Teks -- 1 Petrus 2:5-25 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: 1Ptr 2:5 - IMAMAT KUDUS.
Nas : 1Pet 2:5
Dalam PL keimaman terbatas pada suatu golongan minoritas tertentu.
Kegiatan mereka yang khusus ialah mempersembahkan kurban kepada A...
Nas : 1Pet 2:5
Dalam PL keimaman terbatas pada suatu golongan minoritas tertentu. Kegiatan mereka yang khusus ialah mempersembahkan kurban kepada Allah, mewakili umat-Nya dan berbicara langsung dengan Allah (Kel 28:1; 2Taw 29:11). Kini melalui Yesus Kristus, setiap orang Kristen sudah menjadi imam di hadapan Allah (Wahy 1:6; 5:10; 20:6). Keimaman semua orang percaya berarti sebagai berikut:
- 1) Semua orang percaya boleh langsung menghadap Allah melalui Kristus (1Pet 3:18; Yoh 14:6; Ef 2:18).
- 2) Semua orang percaya berkewajiban untuk hidup kudus (ayat 1Pet 2:5,9; 1:14-17).
- 3) Semua orang percaya harus mempersembahkan "persembahan rohani:" kepada Allah, termasuk:
- (a) hidup dalam ketaatan kepada Allah dan jangan menjadi serupa dengan dunia (Rom 12:1-2);
- (b) berdoa kepada Allah dan memuji Dia (Mazm 50:14; Ibr 13:15;
lihat art. PUJIAN);
- (c) melayani dengan sepenuh hati dan pikiran (1Taw 28:9; Ef 5:1-2; Fili 2:17);
- (d) melakukan perbuatan baik (Ibr 13:16);
- (e) memberi dari harta milik (Rom 12:13; Fili 4:18); dan
- (f) mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai senjata kebenaran (Rom 6:13,19).
- 4) Semua orang percaya harus bersyafaat dan saling mendoakan serta
berdoa untuk semua orang (Kol 4:12; 1Tim 2:1; Wahy 8:3; bd.
lihat art. DOA SYAFAAT).
- 5) Semua orang percaya harus memberitakan Firman Allah dan mendoakan keberhasilannya (ayat 1Pet 2:9; 3:15; Kis 4:31; 1Kor 14:26; 2Tes 3:1).
- 6) Semua orang percaya dapat memimpin baptisan air dan Perjamuan Kudus (Mat 28:19; Luk 22:19).
Full Life: 1Ptr 2:9 - BANGSA YANG KUDUS.
Nas : 1Pet 2:9
Orang percaya dipisahkan dari dunia supaya menjadi milik Allah
sepenuhnya (bd. Kis 20:28; Tit 2:14) dan memberitakan Injil keselamat...
Full Life: 1Ptr 2:11 - PENDATANG DAN PERANTAU.
Nas : 1Pet 2:11
Posisi kita yang baru sebagai milik Allah sendiri mengasingkan kita
dari orang-orang di dunia ini sehingga kita menjadi orang asing...
Nas : 1Pet 2:11
Posisi kita yang baru sebagai milik Allah sendiri mengasingkan kita dari orang-orang di dunia ini sehingga kita menjadi orang asing. Kita kini hidup dalam negeri yang bukan menjadi milik kita, dan kewarganegaraan kita adalah bersama Kristus di sorga (bd. Fili 3:20; Ibr 11:9-16). Karena kita adalah orang asing di bumi ini, kita harus menjauhkan diri dari kesenangan dunia yang berusaha membinasakan jiwa kita
(lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).
Full Life: 1Ptr 2:13 - TUNDUKLAH ... KEPADA SEMUA LEMBAGA MANUSIA.
Nas : 1Pet 2:13
Lihat cat. --> Rom 13:1.
[atau ref. Rom 13:1]
Full Life: 1Ptr 2:21 - KRISTUSPUN TELAH MENDERITA ... MENGIKUTI JEJAK-NYA.
Nas : 1Pet 2:21
Kemuliaan dan kehormatan tertinggi yang dapat dialami seorang
percaya ialah menderita bagi Kristus dan Injil
(lihat cat. ...
Nas : 1Pet 2:21
Kemuliaan dan kehormatan tertinggi yang dapat dialami seorang percaya ialah menderita bagi Kristus dan Injil
(lihat cat. --> Mat 5:10).
[atau ref. Mat 5:10]
Dalam penderitaan, orang percaya mengikuti teladan Kristus dan para rasul (Yes 53:1-12; Mat 16:21; 20:28; Ibr 5:8;
lihat cat. --> Kis 9:16).
[atau ref. Kis 9:16]
- 1) Orang Kristen harus bersedia untuk menderita (1Pet 4:1; 2Kor 11:23-29), yaitu turut dalam penderitaan Kristus (1Pet 4:13; 2Kor 1:5; Fili 3:10) dan menantikan penderitaan sebagai bagian dari pelayanannya (2Kor 4:10-12; bd. 1Kor 11:1).
- 2) Menderita bagi Kristus disebut sebagai menderita "karena kehendak Allah" (1Pet 4:19), "karena nama-Ku" (Kis 9:16), "menderita bagi Injil-Nya" (2Tim 1:8), "menderita karena kebenaran" (1Pet 3:14) dan "menderita karena Kerajaan itu" (2Tes 1:5).
- 3) Menderita bagi Kristus adalah suatu cara untuk mencapai kedewasaan rohani (Ibr 2:10), memperoleh berkat Allah (1Pet 4:14), dan membagikan hidup kepada orang lain (2Kor 4:10-12). Turut menderita bersama Kristus adalah prasyarat untuk dapat dimuliakan bersama Kristus (Rom 8:17) dan memperoleh kemuliaan abadi (Rom 8:18). Dalam pengertian ini penderitaan dianggap sebagai karunia Allah yang indah (ayat 1Pet 2:19; Fili 1:29).
- 4) Dalam hal hidup untuk Kristus dan Injil, penderitaan jangan dicari, tetapi orang percaya harus bersedia mengalaminya sebagai akibat dari pengabdian kepada Kristus.
Full Life: 1Ptr 2:24 - MEMIKUL DOSA KITA.
Nas : 1Pet 2:24
Kristus memikul dosa kita di kayu salib (bd. Yes 53:4,11-12),
menjadi pengganti kita dengan menanggung hukuman bagi dosa kita
(Yoh ...
Nas : 1Pet 2:24
Kristus memikul dosa kita di kayu salib (bd. Yes 53:4,11-12), menjadi pengganti kita dengan menanggung hukuman bagi dosa kita (Yoh 1:29; Ibr 9:28; 10:10;
lihat art. HARI PENDAMAIAN).
Tujuan dari kematian yang menggantikan ini adalah agar kita dapat dipisahkan sama sekali dari kesalahan, kuasa, dan pengaruh dosa. Melalui kematian-Nya Kristus melenyapkan kesalahan kita dan hukuman bagi dosa kita, membuka jalan hingga kita pantas untuk kembali kepada Allah (Rom 3:24-26) dan menerima kasih karunia untuk hidup benar di hadapan-Nya (Rom 6:2-3; 2Kor 5:15; Gal 2:20). Petrus menggunakan kata "sembuh" dalam hubungan dengan keselamatan dengan segala berkatnya (bd. Yes 53:5; Mat 8:16-17).
Jerusalem -> 1Ptr 2:4-10; 1Ptr 2:8; 1Ptr 2:9-10; 1Ptr 2:11; 1Ptr 2:12; 1Ptr 2:13; 1Ptr 2:19; 1Ptr 2:21; 1Ptr 2:25
Jerusalem: 1Ptr 2:4-10 - -- Bagian ini berlatar belakang Kel 19. Umat Allah yang kudus dahulu berdiri sekeliling gunung Sinai, tetapi tidak boleh mendekatinya. Sebaliknya, umat A...
Bagian ini berlatar belakang Kel 19. Umat Allah yang kudus dahulu berdiri sekeliling gunung Sinai, tetapi tidak boleh mendekatinya. Sebaliknya, umat Allah yang baru berdiri sekeliling Bukit Batu yang lain. Batu yang dapat didekati, 1Pe 2:4. Korban-korban yang meneguhkan perjanjian yang lama. (Kel 24:5-8) diganti dengan korban-korban rohani umat Kristen, 1Pe 2:5. Selebihnya kiasan "pertumbuhan" diganti dengan kiasan "bangunan", Yesus sendiri, Mat 21:42 dsj, membandingkan diriNya dengan batu yang dibuang, Maz 118:22, lalu dipilih oleh Allah, Yes 28:16. Orang-orang Kristen, batu-batu hidup, 1Pe 2:5, sama seperti Kristus, 1Pe 2:4, dibangun menjadi kediaman rohani, 1Ko 3:16-17; 2Ko 6:16; Efe 2:20-22. Di situ mereka menyampaikan kepada Allah suatu ibadat rohani yang layak bagiNya, Yoh 2:21+; Rom 1:9+; Ibr 7:27+.
Jerusalem: 1Ptr 2:8 - telah disediakan Dengan menolak Injil orang-orang Yahudi kehilangan keistimewaan-keistimewaan yang lalu diberikan kepada orang Kristen, 1Pe 3:9; Kis 28:26-28; bdk Yoh ...
Dengan menolak Injil orang-orang Yahudi kehilangan keistimewaan-keistimewaan yang lalu diberikan kepada orang Kristen, 1Pe 3:9; Kis 28:26-28; bdk Yoh 12:40. Keterangan ini perlu dilengkapi dengan Rom 11:32; 1Ti 2:4; dll, dan tidak berkata bahwa orang-orang Yahudi ditolak untuk selama-lamanya.
Jerusalem: 1Ptr 2:9-10 - -- Ayat-ayat ini mengutip atau menyinggung beberapa nas dari Perjanjian Lama. Dengan jalan itu keistimewaan-keistimewaan umat terpilih dipindahkan kepada...
Ayat-ayat ini mengutip atau menyinggung beberapa nas dari Perjanjian Lama. Dengan jalan itu keistimewaan-keistimewaan umat terpilih dipindahkan kepada Gereja. Maksudnya ialah: menonjolkan hubungan Gereja dengan Allah dan menekankan tanggung jawabnya di dunia, bdk Wah 1:6; 5:10; 20:6. Karena milik Kristus "bangsa" itu mendapat suatu kesatuan yang tidak mengizinkan pengelompokan, bdk Gal 3:28; Wah 5:9; dll.
Jerusalem: 1Ptr 2:11 - -- Dikutiplah Maz 39:13, yang dipetik dalam Ibr 11:13. Kutipan itu agaknya lazim dalam pengajaran mengenai hidup Kristen dipandang sebagai hidup dalam pe...
Dikutiplah Maz 39:13, yang dipetik dalam Ibr 11:13. Kutipan itu agaknya lazim dalam pengajaran mengenai hidup Kristen dipandang sebagai hidup dalam pembuangan (bdk 1Pe 1:1,17; Kol 3:1-4; Fili 3:20).
Jerusalem: 1Ptr 2:12 - -- Meskipun termasuk dalam kota lain, 1Pe 1:1+, orang-orang Kristen tidak lepas dari kewajiban-kewajiban terhadap dunia ini. Sebaliknya, sebagai anak-ana...
Meskipun termasuk dalam kota lain, 1Pe 1:1+, orang-orang Kristen tidak lepas dari kewajiban-kewajiban terhadap dunia ini. Sebaliknya, sebagai anak-anak Allah dan warga negara sorga, mereka, mendapat berbagai kewajiban yang dikagumi oleh para pemfitnah mereka, 1Pe 1:12, 15
Jerusalem: 1Ptr 2:13 - lembaga manusia Terjemahan lain: ciptaan manusiawi. Agaknya Petrus menantang pandangan kafir yang menganggap raja sebagai ilahi. Bagian yang menyusul, 1Pe 2:13-3:12, ...
Terjemahan lain: ciptaan manusiawi. Agaknya Petrus menantang pandangan kafir yang menganggap raja sebagai ilahi. Bagian yang menyusul, 1Pe 2:13-3:12, tertuju kepada berbagai golongan sosial, seperti juga Efe 5:22-6:9; Kol 3:18-4:1; Tit 2:1-10.
Jerusalem: 1Ptr 2:19 - Sebab adalah kasih-karunia Sejumlah naskah menambah: dari Allah, bdk 1Pe 2:20.
Sejumlah naskah menambah: dari Allah, bdk 1Pe 2:20.
Jerusalem: 1Ptr 2:21 - mengikuti jejakNya "Karunia" untuk menanggung ketidak-adilan, 1Pe 2:19-20, bersumberkan teladan Kristus, bdk Yoh 13:15; 1Ko 11:1; Fili 2:5; 2Te 3:7+. 1Pe 2:21-25 yang me...
"Karunia" untuk menanggung ketidak-adilan, 1Pe 2:19-20, bersumberkan teladan Kristus, bdk Yoh 13:15; 1Ko 11:1; Fili 2:5; 2Te 3:7+. 1Pe 2:21-25 yang menyinggung Yes 53 mungkin berasal dari salah satu nyanyian. Orang-orang Kristen yang dianiaya perlu ingat akan Yesus yang disalibkan oleh karena dosa kita, 1Pe 3:18; Kis 2:23; dll, dan yang meskipun tidak bersalah dengan sabar menderita, Luk 23:41; Yoh 8:46; 2Ko 5:21; Ibr 4:15.
Ende: 1Ptr 2:5 - Sudah rumah rohani Oleh mempersatukan dirinja dengan Kristus Batu Pendjuru,
orang kristen sendiri mendjadi batu jang hidup. Dan dalam persatuan dengan
Kristus itu terjip...
Oleh mempersatukan dirinja dengan Kristus Batu Pendjuru, orang kristen sendiri mendjadi batu jang hidup. Dan dalam persatuan dengan Kristus itu terjiptalah suatu kenisah jang benar bagi Allah.
Ende: 1Ptr 2:8 - Sjak dan wadas sandungan Barang siapa menolak dan tidak mau mengenal
Kristus, ia seolah-olah membawa dirinja kepada kebinasaan abadi.
Barang siapa menolak dan tidak mau mengenal Kristus, ia seolah-olah membawa dirinja kepada kebinasaan abadi.
Ende: 1Ptr 2:12 - Berkat teladanmu Teladan orang kristen dan membuka hati kaum kafir untuk
menerima rahmat Tuhan pada suatu saat.
Teladan orang kristen dan membuka hati kaum kafir untuk menerima rahmat Tuhan pada suatu saat.
Ende: 1Ptr 2:16 - Hiduplah sebagai orang jang merdeka Orang kristen memang merdeka, tetapi
djanganlah salah-pakai kemerdekaannja. Mereka masih harus taat kepada
kewadjiban: sebagai orang kristen dan sebag...
Orang kristen memang merdeka, tetapi djanganlah salah-pakai kemerdekaannja. Mereka masih harus taat kepada kewadjiban: sebagai orang kristen dan sebagai warga negara.
Ende: 1Ptr 2:19 - Sebab adalah suatu kehormatan Tidak mudah untuk taat senantiasa kepada orang
atasan. Akan tetapi, djika orang taat selalu demi kasih akan Allah, ia akan
diberkatiNja.
Tidak mudah untuk taat senantiasa kepada orang atasan. Akan tetapi, djika orang taat selalu demi kasih akan Allah, ia akan diberkatiNja.
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:5 - untuk pembangunan // rumah rohani // imamat kudus // Yesus Kristus · untuk pembangunan: Ams 9:1; 1Kor 3:9; Ef 2:20-22
· rumah rohani: 1Tim 3:15
· imamat kudus: 1Pet 2:9; Kel 19:6; Yes 61:6; Wahy 1...
· untuk pembangunan: Ams 9:1; 1Kor 3:9; Ef 2:20-22
· rumah rohani: 1Tim 3:15
· imamat kudus: 1Pet 2:9; Kel 19:6; Yes 61:6; Wahy 1:6; 5:10; 20:6
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:6 - batu penjuru // akan dipermalukan · batu penjuru: Ef 2:20
· akan dipermalukan: Yes 28:16; Rom 9:32,33; 10:11
· batu penjuru: Ef 2:20
· akan dipermalukan: Yes 28:16; Rom 9:32,33; 10:11
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:7 - tidak percaya // telah dibuang // batu penjuru // batu sandungan · tidak percaya: 2Kor 2:16
· telah dibuang: 1Pet 2:4
· batu penjuru: Mazm 118:22; Kis 4:11; Kis 4:11
· batu sandungan: Yes...
· telah disediakan: Rom 9:22
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:9 - yang terpilih // imamat // rajani, bangsa // kepunyaan Allah // kepada terang-Nya · yang terpilih: Ul 10:15; 1Sam 12:22
· imamat: 1Pet 2:5
· rajani, bangsa: Kel 19:6; Ul 7:6; Yes 62:12
· kepunyaan Allah: ...
· menjadi umat-Nya: Hos 1:9,10; 2:22; Rom 9:25,26
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:11 - Saudara-saudaraku // dan perantau // keinginan-keinginan daging // melawan jiwa · Saudara-saudaraku: 1Kor 10:14; 1Kor 10:14
· dan perantau: Ibr 11:13; Ibr 11:13
· keinginan-keinginan daging: Rom 13:14; Gal 5...
· Saudara-saudaraku: 1Kor 10:14; [Lihat FULL. 1Kor 10:14 ]
· dan perantau: Ibr 11:13; [Lihat FULL. Ibr 11:13 ]
· keinginan-keinginan daging: Rom 13:14; Gal 5:16
· melawan jiwa: Yak 4:1
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:12 - dari perbuatan-perbuatanmu // memuliakan Allah · dari perbuatan-perbuatanmu: Fili 2:15; Tit 2:8; Tit 2:14; Tit 2:14; 1Pet 3:16
· memuliakan Allah: Mat 9:8; Mat 9:8
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:14 - berbuat jahat // berbuat baik · berbuat jahat: Rom 13:4
· berbuat baik: Rom 13:3
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:15 - inilah kehendak // yang bodoh · inilah kehendak: 1Pet 3:17; 4:19
· yang bodoh: 1Pet 2:12; 1Pet 2:12
· inilah kehendak: 1Pet 3:17; 4:19
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:16 - orang merdeka // menyelubungi kejahatan-kejahatan // hamba Allah · orang merdeka: Yoh 8:32; Yoh 8:32
· menyelubungi kejahatan-kejahatan: Gal 5:13
· hamba Allah: Rom 6:22; Rom 6:22
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:17 - kasihilah saudara-saudaramu // hormatilah raja · kasihilah saudara-saudaramu: Rom 12:10; Rom 12:10
· hormatilah raja: Ams 24:21; Rom 13:7
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:18 - penuh ketakutan // dan peramah · penuh ketakutan: Ef 6:5; Ef 6:5
· dan peramah: Yak 3:17
· kehendak Allah: 1Pet 3:14,17
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:21 - untuk itulah // kamu dipanggil // untuk kamu // meninggalkan teladan · untuk itulah: Kis 14:22; Kis 14:22; Fili 1:29; 1Pet 3:9
· kamu dipanggil: Rom 8:28; Rom 8:28
· untuk kamu: 1Pet 3:18; 4:1,13
&...
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:22 - berbuat dosa // dalam mulut-Nya · berbuat dosa: 2Kor 5:21; 2Kor 5:21
· dalam mulut-Nya: Yes 53:9
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:23 - dicaci maki // tidak mengancam // Ia menyerahkannya // dengan adil · dicaci maki: Ibr 12:3; 1Pet 3:9
· tidak mengancam: Yes 53:7
· Ia menyerahkannya: Luk 23:46
· dengan adil: Mazm 9:5
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:24 - dosa kita // kayu salib // terhadap dosa // telah sembuh · dosa kita: Yes 53:4,11; Ibr 9:28
· kayu salib: Kis 5:30; Kis 5:30
· terhadap dosa: Rom 6:2; Rom 6:2
· telah sembuh: Ul ...
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:25 - kamu sesat // kepada gembala // pemelihara jiwamu · kamu sesat: Yes 53:6
· kepada gembala: Yoh 10:11; Yoh 10:11
· pemelihara jiwamu: Ayub 10:12
· kamu sesat: Yes 53:6
· kepada gembala: Yoh 10:11; [Lihat FULL. Yoh 10:11 ]
· pemelihara jiwamu: Ayub 10:12
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 2:4-12; 1Ptr 2:13-25
Matthew Henry: 1Ptr 2:4-12 - Batu yang Hidup; Peringatan terhadap Hawa Nafsu Batu yang Hidup; Peringatan terhadap Hawa Nafsu (2:4-12)
I. Di sini Rasul Petrus memberikan gambaran kepada kita perihal Yesus Kristus sebagai...
Batu yang Hidup; Peringatan terhadap Hawa Nafsu (2:4-12)
- I. Di sini Rasul Petrus memberikan gambaran kepada kita perihal Yesus Kristus sebagai batu yang hidup. Meskipun bagi orang sangat cerdas dengan beragam pemikiran, atau orang tidak percaya, penggambaran ini bisa terasa kasar dan tajam, namun bagi orang Yahudi yang banyak mendasarkan agama mereka pada Bait Allah mereka yang megah, dan yang memahami gaya nubuat yang menyebut Sang Mesias sebagai batu (Yes. 8:14; 28:16), hal ini justru dianggap sangat anggun serta pantas.
- 1. Di dalam penggambaran Yesus Kristus secara kiasan ini, Ia disebut sebagai batu, untuk menunjukkan kekuatan-Nya yang tidak terkalahkan dan keberadaan-Nya yang kekal, serta untuk mengajar hamba-hamba-Nya bahwa Dialah perlindungan dan keamanan mereka, dasar yang di atasnya mereka dibangun, serta batu karang yang membentengi mereka dari semua musuh mereka. Ia merupakan batu yang hidup karena memiliki hidup kekal di dalam diri-Nya, dan menjadi raja kehidupan bagi seluruh umat-Nya. Nama baik dan kehormatan-Nya di mata Allah dan manusia sangatlah berbeda. Ia ditentang oleh manusia, dikutuk serta ditolak oleh rekan-rekan sebangsa-Nya orang Yahudi, dan juga oleh umat manusia pada umumnya. Sebaliknya, Ia adalah pilihan Allah, disisihkan dan ditetapkan sejak dahulu dari semula untuk menjadi dasar jemaat (1:20). Ia sangat berharga, terhormat, terpilih, layak, serta sangat dihargai di mata Allah dan menurut penilaian semua orang yang percaya kepada-Nya. Kepada Dia yang digambarkan seperti inilah kita harus mendekat: datang kepada-Nya, bukan dengan gerakan seperti biasa, sebab hal ini tentunya mustahil dilakukan mengingat Ia sudah naik ke sorga, melainkan melalui iman, yang melaluinya kita pertama-tama dipersatukan dengan-Nya, baru kemudian kita dibawa mendekat kepada-Nya. Ketahuilah bahwa,
- (1) Yesus Kristus merupakan satu-satunya batu fondasi dari seluruh pengharapan dan kebahagiaan kita. Ia menyampaikan pengetahuan yang benar perihal Allah (Mat. 11:27). Melalui Dia-lah kita memperoleh jalan masuk kepada Bapa (Yoh. 14:6), dan melalui Dia kita dibuat mengambil bagian dalam semua berkat rohani (Ef. 1:3).
- (2) Manusia pada umumnya menentang dan menolak Yesus Kristus. Mereka meremehkan Dia, tidak menyukai-Nya, serta melawan dan menolak Dia, seperti yang dinyatakan Kitab Suci dan pengalaman manusia (Yes. 53:3).
- (3) Walaupun sangat ditentang oleh dunia yang tidak tahu berterima kasih, Ia dipilih Allah, dan sangat berharga di mata-Nya. Ia dipilih dan ditentukan menjadi Tuhan semesta alam, kepala gereja, Juruselamat umat-Nya, dan Hakim atas dunia ini. Ia sangat berharga dalam hal keunggulan kodrat-Nya, di dalam hal martabat jabatan-Nya, dan di dalam hal kemuliaan pelayanan-Nya.
- (4) Orang-orang yang mengharapkan belas kasihan dari Penebus yang penuh rahmat ini harus datang kepada-Nya. Untuk mendekati-Nya kita harus bertindak, dan itu terjadi atas kasih karunia Allah. Ini merupakan tindakan jiwa, dan bukan tubuh, suatu usaha keras yang nyata, bukan sekadar keinginan yang sia-sia.
- 2. Setelah menggambarkan Kristus sebagai dasar, Rasul Petrus selanjutnya berbicara perihal bangunan bagian atas, yakni bahan-bahan yang dibangun di atas diri-Nya: kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan (ay. 5). Rasul Petrus sedang menawarkan jemaat dan aturan dasar Kristen kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di perantauan. Memang wajar apabila mereka menyatakan keberatan bahwa jemaat Kristen tidak memiliki Bait Allah yang agung ataupun imamat dengan banyak anggota seperti mereka. Selain itu, bagi mereka, tatanan jemaat Kristen itu sederhana, tata ibadah dan persembahan korbannya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemegahan dan kebesaran yang dimiliki tatanan jemaat Yahudi. Terhadap keberatan ini, Rasul Petrus menjawab bahwa jemaat Kristen memiliki susunan yang jauh lebih mulia daripada Bait Allah Yahudi. Jemaat Kristen merupakan Bait Allah hidup yang tidak terdiri atas bahan-bahan bangunan mati, melainkan atas bagian-bagian yang hidup. Kristus, dasarnya bangunan itu, adalah batu yang hidup. Orang-orang Kristen adalah batu-batu hidup yang digunakan untuk membangun rumah rohani, dan mereka merupakan imamat yang kudus. Dan meskipun mereka tidak mempersembahkan korban hewan yang disembelih, namun mereka memiliki sesuatu yang jauh lebih baik dan berkenan. Selain itu, mereka juga mempunyai mezbah untuk mempersembahkan korban mereka, sebab mereka mempersembahkan korban rohani yang berkenan kepada Allah melalui Yesus Kristus. Ketahuilah bahwa,
- (1) Semua orang Kristen yang bersungguh-sungguh memiliki asas kehidupan rohani yang disampaikan kepada mereka oleh Kristus Kepala mereka. Itulah sebabnya seperti Dia disebut batu yang hidup, demikian juga mereka disebut batu-batu hidup. Mereka tidak mati di dalam pelanggaran dan dosa, tetapi hidup bagi Allah melalui kelahiran baru dan karya Roh Allah.
- (2) Jemaat Allah merupakan rumah rohani. Dasarnya adalah Kristus (Ef. 2:22). Jemaat disebut rumah karena kekuatan, keindahan, keragaman bagiannya, dan kegunaannya secara menyeluruh. Dasar rohaninya adalah Yesus Kristus, dengan bahan-bahannya berupa orang-orang yang rohani, perabot-perabotnya berupa kasih karunia Roh, ikatannya direkatkan oleh Roh Allah dan oleh satu iman yang sama, serta kegunaannya adalah pekerjaan rohani, untuk mempersembahkan korban-korban rohani. Rumah ini terus dibangun setiap hari, setiap bagiannya senantiasa bertambah baik, dan keseluruhannya dilengkapi tiap abad melalui bertambahnya anggota-anggota baru.
- (3) Semua orang Kristen yang baik merupakan imamat yang kudus. Di sini Rasul Petrus berbicara tentang orang-orang Kristen secara umum, dan ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka adalah imamat yang kudus. Mereka semua merupakan orang-orang pilihan yang dikuduskan bagi Allah, berguna bagi orang lain, diberkati dengan karunia-karunia dan anugerah sorgawi, serta dipekerjakan dengan baik.
- (4) Imamat yang kudus ini harus dan akan mempersembahkan korban-korban rohani kepada Allah. Korban-korban rohani yang harus dipersembahkan orang Kristen adalah tubuh, jiwa, perasaan, doa, pujian, dan derma mereka, serta kewajiban-kewajiban lainnya.
- (5) Korban-korban paling rohani yang dipersembahkan orang yang terbaik pun tidak berkenan kepada Allah, kecuali melalui Yesus Kristus. Dialah satu-satunya Imam Besar Agung, yang melalui-Nya diri kita dan pelayanan kita dapat diterima oleh Allah. Oleh sebab itu, bawalah semua persembahanmu kepada-Nya, dan melalui Dia persembahkanlah kepada Allah.
- II. Rasul Petrus menegaskan apa yang telah dinyatakannya perihal Kristus sebagai batu yang hidup dan seterusnya (Yes. 28:16). Amatilah cara Rasul Petrus mengutip Kitab Suci, tidak dengan menyebutkan kitab, pasal, dan ayat, sebab ketika itu belum dibuat pembagian seperti sekarang. Jadi tidak ada yang disebutkan selain menunjuk kepada Musa, Daud, atau para nabi, kecuali sebuah mazmur tertentu yang disebutkan (Kis. 13:33). Di dalam membuat kutipan, mereka lebih mengutamakan makna daripada kata-kata dari Kitab Suci, seperti yang di sini dikutip dari sang nabi. Meskipun tidak mengutip kata demi kata dari Kitab Suci, baik dalam bahasa Ibrani maupun Septuaginta, Rasul Petrus membuat kutipan yang benar dan tepat. Makna sesungguhnya dari Kitab Suci boleh dinyatakan dengan benar dan penuh melalui kata-kata lain. Ada tertulis. Kata kerja yang dipakai adalah kata kerja aktif, tetapi para penerjemah mengubahnya dengan kata pasif, guna menghindari kesulitan dalam menemukan kasus nominatif (menurut tata bahasa Yunani) untuk istilah tersebut, hal yang telah membingungkan begitu banyak penerjemah sebelumnya. Yang menjadi pokok kutipan adalah, Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion. Ketahuilah bahwa,
- 1. Di dalam masalah-masalah penting menyangkut agama, kita harus sepenuhnya mengandalkan Kitab Suci, sebagai bukti. Kristus dan para rasul-Nya merujuk kepada Musa, Daud, dan nabi-nabi zaman dahulu. Firman Allah merupakan satu-satunya patokan yang telah diberikan Allah kepada kita. Firman itu adalah patokan yang sempurna dan cukup bagi kita.
- 2. Uraian dan penjelasan yang telah diberikan Allah kepada kita di dalam Kitab Suci menyangkut Yesus Kristus Anak-Nya adalah apa yang perlu kita perhatikan dengan saksama. Sesungguhnya, Aku meletakkan dan seterusnya. Yohanes juga meminta perhatian serupa (Yoh. 1:29). Tuntutan supaya kita memusatkan perhatian kepada Kristus seperti ini menunjukkan kepada kita keunggulan dan pentingnya perkara itu, sekaligus kebodohan dan kebebalan kita.
- 3. Penetapan Yesus Kristus sebagai Kepala gereja merupakan karya agung Allah: Aku meletakkan di Sion. Hanya Kristus yang merupakan dasar dan Kepala dari jemaat Allah.
- 4. Yesus Kristus adalah batu penjuru utama yang telah diletakkan Allah di dalam bangunan rohani-Nya. Sebuah batu penjuru tidak terpisah dari bangunannya, dan menopang, menyatukan, dan menghiasinya. Begitu juga halnya dengan Kristus terhadap jemaat-Nya yang kudus, rumah rohani-Nya.
- 5. Yesus Kristus merupakan batu penjuru yang menopang dan menyelamatkan umat-Nya yang bersungguh-sungguh saja. Tidak bagi siapa pun selain Sion, hanya bagi mereka yang dari Sion. Bukan bagi Babel, bukan bagi musuh-musuh-Nya.
- 6. Iman yang benar dalam Yesus Kristus merupakan satu-satunya jalan untuk mencegah kehancuran mutlak manusia. Ada tiga hal yang membawa manusia ke dalam kehancuran besar, dan iman mampu mencegah ketiga hal itu, yakni kekecewaan, dosa, dan penghukuman. Iman mempunyai obat bagi masing-masing.
- III. Rasul Petrus menarik kesimpulan penting (ay. 7). Yesus Kristus disebut sebagai batu penjuru utama. Karena itu, dengan rasa hormat Rasul Petrus memberikan kesimpulan kepada orang-orang baik, “Oleh sebab itu, kepada kamu yang percaya bahwa Ia sangat berharga atau terhormat, Kristus merupakan mahkota dan kehormatan orang Kristen. Kamu yang percaya, sama sekali tidak akan merasa malu dengan-Nya, tetapi akan membanggakan Dia dan bermegah dalam Dia selamanya.” Mengenai orang-orang fasik, mereka yang tidak taat akan terus menentang dan menolak Yesus Kristus. Namun, Allah memutuskan bahwa meskipun mereka menentang-Nya, Ia akan tetap menjadi batu penjuru. Ketahuilah bahwa,
- 1. Apa saja yang disimpulkan dengan benar dari Kitab Suci dan karena memang begitu adanya, dapat diandalkan kepastiannya seolah-olah memang begitu yang dinyatakan dengan jelas dalam Kitab Suci. Rasul Petrus menarik kesimpulan dari kesaksian sang nabi. Nabi itu memang tidak langsung menyata kannya demikian, namun jelas ia berkata demikian karena jelas terlihat dari apa yang menjadi akibat dari perkataannya itu. Juruselamat kita meminta orang-orang menyelidiki Kitab Suci, sebab isinya bersaksi tentang diri-Nya, meskipun tidak satu pun di antaranya yang berkata bahwa Yesus dari Nazaret adalah Sang Mesias. Namun, Kitab Suci berkata bahwa Dia yang akan lahir dari seorang anak dara, sebelum tongkat kerajaan beranjak dari Yehuda, dalam masa Bait Allah kedua, dan sesudah tujuh puluh kali tujuh masa dalam kitab Daniel, adalah Sang Mesias. Seperti itulah Yesus Kristus. Untuk menarik kesimpulan ini, orang harus menggunakan penalaran, sejarah, penglihatan mata, dan pengalaman. Bagaimanapun juga, isi Kitab Suci adalah kesimpulan yang sempurna.
- 2. Tugas seorang hamba Tuhan yang setia adalah menerapkan kebenaran umum kepada suasana dan keadaan tertentu para pendengarnya. Rasul Petrus mengutip perkataan sang nabi (ay. 6), dan menerapkannya secara terpisah kepada orang-orang yang baik dan jahat. Hal ini membutuhkan hikmat, keberanian, dan ketaatan, namun sangat bermanfaat bagi para pendengarnya.
- 3. Yesus Kristus teramat berharga bagi semua orang percaya yang setia. Kemegahan dan keagungan pribadi-Nya, martabat jabatan-Nya, hubungan-Nya yang dekat, karya-Nya yang ajaib, kasih-Nya yang sangat besar, semuanya ini membawa orang-orang percaya untuk memberi penghargaan dan penghormatan tertinggi terhadap Yesus Kristus.
- 4. Orang-orang tidak percaya tidak memiliki iman yang benar. Yang diartikan dengan orang-orang tidak percaya adalah mereka yang tidak dapat diyakinkan, senantiasa ragu-ragu, dan tidak mau bertobat. Orang-orang seperti ini mungkin saja mempunyai beberapa pengertian yang benar, tetapi bukan iman yang teguh.
- 5. Orang-orang yang seharusnya membangun jemaat Kristus sering kali justru merupakan musuh-musuh terbesar Kristus di dunia. Di dalam Perjanjian Lama, para nabi palsu paling sering mendatangkan celaka. Di dalam Perjanjian Baru, perlawanan dan kekejaman terbesar yang dihadapi Kristus justru datang dari para ahli Taurat, orang Farisi, imam-imam besar, dan mereka yang berpura-pura membangun dan mengurus jemaat.
- 6. Allah akan tetap melanjutkan karya-Nya sendiri dan mendukung kepentingan Yesus Kristus di dunia, tidak peduli dengan kepalsuan orang-orang yang pura-pura berteman, dan perlawanan dari musuh-musuh terbesar-Nya.
- IV. Rasul Petrus menambahkan penggambaran selanjutnya, masih menggunakan kiasan batu (ay. 8). Kata-kata ini diambil dari 13-14, TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus – Ia akan menjadi batu sentuhan dan batu sandungan. Dari sini terlihat jelas bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN semesta alam, dan karena itu juga Allah yang Mahatinggi. Amatilah,
- 1. Mereka yang membangun, yakni para imam besar, menolak Dia, dan umat lalu mengikuti para pemimpin mereka itu. Dengan demikian, bagi mereka Kristus menjadi batu sentuhan dan batu sandungan, sehingga mereka tersandung dan melukai diri sendiri. Akibatnya, Ia menimpa mereka bagaikan batu besar atau batu karang, dan menghukum mereka dengan kebinasaan (Mat. 21:44), barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk. Ketahuilah bahwa,
- (1) Semua orang yang tidak percaya telah melawan firman Allah: Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah. Mereka telah melawan Kristus sendiri, melawan pajaran-Nya, dan kemurnian ajaran-Nya. Namun, para pengajar Yahudi terutama tersandung karena melihat kesederhanaan penampilan-Nya dan karena anjuran untuk percaya hanya kepada-Nya supaya bisa dibenarkan di hadapan Allah. Mereka tidak bisa diajak mencari pembenaran melalui iman, dan hanya percaya bahwa pembenaran hanya diperoleh dengan melaksanakan Hukum Taurat. Mereka tersandung pada batu sandungan (Rm. 9:32).
- (2) Yesus yang terberkati ini merupakan Juruselamat bagi sebagian orang, dan pada saat yang sama juga menjadi sandungan bagi dosa dan kehancuran sebagian yang lain. Ia ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel. Dia bukanlah penyebab dosa mereka, melainkan sandungan saja bagi dosa mereka. Ketidaktaatan mereka sendirilah yang membuat mereka tersandung pada-Nya dan menolak Dia, yang membuat Dia menghukum mereka sebagai hakim dengan kebinasaan. Orang-Orang yang menolak Dia sebagai Juruselamat akan remuk tertimpa oleh-Nya sebagai batu karang.
- (3) Allah sendiri telah menetapkan kebinasaan kekal bagi semua orang yang tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah. Semua orang yang memutuskan untuk terus berjalan di dalam ketidaksetiaan dan kebencian mereka terhadap Injil, ditetapkan akan menerima kebinasaan kekal, dan Allah sejak dari kekekalan tahu siapa mereka.
- (4) Ketika melihat orang Yahudi pada umumnya menolak Kristus, dan orang banyak dari segala zaman meremehkan Dia, kita jangan sampai kehilangan semangat dalam kasih dan kewajiban kita kepada-Nya. Sebab hal ini telah dinubuatkan jauh sebelumnya oleh para nabi, dan merupakan peneguhan iman kita baik terhadap Kitab Suci maupun Sang Mesias.
- 2. Orang-orang yang menerima Dia memperoleh hak-hak sangat istimewa (ay. 9). Orang-orang Yahudi teramat menyanjung hak-hak istimewa zaman dahulu mereka, sebagai satu-satunya umat pilihan Allah, dibawa ke dalam perjanjian khusus dengan-Nya, dan dipisahkan dari dunia selebihnya. “Nah,” kata mereka, “jika kita tunduk kepada ketetapan Injil, maka kita akan kehilangan semua hak istimewa ini, dan berdiri setingkat dengan orang-orang bukan Yahudi.”
- (1) Menanggapi keberatan ini, Rasul Petrus menjawab bahwa jika mereka tidak tunduk, maka mereka akan binasa (ay. 7-8). Sebaliknya, apabila mereka mau tunduk, mereka tidak akan kehilangan keuntungan apa pun. Mereka bahkan dapat melanjutkan keinginan mereka itu, yakni menjadi bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, dan seterusnya. Ketahuilah bahwa,
- [1] Semua orang Kristen yang setia adalah bangsa yang terpilih. Mereka menjadi sebuah keluarga, umat dengan jenis dan rumpun yang berbeda dengan dunia pada umumnya. Umat dengan roh, asas, dan perilaku lain, yang tidak akan pernah dapat mereka miliki jika tidak dipilih di dalam Kristus dan dikuduskan oleh Roh-Nya.
- [2] Semua hamba Kristus yang setia adalah imamat yang rajani. Mereka rajani dalam hal hubungan mereka dengan Allah dan Kristus, dalam kuasa mereka bersama Allah, serta dalam kuasa mereka atas diri sendiri dan musuh-musuh rohani mereka. Mereka seperti bangsawan karena roh mereka ditinggikan dan menjadi unggul, dan juga karena tinggi dan mulianya pengharapan dan keinginan mereka. Mereka adalah imamat rajani, yang terpisah dari dosa dan orang-orang berdosa, dikhususkan bagi Allah, serta memberikan pelayanan dan persembahan korban rohani kepada Allah, yang berkenan kepada Allah melalui Yesus Kristus.
- [3] Semua orang Kristen, siapa pun mereka, membentuk sebuah bangsa yang kudus. Mereka merupakan satu bangsa, dihimpun di bawah satu kepala, selaras dalam perilaku dan kebiasaan yang sama, dan diperintah dengan hukum yang sama. Mereka disebut bangsa yang kudus karena dikuduskan dan dikhususkan bagi Allah, serta diperbarui dan dikuduskan oleh Roh Kudus-Nya.
- [4] Sungguh merupakan kehormatan bagi hamba-hamba Kristus karena mereka adalah umat Allah yang istimewa. Mereka merupakan umat yang diperoleh, dipilih, dipelihara, dan diperkenan oleh-Nya. Keempat martabat semua orang Kristen sejati ini sebenarnya bukanlah tabiat alamiah mereka, sebab keadaan awal mereka sangatlah gelap dan mengerikan. Namun, mereka dipanggil keluar dari kegelapan untuk memasuki terang, sukacita, kebahagiaan, dan kesejahteraan yang luar biasa, sehingga dengan tujuan serta pandangan ini, melalui perkataan dan perbuatan, mereka dapat memperlihatkan kebajikan serta puji-pujian kepada Dia yang telah memanggil mereka.
- (2) Guna membuat orang-orang ini merasa puas dan bersyukur atas segala belas kasihan serta kehormatan besar yang diberikan kepada mereka melalui Injil, Rasul Petrus menasihati mereka agar membandingkan keadaan mereka dahulu dengan keadaan sekarang ini. Pada masa dahulu mereka bukan sebuah bangsa atau umat, dan memperoleh belas kasihan-Nya, malah mereka disangkal dan diceraikan (Yer. 3:8; Hos. 1:6, 9). Namun, sekarang mereka diterima kembali untuk menjadi umat Allah, dan telah memperoleh belas kasihan. Ketahuilah bahwa,
- [1] Orang-orang yang terbaik patut sering-sering menengok ke belakang dan melihat seperti apa mereka pada masa lalu.
- [2] Umat Allah merupakan umat yang paling berharga di seluruh dunia. Yang lain bukanlah umat-Nya, dan nyaris tidak berguna.
- [3] Masuk ke dalam bilangan umat Allah merupakan belas kasihan yang sangat besar, dan hal ini bisa diperoleh.
- V. Rasul Petrus memperingatkan mereka agar berhati-hati terhadap keinginan daging (ay. 11). Bahkan orang yang terbaik sekalipun, bangsa yang terpilih, umat Allah, membutuhkan nasihat untuk menjauhkan diri dari dosa-dosa terburuk, yang di sini terus diperingatkan oleh Rasul Petrus kepada mereka dengan sungguh dan sepenuh hati. Karena mengetahui betapa sulit tetapi juga betapa pentingnya kewajiban itu, ia menumpahkan seluruh perhatiannya tentang hal itu: Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu. Kewajiban mereka adalah menjauhkan diri dari, dan menekan kecenderungan atau keinginan daging yang muncul. Banyak dari antara mereka yang melanjutkan kebiasaan buruk, dan dalam melakukannya, mereka mengandalkan tubuh, sambil memuaskan hawa nafsu atau kecenderungan keinginan daging. Orang-orang Kristen seperti ini seharusnya menghindari hal itu, mengingat,
- 1. Kehormatan yang mereka terima dari Allah dan orang-orang baik. Mereka adalah saudara-saudara yang kekasih.
- 2. Keadaan mereka di dunia. Mereka adalah pendatang dan perantau, dan tidak boleh menghalangi jalan mereka dengan mengalah kepada kefasikan dan hawa nafsu negeri yang mereka lintasi.
- 3. Celaka dan bahaya yang bisa terjadi karena dosa-dosa ini: “Mereka berjuang melawan jiwa, dan oleh sebab itu jiwamu harus berjuang melawan dosa-dosa itu.” Ketahuilah bahwa,
- (1) Celaka terbesar yang diakibatkan dosa terhadap manusia adalah bahwa dosa itu berjuang melawan jiwa, menghancurkan kebebasan moral jiwa. Ia melemahkan dan membuat lesu jiwa dengan merusak kecakapan-kecakapannya. Ia merampas ketenteraman dan damai sejahtera. Ia merendahkan derajat serta menghancurkan martabat jiwa, menghambat kesejahteraannya pada masa sekarang, dan mencampakkannya ke dalam kesengsaraan kekal.
- (2) Dari semua jenis dosa, tidak ada yang lebih mencelakakan jiwa daripada keinginan daging. Nafsu kedagingan, percabulan, dan hawa nafsu, paling menjijikkan bagi Allah, dan merusak jiwa manusia. Hukuman berat patut dijatuhkan karena dosa-dosa semacam ini.
- VI. Selanjutnya Rasul Petrus menasihati mereka supaya menghiasi pengakuan iman mereka dengan cara hidup yang jujur. Perilaku mereka dalam setiap perbuatan, hal, dan setiap tindakan dalam hidup mereka, haruslah jujur. Artinya, baik, menyenangkan, sopan, ramah, dan tanpa cacat. Dan semua ini karena mereka hidup di tengah orang-orang bukan Yahudi, bangsa-bangsa yang beragama lain, dan yang merupakan musuh bebuyutan bagi mereka, yang telah memfitnah mereka dan senantiasa berbicara jahat tentang mereka sebagai orang durjana. “Perilaku yang bersih, adil, dan baik, tidak saja mampu membungkam mereka, tetapi bisa juga menjadi sarana untuk membuat mereka memuliakan Allah dan berbalik kepadamu, ketika mereka melihat kamu melebihi orang-orang lain dalam perbuatan-perbuatan baik. Sekarang mereka menyebutmu orang durjana. Bersihkan kehormatanmu melalui perbuatanmu yang baik, sebab inilah cara untuk meyakinkan mereka. Akan tiba hari ketika Allah melawat mereka, dan saat itu Ia bisa saja memanggil mereka melalui firman serta kasih karunia-Nya untuk bertobat. Dan ketika itu mereka akan memuliakan Allah, dan memujimu atas perilakumu yang sangat baik (Luk. 1:68). Ketika Injil datang ke tengah mereka dan mulai berpengaruh, maka perilaku yang baik akan semakin mendorong mereka menuju pertobatan. Sebaliknya, perilaku buruk justru akan menghalangi pertobatan mereka.” Perhatikanlah,
- 1. Pengakuan iman Kristen harus disertai cara hidup yang baik (Flp. 4:8).
- 2. Sudah merupakan bagian orang-orang Kristen terbaik untuk difitnah oleh orang-orang fasik.
- 3. Orang-orang yang berada di bawah lawatan Allah yang penuh rahmat, akan segera mengubah penilaian mereka terhadap orang-orang baik, sambil memuliakan Allah dan memuji orang-orang yang sebelum itu mereka cerca sebagai orang durjana.
Matthew Henry: 1Ptr 2:13-25 - Perihal Warga Negara; Sikap sebagai Hamba Perihal Warga Negara; Sikap sebagai Hamba (2:13-25)
Peraturan umum tentang perilaku orang Kristen adalah sebagai berikut. Dia harus jujur, yang tid...
Perihal Warga Negara; Sikap sebagai Hamba (2:13-25)
- Peraturan umum tentang perilaku orang Kristen adalah sebagai berikut. Dia harus jujur, yang tidak bisa terjadi apabila semua kewajiban yang berkaitan tidak dilaksanakan dengan setia. Di sini Rasul Petrus terutama menguraikannya dengan terperinci.
- I. Perihal warga negara. Orang Kristen tidak saja terkenal sebagai pembaharu di bidang agama, tetapi juga dianggap mengganggu keadaan. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi Rasul Petrus untuk menetapkan peraturan dan takaran ketaatan terhadap para pejabat pemerintah, di mana,
- 1. Kewajiban yang diminta adalah ketaatan atau tunduk, yang mencakup kesetiaan dan rasa hormat kepada mereka, kepatuhan pada hukum-hukum dan perintah-perintah mereka yang adil, dan sikap tunduk kepada hukuman yang sah.
- 2. Orang-orang atau pihak-pihak yang patut mendapat ketaatan dijelaskan,
- (1) Secara lebih umum: semua lembaga manusia. Pemerintahan jelas merupakan hak ilahi, namun bentuk pemerintahan tertentu, kekuasaan sang pejabat, serta orang-orang yang harus melaksanakan kekuasaan ini, berasal dari lembaga manusia, dan diatur menurut hukum dan undang-undang dasar masing-masing negara. Ini merupakan peraturan secara umum yang bersifat mengikat dalam semua bangsa, tidak peduli bentuk pemerintahan yang telah ditetapkan.
- (2) Secara khusus: kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, yang pertama dalam hal martabat dan paling utama dalam hal derajat. Raja adalah pribadi yang diangkat secara hukum, bukan seorang yang lalim: maupun kepada wali-wali, wakil-wakil, gubernur, atau kepala daerah yang diutus raja, yaitu yang diangkat olehnya untuk memerintah.
- 3. Alasan-alasan untuk menekankan kewajiban ini adalah,
- (1) Karena Allah, yang telah menetapkan pemerintah demi kebaikan umat manusia, serta yang telah menuntut ketaatan dan kepatuhan (Rm. 13), dan karena kehormatanNya berkaitan dengan perilaku warga negara kepada para penguasa mereka.
- (2) Demi tujuan dan kegunaan jabatan pejabat pemerintah, yaitu untuk menghukum para pelaku kejahatan dan memuji serta memberikan semangat kepada semua orang yang berbuat baik. Mereka telah ditunjuk demi kebaikan masyarakat. Jika tujuan ini tidak terpenuhi, maka kesalah an tidak terletak pada lembaga itu tetapi pada pelaksanaannya.
- [1] Agama yang benar merupakan penopang terbaik bagi pemerintahan sipil. Hal ini membutuhkan kepatuhan demi kepentingan Tuhan dan hati nurani.
- [2] Semua hukuman dan semua pejabat pemerintah di dunia tidak dapat mencegah adanya para pelaku kejahatan di dalam dunia ini.
- [3] Cara terbaik yang bisa diambil pejabat pemerintah adalah bersikap setia dalam melaksanakan tugasnya. Untuk bisa mengubah dunia, ia harus menjatuhkan hukuman dan ganjaran dengan baik.
- (3) Alasan lain mengapa orang Kristen harus tunduk kepada pejabat pemerintah yang jahat adalah karena inilah kehendak Allah, dan oleh karena itu merupakan kewajiban mereka juga. Selain itu, karena inilah cara untuk membungkam orang-orang yang suka memfitnah, dan kepicikan orang-orang bodoh (ay. 15). Ketahuilah bahwa,
- [1] Kehendak Allah di mata orang baik adalah alasan terkuat untuk melakukan kewajiban apa saja.
- [2] Kepatuhan kepada pejabat pemerintah merupakan salah satu kewajiban besar dari seorang Kristen: sebab inilah kehendak Allah.
- [3] Di dalam semua hubungan, orang Kristen harus berusaha keras untuk membawa diri sedemikian rupa hingga dapat membungkam kecaman-kecaman tidak masuk akal yang dilancarkan orang-orang yang picik dan bodoh.
- [4] Orang-orang yang berbicara menentang agama dan umat beragama, sebenarnya picik dan bodoh.
- (4) Rasul Petrus mengingatkan mereka perihal sifat rohani dari kebebasan Kristen. Orang-orang Yahudi, seperti yang disebut di dalam Kitab Ulangan 17:15, menyimpulkan bahwa mereka tidak boleh menaati siapa pun selain pemegang kekuasaan tertinggi yang diangkat dari tengah-tengah saudara-saudara mereka sendiri. Di lain pihak, orang-orang Yahudi yang sudah beralih ke agama Kristen berpikir bahwa mereka bebas dari ketentuan untuk tunduk kepada penguasa lain karena mereka memiliki hubungan dengan Kristus. Untuk mencegah kesalahan ini, Rasul Petrus berkata kepada orang-orang Kristen itu bahwa mereka memang merdeka, tetapi dari apa? Bukan dari kewajiban atau ketaatan kepada hukum Allah, yang menghendaki kepatuhan kepada pejabat pemerintah sipil. Secara rohani mereka memang merdeka dari belenggu dosa dan Iblis, serta dari hukum Taurat dengan upacara-upacaranya. Namun, mereka tidak boleh menggunakan kebebasan kristiani mereka sebagai selubung untuk menutup-nutupi kejahatan dalam bentuk apa saja, atau untuk menutupi kelalaian dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah ataupun atasan mereka. Sebaliknya, mereka harus ingat bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah. Ketahuilah bahwa,
- [1] Semua hamba Kristus adalah orang-orang merdeka (Yoh. 8:36). Mereka merdeka dari kekuasaan Iblis, penghukuman hukum Taurat, murka Allah, ketidaknyamanan dalam menjalankan tugas, dan dari kengerian maut.
- [2] Hamba-hamba Yesus Kristus harus sangat berhati-hati agar tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Mereka tidak boleh memanfaatkannya sebagai selubung untuk menutupi kejahatan apa saja terhadap Allah atau ketidaktaatan terhadap atasan.
- 4. Rasul Petrus menutup pembicaraannya perihal kewajiban para bawahan atau warga negara dengan empat ajaran mengagumkan:
- (1) Hormatilah semua orang. Rasa hormat sebagaimana mestinya patut diberikan kepada semua orang. Kaum miskin tidak boleh dipandang rendah (Ams. 17:5). Orang fasik pun harus dihormati, bukan karena kefasikan mereka, melainkan karena kecakapan-kecakapan lain seperti misalnya kecerdasan, kebijaksanaan, keberanian, jabatannya yang tinggi, atau yang sudah lanjut usia. Abraham, Yakub, Samuel, para nabi, dan para rasul, tidak pernah segan-segan memberikan hormat yang seharusnya kepada orang-orang yang jahat sekalipun.
- (2) Kasihilah saudara-saudaramu. Semua orang Kristen terikat tali persaudaraan, disatukan dengan Kristus sebagai Kepala, sama-sama diatur dan memenuhi syarat, memiliki hubungan dekat dalam kepentingan yang sama, saling bersekutu, serta sedang menuju rumah yang sama. Oleh sebab itu mereka harus saling mengasihi dengan penuh kasih sayang yang istimewa.
- (3) Takutlah akan Allah dengan rasa hormat, kewajiban, dan kepatuhan tertinggi. Jika tidak ada rasa takut seperti ini, maka tidak satu pun dari ketiga kewajiban yang lain bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya.
- (4) Hormatilah raja dengan rasa hormat tertinggi yang khusus baginya melebihi orang lain.
- II. Para hamba juga mendapatkan ketetapan rasuli seperti halnya para bawahan atau warga negara, sebab mereka juga menyangka bahwa kebebasan kristiani membebaskan mereka dari majikan mereka yang tidak percaya dan kejam. Mengenai hal ini, Rasul Petrus berkata, Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah (ay. 18). Yang dimaksudkannya dengan hamba-hamba adalah mereka yang memang merupakan hamba atau pelayan, baik yang diupah maupun yang dibeli dengan uang, ditawan dalam perang, lahir di rumah majikan, atau mereka yang bekerja sebagai pekerja kontrak untuk beberapa waktu sesuai perjanjian, seperti orang magang. Amatilah,
- 1. Rasul Petrus menyuruh mereka agar tunduk, untuk mengerjakan tugas mereka dengan setia dan jujur, menjaga perilaku sebagaimana seharusnya orang yang berkedudukan lebih rendah, dengan penuh rasa hormat dan sepenuh hati, dan untuk tunduk dengan sabar dalam menanggung penderitaan dan ketidaknyamanan. Mereka patut tunduk kepada majikan mereka, yang berhak menerima layanan mereka. Bukan saja kepada yang baik dan peramah, seperti yang memperlakukan mereka dengan baik serta mengurangi sedikit saja dari hak mereka, tetapi juga kepada yang bengis dan jahat sekalipun, yang nyaris tidak bisa dibuat senang sama sekali dengan apa pun.
- (1) Para hamba harus berkelakuan baik kepada majikan mereka dengan sikap tunduk dan rasa takut jangan sampai menimbulkan kemarahan mereka.
- (2) Kelakuan berdosa di dalam suatu hubungan tidak membenarkan suatu pihak lain untuk berbuat dosa. Seorang hamba tetap harus mengerjakan tugasnya, meskipun sang majikan bersikap bermusuhan dan jahat.
- (3) Orang-orang yang baik bersikap penurut dan lembut kepada hamba-hamba dan bawahan mereka. Rasul Petrus memperlihatkan kasih dan perhatiannya kepada jiwa hamba-hambanya yang malang, sama seperti kepada orang-orang yang berkedudukan lebih tinggi. Dalam hal ini ia patut diteladani oleh semua hamba Tuhan yang lebih rendah jabatannya, dan mereka harus menerapkan semua nasihat mereka kepada orang-orang yang lebih rendah, bersahaja, dan muda, serta para pendengar dari golongan lebih miskin, termasuk kepada yang lain.
- 2. Setelah menyuruh mereka tunduk, Rasul Petrus merendahkan diri untuk memberi alasan mengenai hal itu.
- (1) Jika mereka tetap sabar di tengah kesukaran karena diperlakukan dengan tidak adil, dan tetap mengerjakan tugas mereka bagi majikan mereka yang tidak percaya dan tidak baik, maka perbuatan mereka ini sungguh berkenan kepada Allah, dan Ia akan memberikan pahala atas semua penderitaan yang mereka alami karena sadar akan kehendak-Nya. Namun, bila tetap bersabar ketika dihukum dengan adil, maka kesabaran itu tidak layak mendapatkan pujian sama sekali. Hanya berbuat baik dan karena itu harus menderita dengan sabar, maka itulah yang berkenan bagi Allah (ay. 19-20). Ketahuilah bahwa,
- [1] Tidak ada keadaan yang begitu memprihatinkan hingga seseorang tidak mampu hidup dengan tulus dan memuliakan Allah di dalamnya. Bahkan hamba yang paling hina pun dapat melakukannya.
- [2] Orang-orang yang paling tulus sering kali mengalami penderitaan-penderitaan yang paling hebat. Karena sadar akan kehendak Allah, mereka menanggung penderitaan yang tidak harus mereka tanggung. Mereka berbuat baik dan karena itu harus menderita. Orang-orang yang menderita seperti ini patut mendapat pujian.
- Mereka membawa kehormatan bagi Allah dan agama, serta mereka dikenan oleh Dia. Hal inilah yang merupakan dukungan dan kepuasan tertinggi bagi mereka.
- [3] Penderitaan yang memang pantas diterima harus ditanggung dengan sabar. Jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa, maka kamu harus dengan sabar menanggung penderitaan yang menimpamu. Penderitaan di dunia ini tidak selalu merupakan janji bagi kebahagiaan kita di masa depan. Jika anak-anak atau para hamba bersikap kasar dan tidak patuh sehingga menderita karenanya, hal ini tidak berkenan kepada Allah serta tidak mendapatkan pujian dari manusia.
- (2) Beberapa alasan lain diberikan untuk menguatkan hati hamba-hamba Kristen agar bersabar di bawah penderitaan yang tidak seharusnya dialami (ay. 21).
- [1] Karena panggilan dan pengakuan Kristen mereka: Sebab untuk itulah kamu dipanggil.
- [2] Menurut teladan Kristus, yang telah menderita untuk kamu, sehingga dengan demikian menjadi teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Karena itu ketahuilah bahwa, pertama, orang-orang Kristen yang baik adalah orang-orang yang dipanggil untuk menderita, sehingga dengan demikian mereka harus sadar dan menantikannya. Menurut syarat-syarat Kekristenan, mereka harus menyangkal diri dan memikul salib. Mereka dipanggil atas perintah Kristus, melalui pemeliharaan Allah, dan persiapan kasih karunia ilahi. Selain itu, melalui karya Yesus Kristus, mereka harus menderita ketika terpanggil untuk itu. Kedua, Yesus Kristus telah menderita untuk kamu, atau untuk kita. Bukan Bapa yang menderita, melainkan Dia yang telah dikuduskan oleh Bapa, dan diutus ke dalam dunia untuk tujuan itu. Baik tubuh maupun jiwa Kristus-lah yang menderita, dan Dia menderita bagi kita, untuk menggantikan kita dan demi kebaikan kita (ay. 24). Ketiga, penderitaan Kristus sudah seharusnya menenteramkan kita di bawah penderitaan yang paling tidak adil dan kejam di dunia ini. Ia menderita atas kemauan sendiri, bukan bagi diri-Nya sendiri, melainkan bagi kita, de ngan sepenuh hati, dengan kesabaran sempurna, dari semua segi. Semua ini dijalani-Nya meskipun Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Karena itu, bukankah kita sebagai orang berdosa yang pantas menerima yang terburuk, sudah seharusnya tunduk di bawah penderitaan ringan dalam hidup ini, yang kelak akan mendatangkan keuntungan tak terkatakan bagi kita sendiri?
- 3. Teladan kepatuhan dan kesabaran Kristus dijelaskan dan diuraikan di sini: Kristus telah menderita,
- (1) Yang sebenarnya tidak harus ditanggung-Nya, dan tanpa alasan. Sebab Ia tidak berbuat dosa (ay. 22). Ia tidak berbuat kekerasan, ketidakadilan, atau kesalahan kepada siapa pun. Ia tidak melakukan kecurangan apa pun, dan tipu tidak ada dalam mulutnya (Yes. 53:9). Begitu pula halnya dengan perkataan dan tindakan-Nya, yang semuanya tulus, adil, dan benar.
- (2) Dengan sabar: Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki (ay. 23). Ketika mereka menghujatNya, mengolok-olok-Nya, dan melontarkan julukan-julukan kotor kepada-Nya, Ia tetap kelu dan tidak membuka mulutnya. Ketika mereka bertindak lebih lanjut dengan melukai Dia melalui pukulan, hantaman, dan memakaikan mahkota duri di kepala-Nya, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan diri dan perkaranya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil, yang pada waktunya akan membukakan bahwa Ia tidak bersalah, serta membalas dendam atas musuh-musuh-Nya. Ketahuilah bahwa,
- [1] Penebus kita yang terpuji itu sepenuhnya suci, dan begitu bebas dari dosa, hingga tidak ada pencobaan ataupun hasutan macam apa pun, yang mampu memancing Dia untuk berbuat dosa sekecil apa pun, bahkan sepatah kata yang tidak pantas dari mulut-Nya.
- [2] Hasutan untuk berbuat dosa tidak bisa membenarkan orang untuk berbuat dosa. Kekasaran, kekejaman, dan ketidakadilan musuh tidak akan membenarkan orang-orang Kristen untuk mencaci maki dan membalas dendam. Alasan untuk berbuat dosa tidak akan pernah terlampau kuat, sebab kita senantiasa memiliki alasan-alasan lebih kuat untuk menghindarinya.
- [3] Penghukuman Allah akan dijalankan dengan adil atas setiap orang dan setiap perkara. Oleh karena itu kita sudah seharusnya berserah dengan sabar dan pasrah.
- 4. Supaya tidak ada yang menyimpulkan dari ayat 21-23 bahwa kematian Kristus dimaksudkan sekadar sebagai teladan tentang kesabaran di bawah penderitaan, di sini Rasul Petrus juga menyebutkan tujuan yang lebih agung berikut pengaruh kesabaran dan kematian-Nya: Ia sendiri, dan seterusnya. Perhatikanlah,
- (1) Pribadi yang menderita – Yesus Kristus: Ia sendiri, yaitu di dalam tubuh-Nya. Ungkapan Ia sendiri disampaikan dengan tegas dan memang penting, untuk menunjukkan bahwa Ia menggenapi semua nubuatan pada zaman dahulu, yang membedakan diri-Nya dari para imam Lewi (yang mempersembahkan darah makhluk lain, sedangkan Dia sendiri mengadakan penyucian dosa kita [Ibr. 1:3]), dan tidak mengikutsertakan orang lain dalam karya penebusan manusia. Kemudian ditambahkan perkataan di dalam tubuh- Nya. Tidak saja bahwa Ia menderita di dalam jiwa-Nya (Mat. 26:38), tetapi bahwa penderitaan di dalam jiwa itu berada jauh di dalam dan tersembunyi, sementara penderitaan jasmani dapat terlihat dan lebih nyata bagi hamba-hamba yang menderita ini, untuk siapa contoh ini diberikan.
- (2) Penderitaan yang dialami-Nya mengakibatkan bilur-bilur, luka-luka, dan kematian, yakni kematian di kayu salib, hukuman yang sangat merendahkan dan memalukan!
- (3) Alasan penderitaan-Nya: Ia memikul dosa kita, yang mengajarkan,
- [1] Bahwa Kristus dalam penderitaan-Nya, menanggung dosa-dosa kita, sebagai orang yang bersedia untuk menyingkirkan dosa-dosa itu dengan jalan mengorbankan diri-Nya sendiri (Yes. 53:6).
- [2] Bahwa Ia menanggung hukuman bagi mereka, sehingga dengan demikian memenuhi keadilan ilahi.
- [3] Bahwa dengan cara ini Ia mengangkat dosa-dosa kita dan menyingkirkannya dari kita. Sama seperti kambing korban yang menjadi perlambang dalam menanggung dosa umat Israel di atas kepalanya dan membawanya pergi (Im. 16:21-22), demikian juga Anak Domba Allah pertama-tema menanggung dosa-dosa kita dalam tubuh-Nya sendiri, dan dengan begitu menyingkirkan dosa-dosa dunia (Yoh. 1:29).
- (4) Buah-buah yang dihasilkan penderitaan Kristus adalah,
- [1] Pengudusan diri kita, berupa kematian dari dosa dan perbuatan mematikan dosa, serta kehidupan kudus yang baru penuh kebenaran. Untuk kedua hal ini kita memiliki contoh dan juga kekuatan serta kemampuan melalui kematian dan kebangkitan Kristus.
- [2] Pembenaran kita. Kristus disiksa dan disalibkan sebagai korban penebusan, dan oleh bilur-bilur-Nya kita telah sembuh. Ketahuilah bahwa, pertama, Yesus Kristus menanggung dosa-dosa seluruh umat-Nya dan menebus mereka melalui kematian-Nya di atas kayu salib. Kedua, tidak seorang pun dapat bergantung dengan selamat pada Kristus, yang telah menanggung dosanya dan menebus kesalahannya, kalau ia tidak mati terhadap dosa dan hidup dalam kebenaran.
- 5. Rasul Petrus menutup nasihatnya kepada hamba-hamba Kristen dengan mengingatkan mereka akan perbedaan antara keadaan mereka dahulu dan sekarang (ay. 25). Mereka dahulu sesat seperti domba, yang melambangkan,
- (1) Dosa manusia: ia tersesat. Itu merupakan tindakannya sendiri. Ia tidak digiring tetapi sesat atas kehendak sendiri.
- (2) Kesengsaraannya: ia tersesat dari padang rumput, dari sang gembala, dan dari kawanan domba, sehingga dengan demikian membuka diri terhadap bahaya yang tidak terkira banyaknya.
- (3) Pemulihan mereka melalui pertobatan: tetapi sekarang telah dikembalikan (KJV). Kata ini berbentuk pasif, dan menunjukkan bahwa kembalinya orang berdosa merupakan hasil dari kasih karunia ilahi. Mereka kembali dari semua kesalahan dan pengembaraan mereka kepada Kristus, gembala sejati dan penuh perhatian, yang mengasihi domba-domba-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka. Ia adalah gembala, penilik, atau pengawas jiwa manusia. Ketahuilah bahwa,
- [1] Sebelum bertobat, orang-orang berdosa senantiasa tersesat. Kehidupan mereka merupakan rangkaian kesalahan yang terus berlanjut.
- [2] Yesus Kristus adalah gembala tertinggi dan penilik jiwa-jiwa yang senantiasa ada bersama kawanan domba-Nya serta menjaga mereka.
- [3] Orang-orang yang mengharapkan kasih dan pemeliharaan dari sang Gembala yang agung ini harus kembali kepada-Nya, harus mati terhadap dosa, dan hidup dalam kebenaran.
SH: 1Ptr 2:4-10 - Pribadi kudus jemaat kudus (Minggu, 11 Juli 1999) Pribadi kudus jemaat kudus
Dalam perikop ini, umat Kristen digambarkan sebagai batu hidup.
Panggilan Kristen bukanlah ajakan untuk menjadi pengi...
Pribadi kudus jemaat kudus
Dalam perikop ini, umat Kristen digambarkan sebagai batu hidup. Panggilan Kristen bukanlah ajakan untuk menjadi pengikut, tetapi peserta. Kita harus berhenti menonton dan masuk dalam karya dan rencana Allah. Sedemikian penting peran serta kita, sehingga disebut "batu yang hidup bagi pembangunan suatu rumah rohani". Hal penting lainnya yaitu bahwa pembangunan suatu rumah rohani hanya dapat dibangun oleh jemaat yang kudus secara komunitas dan pribadi.
Allah, Arsitek Agung. Orang percaya yang kudus secara pribadi dan juga jemaat yang kudus dibangun oleh Allah. Allah adalah Arsiteknya. Ia tahu persis batu mana yang disusun pada bagian atas, samping, tengah, dan bawah. Setiap orang percaya akan diletakkan pada bagian yang tepat dalam rencana dan karya Allah, sesuai dengan panggilan dan talenta masing-masing. Proses pembangunan itu tidak mudah, karena menuntut kesediaan menyangkal diri. Ada batu yang sebelum diletakkan harus diperhalus, dipotong lebih dahulu. Demikian pula proses Allah dalam menempatkan setiap individu Kristen dalam rencana-Nya. Mulai dengan perendahan dan penderitaan, berakhir dengan kemuliaan dan kesempurnaan.
Peran gereja masa kini. Sentuhan tangan Allah menciptakan suatu komunitas (kumpulan) umat yang rajani, bangsa yang kudus dan kepunyaan Allah. Gereja terdiri dari orang-orang berbagai suku, bangsa, tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi adalah wujud agung karya Allah. Ke satuan umat dalam kepelbagaian ini merupakan keunikan yang harus dijaga dan dikembangkan keindahannya. Apa yang harus gereja lakukan? Panggilan Gereja adalah melayani, bahkan Gereja sendiri adalah pelayanan! Gereja adalah tangan-tangan Kristus untuk mencari, menjangkau dan melayani Tuhan. Tetap setia pada tugas panggilan adalah cara yang tepat apabila Gereja ingin menjaga karya agung Allah.
Doa: Ya Tuhan Yesus, ingatkanlah gereja-Mu untuk selalu setia pada tugas panggilan pelayanan yang telah Engkau embankan.
SH: 1Ptr 2:4-10 - Diselamatkan untuk memberkati (Sabtu, 16 Oktober 2004) Diselamatkan untuk memberkati
Tujuan orang Kristen diselamatkan ada dua. Pertama, agar kita
bisa menjadi "alat di tangan" Tuhan untuk membangun ...
Diselamatkan untuk memberkati
Tujuan orang Kristen diselamatkan ada dua. Pertama, agar kita bisa menjadi "alat di tangan" Tuhan untuk membangun gereja-Nya. Kedua, agar Tuhan dapat menggunakan kita untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Kedua tugas ini berjalan bersama-sama di dalam diri setiap anak Tuhan.
Petrus menggunakan dua ilustrasi untuk menggambarkan kedua tugas kristiani tersebut. Pertama, ilustrasi batu hidup menunjuk kepada tugas pembangunan tubuh Kristus yaitu Gereja sebagai tugas kristiani pertama (ayat 5). Sebagaimana Kristus sudah menjadi batu penjuru bagi bangunan "rumah rohani" demikian juga, setiap anak Tuhan harus menjadi "batu hidup" untuk pembangunannya. Dengan demikian, Kristus adalah dasar persekutuan anak-anak Tuhan yang menjadi pengikat mereka menjadi satu. Persekutuan anak-anak Tuhan ini disebut juga imamat yang rajani. Istilah imamat yang rajani menunjuk kepada fungsi imam atau "jembatan" antara manusia dan Tuhan. Hal ini berarti setiap anak Tuhan adalah imam bagi sesamanya dan alat bagi orang yang belum percaya untuk mengenal Tuhan Yesus. Kedua, ilustrasi bangsa yang kudus untuk mengungkapkan tugas kristiani kedua (ayat 9). Istilah bangsa yang kudus diambil dari Perjanjian Lama dan menunjuk kepada Israel yang dipilih Tuhan untuk menjadi bangsa yang dikhususkan (Kel. 19:6). Tujuannya adalah supaya Israel menjadi teladan sebuah bangsa yang hidup seturut dengan firman Tuhan, dan sekaligus menjadi saluran berkat bagi bangsa lain untuk mengenal Tuhan yang sejati. Umat Tuhan pada masa kini bagaikan bangsa Israel rohani yang dikhususkan Tuhan untuk memberkati dunia ini.
Kita dipanggil untuk menjadi saksi hidup kudus dalam bentuk persekutuan imamat yang rajani (tugas pertama), dan untuk membawa setiap orang yang belum percaya bertemu dengan Tuhan Yesus dan memperoleh keselamatan (tugas kedua).
Yang kulakukan: Aku akan hidup kudus supaya dapat menjadi teladan di keluarga, pekerjaan, dan lingkunganku. Aku siap membawa mereka dan memperkenalkan Kristus kepada mereka.
SH: 1Ptr 2:1-10 - Bukan tanpa tujuan (Senin, 21 November 2011) Bukan tanpa tujuan
Kehidupan orang yang telah mengalami kelahiran baru tidak akan pernah tetap sama seperti sebelum ia mengenal Kristus. Sebab itu Pe...
Bukan tanpa tujuan
Kehidupan orang yang telah mengalami kelahiran baru tidak akan pernah tetap sama seperti sebelum ia mengenal Kristus. Sebab itu Petrus mendorong pembacanya untuk melepaskan segala sesuatu yang jahat, yang dapat merusak kasih dan kesatuan dengan saudara seiman (1).
Namun tidak cukup sampai di situ, Petrus juga mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang positif. Karena mereka telah mengalami kelahiran baru maka mereka harus melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh seorang bayi, yaitu menginginkan air susu sebagai makanan satu-satunya. Maka seorang yang sudah dilahirkan baru seharusnya membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan satu-satunya bagi hidup dan pertumbuhan rohani mereka (2). Namun bukan berarti bahwa orang Kristen yang sudah dewasa secara rohani tidak membutuhkan firman Tuhan lagi. Yang dimaksud ialah sama seperti bayi menjadikan air susu sebagai makanan satu-satunya, begitulah seharusnya seorang Kristen memandang firman Tuhan sebagai satu-satunya sumber pertumbuhan dan kekuatan bagi imannya. Bagi seorang Kristen, membaca dan mempelajari firman Tuhan seharusnya bukan merupakan sebuah pekerjaan yang berat melainkan sebuah kesukaan karena adanya pemahaman bahwa hanya dengan firman Tuhanlah imannya bisa bertumbuh dan dibangun.
Dengan beriman kepada Kristus, Sang batu penjuru, orang percaya menjadi batu hidup yang dipakai untuk membangun rumah rohani, di mana pelayanan imamat dilakukan. Tugas orang percaya bukan hanya menjadi milik Allah, tetapi juga menjadi tempat kediaman Allah, dengan tujuan untuk memberitakan karya Allah yang besar.
Seorang Kristen memang harus memiliki hubungan pribadi dengan Allah, tetapi di samping itu kita juga harus memiliki hubungan baik dengan sesama saudara seiman. Dan kesatuan sebagai bangsa pilihan itu bukan tanpa tujuan, melainkan agar maksud-maksud Allah digenapi yaitu agar orang lain mendengar tentang Dia dan mengenal nama-Nya sehingga Dia dimuliakan di bumi ini.
SH: 1Ptr 2:1-10 - Batu Hidup (Selasa, 17 April 2018) Batu Hidup
Sekarang ini banyak model bangunan rumah yang unik dan indah. Rumah memang tempat untuk berteduh, tetapi rumah zaman sekarang juga merupak...
Batu Hidup
Sekarang ini banyak model bangunan rumah yang unik dan indah. Rumah memang tempat untuk berteduh, tetapi rumah zaman sekarang juga merupakan ekspresi dari penghuninya. Bagaimanapun bentuk bangunan rumah, yang terpenting adalah rumah tersebut kuat, kukuh, dan indah.Sehingga saat menghadapi berbagai macam cuaca hidup, rumah tersebut tetap berdiri. Hal terpenting yang dilakukan oleh seseorang adalah meletakkan batu untuk dijadikan batu penjuru. Jika orang tidak mau menggunakan batu penjuru, bangunan yang hendak dibangun dapat dipastikan tidak sesuai dengan harapan pemiliknya.
Penulis Kitab Petrus menggunakan gambaran ini untuk menjelaskan siapakah Yesus. Tuhan Yesus adalah batu penjuru yang diletakkan Allah di tengah umat-Nya. Batu yang seharusnya menjadi pijakan dan dasar bagi sebuah bangunan hidup. Sayangnya banyak orang yang justru menganggapnya sebagai batu sentuhan. Mereka merasa tersandung dengan kehadiran Yesus. Ketidaktaatan mereka akan Allah membuat mreka menyingkirkan batu ini jauh-jauh dari kehidupan mereka.
Mereka yang mau menerima dan menjadikan Yesus sebagai batu penjuru disebut sebagai orang pilihan. Keterpilihan ini di satu sisi membawa berkat atas hidupnya, sedangkan di sisi lain membawa sebuah tanggung jawab, yaitu menjadi imamat rajani.
Arti imamat rajani berasal dari kata imam, yaitu sebuah jabatan yang mengandung konsekuensi pelayanan kurban persembahan kepada Tuhan. Sedangkan rajani berasal dari kata raja, jabatan yang dipercayakan oleh Allah untuk memimpin, mengelola, dan mengarahkan kehidupan sesuai dengan kehendak Tuhan. Imamat rajani berarti sebuah tanggung jawab melayani Tuhan dengan segala talenta yang kita miliki untuk menyatakan perbuatan Allah kepada dunia.
Kita diumpamakan sebagai batu-batu yang hidup, yang diletakkan untuk membangun bangunan rohani yang layak bagi Tuhan. Karena itu, menjadi penting untuk selalu melihat batu penjuru sebagai pijakan dan arah hidup kita. [AHH]
SH: 1Ptr 2:11-17 - Hak dan tanggung jawab Kristen (Senin, 12 Juli 1999) Hak dan tanggung jawab Kristen
Panggilan menjadi Kristen menempatkan orang percaya pada posisi
dan hak istimewa. Namun posisi itu bukanlah merup...
Hak dan tanggung jawab Kristen
Panggilan menjadi Kristen menempatkan orang percaya pada posisi dan hak istimewa. Namun posisi itu bukanlah merupakan kesempatan untuk bermegah. Kita dipanggil untuk tidak menyalahgunakan hak-hak istimewa itu. Petrus menjabarkan beberapa hal: pertama, himbauan agar umat tetap hidup sebagai orang asing, mengasingkan diri dari keinginan duniawi (ay. 12). Kedua, Kristen dipanggil untuk "tunduk" kepada semua lembaga manusia, artinya Kristen memiliki keberadaan dan misi khusus dalam rencana Allah (ay. 13). Ketiga, Kristen dipanggil untuk hidup bertanggungjawab di tengah kebebasan (ay.16).
Memberlakukan hak istimewa. Hak-hak istimewa biasanya dijadikan andalan/jaminan untuk bertindak semaunya, bebas dari berbagai batasan ketentuan dan kewajiban, yang cenderung mengarah pada tindak sewenang-wenang. Hak-hak istimewa yang disalahgunakan menciptakan manusia yang menuntut dilayani. Bukan demikian seharusnya sikap Kristen! Walaupun Kristen memiliki berbagai hak istimewa dari Allah, tetapi tetap metitikberatkan sikap hidup yang melayani. Pikirkanlah apa yang akan gereja alami apabila semua anggota menuntut untuk dilayani; sebaliknya apakah yang akan terjadi apabila setiap Kristen hidup untuk melayani (ay. 12, 15)?
SH: 1Ptr 2:11-17 - Hidup yang diubahkan (Minggu, 17 Oktober 2004) Hidup yang diubahkan
Sekeluarnya dari penjara hidup Rudi berubah. Ia tidak lagi
merokok, bermalas-malasan, dan berjudi. Dulu Rudi ditakuti
...
Hidup yang diubahkan
Sekeluarnya dari penjara hidup Rudi berubah. Ia tidak lagi merokok, bermalas-malasan, dan berjudi. Dulu Rudi ditakuti sebagai pengacau di kampungnya. Kini ia bekerja di kantor kelurahan sebagai pesuruh. Beberapa teman lama mengajak Rudi kembali kepada hidupnya yang dulu, namun ia justru membawa mereka satu per satu kepada Tuhan.
Hidup baru seperti Rudi tidak mudah. Namun, itulah panggilan kita. Petrus menasihati umat Tuhan agar hidup mereka menjadi kesaksian dari hidup yang diubahkan Tuhan. Hanya dengan hidup yang diubahkan maka dunia dapat melihat, mengenal Tuhan dan diselamatkan (ayat 11-12). Petrus memakai istilah pendatang dan perantau untuk menunjukkan bahwa anak Tuhan harus memandang dirinya sebagai orang asing yang menumpang di dunia ini sehingga tidak perlu mengikuti gaya, pola dan cara hidup orang dunia yang berdosa (ayat 10).
Hidup yang diubahkan juga harus dinyatakan dengan cara menghormati lembaga manusia yang didirikan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Kita pun harus menjadi teladan dalam berbuat baik secara pribadi maupun pelayanan sosial yang berdampak luas bagi masyarakat. Selain itu, kita juga perlu terlibat berbagai kegiatan kemasyarakatan di rumah, sekolah, kampus, tempat kerja, dan di mana pun. Hidup yang diubahkan Tuhan harus menjadi ciri khas kekristenan yang menjadi berkat bagi masyarakat di sekitar kita (ayat 15).
Tekadku: Menjadi berkat melalui kehidupan pribadi maupun tindakan nyata bagi masyarakat sekelilingku.
SH: 1Ptr 2:11-17 - Kesempatan untuk memuliakan Allah (Selasa, 22 November 2011) Kesempatan untuk memuliakan Allah
Menjadi seorang pendatang tidaklah selalu menyenangkan, bisa disambut dengan baik, bisa juga dicurigai. Seorang pen...
Kesempatan untuk memuliakan Allah
Menjadi seorang pendatang tidaklah selalu menyenangkan, bisa disambut dengan baik, bisa juga dicurigai. Seorang pendatang biasanya tidak punya hak apa pun.
Petrus menyebut orang Kristen sebagai pendatang dan perantau di dunia ini, karena kewargaan orang percaya memang ada di surga (11, lihat 1Ptr. 1:17). Meskipun orang beriman adalah pendatang, bukan berarti ia harus menyesuaikan hidupnya dengan dunia ini. Ia harus tetap memiliki hidup yang saleh, supaya ketika ada orang yang menggugat dia karena hidupnya, semua itu dapat berbalik menjadi pujian ketika Tuhan datang kelak.
Salah satu bentuk kesalehan adalah tunduk kepada mereka yang memiliki otoritas, bahkan bila pihak yang berotoritas itu menyebabkan orang percaya menderita. Petrus tidak memberi penjelasan mengenai pengecualian atau kualifikasi tentang tipikal otoritas yang harus kita patuhi. Kita harus tunduk bukan karena orang yang berotoritas itu bersikap benar dan adil, atau karena mereka melindungi kita. Seperti apa pun pemerintah yang berotoritas, kewajiban orang beriman adalah tunduk, walaupun kita menilai bahwa mereka tidak layak menerimanya, atau karena orang yang duduk di pemerintahan bukanlah orang yang kita pilih dalam pemilihan umum (Pemilu). Kita tunduk karena posisi yang Allah berikan kepada mereka. Kita tunduk karena kita mematuhi Allah. Mungkin saja pihak yang berotoritas tidak melakukan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik, tetapi pada suatu saat mereka harus memberikan pertanggungjawaban kepada Allah. Kita pun harus memberi pertanggungjawaban mengenai ketaatan kita kepada Allah dalam hal tunduknya kita kepada pihak yang berotoritas tersebut.
Namun kita bisa memahami bahwa tunduknya orang beriman kepada pihak yang berotoritas tidak menghalangi orang beriman untuk meminta pihak otoritas itu untuk juga bertindak sesuai hukum yang berlaku. Kiranya Tuhan menganugerahkan kemampuan untuk menaati perintah ini bagi kemuliaan Allah dan untuk kebaikan kita.
SH: 1Ptr 2:11-17 - Nyatakan Kebaikan (Rabu, 18 April 2018) Nyatakan Kebaikan
Issunboshi adalah anak istimewa dengan tubuh sebesar jari kelingking. Dia ingin merantau ke tanah seberang. Dengan berat hati orang...
Nyatakan Kebaikan
Issunboshi adalah anak istimewa dengan tubuh sebesar jari kelingking. Dia ingin merantau ke tanah seberang. Dengan berat hati orangtuanya melepas kepergian anaknya dengan memberikan jarum ajaib. Jarum itu menjadi senjata yang melindunginya dari berbagai bahaya. Di tanah rantau Issunboshi berhasil. Ia diangkat menjadi pengawal putri di negeri itu dan hidup dengan bahagia. Dia berubah menjadi seorang pemuda dengan tinggi tubuh yang normal dan menikah dengan sang Putri. Dongeng ini biasa digunakan untuk memberikan nasihat kepada anak-anak di Jepang agar memiliki kebaikan dan keberanian di mana pun mereka berada, termasuk di negeri asing.
Jemaat Tuhan adalah jemaat diaspora. Tersebar diberbagai kota termasuk Asia kecil. Mereka kebanyakan para perantau yang mengadu nasib di tempat baru. Bak ikan di akuarium, kehidupannya dilihat orang dari berbagai penjuru. Kehadiran mereka diterima dengan beragam sikap. Ada yang menerima, ada pula yang menolak secara tegas. Karena itu, Petrus perlu menulis surat untuk mengingatkan agar mereka senantiasa menyatakan sikap hidup yang baik sebagai pengikut Yesus dengan cara menjauhi segala keinginan daging, bijaksana di tengah-tengah bangsa non-Yahudi,
hormat dan tunduk pada peraturan yang ada, menghormati para pemimpin negara yang diberi kekuasaan untuk menegakkan keadilan bagi orang benar. Etika yang seperti ini diharapkan dapat menjadi cara menghilangkan kecurigaan, bahkan fitnah yang selama ini dialami oleh umat percaya.
Kebaikan yang mereka lakukan bukan semata-mata memiliki pamrih untuk diterima, tetapi yang utama agar orang-orang dapat mengerti atau mengenal Kristus. Cara efektif untuk menghadapi segala fitnah, pandangan miring dengan perbuatan nyata, yaitu melakukan kasih dengan mewujudkan kebaikan kepada sesama dan ketaatan pada peraturan yang ada. Marilah kita menjadi anak-anak Tuhan yang menyebarkan benih kebaikan dan ketaatan di mana pun Tuhan menempatkan kita. [AHH]
SH: 1Ptr 2:18-25 - Penderitaan akibat penundukan diri (Selasa, 13 Juli 1999) Penderitaan akibat penundukan diri
Penundukan diri tidak sama dengan mengikuti perintah secara buta.
Sikap tunduk yang Rasul Petrus tekankan di ...
Penderitaan akibat penundukan diri
Penundukan diri tidak sama dengan mengikuti perintah secara buta. Sikap tunduk yang Rasul Petrus tekankan di sini adalah sikap tidak melawan, tidak menentang, tetapi juga tidak menjalankan perintah bila berlawanan dengan kehendak Allah. Tentu sikap ini akan mendatangkan risiko, apalagi bagi para hamba yang menghadapi tuan yang bengis. Bagi Petrus bila jemaat harus menderita karena ketaatan kepada Allah, justru itu adalah kasih karunia. Kasih karunia memang tidak selalu mewujud dalam kenikmatan hidup. Dalam penderitaan pun, bila itu dialami karena sadar sedang melakukan kehendak Allah, itu pun kasih karunia.
Kristus teladan Kristen. Mengikuti jejak Kristus, itulah panggilan Kristen selama merantau di dunia. Yesus Kristus adalah teladan, tidak hanya dalam kerelaan-Nya untuk menderita, tetapi juga dalam "penundukan" diri-Nya kepada penguasa dunia yang berlaku sewenang-wenang atas diri-Nya, katena ia tunduk pada kehendak Allah.
Kristus, Gembala, dan Pemelihara jiwa. Penderitaan yang Kristus alami adalah untuk menggenapkan kehendak Allah, yakni memikul dosa manusia. Ia tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga menolong jemaat-Nya ketika mengalami penderitaan.
Renungkan: Kristus adalah Panutan kita dalam ketaatan "penundukan" diri. Teladanilah Dia.
SH: 1Ptr 2:18-25 - Penderitaan Kristiani (Senin, 18 Oktober 2004) Penderitaan Kristiani
Toni diperlakukan tidak adil oleh majikannya. Ia disuruh bekerja
lembur tanpa mendapatkan uang lembur yang sesuai dengan
...
Penderitaan Kristiani
Toni diperlakukan tidak adil oleh majikannya. Ia disuruh bekerja lembur tanpa mendapatkan uang lembur yang sesuai dengan peraturan perusahaan. Ia juga mendapat tekanan dari karyawan lainnya bahkan pernah difitnah mencuri barang-barang milik perusahaan. Semua itu terjadi karena ia orang Kristen. Apa yang akan Anda lakukan jika Anda berada di posisi Toni?
Dalam nas ini, pada waktu itu agama Kristen telah menyentuh semua lapisan masyarakat termasuk para budak. Sebagai budak hak mereka sering diabaikan dan "diperlakukan tidak manusiawi" oleh majikannya. Apalagi bila budaknya itu Kristen, majikan yang bukan Kristen sering memperlakukan budak Kristen dengan lebih kejam, seakan-akan menjadi Kristen itu adalah sebuah kesalahan. Bagaimana Petrus menasihati budak Kristen yang menderita karena imannya itu? Pertama, tetap tunduk dan taat walaupun majikannya itu seorang yang kejam (ayat 18). Dasarnya adalah menderita oleh karena kehendak Allah merupakan kasih karunia (ayat 19). Kedua, menyadari bahwa di dalam tekanan majikannya itu ia sedang meneladani penderitaan Kristus yang walaupun tidak berdosa namun diperlakukan tidak adil bahkan sampai dihukum mati (ayat 21-23). Kristus rela diperlakukan tidak adil dan tidak membalas, karena Ia mau menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Seharusnya kita juga memiliki motivasi yang serupa, rela diperlakukan tidak adil oleh majikan supaya mereka boleh mengenal keselamatan dari Kristus.
Dalam kisah di atas Toni akhirnya mengundurkan diri dari perusahaan itu. Namun, yang pasti Toni tidak dendam apalagi mengancam akan membalas perbuatan majikan atau teman-temannya. Toni juga mengundurkan diri bukan karena berbuat kesalahan sebagaimana yang difitnahkan kepadanya. Sehingga, beberapa karyawan yang simpati kepada Toni justru akhirnya menjadi Kristen oleh kesaksiannya.
Renungkan: Pribadi seorang Kristen sejati tidak dipengaruhi oleh situasi. Bahkan ketika ia diperlakukan tidak adil, ia bukan hanya tidak membalas melainkan mengampuni dan berbuat kebajikan.
SH: 1Ptr 2:18-25 - Panggilan untuk menderita (Rabu, 23 November 2011) Panggilan untuk menderita
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal peribahasa yang mengatakan "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Per...
Panggilan untuk menderita
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal peribahasa yang mengatakan "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Peribahasa ini memiliki pesan bahwa apabila guru melakukan kesalahan, maka murid pun akan melakukan kesalahan serupa bahkan lebih lagi. Pesan lainnya adalah pentingnya teladan hidup seorang guru. Teladan guru akan diserap dan diingat oleh para murid yang dia ajar.
Hal inilah yang dialami oleh Petrus. Petrus telah belajar arti penderitaan Tuhan Yesus Kristus. Ia sungguh mengerti bahwa penderitaan yang dialami oleh Tuhan Yesus adalah bagian dari rencana Allah yang kekal dan baik (bdk. Mat. 16:21-23; Luk. 24:25-27, 44-47). Petrus juga mengetahui bahwa tujuan akhir dari penderitaan Yesus Kristus adalah untuk menyelamatkan kita semua (Mat. 20:28; 26:28). Maka barang siapa yang memutuskan untuk menjadi pengikut Yesus Kristus, ia harus mempersiapkan dirinya untuk menderita. Kebenaran ini selaras dengan firman Tuhan di dalam Markus 8:34-35, "setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya." Petrus mempelajari semua kebenaran ini langsung dari Tuhan Yesus Kristus. Dan kebenaran yang sama diteruskan kepada kita.
Panggilan untuk berbuat baik dan menderita yang dibangun di atas kebenaran firman Tuhan masih terus digemakan hingga hari ini. Panggilan itu masih tetap berlaku bagi kita, pengikut Kristus, yang hidup di zaman ini. Panggilan ini berlaku bagi orang percaya agar tidak berdiam diri dalam zona nyaman dan menganggap zona nyaman itu sebagai tanda berkat Tuhan. Sebab itu perlu sekali bagi orang percaya untuk belajar kisah para rasul dan orang kudus tentang kerelaan memberitakan Injil, sekalipun harus berkurban nyawa. Sebagaimana Sang Guru telah memberikan teladan ketaatan yang sempurna, sudah sewajarnya bila kita, murid-murid-Nya, meneladani Dia. Bersediakah kita?
SH: 1Ptr 2:18-25 - Pandanglah Salib-Nya (Kamis, 19 April 2018) Pandanglah Salib-Nya
Pada tahun 155 M, hiduplah seorang Uskup di kota Smyrna yang bernama, Polycarpus. Dia ditangkap oleh pemerintah Romawi untuk dia...
Pandanglah Salib-Nya
Pada tahun 155 M, hiduplah seorang Uskup di kota Smyrna yang bernama, Polycarpus. Dia ditangkap oleh pemerintah Romawi untuk diadili. Saat diminta perwira Romawi untuk menyangkal imannya, dia menjawab, "Selama 86 tahun aku berbakti kepada Kristus dan selama itu belum pernah Dia mengecewakan aku. Bagaimana aku dapat mengutuki Raja yang menyelamatkan aku?" Sikap teguh dan kesetiaannya kepada Yesus mengakibatkan dirinya dibakar pada sebuah tiang gantungan.
Penderitaan tidak pernah lepas dari hidup manusia. Sebab manusia yang ada di dunia adalah berdosa. Namun, kita perlu membedakan antara penderitaan yang disebabkan karena kesalahan diri sendiri atau karena iman. Penderitaan karena kesalahan diri tentu tak patut dipuji, justru dijadikan sebagai cara untuk memperbaiki diri. Penderitaan karena iman dilihat sebagai ganjaran yang mesti kita terima. Meski sebagai sebuah kasih karunia dari Allah, terkadang harus diakui terasa berat untuk ditanggung.
Di sini penulis mengajak umat untuk tidak fokus pada luka dan penderitaannya, tetapi mau melihat Tuhan. Dia yang telah dicaci maki, difitnah, diludahi, dipukuli bahkan sampai dibunuh di kayu salib adalah kekuatan bagi orang percaya. Salib adalah lambang kutukan dan penghukuman. Setiap orang yang disalib dianggap sebagai orang yang dikutuk dari hukum pemerintah dan agama. Menariknya Yesus tidak tidak menggunakan kekuasaan-Nya untuk menghukumnya. Sebaliknya Dia menerimanya dengan keiklasan sebagai bagian hidup yang harus dijalani demi untuk penyelamatan manusia. Keteguhan hati untuk tetap setia, meski penuh penderitaan inilah yang harus dijadikan arah dan pandang umat percaya. Oleh bilur itu kita diselamatakan.
Saat ini banyak sekali orang yang tidak kuat dengan penderitaan hidup. Banyak yang meninggalkan Tuhan karena tidak kuat dengan tekanan, penderitaan, dan kesuskesan hidup. Saat kita menderita, marilah kita selalu memandang penderitaan Yesus yang jauh lebih besar. Mari memandang salib, yang menjadi kekuatan kita. [AHH]
Pengantar Kitab Kejadian
Kejadian, kitab pertama yang diletakkan dalam Alkitab, merupakan sebuah kitab yang menuliskan banyak peristiwa besar yang terjadi pada permulaan sejarah dunia ini. Sebut saja kisah penciptaan (psl. 1), kejatuhan manusia ke dalam dosa (psl. 3); peristiwa air bah (psl. 7), dlsb. Pemaparan berbagai peristiwa tersebut dipercaya dilakukan oleh Musa, di bawah pengilhaman Roh Kudus. Bukan hanya itu, Musa juga dipercaya sebagai penulis seluruh kitab Pentateukh (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan). Beberapa bagian Alkitab menyatakan kesaksian tentang hal itu, seperti 1Raj. 2:3; 2Raj. 14:6; Ezr. 6:18; Neh. 13:1; Dan. 9:11-13; Mal. 4:4; Mrk. 12:26; Luk. 16:29, 31; Yoh. 7:19-23; Kis. 26:22; 1Kor. 9:9; 2Kor. 3:15.
Dalam Kitab Kejadian, kita melihat awal sejarah keselamatan dan penebusan yang dilakukan Allah bagi manusia. Kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa bermula dari bujuk rayu ular di Taman Eden. Adam dan Hawa yang tergoda, jadi terbuka matanya, dan kemudian mendapati diri mereka telanjang. Lalu Allah memakaikan kulit hewan kepada mereka untuk menutupi ketelanjangan mereka. Peristiwa pengurbanan hewan sebagai akibat keberdosaan manusia pertama adalah salah satu dari beberapa tipologi pengurbanan Yesus di kayu salib yang terdapat dalam kitab Kejadian. Tipologi lain adalah bahtera Nuh atau domba yang tersangkut di semak belukar sebagai ganti Ishak yang tidak jadi dikurbankan Abraham.
Kitab Kejadian menyediakan suatu landasan hakiki bagi Pentateukh dan semua penyataan Alkitab. Kejadian memuat satu-satunya catatan yang dapat dipercaya mengenai awal alam semesta, umat manusia, perkawinan, dosa, kota-kota, bahasa, bangsa-bangsa, Israel, dan sejarah penebusan. Kitab Kejadian ditulis sesuai tujuan Allah untuk memberikan umat perjanjian-Nya suatu pemahaman mendasar tentang diri-Nya, ciptaan, umat manusia, kejatuhan, kematian, penghakiman, perjanjian, dan penebusan manusia melalui keturunan Abraham.
Belajar kitab Kejadian seharusnya membuat kita tunduk kepada Allah, yang telah menciptakan kita dan dunia. Kemahakuasaan-Nya nyata, tetapi kasih-Nya atas angkatan demi angkatan juga tidak berkesudahan. Maka percaya dan taati Dia adalah satu-satunya pilihan.
Utley: 1Ptr 2:4-8 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:4-84 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat d...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:4-8
4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. 5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. 6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "SESUNGGUHNYA, AKU MELETAKKAN DI SION SEBUAH BATU YANG TERPILIH, SEBUAH BATU PENJURU YANG MAHAL, DAN SIAPA YANG PERCAYA KEPADA-NYA, TIDAK AKAN DIPERMALUKAN." 7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "BATU YANG TELAH DIBUANG OLEH TUKANG-TUKANG BANGUNAN, TELAH MENJADI BATU PENJURU, juga TELAH MENJADI BATU SENTUHAN DAN SUATU BATU SANDUNGAN." 8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
1Pet 2:4 "Dan datanglah kepada-Nya" Ini adalah PRESENT MIDDLE (deponent) PARTICIPLE. NKJV, NRSV dan TEV menterjemahkan ini sebagai IMPERATIVE. Perhatikan kedatangan yang berkesinambungan dan elemen pribadinya, "kepada- Nya." Injil terutama adalah orang untuk diambut, dipercayai, dan untuk ditiru. Istilah ini mungkin memiliki konotasi mendekati Tuhan, sebagai seorang imam atau penyembah (lih. Ibr 4:16; 7:25; 10:1,22; 11:6). Petrus merubah metaforanya dari susu dalam ay. 2-3, menjadi metafora konstruksi dalam ay. 1Pet 2:4-8 (orang percaya sebagai batu yang hidup dan Yesus sebagai batu penjuru). Ini mungkin sebuah singgungan berkelanjutan terhadap Mazm 34:4 dari Septuaginta.
□ "batu yang hidup itu" Dalam PL stabilitas, kekuatan, dan ketekunan Allah sering digambarkan dengan menggunakan analogi batu sebagai gelar sebutan (lih. Ul 32:4,15,18,30; Mazm 18:2,31,46; 28:1; 31:3; 42:9; 71:3). Metafora Yesus sebagai batu ditemukan dalam
- 1. sebuah batu yang ditolak (Mazm 118:22)
- 2. sebuah batu bangunan (Mazm 118:22; Yes 28:16.)
- 3. sebuah batu sontohan (Yes 8:14-15)
- 4. sebuah batu yang mengatasi dan menaklukkan (kerajaan), (Dan 2:45)
Yesus menggunakan perikop-perikop ini untuk menggambarkan diri-Nya (lih. Mat 21:40; Mr 12:10, Luk 20:17).
□ "yang memang dibuang oleh manusia" Ini adalah suatu PERFECT PASSIVE PARTICIPLE. Ini mungkin suatu singgungan pada ay. 1Pet 2:7, yang berasal dari Septuaginta Mazm 118:22. Batu itu ditolak oleh "para tukang," yang mungkin merujuk pada kepemimpinan Yahudi, tetapi dalam Petrus ini diperluas untuk semua manusia yang tidak percaya. Istilah ini, dari apo dan dokimazō, berarti pengujian seseorang atau sesuatu untuk menemukan jika itu adalah asli. Orang-orang Yahudi terus menolak Yesus sebagai Mesias dan penolakan ini menjadi suatu keadaan kebutaan rohani (lih. Mr 8:31; Mat 6:23).
□ "tetapi tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah" Hal ini adalah kontras langsung dengan frasa sebelumnya. Istilah "pilihan" secara harfiah adalah "ditunjuk/dipilih" dalam arti "dipra-tahbiskan" (lih. 1Pet 1:2,20). Seorang Mesias yang ditolak (disalib, atau yang tidak diterima) telah selalu menjadi satu-satunya rencana Allah untuk penebusan (lih. Luk 22:22; 4:28; Kis 2:23; 3:18; 13:29, Ef 1:11).
1Pet 2:5 "sebagai batu hidup" PB menggunakan beberapa metafora kelompok untuk menggambarkan gereja.
- 1. sebatang pohon anggur (Yoh 15:5)
- 2. sekawanan (Yoh 10:16)
- 3. seorang pengantin (yaitu, suatu keluarga, lih. Ef 5:27; Wahy 19:7; 21:9)
- 4. suatu tubuh (Ef 1:22-23, 1Kor 12)
- 5. sebuah keluarga (Rom 8:15-17; 1Tim 3:15)
- 6. sebuah kota (Ibr 11:10,16; 12:22; 13:14; Wahy 2:2,10)
- 7. di sini, sebuah bait suci (lih. 1Kor 3:9,16; 6:19)
□ "untuk pembangunan suatu rumah rohani" Ini mungkin merupakan sebuah PRESENT PASSIVE INDICATIVE, meskipun dalam bentuknya ini bisa menjadi PRESENT PASIF SEGERA. Ini adalah KATA KERJA yang sama yang digunakan dalam Mat 16:18 untuk menggambarkan gereja yang sedang dibangun di atas batu iman pribadi (yaitu, Petrus sebagai suatu contoh). Keseluruhan konteks ini terus mengembangkan metafora dari ay. 1Pet 2:4. Yesus adalah Bait Allah yang baru (lih. Yoh 2:18-22). Orang-orang percaya dalam Kristus adalah imamat yang sejati. Orang-orang Yahudi yang tidak percaya telah tersandung (lih. ay. 1Pet 2:7-8) oleh batu-batu yang sama di mana YHWH membangun Bait Suci spiritual-Nya— (1) Yesus dan (2) Gereja (lih. 1Tim 3:15). Hanya mereka yang memiliki iman di dalam Kristus dapat berfungsi di bait rohani Allah, yang menawarkan korban yang bisa diterima secara rohani (yaitu, kehidupan memberikan diri yang kudus lih. 1Pet 1:14-16; Rom 12:1-2).
□ "bagi suatu imamat kudus" Peter sedang menggunakan nama-nama umat Allah PL, Israel, untuk menggambarkan gereja (lih. Kel 19:5; 1Pet 2:9-10; Wahy 1:6). Dalam PL YHWH berjanji melalui keturunan Hawa untuk menebus semua umat manusia (lih. Kej 3:15). YHWH memanggil Abram (lih. Kej 12:1-3) untuk memanggil kerajaan imamat (lih. Kel 19:5-6) untuk menjangkau seluruh dunia (lih. Kej 12:3 dan Kel 19:5). Israel gagal dalam tugas ini (lih. Yeh 36:27-38). Oleh karena itu, Allah menunjuk suatu umat beriman baru (lih. Yer 31:31-34; Yeh 36:22-38) untuk menjangkau dunia (lih. Mat 28:19-20; Luk 24:47 Kis 1:8, 1Pet 2:9).
Martin Luther menggunakan otoritas Alkitab dan kebenaran dari Paulus tentang pembenaran oleh kasih karunia melalui iman untuk menolak tradisi-tradisi Gereja Katolik. Ia menciptakan istilah "imamat orang percaya" (TUNGGAL). Individualisme Barat telah mengambil slogan ini dan mengubahnya ke suatu surat ijin untuk kebebasan pribadi dalam keyakinan dan gaya hidup. Tapi konsep ini adalah bersifat kelompok, bukan individu (yaitu, perhatikan KATA GANTI JAMAK dalam ay. 1Pet 2:5,7,9). Ha ini bersifat fokus pada proklamasi Injil, bukan fokus pada kebebasan pribadi. Orang-orang percaya telah diberi tugas dari Israel untuk penginjilan seluruh dunia (lih. Rom 15:16; Ibr 13:15-16). Untuk melihat imamat sebagai bermakna bahwa kita memiliki akses langsung kepada Allah melalui Kristus adalah benar, tapi ini bukan tujuan dari metafora ini. Seorang imam berdiri di antara orang yang memerlukan dan Tuhan yang kudus. Ia bukan menyokong posisinya sendiri, tetapi kebutuhan dari masyarakat. PB menegaskan imamat dari orang percaya (JAMAK, perusahaan) sebagai mereka membawa dunia yang hilang kepada iman di dalam Kristus.
□ "untuk mempersembahkan persembahan rohani" Setelah kehancuran Bait Allah di tahun 70 M, orang Yahudi menonjolkan bagian-bagian PL yang menasehatkan pengorbanan bukan-hewan (lih. Mazm 50:14; 69:30-31; 107:22; 141:2; Hos 14:2). Ibr 13:5 mencerminkan jenis pengorbanan Kristen. Dalam konteks ini merujuk kepada orang percaya yang hidup kudus dan memberikan diri dari pasal 1Pet 1 (khususnya. ay. 1Pet 2:14-16; Ibr 13:15-16).
1Pet 2:6 "SEBUAH BATU YANG TERPILIH, SEBUAH BATU PENJURU YANG MAHAL" Ini adalah kutipan dari Yes 28:16. Konsep Mesias sebagai batu atau batu karang berulang dalam PL (lih. Mazm 118:22; Dan 2:34-35; Yes 8:14; 28:16). Bagian PL ini sering dikutip dalam PB (lih. Mat 21:42; Mr 12:10, Luk 20:17; 1Kor 10:4; Ef 2:22; 1Pet 2:6-8) untuk merujuk pada Yesus sebagai Yang dijanjikan Allah. Petrus juga menggunakannya dalam khotbahnya di Kis 4:11. Lihat catatan pada 1Pet 2:4b. Lihat Topik Khusus: Batu Penjuru di Mr 12:10.
- NASB "DAN DIA YANG PERCAYA PADA-NYA TIDAK AKAN KECEWA"
- NKJV "DAN DIA YANG PERCAYA PADA-NYA AKAN PERNAH DIPERMALUKAN"
- NRSV "DAN SIAPA YANG PERCAYA KEPADA-NYA, TIDAK AKAN DIPERMALUKAN"
- TEV "SIAPA YANG PERCAYA KEPADA-NYA TIDAK AKAN PERNAH KECEWA"
- NJB "TIDAK SATUPUN YANG BERGANTUNG PADA HAL INI AKAN MEMBAWA KEPADA KEAIBAN"
Frasa ini berasal dari LXX dari Yes 28:16. Perhatikan undangannya yang terbuka untuk semua (lih. Yoh 1:12; 3:16; Rom 10:9-13; 1Tim 2:4; 2Pet 3:9). Ini adalah suatu DOUBLE NEGATIVE, "tidak pernah, tidak pernah, kecewa" atau "malu." Untuk kata "percaya" lihat Topik Khusus pada Mr 1:15.
F.F. Bruce, jawaban Pertanyaan (hal. 158) menunjukkan perbedaan antara Septuaginta dan naskah Ibrani Masoret.
- 1. LXX - "tidak akan kecewa" (NASB) atau "dibawa kepada keaiban" (NJB) adalah KATA KERJA yēbōsh
- 2. MT - "tidak akan terganggu" (NASB, margin), "terburu-buru" adalah KATA KERJA yahish
Pada halaman 157 Bruce berkomentar bahwa para penulis NT mungkin mengutip versinya dalam penggunaan umumnya dalam gereja mula-mula kecuali mereka punya alasan teologis khusus untuk meninggalkannya dan menggunakan yang lainnya. Dorongan umum sebuah perikop merupakan kunci dari konsep inspirasi, bukan mempertengkarkan masing-masing dan setiap kata secara individu. Manusia telah diberi wahyu yang dapat dipercaya!
1Pet 2:7 "TUKANG-TUKANG BANGUNAN" Targum Yahudi (terjemahan bahasa Aram dengan komentar) menggunakan istilah ini sebagai sebutan untuk ahli Taurat. Ini adalah kutipan dari Mazm 118:22. Yesus menggunakan kutipan PL yang sama dalam perumpamaan-Nya mengenai para petani penyewa yang jahat di Mat 21:42. Perumpamaan ini menggambarkan kepemimpinan Yahudi pada zaman Yesus. Tidaklah pasti apakah kata-kata keras Yesus mengenai penghakiman berkaitan dengan (1) penolakan-Nya terhadap konsep kepemimpinan Yahud bukan kerturunan Harun (yaitu, Hanas dan Kayafas) yang membeli posisi mereka dari Roma atau (2) penolakan-Nya terhadap semua orang Yahudi (yaitu, Israel) yang menolak untuk percaya kepada-Nya (lih. Rom 9; 10; 11).
1Pet 2:8 "BATU SENTUHAN DAN SUATU BATU SANDUNGAN" Ini adalah kutipan dari Yes 8:14. Hal ini juga dikutip dalam Rom 9:32, di mana ayat ini merujuk kepada Yesus. Batu khusus ini telah ditolak dan menjadi obyek dari kehancuran!
□ "mereka tidak taat" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE. Mereka (orang-orang yang tidak percaya di zaman Petrus, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi) terus tidak taat karena mereka menolak Yesus sebagai Mesias yang Menderita. Mereka telah menolak baik khotbah Yesus maupun Rasul-rasul-Nya (lih. 1Pet 1:24,25). Mereka telah menolak firman yang kekal (yaitu, Injil, lih. 1Pet 1:22-2:2).
- NASB "dan untuk azab ini mereka juga ditunjuk"
- NKJV "dan untuk itu mereka juga telah disediakan"
- NRSV "karena mereka ditakdirkan untuk melakukannya"
- TEV "itu adalah kehendak Allah bagi mereka"
Kaum Kalvinis menggunakan ayat ini dan Rom 9:22; 1Tes 5:9 untuk menegaskan bahwa Allah memilih beberapa oran untuk keselamatan dan beberapa yang lain untuk kebinasaan. Namun demikian, ayat-ayat seperti Yoh 3:16, 1Tim 2:4; 2Pet 3:9 menunjukkan bahwa pandangan tersebut tidak mungkin benar. Pemilihan Allah adalah terutama untuk kekudusan (lih. Ef 1:4; 2:10), untu keserupaan dengan Kristus (lih. Rom 8:29).
Ayat ini mengingatkan saya pada Yes 6:9-13. Umat perjanjian Allah memiliki terang yang mereka butuhkan untuk menanggapi secara tepat kepada-Nya, tetapi mereka tidak mau. Penolakan yang terus-menerus ini terbit dari hati yang keras yang tidak mampu menanggapi. Hanya penghakimanlah yang mungkin. Allah dari waktu dan sejarah tahu apa yang manusia akan lakukan tetapi mengijinkan mereka untuk melakukannya dan kemudian Dia menegaskan dan mengakui konsekuensi dari pilihan sementara/kekal mereka.
Pasti sangat sulit lah bagi orang percaya Yahudi untuk berhadapan dengan penolakan orang Yahudi akan Yesus ini. Bagaimana ini bisa terjadi? Orang percaya awal ini mulai membaca Kitab Suci untuk memperoleh petunjuk akan ketidakpercayaan yang mengejutkan tersebut.
- 1. Yes 6:9-10; 8:14-15; 43:8
- 2. Yer 5:21; 7
- 3. Mat 21:33-44; Mr 12:1-12
- 4. Luk 2:34; 20:9-18
- 5. Rom 9; 10; 11
- 6. 1Kor 1:23
Kutipan berikut adalah dari F.F. Bruce, Jawaban untuk Pertanyaan, hal 196-197, tentang "pemilihan" vs "pemilahan."
"Apakah pemilihan untuk keselamatan dan pemilihan untuk kutukan istilah yangbersifat korelatif?
Dalam sistem teologis tertentu ya, tetapi pentinglah untuk menguji semua sistem teologis dengan Alkitab, dan mengingat bahwa, ketika pengajaran Alkitab disistematiskan, ada hal-hal yang biasanya akan tertinggalkan dalam proses. Istilah ‗pemilihan‘ telah menjadi begitu terlibat dalam kontroversi teologis hingga pengertian pengajaran Alkitab tentang hal ini mungkin bisa lebih baik dipahami jika kita menggunakan kata non-teologis seperti pemilahan sebagai gantinya. Kristus memilih dua belas orang untuk menjadi rasul-rasul (Luk 6:13); Ia memilih Saulus dari Tarsus untuk menjadi bejana yang dipilih (Kis 9:15), tetapi pilihan-Nya akan orang-orang ini untuk suatu tujuan khusus tidak menyiratkan peremehan orang lain yang tidak dipilih. Allah memilih Israel dari antara bangsa-bangsa (Kis 13:17)—untuk memberi manfaat yang besar bagi bangsa-bangsa lain, bukan untuk merugikan mereka. Ketika pemilihan umat Allah pada zaman ini sedang dipertanyakan, penekanannya lebih banyak pada pemilihan mereka untuk kekudusan dari pada pemilihan mereka untuk keselamatan. Hal ini adalah supaya, misalnya, dalam Ef 1:4 dan 1Pet 1:1 dst; dan yang serupa, dalam Rom 8:29, tujuan yang Allah takdirkan bagi mereka yang telah Ia ketahuisebelumnya menjadi bahwa mereka harus menjadi serupa dengan gambaran Anak- Nya. Tidaklah ditemukan di tempat-tempat ini adanya saran pemilihan untuk binasa sebagai korelatifnya. Kita harus berhati-hati terhadap penggeneralisasian dari referensi tertentu seperti di Rom 9:22 (bejana kemurkaan yang diciptakan untuk kehancuran) dan 1Pet 2:8 (mereka tersandung karena mereka tidak mematuhi firman itu, karena mereka ditakdirkan untuk melakukan) ini. Analogi umum pengajaran Alkitab tentang hal ini menunjukkan bahwa beberapa yang terpilih atau dipilih oleh Allah—bukan supaya orang lain, selain dari mereka, bisa ditinggalkan dalam kebinasaan, tetapi agar orang lain, melalui mereka, bisa diberkati."
Utley: 1Ptr 2:9-10 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:9-109 Tetapi kamulah BANGSA YANG TERPILIH, IMAMAT YANG RAJANI, BANGSA YANG KUDUS, UMAT KEPUNYAAN ALLAH SENDIRI, supaya k...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:9-10
9 Tetapi kamulah BANGSA YANG TERPILIH, IMAMAT YANG RAJANI, BANGSA YANG KUDUS, UMAT KEPUNYAAN ALLAH SENDIRI, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: 10 kamu, yang dahulu BUKAN UMAT Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi UMAT-NYA, yang dahulu TIDAK DIKASIHANI tetapi yang sekarang telah BEROLEH BELAS KASIHAN.
1Pet 2:9 "Tapi kamulah" Perhatikan bentuk JAMAK "kamu" dan kontrasnya. Penulis menggunakan sebuah paduan singgungan dari Kel 19:6; 19:5.
□ "BANGSA YANG TERPILIH" Gelar deskriptif yang sama ini ditemukan dalam Ul 7:6; 10:15; Yes 43:20-21. Dipilih untuk pelayanan! Ini adalah gelar PL untuk hamba-hamba yang terpilih.
□ "IMAMAT YANG RAJANI" Gelar ini ditemukan dalam Kel 19:6; Yes 61:60; 66:21. Sebagaimana Israel dipilih untuk membawa pengenalan YHWH kepada dunia, sekarang gereja dipanggil untuk menginformasikan dan membawa orang-orang berdosa, yang memerlukan, kepada YHWH.
□ "BANGSA YANG KUDUS" Gelar yang sama ini ditemukan dalam Kel 19:6; Ul 7:6; 14:2,21; 26:19. Israel dipanggil untuk secara unik menjadi kudus dan dengan demikian mengungkapkan Allah yang kudus (lih. Mat 5:48; 1Pet 1:15-16) kepada dunia yang jatuh.
□ "UMAT KEPUNYAAN ALLAH SENDIRI" Gelar deskriptif yang sama ini ditemukan dalam Kel 19:5; Ul 4:20; 7:6; 14:2; 26:18; Mal 3:17. Perikop ini berbicara tentang gereja sebagai Israel rohani (lih. Gal 6:16). Gelar-gelar PL ini bagi umat Allah sekarang diterapkan pada Tubuh Kristus PB (lih. Rom 2:28-29; Gal 3:29; 6:16; Ef 2:11-3:13; Wahy 1:6). Dalam beberapa hal gereja telah menggantikan Israel, seperti dalam mandat misi dunia ini (lih. Mat 28:19-20; Luk 24:47, Kis 1:8).
□ "supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia" Tujuan umat Allah adalah untuk menyaksikan kebesaran dari satu-satunya Allah pencipta/penebus yang benar! Mereka dipilih dan diperlengkapi untuk hidup dalam Injil dan membicarakan Injil.
□ "yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" Kegelapan dan terang adalah metafora alkitabiah bagi dosa, pemberontakan, dan kejahatan versus pengharapan, kebenaran, penyembuhan, dan kebaikan (lih. Yoh 1:4-5; 3:19-21; 8:12; 12:35-36,46, Kis 26:18, 2Kor 4:6; 1Yoh 1:5; 2:8). Seperti kalimat sebelumnya yang mungkin merupakan singgungan kepada Yes 42:12, frase ini mungkin menyinggung Yes 42:16.
1Pet 2:10 "kamu, yang dahulu BUKAN UMAT" ini memperkenalkan seuah kutipan dari Hos 1:10; 2:23. Istilah kuncinya adalah lo ammi (nama salah satu anak Hosea), yang awalnya merujk pada Israel yang tidak menjadi umat Allah karena penyembahan berhala dan gaya hidup melanggar-perjanjian dari mereka. Mereka (1) mempercayai aliansi politik dan tidak kepada Allah dan (2) menyembah Baal dengan menggunakan nama YHWH.
□ "tetapi yang sekarang telah menjadi UMAT-NYA" Ini adalah kutipan lebih jauh dari Hos 2:23. Perikop ini dalam konteks PL nya menegaskan bahwa meskipun Israel telah berbuat dosa dan menjauh dari Allah perjanjian mereka, Ia siap untuk memulihkan mereka kembali kepada status perjanjian (yaitu, metafora pernikahan). Allah yang sama yang mengasihi dan mengampuni sekarang mengulurkan tangan-Nya kepada bangsa-bangsa lain yang tidak patuh tersebut.
Penggunaan Hosea yang awalnya ditujukan bagi kerajaan utara Israel yang membangkang pada abad kedelapan SM sekarang digunakan oleh Petrus untuk berhubungan dengan bangsa-bangsa kafir. Perluasan dari naskah PL dari suatu konteks Yahudi/non Yahudi menjadi konteks orang tidak percaya/orang percaya ini adalah ciri khas PB! Bangsa-bangsa lain yang percaya sekarang termasuk dalam umat perjanjian Allah (lih. Ef 2:11-3:13).
□ "(kamu) yang dahulu TIDAK DIKASIHANI" Nabi Hosea memiliki tiga anak-anak yang masing-masing diberinya nama profetik
- 1. seorang anak laki-laki bernama Yizreel, yang berarti "Tuhan membuat berbuah-buah"
- 2. seorang gadis bernama Lo-Ruhamah, yang berarti "tak ada belas kasihan"
- 3. seorang anak laki-laki bernama Lo-Ammi, yang berarti "bukan umatku"
Bila bagian pertama dari ay. 1Pet 2:10 menggunakan nama anak ketiganya, bagian terakhir dari ay. 1Pet 2:10 menggunakan nama anak kedunya (lih. Hos 1:6; 2:20,23). Tuhan sepenuhnya menerima orang-orang berdosa karena Dia berbelas kasihan pada mereka. Bentuk tata bahasa yang ditemukan dalam ay. 1Pet 2:10 sangat membantu dalam mengungkapkan maksud teologisnya. Ada keberatan yang dinyatakan pada bagian dari bangsa-bangsa lain, yang dibawa oleh si pelaku yaitu setan (yaitu, PERFECT PASSIVE PARTICIPLE), tetapi perjanjian Allah dengan yakin telah dimasukkan dalam sejarah melalui Mesias-Nya dan membawa hari yang baru yaitu kesempatan untuk dimasukkan dalam perjanjian (yaitu, AORIST PASSIVE PARTICIPLE).
Kebenaran ini mirip dengan misteri dari rencana Allah, dahulu tersembunyi, tetapi sekarang terungkap (lih. Ef 2:11-3:13).
Utley: 1Ptr 2:11-12 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:11-1211 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:11-12
11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. 12 Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.
1Pet 2:11 "pendatang" Istilah PL ini berbicara mengenai orang bukan-penduduk dengan hak terbatas yang tinggal di tempat yang bukan kampung halaman mereka, seperti Abraham (lih. Kej 23:4, Mazm 39:12; Ibr 11:13; 1Pet 2:11). Di sini kata ini digunakan secara kiasan bagi orang percaya yang hidup dalam sistem dunia yang telah jatuh.
□ "perantau" Istilah ini berarti orang yang tinggal dalam waktu singkat (lih. 1Pet 1:1,17). Ini menyinggung fakta bahwa orang percaya adalah warga negara dari alam surgawi, bukan hanya di realitas jasmani ruang-waktu ini saja. Kita adalah makhluk dari daging dan roh (lih. Kej 1:26-27).
□ "menjauhkan diri" Ini secara harfiah adalah "terus menahan diri jauh dari" (yaitu, PRESENT MIDDLE INFINITIVE). Orang percaya harus terus berjuang dengan dosa dan pencobaan (lih. Rom 7). Peperangan dengan kejahatan tidak berhenti pada saat keselamatan (lih. Ef 6:10-20). Malah dalam banyak hal menjadi lebih intensif. Ketika seseorang percaya dan menerima Kristus dia akan didiami oleh Roh (lih. Rom 8:9) dan diberi sifat ilahi (lih. 2Pet 1:4). Namun demikian, ini tidak berarti bahwa sifat dosa yang lama dihapuskan. Sifat ini akan dibuat tak bisa bekerja oleh karya paripurna Kristus atas nama kita (lih. Rom 6, lihat Topik Khusus: Nihil dan Batal).
Para rabi mengatakan bahwa dalam setiap hati manusia adalah anjing hitam dan putih. Yang diberi makan paling banyak akan menjadi yang terbesar. Orang-orang percaya menghadapi pilihan terus-menerus untuk mencari kebaikan, tinggal dalam kebenaran, berjalan dalam terang, atau mengaktifkan kembali sifat dosa lama! Orang percaya adalah warga dari dua alam (sifat manusia yang jatuh dan Roh, lih. Rom 8:5-17); dua zaman (yakni, zaman yang jahat saat ini dan zaman kebenaran, lih. Tit 2:11-14); mana yang memberikan pengaruh yang paling besar?
□ "dari keinginan-keinginan daging" Tubuh itu sendiri tidaklah jahat (pemikiran Yunani), tetapi merupakan suatu medan pertempuran dari keberpusatan pada diri dan godaan setan (lih. Rom 6; 7; 8; Gal 5:16-24).
□ "yang berjuang" ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE INDICATIVE. Peperangan ini dijelaskan dalam Yak 4:1-4.
1Pet 2:12 "Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai suatu IMPERATIVE. Orang-orang tidak percaya sedang menonton! Bagaimana orang percaya hidup dan bereaksi terhadap perjuangan umum kehidupan adalah saksi yang lantang bagi semua orang yang mengenal mereka. Seringkali hidup kita berbicara lebih keras dari kata-kata kita!
□ "memfitnah kamu sebagai orang durjana" Orang-orang Kristen mula-mula dituduh melakukan
- 1. kanibalisme (karena terminologi Perjamuan Tuhan)
- 2. berzinah (karena mereka saling mencintai)
- 3. ateisme (karena Allah mereka tak terlihat)
- 4. pengkhianatan (karena mereka tidak mau melayani di tentara atau bersumpah setia kepada Kaisar)
- 5. amoralitas (mungkin cium kudus)
Fitnah terhadap Jalan Tuhan ini (lih. 24:14; Kis 28:22) sepertinya telah berkembang di propinsi-propinsi timur yang pro- Kaisar atau Kekaisaran Romawi (Asia Kecil).
□ "mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah" Bagaimana kita hidup sebagai orang Kristen mencerminkan Allah yang kita klaim kita kenal dan layani. (lih. 1Pet 2:15; 3:16; Mat 5:16; Fili 2:15; Tit 2:7-8). Suasana SUBJUNGTIF nya memperkenalkan sebuah ketergantungan. Kemuliaan Allah adalah panggilan tertinggi dan mandat penginjilan kita (lih. 1Pet 4:11,16).
□ "pada hari Ia melawat" Ini menunjuk pada setiap saat Tuhan mendekat, baik untuk memberkati atau untuk penghakiman (lih. Yes 10:3; Yer 8:12; 10:15; 11:23; 23:12; 46:21; 48:44; 50:27; 51:18, Hos 9:7; Mi 7:4). Hal ini bisa bersifat sementara atau eskatologis (lih. Luk 19:44). Beberapa orang melihat ini sebagai berkaitan dengan orang percaya yang dalam pencobaan, namun dalam konteks tampaknya ini merujuk pada setiap kesempatan bagi orang yang belum diselamatkan untuk mendengar dan menanggapi Yesus sebagai Juruselamat sebelum mereka menghadapi Dia sebagai Hakim.
SEBUAH GARIS BESAR SINGKAT ATAS BAGIAN PRAKTIS DARI I PETRUS
- 1. Kepatuhan kepada pemerintah dan masyarakat (1Pet 2:13-17)
- 2. Kepatuhan kepada tuan duniawi (1Pet 2:18-25)
- 3. Kepatuhan di rumah Kristen (1Pet 3:1-7)
- 4. Kepatuhan di tengah-tengah penindasan (1Pet 3:8-22)
Utley: 1Ptr 2:13-17 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:13-1713 Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertingg...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:13-17
13 Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, 14 maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. 15 Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. 16 Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. 17 Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
1Pet 2:13 "tunduklah" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE IMPERATIVE, tetapi NASB dan NKJV menerjemahkannya sebagai suatu MIDDLE (lih. 1Pet 2:18). Kata "dirimu" (dalam NASB) tidak ada di dalam naskah Yunaninya. Ini menyiratkan bahwa mereka harus membuat pilihan yang menentukan untuk tunduk (lih. 1Pet 2:18; 3:1). Ini adalah istilah militer yang digunakan untuk rantai komando. Secara harfiah berarti "untuk mengatur diri seseorang di bawah otoritas." Ini adalah tema umum dari Petrus (lih. 1Pet 2:13,18; 3:1,5,22; 5:5). Kepatuhan tidak berarti ketidaksetaraan, karenaYesus digambarkan dengan istilah ini. Ini adalah suatu sikap pelayanan di bawah otoritas. Dalam Ef 5:21 ini adalah salah satu dari lima karakteristik hidup yang dipenuhi Roh (saling tunduk satu sama lain di dalam Kristus).
□ "karena Allah" Ini adalah motif untuk semua tindakan kita (lih. 1Pet 4:11; 1Kor 10:31; Kol 3:17; Ef 6:5).
□ "kepada semua lembaga manusia" Untuk "lembaga" lihat Topik Khusus pada Mr 10:6. Dari apa yang berikut, ini merupakan peringatan untuk tunduk pada otoritas pemerintah atau sipil, kira-kira seperti Rom 13:1-7 dan Tit 3:1. Ini adalah jauh lebih signifikan lagi dalam terang penganiayaan dari pemerintah yang dihadapi orang percaya ini. Hal ini pasti apakah penganiayaan itu dari orang Yahudi, kafir, pemerintah daerah, atau di seluruh Kekaisaran. Saksi terkuat kita akan kuasa Injil adalah pada saat penganiayaan. Sikap, kata-kata, dan tindakan kita ketika diperlakukan tidak adil menyebabkan orang-orang kafir memperhatikan.
□ "sebagai pemegang kekuasaan" Istilah ini dalam bahasa Yunani klasik berarti "manusia pendiri kota"; namun demikian, dalam PB ini selalu digunakan untuk otoritas Allah (lih. Mat 22:21; Rom 13:1-7; 1Tim 2:1-7; Tit 3:1-8), yang sering diberikan kepada organisasi manusia. Allah lebih suka ketertiban daripada anarki.
1Pet 2:14 "maupun kepada wali-wali yang diutusnya" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE PARTICIPLE. Tuhan berkuasa atas segala sesuatu. Naskah ini tidak mengajarkan "hak Illahi dari Raja," namun menegaskan bahwa Allah lebih mendukung hukum dan ketertiban (yaitu, sebuah masyarakat yang stabil) daripada anarki. KATA GANTI "nya" bisa menunjuk pada (1) Allah atau (2) gubernur.
□ "untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat" Pemerintah memiliki kewenangan yang diberikan Tuhan untuk menjaga ketertiban dan menahan dan menghukum si pengganggu. Hukuman mati adalah salah satu bentuk mandat ini (lih. Rom 13:4; Kis 25:11).
1Pet 2:15 "Sebab inilah kehendak Allah" Lihat Topik Khusus di bawah ini.
Lihat topik khusus KEHENDAK (THELēMA) ALLAH
□ "membungkamkan" Ini secara harfiah adalah "memberangus" (lih. Mr 1:25; 4:39).
□ "kepicikan" ini merujuk kepada seseorang yang kurang pemahaman rohaninya (lih. 1Kor 15:34).
□ "orang-orang yang bodoh" Istilah ini tercantum dalam suatu rangkaian dosa dalam Mr 7:22. Ini menggambarkan guru-guru Yahudi yang tidak percaya di Rom 3:20, tetapi digunakan untuk menggambarkan orang percaya di Ef 5:17. Oleh karena itu, frasa ini menyiratkan kondisi mental yang malas yang mempengaruhi baik orang yang sudah diselamatkan dan belum diselamatkan. Di sini frasa ini merujuk kepada orang-orang kafir yang kurang informasi yang menuduhkan hal-hal yang tidak benar pada orang-orang percaya (lih. 1Pet 2:12).
1Pet 2:16 "Hiduplah sebagai orang merdeka" Ini merupakan IMPERATIVE yang tersirat (lih. NASB, TEV, NIV). Hal ini kontras dengan kaum pagan yang merupakan hamba dosa. Orang-orang percaya memiliki pilihan. Yesus telah membebaskan mereka dari penguasaan dosa (lih. Rom 6), tetapi sering mereka menggunakan kebebasan baru mereka untuk memilih dosa lagi.
□ "bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka" Ini harfiahnya adalah "yang telah" (sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE) dinegasikan, digunakan sebagai IMPERATIVE. Seberapa sering kebebasan kita menjadi surat ijin (lih. 1Kor 8:9; Gal 5:13) dan bukannya saksi hidup dari pengorbanan (lih. Rom 14:1-15:13). Kebebasan selalu membawa tanggung jawab tapi hati-hati dari legalisme atau ritualisme (lih. 1Kor 8; 9; 10; Kol 2:16-23). Orang-orang percaya sekarang bebas dari dosa untuk melayani Allah (lih. Rom 6) dan satu sama lain (lih. 1Kor 9:19-23).
□ "tetapi hiduplah sebagai hamba Allah" Orang-orang percaya telah dibebaskan dari dosa dan sekarang bebas untuk melayani Allah (lih. Rom 6:22).
1Pet 2:17 "Hormatilah semua orang" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE, yang pertama dari empat perintah ringkasan yang mencolok dalam ay. 1Pet 2:17. Ini dimaksudkan untuk mengenali nilai dari semua manusia di hadapan Allah (lih. Kej 1:26-27, Yoh 3:16). dan untuk hidup sehingga dapat menarik mereka kepada iman di dalam Kristus (lih. Mat 28:18-20, Luk 24:47, Kis 1:8).
□ "kasihilah saudara-saudaramu" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Orang Kristen harus terus saling mengasihi (lih. 1Pet 1:22, Yoh 13:34; 15:12,17; Rom 12:10; 1Tes 4:9, Ibr 13:1; 1Yoh 2:7-8; 3:11,23; 4:1,11; 2Yoh 1:5). Kasih adalah bukti yang benar bahwa kita mengenal Allah, bahwa kita telah mempercayai Kristus, dan bahwa kita dibimbing oleh Roh. Ini adalah karakteristik kekeluargaan dari Allah. Orang-orang percaya harus mengasihi semua manusia demi Injil dan mengasihi orang Kristen lain karena mereka adalah bagian dari keluarga Allah.
□ "takutlah akan Allah" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) IMPERATIVE (lih. Ayub 28:28; Mazm 111:10; Ams 1:7; 15:33). Kita mendapatkan kata "phobia" dari kata Yunani ini. Kata ini digunakan dalam pengertian rasa kagum dan hormat. Semua tindakan orang percaya harus keluar dari hubungan mereka dengan dan menghormati Allah!
□ "hormatilah raja" Kedua PRESENT IMPERATIVES yang terakhir ini mungkin merupakan singgungan pada Ams 24:21. Ingatlah pada zaman Petrus Kaisarnya adalah Nero (lih. 1Pet 2:13)!
Utley: 1Ptr 2:18-25 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:18-2518 Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, ...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:18-25
18 Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. 19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. 20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. 21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. 22 IA TIDAK BERBUAT DOSA, DAN TIPU TIDAK ADA DALAM MULUT-NYA. 23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. 24 Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. 25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
1Pet 2:18 "hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE PARTICIPLE yang dignakan sebagai suatu IMPERATIVE (lihat catatan dan Topik Khusus pada 1Pet 2:13). Para budak yang percaya menghormati tuan duniawi mereka karena mereka menghormati Allah! Hal ini bahkan menunjuk pada tuan-tuan yang tidak percaya yang bersikap tidak adil dan kejam atau tuan-tuan Kristen yang bertindak secara tidak sepantasnya. Dalam zaman kita penerapan dari peringatan ini akan berhubungan dengan pengusaha Kristen dan karyawan Kristen. Hal ini mirip dengan ajaran Paulus dalam Ef 6:5-9. Perhatikan # 3 pada Topik Khusus di bawah ini.
Ini adalah tempat yang baik untuk membahas aspek budaya dari penafsiran Alkitab. Jika Injil telah menantang (1) budaya patriarki Yunani-Romawi abad pertama atau (2) budaya budak-budaknya, maka Injil akan ditolak dan dihancurkan oleh masyarakat abad pertama. Dengan memberitakan Injil kedua hambatan ini akan jatuh pada waktunya! Alkitab harus selalu ditafsirkan dalam latar belakang kesejarahannya dan kemudian kebenarannya yang terinspirasi tersebut diterapkan pada zaman dan budaya kita dengan kekuatan dan dampak yang sama. Ini tidak berarti bahwa kita mencoba untuk mereproduksi budaya abad pertama sebagai kehendak Allah bagi setiap masyarakat di setiap zaman. Sasarannya adalah pemberitaan kebenaran kekal dari Injil yang berdampak pada individu dan akhirnya masyarakat itu sendiri.
- NASB "Karena ini akan mendapatkan kemurahan"
- NKJV "Karena ini patut dihargai"
- NRSV "Sebab adalah kasih karunia"
- TEV "Tuhan akan memberkati Anda karena hal ini"
- NJB "Kamu lihat, ada jasanya"
Ini menunjuk pada persetujuan Tuhan atas penyerahan bahkan di tengah-tengah penganiayaan, ketika penderitaan ini berkaitan dengan keyakinan Kristen kita dan kepercayaan dalam Kristus (lih. 1Pet 3:14,17; 4:13-14,16). "kemurahan" adalah istilah Yunani charis (kasih karunia) yang digunakan dalam arti non-teologis.
□ "jika" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang dianggap benar dari sudut pandang si penulis atau untuk tujuan sastranya. Budak Kristen menderita di bawah tuan yang kejam demi Kristus.
□ "sadar" Lihat catatan pada 1Pet 3:16.
1Pet 2:20 "dapatkah disebut pujian" Ini adalah istilah kehormatan yang berhubungan dengan reputasi seseorang (lih. Luk 6:32-34). Ini berasal dari KATA KERJA Yunani kaleō, yang berarti memanggil. Oleh karena itu, merujuk pada menyerukan pujian, kehormatan, atau kemuliaan pada seseorang.
□ "jika" Ada dua KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL dalam ayat ini, yang dianggap benar. KALIMAT CONDITIONAL yang pertama digunakan dalam pengertian negatif dan yang kedua dalam pengertian yang positif. Allah berkenan ketika orang percaya menderita secara tidak adil, tetapi dengan sabar, karena menjadi orang percaya (lih. Luk 1:29; 3:24,27; 4:12-16, Mat 5:10-16).
1Pet 2:21 "Sebab untuk itulah kamu dipanggil" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE INDICATIVE. Dalam konteks kalimat ini berarti bahwa orang percaya dipanggil untuk meniru kehidupan Yesus, yang membawa kemuliaan kepada Allah dan keselamatan bagi umat manusia. Ini adalah panggilan untuk tunduk atas nama semua orang percaya yang akan membawa kedewasaan rohani dan saksi Injil yang kuat.
Bahwa orang percaya dipanggil oleh Allah untuk menderita adalah pernyataan mengejutkan, terutama bagi budaya barat yang berpikir tentang keKristenan dalam kerangka (1) "apa untungnya bagi saya" atau (2) suatu Injil kesehatan, kekayaan, dan kemakmuran. Penganiayaan orang percaya adalah sebuah kemungkinan yang nyata dalam dunia yang sudah jatuh (lih. Kis 14:22, Rom 5:3-4; 8:17; Fili 1:29; 1Tes 3:3-4; 2Tim 3:12; Yak 1:2-4; 1Pet 3:14; 4:12-19).
□ "Kristuspun telah menderita" Penderitaan Mesias adalah kejutan kepada orang Yahudi yang mengharapkan Mesias militer yang menaklukkan. Ada petunjuk khusus dalam PL (lih. Kej 3:15; Mazm 22; Yes 53). Yesus sendiri menunjukkan kepada: (1) Rasul-Nya (lih. 16:21; 17:12,22-23, 20:18-19) dan (2) gereja mula-mula bagian dari nubuatan ini (lih. Luk 24:25-27).
Penderitaan dan kematian-Nya adalah suatu bagian integral dari khotbah kerasulan gereja mula-mula yang dalam Kisah Para Rasul disebut kerygma (lih. Kis 2:23; 3:13-14,18; 17:3; 26:23). Lihat Topik Khusus pada 1Pet 1:11.
Ada beberapa kebenaran teologis kunci yang berhubungan dengan penderitaan-Nya.
- 1. Kristus adalah teladan kita (ay. 1Pet 2:21)
- 2. Kristus memikul dosa kita di kayu salib (ay. 1Pet 2:24)
- 3. Karya Kristus menyebabkan kita mati terhadap dosa dan hidup untuk Allah (ay. 1Pet 2:24)
- 4. Kristus adalah Gembala dan Pelindung jiwa kita (ay. 1Pet 2:25)
Istilah "menderita" (epathen) ditemukan di MSS P72, A, B, dan C, tetapi MSS kuno lainnya, P81, א meiliki kata "mati" (apethanen). UBS4 memberikan bacaan pertama peringkat "A" (pasti), dengan asumsi bahwa "mati" telah dialihkan oleh penyalin dari 1Pet 3:18.
□ "teladan" PB memberikan tiga alasan mengapa Kristus datang:
- 1. Untuk menjadi penebusan perwakilan, pengganti. Dia, Anak Domba Allah (lih. Yoh 1:29) yang polos, tak bercacat (lih. 1Pet 2:22), mengorbankan DiriNya sendiri atas nama kita (lih. 1Pet 2:24).
- 2. Menjadi wahyu penuh dari Bapa (lih. Yoh 1:1-14; 14:8-9).
- 3. Untuk menjadi teladan bagi orang percaya (lih. 1Pet 2:21) untuk ditiru. Dia adalah orang Israel yang ideal, manusia sempurna, bentuk kemanusiaan yang seharusnya sudh dicapai, yang bisa dicapai, dan satu hari, akan dicapai.
1Pet 2:22 "IA TIDAK BERBUAT DOSA" Ini merupakan kutipan dari Yes 53:9. Konsep ini juga dinyatakan dalam Yoh 8:46; 14:30, Luk 23:41, 2Kor 5:21; Ibr 4:15; 7:26-27; 1Pet 1:19; 2:22; 3:18, 1Yoh 3:5. Dia bisa mati atas nama kita karena Ia tidak perlu mati karena dosa-Nya sendiri!
□ "DAN TIPU TIDAK ADA DALAM MULUT-NYA" Yesus adalah orang Israel yang ideal (lih. Yes 53:9 dan Zef 3:13).
1Pet 2:23 "Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki" Ada serangkaian tiga IMPERFECT ACTIVE INDICATIVES, yang berarti mengulangi tindakan di masa lalu. Yang pertama adalah singgungan kepada Yes 53:7. Yesus menggenapi nubuatan ini dalam pengadilan Nya dihadapan Kayafas, Imam Besar Hanas, Pilatus, dan Herodes.
□ "ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam" Ia memang berbicara, tetapi dalam rangka mengampuni semua pihak yang terlibat dalam kematian-Nya (lih. Luk 23:34).
□ "tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil" Mempercayakan adalah sikap yang normal dari kehidupan Yesus. Hal ini terlihat begitu kuat dalam Luk 22:42; 23:46.
1Pet 2:24 "Ia sendiri telah memikul dosa kita" Ini jelas dari Yes 53:4,11,12. Istilah "menanggung" digunakan untuk sebuah pengorbanan di Im 14:20 dan Yak 2:21. Ini adalah esensi dari penebusan perwakilan, penggantian (lih. Mr 10:45; Rom 5:6,8,10; 2Kor 5:21).
□ "di dalam tubuh-Nya di kayu salib" Meskipun tidak ada unsur Gnostik tertentu yang terhubung ke I Petrus (orang Kristen mula-mula/filsafat Yunani menegaskan bahwa Yesus bukanlah benar-benar manusia, lih Kol;. I Tim, I Yoh.). Naskah ini merupakan penegasan kuat dari kemanusiaan yang sejati dan kematian fisik Yesus dari Nazaret (lih. Kol 1:22).
Frasa "di kayu salib" mungkin memiliki hubungan ke Ul 21:23, di mana siapa pun yang tergantung pada tiang (misalnya, pohon) bukannya benar terkubur dikutuk oleh Tuhan. Menjelang zaman Yesus para rabi telah menafsirkan ini sebagai mencakup penyaliban Romawi. Yesus dituduh penghujatan yang menurut Hukum Musa, menuntut perajaman. Mengapa kemudian para pemimpin Yahudi menginginkan Ia disalibkan, yang membutuhkan persetujuan Romawi dan menajiskan secara seremonial untuk mereka sebelum Paskah? Beberapa orang mengatakan bahwa mereka melakukan ini karena orang Yahudi tidak memiliki kewenangan di bawah hukum Romawi untuk menempatkan seseorang untuk mati, tapi bagaimana Stefanus dalam Kis 7?
Saya pikir mereka ingin Yesus disalibkan untuk menunjukkan bahwa ini mesianis gadungan ini dikutuk oleh Tuhan! Tapi ini persis apa yang terjadi. Yesus menjadi kutuk bagi kita (lih. Gal 3:13). PL sendiri telah menjadi kutukan (lih. Kol 2:14). Ini menyatakan bahwa jiwa yang dosa harus mati (lih. 2Raj 14:6; Yeh 18:4,20). Tapi semua manusia telah berdosa (lih. Rom 3:9-18,23; Gal 3:22.). Oleh karena itu, semua layak untuk mati dan berada di bawah hukuman mati. Yesus Anak Domba Allah yang tanpa dosa (Yoh 1:29) menanggung dosa seluruh dunia yang jatuh ini (lih. Rom 5:12-21).
□ supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran Ini adalah sebuah klausa tujuan (hina). Ini adalah sasaran dari keKristenan (lih. Rom 6:20; Gal 2:20). Pemulihan gambar Allah pada manusia lah yang mengembalikan persekutuan yang intim dengan Allah.
□ "Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE INDICATIVE. Dalam Yes 53:4-6 ini berbicara tentang penyembuhan rohani kita, bukan penyembuhan fisik. Saya tidak menyangkal penyembuhan fisik sebagai tindakan berkelanjutan Allah yang penuh anugerah, tapi saya menyangkal bahwa hal itu adalah aspek yang dijanjikan dalam penebusan Kristus. Dalam PL dosa ditandai sebagai penyakit fisik (lih. Yes 1:5-6; Mazm 103:3). Ini adalah metafora untuk pengampunan dosa, bukan sebuah janji bahwa jika orang percaya memiliki cukup iman, Allah akan menyembuhkan setiap masalah fisik setiap orang percaya.
Untuk diskusi yang baik dari Yes 53:4 dan penggunaannya dalam Mat 8:17, F.F. Bruce Jawaban untuk Pertanyaan, hal 44-45, sangatlah membantu.
1Pet 2:25 "Sebab dahulu kamu sesat" Ini adalah singgungan kepada Yes 53:6. Ini adalah IMPERFECT PASSIVE PERIPHRASTIC, yang menunjuk pada tindakan berulang di masa lalu atau awal dari suatu tindakan. Apakah ini merujuk pada
- 1. Orang Yahudi PL (lih. Rom 3:9-18, yang merupakan serangkaian kutipan PL)
- 2. seluruh umat manusia
- 3. Orang percaya bukan Yahudi yang menyerah pada penganiayaan (yakni, mungkin menyangkal Yesus di pengadilan)
- 4. orang percaya, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, yang kalah dalam pertempuran harian dengan sifat dosa
□ "tetapi sekarang kamu telah kembali" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE INDICATIVE yang menyiratkan suatu kembali secara tegas oleh lembaga Allah, Kristus, atau Roh (lih. TEV "kamu telah dibawa kembali"). Kebanyakan versi bahasa Inggris menerjemahkannya sebagai sebuah MIDDLE (lih. NASB, NRSV, NJB, NIV). Dalam PL kata "berbelok" atau "kembali" (shub) sering digunakan untuk umat Tuhan yang bertobat dan kembali kepada-Nya.
□ "Gembala" Gelar ini digunakan Allah (lih. Mazm 23:1, Yeh 34) dan di sini untuk Yesus seperti dalam Yoh 10:1-18 dan Ibr 13:20. Ini berkonotasi lembut, bijaksana, kepedulian yang berkelanjutan. Gelar ini bahkan mungkin mencerminkan diskusi Petrus dengan Yesus dalam Yoh 21 (lih. 1Pet 5:1-3).
- NASB, NRSV,
- NJB "Penjaga"
- NKJV "Pengawas"
- TEV "Pemelihara"
Di sini istilah episkopos digunakan untuk Yesus, tetapi biasanya itu merujuk pada para pemimpin gereja lokal. Istilah diterjemahkan sebagai "uskup" atau "pengawas" dan memiliki suatu latar belakang kota/negara Yunani, sedangkan istilah sinonimnya "penatua" (presbuteros) memiliki latar belakang kesukuan Ibrani. Istilah-istilah ini biasanya digunakan secara sinonim untuk merujuk pada peran pendeta PB (lih. Kis 20:17,28; Tit 1:5,7).
Topik Teologia: 1Ptr 2:5 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Pemilihan Allah
Pem...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Mesias
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
- Orang Percaya sebagai Bait Allah
- Keselamatan
- Keselamatan adalah Tindakan Allah yang Terbesar dan Keputusan Manusia yang Terpenting
- Yoh 3:17-18,36 Yoh 5:37-40 Yoh 8:12,24 Yoh 10:14-18 Yoh 16:5,7-9 Kis 3:18-19,23 Rom 1:18-19 1Ko 1:18 Ibr 10:26-31 Ibr 12:2,25 1Pe 2:4-8 1Yo 5:10,12
- Yesus adalah Seorang Pengantara
- Pengudusan
- Kita Dilayakkan bagi Allah di dalam Kristus
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
- Kiasan dan Nama untuk Umat Allah, Gereja
- Gereja adalah Kudus
- Ula 14:2 Yes 62:12 Mat 5:48 Yoh 17:17-19 Rom 12:1 1Ko 1:2 1Ko 3:10-11,16-17 1Ko 6:19 Efe 2:19-21 Efe 5:3 Efe 5:25-27 1Te 3:13 2Te 1:10 2Te 2:13 Ibr 10:10,14 1Pe 2:4-5 Wah 19:7-8 Wah 21:9-10
- Penyembahan dalam Gereja
- Neh 8:7 Neh 9:3 Maz 5:8 Maz 22:23 Maz 24:3-6 Maz 29:2 Maz 35:18 Maz 89:8 Maz 95:6-7 Maz 100:1-4 Maz 107:31-32 Maz 122:1 Maz 132:7-18 Maz 149:1-5 Maz 150:1-6 Yes 2:3 Yes 12:4-6 Yes 25:9 Yes 30:29 Yes 38:20 Yes 52:9 Yer 31:11-14 Yoh 4:23-24 Kis 2:46-47 Kis 13:2 Efe 5:19-20 Fili 3:3 Ibr 12:28 1Pe 2:5 Wah 4:10-11 Wah 5:14 Wah 7:11 Wah 11:1 Wah 19:4
Topik Teologia: 1Ptr 2:6 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Pemilihan Allah
Pem...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Mesias
- Keselamatan
- Keselamatan adalah Tindakan Allah yang Terbesar dan Keputusan Manusia yang Terpenting
- Yoh 3:17-18,36 Yoh 5:37-40 Yoh 8:12,24 Yoh 10:14-18 Yoh 16:5,7-9 Kis 3:18-19,23 Rom 1:18-19 1Ko 1:18 Ibr 10:26-31 Ibr 12:2,25 1Pe 2:4-8 1Yo 5:10,12
- Faedah Iman adalah Keyakinan
- Gereja
- Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
Topik Teologia: 1Ptr 2:7 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kehendak Allah
Kehe...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Dosa
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan adalah Tindakan Allah yang Terbesar dan Keputusan Manusia yang Terpenting
- Gereja
- Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
Topik Teologia: 1Ptr 2:8 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kehendak Allah
Kehe...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Dosa
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan adalah Tindakan Allah yang Terbesar dan Keputusan Manusia yang Terpenting
- Gereja
- Kristus: Kepala dan Penguasa Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
Topik Teologia: 1Ptr 2:9 - -- Allah yang Berpribadi
Dia yang Memanggil
Rom 9:11-12 Gal 1:6 Gal 5:8 1Te 5:24 1Pe 1:15 1Pe 2:9
Allah Aktif dalam Gereja...
- Allah yang Berpribadi
- Dia yang Memanggil
- Allah Aktif dalam Gereja
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Keselamatan Orang-orang Percaya dan Komunitas Orang-orang Percaya
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
- Orang Percaya sebagai Israel Baru
- Dosa
- Natur Dosa
- Dosa adalah Kecenderungan Moral pada Kejahatan
- Kej 6:5 Kej 8:21 Ayu 14:4 Ayu 15:14-16 Maz 5:10 Maz 14:1-3 Maz 51:7,9-10,12 Maz 94:11 Maz 143:2 Pengk 7:20,29 Pengk 9:3 Yes 1:5-6 Yes 64:6 Yer 13:23 Yer 17:9 Yeh 36:25-27 Mik 7:2-4 Mat 7:17-19 Mat 15:17-19 Luk 6:45 Yoh 3:19 Rom 1:21-32 Rom 5:12-14 Rom 6:12-14 Rom 7:14-26 Rom 8:5-8 1Ko 2:14 Gal 3:10 Efe 2:1-2 Efe 4:17-24 Efe 5:8 Kol 2:13 Tit 1:15-16 Yak 1:14-15 Yak 2:10 1Pe 2:9 1Yo 1:8 1Yo 5:19
- Keselamatan
- Panggilan
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
Topik Teologia: 1Ptr 2:10 - -- Keselamatan
Keselamatan Secara Umum
Keselamatan adalah Suatu Tindakan Belas Kasihan
Maz 51:3-4 Luk 1:77-78 Rom 9:14-18,22-24 Ro...
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan adalah Suatu Tindakan Belas Kasihan
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
Topik Teologia: 1Ptr 2:11 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
Jiwa Manusia
Jiwa sebagai Bagian Manusia yang Berelasi de...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Dosa
- Dosa-dosa Kedagingan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Nafsu Menghalangi Pengudusan
- Ams 6:23-26 Mat 5:28 Mar 4:18-19 1Ko 10:6-8 Efe 4:22 Kol 3:5 1Ti 6:9-10 Tit 2:12 1Pe 1:14 1Pe 2:11 1Pe 4:1-2 2Pe 1:4 2Pe 2:14,18 1Yo 2:16-17 Yud 1:16-19
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
- Rom 13:13 Gal 5:16-21 Efe 4:25-31 Efe 5:3-4 Fili 2:3 Fili 2:14 Kol 3:5-9 2Ti 3:1-9 1Pe 2:1,11 1Pe 4:1-3 Wah 3:1-3 Wah 3:15-18
- Orang Kristen Berusaha Hidup Harmonis
Topik Teologia: 1Ptr 2:12 - -- Pengudusan
Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz...
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Petrus Memerintahkan untuk Hidup Berbuat Kebaikan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Memuliakan Allah
- Sarana dari Memuliakan Allah
- Memuliakan Allah dengan Hidup Memperkenankan-Nya
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha Hidup Harmonis
Topik Teologia: 1Ptr 2:13 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
Tanggung Jawab Terhadap Sesama
Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Penguasa Pemerintahan
- Tunduk Kepada Penguasa Pemerintahan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Percaya
- Pejabat Pemerintah dan Warga Sipil
Topik Teologia: 1Ptr 2:15 - -- Dosa
Dosa-dosa Roh
Dosa-dosa Penipuan Diri
Kebodohan
Kebodohan sebagai Kejahatan
Bil 12:11 Ula 32:6 1Sa 1...
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Penipuan Diri
- Kebodohan
- Kebodohan sebagai Kejahatan
- Bil 12:11 Ula 32:6 1Sa 13:13 2Sa 24:10 Ayu 5:3 Maz 14:1 Maz 36:2-5 Maz 38:6 Maz 69:6 Maz 74:18,22 Maz 85:9 Maz 94:7-11 Maz 107:17 Ams 1:32 Ams 9:6,13,16-18 Ams 10:8 Ams 10:21 Ams 13:19 Ams 14:9 Ams 21:30 Ams 24:9 Pengk 4:17 Pengk 5:3 Pengk 7:7 Yer 4:22 Yer 5:4 Yer 8:9 Yer 10:8 Mat 7:26-27 Mat 23:17-18 Mat 25:1-13 Mar 7:20-23 Luk 11:39-40 Luk 12:16-21 Rom 1:21-23 1Ko 1:19-25 1Ko 2:6-8,14 1Ko 3:18-20 Gal 3:1,3 1Pe 2:15
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Sasaran Pengudusan
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan-perbuatan Baik
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan Baik Telah Diperintahkan
- Petrus Memerintahkan untuk Hidup Berbuat Kebaikan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Percaya
- Pejabat Pemerintah dan Warga Sipil
Topik Teologia: 1Ptr 2:16 - -- Pengudusan
Petrus Memerintahkan untuk Hidup Berbuat Kebaikan
1Pe 1:14-16 1Pe 2:12,15-17
Nama dan Kiasan untuk Umat ...
- Pengudusan
- Petrus Memerintahkan untuk Hidup Berbuat Kebaikan
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
Topik Teologia: 1Ptr 2:17 - -- Pengudusan
Petrus Memerintahkan untuk Hidup Berbuat Kebaikan
1Pe 1:14-16 1Pe 2:12,15-17
Orang Kristen Disebut O...
- Pengudusan
- Petrus Memerintahkan untuk Hidup Berbuat Kebaikan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Takut kepada Allah
- Mutlak Takut kepada Allah
- Takut akan Allah adalah Suatu Perintah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Gereja
- Orang Kristen Berusaha Hidup Harmonis
Topik Teologia: 1Ptr 2:18 - -- Gereja
Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Perc...
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Percaya
- Tuan dan Hamba
Topik Teologia: 1Ptr 2:19 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Memiliki Kesadaran Moral
Mereka Memiliki Persepsi Diri
...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Gereja
- Tuan dan Hamba
- Kristus adalah Teladan Orang Percaya dalam Penderitaan
Topik Teologia: 1Ptr 2:20 - -- Keselamatan
Panggilan
Natur Panggilan
Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
Allah Memanggil Manusia Melakukan Kebaikan
...
- Keselamatan
- Panggilan
- Natur Panggilan
- Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
- Allah Memanggil Manusia Melakukan Kebaikan
- Gereja
- Tuan dan Hamba
- Kristus adalah Teladan Orang Percaya dalam Penderitaan
Topik Teologia: 1Ptr 2:21 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Tubuh Manusia
Yesus Memiliki Keterbatasan Jasmaniah
Dia Merasakan Luk...
- Yesus Kristus
- Keselamatan
- Bebas dari Kuasa Dosa
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Allah Memanggil Manusia Melakukan Kebaikan
- Pengudusan
- Gereja
- Tuan dan Hamba
- Kristus adalah Teladan Orang Percaya dalam Penderitaan
Topik Teologia: 1Ptr 2:22 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Dia Merasakan Luka dan Sakit Jasmaniah
Mat 26:67 Mat 27:26 Luk 22:64 Luk 23:33 Yoh 19:3...
- Yesus Kristus
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menganggap Penganiayaan Berasal dari Allah
- Kristus adalah Teladan Orang Percaya dalam Penderitaan
Topik Teologia: 1Ptr 2:23 - -- Yesus Kristus
Penggenapan
Mat 27:50 Kis 8:30-35 1Ko 15:3 Gal 1:3 1Pe 2:23-24
Ketidakberdosaan Yesus
Ma...
- Yesus Kristus
- Penggenapan
- Ketidakberdosaan Yesus
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menganggap Penganiayaan Berasal dari Allah
- Kristus adalah Teladan Orang Percaya dalam Penderitaan
Topik Teologia: 1Ptr 2:24 - -- Yesus Kristus
Penggenapan
Mat 27:50 Kis 8:30-35 1Ko 15:3 Gal 1:3 1Pe 2:23-24
Yesus Memiliki Tubuh Jasmaniah
...
- Yesus Kristus
- Penggenapan
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
- Pemeliharaan-Nya Menyembuhkan Orang-orang Percaya
- Keselamatan
- Bebas dari Kuasa Dosa
- Kematian Yesus adalah Bersifat Menggantikan
Topik Teologia: 1Ptr 2:25 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Keselamatan
Kebangkitan Kristus sebagai Peristiwa Keselamatan
Makna Kebangkitan...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Keselamatan
- Kebangkitan Kristus sebagai Peristiwa Keselamatan
- Makna Kebangkitan Kristus
- Imam Besar Orang-orang Percaya Sekarang adalah Yesus yang Bangkit
- Yesus adalah Seorang Gembala
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Pertobatan
TFTWMS: 1Ptr 2:4-8 - Kristus, Batu Yang Hidup; Orang Kristen, Rumah Rohani KRISTUS, BATU YANG HIDUP; ORANG KRISTEN, RUMAH ROHANI (1 Petrus 2:4-8)
4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manu...
KRISTUS, BATU YANG HIDUP; ORANG KRISTEN, RUMAH ROHANI (1 Petrus 2:4-8)
4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. 5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. 6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci:
"Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, Dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." 7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, Telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan." 8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman
Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
Transisi dari kehidupan baru dalam Kristus dengan gambaran batu dari ayat-ayat berikut ini adalah tiba-tiba. Rasul itu memilih nas-nas dari Perjanjian Lama di mana batu-batu itu digunakan sebagai kiasan bagi kekuatan dan kemantapan dan menerapkan mereka kepada Kristus dan umat-Nya. Yesus adalah batu penjuru, batu yang ditolak, dan batu sandungan. Selanjutnya, umat-Nya adalah batu-batu di bait Allah. Orang Kristen mengambil bagian sifat-sifat Kristus ketika mereka memodelkan hidup mereka menurut hidup-Nya. Sebagai batu yang hidup mereka itu membentuk bangunan Allah.
Ayat 4. Bahasa kiasan sering muncul dan berwarna-warni di sepanjang bagian 1 Petrus ini. Semua yang hidup adalah seperti rumput; kemuliaan manusia seperti bunga rumput (1:24). Orang Kristen harus menginginkan susu dengan segenap semangat yang dimiliki oleh bayi yang baru lahir (2:2). Yesus adalah batu yang hidup … yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan.4Para pembaca Petrus, seperti Tuhan sendiri, adalah "batu yang hidup." Mereka adalah "rumah rohani" atau, dilihat secara berbeda, mereka adalah "imamat yang kudus" (2:5). Setiap kiasan menantang orang percaya untuk mempertimbangkan beberapa aspek tambahan tentang apa artinya menjadi pengikut Kristus. Dengan menambahkan warna itu, dalam ayat-ayat yang belakangan Petrus berkata bahwa orang Kristen adalah "bangsa pilihan" dan "bangsa yang kudus" (2:9). Rasul itu memilih bahasa kiasan sehingga para pembacanya bisa melihat keberlanjutan antara mereka sebagai umat pilihan dan Israel sebagai umat pilihan Allah.
Sebelum 2:4, Petrus memusatkan perhatiannya pada kekudusan kehidupan Kristen di hadapan pelbagai pencobaan. Sekarang ia mengalihkan perhatian secara lebih jelas kepada orang-orang percaya sebagai sebuah komunitas, kepada agama Kristen yang dianggap sebagai milik dan didefinisikan oleh orang-orang itu yang dengan siapa orang berbagi pengakuan dan harapan.
Inilah yang paling penting bahwa orang Kristen didefinisikan oleh kedatangan mereka kepada Yesus, "batu yang hidup." Petrus menambahkan dalam ayat selanjutnya bahwa Yesus adalah "batu penjuru yang mahal" (2:6). Ada ketidakpastian tertentu mengenai apa yang Petrus maksudkan dengan kiasan ini. Joachim Jeremias menyatakan bahwa kata yang diterjemahkan "batu penjuru" tidak perlu mengacu kepada batu pondasi. Ia berargumentasi bahwa kiasan itu sepertinya lebih menggambarkan Yesus sebagai batu utama atau batu penjuru sebuah bangunan.5Apakah Petrus ingin para pembacanya memahami Yesus sebagai (1) batu pondasi, atau (2) batu penjuru, akan membuat perbedaan tertentu mengenai maksud yang rasul itu buat. Sebagai batu utama, orang-orang percaya akan memahami Yesus sebagai Pribadi yang telah menyelesaikan semua maksud Allah bagi umat manusia, atau mungkin bahwa melalui Dia hasil iman pada akhirnya terwujud. Tentu meragukan, bagaimanapun, bahwa Jeremias adalah benar. Paulus menggunakan kata yang sama, "batu penjuru," dalam Efesus 2:20, di mana konteksnya membuat jelas bahwa artinya adalah "batu pondasi." Selanjutnya, dalam 1 Petrus 2:6 kata-katanya adalah, "Aku meletakkan di Sion … sebuah batu penjuru yang mahal." Meletakkan sebuah batu menyiratkan batu pondasi.
Mengatakan bahwa Yesus atau para pengikut-Nya adalah "batu yang hidup," pada kesan pertama, tampaknya menjadi suatu ketololan. Batu itu benda mati. "Batu yang mati" adalah kiasan yang bisa lebih dimengerti daripada "batu yang hidup." Namun demikian, Petrus menggunakan kiasan "batu yang hidup." Kata-katanya itu kembali kepada tema terkenal Perjanjian Baru, yaitu tentang batu yang ditolak oleh tukang-tukang bangunan (Mazmur 118; Matius 21:42; Markus 12:10; Lukas 20:17; Kisah 4:11). Rasul itu ingin para pembacanya tahu bahwa Yesus adalah batu penjuru kehidupan gereja. Ia adalah pedoman yang dengannya semua kepercayaan dan perilaku harus diukur. Ungkapan Yesus adalah batu pondasi, batu penjuru, menimbulkan sedikit kesulitan, tetapi mengatakan tentang Tuhan bahwa Ia adalah "batu yang hidup" adalah sebuah kiasan yang berani. Petrus tidak takut. Sebagaimana kehidupan adalah kualitas yang melekat pada Allah, begitu juga halnya dengan Kristus (Yohanes 1:4). Yang orang Kristen sembah bukan Yesus yang mati, tapi Tuhan yang bangkit. Ia secara aktif terlibat dalam kehidupan gereja-Nya. Ketika umat-Nya berseru kepada Dia, Ia mendengar dan bertindak. Yesus hidup di sebelah kanan Allah; dari sana Ia akan datang lagi, dan kemudian harapan akan diwujudkan. Yesus itu hidup; Yesus adalah batu. Setiap kiasan membantu orang Kristen bertumbuh dalam pemahaman mereka tentang Tuhan yang mereka layani.
Orang Kristen menikmati pelbagai berkat Kristus hingga tingkatan mereka itu datang… kepada-Nya. Kata kerja yang sama yang Petrus gunakan, "datang" (prose÷rcomai, proserchomai), diterjemahkan "menghampiri" dalam Ibrani 4:16: "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia." Diundang oleh Allah untuk menghampiri Dia harus jangan dianggap enteng. Berada di hadirat Allah yang kudus adalah tugas yang mengagumkan. Ketika Yesaya melihat Allah di bait suci, ia diliputi rasa takut. "Celakalah aku! aku binasa! Sebab … mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam" (Yesaya 6:5). Bahkan seorang imam yang menghampiri Allah dengan tidak sopan adalah berbahaya, sebagaimana yang dialami oleh dua anaknya Harun (Imamat 10:1, 2). Datang ke dalam hadirat Allah, apakah untuk berdoa atau ibadah, tidak pernah merupakan masalah kecil, tapi orang Kristen menghampiri Dia dengan keyakinan. Juruselamat yang orang Kristen layani pernah menjadi manusia dan mati bagi dosa manusia; mereka telah mengecap bahwa Ia itu baik. Mungkin saja orang takut datang ke dalam hadirat Allah yang hidup, tetapi dengan Kristus sebagai pengantara, orang percaya bisa selalu "datang kepada-Nya."
Paradoksnya, "batu yang hidup" yang melalui siapa manusia menghampiri Allah telah "ditolak oleh manusia." "Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya" (Yohans 1:11). Rasul itu mengikuti jejak Tuhan itu sendiri ketika ia mengingatkan para pembacanya bahwa Yesus adalah batu yang ditolak, tapi yang Allah telah pilih untuk menjadi batu penjuru rumah-Nya (Lukas 20:17). Yang lebih penting daripada penerimaan atau penolakan atas Dia oleh manusia adalah kenyataan bahwa Yesus adalah pilihan dan berharga bagi Allah. Terjemahan lain menulis "dipilih dan berharga" (NRSV, lihat KJV; NIV). Rasul itu telah menggunakan kata "dipilih" dan menerapkannya kepada para pembacanya (1:2). Implikasinya adalah bahwa sama seperti Yesus sudah dipilih dan berharga meski ditolak oleh manusia, para pembaca Petrus juga dipilih dan berharga bagi Allah meski mereka menanggung pelbagai pencobaan dari manusia. Penderitaan dan pencobaan mereka bukan petunjuk bahwa Allah telah meninggalkan mereka. Mereka sedang mengikuti jejak Yesus (2:21).
Ayat 5. Hanya ada sedikit keraguan bahwa Petrus ingin para pembacanya memikirkan bait suci di Yerusalem ketika ia menggunakan kata-kata rumah rohani. Dalam Perjanji-an Lama, "rumah" sering merupakan kata yang digunakan untuk bait suci.6Sulit bagi orang Yahudi untuk memutuskan hubungan dengan bait suci sebagai titik fokus bagi masyarakat mereka dan eksistensi kebangsaan mereka (Kisah 6:13, 14). Yesus telah mengisyaratkan bahwa Ia sendiri, tubuh-Nya sendiri, akan menggantikan bait suci itu sebagai faktor paling penting dalam hubungan Allah dengan umat pilihan-Nya (Yohanes 2:19-21). Bait suci adalah lembaga hukum Musa dan kehidupan nasional Yahudi. Mengapakah orang Kristen tidak meninggalkan gagasan itu? Jawaban bagi pertanyaan itu untuk Petrus adalah bahwa bait suci bisa mengajarkan orang Kristen hal-hal penting tentang siapa mereka. Setelah mengatakan bahwa Yesus adalah "batu yang hidup," rasul itu melanjutkan kiasan tentang bangunan dengan mengatakan bahwa orang Kristen "dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani."
Di antara konsep-konsep Perjanjian Lama yang ditolak penerimaannya oleh Perjanjian Baru adalah konsep bait Allah. Sebagaimana bait suci adalah tempat di mana Allah telah menempatkan nama-Nya dan membuat kehadiran-Nya diketahui dalam Perjanjian Lama, maka bait suci adalah tempat di mana Allah tinggal di dalam Perjanjian Baru.
Bait Tuhan tetap ada. Meski batu-batu pada bait suci dibukit itu sangat indah (Markus 13:1), namun batu-batu yang hidup pada bait suci yang baru adalah jauh lebih berharga. Ketimbang batu emas yang menyilaukan dan permata, batu-batu di rumah Allah dibuat indah dengan iman dan kebaikan kehidupan Kristen. Salah satu kiasan yang para penulis Perjanjian Baru suka gunakan adalah tentang gereja yang secara menakjubkan diletakkan bersama seperti rumah yang dibangun dengan baik, bait suci di mana Allah menetap (1 Korintus 3:16, 17; Efesus 2:21; Ibrani 3:6).
Adalah menarik bahwa Petrus tidak pernah menggunakan kata "gereja" di salah satu dari surat-suratnya itu. Pada saat yang sama, rasul itu sangat menyadari sifat komunal kehidupan Kristen. Dalam ayat 5 ia mengetengahkan interdependensi Kristen dengan menyebut orang-orang percaya secara kolektif sebagai "rumah rohani."Dalam 5: 2, ia menyebut mereka "kawanan domba Allah." Sama sekali tidak jelas apa yang Petrus ingin katakan tentang gereja Tuhan ketika ia menyebutnya "rumah rohani." "Rohani" digunakan dalam sejumlah cara yang berbeda dalam Perjanjian Baru. Pelbagai kemungkinannya mencakup hal-hal berikut ini: (1) Gereja adalah "rumah rohani" karena gereja tidak dibuat dari bahan-bahan materi. Tampaknya itu adalah arti kata itu dalam ungkapan "korban rohani" (juga dalam 2:5), "batu rohani" (1 Korintus 10:4) dan "tubuh rohani" (1 Korintus 15:44). (2) Paulus menegaskan bahwa Roh Kudus tinggal di dalam orang Kristen (Roma 8:4-16). Gereja mungkin adalah "rumah rohani" karena Roh Kudus tinggal di dalamnya. (3) Pokok pikirannya mungkin adalah bahwa gereja adalah "rumah rohani" karena Roh Kudus membimbing dia. Gereja adalah rohani sebagaimana Taurat adalah rohani (Roma 7:14), atau pelbagai karunia adalah rohani (1 Korintus 12:1)—karena mereka semua adalah alat yang digunakan oleh Roh untuk mencapai apa yang Ia kehendaki. Kemungkinan yang ketiga adalah yang terbaik. Umat Allah adalah "rumah rohani" yang terdiri dari batu-batu yang hidup karena Roh Kudus bekerja di dalam dan melalui gereja.
Pemahaman orang tentang apa arti kata "rohani" akan mempengaruhi penafsirannya atas kata kerja membangun. Itu mungkin sebuah pernyataan, "Kamu sedang dibangun," atau sebuah perintah, "bangunlah irimu sendiri." Dalam contoh ini bahasa Yunani tidak membuat perbedaan antara kata kerja dalam modus indikatif atau imperatif. Alkitab NRSV memahami kata kerja itu sebagai imperatif, sedangkan Alkitab NASB memahami kata kerja itu sebagai indikatif. Alkitab NASB memiliki kasus yang lebih baik. Ketika orang-orang percaya berbagi kehidupan tubuh Kristus, Roh Kudus bekerja di antara mereka untuk membangun mereka ke dalam "rumah rohani" yang akan menjadi kemuliaan Allah.
Seperti sebuah kaleidoskop, Petrus merubah gambarannya dari batu, kepada bait suci, kepada para imam yang mempersembahkan korban, kepada korban-korban itu sendiri. Orang-orang percaya adalah batu, bait suci, dan imamat kudus. Di bawah hukum Musa para imam berdiri di antara umat itu dan Allah. Hanya para imam yang boleh mempersembahkan korban. Saul, raja pertama Israel, mengecewakan Allah karena mempersembahkan korban ketika ia bukan seorang imam (1 Samuel 13:8-14). Tidak semua orang Israel adalah imam, tapi semua orang Kristen adalah imam. Imamat semua orang percaya adalah imamat yang agung yang menyerukan Reformasi (Wahyu 1:6), meski konsep itu tidak dikenal dalam Taurat (Keluaran 19:6; lihat Yesaya 61:6). Seperti anak-anak Harun yang memiliki hak istimewa untuk menghampiri Allah untuk mempersembahkan pelbagai persembahan Israel, orang Kristen bisa datang dengan keyakinan ke dalam hadirat Tuhan, dengan mempersembahkan persembahan mereka sendiri. Allah tidak membedakan orang. Setiap anak-Nya dapat menghampiri Dia karena masing-masing adalah imam sesuai haknya sendiri.
Sebagaimana orang-orang percaya dibangun menjadi "rumah rohani," begitu juga mereka harus mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. Kata Yunani dan kata Ibrani untuk "korban" menunjukkan persembahan darah. Sebuah korban adalah hewan yang disembelih, tapi kata itu akhirnya digunakan secara kiasan untuk hal-hal lain yang dipersembahkan kepada Allah. Pemazmur menulis, "Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah" (Mazmur 50:14); "Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran" (Mazmur 51:16). Secara jelas penulis kitab Ibrani tidak berpikir tentang pengorbanan darah ketika ia menulis, "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibrani 13:15).
Ketika Alkitab diterjemahkan dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin, kadang-kadang bahasa Latin menggunakan kata sacrificium, yang berarti "persembahan yang sakral," "persembahan yang dipersembahkan kepada Allah." Karena tidak memiliki kata yang artinya "persembahan darah," pelbagai terjemahan bahasa Inggris secara tetap meminjam dari bahasa Latin dan menerjemahkan kata-kata yang artinya "persembahan darah" dengan kata "sacrifice [pengorbanan]." Itu bukan pilihan yang buruk. Pengorbanan, pada kenyataannya, adalah persembahan yang umat Allah bawa untuk diberikan kepada Dia. Sangat disayangkan bahwa dalam penggunaan populer arti "pengorbanan" telah berubah. Maknanya adalah "memberikan persembahan kepada Allah," tetapi bagi kebanyakan orang moderen berkorban berarti "menyangkal diri atas sesuatu." Pengorbanan tidak seharusnya memusatkan perhatian pada penyangkalan diri si penyembah, tetapi pada keinginannya untuk mengungkapkan kasihnya dengan pemberian. Bahwa orang Kristen dapat memberikan apa saja kepada Allah adalah luar biasa. Allah membolehkan kita untuk memberikan sesuatu kepada Dia karena memberi melekat dalam pengungkapan kasih itu sendiri.
Ayat 6. Rasul itu menerima begitu saja bahwa kutipan dari Kitab Suci, yaitu Perjanjian Lama, akan memperkuat apa yang ia telah tegaskan dalam ayat 4 dan 5. Dalam wahyu Allah kepada Israel, umat Kristen menemukan Yesus dari Nazaret. Petrus menawarkan sekumpulan ayat: Yesaya 28:16; Mazmur 118:22; Yesaya 8:14. Tema umum nas-nas itu bukan tentang latar belakang mereka di dalam Perjanjian Lama bukan juga tentang apa yang mereka ajarkan. Justru tema itu adalah tentang penggunaan kata "batu." Nas pertama, Yesaya 28:16, bukanlah kutipan yang tepat dari LXX, tapi me-ngandung banyak kata yang sama. Ungkapan terakhir, "Dan siapa yang percaya …," adalah kata demi kata dari LXX. Paulus mengutip nas yang sama dalam Roma 9:33 di mana ia satukan bersama Yesaya 8:14. Maksud yang Paulus buat dengan kutipan itu adalah bahwa Yesus telah ditolak oleh orang Yahudi.
Pembaca yang meneliti Yesaya 28:16 dalam konteks akan segera melihat bahwa nabi itu telah menulis tentang mereka "yang memerintah rakyat … di Yerusalem ini!" (Yesaya 28:14). Ia sedang bicara tentang para pemimpin agama Israel. Melalui nabi itu, Allah menjanjikan penguasa lain yang, berbeda dengan para penguasa saat ini, akan "membuat keadilan menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat" (Yesaya 28:17). Apakah Yesaya berpikir tentang Yesus ketika ia menulis? Tidak ada cara untuk mengetahuinya, tetapi Petrus yang dirinya adalah seorang rasul terilham dan nabi berpendapat bahwa Yesus, pada kenyataannya, adalah batu penjuru yang mahal yang Allah telah letakkan di Sion. Sebagai batu penjuru, Yesus telah menjadi ukuran dari semua yang Allah inginkan dalam umat-Nya. Setiap batu yang hidup dalam bangunan itu, semua orang Kristen, mencari orientasi mereka kepada Allah dan sesama mereka orang percaya melalui hubungan mereka dengan batu penjuru itu. Dengan mengutip Yesaya 28:16, Petrus pada saat yang sama menggambarkan keberlanjutan antara Israel jasmani dan rohani dan menunjukkan bahwa Allah telah melakukan sesuatu yang baru secara radikal di dalam Kristus. Ernest Best menulis bahwa di dalam Kristus "Allah telah menciptakan sesuatu yang baru, penebusan umat manusia."7
"Sion," dinyatakan dengan benar, adalah kota Daud, punggung bukit selatan yang mengarah ke bukit bait suci (2 Samuel 5:7). Seiring waktu, dengan gaya bahasa metonimi, nama itu akhirnya diterapkan ke seluruh Yerusalem (Mazmur 102:21) dan kemudian khususnya ke bukit bait suci (Yesaya 8:18; Mikha 4:7). Karena Petrus baru saja menegaskan bahwa Yesus dan orang-orang yang percaya kepada Dia adalah "batu yang hidup" dalam "rumah rohani," maka dalam ayat ini "Sion" kemungkinan merupakan acuan kepada bukit bait suci.
Mengenai Yesus, batu yang terpilih yang diletakkan di "Sion," Petrus berkata bahwa siapa saja yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." Ia menggunakan bentuk negatif ouj mh÷ (ou mē) yang kuat, tegas. Sama sekali tidak ada kemungkinan bahwa percaya kepada Dia akan menimbulkan kekecewaan. Kata Yunani kataiscu/nw (kataischunō), yang diterjemahkan "kecewa "dalam NASB, umumnya diterjemahkan "dibuat malu." Alkitab NIV menulis" tidak akan pernah dipermalukan." Ketika orang beriman kepada Kristus, tidak akan pernah ada kesempatan untuk penghinaan dan permaluan. "Dipermalukan" memiliki komponen sosial yang lebih kuat dalam dunia Yunani-Romawi dibandingkan yang disiratkan oleh kata Inggris. Dalam bahasa Inggris sekarang ini perasaan malu sebagian besar merupakan perasaan batin, kejiwaan. Orang-orang di dunia Yunani di mana Petrus hidup akan sudah menganggap perasaan malu dalam hal kehilangan muka di hadapan rekan-rekan atau, mungkin di hadapan Allah.
Ayat 7. Banyak komentator berpendapat bahwa di mana Alkitab NASB menulis nilai yang mahal ini, lalu, adalah untuk kamu yang percaya, terjemahan yang lebih baiknya akan berupa "Oleh karena itu kehormatan adalah untuk kamu orang-orang percaya." Terjemahan itu bukan hanya cocok dengan tata bahasa secara lebih baik, namun juga memberikan perbedaan yang bagus dengan "perasaan malu" di akhir 2:6. Francis Wright Beare adalah salah seorang di antara mereka yang mendukung terjemahan ini. Ia menulis, "Kehormatan yang diberikan kepada orang-orang percaya adalah bagian kehormatan yang Allah telah berikan kepada Kristus, dengan siapa mereka bersatu dalam membangun rumah rohani."8Para penerjemah Alkitab NASB memahami frasa Yunani itu secara berbeda daripada yang Beare pahami. Mereka memahami "nilai yang mahal" yang dikumpulkan untuk orang Kristen adalah tindakan Allah dalam meletakkan batu yang mahal di Sion.
Kutipan di Mazmur 118:22 (117: 22 dalam LXX) menggambarkan akibat bagi orang-orang yang tidak percaya. Yesus mengutip mazmur itu dalam Matius 21:42, dan Petrus kutip dalam Kisah 4:11. Dalam kedua kasus itu yang menolak Yesus adalah kepemimpinan Yahudi yang adalah tukang-tukang bangunan. Maksud Petrus di sini tidak berbeda secara radikal daripada maksud yang Yesus nyatakan atau yang ia buat dalam Kisah 4:11. Kepemimpinan Yahudi itu tetaplah tukang-tukang bangunan yang menolak Kristus, sang batu. Meski itu yang terjadi, Petrus menyatakannya di hadapan dunia non-Yahudi pada umumnya, Allah telah membuat batu yang dibuang sebagai batu penjuru. Ungkapan Yunani yang lebih harfiah adalah "kepala sudut" (KJV; ASV).
Sepertinya "kepala sudut" tidak bermakna sesuatu yang berbeda selain makna batu penjuru yang diletakkan di Sion di 2:6, meski "batu penjuru" itu sendiri bisa mengacu kepada batu utama. Dalam konteks ini, "batu penjuru" dalam ayat sebelumnya (2:6), dan "batu sandungan" dalam ayat setelahnya (2:8), menyiratkan bahwa "kepala sudut" dan "batu penjuru" adalah sama. Orang akan sulit tersandung batu utama, karena ia terletak tinggi dalam bangunan batu. Bahwa Allah telah menjadikan Yesus "batu penjuru" adalah kesaksian kepada orang-orang yang tidak percaya. itu menyatakan bahwa Allah aktif dalam kehidupan Yesus dan kehidupan umat-Nya.
Ayat 8. Bagian pertama dari ayat ini, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan" (ay. 7h; TB), adalah terjemahan longgar atas Yesaya 8:14 dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Bicara melalui nabi Yesaya, Allah menegaskan bahwa Ia adalah kudus dan harus ditakuti. Mereka yang membentuk konspirasi harus jangan ditakuti. Allah adalah tempat perlindungan bagi mereka yang percaya kepada Dia, tetapi bagi orang-orang Yehuda dan Israel Ia telah menjadi batu yang membuat orang tersandung. Petrus melihat dalam kata-kata Yesaya yang berlaku bagi orang-orang sezamannya. Bagi mereka yang tidak percaya, Allah bukan saja sudah membuat Yesus batu penjuru, namun Ia telah menjadi sandungan, suatu kesempatan untuk tersandung. Petrus hanya memikirkan dua kelompok orang. Ada orang-orang yang percaya kepada Yesus dan orang-orang yang tersandung dan tidak percaya.
Bagian terakhir ayat ini memang sulit. Secara harfiah itu berbunyi, "dan untuk itu mereka juga telah disediakan." Para teolog Reformed telah dengan cepatnya melihat adanya predestinasi individu dalam ayat tersebut. Masalah dengan penafsiran itu adalah bahwa di sepanjang surat itu Petrus telah meminta para pembacanya untuk taat, berpaling dari dosa, bersikap bijaksana, berharap dengan sungguh-sungguh, dan hal-hal lain seperti itu. Jika para pembaca Petrus telah ditetapkan secara individu menuju hidup kekal atau hukuman kekal lewat tindakan Allah yang berdaulat dalam kekekalan yang tak kenal waktu, maka pelbagai nasihat rasul itu merupakan ejekan belaka. Tidak masuk akal bagi Allah untuk memanggil manusia melakukan apa yang Ia sudah tetapkan harus mereka lakukan. Alkitab NASB menempatkan kata "malape-taka" dalam huruf miring dalam kalimat ke dalam malapetaka ini mereka juga ditetapkan. Huruf miring menunjukkan bahwa kata itu dipasok oleh para penerjemah.
Makna Petrus adalah bahwa Allah sudah mengetahui bahwa beberapa orang akan tersandung dan menjadi tidak taat , bahkan ketika Ia mengutus Anak-Nya sebagai Penebus. Seharusnya tidak ada kesempatan untuk terkejut bagi para pembaca Petrus bahwa beberapa orang akan tersandung. Dalam pikiran Petrus tidak ada individu-individu, yang beberapa di antaranya ditetapkan untuk tidak taat. Sebaliknya ia menegaskan bahwa rencana Allah bagi penebusan manusia telah dicapai dengan kesadaran penuh bahwa beberapa orang akan percaya kepada Kristus dan beberapa orang akan tersandung.
TFTWMS: 1Ptr 2:9-10 - Dipanggil Ke Luar Dari Kegelapan Menuju Terang DIPANGGIL KE LUAR DARI KEGELAPAN MENUJU TERANG (1 Petrus 2:9, 10)
9Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat k...
DIPANGGIL KE LUAR DARI KEGELAPAN MENUJU TERANG (1 Petrus 2:9, 10)
9Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: 10kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
Keberlanjutan antara gereja dan Israel tidak pernah jauh dari pikiran Petrus. Rasul itu melangkah melampaui persamaan umat Kristen dengan bangsa itu, dipilih oleh Allah dan dipanggil dari Mesir. Berada di dalam Kristus adalah sama dengan mengambil bagian bangsa pilihan, tetapi itu juga berbagi dalam imamat Harun. Kekudusan Israel sebagai suatu bangsa sering cacat secara serius. Karya Kristus telah mengubah semua itu. Sekarang orang-orang yang dulunya bukan umat telah menjadi umat Allah.
Ayat 9. Di awal kalimat ini ada kata kamu yang tegas. Setelah hanya mengatakan bahwa orang yang tidak taat tersandung Kristus, Petrus berkata, "Tetapi kamulah," dan memberitahu mereka bahwa mereka sama sekali berbeda. Sebagaimana ayat itu tertulis di Alkitab NASB, rasul itu menggunakan empat kiasan Kristen. Setiap kata benda memiliki pembatas: bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus,
dan umat kepunyaan Allah sendiri. Kiasan itu akan butuh orang Kristen Yahudi untuk mengubah pikirannya dengan cukup banyak. Mungkin tidak ada yang lebih penting bagi kesadaran diri orang Yahudi daripada bahwa Allah telah memilih mereka. Israel berdiri sendiri sebagai pilihan Allah. Bangsa-bangsa lain tidak dipilih. Petrus sendiri, seorang Yahudi, tidak akan membolehkan adanya panggilan bagi Israel yang tidak dimiliki oleh seluruh umat manusia. Melalui Kristus "bangsa pilihan" adalah mereka yang berasal dari setiap bangsa dan orang-orang yang menerima panggilan itu. Rasul itu pernah mengatakan kepada Kornelius dan seisi rumahnya, "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya" (Kisah 10:34, 35).
Hampir sudah biasa bagi Petrus untuk menggunakan pelbagai konsep dan ungkapan yang mengakar kuat dalam sejarah Israel dan menampilkannya kembali dalam istilah-istilah "Israel baru," gereja Yesus Kristus. Kata sifat pertama/kombinasi kata kerja, "bangsa pilihan," cukup jelas. Petrus sudah pernah menyebut para pembacanya "dipilih." Dalam karya apokrifa yang umumnya disebut 2 Esdras oleh kaum Protestan, Ezra mengeluh kepada Allah bahwa kaum itu, meski dipilih, telah mengalami pelbagai bencana yang luar biasa. Dalam isi doanya ia mengingatkan Allah tentang status "terpilih" Israel.
"Tuan dan Tuhanku," aku berkata, "dari semua hutan di bumi dan semua pohon di dalamnya, Engkau telah memilih satu pohon anggur; dari semua negeri di seluruh dunia Engkau telah memilih sebidang tanah; dan dari semua bunga di dunia Engkau telah memilih bunga Lili. Dari semua kedalaman laut Engkau telah mengisi satu sungai untuk diri-Mu sendiri, dan dari semua kota yang pernah dibangun Engkau telah menetapkan Sion sebagai kota-Mu sendiri. Dari semua burung yang diciptakan Engkau telah menamakan seekor merpati untuk diri-Mu sendiri, dan dari semua binatang yang dibentuk Engkau telah mengambil seekor domba. Dari semua bangsa yang tak terhitung jumlahnya, Engkau telah mengadopsi satu bangsa untuk Engkau sendiri, dan kepada umat pilihan ini Engkau telah memberikan hukum yang disetujui di atas semua hukum lainnya."9
Bagi Petrus, bangsa Israel harfiah harus menggugurkan pernyataan bahwa mereka saja yang memiliki akses kepada Allah. Rasul itu ingin para pembacanya mengerti bahwa yang sudah dipilih adalah mereka, baik Yahudi maupun non-Yahudi, yang disatukan dalam Kristus.
Kata sifat kedua/kombinasi kata kerja, "imamat yang rajani," adalah rumit. Kata yang diterjemahkan "rajani" (basi÷leion, basileion) muncul di tempat lain di dalam Perjanjian Baru hanya dalam Lukas 7:25. Ada satu kata benda, yang diterjemahkan "istana kerajaan" dalam Alkitab NASB. Selanjutnya, susunan kata Petrus dalam kalimat "imamat rajani" bukanlah apa yang kita harapkan. Dalam "bangsa pilihan" dan "bangsa yang kudus" kata sifat mengikuti kata benda. (Dalam bahasa Yunani sebuah kata sifat bisa mengikuti atau mendahului kata benda yang ia batasi.) Kasus "imamat yang rajani" adalah sebaliknya, yaitu, kata yang diterjemahkan "rajani" mendahului kata benda [dalam bahasa Inggris]. Orang akan berharap ketiga kalimat itu paralel. "Imamat yang rajani" (basi÷leion i˚era¿teuma, basileion hierateuma) adalah dari Keluaran 19: 6 dalam LXX di mana artinya sama-sama tidak pasti.
Pelbagai pertimbangan ini mengarah kepada kemungkinan bahwa para penerjemah itu mungkin telah salah memahami kalimat itu. Dengan mengartikan kata yang diterjemahkan "rajani" sebagai kata benda yang berarti "istana raja," seperti dalam Lukas 7:25, dan menempatkan koma di antara kata-kata itu, maka orang akan mendapatkan terjemahan, "Engkau adalah generasi pilihan, istana raja, imamat, bangsa yang kudus.…"10Bahwa Petrus sudah menyebut orang Kristen "batu yang hidup" dibangun menjadi "rumah rohani" membuat penafsiran ini menarik. Bagaimanapun, memang benar bahwa basileion bisa saja merupakan kata sifat. Jika artinya adalah "imamat rajani," maka Petrus sedang mengatakan bahwa orang percaya adalah imamat yang melayani sang Raja, yaitu, melayani Yesus. Ia tidak sedang mengaitkan sifat-sifat raja kepada orang Kristen.
Petrus mengatakan bahwa para pembacanya adalah "suatu imamat," namun mereka bukan imam secara individu. Ada perbedaan. "Imamat" menurut pemahaman sendiri berasal dari pelaksanaan fungsi-fungsi imam dalam masyarakat itu. "Imamat" adalah gambaran gereja yang dipahami dalam keseluruhan korporasinya. Itu sejajar dengan "ras" dan "bangsa." Tidak ada pelaksanaan "imamat" yang terpisah dari tubuh orang-orang percaya, sebagaimana juga tidak ada pelaksanaan imamat Harun di luar bangsa Israel. Petrus menggunakan kata "imamat" dua kali (2:5, 9), namun konteksnya mendefinisikan kata-kata itu dengan agak berbeda. Dalam 2:5, Petrus memperhatikan tugas-tugas "imamat," yaitu, harus mempersembahkan pelbagai korban yang berkenan kepada Allah. Dalam 2:9 gagasan "imamat" tidak begitu banyak mengenai tugas-tugas imam namun lebih mengenai hak istimewa dalam menjadi imam. Semua kiasan dari Petrus itu berurusan dengan hak istimewa. Karena berbagi dalam komunitas orang-orang percaya, maka orang Kristen menganggap diri mereka diberkati dalam menjadi "ras pilihan, tempat tinggal rajani, kumpulan para imam, bangsa yang kudus."
Orang-orang percaya juga diberkati karena mereka adalah "umat kepunyaan Allah sendiri." Ungkapan itu berbagi kemiripan dengan Yesaya 43:20, 21. Dalam Yesaya, Allah berjanji "untuk memberi minum umat pilihan-Ku; umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku." Sebagaimana Israel memahami diri mereka telah dibentuk oleh Allah untuk Allah, orang-orang Kristen juga harus memahami diri mereka sebagai milik Allah. Ia telah memilih mereka. Ketika orang Kristen dihujani banyak celaan atau ketika orang-orang yang tak percaya mencemooh mereka atas kegagalan mereka, mereka harus ingat bahwa Allah menyatakan mereka sebagai milik-Nya. Yesus melangkah sangat jauh dengan memuji para pengikut-Nya dengan cara ini: "Kamu adalah garam dunia.… Kamu adalah terang dunia" (Matius 5:13, 14).
Orang Kristen adalah milik Allah untuk suatu tujuan. Penebusan manusia, pengampunan dosa, dan hidup kekal—semua yang terlibat dalam menjadi orang Kristen— bukan untuk kemuliaan manusia tetapi untuk Allah. Orang Kristen adalah harus memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu. Orang yang memilih agama Kristen di antara hamparan ideologi yang bersaing karena ia percaya agama itu akan sangat sesuai dengan kebutuhannya, adalah sudah kalah. Orang Kristen adalah apa adanya mereka agar dapat memberitakan "kemuliaan" Allah. Kristus membebaskan manusia dari tiadanya harapan dan keputusasaan, atau seperti yang Petrus katakan, keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. Paradoksnya adalah bahwa orang percaya menikmati berkat-berkat Allah hanya ketika mereka melupakan diri mereka sendiri dan mencari kemuliaan-Nya.
Ayat 10. Rasul itu melanjutkan menggunakan bahasa dan gambaran Perjanjian Lama untuk memperkuat keyakinan para pembacanya bahwa mereka adalah umat kepunyaa Allah. Kata yang ia gunakan untuk umat (lao/ß, laos) adalah kata yang sudah diantisipasi untuk bangsa Israel. Kata e¶qnoß (ethnos) adalah kata lain yang menunjukkan umat non-Yahudi. Petrus tidak mengutip Hosea secara persis, tapi kata-kata itu diambil dari alam pemikiran abad kedelapan nabi itu. Ia mengadaptasi kata-kata Hosea itu kepada situasi para pembacanya dengan tidak ada indikasi bahwa ia ingin menggunakannya dengan cara yang persis sama seperti yang nabi itu lakukan. Nubuatan Hosea sangat bersifat pribadi sehingga istri dan anak-anaknya menjadi simbol dan pertanda. Gomer, "perempuan sundal" yang menjadi istrinya (Hosea 1:2), melahirkan seorang putri bagi nabi itu yang ia beri nama "Lo-Ruhama" (Hosea 1:6) dan seorang putra yang ia beri nama "Lo-Ami" (Hosea 1:9). Kemurahan Allah pada akhirnya menang atas dosa Israel. "Aku … akan menyayangi Lo-Ruhama, dan Aku berkata kepada Lo-Ami: Umat-Ku engkau! dan ia akan berkata: Allahku!" (Hosea 2:23).
Dengan meminjam kata-kata Hosea, Petrus menemukan di dalamnya pesan jaminan bagi para pendengar yang sebagian besarnya adalah Kristen non-Yahudi. Kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. Pesan Petrus berbeda dengan pesan Hosea sebab pesan nabi Perjanjian Lama itu menyatakan penghakiman atas Israel untuk penyembahan berhala dan kemesuman mereka. Pada saat yang sama, Hosea meyakinkan Israel bahwa rahmat Allah tidak pernah berakhir. Ia meramalkan hari ketika Allah akan mengasihani lagi umat-Nya.
Pesan Petrus berbeda dari pesan Hosea sebab dalam perkataan Petrus tidak ada penghakiman. Bangsa-bangsa lain sebelumnya terabaikan dari janji-janji dan rahmat Allah, tetapi kini mereka adalah suatu umat, umat Allah. Dalam Roma 9:25, 26, Paulus mengutip Hosea secara lebih tepat daripada Petrus; tapi bagi Paulus juga, kata-kata Hosea itu menunjukkan bahwa umat Allah "bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain" (Roma 9:24). Jika Petrus pernah membaca surat Roma, dan ada kemungkinan yang baik bahwa ia pernah, maka pemikiran Paulus tampaknya memberitahu dia. Beberapa kesamaan dalam kosakata dan penalaran dalam tulisan-tulisan Paulus dan Petrus, tidak diragukan lagi, dapat dikaitkan kepada alam pikiran umum yang kedua rasul itu saling bagi; tapi itu tidak akan menjelaskan titik-titik kontak yang sering terjadi antara 1 Petrus dan surat Roma khususnya.
TFTWMS: 1Ptr 2:11-12 - Pendatang Dan Perantau "PENDATANG DAN PERANTAU" (1 Petrus 2:11, 12)
11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau,...
"PENDATANG DAN PERANTAU" (1 Petrus 2:11, 12)
11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. 12 Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.
Ayat 11. Pada titik ini suasana surat itu berubah. Setelah membantu para pembacanya memahami apa artinya menjadi orang Kristen, Petrus mulai menawarkan nasihat praktis yang akan berlangsung hingga akhir dokumen itu. Aku menasihati kamu, katanya. Dengan mengingat sejauh mana kemesuman, khususnya percabulan, terperangkap ke dalam budaya Yunani-Romawi, umat Kristen berjuang keras untuk memutus sepenuhnya hubungan mereka dengan dosa (4:1, 2) seperti yang diminta oleh Firman Kristus. Keinginan daging tidak mudah dibuang. Petrus mengingatkan mereka lagi bahwa kewarganegaraan mereka bukan dari dunia ini. Ia ingin mereka sadar secara terbuka bahwa mereka berdiri di pinggiran masalah manusia, bukan milik dunia ini dan cara hidupnya. Mereka adalah penduduk pendatang dan perantau yang sedang melewati negeri di mana mereka tinggal. Dengan demikian mereka mungkin akan dianiaya oleh orang-orang yang menjadi milik dunia. Dunia mungkin membenci mereka, tapi bagi Allah, Petrus, dan bagi para saudara dan saudari mereka, mereka itu orang kekasih.
Orang Kristen adalah orang "pilihan," mereka adalah "kekasih," tetapi mereka juga "pendatang dan perantau." Tanah air mereka adalah sorga. Dalam 1:1, Petrus menyebut para pembacanya "pendatang," tapi itu adalah kata Yunani yang sama (parepi÷dhmoß, parepidēmos) yang NASB terjemahkan "orang asing" dalam ayat ini. Sebuah kata yang mirip dengan kata yang diterjemahkan "pendatang" diterjemahkan "selama kamu menumpang di dunia ini" di 1:17. Meski motif kepemilikan tanah dalam Perjanjian Baru tidak begitu penting seperti di Perjanjian Lama, tetap saja benar bahwa orang Kristen punya tanggung jawab di negeri di mana mereka tinggal. Akar Kristen, setidaknya saat ini, tertanam dengan kokohnya di tempat mereka tinggal. Mereka tahu bahwa Allah menciptakan dunia dan menyebutnya baik. Orang Kristen mengakui tanggung jawab mereka sebagai pengasuh ketertiban yang diciptakan. Mereka berkontribusi sebagai warga negara yang bertanggung jawab kepada pemerintah yang baik. Mereka mencarikan keadilan bagi orang yang tidak berdaya dan miskin.
Petrus tidak memberi orang Kristen alasan untuk menghindari tugas mereka sebagai anggota masyarakat manusia yang berkontribusi. Pada saat yang sama, orang-orang Kristen sadar, dalam kata-kata dari lagu lama, bahwa "kita di sini sebagai peziarah yang tersesat."1Charles H. H. Scobie dengan baiknya mengulas bahwa "ada tekanan yang konstan di dalam Alkitab antara keberakaran umat Allah di Negeri itu dan panggilan kepada mereka untuk menjadi umat peziarah."2Tekanan itu tidak kurang jelasnya bagi Israel baru dibandingkan bagi Israel lama.
Kesetiaan politik bagi orang-orang dari dunia Mediterania di abad pertama adalah kepada kota, bukan bangsa. Warga negara, terutama orang-orang yang berpengaruh, cenderung sangat membanggakan kota mereka.3Sebelum bangsa Romawi datang, seluruh warga dari kota-kota yang demokratis memiliki suara yang setara dalam masalah kota. Selain warga itu, sebuah kota akan memiliki sejumlah penduduk nonwarga negara. Para pedagang dan yang lainnya mungkin menetap selama beberapa generasi. Tetap saja, mereka itu bukan warga negara. Mereka adalah, menggunakan kata-kata Petrus, "pendatang dan perantau" di pintu gerbang. Kata-kata yang Petrus gunakan didefinisikan untuk para pembacanya: (1) dari penggunaan Perjanjian Lama atas kata-kata itu (lihat komentar tentang 1:17), dan (2) dari cara kata-kata itu biasanya digunakan di dunia saat itu.
Karena mereka adalah kaum yang kewarganegaraannya berada di surga, maka para pembaca Petrus itu harus menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging. J. Ramsey Michaels menerjemahkan kalimat ini "tolaklah hasrat alami kamu."4Dalam kata-kata Petrus itu tidak ada usulan bahwa semua "hasrat alami" adalah jahat. Keinginan terhadap makanan, swasembada, atau ungkapan seksual tidak salah pada dasarnya. Keinginan menjadi keinginan daging ketika keinginan itu mendorong orang kepada kepuasan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. "Keinginan-keinginan daging" yang harus ditolak mencakup godaan melakukan percabulan, tetapi ada juga keinginan lain yang juga berjuang melawan jiwa. Rasul itu telah menyantumkan beberapa dari keinginan itu (lihat 2:1). Paulus menulis, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging" (Galatia 5:17).
Mereka yang berkewarganegaraan dunia didorong oleh keinginan kepada kesenangan sensual atau kekuasaan atas orang lain. Orang-orang percaya harus berpaling dari dorongan yang membawa kepada kepuasan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Mungkin Petrus menawarkan nasihat ini dengan mata tertuju kepada penganiayaan yang sedang dialami oleh orang-orang yang ia surati. Ia ingin mereka hidup sedemikian rupa sehingga tidak mungkin ada alasan yang memungkinkan bagi dunia untuk mendakwa mereka tentang jenis kelakuan yang diduga pasti dipraktikkan di antara kumpulannya sendiri.
Ini adalah satu-satunya kesempatan dalam 1 Petrus di mana kata "jiwa" (yuch, psuchē) digunakan dalam bentuk tunggal. Dalam Perjanjian Baru kata "jiwa" sering berarti lebih daripada "satu orang." (Lihat, misalnya, Kisah 2:43 dimana Alkitab NRSV menerjemahkan, "Rasa takjub menghinggapi setiap orang.") Pada satu titik, Yesus menetapkan jiwa lebih tinggi daripada tubuh: "Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa" (Matius 10:28). Ada kalanya arti "jiwa" dan "roh" sangat dekat. Dalam hal ini, Petrus tampaknya menggunakan kata "jiwa" untuk dorongan di dalam sifat manusia yang cenderung ke arah cita-cita mulia dan saleh. Jiwa bukanlah entitas yang terisolasi, terpisah dari tubuh, sebagaimana "keinginan-keinginan daging" bukan entitas yang terisolasi yang terpisah dari tubuh.
Ayat 12. Kesamaan antara 1 Petrus 2:12 dan 3:16 adalah penting. Sepanjang surat ini, rasul Petrus prihatin dengan cara hidup (aÓnastrofh/, anastrophē), perilaku para pembacanya (1:14-19). Petrus mengharapkan orang Kristen menyadari cara perilaku mereka dilihat dalam budaya penyembah berhala di sekitar mereka. Para juri memiliki pepatah, "Hukum tidak hanya harus adil, hukum juga harus terlihat adil." Penampilan memang enting. Paulus juga prihatin dengan cara gereja tampil di mata orang-orang penyembah berhala (1 Korintus 10:32; Kolose 4:5). Yesus memiliki sesuatu yang sama sekali berbeda dalam pikiran-Nya ketika Ia berkata, "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka" (Matius 6:1). Perilaku benar yang dimotivasi oleh keinginan untuk dipuji daripada keinginan untuk menghormati Allah adalah sia-sia. Yang ada di dalam pikiran Petrus adalah kemuliaan ketika ia memberitahu mereka untuk menjaga perilaku mereka yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Ketika seorang Yahudi menggunakan kata "bangsa-bangsa lain," yang ia maksudkan adalah orang non-Yahudi. Itulah cara kata itu digunakan dalam kitab-kitab Injil (misalnya, Matius 10:5). Bagi Petrus dan Paulus, "ke-Yahudian" tidak ditentukan oleh keturunan jasmani, atau bahkan oleh sunat dan kepatuhan terhadap pelbagai perayaan seremonial Taurat. Jika menjadi seorang Yahudi dimaksudkan untuk menjadi bagian umat Allah, maka orang Yahudi sejati adalah mereka yang memeluk Kristus (Roma 2:28, 29). Karena benar begitu, maka perlu juga "bangsa-bangsa lain" memiliki makna baru. Ketika Petrus menggunakan kata itu, itu tidak berarti non-Yahudi tetapi non-Kristen. Dalam bahasa Inggris, kata untuk non-Kristen adalah "penyembah berhala." Dalam upaya untuk menangkap perbedaan inilah yang menyebabkan Alkitab NIV menerjemahkan e¶qnh (ethnē) sebagai "bangsa-bangsa lain" ketika kata itu muncul dalam kitab-kitab Injil, tetapi menerjemahkan kata yang sama itu "penyembah berhala" dalam nas ini.
Dalam 1:6-8, Petrus telah membahas pencobaan yang orang Kristen sedang tanggung. Sekarang ia mengisyaratkan tentang melibatkan apakah pelbagai pencobaan itu. Waktu itu belum ada keputusan resmi dari Roma yang membuat agama Kristen ilegal, tapi agama itu memang baru dan aneh bagi masyarakat penyembah berhala. Orang-orang percaya mendapatkan diri mereka sebagai sasaran gosip dan niat jahat. Butuh sedikit imajinasi untuk memahami apa yang Petrus maksudkan dengan apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana. Bentuk kata benda dari kata yang diterjemahkan "fitnah" merupakan salah satu hal yang rasul itu telah ketakan kepada para pembacanya untuk dibuang (2:1). Meski mereka difitnah, orang Kristen harus jangan membalas dengan fitnah juga.
Kepedulian Petrus bukan bahwa para pembacanya akan difitnah. Ia telah mengantisipasi hal itu. Kepeduliannya adalah jangan sampai pernyataan fitnah itu mengandung kebenaran. Bukan hanya itu, ia ingin kehidupan kudus para pembacanya menjadi sangat jelas sehingga mereka akan segera membuat malu pernyataan fitnah dari orang-orang yang tidak percaya. Akan ada orang-orang penyembah berhala yang berpikiran adil yang akan dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka. Dalam 1:6-8, rasul itu menyinggung pencobaan para pembacanya; di sini ia secara lebih khusus memikirkan pencobaan mereka melalui fitnah. Di kedua tempat itu hasil dari pencobaan itu ditambah dengan perilaku orang Kristen harus menghasilkan kemuliaan Allah. Kemuliaan-Nya dan pembenaran orang Kristen akan diwujudkan pada "hari lawatan," yang adalah sama dengan hari "penampakan Yesus Kristus" (1: 7).
Ini adalah satu-satunya kesempatan dalam Perjanjian Baru ketika hari kedatangan Tuhan disebut "hari lawatan." Dalam LXX, kata itu digunakan untuk tindakan Allah dalam cara tertentu yang indah dan mulia. Kadang-kadang lawatan Tuhan adalah untuk kebaikan umat-Nya (Keluaran 3:16), dan kadang-kadang untuk penghakiman (Yeremia 10:15). Dalam Lukas 19:44, Yesus mendakwa orang-orang Yahudi karena mereka tidak mengakui Tuhan "bilamana Allah melawat." Lawatan Yesus, inkarnasi-Nya, adalah peristiwa positif bagi Israel, tetapi mereka telah gagal untuk mengenalinya. Ketika Petrus menggunakan kata itu, tampaknya mengacu kepada kedatangan Tuhan untuk penghakiman. Orang Kristen akan dibenarkan oleh Kristus ketika Ia melawat untuk menghakimi orang-orang yang telah memfitnah atau menganiaya mereka.5
Alkitab NRSV memiliki pengertian yang benar: "… dan memuliakan Allah ketika Ia datang untuk menghakimi."
TFTWMS: 1Ptr 2:13-17 - Tunduk Kepada Penguasa Yang Memerintah TUNDUK KEPADA PENGUASA YANG MEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam bagian berikutnya surat itu (2:13-3:7), rasul itu mendesak ketundukan dalam tiga bida...
TUNDUK KEPADA PENGUASA YANG MEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam bagian berikutnya surat itu (2:13-3:7), rasul itu mendesak ketundukan dalam tiga bidang kehidupan: (1) warga negara kepada pemerintah, (2) budak kepada tuan, dan (3) istri kepada suami. Nasihat itu tampaknya merupakan perluasan 2:12, "Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi." Fitur yang umum bagi mereka semua adalah kehidupan sosial yang tertib yang didasarkan pada sikap hormat yang benar terhadap kekuasaan.
Dalam surat-surat Perjanjian Baru, ada tempat lain di mana tanggung jawab para anggota rumah tangga ditetapkan. Semua dari mereka itu menekankan perlunya orang-orang yang berposisi lebih rendah tunduk kepada mereka yang berkuasa. Mereka sering disebut "anggaran rumah tangga," atau, menggunakan kata Jerman kuno, Haustafeln (Haustafel dalam bentuk tunggal). "Anggaran" yang paling menyerupai aturan dalam 1 Petrus terdapat dalam Efesus 5:22-6:9 dan Kolose 3:18-4:1, meski 1 Timotius 2:8-15 dan Titus 2:1-10; 3:1, 2 juga memiliki beberapa kemiripan. Para penulis Helenistik yang secara kasar sezaman dengan Perjanjian Baru (dari latar belakang Yahudi, Yunani, dan Latin) menawarkan aturan untuk rumah tangga yang memiliki beberapa kesamaan dengan "aturan" dalam Perjanjian Baru. Salah satu perbedaan utama dalam aturan Perjanjian Baru bila dibandingkan dengan aturan-aturan yang berasal dari dunia sekuler adalah sifat timbal balik. Dalam aturan Perjanjian Baru, tuan maupun hamba sama-sama memiliki kewajiban dalam hubungan mereka, dan pemerintah maupun rakyat memi-liki tanggung jawab masing-masing.
Telah ada banyak pembahasan di antara para sarjana mengenai asal-usul aturan dan karakteristik umum aturan. Sifat dan implikasi instruksi Petrus akan, sampai taraf tertentu, menjadi lebih jelas seraya kita belajar lebih banyak tentang cara aturan seperti itu digunakan baik dalam Perjanjian Baru dan dalam dunia sekuler.
13 Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, 14 maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. 15 Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. 16 Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. 17 Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Ayat 13. Himbauan Petrus, tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, adalah himbauan umum. Ungkapan yang diterjemahkan "kepada semua lembaga manusia" (pa¿shØ aÓnqrwpi÷nhØ kti÷sei, pasēi anthrōpinēi ktisei) adalah ungkapan yang sulit. Secara harfiah itu berarti "untuk setiap ciptaan manusia." Dalam hubungan antar manusia, rasul itu mendesak para pembacanya untuk secara benar menghormati dan tunduk kepada pengaturan ekonomi atau sipil yang membuat masyarakat tertib. Nasihat Petrus tidak terbatas pada pemerintahan, tetapi ayat-ayat berikutnya meminta itu mencakup pemerintah. "Aturan Rumah Tangga" kadang-kadang mencakup instruksi tentang cara para anggota rumah tangga itu harus bersikap terhadap para pembesar yang memerintah. Dalam 1 Timotius 2:1, 2, Paulus mendesak agar "Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar." Dalam Titus 3:1, ia menambahkan, "Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik." Tidak ada pernyataan tentang ketundukan kepada penguasa di Efesus 5:22-6:9 atau di Kolose 3:18-4:1.
Meski kata-kata Petrus punya kemiripan dengan "aturan rumah tangga" lainnya, kita harus jangan mengesampingkan himbauannya sebagai bahasa konvensional semata. "Aturan" dalam 1 Petrus mengambil bentuknya seperti itu karena rasul itu sedang menyapa para pembacanya dalam konteks masyarakat tertentu di mana mereka ting-gal. Posisi mereka sangat lemah. Petrus mendesak mereka untuk jangan melakukan apa-apa yang bisa menimbulkan kecurigaan dari para penguasa yang memerin-tah. Sebaliknya, perilaku mereka harus jangan tercela. Mereka harus menjadi teladan dalam ketundukan mereka "kepada semua lembaga manusia." Ketidakpastian keadaan orang Kristen muncul sebagian karena mereka menyatakan "Raja Yesus." Ada bebe-rapa kebenaran dalam tuduhan orang-orang Yahudi di Tesalonika yang ditujukan terhadap Paulus dan teman-temannya "Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus" (Kisah 17:7). Selanjutnya, istilah-istilah seperti "juruselamat" dan "mahakuasa" sudah secara teratur digunakan untuk Kaisar. Bagi orang Kristen, Yesus adalah satu-satunya Juruselamat; hanya Allah yang Mahakuasa. Kosakata Kristen itu menimbulkan bahaya bagi mereka.
Permintaan rasul itu bahwa orang Kristen harus tunduk kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, menimbulkan pertanyaan: Apakah para pembaca 1 Petrus sedang mengalami penganiayaan dari pemerintah? Apakah ini alasan rasul itu memandang perlu untuk mendorong ketundukkan kepada pembesar mereka? Tidak ada bukti dari Perjanjian Baru atau dari sumber-sumber sekuler waktu itu bahwa ada penindasan sistematis terhadap agama Kristen oleh pemerintahan lokal di Asia pada masa awal ini. Tentu saja tidak ada pernyataan resmi dari Roma. Namun begitu, tidak berarti orang Kristen tidak menghadapi bahaya langsung dari penguasa sipil. Ketika dakwaan dijatuhkan ke atas orang Kristen, ketika mereka difitnah (2:12), penguasa setempat bisa diantisipasi akan memberikan tekanan. Petrus ingin para pembacanya menghindari siklus antagonisme yang bisa mengembangkan orang Kristen membenci penguasa sipil.
Hubungan orang Kristen dengan pemerintah bisa sulit. Pemerintah menegaskan kedaulatan. Selalu ada kemungkinan bahwa pemerintah akan meminta orang-orang percaya melakukan hal-hal yang mereka tidak bisa lakukan, dengan itikad baik, Ketika dihadapkan dengan perintah dari penguasa Yahudi agar ia tidak memberitakan Kristus, Petrus menjawab, "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (5:29). Ada pelbagai situasi luar biasa yang muncul di mana orang tidak bisa setia kepada Kristus dan tunduk kepada pemerintah yang menegaskan otoritas atas dia. Namun begitu, dalam kondisi normal, dalam pencarian kehidupan sehari-hari, struktur dan kewenangan adalah penting untuk mencapai hal-hal berharga. "Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu" (Roma 13:3). Ketika pemerintah menindas, seperti yang mungkin dialami oleh para pembaca Petrus, memang menggoda untuk menghina mereka atau memberikan mereka pelayanan di bibir saja. Hal itu membuat situasi semakin buruk. Petrus ingin orang Kristen menghormati otoritas, jika tidak untuk kepentingan mereka sendiri maka itu "untuk Tuhan."
Ayat 14. Petrus baru saja berkata bahwa "raja" memiliki otoritas tertinggi. Oleh karena sejarah khas mereka dengan para raja,6orang Romawi tidak akan menyebut penguasa mereka raja. Namun begitu, fungsi kaisar banyak samanya dengan fungsi para diktator Timur. Dalam bahasa populer, kaisar adalah raja. Orang percaya bukan hanya harus tunduk kepada raja, tetapi mereka harus dengan hormat tunduk kepada wali-wali yang diutusnya. Kata "wali-wali" (hJgemw¿n, hēgemōn) adalah istilah umum yang mencakup para pejabat tinggi Romawi maupun para penguasa kota setempat.
Para pembaca Petrus tinggal di empat provinsi Romawi besar di Asia Kecil.7Dua dari mereka, Asia dan Pontus/Bitinia, diperintah oleh wali negeri yang diutus Senat untuk masa tugas satu tahun. Dua lainnya, Galatia, Kapadokia, diperintah oleh utusan langsung yang bertanggung jawab langsung kepada kaisar. Meski wali negeri secara teori bertanggung jawab kepada Senat, nyatanya, kaisarlah yang pegang kendali. Sudah tentu keliru untuk mengatakan bahwa semua wali negeri "diutus oleh dia." Para wali negeri memerintah sekehendak mereka dengan dukungan penuh kekuatan Roma. Sergius Paulus (Kisah 13:7) dan Galio (Kisah 18:12) satu-satunya dua wali negeri yang ditemukan di dalam Perjanjian Baru. Dalam urusan sehari-hari, penduduk Asia hanya akan berurusan secara tidak langsung dengan para pejabat tinggi seperti wali negeri. Ketika para pembaca Petrus tunduk kepada pejabat, hakim dan polisi setempat, mereka itu sedang tunduk kepada atasan, wali negeri dan raja mereka.
Tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk menempatkan diri mereka melawan para pejabat pemerintah. Masyarakat yang tertib merupakan keuntungan bagi orang buangan dan orang asing di negeri itu. Meski ada keadaan luar biasa di mana orang yang tidak bersalah menderita di tangan para penguasa, namun para pejabat pemerintah ditugaskan untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Tidak ada keraguan bahwa orang Kristen termasuk di antara mereka yang berbuat baik. Paulus menalar dengan cara yang sama. Penguasa adalah "hamba Allah untuk kebaikanmu" (Roma 13:4). Baik Petrus maupun Paulus tidak mendebat hak raja yang dari Allah. Sebaliknya, mereka berpendapat bahwa orang Kristen adalah anggota masyarakat yang bertanggung jawab, berkontribusi di tempat mereka tinggal. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, mereka akan memberikan pengaruh dan upaya mereka untuk mendukung pemerintahan yang tertib.
Ayat 15. Ketika orang Kristen secara hormat taat kepada penguasa sipil, beberapa hasil positifnya adalah (1) mereka sedang melakukan kehendak Allah, dan (2) mereka membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Petrus sedang tidak bersikap toleran, dengan menunjukkan bahwa kejahatan menimpa orang-orang percaya hanya melalui kebodohan orang lain. Mereka yang memfitnah orang Kristen adalah bodoh dan berbahaya pada waktu yang sama. Namun begitu, ada implikasi bahwa mereka yang merupakan sumber kesengsaraan bagi orang Kristen gagal mengenali apa yang terbaik bagi kepentingan mereka sendiri. Yesus dari Nazaret adalah sumber kebaikan dan kebijaksanaan. Yang menentang Dia adalah kejahatan dan kebodohan dunia. Cara orang Kristen "membungkam" kejahatan dan kebodohan orang-orang yang mencemarkan nama baik mereka adalah dengan berbuat baik.
Ayat 16. Selagi mendesak para pembacanya untuk tunduk pada penguasa, Petrus mengingatkan mereka tentang kemerdekaan mereka. Ketundukan dan kemerdekaan berdiri bersama. Dalam dunia Yunani-Romawi, tidak ada perbedaan yang lebih kaku daripada yang memisahkan orang merdeka dari budak. Orang Kristen tidak peduli terhadap pembedaan itu. Kepada hamba, Paulus berkata, "Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan" (Efesus 6:8). Kepada pemilik budak, ia berkata, "Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga" (Efesus 6:9). Orang Merdeka adalah hamba Kristus, dan hamba itu adalah orang merdeka milik Allah. Kebebasan dan perbudakan memiliki hubungan yang aneh dalam kisah injil. Kepada sinagoga di Nazaret, Yesus telah mengutip kata-kata Yesaya, "Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, … untuk membebaskan orang-orang yang tertindas" (Lukas 4:19). Paulus secara dramatis menegaskan, "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita" (Galatia 5:1). Namun begitu, Paulus membuka suratnya dengan menyebut dirinya hamba (douvloß, doulos) Kristus (Galatia 1:10).
Alkitab NASB memasok kata kerja di awal ayat ini, tetapi tidak ada dalam bahasa Yunaninya. Pembukaan kata-kata 2:13 secara mengagumkan cocok dengan 2:16: "Tunduklah …" sebagai orang merdeka—sebagai orang merdeka yang, bagaimanapun, adalah hamba Allah. Orang bisa mentaati hukum tanpa mengakui bahwa hukum manusia lebih utama daripada hukum Allah. Orang yang memilih untuk taat, bagaimanapun juga, adalah orang merdeka. Kemerdekaan Kristen didasarkan pada himbauan ini: Orang yang memiliki Yesus sebagai Tuhan tidak hanya mematuhi Dia; orang Kristen menghirup cara hidup-Nya. Kehendak Yesus menjadi kehendaknya sendiri. Yesus tidak memanggil manusia kepada ketaatan yang buta. Ia memanggil manusia untuk mengasihi Dia. Mereka yang mengasihi Tuhan melayani Dia karena kehendak mereka sendiri telah terjalin dengan kehendak-Nya. Mereka hidup dalam kemerdekaan yang taat "sebagai hamba Allah." Alternatifnya adalah adanya kemerdekaan neraka yang tak terbatas.
Sejak awal, baik dari dalam tubuh Kristus dan dari luar, ada orang-orang yang gagal memahami konsep kemerdekaan yang bertaat. Tanggapan beberapa orang adalah belenggu legalisme. Karena percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, beberapa orang menanggung beban ketaatan karena mereka takut kepada kuasa-Nya. Orang percaya lainnya, karena gagal memahami kemerdekaan yang bertaat, berharap lebih pada kasih karunia Allah. Kebebasan menjadi dalih untuk lisensi. Petrus ingin mendidik jenis orang yang belakangan ketika ia menulis, [jangan] menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan.
Para penentang Paulus menuduh bahwa doktrin kasih karunia mendorong hal yang sama yang Petrus larang. Mereka mengatakan bahwa doktrin Paulus mendorong dosa. Mereka menalar, "Semakin banyak dosa, semakin banyak kasih karunia! Mari kita berbuat dosa dan biarkan kasih karunia berlimpah." Paulus menjawab dengan pertanyaan, "bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?" (Roma 6:2). Bagi orang Kristen yang cenderung untuk menegaskan kemerdekaan sebagai dalih untuk melayani dirinya sendiri, Paulus memiliki pertanyaan; Petrus memiliki larangan. Keduanya sepakat bahwa pelaksanaan kemerdekaan dilakukan dalam batasan ketundukan dalam pelayanan mutlak kepada Allah.
Ayat 17. Seperti guru yang baik, Petrus meringkas dengan empat perintah: Hormatilah, kasihilah, takutlah, hormatilah. Yang hilang dari pembaca bahasa Inggris dan Indonesia adalah perubahan keterangan waktu kata kerja itu. Rasul itu menggunakan aorist imperative diikuti oleh tiga present imperative. Pertanyaannya adalah apakah perubahan itu penting atau tidak. Apakah perubahan dalam keterangan waktu berkontribusi terhadap artinya? Jika ya, perubahan itu seharusnya tercermin dalam terjemahan itu.
Para penerjemah Alkitab bahasa Inggris menyampaikan penafsiran mereka atas bahasa aslinya bukan hanya oleh pemilihan kata-kata bahasa Inggris, tetapi juga oleh tanda baca yang mereka pilih. Alkitab KJV menerjemahkan perintah-perintah itu secara paralel. Para penerjemah itu tampaknya memandang perubahan keterangan waktu itu sebagai hal kecil atau tidak penting. Alkitab NASB dan NRSV melakukan hal yang sama. Alkitab NIV, bagaimanapun, menerjemahkan, "Tunjukkanlah sikap hormat yang benar kepada semua orang: Kasihilah persaudaraan orang percaya, takutlah akan Allah, hormatilah raja." Alkitab REB juga mirip. Pelbagai terjemahan yang belakangan ini telah memahami aorist tense dari kata kerja yang pertama sebagai tanda bahwa itu adalah penjumlahan dari tiga perintah berikutnya. Jadi artinya adalah, "Hormatilah semua orang. Secara khusus saya ingin kamu menghormati semua orang dengan mengasihi kasih persaudaraan, takut akan Allah, dan menghormati raja." Untuk mendukung terjemahan ini ada penggunaan ganda kata kerja" hormat." Memang benar bahwa perbedaan antara aorist imperative dan present imperative kadang-kadang sangat kecil; tetapi, dalam kasus ini, terjemahan Alkitab NIV adalah lebih baik. Namun begitu, tanda baca alternatif tidak secara radikal mengubah makna kalimat itu. Dalam kedua kasus, orang Kristen harus menjunjung semua orang secara hormat; tetapi di samping kehormatan, mereka harus mengasihi saudara-saudari mereka dalam Kristus.
Imperative itu sendiri kaya makna. Dunia kuno cenderung bersikap kurang etnosentris dibadingkan dunia moderen. Batasan kebangsaan, bahasa, ras, budaya dilarutkan dalam nasihat Petrus: Hormatilah semua orang.8Bertahun-tahun sebelumnya, Petrus sudah tahu bahwa Allah tidak memandang muka (Kisah 10:34). Paulus menulis, "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus" (Galatia 3:28). Hormat adalah hak semua orang karena Allah menciptakan mereka "Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa" (Kisah 17:26). Mencap orang berdasarkan ras, jenis kelamin, atau budaya, oleh karena ciri-ciri fisik atau cacat, adalah memalukan bagi siapa saja yang memiliki Pencipta "semua manusia" sebagai Allahnya.
Meski Yesus mengajar para pengikut-Nya untuk menghormati semua orang, namun mereka harus berbuat lebih daripada sekedar menghormati orang-orang yang seiman dengan iman. Mereka harus mengasihi persaudaraan. Petrus menggunakan kata "persaudaraan" (aΔdelfo÷thß, adelphotēs) di sini dan di 1Ptr. 5:9. Kata itu tidak ditemukan di tempat lain dalam Perjanjian Baru."Persaudaraan" adalah orang-orang yang umumnya mengakui bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.9Seperti yang dijelaskan oleh 5:9, itu berarti lebih daripada sekedar gereja lokal di mana orang itu menjadi anggotanya. Gereja-gereja Kristus di seluruh dunia adalah persekutuan orang-orang percaya (Roma 16:16). Kasih diulurkan kepada semua orang. Ikatan kasih yang khas antara orang-orang percaya menjadi kepedulian yang sering muncul di dalam Perjanjian Baru. Yang sejajar dengan perkataan Petrus "Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu" adalah perkataan Paulus "Marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman" (Galatia 6:10). Yesus berkata, "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:35).
Dua perintah terakhir terjalin secara erat, sebagaimana dua perintah pertama. Orang-orang percaya harus takutlah akan Tuhan, dan ia harus menghormati raja. Yesus berkata bahwa hukum yang terutama dari semua perintah dalam Taurat adalah mengasihi Allah (Markus 12:28-30). Ada tekanan tertentu antara kasih dan rasa takut, tetapi mereka tidak berdiri sendiri-sendiri, dan tentunya tidak berlawanan. "Takut" adalah kata yang memiliki banyak sisi. Berdasarkan satu definisi, "takut" adalah kata yang melumpuhkan. Orang yang punya satu talenta memberikan alasan yang melumpuhkan ini: "Aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan" (Matius 25:25). Dalam pengertian inilah Yohanes menggunakan kata: "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan" (1 Yohanes 4:18). Jiwa yang taat hanya karena takut kepada tongkat besar yang Allah gunakan akan menemukan sedikit kepuasan, akibatnya punya daya tahan yang sedikit, dalam agama Kristennya.
Menurut definisi lainnya, "takut" adalah sikap umat manusia yang tidak pasti, ragu-ragu untuk berhadapan muka dengan Sang Pencipta. Takut akan Allah adalah sama dengan datang ke hadapan-Nya dengan ketidakpastian, dengan kepala tertunduk, dengan lidah terbata-bata. Itu adalah sikap memohon kepada Allah, bukan sikap melontarkan argumentasi dan penjelasan kepada Dia. "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" (Amsal 1:7). Takut akan Allah adalah perasaan bodoh dan tidak pasti yang luar biasa yang menyertai tatapan ke langit di tengah malam, atau tatapan ke dalam hati sendiri. Takut terjalin erat dengan kerendahan hati. Itu kebalikan dari kesombongan dan keinginan pribadi. Ketika Yesaya bertemu Allah, rasa takut menguasai dia. "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir" (Yesaya 6:5). Musa ingin Israel mengetahui keduanya bahwa Allah itu kasih, "Ia tidak akan meninggalkan atau memusnahkan engkau" (Ulangan 4:31), dan Ia adalah "api yang menghanguskan" (Ulangan 4:24). Orang percaya tidak berani menganggap berlebihan kasih Allah dan rahmat-Nya. Orang Kristen tidak berani "berdosa supaya kasih karunia menjadi berlimpah" (Roma 6:1; RSV). Petrus memberitahu para pembacanya bahwa mereka harus "takut akan Allah."
Dengan perintah final, "hormatilah raja," Petrus menambahkan nasihat yang telah dimulai dalam 2:13. Umat Kristen bukan hanya harus tunduk kepada raja; mereka harus menghormati dia. Namun begitu, rasul itu baru saja membuat jelas hal itu bahwa kehormatan adalah hak semua orang. Kehormatan yang diberikan kepada raja, jika tidak dikompromikan, setidaknya memenuhi syarat. Prasasti Yunani dari abad pertama dan kedua di Asia Kecil memberikan kehormatan ilahi yang paling munafik kepada para kaisar Romawi. Ia adalah dewa, penyelamat, dan mahakuasa. Bagi Petrus, raja berhak mendapat kehormatan, tetapi bukan pemujaan atau penyembahan. Selanjutnya, raja tidak berhak menadapatkan jenis rasa takut yang disediakan untuk Allah. Petrus secara halus dan terampil menginstruksikan para pembacanya tentang hubungan mereka terhadap kekuasaan sipil. Mereka harus tunduk dan menghormati, tapi tidak untuk takut, kepada penguasa yang memerintah. Orang Kristen tidak takut kepada para penguasa seperti mereka takut kepada Allah.
TFTWMS: 1Ptr 2:18-20 - Tunduk Kepada Tuan TUNDUK KEPADA TUAN (1 Petrus 2:18-20)
18 Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peram...
TUNDUK KEPADA TUAN (1 Petrus 2:18-20)
18 Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. 19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. 20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Scobie mengulas, "Apa yang [Perjanjian Baru] katakan tentang perbudakan harus dilihat dengan latar belakang dunia Yunani-Romawi di mana ekonominya tergantung pada perbudakan yang ada dalam skala besar."10Ketika Petrus menulis, umat Kristen masih sedikit, minoritas yang ditindas. Tidak ada harapan bagi mereka untuk membersihkan dunia dari perbudakan, tidak peduli betapa berlawanannya hal itu mungkin dengan ajaran Kristus. Dalam Perjanjian Baru, pertanyaannya adalah bagaimana orang hidup bersama perbudakan, bukan bagaimana orang melenyapkan perbudakan. Jawabannya adalah selalu bahwa Allah memberikan setiap orang martabat dan nilai. Kematian Kristus sama besarnya untuk budak maupun untuk tuan.
Ayat 18. Dengan mengalihkan perhatian dari pemerintahan, Petrus menghampiri ketundukan dalam kerangka lembaga yang lebih bersifat pribadi, sosial: Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu.11Beberapa pembaca yang Petrus sapa adalah harta bergerak; mereka dimiliki oleh orang lain. Perbudakan adalah cara hidup dalam masyarakat kuno. Moralitas perbudakan berjalan tanpa dipertanyakan. Orang menjadi budak karena ia cukup malang untuk berada di antara tawanan perang atau karena ibunya adalah seorang budak. Nasib seorang budak tergantung pada pelayanan yang diminta dari dia oleh tuannya. Sejumlah kecil budak ada yang sangat terampil. Mereka mungkin bisa menjadi guru bagi anak-anak tuan mereka, atau melayani di dalam rumah tuannya dalam peranan tertentu lainnya. Selama jarak yang tepat dipertahankan, mereka bisa berbagi semacam persahabatan dengan tuannya. Beberapa budak dimiliki oleh beberapa kota. Mereka bisa naik ke posisi berpengaruh, tetapi budak-budak seperti itu memang luar biasa. Kebanyakan budak melakukan pekerjaan kasar dan berat. Mereka yang bekerja di tambang dan pabrik tidak diharapkan untuk bertahan lebih dari beberapa tahun. Mereka adalah bagian dari biaya menjalankan bisnis. Budak memang murah. Mereka bisa digantikan seperti keledai atau kambing.
Ketika dibandingkan dengan instruksi Paulus kepada para hamba/budak, Petrus memilih dua kata yang tak terduga. (1) Ia menyapa dengan kata "hamba" atau "budak rumah tangga" (oi˙ke÷tai, oiketai), sedangkan Paulus menggunakan kata yang lebih keras yang artinya "budak terbelenggu" (douvloi, douloi ; Efesus 6:5; Kolose 3:22). (2) Petrus menggunakan kata yang lebih keras untuk "tuan" (despo/tai, despotai), sedangkan Paulus menggunakan kata yang lembut (ku/rioi, kurioi). Sungguh berbahaya untuk mengabaikan kata-kata pilihan Petrus, seperti yang Michaels telah lakukan, semata- mata atas dasar sastra,12meski perbedaan antara kata-kata itu mungkin tidak besar. Kata-kata pilihan Petrus menimbulkan pertanyaan. Akankah ia bicara tentang "budak terbelenggu" (douloi) dengan makna yang berbeda?
Mereka yang ingin menggambarkan perbudakan dalam dunia Yunani-Romawi sebagai kebiasaan yang cukup jinak13adalah gagal mengenali bahwa para penulis yang sangat kuat dan canggih dalam dunia kuno memiliki pandangan miring terhadap perbudakan. Orang kaya menjalin hubungan secara bersahabat dengan budak rumah tangga, akuntan, guru, dan pelayan sipil. Catatan tertulis mereka meninggalkan kesan bahwa menjadi budak adalah sama seperti bekerja di sebuah perusahaan akuntansi moderen. Itu tidak benar. Kebanyakan dari mereka yang menjadi budak tidak punya keahlian khusus. Catatan kuno memberikan pandangan sekilas ke dalam kehidupan budak umum, tetapi orang-orang besar punya sedikit kontak pribadi dengan orang-orang yang ditugaskan bekerja di pabrik atau tambang. Mereka adalah ternak. Kematian seorang budak berarti kerugian finansial, tidak lebih daripada itu. Bahkan budak rumah tangga sadar bahwa, jika mereka melakukan kesalahan, mereka bisa dipekerjakan di pabrik. Kelas penguasa yang nyaman yang kata-katanya sampai kepada kita dari dunia kuno pada umumnya tidak ingin tahu apa yang terjadi pada sebagian besar budak.14Petrus mungkin telah bicara tentang "budak terbelenggu" secara berbeda daripada yang ia bicarakan tentang "budak rumah tangga." Ia tentu tidak akan menyetujui budak-budak, bahkan budak-budak yang berada dalam posisi paling hina, hak untuk menjarah, membunuh, dan menghancurkan; tapi itu akan menjadi lebih sulit bagi dia untuk mendesak mereka mempersembahkan ketundukan yang penuh hormat.
Kata yang Alkitab NASB terjemahkan hormatilah (fo/boß, phobos) adalah bentuk kata benda dari kata kerja yang diterjemahkan "takut" dalam 2:17; ayat itu mengatakan "takut akan Allah." Petrus tidak menyiratkan bahwa budak harus memperlakukan tuan mereka dengan cara yang sama seperti mereka memperlakukan Allah. Tetap saja, menerjemahkan kata itu sebagai "hormatilah" adalah lemah. Kedudukan budak butuh lebih daripada sekedar sikap hormat. Meski ketundukan kepada tuan serta kepada pemerintah adalah "karena Allah" (2:13), namun tidak mungkin yang Petrus maksudkan adalah bahwa para budak harus tunduk oleh karena mereka takut kepada Allah. Sebaliknya, ia mengingatkan budak-budak itu tentang keadaan mereka yang genting. Apa saja yang kurang daripada ketundukan akan merugikan diri sendiri. Mereka itu tak berdaya. Budak tidak bisa memilah dan memilih tuan yang layak memperoleh sikap hormat mereka. Oleh karena keadaan takut mereka, mereka harus tunduk bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.
Ayat 19. Petrus sudah mengaitkan ketundukan kepada kemerdekaan (2:13, 16). Apakah kemerdekaan memiliki makna apa saja bagi mereka yang tunduk sebagai budak? Mungkin ada maknanya jika kemerdekaan dapat dilihat melalui lensa kasih karunia (ca¿riß, charis). Memang, budak harus tunduk oleh karena rasa takut, tapi keadaan takut mereka bisa ditransfusi dengan harapan dan kedamaian (semuanya tersirat dalam kata "kasih karunia") hingga mereka bergabung dengan saudara-saudari mereka dalam memusatkan pikiran mereka kepada Allah. Paulus mengambil kata charis dan mengubahnya menjadi salah satu doktrin iman Kristen yang paling khas. Itu adalah kata yang diterjemahkan "kasih karunia" di seluruh surat-surat Paulus. Petrus menggunakan kata itu sebagaiamana kata itu digunakan oleh dunia sekuler di sekelilingnya. Rasul itu menegaskan bahwa budak akan diuntungkan jika, mereka berfokus pada Allah ketimbang berfokus pada penganiayaan mereka. Dalam masyarakat iman, mereka harus menundukkan diri mereka dengan sukarela kepada Allah, sebagai manusia merdeka. Kemerdekaan, sekarang dalam kedok charis, mendorong mereka mengatasi pergumulan mereka.
Ketundukan yang Petrus desakkan kepada para budak adalah untuk kepentingan hati nurani terhadap Allah (NASB). Petrus menggunakan kata "hati nurani" (sunei÷dhsiß, suneidēsis) tiga kali dalam surat ini. Dalam dua kasus lainnya (3:16, 21), disertai dengan kata "baik" dan menghadirkan sedikit kesulitan. Dalam ayat ini arti "hati nurani" kurang jelas. Diterjemahkan secara harfiah akan berbunyi "hati nurani Allah" (sunei÷dhsin qeouv, suneidēsin theou). Bentuk genitive "Allah" itu sulit dipahami. Jelasnya, Petrus tidak sedang mengatakan bahwa para budak harus taat oleh karena hati nurani yang Allah miliki. Kata suneidēsis tidak persis sejajar dengan kata Indonesia "hati nurani." Kata itu mengandung pengertian pengetahuan yang dibagi. Dalam konteks ini, itu adalah pengetahuan yang dibagi antara para budak dan orang lain yang seperti mereka yang telah beriman kepada Kristus. Obyek pengetahuan yang dibagi itu adalah Allah. Jadi, budak harus tunduk oleh karena "kesadaran tentang Allah" yang sama-sama mereka miliki.15J. N. D. Kelly meringkas, "oleh karena pengetahuan tentang Allah yang ia dan sesama orang Kristen sama-sama miliki sebagai anggota umat Allah yang kudus."16Alkitab NIV menerjemahkan, "karena ia sadar tentang Allah," yang dekat dengan gagasan yang sama. Dengan kesadaran tentang Allah yang sama-sama dimiliki oleh para pembaca Petrus, maka adalah kasih karunia ketika seorang menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
Ayat 20. Ketika Petrus memulai pertanyaan retorikanya dengan dapatkah disebut pujian, ia sedang melanjutkan pemikiran ayat sebelumnya. "Pujian" dan "kebaikan" adalah sejajar. "Dapatkah disebut pujian …?" sama dengan "dapatkah disebut kebaikan. . . ? "Pertanyaan itu memberikan jawabannya sendiri. Sama sekali tidak ada baiknya. Kata yang sama yang diterjemahkan "pujian" oleh NASB dalam Lukas 6:32, "jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, dapatkah disebut pujian? diterjemahkan "kebaikan" dalam 1 Petrus 2:19. Di sini tidak ada siratan bahwa Allah menyimpan buku besar berisi hutang dan piutang, tetap mencatat setiap perbuatan baik dan jahat seseorang. Sebaliknya, Petrus menegaskan bahwa ketika orang, budak atau orang merdeka, menderita pukulan karena mereka patut mendapatkan-nya— bahkan jika mereka menanggung perlakuan buruk itu dengan sabar—hal itu tidak berkenan kepada Allah. Allah tidak dihormati oleh dosa, apapun hasilnya.
Petrus menuntut perilaku bermoral tinggi dan etika yang baik dari orang-orang percaya, bahkan dari mereka yang merupakan budak kasar. Permasalahannya bukan tentang apakah orang layak atau tidak menanggung penderitaan yang ia alami. Masalahnya adalah melakukan apa yang benar. Dosa tidak membuat Allah berkenan. Allah berkenan kepada orang yang telah melakukan apa yang benar, mentaati Tuhan, menderita karena taat, dan kemudian memiliki iman yang dengan sabar menanggung penderitaan. Petrus menambahkan 2:20 dengan kata yang sama yang ia pernah gunakan untuk memulai 2:19. Kasih karunia [charis ] pada Allah adalah hasil ketika orang "menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung" (2:19), dan "kasih karunia pada Allah" adalah hasil ketika orang "berbuat baik dan … harus menderita [dengan sabar]." Selama ini himbauan untuk tunduk berada di bawah tujuan lain yang penting bagi orang percaya. Ketika mereka tunduk, umat Kristen berkontribusi pada masyarakat yang damai dan tertib. Dengan harapan mereka tertuju pada "hari lawatan" (2:12), mereka mengakui status mereka sebagai penduduk sementara di kota-kota dunia. Sikap tunduk yang penuh hormat kepada penguasa akan berkontribusi bagi kemampuan mereka untuk hidup dengan damai dengan tetangga mereka, dan itu akan menggemakan kemuliaan bagi Allah. Namun begitu, ketundukan kepada pemerintah bukan perintah yang sama seperti ketundukan yang diminta dari para budak. Budak sangat rentan terhadap perlakuan tidak adil dan kejam. Apakah hukuman itu adil atau tidak adil, bukan hal yang luar biasa bagi budak untuk "menderita pukulan." Kata kerja yang Petrus gunakan adalah kolafi÷zw (kolaphizō), sebuah kata yang jarang digunakan di dalam Perjanjian Baru dan dalam literatur sekuler. Secara signifikan, itu adalah kata yang digunakan tentang pemukulan yang dilakukan terhadap Yesus sebelum penyaliban-Nya (Matius 26:67; Markus 14:65). Kerentanan budak, kerawanannya terhadap penderitaan yang tidak seharusnya, menuntun pikiran Petrus ke arah salib.
TFTWMS: 1Ptr 2:21-25 - Ketundukan Yesus Di Kayu Salib KETUNDUKAN YESUS DI KAYU SALIB (1 Petrus 2:21-25)
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah mening...
KETUNDUKAN YESUS DI KAYU SALIB (1 Petrus 2:21-25)
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. 22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. 23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. 24 Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. 25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
Nasihat untuk para budak untuk tunduk kepada tuan mereka dan, bila perlu, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung (2:18-20) mengarah kepada salah satu pernyataan yang paling menggugah dalam Perjanjian Baru tentang doktrin yang paling berharga dari semua doktrin Kristen, tebusan pengganti orang berdosa oleh Kristus (2:21-25). Meski Petrus tidak mengetengahkan teori tertentu tentang apa yang terjadi di kayu salib yang menghasilkan rekonsiliasi antara Allah dan manusia, ia membuat jelas hal ini bahwa dalam kematian Yesus dalam cara tertentu menang-gung dosa manusia.
Ayat 21. Beberapa kali dalam surat kiriman itu, Petrus mengingatkan para pembacanya tentang panggilan mereka. Dalam 2:9 mereka dipanggil dari kegelapan menuju terang, dalam 3: 9 mereka dipanggil untuk membalas kutukan dengan berkat, dalam 5:10 mereka dipanggil kepada kemuliaan yang kekal. Di sini untuk [maksud] itulah mereka dipanggil, maksud untuk melakukan apa yang benar dan, seperti Kristus, menderita dengan daya tahan kesabaran (2:20). Pada titik ini, budak hanya merupakan topik sekunder; kata-kata itu adalah untuk semua orang Kristen. Ketundukan di hadapan perlakuan yang tidak adil dapat ditoleransi ketika orang ingat bahwa Kristus sendiri menderita secara tidak adil. Budak tidak lebih tinggi daripada tuannya. Jika manusia telah diperlakukan Tuhan secara tidak adil, mereka kemungkinan besar akan memperlakukan para pengikut-Nya secara tidak adil (Matius 10:24, 25). Ayub pernah mengeluh bahwa Allah tidak dalam posisi untuk menilai orang karena Ia tidak pernah mengalami begaimana menjadi manusia (Ayub 10:4-6). Ketika Yesus menjadi manusia, Ia membungkam argumentasi itu.
Kristus bukan hanya menderita. Petrus mengatakan bahwa Ia menderita untuk kamu . Paulus mungkin akan sudah menulis, "Kristus telah mati untuk kamu" (Roma 5:6; 1 Korintus 15:3.), Seperti yang Petrus lakukan belakangan di dalam surat ini (3:18). Di antara hal-hal yang menarik orang percaya kepada Kristus dan memaksa dia untuk mengikuti teladan Kristus adalah ucapan syukur. Sementara umat manusia dinodai oleh dosa dan ditutupi dengan kebodohan, dalam rahmat-Nya Allah menggapai ciptaan-Nya dalam Yesus dari Nazaret. Salib itu atas nama umat manusia. Legitimasi pengakuan bahwa Yesus adalah teladan untuk Anda adalah bahwa Ia "menderita untuk kamu." Membicarakan kematian Yesus sebagai penderitaan-Nya adalah memperluas peristiwa salib secara lebih hidup melalui rentang waktu daripada sekedar menyatakan, "Ia mati untuk kamu." Petrus membuat jelas pengakuan yang Kristus miliki pada kehidupan para pengikut-Nya. Pengakuan itu diperkuat oleh ucapan syukur yang rasul itu harapkan untuk dibangkitkan.
Dalam segala hal Kristus adalah pola untuk kehidupan Kristen (Markus 8:34; Yohanes 13:15; Filipi 2:5; 1 Tesalonika 1:6; Ibrani 12:2; 1 Yohanes 2:6). Di antara hal-hal lain, penderitaan-Nya adalah "teladan" sebab (1) Ia menderita karena melakukan apa yang benar, dan (2) Ia menanggungnya dengan sabar. Penderitaan tidak pernah menyenangkan, tapi karena Tuhan menderita, umat-Nya dipanggil untuk berbagi bagian-Nya. Ia adalah teladan bagi umat-Nya. Dalam pernyataan yang menakjubkan, Paulus menulis, "Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus …" (Kolose 1:24). Rasul Petrus percaya bahwa penderitaan adalah konsekuensi yang telah diantisipasi dan diperlukan karena memiliki Kristus sebagai Tuhan.
Petrus tidak kurang tegas ketika ia mengatakan bahwa Kristus meninggalkan teladan bagi orang-orang percaya untuk mengikuti jejak-Nya. Petrus menggunakan kata berwarna-warni yang diterjemahkan "teladan" (uJpogrammo/ß, hupogrammos), hanya ditemukan di sini di dalam Perjanjian Baru. Kata itu menyiratkan seorang anak dengan pensil yang menelusuri kembali huruf-hurufnya, dengan susah payah dan kaku. Apa yang anak itu hasilkan adalah hupogrammos, atau pola pelacakan. Pengertian bahwa penderitaan melekat dalam kehidupan Kristen bahkan menjadi semakin lebih tegas dalam beberapa dasawarsa setelah surat Petrus itu ditulis. Kurang dari setengah abad setelah Petrus menulis suratnya itu, Ignatius dari Antiokhia mendesak, "Mari kita menjadi peniru Tuhan, dan mencari siapa yang mungkin menanggung kesalahan yang lebih banyak, menjadi lebih miskin, lebih hina."17
Ayat 22. Petrus tampaknya merasa tidak perlu memberitahu para pembacanya bahwa ia sedang mengutip nabi itu, meski kata-kata yang tidak berbuat dosa berasal dari Yesaya 53:9. Yesaya 53 sangat penting bagi pemahaman orang Kristen tentang janji-janji yang Allah telah buat untuk Israel tentang kedatangan seorang Juruselamat. Sida-sida Etiopia baru saja membaca dari Yesaya 53 (Kisah 8:32, 33) ketika Filipus bergabung dengan dia di atas kereta, "dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya" (Kisah 8:35). Mungkin pasal ini sudah begitu baiknya mendarah daging di dalam kesadaran orang Kristen sehingga tidak perlu mengutip acuannya. Perjanjian Baru bukan hanya mengetengahkan Yesus sebagai pola bagi kehidupan Kristen, itu juga menegaskan bahwa kehidupan-Nya tanpa salah, tanpa dosa (Yohanes 8:29; 2 Korintus 5:21; Ibrani 4:15; 1 Yohanes 3: 5). Sebagaimana Ia itu tanpa dosa, Yesus meminta tidak kurang daripada kesempurnaan dari murid-murid-Nya (Matius 5:48). Di hadapan ketidaksempurnaan, bahkan dalam diri orang-orang yang paling baik, Yesus "telah menderita untuk kamu" (2:21). Dalam Perjanjian Baru "dosa" bukanlah kata yang digunakan sambil tertawa geli dan senyum. Dosa tidak menghormati Allah dan membawa hukuman atas orang berdosa.
Kutipan dari Yesaya menarik perhatian khusus terhadap ketidakberdosaan Yesus dalam hal bicara. Sebelumnya, rasul itu telah meminta para pembacanya untuk mem- buang kebencian dan tipu daya (2:1). Sekarang, ia mengatakan bahwa pada diri Yesus tidak ada tipu … dalam mulut-Nya. Baik dalam 2:1 dan di sini kata Yunani yang sama diterjemahkan "Tipu daya." Hanya dengan mengutip kata-kata dari Yesaya ini, Petrus memberikan perhatian kepada perkataan sebagai indikasi hati. Yakobus cukup berani untuk mengatakan, "Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya" (Yakobus 3:2). Yesus berkata, "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum" (Matius 12:37).
Ayat 23. Petrus melanjutkan, Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki. Kata-kata ini bukanlah kutipan langsung, tetapi Petrus melanjutkan pokok pikirannya dengan menariknya dari Yesaya: "Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya" (Yes. 53:7). Perkataan nabi itu tidak hanya menegaskan ketidakberdosaan Yesus, perkataan itu juga membicarakan kelembutan-Nya dan iman-Nya. Perjanjian Baru menggunakan Mazmur 22 dan Mazmur 69 untuk memperkuat perkataan Yesaya. Kristus itu harus menjadi Juruselamat yang menderita. (Lihat Markus 15:34 untuk Mazmur 22 dan Markus 15:23 untuk Mazmur 69). Ketika orang membalas kutukan dengan kutukan dan kebencian dengan kebencian, ia tidak mengikuti teladan Kristus dan menghancurkan dirinya sendiri. "Mencaci" adalah melontarkan pelecehan secara lisan. Musuh-musuh Yesus secara khusus sangat keras dalam hal mencaci selama siksaan penyaliban. Catatan Matius sangat jelas: "Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, dan berkata: 'Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?'" (Matius 26:67, 68). Petrus menggunakan ingatannya sendiri. Ia pernah berdiri di dekat situ sewaktu Yesus sedang disalibkan. Ia telah melihat paku yang ditusukkan ke tangan-Nya dan mendengar pelbagai ejekan yang ditujukan kepada Tuhan. Memang bukan kabar burung ketika Petrus menegaskan bahwa Yesus tidak melakukan pembalasan terhadap musuh-musuh-Nya.
Pada waktu ini, jelas terlihat bahwa Petrus telah meninggalkan pelbagai nasihat khusus kepada kaum budak. Ayat ini menyapa semua pembaca Kristen yang rasul Petrus surati. Ia sudah memulai dengan mendesak kaum budak untuk tunduk kepada tuan mereka. Ia bukannya tidak tahu tentang kemungkinan bahwa budak-budak itu kemungkinan diperlakukan semena-mena. Pada titik ini, masalah penderitaan telah membawa dia jauh dari masalah itu. Bukan hanya kaum budak tapi juga semua orang percaya, ketika mereka menderita, harus melihat kepada teladan penderitaan Tuhan. Mereka tidak boleh membalas gigi ganti gigi meski pembalasan adalah salah satu hukum tertua dari masyarakat yang beradab.
Ada keadilan yang melekat dalam talionis lex, hukum pembalasan, yang dinyatakan dalam hukum Musa seperti ini: "Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak" (Kel 21:23-25). Itulah yang Taurat katakan, namun Yesus tidak membalas; begitu juga seharusnya para pengikut-Nya. Orang mungkin punya atau tidak punya kekuatan untuk melakukan pembalasan. Bukan itu masalahnya. Secara khusus, orang percaya tidak boleh membalas cacian. Mungkin ada kesempatan untuk membalas cacian, dan mungkin ada keadilan tertentu di dalamnya. Bagaimanapun, orang Kristen tidak boleh melakukannya. Mereka mengikuti teladan Yesus. Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
Alih-alih balas dendam, teladan Yesus menunjukkan kepercayaan. Rasul itu tidak sedang meminta para pembacanya untuk meninggalkan keadilan. Sebaliknya, ia memerintahkan mereka untuk menyerahkan keadilan kepada Allah. Biarkan Dia yang menjadi hakim. Mereka harus menjadi seperti Yesus, yang "menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil." Bagi beberapa politisi aturannya adalah "Jangan marah, balas dendam saja." Raja Daud memiliki beberapa contoh ketika ia tergoda untuk "membalas dendam." Ketika Saul sedang terbaring di tanah tanpa penjagaan di hadapannya dan hujaman tombak secepat kilat akan sudah menjadi pembalasan yang adil, Daud berkata, "Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN …" (1 Samuel 24:6). Daud mempercayai Tuhan menghakimi dengan adil. Jaminan dari Petrus adalah bahwa Allah akan berlaku adil; adalah Dia "yang menghakimi dengan adil." Mereka yang memfitnah orang yang tidak bersalah, yang mengabaikan orang miskin, yang meng-ambil keuntungan dari orang yang tak berdaya, memiliki hakim. Bagian orang Kristen adalah percaya bahwa Allah akan menghakimi dengan adil. "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat" (2 Korintus 5:10).
Ayat 24. Pokok pikiran rasul Petrus beralih dari penderitaan Kristus sebagai teladan yang harus diikuti, kepada pentingnya penderitaan-Nya yang tanpa dosa bagi penebusan umat manusia. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib. Perkataan Yesaya itu dekat dengan permukaan: "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita" (Yesaya 53:5). Tebusan pengganti orang berdosa adalah salah satu doktrin iman Kristen yang paling dihargai. Petrus mengetengahkannya lagi di 3:18. Kristus menderita secara pasif sebagai bayaran untuk dosa, menanggung dosa umat manusia; tapi misteri penebusan dosa mencakup lebih banyak lagi daripada penderitaan pasif. Yesus, secara aktif, menye-rahkan diri-Nya kepada Allah. Keadilan Allah menuntut dosa diperhitungkan. Hanya Allah yang tahu secara persis bagaimana keadilan Allah dipenuhi ketika Yesus hidup dan mati tanpa dosa. Kita menegaskan apa yang Allah telah nyatakan, yaitu, dosa adalah praktik universal manusia (Roma 3:23), dan dosa yang tidak diampuni menim-bulkan pemisahan kekal dari Allah (Roma 6:23). Yesus menyembuhkan dosa umat pilihan Allah oleh bilur-bilur-Nya.
Alkitab NASB melakukan ketidakadilan kepada para pembacanya ketika menerjemahkan kata Yunani xu/lon (xulon) sebagai "salib." Dalam bahasa Inggris ada sejumlah kata untuk pohon dan bahan-bahan yang dihasilkan dari pohon. Masing-masing memiliki nuansanya sendiri. Kata-kata seperti "kayu," "pohon," "papan," "kayu olahan," "papan olahan," "hutan," dan "kayu gelondongan" memiliki hubungan tetapi artinya berbeda. Seperti bahasa Inggris, bahasa Yunani memiliki sejumlah kata dengan makna yang serupa, tetapi tidak persis sama. Kata Yunani untuk pohon hidup adalah de/ndron (dendron). Kata yang tepat untuk "salib" adalah stauro/ß (stauros). Perjanjian Baru biasanya menggunakan stauro/ß ketika subyeknya adalah penyaliban Tuhan. Petrus tidak memilih keduanya. Kata yang diterjemahkan "salib" dalam ayat ini arti sebenar-nya adalah "kayu" atau "pohon." Kadang-kadang kata itu mengacu kepada pentungan yang terbuat dari kayu (Matius 26:47), tetapi lebih dari satu kali dalam Perjanjian Baru salib di mana Yesus mati disebut "pohon" (xulon; Kisah 5:30; 10:39; 13:29).
Pilihan Petrus atas kata itu tentunya bukan tidak disengaja. Dengan kata itu ia membuat pernyataan penting. Meski kata itu bisa berarti pentungan, kata itu juga bisa berarti tombak atau patok kayu. Dalam hukum Musa, ketika seseorang melakukan dosa publik yang berat, ia dihukum mati. Untuk menyatakan betapa besarnya kejahatan orang itu, tombak kayu yang runcing bisa ditikamkan ke dalam tubuhnya dan mayatnya dipajang di depan umum (Ulangan 21:22, 23). Orang yang dipajang seperti itu adalah terkutuk. Yosua 10:26, 27 menjelaskan bahwa tombak itu bukan penyebab kematian; orang mati itu digantungkan di pohon itu untuk menyatakan bahwa ia terkutuk oleh sebab siapa ia dulunya dan apa yang ia telah lakukan.
Paulus secara jelas mengaitkan hukum dalam Ulangan 21:22, 23 dan kematian Yesus di kayu salib: "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'" (Galatia 3:13). Kata yang NASB terjemahkan "salib" dalam 1 Petrus 2:24 adalah kata yang sama yang diterjemahkan "pohon" dalam Galatia 3:13. Petrus memilih kata "pohon" untuk alasan yang sama yang Paulus miliki. Itu adalah pengingat bahwa Yesus dihina, ditolak, dikutuk oleh Allah, ketika Ia tergantung di kayu salib. Ketika umat Kristen mula-mula mendengar salib disebut "pohon," hal itu memberikan gambaran bagi mereka tentang makna salib. Yesus, Anak Allah yang kekasih dan tidak berdosa, telah menanggung kutukan yang secara adil layak diterima oleh dosa manusia ketika Ia tergantung di kayu salib. Bahwa Ia dikutuk berarti mereka bisa menikmati kemerdekaan dari dosa dan harapan untuk kehidupan.
Sepanjang surat ini Petrus tetap dekat dengan bahasa baptisan. Kesamaan antara kata-kata ayat ini dan Roma 6:2-4 adalah luar biasa. Paulus bertanya, "Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?" (Roma 6:2); Petrus menulis supaya kita … mati terhadap dosa. Paulus menyatakan bahwa hasil dari baptisan Kristen adalah "supaya, … kita akan hidup dalam hidup yang baru" (Roma 6:4). Petrus menulis "supaya kita, … hidup untuk kebenaran. Orang percaya mati terhadap dosa ketika ia dikuburkan bersama Kristus dalam baptisan. Buku-buku komentari umumnya melihat kesamaan antara Roma 6:2-4 dan nas dalam 1 Petrus ini; sungguh menakjubkan betapa sering pembahasan mereka itu tidak akan mengarah kepada baptisan. Kata yang diterjemahkan "supaya kita mati" dalam 1 Petrus adalah participle aorist dari kata kerja aÓpogi÷nomai (apoginomai), kata yang lebih lemah daripada yang Paulus gunakan. Ini adalah satu-satunya kemunculan kata itu dalam Perjanjian Baru, tetapi kata itu menyiratkan "membuang" atau "tidak ada hubungannya." Terjemahan "supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran" adalah sejalan dengan kata-kata Petrus. Bahasa baptisan adalah jelas. Di hadapan para pembacanya Petrus tidak pernah gagal untuk menjaga dimensi moral dan etika karena telah memeluk Yesus sebagai Tuhan. Ketika mereka telah dibaptis ke dalam Kristus mereka telah selamanya menempatkan dosa di belakang mereka. Hidup di dalam Kristus menuntut kebenaran.
Ayat 25. Sepanjang 2:21-25, Yesaya 53 tidak pernah jauh di latar belakang. Namun, dalam kata-kata terakhir 2:24, "Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh," dan dalam kata-kata pertama ayat ini Yesaya secara jelas sedang bicara: "Dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri" (53:5, 6). Sebab dahulu kamu [terus-menerus] sesat seperti domba memiliki bobot peneguhan doktrin yang sama yang dibuat oleh Paulus. Ia menulis, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23). Terjemahan "terus-menerus sesat" menangkap bentuk present tense partisip Yunani.18Yesus menanggung dosa-dosa manusia. Manusia, pada sisi mereka, selalu menyimpang dari Allah, sesat dalam pemberontakan dan dosa.
Ketika rasul Petrus mengatakan, tetapi sekarang kamu telah kembali, Ia meminta para pembacanya untuk mengingat saat perubahan hidup mereka. Kata yang diterjemahkan "kembali" (eΔpistre÷fw, epistrephō) adalah kata yang sama yang Petrus pernah gunakan bertahun-tahun sebelumnya di Yerusalem selama minggu-minggu setelah kenaikan Tuhan. Ia dan Yohanes baru saja menyembuhkan orang lumpuh di pelataran luar bait suci di Yerusalem. Ketika orang banyak berkumpul di serambi Salomo ia berkhotbah kepada mereka, mendesak mereka untuk "sadarlah dan bertobatlah, supaya dosa [mereka] dihapuskan" (Kisah 3:19). Kata yang diterjemahkan "sadarlah" dalam Kisah 3:19 adalah kata yang sama yang diterjemahkan "kembali" dalam ayat ini. Ketika orang-orang Kristen menjadi lemah imannya dan kehilangan arah, akan sangat berguna bagi mereka untuk merenungkan kasih dan ucapan syukur yang pernah memenuhi hati mereka ketika mereka mengenakan Tuhan dalam baptisan. Ketika menyapa orang-orang Kristen yang putus asa dan bimbang, penulis Ibrani berkata, "Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat" (Ibrani 10:32). Para pembaca Petrus, juga, sedang menanggung "perjuangan yang berat" karena mereka telah memeluk Kristus. Kamu "sesat seperti domba" tulis rasul itu, "tetapi sekarang kamu telah kembali."
Gambaran tentang domba muncul terus-menerus dan melekat di dalam halaman-halaman Alkitab. Domba cenderung bersikap jinak dan tak berdaya, butuh panduan dan pelindung. Seperti domba, orang cenderung merasa tidak berdaya dalam menghadapi kecelakaan, penyakit, dan kematian. Meski mereka kadang-kadang menunjukkan kesombongan dan kemandirian yang buruk, namun perenungan mengarah kepada kerendahan hati dan ketaatan. Orang-orang Kristen berlatar belakang non-Yahudi yang Petrus sapa mungkin tidak punya pengalaman pribadi yang sama dalam hal penggembalaan yang akan sudah menjadi hal umum di Israel, tetapi dari awal para mualaf non-Yahudi telah belajar bahasa Israel. Perjanjian Lama adalah kitab Kristen. Para pembaca Petrus tentu akan sudah tersenyum saat membaca, "Sebab dahulu kamu [terus-menerus] sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali."
Belakangan Petrus akan memanggil para penatua di gereja itu "para gembala" dan "para penilik" (5:1-3). Kontinuitas dalam kata-kata dalam terjemahan bahasa Inggris dan Indonesia tidak sejelas dalam bahasa Yunani. Kata yang diterjemahkan "gembala" di 5:2 adalah bentuk kata kerja dari kata Gembala (poimh÷n, poimen ) yang di sini digunakan untuk Yesus. Kata "mau memerintah" adalah bentuk kata kerja dari kata Penilik (eΔpi÷skopoß, episkopos; NASB) dalam ayat ini. Istilah "Penilik" juga diterjemahkan "Uskip" (KJV) dan "Pengawas" (NIV). Dalam beberapa hal fungsi para penatua dalam gereja adalah sama dengan fungsi Yesus sebagai kepala gereja universal. Ketika orang-orang Kristen menderita mereka menemukan keberanian di dalam kepastian bahwa Pribadi yang mengawasi dan membimbing mereka, "Gembala dan Penilik" mereka, akan memimpin mereka melalui semua itu. Sesungguhnya, penderitaan mereka mempercepat hari ketika "Gembala Agung" akan muncul (4:17-19; 5:4).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 2:1-10
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 2)
Seraya pasal 2 dimulai, subyeknya tetap mengenai kekudusan. Tidak akan ada kekudusan tanpa kasih ...
1 Petrus 2:1-10
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 2)
Seraya pasal 2 dimulai, subyeknya tetap mengenai kekudusan. Tidak akan ada kekudusan tanpa kasih persaudaraan dan ketaatan kepada kebenaran. Selain itu, Petrus ingin para pembacanya memahami bahwa kekudusan merupakan pola pikir. Yang memenuhi kesadaran orang percaya adalah cara berpikir dan berperilaku. Kekudusan adalah keadaan pikiran, tetapi lebih lagi. Kekudusan juga merupakan cara berperilaku.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Cha...
Catatan Akhir:
- 1 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 84.
- 2 Walter Bauer mengutip penggunaan dalam sastra kontemporer dan berpendapat bahwa kata tersebut paling baik diterjemahkan "rohani" dalam 1 Petrus 2:2. (Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker [Chicago: University of Chicago Press, 2000], 598.) Namun begitu, bahkan dalam kutipan-kutipan yang Bauer tawarkan, arti kata itu tidak sepenuhnya "rohani" yang terpisah dari nuansa nalar atau rasionalitas. Kata Yunani itu tidak kehilangan arti rasionalitasnya yang dalam hanya karena para penerjemah memutuskan untuk menerjemahkannya "rohani."
- 3 Sejarawan awal abad kedua Suetonius mungkin telah mengacaukan kata-kata itu ketika ia menulis tentang kekacauan di antara orang-orang Yahudi di Roma pada zaman Claudius Caesar. Suetonius menulis bahwa kekacauan dihasut oleh Chrestus (Latin) yang sama dengan Crhsto/ß (Chrēstos, Yunani). Sangat mungkin masalah dalam komunitas Yahudi itu terjadi ketika pesan Kristus diperkenalkan. Tampaknya Suetonius mengacaukan nama-nama itu meski itu tidak pasti. Lihat Suetonius The Lives of the Caesars: Claudius 25.4.
- 4 Sementara nama Petrus ( Pe÷troß, Petros) berarti "batu," kata yang digunakan untuk "batu" di seluruh ayat-ayat ini adalah li÷qoß (lithos) dengan pe÷tra (petra) sebagai pengecualian dalam 2:8. Petrus tampaknya tidak sedang sedang mengungkapkan arti namanya sendiri ketika ia menulis.
- 5 Joachim Jeremias, "aÓkrogwniai√oß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 1:792.
- 6 Istilah "rumah" mengacu kepada bait suci beberapa kali dalam 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, dan di dalam beberapa kitab para Nabi. Penggunaannya dalam Mazmur bisa mengacu kepada kemah suci atau bait suci, tergantung tanggal masing-masing mazmur itu.
- 7 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 105.
- 8 Francis Wright Beare, The First Epistle of Peter: The Greek Text with Introduction and Notes, 3d ed. (Oxford: Basil Blackwell, 1970), 124.
- 9 2 Esdras 5:23-27 (REB).
- 10 Lihat Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillan & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 166.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) STATUS ORANG-ORANG KUDUS (1 Petrus 2:4-10)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Pertama Petrus 1 bicara tentang apa yang sudah datang kepada orang Kristen— kese...
STATUS ORANG-ORANG KUDUS (1 Petrus 2:4-10)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Pertama Petrus 1 bicara tentang apa yang sudah datang kepada orang Kristen— keselamatan—dan kemana mereka pergi—sorga, di mana warisan yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, sedang menanti mereka— dan apa yang seharusnya mereka lakukan dan menjadi. Bagian pertama dari 1 Petrus 2 menangani masalah di mana orang Kristen sekarang berada. Petrus membahas status mereka sekarang ini.
Kita semua khawatir tentang keadaan kita. Di awal tahun, kita melakukan inventarisasi. Kita bertanya kepada diri sendiri: Bagaimana keadaan kita secara finansial? Secara fisik? Secara sosial? Dalam nas ini kita belajar sesuatu tentang keadaan kita secara rohani. Bagi orang Kristen yang setia, kabar itu memang kabar baik! Mari kita bahas apa yang Petrus katakan tentang status orang-orang kudus dalam 1 Petrus 2:4-10.
Bagaimanakah keadaan kita di hadapan Allah? Bukankah bagus untuk mengetahui bahwa kita adalah bait suci rohani, suatu imamat yang kudus, umat pilihan, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri? Bahwa kita yang dulu bukan umat sekarang adalah umat Allah? Bahwa kita yang dulu tidak mendapat rahmat sekarang sudah menerima rahmat? Faktanya, nas ini tampaknya mengatakan bahwa kita yang hari ini beragama Kristen memiliki hubungan yang sama dengan Allah yang dimiliki oleh umat pilihan Allah—bangsa Israel—di zaman sebelumnya. Bandingkanlah kata-kata dari 2:9 dengan nas-nas Perjanjian Lama ini:
"Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.…" (Keluaran 19:5, 6).
"Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya" (Ulangan 7:6; lihat juga Ulangan 14:2, 21).
Ketika para pembaca pertama Petrus mendengar kata-kata 2:9, nas-nas ini akan sudah segera melintas ke dalam pikiran mereka, dan mereka akan sudah bereaksi: "Kita bagi Allah sekarang ini adalah seperti bangsa Israel bagi Allah ketika Allah membebaskan Israel dari Mesir!" Mereka akan sudah menyimpulkan, seperti yang Perjanjian Baru ajarkan di beberapa tempat lain: " Sekarang ini kita adalah Israel milik Allah; kita adalah Israel rohani." (Lihat Roma 2:28, 29; 4:11-17; Galatia 3:27-29; 4:28-31; 6:16.)
Ketika para pembaca pertama menarik kesimpulan itu, mereka tentu bersukacita. Mereka akan sudah mengetahui bagaimana Allah membebaskan bangsa Israel dari Mesir, memelihara Israel di padang gurun, memberi Israel Tanah Perjanjian, dan membuat Israel menang atas musuh-musuhnya. Mereka tentu berpikir: "Begitulah Allah memelihara dan mengasihi saya! Ia membebaskan saya, menyelamatkan saya, memberi saya makan, memberi saya minum, melindungi saya dari musuh-musuh saya, dan memberi saya kemenangan!" Reaksi mereka pasti akan berupa: "Puji Tuhan untuk segala kebaikan-Nya!"
Itu harus menjadi reaksi kita juga, ketika kita mengetahui bahwa kita adalah Israel rohani!
Mari kita mempertimbangkan setiap hal tentang diri kita seperti yang Petrus katakan—pelbagai julukan yang memberi kesaksian terhadap status kita sebagai orang kudus. Kemudian, mari kita bertanya seperti apakah seharusnya reaksi kita terhadap hak-hak istimewa kita itu.
SEPERTI APAKAH STATUS KITA SAAT INI?
Pertama, kita adalah "rumah rohani." Alkitab RSV berkata, "Datang kepada dia, kepada batu hidup itu … dan jadikanlah dirimu seperti batu-batu yang hidup yang dibangun menjadi rumah rohani …" (2:4, 5). Terjemahan lain yang memungkinkan akan berupa: "Kamu sedang datang kepada Dia, kamu sedang dibangun menjadi rumah rohani." Awalnya manusia datang kepada Kristus untuk diselamatkan oleh Dia. Tapi itu bukan akhir dari kedatangan itu; Umat Kristen selalu datang kepada Kristus, secara konstan mendekatkan diri kepada Dia. Ketika mereka melakukan itu, mereka menjadi "rumah rohani."
Rumah rohani ini pasti identik dengan bait Allah. Gambaran yang sama digunakan dalam Efesus 2. Kristus adalah batu penjuru dan para anggota dibangun bersama-sama menjadi sebuah bangunan. Dalam Efesus 2 bangunan itu disebut "bait Allah" (ay. 21; Lihat juga 1 Korintus 3:16; 6:19). Bangunan ini adalah tempat di mana para imam melayani dan pelbagai korban dipersembahkan; kenyataannya, kita bersama-sama dibangun menjadi bait suci agar sebagai imam kita bisa mempersembahkan korban.
Jika sebagai suatu umat kita membentuk bait Allah, apakah yang kita bentuk sebagai individu? Petrus mengatakan bahwa kita adalah "batu hidup." Masing-masing dari kita adalah batu, batu bata; ketika kita disatukan dengan cara yang benar kita bersama-sama membentuk rumah rohani di mana Allah disembah.
Hal-hal apakah yang membedakan antara orang-orang dari kita yang adalah batu hidup dan orang-orang lain yang bukan batu hidup? Perbedaannya adalah bagaimana orang-orang itu bereaksi terhadap Kristus, yang adalah sang batu hidup. Petrus mengatakan bahwa bagi Allah Kristus adalah "batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal" (2:6). Bagi orang-orang percaya, juga, Ia memang berharga. Tapi orang-orang yang tidak percaya telah menolak Dia: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru" (2:7) Mereka itu seolah-olah sedang mencari batu penjuru untuk bangunan mereka. Mereka melihat ada batu penjuru, tetapi mereka tidak menyukai batu itu, sehingga mereka membuangnya. Datanglah pembangun lain yang lebih hebat, dan Ia mengambil batu yang dibuang itu dan menjadikannya batu penjuru bagi bangunan-Nya yang lebih besar. Dengan demikian, Kristus menjadi "batu sandungan" bagi mereka. Petrus menyimpulkan paragraf ini dengan mengatakan bahwa penolakan mereka terhadap Kristus adalah sama dengan ketidaktaatan mereka kepada Firman itu.
Intinya adalah ini: Anda, sebagai orang Kristen, adalah batu-batu hidup yang dibangun menjadi bangunan rohani yang besar dengan Kristus sebagai batu penjurunya—karena Anda telah menerima Kristus. Yang lainnya, orang-orang yang tidak percaya, tersandung Kristus dan sesat—karena mereka menolak Kristus, tidak mematuhi Firman-Nya.
Kedua, kita adalah "imamat kudus" dan "imamat yang rajani." Pertama Petrus 2:5 mengatakan, "Kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah." Perhatikan juga, 2:9:
"Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani.…"
Dalam hal ini juga, kita adalah seperti Israel. Allah telah memanggil Israel untuk menjadi "kerajaan imam." Di Israel ada imamat Lewi khusus, tetapi dalam pengertian tertentu seluruh Israel adalah suatu imamat, dan begitu juga kita!
Dalam agama Kristen tidak ada "peraturan imam" khusus; semua orang Kristen adalah imam. Gerakan Reformasi menekankan "keimamatan bagi semua orang percaya." Jadi sudah seharusnya kita menjadi imam.
Kita adalah jenis imam khusus. Pertama, Petrus berkata, kita adalah "imamat kudus" (2:5). Artinya kita dikuduskan, dipisahkan, untuk melayani Allah. Kedua, ia berkata, kita adalah "imamat yang rajani" (2:9). Dalam Alkitab kita membaca tentang beberapa orang yang menjadi raja dan juga imam. Tapi mungkin kerajanian imamat kita itu timbul dari kenyataan bahwa kita melayani seorang raja, Raja Yesus, dan sekedar untuk menekankan pentingnya status kita.
Sebagai imam, tanggung jawab kita adalah mempersembahkan persembahan dan korban. Ayat 5 mengatakan bahwa kita dibangun menjadi rumah rohani supaya menjadi imamat kudus, untuk mempersembahkan korban rohani yang berkenan kepada Allah melalui Kristus. Setiap imam yang tidak mempersembahkan korban seperti itu tidak menjalankan tugasnya.
Menjadi imam berarti masing-masing individu dari kita memiliki akses kepada Allah. Betapa suatu hak istimewa yang indah untuk masuk ke dalam hadirat Allah yang Mahakuasa itu sendiri!
Ketiga, kita adalah "bangsa yang terpilih." Petrus mengatakan, "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri" (2:9). "Bangsa" di sini tampaknya menunjukkan gagasan tentang keluarga, atau marga. Kita dipilih oleh Allah untuk menjadi keluarga-Nya yang istimewa.
Secara khusus perhatikanlah kata "terpilih." Israel adalah umat pilihan Allah. Sekarang ini kita sudah secara khusus dipilih oleh Allah. Kita dipilih, tentu saja, dalam pengertian bahwa Allah menetapkan bahwa sekelompok orang akan menjadi milik-Nya, dan ketika kita menerima panggilan injil, kita menjadi bagian dari kelompok pilihan itu.
Keempat, kita adalah "bangsa yang kudus." Kata yang digunakan di sini adalah ethnos. Kata itu kurang lebih setara dengan "kelompok etnis" dalam bahasa Indonesia. Mungkin itu dimaksudkan untuk mengacu kepada orang-orang yang tinggal di tempat yang sama dengan kebiasaan yang sama. Bagaimanapun, kita adalah bangsa yang "kudus," atau ethnos. Kita adalah umat yang dikuduskan, dipisahkan, didedikasikan untuk melayani Pribadi yang menguduskan kita.
Kelima, kita adalah "umat kepunyaan Allah sendiri." Dalam Alkitab KJV kalimat ini diterjemahkan "umat yang istimewa." Bahasa aslinya sebenarnya mengatakan "suatu umat ke dalam pemilikan." Gagasannya tampaknya adalah "umat yang telah dipanggil atau diselamatkan agar menjadi kepemilikan." Sebagian besar terjemahan mengidentifikasi Pribadi yang menjadikan kita sebagai milik-Nya. Kita diselamatkan, atau kita telah diselamatkan, supaya menjadi milik Allah. Dengan demikian, mereka mendapatkan gagasan "umat yang menjadi milik Allah," atau "umat kepunyaan Allah sendiri." Gagasannya tampaknya adalah: Kita adalah umat Tuhan. Kita adalah milik-Nya. Ia telah menciptakan kita dan Ia telah membeli kita; jadi kita adalah milik-Nya, sama seperti Israel dulu adalah milik-Nya.
Kata yang diterjemahkan umat adalah kata yang sering digunakan dalam Perjanjian Baru untuk Israel—komunitas, atau jemaat, milik Allah. Dengan demikian, kita adalah keluarga Allah, umat Allah, dan jemaat Allah.
Petrus menekankan poin terakhir ini dengan meminta perhatian kita kepada transformasi besar yang telah terjadi dalam hubungan kita dengan Allah. Dahulu kita "bukan umat"; sekarang kita adalah "umat Allah"! Dahulu kita tidak memperoleh rahmat; sekarang kita telah memperoleh rahmat! Dahulu kita sesat; sekarang kita diselamatkan!
Pikirkanlah hal itu. Secara rohani, dahulu Anda bukan apa-apa. Sekarang Anda adalah "rumah rohani," "imamat kudus "dan "imamat yang rajani," "bangsa yang terpilih," " bangsa yang kudus," dan "umat kepunyaan Allah sendiri."
BAGAIMANAKAH SEHARUSNYA REAKSI KITA TERHADAP STATUS INI?
Reaksinya bisa berupa kebanggaan! Saya menduga bahwa kadang-kadang orang lain melihat kebanggaan dalam diri kita. Tapi kita tidak punya alasan untuk berbangga, lebih besar lagi daripada yang Israel lakukan. Allah berusaha mencegah Israel untuk berbangga. Perhatikanlah Ulangan 7:6-8. Demikian juga kita akan dicegah untuk tidak berbangga jika kita ingat bahwa itu terjadi bukan karena kebaikan kita atau perbuatan baik kita atau jasa kita atau kepatutan kita sehingga Allah menyelamatkan kita, tetapi semata-mata karena rahmat-Nya dan kasih karunia dan kasih. (Lihat Efesus 2:8, 9 dan Titus 3:5.) Reaksi kita terhadap status khusus kita harus jangan berbangga.
Reaksinya bisa berupa kepuasan! Kita bisa bereaksi terhadap status kita dengan menjadi sombong dan terpuaskan serta berpuas diri, karena percaya bahwa status kita menjamin keselamatan akhir kita. Status berarti hak istimewa, dan umat yang memiliki hak istimewa sering lupa bahwa mereka punya tanggung jawab yang sepadan dengan hak-hak istimewa mereka itu. Mereka bersukacita dalam hak-hak istimewa mereka, tapi melupakan tanggung jawab mereka, dan, akibatnya, sering kehilangan hak-hak istimewa mereka.
Itu menimpa Israel dalam Perjanjian Lama. Israel percaya bahwa karena ia adalah umat pilihan Allah, maka Allah tidak pernah bisa menolak dia, jadi ia bisa melakukan apa saja yang ia inginkan. Para nabi secara konsisten mengajarkan sebaliknya. Umat di zaman Yeremia percaya kepada fakta bahwa mereka memiliki "bait TUHAN" di tengah-tengah mereka, tapi pesan Yeremia adalah bahwa hal itu tidak akan mencegah Allah untuk tidak membinasakan mereka jika mereka jahat (Yeremia 7:1-14. ) Itu menimpa orang-orang Yahudi di zaman Yesus. Mereka berpikir bahwa menjadi keturunan Abraham menjamin keselamatan mereka, namun Yohanes mengatakan kepada mereka bahwa Allah bisa membangkitkan anak-anak Abraham dari batu; ikatan keluarga mereka tidak menjamin keselamatan mereka (Matius 3:9). Hal itu menimpa umat Kristen di zaman Perjanjian Baru. Tampaknya, mereka mengira bahwa karena mereka menikmati status yang sama yang Israel pernah nikmati dalam Perjanjian Lama, maka mereka tidak dalam bahaya akan jatuh. Tetapi para penulis Perjanjian Baru mengingatkan mereka bahwa mereka memang seperti Israel dalam hak istimewa dan juga seperti Israel dalam hal ini, seperti Israel jatuh, sehingga mereka pun bisa jatuh. (Lihat 1 Korintus 10:1-12 dan Ibrani 3; 4.) Menikmati hak istimewa dan status khusus seharusnya tidak membuat kita berpuas diri.
Reaksi kita harus berupa deklarasi! Petrus memberitahu kita bagaimana kita seharusnya bereaksi terhadap status terhormat kita: "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (2: 9). Mengapakah kita dipilih? Kita dipilih sehingga kita dapat menyatakan perbuatan-perbuatan menakjubkan dari Dia yang memanggil kita "keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib"!
Dalam hal ini juga, kita adalah seperti Israel. Perhatikanlah Yesaya 43:20, 21: "Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku; umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku." Allah memilih Israel bagi diri-Nya? Mengapa? Supaya Israel memberitakan pujian-Nya.
Mengapakah kita diberi hak istimewa yang besar? Untuk menyatakan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Kita melakukan hal ini ketika kita menyanyikan pujian kepada Allah dan menyembah Dia dengan cara-cara lain. Kita juga mempublikasikan kebaikan-Nya ketika kita, sebagai orang Kristen yang bersyukur, hidup sesuai dengan kehendak-Nya. (Lihat Matius 5:16.) Kita secara khusus menyatakan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib ketika kita bicara tentang Dia kepada orang lain, ketika kita melakukan "penginjilan pribadi," ketika kita mencoba untuk membawa orang lain kepada Yesus. Bukankah seharusnya hal itu menjadi reaksi alami kita terhadap realisasi dari apa yang Allah telah lakukan untuk kita? Ketika Anda mendapat kabar baik, bukankah alamiah bagi Anda untuk berbagi kabar itu? Karena Anda telah mencapai status ini dengan kasih karunia Allah, tidakkah Anda secara alami akan membagi berita luar biasa ini dengan orang lain?
Jadi, reaksi yang tepat, dari orang Kristen terhadap hak-hak istimewanya bukanlah kebanggan, kesombongan, atau kepuasan diri. Reaksi itu adalah ucapan syukur yang hidup, kehidupan yang penuh pujian, perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kata-kata, dan bibir kita yang terus-menerus bicara tentang Allah dan kasih karunia-Nya yang menyelamatkan.
KESIMPULAN
Kita semua cenderung menjadi "pencari status." Kita ingin memiliki status di mata tetangga kita—status yang berasal dari hak istimewa dan prestise, status yang biasanya terkait dengan pekerjaan yang baik, hidup di lingkungan yang baik, berada dalam keluarga yang terhormat, memiliki banyak uang, memiliki jenis barang-barang yang baik: Pencari status seperti itu tidak baik.
Namun begitu, keinginan terhadap status itu sendiri tidaklah buruk karena Allah menempatkannya di dalam hati kita. Satu-satunya masalah kita adalah bahwa kita mencari status di tempat yang salah, dengan cara yang salah. Allah memuaskan keinginan kita untuk memperoleh status dengan menyediakan kesempatan bagi kita untuk menjadi seseorang dalam hubungan kita dengan Dia, Pribadi yang menciptakan dunia dan yang menyelamatkan kita.
Orang-orang Kristen yang Petrus surati sedang menderita karena iman Kristen. Bicara tentang status hina dari sudut pandang duniawi; maka status mereka di mata dunia itu hampir tidak ada! Namun mereka bisa memiliki kenyamanan dalam merenungkan status rohani mereka! Orang-orang yang menganiaya mereka mungkin tinggal di istana raja, tapi itu tidak bisa dibandingkan dengan keadaan mereka sebagai "batu hidup" dalam "rumah rohani." Orang-orang yang menganiaya mereka mungkin memiliki jabatan resmi yang ditetapkan oleh raja, tetapi mereka adalah "imamat yang rajani," yang melayani di bait Allah yang ditetapkan oleh Raja atas segala Raja sendiri! Orang-orang yang menganiaya mereka mungkin berasal dari keluarga yang paling tua, paling kaya, keluarga yang paling berpengaruh, tetapi mereka adalah bagian dari keluarga Allah! Orang-orang yang menganiaya mereka mungkin berasal dari anggota etnis atau kelompok bangsa yang disukai, tetapi mereka adalah bagian dari satu kelompok etnis yang dipisahkan oleh Allah! Mereka adalah umat kepunyaan Allah sendiri! Karena itu, mereka benar-benar tidak perlu merasa terintimidasi, rendah diri, atau takut. Mereka memiliki status yang jauh melampaui kemampuan orang mana saja untuk mendapatkan status itu lewat prestasi, untuk memperolehnya lewat dekrit, atau untuk melenyapkannya secara paksa. Begitulah kita!
Beberapa orang mungkin ada yang bangga terhadap negeri, asal negara, ras, ilah, jabatan, atau prestise mereka. Kita bisa bersukacita oleh karena status yang Allah, oleh kasih karunia, sudah berikan kepada orang-orang kudus. Dengan bersukacita, kita bisa "memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (2:9).
Kepada orang non-Kristen kabar baiknya adalah ini: Anda juga dapat memiliki status ini, jika Anda bersedia menerima hadiah dari kasih karunia yang Allah tawarkan.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Yesus, Batu Pertolongan (1 Petrus 2:4-8)
Ada hal-hal untuk dipelajari dan dihargai tentang Alkitab dari pertimbangan negeri dan latar belakang para p...
Yesus, Batu Pertolongan (1 Petrus 2:4-8)
Ada hal-hal untuk dipelajari dan dihargai tentang Alkitab dari pertimbangan negeri dan latar belakang para penulis itu tinggal. Ujung timur Laut Tengah adalah daerah yang panas, kering. Lahan pertanian yang baik jarang didapat. Tidak ada sungai besar untuk irigasi, dan sebagian besar wilayahnya adalah gurun. Di dalam Alkitab tanah gurun disebut "padang gurun".
Tanah yang Israel sebut rumah memiliki banyak kekurangan, tetapi memiliki batu yang berlimpah. Ada sedikit keheranan bagaimana bangsa Israel menemukan cara untuk menggunakan sumber daya alam ini. Mereka menggunakan batu untuk senjata dan untuk bahan bangunan. Tak heran, dalam kekokohan batu mereka juga menemukan pelbagai kiasan untuk mengungkapkan hubungan antara diri mereka dan Allah.
Dalam Ulangan dan Mazmur, Allah sendiri kadang-kadang disebut Gunung Batu. Ia adalah Gunung Batu Israel, kokoh, mantap, kekuatan mereka yang tidak pernah gagal. Musa bernyanyi, "Sebab nama TUHAN akan kuserukan: Berilah hormat kepada Allah kita, Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia" (Ulangan 32:3, 4).
Pelbagai kiasan yang ditarik dari batuan negeri itu berlanjut ke dalam Perjanjian Baru. Ketika Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Kristus, Tuhan berkata bahwa pengakuannya itu adalah batu karang, pondasi kokoh yang di atasnya Ia akan membangun gereja-Nya. "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Matius 16:18). Rasul itu mungkin telah dilhami oleh kiasan dari Tuhan ketika ia menggunakan batu sebagai kiasan yang menggambarkan pekerjaan dan misi Kristus. (1) Yesus adalah batu karena Ia adalah pandu yang kokoh dan model untuk cara orang Kristen seharusnya hidup (2:6). Ia telah menunjukkan jalan, memberikan contoh untuk bagaimana murid-murid-Nya harus melayani Tuhan. Yesus itu lebih daripada batu; Ia adalah batu penjuru. Petrus menggunakan kata-kata Yesaya 28:16 untuk menyatakan maksudnya: "Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: 'Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!'"
Dahulu tidak ada, dan sekarang ini juga masih belum ada, banyak pohon di Israel. Kayu merupakan bahan bangunan yang tidak umum dan mahal. Alih-alih bekerja dengan kayu, para pengrajin Israel menjadi tukang batu yang terampil. Mereka membentuk batu begitu tepatnya sehingga sering tidak perlu semen. Meski umumnya ada anggapan bahwa pekerjaan Yesus adalah tukang kayu, banyak orang sekarang percaya bahwa kata Yunani te÷ktwn (tekton) akan lebih baik diterjemahkan "tukang batu." Di Yerusalem sekarang ini, siapa pun yang ingin mendirikan bangunan diminta oleh peraturan untuk membangunnya dari batu. Yerusalem adalah kota yang dibangun dari batu. Begitu juga halnya di dunia kuno.
Di masa ketika Petrus hidup, orang-orang Yahudi dari seluruh dunia tahu tentang bait suci hebat yang Herodes Agung telah bangun di Yerusalem. Bahkan orang-orang non-Yahudi memuji kemegahan dan keindahannya. Herodes telah memperluas kontur alami bukit itu di mana bait suci itu dibangun oleh Salomo. Para tukang bangunannya menggunakan batu-batu yang sangat besar untuk membangun dinding penahan. Tukang-tukang bangunan Herodes itu membuat mungkin bukan hanya untuk membangun bait suci, tetapi juga area pelataran besar yang dikelilingi oleh benteng yang megah. Semua itu terbuat dari batu. Para arkeolog telah menemukan banyak dari batu-batu itu. Herodes memberikan tanda khusus pada batu-batunya dengan membuat potongan serong disekitar ujungnya. Para arkeolog tidak punya masalah dalam mengenali batu-batu itu.
Dalam ayat-ayat yang mendahului kutipan Petrus atas Yesaya 28:16, ia memperluas kiasan tentang batu. Petrus berkata bahwa karena Kristus adalah batu, setiap orang Kristen, dalam satu pengertian, mengambil bagian dalam kekokohannya. Bersama Tuhan mereka, orang Kristen bersama-sama membentuk rumah tempat Allah tinggal. Setiap orang percaya adalah batu yang hidup di rumah itu (lihat 1 Petrus 2:4, 5).
Orang Kristen juga adalah batu karang. Pondasi di masyarakat saat ini tampaknya akan runtuh. Namun begitu, hal itu tidak akan terjadi bagi mereka yang mengang-gap Kristus sebagai batu penjuru. Suami-suami Kristen menghormati istri-istri mereka. Kaum istri menghormati suami mereka. Berdua mereka membesarkan anak-anak dalam didikan dan nasihat Tuhan. Mereka memperlakukan sesama mereka dengan baik. Kata-kata mereka koko seperti batu. Kejujuran menjadi ciri. Cara hidup mereka menandai mereka sebagai orang yang teguh. Perkataan Petrus menunjukkan bahwa Yesus adalah batu karang yang kokoh, pondasi yang aman yang di atasnya iman, harapan, dan kepercayaan orang Kristen diletakkan. Gempa bumi bisa mengguncang bangunan, tetapi pintu gerbang neraka itu sendiri tidak bisa menggeser pondasi yang di atasnya orang Kristen membangun kehidupan mereka dan meletakkan harapan mereka. Berabad-abad telah berlalu, bangsa-bangsa datang dan pergi, gunung-gunung menjulang dan mencair ke laut, tetapi Kristus sang Batu Karang, seperti Allah Israel, tetap stabil selamanya (lihat Mazmur 102:25-27).
(2) Yesus adalah batu pondasi, tetapi Ia juga batu yang dibuang (2:7). Petrus beralih dari Yesus sebagai batu penjuru, batu pondasi rumah Allah, kepada kiasan lain. Kali ini ia menggunakan Mazmur 118:22. Yesus sendiri pernah mengutip mazmur yang sama ketika Ia menantang orang-orang Yahudi dan mereka menolak Dia. " Kata Yesus kepada mereka: 'Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita'" (Matius 21:42).
Ketika Yesus mengutip Mazmur 118, Ia sedang bicara dengan para pemimpin bangsa Yahudi. Sebagai pelajar Kitab Suci, ilmu mereka di atas semua orang lain dan seharusnya telah mengenali Kristus yang dari Allah. Sebaliknya mereka malah menolak dan mengejek Dia, dan mereka berperan besar dalam penyaliban. Yesus adalah batu yang dibuang. Petrus tampaknya sedang membuat penerapan yang lebih luas atas mazmur itu. Orang-orang Yahudi menolak Yesus, tetapi di luar itu, orang bijak dan orang mulia dunia di antara semua bangsa menolak Dia juga.
Yang menjadikan Yesus batu penjuru adalah Allah. Manusia telah menolak Dia dan mereka terus menolak Dia. Allah menggunakan hal-hal kecil, yang hina dari dunia. Ia sanggup menjadikan seorang pekerja Galilea yang sederhana menjadi batu penjuru gereja. Rasul Petrus dan Paulus memiliki pikiran yang sama. Dalam konteks lain, sangat menarik untuk melihat cara Paulus yang secara jujur bersukacita atas paradoks bahwa Allah bekerja melalui kelemahan dan kehinaan manusia. Biarkan dunia memiliki raja-rajanya, kemegahannya, dan kemewahannya. Paulus akan duduk dengan orang yang hina dan dengan mereka, dengan Allah sebagai penolongnya, ia akan menaklukkan dunia. "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat," katanya (2 Korintus 12:10). Rasul itu melanjutkan, "Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah. Memang kami adalah lemah di dalam Dia, tetapi kami akan hidup bersama-sama dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah" (2 Korintu 13:4).
(3) Yesus adalah batu sandungan, batu sentuhan (2:8). Petrus mengutip Yesaya 28:16 dan mendapatkan Yesus sebagai batu penjuru. Ia mengutip Mazmur 118:22 dan mendapatkan Dia sebagai batu yang dibuang. Pada titik ini, rasul itu berpaling kembali kepada Yesaya. "Ia akan menjadi tempat kudus, tetapi juga menjadi batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem" (Yesaya 8:14). Paulus mengungkapkan sentimen yang sama: "Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan" (1 Korintus 1:23.). Bagi Paulus batu sandungan secara khusus adalah salib (lihat Galatia 5:11).
Bangsa Romawi menghormati kekuasaan. Ketika bangsa Romawi yang canggih dan bijaksana secara duniawi mendengar tentang agama Kristen untuk pertama kali, mereka pikir itu adalah lelucon yang bagus sekali. Juruselamat orang Kristen ini telah disalibkan oleh orang Romawi. Betapa konyolnya menganggap Dia layak untuk disembah! Bagi orang Yahudi, Yesus adalah batu sandungan untuk pelbagai alasan lain. Dalam hukum Musa ada nas yang melenyapkan harapan apa saja bahwa Yesus adalah Mesias. "Seorang yang digantung [di atas pohon adalah] terkutuk oleh Allah," kata Musa (Ulangan 21:23; Lihat Galatia 3:13). Orang Yahudi dan non-Yahudi sama-sama tersandung pada gagasan bahwa Yesus adalah orang penting bagi siapa saja. Bagi mereka tidak masuk akal menganggap orang yang disalibkan bisa menjadi Anak Allah.
Ketika Petrus bicara tentang Yesus sebagai batu sandungan, ia menggeser penekanannya. Orang-orang dunia tersandung pada ajaran Yesus karena mereka mencintai dosa mereka dan tidak menginginkan bagian Allah. Mereka ingin mengikuti keinginan mereka sendiri (lihat 1 Petrus 2:8). Salib tetap terus menjadi batu sandungan bagi banyak orang di dunia. Sama seperti di dunia Kekaisaran Romawi, salib Kristus sangat tidak cocok ketika orang memburu kekayaan dan ketenaran dan kekuasaan. Apakah mereka mengatakannya atau tidak, kehidupan sejumlah besar orang menyatakan salib sebagai batu sandungan.
Ringkasan. Dengan menggunakan Perjanjian Lama, Petrus menggunakan batu-batu dari dunianya untuk memperkaya pemahaman kita tentang Yesus dan hubungan kita dengan Dia. (1) Yesus adalah batu karang karena Ia adalah model yang patut dan tidak berubah untuk kebaikan dan kesalehan. (2) Yesus adalah batu yang dibuang. (3)
Yesus adalah batu sandungan, batu sentuhan.
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika...
HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika Terjadi Kebakaran, Pecahkan Kacanya." Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang orang Kristen harus lakukan "Jika Terjadi Penganiayaan"? Bagaimanakah seharusnya kita bertindak ketika orang lain menganiaya kita karena iman kita? Kita tidak memecahkan kaca. Tapi apakah yang kita lakukan?
Pertama Petrus ditulis, sebagian, untuk menjawab pertanyaan itu. Orang-orang yang Petrus surati sedang mengalami penganiayaan. Misalnya, kita menemukan nas yang mengesankan ini:
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu … Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, … Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, … (4:12-16).
Dalam 2:11-3:17, Petrus memberitahu saudara-saudara itu, "Jika hubunganmu adalah baik dengan orang-orang itu dan dunia di sekitarmu, maka para pengecammu akan terbungkam." Ia berkata, Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.… Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh (2:12, 15).
Pertama Petrus 3:16 mengatakan, "[Milikilah] hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu." Hidup benar, bertindak benar, dan memiliki hubungan yang benar akan membungkan para pengecam kita!
Bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Umat Kristen di abad pertama dituduh melakukan pelbagai kejahatan yang mengerikan. Karena mereka tidak mau sujud kepada kaisar Romawi dan mengakui keilahiannya, maka mereka dianggap ateis. Karena mereka tidak mau bergaul dengan tetangga mereka dalam berbagai kegiatan sehari-hari, maka mereka dianggap anti-sosial. Karena mereka bicara tentang saling mengasihi, bahkan ketika mereka bicara satu sama lain sebagai "saudara" dan "saudari," mereka dianggap bersalah melakukan percabulan, bahkan inses. Karena mereka sering beribadah secara diam-diam pada malam hari di tempat-tempat rahasia untuk menghindari penganiayaan, maka diisukan bahwa mereka melakukan pesta pora seks. Karena mereka bicara tentang makan daging dan minum darah Yesus, maka mereka dikatakan melakukan kanibalisme. Apakah yang orang Kristen bisa lakukan terhadap jenis gosip dan fitnah ini? Petrus, pada dasarnya, mengatakan, "Jika kamu hidup benar, punya sikap benar terhadap orang lain, dan bertindak benar terhadap semua orang, maka orang tidak akan mempercayai pelbagai tuduhan yang dilontarkan terhadapmu." Hubungan yang benar akan "membungkamkan kepicikan orang -orang yang bodoh."
Kita tidak dianiaya dengan tingkatan yang sama sekarang ini, tapi kita juga bisa difitnah karena kita adalah orang Kristen. Jika kita tekun, kita mungkin disebut "Pemaksa Alkitab." Jika kita menaruh perhatian tentang pergi ke sorga, beberapa orang mungkin berkata bahwa kepala kita terlalu jauh di awan untuk bisa kita manfaatkan di dunia. Jika kita mengutamakan Kristus daripada orang lain, kita mungkin akan dituduh punya kebencian. Jika kita membela untuk atau menentang apa saja, pendirian kita itu sepertinya ditertawakan. Jika kita menolak untuk berpartisipasi dengan orang lain dalam apa yang mereka lakukan, kita dapat dituduh sebagai anti-sosial atau punya sikap "lebih suci daripada kamu." Apakah yang bisa kita lakukan terhadap kecaman seperti itu? Yang paling penting, kita bisa hidup benar.
Dalam bagian surat kiriman ini, Petrus sedang bicara tentang enam hubungan. Ia memberitahu orang Kristen bagaimana kita seharusnya bertindak dalam setiap hubungan itu.
ORANG KRISTEN DAN DUNIA (1 Petrus 2:11, 12)
Dalam lingkup dunia, hubungan kita adalah sebagai pendatang atau perantau, dan sikap kita harus ditandai dengan perilaku yang baik.
Ada dua hal yang disebutkan yang akan mengesankan dunia. Yang pertama, orang Kristen harus "menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa." Atau, seperti yang Yakobus katakan, orang Kristen harus menjaga dirinya supaya "tidak dicemarkan oleh dunia" (Yakobus 1:27). Terlepas dari bagaimana berdosanya orang-orang pagan itu, mereka akan terkesan dengan orang Kristen yang hidup dengan saleh.
Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik. Jika mereka melakukannya, maka barulah dunia "dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah." (Lihat juga Matius 5:13-16.) Melakukan sebisanya perbuatan baik di manapun dan kapanpun akan mengesankan para tetangga kita dan membungkam para pengecam kita.
Mengapakah kita harus hidup seperti itu? Karena kita adalah "pendatang dan perantau." Oleh karena itu, kita berbeda. Kita tidak menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang-orang yang hidup di sekitar kita. Benarkah begitu? Mungkin saya harus katakan bahwa kita tidak seharusnya menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang dunia. Pikirkanlah hal ini: Jika menjadi orang Kristen adalah haram, dan Anda dituduh sebagai orang Kristen dan diadili untuk nyawa Anda, akankah ada cukup bukti untuk menyalahkan Anda?
ORANG KRISTEN DAN PEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan dengan menghormati pejabat pemerintah.
Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka adalah pengkhianat terhadap pemerintah Romawi. Pada akhirnya, bukankah mereka itu menyembah "Raja Yesus"? Bukankah mereka itu menolak untuk menyembah Kaisar, dan bukankah hal itu mencap mereka sebagai pengkhianat? (Lihat Yohanes 19:12 dan Kisah 25:8.)
Bagaimanakah orang Kristen bisa menjawab fitnahan ini? Pertama, mereka harus mematuhi "setiap lembaga manusia," dari yang terbesar sampai yang terkecil. Kedua, mereka harus menghormati orang-orang yang patut dihormati—bahkan juga kaisar. "Menghormati" di sini akan mencakup pembayaran pajak. (Lihat Matius 22:15-21.) Ini juga akan mencakup penghormatan terhadap pejabat negara yang layak ia terima. Kita mungkin mengira bahwa karena Yesus adalah Raja kita maka kita tidak harus tunduk di hadapan orang lain. Petrus mengatakan bahwa sikap ini salah. "[Jangan] menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan," katanya. "[Sebaliknya, hormatilah] wali-wali yang diutusnya."
Jika kita harus mengatakan, "Tapi perintah itu hanya berlaku jika kita memiliki pejabat-pejabat atau pemerintah yang baik," maka kita harus ingat bahwa kaisar pada waktu itu mungkin adalah Nero—orang yang namanya telah menjadi identik dengan kebrutalan, pembunuhan, penganiayaan, kekerasan, dan kegilaan. Jika orang Kristen pada waktu itu harus menghormati orang seperti itu, tentunya sekarang ini kita harus mematuhi hukum-hukum dan menghormati para pejabat yang membuat dan menegakkan hukum-hukum itu (kecuali hukum-hukum yang akan menyebabkan kita tidak menaati Allah; Kisah 5:29).
ORANG KRISTEN DAN TUANNYA (1 Petrus 2:18-25)
Meski nas ini bicara secara khusus tentang hubungan budak-tuan, kita bisa menerapkannya dengan sangat baik kepada hubungan majikan-karyawan. Dalam dunia kerja, hubungan kita adalah seperti karyawan, dan sebagai karyawan perilaku kita harus ditandai dengan ketundukan.
Petrus mengatakan bahwa kita harus tunduk kepada tuan kita—artinya, kepada majikan atau atasan kita. Tapi bagaimanakah jika majikan atau tuan kita itu kejam dan semena-mena? Kita tetap, kata Petrus, tunduk , "bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis." Ini, saya yakin, bertentangan dengan alur pemikiran moderen. Kecenderungan kita adalah ingin pekerjaan ringan tapi gaji besar. Tapi itu sesuai dengan filosofi Kristen tentang memberi, yang lebih besar daripada menerima; tentang berusaha untuk menjadi seorang pelayan, daripada berusaha untuk dilayani; tentang lebih peduli mengenai tanggung jawab daripada hak. Orang Kristen harus menjadi karyawan yang baik, taat. (Lihat juga Efesus 6:5-9 dan Kolose 3:22-24)
Perhatikan juga, bahwa dalam konteks inilah Petrus menggunakan Kristus sebagai contoh tentang orang yang "dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam." Petrus berkata, dalam hal ini, "Kamu harus mengikuti jejak-Nya." Kita harus secara khusus meniru Kristus dalam hal bahwa ketika kita dianiaya oleh siapa pun, kita harus menerima penderitaan itu tanpa berbuat dosa dan menanggung perbuatan salah orang lain tanpa melakukan kesalahan. (Lihat juga Roma 12:14-21.)
ORANG KRISTEN DAN PASANGAN HIDUPNYA (1 Petrus 3:1-7)
Dengan demikian, dalam lingkup rumah tangga, kita adalah istri atau suami, dan sikap kita harus ditandai, jika kita istri, dengan ketundukan, dan, jika kita suami, dengan pengertian dan kehormatan.
Perhatikanlah bahwa ada tanggung jawab bersama. Tanggung jawab istri Kristen adalah tunduk kepada suaminya. Jika ia tunduk, ia bisa saja membawa suaminya kepada Kristus bahkan jika suaminya itu tidak mau mempelajari Alkitab dengan dia atau pergi untuk mendengarkan pengkhotbah. Itu tidak berarti, tentu saja, bahwa suami itu dapat diselamatkan tanpa mendengarkan Firman Allah dan mentaatinya. (Lihat 1:22.) Tapi itu berarti bahwa teladan baik sang istri bisa saja memalingkan dia kepada Allah dan Firman Allah ketika pengajaran langsung tidak bisa mempengaruhi dia.
Akan menjadi orang macam apakah istri yang tunduk ini? Ia akan dihormati dan "saleh" atau murni. Perhatian utamanya akan tidak pada tampilan lahiriah—"dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah." Sebaliknya, ia akan peduli pada manusia batiniah, dengan mengembangkan "roh yang lemah lembut dan tenang"—sebuah cara yang lembut dan sabar yang akan menghasilkan pelbagai tindakan penuh pertimbangan dan baik hati.
Suami Kristen juga punya tanggung jawab: hidup "penuh pengertian" dengan istrinya, menghormati dia, dan, itu tersirat, mengakui bahwa ia adalah teman pewaris bersama dia. Suami Kristen harus bijaksana dan memperhatikan istrinya. Di tempat lain, Perjanjian Baru mengajar dia untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja (Efesus 5:25). Pengertian, kehormatan, dan kasih yang suami itu curahkan kepada istrinya akan mencegah dia untuk menjadi tirani lalim di rumahnya sendiri. Meski istrinya harus mematuhi dia, ia tidak akan pernah meminta istrinya untuk mematuhi aturan yang sewenang-wenang yang dibuat demi kenyamanannya sendiri, tetapi akan selalu mempertimbangkan keinginan, kebutuhan, dan kemauan istrinya.
Suami harus melakukan ini supaya doanya—dan doa istrinya—tidak terhalang. Jika suami dan istri tidak memenuhi kewajiban bersama mereka di rumah, maka ketegangan dan pertikaian muncul dan suasana kerohanian, pertumbuhan rohani, dan doa yang terus-menerus mustahil terjadi. Untuk memungkinkan terjadinya doa di rumah, mari kita menjadi suami dan istri sebagaimana seharusnya.
ORANG KRISTEN DAN SAUDARA-SAUDARINYA (1 Petrus 3:8-12)
Di gereja hubungan kita adalah sebagai saudara dan saudari, dan sikap kita, kita dapat simpulkan, harus ditandai dengan kasih.
Petrus berkata bahwa terhadap satu sama lain kita harus menunjukkan kesatuan roh, simpati, kasih, hati yang lembut, pikiran yang rendah hati, dan penolakan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika ini adalah cara kita bertindak terhadap satu sama lain—jika kita menunjukkan bahwa kita adalah satu, jika kita ikut saling merasakan satu sama lain, jika kita saling mengasihi dengan penuh semangat, jika kita berhati lembut dan mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain, jika kita rendah hati, dan tidak ada orang yang mencoba untuk menempatkan dirinya di atas yang lain, jika kita selalu menolak godaan untuk "membalas dendam"—jika jenis hubungan seperti ini jelas terlihat di dalam gereja, maka orang akan tahu bahwa kita adalah murid -murid Kristus. (Lihat Yohanes 13:34, 35.) Mereka akan mengagumi kedekatan persaudaraan, dengan mengatakan, "Lihatlah, bagaimana mereka saling mengasihi!" Ketika mereka mendengar desas-desus fitnah tentang kita, mereka akan berkata, "Itu tidak benar, karena saya telah melihat praktik kasih mereka."
ORANG KRISTEN DAN PARA PENGANIAYANYA (1 Petrus 3:13-17)
Dalam lingkup konflik, kita dianggap sebagai musuh, dan tindakan kita harus ditandai dengan pertahanan yang mumpuni dan hati nurani yang murni.
Pada dasarnya, Petrus sedang mengatakan bahwa kita harus selalu berbuat benar dalam hubungan kita dengan orang-orang yang menganiaya atau mengejek kita. Secara khusus, ia memberikan saran ini untuk orang-orang Kristen yang sedang dianiaya: (1) Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan (3:9). Jangan pernah ingin membalas dendam; sebaliknya, carilah kebaikan untuk musuhmu. (Lihat juga Roma 12:20, 21 dan Matius 5:44.) (2) Jadilah "rajin berbuat baik" (3:13). Sibukkan dirimu dengan melakukan kebaikan maka musuh-musuhmu akan menemukan sedikit alasan untuk menganiaya kamu. (3) Sadarilah bahwa ada berkat dalam penderitaan. Petrus berkata, "sekalipun kamu harus menderita … kamu akan berbahagia" (3:14). Mungkin sulit bagi kita untuk melihat bagaimana hasil penganiayaan menimbulkan berkat, tapi itu benar. (Lihat juga Matius 5:10 Yakobus 1:2, 3.) (4) Jangan takut terhadap penganiayamu: "janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar" (3:14). Yang paling buruk, penganiayamu itu hanya bisa membunuh tubuhmu; mereka tidak bisa membunuh jiwa. Ketika ia mati, orang Kristen menjadi lebih baik karena ia telah pergi bersama Kristus (Filipi 1:23). (5) "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan" (3:15). Takutlah akan Dia. Hormatilah Dia. Akuilah bahwa Kristus adalah Tuhan, Guru, dan Raja hidupmu. Jika demikian, maka Ia akan menjagamu; kamu tidak perlu takut terhadap musuh apa saja, dan kamu harus melakukan kehendak-Nya tidak peduli apa yang orang lain lakukan terhadap kamu. (6) Bersiaplah untuk mempertahankan iman: "Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu" (3:15). Selain argumentasi yang kamu buat dengan hidupmu, kamu juga harus bersedia dan sanggup membuat argumentasi untuk iman itu dengan bibirmu. (7) "[Milikilah] hati nurani yang murni" (3:16). Bagaimanakah kamu bisa melakukan itu? Dengan memastikan bahwa perilakumu ditandai dengan "perilaku yang baik dalam Kristus" dan dengan memastikan bahwa kamu selalu "melakukan apa yang benar." Tidak ada yang lebih sulit daripada mencoba untuk membela kebenaran injil ketika kamu tidak hidup sesuai dengan kebenaran itu. Maka hidupmu akan menyangkal argumentasimu. Yang terpenting, kita harus selalu berusaha melakukan yang benar!
Jika kita melakukan semua ini di hadapan penganiayaan, para pengecam kita akan tidak mampu untuk mempertahankan tuduhan mereka terhadap kita.
KESIMPULAN
Seperti apakah hidup kita seharusnya sebagai orang Kristen? Bayangkanlah ruang sidang di mana kita sedang diadili. "Apakah kesalahannya?" Tanya hakim.
Para penuduh mengatakan bahwa kita adalah pembuat onar yang menyebabkan kematian, pembenci manusia, anti-sosial, mesum, jahat, dan egois.
"Baiklah," kata hakim, "hadirkan para saksi. "Lalu ia menanyai para saksi itu.
"Apakah orang-orang ini melanggar hukum?" "Tidak," jawab mereka, "mereka selalu taat hukum." "Apakah mereka tidak menghormati penguasa?"
"Tidak, mereka selalu memberi hormat kepada orang yang patut menerimanya." "Apakah mereka tetangga yang buruk?"
"Tidak; pada kenyataannya, mereka selalu membantu dan baik hati. " "Apakah mereka itu karyawan yang tidak taat?"
"Oh, tidak, mereka adalah para pekerja kami yang terbaik."
"Bagaimanakah perbuatan mereka terhadap satu sama lain?" "Tuan, jelas terlihat mereka selalu mengasihi satu sama lain." "Lalu mengapa mereka dituduh?" tanya hakim itu.
"Tidak bersalah!" Hubungan yang baik akan membungkam pengecam kita!
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 2:11-25
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 1)
Setelah memberikan latar belakang kebangsaan yang banyak diambil dari Perja...
1 Petrus 2:11-25
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 1)
Setelah memberikan latar belakang kebangsaan yang banyak diambil dari Perjanjian Lama, serta pentingnya tanah perjanjian itu bagi Israel, maka agak mengejutkan ketika dalam 1 Petrus mendapatkan perasaan yang mengungkapkan keputusasaan dalam menemukan tanah air. Abraham adalah seorang pengembara di Kanaan. Orang Kristen hanya melewati tanah airnya. Petrus menyapa para pembacanya sebagai penduduk sementara di planet ini, tamu-tamu sementara di bulatan bumi ini.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 I. N. Carman, "Here We Are but Straying Pilgrims," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.:...
Catatan Akhir:
- 1 I. N. Carman, "Here We Are but Straying Pilgrims," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 2 Charles H. H. Scobie, The Ways of Our God: An Approach to Biblical Theology (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 2003), 506.
- 3 Sebagai contoh, Paulus menulis, "Aku adalah orang Yahudi, dari Tarsus, warga dari kota yang terkenal" (Kisah 21:39).
- 4 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 114.
- 5 Kata "lawatan" (ejpi/skopoß,/ episkopē) berasal dari akar yang sama dengan kata yang diterjemahkan "pengawas" atau "bishop" (ejpi/skopoß, episkopos). Dalam 1 Timotius 3: 1, episkopē mengacu kepada jabatan pengawas dan dalam Kisah 1:20 kepada jabatan seorang rasul.
- 6 Pada 509 S. M., bangsa Romawi mengusir raja terakhir mereka, Tarquin Yang Bangga. Dengan begitu lahirlah republik Romawi. Lapisan masyarakat aristokrat Romawi meremehkan pemikiran bahwa raja-raja bisa lagi memerintah Roma. Pada periode Perjanjian Baru, Roma hidup dengan khayalan bahwa republik masih ada. Secara teori, kaisar hanyalah "warga negara pertama." Faktanya, kaisar mengendalikan bala tentara dan oleh karena itu memegang kekuasaan.
- 7 Lima nama daerah yang tercantum dalam 1:1 mewakili empat provinsi. (Lihat halaman 8-10 dalam edisi sebelumnya.)
- 8 Memang menarik bahwa Alkitab NASB menerjemahkan kata sifat maskulin pa¿ntaß (pantas) dengan kalimat inklusif secara jenis kelamin, "semua orang." Kata sifatnya secara harfiah memang "semua orang" seperti yang Alkitab KJV tulis. Alkitab NRSV dan NIV telah berusaha untuk secara jenis kelamin menerapkan bahasa yang inklusif itu kepada berbagai kata-kata dan ungkapan yang cakupannya luas. Kata Yunani untuk "saudara" akan diterjemahkan "saudara-saudari," kata untuk "kaum laki-laki" akan diterjemahkan "orang," dll. "Semua orang" dalam ALkitab NASB menggambarkan bahwa bahkan terjemahan konservatif seperti itu tetap memikirkan cara bahasa Yunani dan Ibrani menggunakan bentuk maskulin untuk kedua jenis kelamin. Orang mungkin berpendapat bahwa bahasa Inggris dan Indonesia telah melakukan hal yang sama. Di masa lalu, "ia [laki-laki]" dalam bahasa Inggris, tergantung pada konteksnya, berarti "ia [laki-laki]" atau "ia [perempuan]," dan "kaum laki-laki" berarti "orang." Pertanyaannya adalah bukan apakah pernah dibenarkan untuk menerjemahkan bentuk maskulin Yunani dengan kalimat inklusif secara jenis kelamin. Bahkan Alkitab NASB dalam hal ini berpendapat bahwa hal itu dibenarkan. Pertanyaannya adalah seberapa jauh para penerjemah harus melangkah dalam mengakomodir modus ungkapan kuno terhadap permintaan bermuatan politis untuk netralitas jenis kelamin dalam budaya Barat.
- 9 "Mengaku" yang kita maksudkan lebih daripada sekedar pernyataan lisan belaka. Yang kita maksudkan adalah pengakuan dengan segala hal yang disiratkan: iman, kasih, kelahiran baru, ketaatan, dll.
- 10 Scobie, 847.
- 11 Meski secara teknis Petrus di sini menggunakan partisip ("menundukkan dirimu"; NASB), bukan keharusan seperti yang ia lakukan dalam 2:13 ("tunduklah"), konteksnya menunjukkan tidak ada perbedaan dalam artinya. Penggunaan pelbagai partisip oleh Petrus dengan kekuatan imperatif telah menjadi subyek banyak diskusi di kalangan sarjana.
- 12 Lihat Michaels, 138.
- 13 Lihat, misalnya, Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 124.
- 14 Untuk kajian yenag terdokumentasi dengan baik, lihat Richard A. Horsley, "The Slave Systems of Classical Antiquity and Their Reluctant Recognition by Modern Scholars," Semeia 83/84 (1998): 19-66.
- 15 Lihat Ibrani 10:2 di mana frase yang paralel diterjemahkan "kesadaran akan dosa" (NASB). Lihat Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 967.
- 16 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 117.
- 17 Ignatius Ephesians 10.3.
- 18 Kata Bahasa Inggris "planet" adalah serumpun dengan kata kerja Yunani plana/w (planaō), yang berarti "tersesat." Orang dahulu mengamati bahwa planet-planet mengembara atau tersesat di antara bintang-bintang yang tetap (lihat komentar tentang Yudas 13). Mereka sering mengaitkan planet dengan beragam dewa.
- 19 Josephus Wars 4.10.2.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Jadilah Penurut; Hiduplah Dengan Saleh (1 Petrus 2:13-25)
Sulit untuk mengetahui gagasan yang mana yang memberi kita lebih banyak masalah: ketundukan...
Jadilah Penurut; Hiduplah Dengan Saleh (1 Petrus 2:13-25)
Sulit untuk mengetahui gagasan yang mana yang memberi kita lebih banyak masalah: ketundukan atau otoritas. Josephus, sejarawan Yahudi akhir abad pertama, menggambarkan Vespasianus, yang sebentar lagi menjadi kaisar Romawi berikutnya, sebagai orang yang tahu bagaimana berada dalam kekuasaan dan bagaimana berada di bawah kekuasaan.19Memberikan arahan dan menerima arahan, berada dalam kekuasaan dan di bawah kekuasaan, berperan besar dalam kehidupan.
Petrus ingin para pembacanya mengetahui bahwa ketundukan adalah unsur penting kehidupan Kristen. Dalam gereja, orang-orang Kristen harus mempersembahkan ketundukan mereka pertama-tama kepada Kristus, lalu kepada para penatua yang mengawasi umat Allah. Dalam masyarakat, mereka harus tunduk kepada hukum negara mereka, bahkan jika ada sesuatu yang ditetapkan undang-undang itu dirasakan tidak adil karena mungkin tidak seperti yang diinginkan. Jika rumah tangga dan tempat kerja harus berfungsi dengan baik, maka harus ada penugasan tanggung jawab. Untuk berfungsi dengan baik, kelompok orang mana saja butuh kepemimpinan. Supaya kepemimpinan menjadi efektif, harus ada ketundukan. Ketundukan tidak butuh ketakutan di hadapan kekuasaan. Yang ia butuhkan adalah kerendahan hati untuk menghilangkan kesenangan pribadi bila diperlukan demi ketertiban dan kemajuan.
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Klaim Unik Untuk Yesus (1 Petrus 2:24, 25)
Tidak ada pesan yang universal bagi umat manusia kecuali pernah terjadi peristiwa yang benar-benar unik da...
Klaim Unik Untuk Yesus (1 Petrus 2:24, 25)
Tidak ada pesan yang universal bagi umat manusia kecuali pernah terjadi peristiwa yang benar-benar unik dalam sejarah manusia. Pengakuan Kristen adalah lebih daripada sekedar penegasan bahwa Yesus adalah guru paling bijaksana dari semua guru. Klaimnya adalah bahwa Ia adalah Anak Allah yang menjadi manusia. Hanya Dia yang sanggup mati bagi dosa-dosa kita (2:24, 25). Hanya Dia yang bangkit dari antara orang mati untuk memerintah di sebelah kanan Allah. Hanya Dia yang akan datang kembali. Agama Kristen bukanlah satu pilihan di antara hamparan kemungkinan agama. Tidak ada nama lain yang denganya manusia dapat diselamatkan (Kisah 4:12; Yohanes 14:6).
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi