the Authorship of 1 Peter and the Authenticity of the Gospel Tradition," New Testament Studies 13 (July 1967): 339-40.
- 35 Raymond C. Kelcy, The Letters of Peter and Jude, The Living Word Commentary, vol. 17 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1972), 38.
- 36 Kelly, 78.
- 37 Alkitab NASB menerjemahkan aorist passive imperative Kisah 2:40 secara harfiah, "Selamatkanlah dirimu dari angkatan yang jahat ini." Timbul pertanyaan, "Bagaimanakah orang dengan penuh arti memerintahkan orang lain untuk melakukan hal yang mana pendengar itu sepenuhnya pasif?" Bentuk passive imperatives, "didengar," "diterima," dan semacamnya, pada kenyataannya, memiliki dorongan kata kerja yang mengandung perintah, "Biarkanlah dirimu didengar," atau "Biarkanlah dirimu diterima." Itulah yang Petrus maksudkan dalam Kisah 2:40. Ia bermaksud para pendengarnya membolehkan diri mereka untuk diselamatkan. Karena kasusnya seperti itu, Petrus memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu yang kepadanya keputusan mereka sendiri harus berkontribusi. Dalam pengertian itulah para pendengar Petrus harus "menyelamatkan diri mereka."
- 38 Michaels, 75.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Ditebus, Bukan Dengan Hal-Hal Yang Dapat Binasa (1 Petrus 1:18, 19)
Sebagian besar hal yang dunia di zaman kita bayangkan sebagai pintar, moderen, da...
Ditebus, Bukan Dengan Hal-Hal Yang Dapat Binasa (1 Petrus 1:18, 19)
Sebagian besar hal yang dunia di zaman kita bayangkan sebagai pintar, moderen, dan berani hanyalah perpanjangan dari kebodohan yang sama yang telah menghancurkan kehidupan dan menyaring sukacita dari kehidupan selama ribuan tahun. Mengikuti selera-selera itu tanpa dipikir matang bisa memperbudak dan menghancurkan. Dalam suratnya yang kedua ini, Petrus menulis tentang orang-orang yang menjanjikan kemerdekaan sementara mereka adalah hamba kebinasaan: "… karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu" (2 Petrus 2:19).
Dalam 1 Petrus rasul itu menarik suatu perbedaan yang tajam antara kehidupan masa lalu yang memperbudak, melemahkan yang mereka kenal dan kebebasan yang mereka nikmati dalam Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya bahwa mereka telah ditebus. Kata yang diterjemahkan "ditebus" digunakan oleh para penulis sekuler dalam dunia Yunani untuk membayar suatu tebusan. Bayaran yang besar untuk penebusan akan diminta oleh segerombolan bajak laut atau gerombolan perampok untuk orang kaya atau orang berkuasa. Sejarawan Roma Suetonius menceritakan suatu kejadian dalam kehidupan Julius Caesar pada 74 S. M. ketika ia pergi ke pulau Rhodes untuk belajar retorika. Dalam perjalanan itu kapalnya jatuh ke tangan bajak laut. Caesar muda itu harus mengirim pesan ke kota Miletus untuk mengumpulkan lima puluh talenta emas bagi tebusan dirinya. Miletus membayarnya, dan para perompak itu membebaskan Caesar.
Pembayaran uang tebusan untuk orang kaya dan berkuasa adalah perak dan emas, tetapi Petrus mengingatkan para pembacanya bahwa tebusan mereka telah dibayar dengan sesuatu yang jauh lebih berharga. Harga tebusan yang telah melepaskan mereka dari keinginan daging yang memperbudak adalah tidak kurang berupa darah yang mahal dari Anak Allah (1 Petrus 1:18, 19). Paulus menyatakannya seperti ini dalam 2 Korintus 5:21: "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. "
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi